Nama: MursalinNIM; A2A213036
1. Psikologi sosial merupakan cabang ilmu dari psikologi yang
baru muncul dan intensif dipelajari pada tahun 1930. Secara
sederhana objek material dan psikologi sosial adalah fakta-fakta,
gejala-gejala serta kejadian-kejadian dalam kehidupan sosial
manusia. Sekilas ternyata objek psikologi sosiaL mirip dengan ilmu
sosiologi dan bila digambarkan sebenarnya psikologi sosial
merupakan pertemuan irisan antara ilmu psikologi dan ilmu
sosilogi.Psikologi sosial sebagai ilmu murni karena ilmu psikologi
sosial hanya berurusan dengan fakta empiris yang bisa dijadikan
rujukan bagi penerapan-penerapan faktual yang terjadi, selain itu
juga psikologi sosial karena banyak digunakan dalam setiap aspek
kehidupan bermasyarakat seperti dalam
pembangunan,penelitian,perencanaan sosial, dan pemecahan masalah
sosial. Contoh: sosiologiPsikologi sosial terapan berorientasi
masalah yaitu yang berawal dari suatu problem social yang muncul di
masyarakat. Kepincangan-kepincanga yang dianggap sebagai masalah
social oleh masyarakat tergantung dari system nilai social
masyarakat tersebut. Akan tetapi, ada beberapa persoalan yang
dihadapi oleh masyarakat-masyarakat yang pada umumnya sama, salah
satu contohnya adalah homoseksualitas. Contoh: Sosiologi wanita
2. Istilah Cognitive berasal dari kata cognition artinya adalah
pengertian, mengerti. Kognitif adalah proses yang terjadi secara
internal di dalam pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang
berpikir (Gagne dalam Jamaris, 2006). Pengertian yang luasnya
cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan
pengetahuan (Neisser, 1976). Menurut para ahli jiwa aliran
kognitifis, tingkah laku seseorang/anak itu senantiasa didasarkan
pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi
dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam pekembangan selanjutnya,
kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu
wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua
bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang
berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan,
menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,
kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir
dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga
berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang
bertalian dengan rasa. Perubahan-perubahan kognisi sebagian
ditentukan oleh faktor kepribadian, mudahnya dan cepatnya perubahan
kognitif itu tidak hanya ditentukan oleh kapasitas intelektual
individu - meskipun kapasitas intelektual itu penting. Kemampuan
untuk mengubah konsep-konsep dan keyakinan kita juga ditentukan
oleh kemampuan kita untuk mengelola situasi ambigu yang penuh
dengan inkonsistensi dan kejutan-kejutan, oleh keterbukaan pikiran
kita, dan oleh teknik-teknik yang telah kita kembangkan untuk
menghadapi rintangan-rintangan. Contoh: kemampuan masyarakat
Martapura dalam menghadapi banjir baah.
3. Kognisi berkaitan erat dengan keinginan dan tujuan. Keinginan
dan tujuan berperan sangat penting dalam mengarahkan pikiran dan
tindakan. Keinginan individu mengintegrasikan dan mengorganisasikan
semua aktivitas psikologisnya dalam mengarahkan dan mempertahankan
tindakannya menuju suatu tujuan. Apa yang dipersepsinya, apa yang
dipikirkannya, apa yang dirasakannya, kebiasaan lama yang mana yang
diaktifkannya, kebiasaan baru apa yang dibentuknya - kesemuanya ini
dipengaruhi oleh keinginan yang mendorong individu untuk bertindak
serta tujuan yang ingin dicapainya. Hubungan antara keinginan,
tujuan dan perilaku itu sangat kompleks dan sulit dimengerti.
Contoh: keinginan seseorang pergi ke merantau untuk merubah nasib
yang sudah tentu merubah mindset seseorang tersebut tentang hal-hal
baru di perantauan.
4. Berikut adalah urutan perkembangan keinginan menurut Maslow,
yaitu:a. Kebutuhan Fisiologis, kebutuhan paling dasar pada setiap
orang adalah kebutuhan fisiologis yakni kebutuhan untuk
mempertahankan hidupnya secara fisik. Kebutuhan-kebutuhan itu
seperti kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, seks,
tidur dan oksigen. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi
paling dasar dan besar bagi semua pemenuhan kebutuhan di atasnya.
Manusia yang lapar akan selalu termotivasi untuk makan, bukan untuk
mencari teman atau dihargai. Manusia akan mengabaikan atau menekan
dulu semua kebutuhan lain sampai kebutuhan fisiologisnya itu
terpuaskan. Di masyarakat yang sudah mapan, kebutuhan untuk
memuaskan rasa lapar adalah sebuah gaya hidup. Mereka biasanya
sudah memiliki cukup makanan, tetapi ketika mereka berkata lapar
maka yang sebenarnya mereka pikirkan adalah citarasa makanan yang
hendak dipilih, bukan rasa lapar yang dirasakannya. Seseorang yang
sungguh-sungguh lapar tidak akan terlalu peduli dengan rasa, bau,
temperatur ataupun tekstur makanan.b. Kebutuhan Akan Rasa Aman,
setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya,
muncullah apa yang disebut Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan akan
rasa aman.Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman ini diantaranya adalah
rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan
kebebasan dari daya-daya mengancam seperti perang, terorisme,
penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan dan bencana alam.c.
Kebutuhan Akan Rasa Memiliki Dan Kasih Sayang, jika kebutuhan
fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi, maka
muncullah kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa
memiliki-dimiliki.Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi dorongan untuk
bersahabat, keinginan memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan
untuk dekat pada keluarga dan kebutuhan antarpribadi seperti
kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta.d. Kebutuhan Akan
Penghargaan, Setelah kebutuhan dicintai dan dimiliki tercukupi,
manusia akan bebas untuk mengejar kebutuhan akan penghargaan.
Maslow menemukan bahwa setiap orang yang memiliki dua kategori
mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah
dan lebih tinggi.Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk
menghormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran,
kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat,
bahkan dominasi. Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga
diri termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi,
penguasaan, kemandirian dan kebebasan. Sekali manusia dapat
memenuhi kebutuhan untuk dihargai, mereka sudah siap untuk memasuki
gerbang aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi yang ditemukan
Maslow.e. Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri, tingkatan terakhir dari
kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri. Kebutuhan
aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan
keseimbangan, tetapi melibatkan keinginan yang terus menerus untuk
memenuhi potensi. Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat
untuk semakin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi
apa saja menurut kemampuannya.
5. Manusia adalah makhluk yang punya keinginan dan jarang
mencapai keadaan puas sepenuhnya kecuali untuk waktu yang singkat.
Apabila keinginan yang satu telah terpenuhi, keinginan lainnya akan
timbul menggantikan keinginan sebelumnya. Jika keinginan itu pun
terpenuhi, masih ada keinginan lainnya yang akan menyusul, dan
begitu seterusnya. Kenyataan ini menuntut kita untuk menelaah tata
hubungan semua motivasi satu sama lain. Pada saat yang sama, kita
juga harus melepaskan unit-unit motivasi yang tersendiri untuk
mencapai pengertian lebih luas yang dicari.Contoh: Candra adalah
mahasiswa yang sudah menjalani kuliah selama 7 tahun, pada suatu
hari Candra melihat kawan-kawan satu angkatannya sudah banyak yang
sukses, hal ini membuat Candra terdorong untuk cepat-cepat
menyelesaikan skripsi dan menyelesaikan studinya.
6. Motivasi adalah kesediaan individu untuk mengeluarkan upaya
yang tinggi untuk mencapai tujuan organisasi (Stephen P. Robbins,
2001). Ada tiga elemen kunci dalam motivasi yaitu upaya, tujuan
organisasi dan kebutuhan. Upaya merupakan ukuran intensitas. Bila
seseorang termotivasi maka ia akan berupaya sekuat tenaga untuk
mencapai tujuan, namun belum tentu upaya yang tinggi akan
menghasilkan kinerja yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan
intensitas dan kualitas dari upaya tersebut serta difokuskan pada
tujuan organisasi. Kebutuhan adalah kondisi internal yang
menimbulkan dorongan, dimana kebutuhan yang tidak terpuaskan akan
menimbulkan tegangan yang merangsang dorongan dari dalam diri
individu. Dorongan ini menimbulkan perilaku pencarian untuk
menemukan tujuan, tertentu. Apabila ternyata terjadi pemenuhan
kebutuhan, maka akan terjadi pengurangan tegangan. Pada dasarnya,
karyawan yang termotivasi berada dalam kondisi tegang dan berupaya
mengurangi ketegangan dengan mengeluarkan upaya. Contoh: Candra dan
Nazmi adalah dua orang yang sedang menuju perjalanan dari Samarinda
ke Banjarmasin dengan masing-masing mengendari sepeda motor. Tujuan
Candra ke Banjarmasin adalah menemui pacar, sedangkan Nazmi cuma
mengikuti Candra, ditengah perjalanan Nazmi menyerah dan kembali ke
Samarinda, sedangkan Candra dengan penuh semangat menuju
Banjarmasin walaupun jaraknya sangat jauh.
7. Tujuan antara mungkin sama dengan tujuan dalam arti obective,
pengertian obective dalam konteks hidup adalah dalam arti sebuah
arah yang diinginkan dalam mencapai sesuatu yang diharapkan dalam
hidup dan biasanya implementasinya berupa narasi bukan nilai akhir.
Contoh: Tujuan hidup manusia adalah bertaqwa kepada Allah
SWT.Sedangkan tujuan utama bisa disamakan dengan goal atau target,
dalam konteks hidup adalah arti dari target sendiri adalah sebuah
sasaran akhir yang ingin dicapai dari hidup, sehingga target
biasanya selalu berafiliasi atau berhubungan dengan objective
secara sederhana dapat saya simpulkan bahwa target adalah pasangan
dari tujuan. arti dari target sendiri adalah sebuah sasaran akhir
yang ingin dicapai dari hidup yang telah ada, sehingga target
biasanya selalu berafiliasi atau berhubungan dengan objective
secara sederhana dapat saya simpulkan bahwa target adalah pasangan
dari tujuan. Contoh: sasaran hidup adalah bahagia dikehidupan
akhirat.
8. Berikut adalah penjelasan faktor fisiologis, faktor sosial,
dan faktor psikologis:a. Faktor fisiologis: faktor-faktor yang
berhubungan dengan kondisi fisik individu yang berhubungan dengan
kebutuhan. Contoh: kesehatan jasmani yang mempengaruhi aktifitas
kebutuhan belajar.b. Faktor sosial: faktor eksternal yang
mempengaruhi proses kebutuhan individu. Contoh: lingkungan
masyarakat yang mempengaruhi proses belajar.c. Faktor psikologis:
keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar.
Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar
adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, bakat dan percaya
diri. Contoh: motivasi yang menentukan hasil belajar.
9. Pada jawaban kali ini saya menggunakan teori kebutuhan Maslow
dalam konteks perbandingan masyarakat Banjarmasin dan orang
Barat:a. Kebutuhan fisiologis: masyarakat Banjarmasin membutuhkan
beras untuk bahan makanan pokok sedangkan orang barat membutuhkan
roti untuk makanan pokok.b. Kebutuhan rasa aman: masyarakat
Banjarmasin membutuhkan security untuk menjaga komplek mereka
tinggal agar terhindar dari pencurian, sedangkan orang barat tidak
membutuhkan security karena kesadaran akan kemanan dan kenyamana
relatif tinggi, ditambah keadaan pertumbuhan ekonomi negara mereka
yang lebih bagus jika dibandingkan di Banjarmasin.c. Kebutuhan
kasih sayang: pada kebutuhan ini masyarakat Banjarmasin cenderung
peduli dengan orang-orang yang hidup disekitarnya, hal tersebut
terwujud pada kegiatan gotong royong. Berbanding terbalik dengan
orang barat yang cenderung individualis.d. Kebutuhan akan
penghargaan: masyarakat Banjarmasin cenderung kurang menghargai
sungai, hal ini bisa dibuktikan dengan masih banyaknya perilaku
mencemari sungai. Berbanding terbalik dengan orang barat,
masyarakat kota Venezia misalnya yang sangat memperhatikan
sungainya, sehingga cenderung lebih bersih dan enak dipandang.e.
Kebutuhan aktualisasi diri. Anak muda Banjarmasin cenderung kurang
memperhatikan hal mendasar dalam melakukan kegiatan seni, sedangkan
anak muda di eropa lebih memperhatikan hal yang mendasar, sehingga
memungkinkan mereka untuk banyak berinovasi.
10. Faktor pemberntuk sifat respon antar personaa. Role
Dispositions: yaitu kecenderungan yang mengacu kepada tugas,
kewajiban dan posisi yang dimiliki seorang individu. Contoh:
koordinasi antara kepala sekolah dengan guru.b. Sociometric
Disposition: yaitu, yaitu kecenderungan yang bertautan dengan
kesukaan, kepercayaan terhadap individu lain. Contoh: hubungan
antara orang tua dan anak.c. Expression Disposition: yaitu, yaitu
kecenderungan yang bertautan dengan ekpresi diri dengan menampilkan
kebiasaaan-kebiasaan khas (particular fashion). Contoh: kebiasaan
mengajak bermusyawarah ketika menghadapi masalah.
11. Kognisi dan keinginan manusia turut menentukan sifat-sifat
respon antarpribadinya, dan pada gilirannya, sifat-sifat respon
antarpribadinya itu turut menentukan kognisinya tentang dunianya
serta upayanya untuk melaksanakan keinginannya. Jenis interaksi
fundamental antara ketiga faktor psikologis ini tercermin dalam
perilaku sosial manusia. Contoh: Ibad adalah seorang yang
terpelaar, tentunya keinginan Ibad ini sifatnya juga mencerminkan
sikap yang terpelajar, maka oleh karena itu sikap antarpersonanya
dengan orang lain mencerminkan bahwa Ibad adalah orang yang
benar-benar terpelajar.
12. Berikut adalah komponen sikap sosial:a. Komponen Respons
evaluative kognitif, gambaran tentang cara seseorang dalam
mempersepsi objek, peristiwa atau situasi sebagai sasaran sikap.
Komponen ini adalah pikiran, keyakinan atau ide seseorang tentang
suatu objek. Dalam bentuk yang paling sederhana, komponen kognitif
adalah kategori-kategori yang digunakan dalam berpikir. Contoh:
respon seseorang ketika melihat kerusuhan.b. Komponen Respons
evaluative afektif, adalah perasaan atau emosi yang dihubungkan
dengan suatu objek sikap. Perasaan atau emosi meliputi kecemasan,
kasihan, benci, marah, cemburu,atau suka. Contoh dinegara Amerika
Serikat, kemungkinan berpindahnya orang kulit hitam ke daerah
perumahan orang kulit putih dapat menimbulkan rasa cemas banyak
warga kulit putih.c. Komponen Respons evaluative perilaku, adalah
tendensi untuk berperilaku pada cara-cara tertentu terhadap objek
sikap. Dalam hal ini, tekanan lebih pada tendensi untuk berperilaku
dan bukan pada perilaku secara terbuka. Misalnya, orang melakukan
tendensi untuk melakukan tindakan diskriminatif terhadap anggota
dari sekelompok etnis tertentu, namun karena tindakan itu secara
social dan legal dilarang, maka ia tidak melakukannya. Berkenaan
dengan keinginan individu untuk melakukan perbuatan sesuai dengan
keyakinandan keinginannya.
13. Metode penskalaan sikap sosial, yaitu:a. Metode
Equal-Appearing Intervals, yang mendasar pada metode ini adalah
penggunaan penilai untuk menetapkan nilai skala pada setiap item
dalam tes. Contoh: mengukur sikap mahasiswa terhadap kebijakan
dekan soal ormawa dengan menyerahkan ketetapan skalanya kepada
responden.b. Social Distance Scale, mengukur jarak sosial yang
memisahkan etnis atau kelompok lainnya satu sama lain. Contoh:
metode ini pernah digunakan Bogardus di dalam satu kelompok guna
menentukan seberapa besar jarak yang dirasakan kelompok tersebut
terhadap suatu sasaran atau luar kelompok. c. Metode Summated
Ratings, bermanfaat untuk membandingkan skor sikap seseorang dengan
distribusi skala dari sekelompok orang lainnya, serta untuk melihat
perkembangan atau perubahan sikap sebelum dan sesudah ekperimen
atau kegiatan. Contohnya, sikappara karyawan terhadap sistem
pelatihan, sikap para pengusaha kecil terhadap realisasipemberian
kredit usaha, sikap mahasiswa terhadap liberalisasi perdagangan,
dan sebagainya.
14. Pada dasarnya, bahasa yang dimiliki dan digunakan oleh
manusia tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Orang yang
ketika berbicara menggunakan pilihan kata, ungkapan yang santun,
struktur kalimat yang baik menandakan bahwa kepribadian orang itu
memang baik. Sebaliknya, jika ada orang yang sebenarnya
kepribadiannya tidak baik, meskipun berusaha berbahasa secara baik,
benar, dan santun di hadapan orang lain; pada suatu saat tidak
mampu menutup-nutupi kepribadian buruknya sehingga muncul pilihan
kata, ungkapan, atau struktur kalimat yang tidak baik dan tidak
santun. Begitu juga, ada orang yang berpura-pura halus dihadapan
orang lain tetapi sesungguhnya memiliki kepribadian buruk, pada
suatu saat berusaha tampil dengan bahasa yang halus agar nampak
santun. Namun, pada suatu saat orang itu tega menusuk orang lain
dari belakang dengan kata-kata yang isinya menjelek-jelekkan watak,
sifat, dan kepribadian orang lain. Karena sifat dan perilakunya
hanya berpura-pura, pada suatu saat kepribadian yang sesungguhnya
seseorang itu akan muncul melalui bahasanya.
Orang yang suka berbicara kotor dan jorok ia memiliki hati yang
kotor pula. Ucapan dan tulisan adalah ekspresi perasaan dan
pikiran. Bentuk ekspresi tentu sama dengan apa yang diekspresikan.
Bila yang terungkap melalui lisan atau tulisan bernilai negatif,
hati orang tersebut juga negatif dan kotor. Ibarat ceret, bila air
yang keluar dari ceret itu berupa kopi, maka dipastikan yang ada
dalam ceret tersebut ialah kopi, bukan air putih. Sebaliknya, bila
ungkapan-ungkapan yang keluar melalui lisan atau tulisan berisi
kata-kata baik, berarti hati orang tersebut juga baik. Sebagai
contoh, sekarang anak berusia sekitar 5 tahun saja sudah bisa
berkata kasar dan kotor padahal mereka belum tentu tahu apa
artinya. Hal ini sangat memprihatinkan. Tutur bahasa sangat
dipengaruhi oleh lingkungan. Jika saja anak itu terus hidup di
lingkungan yang kebanyakan warganya berbicara dengan bahasa kasar
dan kotor, hingga anak itu besar, ia akan terbiasa berbicara dengan
bahasa yang kasar dan kotor, dan hal terburuknya, ia akan sangat
sulit untuk berbahasa yang baik. Sungguh ironis bukan? Bandingkan
dengan anak yang berbicara sopan, tentu ia akan disenangi semua
orang. Karena seburuk-buruknya orang yang berkata buruk pasti
senang mendengarkan seseorang berbicara dengan kata-kata yang
sopan.
15. Untuk mengukur kelas sosial, saya akan menggunakan indikator
pekerajaan. Dengan semakin beragamnya pekerjaan yang
terspesialisasi kedalam jenis-jenis pekerjaan tertentu, kita secara
sadar atau tidak bahwa beberapa jenis pekerjaan tertentu lebih
terhormat daripada jenis pekerjaan lainnya. Hal ini dapat kita
lihat pada pada masyarakat Banjarmasin, stratifikasi sosial guru
lebih rendah dibandingkan dengan pejabat, sedangkan di Amerika
strafikasi sosial dari guru adalah setara dengan pejabat.
16. menurut Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak
perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Dengan
demikian mobilitas hanya terjadi pada kelas sistem stratifikasi
sosial yg terbuka tidak menganut sistem stratifikasi tertutup atau
kasta. Dalam menjelaskan mobilitas sosial pada masyarakat
Banjarmasin saya akan menggunakan indikator pekerjaan yang
berpengaruh terhadap program studi di Unlam. Dulu, mahasiswa yang
kuliah di FKIP kelas sosialnya lebih rendah ika dibanding mahasiswa
yang kuliah di Fakultas Ekonomi, tapi hal tersebut menjadi bergeser
setelah adanya stratifikasi guru, kelas sosial mahasiswa FKIP
menjadi setara bahkan lebih bagus jika dibandingkan dengan
mahasiswa Fakultas Ekonomi. Kalau dibandingkan dengan apa yang ada
di Amerika, tentu hal ini tidak terjadi, hal ini dikarenakan kelas
sosial dengan inidikator pekerjaan sarjana tidak terlalu beda
jauh.
17. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan
sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar. Saya akan mengambil contoh tentang antri dan membandingkan
apa yang terjadi di Banjarmasin dengan Amerika. Di Banjarmasin
budaya dan kesadaran untuk antri mungkin dianggap kurang, hal
tersebut bisa dibuktikan ketika pengantrian pembayaran SPP di
Unlam, tidak jarang mahasiswa saling serobot untuk lebuh dulu bayar
SPP. Jika dibandingkan dengan apa yang terjadi di Amerika, orang
Amerika lebih tertib dalam hal antri mengantri.
18. Berikut ini adalah metode penelitian kebudayaan:a. Metode
Fenomenologi, Pendekatan fenomenologi merupakan tradisi penelitian
kualitatif yang berakar pada filosofi dan psikologi, dan berfokus
pada pengalaman hidup manusia (sosiologi). Contoh penelitian
tentang ritus-ritus masyarakat Banjar.b. Metode Hermeneutik.
Apabila metode fenomenologi mencoba mengungkapkan dan
mendeskripsikan hakikat agama, metode hermeneutik mencoba memahami
kebudayaan melalui interpretasi. Pada mulanya metode ini diterapkan
untuk menginterpretasikan teks-teks keagamaan. Awal penerapan ini
masih tetap melekat, dalam arti menempatkan konsep teks dalam
kedudukan sentral. Kemudian, Dilthey mengembangkannya menjadi lebih
luas, baik sebagai permasalahan filsafat maupun metodologi. Contoh:
kajian tentang manuskrip-manuskrip melayuc. Pendekatan Kebudayaan,
Pendekatan Kualitatif, dan Kajian Agama. Fenomena agama adalah
fenomena universal manusia. Selama ini belum ada laporan penelitian
dan kajian yang menyatakan bahwa ada sebuah masyarakat yang tidak
mempunyai konsep tentang agama. Walaupun peristiwa perubahan sosial
telah mengubah orientasi dan makna agama, hal itu tidak berhasil
meniadakan eksistensi agama dalam masyarakat. Sehingga kajian
tentang agama selalu akan terus berkembang dan menjadi kajian yang
penting. Karena sifat universalitas agama dalam masyarakat, maka
kajian tentang masyarakat tidak akan lengkap tanpa melihat agama
sebagai salah satu faktornya. Seringkali kajian tentang politik,
ekonomi, dan perubahan sosial dalam suatu masyarakat melupakan
keberadaan agama sebagai salah satu faktor determinan. Tidak
mengherankan jika hasil kajiannya tidak dapat menggambarkan
realitas sosial yang lebih lengkap
19. Kelompok, dalam hal ini adalah kelompok sosial mempunyai
pengertian "sejumlah individu yang berinteraksi dan memiliki
hubungan sehingga mengakibatkan kebersamaan dan rasa memiliki".
Dari pengertian diatas, dapat kita simpulkan bahwa suatu kumpulan
individu baru bisa disebut sebagai kelompok sosial jika telah
memenuhi dua kriteria, yaitu jika telah terorganisasi (baik secara
formal maupun informal) serta adanya kesadaran akan keanggotaan
individu dalam kelompoknya. Kelompok sosial sendiri terbentuk
karena adanya gregariousness yaitu naluri manusia untuk selalu
bersama. Kerumunan (Crowd) adalah sekelompok individu yang
kebanyakan tidak saling mengenal yang berkumpu di suatu tempat
untuk mengerubungi sesuatu. Contoh dari kerumunan adalah kerumunan
orang yang melihat konser musik. Kerumunan termasuk dalam
klasifikasi kelompok semu, yaitu kelompok sosial yang terbentuk
secara spontan, tidak direncanakan, dan tidak terorganisir. Karena
cara terbentuknya tersebut, diantara anggotanya biasanya tidak
terjadi interaksi secara terus menerus, tidak ada kesadaran
berkelompok, serta kehadirannya tidak konstan.
20. Model pembentukan suatu kelompok pertama kali diajukan oleh
Bruce Tackman (1965). Teori ini dikenal sebagai salah satu teori
pembentukan kelompok yang terbaik dan menghasilkan banyak ide-ide
lain setelah kosep ini dicetuskan.a. Tahap 1 - FormingPada tahap
ini kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota
kelompok cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun memiliki
itikad baik namun mereka belum saling mengenal dan belum saling
percaya.b. Tahap 2 - StormingKelompok mulai mengembangkan ide-ide
berhubungan dengan tugas-tugas yang mereka hadapi. Mereka membahas
isu-isu semacam masalah yang harus mereka selesaikan. Anggota
kelompok saling terbuka dan mengkonfrontasi ide-ide dan perspektif
mereka masing-masing. Pada beberapa kasus, tahap storming cepat
selesai. Namun ada pula yang mandenk pada tahap ini.c. Tahap 3 -
NormingTerdapat kesepakatan dan konsensus antara anggota kelompok.
Peranan dan tanggung jawab telah jelas. Anggota kelompok mulai
dapat mempercayai satu sama lain seiring dengan mereka melihat
kontribusi masing-masing anggota untuk kelompok. d. Tahap 4 -
PerformingKelompok dalam tahap ini dapat menyelesaikan pekerjaan
dengan lancar dan efektif tanpa ada konflik yang tidak perlu dan
supervisi eksternal. Anggota kelompok saling bergantung satu sama
lainnya dan mereka saling respect dalam berkomunikasi.e. Tahap 5 -
Adjourning dan TransformingTahap dimana proyek berakhir dan
kelompok membubarkan diri. Kelompok bisa saja kembali pada tahap
mana pun ketika mereka mengalami perubahan.
21. Menurut Robert Bierstedt, terdapat bermacam-macam jenis
kelompok sosial, yaitu:A. Kelompok sosial yang teratur, terdiri
atas:a. In group dan out group, In-group berdasarkan pada faktor
simpati serta kedekatannya dengan anggota kelompoknya. Adapun
out-group adalah kelompok yang berada di luar kelompok dirinya.b.
Kelompok primer dan sekunder, Kelompok primer adalah kelompok kecil
yang anggota-anggotanya memiliki hubungan dekat, personal, dan
langgeng. Contohnya; keluarga. Adapun kelompok sekunder adalah
kelompok besar, bersifat sementara, mempunyai tujuan tertentu,
bersifat impersonal dan tidak langgeng. Sebagai contoh; Tim
kesebelasan sepak bola.c. Paguyuban (gemeinschaft) dan patembayan
(gesselschaft), Paguyuban adalah bentuk salah satu bentuk kelompok
sosial di mana anggota-anggotanya hidup bersama dan terikat
hubungan batin murni serta bersifat alamiah dan kekal. Misalnya:
kerabat, keluarga serta RT (Rukun Tetangga). Adapun patembayan
adalah ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya hanya untuk
jangka waktu yang pendek. Sebagai contoh ; interaksi melalui
internet.d. Formal group dan in-formal group, Formal group
merupakan kelompok yang memiliki peraturan yang tegas dan sengaja
dibuat oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan yang terjadi
antar sesamanya. Misalnya : Negara, birokrasi atau perusahaan.
Adapun informal group adalah kelompok yang tidak mempunyai struktur
yang pasti, terbentuk karena pertemuan yang berulang-ulang sehingga
terjadi pertemuan kepentingan dan pengalaman. Sebagai contoh :
Ikatan kelompok terdekat atau perkawananB. Kelompok sosial yang
tidak teratur, terdiri atas :a. Kerumunan (crowd), yaitu
individu-individu yang berkumpul secara kebetulan di suatu tempat
dan pada waktu yang bersamaan.b. Publik, yaitu orang-orang yang
berkumpul dan mempunyai kesamaan kepentingan
22. Kelompok, dalam hal ini adalah kelompok sosial mempunyai
pengertian "sejumlah individu yang berinteraksi dan memiliki
hubungan sehingga mengakibatkan kebersamaan dan rasa memiliki".
Dari pengertian diatas, dapat kita simpulkan bahwa suatu kumpulan
individu baru bisa disebut sebagai kelompok sosial jika telah
memenuhi dua kriteria, yaitu jika telah terorganisasi (baik secara
formal maupun informal) serta adanya kesadaran akan keanggotaan
individu dalam kelompoknya. Kelompok sosial sendiri terbentuk
karena adanya gregariousness yaitu naluri manusia untuk selalu
bersama. Tujuan kelompok dapat diartikan sebagai gambaran yang
diharapkan anggota yang akan dicapai oleh kelompok. Tujuan kelompok
harus jelas dan diketahui oleh seluruh anggota. Untuk mencapai
tujuan kelompok tersebut diperlukan aktivitas bersama oleh para
anggota.Ciri-ciri kelompok sosial yaitu:a. Memiliki motif yang sama
antara individu satu dengan yang lain.(menyebabkan
interkasi/kerjasama untuk mencapai tujuan yang sama)b. Terdapat
akibat-akibat interaksi yang berlainan antara individu satu dengan
yang lain (Akibat yang ditimbulkan tergantung rasa dan kecakapan
individu yang terlibat)c. Adanya penugasan dan pembentukan struktur
atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan serta
kedudukan masing-masingd. Adanya peneguhan norma pedoman tingka
laku anggota kelompok yang mengatur intraksidalam kegiatan anggota
kelompok untuk mencapai tujuan bersama.Fungsi kelompok sosial
adalah:a. Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi
persoalan hidup. Karena, bagaimanapun manusia tidak bisa hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain.b. Memudahkan segala pekerjaan,
karena banyak pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan tanpa bantuan
orang lain.c. Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan
masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga
seleseai lebih cepat, efektif dan efesian, karena pekerjaan besar
dibagi-bagi sesuai bagian kelompoknya masing-masing / sesuai
keahlian;d. Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan
masyarakat, karena setiap individu bisa memberikan masukan dan
berinteraksi dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat.Norma
kelompok adalah pedoman-pedoman yang mengatur sikap dan prilaku
atau perbuatan anggota kelompok. Sikap dan tanggapan anggota
kelompok terhadap norma kelompok dapat bermacam-macam. Ada anggota
yang tunduk pada norma kelompok dengan terpaksa karena ia termasuk
dalam kelompok yang bersangkutan, tetapi ada juga yang tunduk pada
norma kelompok dengan penuh pengertian dan penuh kesadaran,
sehingga norma kelompok dijadikan normanya sendiri. Misalnya saja
dalam suatu kelompok ada norma bahwa setiap anggota kelompok harus
berambut panjang, namun karena perkembangan keadaan norma dapat
berubah bahawa setian anggota kelompok tidak perlu berambut
panjang, tetapi memakai sesuatu yang menjadi norma kelompok
tersebut.
23. Berikut ini adalah penjelasan tentang:a. Dinamika kelompok.
Dinamika kelompok merupakan suatu kelompk yang terdiri dari dua
orang atau lebih yang memiliki hubungan secara psikologis antara
sesama anggota yang dialami secara bersama. Bisa juga didefinisikan
bahwa dinamika kelompok sebagai konselp yang didalamnya
menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang, dan
mampu menyesuaikan dengan keadaan yang selalu berubah-ubah.
Unsur-unsur dinamika kelompok terdiri dari:a) Tujuan kelompok,
Tujuan kelompok dapat diartikan sebagai gambaran yang diharapkan
anggota yang akan dicapai oleh kelompok. Tujuan kelompok harus
jelas dan diketahui oleh seluruh anggota. Untuk mencapai tujuan
kelompok tersebut diperlukan aktivitas bersama oleh para anggota.b)
Struktur kelompok, Struktur kelompok merupakan pola-pola hubungan
diantara diantara berbagai posisi dalam suatu susunan kelompok.
Untuk mengehtahui struktur kelompok maka ada tiga unsur yang sangat
penting yaitu: psisi, status, dan peranan. Adapun yang dimaksud
posisi disini merupakan tempat seseorang dalam suatu kelompok.
Status mengacu kepada kedudukan seseorang dalam suatu kelompok.
Sedangkan perann itu sendiri mengacu kepada hal-hal yang harus
dilakukan oleh seseorang yang sesuai dengan statusnya dalam
kelompok.c) Fungsi tugas kelompok, Shaw (1977:317) mengelompokan
tugas-tugas kelompok ke dala tiga jenis: tugas-tugas produksi
(production tsks) yakni berkaitan dengan tugas-tugas yang
bersangkut paut dengan upaya menghasilkan dan menyajikan berbagai
gagasan dan penyusun berbgai rencana. Adapun tugas-tugas diskusi:
tugas-tugas yang berkaitan dengan pembahasan atau pengkajian
berbagai isu yang memerluak kesepakatan dan keputusan bersaam.
Sementara itu, tugas-tugas pemecahan masalah yakni tugas-tugas yang
berkaitan dengan penetuan tindakan pemecahan masalah-masalah
tertentu ayng diahadap kelompok.b. Pembentukan kelompok dilakukan
dengan menentukan kedudukan masing-masing anggota (siapa yang
menjadi ketua atau anggota). Interaksi yang terjadi suatu saat akan
memunculkan perbedaan antara individu satu dengan lainnya sehingga
timbul perpecahan (konflik). Perpecahan yang terjadi bisanya
bersifat sementara karena kesadaran arti pentingnya kelompok
tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri demi
kepentingan bersama. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian,
perubahan dalam kelompok mudah terjadi. c. Efektifitas kelompok
terjadi apabila :a) merupakan saluran untuk memenuhi kebutuhan
aplikasi (penyesuaian diri) berkawan, dukungan, cinta kasih.b)
merupakan suatu sarana pengembangan memperkaya serta menetapkan
rasa harga diri dan identitasnya.c) merupakan sarana pencarian
kepastian,dan mengatasi kenyataan kehidupan sosial. kelompok juga
sebagai wadah atau tempat untuk mencari kepastian dari
keragu-raguan yang dirasakan anggotanya sebab didalam kelompok
semua permasalahan yang dirasakan anggotanya akan diselesaikan di
bahas dan dicarikan jalan keluarnya secara bersama, sehingga
kenyataan-kenyataan hidup yang pahit dirasakannya dapat berubah
menjadi manis lewat kelompok yang ada ini karea didalam kelompok ia
dapat berbagi dan ia tidak merasa sendiri sehingga tidak perlu
berkecil hati dalam menerima kanyataan hidup, krena dengan adanya
kelompok ia dapat mempermudah masalah-masalah kehidupan sosial yang
kita rasakan karena didalam kelompok adanya rasa terbuka,
bersahabat, saling memiliki yang tinggi pula dan yag paling
terpenting lagi ialah didalam kelompok juga terdapat rasa kepedulia
yang tinggi dengan setiap anggota-anggota kelompok. misalnya saja
didalam kelompok kita membicarakan hal-hal yang dirasakan setiap
anggotanya, sehingga hal-hal yang ragu akan dikuatkan oleh
kelompok.dan kenyataan-kenyataan kehidupan yang kita rasakan akan
menjadi sesuatu yang indah jika kita mampu menyelesaikannya dan
mengubahnya menjadi sesuatu yang indah maka dari itu sanagat
diperlukan sifat keterbukaan dan kepedulian antar anggota
kelompok.d) merupakan sarana memperkuat perasaan aman, tentram dan
kekuasaan atas kemampuannya dalam menghadapi musuh dari ancaman
yang sama secara bersama.e) merupakan sarana dimana suatu tugas
kerja dapat diselesaikan anggota yang menerima beban tanggung jawab
seperti tugas pemberian informasi, membantu teman yang lemah dan
sebagainya.
24. Kepemimpinan dalam kelompok:a. Ditengah konfleksitas masalah
yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, dibutuhkan pemimpin yang
berwawasan luas, mengetahui permasalahan dalam maupun luar negeri
serta tegas, dalam konteks ini hubungan antara konfleksitas dengan
pemimpin ada pada kemampuan pemimpin untuk memecahkan konfleksitas
permasalahan tersebut.b. Begitu juga hubungan kritis dan pemimpin
dalam kelompok, untuk bisa memecahkan konfleksitas masalah, modal
utama yang sebaiknya dimiliki oleh seorang pemimpin adalah ideologi
yang mendasari cara berpikir dari pemimpin tersebut, dari ideologi
itu muncul sikap kritis yang siap menjadi penyeimbang dalam
dinamika kehidupan berkelompok.c. Dinamika kelompok sosial, setiap
kelompok sosial pasti mengalami perkembangan serta perubahan.
perubahan dalam setiap kelompok sosial, ada yang mengalami
perubahan secara lambat, namun ada pula yang mengalami perubahan
dengan ccepat. perubahan dalam kelompok sosial ada yang di sebabkan
oleh faktor intern dan ekstern. faktor intern di sebabkan adanya
perubahan struktur dalam kelompok sosial menyebabkan ketidak
stabilan kelompok.d. Membicarakan tentang pemimpin dan
kelemahannya, tidak ada salahnya kalau juga membicarakan gaya-gaya
kepemimpinan, dari analisis gaya kepemimpinan kita dapat mengetahui
kelemahan-kelemahan pemimpin tersebut. a) Gaya Kepemimpinan
Otokratis Gaya ini kadang-kadang dikatakan kepemimpinan terpusat
pada diri pemimpin atau gaya direktif. Gaya ini ditandai dengan
sangat banyaknya petunjuk yang datangnya dari pemimpin dan sangat
terbatasnya bahkan sama sekali tidak adanya peran serta anak buah
dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Pemimpin secara
sepihak menentukan peran serta apa, bagaimana, kapan, dan bilamana
berbagai tugas harus dikerjakan.b) Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang
lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan
ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan. Gaya ini
kadang-kadang disebut juga gaya kepemimpinan yang terpusat pada
anak buah, kepemimpinan dengan kesederajatan, kepemimpinan
konsultatif atau partisipatif. Pemimpin kerkonsultasi dengan anak
buah untuk merumuskan tindakan keputusan bersama.c) Gaya
Kepemimpinan Delegatif Gaya Kepemimpinan delegatif dicirikan dengan
jarangnya pemimpin memberikan arahan, keputusan diserahkan kepada
bawahan, dan diharapkan anggota organisasi dapat menyelesaikan
permasalahannya sendiri.d) Gaya Kepemimpinan Birokratis Gaya ini
dapat dilukiskan dengan kalimat memimpin berdasarkan peraturan.
Perilaku pemimpin ditandai dengan keketatan pelaksanaan prosedur
yang berlaku bagi pemipin dan anak buahnya. Pemimpin yang
birokratis pada umumnya membuat keputusan-keputusan berdasarkan
aturan yang ada secara kaku tanpa adanya fleksibilitas.e) Gaya
Kepemimpinan Laissez Faire Gaya ini mendorong kemampuan anggota
untuk mengambil inisiatif. Kurang interaksi dan kontrol yang
dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya ini hanya bias berjalan
apabila bawahan memperlihatkan tingkat kompetensi dan keyakinan
akan mengejar tujuan dan sasaran cukup tinggi. Dalam gaya
kepemimpinan ini, pemimpin sedikit sekali menggunakan kekuasaannya
atau sama sekali membiarkan anak buahnya untuk berbuat sesuka
hatinya.Sun Tzu mengidentifikasi setidaknya ada 5 kelemahan para
pemimpin yaitu:a) Pemimpin yang Ceroboh, Ia Bisa TerbunuhDalam
kondisi peperangan, keberanian adalah unsur kekuatan yang juga
harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Akan tetapi, keberanian tanpa
perhitungan tentunya akan banyak mengandung risiko yang mendekatkan
pada kekalahan. Berani tidak sekedar tekad yang bulat (nekad).
Karana risiko pemimpin yang hanya bisa maju perang tanpa memiliki
konsep dan strategi adalah kecerobohan yang mebinasakan baik bagi
dirinya maupun bagi organisasi yang dipimpinnya
b) Pemimpin yang Pengecut, Ia Bisa TertangkapSeorang pemimpin
yang mimiliki jiwa kerdil yang penuh rasa takut, akan serba
ragu-ragu dalam menentukan keputusan. Jika sikap ini yang terus
dipelihara dalam setiap tindakan, maka musuk akan dengan mudah
menebak ke mana ia akan melangkah, sehingga ia pun akan dengan
mudah di tawan dalam setiap kesempatan.c) Pemimpin yang Mudah Naik
Pitam, Ia Mudah DihasutKemarahan hanya akan menenggelamkan
seseorang dalam kuburan ego yang akan mudah menjerumuskan diri
dalam persoalan. Sikap mudah emosi atau temperamental yang dimiliki
seorang pemimpin, akan membuat dirinya mudah diprovokasi dan
ujung-ujungnya ia akan bertindak sembrono sehingga akan membodohi
diri sendiri. Oleh karena itu, pemimpin yang mudah marah biasanya
hanya akan terjebak dalam kubangan yang mencelakakan.d) Pemimpin
yang Gila Hormat, Ia Mudah DifintahBagi seorang pemimpin, jika ia
terlalu menjaga kehormatan dan mengagungkan posisi dan jabatannya,
ia akan mudah difitnah dengan kedudukannya tersebut. Sebab, seorang
pemimpin, apalagi yang gila pangkat, akan melalakukan
tindakan-tindakan yang cenderung nekat dan menghalalkan segala
macam cara agar posisinya terangkat. Oleh karena itu, ia akan mudah
di fitnah demi mengejar kehormatan dan melupakan inti dari
perjuangannya.e) Pemimpin yang Mudah Mengalah, Ia Mudah
DikecewakanKasih sayang adalah sifat mulia yang patut dipelihara.
Namun, dibalik sikap itu seorang pemimpin yang mudah iba atas dasar
belas kasih, justru bisa jadi kecewa sebab sikap iba pada
bawahannya yang terlalu kuat tanpa perhitungan, malah akan
melahirkan kerepotan dikemudian hari.
e. Pada konteks jawaban kali ini, saya akan menggunakan herarki
kebutuhan Maslow dengan kepemimpinan yang sifatnya transformatif.
Kepemimpinan transformational ditandai oleh kemampuan seorang
pemimpin untuk menyampaikan ide-ide, gagasan-gagasan dan apa yang
diinginkannya pada anak buahnya (karyawan dan stafnya). Para
bawahan bekerja dengan semangat, termotivasi, terinspirasi oleh
ide-ide dan gagasan pemimpin tadi. Seorang pemimpin dalam mencapai
tujuannya ia akan menggunakan bawahan. Bawahan akan terdorong dan
termotivasi bekerja karena dorongan dan rangsangan baik dari dalam
dirinya maupun dari luar dirinya. Dorongan dari dalam karena merasa
kebutuhan dan keinginannya akan terpenuhi. Sedangkan dorongan dari
luar berasal dari sang pemimpin yang transformational berupa
ide-ide/gagasan pemimpin yang turut merangsang dan berkorelasi
mempengaruhi keinginan dari dalam bawahan. Berdasarkan paparan
diatas, hal yang dibutuhkan oleh pemimpin adalah efektifiitas
pencapaian target dari kelompok tersebut, cara untuk mencapai
efektifitas tersebut adalah dorongan atas bawahan agar mereka
bekerja secara maksimal.
25. Fungsi-fungsi pemimpin adalah Fungsi pemimpin dalam suatu
organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang
sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang
bersangkutan. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek
yaitu :a. Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi
kebijaksanaan administrasi dan menyediakan fasilitasnya.b. Fungsi
sebagai Top Manajemen, yakni mengadakan planning, organizing,
staffing, directing, commanding, controling, dsb.Sedangkan
karakteristik dan gaya kepemimpinan, diantaranya adalah:a) Gaya
Kepemimpinan Otokratis Gaya ini kadang-kadang dikatakan
kepemimpinan terpusat pada diri pemimpin atau gaya direktif. Gaya
ini ditandai dengan sangat banyaknya petunjuk yang datangnya dari
pemimpin dan sangat terbatasnya bahkan sama sekali tidak adanya
peran serta anak buah dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
Pemimpin secara sepihak menentukan peran serta apa, bagaimana,
kapan, dan bilamana berbagai tugas harus dikerjakan.b) Gaya
Kepemimpinan Demokratis Gaya kepemimpinan demokratis adalah
kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan
yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
Gaya ini kadang-kadang disebut juga gaya kepemimpinan yang terpusat
pada anak buah, kepemimpinan dengan kesederajatan, kepemimpinan
konsultatif atau partisipatif. Pemimpin kerkonsultasi dengan anak
buah untuk merumuskan tindakan keputusan bersama.c) Gaya
Kepemimpinan Delegatif Gaya Kepemimpinan delegatif dicirikan dengan
jarangnya pemimpin memberikan arahan, keputusan diserahkan kepada
bawahan, dan diharapkan anggota organisasi dapat menyelesaikan
permasalahannya sendiri.d) Gaya Kepemimpinan Birokratis Gaya ini
dapat dilukiskan dengan kalimat memimpin berdasarkan peraturan.
Perilaku pemimpin ditandai dengan keketatan pelaksanaan prosedur
yang berlaku bagi pemipin dan anak buahnya. Pemimpin yang
birokratis pada umumnya membuat keputusan-keputusan berdasarkan
aturan yang ada secara kaku tanpa adanya fleksibilitas.e) Gaya
Kepemimpinan Laissez Faire Gaya ini mendorong kemampuan anggota
untuk mengambil inisiatif. Kurang interaksi dan kontrol yang
dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya ini hanya bias berjalan
apabila bawahan memperlihatkan tingkat kompetensi dan keyakinan
akan mengejar tujuan dan sasaran cukup tinggi. Dalam gaya
kepemimpinan ini, pemimpin sedikit sekali menggunakan kekuasaannya
atau sama sekali membiarkan anak buahnya untuk berbuat sesuka
hatinya.f) Pluralitas dalam hal ini dapat diartikan sebagai suatu
segmentasi masyarakat dalam tingkat yang sangat tinggi. Pengalaman
individu itu merujuk pada keyakinan dan prakteknya atas struktur
nilai yang pola hubungannya terekpresi melalui komunikasi modern.
Komunikasi ini terus berproses melalui inisiasi. Proses ini
dipercepat oleh teknologi media komunikasi: pulikasi massal, buku,
majalah, lukisan, film, radio, dan televisi. Media ini
mentransformasikan definisi kognitif dan normatif tentang realitas,
lalu kemudian menyebar dengan cepat. Demikian juga, bergerak
menembus generasi demi generasi. g) Masyarakat dunia sebagai
kesatupaduan, tersegmentasi dengan adanya varian struktur yang
mempolakan sistem sosial secara paralel. Selain itu, konfigurasi
sistem makna juga memegang peranan kunci dalam segmentasi ini.
Struktur makna ini bekerja menurut konteksnya: terdapat dalam dunia
kerja, religi, dunia birokrasi, budaya konsumerisme, rumah tangga,
atau pemahaman terhadap realitas. Dalam struktur makna tersebut,
individu memainkan peran-perannya. Peran-peran inilah yang kemudian
mengalami dikotomi, sebagaimana disebutkan sebelumnya: kehidupan
pribadi dan bidang umum. h) Dikotomi dalam hal ini sebenarnya bukan
suatu pengelompokan, atau kelas dalam strata sosial. Tetapi inilah
konsekuensi logis dari kegiatan-kegiatan individu dalam dunia
pekerjaan dan dunia birokrasi pemerintahan. Pluralisasi berlangsung
dalam kedua bidang tersebut. Setiap individu mengalami kehidupan
umum dengan pemeberian makna tertentu sebagai materi pengalamannya
dalam kehidupan umum. Tetapi juga, hubungan individu terhadap kedua
bidang tersebut selalu mengalami pergeseran dari satu dunia
kehidupan ke dunia kehidupan lainnya. Adanya pembagian kerja,
misalnya, menciptakan sistem perekonomian yang kompleks dan
menyeluruh. i) Tetapi yang pasti adalah bahwa setiap individu dalam
masyarakat modern mempunyai situasi yang khas berbeda dari yang
lainnya. Itulah sebabnya, ada sektor yang bebeda-beda dalam
kehidupan sehari-hari yang menghubungkan mereka dengan dunia makna
dan pengalaman yang sangat berbeda, dan itu seringkali tidak cocok.
Kehidupan dalam bidang pribadi itu sendiri tidak lepas dari
infiltrasi proses pluralisasi. Setiap individu moderen selalu
berusaha mengatur bidang pribadinya sedemikian rupa sehingga
memberi tatanan integratif dan makna yang bersifat mendukung. Dalam
penjelasan terdahulu disebutkan bahwa setiap komunitas sosial akan
berusaha melanggengkan struktur nilai dunia-kehidupannya. Demikian
juga individu dalam bidang pribadi, akan selalu juga melanggengkan
sebuah "dunia rumah" ("home world") yang akan berfungsi sebagai
pusat kehidupannya yang bermakna di tengah masyarakat. j)
Selanjutnya, kehidupan pribadi dan umum itu bisa digali dari
gerak-gerik individu dalam dunia perkotaan yang lebih heterogen.
Kota, disebut sebagai subyek dalam hal ini, karena menjadi
"resource" dan barometer pertumbuhan dan pengembangan modernisme.
Sesuai dengan strukturnya, kota mendorong penduduknya menjadi
ber-"budi" ("urban") dengan menghormati orang asing, serta
"canggih" dalam berbagai pendekatan menghadapi realitas berbeda.
Urbanisasi, dalam hal ini kota, lebih dari pengertian lazim tentang
pembangunan pranata-pranata yang kemudian disebut sebagai kota.
Lebih dari itu, urban adalah suatu proses kesadaran yang mencakup
gaya hidup, gaya berpikir, perasaan dan realitas pengalaman yang
bersifat umum. Kesadaran ini akan memberi individu makna atas
sejumlah aktivitas-aktivitas individu di hadapan dunia umum yang
menjadi sifatnya kota itu sendiri. Pada kenyataannya, kesadaran ini
dalam masyarakat moderen, tidak hanya didominasi individu-individu
perkotaan melainkan juga telah ditemui pada masyarakat rural
(pedesaan) atau pinggiran kota. k) Dalam perkembangannya,
pluralisasi dalam bidang pribadi ini telah membentuk dasar-dasar
kepribadian dan dunia subyektif, suatu pengalaman sosial yang
terdesain dari awal, yakni masa kanak-kanak. Implikasinya adalah
individu mengaburkan identitasnya sehingga mereka (individu moderen
di kota) sulit dijelaskan menurut prinsip kepemilikan makna "dunia
rumah" belaka. l) Kembali kepada mengenai dasar kepribadian dan
dunia subyektif itu, dengan sendiri itu berasal dari tatanan yang
telah mengalami proses sosialisasi sekunder. Yaitu sosialisasi yang
berlangsung setelah tahap-tahap awal pembentukan diri (individu).
Umumnya, proses sosialisasi sekunder ini diselenggarakan melalui
lembaga-lembaga formal seperti mulai dari taman kanak-kanak hingga
perguruan tinggi. Sosialisasi ini memungkinkan seseorang dapat
beranjak dari satu dunia sosial ke dunia sosial lainnya. Juga
peralihan dari dunia kanak-kanak menuju dunia makna dewasa yang
tentu saja sebelumnya belum pernah mereka alami. Yang paling primer
dalam proses ini adalah individu mendapatkan patron-patron sosial
untuk menata pola tingkah laku sosialnya sehingga eksistensinya
dapat diakomodasi oleh pranata-pranata umum (norma sosial yang
berlaku). m) Mengapa pluralitas yang telah dijelaskan di atas
berfungsi lebih dari hanya sebagai suatu konsep? Atau katakanlah
hanya sebagai teori belaka (tools) untuk menggali hukum-hukum yang
bekerja dalam fenomena masyarakat modern. Pemahaman lebih lanjut
tentang pengertian pluralitas itu adalah sebagai pertautan sejumlah
makna asasi dapat memberi solusi atau alternatif dalam melegitimasi
berbagai nilai-nilai universal seperti "demokrasi", "pembangunan",
atau "Hak Asasi Manusia". Legitimasi ini penting karena masyarakat
modern mendapatkan kesempatan menentukan atau mendapatkan lebih
dari satu pilihan dalam menghadapi kenyataan baru, sekaligus
menginspirasi sikap-sikap familiar (out-trover) terhadap
orang-orang atau ide-ide asing. Pluralitas, karena komponen dan
elemennya yang sangat kompleks, maka individu dalam masyarakat
pluralis itu cenderung lebih terbuka terhadap nilai-nilai
universalpada akhirnya ini juga tidak mutlak ketika dihadirkan
bersama dengan potensi protektif kepribadian individu, bukan
kepribadian sosial. n) Jadi, kehidupan dalam bidang pribadi yang
ternyata juga diinfiltrasi pluralisme, rupanya tidak hanya
berimplikasi pada konteksnya sendiri. Ada saja keputusan dan
tindakan individu terjadi dalam lingkungan yang bersifat pribadi.
Tetapi karena hal tersebut mungkin sangat mendasar, maka hal itu
memberi konsekuensi di mana akan tersangkut paut juga dengan setiap
bagian struktur kelembagaan sosial yang lebih luas. Keputusan
seseorang individu untuk menikahi seorang perempuan yang berasal
dari suku yang berbeda memang merupakan perencana yang konteksnya
berada dalam bidang pribadi. Tetapi perbedaan suku, secara
antropologis, berarti juga perbedaan dunia makna. Struktur sosial
akan menghadapi hal ini sebagai bukan hal yang lazim, tetapi
mendasar. Oleh karena itu, dengan sendirinya terkait dengan
berbagai bagian struktur kelembagaan sosial dari masing-masing
pihak. o) Oleh karena itu, individu dalam berhadapan dengan
berbagai peristiwa pribadi dalam dirinya, memiliki sebuah "peta
masyarakat" yang di dalamnya ia dapat menempaatkan dan
memproyeksikan dirinya di tengah-tengah struktur sosial dan pranata
umum yang melingkupinya. Karir (paling tidak sebagai suatu rencana)
dan riwayat hidup suatu individu senantiasa mempunyai pengetahuan
faktual, dibantu oleh "peta masyarakat" ketika hendak bergerak
memasuki dunia yang sifat proyeksinya realistis ataukah hanya ilusi
(mimpi-mimpi). Riwayat hidup (pembentuk segi-segi kesadaran) dan
perencanaan (draft keputusan dan tindakan sosial) secara serempak
membentuk sebuah konstelasi yang dapat disebut sebagai sinkronisasi
multi-relasi. Artinya, individu harus tetap memiliki secara teratur
dalam benaknya bukan hanya suatu keragaman hubungan-hubungan sosial
tetapi juga suatu kemajemukan. p) Namun, penekanan aspek
multi-relasional ini harus dengan penuh empati agar mencakup diri
sendiri maupun orang lainnya. Riwayat hidup seseorang dimengerti
sebagai sebuah proyek terpasang yang mencakup identitas. Riwayat
hidup seseorang hanya penjelasan tetang perstiwa masa lalu.
Sementara makna kehidupan sehari-hari berasal dari rencana-rencana
masa depan. Tetapi, rencana masa depan tetap tidak hanya sebatas
mencakup apa yang hendak dilakukan, melainkan juga mencakup rencana
tentang seseorang individu akan menjadi apa. Di sinilah identitas
individu akan tersematkan melalui peran-peran sosial yang akan
dilakoninya. Dengan kata lain, identitas mampu menjelaskan
peran-peran sosial, serta pengertian dan makna peran-peran dalam
dunia sosial. Juga identitas dapat dipahami sebagai ekspresi dari
suatu rencana-rencana. 26. Pluralitas dalam hal ini dapat diartikan
sebagai suatu segmentasi masyarakat dalam tingkat yang sangat
tinggi. Pengalaman individu itu merujuk pada keyakinan dan
prakteknya atas struktur nilai yang pola hubungannya terekpresi
melalui komunikasi modern. Komunikasi ini terus berproses melalui
inisiasi. Proses ini dipercepat oleh teknologi media komunikasi:
pulikasi massal, buku, majalah, lukisan, film, radio, dan televisi.
Media ini mentransformasikan definisi kognitif dan normatif tentang
realitas, lalu kemudian menyebar dengan cepat. Demikian juga,
bergerak menembus generasi demi generasi. Masyarakat dunia sebagai
kesatupaduan, tersegmentasi dengan adanya varian struktur yang
mempolakan sistem sosial secara paralel. Selain itu, konfigurasi
sistem makna juga memegang peranan kunci dalam segmentasi ini.
Struktur makna ini bekerja menurut konteksnya: terdapat dalam dunia
kerja, religi, dunia birokrasi, budaya konsumerisme, rumah tangga,
atau pemahaman terhadap realitas. Dalam struktur makna tersebut,
individu memainkan peran-perannya. Peran-peran inilah yang kemudian
mengalami dikotomi, sebagaimana disebutkan sebelumnya: kehidupan
pribadi dan bidang umum.
27. Budaya konsumen : budaya masyarakat konsumen sering di beri
cirri materialis dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari
atau mengungkapkan kemiskinanrohani dan tindakan mementingkan diri
sendiri di hedonistis dimana individu memusatkan kehidupan pada
konsumsi barang-barang. Budaya Konsumen terkait dengan dampak
konsumsi massa pada kehidupan sehari-hari. Dampak tersebut
menyangkut perilaku sehari-hari, perubahan tata simbolis dan
struktur makna.Budaya Konsumen merupakan istilah yang menyangkut
tidak hanya perilaku konsumsi, tetapi adanya suatu proses
reorganisasi bentuk dan isi produksi simbolis di dalamnya. Perilaku
di sini bukan sebatas perilaku konsumen dalam artian pasif. Namun
merupakan bentuk konsumsi produktif, yang menjanjikan kehidupan
pribadi yang indah dan memuaskan, menemukan kepribadian melalui
perubahan diri dan gaya hidup. Keberadaan budaya konsumen ditandai
dengan munculnya produksi tanda dan makna terus menerus.Studi
Komparatifnya : Hal ini terjadi diawali dengan adanya peralihan
produksi barang secara massal dan munculnya pasar-pasar yang baru
untuk barang konsumen yang diiringi dengan perubahan pada sarana
produksi, seperti misalnya rasionalisasi pedagang eceran, yang
selanjutnya mendorong munculnya tempat-tempat konsumsi baru: toko
serba ada, pasar raya dan pusat-pusat perbelanjaan. Dalam tempat
konsumsi tersebut, seluruh kegiatan peragaan bertujuan membuat
barang tampak lelbih bagus dengan memanipulasi kesan dan logika
pemajangan yang menghasilkan situasi di mana makna dialihkan
melalui suatu proses elisi. Karena itu membeli barang berarti
membeli kesan dan pengalaman, dan kegiatan belanja bukan lagi suatu
transaksi ekonomi sederhana melainkan interaksi simbolis, dimana
individu membeli dan mengkonsumsi kesan dan gaya hidup.Karena itu,
budaya konsumen tidak dianggap sebagai budaya materialis rasional,
tetapi lebih dari itu, munculnya suatu nilai pakai kedua atau
ersart (disebut oleh Adorno). Budaya konsumen menekankan adaya
suatu tempat di mana kesan memainkan peranan utama. Saat ini dapat
kita lihat bahwa betapa banyak makna baru yang terkait dengan
komoditi material melalui peragaan, pesan iklan, industri gambar
hidup serta berbagai jenis media massa. Dalam pembentukannya, kesan
terus menerus diproses ulang dan makna barang serta pengalaman
terus didefinisikan kembali. Tidak jarang tradisi juga diaduk-aduk
dan dikuras untuk mencari simbol-simbol kecantikan, roman,
kemewahan dan eksotika (Benyaminmenyebut budaya konsumen adalah
suatu dunia mimpi)UniversalismeKalau kita berbicara tentang
pengaruh global dan dampak budaya konsumen atas negara-negara
pinggiran, hal ini tentunya terkait dengan peran media massa,
dengan pemahaman bahwa sebagian besar negara-negara di luar negara
yang mengkonsumsi komoditi tidak bisa terlepas dari konsumsi kesan
dalam media. Mattelart mengatakan, perusahaan-perusahaan
multinasional, yang makin menguasai produksi perangkat keras media
(terutama teknologi informasi) memproduksi berita, hiburan, iklan
yang meletakkan landasan untuk mewujudkan kekuasaan budaya pusat
atas negara-negara pinggiran. Karena itu, budaya konsumen yang
dalam istilah Mattelart budaya massa mulai menjadi budaya
universal. Meningkatnya dominasi negara-negara pusat dalam hal
produksi serta distribusi budaya melalui media, sering ditunjukkan
oleh negara-negara konsumen dalam bentuk kesulitan untuk
menciptakan proteksi budaya dalam rangka memelihara budaya lokal.
Oleh negara-negara konsumen, dominasi budaya yang progresif ini
sering dianggap sebagai bentuk emperialisme budaya atau
imperialisme media.
28. Kunci untuk memahami pemikiran Habermas, adalah pembedaan
antara dunia kehidupan dan sistem. Dunia kehidupan merupakan
cakrawala kepercayaan yang di dalamnya setiap proses komunikasi
selalu sudah tertanam. Setiap orang berkomunikasi dan bertindak
dalam dunia kehidupan. Maksunya adalah dia hidup dalam sebuah alam
bermakna yang dimiliki bersama komunitasnya, yang terdiri atas
sebuah pandangan dunia, keyakinan moral dan nilai bersama. Namun,
masyarakat juga tidak hanya komunitas, tetapi juga sistem. Sistem
ini adalah institusi dan peraturan yang menata kehidupan masyarakat
untuk meringankan beban komunikasi. Dunia kehidupan harus semakin
menjadi rasional agar masyarakat menerima sistem yang tambah
kompleks. Rasionalisasi dunia kehidupan karena semakin banyak
bidang, tidak lagi dihayati atau ditata oleh adat, tetapi oleh
kriteria yang dapat dipertanggung jawabkan dalam sebuah diskursus.
Seperti dalam ungkapan Habermas yang mana setiap perubahan sosial
membawa rasionalisasi dunia kehidupan dalam masyarakat yang
bersangkutan. Artinya, acuan normatif menjadi semakin universal.
Dalam hal ini, manusia perlu mensistematisasikan kehidupannya. Oleh
karena itu, rasionalitas sasaran juga diperlukan. Lantas apakah
normanya terlalu universal? Itu dapat dipastikan dalam diskursus
yang semuanya bersangkutan terlibat. Itulah etika diskursus. Dalam
kaitan dengan negara dan hukum dalam era globalisasi, kata
Habermas, menurut F. Budi Hardiman, negara bukan satu-satunya pusat
kedaulatan, melainkan hanya salah satu pusat masyarakat kompleks.
Negara harus dipikirkan lain, bukan sebagai substansi kekuasaan
yang mengatasi seluruh masyarakat, tetapi sebagai salah satu
komponen sistemis lain yang berakar pada masyarakat dan kebudayaan
dalam arti seluas-luasnya yang disebut Lebenswelt (Dunia
Kehidupan). Habermas mengembangkan konsep lebenswelt (dunia
kehidupan - solodaritas) sebagai pelengkap untuk konsep tindakan
komunikatif. Dalam praksis komunikasi sehari-hari klaim-kalim
kesahihan diandaikan begitu saja, karena klaim-klaim tersebut
merupakan bagian dari hal-hal yang secara cultural kebenarannya
tidak dipersoalkan. Dunia kehidupan (lebenswelt) yang diciptakan
dengan model ini, akan menciptakan harmoni sosial yang menghindari
konflik, sebab pengetahuan bersama yang terbentuk bersifat
pra-reflektif, tidak dipersoalkan dan implisit. Menurut Habermas,
hubungan yang baik antara lebenswelt dan tindakan komunikatif akan
berujung pada pencapaian konsensus karena berlaku sebagai basis
bersama para pelaku tindakan komunikatif.
29. Polanyi percaya, bahwa ekonomi pasar tidak akan bisa
bertahan untuk waktu tertentu tanpa menghancurkan masyarakat di
sekitarnya. Hal tersebut terjadi, bukan saja karena pasar bebas
sangat mengutamakan hubungan-hubungan ekonomi semata, tetapi juga
karena sistem ideal dari ekonomi baru menuntut adanya penolakan
terhadap status sosial umat manusia. Polanyi lebih lanjut
mengidentifikasi bahwa pasar bebas telah mendorong pabrik-pabrik
(industri) telah menghancurkan kebutuhan umat manusia, dengan cara
menghancurkan masyarakat sebagai satu komunitas menjadi atom-atom
lepas yaitu manusia individual. MacIver menggarisbawahi pesan
Polanyi ini dalam kata pengantar buku Polanyi untuk edisi tahun
1957 sebagai berikut bahwa manusia gagal untuk menyadari apa arti
kohesi suatu komunitas. Esensi dasar hidup manusia dihancurkan dan
dilanggar. Berbagai masalah yang berkaitan dengan pengendalian
sosial dari sebuah perubahan yang dasyat tidak mendapat hirauan;
pemikiran filsafat yang optimistik mengaburkannya, kepentingan
sesaat bersekongkol dengan kepentingan kekuasaan menyembunyikannya,
sementara kebajikan yang ditunggu belum juga muncul. Secara lebih
spesifik, Polanyi juga menjelaskan mengenai perilaku ekonomi. Ia
berpendapat bahwa perilaku ekonomi sesungguhnya melekat di dalam
hubungan-hubungan sosial yang berlangsung setiap hari.
30. Polanyi percaya, bahwa ekonomi pasar tidak akan bisa
bertahan untuk waktu tertentu tanpa menghancurkan masyarakat di
sekitarnya. Hal tersebut terjadi, bukan saja karena pasar bebas
sangat mengutamakan hubungan-hubungan ekonomi semata, tetapi juga
karena sistem ideal dari ekonomi baru menuntut adanya penolakan
terhadap status sosial umat manusia.Polanyi lebih lanjut
mengidentifikasi bahwa pasar bebas telah mendorong pabrik-pabrik
(industri) telah menghancurkan kebutuhan umat manusia, dengan cara
menghancurkan masyarakat sebagai satu komunitas menjadi atom-atom
lepas yaitu manusia individual. MacIver menggarisbawahi pesan
Polanyi ini dalam kata pengantar buku Polanyi untuk edisi tahun
1957 sebagai berikut bahwa manusia gagal untuk menyadari apa arti
kohesi suatu komunitas. Esensi dasar hidup manusia dihancurkan dan
dilanggar. Berbagai masalah yang berkaitan dengan pengendalian
sosial dari sebuah perubahan yang dasyat tidak mendapat hirauan;
pemikiran filsafat yang optimistik mengaurkannya, kepentingan
sesaat bersekongkol dengan kepentingan kekuasaan menyembunyikannya,
sementara kebajikan yang ditunggu belum juga muncul. Secara lebih
spesifik, Polanyi juga menjelaskan mengenai perilaku ekonomi. Ia
berpendapat bahwa perilaku ekonomi sesungguhnya melekat di dalam
hubungan-hubungan sosial yang berlangsung setiap hari.
31. Dari pemikiran Evers dan Chayanov, dapat disimpulkan bahwa
ekonomi subsisten adalah produksi yang dihasilkan oleh pekerja
rumah tangga tanpa bayar yang bertujuan untuk konsumsi langsung, di
mana sumber produksi adalah alam atau jasa. Produksi rumah tangga
ekonomi subsisten tidak terikat dengan pasar dan juga lepas dari
statistik pemerintah. Definisi ini tentu berbeda dengan definisi
subsistensinya Scott (1966) sebagai usaha maksimal rumah tangga
untuk memenuhi kebutuhan minimal rumah tangga. Prinsip-perinsip
ekonomi pasar tetap diadopsi secara tidak tepat pada ekonomi
subsisten, yaitu produksi, konsumsi, saving dan hutang. Tujuan
produksi pada ekonomi subsisten adalah konsumsi. Jenis produksi
sama dengan jenis konsumsi, atau jenis produksi dipengaruhi oleh
jenis konsumsi. Ever membagi konsumsi pedesaan menjadi dua yaitu
konsumsi rumah tangga dan konsumsi komunitas. Konsumsi rumah tangga
diproduksi oleh rumah tangga dan subsidi komunitas, sedangkan
konsumsi massal berasal dari subsidi dari masing-masing rumah
tangga. Saving (menabung) ditujukan untuk konsumsi massal, seperti
menabung untuk menikah, menabung untuk pergi haji, dan pesta adat
lainnya. Bentuk produksi adalah membuka lahan kemudian menanamnya
dengan tanaman keras seperti karet, ketika prosesi konsumsi massal
dilakukan maka kebun dan tanah tersebut dijual sebagai sumber utama
keuangan. Saving juga sama dengan produksi massal untuk konsumsi
jangka panjang. Contoh berladang menanam padi dan hasil panen
dijadikan persediaan konsumsi sepanjang tahun. Hutang bagi penduduk
pendesaan ditujukan untuk pemenuhan kekurangan kebutuhan primer dan
biaya massal. Hutang terjadi karena hubungan antara masyarakat
dengan tauke, yang dibayar melalui hasil kerja harian atau bulanan
serta jasa yang tidak dibayar. Tauke mempunyai inisiatif
meningkatkan jumlah hutang setiap hari yang bertujuan untuk
peningkatan ketergantungan. Kelas tauke ini sangat berpengaruh
terhadap persepsi petani pada perubahan. Semakin tergantung petani
pada tauke semakin sulit perubahan terjadi. Karena perubahan bagi
tauke adalah ancaman kestabilan ekonomi, politik dan struktur
sosial. Konsumsi dalam masyarakat subsisten pedesaan merupakan
tujuan utama produksi. Maka produksi ditentukan beberapa besar
konsumsi yang diperlukan. Jika gambaran konsumsi lebih besar
sementara faktor produksi juga besar maka aktivitas produksi akan
tinggi guna memenuhi asumsi konsumsi. Chayanov (1966) menyebutnya
dengan labor consume balance, Ellis (1988) dan Evers (1991)
menyebutnya penggunaan produksi langsung. Konsumsi secara umum
dibagi menjadi dua, yaitu konsumsi rumah tangga dan konsumsi
sosial.
32. Berikut ini adalah teori peradaban menurut:a. Norbert Elias
: Peradaban adalah proses sebuah proses perkembangan terus menerus,
yang untuk mudahnya dipelajari Elias di abad pertengahan. Elias
tertarik menelusuri hal-hal seperti apa yang menyulitkan kita
meningkatkan kepekaan kita, mengapa kita suka memperhatikan orang
lain dan mempertajam pemahaman kita terhadap orang lain.b.
Hans-Dieter Evers: Hans Dieter Evers 1973 (dalam Taliziduhu Ndraha,
1990:5) mengatakan bahwa modernisasi adalah proses penerapan ilmu
pengetahuan yang meliputi semua segi kehidupan manusia pada tingkat
yang berbeda-beda, pertama di dunia Barat, kemudian berbaur dalam
dunia lainnya melalui berbagai cara dan kelompok dengan tujuan
utama untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik dan lebih
nyaman dalam arti seluasluasnya, sepanjang dapat diterima oleh
masyarakat yang bersangkutan. Modernisasi sebenarnya juga
berkembang dari budaya dari perkembangan masyarakat lokal itu
sendiri. Bagaimana kemampuan masyarakat di dalamnya dalam mengelola
sumber daya alam yang dimiliki, dan kemampuan mengubahnya. Kondisi
yang berbeda inilah yang akan membedakan antara bangsa Indonesia
dengan bangsa yang lain melalui ciri khas yang dimilikinya. Hal
inilah yang harus ditanam dari dalam diri kita melalui arsitektur
rumah yang modern, namun tidak melupakan sisi tradisional yang
merupakan sedikit langkah kecil untuk menunjukkan eksistensi wujud
cinta tanah air.c. Frijof Capra memaparkan bahwa saat ini manusia
tengah mengalami titik balik peradaban. Ini terlihat dari
menurunnya kemampuan modernitas dalam mencapai tujuan kemanusiaan.
Satu gerak yang terbarengi oleh dahaga spiritual dan kesadaran
ekologis atas tata hidup kita yang menjadi penyempurna kemanusiaan
tersebut. Modernitas yang pada awalnya menjadi alternatif tak mampu
lagi mengangkat kemanusiaan karena telah melenceng dari prinsip
dasar kebudayaan. Telah terjadi krisis multidimensional, yaitu
dimensi-dimensi intelektual, moral, dan spriritual yang tidak
pernah terjadi sepanjang sejarah perjalanan umat manusia. Kini
dimensi tersebut telah melahirkan berbagai fenomena sosial dan
masyarakat pada tingkat yang sangat memprihatinkan seperti
kejahatan tindak kekerasan, kecelakaan, bunuh diri, alkoholisme,
penyalahgunaan obat-obatan, cacat mental, penyakit kejiwaan dan
sebagainya. Dampak krisis terhadap lingkungan berupa pencemaran
akibat limbah kimia dan nuklir sebagaimana terjadi di negara-negara
maju.
33. Berikut ini penjelasan dan contoh dari :a. Perilaku sosial:
suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk
menjamin keberadaan manusia (Rusli Ibrahim, 2001). Sebagai bukti
bahwa manusia dalam memnuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi
tidak dapat melakukannya sendiri melainkan memerlukan bantuan dari
orang lain.Ada ikatan saling ketergantungan diantara satu orang
dengan yang lainnya. Artinya bahwa kelangsungan hidup manusia
berlangsung dalam suasana saling mendukung dalam kebersamaan. Untuk
itu manusia dituntut mampu bekerja sama, saling menghormati, tidak
menggangu hak orang lain, toleran dalam hidup bermasyarakat.
Contoh: Kehidupan di desa yang penuh dengan nuansa
kegotongroyongan.b. Jenis perilaku sosial:1) Perilaku kerumunan :
perilaku yang dilakukan oleh kumpulan orang, yang bersifat
sementara dan yang memberikan reaksi secara bersama terhadap suatu
rangsangan. Contoh: tawuran antar suporter sepakbola2) Perilaku
massa: perilaku yang dilakukan oleh kerumunan orang sengaja
dikumpulkan disuatu tempat dan memiliki satu tujuan dimana
anggotanya memiliki kesadaran diri rendah dan tidak dapat bergerak
secara terorganisir. Namun dibelakang massa ini terdapat "dalang"
yang bertindak sebagai pemimpin untuk memanipulasi massa tersebut.
Contoh adalah massa yang berkumpul untuk berdemo memprotes
kebijakan pemerintah. 3) Gerakan sosial: merupakan
kelompok-kelompok yang bersifat tidak melembaga dan berbagai
anggota masyarakat yang tidak terwakili yang bergerak dalam alur
interaksi yang berseberangan dengan elit atau pihak oposisi (Tarrow
1994: lilly 1978: 1986). Contoh: Kesatuan Rakyat yang Tertindak
pimpinan Ibnu Hadjar yang memprotes pemerintah pusat tahun
1949an.
34. Berikut ini adalah sistem negara dalam perspektif:a. Pola
dominasi: Imperialisme menekankan pola dominasi dan eksploitasi
oleh negara imperial terhadap negara berkembang dan kurang
berkembang. Paska keruntuhan pesaing besar Amerika Serikat, Uni
Soviet, pada tahun 1990, pola dominasi merujuk pada dominasi
unipolar, dan menyisakan Amerika Serikat sebagai satu-satunya
negara hegemon di dunia. Hal ini diperkuat dengan kapabilitas
alutsista Amerika Serikat yang mampu memorakporandakan alutsista
militer dan senjata nuklir Korea Utara dalam sekejap, menjadikan
Amerika Serikat sebagai negara adidaya yang paling ditakuti. Harvey
menambahkan, bahwa globalisasi tidak mengubah pola-pola dominasi
yang terjadi dalam sistem global, melainkan hanya memperkuat
dominasi Amerika Serikat, serta merambah sektor-sektor lain, dengan
cara dan sistem yang berbeda dari masa sebelumnya.b. Hagemoni:
Dalam sistem hegemoni artinya ada aktor dengan kapasitas ekonomi,
politik, dan militer yang cukup kuat yang kemudian menjadi aktor
dengan kekuatan paling dominan di antara negara-negara lainnya. Hal
tersebut lah kemudian yang melahirkan adanya sistem hegemoni yang
kemudian melahirkan adanya aktor hegemon seperti Amerika Serikat
dalam sistem internasional sekarang ini. Dominasi yang timbul dari
kekuatan aktor hegemon tersebut kemudian menciptakan suatu
kemampuan untuk mengontrol jalannya sistem internasional
(Mastanduno, 2003: 145). Artinya, kebijakan yang dikeluarkan oleh
aktor hegemon dalam interaksinya di dalam sistem internasional
kemudian menjadi sangat penting untuk diperhatikan karena tentu hal
tersebut akan berimplikasi terhadap adanya perubahan terhadap
sistem internasional itu sendiri. Dengan begitu, sistem hegemoni
juga sangat berkaitan dengan unipolaritas, dimana polar dari
negara-negara di dunia ini adalah kepada negara hegemon yang
berkuasa. Dengan adanya kapasitas yang demikian, tentunya hubungan
yang terjadi dalam interaksi internasional yang ada tentunya
bersifat asimetris. Negara hegemon tentunya akan selalu lebih
menonjol dan mendominasi interaksi tersebut. Pada intinya, sistem
hegemoni merupakan keadaan dimana negara dengan kapasitas kuat
mendistribusikan dominasinya dalam mengontrol sistem internasional
yang ada. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam sistem internasional
yang sekarang ini juga masih ditemukan adanya sistem hegemoni. c.
Borjuis-proletar: Kelas merupakan sebuah konsep yang menentukan
kedudukan sosial manusia dari segi kepemilikan benda atau harta
yang tidak dapat dipisahkan dari konsep ekonomi. Kecenderungan Marx
untuk menganalisis ide-ide tentang teori kelas ditonjolkan dalam
bagian akhir karyanya yaitu Das Capital. Secara umum, konsep kelas
sosial yang diutarakan oleh Marx telah diterjemahkan dalam versi
sistem ekonomi kapitalisme. Dalam karyanya tersebut, Marx telah
membagi tiga kelas utama dalam struktur masyarakat kapitalis, yaitu
kelas buruh upahan (Wage Labourers), kelas kapitalis, dan kelas
pemilik tanah (Landowner). Walau bagaimanapun, perkembangan
struktur industri kapitalisme hanya memperkenalkan dua jenis kelas
saja, yaitu borjuis dan proletar. Semua kelas buruh upahan akan
diklasifikasikan sebagai kelas proletar. Sedangkan kelas kapitalis
dan pemilik tanah dimasukkan dalam kelas borjuis. Namun kedua kelas
yang diklasifikasikan dalam kelas borjuis tersebut bersaing ketat
dalam memperoleh dan merebut keuntungan atau kekayaan. Dan mereka
yang kalah akan diletakkan di posisi kelas proletar.Kelas proletar
dan borjuis memiliki peran dan fungsi yang berbeda. Kelas borjuis
memiliki dan menguasai alat-alat produksi serta menguasai seluruh
rangkaian sistem produksi, sedangkan kelas proletar dijadikan
sebagai tenaga kerja yang bekerja untuk kelas borjuis dalam
rangkaian proses produksi. Kelas proletar seringkali dianggap
sebagai kelasnya orang-orang yang hanya memiliki tenaga kerja.
Mereka tak memiliki apapun selain tenaga yang mereka gunakan untuk
bekerja. Sebagai imbalannya, mereka menerima gaji dari kaum borjuis
dengan jumlah yang sangat rendah. Ini tentu saja tidak adil bagi
mereka. Jurang perbedaan antara kedua kelas inilah yang menyulut
perjuangan dan penentangan antara kelas-kelas sosial. Marx
menyebutkan bahwa sejarah manusia adalah sejarah pertentangan
antara kelas yang menindas dan kelas yang tertindas. Ia mengatakan
bahwa pertentangan tersebut kadang kala dapat dilihat secara
tersembunyi, tetapi terkadang juga dapat berlaku dan dilihat secara
terbuka.d. Ekspansi: Pada abad ke 19 Jepang telah tumbuh menjadi
negara industri maju serta memperoleh kedudukan terkemuka di antara
bangsa-bangsa di dunia. Penduduk Jepang pun meningkat tajam seiring
dengan kemakmuran dan kemajuan ekonomi yang dicapainya. Pemerintah
Jepang menyadari bahwa dalam jangka panjang negerinya tidak akan
mampu menampung pertambahan penduduk yang terus meningkat. Oleh
karena itu, Jepang berusaha memecahkan permasalahan ini dengan
menempuh dua jalan, yaitu memperluas daerah industrialisasi dan
melakukan ekspansi wilayah.Untuk mendukung kegiatan industrinya,
Jepang mulai mengadakan serangan ke wilayah sekitar. Serangan itu,
antara lain, dilakukan ke Pulau Bonnie (1876) dan Kepulauan Riyukyu
(1879). Pada tahun 1894-1895 Jepang terlibat perang dengan Cina.
Dalam perang itu, Jepang berhasil mengalahkan Cina, sehingga Cina
terpaksa menandatangani Perjanjian Shimonoseki. Berdasarkan
perjanjian itu, Jepang memperoleh Taiwan dan Pesoadoras, dan Port
Arthur. Antara tahun 1904-1905 Jepang terlibat perang dengan Rusia.
Dalam perang itu Jepang berhasil mendapatkan kemenangan. Melalui
perang ini Jepang berhasil merebut Pulau Sachalin dari tangan Rusia
(1905). Pada tahun 1910 Jepang melakukan ekspansi ke Korea dan
memasukkan ke dalam wilayahnya. Dengan demikian seluruh wilayah
Asia Timur berhasil dikuasai oleh Jepang.Salah seorang tokoh
imperialisme Jepang adalah Baron Tanaka yang menjabat Perdana
Menteri tahun 1927-1929. Ia mengajukan dokumen rahasia (Tanaka
Memorial) kepada kaisar yang berisi doktrin bahwa bangsa Jepang
memiliki ''tugas suci'' untuk memimpin bangsa-bangsa di Asia Timur.
Di samping itu, disebut pula rencana pembentukan suatu lingkungan
persemakmuran bersama di Asia Timur Raya di bawah pimpinan Jepang.
Doktrin ini disebut pula ideologi ''Hakko Ichiu'' yang menjadi
pedoman politik ekspansi dan imperialisme Jepang di Asia Pasifik.
Upaya ekspansi dan imperialisme Jepang di Asia Pasifik harus
berhadapan dengan AS dan negara-negara Barat. Oleh karena itu,
tidak ada jalan lain bagi Jepang, selain mengusir AS dan
bangsa-bangsa Barat lain dari kawasan Asia Pasifik. Hal inilah yang
menyulut terjadinya Perang Dunia II di kawasan Asia Pasifik.
35. Teori Modernisasi berasal dari dua teori dasar yaitu teori
pendekatan psikologis dan teori pendekatan budaya. Teori pendekatan
psikologis menekankan bahwa pembangunan ekonomi yang gagal pada
negara berkembang disebabkan oleh mentalitas masyarakatnya. Menurut
teori ini, keberhasilan pambangunan mensyaratkan adanya perubahan
sikap mental penduduk negara berkembang. Sedangkan teori pendekatan
kebudayaan lebih melihat kegagalan pembangunan pada negara
berkembang disebabkan oleh ketidaksiapan tata nilai yang ada dalam
masyarakatnya. Secara garis besar teori modernisasi merupakan
perpaduan antara sosiologi, psikologi dan ekonomi. Menurut teori
modernisasi, masyarakat Indonesia pada umumnya belum siap untuk
melakukan pembangunan secara menyeluruh. Proses pembangunan
terhambat oleh nilai-nilai budaya dan mentalitas masyarakat
Indonesia, seperti nilai budaya yang tidak mementingkan mutu atau
prestasi, tidak mampu meninggalkan otoritas tradisinya, menganggap
hidup selaras dengan alam sehingga timbul konsep tentang nasib,
tidak disiplin, kurang bertanggungjawab, tidak berani menanggung
resiko, dan lain-lain. Inilah sebabnya negara Indonesia sebagai
negara dunia ketiga mengalami keterbelakangan. Di sini terlihat
jelas bahwa teori modernisasi ini tidak memberikan keuntungan bagi
masyarakat Indonesia.
36. Need For Achievement(N-Ach), hasrat untuk meraih
setinggi-tingginya prestasi dalam hidup adalah motivasi untuk
berprestasi ,contohnya karyawan akan berusaha mencapai prestasi
tertingginya untuk mencapai tujuannya.N-ach juga merupakan dorongan
untuk mengunguli dengan cara bertarung untuk mencapai kesuksesan.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi pun selalu diawali oleh n-ach.
Cerita atau dongeng yang mengandung nilai n-ach tinggi selalu
diikuti pertumbuhan ekonomi yang tinggi di negara itu dalam kurun
waktu 25 tahun kemudian. McClelland berpendapt bahwa Nach selalu
berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Dari studi itu, dia
berpendapat adanya pengaruh dan akaitan antara pertumbuhan ekonomi
dan tinggi rendahnya motive yang lain yakni need for power (Npower)
dan need for affiliation (Naffiliation). McClelland menolak
pandangan bahwa dorongan utama wirasawatawan adalah profit motive.
Baginya perilaku wiraswasta tidak semata sekedar cari uang,
melainkan dorongan achivement tadi. Satu yang paling penting adalah
bahwa Nach tidak diturunkan. Namun ada bukti bahwa Nach dibentuk
pada awal pertumbuhan anak, yakni tumbuhnya Nach bergantung pada
tingkat bagaimana kedua orang tua mengasuh anaknya. Jika diterima
bahwa ideologi achivement-oriented berakibat terhadap pertumbuhan
ekonomi, maka ideologi tersebut perlu disebarluaskan tidak saja
pada kalangan bisnis dan pemerintahan, tetapi justru kepada seluruh
bangsa, dengan cara mempengaruhi cara berfikir semua orang tua
ketika mereka membesarkan anak-anaknya. Kini bangsa kita telah
berumur 70 tahun sejak kemerdekaannya, namun di sana-sini masih
ditemukan keterpurukan bangsa. Salah satu warisan modernisasi yang
terasa masih lekat adalah rendahnya need for achievement bangsa
(kebutuhan berprestasi), karena pada umumnya bangsa sudah terbiasa
dengan menerima bantuan tanpa berusaha sendiri. Oleh karena itulah,
maka perlu mengembangkan need for achievement bangsa, melalui
berbagai lini mulai dari lingkungan keluarga, sekolah hingga
masyarakat sebagai lingkungan pendidikan dan sosialisasi.
37. Mereka yang memiliki kebutuhan kekuasaan (need for
power/n-Pow) dapat menjadi orang yang memiliki dua tipe, personal
dan institusional. Mereka yang butuh keuasaan personal menginginkan
orang lain secara langsung, dan kebutuhan ini sering diterima
sebagai hal yang tidak diingini. Seseorang yang membutuhkan
kekuasan lembaga mau mengorganisir usaha orang lain untuk tujuan
lebih lanjut dari organisasi. Manejer dengan kebutuhan kekuasaan
lembaga yang tinggi cenderung lebih efektif dibandingkan dengan
mereka yang membutuhkan kekuasaan personel tinggi. Kebutuhan akan
Afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah
dan akrab. Individu merefleksikan keinginan untuk mempunyai
hubungan yang erat, kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan
pihak lain. Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi
umumnya berhasil dalam pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial
yang tinggi.Mereka yang memiliki kebutuhan affiliasi (need for
affiliation/n-Aff) tinggi membutuhkan hubungan kemanusiaan dengan
orang lain dan membutuhkan rasa diterima dari orang lain. Mereka
cenderung memperkuat norma-norma dalam kelompok kerja mereka. Orang
dengan n.Aff tinggi cenderung bekerja pada tempat yang memungkinkan
interaksi personal. Mereka bekerja dengan baik pada layanan
customer dan situasi interaksi dengan pelanggan. McClelland
mengatakan bahwa kebanyakan orang memiliki kombinasi karakteristik
tersebut, akibatnya akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam
bekerja atau mengelola organisasi. Pengukuran Teknik McClelland
untuk mengukur n.Ach, n.Aff dan n.Pow dapat dilihat sebagai suatu
terobosan radikal terhadap dominasi psikometri tradisional.
Bagaimanapun terobosan ini dikenal bahwa pemikiran McClelland
dengan kuat dipengaruhi oleh pekerjaan Henry Murray, yang dikenal
dengan istilah Model Murray proses motivasi dan kebutuhan manusia
dan pekerjaannya selama perang dunia ke II. Murry yang pertama
mengenali pengaruh n.Ach, n.Pow dan n.Aff dan menempatkannya
didalam konteks yang terintegrasi dengan model motivasi.
38. Prestasi atau Achievment adalah suatu istilah yang
diperkenalkan oleh David McClelland kedalam bidang psikologi,
menunjukkan keinginan individu untuk secara secara signifikan
berprestasi, menguasai skil, pengendalian atau standard tinggi.
n.Ach berhubungan dengan kesulitan orang untuk memilih tugas yang
dijalankan. Mereka yang memiliki n. Ach rendah mungkin akan memilih
tugas yang mudah, untuk meminimalisasi risiko kegagalan, atau tugas
dengan kesulitan tinggi, sehingga bila gagal tidak akan memalukan.
Mereka yang memiliki n. Ach tinggi cenderung memilih tugas dengan
tingkat kesulitan moderat, mereka akan merasa tertantang tetapi
masih dapat dicapai. Mereka yang memiliki n.Ach tinggi memiliki
karakteristik dengan kecenderungan untuk mencari tantangan dan
tingkat kemandirian tinggi. Orang-orang yang memiliki kebutuhan
untuk berprestasi (need for achievement/n-Ach) yang tinggi mencoba
melampaui dan dengan demikian cenderung menghindari situasi yang
berisiko rendah dan tinggi. Orang-orang yang berprestasi tinggi
(achievers) menghindari situasi dengan risiko rendah karena dengan
mudah mencapai kesuksesan yang bukan pencapaian yang
sungguh-sungguh. Dalam proyek dengan risiko tinggi, achievers
melihat hasilnya sebagai suatu kesempatan yang melampaui kemampuan
seseorang. Individu dengan n. Ach tinggi cenderung bekerja pada
situasi degan tingkat kesuksesan yang moderat, idealnya peluang
50%. Achievers membutuhkan umpan balik yang berkesinambungan untuk
memonitor kemajuan dari pencapaiannya. Mereka lebih suka bekerja
sendiri atau dengan orang lain dengan tipe achievers tinggi.
39. Tesis dasar McCleland adalah bahwa masyarakat yang tinggi
tingkat kebutuhan untuk berprestasinya, umumnya akan menghasilkan
wiraswastaan yang lebih bersemangat dan selanjutnya menghasilkan
perkembangan ekonomi yang lebih cepat. Kebutuhan untuk berprestasi
yang dilambangkan dengan n-Ach atau need for Achievment adalah
salah satu dasar kebutuhan manusia, dan sama dengan motif-motif
lainnya, kebutuhan untuk berprestasi ini adalah hasil dari
pengalaman sosial sejak kanak-kanak. Jadi, berbagai faktor sosial
yang mempengaruhi cara-cara memelihara anak, selanjutnya akan
membantu atau merintangi perkembangan pertumbuhan untu berprestasi.
Kebutuhan untuk berprestasi ini juga adalah fungsi dari
bermacam-mcam bahan bacaan yang disodorkan kepada anak. Bila
kebutuhan berprestasi ini sangat berkembang, maka individu akan
menunjukan perilaku yang tepat, mewujudkan semangat kewiraswastaan,
dan karena itu akan bertindak sedemikian rupa untuk memajukan
perkembangan ekonomi.Banyak pengusaha mungkin gagal didalam
kelompoknya tetapi tidak pada pekerjaannya. Mereka sangat puas
dengan penghargaan yang didasarkan pada pencapaian prestasinya.
Sumber n.Ach meliputi :a. Orang tua yang mendorong kemandirian
dimasa kanak-kanakb. Menghargai dan memberi hadia atas kesuksesanc.
Asosiasi prestasi dengan perasaan positifd. Asosiasi prestasi
dengan orang-orang yang memiliki kompetensi dan usaha sendiri bukan
karena keberuntungan.e. Suatu keinginan untuk menjadi efektif atau
tertantangf. Kekuatan pribadi.
40. Perilaku kolektif berbeda dengan perilaku menyimpang, karena
perilaku kolektif merupakan tindakan bersama oleh sejumlah besar
orang bukan tindakan prilaku individu semata-mata. Bilamana
seseorang melakukan pencurian di suatu supermarket, maka kita
biasanya berbicara mengenai perilaku menyimpang namun bila sejumlah
besar orang secara bersamasama menyerbu toko toko dan pusatpusat
perdagangan untuk melakukan pencurian atau penjarahan biasanya
disebut perilaku kolektif. Bentuk penyimpangan sosial tersebut
dapat dihasilkan dari adanya pergaulan atau pertemanan sekelompok
orang yang menimbulkan solidaritas antar anggotanya sehingga mau
tidak mau terkadang harus ikut dalam tindak kenakalan atau
kejahatan kelompok. Adapun bentuk-bentuk dari perilaku kolektif
adalah:a. Tindak Kenakalan, Suatu kelompok yang didonimasi oleh
orang-orang yang nakal umumnya suka melakukan sesuatu hal yang
dianggap berani dan keren walaupun bagi masyarakat umum tindakan
trsebut adalah bodoh, tidak berguna dan mengganggu. Contoh
penyimpangan kenakalan bersama yaitu seperti aksi kebut-kebutan di
jalan, mendirikan genk yang suka onar, mengoda dan mengganggu cewek
yang melintas, corat-coret tembok orang dan lain sebagainya.b.
Tawuran / Perkelahian Antar Kelompok, Pertemuan antara dua atau
lebih kelompok yang sama-sama nakal atau kurang berpendidikan mampu
menimbulkan perkelahian di antara mereka di tempat umum sehingga
orang lain yang tidak bersalah banyak menjadi korban. COntoh :
tawuran anak sma 70 dengan anak sma 6, tawuran penduduk berlan dan
matraman, dan sebagainya.c. Tindak Kejahatan Berkelompok /
Komplotan, kelompok, jenis ini suka melakukan tindak kejahatan baik
secara sembunyi-sembunyi maupun secara terbuka. Jenis penyimpangan
ini bisa bertindak sadis dalam melakukan tindak kejahatannya dengan
tidak segan melukai hingga membunuh korbannya. Contoh : Perampok,
perompak, bajing loncat, penjajah, grup koruptor, sindikat curanmor
dan lain-lain.d. Penyimpangan Budaya, penyimpangan kebudayaan
adalah suatu bentuk ketidakmampuan seseorang menyerap budaya yang
berlaku sehingga bertentangan dengan budaya yang ada di masyarakat.
Contoh : merayakan hari-hari besar negara lain di lingkungan tempat
tinggal sekitar sendirian, syarat mas kawin yang tinggi, membuat
batas atau hijab antara laki-laki dengan wanita pada acara resepsi
pernikahan, dsb.
41. Teori perilaku menyebutkan enam tahap spesifik yang harus
berkombinasi menurut pola tertentu, logika nilai tambah (value
added logic), untuk menghasilkan suatu aksi kolektif. Setiap tahap
di dalam proses penambahan nilai merupakan kondisi yang di dalam
proses penambahan nilai merupakan kondisi yang dibutuhkan untuk
menambah apropriasi dan efektivitas nilai tersebut pada tahap
berikutnya. Kondisi yang dianggap mencukupi adalah kombinasi semua
kondisi yang dibutuhkan. Keenam tahap itu adalah:a. Konduktivitas
struktural, yaitu karakteristik-karakteristik tata letak tempat
aksi sosial berlangsung yang mendukung jenis perilaku kolektif
tertentu, tetapi tidak mendukung jenis perilaku kolektif lainnya.b.
Ketegangan struktural, mengacu pada sesuatu yang salah di dalam
lingkungan masyarakat.c. Perkembangan dan penyebaran keyakianan
yang tergeneralisasi .d. Faktor-faktor pencetus (precipitating
factors), kejadian yang membuat reaksi oleh banyak pihak.e.
Mobilisasi peserta untuk emlakukan aksi.f. Berlakunya kontrol
sosial yaitu proses yang berjalan baik pada semua tahap.Keenam
tahap itu dielaborasikan lebih lanjut di dalam theory of collective
Behavior dan daripada menerapkan pada bentuk-bentuk perilaku yang
berbeda.
42. Faktor apakah yang menyebabkan munculnya gerakan sosial?
Mengapa orang melibatkan diri kepada perilaku kolektif yang
bertujuan mempertahankan ataupun mengubah masyarakat? Dalam
ilmu-ilmu sosial dapat dijumpai berbagai penjelasan, baik bersifat
psikologis maupun bersifat sosiologis. Penjelasan yang sering
dikemukakan mengaitkan gerakan sosial dengan deprivasi ekonomi dan
sosial. Menurut penjelasan ini orang melibatkan diri dalam gerakan
sosial karena menderita deprivasi (kehilangan, kekurangan,
penderitaan), misalnya di bidang ekonomi (seperti hilangnya peluang
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya: pangan, sandang,
papan). Para penganut penjelasan ini menunjuk pada fakta bahwa
gerakan sosial dalam sejarah didahului deprivasi yang disebabkan
oleh sosial seperti kenaikan harga-harga bahan kebutuhan
pokok.Beberapa ahli sosiologi, misalnya James Davies, kurang
sependapat dengan penjelasan deprivasi semata-mata. Mereka menunjuk
pada fakta bahwa gerakan sosial sering muncul justru pada saat
masyarakat menikmati kemajuan dibidang ekonomi. Oleh sebab itu
dirumuskanlah penjelasan yang memakai konsep deprivasi sosial
relatif. James Davies mengemukakan bahwa meskipun tingkat kepuasan
masyarakat meningkat terus, namun mungkn saja terjadi kesenjangan
antara harapan masyarakat dengan keadaan nyata yang dihadapi
kesenjangan antara pemenuhan kebutuhan yuang diinginkan masyarakat
dengan apa yang diperoleh secara nyata.Kesenjangan ini dinamakan
deprivasi sosial relatif. Apabila kesenjangan sosial relatif ini
semakin melebar sehingga melewati batas toleransi masyarakat,
misalnya karena pertumbuhan ekonomi dan sosial diikuti dengan
kemacetan bahkan kemunduran mendadak maka, menurut teori Davies
revolusi akan tercetus. Sejumlah ahli sosiologi lain berpendapat
bahwa deprivasi tidak dengan sendirinya akan mengakibatkan
terjadinya gerakan sosial.Menurut mereka perubahan sosial
memerlukan pengerahan sumber daya manusia maupun alam (resource
mobilization). Tanpa adanya pergerakan sumber daya suatu gerakan
sosial tidak akan terjadi, meskipun tingkat deprivasi tinggi.
Keberhasilan suatu gerakansosial bergantung, menurut pandangan ini,
padasosial manusia seperti kepemimpinan, organisasi dan
keterlibatan, serta sosial sumber daya lain seperti dana dan
sarana. Deprivasi yang dialami oleh masyarakat kita pada tahun 1966
tingkat inflasi tinggi yang dampaknya terasa pada harga kebutuhan
pokok, ketidakmampuan terhadap klebijaksanaan politik dalam negeri
kepemimpinan nasional setelah peristiwa percobaaqn kudeta Gerakan
30 September. Menurut teori ini tidak akan menghasilkan
gerakansosial berupa kebangkitan Angkatan 1966 apabiula ditunjang
dengan pengerahan sumber daya kepemimpinan, organisasi dab
keterlibatan mahasiswa dan pelajar, dukungan moral dan materiel
kekuatan dalam TNI, dukungan berbagai kalangan masyarakat, dan
peliputan oleh media massa dalam negeri dan luar negeri.
43. Berikut adalah penjelasan tentang konflik:a. Konflik adalah
adanya pertentangan yang timbul d