1. HASIL PENGAMATAN Hasil pengamatan fikosianin dari mikroalga dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pengukuran OD, Konsentrasi Fikosianin (KF), Yield, dan Warna Fikosianin Kelompo k Berat Biomass a Kering (g) Jumlah aquades (ml) Total filtrat e (ml) OD 615 OD 652 KF (mg/ml) Yield (mg/g) Keterangan Warna Sebelum Dioven Sesudah Dioven E1 8 100 50 0,0610 0,0326 8,530 x 10 -3 0,053 Biru Tua Biru Muda E2 8 100 50 0,0608 0,0314 8,599 x 10 -3 0,054 Biru Tua Biru Muda E3 8 100 50 0,0610 0,0313 8,645 x 10 -3 0,054 Biru Tua Biru Muda E4 8 100 50 0,0612 0,0316 8,656 x 10 -3 0,054 Biru Tua Biru Muda E5 8 100 50 0,0613 0,0313 8,701 x 10 -3 0,054 Biru Tua Biru Muda E6 8 100 50 0,0614 0,0311 8,738 x 10 -3 0,055 Biru Tua Biru Muda 1
Spirulina sp. merupakan organisme planktonik yang bersifat autotrof, tidak memiliki inti sel sejati (prokariotik), uniselular dan berbentuk filamen yang menyerupai spiral berwarna biru-hijau.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan fikosianin dari mikroalga dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pengukuran OD, Konsentrasi Fikosianin (KF), Yield, dan Warna Fikosianin
KelompokBerat
Biomassa Kering (g)
Jumlah aquades
(ml)
Total filtrate (ml)
OD615 OD652 KF (mg/ml)Yield (mg/g)
Keterangan WarnaSebelum Dioven
Sesudah Dioven
E1 8 100 50 0,0610 0,0326 8,530 x 10-3 0,053 Biru Tua Biru MudaE2 8 100 50 0,0608 0,0314 8,599 x 10-3 0,054 Biru Tua Biru MudaE3 8 100 50 0,0610 0,0313 8,645 x 10-3 0,054 Biru Tua Biru MudaE4 8 100 50 0,0612 0,0316 8,656 x 10-3 0,054 Biru Tua Biru MudaE5 8 100 50 0,0613 0,0313 8,701 x 10-3 0,054 Biru Tua Biru MudaE6 8 100 50 0,0614 0,0311 8,738 x 10-3 0,055 Biru Tua Biru Muda
Dari hasil pengamatan di atas, diketahui bahwa data yang dihasilkan dari masing – masing kelompok berbeda – beda. Pada kelompok E1 nilai
KF yaitu 8,530 x 10-3 (mg/ml) dan Yield yaitu 0,053(mg/g). Kelompok E2 nilai KF yaitu 8,599 x 10-3 (mg/ml) dan Yield yaitu 0,054(mg/g).
Kelompok E3 nilai KF yaitu 8,645 x 10-3 (mg/ml) dan Yield yaitu 0,054 (mg/g). Kelompok E4 nilai KF yaitu 8,656 x 10-3 (mg/ml) dan Yield
yaitu 0,054 (mg/g). Kelompok E5 nilai KF yaitu 8,701 x 10-3 (mg/ml) dan Yield yaitu 0,054 (mg/g). Sedangkan untuk kelompok E6 nilai KF
yaitu 8,738 x 10-3 (mg/ml) dan Yield yaitu 0,055 (mg/g). Pada keterangan warna, didapatkan hasil yang sama setiap kelompok yaitu berwarna
biru tua sebelum dioven dan biru muda sesudah dioven.
1
2. PEMBAHASAN
Pada praktikum Teknologi Hasil Laut percobaan yang dilakukan yaitu tentang pigmen
fikosianin sebagai pewarna alami dari blue-green microalga spirulina. Tujuan dari
praktikum ini yaitu mengisolasi pigmen fikosianin dan membuat bubuk dari
fikosianin. Warna merupakan sifat sensori yang paling utama yang diperhatikan oleh
konsumen. Selain bau, rasa dan teksture, warna memegang peranan penting dalam
penerimaan makanan. Pada bahan pangan, bukan hanya mimiliki nilai gizi yang tinggi
saja dan rasanya yang enak serta harganya yang murah namun juga harus memiliki
warna yang menarik. Warna dalam makanan dapat berasal dari warna alami makanan
itu sendiri atau dari bahan pewarna yang ditambahkan ke dalam makanan tersebut
(deMan, 1997). Sedangkan menurut Spolaore et al. (2006), zat warna alami dapat
diperoleh dari organisme-organisme yang terdapat di alam yang mampu
menghasilkan pigmen. Salah satu mikroorganisme tersebut berasal dari kelompok
mikroalga yaitu Spirulina.
Mikroalga yaitu penghasil energi alami yang berasal dari perairan. Mikroalga
termasuk dalam tumbuhan air yang berukuran mikroskopik, memiliki berbagai
potensi yang dapat dikembangkan sebagai sumber pangan, pakan, dan bahan kimia
lainnya. Terdapat beberapa factor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroalga
yaitu pH, suhu, salinitas, cahaya, karbondioksida, oksigen, serta ketersediaan nutrisi
(Metting & Pyne, 1986). Salah satu jenis mikroalga yang potensial untuk
dikembangkan yaitu Spirulina sp. Karena mikroalga jenis Spirulina sp ini telah
diproduksi untuk pangan sehat sebagai sumber protein, vitamin, dan mineral. Selain
itu, mikroalga dapat menghasilkan komponen bioaktif untuk bahan farmasi,
kedokteran, industri pangan, dan kemampuannya menghasilkan pigmen fikosianin
yang dapat dijadikan pewarna alami berwarna biru yang hingga saat ini masih sulit
diperoleh (Metting dan Pyne, 1986).
Spirulina sp. merupakan organisme planktonik yang bersifat autotrof, tidak memiliki
inti sel sejati (prokariotik), uniselular dan berbentuk filamen yang menyerupai spiral
berwarna biru-hijau. Mikroalga ini tergolong dalam jenis Cyanobacteria (Ciferri,
1983). Sifat yang dimiliki oleh Spirulina sp sebagai bahan nutraceutical yaitu anti
malnutrisi, anti anemia, anti oksidatif, anti viral dan anti tumor/kanker (Estrada et al.,
2
3
2001; Belay, 2002; Sanchez et al., 2003). Untuk berfotosintesis spirulina memerlukan
cahaya dan CO2 untuk bertahan hidup. Biomasa kering spirulina yang diperoleh
sekitar mencapai 60-70 ton/hektar kolam (Tri-Panji et. al. 1996). Spirulina memiliki
membran tilakoid serta struktur granula berupa fikobilisom yang terdiri dari
fikobiliprotein yang berfungsi untuk menyerap cahaya yang berfungsi untuk
melindungi pigmen fotosintesis lainnya dari oksidasi pada cahaya berintensitas tinggi.
Spirulina platensis biasanya membentuk populasi besar dalam air yang kaya akan
karbonat dan pH basa hingga 11 (Henrikson, 2009).
Spirulina termasuk dalam golongan alga hijau biru yang berbentuk multiseluler.
Tubuh Spirulina berupa filament yang berbentuk silinder dan tidak bercabang dengan
ukuran 100 kali lebih besar dari sel darah manusia. Spirulinayaitu tinggal pada di
perairan danau yang bersifat alkali dengan suhu hangat atau kolam dangkal di wilayah
tropis (Tietze, 2004).
Mikroalga mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi, yaitu terdiri dari:
Protein 55-70%,
Karbohidrat 15-25%,
Asam lemak esensial 18%,
Sisanya yaitu 9 vitamin penting, 14 mineral serta pigmen, yaitu: klorofil,
karoten, xantofil dan fikosianin
Kolesterol yang rendah
Kalori
Sodium.
(Sanchez et al., 2003; Prasanna et al., 2010).
Fikosianin termasuk dalam kelompok pigmen yang memiliki warna yaitu biru tua.
Pigmen ini termasuk dalam golongan biliprotein yang dapat menghambat
pembentukan kanker koloni (Ó Carra & Ó hEocha, 1976). Pigmen yang paling
dominan pada spirulina yaitu fikosianin (Richmond 1988). Fikosianin dapat diperoleh
dari Spirulina platensis, Aphanothece halophytica, dan Synechococcus sp. IO9201,
dan Nostoc sp (Santiago-Santos et al, 2004). Fikosianin memiliki berat molekul 140-
210 kDa dan dua sub unit α dan β yang akan membentuk heterodimer. Pada pH netral,
pada umumnya fikosianin berbentuk hexameric (Duangsee et al, 2009).
4
Struktur fikosianin yaitu kristal tiga dimensi yang saling mirip satu dengan lainnya.
Fikosianin mengandung rantai tetraphyrroles terbuka yang berfungsi untuk
menangkap radikal oksigen sehingga dapat menangkap radiasi sinar matahari paling
efisien dibandingkan dengan klorofil maupun karotenoid (Romay et al, 1998).
Struktur fikosianin dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Struktur fikosianin
(O Carra & O Heocha, 1976)
Fikosianin bermanfaat sebagai pewarna alami. Selain sebagai pewarna alami,
fikosianin bermanfaat sebagai antioksidan karena di dalam rantai tertraphyrroles
terbuka yang memiliki kemampuan menangkap radikal fikosianin terdapat r (Shih et
al., 2009; Romay et al., 2003). Fikosianin memiliki kelebihan dibandingkan dengan
pewarna biru sintetis lainnya yaitu terletak pada sifatnya yang tahan oksidasi (bersifat
anti oksidatif), sehingga dari sudut pandang kesehatan, fikosianin lebih aman
sekaligus dapat berfungsi sebagai penetralisir radikal bebas (Estrada et al., 2001;
Belay, 2002; Eriksen, 2008).
Metode yang dilakukan pada uji pengisolasian pigmen fikosianin dan pembuatan
pewarna bubuk dari fikosianin yaitu mula-mula biomassa spirulina kering
dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan dilarutkan dengan aquades destilata dengan
perbandingan 2:25 (8 gram biomassa dan 100 ml aquades). Kemudian dilakukan
pengadukan menggunakan stirrer selama kurang lebih 2 jam. Tujuan dari pengadukan
yaitu agar Spirulina dengan aquades dapat tercampur rata sehingga proses ekstraksi
fikosianin dapat berjalan dengan optimal dan larutan dapat terhomogenkan (Colla,
2005). Selanjutnya, larutan disentrifugasi hingga diperoleh endapan dan supernatant
yang berisi fikosianin. Tujuan dari sentrifugasi agar fikosianin dapat terpisah dari
spirulina. Proses sentrifugasi berfungsi untuk mengendapkan debris sel dan
mengambil pigmen fikosianin yang terlarut dalam aquades, Silveira, et al., (2007).
Hal ini sesuai dengan teori Kimball (1992), yang menyatakan bahwa prinsip utama
sentrifugasi ialah memisahkan substansi berdasarkan berat jenis molekul dengan cara
5
memberikan gaya sentrifugal sehingga substansi yang lebih berat akan berada di
bawah, sedangkan substansi yang lebih ringan akan terletak di atas. Selanjutnya
supernatant yang telah diperoleh lalu diukur kadar fikosianinnya dengan
menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 615 nm dan 652 nm.
Dengan rasio absorbansi, dapat diketahui kemurnian serta kelarutan fikosianin
(Rogers, 1986). Lalu supernatant ditambahkan dengan dekstrin dengan perbandingan
supernatan:dekstrin adalah 1:1,25. Adanya dekstrin bertujuan agar rendemen dari
produk akhir dapat ditingkatkan. Dekstrin diperoleh melalui modifikasi asam dan pati
serta memiliki berat molekul yang tinggi. Sifat yang dimiliki oleh dekstrin seperti pati
tetapi lebih stabil dari pada pati. (Fennema, 1985). Dekstrin merupakan polisakarida
yang dihasilkan dari hidrolisa pati yang diatur oleh enzim-enzim tertentu atau
hidrolisis oleh asam,berwarna putih sampai kuning. Struktur molekul dekstrin
berbentuk spiral, sehingga molekul-molekul flavor yang terperangkap didalam
struktur spiral helix. Oleh karena itu penambahan dekstrin dapat menekan kehilangan
komponen volatile selama proses pengolahanTujuan dari penambahan dekstrin
tersebut adalah untuk mempercepat pengeringan dan mencegah kerusakan akibat
panas, melapisi komponen flavour,meningkatkan total padatan, dan memperbesar
volume (Murtala, 1999). . Proses selanjutnya supernatant dituang kedalam Loyang.
Kemudian Loyang dimasukkan kedalam oven dengan suhu 45ºC hingga ± mencapai
kadar air sekitar 7%. Setelah dikeringkan dan terbentuk adonan kering yang gempal,
lalu dihancurkan hingga terbentuk powder.
Berdasarkan hasil pengamatan diatas diperoleh nilai optical density (OD615 dan
OD652), konsentrasi fikosianin, yield fikosianin dan warna. Masing-masing kelompok
memperoleh nilai yang berbeda-beda dengan rumus berikut :
Berdasarkan tabel hasil pengamatan diperoleh hasil pada kelompok E1 nilai OD615
sebesar 0,0610 dan nilai OD652 sebesar 0,0326, KF sebesar 8,530 x 10-3 (mg/ml), nilai
yield sebesar 0,053(mg/ml). Pada kelompok E2 nilai OD615 sebesar 0,0608 dan nilai
OD652 sebesar 0,0314, KF sebesar 8,599 x 10-3 (mg/ml), nilai yield sebesar 0,054
6
(mg/ml). Pada kelompok E3 nilai OD615 sebesar 0,0610 dan nilai OD652 sebesar
0,0313, KF sebesar 8,645 x 10-3 (mg/ml), nilai yield sebesar 0,054 (mg/ml). Pada
kelompok E4 nilai OD615 sebesar 0,0612 dan nilai OD652 sebesar 0,0316, KF sebesar
8,656 x 10-3 (mg/ml), nilai yield sebesar 0,054(mg/ml). Pada kelompok E5 nilai OD615
sebesar 0,0613 dan nilai OD652 sebesar 0,0313, KF sebesar 8,701 x 10-3 (mg/ml), nilai
yield sebesar 0,054 (mg/ml). Sedangkan pada kelompok E6 nilai OD615 sebesar 0,0614
dan nilai OD652 sebesar 0,0311, KF sebesar 8,738 x 10-3 (mg/ml), nilai yield sebesar
0,055 (mg/ml). Untuk warna yang dihasilkan pada semua kelompok yaitu sama,
sebelum dioven berwarna biru tua dan setelah dioven berwarna biru muda.
Metode absorbansi dipengaruhi oleh konsentrasi serta kejernihan dari larutan.
Semakin pekat dan keruh suatu larutan, maka absorbansinya yang dihasilkan akan
semakin tinggi (Fox, 1991). Menurut Wiyono (2007), penambahan konsentrasi
dekstrin yang semakin tinggi akan menyebabkan bubuk fikosianin yang didapatkan
menjadi pudar atau cenderung pucat. Teori ini sesuai dengan hasil yang telah
dilakukan pada praktiukum. Nilai OD akan semakin tinggi apabila larutan yang
diukur semakin keruh. Dapat disimpulkan jika konsentrasi fikosianin serta yield
memilki hubungan yang berbanding lurus. Yield yang dihasilkan akan tinggi apabila
konsentrasi fikosianin yang didapat juga tinggi.
Berdasarkan jurnal Predictive modeling of biomass production by Spirulina
platensis as function of nitrate and NaCl concentrations menjelaskan bahwa
Spirulina sp. merupakan planktonik fotosintetik cyanobacterium Masyarakat di bumi
memanen biomassa Spirulina dari Danau Chad (Afrika) dan Danau Texcoco (Mexico)
sebagai sumber makanan selama berabad-abad (Vonshak, 1997Spirulina platensis
telah dibudidayakan secara komersial karena berperan penting pada aspek
Bioteknologi sejak 1970-an. Spirulina merupakan organisme serbaguna karena
memiliki nilai gizi yang tinggi seperti kaya kandungan protein, asam lemak tak jenuh
ganda (c-linoleat), pigmen, vitamin dan phenolic (Colla et al., 2007; Ogbonda et al.,
2007).
Berdasarkan jurnal Effect of Microalga Spirulina platensis (Arthrospira platensis)
on Hippocampus Lipoperoxidation and Lipid Profile in Rats with Induced
Hypercholesterolemia yaitu mempelajari dan meneliti tentang microalga spirulina
7
platensis (arthrospira platensis ) karena memiliki potensi untuk mencegah dan
mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh hyperlipidemia dan aktivitas
antioksidan. Penelitian ini untuk mengevaluasi efek microalga spirulina platensis pada
hipokampus lipoperoxidation dan profil lipid dalam tikus dengan diinduksi selama 60
hari. Namun hasil yang diperoleh yaitu pengukuran hipokampus lipoperoxidation
tidak menunjukkan perbedaan signifikan ( p & gt; 0,05 ) ketika spirulina platensis
telah ditambahkan sehingga dapat disimpulkan bahwa efek microalga spirulina
platensis pada hipokampus lipoperoxidation dan profil lipid dalam tikus ini hanya
sebagai pencegahan saja (Belay, A,2002).
Berdasarkan jurnal Cultivation of Spirulina platensis using Anaerobically Swine
Wastewater Treatment Effluent, Spirulina platensis dibudidayakan dalam
penanggulangan air limbah. Ganggang menggunakan energi matahari untuk menyerap
nutrisi dari air limbah untuk memperbaiki zat karbon dan menghasilkan tanaman
biomassa yang akan menjadi senyawa yang berharga dan digunakan sebagai
pembusuk organik yang berfungsi untuk menurunkan pencemaran air (Finlayson, M.,
A. Chick, I. Von OertZen and D. Mitchel,1987). Berdasarkan jurnal Comparative
pigment profiles of different Spirulina strains, Spirulina platensis ( sp ) memiliki
beragam aktivitas biologis. Salah satunya memiliki protein yang tinggi yang sangat
diperlukan untuk proses selanjutnya, selain itu mengandung carotene, vitamin, dan
pigmen lainnya, zat mineral, asam lemak dan polisakarida, yang cocok untuk
digunakan sebagai bioactive (Benemam JR, 1990). Berdasarkan jurnal Comparison
of Different Extraction methods for Phycocyanin Extraction and Yield from
Spirulina platensis, Spirulina merupakan sebuah ganggang yang berwarna biru-hijau.
Warna tersebut berasal dari adanya kedua klorofil ( hijau ) dan phycocyanin ( biru )
pigmen pada aset strukturnya. Ganggang ini hidup dalam habitat di bawah tingginya
radiasi surya yang memiliki pigmen untuk melindungi dari kerusakan dan oksidasi
(alfredo walter, et al,2011 ).
3. KESIMPULAN
Factor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroalga yaitu pH, suhu, salinitas,
cahaya, karbondioksida dan oksigen, serta ketersediaan nutrisi
Spirulina termasuk dalam kelompok alga hijau biru yang berbentuk multiseluler.
Pigmen fikosianin bersifat dapat larut pada pelarut polar seperti air.
Fikosianin memiliki sifat antioksidan, anti inflamasi, neuroprotective, dan anti
kanker.
Stirrer bertujuan untuk menghomogenkan larutan dan untuk memaksimalkan
ekstraksi polar.
Sentrifugasi bertujuan untuk memisahkan padatan dan cairan sehingga tidak
mengganggu proses pengukuran absorbansi menggunakan spektrofotometer
dengan panjang gelombang 615 nm dan 652 nm.
Dekstrin berfungsi untuk mempercepat pengeringan dan mencegah kerusakan
akibat panas, untuk melapisi komponen flavor, meningkatkan total padatan, serta
memperbesar volume.
Nilai optical density (OD) mempengaruhi nilai konsentrasi fikosianin dan yield
fikosianin.
Semarang, 14 September 2014Praktikan Asisten dosen:
Hygiena Venty V Agita Mustikahandini12.70.0161
8
4. DAFTAR PUSTAKA
Alfredo walter,Julio Cesar De Carvalho,Vanete Thomaz Soccol,Ana Barbara Bisinella De Faria,Fanessa Ghiggi and Carlos Ricardo Soccol ,(2011). Study of phycocyanin production from Spirulina platensis under different light spectra, Braz.Arch.Biol.Technol.,54:675-682. “Comparison of Different Extraction methods for Phycocyanin Extraction and Yield from Spirulina platensis”.
Arief, M. (1987). Ilmu Meracik Obat Berdasar Teori Dan Praktek. Universitas Gajahmada Press.Yogyakarta.
Belay, A. (2002), The Potential Application of Spirulina (Arthrospira) as a Nutritional and Therapeutic Supplement in Health Management. The Journal of the American Nutraceutical Association, 5 (2), 27-48. “Effect of Microalga Spirulina platensis (Arthrospira platensis) on Hippocampus Lipoperoxidation and Lipid Profile in Rats with Induced Hypercholesterolemia”.
Benemam JR. (1990). Microalgae products and production: an overview. Dev. Ind.Microbiol. 31 (5): 247-256. “Comparative pigment profiles of different Spirulina strains”
Burtin, P. (2003) Nutritional value of seaweeds. EJEAFChe. 2 : 498–503
Chandra, Budi Atrika. (2011). Karakteristik Pigmen Fikosianin dari Spirulina fusiformis yang Dikeringkan dan Diamobilisasi [skripsi]. Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bogor.
Ciferri, O. (1983). Spirulina, the edible microorganism. Microbiol. Rev. 47: 551-578.
Colla L, et al. (2005). Production of biomass and nutraceutical compounds by Spirulina platensis under different temperature and nitrogen regimes. Brazil.
Colla, L.M., Reinehr, C.O., Reichert, C., Costa, J.A.V., (2007). Production of biomass and nutraceutical compounds by Spirulina platensis under different temperature and nitrogen regimes. Bioresour. Technol. 98, 1489–1493.” Predictive modeling of biomass production by Spirulina platensis as function of nitrate and NaCl concentrations”.
Diharmi A. (2001). Pengaruh Pencahayaan Terhadap Kandungan Pigmen Bioaktif Mikrolaga Spirulina platensis Strain Lokal (INK). Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Duangsee, Rachen; Natapas Phoopat; dan Suwayd Ningsanond. (2009). Phycocyanin extraction from Spirulina platensis and extract stability under various pH and temperature. Asian Journal of Food and Agro-Industry. 2009, 2(04), 819-826.
Estrada, J,E.P., P.B. Bescos, & A.M. V. Fresno. (2001). Antioxidant activity of different fractions of Spirulina platensis protean extract. Il Farmaco 56: 497-500.
9
10
Fennema, D. R. (1985). Food Chemisstry, third Edition. Marcel Dekker Inc. New York.
Finlayson, M., A. Chick, I. Von OertZen and D. Mitchel, (1987). Treatment of
piggery effluents by an aquatic plant filter. Biol. Wast., 19: 179–196. “Cultivation of
Spirulina platensis using Anaerobically Swine Wastewater Treatment Effluent”.
Fox, P. F. (1991). Food Enzymologi Vol 1. Elsevier Applied Sciences. London.
Henrikson R. (2009). Earth Food Spirulina. Ed Ke-6. Hawai: Ronore Interprise, Inc. Hal 37.
Kastanek, P. 2011. Blue natural colorant from Spirulina pl atensi s al gae. EcoFuel Laboratori es ( w w w . e c o f u e l . c z . / f i l e s / EcoFuel%20Phycocyanin; akses 1-3-2012).
Metting, B. and Pyne, J.W. (1986). Biologically Active Compounds from Microalgal.
Murtala, S. S. 1999. Pengaruh Kombinasi Jenis Dan Konsentrasi Bahan Pengisi Terhadap Kualitas Bubuk Sari Buah Markisa Siul (Passiflora edulis F. Edulis). Tesis. Pasca Sarjana Universitas Bawijaya Malang. 70 hal.
Ó Carra P, Ó hEocha C. (1976). Algal Biliproteins and Phycobilins. Goodwin TW, editor. Chemistry and Biochemistry of Plant Pigments. Academic press inc. London.
Reynolds, James E.F. (1982). Martindale The Extra Pharmacopolia, Edition Twenty Eigth. The Pharmacentical Press. London.
Richmond A. (1988). Spirulina. Di dalam Borowitzka MA dan Borowitzka LJ, editor. Micro-algal biotechnology. Cambridge University Press. Cambridge.
Romay, C., Armesto, J., Remirez, D., Gonzalez, R., Ledon, N., & Garcis, I. (1998). Inflamn Res 47, 36-41.
Sanchez, M., B.J. Caltillo, C. Rozo, & I. Rodriquez. (2003). Spirulina (Arthrospira): an edible microorganism. A rev. Universitas Scentiarum 8(1): 1-16.
Santiago-Santos, Ma. Carmen; Teresa Ponce-Noyola; Roxana Olvera-Ram’irez; Jaime Ortega-Lopez; Rosa Oivia Canizares-Villanueva. (2004). Extraction and purification of phycocyanin from Calothrix sp. Process Biochemistry 39 (2004) 2047–2052.
Silveira, S. T.; Burkert, J. F. M.; Costa, J. A. V.; Burkert, C. A.V.; Kalil, S. J.; Bioresour. Technol. 2007, 98, 1629.
11
Spolaroe P, Joanis CC, Duran E, Isambert A. (2006). Comercial Application of Microalgae Review.J Biosci and Bioeng. 101 (2): 87-96.
Suhartono TS. (2000). Bioteknologi Hasil Laut. Bogor: Pusat. Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor.
Suparti, W. (2000). Pembuatan Pewarna Bubuk dari Ekstrak Angkak: pengaruh Suhu, Tekanan dan Konsentrasi Dekstrin. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Brawijaaya. Malang.
Tietze HW. (2004). Spirulina Micro Food Macro Blessing. Ed ke-4. Australia: Haralz W Tietze Publishing.
Tri Panji S, Achmadi, Tjahjadarmawan E. (1996). Produksi asam gammalinolenat dari ganggang mikro Spirulina platensis menggunakan limbah lateks pekat.Menara Perkebunan 64 (1): 34-44.
Wiyono, R. (2007). Studi Pembuatan Serbuk Effervescent Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) Kajian Suhu Pengering, Konsentrasi Dekstrin, Konsentrasi Asam Sitrat dan Na-Bikarbonat.
5. LAMPIRAN
5.1. Gambar
5.1.1. Gambar Fikosianin Sebelum Dioven
5.1.2. Gambar Fikosianin Setelah Dioven
12
13
5.2. Perhitungan
Rumus:
KF (mg/ml) ¿OD615−0,474(OD652)
5,34
Yield (mg/g) ¿KF x Vol(total filtrat )g (berat biomassa)