SESI/PERTEMUAN KE : 7, 8
SESI/PERTEMUAN KE : 8, 10, 11
Tujuan Instruksional Khusus : Pada akhir perkuliahan mahasiswa
diharapkan dapat:
1. Menjelaskan fungsi filter elektrik
2. Menjelaskan frinsip kerja filter
3. Membedakan jenis-jenis filter menurut karaterisitknya
4. Menggambarkan kurva respon frekuensi filter
5. Mendisain filter resonan
6. Menjelaskan prinsip kerja filter-filter khusus
Pokok Bahasan : Filter Elektrik
Desripsi singkat : Hal-hal penting yang akan dibahas dalam
materi filter antara lain, Fungsi dan prinsip kerja filter,
Pemisahan tegangan ac dengan tegangan dc, konfigurasi filter pasif,
Filter resonan, Filter-filter khusus.
I. Bahan Bacaan :
1. Bernard Grob. Basic Electronics, Bab 282. Skilling, Electric
Circuit Analysis, bab 19
II. Pertanyaan Kunci1. Apa fungsi filter elektrik
2. Bagaimana prinsip kerja filter pasif RLC
3. Bagaimana konfigurasi filter menurut fungsinya
4. Bagaimana menggambarkan respon frekuensi filter
5. Bagaimana prinsip kerja filter resonan
6. Bagaimana prinsip kerja filter-filter khusus
III. Tugas
1. Gambarkan konfigurasi filter pasif menurut fungsinya
2. Gambarkan kurva respon filter menurut
3. Gambar filter BSF dan BPF dengan menggunakan rangkaian
resonansi seri dan paralel baik secara terpisah maupun secara
bersama-sama
BAB IV
F I L T E R E L E K T R I K
4.1 Pendahuluan
Filter digunakan untuk memisahkan komponen-komponen yang berbeda
ukuran fisik yang tercampur bersama. Sebagai contoh, filter mekanik
dapat memisahkan partikel dari cairan, atau partikel kecil dari
partikel besar. Filter elektrik digunakan untuk memisahkan
komponen-komponen sinyal atau gelombang dengan frekuensi yang
berbeda-beda.
Umumnya induktor dan kapasitor digunakan untuk filterisasi
karena kedua komponen tersebut mempunyai karakterisitk frekuensi
yang berlawanan. Sebagai tambahan, fungsi filterisasi tergantung
pada apakah L dan C terhubung seri atau paralel dengan beban.
Aplikasi paling umum filterisasi adalah pemisahan frekuensi audio
dari frekuensi radio dan pemisahan sinyal ac dari sinyal dc.
Prinsip kerja dan karakteristik filter elektrik secara mendalam
akan dijelaskan lebih lanjut.
4.2 Penyajian
4.2.1 Fungsi Filterisasi Elektrik
Rangkaian-rangkaian elektronik, sering mempunyai arus dengan
frekuensi yang berbeda sesuai dengan tegangan yang berbeda
frekuensi. Alasannya adalah bahwa sumber tegangan menghasilkan arus
dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi sumber tegangan.
Sebagai contoh, sinyal masukan ac ke rangkaian audio dapat
mempunyai frekuensi audio yang tinggi dan rendah; rangkaian
frekuensi radio (radio freqwency selanjutnya disingkat rf) dapat
mempunyai rentang frekuensi radio yang lebar dalam masukan;
detektor audio dalam radio mempunyai frekuensi radio dan frekuensi
audio dalam keluarannya. Akhirnya penyearah dalam catu daya
menghasilkan keluaran dc dengan riak ac (ripple) yang tertumpangkan
pada level dc rata-rata.
Dalam aplikasi demikian dimana arus mempunyai komponen dengan
frekuensi yang berbeda, biasanya dibutuhkan untuk mengambil atau
menolak satu frekuensi atau jalur frekuensi tertentu. Dengan
demikian filter elektrik digunakan untuk memisahkan frekuensi yang
lebih tinggi dengan frekuensi yang lebih rendah.
Filter elektrik dapat melewatkan komponen-komponen frekuensi
yang lebih tinggi ke resistansi beban yang merupakan High Pass
Filter (selanjutnya disingkat HPF) atau frekuensi yang lebih rendah
untuk Low Pass Filter (selanjutnya disingkat LPF). Sebagai contoh
pada gambar 4.1a HPF melewatkan 10 kHz untuk menghasilkan keluaran,
sambil menolak/meredam frekuensi yang lebih rendah 100 Hz dan pada
gambar 4.1b adalah filterisasi sebaliknya , melewatkan frekuensi
rendah 100 Hz dan meredam frekuensi yang lebih tinggi 10 kHz.
Contoh ini menyangkut sinyal audio frekuensi tinggi dan sinyal
audio frekuensi rendah.
Untuk kasus frekuensi audio tercampur dengan frekuensi radio,
LPF memungkinkan frekuensi audio diperoleh pada keluaran. Atau HPF
mengisinkan frekuensi radio dilewatkan ke beban.
Gambar 4.1 Fungsi filter elektrik. a) High Pass Filter, b) Low
Pass Filter
4.2.2 Pemisahan Arus Searah (dc) yang Tercampur dengan Arus
Bolak- balik (ac)
Arus yang berubah amplitudonya tetapi tidak berubah polaritasnya
dianggap sebagai arus searah berdenyut (pulsating dc) atau arus
searah berfluktuasi (fluctuating dc). Arus demikian bukan arus
searah mantap (steady dc) karena nilainya berfluktuasi. Namun
demikian, arus ini bukan juga arus ac karena polaritasnya tetap
sama, baik positif atau negatif.
Gambar 4.2a mengilustrasikan bagaimana rangkaian dapat mempunyai
tegangan dan arus berfluktuasi. Dalam gambar ini, tegangan mantap
dc dari baterei VB terhubung seri dengan tegangan ac VA. Karena
kedua generator yang terhubung seri saling menjumlahkan, tegangan
pada RL adalah jumlah kedua tegngan yang diberikan seperti yang
diperlihatkan dalam bentuk gelombang VR pada gambar 4.2b.
Gambar 4.2 Arus dan tegangan dc berfluktuasi a) Rangkaian, b)
Bentuk
tegangan pada RL
Dalam banyak aplikasi, rangkaian mempunyai tegangan dc
berfluktuasi tetapi hanya komponen ac yang diinginkan. Dengan
demikian komponen ac dilewatkan ke beban sementara komponen dc
ditahan baik dengan transformator atau kapasitor kopling.
Transformator dengan belitan sekunder yang terpisah mengisolasi
atau menahan atau memblok arus dc mantap pada sisi primer.
Kapasitor mengisolasi atau memblok tegangan dc mantap. 4.2.3
Kopling Transformator
Perlu diingat bahwa transformator menghasilkan tegangan induksi
pada sekunder hanya untuk arus yang berubah-ubah pada primer. Untuk
arus dc berfluktuasi pada primer, sekunder mempunyai tegangan
keluaran hanya untuk komponen ac. Komponen dc pada primer tidak
mempunyai efek pada sekunder.
Gambar 4.3 Kopling transformator menahan komponen dc pada primer
dan
menginduksikan komponen ac ke sekunder
Dalam gambar 4.3 tegangan dc berfluktuasi pada primer
menghasilkan arus primer berfluktuasi. Sumbu dc berkaitan dengan
nilai mantap arus primer yang mempunyai medan magnet konstan,
tetapi hanya dengan medan berubah tegangan sekunder diinduksikan.
Karena itu hanya fluktuasi dalam primer yang menghasilkan keluaran
pada sekunder. Karena tidak ada keluaran untuk arus primer konstan,
level dc berkaitan dengan level nol untuk keluaran ac sekunder.
Bila arus primer naik di atas level konstan, kenaikan ini
menghasilkn satu polaritas untuk tegangan sekunder sesuai dengan
ekspansi medan; bila arus primer turun di bawah level konstan,
tegangan sekunder berbalik polaritas sesuai dengan kontraksi medan.
Hasilnya dalam sekunder adalah tegangan ac yang berubah polaritas
terhadap level nol.
Fasa tegangan sekunder dapat seperti yang diperlihatkan
berlawanan fasa 180o tergantung pada hubungan dan arah belitan.
Demikian juga tegangan sekunder dapat lebih besar atau lebih kecil
dari level ac primer tergantung pada perbandingan lilitan.
Kemampuan untuk menahan komponen dc mantap pada primer sambil
menghasilkan tegangan ac pada sekunder berlaku untuk semua
transformator dengan belitan sekunder terpisah baik untuk inti besi
mau pun untuk inti udara.4.2.4 Kopling Kapasitif
Metode ini merupakan tipe kopling yang paling umum dalam
rangkaian-rangkaian amplifier. Kopling berarti menghubungkan
keluaran suatu rangkaian ke masukan rangkaian berikutnya.
Kebutuhannya adalah mencakup semua frekuensi dalam sinyal yang
diinginkan sambil menolak komponen yang tidak diinginkan. Biasanya
komponen dc harus diblok dari masukan amplifier ac.
Gambar 4.4 Rangkaian kopling RC yang menahan arus dc
Dalam gambar 4.4, tegangan denyut dc pada terminal masukan 1 dan
2 diberikan ke rangkaian kopling RC. CC akan terisi sampai level
dc, yang adalah tegangan pengisian rata-rata. Dengan demikian
komponen dc mantap diblok atau ditahan, karena tidak menghasilkan
tegangan pada R. Antara terminal keluaran 3 dan 4. Perhatikan bahwa
sumbu nol tegangan keluaran ac berhubungan dengan level rata-rata
dc tegangan denyut dc masukan.
4.2.5 Nilai Tipikal Kapasitor Kopling
Nilai-nilai yang umum dari kapasitor rf dan kapasitor kopling
untuk nilai resistansi seri R yang berbeda diperlihatkan dalam
tabel 4.1. dalam semua kasus kapsitor kopling menahan komponen
mantap dc dari tegangan masukan, sementara komponen ac diteruskan
ke resistansi.
Ukuran CC yang dibutuhkan tergantung pada frekuensi komponen ac.
Pada setiap frekuensi, nilai kapasitansi dalam dalam baris
horizontal mempunyai XC sama dengan 1/10 kali nilai resistansi pada
setiap kolom. Nilai tipikal kapasitior kopling untuk frekuensi
audio adalah sekitar 0,1 sampai 10 F, tergantung pada frekuensi
audio terendah yang akan dikopling dan nilai resistansi seri. Untuk
kapasitor kopling rf sekitar 1 sampai 100 pF.
Nilai CC yang lebih besar dari 1 F biasanya dari jenis kapasitor
elektrolit, yang harus dihubungkan dengan polaritas yang benar.
Kapasitor ini mungkin sangat kecil, mungkin sepanjang inc, dengan
tegangan 3 sampai 25 V untuk rangkaian-rangkaian transistor.
Demikian juga, arus bocor kapasitor elektrolit tidak menjadi
masalah serius dalam aplikasi karena tegangan rendah dan resistansi
seri yang kecil untuk rangkaian-rangkaian transistor.
Tabel 4.1 Kapasitor kopling tipikal untuk AF dan RF
FrekuensiNilai CCJalur Frekuensi
R=1,6 kR= 16 kR=160 k
100 Hz10 F1 F0,1 FAF rendah
1000 Hz1 F0,1 F0,01 FAF menengah
10 kHz0,1 F0,01 F0,001 FAF tinggi
100 kHz0,01 F0,001 F100 pFRF rendah
1 MHz0,001 F100 pF10 pFRF menengah
10 MHz100 pF10 pF1 pFRF tinggi
100 MHz10 pF1 pF0,1 pFVHF
4.2.6 Kapasitor Bypass
Bypass adalah jalur pintas di sekitar komponen. Dalam rangkaian,
bypass adalah jalur paralel atau jalur shunt. Kapasitor sering
digunakan paralel dengan resistansi, untuk mem-bypass komponen ac
dari tegangan denyut dc. Hasilnya adalah tegangan mantap dc pada
kombinasi RC paralel, jika kapasitansi bypass cukup besar sehingga
mempunyai reaktansi yang kecil untuk frekuensi terendah dari
tegangan ac.
Gambar 4.5 Kapasitor bypass C1 terhadap R1
Seperti yang diperlihatkan dalam gambar 4.5, kapasitansi C1
paralel dengan R1 adalah bypass terhadap R1. Untuk frekuensi dimana
XC sebesar 1/10 kali R1, atau lebih kecil, komponen ac di-bypass
sekitar R1 melalui reaktansi yang rendah dalam jalur shunt.
Hasilnya adalah praktis tegangan ac nol pada kapasitor bypass
karena reaktansi yang rendah.
Karena tegangan sama pada R1 dan C1 karena keduanya paralel,
juga tidak ada tegangan ac pada R1 untuk frekuensi dimana C1
berfungsi sebagai kapasitor bypass. Dapat dikatakan bahwa R1
di-bypass untuk frekuensi dimana XC sebesar 1/10 kali R1. Bypass
juga diterapkan pada frekuensi dimana XC lebih kecil dari 1/10 kali
R. Dengan demikian tegangan ac pada kapasitor bypass mendekati nol
karena reaktansinya yang rendah.4.2.6 Bypass terhadap RF tetapi
Tidak terhadap AF
Perhatikan gambar 4.6. Pada frekuensi audio 1000 Hz, C1
mempunyai reaktansi 1,6 M. Reaktansi ini jauh lebih besar dari R1
sehingga impedansi dari kombinasi paralel pada dasarnya sama dengan
R1, 16000 . Dengan demikian R1 dan R2 berfungsi sebagai pembagi
tegangan untuk tegangan yang diberikan 10 V. Masing-masing
resistansi yang sama memperoleh setengah tegangan yang diberikan, 5
V pada R1 dan 5 V pada R2.
Untuk tegangan rf 1 MHz, reaktansi kapasitor bypass hanya 1600 .
Nilai ini adalah 1/10 dari nilai R1. Dengan demikian XC1 dan R1
paralel mempunyai impedansi mendekati 1600 .
Gambar 4. C1 mem-bypass R1 untuk rf tetapi tidak untuk af
Dengan impedansi 1600 untuk banku R1C1 yang seri dengan R2 16000
, tegangan pada R1 dan C1 adalah 1/11 dari tegangan rf yang
diberikan. Dengan demikian akan terdapat 0,9 V pada impedansi yang
lebih rendah R1 dan C1 dan 9,1 V pada resisitansi yang lebih besar
R2.
Hasilnya adalah komponen rf dari tegangan yang diberikan dapat
dianggap di-bypass. C1 adalah bypass rf terhadap R1.
4.3 Rangkaian-Rangkaian Filter
Berdasarkan fungsinya, filter dapat diklasifikasikan sebagai Low
Pass Filter (LPF) dan High Pass Filter (HPF). LPF melewatkan
komponen frekuensi rendah dari tegangan yang diberikan untuk
membangkitkan tegangan keluaran pada resistansi beban, sementara
komponen frekuensi yang lebih tinggi diredam atau dikurangi pada
keluaran. HPF melakukan hal berlawanan, melewatkan komponen
frekuensi yang lebih tinggi untuk menghasilakn tegangan keluaran
pada resistansi beban.
Kasus rangkaian kopling RC adalah contoh HPF karena komponen ac
tegangan masukan dibangkitkan pada R sementara tegangan dc ditahan
oleh kapasitor seri. Lebih lanjut, dengan frekuensi yang lebih
tinggi dari komponen ac lebih banyak tegangan ac yang dikopel.
Untuk kasus yang berlawanan, kapasitor bypass adalah contoh LPF.
Frekuensi yang lebih tinggi di-bypass, tetapi frekuensi yang lebih
rendah mengurangi fungsi bypass. Frekuensi yang lebih rendah dapat
membangkitkan tegangan keluaran pada kapasitor bypass shunt.
Untuk membuat filterisasi lebih selektif dalam pengertian
frekuensi mana yang akan dilewatkan untuk menghasilkan tegangan
keluaran pada beban, rangkaian filter umumnya menggabungkan
induktor dan kapasitor. Karena reaktansi induktip naik untuk
frekuensi yang lebih tinggi, sementara reaktansi kapasitip
berkurang, maka kedua efek yang berlawanan ini memperbaiki fungsi
filterisasi.
Dengan kombinasi L dan C, filter diberi nama sesuai dengan
konfigurasi rangkaian. Tipe yang paling umum adalah L, T dan
seperti yang diperlihatkan pada gambar 4.9. Salah satu dari
ketiganya dapat berfungsi sebagai LPF atau HPF.
Untuk LPF dan HPF dengan L dan C, reaaktansi XL harus naik untuk
frekuensi yang lebih tinggi, sedangkan XC berkurang. Karakteristik
frekuensi untuk XL dan XC tidak dapat dipertukarkan. Namun demikian
hubungan rangkaian dibalik untuk membalik fungsi filterisasi.
Secara umum HPF menggunakan :
1. Kapsitor kopling C seri dengan beban. Dengan demikian XC akan
rendah untuk frekuensi tinggi, sehingga dilewatkan ke RL, sementara
frekuensi rendah diblok.
2. Induktansi peredam (choke inductance) diparalel dengan RL.
Dengan demikian XL shunt akan bernilai tinggi untuk frekuensi
tinggi untuk mencegah hubung singkat pada RL, sementara frekuensi
rendah diblok.
Karakteristik berlawanan untuk LPF adalah :
1. Induktansi L seri dengan beban. XL yang tinggi untuk
frekuensi tinggi dapat berfungsi sebagai peredam, sedangkan
frekuensi rendah dapat dilewatkan ke RL.
2. Kapasitansi bypass C diparalelkan dengan RL. Dengan demikian
frekuensi tinggi dibypass oleh XC yang kecil, sedangkan frekuensi
rendah tidak dipengaruhi oleh jalur shunt.4.3.1 Low Pass Filter
(LPF)
Gambar 4.6 mengilustrasikan rangkaian LPF dari kondisi filter
elemen tunggal dengan kapasitor bypass (a), peredam seri (b), ke
kombinasi yang lebih rumit seperti filter tipe L (c), Tipe T (d),
dan tipe (e) dan (f). Dengan tegangan masukan yang mempunyai
komponen-komponen dengan frekuensi yang berbeda, kinerja LPF
menghasilkan tegangan keluaran frekuensi rendah yang maksimum pada
RL, sedangkan sebagian besar tegangan frekuensi tinggi dibangkitkan
pada peredam seri atau resistansi.
Dalam gambar 4.6a, kapasitor shunt C mem-bypass RL untuk
frekuensi tinggi. Dalam gambar 4.6b, L peredam berfungsi sebagai
pembagi tegangan dengan RL. Karena L mempunyai reaktansi maksimum
terhadap frekuensi tertinggi, komponen ini pada tegangan masukan
dibangkitkan pada L dan sebagian kecil pada RL. Untuk frekuensi
yang lebih rendah, L mempunyai reaktansi yang rendah, dan sebagian
besar tegangan masukan dapat dibangkitkan pada RL.
Gambar 4.6 Low Pass Filter. A) Kapasitor bypass paralel dengan
RL, b) Peredam L seri dengan RL, c) Tipe L terbalik dengan peredam
dan bypass, d) Tipe T dengan dua peredam dan satu bypass, e) Tipe
dengan satu peredam dan dua kapasitor bypass, f) Tipe dengan
resistansi seri sebagai pengganti peredam.
Dalam gambar 4.6c, pemakaian peredam seri dan kapasitor bypass
memperbaiki fungsi filterisasi dengan memberikan pemancungan yang
lebih tajam antara frekuensi rendah yang dapat membangkitkan
tegangan pada RL dan frekuensi yang lebih tinggi yang akan
dihentikan dari beban dengan menghasilkan tegangan maksimum pada L.
Serupa dengan itu, rangkaian tipe T dalam (d), dan rangkaian tipe
daalam (e) dan (f) memperbaiki filterisasi.
Penggunaan resistansi seri dalam gambar 4.6f, sebagai pengganti
peredam, memberikan filter tipe yang eknonomis yang membutuhkan
ruang yang lebih sedikit.
Kemampuan untuk mengurangi frekuensi yang tidak diinginkan
adalah peredaman (attenuation) filter. Frekuensi dimana peredaman
mengurangi keluaran sampai 70,7% respon adalah frekuensi pancung
(cutoff frequency).
Jalur yang dilewatkan (Passed Band) dan Jalur yang ditahan
(Stopped Band)
Seperti terlihat pada gambar 4.7, LPF meredam frekuensi diatas
frekuensi cutoff 15 kHz dalam contoh ini. Komponen dalam tegangan
masukan yang mempunyai frekuensi kurang dari 15 kHz menghasilkan
tegangan keluaran pada beban. Frekuensi-frekuensi tersebut adalah
jalur yang dilewatkan atau Passed Band. Frekuensi-frekuensi 15 kHz
atau lebih berada dalam jalur yang ditahan Stopped Band. Ketajaman
filterisasi antara passed band dan stopped band tergantung pada
tipe rangkaian. Umumnya, makin banyak komponen L dan C makin tajam
respon filter. Karena itu tipe dan tipe T adalah filter yang lebih
baik daripada tipe L dan yang hanya berupa bypass atau peredam.
Kurva respon dalam gambar 4.7 diilustrasikan untuk penerapan LPF
yang meredam tegangan rf sambil melewatkan frekuensi audio ke
beban. Hal ini perlu dimana tegangan masukan mengandung komponen rf
dan komponen audio, tetapi hanya tegangan audio yang diinginkan
untuk rangkaian audio sesudah filter.
Gambar 4.7 Respon frekuensi Low Pass Filter
Contoh yang baik adalah filterisasi keluaran audio rangkaian
detektor dalam penerima radio, sesudah sinyal pembawa rf yang
termodulasi disearahkan. Aplikasi umum yang lain dari LPF adalah
bila komponen dc dari tegangan denyut masukan harus dipisahkan dari
komponen ac 60 Hz.Variasi Rangkaian
Pemilihan antara filter tipe T dengan peredam seri masukan dan
tipe kapasitor shunt masukan tergantung pada resistansi internal
generator yang menyuplai tegangan ke filter. Generator dengan
resistansi rendah membutuhkan filter tipe T, sehingga peradam dapat
memberikan impedansi yang tinggi ke kapasitor bypass. Sebaliknya ,
bypass harus sangat besar untuk menghubung singkat generator yang
mempunyai resistansi rendah untuk frekuensi tinggi.
Filter tipe lebih cocok untuk generator beresistansi tinggi
dimana kapasitor masukan dapat berfungsi efektip sebagai bypass.
Untuk alasan yang sama, filter L dapat mempunyai bypass shunt baik
pada masukan untuk generator dengan resistansi tinggi atau pada
keluaran untuk generator dengan resistansi rendah.
Untuk semua rangkaian filter, peredam seri dapat dihubungkan
baik pada sisi atas seperti gambar 4.9 atau seri pada sisi
berlawanan dari saluran tanpa mempengaruhi efek filterisasi.
Demikian juga komponen seri dapat dihubungkan pada kedua sisi
saluran untuk rangkaian filter seimbang (balanced filter
circuit).4.3.3 High Pass Filter
Seperti yang diilustrasikan dalam gambar 4.8, HPF melewatkan ke
beban frekuensi-frekuensi yang lebih tinggi dari frekuensi cutoff,
sedangkan frekuensi rendah tidak dapat membangkitkan tegangan yang
cukup pada beban. Grafik dalam gaambar 4.8a menunjukkan respon HPF
dengan stopped band 0 50 Hz. Di atas frekuensi 50 Hz, frekuensi
audio yang lebih tinggi dalam passed band dapat menghasilkan
tegangan pada resistansi beban.
Filterisasi HPF dihasilkan dari penggunaan CC sebagai kapasitor
kopling yang terhubung seri dengan beban seperti dalam gambar 4.8b.
Tipe , T, L menggunakan induktansi untuk peredam reaktansi tinggi
pada saluran. Dalam cara ini komponen frekuensi yang lebih tinggi
dari tegangan masukan dapat membangkitkan tegangan yang sangat
kecil pada kapasitor seri, yang mengizinkan sebagian besar tegangan
dibangkitkan pada RL. Induktansi pada saluran mempunyai reaktansi
yang lebih tinggi dengan kenaikan frekuensi, yang mengizinkan
impedansi shunt tidak lebih rendah dari nilai RL.
Gambar 4.8 High Pass Filter. A) kurva respon dengan frekuensi
cutoff 50 Hz,
b). Rangkain kopling RC, c) Tipe L terbalik, d) Tipe T, f)
tipe
Untuk frekuensi-frekuensi rendah, RL secara efektif
dihubungsingkat oleh reaktansi induktif yang rendah pada saluran.
Demikian juga CC mempunyai reaktansi yang tinggi dan membangkitkan
sebagian besar tegangan, mencegah frekuensi tersebut membangkitkan
tegangan pada beban.
Filterisasi Band Pass
HPF dapat dikombinasikan dengan LPF. Dengan demikian hasilnya
adalah melewatkan jalur frekuensi yang tidak diblok oleh kedua
rangkaian filter. Respon bandpass demikian diperlihatkan dalam
gambar 4.9 untuk frekuensi audio. Dalam contoh ini, frekuensi yang
dilewatkan oleh kedua filter adalah 50 Hz sampai 15000 Hz. Perlu
dicatat bahwa filter untuk jalur frekuensi tertentu sangat sering
digunakan pada frekuensi radio sebagi aplikasi rangkaian
resonansi.
Gambar 4.9 Kurva respon bandpass untuk frekuensi radio
4.3.4. Filter Resonansi
Rangkaian yang ditala memberikan metode yang lebih mudah dalam
filterisasi jalur frekuensi radio karena nilai L dan C yang relatif
kecil dibutuhkan untuk resonansi. Rangkaian yang ditala memberikan
fungsi filterisasi dengan bantuan respon maksimumnya pada frekuensi
resonansi.
Lebar jalur frekuensi yang dipengaruhi oleh resonansi tergantung
pada nilai Q rangkaian tala. Makin tinggi nilai Q makin sempit
lebar jalur. Karena resonansi efektif untuk jalur frekuensi di
bawah dan di atas fr, filter resonansi disebut Band Stop Filter
(BSF) dan Band Pass Filter (BSF). Rangkaian-rangkaian seri atau
paralel dapat digunakan untuk kedua fungsi tersebut (BSF dan BPF)
tergantung pada hubungannya terhadap RL.
Filter Resonansi Seri
Gambar 4.10 Filter resonansi seri a) Band Pass filter, b) Band
Stop Filter
Rangkaian resonansi seri mempunyai arus maksimum dan impedansi
minimum pada frekuensi resonansi. Dihubungkan seri dengan RL,
seperti pada gambar 4.10a, rangkaian tertala LC mengizinkan
frekuensi pada fr dan frekuensi-frekuensi yang dekat fr untuk
menghasilkan keluaran maksimum pada RL. Karena itu, hal ini adalah
kasus filterisasi bandpass. Bila rangkaian seri LC dihubungkan pada
RL, seperti dalam gambar 4.10b, rangkaian resonansi memberikan
impedansi shunt yang rendah yang menghubung singkat RL. Dengan
demikian terdapat keluaran minimum. Fungsi ini berkaitan dengan
kapasitor shunt bypass, tetapi rangkaian resonansi lebih selektip
menghubung singkat RL hanya untuk frekuensi resonansi dan frekuensi
didekatnya. Untuk lebar jalur rangkaian tertala, maka rangkaian
resonansi seri yang terhubung shunt dengan RL memberikan efek
filterisasi band stop. Filter Resonansi Paralel.
Rangkaian resonansi paralel mempunyai impedansi maksimum pada
frekuensi resonansi. Dihubungkan seri dengan RL seperti pada gambar
4.11a, rangkaian paralel LC tertala memberikan impedansi maksimum
yang terhubung seri dengan RL pada frekuensi resonansi dan
frekuensi didekatnya. Dengan demikian, frekuensi-frekuensi ini
menghasilkan tegangan maksimum pada rangkaian LC tetapi tegangan
keluaran minimum pada RL. Ini adalah contoh filterisasi band stop,
untuk bandwidth rangkaian tertala.
Gambar 4.11. Filterisasi dengan rangkaian resonansi paralel. a)
BSF, b) BPF
Rangkaian paralel LC yang dihubungkan paralel terhadap RL,
seperti dalam gambar 4.14b, memberikan BPF. Pada resonansi,
impedansi yang tinggi dari rangkaian paralel LC memungkinkan RL
membangkitkan tegangan keluaran. Di bawah resonansi, RL dihubung
singkat oleh reaktansi yang rendah dari L; di atas resonansi, RL
dihubung singkatkan oleh rektansi yang rendah dari C. Untuk
frekuensi resonansi dan frekuensi didekatnya, RL diparalel dengan
impedansi yang tinggi, yang menghasilkan tegangan keluaran
maksimum.
Filter Resonansi Tipe L
Rangkaian resonansi seri dan paralel dapat dikombinasikan dalam
bentuk L, T, untuk memperbaiki filterisasi. Gambar 4.12
mengilustrasikan filter tipe L, dengan filterisasi band stop untuk
hubungan seperti gambar 4.12a tetapi memberikan filterisasi band
pass untuk gambar 4.12b.
Gambar 4.12 Filter resonansi tipe L. A) BSF ,b) BPF
Rangkaian dalam gambar 4.12a adalah BSF karena rangkaian
resonansi paralel terhubung seri dengan RL, sedangkan rangkaian
resonansi seri terhubung paralel dengan beban. Gambar 4.12b
filterisasi band pass dihasilkan dari hubungan seri rangkaian
resonansi seri dengan beban, sedangkan rangkaian resonansi paralel
diparalelkan dengan beban. Filter Interferensi
Tegangan dan arus yang tidak pada frekuensi yang diinginkan
merepresentasikan interferensi. Biasanya, interfernsi demikian
dapat dihilangkan dengan filter. Beberaapa aplikasi spesifik antara
lain :
1. LPF untuk mengeliminasi interferensi rf dari saluran daya 60
Hz ke masukan penerima
2. HPF untuk mengeliminasi interferensi dari sinyal yang
dibangkitkan oleh antena peneriman televisi
3. Filter resonansi untuk mengeliminasi interferensi frekuensi
radio dari sinyal rf yang diinginkan. Fuilter resonansi tipe BSF
disebut juga perangkap gelombang (Wavetrap).
Filter Saluran daya
Meskipun saluran daya adalah sumber tegangan 60 Hz, saluran daya
tersebut juga adalah konduktor untuk arus rf penginterferensi yang
dihasilkan oleh motor, rangkaian lampu fluorescent, peralatan rf.
Bila penerima dihubungkan ke saluran daya, interferensi rf dapat
menghasilkan derau (noise) dan dengungan dalam keluaran penerima.
Untuk meminimalkan interferensi ini, filter seperti pada gambar
4.13 dapat digunakan. Filter dihubungkan ke stop kontak dinding
untuk daya 60 Hz dan penerima dihubungkan ke keluaran filter.
Kapasitor bypass rf dihubungkan pada saluran seri dengan dua
peredam membentuk LPF seimbang tipe L. Penggunaan peredam pada
kedua sisi saluran membuat rangkaian seimbang terhadap ground.
Gambar 4.13 Filter saluran daya
Peredam memberikan impedansi yang tinggi untuk arus interferensi
rf tetapi tidak untuk 60 Hz, mengisolasi masukan penerima dari
interferensi rf dalam saluran daya. Demikian juga kapasitor bypass
menghubung singkat masukan penerima untuk frekuensi radio tetapi
tidak untuk frekuensi 60 Hz. Dengan demikian unit ini adalah LPF
untuk frekuensi 60 Hz yang diberikan ke penerima sambil menolak
frekuensi-frekuensi yang lebih tinggi.
Filter Antena Televisi
Pada waktu penerima televisi mempunyai interferensi dalam gambar
yang dihasilkan dari frekuensi radio di bawah jalur penyiaran
televisi, yang diterima oleh antena penerima , interferensi rf ini
dapat dikurangi dengan HPF seperti yang diperlihatkan pada gambar
4.14. Filter meredam frekuensi di bawah 54 MHz, yang merupakan
frekuensi terendah dari saluran 2.
Pada frekuensi yang lebih rendah dari 54 MHz, kapasitansi seri
memberikan kenaikan reaktansi dengan jatuh tegangan yang lebih
besar, sementara induktansi shunt mempunyai reaktansi lebih kecil
dan menghubung singkat beban. Frekuensi-frekuensi yang lebih tinggi
dilewatkan ke beban karena reaktansi kapasitif seri berkurang dan
reaktansi induktif shunt bertambah besar. Hubungan ke unit filter
dilakukan pada ujung penerima dari saluran dari antena.
4.4 Penutup.
Begitu penting peraanan filter dalam bidang telekomunikasi,
khususnya dalam komunikasi radio sehingga perlu pendalaman tentang
aspek-aspek prinsip operasional dan disain. Perlu pula mengikuti
perkembangan teknologi utaamanya pemakaian perangkat lunak dalam
disain.
4.5 Soal-soal Latihan
1. Jelaskan fungi filter elektrik
2. Komponen apa saja yang sering digunakan untuk rangkaian
filter elektrik
3. Gambarkan contoh-contoh rangkaian LPF, HPF dan jelaskan cara
kerjanya
4. Gambarkan respon frekuensi LPF dan HPF
5. Jelaskan cara-cara pemisahan tegangan dc dari tegangan ac
dalam tegangan denyut dc
6. Gambarkan rangkaian BSF dan BPF yang menggunakan rangkaian
resonansi seri dan rangkaian resonansi paralel secara terpisah.
7. Gambarkan rangkain BSF dan BPF yang menggunakan kombinasi
resonansi seri dan rangkaian resonansi paralel
8. Mengapa diperlukan filter interferensi
9. Jelaskan prinsip kerja filter saluran daya.
PAGE 98
_1095369710.vsd
Keluaran sekunder ac
Masukan dc denyut
-10
+10
10
20
30
Waktu
waktu
CC
+
-
R
Vdc = 20 V
_1095370235.vsdTegangan pada beban
Frek cutoff 15 kHz
Pass bandaf
Stopband
15 kHz
frekuensi
_1095370714.vsdPassband50 - 15000 hz
50 Hz
15000 Hz
StopbandHPF
Stopband LPF
frekuensi
Tegangan padabeban
C1
(a)
_1095371055.vsd
(a)
(b)
L
C
RL
RRP
RL
RRP
L
C
_1095371138.vsd
L1
C1
L2
C2
RL
L1
C1
L2
C2
RL
(a)
(b)
_1095371201.vsd
1 mH
1 mH
0,01 uF
masukan
Keluaran
_1095370985.vsd
(a)
(b)
RL
C
L
RRS
L
C
RRS
C2
RL
_1095370420.vsd
Cutoff frek. 50 Hz
Tegangan beban
Stopband
Passband af
C
RL
C1
C2
L
RL
L1
L2
C
RL
RL
L
C
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
_1095369980.vsd
Rs = 16.000 Ohm
Vrf = 10 V, 1 Mhz
Vaf = 10 V, 1 kHz
C1 = 106 pF
RL = 16.000 Ohm,Vaf = 5 VVrf = 0,9 V
XC = 1,6 Mohm, 1 kHz =1600 Ohm, 1 Mhz
Vaf = 5 VVrf = 9,1 V
_1095370137.vsd
MasukanLF dan HF
R
C
RL
KeluaranLF
L
RL
L
C
RL
L1
L2
C
RL
L
C1
C2
R
C1
C2
RL
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
_1095369909.vsd
R2 = 5000 Ohm
Vac = 5 V
Vdc = 9,1 V
XC1 = 500 Ohm
RL = 5000 Ohm
Vac = 5 VVcd = 0,9 V
Vac = 10 V
Vdc = 10 V
_1095369165.vsd
Nilai dc mantap
RL=1 Ohm
10
20
30
Sinyal ac
Sumbu dc rata
(a)
(b)
VR
_1095369637.vsd
ac
dc
Keluaran sekunder ac
Masukan dc denytu
Vs
0
_1095369071.vsdHPF
LPF
masukan
10 kHz
100 Hz
10 kHz
100 Hz
10 kHz
100 Hz
(a)
(b)