resume fiqih munakahat
1.Pernikahan
Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada
semua makhluknya, baik manusia, hewan dan tumbuhan. Karena cara
tersebut dipilih oleh Allah SWT sebagai jalan bagi makhluknya untuk
berkembang baik serta melestarikan hidupnya karena setelah adanya
pernikahan maka masing-masing pasangan siap melakukan perahan yang
positif untuk mewujudkan tujuan pernikahan itu sendiri.
Firman Allah SWT:
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah
menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang
biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
(Q.S. An-Nisa: 1)Allah SWT tidak menjadikan manusia seperti
makhluk lainnya yang hidup bebas mengikuti hawa nafsu serta
nalurinya saja, untuk berhubungan antara jantan dan betina secara
energik atau tidak ada aturan. Maka untuk menjaga kehormatan dan
martabat manusia, maka Allah SWT mengadakan hukum sesuai dengan
martabat tersebut karena dengan demikian hubungan antara laki-laki
dan perempuan diatur secara terhormat berdasarkan kerelaan dalam
suatu ikatan yaitu berupa pernikahan.
A.Tujuan Pernikahan
Nabi Muhammad SAW menyinggung dalam hadits:
.
Nikahilah perempuan karena empat perkara, yaitu karena hartanya,
keturunannya, kecantikannya dan karena agamanya.
(H.R. Bukhari & Muslim)
tujuan pernikahan adalah sebagai berikut:
1.Melaksanakan libido seksualis
semua manusia baik laki-laki maupun perempuan mempunyai insting
seks, hanya kadar dan intensitasnya yang berbeda.
2.Memperoleh keturunan
Insting untuk mendapatkan keturunan juga dimiliki oleh pria
maupun wanita.
3.Memperoleh keturunan yang saleh
Keturunan yang saleh/salehah bisa membahagiakan kedua orang tua,
baik didunia maupun di akhirat kelak.
4.Memperoleh kebahagiaan dan ketentraman
Dalam hidup berkeluarga perlu adanya ketentraman, kebahagiaan
dan ketenangan lahir batin.
5.Mengikuti sunah Nabi. 6.Menjalankan perintah Allah SWT.
Allah SWT menyuruh kepada kita untuk menikah apabila telah
mampu.
7.Untuk berdakwah
Nikah dimaksudkan untuk dakwah dan penyebaran agama, Islam
memperbolehkan seorang muslim menikahi perempuan Kristiani, Katolik
atau Hindu akan tetapi melarang perempuan muslimah menikah dengan
pria lain agama, karena atas dasar pertimbangan pada umumnya pria
itu lebih kuat pendiriannya dibandingkan dengan wanita.
B.Macam-macam Pernikahan
1.Nikah yang dilarang oleh syara:
a.Nikah pertukarang (sigar)
b.Nikah mutah
c.Nikah muhallil
d.Pinangan atas pinangan.
2.Nikah yang rusak berdasarkan pemahaman syara
Nikah-nikah yang rusak berdasarkan pemahaman syara artinya
larangan yang tidak disebut secara eksplisit, maka kerusakan
tersebut bisa terjadi karena bermacam-macam sebab seperti: tidak
terpenuhinya salah satu syarat syahnya nikah, atau mengubah salah
satu hukum yang diwajibkan oleh syara, atau karena adanya suatu
tambahan yang mengakibatkan batalnya salah satu syarat sahnya
nikah.
C.Kedudukan Pernikahan
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang
berpasang-pasangan.
Firman Allah SWT:
(36)
Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan
semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri
mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.
(Q.S. Yasin: 36)
Manusia diberi sifat-sifat tertentu sebagai sifat asasi yang
kemudian disebut dengan istilah fitrah atau sunatullah, dalam dunia
ilmiah disebut sebagai insting bagi manusia. Salah satu fitrah
manusia adalah insting seksual (libido sexualis), yang oleh Herbet
Spencer disebut philoprogeretive atau insting berbiak.
Beberapa aspek pernikahan yang mempunyai hubungan dengan
beberapa segi:
1. Biologis dan etis Hubungan seks yang dilarang oleh Islam
antara lain:
- Perzinaan
- Istri sedang menstruasi (haid)
- Istri yang sedang nifas
- Homoseksual
- Lesbian (mushaqah)
- dengan mayat
- Dengan binatang.
2. Aspek psycologis 3. Aspek paedogogis 4. Aspek ekonomis 5.
Aspek sosiologis 6. Aspek politik
D. Hukum Pernikahan
Pada dasarnya golongan fuqaha yakni jumhur berpendapat bahwa
menikah itu hukumnya sunah, sedangkan golongan zahiri mengatakan
bahwa menikah itu wajib.
Secara rinci hukum pernikahan adalah sebagai berikut:
1. Wajib
Nikah hukumnya wajib bagi orang yang mampu dan nafsunya telah
mendesak serta takut terjerumus dalam lembah perzinaan.
2. Sunah
bagi orang yang mau menikah dan nafsunya kuat, tetapi mampu
mengenalikan diri dari perbuatan zina, maka hukum menikah baginya
adalah sunah.
3. Haram
Bagi orang yang tidak menginginkannya karena tidak mampu memberi
nafkah, baik nafkah lahir maupun nafkah batin kepada istrinya serta
nafsunya tidak mendesak atau dia mempunyai keyakinan bahwa apabila
menikah ia akan keluar dari Islam, maka hukum nikah adalah
haram.
4. Makruh
Hukum menikah menjadi makruh bagi seorang yang lemah syahwat dan
tidak mampu memberi nafkah kepada istrinya walaupun tidak
merugikannya karena ia kaya dan tidak mempunyai keinginan syahwat
yang kuat juga.
5. Mubah
Bagi laki-laki yang tidak terdesak alasan-alasan yang mewajibkan
segera nikah, atau alasan-alasan yang menyebabkan ia harus nikah,
maka hukumnya mubah.
2.Pernikahan dan Kafaah
A. Pengertian meminang
Meminang maksudnya seorang laki-laki meminta kepada seorang
perempuan untuk menjadi istrinya dengan cara yang sudah umum
berlaku di tengah-tengah masyarakat atau pendahuluan sebelum
dilakukan pernikahan agar kedua pihak saling mengenal sehingga
pelaksanaan pernikahan nanti benar-benar berdasarkan pandangan dan
penilaian yang jelas.
Perempuan yang boleh dipinang adalah yang memenuhi syarat
sebagai berikut:
1. Tidak dalam pinangan orang lain.
2. Pada waktu dipinang tidak ada penghalang syari yang melarang
dilangsungkannya pernikahan.
3. Perempuan itu tidak dalam masa iddah karena talak raji.
4. Apabila perempuan itu tidak dalam masa karena talak bain,
hendaklah meminagn dengan cara sirri.
B. Melihat pinangan
Demi kebaikan dalam kehidupan berumah tangga, kesejahteraan dan
kesenangannya, seyogianya laki-laki melihat dulu perempuan yang
telah akan dipinangnya sehingga ia dapat menentukan apakah
peminangan itu perlu diteruskan atau diurungkan.
Hadits Rasulullah SAW:
: , : .
Dari Mugirah bin Syubah, ia pernah meminang seorang perempuan,
lalu Rasulullah bertanya kepadanya, sudahkah kau lihat dia? ia
menjawab, belum. Sabda Nabi lihatlah dia lebih dahulu agar nantinya
kamu bisa hidup bersama lebih langgeng.
(H.R. Nasai, Ibnu Majah, dan Tirmidzi)
Bagian badan yang boleh dilihat, menurut jumhur ulama adalah
bagian muka dan telapak tangan. Dengan melihat muka, maka dapat
ditentukan cantik atau tidaknya perempuan yang dipinang, dan dengan
melihat telapak tangannya dapat diketahui subur atau tidaknya badan
perempuan itu.
C. Meminang pinangan orang lain
Meminang pinangan orang lain itu hukumnya haram, sebab berarti
menyerang hak dan menyakiti hati peminang pertama, memecah belah
hubungan kekeluargaan dan mengganggu ketentraman.
D. Meminang perempuan yang sedang dalam masa iddah
Memingan mantan istri orang lain yang sedang dalam masa iddah,
baik karena kematian suaminya, karena cerai raji maupun bain, maka
hukumnya haram.
E. Menyendiri dengan tunangan
Menyendiri dengan tunangan hukumnya haram, karena bukan
mahramnya.
F. Kafaah
Kafaah atau kufu berarti sederajat, sepadan atau sebanding
dengan calon istrinya, kedudukan, tingkat sosial, akhlak dan
kekayaan.
Ukuran kufu:
1. Keturunan
2. Merdeka
3. Beragama Islam
4. Pekerjaan
5. Kekayaan
6. Tidak cacat.
3. Syarat dan Rukun Pernikahan
A. Syarat pernikahan
1. sigat, yaitu ibarat dari ijab dan kabul.
2. Ijab dan kabul, dengan syarat yang dilakukan dalam salah satu
majelis.
3. Sigat didengar oleh orang-orang yang menyaksikannya.
4. Antara ijab dan kabul tidak berbeda maksud dan tujuannya.
5. Lafal sigat tidak disebutkan untuk waktu tertentu.
6. Akad.
7. Saksi, harus terdiri dari dua orang dengan syarat:
- Berakal
- Baligh
- Merdeka
- Islam
- Keduanya mendengar.
B. Rukun pernikahan
1.Adanya calon suami dan istri yang akan melaksanakan
pernikahan.
2. Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita.
3. Adanya dua orang saksi.
4. Sigat akad nikah (ijab dan kabul).
4. Akad Pernikahan
1. Akad dan sigat
Dalam pernikahan, ridanya laki-laki dan perempuan, serta
persetujuan antar keduanya merupakan hal yang pokok untuk mengikat
hidup berkeluarga. Perasaan rida dan setuju bersifat kejiwaan yang
tidak dapat dilihat dengan jelas karena itu, harus ada perlambangan
diutarakan dengan kata-kata oleh kedua pihak yang melangsungkan
akad. Hal inilah yang dinamakan sigat. Adapun yang dinamakan akad
adalah pernyataan dari kedua belah pihak menyatakan ijab dan
kabul.
2. Kata-kata dalam ijab kabul
Dalam melaksanakan ijab dan kabul harus digunakan kata-kata yang
dapat dipahami oleh masing-masing pihak yang melangsungkan akad
nikah sebagai pernyataan kemauan yang timbul dari kedua belah pihak
dan tidak boleh menggunakan kata-kata yang samar atau tidak
mengerti maksudnya. Para ulama fiqih sependapat bahwa dalam ijab
dan kabul boleh menggunakan dengan bahasa apapun. Sebagai contoh
misalnya kata-kata yang tidak samar.
saya terima, saya setuju, saya laksanakan, dan sebagainya.
3. Syarat ucapan ijab kabul
Para ulama fiqh sepakat bahwa syarat ucapan ijab kabul itu harus
dengan lafal fiil madi yang menunjukkan kata kerja telah lalu, atau
dengan salah satunya fiil madi dan yang lain seperti fiil mustaqbal
yang menunjukkan kata kerja yang sedang berlaku.
Contoh:
Ijab kabul dengan menggunakan fiil madi:
ijab: Saya nikahkan anak perempuan saya dengan kamu.
Kabul:
Saya terima.
Ijab kabul menggunakan fiil madi dan lainnya seperti fiil
mustaqbal.
Ijab: Sekarang saya nikahkan anak perempuan saya dengan
kamu.
Kabul: Saya terima.4.Syarat-syarat ijab kabul
a.Kedua belah pihak sudah tamyiz (baligh, berakal).
b.Ijab kabul dilaksanakan dalam satu majelis.
c.Ucapan kabul hendaknya tidak menyalahi ucapan ijab, artinya
maksud dan tujuannya adalah sama, kecuali kalau kabulnya sendiri
lebih baik dari pada ijabnya dan menunjukkan pernyataan setuju yang
lebih tegas.
d.Pihak-pihak yang mengadakan akad harus dapat mendengarkan
pernyataan masing-masing
5.Wali dan Saksi dalam Pernikahan
Wali adalah sebagai syarat sahnya nikah maka seseorang boleh
menjadi wali apabila ia merdeka, berakal, dan dewasa serta wali itu
juga harus beragama Islam.
-Macam-macam wali
a.Wali nasab
Adalah wali nikah yang ada hubungan nasab dengan calon mempelai
perempuan.
Urutan walinya adalah sebagai berikut:
1.Ayah
2.Ayahnya ayah (kakek) / terus ke atas
3.Saudara laki-laki seayah seibu
4.Saudara laki-laki seayah saja
5.Anak laki-laki saudara laki-laki se ayah se ibu
6.Anak laki-laki saudara laki-laki se ayah
7.Anak laki-laki dari anak laki-laki saudara laki-laki se ayah
se ibu
8.Anak laki-laki dari anak laki-laki saudara laki-laki se
ayah
9.Saudara laki-laki ayah, se ayah se ibu
10.Saudara laki-laki ayah, se ayah saja
b.Wali hakim
Adalah wali nikah dari hakim atau qadi.
1.Tidak ada wali nasab
2.Tidak cukup syarat-syarat pada wali aqrab atau wali abad
Wali hakim tidak boleh/berhak menikahkan:
1.Wanita yang belum baligh
2.Kedua belah pihak tidak sepupu
3.Tanpa seizin wanita yang akan menikah
4.Di luar daerah kekuasaannya.
c.Wali Maula
Yaitu wali yang menikahkan budaknya, artinya seorang majikan
menikahkan seorang budaknya sendiri.
d.Wali Mujbir
Yaitu seorang wali berhak menikahkan wanita yang diwalikan di
antara golongan tersebut tanpa menanyakan pendapat mereka terlebih
dahulu atau berlaku juga bagi orang yang diwalikan tanpa melihat
rida atau tidaknya.
f.Wali Ijbar (mujbir)
Adalah hak seorang ayah (ke atas) untuk menikahkan anak gadisnya
tanpa persetujuan yang bersangkutan dengan syarat-syarat
tertentu.
-Saksi dalam akad nikah
Jumhur ulama sepakat bahwa saki sangat penting adanya dalah
pernikahan, apabila tidak dihadiri oleh para saksi maka hukumnya
menjadi tidak sah.
Syarat-syarat saksi:
1.Dua orang saksi
2.Berakal
3.Baligh
4.Islam
5.Mendengar
6.Adil
6.Kedudukan dan Jenis Mahar dalam Pernikahan
1.Pengertian dan hukum mahar
Mahar secara etimologi berarti maskawin, sedangkan pengertian
mahar menurut istilah ilmu fiqih adalah pemberian yang wajib dari
calon suami kepada calon isteri sebagai ketulusan hati calon suami,
untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang istri kepada calon
suaminya karena Islam sangat memperhatikan dan menghargai kedudukan
seorang wanita dengan memberi hak kepadanya di antaranya adalah
menerima mahar.
Allah SWT berfirman:
Berikanlah maskawin atau (mahar) kepada wanita (yang kamu
nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika
mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan
senang hati maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai maka)
yang sedap lagi baik akibatnya.
(Q.S. An-Nisa: 4)
2.Syarat-syarat Mahar
a.Harta/bendanya berharga
bBarangnya suci dan bisa diambil manfaat
c.Barangnya bukan barang qasab (milik orang lain)
d. Bukan barang yang tidak jelas keadaannya.
3.Kadar (jumlah) mahar
Islam tidak menetapkan berapa banyak mahar yang harus diberikan
kepada calon istri, dikarenakan adanya pebedaan antara sesama
manusia yang satu dengan lainnya. Besarnya mahar itu tidak ada
batasnya menurut fuqaha, apakah sedikit atau banyak tidak
terkecuali.
4.Memberi mahar dengan kontan atau utang
Pelaksanaan membayar mahar bisa dilakukan sesuai dengan
kemampuan atau disesuaikan dengan keadaan dan adat masyarakat atau
kebiasaan yang berlaku, mahar boleh dilaksanakan dan diberikan
dengan kontan atau utang atau mau dibayar utang sebagian tergantung
bagaimana kesepakatannya.
5.Macam-macam mahar
a.Mahar musamma
Yaitu mahar yang sudah disebut atau dijanjikan kadar dan
besarnya ketika akad nika.
b.Mahar misil (sepadan)
Yaitu mahar yang tidak disebut besar kadarnya, pada saat sebelum
ataupun ketika terjadi pernikahan.
-Gugur/rusaknya mahar bila terjadi:
1.Barangnya tidak boleh dimiliki
2.Mahar digabungkan dengan jual beli
3.Penggabungan mahar dengan pemberian
4.Cacat pada mahar
5.Persyaratan dalam mahar.
7.Walimatul Ursy
A.Pengertian Walimah
Walimah artinya al-jamu = kumpul, sebab antara suami dan istri
berkumpul. Walimah berasal dari kata Arab artinya makanan
pengantin, maksudnya adalah makanan yang disediakan khusus dalam
acara pesta perkawinan atau juga diartikan sebagai makanan untuk
tamu undangan dan lainnya.
Walimah itu hukumnya sunah muakad, hadits Rasulullah SAW:
Dari Anas, ia berkata: Rasulullah SAW mengadakan walimah dengan
seekor kambing untuk istri-istrinya dan untuk Zainab.
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Jadi bukan walimah itu boleh diadakan dengan makanan apa saja
sesuai dengan kemampuan. Hal ini yang ditunjukkan oleh Nabi SAW
bahwa perbedaan-perbedaan dalam mengadakan walimah oleh beliau
bukan membedakan atau melebihkan salah satu dari yang lain, tetapi
semata-mata disesuaikan dengan keadaan ketika sulit atau
lapang.
B.Hukum Menghadiri Undangan Walimah
Untuk menunjukkan perhatian, memeriahkan dan menggembirakan
orang yang mengundang, maka orang yang diundang walimah wajib untuk
mendatanginya sebagaimana yang diperintahkan oleh Nabi SAW.
Adapun wajibnya mendatangi walimah apabila:
1.Tidak ada unsur syari
2.Dalam walimah itu tidak ada atau tidak digunakan untuk
perbuatan munkar.
3.Yang diundng baik dari kalangan orang kaya atau miskin.
Hak dan Kewajiban Suami Istri
A.Hak bersama suami istri
1.Suami dan istri dihalalkan saling bergaul mengadakan hubungan
seksual.
2.Haram melakukan pernikahan, artinya baik suami maupun istri
tidak boleh melakukan pernikahan dengan saudaranya istri mupun
suami masing-masing.
3.Dengan adanya ikatan pernikahan, maka kedua belah pihak saling
mewarisi apabila salah seorang di antara keduanya telah meninggal
meskipn belum bersetubuh.
4.Anak mempunyai nasab yang jelas bagi suami.
5.Kedua pihak wajib bertingkah laku dengan baik, sehingga dapat
melahirkan kemesraan dan kedamaian hidup.
B.Hak sumi atas istri
1.Ditaati dalam hal-hal yang tidak maksiat.
2.Istri menjaga dirinya sendiri dan harta suami
3.Menjauhkan diri dari mencampuri sesuatu yang dapat menyusahkan
suami
4.Tidak bermuka masam di hadapan suami
5.Tidak menunjukkan keadaan yang tidak disenangi
suami.C.Kewajiban suami terhadap istri:
1.Memberi nafkah, kiswah dan tempat tinggal
2.Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi
istri dan anak
3.Biaya pendidikan bagi anak.
D.Sebab yang mewajibkan nafkah
1.Dengan sebab turunan
Seorang ayah wajib memberikan nafkah kepada anak-anaknya atau
ibu apabila yat telah tiada.
2.Dengan sebab perkawinan
Suami wajib memberikan nafkah kepada istrinya yang taat, baik
makanan, pakaian maupun tempat tinggal, perkakas rumah tangga, dan
sebagainya sesuai dengan kemampuannya.
8.Nusyuz, Syiqaq dan Fungsi Hakamain
A.Nusyuz
Nusyuz berarti durhaka, maksudnya seorang istri melakukan
perbuatan yang menentang suami tanpa alasan yang dapat diterma oleh
syara.
1.Istri tidak mau pindah mengikuti suami untuk menempati rumah
yang telah disediakan sesuai dengan kemampuan suami, atau istri
meninggalkan rumah tanpa izin suami.
2.Apabila keduanya tinggal di rumah istri atas seizin istri,
kemudian pada suatu ketika istri melarangnya untuk masuk ke rumah
itu dan bukan karena hendak pindah rumah yang disediakan oleh
suami.
3.Istri menolak ajakan suaminya untuk menetap di rumah yang
disediakannya tanpa alasan yang pantas.
4.Apabila istri bepergian tanpa suami atau mahramnya walaupun
perjalanan itu wajib seperti haji, karena perjalanan perempuan
tidak dengan suami atau mahramnya termasuk maksiat.
B.Syiqaq
Syiqaq berarti perselisihan menurut istilah fiqih berarti
perselisihan suami istri yang diselesaikan dua orang hakam, yaitu
seorang hakam dari pihak suami dan seorang hakam dari pihak
istri.
Dasar hukumnya ialah firman Allah SWT:
Dan jika kamu khawatir ada persengketaan antara keduana, maka
utuslah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam
dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud
mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufiq kepada suami
istri itu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha
mengenal.
(Q.S. An-Nisa: 35)
C.Hakamain
Hakam artinya juru damai, jadi hakamain adalah juru damai yang
dikirim oleh kedua belah pihak antara suami dan istri apabila
terjadi perselisihan antara keduanya, tanpa diketahui keadaan siapa
yang benar dan salah di antara keduanya.
Syarat-syarat hakamain:
1.Berlaku adil antara pihak yang berperkara
2.Mengadakan perdamaian antara keduanya suami dan istri dengan
ikhlas
3.Disegani oleh kedua pihak suami istri
4.Hendaklah berpihak kepada yang teraniaya, apabila pihak yang
lain tidak mau berdamai.
9.Talak
A.Pengertian talak
Talak diambil dari kata itlak artinya melepaskan atau
meninggalkan. Dalam istilah agama, talak adalah melepaskan ikatan
perkawinan atau rusaknya hubungan perkawinan.
Firman Allah SWT:
Dan mereka (istri-istrimu) telah memberi dari kamu perjanjian
yang kuat.
(Q.S. An-Nisa: 21)
Rasulullah SAW bersabda:
Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda, Perbuatan halal
yang angat dibenci Allah Azza Wajalla adalah talak.
(H.R. Abu Daud dan Hakim, dan disahkan olehnya)
B.Macam-macam Talak
1.Talak raji
Yaitu talak dimana suami masih mempunyai hak untuk merujuk
kembali istrinya, setelah talak itu dijatuhkan dengan lafal-lafal
tertentu dan istri benar-benar sudah digauli.
-Talak satu atau talak dua tanpa iwad dan telah kumpul
-Talak karena ila yang dilakukan oleh hakim
-talak hakamain
2.Talak bain
Fuqoha sependapat bahwa talak bain terjadi karena belum
terdapatnya pergaulan suami istri karena adanya bilangan talak
tertentu dan karena adanya penerimaan ganti pada khulu, meskipun
yang terakhir ini diperselisihkan antara fuqaha.
Talak bain dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a.Talak bain sugra
Yaitu talak yang terjadi kurang dari tiga kali, keduanya tidak
hak rujuk dalam masa iddah, akan tetapi boleh dan bisa menikah
kembali dengan akad nikah baru.
b.Talak bain kubra
Yaitu talak yang terjadi sampai tiga kali penuh dan tidak ada
rujuk dalam masa iddah maupun dengan nikah baru, kecuali dalam
talak tiga sesudah ada tahlil.
Yang termasuk talak bain kubra adalah:
-Talak lian
-Talak tiga
-Talak sunni dan talak bidy
-Talak al Battah
10.Syarat dan Rukun Talak
A.Talak sah jatuh talak
Talak yang dijatuhkan oleh suami bisa dianggap sah apabila
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1.Orang yang menjatuhkan talak itu sudah mukallaf, baligh dan
berakal sehat.
2.Talak itu hendaknya dilakukan atas kemauan sendiri.
B.Rukun talak
Beberapa hal yang menjadi rukun talak dengan syarat-syaratnya,
antaralain:
1.Kata-kata talak
Dalam hal kata-kata talak, terdapat dua persoalan, yaitu
kata-kata talak mutlak dan kata-kata talak muqayyad (terbatas).
2.Orang (suami) yang menjatuhkan talak
-Berakal sehat
-Dewasa dan merdeka (baligh)
-Tidak dipaksa
-Tidak main-main atau bergurau
-Tidak pelupa
-Tidak dalam keadaan bingung
-Masih ada hak untuk mentalak.
3.Istri yang dapat dijatuhi talak
-Perempuan yang dinikahi dengan sah
-Perempuan yang masing dalam ikatan nikah yang sah atau
ismah
-Belum habis masa iddahnya, pada talak raji
-Tidak sedang haid, atau suci yag dicampuri
11.Fasakh
A.Pengertian Fasakh
Fasakh artinya putus atau batal. Yang dimaksud memfasakh akad
nikah adalah memutuskan atau membatalkan ikatan hubungan antara
suami dan istri.
Sebab-sebab terjadi fasakh:
1.Karena ada balak (penyakit belang kulit)
2.Karena gila
3.Karena canggu (penyakit kusta)
4.Karena ada penyakit menular padanya, seperti: sipilis TBC dan
lain-lain
5.Karena ada daging tumbuh pada kemaluan perempuan yang
menghambat maksud perkawinan (bersetubuh)
6.Karena unah, yaitu zakar atau impoten (tidak hidup untuk
jima), sehingga tidak dapat mencapai apa yang dimaksudkan dengan
nikah.
B.Pelaksanaan Fasakh
1.Jika suami tidak memberi nafkah bukan karena kemiskinannya
sedang hakim telah pula memaksa dia untuk itu.
2.Setelah hakim memberi janji kepadanya sekurang-kurangnya tiga
hari mulai dari hari itu mengadu.
12.Khuluk
A.Pengertian Khuluk
Hak suami dan istri berkeinginan untuk berpisah datan dari pihak
suami dan dia berhak mengajukan talak kepada istri. Begitu juga
sebaliknya jika keinginan berpisah itu datang dari pihak istri maka
Islam juga memperbolehkan dirinya dengan menebus dirinya dengan
jalan khuluk dan keduanya dapat dilakukan selama tidak menyimpang
dan sesuai dengan hukum Allah SWT.
Khuluk dinamakan juga tebusan karena istri menebus dirinya dari
suaminya dengan mengembalikan apa yang diterimanya.
B.Syarat dan Rukun Khuluk
Mengenai syarat-syarat dan rukun diperbolehkannya khuluk, ada
yang berkaitan dengan kadar harta yang boleh dipakai khuluk dan ada
juga yang berkaitan dengan sifat (keadaan) dimana khuluk boleh
dilakukan. Ada juga yang berkaitan dengan keadaan wanita yang
melakukan khuluk, atau wali-wali wanita yang tidak boleh bertindak
sendiri.
13.Iddah
Iddah berasal dari kata adad, artinya menghitung, maksudnya
adalah perempuan (istri) menghitung hari-harinya dan masa bersihnya
atau dalam agama, iddah mengandung arti lamanya perempuan (istri)
menunggu dan tidak boleh menikah setelah kematian suaminya atau
setelah bercerai dari suaminya.
Jadi, iddah artinya suatu masa di mana perempuan yang telah
diceraikan baik cerai hidup ataupun cerai mati, harus menunggu
untuk meyakinkan apakah rahimnya telah berisi atau kosong dari
kandungan.
Firman Allah SWT:
Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu)
tiga kali quru.
(Q.S. Al Baqarah: 228)
A.Macam-macam iddah 1.Iddah Talak
Iddah talak artinya iddah yang terjadi karena perceraian.
Perempuan-perempuan yang berada dalam iddah talak:
-Perempuan yang telah dicampuri dan ia belum putus dalam
haid.
-Perempuan-perempuan yang dicampuri dan tidak berhaid baik ia
perempuan yang belum baligh dan perempuan tua yang tidak haid.
2.Iddah Hamil
Iddah hamil yaitu iddah yang terjadi apabila perempuan-perempuan
yang diceraikan itu sedang hamil. Iddah merekaa dalah sampai
melahirkan anak.
3.Iddah Wafat
Iddah wafat yaitu iddah terjadi apabila seorang perempuan
ditinggal mati suaminya dan iddahnya selama empat bulan sepuluh
hari.
4.Iddah wanita yang kehilangan suami
Bila ada seorang perempuan yang kehilangan suami dan tidak
diketahui dimana suaminya itu berada, apakah ia telah mati atau
masih hidup, maka wajiblah ia menunggu empat tahun lamanya. Sesudah
itu hendaklah ia beriddah pula empat bulan sepuluh hari.
14.Rujuk
rujuk artinya kembali, menurut syara adalah kembalinya seorang
suami kepada mantan istrinya dengan perkawinan dalam masa iddah
sesudah ditalak raji.
Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu,
jika mereka (para suami) itu menghendaki ishlah.
(Q.S. Al Baqarah: 228)
Bila seseroang telah menceraikan istrinya, maka ia dibolehkan
bahkan dianjurkan untuk rujuk kembali dengan syarat bila keduanya
betul-betul hendak berbaikan kembali (islah).
A.Macam Rujuk
Mengenai macamnya rujuk, hanya dapat dilakukan dalam talak yang
raji selama istri masih dalam keadaan/masa iddah.
B.Syarat dan Rukun Rujuk
1.Adanya saksi untuk rujuk
2.Rujuk dengan kata-kata atau penggaulan istri
3.Istri telah dicampuri
4.Istri baru dicerai dua kali
5.Kedua belah pihak dan yakin dapat hidup bersama kembali dengan
baik
6.Istri yang dicerai dalam masa iddah raji.
C.Prosedur Rujuk
1.Di hadapan pegawai pencatat nikah suami mengikrarkan rujuknya
kepada istri disaksikan minimal dua orang saksi.
2.Pegawai pencatat nikah mencatatnya dalam buk pendaftaran
rujuk, kemudian membacanya di hadapan suami istri tersebut serta
saksi-saksi dan selanjutnya masing-masing membubuhkan tanda
tangan.
3.Pegawai pencatat nikah membuat kutipan buku pendaftaran rujuk
rangkap dua dengan nomor dan kode yang sama.
4.Kutipan diberikan kepada suami isteri yang rujuk.
5.Pegawai pencatat nikah membuat surat keterangan tentang
terjadinya rujuk dan mengirimnya ke pengadilan agama yang
mengeluarkan akta talak yang bersangkutan.
6.Suami istri dengan membawa kutipan buku pendaftaran rujuk
datang ke pengadilan agama tempat terjadinya talak untuk
mendapatkan kembali akta nikahnya masing-masing.
7.Pengadilan agama memberikan kutipan akta nikah yang
bersangkutan dengan menahan kutipan buku pendaftaran rujuk.
FIQIH MUNAKAHATRESUME
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mandiri pada mata
kuliah
Fiqih Munakahat
Oleh:
Zenal Mutaqin
204 310 151
MUAMALAH/II/D
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA Islam NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2005