I
PAGE 18
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki luas perairan
yang sangat luas. Luas perairan laut Indonesia mencapai 5,8 juta
km2 yang terdiri dari perairan territorial 3,1 juta km2 dan 2,7
juta km2 perairan ZEE. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan
perikanan telah memiliki modal yang sangat kuat untuk dikembangkan
di Indonesia (Yuniarti, 2000 dalam atira 2011).Perikanan merupakan
salah satu upaya manusia untuk memanfaatkan sumberdaya hayati
perairan untuk kepentingan hidupnya, baik berupa sumberdaya hayati
hewani maupun tumbuh-tumbuhan. Pengelolahan sumberdaya perairan,
secara garis besarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu perikanan
budidaya dan perikanan penangkapan. Dalam perikanan budidaya
termasuk pendederan, pembenihan dan pembesaran. Sedangkan
penangkapan meliputi penangkapan ikan dan organisme lainnya yang
berada di perairan umum dan laut (Lesmana, 2001 dalam atira
2011).
Pakan merupakan salah satu penentu yang sangat besar peranannya
dalam usaha budidaya ikan baik dilihat sebagai faktor penentu
pertumbuhan maupun dilihat dari segi biaya produksi. Dari
keterkaitan hubungan antara fisiologi, pencernaan, nutrisi dan
pertumbuhan maka jelas bahwa pemahaman tentang fisiologi pencernaan
sangat dibutuhkan dalam pengembangan budidaya (Affandi, 2002).
Ikan mempunyai peranan yang tinggi sebagai sumber gizi, hal ini
disebabkan karena ikan relatif mudah didapat dan harganya
terjangkau untuk semua lapisan ekonomi masyarakat, kandungan
gizinya yang tinggi, dan nilai biologis ikan itu sendiri yaitu 20
%. Nilai biologis adalah perbandingan antara jumlah protein yang
diserap dan jumlah protein yang dikeluarkan oleh tubuh. (Feliatra
dkk, 2003). Ikan terkenal sebagai makhluk hidup yang mempunyai
potensi fekunditas yang tinggi dimana kebanyakan jenis ikan
merupakan penghasil telur beribu-ribu bahkan berjuta-juta butir
setiap tahun. Apabila alam tidak mengaturnya maka dunia ini akan
sangat padat sekali dengan ikan (Anonim, 2006). 1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum adalah untuk mengamati aktivitas
pergerakan dari masing-masing sirip baik sirip dada (pectoral fin),
sirip perut (ventral fin), sirip ekor (caudal fin), sirip anus
(anal fin), dan sirip punggung (dorsal fin) sementara itu pada
mekanisme ikan mengambil makanan dan laju menghancurkan makanan di
dalam lambung adalah untuk mempelajari cara beberapa jenis ikan
mengambil makanan dan kecepatan kemampuan saluran pencernaan
menghancurkan jenis makanan yang dimakan oleh ikan.1.3.
ManfaatPertama, dengan praktikum ini praktikan diharapkan
mengetahui kebiasaan pergerakan sirip ikan dan caranya mengambil
suatu jenis makanan.Kedua, para praktikan juga diharapkan dapat
mengetahui waktu yang diperlukan ikan dalam penghancuran suatu
jenis makanan tertentu.II. TINJAUAN PUSTAKA
Sirip pada ikan berperan sangat penting dalam penentuan arah dan
gerak ikan. Sirip pada ikanb terdiri dari sirip punggung (Dorsal ),
sirip perut (Ventral), sirip anus (Anal), sirip dada (Pectoral),
dan sirip ekor (Caudal), kelima sirip tersebut ada yang bersifat
ganda seperti pada sirip dada dan sirip perut, sedangkan yang
lainnya bersifat tunggal. Tidak semua spesies ikan dipermukaan bumi
ini memiliki secara utuh kelima sirip tersebut secara sempurna
melainkan ada yang tidak lengkap
Bentuk dan posisi masing-masing sirip pada ikan sangat
bervariasi antara satu spesies dengan spesies lainnya. Bahkan ada
beberapa jenis ikan yang kekurangan satu dari macam sirip seperti
halnya pada ikan selais (Cryptppterus sp), bawal laut (Sromateus
sp). Ada juga ikan yang memiliki sirrip yang telah termodifikasi
salah satu nya ikan gurami (Osphronemus gouramy) dan ikan sepat
siam (Trichogaster pectoralis) (Pulungan dkk, 2007). Cara ikan
mengambil makanan dari alam lingkungan sangat bervariasi yaitu
tergantung pada ukuran, umur ikan, spesies ikan dan sipat ikannya.
Dalam upaya mendapatkan dan memakan makanannya sangat dipengaruhi
oleh posisi keberadaan mangsa yang akan dimakan, aktivitas gerak
dari mangsa, bentuk makanan, ukuran makanan dan warna dari makanan
yang akan dimakan (Ridwan dkk, 2006).
Menurut Alifuddin (2001) ukuran lambung biasanya berkaitan
dengan jenis dan ukuran makanan yang dimakan, ikan yang secara
rutin memangsa makanan yang besar mempunyai lambung yang besar dan
sebaliknya bagi ikan yang memangsa makanan yang kecil, ukuran
lambungnya kecil atau tidak mempunyai lambung.
Ikan tidak pernah mengunyah dan menghancurkan makanan secara
fisik di dalam rongga mulut karena tidak memiliki gigi geraham
seperti pada mamalia. Maka dari itu proses penghancuran makanan
berlangsung di dalam lambung pada ikan karnivora, pada lambung
palsu yaitu ikan Cyprinidae dan pada intestinum pada ikan
herbivora. Oleh karena itu kecepatan dan kemampuan lambung, lambung
palsu serta intestinnum ikan menghancurkan makanan tergantung pada
jenis makanan yang dimakan, jenis enzim yang terdapat dalam saluran
pencernaan, bentuk serta ukuran saluran pencernaan yang dimiliki
oleh setiap spesies ikan (Pulungan dkk, 2007).Secara anatomis,
struktur alat pencernaan ikan berkaitan dengan bentuk tubuh,
kebiasaan makanan dan kebiasaan memakan (katagori ikan) serta umur
(stadia hidup) ikan. Struktur dan fingsi dari bagian-bagian alat
pencernaa. 1) saluran pencernaan yang maliputi mulut, rongga mulut,
pharynx, esofagus, lambung, pylorus, usus, rectum dan anus. 2)
kelenjar pencernaa yang meliputi : hati dan empedu serta pankreas
(Affandi, 2002).Dapnia sp dan moina sp, kutu air adalah
udang-udangan renik yang termasuk dalam. Filum: Arthropoda, kelas:
Crustacea, Subkelas: Entomostraca, familia: Daphnidae, Ordo:
Phylopoda, subordo: Cladosera. Moinai berukuran 500-1.000 mikron)
dan Daphnia berukuran 1.000-5.000 mikron. Diatara udang-udangan
renik lainya, kutu air termasuk yang paling primitif.
Cacing Tubifex sering disebut cacing rambut karena bentuk dan
ukurannya seperti rambut. Ukurannya kecil dan ramping, panjang 1-2
cm. Warna tubuh kemerah-merahan. Termasuk kelompok nematoda.
Tubuhnya beruas-ruas. Cacing ini memiliki saluran pencernaan.
Mulutnya berupa celah kecil, terletak di bagian terminal.
(Yurisman, 2004).
III. BAHAN DAN METODE3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Fisiologi Hewan Air ini dilaksanakan pada Hari Senin
Tanggal 9 Maret 2015, Pukul 13.00-15.00 WIB yang bertempat di
Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Riau.3.2. Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum Fisiologi Hewan Air
ini adalah ikan patin (Pangasius sutchi) sebanyak 8 ekor yang
berukuran panjang 6 8 cm, jenis makanan ikan seperti pellet dan
tubifex secukupnya. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah
toples yang digunakan untuk wadah meletakkan ikan sebagai pengganti
akuarium,stopwatch untuk menghitung waktu, tangguk kecil untuk
menangkap ikan, gunting bedah untuk membedah tubuh ikan, tissue
untuk membersihkan alat-alat praktikum, serbet untuk membersihkan
meja praktikum, mistar untuk mengukur panjang ikan,buku penuntun,
pensil (alat tulis lain nya), dan nampan.3.3. Metode Praktikum
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah pengamatan
secara langsung yang dilakukan di Laboratorium Biologi Perairan
Universitas Riau.3.4. Prosedur Praktikum Pengamatan Pergerakan
Sirip-Sirip Ikan`pada saat sesudah dan sebelum diberi makan
Pertama siapkan toples 3 buah untuk wadah,kemudian masukkan air
dan ikan sampel pada masing-masing toples secara bersamaan kedalam
masing-masing toples tersebut dimana pada toples pertama terdiri
dari 3 ekor ikan patin,pada toples ke 2 masukan 3 ekor ikan patin
juga sedangkan pada toples yang ketiga masukan 2 ekor ikan patin
saja,kemudian amati secara berkala pergerakan sirip-sirip yang
digiunakan sebelum diberi makanan baik itu tubifex dan
pellet.Kemudian setelah selesai pengamatan pertama dilanjutkan
dengan mengamati kembali pergerakan sirip pada saat ikan diberi
makanan yaitu sirip-sirip apa saja yang digunakan ikan saat ikan
mengambil makanan yang di atas mengambil makanan yang di dasar dan
terakhir mengambil makanan yang bergerak ke atas dan ke bawah.
Mekanisme Ikan Mengambil Makanan Dan Laju Menghancurkan Makanan Di
Dalam Lambung
Pada 3 toples tadi diantaranya toples pertama terdiri dari 3
ekor ikan patin dimasukkan pellet secukupnya saja,sedangkan pada
toples ke 2 yang terdapat 3 ekor ikan patin tadi masukkan Tubifex
sedangkan pada toples yang ketiga yang terdapat 2 ekor ikan patin
tidak dimasukkan apa-apa(kontrol).Lalu diamkan selama 5 menit lalu
diambil dengan menggunakan tangguk sebanyak 1 ekor ikan pada setiap
toples tersebut kemudian amati cara ikan memakan kemudian ukur
SL/TL,lalu bedah ikan tersebut dan amati jenis makanan yang di
makan pada bagian Intestinum (usus) dengan memperhatikan apakah
makanan dalam keadaan hancur,sangat hancur atau masih utuh.Kemudian
ambil lagi 1 ekor ikan pada menit ke 10 disetiap masing-masing
toples dengan melakukan tahapan kerja yang sama seperti pada 5
menit pertama,begitu juga 15 menitnya lakukan pengamatan dengan
tahap-tahap yang sama pada tahap sebelumnya.IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN4.1. Hasil
Ikan Patin ( Pangasius sutchi )Klasifikasi ikan patin (
Pangasius suctki )antara lain:
Phylum: Chordata
Klas
: Pisces
Sub-klas: Teleostei
Ordo
: Ostariophisy
Famili
: Clariidae
Genus
: PangasiusSpesies: ( Pangasius sutchi )
Gambar 1: Ikan Patin ( Pangasius sutchi )
Dari praktikum pengamatan pergerakan sirip-sirip ikan dan
mekanisme ikan mengambil makanan dan laju menghancurksan makanan di
dalam lambung maka di dapatkan hasilnya sebagai berikut:
Table 1.Pergerakan sirip ikan Patin(Pangasius sutchi)sebelum
duberi makanan.SiripArah
MajuMundurDiamAtasBawahBelok
Dorsal
Ventral
Pektoral
Anal
Caudal
Tabel 2 .Pergerakan sirip ikan Patin (Pangasius sutchi)sesudah
diberi makanan.SiripArah
MajuMundurDiamAtasBawahBelok
Dorsal
Ventral
Pektoral
Anal
Caudal
Table 3. Mekanisme ikan mengambil makanan dan laju menghancurkan
makanan di dalam lambungWaktu (Menit)Ukuran
SL/TL
(cm)Keadaan Makanan
(Pelet)Keadaan Makanan
(Tubifex)Keadaan Makanan
(Kontrol)
HSHMUHSHMUHSHMU
5 MenitIkan Pertama Toples 1
(6,5/8)
Ikan Pertama Toples 2
(5,7/7)
Ikan Pertama Toples 3
(6,5/8)
10 MenitIkan Kedua
Toples 1
(7/8,5)
Ikan Kedua
Toples 2
(6,5/8)
Ikan Kedua
Toples 3
(6,5/7)
15 MenitIkan Ketiga
Toples 1
(6,5/8)
Ikan Ketiga
Toples 2
(6,7/8)
4.2. Pembahasan Pengamatan Pergerakan Sirip Sirip Ikan
Sirip yang terdapat paada tubuh ikan terdiri dari 2 macam sirip
berpasangan yaitu sirip dada (pectoral fin) dan sirip perut
(ventral fin), dan 3 macam sirip tidak berpasangan yaitu sirip ekor
(caudal fin), sirip anus (anal fin), dan sirip punggung (dorsal
fin). (Pulungan et al dalam buku penuntun Praktikum Fisologi Hewan
Air 2007).
Berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan yang dilakukan selama
praktikum dalam mengamati pergerakan sirip-sirip ikan Patin adalah
ikan ini mempunyai kelengkapan sirip yaitu anal fin, ventral fin,
pectoral fin, dorsal fin dan caudal fin yang kelima sirip tersebut
mempunyai fungsi masing-masing. Untuk pergerakan sirip sebelum
diberi makanan yaitu sebagai berikut pada saaat ikan maju yang
paling berfungsi adalah sirip dada dan ekor. Pada saat ikan mundur
yang paling sirip tidak berfungsi.Pada saat bergerak keatas sirip
yang paling berfungsi adalah sirip dada,punggung, perut dan sirip
ekor yang memberikan tenaga dorongan sedangkan sirip Anal tidak
berperan. Pada saat turun ke bawah semua sirip berperan.Pada waktu
ikan Patin berbelok sirip yang berfungsi adalah sirip dada sebagai
kendali dan sirip ekor mendorong.
Sirip pada ikan berfungsi sebagai alat pergerakan ketika ikan
berada dalam peraiaran dan masing-masing sirip pada ikan tersebut
punya peranan tersendiri dan dalam melakukan aktivitasnya kesemua
macam sirip itu saling berinteraksi. Kemampuan sirip-sirip tesebut
membuat pergerakan sehingga mempengaruhi kecepatan pergerakan tubuh
ikan adalah dipengaruhi oleh urat daging bergaris yang terdapat
pada sendi-sendi pangkal sirip (Pulungan dkk, 2007).
Pergerakan sirip ikan setelah diberi makanan pada saat mengambil
makanan sirip-sirip bergerak lebih cepat ketika mengambil makanan
keatas dan kebawah. Pada saat mengambil makanan yang didasar sirip
yang bergerak hanya sirip dada.Untuk proses kimiawi diperlukan
berbagai macam enzim yang dihasilkan oleh kelenjar eksokrin dan
beberapa sel yang terdapat dalam dinding usus. Jadi pencernaan
merupakan kombinasi dari proses mekanis dan kimia (Tim Ikhtiologi,
2012).
Pergerakan ikan ke atas menggunakan sirip punggung (Dorsal),
sirip dada (Pectoral), sirip perut (Ventral), sirip anus (Anal) dan
sirip ekor (Caudal). Pergerakan ikan menuju ke bawah perairan
menggunakan sirip sirip punggung (Dorsal), sirip dada (Pectoral),
sirip anus (Anal) dan sirip ekor (Caudal). Pergerakan ikan ke depan
menggunakan sirip dada (Pectoral), dan sirip ekor (Caudal).
Pergerakan ikan ke belakang menggunakan sirip dada (Pectoral),
sirip perut (Ventral), dan sirip ekor (Caudal). Pergerakan ikan
yang diam menggunakan sirip dada (Pectoral) dan sirip ekor
(Caudal). (Sumantadinata, 2003).Untuk mendapatkan Makanan yang
diatas ikan bergerak dengan menggunakan sirip ekor, sirip dada dan
sirip punggung. Untuk makanan yang berada di dasar ikan menggunakan
sirip ekor dan sirip dada sementara itu untuk mendapatkan makanan
yang bergerak ke atas dan ke bawah maka ikan ini menggunakan sirip
ekor dan sirip dada. Mekanisme ikan mengambil makanan dan laju
menghancurkan makanan di dalam lambung
Dasar gerak mendorong saluran pencernaan adalah gerak
peristaltic. Peristaltic merupakan sifat yang terdapat pada otot
polos, dan perangsangan pada sembarangan tempat menyebabkan cincin
kontraksi. Peregangan akibat sejumlah makanan mengumpul pada bagian
usus akan merangsang pada bagian usus berkontraksi. Meskipun secara
teoritis, peristaltic dapat terajadi pada masing-masing arah dan
tempat perangsangan, tetapi dalam keadaan normal, peristaltic yang
menuju kemulut, cepat hilang sedangkan yang menuju ke anus terus
berlangsung sampai jarak yang cukup jauh Fujaya (2004).
Dari table di atas dapat dilihat bahwa sirip ekor lebih banyak
bergerak pada saat mengambil makanan dari pada sirip sirip
lainnya,. Proses pencernaan makan pada pellet dan tubifex dapat di
cerna dengan sempurna karena jenis yang dimakan berbentuk lunak
sehingga dengan mudah usus mencernanya.
Beberapa ikan dapat dikategorikan menjadi herbivor, karnivor dan
omnivor. Ikan herbivor saluran pencernaan lebih panjang dari ikan
karnivor ini dipengaruhi oleh jenis makanan, panjang usus dan
jumlah makanan yang tidak dapat dicerna (Lumban Batu, 1979 dalam
nardi 2012).
Alat-alat pencernaan makanan secara berturut-turut dari awal
makanan masuk kemulut dapat dikemukakan sebagai berikut : mulut,
rongga mulut, pharynx, esophagus, lambung, pylorus, usus dan anus.
Dalam beberapa hal terdapat adaptasi alat-alat tersebut terhadap
makanan dan kebiasaan makannya, organ pencernaan ini diengkapi dan
dibantu oleh hati dan pancreas (Boer, 2006).
Ukuran lambung biasanya berkaitan dengan jenis dan ukuran
makanan yang dimakan, ikan yang secara rutin memangsa makanan yang
besar mempunyai lambung yang besar dan sebaliknya bagi ikan yang
memangsa makanan yang kecil, ukuran lambungnya kecil atau tidak
mempunyai lambung.
Cara ikan mengambil makanan dari alam lingkungan sangat
bervariasi yaitu tergantung pada ukuran, umur ikan, spesies ikan
dan sipat ikannya. Dalam upaya mendapatkan dan memakan makanannya
sangat dipengaruhi oleh posisi keberadaan mangsa yang akan dimakan,
aktivitas gerak dari mangsa, bentuk makanan, ukuran makanan dan
warna dari makanan yang akan dimakan (Ridwan dkk, 2006).Ikan tidak
pernah mengunyah dan menghancurkan makanan secara fisik di dalam
rongga mulut karena tidak memiliki gigi geraham seperti pada
mamalia. Maka dari itu proses penghancuran makanan berlangsung di
dalam lambung pada ikan karnivora, pada lambung palsu yaitu ikan
Cyprinidae dan pada intestinum pada ikan herbivora. Oleh karena itu
kecepatan dan kemampuan lambung, lambung palsu serta intestinnum
ikan menghancurkan makanan tergantung pada jenis makanan yang
dimakan, jenis enzim yang terdapat dalam saluran pencernaan, bentuk
serta ukuran saluran pencernaan yang dimiliki oleh setiap spesies
ikan (Pulungan dkk, 2007).V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa pada saat ikan bergerak menggunakan sirip baik sebelum dan
sesudah mengambil makanan, sirip yang digunakan semua siripnya baik
dalam keadaan maju,atas,bawah,dan belok tapi yang paling berperan
adalah sirip dada dan sirip ekor, karena pada sirip dad dan ekor
merupakan penyeimbang gerakan tubuh ikan. Sedangkan sirip-sirip
tidak berguna pada saat ikan dalam keadaan mundur dan diam.Pada
pakan yang di berikan ikan juga dapat mencerna dengan sempurna
karena pakan yang dimakan lunak sehingga usus dengan mudah
mencernanya dan memiliki tingkat kehancuran yang berbeda
berdasarkan tingkatan waktunya.5.2. Saran
Pada waktu praktikum terdapat kesulitan pada saat mengamati ikan
dalam toples karena ikan cukup tampak dilihat dengan mata
telanjang. Jadi tidak ada permasalahan yang berarti pada saat
praktikum.
DAFTAR PUSTAKAAffandi, R et al. 2002. Fisiologi Hewan Air.
Institut Pertanian Bogor. 213 hal.Anonim. 2006. Fisiologi Ikan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.
78 hal. fandi, R dan U. M. Tang. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri
Press. Pekanbaru. 213 hal.Feliatra et al. 2003. Pengantar Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Riau. Pekanbaru.
Fujaya, Yushinta. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik
Perikanan. Rineka Cipta: Jakarta.179 hal
.
Hernowo. 2003. Pembenihan Patin . Penebar Swadaya : Jakarta. 66
hal.
Lesmana. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penebar
Swadaya. Jakarta. 160 hal.Manda, R., I. Lukystiowati., C. Pulungan
dan Budijono. 2006. Penuntun Praktikum Ichthyologi. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru.Mudjiman,
A. 2001. Makanan ikan. Cet. Ke 15. PT. Penebar swadaya. Jakarta.
190 hal.Pulungan, C.,I. Lukystiowati dan Windarti. 2007. Pennuntun
Praktikum Fisiologi Hewan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelauran.
Universitas Riau. Pekanbaru.
Sumantadinata, K. 2003. Pengembangbiakan Ikan ikan Peliharaan di
Indonesia. Sastra Budaya. Bogor. 132 hal.
Sunarwanto, 2004. Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Gajah
Mada University. 554 hal. Susanto, H. 2002. Budidaya Ikan di
Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta. 152 hal.
Yuniarti. 2000. Inventarisasi Dan Identifikasi Ikan Channidae
yang terdapat di Sungai Kampar Propinsi Riau. Laporan Praktek
Lapang. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau,
Pekanbaru. 32 hal (tidak diterbitkan).
LAMPIRANLampiran 1.Alat-alat yang digunakan selama
praktikum:
Nampan
Serbet
Tissu
Alat Tulis
Tangguk
Buku Penuntun
Toples
Gunting Bedah Ikan Patin