Top Banner

of 136

Final Laporan Akhir Perbatasan

Oct 30, 2015

Download

Documents

Muharruddin
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Laporan AkhirPengukuran Kinerja Angkutan Umum PerbatasanProvinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

2012PT. TATAREKA PARADYA

2-3Daftar IsiDaftar IsiiiDaftar GambarviDaftar TabelviiKata Hantarviii1Pendahuluan1-11.1Latar Belakang1-11.2Maksud dan Tujuan1-11.3Ruang Lingkup1-22Metodologi dan Pendekatan2-12.1Pendekatan2-12.2Metodologi2-22.2.1Studi Literatur2-32.2.2Pengumpulan Data2-32.3Tahap Analisis2-32.4Kesimpulan dan Rekomendasi2-42.5Program Kerja2-42.5.1Persiapan dan Pemantapan Metodologi2-42.5.2Survei2-42.5.3Analisis2-53Sistem Angkutan Umum3-13.1Jenis Angkutan Umum3-13.1.1AKAP3-13.1.2AKDP3-13.1.3Angkutan Perbatasan3-13.1.4Angkutan Perkotaan/Pedesaan3-13.2Kinerja Angkutan Umum3-23.2.1Kriteria Perencanaan Rute Angkutan Umum3-23.2.2Karakteristik Pelayanan3-23.2.3Tingkat Pelayanan3-23.2.4Faktor Muat (Load Factor)3-33.2.5Operating Ratio3-33.3Pembiayaan Angkutan Umum3-43.3.1Sistem Pentarifan3-44Gambaran Umum Wilayah Studi4-14.1Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta4-14.1.1Batas Administrasi dan Letak Geografis4-14.1.2Demografi4-24.1.3Tenaga Kerja4-34.1.4Persebaran Penduduk4-34.1.5Kepadatan Penduduk4-44.1.6Sektor Perhubungan dan Komunikasi4-44.1.7Sektor Pariwisata4-64.2Kabupaten Yang Berbatasan Dengan Provinsi DIY4-74.2.1Kabupaten Puworejo4-74.2.2Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan Pracimantoro4-114.2.3Kota Surakarta (Solo) dan Klaten4-144.3Kondisi Umum Angkutan Perbatasan Antar Provinsi4-204.3.1Angkutan Perbatasan Berdasarkan SKB Gubernur Provinsi DIY dan Jawa Tengah4-204.3.2Angkutan Perbatasan Saat Ini4-215Hasil Pengumpulan dan Analisis Data5-15.1Kabupaten Gunungkidul5-15.1.1Trayek Wonosari Pracimantoro5-15.1.2Trayek Semin Solo5-125.1.3Trayek Semin Klaten5-195.1.4Kesulitan Selama Survei5-235.1.5Tinjauan Jaringan Trayek5-245.2Kabupaten Kulon Progo5-255.2.1Trayek Wates Nampurejo (Gesing)5-255.2.2Trayek Wates Pangkalan5-305.2.3Wates Krendetan (Kaligesing)5-335.2.4Trayek Wates Muntilan5-405.2.5Kesulitan Selama Survei5-475.2.6Kondisi Terminal Utama5-485.2.7Tinjauan Jaringan Trayek5-485.3Kabupaten Sleman5-505.3.1Trayek Yogya Borobudur5-505.3.2Kesulitan Selama Survei5-645.3.3Kondisi Terminal Utama5-655.3.4Tinjauan Jaringan Trayek5-656Permasalahan Angkutan Perbatasan6-16.1Trayek Yang Beroperasi Saat Ini6-16.2Permasalahan eksternal6-36.2.1BOK sepeda motor lebih murah6-36.2.2Angkutan plat hitam6-46.2.3Kenaikan harga BBM6-46.2.4Teknologi komunikasi6-46.2.5Pungutan liar6-46.2.6Persoalan internal6-47Pengembangan Angkutan Umum Perbatasan7-17.1Penataan Angkutan Perbatasan Eksisting7-17.1.1Kabupaten Gunung Kidul7-17.1.2Kabupaten Kulon Progo7-57.1.3Kabupaten Sleman7-87.2Pengembangan Angkutan Perbatasan7-127.2.1Kabupaten Gunung Kidul7-127.2.2Kabupaten Kulon Progo7-147.2.3Kabupaten Sleman7-147.3Kebijakan Subsidi Angkutan7-157.4Upaya Peningkatan Jumlah Penumpang Angkutan Perbatasan7-158Kesimpulan Dan Rekomendasi8-18.1Kesimpulan8-18.2Rekomendasi8-1Lampiran 1: Rekapitulasi Hasil Survei Dinamis3Lampiran 2: Rekapitulasi Hasil Survei Statis4Lampiran 3: Rekapitulasi Hasil Survei Wawancara Penumpang5Lampiran 4: Rekapitulasi Hasil Survei Wawancara Operator AU6

Daftar GambarGambar 2.1 Alur pikir pekerjaan2-2Gambar 2.2 Metode Pelaksanaan2-2Gambar 4.1 Peta administrasi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta4-2Gambar 4.2 Peta Kecamatan di Kabupaten Purworejo4-8Gambar 4.3 Peta Wilayah Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan Pracimantoro4-12Gambar 4.4 Peta Wilayah Kota Solo4-15Gambar 4.5 Peta Administrasi Kabupaten Klaten4-19Gambar 5.1 Trayek Wonosari Pracimantoro5-1Gambar 5.2 Bis Trayek Wonosari Pracimantoro5-2Gambar 5.3 Trayek Semin Solo5-12Gambar 5.4 Bis Trayek Semin Solo5-13Gambar 5.5 Trayek Semin Klaten5-20Gambar 5.6 Trayek Wates - Gesing5-25Gambar 5.7 Angkutan Trayek Wates Gesing5-25Gambar 5.8 Trayek Wates Pangkalan5-30Gambar 5.9 Angkutan Trayek Wates Pangkalan5-30Gambar 5.10 Trayek Wates Krendetan5-34Gambar 5.11 Angkutan Trayek Wates Krendetan5-34Gambar 5.12 Trayek Wates Muntilan5-41Gambar 5.13 Bis Trayek Wates - Muntilan5-41Gambar 5.14 Terminal Wates5-48Gambar 5.15 Rute Trayek Angkutan Perbatasan5-49Gambar 5.16 Trayek Yogya Borobudur5-51Gambar 5.17 Terminal Jombor5-65Gambar 5.18 Rute Trayek Angkutan Perbatasan5-66Gambar 7.1 Desire Line Pergerakan Penumpang Gunungkidul7-4Gambar 7.2 Desire Line Pergerakan Penumpang di Kulon Progo7-6Gambar 7.3 Kondisi Beberapa Angkutan Perbatasan di Kulon Progo7-8Gambar 7.4 Garis Keinginan (Desire Line) Pergerakan Penumpang di Sleman7-11Gambar 7.5 Terminal Semin7-12Gambar 7.6 Trayek baru Rute Semin Manyaran7-13Gambar 7.7 Trayek baru Rute Semin Watu Kelir7-14Gambar 7.8 Mekanisme Subsidi7-15

Laporan kinerja angkutan umum perkotaan Jogjakarta - iiDaftar TabelTabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta4-2Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (x1000)4-3Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi D. I Yogyakarta 2005 20104-4Tabel 4.4 Kepadatan Penduduk per Km2 Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi DIY Tahun 2005 20104-4Tabel 4.5 Panjang Jalan Negara Menurut Keadaan Jalan di Provinsi D.I Yogyakarta 20104-5Tabel 4.6 Panjang Jalan Provinsi Menurut Keadaan Jalan di Provinsi D.I Yogyakarta 20104-6Tabel 4.7 Panjang Jalan Kabupaten Menurut Keadaan Jalan di Provinsi D.I Yogyakarta 20104-6Tabel 4.8 Jumlah Desa dan Luas Kecamatan4-7Tabel 4.9 Jumlah Pedudukan Per Kecamatan Berdasarkan Jenis Kelamin4-9Tabel 4.10 Jaringan Trayek Perbatasan Antar Provinsi DIY JATENG.4-20Tabel 5.1 Data Responden (Hari Libur pagi)5-3Tabel 5.2 Data Responden (Hari Libur siang)5-4Tabel 5.3 Data Responden (Hari Normal pagi)5-6Tabel 5.4 Data Responden (Hari Normal siang)5-7Tabel 5.5 Asal Tujuan Perjalanan Trayek Wonosari Praci (Hari Libur)5-8Tabel 5.6 Asal Tujuan Perjalanan Trayek Wonosari Praci (Hari Normal)5-9Tabel 5.7 Faktor Muat Trayek Wonosari Pracimantoro (hari libur pagi)5-9Tabel 5.8 Faktor Muat Trayek Wonosari Pracimantoro (hari libur siang)5-10Tabel 5.9 Faktor Muat Trayek Wonosari Pracimantoro (hari normal pagi)5-10Tabel 5.10 Faktor Muat Trayek Wonosari Pracimantoro (hari normal siang)5-10Tabel 5.11 Data Responden (Hari Libur)5-14Tabel 5.12 Data Responden (Hari Normal)5-15Tabel 5.13 Asal Tujuan Perjalanan Trayek Semin Solo (Hari Libur)5-16Tabel 5.14 Asal Tujuan Perjalanan Trayek Semin Solo (Hari Normal)5-17Tabel 5.15 Faktor Muat Trayek Semin Solo (hari libur)5-17Tabel 5.16 Faktor Muat Trayek Semin Solo (hari normal)5-18Tabel 5.17 Data Responden5-21Tabel 5.18 Asal Tujuan Perjalanan Trayek Semin Klaten5-21Tabel 5.19 Faktor Muat Trayek Semin - Klaten5-22Tabel 5.20 Panjang Rute5-24Tabel 5.21 Data Responden (Hari Normal)5-26Tabel 5.22 Tabel Asal Tujuan Pergerakan5-27Tabel 5.23 Faktor Muat Trayek Wates Gesing (hari normal pagi)5-28Tabel 5.24 Persepsi Pemakai Jasa5-29Tabel 5.25 Data Responden5-31Tabel 5.26 Asal Tujuan Pergerakan Penumpang5-31Tabel 5.27 Faktor Muat Trayek Wates Pangkalan5-32Tabel 5.28 Persepsi Pemakai Jasa5-33Tabel 5.29 Data Responden (Hari Libur)5-35Tabel 5.30 Data Responden (Hari Normal)5-36Tabel 5.31 Asal Tujuan Penumpang Trayek Wates Krendetan (Hari Libur)5-38Tabel 5.32 Asal Tujuan Penumpang Trayek Wates Krendetan (Hari Normal)5-38Tabel 5.33 Faktor Muat Trayek Wates - Krendetan5-38Tabel 5.34 Persepsi Pemakai Jasa5-39Tabel 5.35 Data Responden (Hari Libur)5-42Tabel 5.36 Data Responden (Hari Normal)5-44Tabel 5.37 Asal Tujuan penumpang Trayek Wates Muntilan (Hari Libur)5-45Tabel 5.38 Asal Tujuan penumpang Trayek Wates Muntilan (Hari Normal)5-45Tabel 5.39 Faktor Muat Trayek Wates - Muntilan5-46Tabel 5.40 Persepsi Pemakai Jasa5-47Tabel 5.41 Panjang Rute5-50Tabel 5.42 Data Responden (Hari Libur pagi)5-51Tabel 5.43 Data Responden (Hari Libur siang)5-53Tabel 5.44 Data Responden (Hari Libur sore)5-55Tabel 5.45 Data Responden (Hari Normal pagi)5-56Tabel 5.46 Data Responden (Hari Normal siang)5-58Tabel 5.47 Data Responden (Hari Normal sore)5-59Tabel 5.48 Asal Tujuan Penumpang Trayek Jogja Borobudur (hari Libur)5-60Tabel 5.49 Asal Tujuan Penumpang Trayek Jogja Borobudur (hari Normal)5-61Tabel 5.50 Faktor Muat Trayek Yogya Borobudur (hari libur pagi)5-61Tabel 5.51 Faktor Muat Trayek Yogya Borobudur (hari libur siang)5-62Tabel 5.52 Faktor Muat Trayek Yogya Borobudur (hari libur sore)5-62Tabel 5.53 Faktor Muat Trayek Yogya Borobudur (hari normal pagi)5-62Tabel 5.54 Faktor Muat Trayek Yogya Borobudur (hari normal siang)5-62Tabel 5.55 Faktor Muat Trayek Yogya Borobudur (hari normal sore)5-62Tabel 5.56 Persepsi Pemakai Jasa5-63Tabel 6.1 Perbandingan Trayek Untuk Daerah Gunungkidul6-1Tabel 6.2 Armada yang beroperasi di Angkutan Perbatasan Wonosari-Jateng6-2Tabel 6.3 Perbandingan Trayek Untuk Daerah Kulon Progo6-2Tabel 6.4 Armada yang beroperasi di Angkutan Perbatasan Kulon Progo-Jateng6-2Tabel 6.5 Perbandingan Trayek Untuk Daerah Sleman6-3Tabel 6.6 Armada yang beroperasi di Angkutan Perbatasan Sleman-Jateng6-3Tabel 7.1 Komulatif Asal Tujuan di Gunungkidul7-2Tabel 7.3 MAT Penumpang di Kulon Progo7-7Tabel 7.4 MAT Penumpang di Sleman.7-9

Kata HantarDemikian Laporan Akhir Pekerjaan Pengukuran Kinerja Angkutan Perbatasan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah kami susun dengan mengacu pada Kerangka Acuan Kerja (KAK) pekerjaan. Konsultan berharap semoga dokumen ini dapat memenuhi harapan dari Pemberi Tugas yaitu Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Infromatika Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian Laporan Akhir ini. Kami juga menerima dengan terbuka dan senang hati semua masukan, saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan Laporan Akhir ini.

Yogyakarta, Desember 2012PT. TATAREKA PARADYA

Mr..Team Leader

1Pendahuluan

Latar BelakangProvinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah menjadi wilayah simpul jaringan transportasi yang sangat penting sebagai jalur penghubung antara kota di lintas selatan Pulau Jawa. Perkembangan DIY dari segala aspek yang makin meningkat menuntut eksistensi sarana transportasi lokal yang mampu melayani kebutuhan/permintaan akan jasa transportasi lokal baik untuk pergerakan orang maupun untuk pergerakan barang dalam dan antar wilayah. Penyelenggaraan angkutan jalan sebagai ujung tombak dinamika perekonomian wilayah dituntut dapat mendorong dan mengendalikan keseimbangan, dan kesinambungan pelayanan transportasi jalan. Dalam rangka untuk melayani kebutuhan/permintaan tersebut, perlu adanya keseimbangan demand-supply public transport di mana untuk wilayah DIY sangat didominasi oleh transportasi sub sektor lalu lintas dan angkutan jalan yaitu dari sisi angkutan jalan. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk menjamin efisiensi penyediaan sarana angkutan dan efektifitas penyelenggaraan angkutan, diperlukan suatu parameter-parameter yang mampu menjadi tolok ukur kinerja pelayanan angkutan secara teknis. Parameter itu selanjutnya digunakan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap unjuk kerja angkutan yang bermuara pada rekomendasi kebutuhan sarana angkutan dalam rangka pengendalian jumlah armada angkutan/kendaraan, dalam hal ini dibtuhkan adanya pengukuran kinerja angkutan umum angkutan perbatasan di wilayah Provinsi DIY.Maksud dan Tujuan1. Melakukan evaluasi berkala kinerja teknis, operasional dan pelayanan angkutan perbatasan di Provinsi DIY.2. Menghitung dan menganalisis potensi penumpang (demand) angkutan perbatasan di wilayah Provinsi DIY.3. Menghitung dan menganalisis kebutuhan jumlah (supply) angkutan perbatasan di wilayah Provinsi DIY.4. Mengetahui kondisi permasalahan yang ada dan memberikan rekomendasi peningkatan pelayanan angkutan yang mungkin dilakukan terhadap operasionalisasi angkutan umum perbatasan.Ruang LingkupRuang lingkup pekerjaan adalah sebagai berikut ini.1. Melakukan inventarisasi dan kajian terhadap dokumen-dokumen, referensi maupun studi-studi potensi wilayah;2. Melakukan inventaris data dan analisis kinerja teknis dari sisi tingkat okupansi atau load factor, analisis rute, headway dan waktu tunggu.3. Melakukan inventaris data dan analisis kinerja operasional dari sisi pola operasi hingga sistem manajemen.4. Melakukan inventaris data dan analisis kinerja pelayanan terhadap penumpang.5. Melakukan inventaris dan analisis data tentang biaya operasi angkutan, serta kemampuan operator angkutan;6. Menyusun rencana pengaturan pengembangan angkutan 10 tahun ke depan;7. Menganalisis dampak sosial.8. Menganalisis tentang kemampuan dan kemauan membayar pengguna angkutan;9. Menganalisis rencana strategis penguatan operator;10. Penyusunan draft SK Gubernur tentang kuota jumlah armada operasional.

B A B

2-12Metodologi dan PendekatanPendekatanProvinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah menjadi wilayah simpul jaringan transportasi yang sangat penting sebagai jalur penghubung antara kota di lintas selatan Pulau Jawa. Perkembangan DIY dari segala aspek yang makin meningkat menuntut eksistensi sarana transportasi lokal yang mampu melayani kebutuhan/permintaan akan jasa transportasi lokal baik untuk pergerakan orang maupun untuk pergerakan barang dalam dan antar wilayah. Penyelenggaraan angkutan jalan sebagai ujung tombak dinamika perekonomian wilayah dituntut dapat mendorong dan mengendalikan keseimbangan, dan kesinambungan pelayanan transportasi jalan. Dalam rangka untuk melayani kebutuhan/permintaan tersebut, perlu adanya keseimbangan demand-supply public transport di mana untuk wilayah DIY sangat didominasi oleh transportasi sub sektor lalu lintas dan angkutan jalan yaitu dari sisi angkutan jalan. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk menjamin efisiensi penyediaan sarana angkutan dan efektifitas penyelenggaraan angkutan, diperlukan suatu parameter-parameter yang mampu menjadi tolok ukur kinerja pelayanan angkutan secara teknis. Parameter itu selanjutnya digunakan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap unjuk kerja angkutan yang bermuara pada rekomendasi kebutuhan sarana angkutan dalam rangka pengendalian jumlah armada angkutan/kendaraan, dalam hal ini dibutuhkan adanya pengukuran kinerja angkutan umum angkutan perbatasan di wilayah Provinsi DIY.. Untuk melihat potret kondisi angkutan umum sekarang, membutuhkan pengukuran sisi kinerja sebagai tolok ukur untuk membenahi dan memperbaiki kinerja angkutan perbatasan.

Gambar 2.1 Alur pikir pekerjaanMetodologiUntuk melaksanakan pekerjaan ini agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan maka metode pelaksanaan pekerjaan disusun seperti pada Gambar 2.

Gambar 2.2 Metode PelaksanaanStudi LiteraturStudi literatur adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi terhadap buku-buku, studi terdahulu, peraturan-peraturan, dan standar-standar yang ada hubungannya dengan masalah yang Angkutan Umum. Tahap yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka (literatur) yang relevan. Kajian pustaka semacam ini biasanya dilakukan dengan cara mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber pustaka yang kemudian disajikan dengan cara baru dan atau untuk keperluan baru.Pengumpulan DataData sekunderData sekunder akan dikumpulkan dari seluruh wilayah kegiatan yang berupa:1. trayek, rute dan jumlah armada angkutan umum perbatasan,2. jumlah perusahaan angkutan umum umum perbatasan,3. jaringan jalan.Data-data tersebut dikumpulkan dari instansi-instansi terkait.Data primerData primer adalah data yang didapatkan dari hasil survei langsung di lapangan yang selanjutnya akan digunakan sebagai input analisis. Beberapa aktifitas survei yang dilakukan di lapangan adalah sebagai berikut:1. Survei pada setiap trayek bus Angkutan Perbatasana) Jumlah penumpang naik dan penumpang turun.b) Jarak tempuh dan waktu tempuh tiap trayek, baik Angkutan Umum (bus reguler) maupun Trans Jogja.2. Survei di terminal atau titik-titik yang banyak dilalui bus perbatasan.a) Mencatat waktu kedatangan dan keberangkatan bus.b) Mencatat selisih waktu antar bus satu dengan bus lainnya pada semua trayek angkutan perbatasan.Tahap AnalisisUntuk memenuhi lingkup analisis yang dibutuhkan sesuai dengan output yang diharapkan, dari beberapa proses analisis yang perlu dilakukan antara lain adalah: analisis Angkutan Umum Perbatasan menyangkut load factor, headway, turn over, Penyimpangan trayek. Untuk tahapan analisis ini perlu dibentuk metode penelitian khusus yang mengkaitkan antar variabel dan langkah analisis yang dilakukan, sehingga secara umum alur berpikir dalam analisis dapat terstruktur.Kesimpulan dan RekomendasiKesimpulan adalah hasil dan inti dari studi, dari hasil tahapan analisis dapat diketahui kesimpulan dan saran dari hasil penelitian ini yang dijelaskan dengan lebih sederhana sehingga mudah dipahami.Sedangkan Rekomendasi adalah usulan yang diberikan untuk perbaikan dilihat dari hasil analisis dan kesimpulan dari penelitian angkutan perbatasan.

Program KerjaPersiapan dan Pemantapan MetodologiTahap persiapan merupakan kegiatan awal dari seluruh rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Hasil dari beberapa kegiatan dalam tahap persiapan ini sangat mempengaruhi proses yang dilakukan dalam tahap-tahap selanjutnya.Tahap pemantapan metodologi akan terdiri dari sejumlah kegiatan berikut:a) Pengumpulan data awal yang ada di instansi terkait, khususnya data mengenai jaringan jalan, sistem transportasi, data kewilayahan, dan kajian terhadap kondisi eksisting.b) Menyusun struktur analisis yang akan dilakukan terkait dengan kebutuhan keluaran studi dan data yang ada.Menyusun rencana survei, yang meliputi: pemilihan metoda survei, formulir survei, dan pembentukan tim survei.SurveiSurvei PrimerUntuk mengetahui keberhasilan penyelenggaraan pelayanan angkutan umum diperlukan suatu cara untuk mengevaluasi kinerja angkutan umum. Salah satu cara terbaik dalam mengevaluasi kinerja angkutan umum adalah dengan melakukan analisis terhadap indikator-indikator tertentu. Indikator-indikator tersebut di atas dapat diperoleh melalui dua jenis survai:1. Survai dinamisIndikator kinerja yang diperoleh dari survai ini meliputi jumlah penumpang, waktu perjalanan dan produktivitas ruas/trayek.Survai penumpang naik dan turun di dalam kendaraan.Survai dinamis adalah survai yang dilaksanakan di dalam kendaraan dengan metode pencatatan jumlah penumpang yang naik dan turun kendaraan yang menempuh suatu trayek, dimana penyigi mencatat jumlah penumpang yang naik dan turun dan atau waktu perjalanan pada tiap segmen.Survai wawancara penumpang di dalam kendaraan.Survai ini dilakukan di dalam kendaraan umum dengan melakukan wawancara langsung kepada penumpang, sehingga diperoleh karakteristik perjalanan penumpang dengan kendaraan umum pada suatu trayek.2. Survai statis di terminal dan di ruas jalanSurvai statis adalah survai yang dilakukan dari luar kendaraan dengan mengamati/menghitung/mencatat informasi dari setiap kendaraan penumpang umum yang melintas di ruas jalan pada setiap arah lalu lintas, serta di pintu masuk dan pintu keluar terminal.Dari survai ini dapat diperoleh keterangan mengenai jumlah armada operasi, kepenuhsesakan, frekwensi pelayanan, dan waktu pelayanan.AnalisisAnalisi dilakukan dengan mengukur kinerja angkutan umum dengan membandingkan standar kinerja angkutan umum dengan kondisi eksiting.

3Sistem Angkutan Umum

Jenis Angkutan UmumMenurut Keputusan Menteri No. 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Umum, mendefinisikan jenis kendaraan umum sebagai berikut.AKAPAngkutan Antar Kota Antar Propinsi adalah angkutan dari satu kota ke kota lain yang melalui antar daerah kabupaten / kota yang melalui lebih dari satu daerah propinsi dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek.AKDPAngkutan Antar Kota Dalam Propinsi adalah angkutan dari satu kota ke kota lain yang melalui antar daerah kabupaten / kota dalam satu daerah propinsi dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek.Angkutan PerbatasanAngkutan Perbatasan adalah angkutan kota atau angkutan perdesaan yang memasuki wilayah kecamatan yang berbatasan langsung pada kabupaten atau kota lainnya baik yang melalui satu propinsi maupun lebih dari satu propinsi.Angkutan Perkotaan/PedesaanAngkutan Kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu daerah kota atau wilayah ibukota kabupaten atau dalam Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek. Angkutan Perdesaan adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu daerah kabupaten yang tidak termasuk dalam trayek kota yang berada pada wilayah ibukota kabupaten dengan mempergunakan mobil bus umum atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek

Kinerja Angkutan UmumKriteria Perencanaan Rute Angkutan UmumJika suatu rute baru ingin direncanakan ataupun rute lama ingin diperbaharui, maka perlu melibatkan dua kepentingan yaitu kepentingan pihak pengguna jasa (masyarakat atau penumpang) dan kepentingan pengelola/pengusaha. Ditinjau dari kepentingan penumpang, maka suatu rute hendaknya adalah sedemikian sehingga penumpang dapat dengan mudah, nyaman dan cepat dalam memenuhi kebutuhan mobilitasnya. Sedangkan ditinjau dari kepentingan pengelola/pengusaha, suatu rute yang baik adalah rute yang akan memperbesar tingkat pendapatan dan memperkecil biaya operasinya. Untuk memenuhi dua kepentingan yang saling bertentangan diatas maka perlu kompromi yang mampu memaksimalkan keinginan penumpang dan sekaligus dapat menguntungkan pihak pengelola/pengusaha. Karakteristik Pelayanana. Daerah pelayanan dan jangkauan rute Jangkauan pelayanan bus dan frekuensi berhubungan dengan kepadatan jalan dan kepadatan penduduk.b. Struktur rute spacing Struktur rute dan spacing disesuaikan dengan pola jalan dan pengembangan kepadatan penduduk.c. Route directness dan simplicityRute sebaiknya tidak lebih panjang dari jarak tempuh jika menggunakan kendaraan pribadi.d. Panjang rute Rute diusahakan sependek mungkine. Duplikasi ruteDuplikasi rute dihindari kecuali jika kondisi tidak memungkinkan Tingkat Pelayanana. Headway dan frekuensiBesarnya frekuensi bis tergantung dari headway dan jumlah bis yang beroperasi. Headway yang lebih besar dari 10-15 menit menyebabkan waktu menunggu penumpang cukup lama.b. Kecepatan ruteRute yang baik adalah rute dengan armada bis yang baik berjalan dengan kecepatan tinggi.Faktor Muat (Load Factor)Dalam perhitungan Faktor Muat (Load Factor) sangat dipengaruhi oleh jumlah penumpang yang naik dan turun pada setiap ruas jalan yang dilewati yang merupakan rute dari angkutan umum tersebut. Dalam perhitungan digunakan formula sebagai berikut :Load factor = Dengan j = Jumlah penumpang yang naik k = Jumlah tempat duduk bis + 10 % kapasitasOperating RatioOperating ratio merupakan perbandingan antara pendapatan terhadap pengeluaran. Untuk mengetahui berapa besar pendapatan angkutan umum dalam setiap harinya, harus dihitung dahulu jumlah penumpang yang dilayani dikalikan dengan tarif yang berlaku. Atau dapat ditulis sebagai berikut : Dengan OR= Operating ratioPd= Pendapatan (rupiah /hri)Pk= Pengeluaran (rupiah /hri)Untuk memperoleh Pd digunakan rumus :

Dengan Pd= Pendapat (rupiah /hri)P= Jumlah penumpang perputaran (org /putaran)Jp= Banyaknya putaran perhari (putaran /hri)Tr= Tarif rata-rata penumpang (rupiah)Adapun pengeluaran Pk merupakan fungsi dari besarnya Biaya Operasi Kendaraan angkutan umum disertai biaya-biaya administrasi lainnya. Angka Operating Ratio sangat berpengaruh terhadap kemampuan operator untuk mengoperasikan kendaraannya secara layak, baik pelayanan oleh awak angkutan terhadap penumpang maupun pemakai jalan yang lain. Angka Operating Ratio yang rendah akan menurunkan tingkat kemampuan operator dalam pembiayaan dan pemeliharaan kendaraan, sedangkan angka Operating Ratio yang tinggi akan mengakibatkan munculnya operator-operator baru dan dapat meningkatkan kemampuan finansial para operator sehingga para operator memiliki kendaraan cadangan yang memungkinkan para operator untuk taat pada ketentuan peremajaan kendaraan.Pembiayaan Angkutan UmumSistem PentarifanAbility to PayKemampuan membayar (Ability To Pay) adalah kemampuan seseorang untuk membayar jasa pelayanan yang diterimanya berdasarkan penghasilan yang dianggap ideal. Pendekatan yang digunakan dalam analisis ATP didasarkan pada alokasi biaya untuk transportasi dan intensitas perjalanan pengguna, dimana besar ATP adalah rasio anggaran untuk transportasi dengan intensitas perjalanan. ATP ini dapat diartikan sebagai kemampuan masyarakat dalam membayar ongkos perjalanan yang dilakukannya (Uli, 1999). Beberapa faktor yang mempengaruhi ATP masyarakat diantaranya adalah :a. Penghasilan keluarga per bulanb. Alokasi penghasilan untuk transportasi per bulanc. Intensitas perjalanan per buland. Jumlah anggota keluarga.Nilai ATP dianalisis dengan persamaan berikut :

Dimana :ATP= ATP responden berdasarkan jenis pekerjaan (Rp/kilometer)Ix= Tingkat penghasilan responden per bulanPp= Persentase anggaran untuk transportasi per bulanPt= Persentase alokasi biaya transportasi untuk lain-lainTr= Total panjang perjalanan responden per bulan (km/bulan)Willingness To PayKesediaan membayar (Willingness To Pay) adalah kesediaan masyarakat untuk mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperolehnya. Pendekatan yang digunakan dalam analisis WTP didasarkan pada persepsi pengguna jasa angkutan umum terhadap tarif jasa pelayanan angkutan umum tersebut. Parameter WTP dapat didefinisikan sebagai besaran rupiah rata-rata yang masyarakatnya mau mengeluarkan sebagai pembayaran satu unit pelayanan angkutan umum yang dinikmatinya. Unit pelayanan angkutan umum dimaksud dapat berupa seat perjalanan ataupun kilometer perjalanan. Besarnya WTP masyarakat terhadap angkutan umum dipengaruhi oleh kondisi ekonomi masyarakat bersangkutan dan juga tergantung pada kondisi budayanya.

B A B

3-13-53Gambaran Umum Wilayah Studi

Provinsi Daerah Istimewa YogyakartaBatas Administrasi dan Letak GeografisProvinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara geografis terletak antara 733 - 812 Lintang Selatan dan 11000 - 11050 Bujur Timur, dengan luas sekitar 3.185,80 km2 atau 0,17 % dari luas Indonesia (1.890.754 km2). Provinsi ini merupakan provinsi terkecil setelah Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, yang terdiri dari 5 kabupaten/kota sebagai berikut:1. Kabupaten Kulon Progo dengan luas 586,27 km2 (18,4%)2. Kabupaten Bantul dengan luas 506,85 km2 (15,91%)3. Kabupaten Gunung Kidul dengan luas 1.485,36 km2 (46.63%)4. Kabupaten Sleman dengan luas 574,82 km2 (18.04%)5. Kota Yogyakarta dengan luas 32,50 km2 (1,02%)Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dibatasi oleh lautan Indonesia disisi selatan, sedangkan disisi timur laut, tenggara, barat, dan barat laut dibatasi oleh Provinsi Jawa Tengah, dengan batasannya sebagai berikut:1. Sebelah Timur Laut: Kabupaten Klaten2. Sebelah Tenggara: Kabupaten Wonogiri3. Sebelah Barat : Kabupaten Purworejo4. Sebelah Barat Laut : Kabupaten Magelang Gambar 4.1 Peta administrasi Provinsi Daerah Istimewa YogyakartaDemografiJumlah penduduk Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menurut Sensus Penduduk tahun 2010 berjumlah 3.457.491 jiwa, dengan proporsi laki-laki dan perempuan yang hampir seimbang (sex ratio: 97,73%). Penduduk terbanyak terdapat di Kabupaten Sleman sebanyak 1.093.110 jiwa dan penduduk terkecil berada pada kabupaten Kulon Progo dengan jumlah penduduk sebanyak 388.869 jiwa.Laju pertumbuhan penduduk provinsi adalah 1,02% per tahun. Kabupaten Sleman merupakan kabupaten dengan pertumbuhan tertinggi yaitu 1,92% sementara itu laju pertumbuhan penduduk terendah ada di Kabupaten Kulonprogo, -0,22% per tahun.Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta[footnoteRef:2] [2: Sumber: Sensus Penduduk 2010, BPS provinsi D.I.Yogyakarta]

Kabupaten/KotaLaki-lakiPerempuanJumlahSex Ratio (%)Laju Pertum-buhan (%)Kepadatan Penduduk (Orang/Km2)

01. Kulonprogo190.694198.175388.86996,230,47663,29

02. Bantul454.491457.012911.50399,451,551.798,37

03. Gunungkidul326.703348.679675.38293,700,06454,69

04. Sleman547.885545.2251.093.110100,491,921.901,66

71.Kota Yogyakarta189.137199.490388.62794,81-0,2211.957,75

34. D.I.Yogyakarta1.708.9101.748.5813.457.49197,731,021.085,28

Jumlah penduduk Provinsi DIY hasil proyeksi SP 2010 menurut kelompok umur dan jenis kelamin di tahun 2011 dan 2012 dapat dilihat pada tabel 3.Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (x1000)[footnoteRef:3] [3: Sumber: D.I Yogyakarta Dalam Angka 2011]

No.Kelompok UmurTahun 2011Tahun 2012

Laki-lakiPerempuanLaki-lakiPerempuan

10 4107,8103,7109,0104,1

24 9103,299,2104,5100,6

310 1499,395,3100,396,6

415 19124,4117,4121,1113,3

520 24159,0142,0155,9139,2

625 29198,0168,1191,6162,4

730 34189,1164,5193,4166,8

835 39139,6137,3148,7142,4

940 44119,0127,4121,0127,5

1045 49112,7122,3113,6123,5

1150 54101,5107,4103,5110,5

1255 5983,386,386,390,4

1360 6462,169,065,071,2

1465 6950,058,849,959,0

1570 7442,152,742,052,8

1675+49,874,951,376,7

Jumlah1740,91726,31757,11739,0

Tenaga KerjaPelaksanaan kegiatan pemerintahan di Provinsi DIY pada tahun 2010 didukung oleh 93.407 orang pegawai negeri sipil. Ditinjau menurut level pemerintahan, pegawai pemerintah tersebar pada 5 kabupaten/kota di DIY. Menurut golongan dari total PNS di DIY, 2,68 persen menduduki golongan I, golongan II sebesar 21,97 persen, 46,62 persen menduduki golongan III, dan selebihnya golongan IV sebesar 28,73 persen. Berdasarkan dataDinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, mencatat jumlah pencari kerja pada tahun 2010 sebanyak 129.793 orang, turun sekitar 4,00 persen dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 135.207 orang. Mereka terdiri dari 53,87 persen laki-laki dan 46,13 persen perempuan. Dari jumlah tersebut 40,09 persen berpendidikan SLTA, 13,89 persen Diploma I-III, 42,44 persen Diploma IV-S1, serta 0,91 persen S2-S3, 2,32 persen adalah SLTP dan sisanya 0.34 persen berpendidikan SD. Persentase lowongan pekerjaan yang tersedia dan penempatan masing -masing adalah 18,06 persen dan 13,82 persen dari total pencari kerja.Persebaran PendudukPersebaran penduduk di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di lima kabupaten/kota menunjukkan pada tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 dan 2010 Kabupaten Sleman masih menunjukan jumlah penduduk terbanyak setelah Kabupaten Bantul. Jumlah penduduk terkecil pada tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 dan 2010 adalah Kabupaten Kulon Progo. Jumlah penduduk per kabupaten/kota tahun 2005 sampai tahun 2010 terdapat pada tabel 4.Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi D. I Yogyakarta 2005 2010[footnoteRef:4] [4: Sumber: Proyeksi Penduduk SP2010, DIY dalam Angka 2011]

Kabupaten/Kota200520062007200820092010

Kota Yogyakarta393.716392.799391.821390.783389.685388.627

Kab. Bantul846.658859.729872.866886.061899.312675.382

Kab. Kulon Progo380.942382.661384.326385.937387.493388.869

Kab. Gunung Kidul674.813675.140675.359675.471675.474675.382

Kab. Sleman996.2191.015.5211.035.0321.054.7511.074.6731.093.110

Jumlah3.292.3483.325.8503.359.4043.393.0033.426.6373.457.491

Kepadatan PendudukKepadatan penduduk di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tidak merata. Peningkatan kepadatan penduduk setiap tahunnya meningkat , dimana 1033 jiwa per km2 pada tahun 2005 meningkat menjadi 1044 jiwa per km2 pada tahun 2006, meningkat lagi menjadi 1054 jiwa per km2 pada tahun 2007. Peningkatan juga terjadi 1065 jiwa per km2 pada tahun 2008 menjadi 1076 jiwa per km2 pada tahun 2009 dan menjadi 1085 jiwa per km2 pada tahun 2010. Dibanding luas wilayahnya 32,50 km2, kepadatan penduduk tertinggi terjadi di Kota Yogyakarta pada tahun 2010 sebesar 11.958 jiwa per km2 , sedangkan kepadatan penduduk terendah adalah kabupaten Gunung Kidul yang memiliki luas wilayah mencapai 46.63 % dari luas DIY dihuni rata-rata 455 jiwa per km2.Tabel 4.4 Kepadatan Penduduk per Km2 Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi DIY Tahun 2005 2010[footnoteRef:5] [5: Sumbe: Proyeksi SP2010, DIY dalam Angka 2011]

Kabupaten/KotaLuas (km2)200520062007200820092010

Kota Yogyakarta32,5012.11412.08612.05612.02411.99011.958

Kab. Bantul506,851.6701.6961.7221.7481.7741.798

Kab. Kulon Progo586,27650653656658661663

Kab. Gunung Kidul1.485,36454455455455455455

Kab. Sleman574,821.7337.7671.8011.8351.8701.902

Jumlah3185,801.0331.0441.0541.0651.0761.085

Sektor Perhubungan dan KomunikasiJalan raya merupakan sarana lalu lintas yang sangat diperlukan untuk transportasi dan kelancaran roda perekonomian, maka kondisi dan penggunaannya harus diperhatikan. Tahun 2010 dari 4.735,44 km panjang jalan di D.I Yogyakarta, panjang jalan negara sekitar 3,95 persen, panjang jalan provinsi 14,96 persen, dan panjang jalan kabupaten/kota mencapai 61,10 persen. Dengan jenis permukaan 80,98 persen aspal, 9,19 persen kerikil, dan 9,83 persen tanah. Dilihat menurut kondisi jalan, sekitar 41,07 persen dalam kondisi baik, 36,10 persen dalam kondisi sedang, dan 22,83 persen dalam kondisi rusak. Kondisi jalan yang rusak sebagian besar terjadi pada jalan jalan kabupaten/kota.Jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar di D.I Yogyakarta pada tahun 2010 tercatat sebanyak 1.488.033 unit (naik 8,28 persen dari tahun 2009) yang terdiri dari 8,35 persen mobil penumpang, mobil barang sebesar 2,87 persen, 0,74 persen bus, 88,05 persen sepeda motor atau tercatat 1.310.241 unit.Sarana transportasi kereta api menjadi alternatif pilihan utama bagi pemakai jasa angkutan karena sifatnya yang massal dan murah. Tahun 2010, tercatat 3.319.151 penumpang untuk berbagai tujuan atau meningkat sebesar 9,14 persen dari tahun sebelumnya, terdiri dari penumpang eksekutif, bisnis dan ekonomi masing-masing tercatat 21,34 persen, 23,53 persen dan 55,12 persen. Sedangkan jumlah angkutan untuk barang tercatat 328.467 ton dengan rincian BBM sebesar 99,32 persen dan barang hantaran lainnya sebesar 0,68 persen.Pariwisata merupakan salah satu sektor andalan bagi D.I Yogyakarta dalam meningkatkan pendapatan daerah. Indikator yang dapat menunjukkan aktivitas kepariwisataan antara lain dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan serta rata-rata lama menginap para wisatawan selama berkunjung di Yogyakarta.Jumlah wisatawan yang menggunakan fasilitashotel tercatat sebanyak 1.400.900 orang, turun sebesar 54,88 persen dibanding tahun 2009 yang tercatat 3.106.004 prang. Ditinjau menurut kebangsaan, sekitar 89,96 persen tamu yang menginap di hotel adalah wisatawan domestik dan selebihnya 10,04 persen adalah wisatawan asing.Pengiriman surat dalam negeri tahun 2010 mencapai 25.133.706, sedangkan surat yang diterima tercatat sebesar 26.659.324. Sedangkan untuk luar negeri, surat dikirim sebanyak 1.605.926 dan surat terima 1.508.148 lembar.Total surat pos diterima 105.34 persen dari pos yang dikirim.Pada tahun 2010, jumlah sambungan telepon di D.I Yogyakarta tercatat sebanyak 452.565sst, mengalami kenaikan sebesar 0,31 persen dibanding tahun 2009 yang sebanyak 451.184 sst. Dari jumlah sambungan telepon yang ada tersebut, 72,80 persen merupakan code division multiple access (CDMA), dan 27,20 persen sisanya berupa wireline.Tabel 4.5 Panjang Jalan Negara Menurut Keadaan Jalan di Provinsi D.I Yogyakarta 2010[footnoteRef:6] [6: Sumber: Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah Provinsi DIY, Provinsi DIY dalam Angka 2011]

Keadaan JalanKabupaten/KotaProvinsi DIY

Kulon ProgoBantulGunung KidulSlemanYogyakarta

Jenis Permukaan28,5730,5856,1153,5618,13186,95

1. Diaspal28,5730,5856,1153,5618,13186,95

Kerikil------

Tanah------

Tidak terinci------

Kondisi Jalan28,5730,5856,1153,5618,13186,95

Baik22,9118,5623,6233,3717,57116,03

Sedang5,6610,9025,159,490,5651,76

Rusak-1,127,3410,70-19,16

Tidak terinci------

Kelas Jalan28,5730,5856,1153,5618,13186,95

Kelas I28,5730,5856,1153,5618,13186,95

Kelas II------

Kelas III------

Kelas III A------

Kelas III B------

Kelas III C------

Kelas Tidak Dirinci------

Tabel 4.6 Panjang Jalan Provinsi Menurut Keadaan Jalan di Provinsi D.I Yogyakarta 2010[footnoteRef:7] [7: Sumber: Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah Provinsi DIY, Provinsi DIY dalam Angka 2011]

Keadaan JalanKabupaten/KotaProvinsi DIY

Kulon ProgoBantulGunung KidulSlemanYogyakarta

Jenis Permukaan159,90154,04275,91118,39708,24

1. Diaspal159,90154,04275,91118,39708,24

Kerikil-----

Tanah-----

Tidak terinci-----

Kondisi Jalan159,90154,04275,91118,39708,24

Baik27,9956,3142,0357,09183,42

Sedang88,5689,08173,9759,00410,61

Rusak43,358,6559,912,30114,21

Tidak terinci-----

Kelas Jalan159,90154,04275,91118,39708,24

Kelas I159,90154,04275,91118,39708,24

Kelas II-----

Kelas III-----

Kelas III A-----

Kelas III B-----

Kelas III C-----

Kelas Tidak Dirinci-----

Tabel 4.7 Panjang Jalan Kabupaten Menurut Keadaan Jalan di Provinsi D.I Yogyakarta 2010[footnoteRef:8] [8: Sumber: Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah Provinsi DIY, Provinsi DIY dalam Angka 2011]

Keadaan JalanKabupaten/KotaProvinsi DIY

Kulon ProgoBantulGunung KidulSlemanYogyakarta

Jenis Permukaan925,30895,73686,001085,13248,09

Diaspal529,57651,63624,33685,63248,09

Kerikil261,0978,0560,6715,45-

Tanah114,64166,051,00183,65-

Tidak terinci-----

Kondisi Jalan925,30895,73686,001085,13248,09

Baik400,97386,25412,32346,3399,44

Sedang387,32285,5868,46401,49104,22

Rusak137,02223,90205,22337,3244,43

Tidak terinci-----

Kelas Jalan925,30895,73686,001085,13248,09

Kelas I----16,80

Kelas II----1,77

Kelas III-490,13--26,22

Kelas III A115,37-6,10-0,17

Kelas III B410,60142,3051,20-14,68

Kelas III C292,35263,30468,30-14,39

Kelas Tidak Dirinci106,35-160,401085,13174,06

Sektor PariwisataProvinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu tujuan wisata utama di Indonesia. Ada lebih dari 100 obyek wisata baik yang telah dikelola mauoun yang masih berupa potensi, didukung oleh ribuan jenis atraksi wisata yang membuat jutaan wisatawan berdatangan ke provinsi ini setiap tahunnya.Yogyakarta memiliki lebih dari sekedar budaya. Ini adalah kota yang sangat hidup dan menyenangkan pengunjung. Jalan utama seperti Jalan Malioboro yang selalu ramai dan terkenal untuk makanan pinggir jalan yang tradisional. Daya tarik utama dari Yogyakarta adalah Kraton (Istana Sultan). Istana Sultan adalah pusat kehidupan tradisional kerajaan kota Yogyakarta yang tetap dijaga turun temurun dan meskipun kota ini sudah mengalami kemajuan dan modern, tetapi masih memancarkan semangat keramahan yang telah menjadi ciri khas kota Yogyakarta selama berabad-abad.

Kabupaten Yang Berbatasan Dengan Provinsi DIYKabupaten PuworejoKondisi GeografisSecara geografis, Kabupaten Purworejo merupakan bagian dari Propinsi Jawa Tengah, yang terletak pada posisi antara 1090 47 28 - 1100 8 20 Bujur Timur dan 7o 32 7o 54 Lintang Selatan. Luas daerah adalah 1.034,82 km2 yang terdiri dari + 2/5 daerah dataran dan 3/5 daerah pegunungan dengan batas-batas wilayah adalah :Sebelah utara:Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Magelang

Sebelah timur:Kabupaten Kulon Progo Propinsi DIY

Sebelah selatan:Samudra Indonesia

Sebelah barat:Kabupaten Kebumen

Secara administratif, Kabupaten Purworejo meliputi 16 kecamatan yang terdiri dari 469 desa dan 25 kelurahan. Dari enam belas kecamatan di Kabupaten Purworejo, kecamatan terjauh adalah Kecamatan Bruno dengan jarak 35 km dari pusat kota, dan kecamatan terdekat dari Purworejo adalah Kecamatan Banyuurip dengan jarak dari pusat kota 4 km. Seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Purworejo telah terjangkau angkutan umum. Adapun jumlah desa dan luas menurut kecamatan adalah sebagai berikut:Tabel 4.8 Jumlah Desa dan Luas KecamatanNo.KecamatanJml DesaLuas Wilayah (Km2)

1.Grabag3264,92

2.Ngombol5755,27

3.Purwodadi4053,96

4.Bagelen1763,76

5.Kaligesing2174,73

6.Purworejo2552,72

7.Banyuurip2745,08

8.Bayan2643,21

9.Kutoarjo2737,59

10.Butuh4146,08

11.Pituruh4977,42

12.Kemiri4092,05

13.Bruno18108,43

14.Gebang2571,86

15.Loano2153,65

16.Bener2894,08

Jumlah4941.034,82

Sumber Data : Purworejo Dalam Angka Tahun 2009

Gambar 4.2 Peta Kecamatan di Kabupaten PurworejoKondisi demografi Kabupaten Purworejo secara umum dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9 Jumlah Pedudukan Per Kecamatan Berdasarkan Jenis Kelamin[footnoteRef:9] [9: http://www.purworejokab.go.id/profil-daerah/demografi]

NoKecamatanJumlah Penduduk

Kode WilayahNama KecamatanLaki-LakiPerempuanJumlah

1330601Grabag22,72027,88750,607

2330602Ngombol20,92821,45942,387

3330603Purwodadi25,24826,28251,530

4330604Bagelen19,00819,45238,460

5330605Kaligesing18,60218,36636,968

6330606Purworejo48,48049,22197,701

7330607Banyuurip25,02325,75550,778

8330608Bayan29,53230,10159,633

9330609Kutoarjo37,59738,09675,693

10330610Butuh26,26126,69452,955

11330611Pituruh32,68932,23664,925

12330612Kemiri33,45132,73166,182

13330613Bruno29,16728,01657,183

14330614Gebang24,68024,50949,189

15330615Loano21,52520,96742,492

16330616Bener31,54530,40361,948

JUMLAH PER KABUPATEN446,456452,175898,631

Transportasi Kabupaten PurworejoPurworejo terletak di jalur Selatan Jawa yang menghubungkan Kota Yogyakarta dengan kota-kota lain di pantai Selatan Jawa. Purworejo dapat ditempuh melalui darat menggunakan moda transportasi jalan raya dan kereta api. Stasiun besar di kabupaten ini terletak di Kutoarjo yang disinggahi kereta api ekonomi jurusan Bandung Kiaracondong - Stasiun Yogyakarta, Bandung - Madiun dan Purwokerto - Surabaya serta kereta bisnis seperti Senja Utama Solo dan Senja Utama Yogya. Kereta eksekutif yang singgah di stasiun ini adalah Taksaka II. Dari stasiun Kutoarjo sendiri juga memberangkatkan kereta api sendiri yaitu Sawunggalih Utama jurusan Purworejo - Jakarta Pasar Senen serta Sawunggalih Selatan jurusan Purworejo - BandungTerminal bis utama di kabupaten ini terletak di antara Purworejo - Kutoarjo tepatnya di kecamatan Banyuurip. Sementara itu, Purworejo menghubungkan kota-kota Kebumen di sebelah barat, Wonosobo di sebelah utara, Magelang di sebelah timur laut, dan kota Wates (Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta) di sebelah timur. Di sebelah selatan kota Purworejo dikenal jalan raya yang diyakini sebagai bagian dari proyek pembangunan jalan raya Trans-Jawa, Anyer-Panarukan, saat pemerintahan Hindia Belanda berkuasa yang saat ini lebih dikenal dengan jalan Daendels.Kondisi PerekonomianPertanianAktivitas ekonomi kabupaten ini bergantung pada sektor pertanian, di antaranya padi, jagung, ubi kayu dan hasil palawija lain. Sentra tanaman padi di Kecamatan Ngombol, Purwodadi dan Banyuurip. Jagung terutama dihasilkan di Kecamatan Bruno. Ubi kayu sebagian besar dihasilkan di Kecamatan Pituruh.Di tingkat Provinsi Jawa Tengah, Purworejo menjadi salah satu sentra penghasil rempah-rempah (Bahasa Jawa: empon-empon), yaitu: kapulaga, kemukus, temulawak, kencur, kunyit dan jahe yang sekarang merupakan komoditas biofarmaka binaan Direktorat Jenderal Hortikultura. Selain untuk bumbu penyedap masakan, juga untuk bahan baku jamu. Empon-empon yang paling banyak dihasilkan Purworejo adalah kapulaga. Sentra produksi di Kecamatan Kaligesing, Loano dan Bener. Konsumen tanaman empon-empon adalah perajin jamu gendong, pengusaha industri jamu jawa dan rumah makan.Sekitar 75 pabrik jamu di Jawa Tengah mengandalkan bahan baku dari kabupaten ini. Demikian juga pengusaha jamu tradisional di Cilacap, seperti: Jaya Guna, Serbuk Sari, Serbuk Manjur dan Cap Tawon Sapi. Pembeli biasanya mendatangi sekitar lima toko penyedia bahan jamu di Pasar Baledono.Kecamatan Grabag dikenal sebagai sentra kelapa yang produksinya selain dimanfaatkan sebagai kelapa sayur, juga diolah menjadi gula merah dan minyak kelapa serta merupakan pusat penghasil mlinjo yang buahnya dijadikan makanan kecil, yaitu: emping. Kecamatan Kaligesing, Bener, Bruno dan Bagelen dikenal sebagai penghasil durian di Kecamatan Pituruh anda akan menemukan sentra hortikultura/pusat hasil buah, yaitu: buah pisang, karena di antara pasar yang ada di Purworejo, Pituruh menyumbang 40% pisang dari keseluruhan pisang di Purworejo.Komoditas pisang di pasar Pituruh dihasilkan dari desa Ngandagan, Kalikotes, Klaigintung, Pamriyan dan PetuguranPerkebunanKelapa merupakan tanaman perkebunan rakyat sebagai sumber penghasilan kedua setelah padi bagi sebagian besar petani di Kabupaten Purworejo. Komoditas unggulan perkebunan yang lain, yaitu: Kopi, Karet, Kakao, Vanili (tanaman tahunan) dan Tebu serta Nilam (tanaman semusim). Komoditi Tembakau rakyat sebagai usaha tani komersial, juga telah memberi kontribusi kepada pendapatan negara (Devisa) dan pendapatan asli daerah (PAD), sehingga pada 2008 dan 2009 Kabupaten Purworejo mendapat Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (DBHCT). Upaya pemerintah pusat dalam pembangunan perkebunan di daerah, telah merintis pengembangan tanaman jarak pagar yang diharapkan dapat bermanfaat dalam mewujudkan desa mandiri energi sebagai solusi menanggulangi kelangkaan bahan bakar.PeternakanDi bidang peternakan, ternak yang menjadi khas Purworejo adalah kambing peranakan etawa (PE), yakni kambing dari India yang memiliki postur tinggi besar. Peternakaan kambing PE terutama di Kecamatan Kaligesing. Sisanya dari Kecamatan Purworejo, Bruno, dan Kemiri. Di Kecamatan Kaligesing, kambing itu dikawinkan dengan kambing lokal, sehingga tercipta kambing PE ras Kaligesing. Bagi sebagian besar peternak di Purworejo, memiliki kambing ini merupakan kebanggaan tersendiri, ibarat memiliki mobil mewah. Setiap tahun ribuah kambing dipasarkan ke luar Purworejo, termasuk ke Jawa Timur (Ponorogo, Kediri, Trenggalek), Sumatera (Bengkulu, Jambi), Riau dan Kalimantan(Banjarmasin), bahkan pada 2005 - 2006 pernah ekspor ke Malaysia.IndustriDi bidang industri, Purworejo memiliki satu industri tekstil di Kecamatan Banyuurip. Selain tekstil, di kecamatan ini ada dua industri pengolahan kayu dengan 387 tenaga kerja. Satu industri yang sama dengan 235 tenaga kerja di Kecamatan Bayan. Saat ini hasil industri yang mulai naik daun adalah pembuatan bola sepak. Industri ini mulai dirintis tahun 2002 di Desa Kaliboto, Kecamatan Bener, bola sepak bermerek Adiora itu sudah menembus pasar mancanegara. Meski baru setahun berdiri, pembuatan bola sepak itu mewarnai kehidupan masyarakat Kecamatan Bener. Di Tahun 2007 berdiri cabang dari rokok Sampoerna di Kecamatan Bayan yang telah memberi kesempatan kerja relatif banyak dengan SDM tidak hanya yang berasal dari Kabupaten Purworejo saja, karena banyak juga tenaga kerja berasal dari luar kabupaten, yaitu: dari Kabupaten Wonosobo dan Temanggung.PariwisataDalam bidang pariwisata, purworejo mengandalkan pantainya di sebelah selatan yang bernama "Pantai Ketawang", "Pantai Keburuhan (Pasir Puncu), "Pantai Jatimalang" didukung dengan gua-gua: "Gua Selokarang" dan "Sendang Sono", di Sendang Sono (artinya: Kolam dibawah pohon Sono) masyarakat mempercayai bahwa mandi disendang tersebut akan dapat mempertahankan keremajaan. Goa Seplawan, terdapat di kecamatan Kaligesing. Goa ini banyak diminati wisatawan karena keindahan goa yang masih asli dan juga keindahan pemandangan alamnya serta hasil buah durian dan kambing ettawa sebagai salah satu ciri khas hewan ternak di Kabupaten Purworejo. Disamping itu, terdapat juga air terjun "Curug Muncar" dengan ketinggian 40m yang terletak di kecamatan Bruno dengan panorama alam yang masih alami.[3] gua pencu di desa ngandagan,merupakan bentuk benteng seperti gua pada zaman belanda;dan pada masa itu gua pencu pernah didatangi oleh presiden sukarno,tapi sekarang sudah tidak terawat karena kurang pedulinya aparatur pemerintahan desa,dan jika anda ingin menikmati suasana sejuknya alam anda d\tinggal melanjutkan perjalanan ke utara karena disana anda dapat menemukan hutan pinus yang sangat sejuk dan dingin engan panorama pegunungan dengan hamparan ladang petani yang permai, Geger menjangan sebelah kolam renang artatirta dengan panorama prgunungan yang asri dari puncak. Kawasan gunung tugel sebelah utara kutoarjo dengan panorama prgunungan yang asri dari puncak. Jalan Ketawang Kutoarjo tempat berlangsungnya Balapan motor tiap malam minggu dengan aksi-aksi yang menakjubkan kreasai motr anak-anak purworejo. Alun-alun kutoarjo berkumpulnya anak-anao purworejo basecamp bikers purworejo berbagai motor anak-anak purworejo yang full modivication.

Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan PracimantoroKondisi GeografisKabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111 0 18' dengan batas-batas sebagai berikut:Sebelah Utara : berbatas dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten KaranganyarSebelah Timur : berbatas dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur).Sebelah Selatan : berbatas dengan Kabupaten Pacitan (Jawa Timir) dan Samudra Indonesia.Sebelah Barat : berbatas dengan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Klaten.Kecamatan Pracimantoro berada di sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Eromoko, di sebelah barat dengan Kabupaten Gunung Kidul, DIY, sebelah timur dengan kecamatan Giritontro dan sebelah selatan dengan kecamatan Paranggupito.

Gambar 4.3 Peta Wilayah Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan PracimantoroKecamatan Pracimantoro merupakan salah satu dari 25 kecamatan di Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah. Terletak di wilayah di bagian selatan. Di di sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Eromoko, di sebelah barat dengan Kabupaten Gunung Kidul, DIY, sebelah timur dengan kecamatan Giritontro dan sebelah selatan dengan kecamatan Paranggupito. Kecamatan Pracimantoro mempunyai luas wilayah 14.214,3245 ha yang mempunyai ketinggian 250 m diatas pernukaan air laut. Wilayah yang Luasnya 142,14 km ini berpenduduk 59.242 (2003) Kepadatan 417 jiwa per km (2003). Tahun 2010 jumlah penduduknya mencapai 72,391 jiwa.Transportasi Kabupaten WonogiriBusDi Wonogiri banyak kita jumpai pengusaha bus.Disamping dengan kota-kota terdekat, Perusahaan bus terbanyak mengambil rute Wonogiri-Jakarta. Sehingga siapapun yang keluar masuk kota Wonogiri tidak perlu risau dengan adanya transportasi bus ini. Bus yang mengambil rute Wonogiri-Jakarta dapat kami sebutkan diantaranya: Sedya Mulya, Tunggal Dara, Tunggal Dara Putra,Tunggal Daya, Gunung Mulia, Timbul Jaya, Serba Mulya, Ismo, Gajah Mungkur, GMS, Pacitan Jaya Putra, Sumba Putra,Mustika Jaya Baru. Selain itu, di Wonogiri sekarang berkembang angkutan antar propinsi dengan menggunakan kendaraan Travel, yang misa melayani dari pintu ke pintu.KeretaMelalui jalur Kereta, Wonogiri hanya terhubung dengan Solo. Biasanya kereta penumpang hanya 1 kali masuk dan keluar Wonogiri menuju arah kota Solo. Sekarang sudah ada pengganti KA. Feeder Solo-Wonogiri yaitu sebuah kereta atau bus rel yang bernama Railbus 'Batara Kresna' yang telah diresmikan oleh Menteri Perhubungan Freddy Numberi pada tanggal 26 Juli 2011 bersama walikota Solo Joko Widodo. Kereta ini terdiri dari satu rangkaian dengan tiga gerbong berkapasitas 160 orang dan merupakan produk dari PT. Inka Madiun. Kelebihan railbus ini adalah dapat melaju hingga kecepatan 100 km/jam dan merupakan pertama dan satu-satunya di Pulau Jawa, serta dilengkapi dengan pendingin ruangan (AC). Namun sayangnya hingga saat ini railbus ini belum dioperasikan karena masih dalam penempurnaan di INKA Madiun, serta menunggu perbaikan jalur KA Sukoharjo-Wonogiri selesai.PesawatAkses pesawat udara ke Kabupaten Wonogiri dapat dilakukan dengan cara mendarat melalui dua bandara terdekat yaitu Bandar Udara Adisumarmo di Solo dan Bandar Udara Adisucipto di Yogyakarta. Selanjutnya dapat naik kendaraan umum atau sewaan ke Wonogiri.Kondisi PerekonomianPertanianSecara umum, wilayah Kabupaten Wonogiri terbagi menjadi 2 kelompok. Wilayah selatan yang membentang dari perbatasan Kabupaten Pacitan (Provinsi Jawa Timur) sampai perbatasan Kabupaten Gunung Kidul (Provinsi DIY) adalah wilayah yang kaya dengan pegunungan kapur. Pada area ini tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali berladang (palawija) dengan ketergantungan pada curah hujan. Curah hujan per tahun berada pada level yang rendah. Area ini memiliki banyak sumber air dalam, dimana sampai saat ini masih belum bisa dimanfaatkan. Di beberapa tempat, dapat dijumpai sawah dengan jenis padi khusus (padi Gogo Rancah), ditanam pada media tanah yang sengaja diurugkan di atas batuan kapur.Dari area timur berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur), area utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, dan area barat berbatasan dengan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo, memiliki karakteristik yang relatif mendukung. Curah hujan yang cukup, dengan dukungan irigasi yang optimal, mampu mendukung budaya pertanian yang lebih menjanjikan. Hamparan sawah banyak dijumpai pada area ini.PerkebunanSecara umum, seluruh wilayah Kabupaten Wonogiri masih mampu memberikan hasil pertanian dan perkebunan yang melimpah. Singkong (manihot), Coklat (cacao), Kacang Mede, Emping Melinjo, sayur-sayuran, merupakan contoh hasil perkebunan yang relatif baik.IndustriDi bidang industri, Kabupaten Wonogiri memiliki beberapa perusahaan yang maju. Deltomed Laboratories dan Air Mancur contoh perusahaan jamu yang maju. Menghasilkan produk-produk jamu kemasan modern, perusahaan ini termasuk salah satu industri yang mampu bersaing di tingkat nasional.Industri jamu juga terdapat pada level industri kecil, di mana banyak perajin jamu yang memasarkan di pasaran lokal. Banyak pula perajin jamu yang merantau ke luar daerah, lalu eksis di kota-kota besar di Indonesia.Di samping jamu, Kabupaten Wonogiri juga memiliki industri makanan bakso. Sebagaimana perajin jamu, mereka juga banyak yang merantau ke luar daerah, lalu mendapatkan hasil yang memuaskan.Industri transportasi di Kabupaten Wonogiri juga turut memberikan sumbangan. Beberapa perusahaan transportasi bus AKAP (antar kota antar provinsi) banyak terdapat dan dimiliki oleh pengusaha lokal. Rata-rata mereka melayani rute ke arah Jakarta, beberapa kota di pulau Sumatera dan kota Denpasar. "Gaplek adalah singkong yang dikeringkan. Dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Selain itu ada juga nasi thiwul yang merupakan makanan khas Tempo DoeloeTelekomunikasiPerkembangan layanan telekomunikasi telah pula membantu Kabupaten Wonogiri untuk bisa mendapatkan layanan telekomunikasi yang baik. PT. Telekomunikasi Indonesia telah menempatkan satu kantor layanan. Dengan STO (Sentral Telepon Otomatis) berkapasitas lebih dari 3000 nomor, masih didukung dengan ekspansi operator selular, layanan telekomunikasi telah mampu dinikmati. Hampir semua operator (Telkomsel, Excelcom, Indosat) telah memasang perangkat BTS (Base Transceiver Station) di pusat kota Wonogiri. Telkomsel telah merambah beberapa kota kecamatan, disusul juga BTS dari Mobil8(fren).

Kota Surakarta (Solo) dan KlatenKondisi Geografis SoloSecara geografis wilayah Kota Surakarta berada antara 1104515- 1104535 BT dan 73600- 75600LS memiliki luas wilayah 44,04 Km dengan batas-batas sebagai berikut :Batas Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten BoyolaliBatas Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten KaranganyarBatas Timur : Kabupaten SukoharjoBatas Barat : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten KaranganyarKota Surakarta terletak di Jawa Tengah yang dilalui oleh jalan regional jalur selatan. Selain batas administrasi, Kota Surakarta juga memiliki pembatas fisik berupa gapura yang terdapat sebagai pintu masuk Kota Surakarta. Tidak hanya di pada pintu masuk tapi juga pintu keluar penghubung ke wilayah sekitarnya.

Gambar 4.4 Peta Wilayah Kota SoloSalah satu sensus paling awal yang dilakukan di wilayah Karesidenan Surakarta (Residentie Soerakarta) pada tahun 1885 mencatat terdapat 1.053.985 penduduk, termasuk 2.694 orang Eropa dan 7.543 orang Tionghoa. Wilayah seluas 5.677 km tersebut memiliki kepadatan 186 penduduk/km. Ibukota karesidenan tersebut sendiri pada tahun 1880 memiliki 124.041 penduduk.Jumlah penduduk kota Surakarta pada tahun 2010 adalah 503.421 jiwa[1], terdiri dari 270.721 laki-laki dan 281.821 wanita, yang tersebar di lima kecamatan yang meliputi 51 kelurahan dengan daerah seluas 44,1 km2. Perbandingan kelaminnya 96,06% yang berarti setiap 100 orang wanita terdapat 96 orang laki-laki. Angka ketergantungan penduduknya sebesar 66%. Catatan dari tahun 1880 memberikan cacah penduduk 124.041 jiwa. Pertumbuhan penduduk dalam kurung 10 tahun terakhir berkisar 0,565 % per tahun. Tingkat kepadatan penduduk di Surakarta adalah 11.370 jiwa/km2, yang merupakan kepadatan tertinggi di Jawa Tengah (kepadatan Jawa Tengah hanya 992 jiwa/km2).Jika dibandingkan dengan kota lain di Indonesia, kota Surakarta merupakan kota terpadat di Jawa Tengah dan ke-8 terpadat di Indonesia, dengan luas wilayah ke-13 terkecil, dan populasi terbanyak ke-22 dari 93 kota otonom dan 5 kota administratif di Indonesia.Transportasi Kota SoloKota Surakarta terletak di pertemuan antara jalur selatan Jawa dan jalur Semarang-Madiun, yang menjadikan posisinya yang strategis sebagai kota transit. Jalur kereta api dari jalur utara dan jalur selatan Jawa juga terhubung di kota ini. Saat ini sebuah jalan tol Jalan Tol Semarang-Solo yang menghubungkan ke Semarang sedang dalam proses pembangunan. Solo juga merupakan kota yang terkurung daratan, sehingga tidak memiliki moda transportasi air.Angkutan daratBecak adalah salah satu moda transportasi paling umum di Solo.Taksi adalah salah satu moda transportasi yang sering dijumpai. Dari bandara, turis dapat memesan tiket dengan menyebutkan tujuannya dan membayar ongkos taksi di muka. Beberapa jasa pelayanan taksi antara lain Aravia (636468), Solo Central Taksi (728728), Kosti (664504,856300), Mahkota Ratu (655666). Sementara itu beberapa persewaan mobil juga dapat ditemu di bandara.Jasa transportasi tradisional yang terkenal lainnya adalah becak, yang dikayuh dengan tenaga manusia. Angkutan umum dalam kota yang lain mencakup bus kota, angkot, dan andong.BusBatik Solo TransTerminal bus besar kota ini bernama Terminal Tirtonadi yang beroperasi 24 jam karena merupakan jalur antara yang menghubungkan angkutan bus dari Jawa Timur (terutama Surabaya dan Banyuwangi) dan Jawa Barat (Bandung). Selain Tirtonadi, terdapat pula dua terminal untuk angkutan lokal: Terminal Harjodaksino di sisi selatan kota (dulu merupakan terminal bus antarkota) dan Terminal Tipes di sisi barat kota. Selain itu, dua terminal penunjang terdapat pula di sekitar kota namun berada di luar pengelolaan pemerintah kota, yaitu Terminal Kartasura di barat, yang terhubung ke Jakarta dan Surabaya, dan Terminal Palur di timur kota.Selain itu pada tahun 2010 diluncurkan angkutan umum massal bus Batik Solo Trans dengan satu rute. Kereta apiStasiun Balapan

Stasiun kereta api utama bernama Stasiun Solo Balapan yang merupakan salah satu stasiun besar tertua di Indonesia (dibangun 1873) yang menghubungkan Yogyakarta (barat), Semarang (utara), dan Surabaya (timur), dan terletak berdekatan dengan terminal bus Tirtonadi, suatu hal yang jarang dijumpai di Indonesia. Hubungan perjalanan dari setasiun ini cukup baik, mencakup semua kota besar di Jawa secara langsung dan hampir dalam semua kelas. Di Kota Surakarta juga terdapat tiga stasiun kereta api lain. Stasiun Solo Jebres dipakai sebagai stasiun perhentian untuk kereta-kereta api kelas ekonomi atau kereta api relasi Semarang-Madiun. Stasiun Solo-Kota (Sangkrah) merupakan stasiun perhentian untuk jalur KA Purwosari-Wonogiri. Stasiun Purwosari di tepi barat kota merupakan stasiun cabang menuju Wonogiri (selatan). Dulu Purwosari juga merupakan stasiun pemberhentian untuk jurusan Boyolali (barat). Kereta api ekspres ke Jakarta memakan waktu tempuh 10 jam, sementara kereta api ekspres ke Surabaya memakan waktu tempuh 5 jam. Kereta api ekspres yang melalui Solo antara lain: Argo Lawu, Argo Dwipangga, Bima dan Gajayana (dari/ke Jakarta, dengan AC), Argo Wilis dan Lodaya (dari/ke Bandung), Argo Wilis dan Sancaka (dari/ke Surabaya). Kereta bisnis malam Senja Utama Solo juga melayani transportasi dari/ke Jakarta.Selain itu transportasi Solo juga memiliki keunikan tersendiri karena merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki rel kereta api yang paralel dengan jalan raya, tepatnya di sepanjang jalan protokol Slamet Riyadi. Di jalur ini terdapat rel Kereta api Feeder Wonogiri yang saat ini dialihfungsikan sebagai kereta api wisata Sepur Kluthuk Jaladara yang berhenti di Loji Gandrung (kantor wali kota Solo) dan Kampung Batik Kauman.Pesawat terbangBandar udara internasional Adisumarmo (kode SOC, dulu bernama "Panasan", terletak 14 kilometer di sebelah utara kota Solo. Secara administratif banda udara ini terletak di luar batas kota Solo, tepatnya di perbatasan Kabupaten Karanganyar dan Boyolali. Bandara ini terhubung ke Jakarta (8 penerbangan sehari), Kuala Lumpur, dan Singapura, serta Arab Saudi (pada musim haji). Waktu tempuh perjalanan udara dengan Jakarta berlangsung sekitar satu jam. Beberapa operator penerbangan yang melayani rute dari/ke kota Solo antara lain Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, Lion Air, Batavia Air,Air Asia, Silk Air, dll. Bandara Adisumarmo juga menjadi pusat pemberangkatan dan penerimaan haji dari Asrama Haji Donohudan Boyolali Indonesia.Kondisi Perekonomian Kota SoloIndustri batik menjadi salah satu industri khas Solo. Sentra kerajinan batik dan perdagangan batik antara lain di Laweyan dan Kauman. Pasar Klewer serta beberapa pasar batik tradisional lain menjadi salah satu pusat perdagangan batik di Indonesia. Perdagangan di Solo berada di bawah naungan Dinas Industri dan Perdagangan.

Selain Pasar Klewer, Solo juga memiliki banyak pasar tradisional, di antaranya Pasar Gedhe (Pasar Besar), Pasar Legi, dan Pasar Kembang. Pasar-pasar tradisional yang lain menggunakan nama-nama dalam bahasa Jawa, antara lain nama pasaran (hari) dalam bahasa Jawa: Pasar Pon, Pasar Legi, sementara Pasar Kliwon saat ini menjadi nama kecamatan dan nama pasarnya sendiri berubah menjadi Pasar Sangkrah. Selain itu ada pula pasar barang antik yang menjadi tujuan wisata, yaitu Pasar Triwindu (setiap Sabtu malam diubah menjadi Pasar Ngarsopuro) serta Pasar Keris dan Cenderamata Alun-Alun Utara Keraton Solo.Pusat bisnis kota Solo terletak di sepanjang jalan Slamet Riyadi. Beberapa bank, hotel, pusat perbelanjaan, restoran internasional, hingga tujuan wisata dan hiburan terletak di sepanjang jalan protokol ini. Pada hari minggu pagi, jalanan Slamet Riyadi khusus ditutup untuk kendaraan bermotor (Solo Car Free Day) sebagai bagian dari tekad pemda untuk mengurangi polusi. Beberapa mal modern di Solo antara lain Solo Square, Solo Grand Mall (SGM), Solo Paragon, Solo Center Point (SCP), Singosaren Plaza, Megaland Solo, Luwes.Solo memiliki beberapa pabrik yang mempekerjakan karyawan dalam jumlah yang besar antara lain Sritex, Konimex, dan Jamu Air Mancur. Selain itu masih ada banyak pabrik-pabrik lain di zona industri Palur. Industri batik juga menjadi salah satu industri khas Solo.Kondisi Geografis Kabupaten KlatenSecara geografis Kabupaten Klaten terletak di antara 11030'-11045' Bujur Timur dan 730'-745' Lintang Selatan.Luas wilayah kabupaten Klaten mencapai 665,56 km2. Di sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Sukoharjo. Di sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Gunungkidul (Daerah Istimewa Yogyakarta). Di sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta) dan di sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Boyolali.Menurut topografi kabupaten Klaten terletak di antara gunung Merapi dan pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 75-160 meter diatas permukaan laut yang terbagi menjadi wilayah lereng Gunung Merapi di bagian utara areal miring, wilayah datar dan wilayah berbukit di bagian selatan.Ditinjau dari ketinggiannya, wilayah Kabupaten Klaten terdiri dari dataran dan pegunungan, dan berada dalam ketinggian yang bervariasi, yaitu 9,72% terletak di ketinggian 0-100 meter dari permukaan air laut. 77,52% terletak di ketinggian 100-500 meter dari permukaan air laut dan 12,76% terletak di ketinggian 500-1000 meter dari permukaan air laut.Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan musim hujan dan kemarau silih berganti sepanjang tahun, temperatur udara rata-rata 28-30 Celsius dengan kecepatan angin rata-rata sekitar 153 mm setiap bulannya dengan curah hujan tertinggi bulan Januari (350mm) dan curah hujan terrendah bulan Juli (8mm)Sebagian besar wilayah kabupaten ini adalah dataran rendah dan tanah bergelombang. Bagian barat laut merupakan pegunungan, bagian dari sistem Gunung Merapi. Ibukota kabupaten ini berada di jalur utama Solo-Yogyakarta.

Gambar 4.5 Peta Administrasi Kabupaten KlatenTransportasi Kota KlatenTerdapat angkutan kota (angkot) dengan beberapa jalur trayek yang melayani wilayah Kota Klaten dan sebagian di kecamatan sekelilingnya. Angkot terpusat di Terminal Angkutan Kota di Jl. Rajawali, Klaten Tengah. Bus-bus baik yang melayani dalam provinsi (AKDP) maupun antarprovinsi (AKAP) terpusat di Terminal Buntalan, Klaten Tengah. Sementara di sisi selatan kota terdapat sub-Terminal Bendogantungan, Klaten Selatan. Banyak bus-bus yang berbandar di Terminal Buntalan, karena Terminal Buntalan merupakan terminal tipe A yang melayani transportasi antarkota, antarprovinsi, dan antarpulau. Beberapa travel minibus juga berpusat di sini. Stasiun Klaten dan Stasiun Ketandan merupakan 2 stasiun yang ada di Kota Klaten. Kapasitas Stasiun Klaten bukan sebagai stasiun besar, namun sering kali terjadi membludaknya penumpang akibat animo masyarakat yang besar terhadap moda transportasi ini. Banyak pelajar yang memanfaatkan bus sekolah yang beroperasi setiap pagi sebelum jam masuk sekolah. Selain itu, juga ada mobil antar-jemput bagi warga yang biasanya tinggal di perumahan. Becak dan andong tetap terjaga kelestariannya. Becak masih dengan mudah dapat ditemukan di persimpangan jalan. Andong kini hanya terdapat di Terminal Angkutan Kota. Terminal Buntalan: 5 menit Sub-Terminal Bendogantungan: 10 menit Terminal Angkutan Kota: 1 menit Stasiun Klaten: 5 menit Stasiun Ketandan: 15 menit.Kondisi Perekonomian Kota KlatenSecara garis besar, Kota Klaten bukan merupakan kota industri maupun perdagangan. Sampai saat ini, aktivitas industri hanya terpusat di Jl. Diponegoro (Jl. Lingkar Selatan). Kota Klaten sempat booming dengan perdagangan tanaman hiasnya, terutama Anthurium, yang juga merebak di Kabupaten Karanganyar. Kota yang terletak di antara Yogyakarta dan Solo ini sebagai kota transit antara dua kota besar terebut. Pusat keramaian ekonomi tersebar di beberapa pasar-pasar tradisional dan pasar modern.

Kondisi Umum Angkutan Perbatasan Antar ProvinsiAngkutan Perbatasan Berdasarkan SKB Gubernur Provinsi DIY dan Jawa TengahPrasarana transportasi jalan telah mendukung sepenuhnya untuk aksesibilitas antar wilayah. Namun demikian angkutan umum diwilayah perbatasan yang merupakan komponen penting pendukung pelayanan publik dari/ ke perbatasan masih sangat memprihatinkan dengan berbagai kondisi minim khususnya yang didukung oleh pemerintah provinsi maupun kabupaten. Tidak demikian halnya dengan wilayah Provinsi awa Tengah yang lebih berperan menjaga operasional pelayanan angkutan umumnya yang menjangkau perbatasan.Jaringan trayek berdasarkan SKB antara Gubernur DIY dan Gubernur Jawa Tengah yang ditindak lanjuti oleh SKB antara Kepala Dinas Lalu Lintas Jalan Raya Provinsi DIY dan Jawa Tengah pada Tahun 1995 menetapkan jaringan trayek terdiri dari 16 trayek.Tabel 4.10 Jaringan Trayek Perbatasan Antar Provinsi DIY JATENG.NoTrayekP (km)

1Jonggrangan Bendogantung Prambanan Terban Rejowinangun Condongcatur PP35

2Borobudur Klangon Sendang sono Dekso Kenteng PP40

3Banyuasin Piyono Samigaluh Dekso Kenteng PP27

4Wates - Nogung Toyan Temon Congot Pendowo Demangan Suronegaran PP35

5Purwodadi Congot Glagah Indah Kokap Wates Pp32

6Wonosari Watukelir Tawangsari Tangkisan Kriwan Cuplik Telukan Solobaru Gilingan PP17

7Tidar Muntilan Kalibawang Dekso Sentolo Wates PP65

8Muntilan Tempel Medari Sleman Denggung Jombor PP20

9Borobudur Srowol Muntilan Seen Ngluwar Blaburan Balangan Seyegan Cebongan Jombor PP42

10Penggung Pedan Cawas Jentir Semin Wonosari PP48

11Penggung Pedan Cawas Watukelir Semin Wonosari PP48

12Jonggrangan Gayamprit Karangnongko Kembang Prambanan Piyungan Umbulharjo PP63

13Muntilan Caruban Klangon Dekso Kenteng Sentolo Wates PP48

14Wonogiri Wuryantoro Manyaran Semin Wonosari PP60

15Pracimantoro Baran Wonosari PP25

16Pracimantoro Bedoyo Wonosari PP40

Sumber: Dishubkominfo DIY-2009, Lampiran Surat Kesepakatan Bersama No. 551.2/5689/1995 Tanggal 28 November 1995 tg Hasil Raker Wilayah Perbatasan antara : DLLAJR Jawa Tengah DIY, Jawa Barat, Jawa TimurAngkutan Perbatasan Saat IniKeseluruhan trayek tersebut diatas masih beroperasi (lengkap) sampai 1998-1999. Kondisi setelah Tahun 1998 ada beberapa trayek yang sudah tidak beroperasi/ditutup operasionalnya karena berbagai hal antara lain : Sesuai ketentuan teknis yang diatur dalam keputusan menteri perhubungan nomor KM.84 Tahun 1994 tidak dapat direkomendasikan sebagai angkutan perbatasan mengingat jalur yang dilayani telah dilayani o;eh jenis pelayanan angkutan lain seperti AKAP dan AKDP yang merupakan pelayanan angkutan tetap dan teratur. Ditutupnya sebagian operasional sub-terminal (kategori saat ini Terminal Tipe C) untuk angkutan perbatasan karena bersinggungan dengan angkutan kota dan AKDP. Dipenggalnya panjang ruas trayek perbatasan hingga ke batas wilayah masing-masing provinsi (berubah status menjadi AKDP) mialnya Trayek Terban Klaten dipenggal hanya sampai terminal Prambanan.Beralihnya sebagian operator angkutan perbatasan ke angkutan AKDP atau angkutan pedesaan masing-masing wilayah karena jumlah penumpang untuk pelayanan trayek perbatasan tidak memadai biaya operasionalnya.

B A B

7-97-64Hasil Pengumpulan dan Analisis Data

Kabupaten GunungkidulData primer diperoleh dari survei wawancara asal dan tujuan perjalanan penumpang. Survei dilakukan pada jam puncak pagi hari (06.00 s.d 08.00 WIB) dan siang hari (12.00 s.d 14.00 WIB). Karena keterbatasan waktu maka survei hanya dilakukan pada pagi hari saja. Survei dilakukan di dalam angkutan dan tempat-tempat lain yang sering digunakan sebagai tempat menaikan dan menurunkan penumpang (misalnya : terminal, pasar, sekolahan, kompleks, dan lain-lain).Trayek Wonosari Pracimantoro

Gambar 5.1 Trayek Wonosari PracimantoroAngkutan trayek Wonosari Pracimantoro sebenarnya termasuk dalam kategori bis semi AKAP karena rutenya melayani antar Provinsi, yaitu Provinsi DIY sampai ke Pacitan Provinsi Jawa Timur. Angkutan yang beroperasi dikelola oleh PO Purwo Widodo dengan kapasitas penumpang 27 tempat duduk.

Gambar 5.2 Bis Trayek Wonosari PracimantoroProfil Responden Hari Libur (pagi)Data responden yang dilakukan dalam survei meliputi : jenis kelamin, umur, pekerjaan dan maksud perjalanan. Dari hasil survei wawancara yang dilakukan di dalam bus diperoleh data: 1. Jenis kelamin : laki-laki : 40 %, perempuan : 60 % 2. umur : < 16 th : 0%; 16 20 th : 0%; 21 30 th : 30%; 31 50 th : 40%; > 50 th : 30%3. pekerjaan : pegawai negeri (PNS) : 0%; pegawai swasta/wiraswasta : 30%; pelajar/mahasiswa : 30%; pedagang : 10%; lainnya : 30%4. maksud perjalanan : bekerja : 22,73%; sekolah : 4,55%; sosial/keluarga : 40,91%; rekreasi : 4,55%; belanja : 9,09%; lainnya : 18,18%[footnoteRef:10] [10: Data sesuai survei tahun 2009-2010]

5. penghasilan per bulan : tidak ada : 50%;< 1jt : 30%; 1-2jt : 20%; 2-3jt : 0%; 3-5jt : 0%; >5jt : 0%6. jumlah keluarga : < 3 orang : 10%; 3-5 orang : 90% ; > 5 orang : 0%7. jumlah sepeda motor yang dimiliki : tdk ada : 70%; 1 bh: 10%; 2bh : 20%; 3bh : 0% ; >3bh : 0%8. frekuensi penggunaan angkutan umum : kadang : 60%; 1x : 0%; 2x : 30%; 3x : 0%; 4x : 0%; 5x : 0%; 6x : 0%; >6x : 10%9. biaya dikehendaki untuk kondisi bus saat ini : < 2000 : 10%; 2000-3000 : 20%; 3000-4000 : 0%; >4000 : 70%10. biaya dikehendaki untuk kondisi bus setelah dilakukan peningkatan : < 2000 : 10%; 2000-3000 : 10%; 3000-4000 : 10%; >4000 : 70%Untuk lebih jelasnya hasil wawancara data responden dapat ditampilkan dalam tabel di bawah ini :Tabel 5.1 Data Responden (Hari Libur pagi)Jenis KelaminJumlahPersentaseUmurJumlahPersentase

Laki-laki440%< 16 Tahun00.00%

Perempuan660%16 - 20 Tahun00.00%

21- 30 Tahun330%

31 -50 Tahun440%

> 50 Tahun330%

10100%10100%

Sumber : Hasil survei on busPekerjaanJumlahPersentaseMaksudJumlahPersentase

Pegawai Negeri (PNS)00.00%Bekerja522.73%

Pegawai Swasta/Wiraswasta330%Sekolah14.55%

Pelajar/Mahasiswa330%Sosial/Keluarga940.91%

Pedagang110%Rekreasi14.55%

Lainnya330%Belanja29.09%

10100%22100%

Sumber : Hasil survei on busPenghasilanJumlahPersentaseJumlah KeluargaJumlahPersentase

Tidak ada550%< 3 orang110%

>1jt330%3-5 orang990%

1-2jt220%> 5 orang00.00%

2-3jt00.00%

3-5jt00.00%

>5jt00.00%

10100%10100%

Sumber : Hasil survei on busKepemilikan Sepeda MotorJumlahPersentaseFrekuensiJumlahPersentase

Tidak ada770%Kadang660%

1 buah110%1x00.00%

2 buah220%2x330%

3 buah00.00%3x00.00%

>3 buah00.00%4x00.00%

5x00.00%

6x00.00%

>6x110%

10100%10100%

Sumber : Hasil survei on busTarif AU kondisi Saat IniJumlahPersentaseTarif AU kondisi Setelah PeningkatanJumlahPersentase

4000770%

10100%10100%

Sumber : Hasil survei on busHari Libur (siang)Data responden yang dilakukan dalam survei meliputi : jenis kelamin, umur, pekerjaan dan maksud perjalanan. Dari hasil survei wawancara yang dilakukan di dalam bus diperoleh data : 1. jenis kelamin : laki-laki : 42.9 %, perempuan : 57.1 % 2. umur : < 16 th : 0%; 16 20 th : 0%; 21 30 th : 28.6%; 31 50 th : 71.4%; > 50 th : 0%3. pekerjaan : pegawai negeri (PNS) : 14.3%; pegawai swasta/wiraswasta : 14.3%; pelajar/mahasiswa : 0%; pedagang : 0%; lainnya : 71.4%4. maksud perjalanan : bekerja : 22,73%; sekolah : 4,55%; sosial/keluarga : 40,91%; rekreasi : 4,55%; belanja : 9,09%; lainnya : 18,18%5. penghasilan per bulan : tidak ada : 14.3%;< 1jt : 42.9%; 1-2jt : 28.6%; 2-3jt : 14.3%; 3-5jt : 0%; >5jt : 0%6. jumlah keluarga : < 3 orang : 28.6%; 3-5 orang : 57.1% ; > 5 orang : 14.3%7. jumlah sepeda motor yang dimiliki : tdk ada : 28.6%; 1 bh: 57.1%; 2bh : 0%; 3bh : 14.3% ; >3bh : 0%8. frekuensi penggunaan angkutan umum : kadang : 71.4%; 1x : 0%; 2x : 14.3%; 3x : 0%; 4x : 0%; 5x : 0%; 6x : 14.3%; >6x : 0%9. biaya dikehendaki untuk kondisi bus saat ini : < 2000 : 14.3%; 2000-3000 : 28.6%; 3000-4000 : 28.6%; >4000 : 28.6%10. biaya dikehendaki untuk kondisi bus setelah dilakukan peningkatan : < 2000 : 14.3%; 2000-3000 : 14.3%; 3000-4000 : 28.6%; >4000 : 42.9%Untuk lebih jelasnya hasil wawancara data responden dapat ditampilkan dalam tabel di bawah ini:Tabel 5.2 Data Responden (Hari Libur siang)Jenis KelaminJumlahPersentaseUmurJumlahPersentase

Laki-laki342.9%< 16 Tahun00.00%

Perempuan457.1%16 - 20 Tahun00.00%

21- 30 Tahun228.6%

31 -50 Tahun571.4%

> 50 Tahun00.00%

7100%7100%

Sumber : Hasil survei on busPekerjaanJumlahPersentaseMaksudJumlahPersentase

Pegawai Negeri (PNS)114.3%Bekerja522.73%

Pegawai Swasta/Wiraswasta114.3%Sekolah14.55%

Pelajar/Mahasiswa00.00%Sosial/Keluarga940.91%

Pedagang00.00%Rekreasi14.55%

Lainnya571.4%Belanja29.09%

7100%22100%

Sumber : Hasil survei on busPenghasilanJumlahPersentaseJumlah KeluargaJumlahPersentase

Tidak ada114.3%< 3 orang228.6%

>1jt342.9%3-5 orang457.1%

1-2jt228.6%> 5 orang114.3%

2-3jt114.3%

3-5jt00.00%

>5jt00.00%

7100%7100%

Sumber : Hasil survei on busKepemilikan Sepeda MotorJumlahPersentaseFrekuensiJumlahPersentase

Tidak ada228.6%Kadang571.4%

1 buah457.1%1x00.00%

2 buah00.00%2x114.3%

3 buah114.3%3x00.00%

>3 buah00.00%4x00.00%

5x00.00%

6x114.3%

>6x00.00%

7100%7100%

Sumber : Hasil survei on busTarif AU Kondisi Saat IniJmlPersentaseTarif AU Kondisi Setelah PeningkatanJmlPersentase

4000342.9%

7100%7100%

Sumber : Hasil survei on busHari Normal (Pagi)Data responden yang dilakukan dalam survei meliputi : jenis kelamin, umur, pekerjaan dan maksud perjalanan. Dari hasil survei wawancara yang dilakukan di dalam bus diperoleh data : 1. jenis kelamin : laki-laki : 44.4 %, perempuan : 55.6 % 2. umur : < 16 th : 0%; 16 20 th :0%; 21 30 th : 44.4%; 31 50 th : 44.4%; > 50 th : 11.1%3. pekerjaan : pegawai negeri (PNS) : 0%; pegawai swasta/wiraswasta : 44.4%; pelajar/mahasiswa : 11.1%; pedagang : 11.1%; lainnya : 33.3%4. maksud perjalanan : bekerja : 22,73%; sekolah : 4,55%; sosial/keluarga : 40,91%; rekreasi : 4,55%; belanja : 9,09%; lainnya : 18,18%5. penghasilan per bulan : tidak ada :11.1%; < 1jt : 33.3%; 1-2jt : 55.6%; 2-3jt : 0%; 3-5jt : 0%; >5jt : 0%6. jumlah keluarga : < 3 orang : 44.4%; 3-5 orang : 55.6% ; > 5 orang : 0%7. jumlah sepeda motor yang dimiliki : tdk ada : 33.3%; 1 bh: 44.4%; 2bh : 22.2%; 3bh : 0% ; >3bh : 0%8. frekuensi penggunaan angkutan umum : kadang : 66.7%; 1x : 0%; 2x : 22.2%; 3x : 0%; 4x : 0%; 5x : 0%; 6x : 11.1%; >6x : 0%9. biaya dikehendaki untuk kondisi bus saat ini : < 2000 : 11.1%; 2000-3000 : 22.2%; 3000-4000 : 11.1%; >4000 : 55.6%10. biaya dikehendaki untuk kondisi bus setelah dilakukan peningkatan : < 2000 : 0%; 2000-3000 : 22.2%; 3000-4000 : 11.1%; >4000 : 66.7%Untuk lebih jelasnya hasil wawancara data responden dapat ditampilkan dalam tabel di bawah ini:Tabel 5.3 Data Responden (Hari Normal pagi)Jenis KelaminJumlahPersentaseUmurJumlahPersentase

Laki-laki444.4%< 16 Tahun00.00%

Perempuan555.6%16 - 20 Tahun00.00%

21- 30 Tahun444.4%

31 -50 Tahun444.4%

> 50 Tahun111.1%

9100%9100%

Sumber : Hasil survei on busPekerjaanJumlahPersentaseMaksudJumlahPersentase

Pegawai Negeri (PNS)00.00%Bekerja522.73%

Pegawai Swasta/Wiraswasta444.4%Sekolah14.55%

Pelajar/Mahasiswa111.1%Sosial/Keluarga940.91%

Pedagang111.1%Rekreasi14.55%

Lainnya333.3%Belanja29.09%

9100%22100%

Sumber : Hasil survei on busPenghasilanJumlahPersentaseJumlah KeluargaJumlahPersentase

Tidak ada111.1%< 3 orang444.4%

>1jt333.3%3-5 orang555.6%

1-2jt555.6%> 5 orang00.00%

2-3jt000.0%

3-5jt00.00%

>5jt00.00%

9100%9100%

Sumber : Hasil survei on busKepemilikan Sepeda MotorJumlahPersentaseFrekuensiJumlahPersentase

Tidak ada333.3%Kadang666.7%

1 buah444.4%1x00.00%

2 buah222.2%2x222.2%

3 buah00.00%3x00.00%

>3 buah00.00%4x00.00%

5x00.00%

6x111.1%

>6x00.00%

9100%9100%

Sumber : Hasil survei on busTarif AU kondisi Saat IniJumlahPersentaseTarif AU kondisi Setelah PeningkatanJumlahPersentase

4000666.7%

9100%9100%

Sumber : Hasil survei on busHari Normal (siang)Data responden yang dilakukan dalam survei meliputi : jenis kelamin, umur, pekerjaan dan maksud perjalanan. Dari hasil survei wawancara yang dilakukan di dalam bus diperoleh data : 1. jenis kelamin : laki-laki : 42.9 %, perempuan : 57.1 % 2. umur : < 16 th : 0%; 16 20 th :28.6%; 21 30 th : 28.6%; 31 50 th : 28.6%; > 50 th : 14.3%3. pekerjaan : pegawai negeri (PNS) : 14.3%; pegawai swasta/wiraswasta : 14.3%; pelajar/mahasiswa : 28.6%; pedagang : 0%; lainnya : 42.9%4. maksud perjalanan : bekerja : 22,73%; sekolah : 4,55%; sosial/keluarga : 40,91%; rekreasi : 4,55%; belanja : 9,09%; lainnya : 18,18%5. penghasilan per bulan : tidak ada :42.9%; < 1jt : 14.3%; 1-2jt : 28.6%; 2-3jt : 14.3%; 3-5jt : 0%; >5jt : 0%6. jumlah keluarga : < 3 orang : 57.1%; 3-5 orang : 28.6% ; > 5 orang : 14.3%7. jumlah sepeda motor yang dimiliki : tdk ada : 14.3%; 1 bh: 71.4%; 2bh : 14.3%; 3bh : 0% ; >3bh : 0%8. frekuensi penggunaan angkutan umum : kadang : 85.7%; 1x : 0%; 2x : 0%; 3x : 0%; 4x : 0%; 5x : 0%; 6x : 14.3%; >6x : 0%9. biaya dikehendaki untuk kondisi bus saat ini : < 2000 : 0%; 2000-3000 : 42.9%; 3000-4000 : 28.6%; >4000 : 28.6%10. biaya dikehendaki untuk kondisi bus setelah dilakukan peningkatan : < 2000 : 0%; 2000-3000 : 14.3%; 3000-4000 : 57.1%; >4000 : 28.6%Untuk lebih jelasnya hasil wawancara data responden dapat ditampilkan dalam tabel di bawah ini :Tabel 5.4 Data Responden (Hari Normal siang)Jenis KelaminJumlahPersentaseUmurJumlahPersentase

Laki-laki342.9%< 16 Tahun00.00%

Perempuan457.1%16 - 20 Tahun228.6%

21- 30 Tahun228.6%

31 -50 Tahun228.6%

> 50 Tahun114.3%

7100%7100%

Sumber : Hasil survei on busPekerjaanJumlahPersentaseMaksudJumlahPersentase

Pegawai Negeri (PNS)114.3%Bekerja522.73%

Pegawai Swasta/Wiraswasta114.3%Sekolah14.55%

Pelajar/Mahasiswa228.6%Sosial/Keluarga940.91%

Pedagang00.00%Rekreasi14.55%

Lainnya342.9%Belanja29.09%

7100%22100%

Sumber : Hasil survei on busPenghasilanJumlahPersentaseJumlah KeluargaJumlahPersentase

Tidak ada342.9%< 3 orang457.1%

>1jt114.3%3-5 orang228.6%

1-2jt228.6%> 5 orang114.3%

2-3jt114.3%

3-5jt00.00%

>5jt00.00%

7100%7100%

Sumber : Hasil survei on busKepemilikan Sepeda MotorJumlahPersentaseFrekuensiJumlahPersentase

Tidak ada114.3%Kadang685.7%

1 buah571.4%1x00.00%

2 buah114.3%2x00.00%

3 buah00.00%3x00.00%

>3 buah00.00%4x00.00%

5x00.00%

6x114.3%

>6x00.00%

7100%7100%

Sumber : Hasil survei on busTarif AU kondisi Saat IniJumlahPersentaseTarif AU kondisi Setelah PeningkatanJumlahPersentase

4000228.6%

7100%7100%

Sumber : Hasil survei on bus

Asal Tujuan (AT) PergerakanPengguna jasa angkutan umum perbatasan terbagi atas dua kategori yaitu golongan masyarakat umum dan pelajar/mahasiswa. Survei asal tujuan pergerakan ini dimaksudkan untuk mengetahui pengguna jasa angkutan berasal dari mana dan mau kemana. Dari hasil di lapangan diperoleh data asal dan tujuan perjalanan dengan alamat yang tidak lengkap, karena pengguna jasa angkutan enggan menyebutkan alamat secara rinci. Sehingga data yang dipakai dari setiap kecamatan ke kecamatan. Dari hasil responden yang paling banyak dari Pracimantoro ke Pracimantoro. Hasil survei asal tujuan di lapangan dapat dilihat dalam tabel berikut :Tabel 5.5 Asal Tujuan Perjalanan Trayek Wonosari Praci (Hari Libur)Ke

WonosariPonjongSemanuRongkopPracimantoroGiriwoyoPacitanYogya

DariWonosari1311

Ponjong

Baran111

Semanu

Pracimantoro1

Giriwoyo

Pacitan

Bedoyo1

Yogya1121

Sumber : Hasil survei on bus Tabel 5.6 Asal Tujuan Perjalanan Trayek Wonosari Praci (Hari Normal)Ke

WonosariPonjongSemanuRongkopPracimantoroGiriwoyoPacitanBaranYogya

DariWonosari12

Ponjong

Baran1

Semanu412

Pracimantoro

Giriwoyo

Pacitan

Batu11

Bedoyo

Yogya111

Sumber : Hasil survei on bus Waktu Operasi Angkutan PerbatasanWaktu siklus merupakan waktu total yang diperlukan oleh bis untuk melayani seluruh rute dalam satu putaran, termasuk didalamnya waktu yang diperlukan untuk naik turun penumpang dan waktu untuk tunggu penumpang. Waktu operasi angkutan untuk setiap angkutan dalam melayani seluruh rutenya cukup bervariasi untuk setiap putaran dan hari. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi fisik kendaraan, situasi lalu lintas, jumlah penumpang dan perilaku pengemudi. Semakin kecil waktu operasi yang dibutuhkan semakin baik pula kinerjanya, hal ini menguntungkan baik bagi operator maupun pengguna jasa. Karena waktu yang dibutuhkan pemakaian jasa angkutan umum bis untuk mencapai tujuannya menjadi semakin minimal dan keuntungan bagi operator adalah semakin banyak penumpang yang dapat diangkut.Hasil yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa angkutan mulai beroperasi pada pagi hari jam 05.00 Sampai jam 16.00. Waktu yang diperlukan angkutan dalam melayani rutenya berkisar 230 menit. Namun dilapangan banyak ditemukan bis yang berbalik sebelum sampai tujuan, hal ini disebabkan rutenya masih panjang namun penumpangnya sepi.Load FactorDengan menggunakan bis berukuran midi (27 tempat duduk) maka kapasitas penumpang yang dapat diangkut adalah 27 orang. Dari hasil survei dilapangan diperoleh nilai Load factor trayek Wonosari Pracimantoro adalah :Tabel 5.7 Faktor Muat Trayek Wonosari Pracimantoro (hari libur pagi)NoRuas JalanFaktor Muat (%)

1Siyono74.07

2Jln. Baron74.07

3Jln. Semanu - Ampel66.67

4Jln. Ngampel - Praci66.67

5Jln. Praci - Giritontro66.67

6Jln. Giritontro - Giriwoyo70.37

7Jln. Giriwoyo - Baturetno70.37

8Jln. Baturetno - Terminal Batu51.85

948.15

10Pracimantoro14.81

Faktor Muat Rata-rata (%)60.37

Sumber : Hasil survei on bus Tabel 5.8 Faktor Muat Trayek Wonosari Pracimantoro (hari libur siang)NoRuas JalanFaktor Muat (%)

1Pracimantoro88.89

2Jln. Baron92.59

3Jln. Semanu - Ampel92.59

4Pasar Baran96.30

5Bedoyo96.30

6Jln. Giritontro - Giriwoyo92.59

7Jln. Giriwoyo - Baturetno88.89

8Jln. Baturetno - Terminal Batu92.59

9Semanu122.22

10118.52

11107.41

12Siyono103.70

Faktor Muat Rata-rata (%)99.38

Sumber : Hasil survei on bus Tabel 5.9 Faktor Muat Trayek Wonosari Pracimantoro (hari normal pagi)NoRuas JalanFaktor Muat (%)

1Siyono48.15

2Jln. Baron59.26

3Jln. Semanu - Ampel59.26

4Jln. Ngampel - Praci59.26

5Jln. Praci - Giritontro51.85

6Jln. Giritontro - Giriwoyo55.56

7Jln. Giriwoyo - Baturetno55.56

8Jln. Baturetno - Terminal Batu55.56

959.26

1055.56

1159.26

12Pracimantoro59.26

Faktor Muat Rata-rata (%)56.48

Sumber : Hasil surveyTabel 5.10 Faktor Muat Trayek Wonosari Pracimantoro (hari normal siang)NoRuas JalanFaktor Muat (%)

1Pracimantoro92.59

2Jln. Baron92.59

3Jln. Semanu - Ampel92.59

4Baran100.00

5Jln. Praci - Giritontro103.70

6Jln. Giritontro - Giriwoyo103.70

7Bedoyo118.52

8Semanu122.22

9103.70

10100.00

1188.89

12Siyono81.48

Faktor Muat Rata-rata (%)100

Sumber : Hasil surveiWaktu TungguWaktu tunggu setiap bis telah ditetapkan rata-rata antara 15 - 30 menit. Dalam pelaksanaannya semua juga tergantung dari beberapa hal, antara lain : kondisi penumpang, kondisi fisik bis juga perilaku pengemudi. Kecepatan AngkutanBerdasarkan pengamatan di lapangan kecepatan rata - rata kendaraan setiap jalur bis berbeda - beda, hal ini dipengaruhi oleh jumlah penumpang, situasi lalu - lintas, kondisi fisik kendaraan, dan kemampuan operator ( pengemudi ). Dari hasil survei di lapangan Kecepatan rata-rata angkutan trayek Wonosari Praci yaitu antara 50 60 km/jm. TarifBesarnya tarif yang diberlakukan pada trayek Wonosari Praci ditentukan berdasarkan jarak jauh dekat, sehingga tarifnya sangat bervariasi. Dari hasil di lapangan diperoleh data besarnya tarif untuk pelajar : Rp 1.500,00 Rp 2.000,00 umum sebagai berikut Dekat: antara Rp 2.000,00 Rp 3.000,00 Sedang: antara Rp 4.000,00 Rp 6.000,00 Jauh: antara Rp 6.000,00 Rp 13.000,00 Pendapatan Perusahaan BusPerusahaan bus mendapatkan penghasilan dengan menggunakan sistem setoran yang diambil dari para sopir dengan besaran berkisar antara Rp. 200.000,00 dengan jumlah operasional perhari rata-rata 2x putaran. Untuk sopir, pendapatan bersih perhari bisa mencapai Rp. 30.000,00 Rp. 50.000,00. Persepsi Pemakai JasaPersepsi pemakai jasa angkutan dimaksudkan untuk melihat dan mengetahui tanggapan dari masyarakat tentang angkutan perbatasan yang ada apakah sudah sesuai dengan kebutuhan atau belum, juga dalam pelayanannya apakah sudah baik atau belum. Dari hasil di lapangan diperoleh data : alasan masyarakat memilih menggunakan angkutan perbatasan karena tidak ada pilihan lain : 9,09%; murah : 63.63%; cepat : 13.63% dan lainnya : 13.63%. kesesuaian tujuan dengan rute yang ada : sudah sesuai : 81.81%; belum sesuai : 18.18% pelayanan rute angkutan yang ada : baik : 45.45%; cukup baik : 54.55%Moda Dari dan Ke Tempat hentiDalam menuju ke tempat tujuan baik setelah atau akan menggunakan angkutan perbatasan masyarakat atau pengguna jasa angkutan tidak mengalami kendala atau kesulitan karena aksesnya cukup mudah.Permasalahan Angkutan yang DitemuiPermasalahan-permasalahan yang sering dihadapi oleh penyedia jasa angkutan perbatasan tantara lain : sepinya penumpang karena masyarakat banyak yang sudah memiliki kendaraan pribadi didukung adanya alat komunikasi; harga onderdil yang terus mahal sedang penghasilan minim; banyak angkutan-angkutan berplat hitam yang sering beroperasi di daerah-daerah pasar.Trayek Semin Solo

Gambar 5.3 Trayek Semin SoloTrayek Semin Solo dioperasikan oleh tiga (tiga) perusahaan angkutan, yaitu Po Rimba Bujang, Po Tirto Mulyo, dan Po Chandra kasih. Semua pengusaha angkutan tersebut semua beralamat di