Skripsi FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA BAGIAN PROCESSING DAN FILLING PT. COSMAR INDONESIA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011 OLEH : Febria Suryani NIM : 107101000572 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2011
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Skripsi
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DERMATITIS
KONTAK PADA PEKERJA BAGIAN PROCESSING DAN FILLING
PT. COSMAR INDONESIA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011
OLEH :
Febria Suryani
NIM : 107101000572
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2011
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, November 2011
Febria Suryani
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, November 2011
Febria Suryani, NIM : 107101000572
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA BAGIAN PROCESSING DAN FILLING PT.COSMAR INDONESIA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011
Dermatitis kontak merupakan 50% dari semua Penyakit Akibat Kerja terbanyak yang bersifat nonalergi atau iritan. Salah satu penyebab dari dermatitis kontak yaitu bahan kimia yang digunakan dalam proses pembuatan kosmetik. Bahan kimia tersebut memiliki posibilitas untuk mengiritasi dan mensesitisasi kulit pekerja. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di perusahaan kosmetik PT.Cosmar Indonesia, didapatkan bahwa 60% dari 15 orang pekerja mengalami dermatitis kontak. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, yang dilakukan pada bulan juli-oktober 2011 di bagian processing dan filling PT.Cosmar Indonesia. Tujuannya untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan dermatitis kontak pada pekerja PT.Cosmar Indonesia. Sampel penelitian merupakan seluruh total populasi pekerja di bagian processing dan filling sebanyak 50 orang pekerja. Variabel independen dalam penelitian ini meliputi lama kontak, masa kerja, usia, jenis kelamin, riwayat penyakit kulit sebelumnya, personal hygiene dan penggunaan APD. Penentuan penyakit dermatitis kontak dan riwayat penyakit kulit didapatkan dari hasil diagnosa dokter, variabel personal hygiene dan penggunaan APD didapatkan dengan observasi langsung dan variabel lainnya didapatkan dengan menyebarkan kuesioner. Data yang diperoleh kemudian dilakukan uji statistik dengan rumus chi square dan t independent. Hasil penelitian menunjukan bahwa 48% pekerja mengalami dermatitis kontak, dengan 33,3% dermatitis kontak alergi dan 66,7% dermatitis kontak iritan. Faktor-faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak dalam penelitian ini yaitu lama kontak (Pvalue 0.020), masa kerja (Pvalue 0.012), usia (Pvalue 0,006) dan personal hygiene (Pvalue 0,028). Untuk mereduksi resiko dermatitis kontak disarankan agar pekerja menggunakan APD dengan lengkap dan memperhatikan kebersihan diri selama bekerja, melakukan penyuluhan kepada pekerja untuk mengenal gejala dermatitis kontak serta pengawasan mengenai penggunaan APD dan personal hygiene. Daftar bacaan : 43 (1980 – 2010)
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH MAJOR OF OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH
Paper, November 2011
Febria Suryani, NIM : 107101000572
FACTORS ASSOCIATED WITH CONTACT DERMATITIS AT PROCESSING AND FILLING SECTIONS IN PT.COSMAR INDONESIA SOUTH TANGERANG YEAR 2011
Contact dermatitis prevalence among occupational disease is 50%, which irritant contact dermatitis is more often occurs than the allergic. One of the dermatitis contact agent is chemical which are often used in cosmetic production process. These chemical has possibility to irritate and sensitize the workers. Based on preeliminary study at PT.Cosmar Indonesia as one of cosmetic industries in Indonesia, showed that 60% of 15 workers suffer contact dermatitis. This research is a quantitative study used a cross sectional method, and held in Juli-October 2011 at processing and filling sections in PT.Cosmar Indonesia. The purpose of this study was to analyze factors associated with contact dermatitis in PT Cosmar Indonesia. Fifty workers was taken as total sampling at processing and filling sections. The independent variables are duration contact, years of employment, age, sex, skin diseases history, personal hygiene and used of PPE (Personal Protective Equipment). For contact dermatitis and skin diseases history obtained by diagnose doctor, for personal hygiene and used of PPE was collected by direct observation, and the other variables was collected by questionaire. Afterwards, tests, such as chi square and t independent, are used to analyze the data. Results showed that 48% workers suffered contact dermatitis, which 33,3% alergic type and 66,7% irritant type. Factors associated with contact dermatitis are duration contact (Pvalue: 0.020), years of employment (Pvalue: 0.012), age (Pvalue 0.006) and personal hygiene (Pvalue: 0,028).
To reduce contact dermatitis risk, workers should use completed PPE during work, and awareness of their personal hygiene, early recognizing of contact dermatitis symptoms and improve supervised the used of PPE and personal hygiene.
References : 43 (1980 – 2010)
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi Dengan Judul
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA BAGIAN PROCESSING DAN FILLING PT. COSMAR INDONESIA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 14 November 2011
Mengetahui,
Iting Shofwati, ST, MKKK M. Farid Hamzens, Msi Pembimbing I Pembimbing II
v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 14 November 2011
Penguji I,
Iting Shofwati, ST, MKKK
Penguji II,
M. Farid Hamzens, Msi
Penguji III,
dr. Rahmania Diandini, MKK
vi
DATA RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Febria Suryani
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Februari 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Nomor Telepon : 08567156252
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. H. Sarmili RT.003 RW.02 No.17.A Pd.Aren Jurang
Tahun Riwayat Pendidikan 2007-Sekarang S1-Kesehatan & Keselamatan Kerja (K3)
Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta 2004-2007 SMA Negeri 47 Jakarta Selatan 2001-2004 SMP Negeri 177 Jakarta Selatan 1995-2001 SD Negeri Cipulir 04 Jakarta Selatan
Pengalaman Organisasi
Tahun Jabatan 2010-2011 Anggota BEMJ Kesehatan Masyarakat Divisi Dana dan
Usaha UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Selatan 2004-2006 Anggota MPK Komisi II SMA Negeri 47 Jakarta Selatan 2001-2003 Anggota OSIS SMP Negeri 177 Jakarta Selatan
vii
KATA PENGANTAR
��� ا ا ���� ا �� ���
ا ��� م ����� ور�� ا و �� �� �
Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan
limpahan rahmat dan nikmat-Nya yang tak terbatas bagi penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan skripsi ini. Shalawat serta salam teruntuk Nabi Muhammad SAW
semoga kelak kita mendapat syafa’at nya.
Skripsi dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Dermatitis
Kontak pada Pekerja Bagian Processing dan Filling PT.Cosmar Indonesia Tangerang
Selatan Tahun 2011” ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini
banyak kesulitan yang dihadapi, tapi dengan bantuan dari berbagai pihak, penulisan
laporan skripsi ini dapat terselesaikan. Maka dari itu pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp. And. ; selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS ; selaku ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
vita, agung, danis, said) makasii atas segala bantuan dan kebaikan kalian selama
kuliah, makasi juga telah membuat hari-hari ebby lebih indah ☺. Especially to
profesor ami (Nur Najmi Laila), thank’s banget mii atas segala bantuan ami dari
ix
mulai magang sampe skripsi, semoga semua kebaikan ami dibalas Allah SWT,
amiin ☺.
4. Sahabat-sahabat Kesmas angkatan 2007 (OPUS) FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, tetap semangat untuk masa depan yang lebih baik!!
5. Dan seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapat balasan yang setimpal
dari Allah Subhanahu Wata’ala. Penulis dengan penuh kesadaran menyadari bahwa
laporan ini masih cacat dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan oleh penulis. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
و ا ��� م ����� ور�� ا و �� �� �
Jakarta, November 2011
Penulis
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................................. i ABSTRAK ............................................................................................................................ ii PERNYATAAN PERSETUJUAN ....................................................................................... iv LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................. v DATA RIWAYAT HIDUP .................................................................................................. vi KATA PENGANTAR .......................................................................................................... vii DAFTAR ISI ......................................................................................................................... x DAFTAR TABEL ................................................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ xiv DAFTAR BAGAN ............................................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ................................................................................................................ 1 1.2.Rumusan Masalah.... ....................................................................................................... 5 1.3.Pertanyaan Penelitian ...................................................................................................... 7 1.4.Tujuan Penelitian ............................................................................................................ 8
1.4.1. Tujuan Umum .................................................................................................... 8 1.4.2. Tujuan Khusus.................................................................................................... 8
1.5.Manfaat Penelitian .......................................................................................................... 9 1.5.1. Bagi Perusahaan ................................................................................................. 9 1.5.2. Bagi Peneliti ....................................................................................................... 9 1.5.3. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan ................................................. 9
1.6.Ruang Lingkup ................................................................................................................ 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi kulit Manusia ................................................................................................... 11 2.2. Dermatitis Kontak .......................................................................................................... 13
2.3. Kosmetik ........................................................................................................................ 23 2.3.1. Bahan Kimia Dalam Kosmetik Penyebab Dermatitis Kontak ............................. 24
2.4. Pengendalian Resiko Paparan Bahan Kimia .................................................................. 31 2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Dermatitis Kontak .............................. 32 2.6. Faktor Langsung ............................................................................................................ 33
2.6.1. Bahan Kimia ........................................................................................................ 33
xi
2.6.2. Lama Kontak ........................................................................................................ 36 2.7. Faktor Tidak Langsung .................................................................................................. 37
2.7.1. Suhu dan Kelembaban ......................................................................................... 37 2.7.2. Masa Kerja ........................................................................................................... 38
2.7.3. Usia ...................................................................................................................... 39 2.7.4. Jenis Kelamin ....................................................................................................... 42 2.7.5. Ras ........................................................................................................................ 43 2.7.6. Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya ................................................................... 44 2.7.7. Personal Hygiene ................................................................................................. 45 2.7.8. Penggunaan Alat Pelindung Diri ......................................................................... 47 2.8. Kerangka Teori............................................................................................................... 51 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1.Kerangka Konsep ............................................................................................................ 52 3.2.Definisi Operasional........................................................................................................ 56 3.3.Hipotesis .......................................................................................................................... 58 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1.Desain Penelitian ............................................................................................................. 59 4.2.Lokasi dan Waktu ........................................................................................................... 59 4.3.Populasi dan Sample ....................................................................................................... 59 4.4.Instrumen Penelitian........................................................................................................ 60 4.5.Jenis Data ........................................................................................................................ 61 4.6.Pengumpulan Data .......................................................................................................... 61 4.7.Pengolahan Data.............................................................................................................. 63 4.8.Analisis Data ................................................................................................................... 64 BAB V HASIL 5.1. Gambaran Umum Perusahaan ........................................................................................ 65 5.1.1. Latar Belakang dan Sejarah PT.Cosmar Indonesia .............................................. 65 5.1.2. Visi dan Misi PT.Cosmar Indonesia .................................................................... 66 5.1.3. Sumber Daya Manusia (SDM) ............................................................................. 66 5.1.4. Bahan Kimia yang Digunakan PT.Cosmar Indonesia ......................................... 67 5.1.5. Proses Kerja Bagian Processing dan Filling PT.Cosmar Indonesia .................... 72 5.2. Analisis Univariat .......................................................................................................... 79 5.2.1. Gambaran Kejadian Dermatitis Kontak ............................................................... 79 5.5.2. Gambaran Faktor Langsung ................................................................................. 79 a. Lama Kontak ..................................................................................................... 80 5.2.3. Gambaran Faktor Tidak Langsung ...................................................................... 80 a. Masa Kerja ........................................................................................................ 81 b. Usia Pekerja ...................................................................................................... 81 c. Jenis Kelamin .................................................................................................... 82 d. Riwayat Penyakit Kulit ..................................................................................... 82 e. Personal Hygiene .............................................................................................. 82 f. Penggunaan APD ............................................................................................... 82
xii
5.3. Analisis Bivariat ............................................................................................................. 83 5.3.1. Hubungan antara Faktor Langsung dengan Kejadian Dermatitis Kontak ........... 83 a. Lama Kontak dengan Kejadian Dermatitis Kontak .......................................... 83 5.3.2. Hubungan antara Faktor Tidak Langsung dengan Kejadian Dermatitis Kontak . 84 a. Masa Kerja dengan Kejadian Dermatitis Kontak .............................................. 85 b. Usia dengan Kejadian Dermatitis Kontak ......................................................... 85 c. Jenis Kelamin dengan Kejadian Dermatitis Kontak ......................................... 86 d. Riwayat Penyakit Kulit dengan Kejadian Dermatitis Kontak .......................... 86 e. Personal Hygiene dengan Kejadian Dermatitis Kontak ................................... 86 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Keterbatasan Penelitian .................................................................................................. 88 6.2. Kejadian Dermatitis Kontak ........................................................................................... 89 6.3. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dermatitis Kontak ....................................... 92 6.3.1. Hubungan antara Faktor Langsung dengan Kejadian Dermatitis Kontak ............ 92 a. Lama Kontak dengan Kejadian Dermatitis Kontak .......................................... 92 6.3.2 Hubungan antara Faktor Tidak Langsung dengan Kejadian Dermatitis Kontak .. 97 a. Masa Kerja dengan Kejadian Dermatitis Kontak .............................................. 97 b. Usia dengan Kejadian Dermatitis Kontak ......................................................... 99 c. Jenis Kelamin dengan Kejadian Dermatitis Kontak ......................................... 102 d. Riwayat Penyakit Kulit dengan Kejadian Dermatitis Kontak .......................... 104 e. Personal Hygiene dengan Kejadian Dermatitis Kontak ................................... 106 f. Penggunaan APD dengan Kejadian Dermatitis Kontak .................................... 108 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan .................................................................................................................... 113 7.2. Saran ............................................................................................................................... 114
xiii
DAFTAR TABEL
No.Tabel Halaman
2.1. Iritan Primer ................................................................................................................. 34 3.1. Definisi Operasional .................................................................................................... 56 5.1. Distribusi SDM PT.Cosmar Indonesia ........................................................................ 67 5.2. List Bahan Kimia yang Digunakan PT.Cosmar Indonesia ......................................... 67 5.3. Distribusi Kejadian Dermatitis Kontak ....................................................................... 79 5.4. Distribusi Faktor Langsung (Lama Kontak) ................................................................ 80 5.5. Distribusi Faktor Tidak Langsung (Masa Kerja, Usia) ............................................... 81 5.6. Distribusi Faktor Tidak Langsung (Jenis Kelamin, Riwayat Penyakit Kulit,
Personal Hygiene, Penggunaan APD) ......................................................................... 81 5.7. Distribusi Faktor Langsung (Lama Kontak) dengan Kejadian Dermatitis Kontak ..... 83 5.8. Distribusi Faktor Tidak Langsung (Masa Kerja, Usia) dengan Kejadian Dermatitis
Kontak.......................................................................................................................... 84 5.9. Distribusi Faktor Tidak Langsung (Jenis Kelamin, Riwayat Penyakit Kulit,
Personal Hygiene, Penggunaan APD) dengan Kejadian Dermatitis Kontak .............. 85
xiv
DAFTAR GAMBAR
No.Gambar Halaman
2.1. Anatomi Kulit Manusia ............................................................................................... 11 2.2. Dermatitis pada Tangan ............................................................................................... 20 2.3. Dermatitis pada Wajah ................................................................................................ 20 2.4. Dermatitis pada Lengan ............................................................................................... 21 2.5. Dermatitis pada Kaki ................................................................................................... 21 2.6. Dermatitis pada Badan ................................................................................................. 22 2.7. Dermatitis pada Leher.................................................................................................. 22 2.8. Cara Mencuci Tangan dengan Sabun dan Air ............................................................. 46 2.9. Alat Pelindung Pernapasan .......................................................................................... 48 2.10. Alat pelindung Tangan ................................................................................................ 48 2.11. Alat Pelindung Kaki .................................................................................................... 49 2.12. Pakaian Pelindung ....................................................................................................... 49
xv
DAFTAR BAGAN
No.Bagan Halaman
2.1. Kerangka Teori ............................................................................................................ 51 3.1. Kerangka Konsep......................................................................................................... 53 5.1. Alur Proses Pembuatan Kosmetik ............................................................................... 72 5.2. Alur Proses Kerja Pembuatan Dry ............................................................................... 74 5.3. Alur Proses Kerja Pembuatan Lipstik.......................................................................... 75 5.4. Alur Proses Kerja Pembuatan Liquid .......................................................................... 76 5.5. Alur Proses Kerja Filling Dry ..................................................................................... 77 5.6. Alur Proses Kerja Filling Lipstik ................................................................................ 78 5.7. Alur Proses Kerja Filling Liquid ................................................................................. 78
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Pengantar Izin Penelitian
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Kuesioner penelitian
Lampiran 4 Hasil Analisis Univariat
Lampiran 5 Hasil Analisis Bivariat
Lampiran 6 Foto
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit kulit akibat kerja (occupational dermatoses) merupakan suatu
peradangan kulit yang diakibatkan oleh suatu pekerjaan seseorang. Dermatitis kontak
merupakan 50% dari semua Penyakit Akibat Kerja terbanyak yang bersifat nonalergi
atau iritan (Kosasih, 2004). Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh
bahan atau substansi yang menempel pada kulit. Dikenal dua jenis dermatitis kontak,
yaitu dermatitis kontak iritan yang merupakan respon nonimunologi dan dermatitis
kontak alergik yang diakibatkan oleh mekanisme imunologik spesifik. Keduanya dapat
bersifat akut maupun kronis (Djuanda, 2007 ). Penyakit ini ditandai dengan peradangan
kulit polimorfik yang mempunyai ciri – ciri yang luas, meliputi : rasa gatal, eritema
(kemerahan), endema (bengkak), papul (tonjolan padat diameter kurang dari 55mm),
vesikel (tonjolan berisi cairan diameter lebih dari 55mm), crust dan skuama (Freedberg,
2003).
Penelitian survailance di Amerika menyebutkan bahwa 80% penyakit kulit
akibat kerja adalah dermatitis kontak. Di antara dermatitis kontak, dermatitis kontak
iritan menduduki urutan pertama dengan 80% dan dermatitis kontak alergi menduduki
urutan kedua dengan 14%-20% (Taylor et al, 2008). Data dari United Stases Bureau of
Labor Statistict Annual Survey of Occupational Injuries and Illnesses pada tahun 1988,
didapatkan 24 % kasus penyakit akibat kerja adalah kelainan atau penyakit kulit. Data di
2
Inggris menunjukan bahwa dari 1,29 kasus/1000 pekerja merupakan dermatitis akibat
kerja. Apabila ditinjau dari jenis penyakit kulit akibat kerja, maka lebih dari 95 %
merupakan dermatitis kontak (Djunaedi dan Lokananta, 2003).
Di Indonesia prevalensi dermatitis kontak sangat bervariasi. Menurut Perdoski
(2009) Sekitar 90% penyakit kulit akibat kerja merupakan dermatitis kontak, baik iritan
maupun alergik. Penyakit kulit akibat kerja yang merupakan dermatitis kontak sebesar
92,5%, sekitar 5,4% karena infeksi kulit dan 2,1% penyakit kulit karena sebab lain. Pada
studi epidemiologi, Indonesia memperlihatkan bahwa 97% dari 389 kasus adalah
dermatitis kontak, dimana 66,3% diantaranya adalah dermatitis kontak iritan dan 33,7%
adalah dermatitis kontak alergi (Hudyono, 2002).
Pada sub bagian alergi imunologi Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta, insiden dermatitis kontak akibat kerja sebesar
50 kasus per tahun atau 11,9% dari seluruh dermatitis kontak. Di Jawa Tengah,
Prevalensi dermatitis kontak akibat kerja (DKAK) pada pekerja mebel sebesar 4,62%
dengan proporsi DKI akibat kerja sebesar 23,53% (Perdoski, 2009). Diagnosis dermatitis
kontak ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan klinis, dan tes kulit berupa patch test
(Orton dan Wilkinson, 2004).
Beberapa penelitian menunjukan bahwa penyakit dermatitis kontak merupakan
penyakit yang lazim terjadi pada pekerja-pekerja yang berhubungan dengan bahan kimia
dan panas, serta faktor mekanik sebagai gesekan, tekanan dan trauma. Beberapa jenis
dermatitis kontak seperti dermatitis kontak iritan disebabkan oleh bahan iritan absolut
seperti asam basa, basa kuat, logam berat dan konsentrasi kuat dan bahan relatif iritan,
misalnya sabun, deterjen dan pelarut organik, sedangkan jenis dermatitis lain adalah
3
dermatitis kontak alergi biasanya disebabkan oleh paparan bahan-bahan kimia atau
lainnya yang meninggalkan sensitifitas kulit (Erliana, 2008).
Bila dihubungkan dengan jenis pekerjaan, dermatitis kontak dapat terjadi pada
hampir semua pekerjaan. Biasanya penyakit ini menyerang pada orang-orang yang
sering berkontak dengan bahan-bahan yang bersifat toksik maupun alergik, misalnya
ibu rumah tangga, petani dan pekerja yang berhubungan dengan bahan-bahan kimia dan
lain-lain (Orton dan Wilkinson, 2004). Bahan-bahan yang bersifat toksik maupun alergik
yang merupakan penyebab dari dermatitis kontak diantaranya senyawa kimia, tanaman,
obat-obatan yang terkandung dalam krim kulit, zat kimia yang digunakan dalam
pengolahan pakaian dan kosmetik (Putra, 2008). Pekerja pembuat kosmetik juga
beresiko besar menderita penyakit dermatitis kontak, karena dalam proses
pembuatannya berhubungan dengan bahan-bahan kimia.
Berdasarkan data penelitian di Indonesia pada tahun 1985 yang dilakukan di 14
Balai Hiperkes dilaporkan 90% penyakit kulit akibat kerja di Indonesia adalah dermatitis
kontak akibat bahan kimia (Cahyono, 2004). Salah satu penyebab dematitis kontak
adalah bahan kimia yang sering digunakan dalam industri, seperti salah satu perusahaan
industri pembuatan kosmetik yang banyak mengunakan bahan-bahan kimia. Bahan-
bahan tersebut dapat mengakibatkan kelainan kulit pada pekerja yang berkontak
langsung dalam proses pembuatannya.
Bahan kimia dalam kosmetik yang berpotensi menimbulkan gangguan pada kulit
cetyl alcohol, propylene glycol, isopropyl alcohol, sodium hydroxine dan sodium
lauryl ether sulfate.
2.6.2 Lama Kontak
Lama kontak merupakan jangka waktu pekerja berkontak dengan bahan
kimia dalam hitungan jam/hari. Lama kontak antar pekerja berbeda-beda, sesuai
dengan proses pekerjaannya. Lama kontak mempengaruhi kejadian dermatitis
kontak akibat kerja. Lama kontak dengan bahan kimia akan meningkatkan terjadinya
dermatitis kontak akibat kerja. Semakin lama kontak dengan bahan kimia, maka
peradangan atau iritasi kulit dapat terjadi sehingga menimbulkan kelainan kulit
(Fatma, 2007). Menurut Hudyono (2002), kontak kulit dengan bahan kimia yang
37
bersifat iritan atau alergen secara terus menerus dengan durasi yang lama, akan
menyebabkan kerentanan pada pekerja mulai dari tahap ringan sampai tahap berat.
Pekerja yang berkontak dengan bahan kimia menyebabkan kerusakan sel
kulit lapisan luar, semakin lama berkontak maka semakin merusak sel kulit lapisan
yang lebih dalam dan memudahkan untuk terjadinya penyakit dermatitis.
Pengendalian risiko, yaitu dengan cara membatasi jumlah dan lama kontak yang
terjadi perlu dilakukan. Misalnya seperti upaya pengendalian lama kontak dengan
bahan kimia dengan menggunakan terminologi yang bervariasi seperti Occupational
Exposure Limits (OELs) atau Threshold Limit Values (TLVs) yang dapat diterapkan
bagi pekerja yang melakukan kontak dengan bahan kimia selama rata-rata 8 jam per
hari (Agius R, 2006).
Berdasarkan penelitian Lestari, Fatma (2007) pada pekerja PT. Inti Pantja
Press Industri, didapatkan hasil bahwa adanya hubungan yang bermaka antara lama
kontak dengan kejadian dermatitis kontak dengan P Value sebesar 0,003.
Berdasarkan penelitian tersebut kejadian dermatitis paling sering terjadi pada
responden dengan lama kontak 8 jam dengan 13 responden (92,8%) untuk dermatitis
kontak akut, 20 responden (95,2%) sub akut, dan 5 responden (100%) kronis.
2.7 Faktor Tidak Langsung
2.7.1 Suhu dan Kelembaban
Bila bahaya di lingkungan kerja tidak di antisipasi dengan baik akan terjadi
beban tambahan bagi pekerja. Lingkungan kerja terdapat beberapa potensial bahaya
yang perlu diperhatikan seperti kelembaban udara dan suhu udara. Kelembaban
udara dan suhu udara yang tidak stabil dapat mempengaruhi terjadinya dermatitis
kontak. Kelembaban rendah menyebabkan pengeringan pada epidermis.
38
Semua bahan penyebab dermatitis kontak iritan seperti basa kuat dan asam
kuat, sabun, detergen dan bahan kimia organik lainnya jika diperberat dengan
turunnya kelembaban dan naiknya suhu lingkungan kerja dapat mempermudah
terjadinya dermatitis kontak iritan bila berkontak dengan kulit. Bila kelembaban
udara turun dan suhu lingkungan naik dapat menyebabkan kekeringan pada kulit
sehingga memudahkan bahan kimia untuk mengiritasi kulit dan kulit menjadi lebih
mudah terkena dermatitis.
Berdasarkan pada rekomendasi NIOSH (1999) tentang kriteria untuk nyaman,
suhu udara di dalam ruangan yang dapat diterima adalah berkisar antara 20-24 oC
untuk musim dingin dan 23-28 oC untuk musim panas dengan kelembaban 35-65 oC.
Sebagai bahan pertimbangan, dimana Indonesia merupakan daerah tropis yang
mempunyai suhu yang lebih panas dan kelembaban yang lebih tinggi rekomendasi
NIOSH (1999) perlu dikoreksi apabila diterapkan di daerah tropis. Maka berdasarkan
penelitian untuk ruangan ber-AC dianjurkan suhu antara 24-26 oC atau perbedaan
antara suhu di dalam dan diluar ruangan tidak lebih dari 5 oC (NIOSH, 1999).
2.7.2 Masa Kerja
Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang telah terpajan
dengan bahan kimia. Masa kerja merupakan jangka waktu pekerja mulai terpajan
dengan bahan kimia sampai waktu penelitian. Menurut Handoko (1992) lama bekerja
adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja di suatu tempat,
sedangkan menurut Tim penyusun KBBI (1992) lama bekerja adalah lama waktu
untuk melakukan suatu kegiatan atau lama waktu seseorang sudah bekerja.
Masa kerja mempengaruhi kejadian dermatitis kontak akibat kerja. Semakin
lama masa kerja seseorang, semakin sering pekerja terpajan dan berkontak dengan
39
bahan kimia. Lamanya pajanan dan kontak dengan bahan kimia akan meningkatkan
terjadinya dermatitis kontak akibat kerja. Suma’mur (1996) menyatakan bahwa
semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar
bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. Pekerja yang lebih lama
terpajan dan berkontak dengan bahan kimia menyebabkan kerusakan sel kulit bagian
luar, semakin lama terpajan maka semakin merusak sel kulit hingga bagian dalam
dan memudahkan untuk terjadinya penyakit dermatitis (Fatma, 2007).
Hubungan dermatitis kontak dengan masa kerja terlihat dalam beberapa
penelitian terdahulu, yaitu:
1. Trihapsoro (2008) telah melakukan penelitian pada pekerja industri batik di
Surakarta, pekerja dengan masa kerja ≥1 tahun lebih banyak menderita
dermatosis daripada yang masa kerjanya <1.
3. Penelitian Erliana (2008) pada pekerja CV. F Loksumawe didapatkan hasil
bahwa adanya hubungan yang bermaka antara masa kerja dengan kejadian
dermatitis kontak dengan P Value sebesar 0,018. Pada penelitian ini diketahui
pekerja yang memiliki masa kerja ≥ 5 tahun sebanyak 61,5% yang menderita
dermatitis, sedangkan pekerja dengan masa kerja < 5 tahun yaitu hanya 18,8 %.
4. Penelitian Suryani (2008) pada pekerja pencuci botol, didapatkan hasil bahwa
pada pekerja yang masa kerjanya ≤ 1 tahun terdapat 12 orang yang mengalami
dermatitis dan pekerja yang masa kerjanya ≥ 2 tahun sebanyak 15 orang yang
mengalami dermatitis.
2.7.3 Usia
Usia merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari individu.
Selain itu usia juga merupakan salah satu faktor yang dapat memperparah terjadinya
40
dermatitis kontak. Pada beberapa literatur menyatakan bahwa kulit manusia
mengalami degenerasi seiring bertambahnya usia. Sehingga kulit kehilangan lapisan
lemak diatasnya dan menjadi lebih kering. Kekeringan pada kulit ini memudahkan
bahan kimia untuk menginfeksi kulit, sehingga kulit menjadi lebih mudah terkena
dermatitis (Cohen, 1999). Kondisi kulit mengalami proses penuaan mulai dari usia
40 tahun. Pada usia tersebut, sel kulit lebih sulit menjaga kelembapannya karena
menipisnya lapisan basal. Produksi sebum menurun tajam, hingga banyak sel mati
yang menumpuk karena pergantian sel menurun (HSE, 2000).
Pada dunia industri usia pekerja yang lebih tua menjadi lebih rentan terhadap
bahan iritan. Seringkali pada usia lanjut terjadi kegagalan dalam pengobatan
dermatitis kontak, sehingga timbul dermatitis kronik (Cronin, 1980). Dapat dikatakan
bahwa dermatitis kontak akan lebih mudah menyerang pada pekerja dengan usia
yang lebih tua. Menurut Djuanda (2007) anak dibawah 8 tahun dan usia lanjut lebih
mudah teriritasi. Namun pada beberapa penelitian terdahulu pekerja dengan usia
yang lebih muda justru lebih banyak yang terkena dermatitis kontak.
Pekerja yang lebih muda biasanya ditempatkan pada area yang langsung
berhubungan dengan bahan kimia dibandingkan pekerja yang tua. Pekerja muda juga
memiliki kecenderungan untuk tidak menghargai keselamatan dan kebersihan,
sehingga berpotensi terkena kontak dengan bahan kimia. Selain itu pekerja yang
lebih tua biasanya lebih banyak memilki pengalaman. Hal ini berbanding terbalik
dengan kondisi kulit mereka (HSE, 2000).
Menurut NIOSH (2006) dari sisi usia, umur 15-24 tahun merupakan usia
dengan insiden penyakit kulit akibat kerja tertinggi. Hal tersebut disebabkan
pengalaman yang masih sedikit dan kurangnya pemahaman mengenai kegunaan alat
41
pelindung diri. Sedangkan menurut Erliana (2008) dalam konteks determinan
kejadian dermatitis kontak berdasarkan usia dapat menyerang semua kelompok usia,
artinya usia bukan merupakan faktor resiko utama terhadap paparan bahan-bahan
penyebab dermatitis kontak, sedangkan dari perbandingan penelitian cenderung
didominasi oleh usia pekerja dalam suatu perusahaan bukan dari aspek makin lama
usia hidupnya menyebabkan resiko terhadap terjadinya dermatitis kontak.
Hubungan antara kejadian dermatitis dengan umur, dapat terlihat dari
beberapa penelitian terdahulu, yaitu:
1. Pada penelitian Dinny Suryani di LPA Benowo Surabaya terdapat hubungan
yang signifikan antara usia dengan kejadian dermatitis.
2. Trihapsoro (2003) pada pasien rawat jalan RSUP H. Adam Malik Medan dengan
diagnosis dermatitis kontak alergik, berdasarkan penelitian tersebut diperoleh
hasil kelompok usia tertinggi pada perempuan adalah 31-40 tahun (17,5%) dan
pada laki-laki adalah 61-70 tahun (12,5%). Kelompok usia terendah pada
perempuan adalah 10-20 tahun dan 41-50 tahun (masing-masing 12,5%) dan
pada laki-laki 21-30 tahun dan 41-50 tahun (masing-masing 5,0%).
3. Lestari, Fatma (2007) pada pekerja PT. Inti Pantja Press Industri, berdasarkan
hasil analisis hubungan antara usia pekerja dengan kejadian dermatitis diperoleh
sebanyak 26 pekerja yang berusia ≤ 30 tahun terkena dermatitis kontak dan
untuk pekerja yang berusia > 30 tahun yang terkena dermatitis kontak sekitar 13
orang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pekerja muda lebih beresiko terkena
dermatitis kontak.
42
4. Penelitian Anissa (2010) pada pekerja pengolahan sampah juga didapatkan hasil
bahwa pekerja berusia ≤ 31 tahun lebih banyak mengalami dermatitis kontak
dibanding pekerja berusia > 31 tahun.
2.7.4 Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan
dilihat dari segi nilai dan tingkah laku (Webster’s New World Dictionary). Dalam hal
penyakit kulit perempuan dikatakan lebih berisiko mendapat penyakit kulit
dibandingkan dengan pria. Berdasarkan Aesthetic Surgery Journal terdapat
perbedaan antara kulit pria dengan wanita, perbedaan tersebut terlihat dari jumlah
folikel rambut, kelenjar sebaceous atau kelenjar keringat dan hormon. Kulit pria
mempunyai hormon yang dominan yaitu androgen yang dapat menyebabkan kulit
pria lebih banyak berkeringat dan ditumbuhi lebih banyak bulu, sedangkan kulit
wanita lebih tipis daripada kulit pria sehingga lebih rentan terhadap kerusakan kulit.
Kulit pria juga memiliki kelenjar aprokin yang tugasnya meminyaki bulu tubuh dan
rambut, kelenjar ini bekerja aktif saat remaja, sedangkan pada wanita seiring
bertambahnya usia, kulit akan semakin kering.
Dibandingkan dengan pria, kulit wanita memproduksi lebih sedikit minyak
untuk melindungi dan menjaga kelembapan kulit, selain itu juga kulit wanita lebih
tipis daripada kulit pria sehingga lebih rentan untuk menderita penyakit dermatitis,
terlihat dari beberapa penelitian, yaitu :
1. Trihapsoro, Iwan (2003) pada pasien rawat jalan RSUP Haji Adam Malik
Medan, berdasarkan jenis kelamin yang menderita dermatitis kontak terbanyak
adalah perempuan yaitu 72,5% sedangkan laki-laki hanya 27,5%.
43
2. Mahadi (1991-1992) melaporkan penderita dermatitis kontak alergik pada
praktek klinik swasta di Medan 72,73% adalah perempuan dan 27,27% laki-laki.
3. Nasution dkk di RS Dr Pirngadi Medan tahun 1992 perempuan 63,79% dan laki-
laki 36,21%. Tahun 1993 perempuan 67,19% dan laki-laki 32,18%. Tahun 1993
perempuan 67,19% dan laki-laki 32,81%. Tahun 1994 perempuan 71,43% dan
laki-laki 28,57%. Terlihat adanya peningkatan persentase penderita perempuan
dari tahun 1992, 1993, 1994.
4. Villafuerte dan Palmero (2001) dari Filipina melaporkan dari tahun 1996- 2001
pada 267 pasien yang dilakukan uji tempel 71,4% adalah perempuan dan 28,6%
laki-laki.
2.7.5 Ras
Faktor individu yang meliputi jenis kelamin, ras dan keturunan merupakan
pendukung terjadinya dermatitis kerja (HSE, 2000). Ras Manusia adalah
karakteristik luar yang diturunkan secara genetik dan membedakan satu kelompok
dari kelompok lainnya. Bila dikaitkan dengan penyakit dermatitis, ras merupakan
salah satu faktor yang ikut berperan untuk terjadinya dermatitis (Djuanda, 2007).
Ras dalam hubungannya dengan dermatitis terlihat dari warna kulit. Setiap
individu mempunyai warna kulit yang berbeda berdasarkan ras-nya masing-masing.
Menurut Djuanda kulit putih lebih rentan terkena dermatitis dibandingkan dengan
kulit hitam. Orang berkulit hitam lebih tahan terhadap lingkungan industri karena
kulitnya kaya akan melanin. Melanin merupakan pigmen kulit yang berfungsi
sebagai proteksi atau perlindungan kulit (Djuanda, 2007).
Sel pembentukan pigmen (melanosit), terletak di lapisan basal dan sel ini
berasal dari rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal dengan melanosit adalah 10 : 1.
44
Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya butiran pigmen (melanosomes)
menentukan warna kulit ras maupun individu. Melanosit turut berperan dalam
melindungi kulit dari pengaruh sinar matahari maupun gangguan fisis, mekanis dan
kimiawi seperti zat kimia (Djuanda, 2007).
2.7.6 Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya
Dalam melakukan diagnosis dermatitis kontak dapat dilakukan dengan
berbagai cara diantaranya adalah dengan melihat sejarah dermatologi termasuk
riwayat keluarga, aspek pekerjaan atau tempat kerja, sejarah alergi (misalnya alergi
terhadap obat-obatan tertentu), dan riwayat penyakit sebelumnya (Putra, 2008).
Pekerja yang sebelumnya atau sedang menderita penyakit kulit akibat kerja lebih
mudah mendapat dermatitis akibat kerja, karena fungsi perlindungan dari kulit sudah
berkurang akibat dari penyakit kulit yang diderita sebelumnya. Fungsi perlindungan
yang dapat menurun antara lain hilangnya lapisan-lapisan kulit, rusaknya saluran
kelenjar keringat dan kelenjar minyak serta perubahan pH kulit (Djuanda, 2007).
Umumnya pekerja di Indonesia telah bekerja pada lebih dari satu tempat
kerja. Hal ini memungkinkan ada pekerja yang telah menderita penyakit dermatitis
pada pekerjaan sebelumnya dan terbawa ke tempat kerja yang baru. Para pekerja
yang pernah menderita dermatitis merupakan kandidat utama terkena dermatitis. Hal
ini karena kulit pekerja tersebut sensitif terhadap bahan kimia. Jika terjadi inflamasi
terhadap bahan kimia, maka kulit akan lebih mudah teriritasi sehingga akan lebih
mudah terkena dermatitis (Cohen, 1999).
Berdasarkan penelitian Lestari, Fatma (2007) pada pekerja di PT Inti Pantja
Press Industri, diketahui kejadian dermatitis kontak pada responden yang tidak
mempunyai riwayat penyakit kulit sebelumnya sebesar 44,4%, sedangkan responden
45
yang mempunyai penyakit kulit sebelumnya sebesar 57,7%. Hal tersebut
menunjukan bahwa riwayat penyakit kulit sebelumnya berhubungan dengan
timbulnya penyakit dermatitis kontak.
2.7.7 Personel Hygiene
Kebersihan Perorangan adalah konsep dasar dari pembersihan, kerapihan dan
perawatan badan kita. Sangatlah penting untuk pekerja menjadi sehat dan selamat
ditempat kerja. Kebersihan perorangan pekerja dapat mencegah penyebaran kuman
dan penyakit, mengurangi paparan pada bahan kimia dan kontaminasi, dan
melakukan pencegahan alergi kulit, kondisi kulit dan sensitifitas terhadap bahan
kimia. Kebersihan perorangan yang dapat mencegah terjadinya dermatitis kontak
antara lain:
1. Mencuci tangan
Personal hygiene dapat digambarkan melalui kebiasaan mencuci tangan,
karena tangan adalah anggota tubuh yang paling sering kontak dengan bahan
kimia. Kebiasaan mencuci tangan yang buruk justru dapat memperparah kondisi
kulit yang rusak. Kebersihan pribadi merupakan salah satu usaha pencegahan
dari penyakit kulit tapi hal ini juga tergantung fasilitas kebersihan yang
memadai, kualitas dari pembersih tangan dan kesadaran dari pekerja untuk
memanfaatkan segala fasilitas yang ada (Cohen, 1999).
Mencuci tangan bukan hanya sekedar megunakan sabun dan membilasnya
dengan air, tetapi mencuci tangan memiliki prosedur juga agar tangan kita
benar-benar dikatakan bersih. Kesalahan dalam mencuci tangan ternyata dapat
menjadi salah satu penyebab dermatitis, misalnya kurang bersih dalam mencuci
tangan dan kesalahan dalam pemilihan jenis sabun yang dapat menyebabkan
46
masih terdapatnya sisa-sisa bahan kimia yang menempel pada permukaan kulit,
dan kebiasaan tidak mengeringkan tangan setelah selesai mencuci tangan yang
dapat menyebabkan tangan menjadi lembab. Oleh karena itu World Health
Organization (2005) merekomendasikan cara mencuci tangan yang baik, yaitu
minimal menggunakan air dan sabun. Cara mencuci tangan yang baik dapat
terlihat dalam gambar berikut ini.
Gambar 2.8
Cara Mencuci Tangan dengan Sabun dan Air
Mencuci tangan yang baik dan benar dapat mencegah terjadinya dermatitis
kontak karena dapat menghilangkan zat-zat kimia yang menempel pada kulit
ketika selesai melakukan pekerjaan yang berkontak dengan zat.
2. Mencuci Pakaian
Kebersihan pakaian kerja juga perlu diperhatikan. Sisa bahan kimia yang
menempel di baju dapat menginfeksi tubuh bila dilakukan pemakaian berulang
kali. Baju kerja yang telah terkena bahan kimia akan menjadi masalah baru bila
dicuci di rumah. Karena apabila pencucian baju dicampur dengan baju anggota
keluarga lainnya maka keluarga pekerja juga akan terkena dermatitis. Sebaiknya
47
baju pekerja dicuci setelah satu kali pakai atau minimal dicuci sebelum dipakai
kembali (Hipp, 1985).
Personal Hygiene merupakan salah satu faktor penyebab dermatitis, hal ini
dapat terlihat dalam penelitian sebelumnya, yaitu:
1. Berdasarkan penelitian Metty Carina pada pekerja pengangkut sampah kota
Palembang tahun 2008, menunjukkan bahwa ada hubungan hygiene pribadi
dengan kejadian dermatitis pada pekerja pengangkut sampah.
2. Penelitian Lestari, Fatma pada pekerja di PT IPPI terdapat 29 orang yang
memiliki personal hygiene kurang mengalami dermatitis, dan 10 orang yang
mengalami dermatitis kontak walaupun memiliki personal hygiene yang baik.
2.7.8 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang harus
digunakan oleh pekerja apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya.
Semua tempat yang dipergunakan untuk menyimpan, memproses dan membuang
bahan kimia dapat dikategorikan sebagai tempat kerja yang berbahaya. Perusahaan
wajib menyediakan APD sesuai dengan potensi bahaya yang ada (Cahyono AB,
2004).
Penggunaan APD salah satu cara untuk mencegah terjadinya dermatitis
kontak, karena dengan mengunakan APD dapat terhindar dari cipratan bahan kimia
dan menghindari kontak langsung dengan bahan kimia. Berikut merupakan jenis alat
pelindung diri yang perlu digunakan pada pekerjaan yang berhubungan dengan
bahan kimia, yaitu:
48
1. Alat Pelindung Pernafasan
Merupakan alat yang berfungsi untuk melindungi pernafasan terhadap gas,
uap, debu, atau udara yang terkontaminasi di tempat kerja yang bersifat racun,
korosi maupun rangsangan. Alat pelindung pernafasan dapat berupa masker
yang berguna mengurangi debu atau partikel-partikel yang lebih besar yang
masuk kedalam pernafasan.
Gambar 2.9
Alat Pelindung Pernapasan
2. Alat Pelindung Tangan
Alat ini berguna untuk melindungi tangan dari bahan-bahan kimia, benda-benda
tajam, benda panas atau dingin dan kontak arus listrik. Alat pelindung ini dapat
terbuat dari karet, kulit, dan kain katun. Sarung tangan untuk kontak dengan
bahan kimia terbuat dari vinyl dan neoprene dan bentuknya menutupi lengan.
Gambar 2.10
Alat Pelindung Tangan
49
6. Alat Pelindung Kaki
Alat ini berguna untuk melindungi kaki dari benda-benda tajam, larutan kimia,
benda panas dan kontak listrik.
Gambar 2.11
Alat Pelindung Kaki
7. Pakaian Pelindung
Alat ini berguna untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuh dari percikan api,
panas, dingin, cairan kimia dan oli, Bahan dapat terbuat dari kain drill, kulit,
plastik, asbes atau kain yang dilapisi aluminium.
Gambar 2.12
Pakaian Pelindung
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting untuk melindungi
tubuh dari bahaya pekerjaan yang dapat mengakibatkan penyakit atau kecelakaan
50
kerja. Agar terhindar dari cipratan bahan kimia dan menghindari kontak langsung
dengan bahan kimia perlu menggunakan APD seperti pakaian pelindung, sarung
tangan, masker dan safety shoes. Penggunaan APD salah satu cara untuk mencegah
terjadinya dermatitis kontak, seperti pada beberapa penelitian dibawah ini :
1. Erliana (2008) pada pekerja percetakan paving blok, menunjukan bahwa pekerja
yang tidak menggunakan APD 87,5% menderita dermatitis kontak dibandingkan
dengan pekerja yang menggunakan APD hanya 19%.
2. Suryani (2008), didapatkan hasil sebanyak 23 orang yang mengalami dermatitis
kontak dari 30 orang yang tidak menggunakan APD yang lengkap. Sedangkan
pekerja yang menggunakan APD lengkap yang mengalami dermatitis kontak
hanya sebanyak 4 orang dari 16 orang.
51
2.8 Kerangka Teori
Berdasarkan Teori Gilles L, Evan R, Farmer dan Atoniette F (1990), Djuanda
(2007), Rietschel (1985), Cohen E David (1999) dan Fredberg I.M, et all (2003)
mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya dermatitis kontak, maka
didapatkan kerangka teori sebagai berikut :
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Kejadian Dermatitis Kontak
Faktor Langsung - Bahan kimia (ukuran molekul,
daya larut dan konsentrasi) - Lama kontak
Faktor Tidak Langsung - Suhu - Kelembaban - Masa kerja - Usia
- Jenis kelamin - Ras - Riwayat penyakit kulit
sebelumnya - Personal hygiene - Penggunaan APD
52
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini mengacu kepada teori-teori dari para ahli (Gilles L,
Evan R, Farmer dan Atoniette F (1990), Djuanda (2007), Rietschel (1985), Cohen E
David (1999) dan Fredberg I.M, et all (2003)). Berdasarkan teori yang ada, faktor-
faktor yang menyebabkan terjadinya dermatitis yaitu faktor langsung (bahan kimia
(ukuran molekul, daya larut dan konsentrasi) dan lama kontak) dan faktor tidak
langsung (suhu, kelembaban, masa kerja, usia, jenis kelamin, ras, riwayat penyakit
kulit sebelumnya, personal hygiene dan penggunaan APD). Namum pada penelitian
ini terdapat beberapa variabel yang tidak diteliti, antara lain :
1. Variabel bahan kimia (ukuran molekul, daya larut dan konsentrasi) tidak diteliti
karena homogen. Setiap pekerja terpapar dengan bahan kimia yang sama saat
proses pembuatan kosmetik, sehingga variabel tersebut tidak diteliti.
2. Variabel suhu dan kelembaban tidak diteliti karena homogen. Semua responden
bekerja pada lingkungan dengan suhu dan kelembaban yang sama, sehingga
variabel tersebut tidak diteliti.
3. Variabel ras tidak diteliti karena homogen. Semua responden mempunyai ras
dengan warna kulit yang sama.
Kerangka konsep terdiri dari variabel terikat (dependen) dan variabel bebas
(independen). Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah lama
kontak, sedangkan variabel dependen adalah kejadian dermatitis kontak dengan
53
melibatkan faktor confounding yaitu masa kerja, usia, jenis kelamin, riwayat
penyakit kulit sebelumnya, personal hygiene, dan penggunaan APD,
Variabel Independen Variabel Dependen
Faktor Confounding
Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Variabel yang diteliti :
1. Lama kontak
Lama kontak mempengaruhi kejadian dermatitis kontak akibat kerja. Lama
kontak merupakan jangka waktu pekerja berkontak dengan bahan kimia dalam
hitungan jam/hari. Pekerja yang lebih lama berkontak dengan bahan kimia
menyebabkan kerusakan sel kulit lapisan luar, semakin sering berkontak maka
semakin merusak sel kulit lapisan yang lebih dalam dan memudahkan untuk
terjadinya penyakit dermatitis.
Kejadian
Dermatitis Kontak
Faktor Langsung :
- Lama kontak
Faktor Tidak Langsung :
- Masa kerja - Usia - Jenis kelamin - Riwayat penyakit kulit
sebelumnya - Personal hygiene - Penggunaan APD
54
2. Masa kerja
Masa kerja mempengaruhi kejadian dermatitis kontak akibat kerja. Semakin
lama masa kerja seseorang, semakin sering pekerja terpajan dan berkontak
dengan bahan kimia. Lamanya pajanan dan kontak dengan bahan kimia akan
meningkatkan terjadinya dermatitis kontak akibat kerja. Pekerja yang lebih lama
terpajan dan berkontak dengan bahan kimia menyebabkan kerusakan sel kulit
bagian luar, semakin lama terpajan maka semakin merusak sel kulit hingga
bagian dalam dan memudahkan untuk terjadinya penyakit dermatitis.
3. Usia
Usia merupakan salah satu faktor resiko yang dapat memperparah terjadinya
dermatitis kontak, karena kulit manusia mengalami degenerasi seiring
bertambahnya usia, terutama dari sisi ketebalan lapisan kulit, fungsi kelenjar
ekrin dan holokrin. Sehingga kulit kehilangan lapisan lemak diatasnya dan
menjadi lebih kering. Kekeringan dan menipisnya lapisan kulit ini memudahkan
proses bahan kimia untuk mengiritasi dan atau proses sensitisasi kulit. Sehingga
pada kulit usia lanjut lebih mudah terkena dermatitis.
4. Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
dermatitis kontak. Berdasarkan Aesthetic Surgery Journal terdapat perbedaan
antara kulit pria dengan wanita, perbedaan tersebut terlihat dari jumlah folikel
rambut, kelenjar keringat dan hormon. Kulit wanita memproduksi lebih sedikit
minyak untuk melindungi dan menjaga kelembapan kulit sehingga lebih kering
daripada pria, selain itu juga kulit wanita lebih tipis daripada kulit pria sehingga
lebih rentan untuk menderita penyakit dermatitis.
55
5. Riwayat penyakit kulit sebelumnya
Pekerja yang sebelumnya atau sedang menderita non dermatitis akibat kerja
lebih mudah mendapat dermatitis akibat kerja, karena fungsi perlindungan dari
kulit sudah berkurang akibat dari penyakit kulit yang diderita sebelumnya.
Fungsi perlindungan yang dapat menurun antara lain hilangnya lapisan-lapisan
kulit, rusaknya saluran kelenjar keringat dan kelenjar minyak serta perubahan
pH kulit.
6. Personal hygiene
Kebersihan perorangan seperti mencuci tangan yang baik dan benar dapat
mencegah terjadinya dermatitis kontak karena dapat menghilangkan dan
menetralkan pH dari zat-zat kimia yang menempel pada kulit ketika selesai
melakukan pekerjaan yang berkontak dengan zat. Perusahaan sudah membuat
peraturan untuk menjaga kebersihan diri selama bekerja, terdapat pula aturan
untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah memasuki ruangan produksi, akan
tetapi semua tergantung dari perilaku pekerjanya masing-masing.
7. Penggunaan APD
Penggunaan APD salah satu cara untuk mencegah terjadinya dermatitis kontak,
karena dengan mengunakan APD dapat menghindari pajanan langsung dari
bahan kimia. Perusahaan telah menyediakan APD sesuai dengan jenis dan
karakteristik potensi bahaya di tempat kerja, akan tetapi semua tergantung dari
perilaku pekerjanya. Pekerja yang menggunakan APD lengkap dan sesuai saat
melakukan pekerjaan akan mengurangi resiko menderita dermatitis kontak
dibandingkan dengan pekerja yang tidak mengunakan APD.
56
3.2. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Kriteria Skala 1.
Kejadian Dermatitis Kontak
Peradangan kulit yang disebabkan oleh bahan atau substansi yang menempel pada kulit pekerja dengan gejala kemerahan, bengkak, pembentukan lepuh kecil pada kulit, kering, mengelupas dan bersisik.
1. Tidak dermatitis kontak (hasil diagnosa dokter tidak dermatitis kontak)
Ordinal
2. Lama Kontak Jangka waktu pekerja berkontak dengan bahan kimia dalam hitungan jam/hari.
Kuesioner
Menyebarkan kuesioner kepada pekerja
Jam/hari Rasio
3. Masa Kerja
Jangka waktu pekerja mulai bekerja sampai waktu penelitian.
Kuesioner
Menyebarkan kuesioner kepada pekerja
Bulan Rasio
4. Usia Lama waktu hidup pekerja (dalam tahun) dari sejak lahir sampai penelitian berlangsung.
Kuesioner
Menyebarkan kuesioner kepada pekerja
Tahun Rasio
5. Jenis Kelamin Perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan.
Kuesioner
Menyebarkan kuesioner kepada pekerja
0. Perempuan 1. Laki-laki
Ordinal
57
6. Riwayat Penyakit Kulit Sebelumnya
Pekerja yang sebelumnya atau sedang menderita penyakit kulit akibat kerja pada bagian tangan.
Kuesioner
Menyebarkan kuesioner kepada pekerja
0. Memiliki riwayat 1. Tidak memiliki
riwayat
Ordinal
7. Personal Hygiene
Kebiasaan pekerja untuk menjaga kebersihan diri sebelum dan setelah bekerja.
Observasi Pengamatan langsung mengunakan lembar ceklist
0. Tidak baik, jika ada 1 atau lebih hasil pengamatan tidak sesuai
1. Baik, jika semua hasil pengamatan sesuai
Ordinal
8. Penggunaan APD
Kelengkapan pekerja untuk menggunakan Alat Pelindung Diri guna melindungi bagian tubuh dari kontak langsung dengan bahan kimia selama melakukan pekerjaan.
Observasi Pengamatan langsung mengunakan lembar ceklist
0. Tidak lengkap, jika ada 1 atau lebih hasil pengamatan tidak sesuai
1. Lengkap, jika semua hasil pengamatan sesuai
Ordinal
58
3.3 Hipotesis
1. Ada hubungan antara lama kontak dengan kejadian dermatitis kontak pada
pekerja bagian processing dan filling PT.Cosmar Indonesia Tangerang Selatan
tahun 2011.
2. Ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja
bagian processing dan filling PT.Cosmar Indonesia Tangerang Selatan tahun
2011.
3. Ada hubungan antara usia dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja
bagian processing dan filling PT.Cosmar Indonesia Tangerang Selatan tahun
2011.
4. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian dermatitis kontak pada
pekerja bagian processing dan filling PT.Cosmar Indonesia Tangerang Selatan
tahun 2011.
5. Ada hubungan antara riwayat penyakit kulit sebelumnya dengan kejadian
dermatitis kontak pada pekerja bagian processing dan filling PT.Cosmar
Indonesia Tangerang Selatan tahun 2011.
6. Ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian dermatitis kontak pada
pekerja bagian processing dan filling PT.Cosmar Indonesia Tangerang Selatan
tahun 2011.
7. Ada hubungan antara penggunaan APD dengan kejadian dermatitis kontak pada
pekerja bagian processing dan filling PT.Cosmar Indonesia Tangerang Selatan
tahun 2011.
59
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross
sectional (potong lintang), dimana variabel independen dan dependen diamati pada
waktu (periode) yang sama, sehingga dapat menghemat waktu dan biaya.
4.2 Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2011 di bagian processing dan
filling PT.Cosmar Indonesia yang berlokasi di Taman Tekno Blok A1 No. 11-15 Bumi
Serpong Damai Sektor XI Serpong, Banten Indonesia 15314. Alasan memilih lokasi
karena pada bagian processing dan filling pekerja berkontak dengan bahan kimia.
4.3 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah pekerja yang bekerja pada bagian processing dan
filling PT. Cosmar Indonesia, yaitu sebanyak 50 orang. Sedangkan untuk sampel dalam
penelitian ini adalah seluruh populasi pekerja pada bagian processing dan filling.
Perhitungan sampel dilakukan dengan mengunakan uji hipotesis dua proporsi dengan