BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Rancang Bangun Burch dan Grudnitski mendefinisikan perancangan sistem sebagai penggambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi (Jogiyanto, 2001). Perancangan sebagai serangkaian prosedur untuk menerjemahkan hasil analisa dari sebuah sistem ke dalam bahasa pemrograman untuk mendeskripsikan dengan detail bagaimana komponen-komponen sistem diimplementasikan. Sedangkan pengertian pembangunan sistem adalah kegiatan menciptakan sistem baru, mengganti ataupun memperbaiki sistem yang telah ada, baik secara keseluruhan maupun sebagian (Pressman, 2005).
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Rancang Bangun
Burch dan Grudnitski mendefinisikan perancangan sistem sebagai
penggambaran, perencanaan dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa
elemen yang terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi (Jogiyanto,
2001).
Perancangan sebagai serangkaian prosedur untuk menerjemahkan hasil
analisa dari sebuah sistem ke dalam bahasa pemrograman untuk mendeskripsikan
dengan detail bagaimana komponen-komponen sistem diimplementasikan.
Sedangkan pengertian pembangunan sistem adalah kegiatan menciptakan sistem
baru, mengganti ataupun memperbaiki sistem yang telah ada, baik secara
keseluruhan maupun sebagian (Pressman, 2005).
2.2 Konsep Dasar Sistem
2.2.1 Pengertian Sistem
Sistem adalah sekumpulan elemen yang saling terkait atau terpadu yang
dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan. Sebagai gambaran, jika dalam sebuah
sistem terdapat elemen yang tidak memberikan manfaat dalam mencapai tujuan
yang sama, maka elemen tersebut dapat dipastikan bukanlah bagian dari sistem
(Kadir, 2003:14).
Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling
berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau
menyelesaikan suatu sasaran tertentu (Jogiyanto, 2008).
2.2.2 Karakteristik Sistem
Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat–sifat tertentu, yaitu
mempunyai komponen–komponen (components), batas (boundary), lingkungan
luar sistem (environments), penghubung (interface), masukan (input), keluaran
(output), pengolah (process) dan sasaran (objectives) atau tujuan (goal)
(Jogiyanto, 2008).
1. Komponen–komponen sistem (components) atau subsistem-subsistem.
Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi,
yang artinya saling bekerjasama membentuk suatu kesatuan. Komponen-
komponen sistem atau elemen–elemen sistem dapat berupa subsistem atau
bagian–bagian dari sistem.
2. Batas sistem (boundary).
Merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem
yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini
memungkinkan suatu sistem dipasang sebagai suatu kesatuan. Batas suatu
sistem menunjukan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut.
3. Lingkungan luar (environment).
Merupakan apapun di luar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi
sistem yang dapat bersifat menguntungkan dan merugikan sistem tersebut.
4. Penghubung (interface).
Merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem
lainnya. Melalui penghubung ini memungkinkan sumber–sumber daya
mengalir dari suatu subsistem ke subsistem yang lain.
5. Masukan sistem (input)
Merupakan energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat
berupa peralatan (maintenance input) dan masukan sinyal (signal input).
Maintenance input adalah energi yang diproses agar didapatkan keluaran.
Sebagai contoh di dalam sistem komputer, program adalah maintenance
input yang digunakan untuk mengoperasikan komputernya sedangkan data
adalah signal input utuk diolah menjadi informasi.
6. Keluaran sistem (output)
Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Keluaran dapat
berupa informasi sebagai masukan pada sistem lain atau hanya sebagai
sisa pembuangan.
7. Pengolah sistem (process)
Bagian dari sistem yang mengubah masukan (input) menjadi keluaran
(output).
8. Sasaran sistem (objectives).
Suatu sistem pasti mempunyai tujuan (goal) atau sasaran (objectives).
Kalau sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan
ada gunanya. Sasaran dari sistem sangat menentukan sekali, masukan yang
dibutuhkan sistem dan keluaran yang akan dihasilkan sistem.
2.3 Konsep Dasar Informasi
2.3.1 Pengertian Informasi
Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang
berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini
atau saat mendatang (Kadir, 2003).
2.3.2 Nilai Informasi
Parameter untuk mengukur nilai sebuah informasi (value of information)
ditentukan dari dua hal pokok, yaitu manfaat (benefit) dan biaya (cost) (Kadir,
2003).
2.3.3 Ciri-ciri Informasi
Informasi itu sendiri memiliki ciri-ciri seperti berikut (Kadir, 2003):
1. Benar atau salah. Dalam hal ini, informasi berhubungan dengan kebenaran
terhadap kenyataan. Jika penerima informasi yang salah mempercayainya,
efeknya seperti kalau informasi itu benar.
2. Baru. Informasi harus benar-benar baru bagi si penerima.
3. Tambahan. Informasi dapat memperbarui atau memberikan perubahan
terhadap informasi yang telah ada.
4. Korektif. Informasi dapat digunakan untuk melakukan koreksi terhadap
informasi sebelumnya yang salah atau kurang benar.
5. Penegas. Informasi dapat mempertegas informasi yang telah ada sehingga
keyakinan terhadap informasi semakin meningkat.
2.3.4 Kualitas Informasi
Kualitas informasi sangat dipengaruhi atau ditentukan oleh tiga hal pokok,
yaitu akurat, tepat waktu dan relevan (Kadir,2003).
1. Akurat
Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak menyesatkan,
informasi harus jelas mencerminkan maksudnya.
2. Tepat Waktu
Informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan tidak boleh terlambat, karena
nantinya tidak mempunyai nilai yang baik, sehingga apabila dijadikan
dasar dalam pengambilan keputusan dan berakibat fatal atau kesalahan
pengambilan keputusan dan tindakan.
3. Relevan
Informasi harus memberikan manfaat yang baik untuk pemakai informasi
tersebut.
2.4 Sistem Informasi
Sistem Informasi merupakan kumpulan dari perangkat keras dan perangkat
lunak komputer serta perangkat manusia yang akan mengolah data menggunakan
perangkat keras dan perangkat lunak tersebut, selain itu data juga memegang
peranan yang penting dalam sistem informasi, data yang akan dimasukan dalam
sebuah sistem informasi dapat berupa formulir-formulir, prosedur-prosedur dan
bentuk data lainnya (Kadir, 2003).
2.4.1 Komponen Sistem Informasi
Dalam suatu sistem informasi terdapat komponen-komponen seperti
(Kadir, 2003):
a. Perangkat keras (Hardware): mencangkup peranti-peranti fisik seperti
komputer dan printer.
b. Perangkat lunak (software) atau program: sekumpulan instruksi yang
memungkinkan perangkat keras untuk dapat memproses data.
c. Prosedur: sekumpulan aturan yang dipakai untuk mewujudkan pemrosesan
data dan pembangkitan keluaran yang dikehendaki.
d. Orang: semua pihak yang bertanggung jawab dalam pengembangan sistem
informasi, pemrosesan dan penggunaan keluaran sistem informasi.
e. Basis data (database): sekumpulan tabel, hubungan dan lain-lain yang
berkaitan dengan penyimpanan data.
f. Jaringan komputer dan komunikasi data: sistem penghubung yang
memungkinkan sumber (resources) dipakai secara bersama atau diakses
oleh sejumlah pemakai.
2.5 Siklus Hidup Pengembangan Sistem Informasi
Secara konseptual siklus pengembangan sebuah sistem informasi adalah
sebagai berikut (Ladjamuddin, 2005):
1. Analisis Sistem: menganalisis dan mendefinisikan masalah dan
kemungkinan solusinya untuk sistem informasi dan proses organisasi.
2. Perancangan Sistem: merancang sistem baru yang dapat menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi perusahaan yang diperoleh dari pemilihan
alternatif sistem yang baik. Kegiatan yang dilakukan antara lain
merancang output, input, struktur file, program, prosedur, perangkat keras
dan perangkat lunak yang diperlukan untuk mendukung sistem informasi.
3. Programming dan Testing Sistem: pada tahap ini dilakukan perancangan
algoritma dengan menggunakan psedocode (notasi yang menyerupai
bahasa pemrograman tingkat tinggi) yang ditulis dalam bahasa indonesia
terstruktur atau bahasa inggris terstruktur. Perancangan algoritma
sebaiknya dilakukan dengan menggunakan pendekatan Top-Down
(Pemograman Modular). Setelah selesai pembuatan algoritma, maka
dibuatlah program aplikasi dengan menggunakan salah satu bahasa
pemograman terpilih.
4. Implementasi Sistem: beralih dari sistem lama ke sistem baru, melakukan
pelatihan dan panduan seperlunya.
5. Operasi dan Perawatan: mendukung operasi sistem informasi dan
melakukan perubahan atau tambahan fasilitas.
6. Evaluasi Sistem: mengevaluasi sejauh mana sistem telah dibangun dan
seberapa bagus sistem telah dioperasikan.
2.6 Database dan Database Management System (DBMS)
2.6.1 Pengertian Database
Basis data (database) adalah suatu pengorganisasian sekumpulan data
yang saling terkait sehingga memudahkan aktivitas untuk memperoleh informasi.
Basis data dimaksudkan untuk mengatasi masalah pada sistem yang memakai
pendekatan berbasis berkas (Kadir, 2003).
Tujuan awal dan utama dalam pengolahan data pada sebuah basis data
adalah agar dapat mencari data dengan mudah dan cepat. Di samping itu,
pemanfaatan data untuk pengolahan data juga memiliki tujuan-tujuan tertentu.
Pemanfaatan basis data dilakukan untuk memenuhi sejumlah tujuan sebagai
berikut:
1. Kecepatan dan kemudahan (Speed)
Pemanfaatan basis data memungkinkan untuk dapat menyimpan data atau
melakukan perubahan atau manipulasi terhadap data atau menampilkan
kembali data tersebut dengan cepat dan mudah.
2. Efisiensi ruang penyimpanan (Space)
Penggunaan ruang penyimpanan di dalam basis data dilakukan untuk
mengurangi jumlah redudansi (pengulangan) data, baik dengan melakukan
penerapan sejumlah pengkodean atau dengan membuat relasi-relasi (dalam
bentuk file) antar kelompok data yang saling berhubungan.
3. Keakuratan (Accuracy)
Pemanfaatan pengkodean atau pembentukan relasi antar data bersama
dengan penerapan aturan atau batasan tipe data, domain data, keunikan
data dan sebagainya diterapkan dalam basis data, sangat berguna untuk
menentukan keakuratan pemasukan atau penyimpanan data.
4. Ketersediaan (Availability)
Pertumbuhan data (baik dari jumlah maupun jenisnya) sejalan dengan
waktu akan semakin membutuhkan ruang penyimpanan yang besar. Data
yang sudah jarang atau bahkan tidak pernah lagi digunakan dapat diatur
untuk dilepaskan dari sistem basis data dengan cara penghapusan atau
dengan memindahkannya ke media penyimpanan.
5. Kelengkapan (Completeness)
Lengkap atau tidaknya data yang dikelola bersifat relatif baik terhadap
kebutuhan pemakai maupun terhadap waktu. Dalam sebuah basis data,
struktur dari basis data tersebut juga harus disimpan. Untuk
mengakomodasi kebutuhan kelengkapan data yang semakin berkembang,
maka tidak hanya menambah record-record data, tetapi juga melakukan
penambahan struktur dalam basis data.
6. Keamanan (Security)
Sistem keamanan digunakan untuk dapat menentukan siapa saja yang
boleh menggunakan basis data dan menentukan jenis operasi apa saja yang
boleh dilakukan.
7. Kebersamaan pemakai
Pemakai basis data sering kali tidak terbatas hanya pada satu pemakaian
saja atau oleh satu sistem aplikasi saja. Basis data yang dikelola oleh
sistem (aplikasi) yang mendukung lingkungan multiuser, akan dapat
memenuhi kebutuhan ini, tetapi dengan menjaga atau menghindari
terhadap munculnya persoalan baru seperti inkonsistensi data (karena data
yang sama diubah oleh banyak pemakai pada saat bersamaan).
2.6.2 Database Management System (DBMS)
Untuk mengelola database diperlukan suatu perangkat lunak yang disebut
DBMS (Database Management System). DBMS merupakan suatu sistem
perangkat lunak yang memungkinkan user (pengguna) untuk membuat,
memelihara, mengontrol dan mengakses database secara praktis dan efisien.
DBMS dapat digunakan untuk mengakomodasikan berbagai macam pemakai
yang memiliki kebutuhan akses yang berbeda-beda (Kadir, 2003).
Pada analisis sistem menemukan bahwa persyaratan logika perlu
ditentukan dalam bentuk matrik CRUD (Create, Read, Update, Delete). Matriks
CRUD adalah tabel dengan kolom yang mengidentifikasi entitas dan atribut yang
mengindikasi logika dan selnya mengindikasikan tingkat akses dengan
dokumennya (Whitten et al. 2004).
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kelemahan DBMS (Kadir, 2003)
Keunggulan Kelemahan
a. Mengendalikan atau mengurangi duplikat data.
b. Menjaga Konsistensi dan Integrasi data.
c. Memudahkan pemerolehan informasi yang lebih banyak dari data yang sama disebabkan data dari berbagai bagian dalam organisasi
a. kompleksitas yang tinggi membuat administrator dan pemakai akhir harus benar-benar memahami fungsi-fungsi dalam DBMS agar dapat diperoleh manfaat yang optimal.
b. Ukura
dikumpulkan menjadi satu.d. Meningkatkan
keamanan data dari orang yang tak berwenang.
e. Memaksakan penerapan standar.
f. Dapat menghemat biaya karena data dapat dipakai oleh banyak departemen.
g. Menanggulangi konflik kebutuhan antar pemakai karena basis data dibawah kontrol administrator basis data.
h. Meningkatkan tingkat respon dan kemudahan akses bagi pemakai akhir.
i. Meningkatkan produktivitas program.
j. Meningkatkan pemeliharaan melalui independensi data.
k. Meningkatkan konkurensi (Pemakai data oleh sejumlah data) tanpa menimbukan masalah kehilangan informasi atau integritas.
l. Meningkatkan layanan backup dan recovery.
n penyimpanan yang dibutuhkan oleh DBMS sangat besar dan memerlukan memori yang besar agar bisa bekerja secara efisien.
c. Rata-rata harga DBMS yang handal sangat mahal.
d. Terkadang DBMS meminta kebutuhan perangkat keras dengan spesifikasi tertentu sehingga diperlukan biaya tambahan.
e. Biaya konversi sistem lama (yang mencakup biaya pelatihan staf dan biaya untuk jasa konversi) ke sistem baru yang memakai DBMS terkadang sangat mahal melebihi biaya untuk membeli DBMS.
f. Kinerja terkadang kalah dengan sistem yang berbasis berkas. Hal ini bisa dipahami karena DBMS ditulis supaya dapat menangani hal-hal yang bersifat umum.
g. Dampak kegagalan menjadi lebih tinggi karena semua pemakai sangat bergantung pada ketersediaan DBMS. Akibatnya, kalau terjadi kegagalan dalam komponen lingkungan DBMS akan membuat operasi dalam organisasi tersendat (terhenti).
2.7 Konsep Dasar Analisis dan Desain Sistem Informasi
2.7.1 Pengertian Analisis dan Desain Sistem
Analisis sistem merupakan sebuah teknik pemecahan masalah yang
menguraikan sebuah sistem menjadi bagian-bagian komponen dengan tujuan
mempelajari seberapa bagus bagian-bagian komponen tersebut bekerja dan
berinteraksi untuk meraih tujuan mereka. (Whitten et.al, 2004).
Sedangkan sistem desain adalah sebuah teknik pemecahan masalah yang
saling melengkapi (dengan analisis sistem) yang merangkai kembali bagian-
bagian relatif pada sistem yang diperbaiki. Hal ini melibatkan penambahan,
penghapusan dan perubahan bagian-bagian relatif pada sistem aslinya (awalnya)
(Whitten et.al, 2004).
2.8 Obat
PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993 mendefinisikan obat (jadi) adalah
sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi (perubahan fungsi atau bagian
tubuh yang didasari oleh perkembangan penyakit) dalam rangka penetapan
diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan.
Obat dalam arti luas ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi
proses hidup, maka farmakologi merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya.
Namun untuk seorang dokter, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat
menggunakan obat untuk maksud pencegahan, diagnosis dan pengobatan
penyakit. Selain itu, agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan
berbagai gejala penyakit (Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia).
Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan dan kesehatan (Kebijakan Obat Nasional, Departemen
Kesehatan RI, 2005).
2.8.1 Peran Obat
Obat merupakan salah satu komponen yang tidak dapat tergantikan dalam
pelayanan kesehatan. Obat berbeda dengan komoditas perdagangan, karena selain
merupakan komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial. Obat
berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena penanganan dan
pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan
obat atau farmakoterapi. Seperti yang telah dituliskan pada pengertian obat diatas,
maka peran obat secara umum adalah sebagai berikut (Bagian Farmakologi,
Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia):
1. Penetapan diagnosa.
2. Untuk pencegahan penyakit.
3. Menyembuhkan penyakit.
4. Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan.
5. Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu.
6. Peningkatan kesehatan.
7. Mengurangi rasa sakit.
2.9 E-Procurement
2.9.1 Pengertian E-Procurement
E–procurement adalah kegiatan pembelian antara pembeli dan supplier
yang terintegrasi mulai dari permintaan pembelian, pembelian, pengiriman hingga
pembayaran yang berbasiskan web dengan memanfaatkan internet yang dapat
memungkinkan pembelian dan penjualan secara otomatis, mengontrol inventaris
lebih efektif, menurunkan biaya pembelian dan meningkatkan siklus produksi
(Kalalota et al. 2001).
Kalakota dan Robinson (2004) mendefinisikan e-procurement mengacu
pada semua aktivitas yang melibatkan mendapatkan barang-barang dari supplier
melalui medium teknologi informasi, hal ini meliputi pembelian dan juga kegiatan
logistik ke dalam seperti transportasi, barang masuk, dan penyimpanan di gudang
sebelum barang tersebut digunakan.
Sedangkan Chaffey (2007) e-procurement merupakan integrasi dan
manajemen elektronik terhadap semua aktivitas pengadaan termasuk permintaan
pembelian, pemberian hak, pemesanan, pengantaran dan pembayaran antara
pembeli dengan pemasok. Neef mendefinisikan (2001), e-procurement adalah
aplikasi sistem informasi untuk mengkoordinasikan proses pembelian pengiriman,
pengelolaan inventory, pemilihan supplier dan proses persetujuan dari bisnis
penting dengan organisasi yang berkaitan menggunakan internet.
2.9.2 Jenis Aplikasi E-Procurement
Jenis aplikasi E-Procurement bisa bermacam-macam dan masing-masing
punya fitur yang berbeda, jenis aktifitas yang didukung oleh internet juga
berbeda-beda, secara umum ada beberapa jenis aplikasi E-procurement
diantaranya yaitu E-catalogue, E-auction, B2B market exchange, B2B private
exchange (Pujawan dan Mahendrawati, 2010).
1. E-catalogue, secara tradisional katalog biasanya tercetak dalam bentuk
buku atau brosur. Dengan adanya internet, perusahaan bisa memiliki
katalog elektronik. Disini perusahaan mengumpulkan informasi supplier
atau calon supplier dengan segala produk atau jasa yang mereka bisa
pasok. E-catalogue biasanya dilengkapi dengan fasilitas pencarian
(search) sehingga perusahaan akan dengan mudah mendapatkan informasi
tentang produk atau jasa yang diinginkan.
2. E-auction, ini adalah aplikasi untuk membantu proses lelang, pada proses
pembelian lelang dilakukan oleh pembeli dengan mengumpulkan calon-
calon supplier. Maka sebelumnya sudah diberitahu oleh pembeli tentang
jumlah, spesifikasi dan waktu kebutuhan suatu barang atau jasa. Mereka
akan mengajukan penawaran secara elektronik dan selama proses lelang
mereka bisa merevisi (menurunkan) harga penawaran. Supplier yang
memberikan penawaran terendah pada akhir periode lelang akan keluar
sebagai pemenang.
3. B2B market exchange, aplikasi ini memungkinkan banyak pembeli dan
banyak penjual bertemu secara virtual, pada kebanyakan kasus aplikasi ini
dimiliki dan dikelola oleh pihak ketiga, item-item yang ditransaksikan
disini bisa spesifik untuk industri tertentu seperti baja (www.steel.com,
www.chemical.com) maupun yang lebih umum seperti MRO
(www.mro.com). B2B market exchange tidak hanya ada di negara-negara
maju, tetapi juga di negara-negara industri baru seperti cina (misalnya
chemcine.com, echinachem.com), korea (cyberdisty.com), india (seperti
chemvalue.com, indiamarkets.com, indiachemicalportal.com), middle east
(MEsteel.com) dan amerika latin (Actimart.com).
4. B2B private exchange, aplikasi ini bisa digunakan untuk membantu proses
transaksi rutin dengan supplier. perusahaan bisa mengirim PO secara
elektronik, mengecek status pengiriman, melakukan transaksi pembayaran
dan sebagainya. Disamping itu perusahaan mungkin bisa menggunakan
aplikasi ini untuk berbagi informasi tentang rencana produksi dan
informasi lainnya dengan supplier, supplier juga bisa membagi informasi
ketersediaan stok dan kapasitas produksi mereka.
2.9.3 Tujuan E-Procurmenent
Secara umum tujuan dari diterapkannya e-procurement yaitu untuk
menciptakan transparansi, efisiensi dan efektifitas serta akuntabilitas dalam
pengadaan barang dan jasa melalui media elektronik antara pengguna jasa dan
penyedia jasa. Demin (2002) menambahkan mengenai tujuan e-procurement yaitu
untuk memperbaiki tingkat layanan kepada para users dan mengembangkan
sebuah pendekatan pengadaan yang lebih terintegrasi melalui rantai pasok