Top Banner

of 91

First Aid & Mountain Rescue

Oct 30, 2015

Download

Documents

Elliz Olsen

First Aid & Mountain Rescue
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

LEMDIKANASLEMDIKANAS

FIRST AID and MOUNTAIN RESCUE

PRINSIP PERTOLONGAN PENDERITA GAWAT DARURAT PRARUMAH SAKIT DAN TRANSPORTASINYA

PENDAHULUAN

Penderita gawat darurat adalah penderita yang berada dalam keadaan terancam jiwanya dan bila tidak dilakukan pertolongan segera akan meninggal dunia. Penderita ini dapat kita temukan di luar rumah sakit maupun di dalam rumah sakit. Kasus yang diketemukan di luar rumah sakit yang terbanyak adalah korban kecelakaan.

Baik berupa kecelakaan dalam rumah tangga yang sering menimpa anakanak maupun orang lanjut usia. Kecepatan dalam bidang transportasi baik kecelakaan Ialu lintas jalan raya, kecelakaan penerbangan maupun pelayaran. Kecelakaan kerja pada bidang industri, pertanian, pertambangan dll, maupun kecelakaan akibat bencana alam atau kecelakaan yang menimpa pelaku kegiatan di alam bebas. Selain karena kecelakaan kegawatan penderita dapat diketemukan karena penyakit yang diderita sebelumnya.

Sedangkan kasus yang kita jumpai di rumah sakit pada umumnya adalah kasus pasca pembedahan. Kedua kelompok kasus tersebut baik yang terjadi di luar rumah sakit maupun di dalam rumah sakit pada prinsipnya pertolongan pertama untuk mengatasi kegawat daruratannya adalah sama. Tetapi terdapat perbedaan yang besar pada pelaku pertolongan pertama. Untuk kasus di luar rumah sakit kejadian pertama biasanya diketahui oleh orang awam, sedangkan kasus yang didapatkan di dalam rumah sakit biasanya langsung ditangani oleh petugas medis.

Sedangkan keberhasilan penanganan kasus gawat darurat tergantung pada beberapa hal, tidak hanya alatalat canggih ataupun obatobatan, tetapi tergantung pada kecepatan penanganan pertama dan kualitas dari usaha pertolongan yang dilakukan. Kecepatan dan kualitas pertolongan pertama untuk kasuskasus yang terjadi di luar rumah sakit akan melibatkan banyak pihak yang pada umumnya bukan petugas medis, tetapi masyarakat awam.

Kecepatan pertolongan yang dimaksudkan meliputi kecepatan diketemukannya/diketahuinya keadaan pasien, kecepatan dilakukan pertolongan pertama, kecepatan dalam memindahkan (transportasi) penderita ke pusat fasilitas medis yang lebih lengkap untuk mendapat bantuan lanjutan.

Sedangkan kualitas pertolongan yang dimaksudkan meliputi kemampuan untuk mengetahui adanya kasus gawat darurat (kemampuan membedakan dengan kasus tidak gawat dan tidak darurat), kemampuan memberikan pertolongan pertama dengan tepat sesuai dengan kemampuannya (pengetahuan dan keterampilannya) sampai penderita diserahkan kepada tenaga medis yang mempunyai pengetahuan khusus untuk penanganan kasus gawat darurat.

Bila yang terjadi adalah korban masal (dalam jumlah besar) maka diperlukan pula kemampuan tambahan khususnya pengetahuan dalam pengorganisasian tugas, komunikasi penyediaan sarana/ fasilitas dsb. Karena hal ini akan berpengaruh pada kecepatan dan kualitas pertolongan pertama yang dilakukan. Kecepatan dan kualitas pertolongan pertama diluar rumah sakit yang ditangani oleh petugas non medis (orang awam) inilah yang akan menjadi pokok bahasan kali ini.Pertolongan Pertama Kasus Gawat DaruratHal pertama yang harus diketahui oleh seseorang yang akan memberikan pertolongan pertama adalah mengetahui keadaan penderita. Bagi para petugas medis hal ini bukan masalah karena mereka mendapat pelajaran untuk hal tersebut. Dan bagi orang awam terutama mereka yang bekerja memberikan pelayanan pada masyarakat luas juga harus mendapat pengetahuan tambahan tentang masalah tersebut. Misalnya untuk kasus kecelakaan lalu lintas dijalan raya maka para petugas polisi yang akan menemukan penderita pertama kali harus mempunyai pengetahuan ini.

Dalam kasus kebakaran maka petugas Dinas Kebakaran yang harus mempunyai pengetahuan tersebut. Demikian pula pada kasus kecelakaan kerja selain petugas medis bila tersedia maka petugas yang ditunjuk untuk penanganan keselamatan kerja juga harus mempunyai pengetahuan tersebut. Kelompok ini yang disebut kelompok awam khusus yaitu orang awam karena tugasnya perlu mendapat pengetahuan tambahan dalam hal penanganan kasus gawat darurat dilokasi tempat ia bekerja.

Dan bila keadaan gawat darurat terjadi di dalam rumah tangga, maka anggota keluarga yang pertama kali harus memberikan pertolongan tersebut. Sehingga pendidikan ini biasa juga diberikan pada kaum ibu rumah tangga terutama dalam menghadapi kecelakaan keluarganya.

Dari pembicaraan di atas maka secara garis besar usaha pertolongan pertama pada kasus gawat darurat dapat terjadi pada:

Keadaan seharihari baik berupa kecelakaan lalu lintas jalan raya, kecelakaan kerja maupun kecelakaan di rumah tangga.

Keadaan yang terjadi tibatiba, misalnya kebakaran atau terjadinya bencana dengan korban masal (Bencana alam, Bencana industri/ teknologi dan bencana transportasi lainnya yaitu kecelakaan pesawat terbang dll).

Di negara maju telah dilakukan penellitian dan dikemukakannya datadata statistik bahwa kejadian seharihari yang menyebabkan kasus gawat darurat ternyata jauh lebih besar daripada jumlah kejadian pada wabah penyakit menular.

Di Indonesia memang belum dibuat penelitian tentang hal ini, tetapi sudah dapat diperkirakan dengan kemajuan sosio ekonomi dan kemajuan teknoiogi di Indonesia akan membawa konsekuensi meningkatnya kasus gawat darurat. Untuk itu pengetahuan tentang pertolongan penderita gawat darurat (PPGD) perlu disebarluaskan melalui pendidikan khusus untuk orang awam khusus dan melalui media masa untuk orang awam pada umumnya. Sehingga pertolongan pertama yang cepat dan tepat akan membantu kelangsungan hidup penderita. Karena merupakan usaha yang siasia bila adanya peralatan canggih di rumah sakit dan banyaknya dokter ahli vang akan melakukan pertolongan korban, tetapi korban ini telah meninggal sebelum sempat/tiba di rumah sakit yang disebabkan ketidaktahuan orang awam untuk memberikan pertolongan pertama saat korban diketemukan.

Prinsip dasar pertolongan pertama pada penderita gawat daruratUntuk memberikan pengetahuan penanganan penderita gawat darurat (PPGD) pada orang awam khususnya pertolongan pertama sebelum ditangani oleh petugas medis terdapat 5 hal pokok yaitu :

1.Memberikan pengetahuan tentang kejadiankejadian yang dapat menyebabkan terjadinya korban gawat darurat.

2.Memberikan pengetahuan tentang anatomi tubuh kita secara garis besar dengan gangguan fungsi yang menyebabkan penderita dalam keadaan gawat darurat.

3.Mengetahui tahaptahap tindakan pertolongan pertama dan mengetahui cara memberikan prioritas dalam penanganan korban.

4.Mengetahui tindakan yang tepat untuk melakukan pertolongan pertama pada pernderita gawat darurat.

5.Mengetahui tindakan selanjutnya untuk mendapat bantuan lebih lanjut (cara meminta tolong, cara membawa transportasi penderita) ke pusat/ fasilitas medis yang sesuai dengan kasusnya.

Seluruh pengetahuan ini merupakan rangkaian pengetahuan yang harus diketahui untuk mendapat hasil yang diharapkan. Pengetahuan tentang kejadian yang dapat menyebabkan kasus gawat darurat telah diuraikan baik pada kasus seharihari atau bila terjladi bencana.

Pengetahuan tentang anatomi tubuh dan gangguan fungsi yang dapat menyebabkan kasus gawat darurat, meliputi :

1. Sistem pernapasan

2. Sistem peredaran darah

3. Sistem susunan saraf pusat.Ketiga sistem tersebut di atas yang mendapat perhatian khusus dalam penanganan kasus gawat darurat, bukan berarti sistem tubuh lainnya seperti sistem pencernaan, sistem saluran kemih dan sistem muskuloskeletal (otot dan rangka) tidak dapat menyebabkan kasus gawat darurat. Tetapi pada sistem tubuh yang lain ini bila gangguannya menyebabkan kasus gawat darurat maka manifestasi kliniknya juga tampak pada sistem pernapasan maupun sistem peredaran darah.

Dengan mengetahui kelainan pada ketiga sistem tersebut maka pertolongan pertama dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. misalnya gangguan pada sistem pernapasan berupa henti napas memerlukan pertolongan pertama dalam beberapa menit (tidak melebihi 3 - 5 menit). Dan bila kelainan terjadi pada sistem peredaran darah misalnya perdarahan hebat maka waktu pertolongan pertama dapat diharapkan dalam beberapa jam (26 jam) sebelum terjadi gangguan yang bersifat permanen (tidak bisa dikoreksi atau diperbaiki lagi). Demikian pula kelainan pada susunan saraf pusat biasanya pada cedera kepala yang mempunyai variasi banyak dalam manifestasi kliniknva, memerlukan penanganan yang segera pula.

Mengenal gangguan pada sistem pernapasan

Untuk mengenal gangguan pada sistem pernapasan digunakan tahap pemeriksaan dan penanganan sebagai berikut :

1. Penolong mengetahui apakah penderita masih bernapas atau tidak (menderita henti napas atau tidak). Tindakan ini dilakukan dengan cara yang sederhana yaitu LLF (Look, Listen, Feel) Lihat pergerakan dada korban, Dengar suara nafas korban, Rasakan hembusan nafas korban rangkaian ini hanya membutuhkan waktu 5 detik ). Lihat gambar.

2. Bila tidak bernapas segera lakukan pemeriksaan jalan napas, apakah terdapat sumbatan atau tidak. Sumbatan jalan napas biasanya disebabkan oleh pangkal lidah yang jatuh ke belakang dan menutup jalan napas atau karena adanya benda asing (muntahan, bekuan darah, gigi dll) yang berada dalarn rongga mulut atau karena posisi kepala yang menyebabkan jalan napas terlibat. Bila ketiga hal tersebut yang terjadi maka, tindakan pertolongan pertama yang dilakukan adalah membebaskan jalan napas dengan menarik lidah ke luar, mengeluarkan benda asing dalam rongga mulut (gunakan kedua jari tangan kita) dan menengadahkan kepala penderita ( Hanya dilakukan bila tidak ditemukan cedera tulang leher ) sehingga jalan napas terbuka selebarlebarnya.

3. Bila hal tersebut telah dilakukan dan penderita tetap dalam keadaan henti napas, maka harus dilakukan pemberian pernapasan buatan dari mulut ke mulut (mouthtomouth). Tindakan ini harus dilatih menggunakan alat peraga (boneka) secara periodik.

4. Bila diketemukan penderita masih bernapas tetapi pernapasan-nya tidak normal, maka penderita ini memerlukan penanganan dokter dengan segera.

Sebagai contoh : Bila pernapasan cepat dan dalam, kemungkinan penderita berada dalam keadaan shock. Bila pernapasan dilakukan dengan tenaga besar/berat (megap-megap) maka kemungkinan penderita mengalami obstruksi (penyumbatan) jalan napas atau mungkin penderita menderita penyakit jantung. Bila pernapasan penderita tidak teratur iramanya (irregular), kemungkinan penderita berada dalam keadaan koma diabetikum, gangguan fungsi ginjal (uremia) atau pada kelainan fungsi susunan syaraf pusat. kelainan lain yaitu adanya pernapasan CheyneStokes yaitu pernapasan yang dalam dan teratur tetapi diikuti dengan adanya henti napas (apnea) secara periodik biasanya terjadi pada penderita cedera kepala berat. Pernapasan lainnya yang khas misalnya pada penderita asma dll.

5. Bila penderita bernapas normal maka baru kita mulai dengan pemeriksaan sistem organ tubuh lainnya.DISODERS OF RESPIRATION

Kondisi-kondisi yang menyebabkan hypoxia (rendahnya kadar oksigen dalam darah)

KONDISIPENYEBAB

Tidak cukupnya oksigen dalam udara yang dihirup.Sesak napas karena asap atau gas. Pergantian tekanan udara saat di ketinggian (berada di tempat yang sangat tinggi), atau di dalam sebuah pesawat terbang bertekanan rendah

Gangguan pernapasan Sesak napas atau sulit napas karena gangguan dari faktor luar, seperti bantal, atau air (tenggelam). Halangan atau bengkak didalam alat pernapasan. Tekanan pada batang tenggorokan contohnya, karena tergantung atau tercekik.

Hal-hal yang mempengaruhi tulang dadaYang menghancurkan contonhya, karena longsoran tanah atau karena tekanan tulang dad cedera dengan beberapa retakan pada tulang rusuk atau mengkerut karena luka bakar.

Fungsi paru-paru yang tergangguCedera/luka pada paru-paru. Pengempisan paru-paru. Infeksi paru-paru seperti pneumonia.

Kerusakan otak atau syaraf-syaraf yang mengendalikan sistem pernapasanCedera kepala, atau stoke, yang merusak pusat pernapasan di dalam otak. Beberapa bentuk keracunan. Kelumpuhan syaraf untuk mengendalikan otot-otot pernapasan, seperti cedera pada urat syaraf tulang belakang

Terganggunya pengangkutan oksigenKeracunan korban monoksida. Keracunan sianida

Proses terjadinya Hypoksia

TAHAP I

Gejala pada tubuh ;Menggigil hebat, aktivitas menurun

Yang dapat dilihat ; Denyut jantung lemah, menggigil, sulit bergerak, refleksi lemah.

Yang dirasakan ; Rasa lelah menggigil, mengantuk, jantung berdebar.

TAHAP II Gejala pada tubuh ; Sulit bicara, malas berpikir, daya ingat menurun

Yang dapat dilihat ; Tiba-tiba jantung terjerembab, bicarangawur tindakannya tak terkontrol/ngawur, emosi dan rasionya labil

Yang dirasakan ; Merasa sangat dingin pikiran kosong sulit bicara dan jatuh lemas.

TAHAP III

Gejala pada tubuh ; Menggigilnya menurun. Otot-oto jadi kaku pikirannya tidak jelas

Yang dapat dilihat ; Rasionya hilang mengigau/halusinasi hilangkesadaran lingkungan

Yang dirasakan ; Hilang kesadaran otot-otot mengeras/kejang gerak reflek hilang

TAHAP IV

Gejala pada tubuh ; Denyut jantung dan napas melemah

Yang dapat dilihat ; Warna kulit,bibir dan kuku-kuku membiru pupil mata membengkak dan denyut nadi lemah

Yang dirasakan ; Mengantuk hebat dan sadar.TAHAP V

Gejala pada tubuh ; Denyut jantung tersendat-sendat dan gerak reflek mati

Yang dapat dilihat ; Pingsan total

Yang dirasakan ; Tidak merasakan apa-apaTAHAP VI

Gejala pada tubuh ; Pusat syaraf yang mengatur kerja jantung, pernapasan dan otak, tidak bekerja lagi. Yang dapat dilihat ; Jantung membengkak dan terjadi pendarahan paru-paru (endema paru-paru)

Yang dirasakan ; Mati..Mengenal gangguan pada sistem sirkulasi darah.

Hal terpenting kedua bagi orang awam setelah mengetahui gangguan pada sistem pernapasan adalah gangguan pada sistem peredarah darah.

Caranya :

1. Periksa denyut nadi penderita dengan menggunakan jari kita. Pemeriksaan denyut nadi pada lengan bawah yang biasa dilakukan tidak efektif pada kasus gawat darurat (biasanya tidak teraba). Maka pemeriksaan denyut nadi sebaiknya dilakukan pada pembuluh darah besar yaitu, pembuluh darah pada pelipis (a. Temporalis), pada leher (a. Carotis), pada lipat paha (a. Femoralis).

2. Bila nadi pada pembuluh darah besar tidak teraba berarti terdapat henti jantung, maka untuk mengembalikan fungsi jantung harus dilakukan pijat (masase) jantung dari luar. Tindakan ini biasanya dilakukan bersamaan dengan melakukan pernpasan buatan. Keduanya disebut pula dengan "Resusitasi Jantung dan Paru/Resusitasi Kardiopulmonal" untuk mengembalikan fungsi jantung dan paruparu.

3. Biladenyut nadi masih teraba maka harus diketahui apakah nadi tersebut normal atau tidak. Misalnya pada denyut nadi yang kecil dan cepat menandakan penderita jatuh dalam keadaan shock. Shock dapat kita ketemukan pada beberapa keadaan misaInya penderita dengan perdarahan hebat (baik perdarahan yang tampak /eksterna maupun perdarahan yang tidak tampak/interna), penderita dengan muntah dan diare yang hebat atau pada penderita dengan luka bakar yang luas. Untuk kasus tersebut shock yang terjadi adalah shock hypovolemik (terjadinya kekurangan volume cairan tubuh), biasanya kehilangan yang terjadi antara 1/4 sampai dengan 1/3 dari jumlah cairan tubuh kita. Dan pengobatannya adalah harus dilakukan penggantian cairan secepatnya.

4. Selain penggantian cairan yang harus dilakukan juga penghentian penyebab kehilangan cairan tersebut. Misalnya bila terjadi perdarahan maka harus dilakukan penghentian perdarahan dengan segera. Untuk penggantian cairan sebagai pertolongan pertama yang dapat dilakukan misalnya pada kasus diare dan penderita masih sadar, dapat dengan memberikan cairan peroral (memberi minum) sebanyak banyaknya.

5. Gangguan sistem sirkulasi yang lain yaitu bila denyut nadi teraba tetapi tidak teratur (irregular) biasanya penderita ini menderita penyakit yang serius dan memerlukan pertolongan dokter.

6. Bila akan dipindahkan/dilakukan transportasi maka terdapat beberapa hal yang perlu diingat antara lain ; Untuk penderita dengan perdarahan, lakukan balut tekan, letakkan ekstremitas tubuh lebih tinggi dari posisi jantung.

Untuk penderita dengan patah tulang terbuka, lakukan pembidaian (fiksasi bagian yang fraktur) pada patah tulang agar tidak memperburuk keadaan (tidak menambah perdarahan dan mengurangi nyeri).

Untuk penderita yang mengalami shock. longgarkan pakaian, baringkan sebaiknya tungkai bawah dinaikkan (lebih tinggi dari kepala) agar sirkulasi pada organ vital (jantung dan otak) tetap berjalan walaupun terjadi pengurangan volume cairan.

SHOCK

Fungsi dari sistem sirkulasi adalah mendistribusikan darah keseluruh bagian tubuh, sehingga oksigen dan nutrisi yang dibawanya dapat melewati jaringan. Saat sistem tersebut gagal dan oksigen yang melewati jaringan tidak cukup, kondisi medis yang dikenal sebagai shock akan terjadi.

Jika shock tersebut tidak ditangani dengan cepat, organ-organ vital akan rusak, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Dengan catatan bahwa kondisi tersebut dapat bertambah parah karena rasa takut dan sakit.

Apa yang dapat menyebabkan shock ?

Pertama, shock dapat terjadi saat jaringan gagal memompa darah sehingga tekanan darah yang beredar berkurang. Biasanya, shock jenis ini berakibat serangan jantung.

Kedua, shock dapat terjadi saat volume cairan tubuh berkurang, luka luar dan luka dalam, atau kehilangan cairan tubuh lain karena diare, muntah-muntah, atau luka bakar/ terbakar adalah contoh yang paling sering. Tubuh menanggapinya dengan mengambil persediaan darah dari luar ke inti/ dalam tubuh. Gejala-gejala dan tanda-tanda utama shock berhubungan dengan sirkulasi dari peredarannya.

Pengenalan

Aliran adrenalin menyebabkan :

1. Denyut nadi yang sangat cepat,

2. Pucat, kulit kelabu, terutama dibibir bagian dalam. Kuku atau cuping telinga, jika ditekan, warnanya tidak akan segera pulih (kembali seperti semula),

3. berkeringat dan dingin, kulit lembab, karena keringat tidak dapat menguap.

Saat shock dapat terjadi :

1. kelemahan dan mabuk/ pusing,

2. mual dan mungkin saja muntah-muntah,

3. haus,

4. bernapas dengan cepat dan pendek,

5. denyut nadi yang sangat lemah, saat denyutan dipergelangan tangan menghilang, hilangnya cairan tubuh dapat menyamai setengah volume darah.

Seiring menipisnya persediaan oksigen ke otak :

1. korban menjadi gelisah, cemas, bahkan agresif,

2. korban menguap dan sesak napas,

3. korban akan tidak sadar,4. akhirnya, jantungnya akan berhenti.Cara Tubuh Menangani Kekurangan Darah

VOLUME ()PENGARUHNYA PADA TUBUH

liter (0,568 liter)Sedikit atau tak berpengaruh; jumlah ini biasa diambil saat donor darah.

2 liter (1,988 liter)Hormon adrenalin bebas, mempercepat denyut nadi, dan memacu keluarnya keringat. Pembuluh darah kecil didaerah-daerah yang tidak vital, seperti di kulit tertutup dan tidak dapat menyalurkan darah dan oksigen yang dibawanya, ke organ-organ vital.

Shock akan semakin jelas terlihat.

3 liter (2,840 liter)Bersamaan dengan hilangnya darah mencapai tingkat ini (setengah dari volume yang normal), denyut jantung di pergelangan tangan menjadi sulit ditemukan. Korban akan sering kehilangan kesadarannya, sistem pernapasan dan jantung akan gagal/ terganggu.

Mengenal gangguan pada sistem syaraf pusat

Gangguan pada sistem syaraf pusat yang biasa diketemukan berhubungan dengan cedera kepala (trauma capitis) yang terjadi karena penderita jatuh atau terkena benturan benda keras. Kelainan yang terjadi bervariasi dan kejadiannya tidak selalu tampak dengan segera tetapi perubahan dapat terjadi berangsur angsur dan menjadi serius bahkan mengancam, jiwanya. Kejadian ini selalu terjadi pada 24 jam pertama. Kelainan dapat berupa benturan kepala yang tidak menyebabkan kerusakan pada otak (concussion) biasanya diketahui penderita kehilangan kesadaran untuk beberapa saat atau terjadi penurunan kesadaran. Dan bila terjadi pembengkakan (edema) otak biasanya disertai gejala mual-muntah, nyeri kepala, penurunan kesadaran.

Dan bila terjadi cedera/kerusakan otak (concussion) maka kelainannya cukup serius dan memerlukan tindakan dari ahli bedah (bedah syaraf).

Penanganannya

Penderita sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit, tetapi harus diingat selama perjalanan bila penderita muntah maka mutahan jangan sampai menutupi jalan napas (usahakan jalan napas tetap terbuka) terutama bila penderita tidak sadar, demikian pula perdarahan melalui mulut dan hidung harus segera dibersihkan.

Sebaiknya penderita dibaringkan terlentang dan datar ditidurkan tanpa bantal bila muntah kepala penderita dimiringkan.

Permasalahan yang timbul adalah pada kasus cedera ganda (multipel) yang biasanya mengenai beberapa organ sekaligus. Dalam hal ini perlu pemberian prioritas penanganan. Tahapan tindakan harus selalu tetap diingat bahwa mengatasi kelainan pada sistem pernapasan adalah yang pertama harus dilakukan kemudian sistem peredaran darah dan baru pada sistern organ lainnya. Karena biasanya orang menemukan korban untuk pertama kali akan selalu panik terutama bila mereka tidak terbiasa dalam usaha pertolongan ini. Demikian pula kepanikan akan timbul bila penderita/korban yang terjadi beberapa orang bahkan puluhan atau ratusan sekaligus. Dalam hal ini tetap harus diingat bahwa penanganan korban dengan gangguan sistem pernapasan dan peredaran darah yang mendapat prioritas penanganan pertama sebelum korban yang lainnya. Bila prinsip ini diingat maka keterlambatan penanganan tidak akan terjadi.

SPINAL INJURY

Gangguan pada sistem syaraf pusat yang biasa ditemukan berhubungan dengan cedera kepala (trauma capitis) yang terjadi karena penderita jatuh atau terkena benturan benda keras. Kelainan yang terjadi bervariasi dan kejadiannya tidak selalu tampak dengan segera tetapi perubahan dapat terjadi berangsur angsur dan menjadi serius bahkan mengancam, jiwanya. Kejadian ini selalu terjadi pada 24 jam pertama. Kelainan dapat berupa benturan kepala yang tidak menyebabkan kerusakan pada otak (concussion) biasanya diketahui penderita kehilangan kesadaran untuk beberapa saat atau terjadi penurunan kesadaran. Dan bila terjadi pembengkakkan (edema) otak biasanya disertai gejala mual-muntah, nyeri kepala, penurunan kesadaran. Dan bila terjadi cedera/kerusakan otak (concussion) maka kelainannya cukup serius dan memerlukan tindakan dari ahli bedah (bedah syaraf).

Bahaya dari cidera tulang belakang adalah mungkin saja urat syaraf tulang belakang dapat terpengaruhi. Urat syaraf tulang belakang sangat lembut dan jika rusak, dapat terjadi kehilangan kekuatan atau perasaan didalam tubuh dibawah daerah yang terluka. Sementara kerusakan dapat terjadi jika urat syaraf tulang belakang terjepit oleh potongan atau retakan tulang , kerusakan permanen dapat dihasilkan jika urat syaraf seluruhnya parah.

Bahaya keretakan tulang belakang walaupun urat syaraf tulang belakang terluka tanpa adanya kerusakan pada tulangnya, keretakan tulang bekalang dapat meningkatkan resiko secara cepat. Keretakan tulang belakang dapat terjadi karena tekanan dari luar atau dalam. Daerah/ bagian yang paling mudah diserang adalah tulang-tulang didalam leher dan dibagian bawah punggung.

Apa yang menyebabkan cidera tulang belakang?

Periksa selalu tulang belakang saat tekanan yang luar biasa terjadi menimpa punggung atau leher, dan jika korban mengeluh tentang gangguan perasaan cidera terasa atau pergerakan, terjadinya cidera adalah indikasi terkuat jika korban atau saksi mata memberitahu anda bahwa kecelakaan tersebut, lekukan kedepan, lekukan kebelakang, atau terpilinnya tulang belakang, anda harus merawatnya seperti merawat keretakan tulang belakang.

Penjelasan

Saat ruas tulang belakang rusak dapat terjadi :

sakit dileher atau punggung diruas yang terbuka ini dapat tertutup oleh luka lain yang lebih sakit.

terpilin atau keseleo dilekukan tulang belakang.

Saat urat syaraf tulang belakang telah rusak, dapat terjadi :

kehilangan kendali tangan, pergerakan lemah atau tidak bergerak.

Kehilangan indra perasa.

Perasaan tidak biasa contohnya :

Terbakar atau gatal-gatal, korban dapat memberitahu anda bahwa tangannya terasa berat, kaku, canggung.GANGGUAN LAIN

Sistem syaraf sangat mudah terkena gangguan dan kerusakan, tidak hanya disebabkan karena luka fisik dan kondisi-kondisi yang menganggu, seperti epilepsi, dan juga karena perubahan komposisi suplai darah ke otak.

Perubahan kimia dimana otak sangat sensitif terhadapnya, termasuk kekurangan oksigen dalam darah, mengubah tingkat/ nilai gula darah, atau persentasi zat-zat berbahaya, seperti : racun, alkohol atau obat bius.

POSISI PEMULIHAN

TEKNIK1. berlutut disamping korban, buka jalan napasnya dengan memiringkan kepala dan mengangkat dagunya. Luruskan kakinya. Tempatkan tangan yang terdekat denganmu kekanan membentuk sudut dengan tubuhnya, menyiku (siku membengkok) dan telapak tangan menghadap keatas,

2. ambil tangan yang paling jauh darimu melintangi dada, dan tahan tangannya, telapak tangan menghadap kebawah, berlawanan dengan pipi korban yang terdekat,

3. Tempatkan punggung tangan berlawanan dengan pipinya dan tahan seperti itu,

4. dengan tanganmu yang lain, genggam paha dan tarik lutut, kaki tetap menapak pada tanah,

5. pertahankan agar tangan-nya tetap menempel pada pipinya, tarik pahanya untuk menggulingkan korban kearahmu,

6. miringkan kembali kepala untuk menyakinkan terbukanya jalan napas. Jika perlu, atur posisi tangan dibawah pipinya agar kepalanya tetap dalam posisi miring,

7. jika perlu, atur kaki yang teratas sehingga pinggul dan lutut menyiku kekanan,8. minta bantuan ambulan, periksa pernapasan dan denyut nadi sesering mungkin sementara menunggu bantuan datang.KEBUTUHAN AIRKebutuhan air bagi manusia dewasa adalah 30 - 35 ml/kg BB (Kenaikan suhu 1oC dari 37oC ditambah 10 - 15 %) Sedangkan untuk mengganti kehilangan air dari urine, keringat, paru dan feses untuk orang dewasa 1,5 2 ml/kg BB/jam. Jadi perkiraan kebutuhan air pada orang dewasa dengan berat badan 50 Kg adalah sekitar 3000 3500 ml/ 24 jam.

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

Secara fisik air bersih dapat kita bedakan melalui indera (dengan dilihat, dirasa, dicium dan diraba), yaitu :

1. Tidak boleh berwarna, harus jernih sampai terlihat dasar tempat air tersebut

2. Tidak boleh keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran.

3. Tidak boleh mempunyai rasa, harus bebas dari bahan kimia baik rasa asin, asam maupun rasa basa.

4. Tidak boleh berbau, harus bebas dari bau busuk, bau belerang, dsb.

5. Harus sesuai dengan suhu sekitarnya atau lebih rendah. Tidak boleh suhu lebih tinggi dari suhu sekitarnya.

Sumber air bersih antara lain :

1. Sumur Gali/Sumur Bor

2. mata air yang dilindungi dan dialirkan dengan pancuran atau dengan pipaan.

3. air hujan yang ditampung.

Ada beberapa macam sarana air bersih yaitu :

1. Sumur gali yang dindingnya diplester

2. Sumur pompa tangan

3. Penampungan air hujan

4. Perlindungan mata air

Bagaimana menyediakan air minum yang sehat dan cara penyimpanannya ?

1. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Air tersebut harus memenuhi syarat kualitas bakteriologis dan kualitas kimia. Artinya tidak mengandung bakteri atau bibit penyakit, serta tidak bersifat asam maupun basa, juga tidak mengandung bahan kimia berlebihan.

2. Cara memperoleh air minum yang sehat, melalui langkah-langkah :

a. mengambil air dari sumber air bersih.

b. Tangan dan penampungan air harus bersih

c. Wadah penampungan air harus tertutup dan sering dibersihkan

d. Gayung pengambil air harus bersih

e. Masaklah air sampai mendidih sebelum diminum

f. Gunakan alat minum yang bersih

3. Cara menyimpan air minum yang sudah dimasak.

Simpan air minum dalam wadah tertutup rapat dan digunakan tidak melebihi selam 24 jam (sehari semalam).

4. Air yang tidak bersih dapat menjadi bersih dan aman dengan metoda pemurnian air/ penjernihan air. Diantaranya:

a. penjernihan air sederhana

b. penjernihan air bertingkat

c. penyaringan air sungai.NOTE : pemberian 5 tetes yodium tingtura 2 % (e.g Betadine) kedalam 1 liter air dan biarkan selama 30 menit ( tidak dianjurkan untuk penderita gondok).KEBUTUHAN ELEKTROLIT (GARAM)Salah satu elektrolit dalam tubuh kita adalah NaCl atau garam dapur. Dikatakan bahwa kebutuhan garam setiap orang didaerah sub tropis adalah 10 gram/24 jam, sedangkan untuk orang di daerah tropis adalah 15 25 gram/24 jam tergantung dari aktivitasnya.

Cara terbaik untuk menjaga kadar garam dalam tubuh adalah pemberian garam dalam makanan, cara ini terbukti lebih efektif dibanding mengkonsumsi minuman olah raga atau Oralit. Sup menurut beberapa penelitian adalah sumber cairan dan elektrolit yang bagus.

Beberapa sumber elektrolit antara lain :

tablet garam

minuman olah raga e.g. gatorade, pocari sweat ( kadar natrium 10 -25 mmol/L )

ORALIT (kadar natrium 60 -90 mmol/L) dan hanya baik digunakan pada terapi diare.KEBUTUHAN KALORI

Untuk menghitung kalori yang dibutuhkan (TEE), harus diketahui terlebih dahulu mengenai Basal Energy Expenditure (BEE), Aktifitas Fisik (AF), dan Spesifik Dynamic Action Of Food (SDA).

Rumusnya adalah : TEE = BEE + AF + SDA BEE pada :

Pria : 1kkal/kbBB/jam = 24 kkal/kgBB/hari

Wanita : 0,9 kkal/kgBB/jam = 21,6 kkal/KgBB/hari

AF (untuk ekspedisi dihitung kegiatan berat):

80 100 % dari BEESDA orang Indonesia rata-rata 10% dari BEE + AF

Contoh perhitungan :

Laki laki 55 kg

BEE = 24 x 55

= 1320

AF = 100% x 1320

= 1320

SDA = 10 % x (1320+1320 ) = 264

TEE

= 2904 kkal/hari

AKLIMATISASI

Aklimatisasi adalah proses membaiknya toleransi dan penampilan individu setelah beberapa jam sampai beberapa minggu pada satu keadaan (e.g. ketinggian, suhu dingin, suhu panas).

Suhu lingkungan sangat mempengaruhi daya tahan tubuh karena itu perlu persiapan yang sesuai untuk suatu tempat dengan suhu tertentu. Seringkali suhu dingin menyebabkan kematian, dan suhu panas dapat menyebabkan kejang panas dan kadang-kadang juga kematian. Tubuh kita akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan suhu panas daripada suhu dingin karena manusia secara biologis adalah mamalia berdarah panas.

Aklimatisasi pada suhu panas

Proses aklimatisasi yang efektif dalam suhu panas biasanya berlangsung sekitar 2 minggu. Caranya dengan berlatih pada daerah dengan suhu yang diperkirakan sama dengan daerah tujuan ekspedisi selama 60 menit sehari. Pemakaian pakaian yang tipis, longgar, menyerap keringat, berwarna cerah, memakai pelindung panas matahari, minum banyak, menjaga supaya pengeluaran air dan garam tetap seimbang. Penggunaan pakaian yang longgar, berwarna cerah dan pelindung kepala yang cukup lebar juga menentukan dalam proses aklimatisasi dan dalam ekspedisi yang sebenarnya.Hasil aklimatisasi dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah kebutuhan akan minuman dibanding yang orang yang non-acclimatised. Aklimatisasi pada suhu panas dapat juga dilakukan dengan cara mandi air hangat (Hot baths) dua kali sehari dan memakai pakaian lebih tebal saat olah raga.

Hasil aklimatisasi akan hilang dalam 20 - 40 hari ketika kembali pada suhu yang normal (temperate climate).

Terhadap suhu dingin tubuh lebih sukar untuk menyesuaikan diri, karena dengan suhu lingkungan yang rendah mengakibatkan pelepasan kalori untuk menjaga suhu tetap normal. Pakaian sangat menentukan dalam mengatasi suhu dingin. Selain pakaian, maka makanan sangat berperan dalam keadaan suhu lingkungan yang rendah.

Beberapa hal yang harus kita perhatikan untuk memperoleh kehangatan dan kenyamanan tidur di alam terbuka adalah sebagai berikut :

1. Pada cuaca pegununungan terutama pada musim penghujan/dingin, faktor penahanan terhadap penyerapan panas tubuh oleh tanah yang dingin adalah hal terpenting. Tenda yang dipergunakan disyaratkan mempunyai alas untuk meredam hal tersebut diatas, namun untuk lebih memberikan kehangatan sempurna perlu ditambahkan alas tambahan berupa matras ataupun rerumputan untuk dapat menambah rasa hangat dan kenyamanan. Hal terpenting dari semua hal diatas adalah apabila akan tidur harus mempergunakan alas dan kantong tidur, jangan langsung tidur di atas tanah tanpa alas.

2. Tidur akan lebih nyaman jika posisi kepala kita berada diatas bagian tanah yang agak miring.

3. Kantong yang terbuat dari bahan polythene/plastik sangat berguna untuk menyimpan berbagai macam perlengkapan seperti baju dan peralatan lainnya agar tetap kering.

4. Sepatu sedapat mungkin kita tempatkan tidak dibagian dalam tenda, bila pakaian kita basah sedapat mungkin dibuka terlebih dahulu sebelum memasuki tenda, jika ternyata pakaian yang basah tersebut membasahi seluruh tubuh kita sebaiknya buka seluruh pakaian yang basah, lalu ganti dengan pakaian yang kering dan agar suhu tubuh kita tetap hangat pergunakan kantong tidur, dan minumlah minuman yang hangat yang manis seperti kopi atau susu coklat.

5. Simpanlah makanan kaleng, pakaian yang basah, tali dan barang-barang lainnya di tempat yang mudah terjangkau.

6. Jangan memakai kantong tidur tertalu menutupi seluruh tubuh kita, karena sirkulasi udara didalam kantong tidur kita menjadi kurang baik dan menghambat kecepatan kita bergerak apabila terjadi hal-hal yang sifatnya darurat.

7. Jangan mempergunakan pakaian yang lembab jika kita akan mempergunakan kantong tidur. Jika cuaca cerah segera seluruh pakaian atau peralatan lain yang basah dijemur.

8. Kertas koran bekas dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan, untuk menambah alas tenda/tidur, untuk mem-bersihkan beberapa perlengkapan, untuk membungkus persediaan makanan, untuk membungkus cadangan sepatu, dan lain-lain.

9. Beberapa alat tambahan untuk menambah kenyamanan perjalanan adalah sebagai berikut tissue gulung, kaos kaki cadangan untuk tidur, dan lainlain.

Aklimatisasi di ketinggian

Kebanyakan pegiat alam terbuka ( >50 %) mengalami AMS (Acute Mountain Sickness) pada ketinggian 3.500 mdpl keatas.

Aturan yang paling umum adalah mendaki secara bertahap (graded ascend). Direkomendasikan untuk mendaki 300m per hari dengan istirahat tiap hari ke-3 (atau tiap 1000 m). Jika terdapat gejala AMS pendakian segera dihentikan.PENGARUH PANASTubuh manusia didesain untuk bekerja pada suhu antara 36,5 37oC Untuk mempertahankan suhu pada temperatur ini mekanisme tubuh menyesuaikan apabila lingkungan-nya dingin dan biasanya melepaskan panas ketika udara panas.

Mekanisme ini dikendalikan khusus oleh otak tengah. Untuk menyesuaikan suhu manusia mengendalikan lingkungannya untuk beberapa tingkatan suhu dengan mempergunakan baju penghangat dan pengatur suhu AC. Hal ini membuat lebih mudah pada tubuh untuk menyesuaikan dengan baik dalam rentang temperatur diatas 370 celcius, dalam beberapa hal panas dan dingin akan mengakibatkan luka dan dalam keadaan cuaca yang ekstrim dapat mengakibatkan keadaan yang serius akan fatal pada kondisi tubuh.

ENVIROMENTAL PROBLEMS

HEAT DISODERS

SUNBURN

Hal ini dapat disebabkan oleh pencahayaan yang berlebihan dari sinar matahari atau sinar lampu matahari. Luka bakar yang sama dapat juga disebabkan karena terkena sumber radioaktif. Banyak diantaranya adalah luka bakar luar dengan kemerah-merahan, gatal, dan empuk. Dalam kasus-kasus yang berat, kulitnya semerah lobster (sejenis udang laut) dan melepuh; korban dapat juga menderita panas yang amat sangat. Adakalanya, reaksi berlebihan pada pencahayaan matahari dapat dipercepat oleh penggunaan beberapa jenis obat. Diketinggian, luka bakar akibat matahari dapat terjadi bahkan karena panas yang tidak menyengat, cuaca mendung dimusim panas (dari sorotan awan) atau dari pantulan cahaya matahari disalju saat musim dingin.

Untuk meminimalisir akibat sunburn ini :

Hindari berpetualang pada jam 11.00 15.00 ) Berteduh

Pergunakan pakaian sebagai tabir surya Pergunakan krim tabir surya dengan SPF 15 atau lebih.

HEAT EXHAUSTION

Kondisi timbul akibat berkumpulnya darah dikaki sehingga aliran darah ke otak berkurang. Kehilangan/ kekurangan garam dan cairan dalam tubuh akan memperberat kondisi ini. Hal ini biasa terjadi pada orang-orang yang tidak biasa bekerja atau berlatih dicuaca panas, lingkungan yang lembab dan bagi mereka yang kurang sehat, khususnya orang yang menderita diare dan muntah-muntah.

Terapinya dengan istirahat didaerah yang teduh dan berikan minuman yang mengandung elektrolit. HEAT STROKE

Heat Stroke adalah keadaan yang paling parah dari cedera akibat lingkungan yang panas.

Saat timbul kondisi tersebut, ada kemungkinan terjadi :

Sakit kepala, pusing, dan kebingungan,

Kehilangan selera makan dan mual-mual,

Berkeringat, pucat, dan kulit lembab,

Kejang perut atau kejang ditangan,

Denyut nadi melemah drastis dan bernapas dengan cepat.

1. Pindahkan korban dengan segera ketempat yang sejuk, buka seluruh baju luarnya. Dan panggil dokter

2. Bungkus korban dengan selimut yang sejuk dan basah. Usahakan agar selimut tetap basah. Dinginkan korban hingga suhunya mencapai 380 Celcius.

3. Saat temperatur mencapai 380 celcius, ganti selimut basah dengan yang kering, lanjutkan perawatan pada korban secara hati-hati.

HYPOTHERMIA

Hipotermia adalah menurunnya suhu inti tubuh dibawah 35oC. Hipotermia jarang terjadi pada orang yang menggunakan pakaian yang tepat dan fit., tetapi dapat terjadi pada orang yang cedera, atau basah.Gejala hypothermia antara lain :

Menggigil.

Dingin, pucat, kulit kering, tubuh terasa sedingin kelereng.

Bingung, sikap-sikap tidak masuk akal, lesu, ada kalanya ingin berkelahi.

Lesu.

Jatuh kesadaran,

bernapas pelan dan pendek

denyut nadi yang pelan dan melemah

dalam kasus-kasus parah dapat terjadi hypoxia jantungPenanganannya : cari perlindungan dari kondisi lingkungan yang dingin (e.g. Membuat tenda)

Lepaskan semua pakaian yang basah .

Selimuti korban dengan selimut atau sleeping bag kering. Atau jika ada safety blangket yang diseliputi dengan aluminium.

Baringkan korban dan hindarkan kontak langsung dengan tanah. Jangan berikan alkohol Evakuasi jika kondisi tidak membaik.

WIND CHILL INDEX

Salah satu cara yang dipakai pada ekspedisi gunung es atau kutub adalah menggunakan grafik wind chill. Untuk daerah tropis yang suhu rata rata berada pada kisaran 20-26 oC grafik ini dapat dipakai bila mendaki gunung-gunung diatas 2500 mdpl, dimana cuaca cepat berubah.Gambar ini menunjukkan efek dingin dari kombinasi yang berbeda dari temperatur udara dan kecepatan angin pada keadaan normal. Kondisi daripada perjalanan, derajat dari Wind Chill ditunjukkan oleh perasaan, rasa dingin yang dirasakan oleh pejalan kaki.

Contohnya : ketika temperatur udara 50 Celcius dan kecepatan angin 50 Km/Jam. Maka keadaan tersebut sangat dingin.

Beberapa cedera lain akibat suhu dingin :

Frost nip adalah gejala pembekuan jaringan permukaan tubuh. Area tubuh yang terkena akan terasa kesemutan dan mati rasa . Frost bite adalah keadaan lebih berat dari dari frost nip. Ini dikarenakan jaringan tubuh yang terkena lebih dalam. Daerah yang sering terkena adalah telinga, hidung, jari tangan dan kaki.

Gejalanya :

Nyeri pada daerah yang terkena

Mati rasa

Daerah yang terkena terlihat pucat, dan pada keadan yang parah terlihat ungu.

Penangananya :

Atasi hipotermia dan cedera lainnya

Jangan lakukan pemanasan (Thawing) pada luka jika masih terdapat bahaya untuk timbulnya frostbite kembali.

Trench Foot adalah akibat terpaparnya kaki pada daerah basah dan lembab dan diperberat dengan ukuran sepatu yang tidak pas. Ini mengakibatkan kerusakan saraf, nyeri dan bengkak pada kaki.Penanganannya dengan menjaga kaki untuk tetap kering, dan hangat .BURN AND SCALDS

(Luka Bakar Kering dan Luka Bakar Basah)

Luka bakar kering adalah diakibatkan oleh sumber panas yang kering, dari zat-zat perusak dan dari gesekan;

Luka bakar kering dapat diakibatkan oleh flu yang ekstrim, radiasi, termasuk sinar matahari. Luka bakar kering dapat merupakan akibat dari situasi yang merupakan ancaman bagi kehidupan. Kebakaran yang dimulai secara kebetulan oleh pengguna obat-obatan terlarang atau minuman keras, atau mungkin ada luka-luka lain yang serius dan diakibatkan oleh ledakan, atau percikan dari gedung yang sedang terbakar. Saat luka kering diobati korban harus sepenuhnya diperiksa.

Menghadapi insiden kebakaran

Penanganan kebakaran seringkali dipersulit dengan adanya api, ledakan-ledakan, bahaya listrik, asap beracun, atau bahaya-bahaya lain. Luka bakar kering dapat menjadi amat menakutkan, khususnya saat lidah api terjadi di ruang yang sempit. Anak dan korban, keduanya dapat menderita karena bau hangus dari rambut dan daging yang terbakar.

Luka bakar basah adalah diakibatkan oleh sumber panas yang basah, cairan panas dan uap.Penanganan luka bakar :

Lakukan resusitasi sesuai kebutuhan.

Baringkan korban.

Dinginkan luka bakar dengan air dingin yang mengalir.

Tutup luka dengan perban steril .

Evakuasi jika keadan korban memburuk.

NOTE : Pada luka bakar pada wajah , segera evakuasi korban; karena keadaan korban akan memburuk dalam waktu cepat. Kondisi ini dapat menyebabkan pembengkakan pada jalan napas.

LUKA ( WOUND)LUKA SOBEKAN

Setiap sobekan pada kulit atau permukaan tubuh dikenal sebagai luka, kebanyakan daripada luka terbuka dengan sobekan pada kulit yang mana darah dan cairan tubuh lainnya dapat keluar dari tubuh dan kuman dapat masuk serta menyebabkan infeksi. Luka tertutup memungkinkan darah keluar dari sistem sirkulasi tetapi tidak dari tubuh, kondisi tersebut dikenal sebagai pendarahan didalam.

Keadaan daripada luka menjelaskan jenis luka dan berpengaruh pada perawatan yang harus diberikan.

LUKA IRIS

Sobekan yang disebabkan karena benda tajam seperti silet atau pecahan kaca dikarenakan aliran darah pada ujung luka yang terpotong akan dapat menyebabkan pendarahan yang banyak. Luka iris pada anggota tubuh dapat menyebabkan kerusakan struktur seperti pada urat tendon.

LUKA GORES

Sobekan kasar yang disebabkan karena kekuatan cabik seperti karena mesin, luka cabik dapat menyebabkan pendarahan yang kurang dari luka iris tetapi menyebabkan kerusakan jaringan dan memar. Seringkali luka tersebut terkontaminasi dengan kuman yang menyebabkan resiko infeksi yang cukup tinggi.

LUKA LECET

Luka ini disebabkan karena lapiran atas dari kulit terkelupas yang meninggalkan daerah yang kasat. Seringkali disebabkan karena geseran atau gesekan. Luka lecet seringkali mengandung partikel asing yang dapat menyebabkan infeksi.

LUKA MEMAR

Benturan (seperti pukulan) dapat menyebabkan kerusakan jaringan kapiler dibawah kulit. Darah yang rembes dari jaringan yang sobek menyebabkan memar. Kulit dapat sobek tapi seringkali juga tidak sobek beberpa luka memar dapat menunjukan kerusakan yang dalam seperti patah atau luka dalam.SPRAINED ANKLE

Ketika tulang engkel patah harus dilakukan perawatan seperti retak tulang bawah kaki.Perawatan

Anda harus mengatasi rasa sakit penderita dengan melakukan RICE R = Rest.Istirahatkan kaki dalam keadaan stabil dan engkel harus dalam keadaan yang nyaman

I = ICE, gunakan sebongkah es

C = Compress, Kompres perlahan-lahan dengan es.Jangan melekukan pengurutan. E = Elevation, angkat kaki yang cedera. berikan saran kepada korban untuk mengistirahatkan dirinya dan temui dokter apabila rasa sakit semakin meningkat.TOXINS

Sistem syaraf sangat mudah terkena gangguan dan kerusakan, tidak hanya disebabkan karena luka fisik dan kondisi-kondisi yang menganggu, seperti epilepsi, dan juga karena perubahan komposisi suplai darah ke otak.

Perubahan kimia dimana otak sangat sensitif terhadapnya, termasuk kekurangan oksigen dalam darah, mengubah tingkat/ nilai gula darah, atau persentasi zat-zat berbahaya, seperti : racun, alkohol atau obat bius.

Masalah-masalah penyalahgunaan zat-zat

Penyalahgunaan alkohol, obat bius dan zat-zat lain adalah zat-zat yang memacu emosi, tapi anda jangan pernah membiarkan hal ini mengganggu penilaian anda dan pengaturan terhadap korban yang tidak sadar. Resiko korban berlipat ganda dari bahaya ketidaksadaran hingga pengaruh zat-zat yang beracun.

Pentingnya pemeriksaan

Ingat bahwa gejala-gejala dan tanda-tandakondisi seperti stroke dan diabetes akut hampir serupa dan dapat dengan mudah terjadi kesalahan karena keracunannya. Seperti kasus tidak sadar yang lain. Anda harus memastikan terbukanya saluran pernapasan, periksa korban sepenuhnya untuk mengecek penyebab-penyebab lain yang mungkin ada.

Gigitan Binatang berbisa

Gigitan ular berbisa

Penangannya :

Jangan melakukan insisi atau mencoba menghisap luka

Jangan memberikan kompres es.

Jangan lakukan torniket

Lihat gambar EXHAUSTION

Garis ini menunjukkan berbagai kondisi kebugaran yang diukur melalui berapa banyak waktu yang diperlukan untuk mendaki 300 hingga 800 meter jarak datar pada kecepatan normal, contohnya : kondisi yang bugar membutuhkan waktu 15 menit sedangkan kondisi yang tidak bugar perlu waktu 50 menit. Dimulai dari bagian bawah kanan pada bagan diatas, dengan jarak yang sudah dikoreksi; contohnya jarak total perjalanan ditambah dari jarak keseluruhan/total. Kemudian ikuti garis vertikal sampai menemukan garis yang menunjukkan garis tertinggi yang ditempuh. Persilangan garis tersebut geser horisontal kearah garis tengah dan baca kebutuhan energi yang diperlukan. Lanjutkan lebih kearah kiri sampai ditemukan garis kondisi. Yang tentu saja telah disesuaikan dengan beban yang dibawa, kondisi medan dan cuaca (lihat koreksi dari aturan naismith) jika anda tidak menemukan garis kondisi dikarenakan perjalanan pendek maka abaikanlah.

Peralatan dasar untuk P3K antara lain :Dipakai untuk 6 orang selama satu hari.Pembalut luka dan peralatanjumlah

- kasa steril ukuran besar No 15 (20 x 15 cm)

- kasa steril ukuran sedang no 14 1

1

- Elastik verband ( 10 cm x 4,5 m)1

- Mitela p:1,2 m ; t ; 1,2 m1

- Adhesive tape ( plester gulung 1,25 cmx 5 m)1 rol

- ElastoplasT ( Hansaplast)12

- antiseptik ( Betadine) 15 atau 30 cc1

- Blood lancet1

- peniti 2

- Gunting1 pasang

- Sarung tangan karet- 1 buah Peluit

- senter2 pasang1 buah

1 buah

Obat-obatan :

- parasetamol 500 mg 20 tab

- ibu profen 400 mg10 tab

- CTM 4 mg10 tab

- obat anti diare (dgn resep dokter)20 tab

Sinyal-sinyal yang disetujui untuk pergunakan dalam penyelamatan di gunung :PESAN / ISYARATSINYAL SINARSINYAL YANG TERDENGARSINYAL CAHAYA

Membutuhkan pertolongan Sinar merah6 bunyi (tiupan) dll, dalam rangkaian yang cepat, diulangi setelah jangka waktu satu menit. Sos : 3 pendek, 3 panjang, 3 pendek, dll. Dalam rangkaian yang cepat diulangi, setelah jangka waktu 1 menit6 cahaya dll, dalam rangkaian yang cepat, diulangi setelah jangka waktu satu menit. Sos : 3 pendek, 3 panjang, 3 pendek, dll. Setelah jangka waktu 1 menit

MengertiSinar putih

(digunakan juga untuk penerangan)3 bunyi tiupan3 pendaran cahaya

Kembali ke pangkalanSinar hijauSebuah rangkaian bunyi (tiupan) yang diperpanjang, dsb(kilatan cahaya) pendaran-pendaran cahaya

Posisi pangkalanSinar putih atau kuningCahaya yang berkesinambungan

Catatan : menentukan posisi. Segera setelah sinyal terlihat (atau terdengar), pendugaan kompas harus dapat diambil dari sinyal itu. 2 pendugaan sejenis yang diambil dari 2 kedudukan yang berbeda. Akan memberikan sebuah kedudukan sinyal yang beralasan dan tepat.RESUSITASI JANTUNG PARUPENDAHULUAN

Jika pada halaman terdahulu kita telah mengetahui gejala gejala yang mengenai tiga organ dan sistem tubuh, maka pada bagian ini kita akan mulai mengaplikasikan kedalam bentuk Resusitasi.Henti jantung dapat menimpa pada manusia, pada tingkat usia mulai dari bayi baru lahir sampai usia lanjut dan juga dapat menimpa "orang sehat" maupun seorang penderita penyakit.

Kejadiankejadian ini dapat terjadi dalam berbagai kegiatan manusia misalnya pada waktu bekerja, olah raga, pada kecelakaan baik dirumah maupun diluar rumah, pengaruh obatobatan, penyakit, tindakan kedokteran dan kegiatankegiatan manusia lainnya. Sehingga caracara resusitasi jantung paru, sudah merupakan suatu kegiatan yang harus diketahui dan difahami serta dapat dilaksanakan dan taraftaraf tertentu oleh masyarakat umum.

Resusitasi jantung paru (kardio-pulmonal) atau cardiopulmonary resusitation adalah upaya untuk mengembalikan pernapasan dan sikulasi akibat terhentinya pernapasan (apnoe) atau terhentinya denyut jantung (cardiac arrest) pada seseorang dimana fungsifungsi tersebut mengalami kegagalan total oleh suatu sebab yang datangnya secara tibatiba dan tak terduga.

Pada umumnya resusitasi jantung paru dilakukan pada orangorang yang mengalami henti jantung dan atau henti napas mendadak dengan catatan orang tersebut mempunyai harapan untuk hidup normal apabila kedua organ tersebut dapat berfungsi normal kembali.

Jadi resusitasi jantung paru tidak perlu dilakukan pada penderita yang sudah lama dalam stadium terminal suatu penyakit yang tak mungkin dapat disembuhkan. Resusitasi akan berhasil apabila dilakukan segera setelah kejadian henti Jantung atau henti napas pada saat kerusakan otak yang menetap (irreversible) belum terjadi.

Kerusakan otak yang menetap akan terjadi apabila kekurangan 02 dalam darah tidak segera dikoreksi atau apabila sirkulasi terhenti lebih dari 3 5 menit.

Pedoman dasar resusitasi jantung paru yang dianjurkan saat ini berasal dari World Federation of Societies of Anesthesiologist (London,1958) dan America Heart Association (JAMA Supplement 227.833.868,1974) dikeluarkan dalam bentuk buku penuntun dan dicetak dalam 11 bahasa. Pedoman ini terus mengalami pembaharuan dan perbaikan yaitu pada tahun 1980 dan terakhir tahun 1985, yang dibahas pada National Conference on Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) dan Emergency Cardiac Care (ECC) dan direvisi tahun 2000.GEJALA dan TANDA TANDANYA

Akibat terhentinya pernapasan dan atau sistem sirkulasi akan timbul :

Penderita tak bernapas tampak kebirubiruan (sianosis)

Denyut nadi/arteri besar tak teraba, denyut jantung tak terdengar

Kehilangan kesadaran

Pupil (orangorangan mata) melebar

Warna kulit pucat, abuabu agak kebirubiruan.

Faktorfaktor utama yang mempengaruhi keberhasilan dari pengetrapan resusitasi jantung paru ialah :

Kecepatan pengetrapan resusitasi jantung paru

Efektivitas dari metode yang dipakai

Pelaksanaan resusitasi jantung paru yang, dapat dilakukan oleh orang awam yaitu tahapan A, B, C, D, E.PRINSIP RESUSITASI

A : lakukan Assesment terhadap tempat kejadian dan korban

A : Airway dengan Kontrol terhadap leher

B : Breathing

C : Circulation dan kontrol pendarahan

D : Disability (Tingkat kesadaran)

E : Exposure dan kontrol lingkungan eg. Hipotermia.

A : Airway dengan Kontrol terhadap leher

Untuk mengatasi obstruksi atau sumbatan jalan napas dapat dilakukan dengan caracara yang sederhana yaitu dengan cara mengangkat pangkal lidah dari dinding tenggorokan bagian belakang Caracaranya adalah sebagai berikut : ( Bila penolong merasa yakin korban tidak mengalami cedera tulang leher) a. Letakkan penderita terlentang, (pasang penyangga leher jika korban mengalami cedera multipel) tengadahkan kepala penderita ke belakang dengan satu tangan, sedangkan tangan yang lain menopang dagu ke arah yang searah. Dengan cara ini secara otomatis pangkal lidah tertarik ke depan yang akhirnya akan membuka jalan napas atau saluran udara.

b. Apabila ini tidak berhasil coba tindakan diatas ditambah dengan memiringkan kepala, sehingga diharapkan pangkal lidah karena gravitasi akan jatuh pada satu sisi, maka bagian atas saluran akan terbuka.

c. Apabila ini juga tidak berhasil, tengadah kepala, dorong rahang bawah melalui sudut rahang bawah kedepan, hal ini akan mendorong pangkal lebih lidah kedepan sehingga saluran napas jadi bebas.

d. Apabila diperkirakan sumbatan jalan napas oleh sebabsebab lain seperti adanya muntahan, darah, lendir yang banyak serta benda asing lain, bersihkan rongga mulut.

Caranya:

Miringkan kepala sedemikian sehingga ujung bibir bagian bawah akan merupakan bagian terendah, apabila penyebab sumbatan berupa cairan akan dapat mengalir melalui ujung bibir bagian bawah.

Kalau perlu buka mulut dan bersihkan dengan dua jari yang dibalut dengan kain. Yang paling baik dilakukan penyedotan dengan alat penghisap.

Bila benda itu padat dapat diambil langsung dijepit dengan dua jari. Didalam hal orangorang yang tertelan atau tersedot benda padat dimana dilaporkan di Amerika terdapat kematian 3.000 kasus/ tahun.

Bila penderita masih sadar pukul punggungnya 35 kali diikuti dengan 35 kali penekanan perut bagian atas. Ulangi usahakan pengambilan benda asing itu.

Penderita tidak sadar, baringkan miring dan pukul punggungnya 3 5 kali ikuti dengan 35 kali penekanan perut bagian atas.

B : Breathing

Akibat tindakantindakan seperti yang dilakukan diatas maka sekarang saluran napas penderita terbuka dan perlu tindakan lebih lanjut, apakah penderita tersebut masih bernapas spontan atau tidak, sebab dengan proses menengadahkan kepala tersebut kadangkadang penderita dapat bernapas seperti sediakala.

Untuk mengetahui apakah penderita yang tidak sadar masih bernapas secara spontan atau tidak, maka letakkan telinga dekat hidung atau mulut korban sambil menjaga jalan tetap napas dalam keadaan terbuka (leluasa).

a. Perhatikan dada dan perut penderita naik atau turun.

b. Dengarkan suara aliran udara pernapasan.

c. Rasakan hembusan udara yang kemungkinan keluar dari mulut atau hidung penderita.

Apabila ketiga hal tersebut diatas masih ada berarti pemafasan penderita masih ada.

Untuk lebih mempersiapkan penderita bernapas dengan baik, posisi penderita harus diubah kedalam keadaan posisi yang lebih baik (lihat recovery position). Bila ketiga hal diatas ini tidak terjadi, maka berarti penderita sudah tidak bernapas yang disebut henti napas atau apnoe.

Dengan demikian kita harus dengan sigap, cepat, segera dan tepat melakukan pernapasan buatan.

Bantuan pernapasan dari mulut ke mulut (mouth to mouth)

a. Dengan kedua jari tutuplah lubang hidung penderita

b. Posisi kepala penderita senantiasa ada dalam keadaan menengadah dan dagu ditekan searah dengan penengadahkan kepala. ( Bila penolong merasa yakin korban tidak mengalami cedera tulang leher) c. Sipenolong ambil napas yang dalam (menghisap udara),d. Tiupkan udara secara kuat sambil perhatikan dada penderita mengembang atau tidak.

e. Bila dada penderita mengembang berarti sudah ada proses pemberian oksigen kedalam paruparu penderita (oksigenisasi) Selanjutnya mulut penolong dilepaskan dari mulut penderita kemudian sipenolong mengambil napas sedang penderita diberi kesempatan untuk mengeluarkan napas. Bila yang mengembang adalah perut bagian atas, berarti udara masuk lambung, tekan perut yang mengembung ini untuk mengeluarkan udara dengan posisi kepala miring.

f. Selanjutnya berikan berulangulang napas buatan tersebut dengan frekuensi napas biasa 1216 kali per menit, sehingga diharapkan terjadi napas spontan dari penderita.

Bantuan pernapasan dari mulut ke hidung (mouth to nose)

a. Mulut korban ditutup dengan menekan dagu ke arah hidung dan dahi kebelakang.

b. Seperti proses diatas (dari mulur ke mulut) tiupkanlah napas melalui hidung penderita.

c. Proses selanjutnya seperti diatas (bantuan napas dari mulutmulut ke mulut).

C : Circulation dan kontrol pendarahan

Raba pembuluhpembuluh darah besar didaerah pangkal kaki dan perut bagian bawah (arteri Femoralis) dan atau pembuluh darah di leher (Arteri Carotis).

Apabila ternyata tak teraba berarti peredaran darah terhenti maka dalam waktu 30 detik penderita menjadi tidak sadar dan dalam 60 detik napasnya akan berhenti (apnoe).

Bantuan sirkulasi berarti kita mengembalikan fungsi peredaran darah pada penderita.

a. Apabila teraba, berikan pernapasan buatan saja sampai penderita bernapas spontan dengan caracara tersebut diatas. Apabila kemudian denyutan arteri karotis/arteri femoralis melemah/tak teraba, lakukan (b).

b. Apabila arteri karotis/arteri femoralis tak teraba, pernapasan buatan harus dilakukan bersamaan dengan kompresi jantung luar (cardiac massage).

Caracaranya adalah sebagai berikut :

1) Letak penderita tetap pada posisi seperti dalam proses pernapasan buatan dengan punggungnya diberi alas yang keras.

2) Carilah jakun pada Leher dengan dua atau tiga jari tangan.

3) Geserlah jarijari tersebut ke arah celah disebelah kiri atau kanan jakun, kemudian rabalah secara lembut selama 5 s/d 10 detik, apakah teraba denyutan nadi pada celah tersebut.

4) Bila tidak teraba denyut nadi, berarti penderita mengalami henti jantung (cardiac arrest).

Tatacara Resusitasi Jantung Paru

Teknik ini terdiri dari kompresi dada terus menerus dengan laju, yaitu 100 kompresi per menit, dengan dua pengembangan paru setelah setiap kompresi sternum kelima belas.Teknik ini tidak ada perbedaan jika dilakukan oleh satu atau dua penolong rumusnya tetap 2 : 15.Pengembangan paru hendaknya dilakukan selama gerak keatas setiap kompresi dada kelima belas. Tempatkan diri pada sisisisi pasien yang berlawan untuk memudahkan pergantian peran. Penolong pertama (yang memberikan pernapasan), dan mengekstensikan kepala pasien. Penolong kedua memulai kompresi dada luar. Penolong pertama menginterposisikan satu pengembangan paru cepat sesudah setiap kompresi sternum kelima, tanpa menggangu kompresi, dengan laju 100 kali per menit.

Selama pernapasan dan aliran darah spontan belum timbul, resusitasi harus. terus dilakukan dan tidak boleh berhenti lebih lama dari 5 detik.

Meskipun dalam perjalanan atau waktu pemberian obatobatan. Pupil (orangorangan mata) yang mengecil dan refleks cahaya yang membaik menandakan bahwa resusitasi yang dilakukan cukup efektif.

Tandatanda berhasilnya Resusitasi Jantung Paru (RJP)1. Perubahan kulit penderita dari biru (gelap) menjadi merah

2. Kulit penderita relatif hangat dibandingkan dengan sebelumnya.

3. Bernapas secara spontan dan cukup.

4.Teraba denyut pembuluh nadi pada pembuluh nadi pergelangan (arteria radialis), maupun pada arteriarteri leher (arteria carotis comunis, pada pangkal paha (arteria femoralis).

5.Pupil mengecil dan refleks terhadap cahaya positif.KOMPLIKASI AKIBAT RESUSITASI JANTUNG PARU1. Lambung berisi udara yang ditiupkan pada penderita, dapat mengakibatkan isi lambung masuk ke paruparu (aspirasi)

2. Patah tulang iga, tulang dada karena kemungkinan rapuhnya tulang penderita ( asteo porosis ) atau pijitan terlalu kuat.

3. Adanya udara atau darah didalam selaput paruparu (haemothorax).

4. Kerusakan jaringan paruparu, saluran usus yang berada dalam rongga dada, pleura (selaput paru). Perikardium atau selaput jantung, hati, lambung dan limpa.

PENGHENTIAN RESUSITASI JANTUNG PARUAda beberapa

Untuk menentukan kapan resusitasi dihentikan perlu ditelaah definisi tentang kematian.

a. Definisi Kematian :

Resusitasi modern mengubah definisi kematian. Mati klinis iakah apnoe (tak ada gerakan napas yang spontan) dan terhentinya sirkulasi total (Jantung) dengan semua aktifitas cerebral terhenti akan tetapi masih reversible. Oleh karena itu tindakantindakan resusitasi sedini mungkin sesudah pasien meninggal akan memperoleh hasil yang optimal dengan kembali berfungsinya semua alat tubuh fital termasuk fungsi otak yang normal.

b. Kematian Serebral (kematian kortikal) kerusakan irreversible otak besar khususnya neocortex.

Kematian otak (kematian otak total) ialah kematian serebral ditambah necrosis bagian otak lainnya termasuk otak kecil midbrain dan batang otak. Kematian serebral dan kematian otak total sering menjadi jelas setelah ada perbaikan sirkulasi dengan tindakan resusitasi, dengan atau tanpa kemajuan pasca status neurologis.

Banyak pasien setelah menderita cardiac arrest mengalami kematian otak didalam minggu pertama.

Banyak ahli dibidang medis atau hukum mendefinisikan kematian sebagai kematian otak walaupun jantung mungkin masih berdenyut dan pernapasan masih dapat dipertahankan dengan mesin.

Kematian biologis (kematian panorganik) ialah kematian akibat terjadinya nekrosis diseluruh jaringan mulai neuron serebral.

Nekrosis neuron serebral terjadi setelah sirkulasi terhenti selama 1 jam kemudian diikuti oleh jantung, ginjal, paru dan hati yang akan mengalami nekrosis dalam 2 jam tanpa sirkulasi, kulit masih dapat bertahan berjamjam bahkan berharihari.

Kematian sosial (Keadaan vegetatif yang menetap) ialah kerusakan otak yang sudah parah dan menetap pada penderita yang tak sadar tanpa ada reaksi, tetapi masih mempunyai aktifitas EEG dan refleks.

Ini dapat disebabkan kematian serebral dan kematian otak. Pada kematian serebral EEG tak ada, sedangkan pada kematian otak ditambah dengan hilangnya semua refleks otak dan hilangnya usaha pernapasan spontan.

Dalam keadaan vegetatif masih dapat terjadi sirkulasi tidur dan bangun. Pada gangguan pernapasan atau sirkulasi mendadak, tenaga medis atau orang awam yang terlatih harus segera melakukan resusitasi ditempat kejadian, tidak ada waktu untuk konsultasi. Sesudah dilakukan resusitasi darurat diketahui bahwa pasien tersebut berada dalam stadium akhir suatu penyakit yang tak dapat disembuhkan atau hampir dipastikan bahwa fungsi serebral tak dapat pulih kembali (misal setelah 11,5 jam tanpa denyut nadi pada suhu biasa tanpa massage jantung) maka semua usaha resusitasi dapat dihentikan.

Keputusan untuk mengakhiri resusitasi sedapat mungkin harus dibuat oleh seorang dokter dan ia harus. menggunakan pengalaman dan pengetahuannya.

Sebagai pegangan/pertimbangan dalam memutuskan menghentikan resusitasi antara lain:

1. Apakah selama dilakukan resusitasi kardiopulmonal ada respons.

2. penolong terlalu capai sehingga tak sanggup meneruskan resusitasi.3. pasien dinyatakan mati.

4. setelah dimulai resusitasi, ternayata diketahui bahwa pasien berada pada stadium terminal suatu penyakit yang tak dapat disembuhkan atau hampir dapat diapstikan bahawa fungsi serebral tak akan pulih ( yaitu - 1 jam terbukti tak ada nadi pada normotermia [( 37oC) tanpa RJP]Transportasi

Yang dimaksud dengan transportasi penderita gawat darurat prarumah sakit adalah memindahkan penderita dari lokasi/tempat kejadian sampai kerumah sakit, termasuk antara lain :

1.Cara mengangkat penderita dan hal yang harus diperhatikan

2.Alat transportasi yang digunakan serta persyaratannya

3.Menyerahkan penderita kepada pihak rumah sakit.

Pada negara maju biasanya terdapat kelompok/unit pelayanan ambulans ("AmbulanceService" ). Di negara kita sudah terdapat dibeberapa kota besar seperti Jakarta dan Surabaya yang dikenal dengan Ambulans 118. Bila didapatkan pelayanan ambulans tersebut maka masyarakat tidak perlu khawatir untuk memikirkan transportasi penderita gawat darurat. Karena anggota (crew) ambulans biasanya telah terlatih dan cukup terampil untuk penanganan transportasi penderita. Tetapi hal seperti ini masih sulit dijumpai diberbagai tempat di Indonesia ini. Maka sebelum terbentuknya kelompok pelayanan ambulans sebaiknya pengetahuan tentang transportasi penderita ini disebarluaskan pula pada masyarakat.

Cara mengangkat Penderita

Hal ini penting untuk diketahul pada saat mengangkat/ memindahkan penderita adalah.

Jalan napas tetap terbuka (posisi kepala harus benar)

Perdarahan aktif telah dihentikan (misalnya dengan balut tekan)

Bila terdapat patah tulang telah dilakukan imobilisasi (misalnya dengan pemasangan bidai)

Tak memperberat keadaan penderita (terutama pada medan/ lokasi yang tak biasa/sulit, misainya pendefita yang terjepit diantara kendaraan dll.)

Sebaiknva disertai catatan keadaan penderita bila penolong pada pertolongan pertama berbeda dengan penolong yang akan melakukan transportasi penderita.

Alat Transportasi

Walaupun telah dikeluarkan Surat Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik, tentang standarisasi pelayanan ambulans, masih terdapat heberapa hal yang memerlukan perbaikan. Karena penggunaan alat transportasi untuk membawa penderita gawat darurat memerlukan persyaratan khusus yang berlaku baik pada penggunaan alat transportasi darat, udara maupun laut.

Persyaratan tersebut antara lain :

1. Tidak memperberat keadaan penderita, antara lain:

Suspensinya

Kebisingan minimal

Getaran minimal

Kecepatan tertentu

2. Mempunyai peralatan bantu untuk mempertahankan keadaan penderita selama perjalanan, antara lain:

Memiliki tabung oksigen

Memiliki suction

Memiliki ambubag

Cairan infus dan perlengkapannya dll.

3. Mempunyai peralatan bantu untuk mengeluarkan penderita dari jepitan/reruntuhan, antara lain :

gergaji/pemotong besi

dongkrak peregang besi dll.

4. Memiliki ruangan dimana tenaga medis/paramedis dapat bekerja di dalamnya.

Untuk ambulans mobil, karoserinya harus tinggi sehingga petugas bisa berdiri di dalamnya.

5. Mudah dikenal oleh masyarakat

Mempunyai ciri tertentu (bentuk dan warna tulisan)

6. Dilengkapi dengan petugas/crew ambulans yang mempunyai pengetahuan dalam

mengemudikan kendaraan

menggunakan alat komunikasi

memberikan pertolongan pertama pada penderita gawat darurat

mematuhi ketentuanketentuan yang bertakuPenyerahan penderita ke Rumah Sakit

Sebaiknya petugas yang membawa penderita memberikan catatan lengkap tentang keadaan dan tindakan yang telah dilakukan pada penderita. Bila tak ada catatan tersebut maka semua keterangan yang diketahui diberikan secara lisan kepada petugas medis di rumah sakit.

Karena banyak terjadi penderita ditinggalkan di rumah sakit tanpa diberikan keterangan pada petugas rumah sakit. Hal ini penting terutama pada korban kecelakaan Ialu lintas tanpa disertai keluarga atau pada keadaan dimana terjadi bencana dengan korban masal.

EVAKUASI

PENDAHULUAN

Dalam pelaksanaan operasi pertolongan akan mendatangkan penyesalan bila rescuer yang melaksanakan evakuasi tidak betulbetul memahami dan mampu melakukan teknikteknik memindahkan korban (evakuasi). yang akhirnya akan berakibat korban meninggal dalam evakuasi. Melakukan Evakuasi yang perlu di ingat bahwa evakuasi merupakan langkah akhir dari operasi pertolongan, oleh sebab itu belumlah berakhir operasi SAR sebelum rescuer berhasil mengevakuasi Survivor dari lokasi kejadian ke tempat yang mempunyai fasilitas kesehatan memadai atau survivor sudah berada di tangan instansi berwenang atau bila korban sudah sampai di rumah sakit.

Dari uraian diatas evakuasi adalah upaya memindahkan korban dari lokasi kejadian ke tempat yang memadai untuk diberikan pertolongan atau ditindak lanjuti sesuai dengan kondisinya, guna kelangsungan hidupnya.

Melakukan evakuasi bila menemukan korban dalam keadaan hidup maka rescuer harus dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, oleh sebab itu seorang rescuer harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan memberikan pertolongan pertama dan teknik evakuasi, kedua komponen ini sangat mutlak dikuasai oleh seorang rescuer.

PEDOMAN YANG HARUS DIPERHATIKAN

1. Keamanan korban pada saat evakuasi, apakah jaraknya jauh atau dekat, seorang rescuer harus cepat mengambil keputusan amankah korban selama dalam pemindahan/ perjalanan atau tambah menderita.

2. Peralatan yang digunakan memadai atau tidak, jika tidak memadai dalam menunjang evakuasi maka rescuer harus mengupayakan peralatan atau menunda evakuasi.

3. Menjaga kestabilan kondisi selama evakuasi

4. Kecepatan korban sampai ke rumah sakit dengan tetap memperhatikan keamanan dan kestabilan korban.

5. Pengawasan dan pengamatan kondisi korban selama dalam perjalanan dan bila mungkin maka dalam perjalanan dilakukan resusitasi kalau memang korban membutuhkan guna mempertahankan hidupnya.

LANGKAH YANG PERLU DILAKUKAN BAGI SEORANG RESCUER

adalah bagaimana menolong korban sebanyakbanyaknya dengan keadaan selamat. hal ini sesuai dengan tujuan dari pelaksanaan operasi SAR oleh karenanya menjaga korban tetap hidup, selamat. Untuk itu dalam melakukan evakuasi perlu memperhatikan :

1. Kondisi korban sudah stabil

Jalan nafas terbuka

pernafasan baik

denyut nadi dan jantung baik.

Bila hal ini sudah terpenuhi maka korban harus diupayakan untuk posisi miring stabil miring penyembuhan dan jika mungkin selama dalam evakuasi posisi seperti ini.

2. Pendarahan terkontrol

Bila terjadi pendarahan maka upayakan pendarahan dapat dihentikan, dengan penekanan langsung atau dengan penekanan pada nadi diatas bagian yang mengalami pendarahan, jangan melakukan penghentian pendarahan dengan cara turniket karena dapat merusak bagian tubuh yang ada dibawahnya karena tidak adanya supply darah.

3. Patah tulang sudah di imobilisasi

Bila mendapatkan trauma pada tulang lakukan pembidaian terlebih dahulu agar tidak akan memperparah kondisi korban, dalam melakukan pembidaian dapat rnenggunakan bidai angin atau menggunakan bidai dari papan. Anda dapat melakukan dengan memfixer dua sendi dari masing sisi yang terluka. jika membidai dengan spalk angin dan evakuasi dilakukan melalui udara maka spalk angin jangan diisi terlalu banyak, karena makin tinggi tempat dari permukaan tanah maka tekanan udara dari luar makin berkurang sehingga akan menekan bagian tubuh yang di spalk.

4. Luka sudah ditutup dengan kain steril

Kemungkinan korban yang anda ditemukan mengalami luka yang cukup parah maka rescuer harus berusaha menutup luka tersebut dengan kain yang steril.

5. Tata letak korban sudah sesuai

Korban yang akan dievakuasi harus pada posisi sesuai dengan derita yang dialaminya, apakah korban dapat tidur atau harus pada posisi miring.

6. Pengawasan medik selama transportasi

Tidak jarang korban meninggal selama dalam perjalanan menuju rumah sakit sehingga siasialah upaya penyelamatan, ini bisa terjadi karena kondisi yang salah selama transportasi atau saat transportasi perlu dilakukan pemberian nafas buatan atau kompresi jantung ini tidak dilakukan.

LOKASI KEJADIAN dan LANGKAH YANG DIAMBIL

1. Lokasi kejadian adalah merupakan pertimbangan tersendiri dalam melakukan rencana evakuasi, rescuer harus mempertimbangkan dimana akan melakukan evakuasi, bagaimana lokasinya? mungkin didarati oleh Helikopter atau tidak, apakah lokasinya di jurang atau diatas tebing ini akan mempengaruhi alat yang akan digunakan.

2. Musibah akan terjadi dimanapun tempatnya sesuai dimana manusia beraktivitas, bisa di gunung, di tebing, di jurang, di hutan, di laut dll, namun semuanya harus dapat dilakukan upaya pertolongan dan penyelamatannya.

3. Langkah selanjutnya adalah mencari lintasan yang paling mudah dilalui dan paling cepat ditempuh kemudian memperkirakan cuaca dilokasi kejadian, masalah cuaca ini dapat menghambat operasi SAR. Didaerah pegunungan cuaca cerah biasanya hanya beberapa jam saja, biasanya pada pagi hari saat cuaca cerah inilah yang harus dimanfaatkan tim penolong untuk mencapai dan mengupayakan evakuasi para Survivor.

JENIS EVAKUASI

1. Evakuasi dilihat dari Kondisi medan

a. Evakuasi Horizontal adalah kegiatan evakuasi yang dilakukan pada kondisi medan tidak sulit dan umumnya mudah dijangkau oleh rescuer atau petugas kesehatan yang berupaya melakukan pertolongan dan orang awampun dapat melakukannya contoh dilapangan, perkampungan, ladang dll.

b. Evakuasi Vertical/Vertical Rescue adalah kegiatan evakuasi yang kondisi medannya sulit dijangkau oleh orang awam yang belum mempunyai kecakapan rescue contoh jurang, tebing, hutan, sungai dll.

2. Evakuasi dilihat dari Peralatan

a. Evakuasi Manual adalah upaya pemindahan korban yang dilakukan tanpa menggunakan peralatan, hal ini biasa dilakukan evakuasi pada yang jaraknya pendek. Cara ini bisa dilakukan satu orang, dua orang, tiga orang atau empat orang, evakuasi seperti ini sering digunakan oleh petugas Pemadam Kebakaran karena evakuasi pada musibah kebakaran membutuhkan kecepatan dalam memindahkan korban. Korban bisa, digendong, dibopong atau dipanggul seperti terlihat digarnbar. Pertolongan terhadap kasus musibah kebakaran memang agak mengabaikan kondisi korban karena menyelamatkan jiwa dan ancaman api harus menjadi pertimbangan utama dengan tetap memperhitungkan keselamatannya sendiri. Beberapa hal yang menyebabkan harus bertindak demikian diantaranya.

1) Keselamatan penolong dari panasnya api yang berkobar.

2) Kondisi yang cepat memburuk sehingga pada akhirnya menyulitkan orang yang akan ditolong dan penolongnya.

b. Evakuasi Mekanik adalah evakuasi dengan menggunakan peralatan evakuasi mekanik umumnya dipergunakan pada kondisi medan yang sulit dan ini yang akan dijelaskan lebih jauh. Salah satu alat yang dipergunakan dalam melakukan evakuasi adalah Tandu bagaimana membawa korban diatas tandu? tentunya tidak sembarang mengangkat! karena tetap harus mernpertimbangkan keamanan dan kenyamanan korban, bila membawa korban, usahakan kepala lebih tinggi dari kaki bila korban tidak ada tanda-tanda syok atau korban karena Ganguan pernapasan asma atau gangguan pernapasan karena tenggelam, membawa korban usahakan kaki berada didepan terutarna korban sadar dan komunikatif, kecuali jalan menanjak, apabila akan memasukan korban ke dalam ambulan maka harus diperhatikan kondisi korban terlebih dahulu dan kepala masuk lebih awal. Pertimbangan ini diambil bahwa fasilitas pertolongan pertama semua berada didepan.Korban yang mengalami gangguan pernafasan karena tenggelam biasanya akan lebih nyaman bila posisinva agak duduk, sebaiknya korban yang tenggelam jangan dipaksa untuk tidur lebih baik dibuat posisi miring stabil karena bila korban muntah bisa langsung terbuang dan tidak menyumbat jalan nafasnya dengan demikian jalan nafas tetap terbuka.

c. Teknik pengangkatan yang benar

Dalam pengangkatan, kekuatan otot merupakan kekuatan dasar, seorang rescuer akan dituntut mengangkat, menarik atau mendorong benda, bila pengangkatan salah melakukan, akan mengakibatkan resiko serius terhadap tulang belikat atau membahayakan otot perut dan otot tulang belakang. Pengangkatan yang benar adalah menggunakan otot kaki dan paha karena kaki inilah yang menopang tubuh, caranya adalah rescuer menundukan badan, lutut dibengkokan, punggung lurus dan kaki ditempat dengan benar/ kokoh untuk menahan beban. Pegang yang kuat dan angkat beban secara benar pengangkatan dengan daya dorong kaki sampai kaki lurus.

Upayakan beban dekat dengan badan dan tulang punggung lurus, beban dipusatkan di otot paha dan kaki, dengan demikian cidera otot perut dapat dihindari, bila merasa salah letakan korban dan ulangi pengangkatan sampai benar. Jika pengangkatan dilakukan tim maka abaaba harus muncul dari komandan tim sehingga kekompakan dan korban merasa nyaman, tidak oleng, sebagai komando sebaiknya berada didepan dan dekat dengan kepala korban sehingga sernua yang tejadi pada korban pimpinan tim tahu.

Pengangkatan adalah kegiatan yang tidak dapat terlepas dari evakuasi oleh sebab itu pengangkatan harus yang benar agar tidak menimbulkan cidera yang akhirnya akan memperlambat jalannya pelaksanaan operasi evakuasi.

KOMPONEN EVAKUASI

Dalam melakukan evakuasi ada beberapa komponen yang harus mendapat perhatian dan ini merupakan rangkaian kait mengkait satu sama lain yaitu :

1. Safety

2. Perlengkapan

3. Tali temali

4. Anchoring

5. Belaying

6. Descent/Ascent7. Lifting/ LoweringSAFETY

1. Umum.

Safety, ini adalah faktor yang paling penting dalam melaksanakan kegiatan evakuasi, karena pada umumnya operasi SAR berada pada daerah yang jauh dari pemukinan penduduk dan kondisi medan yang curamcuram serta bebatuan yang labil dan tebing yang ekstrim sehingga pertimbangan keselamatan harus selalu diutamakan baik untuk rescuer maupun Korban/ Survivor.

2. Faktor Keselamatan.

Diri penolong (Rescuer) sejauh mana kondisi memungkinkan untuk menolong dengan pertimbangan tanpa menggunakan peralatan?, tentunya pertolongan terhadap korban yang berada pada tempat yang kondisinya tidak membahayakan pada penolong. Bila akan memberikan pertolongan korban musibah kebakaran masker harus digunakan dan bila masker tidak ada maka jangan memberikan pertolongan. Karena bila memaksakan akan menambah korban baru. Kemungkinan anda sebagai rescuer dalam kondisi tertentu harus dipertimbangakan sejauh mana kemampuan yang anda miliki, hal ini sangat membahayakan bila rescuer hanya mangandalkan keberanian. kejujuran seorang rescuer/ penolong adalah sangat diharapkan dalam melakukan kegiatan evakuasi, kegiatan evakuasi adalah kegiatan bukan mencari prestasi tapi kegiatan kemanusiaan yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus, bila tidak mampu kemudian memaksakan, kejadian selanjutnya sudah bisa diterka korban akan bertambah. Bila mendapatkan korban diatas tebing, maka untuk mencapainya harus melakukan pemanjatan maka harus memilih personil penolong yang berkemampuan teknik dan fisik memanjat sehingga bisa mencapai sasaran dengan aman.

Dalam melakukan pengamanan terhadap diri sendiri ini dapat dilakukan langkah langkah:

a. Pengenalan peralatan pengamanan bagi seluruh anggota tim. Ini sangat mutlak bagi tim penolong yang akan bekerja di tempat yang unsur bahayanya tinggi seperti di tebing atau diatas gedung bertingkat, menara dan lainlain. Setiap rescuer harus menggunakan sabuk pengaman ( save belt ) atau menggunakan seat harnes yang dilengkapi webing dan carabiner, sehingga bila akan mulai bekerja tinggal mengkaitkan ke anchor.

b. Membuat tambatan/ anchor yang akan digunakan untuk tempat kaitan hal ini dilakukan sebelum melakukan kerja.

c. Pengecekan Peralatan yang akan digunakan seperti tali apakah dalam keadaan baik atau tali mengalami cacat dibagian tertentu bila mungkin dibuat simpul kupukupu pada bagian yang cacat namun bila tidak mungkin lagi maka tali harus diganti dengan tali yang baru.

d. Menunjuk seseorang sebagai pengawas terhadap sernua barang yang digunakan karena saat digunakan terjadi friksi atau kemungkinan carabiner belum terkunci, pulley apakah ada keretakan demikian pula peralatan lain harus melalui pengecekan.

e. Orang disekeliling.

Yang perlu juga diperhatikan adalah orang disekitar korban ini yang harus diselamatkan terlebih dulu dengan keluar dari daerah bahaya, karena bila orang disekitar ini tidak diamankan dulu maka kemungkinan akan menambah korban baru.

3. Korban.

Korban sendiri adalah prioritas terakhir dalam mempertimbangkan faktor keselamatan namun demikian tidak berarti akan dilakukan dengan berlamalama, pelaksanakan pertolongan korban akan cepat menangani korban untuk evakuasi bila semua sarana yang dibutuhkan dalam evakuasi tersedia.

PERALATAN

1. Pelaksanaan evakuasi dapat dilaksanakan dengan cepat dan berhasil bila didukung. dengan kesiapan peralatan yang akan digunakan dalam melakukan evakuasi, baik untuk masing-masing rescuer maupun peralatan tim.

2. Peralatan Beregu/Tim

a. Tandu. Tandu ini banyak jenisnya yang dapat dipergunakan dalam melaksanakan evakuasi diantaranya :

1) Tandu basket, tandu ini terbuat dari bahan fiber sangat kuat menahan benturan baik sekali digunakan untuk evakuasi di tebing atau di hutan, bentuknya cekung seperti kapal, sehingga melindungi korban.

2) Tandu Skop, tandu ini terbuat dari alumunium, sangat cocok dipergunakan untuk mengevakuasi korban terutama korban yang mengalami trauma tulang belakang, karena sisinya bisa dibuka dengan hanya menekan lock yang ada sisi atas dan bawah tandu tersebut, setelah terbuka tinggal penolong melakukan gerakan seperti orang mau menyekop.

3) Tandu spinal, tandu ini terbuat dari bahan yang keras dan datar, dikhususkan untuk mengangkat korban yang mengalami trauma leher dan tulang belakang, cara penggunaannya adalah korban harus dibuat lurus sesuai porosnva dari kepala hingga kaki kemudian dimiringkan spinal ditempelkan dibagian belakang korban, letakkan kembali korban sudah berada diatas tandu.

4) KED (Kedric Extraksi Diment) ini adalah tandu yang sudah dirancang sedemikian rupa diperuntukan korban yang diakibatkan kecelakaan kendaraan.

5) Tandu Kanvas, ini jenis tandu yang umumnya dipergunakan hanya untuk mengangkat korban pada kondisi tidak sulit.

6) Tandu Improvisasi, ini bisa terbuat dari jaket dengan kayu atau kayu dengan ponco bisa juga tali dengan tali yang dibuat sedemikian rupa dengan simpul jangkar, dikaitkan satu sama lain hingga bisa berfungsi sebagai tandu atau tandu yang dibuat dari ponco, jaket dll.

b. Tali Kernmantel 3 rool

Terdiri dari :

1) Kernmantel Dinamik 1 rool diameter 10,5 mm panjang 50 m

2) Kernmantel Statik 2 rool masing-masing diameter 11 mm panjang 100 m.

c. Chok Stopper 1 set

Chok terdiri dari sebuah sling yang dikaitkan pada semacam bandul logam. Bandul logam berfungsi sebagai pasak dan sling sebagai penghubung.

d. Carabiner 15 buah

Carabiner adalah sebuah cincin yang berbentuk oval atau D dan mempunyai gate yang fungsinya hampir seperti peniti, carabiner umumnya dibuat dari alumunium alloy dan mempunyai kekuatan 3500 kg posisi memanjang dan 800 kg pada posisi melebar.

Ada dua jenis Carabiner yaitu.

1) Carabiner non Screwgate adalah Carabiner yang dipergunakan untuk pengaman karena hanya dengan snap dapat dengan mudah untuk mengaitkan ke anchor.2) Carabiner Screwgate adalah Carabiner yang dilengkapi dengan baut sebagai pengunci yang umumnya diperguna-kan untuk penghubung dan selalu bergerak sehingga perlu pengaman untuk lock. Karabiner dengan pengunci ini ada dua jenis kunci yaitu diputar dan ditarik. Titik lemah dari carabiner adalah di pen as dari snap.

e. Jumar 2 set

Jumar adalah alat bantu untuk naik alat ini berupa lempengan besi yang bagian ujung dilengkungkan seukuran tali kernmantel 12 mm dan dilengkapi dengan gerigigerigi yang berfungsi sebagai kunci, alat ini bila terbebani akan menahan dan bila akan menggerakan maka tinggal mendorong ke atas mengendorkan sedikit kuncinya. Kekuatan alat ini berkisar 180 kg s/d 250 kg sesuai dengan kekuatan yang dicantumkan pada alat tersebut.

f. Croll 2 set

Croll mempunyai fungsi yang sama dengan jumar yaitu alat bantu naik, namun alat ini umumnya dipergunakan didada dengan chest harnest dan tidak dilengkapi dengan pegangan.

g. Webing 8 rool

Webing adalah tali pita yang berukuran kurang lebih 4 s/d 5 m dengan lebar 4 cm dapat dipergunakan untuk tali tubuh, sling atau tali anchor. Dikalangan militer menyebutnya tali jiwa.

h. Alas tali (pelindung) 3 helai

Alas tali bisa menggunakan karung goni atau matras, bila dapat menyiapkan dapat menggunakan fire hose rope protector peralatan ini dapat dibuat dengan menggunakan karpet yang dapat digulung melindungi tali.

i. Pulley 4 buah

Pulley adalah katrol mini yang terbuat dari alumunium alloy, alat ini mempunyai daya beban vang cukup kuat, berkisar 1600 kg s/d 1800 kg.

3. Peralatan Perorangan adalah perlengkapan yang selalu ada pada tiaptiap anggota tim terdiri :

a. Seat harnes 8 buah

Seat harnes adalah ikatan yang dipergunakan untuk duduk saat melakukan kegiatan pemanjatan atau penurunan. Alat ini bisa menggunakan webing atau seat harnest yang sudah jadi. Menggunakan seat harnes yang sudah jadi akan lebih nyaman bila menggunakan seat harnes yang lingkar pinggangnya lebar.

b. Mallion 8 buah

Mallion adalah seperti karabiner berbentuk oval atau D, untuk menghubungkan kedua sisinya hanya menggunakan screw dan tidak mempunyai snap alat ini biasa digunakan posisi yang fix seperti pada seat harnes.

c. Prusik 8 buah

Prusik adalah kernmantel yang diameternya adalah 5 mm, 6 mm yang digunakan untuk prusik fliktion knot.

d. Descender autostop 2 buah untuk dua orang

Adalah alat bantu untuk turun melalui tali, alat ini mempunyai dua bagian pulley yang dilengkapi rem, alat ini bila kena beban akan secara otomatis berhenti dan jika akan turun kait yang berfungsi rem ditekan. Penekananpun harus hatihati karena bila terlalu kuat akan meluncur cepat. Alat ini sangat enak bila dipergunakan bekeija di ketinggian tidak usah melakukan pengereman dan pada kenyataannya bila sedang bekerja diketinggian orang dituntut konsentrasi penuh.

e. Descendeur figure of eight 5 buah untuk lima orang

Descender figure of eight ini adalah alat yang mempunyai dua cincin satu besar dan satu kecil membentuk angka delapan. Dipergunakan untuk Rappeling, alat ini juga digunakan untuk belayer pada pemanjatan dinding.

f. Helmet 8 buah

Helmet adalah pelindung kepala sebaiknya jangan menggunakan helmet yang ringan agar tidak mengganggu pergerakan.

g. Kacamata pengaman 8 buah

Kacamata Pengaman dimaksudkan untuk melindungi mata dari debu atau pantulan sinar matahari, kacamata MI adalah salah satu kelengkapan safety.

TALI TEMALI

Pengetahuan Talitemali adalah merupakan pengetahuan dasar yang harus dikuasai bagi seorang rescuer, bagaimana membuat simpul, bagaimana merawat, bagaimana membuat simpul yang gampang dan mudah dibuka adalah salah satu prinsip talitamali

Sejauh mana kemampuan tali yang digunakan harus betulbetul dikuasai sehinga rescuer punya keyakinan kemampuan tali yang akan digunakan.

1. Tali

Tali merupakan perlenglcapan pokok untuk Vertical Rescue, kemudian personil yang mempunyai kemampuan dan keterampilan tentang type, kegunaan dan mengatur tali. banyak kasus tali untuk pertolongan adalah Syntetic fibre kernmantel yang secara singkat akan dijelaskan di Bab ini.

2. Riwayat Tali

Sejarah/riwayat Tali sangat penting untuk mengetahui performance tali, sudah berapa lama dan bagaimana kondisi karena keselamatan tergantung pada bagaimana kemampuan untuk mengangkat. Kondisi ini dapat dilihat pada catatan riwayat tall menyangkut, usia, kondisi saat didapat, dan catatan perawatan dan semua pelayanan pertolongan pada tali tersebut. Contoh Matrik Riwayat Tali.

RIWAYAT TALI

TYPE TALIUKURAN

TGL PENGADAANASAL PEMBUAT

TGLDigunakan olehUntukUlasan Setelah digunakanpenanggung jawab

4. Konstruksi Kernmantel

Tali kernmantel terdiri 2 bagian yaitu

Kern Core Inti

Mantel sheath bungkus/Sarung

Jadi Kernmantel adalah tali yang mempunyai konstruksi Inti terbuat dari serabut synteis, kuat untuk menahan beban yang berat, Core ini dilindungi Tenunan/ anyaman yang menyarungi Core, mantel ini menompang beban yang lebih kecil, tetapi tetap memberi perlindungan Core dari gesekan, lumpur dan sinar matahari. Karena konstruksi yang demikian rupa tali kernmantel sangat kuat dan tahan hentakan, ringan dan mudah dipegang. Tali ini juga menahan tahanan yang tinggi terhadap putaran.

Tali Kernmantel ada dua jenis yaitu

1. Dinamic

2. Static

Kernmantel Dinamic

a. Elastisitas dan kemuluran, Tali Dinamic diproses sedemikian rupa hingga menghasilkan Elastisitas yang tinggi sehingga dapat menyerap beban yang jatuh, seperti menahan pemanjat yang jatuh. Dinamic adalah tali untuk Climbing, mempunyai kemuluran 60 %, Core pada kernmantel ada yang berupa anyaman dan core yang model lurus seperti dapat dillhat pada gambar dibawah.

b. Kekuatan, sarung tali menambah sedikit kekuatan, dan melindungi Core/ inti dari pengaruh luar.

c. Keuntungan, Dinamis mempunyai kemampuan besar menahan kejut terhadap orang yang jatuh.

d. Kerugian, Kerugian yang paling pokok dari Dinamic rope adalah bila digunakan rescue, ascent dan descent atau untuk naik.

Peringatan : Tali Dinamic tidak dapat digunakan untuk Vertical Rescue.

Kernmantel Static

a. Kemuluran, Tali static didesign agar sedikit mulur, normal kemuluran 3 % untuk beban 1 orang atau 80 kg dan maksimum 20 % untuk 350 kg

b. Elastisitas, Keregangan tali static sangat kecil dari inti serat tali. Tali statik tidak menahan kejut, langsung menahan dari subyek dan rescuer.

c. Perbandingan kekuatan dan pegangan, pembungkus tali static cenderung padat dan pelindung yang kuat terhadap serat inti/ c