LEMBAR PENGESAHAN Hasil Penelitian yang berjudul : HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN ASUPAN NATRIUM PADA MURID SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KECAMATAN MAMPANG PRAPATAN Telah diterima dan disahkan oleh : Pembimbing Akademis Pembimbing Puskesmas Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Kecamatan Mampang (Prof.Dr.dr.Adi Hidayat) (dr. Chitra Rasjmi Cara) Pada Maret 2013 Dalam Rangka Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik IKM Di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LEMBAR PENGESAHAN
Hasil Penelitian yang berjudul :
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA DAN
ASUPAN NATRIUM PADA MURID SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
DI KECAMATAN MAMPANG PRAPATAN
Telah diterima dan disahkan oleh :
Pembimbing Akademis Pembimbing Puskesmas
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Kecamatan Mampang
(Prof.Dr.dr.Adi Hidayat) (dr. Chitra Rasjmi Cara)
Pada Maret 2013
Dalam Rangka Memenuhi Tugas
Kepaniteraan Klinik IKM
Di Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan
Periode 21 Januari– 30 maret 2013
IKM Jakarta
1
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya jualah sehingga kami dapat menyelesaikan hasil penelitian yang berjudul
”HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STATUS SOSIAL EKONOMI DAN ASUPAN
NATRIUM PADA MURID SEKOLAH MENENGAH DI KECAMATAN MAMPANG
PRAPATAN“. Penelitian ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kesehatan Masyarakat Puskesmas Mampang Jakarta Selatan periode 21 Januari– 30 maret
2013.
Pada kesempatan ini pula kami ingin mengucapan terima kasih kepada:
1. Prof.Dr.dr.Adi Hidayat sebagai pembimbing penelitian di kampus.
2. Para dosen bagian Ilmu Kesehatan Mayarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Trisakti
3. Dr. Sri Subekti sebagai Ketua Puskesmas Kecamatan Mampang Prapatan
4. dr. Chitra Rjasmi Cara selaku pembimbing penelitian di Puskesmas Kecamatan
Mampang Prapatan, Jakarta selatan.
5. Para dokter, paramedik, dan seluruh staf Puskesmas Kecamatan Mampang
Prapatan.
6. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada orang tua, teman-teman dan
semua pihak yang telah membantu baik moral maupun materiil dari awal hingga
akhir sehingga penelitian ini bisa diselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna,
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca
sekalian untuk perbaikannya.
Sekian, atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
Jakarta, Maret 2013
2
DAFTAR ISI
Lembar pengesahan ................................................................................................ i
Kata Pengantar ....................................................................................................... ii
Daftar Isi . ............................................................................................................... iii
Daftar Tabel............................................................................................................. v
Daftar Gambar......................................................................................................... vi
Abstrak ................................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................... 2
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................ 2
1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................................ 3
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ………………….…………………... 51
7.1 Kesimpulan………………………………………………………………. 51
7.2 Saran……………………………………………………………………... 51
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 52
Lampiran………………………………………………………………………… 56
5
ABSTRAK
Hubungan antara asupan natrium dan status ekonomi orang tua pada anak sekolah menengah pertama di kecamatan Mampang Prapatan
Ilmu Kesehatan Masyarakat Periode 21 Januari 2013 – 30 Maret 2013
Latar Belakang: Menurut Hasil analisis Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, seperti dikutip dari Litbang Depkes, menunjukkan hampir seperempat penduduk Indonesia 24,5% berusia di atas 10 tahun mengkonsumsi natrium. Dengan demikian kami ingin mengetahui, adakah pengaruh dari tingkat sosial ekonomi terhadap asupan makanan sehari –hari yang mengandung natrium yang secara tidak langsung juga berhubungan dengan resiko terjadinya penyakit jantung.
Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari hubungan antara status sosial ekonomi dan asupan natrium pada anak sekolah menengah pertama.
Metode : Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel adalah 480 murid Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Mampang Prapatan. Data diperoleh dari 480 responden yang mengisi kuesioner, pengukuran BMI% dan tekanan darah. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji korelatif.
Hasil : Dari 480 sampel, didapatkan signifikansinya adalah o,884 atau lebih besar dari
0.05 sehingga tidak didapatkan korelasi antara penghasilan orang tua dan asupan
natrium.
Kesimpulan : Dari penelitian kami didapatkan bahwa asupan tinggi natrium pada ekonomi yang lebih rendah yaitu berjumlah 9% lebih banyak dibandingkan dengan ekonomi lebih tinggi pada anak sekolah menengah pertama kecamatan mampang.
Kata Kunci : Natrium, pendapatan, pendidikan, tekanan darah, BMI presentil
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Seperti halnya pada orang dewasa,1 asupan natrium dihubungkan dengan
tekanan darah pada anak- anak.2-3 Dibandingkan dengan negara berkembang lainnya,
asupan natrium pada anak-anak indonesia4 termasuk tinggi dan melebihi rekomendasi
diet natrium yang seharusnya.5-6 Hasil analisis Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2007, seperti dikutip dari Litbang Depkes, menunjukkan hampir seperempat
penduduk Indonesia 24,5% berusia di atas 10 tahun mengkonsumsi natrium.56 Namun
di Indonesia, belum ada penelitian yang meneliti adanya hubungan status sosial
ekonomi dengan asupan natrium. Tekanan darah sangat berperan7-8 penting dalam pola
kesehatan hidup seseorang, maka asupan tinggi natrium atau konsumsi natrium yang
berlebihan pada anak-anak akan meningkatkan resiko9-10 terjadinya hipertensi dan
penyakit kardiovaskular atau jantung di kemudian hari.
Peningkatan resiko terjadinya penyakit jantung, juga dihubungkan dengan
status sosial ekonomi.11-12 Dalam hal ini dihubungkan dengan asupan makanan sehari
–hari yang mengandung natrium dari berbagai tingkat sosial ekonomi yang secara
tidak langsung juga berhubungan dengan resiko terjadinya penyakit jantung.13-20
Penelitian di Inggris,17-21 dilakukan studi secara cross sectional pada anak-anak
dan dewasa, yang hasilnya ternyata didapatkan adanya hubungan antara tingkat sosial
ekonomi dengan asupan sayur dan buah.22 Ditemukan juga ternyata pada anak-anak
dari tingkat status ekonomi yang rendah,23 asupan makanannya lebih buruk
dibandingkan dengan dari status ekonomi yang lebih tinggi. Dalam hal ini, termasuk
di dalamnya asupan makanan tersebut adalah natrium yaitu sebanyak 38%.Sehingga
disimpulkan terdapat hubungan yang konsisten antara status sosial ekonomi dengan
asupan natrium.
Studi di tempat lain di Inggris23 melaporkan bahwa tingkat sosial ekonomi
yang rendah mendapat asupan natrium yang lebih tinggi akibat makanan cepat
saji,soda dan makanan tidak sehat lainnya. Didapatkan pada status sosial ekonomi
yang lebih tinggi asupan makanannya lebih baik. Begitu juga halnya studi di
7
australia24 mendapatkan bahwa asupan natrium lebih tinggi pada tingkat sosial
ekonomi yang rendah dengan hasil sebanyak 28 %.
Di indonesia rata rata tingkat asupan garam adalah 20 persen,dan kebanyakan
orang dewasa dan anak anak mengkonsumsi garam sebanyak 3500 mg sehari atau
lebih yang mana seharusnya hanya 2.300 mg perhari 56 atau setara satu sendok teh
perhari dan yang paling banyak mengkonsumsi adalah umur 10 tahun keatas56
Berbeda pada Amerika Serikat,23 tidak ditemukan adanya hubungan asupan
natrium dengan tingkat sosial ekonomi.
Berdasarkan keterangan diatas perlu dilakukan penelitian tentang hubungan
asupan natrium dengan tingkat sosial ekonomi pada murid sekolah menengah pertama
di Indonesia, sekaligus mengidentifikasi sumber asupan natrium diperoleh dari
makanan apa saja.
Sampel yang dipilih adalah murid SMP karena umur anak SMP yang rata rata
13-15 tahun keatas,yang berarti sesuai dengan data dimana pada umur tersebut (10
tahun keatas,sehingga menyingkirkan usia dari Anak SMA) didapatkan tingkat
asupan garam yang lebih tinggi,juga dianggap murid SMP lebih kompeten untuk
mengisi kuesioner dibandingkan murid SD,
Konsistensi dari studi ini pada anak- anak dan orang dewasa adalah dimana
kita harus menggunakan tingkat pendidikan dan juga tingkat pendapatan sebagai tolak
ukur utama dari status sosial ekonomi.27-28 Tingkat pendidikan yang tinggi dulu
dipakai sebagai tolak ukur utama status sosial ekonomi.
Pada penelitian kali ini dipilih sampel murid sekolah menengah pertama
karena yang diharapkan koresponden kompeten untuk mengisi kuisioner dan dari
prevalensinya anak diatas usia 10 tahun mengkonsumsi natrium lebih banyak.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Apakah ada hubungan antara status ekonomi dengan asupan garam
(natrium) pada murid sekolah menengah pertama Kecamatan Mampang
Prapatan.
1.3. TUJUAN PENELITIAN
1.3.1. Tujuan Umum
8
Untuk meningkatkan status kesehatan pada murid sekolah menengah
pertama Kelurahan Mampang Prapatan dan Kelurahan Tegal Parang,
Kecamatan Mampang Prapatan. Dengan memberikan edukasi kepada staf
pengajar dan anak anak tentang pentingnya pola asupan garam sehari hari.
1.3.2. Tujuan Khusus
Untuk mencari tahu dan menganalisa hubungan status ekonomi orang tua
dengan asupan natrium pada anak, anak usia sekolah menengah pertama
Untuk mencari tahu dan menganalisa hubungan tingkat pendidikan orang tua
dengan asupan natrium pada anak, anak usia sekolah menengah pertama
Untuk mencari tahu dan menganalisa hubungan Status Gizi anak dengan
asupan natrium pada anak, anak usia sekolah menengah pertama
Untuk mencari tahu dan menganalisa hubungan antara tekanan darah anak
dengan asupan natrium pada anak, anak usia sekolah menengah pertama
Untuk mengetahui prevalensi asupan natrium pada anak-anak usia sekolah
menengah pertama untuk skrining Hipertensi
Untuk membandingkan tingkat asupan natrium anak dan status ekonomi orang
tua di sekolah negeri dan sekolah swasta.
1.4. HIPOTESIS PENELITIAN
Terdapat hubungan antara status ekonomi dengan asupan natrium pada anak
usia sekolah menengah pertama.
Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan asupan natrium pada
anak anak usia sekolah menengah pertama
Terdapat hubungan antara Status Gizi dengan asupan natrium pada anak anak
usia sekolah menengah pertama
Terdapat hubungan antara tekanan darah dengan asupan natrium pada anak
anak usia sekolah menengah pertama
1.5. MANFAAT PENELITIAN
9
Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan
tentang masalah yang berhubungan dengan asupan natrium pada anak anak dan
kaitanya dengan tingkat sosial ekonomi sehingga dapat mencegah terjadinya resiko
penyakit kardiovaskular.
Bagi masyarakat, penelitian ini bermanfaat sebagai informasi untuk
menyeimbangkan pola makan dan untuk supaya masyarakat lebih tahu tentang asupan
garam sehari hari pada anak anak sehingga dapat dicegah penyakit kardiovaskular di
kemudian hari sehingga dapat menigkatkan status kesehatan masyarakat.
Bagi Wilayah Kecamatan Mampang, penelitian ini dapat mencari tahu
gambaran tentang resiko terjadinya penyakit kardiovaskular termasuk Hipertensi
sedini mungkin pada anak anak dari tingkat asupan natrium dari berbabagai tingkat
ekonomi di masyarakat daerah Kecamatan Mampang.
Bagi puskesmas, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan tentang
masalah yang berhubungan dengan asupan natrium atau garam pada anak anak
sekolah menengah pertama.Sehingga puskesmas dapat melakukan penyuluhan atau
edukasi tentang ini kepada masyarakat sehingga dapat mencegah terjadinya resiko
penyakit kardiovaskular dan hipertensi
Bagi SMPN 43 dan SMP 28 OKTOBER adalah untuk mnegtahui tingkat
asupan garam dari murid murid sehingga dapat mencegah terjaadinya faktor resiko
hipertensi di kemudian hari.Sekaligus mengetahui satus gizi murid murid
Bagi profesi, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan peneliti
mengenai pola asupan, status gizi, status sosial ekonomi dan hubungannya dengan
asupan natrium
1.6. RUANG LINGKUP PENELITIAN
1.6.1. Ruang lingkup tempat
1.Lokasi penelitian adalah di SMPN 43 Kelurahan Mampang Prapatan,
Kecamatam Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, DKI Jakarta.
2.SMP 28 OKTOBER Kelurahan Tegal Parang Kecamatan Mampang
Prapatan, Jakarta Selatan, DKI Jakarta.
1.6.2. Ruang lingkup waktu
10
Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari
sampai maret tahun 2013
1.6.3. Ruang lingkup materi
Materi dibatasi pada murid sekolah menengah pertama.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. NATRIUM
Kebutuhan tubuh akan natrium telah banyak diteliti oleh ilmuwan yang
bergerak di bidang gizi dan kesehatan. Kita memerlukan minimum 200-500
miligram natrium setiap hari untuk menjaga kadar garam dalam darah tetap
normal, yaitu 0,9 persen dari volume darah di dalam tubuh.
Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraselular. 30-40% natrium ada
di dalam kerangka tubuh. Di dalam tubuh, Na terdapat di dalam sel (intra selular)
dan terutama terdapat dalam cairan di luar sel ( cairan ekstra selular ). Antara lain
cairan saluran cerna, seperti cairan empedu dan pangkreas mengandung banyak
natrium.
Hasil analisis Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, seperti dikutip dari
Litbang Depkes, menunjukkan hampir seperempat penduduk Indonesia 24,5%
berusia di atas 10 tahun mengkonsumsi natrium.
2.1.1. Definisi
Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraselular dan hanya
sejumlah kecil natrium berada dalam cairan intraselular (Suhardjo, 1992).
Makanan sehari hari biasanya cukup mengandung natrium yang dibutuhkan tubuh.
Oleh karena itu, tidak ada penetapan kebutuhan natrium sehari. Taksiran
kebutuhan natrium sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 500 mg. WHO
(1990) menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari
(ekivalen dengan 2400 mg natrium). Pembatasan ini dilakukan karena peranan
potensial natrium dalam menimbulkan tekanan darah tinggi (Almatsier, 2001)
12
Natrium juga menjaga keseimbangan asam basa didalam tubuh dengan
mengimbangi zat – zat yang membentuk asam. Natrium berperan dalam transmisi
saraf dan kontraksi otot. Natrium berperan pula dalam absorpsi glukosa dan
sebagai alat angkut zat – zat gizi lain melalui membran, terutama melalui dinding
usus (Almatsier, 2001)
2.1.2 Sumber natrium
Natrium bahan pangan, baik nabati maupun hewani, merupakan sumber
alami natrium. Umumnya pangan hewani mengandung natrium lebih banyak
dibandingkan dengan nabati.
Bahan makanan sumber natrium yang perlu dibatasi, yaitu sebagai berikut :
Garam.
Setiap 1 gram garam dapur mengandung 400 mg natrium. Apabila
dikonversikan ke dalam ukuran rumah tangga 4 gram garam dapur setara
dengan ½ sendok teh atau sekitar 1600 mg natrium.
Semua makanan yang diawet dengan garam, seperti ikan asin, telur asin,
ikan pindang, ikan teri, dendeng, abon, daging asap, asinan sayuran, asinan
buah, manisan buah, serta buah dalam kaleng.
Makanan yang dimasak dengan garam dapur atau soda kue (natrium
bikarbonat), seperti biscuit, kracker, cake dan kue-kue lainnya.
Bumbu-bumbu penyedap masakan.
Sekarang ini, sudah banyak penyedap masakan dengan berbagai merk yang
beredar di pasaran. Salah satu diantaranya yaitu vitsin/ motto/ micin/ MSG,
yang masih sangat lazim digunakan masyarakat untuk menambah cita rasa
masakan. Contoh lain yaitu kecap, terasi, petis, tauco, saos sambal dan saos
tomat.
13
Makanan kaleng.
Makanan kaleng sebenarnya terbuat dari bahan makanan segar, namun yang
perlu diperhatikan yaitu dalam proses pembuatannya makanan kaleng
ditambahkan garam untuk membuat bahan makanan tersebut lebih awet.
Contoh makanan yang dikalengkan yaitu corned, dan sarden. Selain itu pada
buah kaleng yang diawetkan, juga mengandung pengawet berupa natrium
benzoat. Oleh karena itu pada hipertensi dianjurkan untuk menghindari
minuman atau pun sari buah dalam kaleng.
Fast food (makanan cepat saji).
Gaya hidup masyarakat pada saat ini mengalami berbagai perubahan,
termasuk dalam hal pola makan. Banyak dan padatnya aktivitas dengan
waktu yang terbatas telah membuat masyarakat condong memilih makanan
yang cepat saji. Selain itu semakin banyak produsen menawarkan berbagai
macam makanan cepat saji, mulai dari restoran ternama franchaise dari luar
negeri sampai gerobak pinggir jalan. Hal yang perlu diwaspadai adalah
makanan cepat saji komposisi makanannya kurang berimbang. Makanan ini
tinggi kandungan lemak jenuh, kurang serat, kurang vitamin, dan tinggi
natrium. Salah satu hal yang merupakan bumerang bagi penderita hipertensi
yaitu kandungan natrium yang terdapat di dalamnya. Produk-produk fast
food tersebut seperti sosis, hamburger, fried chicken, pizza, dsb.
Contoh bahan makanan lain yang mengandung tinggi natrium yaitu : keju,
margarin, dan mentega.
Berikut informasi mengenai kandungan natrium dalam beberapa makanan :
Makanan Ukuran Kandungan natrium
Hamburger Regular 800 mg
Bumbu sop 1 blok kecil 700 mg
Take away chicken 400 mg
Tomato/ chili sauce 1 sdm 300 mg
14
Keju 30 gram 200 mg
French fries 1 kotak sedang 150
Natrium juga mudah ditemukan dalam makanan sehari-hari, seperti pada
kecap, makanan hasil laut, makanan siap saji (fast food), serta makanan ringan
(snack). Umumnya makanan dalam keadaan mentah sudah mengandung 10 persen
natrium dan 90 persen ditambahkan selama proses pemasakan.
Dewasa ini fast food sering mendapat sorotan di beberapa negara maju dan
berkembang sebagai salah satu penyebab hipertensi terbesar. Dengan alasan
kepraktisan dan kelezatan, makanan seperti hamburger, piza, hot dog telah menjadi
primadona di masyarakat saat ini, padahal makanan-makanan tersebut bukanlah
makanan yang baik untuk kesehatan.
Selain kadar lemak tinggi, makanan tersebut juga mengandung kadar natrium
yang sangat tinggi, yaitu 2.275 mg per 100 gramnya. Dalam tubuh kita terdapat
sistem otonom untuk mengatur keseimbangan kadar natrium di dalam darah. Jika
kadar natrium terlalu tinggi, otak akan mengirimkan sinyal rasa haus dan
mendorong kita untuk minum. Selain itu, jika sensor dalam pembuluh darah dan
ginjal mengetahui adanya kenaikan tekanan darah dan sensor di jantung
menemukan adanya peningkatan volume darah, ginjal dirangsang untuk
mengeluarkan lebih banyak natrium dan air kencing, sehingga mengurangi volume
darah.
Kadar natrium terlalu rendah, sensor dalam pembuluh darah dan ginjal akan
mengetahui bila volume darah menurun dan memacu reaksi rantai yang berusaha
untuk meningkatkan volume cairan dalam darah. Kelenjar adrenal akan
mengeluarkan hormon aldosteron, sehingga ginjal menahan natrium. Sementara
itu, kelenjar hipofisa mengeluarkan hormon antidiuretik, sehingga ginjal menahan
air.
15
Penahanan natrium dan air menyebabkan berkurangnya pengeluaran air
kencing, yang pada akhirnya akan meningkatkan volume darah dan tekanan darah
kembali ke normal. Sensitivitas seseorang terhadap kadar natrium dalam darah
berbeda-beda. Umumnya, semakin bertambah usia seseorang, semakin bertambah
tingkat sensitivitasnya
2.1.3. Kebutuhan Natrium
National Research Council of The National Academy of Sciences
merekomendasikan konsumsi natrium per hari sebanyak 1.100-3.300 mg. Jumlah
tersebut setara dengan ½-1½ sendok teh garam dapur per hari. Untuk orang yang
menderita hipertensi, konsumsi natrium dianjurkan tidak lebih dari 2.300 mg
perhari. Jumlah tersebut sama dengan 6 gram NaCl atau lebih kurang satu sendok
teh garam dapur.
American Heart Association (AHA) merekomendasikan konsumsi Na bagi
orang dewasa tidak lebih dari 2.400 mg/hari, yaitu setara dengan satu sendok teh
garam dapur sehari. Menurut United States Department of Agriculture (USDA),
rata-rata kebutuhan natrium ibu hamil sekitar 2.400 mg dalam sehari, kira-kira
setara dengan satu sendok teh.
Di beberapa negara, tingkat konsumsi natrium cenderung sangat tinggi.
Tingkat konsumsi natrium di Amerika Serikat mencapai 4.000-5.000 mg/hari.
Tingginya konsumsi natrium di AS disebabkan tingginya konsumsi fast food,
sehingga hipertensi merupakan pembunuh paling mematikan.
Di Jepang, konsumsi garam dapur sangat luar biasa, yaitu sekitar 25-35
gram/hari. Padahal, menurut ahli gizi, orang dewasa idealnya makan garam 6 gram
sehari dan anak-anak hanya 3 gram garam per hari. Tingginya konsumsi garam di
Jepang karena sebagian besar makanan berasal dari hewan laut, yang menyebabkan
84 persen pria dewasa di Jepang dipastikan menderita hipertensi. Di Indonesia,
16
seiring dengan meningkatnya dominasi pola makan ala Barat, hipertensi kian
menjadi masalah.
Dalam tubuh kita terdapat sistem otonom untuk mengatur keseimbangan kadar
natrium di dalam darah. Jika kadar natrium terlalu tinggi, otak akan mengirimkan
sinyal rasa haus dan mendorong kita untuk minum. Selain itu, jika sensor dalam
pembuluh darah dan ginjal mengetahui adanya kenaikan tekanan darah dan sensor
di jantung menemukan adanya peningkatan volume darah, ginjal dirangsang untuk
mengeluarkan lebih banyak natrium dan air kencing, sehingga mengurangi volume
darah.
Jika kadar natrium terlalu rendah, sensor dalam pembuluh darah dan ginjal
akan mengetahui bila volume darah menurun dan memacu reaksi rantai yang
berusaha untuk meningkatkan volume cairan dalam darah. Kelenjar adrenal akan
mengeluarkan hormon aldosteron, sehingga ginjal menahan natrium. Sementara
itu, kelenjar hipofisa mengeluarkan hormon antidiuretik, sehingga ginjal menahan
air.
Penahanan natrium dan air menyebabkan berkurangnya pengeluaran air
kencing, yang pada akhirnya akan meningkatkan volume darah dan tekanan darah
kembali ke normal. Sensitivitas seseorang terhadap kadar natrium dalam darah
berbeda-beda. Umumnya, semakin bertambah usia seseorang, semakin bertambah
tingkat sensitivitasnya.
2.1.4 Fungsi natrium
Menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh ( ekstrasel )
Menjaga keseimbangan asam basa di dalam tubuh
Berperan dalam pengaturan kepekaan otot dan saraf
Berperan dalam absorpsi glukosa
Berperan sebagai alat angkut zat-zat gizi lain melalui membrane, terutama
melalui dinding usus
17
Mineral natrium (Na) merupakan kation utama yang terdapat pada cairan
ekstraselular, sedangkan kalium (K) merupakan kation utama pada cairan
intraselular. Dengan demikian, mineral Na dan K memegang peran penting dalam
mengatur keseimbangan cairan tubuh. Jika kedua mineral tersebut tidak
berimbang, air akan mengalir ke dalam atau ke luar sel untuk menjaga konsentrasi
Na dan K agar tetap berimbang.
Unsur natrium sangat penting untuk penyerapan glukosa di dalam ginjal dan
usus, serta untuk pengangkutan zat-zat gizi lain melewati membran sel. Melalui
asosiasinya dengan klorida (Cl) dan bikarbonat, Na terlibat dalam pengaturan
keseimbangan asam-basa, sehingga cairan tubuh berada pada kisaran pH netral
untuk mendukung metabolisme tubuh.
Sebagian besar natrium diserap oleh usus halus dan hanya sedikit yang diserap
oleh lambung. Dari usus, natrium dialirkan oleh darah ke hati, kemudian ke ginjal
untuk disaring dan dikembalikan ke darah dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan
tubuh. Regulasi metabolisme natrium oleh ginjal dikontrol oleh aldosteron, yaitu
hormon yang disekresikan oleh kelenjar adrenal. Apabila konsumsi natrium rendah
atau kebutuhan tubuh meningkat, kadar aldosteron akan meningkat dan ginjal lebih
banyak menyerap kembali (reabsorpsi) natrium. Hal sebaliknya terjadi jika
konsumsi natrium berlebihan.
Salah satu perannya yang paling esensial adalah untuk menjaga keseimbangan
osmotik atau keseimbangan aliran cairan di dalam tubuh. Selain itu, natrium juga
mempunyai peran penting untuk merangsang saraf serta membantu sel-sel untuk
metabolisme zat gizi esensial lainnya.
Bersama-sama dengan kalium, natrium juga mempunyai peran untuk menjaga
fungsi dan kerja otot jantung, serta mencegah penyakit-penyakit berbahaya seperti
gangguan saraf. Bagi ibu hamil, natrium berperan meningkatkan kerja jantung,
memompa darah agar dapat memenuhi kebutuhan sang ibu dan janin.
Seiring dengan pertambahan usia, metabolisme dan fungsi organ-organ tubuh
semakin berkurang. Berbagai penyakit yang berhubungan dengan penurunan
fungsi organ tersebut lazim disebut dengan penyakit degeneratif. Salah satu
18
penyakit degeneratif yaitu hipertensi atau darah tinggi. Namun yang perlu
diwaspadai, hipertensi saat ini tidak hanya masalah bagi kaum lanjut usia tapi
sudah mulai dikeluhkan oleh orang dengan usia lebih muda.
Sebagian besar masyarakat secara umum mengetahui mengenai perlunya
pembatasan asupan garam pada penderita hipertensi. Namun, sebenarnya alasan
mengapa asupan garam perlu dibatasi adalah karena kandungan mineral natrium di
dalamnya. Jadi, yang dimaksud garam adalah garam natrium. Sehingga pada
hipertensi tidak hanya asupan garam dapur saja yang dibatasi, tetapi juga semua
bahan makanan sumber natrium.
2.2 TEKANAN DARAH
Faktor mempengaruhi tekanan darah makanan seperti yang mereka lakukan
proses fisiologis tubuh lainnya. Meskipun tekanan darah tinggi yang disebut
hipertensi telah terutama terkait dengan asupan natrium, bermain nutrisi lain dari
peran dalam mengontrol tekanan darah.
Hipertensi diduga mempengaruhi sebanyak 50 juta orang Amerika. Kondisi ini
satu di mana ada peningkatan resistensi pembuluh darah yang paling sering
disebabkan oleh penurunan diameter luminal arteri dan / atau arteriol. Dan darah
sistolik nilai tekanan diastolik ≥ 140 mmHg dan 90 mmHg, masing-masing, adalah
indikasi dari hipertensi. Hipertensi sering diklasifikasikan sebagai primer, juga
disebut penting, atau sekunder. Penyebab hipertensi esensial dari umumnya tidak
diketahui atau mungkin berhubungan dengan kerusakan ekskresi natrium atau dari
rennin-angiotensin atau kallikrein-kinin sistem, hiperaktivitas sistem saraf, dan
produksi prostaglandin yang abnormal, antara lain. Hipertensi esensial
menyumbang ˃ 90% kasus hipertensi. Kasus sisanya hipertensi terjadi sekunder
untuk meningkatkan kondisi risiko lain untuk stroke dan penyakit jantung.
Meskipun beberapa faktor risiko untuk hipertensi tidak terkontrol (predisposisi ras,
19
misalnya, penuaan), orang lain mungkin akan diubah harus seorang individu
berkomitmen untuk membuat perubahan pola makan.
Hipertensi adalah penyakit yang heterogen yang memiliki berbagai faktor
pencetus, dan dengan demikian bekerja modifikasi diet untuk beberapa tapi tidak
semua individu hipertensi. Perspektif akan membahas beberapa nutrisi yang
berkaitan dengan hipertensi esensial. Gizi yang paling sering dikaitkan dengan
tekanan darah adalah mineral makro natrium, klorida, kalsium, kalium, dan
magnesium. Masing-masing akan dibahas bersama dengan sukrosa dan alkohol,
juga terbukti mempengaruhi tekanan darah.
Pengeluaran air dari tubuh diatur oleh ginjal dan otak. Hipotalamus
mengatur konsentrasi garam didalam darah, dengan merangsang kelenjar pituitari
mengeluarkan hormon antidiuretika (ADH). ADH dikelurkan bila volume darah
atau tekanan darah terlalu rendah. ADH merangsang ginjal untuk menahan atau
menyerap kembali air dan mengeluarkannya kembali kedalam tubuh.
Bila terlalu banyak air keluar dari tubuh, volume darah dan tekanan darah
akan turun. Sel –sel ginjal akan mengeluarkan enzim renin. Renin mengaktifkan
protein didalam darah yang dinamakan angiotensinogen kedalam bentuk aktifnya
angiotensin. Angiotensin akan mengecilkan diameter pembuluh darah sehingga
tekanan darah akan naik. Disamping itu angiotensin mengatur pengeluaran hormon
aldosteron dari kelenjar adrenalin. Aldosteron akan mempengaruhi ginjal untuk
menahan natrium dan air. Akibatnya, bila dibutuhkan lebih banyak air, akan lebih
sedikit air dikeluarkan dari tubuh dan tekanan darah akan naik kembali (Almatsier,
2001).
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium didalam
cairan ekstraselular meningkat. Untuk menormalkannya, cairan intraselular ditarik
keluar, sehingga volume cairan ekstraselular meningkat. Meningkatnya volume
cairan ekstraselular tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah (Astawan,
2003).
20
Disamping itu, konsumsi garam dalam jumlah yang tinggi dapat mengecilkan
diameter dari arteri, sehingga jantung harus memompa lebih keras untuk
mendorong volume darah yang meningkat melalui ruang yang semakin sempit dan
akibatnya adalah hipertensi. Hal yang sebaliknya juga terjadi, ketika asuan natrium
berkurang maka begitu pula volume darah dan tekanan darah pada beberapa
individu (Hull, 1993).
Sodium adalah salah satu nutrisi pertama terkait dengan hipertensi. Secara
khusus, meningkatkan asupan garam secara langsung berkorelasi dengan
meningkatkan tekanan darah. Namun, populasi tertentu dari hypertensives (~60%)
muncul untuk menjadi jauh lebih sensitif terhadap kelebihan garam daripada yang
lain. Dengan demikian, di beberapa, tapi tidak semua, individu hipertensi, tinggi
asupan diet garam meningkatkan tekanan darah, dan garam mengakibatkan
pembatasan diet dalam pressurereduction darah. Individu hipertensi mungkin
memperoleh manfaat dari pengurangan natrium termasuk mereka yang African
American, obesitas, atau lebih dari 65 tahun atau memiliki konsentrasi plasma
rennin rendah, serta mereka mengambil obat antihipertensi. Pada individu yang
sensitif garam konsumsi garam diduga menyebabkan retensi air, dengan rilis yang
dihasilkan dari suatu zat yang meningkatkan jantung dan pembuluh darah aktivitas
kontraktil (1). Bergantian, natrium dapat menyusup otot polos vaskular
menyebabkan kontraksi untuk menaikkan tekanan darah.
2.3. STATUS SOSIAL EKONOMI
2.2.1. Pengertian Status Sosial Ekonomi
Kata sosial berasal dari kata “socius” yang artinya kawan (teman). Dalam hal
ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman kerja dan
sebagainya. Yang dimaksud teman adalah mereka yang ada disekitar kita, yakni
yang tinggal dalam suatu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling
mempengaruhi. Sedangkan istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu
21
“oikos” yang artinya rumah tangga dan “nomos” yang artinya mengatur, jadi
secara harafiah ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga.(Shadily, 1984).
Status sosial ekonomi orangtua sangat berpengaruh bagi pemenuhan
kebutuhan hidup sehari- hari. Manusia sebagai mahluk sosial mempunyai potensi
serta kepribadian yang memungkinkan dia diterima dalam pergaulan dengan
individu yang lain. Karena setiap individu akan menyalurkan potensinya tersebut
untuk kepentigan tertentu, kemudian individu yang lain dapat menerima dan
mengakuinya. Atas dasar itulah dia akan mendapatkan status itu di dalam
kelompok dimana dia berada.
Status sosial ekonomi merupakan suatu keadaan atau kedudukan yang
diatur secara sosial dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat, pemberian
posisi ini disertai pula seperangkat hak dan kewajiban yang hanya dipenuhi
sipembawa statusnya, misalnya: pendapatan, pekerjaan, dan pendidikan.
(Soekanto, 2003). Sosial ekonomi dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan atau
kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi
tertentu dalam struktur masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula seperangkat
hak dan kewajiban yang harus dipenuhi sipembawa status misalnya, pendapatan,
dan pekerjaan. Status sosial ekonomi orangtua sangat berdampak bagi pemenuhan
kebutuhan keluarga dalam mencapai standar hidup yang sejahtera dan mencapai
kesehatan yang maksimal. Status adalah keadaan atau kedudukan seseorang,
sedangkan pengertian sosial sangat berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat
di lingkungan sekitar. Di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat pembeda posisi
atau kedudukan seseorang maupun kelompok di dalam struktur sosial tertentu.
Perbedaan kedudukan dalam masyarakat dalam sosiologi dikenal dengan stilah
lapisan sosial. Lapisan sosial merupakan sesuatu yang selalu ada dan menjadi ciri
yang umum di dalam kehidupan manusia. Seorang sosiolog yang bernama Sorokin
dalam Soekanto (2003) menyatakan bahwa lapisan sosial adalah perbedaan
penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (secara hirakri).
Sitorus (2000) mendefenisikan status sosial bahwa hal tersebut merupakan
kedudukan seseorang di masyarakat, di mana didasarkan pada pembedaan
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara vertikal, yang di wujudkan dengan adanya
tingkatan masyarakat dari yang tinggi ke yang lebih rendah dengan mengacu pada
22
pengelompokkan menurut kekayaan Kelas sosial biasa digunakan hanya untuk
lapisan berdasarkan unsur ekonomis. Diantara lapisan atasan dengan yang
terendah, terdapat lapisan yang jumlahnya relatif banyak. Biasanya lapisan atasan,
tidak hanya memiliki satu macam saja apa yang dihargai oleh masyarakat. Akan
tetapi kedudukannya yang tinggi itu bersifat kumulatif. Artinya, mereka yang
mempunyai uang lebih banyak, akan lebih mudah sekali mendapatkan tanah,
kekuasaan dan mungkin juga kehormatan.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat di simpulkan bahwa
pada dasarnya kelas sosial ekonomi adalah status atau kedudukan seseorang di
masyarakat, di mana berdasarkan pada pembedaan masyarakat ke dalam kelaskelas
secara vertikal, yang diwujudkan dengan adanya tingkatan masyarakat dari yang
tinggi ke yang rendah dengan mengacu pada pengelompokan menurut kekayaan.
2.2.2. Klasifikasi Status Sosial Ekonomi
Klasifikasi status sosial ekonomi menurut Coleman & Cressey dalam Sumardi (2004)
adalah:
a. Status sosial ekonomi atas
Status sosial ekonomi atas adalah kelas sosial yang berada paling atas
dari tingkatan sosial yang terdiri dari orang-orang yang sangat kaya, yang
sering menempati posisi teratas dari kekuasaan. Sedangkan Sitorus (2000)
mendefenisikan status sosial ekonomi atas adalah status atau kedudukan
seseorang di masyarakat yang diperoleh berdasarkan penggolongan menurut
harta kekayaan, di mana harta kekayaan yang dimiliki di atas rata-rata
masyarakat pada umumnya dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
baik.
Havinghurst dan Taba dalam Wijaksana (1992) mengemukakan
masyarakat dengan status sosial yaitu sekelompok keluarga dalam masyarakat
yang jumlahnya relatif sedikit dan tinggal di kawasan elit perkotaan.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada
23
dasarnya status sosial ekonomi atas adalah status sosial atau kedudukan
seseorang di masyarakat yang diperoleh berdasarkan penggolongan menurut
kekayaan, di mana harta yang dimiliki di atas rata-rata masyarakat pada
umumnya dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan baik.
b. Status sosial bawah
Menurut Sitorus (2000) status sosial ekonomi bawah adalah kedudukan
seseorang di masyarakat yang diperoleh berdasarkan penggolongan menurut
kekayaan, dimana harta kekayaan yang dimiliki termasuk kurang jika
dibandingkan dengan rata-rata masyarakat pada umumnya serta tidak mampu
dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.Sedangkan menurut
Havinghurst dan Taba dalam Wijaksana (1992) mengemukakan masyarakat
dengan status sosial ekonomi bawah adalah masyarakat dalam jumlah
keluarga yang cukup besar dan juga pada umumnya cenderung selalu konflik
dengan aparat hukum.11
2.2.3. Ciri-ciri Kelas Sosial
Gunawan (2000) mengemukakan mengenai ciri-ciri umum keluarga dengan
status sosial ekonomi atas dan bawah yaitu :
a. Ciri –ciri keluarga dengan status sosial ekonomi atas :
Tinggal di rumah-rumah mewah dengan pagar yang tinggi dan berbagai
model yang modern dengan status hak milik.
Tanggungan keluarga kurang dari lima orang atau pencari nafkah masih
produktif yang berusia dibawah 60 tahun dan tidak sakit
Kepala rumah tangga bekerja dan biasanya menduduki tingkat profesional ke
atas
Memiliki modal usaha
b. Ciri-ciri keluarga dengan status sosial ekonomi bawah :
Tinggal di rumah kontrakan atau rumah sendiri namun kondisinya masih amat
sederhana seperti terbuat dari kayu atau bahan lain dan bukan dari batu.
24
Tanggungan keluarga lebih dari lima orang atau pencari nafkah sudah tidak
produktif lagi, yaitu berusia di atas 60 tahun dan sakit-sakitan.
Kepala rumah tangga menganggur dan hidup dari bantuan sanak saudara dan
bekerja sebagi buruh atau pekerja rendahan seperti pembantu rumah tangga,
tukang sampah, dan lainnya.
Tidak memiliki modal usaha.(Sujana, 1994).
2.2.4. Faktor-faktor Sosial Ekonomi
Dalam lingkungan masyarakat kita melihat bahwa ada pembeda-bedaan yang
berlaku dan diterima secara luas oleh masyarakat Di sekitar kita ada orang yang
menempati jabatan tinggi seperti gubernur dan walikota dan jabatan rendah seperti
camat dan lurah. Di sekolah ada kepala sekolah dan ada staf sekolah. Di RT atau
RW kita ada orang kaya, orang biasa saja dan ada orang miskin.Perbedaan itu tidak
hanya muncul dari sisi jabatan tanggung jawab sosial saja, namun juga terjadi
akibat perbedaan ciri fisik, keyakinan dan lain-lain.
Perbedaan ras, suku, agama, pendidikan, jenis kelamin, usia atau umur,
kemampuan, tinggi badan, cakep jelek, dan lain sebagainya juga membedakan
manusia yang satu dengan yang lain.Keberhasilan suatu kegiatan belajar yang
dilakukan oleh setiap individu sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
dianggap cukup berpengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa di
sekolah adalah faktor sosial ekonomi yang terdiri dari tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, jumlah tanggungan dalam keluarga.
a. Pekerjaan
Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari bekerja segala
kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaaan tidak hanya mempunyai nilai ekonomi
namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan imbalan
atau upah, berupa barang dan jasa akan terpenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan
seseorang akan mempengaruhi kemampuan ekonominya, untuk itu bekerja
merupakan suatu keharusan bagi setiap individu sebab dalam bekerja mengandung
dua segi, kepuasan jasmani dan terpenuhinya kebutuhan hidup.
25
Dalam kaitan ini Sukanto (2003) memberikan difinisi mengenai pekerjaan
sebagai berikut: Pekerjaan adalah kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa
bagi diri sendiri atau orang lain, baik orang melakukan dengan dibayar atau tidak.
Selanjutnya Sumardi (2004) menjelaskan mengenai pekerjaan sebagai berikut:
Dengan bekerja orang akan memperoleh pendapatan. Pendapatan ini memberikan
kepadanya dan keluarganya untuk mengkonsumsi barang dan jasa hasil
pembangunan dengan demikian menjadi lebih jelas, barang siapa yang mempunyai
produktif, maka ia telah nyata berpartisipasi secara nyata dan aktif dalam
pembangunan.
Ditinjau dari aspek ekonomis Gunawan (2000) menyatakan bahwa bekerja
adalah melakukan pekerjaan untuk menghasilkan atau membantu menghasilkan
barang dan jasa dengan maksud untuk memperoleh penghasilan baik berupa uang
atau barang dalam kurun waktu tertentu.
Kemudian menurut pedoman ISCO (International Standart Clasification of
Oecupation) pekerjaan diklasifikasikan sebagai berikut:
Profesional ahli teknik dan ahli jenis
Kepemimpinan dan ketatalaksanaan
Administrasi tata usaha dan sejenisnya
Jasa
Petani
Produksi dan operator alat angkut
Dari berbagai klasifikasi pekerjaan diatas, orang akan dapat memilih
pekerjaaan yang sesuai dengan kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya.
Dalam masyarakat tumbuh kecenderungan bahwa orang yang bekerja akan lebih
terhormat di mata masyarakat, artinya lebih dihargai secara sosial dan ekonomi.
Jadi untuk menentukan status sosial ekonomi yang dilihat dari pekerjaan, maka
jenis pekerjaan dapat diberi batasan sebagai berikut:
Pekerjaan yang berstatus tinggi,
Tenaga ahli teknik dan ahli jenis, pemimpin ketatalaksanaan dalam suatu
instansi baik pemerintah maupun swasta, tenaga administrasi tata usaha.
26
Pekerjaan yang berstatus sedang,
Pekerjaan di bidang penjualan dan jasa.
Pekerjaan yang berstatus rendah
Petani dan operator alat angkut/bengkel.
b. Pendidikan
Pendidikan sangatlah penting peranannya dalam kehidupan
bermasyarakat. Dengan memiliki pendidikan yang cukup maka seseorang akan
mengetahui mana yang baik dan mana yang dapat menjadikan seseorang menjadi
berguna baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain yang
membutuhkannya.
Adapun pengertian pendidikan yang lebih jelas, dapat dilihat dalam
pengertian-pengertian pendidikan yang diungkapkan oleh beberapa pakar
pendidikan sebagai berikut. Pendidikan menurut Soekanto (2003): “Pendidikan
merupakan suatu alat yang akan membina dan mendorong seseorang untuk berfikir
secara rasional maupun logis, dapat meningkatkan kesadaran untuk menggunakan
waktu sebaik-baiknya (seefektif dan seefisien mungkin) dengan menyerap banyak
pengalaman mengenai keahlian dan keterampilan sehingga menjadi cepat tanggap
terhadap gejala-gejala sosial yang terjadi”. Sedangkan menurut Kartono dalam
Sardiman (2002) “Pendidikan adalah segala perbuatan yang etis, kreatif, sistematis
dan intensional dibantu oleh metode dan teknik ilmiah diarahkan pada pencapaian
tujuan pendidikan tertentu”.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa pendidikan adalah upaya untuk mengarah pada tercapainya
perkembangan yang dapat merangsang suatu cara berfikir yang rasional, kreatif
dan sistematis. Dengan pendidikan dapat memperluas keilmuan, meningkatkan
kemampuan dan potensi serta membuat seseorang lebih peka terhadap setiap
gejala-gejala sosial yang muncul.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diulas beberapa fungsi dari
pendidikan yang antara lain adalah sebagai berikut:
27
a. Membina dan membentuk sikap mental seseorang
b. Menambah pengetahuan seseorang
c. Merangsang seseorang untuk berfikir logis, praktis dan sistematis
dengan menggunakan metode-metode dan teknik-teknik ilmiah.
Pendidikan merupakan proses aktualisasi diri terhadap potensi kemampuan
manusia untuk diwujudkan kedalam tujuan yang diinginkannya, serta pendidikan
diarahkan kepada usaha-usaha pembangunan kepribadian bangsa, modernisasi
terhadap lingkungan serta peningkatan terhadap kemampuan berfikir. Pendidikan
merupakan suatu proses pembangunan individu dan kepribadian seseorang,
dilaksanakan dengan sadar dan penuh tanggung jawab dalam meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan, sikap serta nilai-nilai yang bersifat normatif sehingga
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, juga dapat meningkatkan
kesempatan berfikir baik secara teoritis maupun praktis untuk melanjutkan hidup
dan kehidupan dalam lingkungan yang selalu berubah dan menuntut adanya
perubahan pendidikan yang berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan sedini
mungkin, merupakan tanggung jawab bersama baik keluarga, masyarakat maupun
pemerintah. Oleh karena itu peran aktif masyarakat dalam semua jalur, jenis dan
jenjang pendidikan perlu didorong dan ditingkatkan. (Sujana, 1994).
c. Pendapatan
Pendapatan akan mempengaruhi status sosial seseorang, terutama akan
ditemui dalam masyarakat yang materialis dan tradisional yang menghargai status
sosial ekonomi yang tinggi terhadap kekayaan. Christopher dalam Sumardi (2004)
mendefinisikan pendapatan berdasarkan kamus ekonomi adalah uang yang
diterima oleh seseorang dalam bentuk gaji, upah sewa, bunga, laba dan lain
sebagainya. Biro Pusat statistik merinci pendapatan dalam kategori sebagai
berikut:
Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya
regular dan diterima biasanya sebagai balas atau kontra prestasi, sumbernya
berasal dari:
a. Gaji dan upah yang diterima dari gaji pokok, kerja sampingan, kerja
lembur dan kerja kadang-kadang.
28
b. Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi,
penjualan dari kerajinan rumah.
c. Hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah.
Keuntungan serial yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik.
Pendapatan yang berupa barang yaitu : Pembayaran upah dan gaji yang
ditentukan dalam beras, pengobatan, transportasi, perumahan dan kreasi.
Berdasarkan penggolongannya, BPS membedakan pendapatan penduduk
menjadi 4 golongan yaitu :
Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan ratarata lebih dari
Rp. 3.500.000,00 per bulan
Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp.
2.500.000,00 s/d Rp. 3.500.000,00 per bulan
Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata dibawah antara
Rp. 1.500.000 s/d Rp. 2.500.000,00 per bulan
Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp.
1.500.000,00 per bulan. Dari keterangan diatas dapat dikatakan bahwa
pendapatan juga sangat berpengaruh terhadap tingkat ekonomi seseorang.
Apabila seseorang mempunyai pendapatan yang tinggi, maka dapat dikatakan
bahwa tingkat ekonominya tinggi juga. Disamping memiliki penghasilan pokok
setiap Keluarga biasanya memiliki penghasilan lain yang meliputi penghasilan
tambahan dan penghasilan insidentil.
d. Jenis Tempat Tinggal
Menurut Kaare Svalastoga dalam Sumardi (2004) untuk mengukur
tingkat sosial ekonomi seseorang dari rumahnya, dapat dilihat dari :
Status rumah yang ditempati, bias rumah sendiri, rumah dinas,
menyewa, menumpang pada saudara atau ikut orang lain.
Kondisi fisik bangunan, dapat berupa rumah permanen, kayu dan
bamboo. Keluarga yang keadaan sosial ekonominya tinggi, pada
umumnya menempati rumah permanent, sedangkan keluarga yang
29
keadaan sosial ekonominya menengah kebawah menggunakan semi
permanen atau tidak permanen.
Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang
ditempati pada umumnya semakin tinggi tingkat sosial
ekonominya.Rumah dapat mewujudkan suatu tingkat sosial
ekonomi bagi keluarga yang menempati. Apabila rumah tersebut
berbeda dalam hal ukuran kualitas rumah. Rumah yang dengan
ukuran besar, permanen dan milik pribadi dapat menunjukkan
bahwa kondisi sosial ekonominya tinggi berbeda dengan rumah
yang kecil, semi permanen dan menyewa menunjukkan bahwa
kondisi social ekonominya rendah.
2.4. POLA ASUPAN MAKANAN
Berbicara tentang pola makan, maka kita berhubungan dengan
frekuensi makan, jumlah makan dan jenis bahan makanan yang kita konsumsi
setiap hari.
1. Frekuensi makan
Menu sehari adalah susunan hidangan yang disajikan dalam sehari
dalam beberapa kali waktu makan. Dalam menu sehari, terdapat istilah frekuensi
makan. Frekuensi makan adalah jumlah waktu makan dalam sehari, meliputi
makanan lengkap ( full meat) dan makanan selingan ( snack). Makanan lengkap
biasanya diberikan tiga kali sehari (makan pagi, makan siang dan makan
malam), sedangkan makanan selingan biasa diberikan antara makan pagi dan
makan siang, antara makan siang dan makan malam ataupun setelah makan malam.
Frekuensi makan di suatu institusi berkisar antar tiga hingga enam kali sehari
tergantung dari biayaan tenaga kerja yang tersedia. Waktu makan terdiri dari
makan pagi, selingan pagi, makan siang, selingan, makan malam serta selingan
malam.
2. Jenis makanan
30
Makanan terbagi atas 2 jenis yaitu makanan ringan yaitu makanan yang
dimakan sebagai selingan dan makan utama yang memenuhi kebutuhan kalori
tubuh sehari-hari. Makanan ringan atau snack adalah makanan yang dikonsumsi
untuk selingan di sela-sela makan utama. Makanan utama terdiri dari makanan
pokok, lauk-pauk hewani dan nabati, sayur dan buah, dan minuman. Sedangkan
makanan ringan atau snack terdiri dari snack basah dan snak kering maupun yang
berkuah.
Di alam terdapat berbagai jenis bahan pangan, baik yang berasal dari tanaman
(pangan nabati) maupun yang berasal dari hewan (pangan hewani). Di antara
beragam jenis bahan pangan tersebut, ada yang kaya akan stu jenis zat gizi,
sebaliknya adapula yang kekurangan akan zat gizi tersebut. Umunya tidak ada satu
bahan makanan yang mengandung semua zat gizi dalam jumlah yang mencukupi
kebutuhan tubuh (kecuali air susu ibu untuk bayi). Oleh karena itu manusia
memerlukan berbagai macam bahan pangan untuk menjamin agar semua zat gizi
yang diperlukan tubuh dapat dipenuhi dalam jumlah yang cukup.
3. Jumlah makanan
Jumlah atau porsi merupakan suatu ukuran maupun takaran makanan yang
dikonsumsi setiap kali makan. Dalam mengkonsumsi makanan haruslah seimbang
dengan kebutuhan remaja/dewasa yang di sesuaikan dengan umur. Frekuensi yang
telah di standarkan oleh Depkes dimana anjuran makan satu hari untuk rata-rata
remaja/dewasa secara umum orang Indonesia dengan energy 2550 kkl dan protein
60 bagi laki-laki dan bagi perempuan energy 1900 dan proteinnya 50. Jumlah ini
bagi yang berumur 19-29 tahun.
2.5. METODE PENGUKURAN MAKANAN
Metode pengukuran pola makan untuk individu, antara lain :
1. Metode Food recall 24 jam
Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis
dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu.
Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data
yang diperoleh cenderung bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk
31
mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu
ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring
dan lain-lain). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall
24 jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi
lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian
individu.
2. Metode estimated food records
Pada metode ini responden diminta untuk mencatat semua yang ia
makan dan minum setiap kali sebelum makan dalam URT (Ukuran Rumah
Tangga) atau menimbang dalam ukuran berat (gram) dalam periode tertentu
(2-4 hari berturut-turut), termasuk cara persiapan dan pengolahan makanan
tersebut.
3. Metode penimbangan makanan (food weighting)
Pada metode penimbangan makanan, responden atau petugas
menimbang dan mencatat seluruh makanan yang dikonsumsi responden
selama 1 hari. Penimbangan makanan ini biasanya berlangsung beberapa hari
tergantung dari tujuan, dana penelitian dan tenaga yang tersedia. Perlu
diperhatikan, bila terdapat sisa makanan setelah makan maka perlu juga
ditimbang sisa tersebut untuk mengetahui jumlah sesungguhnya makanan
yang dikonsumsi.
4. Metode dietary history
Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola
konsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama (bias 1
minggu, 1 bulan, 1 tahun). Burke (1974) menyatakan bahwa metode ini terdiri
dari tiga komponen yaitu
Komponen pertama adalah wawancara (termasuk recall 24 jam), yang
mengumpulkan data tentang apa saja yang dimakan responden selama 24 jam
terakhir.
Komponen kedua adalah tentang frekuensi penggunaan dari sejumlah
bahan makanan dengan memberikan daftar (check list) yang sudah disiapkan,
32
untuk mengecek kebenaran dari recall 24 jam tadi. Komponen ketiga adalah
pencatatan konsumsi selama 2-3 hari sebagai cek ulang.
Hal yang perlu mendapat perhatian dalam pengumpulan data adalah
keadaan musim-musim tertentu dan hari-hari istimewa seperti awal bulan, hari
raya dan sebagainya.
5. Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency)
Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh data tentang
frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama
periode tertentu seperti hari, minggu, bulan atau tahun. Kuesioner frekuensi
makanan memuat tentang daftar makanan dan frekuensi penggunaan makanan
tersebut pada periode tertentu. Bahan makanan yang ada dalam daftar
kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi dalam frekuensi yang cukup
sering oleh responden.
2.6. USIA
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu
benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur manusia
dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung.
Oleh yang demikian, umur itu diukur dari tarikh ianya lahir sehingga tarikh
semasa(masakini). Manakala usia pula diukur dari tarikh kejadian itu bermula
sehinggalah tarikh semasa(masa kini).
1.Jenis perhitungan usia
Usia kronologis
Usia kronologis adalah perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran
seseorang sampai dengan waktu penghitungan usia.
← Usia mental
Usia mental adalah perhitungan usia yang didapatkan dari taraf kemampuan
mental seseorang. Misalkan seorang anak secara kronologis berusia empat
tahun akan tetapi masih merangkak dan belum dapat berbicara dengan kalimat
44. Nursalam, Siti Pariyani 2003. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
45. Soetjiningsih.2004. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta EGC
46. Sugiyono.2006. Statistik untuk penelitian. Jakarta :EGC
47. Pemda, 2010. UMR Provinsi Jakarta
48. Patiha. 2008. Pemenuhan Bahan Makanan Sehat. Jakarta: Bina Pustaka
49. Sugiyono. 2006. Statistik Untuk Kesehatan. Bandung: ALFABETA.
50. Sunita. 2007. Status Ilmu Gizi Jakarta: EGC
51. Walker.2006. Makanan Sehat Bagi Balita. Jakarta: Surya
52. Ingram DK. American Aging Association. [cited August 12, 2012]. Available: http://www.americanaging.org/journal.html
53. Oparil S, Zaman A, Calhoun AD. Pathogenesis of hypertension. Ann Intern Med. 2003;239:761–776.
54. Shiraz E. Risk factor modification of coronary artery disease. Medical journal Vol. 5, No. 1, January 2004
55. Australian division of world action on salt and health(2009)Drop the Salt! Campaign.http www.awash.org.au/dropthesaltcampaign(accessed 19 februari 2013)