Page 1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan hasil perkebunan yang melimpah ruah.
Salah satunya adalah perkebunan kelapa sawit dimana Indonesia menduduki
peringkat ke-2 sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia setelah
Malaysia. Minyak sawit sering dikonsumsi oleh masyarakat untuk minyak goreng,
selain itu sampai saat ini masih sebagai komoditas ekspor utama di sektor
perkebunan. Namun demikian, perbandingan antara produksi dengan volume
ekspor dan konsumsi dalam negeri akan minyak sawit tidak seimbang (Dir. Jend.
Perkebunan, 1993), akibatnya Indonesia tiap tahunnya mengalami surplus minyak
sawit yang selama ini masih belum dimanfaatkan. Padahal sebenarnya minyak
sawit tersebut dapat diolah lebih lanjut menjadi asam lemak dimana sampai saat
ini Indonesia untuk memperolehnya masih mengimpor dari luar.
Asam lemak dan gliserol merupakan senyawa penyusun trigliserida pada
lemak/minyak. Asam lemak dan gliserol dapat diperoleh dengan menghidrolisis
trigliserida (fat splitting). Menurut Austin (1984), hidrolisis minyak/lemak (fat
splitting) dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu Twitchell, Batch
Autoclave dan Continuous Countercurrent. Pengolahan minyak menjadi asam
lemak merupakan proses yang penting karena salah satu dari dua pintu gerbang
utama yang menjembatani industri minyak nabati dengan industri oleokimia.
1
Page 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lipid
Suatu lipid didefinisikan sebagai senyawa organik yang terdapat dalam alam
serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar seperti
suatu hidrokarbon atau dietil eter. Salah satu anggota dari golongan lipid ini
adalah lemak yang tergolong dalam lipid netral.
Lemak merupakan sumber energi dalam aktivitas tubuh manusia, yang bila
dioksidasi secara sempurna dalam tubuh menghasilkan 9,3 kalori lemak per 1
gram. Lemak sebagai bahan pangan dibagi menjadi 2 golongan, yaitu : 1) lemak
yang siap dikonsumsi tanpa harus dimasak (edible fat consumed uncooked)
misalnya mentega, margarin dan lemakyang biasa digunakan dalam kembang
gula, dan 2) lemak yang dimasak bersama bahan pangan atau dijadikan sebagai
bahan pengantar panas dalam memasak bahan pangan, misalnya minyak goreng,
shortening dan lemak babi.
Disamping kegunaannya sebagai bahan pangan, lemak juga berfungsi
sebagai bahan pembuatan sabun, bahan pelumas (misalnya minyak jarak), sebagai
obat-obatan(misalnya minyak ikan), sebagai pengkilat cat(terutama yang berasal
dari golongan minyak mengering). Produk dunia dari lemak diperkirakan akan
meningkat setiap tahunnya, kenaikan produksi ini terutama disebabkan karena
melimpahnya panen biji-bijian sebagai sumber lemak.
Lemak dihasilkan oleh alam yang dapat bersumber dari bahan hewani atau
nabati. Karena dalam hewan atau tumbuhan itu lemak tersebut berfungsi sebagai
cadangan energi. Lemak bisa diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, sebagai
berikut :
1.Bersumber dari tanaman.
a. Biji-bijian palawija : jagung, biji kapas, kacang, wijen, kedele,
bunga matahari.
b. Kulit buah tanaman tahunan : zaitun dan kelapa sawit.
2
Page 3
c. Biji-bijian dari tanaman tahunan : kelapa, coklat, inti sawit,
babassu, cohune dan sejenisnya.
2.Bersumber dari hewan :
a. Susu hewan peliharaan : lemak susu.
b. Daging hewan peliharaan : lemak sapi dan turunannya oleostearin,
oleo oil dari oleo stock, lemak babi dan muttor tallow.
Adapun perbedaan umum antara lemak nabati dan hewani adalah, lemak
hewani mengandung kolesterol, kadar asam lemak tidak jenuh pada lemak hewani
lebih kecil dari lemak nabati, lemak hewani mempunyai bilangan Reichert-Meissl
lebih besar dari bilangan Polenske lebih kecil dibandingkan dengan minyak
nabati. Lemak nabati dan hewani dapat diklasifikasikan bedasarkan sifat fisiknya
berikut dengan contohnya :
1. Lemak nabati, seperti : lemak biji coklat, inti sawit, cohune, babassu,
tengkawang, nutmeg butter, shea butter.
2. Lemak hewani :
a. Lemak susu (butter fat), seperti : lemak dari susu sapi, kerbau,
kambing, dan domba.
b. Hewan peliharaan, seperti : lemak babi, skin grease, mutton tallow,
lemak tulang, lemak/gemul wool.
Lemak dalam tanama dibentuk dalam sel hidup yang merupakan hasil dri
serangkaian reaksi yang kompleks alam proses metabolisme. Molekul lemak
disintesa dengan proses kondensasi dari suatu molekul gliserol dengan tiga
molekul asam lemak. Molekul asam lemak dan gliserol tersebut dibentuk dari
hasil oksidasi karbohidrat secara proses metabolisme berlangsung.
Gliserol
Karbohidrat Lemak-air
Asam lemak bebas
3
Page 4
Proses pembentukan lemak dalam tanaman terdiri dari tiga tahap, yaitu :
1. Sintesa gliserol.
Gilserol disintesa dari dihidroksi aseton fosfat, yang merupakan salah satu
hasil penguraian fruktosa difosfat oleh enzim oleh aldose dalam tanaman.
Dihidroksi aseton fosfat direduksi menjadi gliserol fosfat dan akhirnya
diubah menjadi gliserol dengan proses de-phaphorilase.
2. Sintesa asam lemak.
Asam lemak dihasilakan dari reaksi dua persenyawaan yang mengandung
karbon, yang etrbentuk selama proses metabolisme misalnya asam asetat,
asetaldehida, dan alkohol (etanol). Dalam kondisi anaerob, asam lemak
dalam tanaman disintesa oleh bakteri tertentu. Sebagai contoh adalah sintesa
asam butirat dan asam kaproat oleh bakteri Clostridium Kluyveri, dengan
reaksi sebagai berikut :
2 CH3OH + CH3COOH C⃗ . Kluyveri CH3(CH2)2COOH + H2O
Asam butirat
C2H5OH + CH3COOH C⃗ . Kluyveri CH3(CH2)4COOH + 2H2O
Asam kaproat
3. Kondensasi gliserol dan asam lemak sehingga membentuk lemak.
Proses pembentukan lemak atau minyak dalam tanaman merupakan proses
esterifikasi gliserol dengan asam lemak. Sebagai contoh adalah proses
pembentukan palmitin. Enzim lipase biasanya terdapat dalam biji-bijian
yang dapat mengandung lemak misalnya kacang kedele, biji jarak, biji
bunga matahari, biji jagung dan juga terdapat dalam daging hewan serta
beberapa jenis bakteri.
4
Page 5
2.2 Pemecahan Lemak (Fat Splitting)
Asam lemak dan gliserol merupakan senyawa penyusun trigliserida pada
lemak/minyak. Oleh karena itu, asam lemak dan gliserol dapat diperoleh dengan
menghidrolisis trigliserida (fat splitting). Reaksi air dengan minyak/lemak
menyebabkan putusnya beberapa ikatan ester dari minyak/lemak. Reaksi ini dapat
dipercepat dengan menggunakan suhu dan tekanan yang tinggi.
Dalam pohon industri oleokimia dapat dilihat bahwa proses fat splitting
merupakan tahap awal perkembangan industri oleokimia. Proses ini jauh berada di
awal pohon industri oleokimia, untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Pohon Industri Oleokimia
5
Page 6
Proses fat splitting dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu jenis hidrolisa dan
enzimatik, walaupun pada beberapa literatur dijelaskan proses enzimatik
merupakan bagian dari proses fat splitting secara hidrolisa. Proses fat splitting
dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Ilustrasi Fat Splitting
2.3 Metode Pemecahan Lemak (Fat Splitting)
2.3.1 Proses Twitchell
Proses twitchell adalah proses yang mula-mula dikembangkan pada
pemisahan asam lemak. Proses ini menggunakan cara yang relatif sederhana,
disebabkan murah dan kemudahan dari instalasi dan operasinya. Tetapi secara
umum proses ini memutuhkan konsumsi energi yang besar serta kualitas produk
yang relatif rendah. Proses pemisahan menggunakan reagent twitchell dan H2SO4
seagai katalis. Reagentnya adalah campuran oleic atau asam lemak lainnya dengan
naphtha tersulfonasi.
Operasi terjadi dalam suatu wooden lead-lined, atau tong tahan kondisi
asam. Kandungan lemak yangtercampur dengan air yang jumlahnya lebih kurang
½ dari jumlah lemak. H2SO4 dengan jumlah 1 – 2 % dan reagent twitchell 0,75 –
1, 25 %, dipanaskan pada tekanan atmosfer selama 36 – 48 jam, dengan
menggunakan steam terbuka. Proses biasanya diulangi 2 sampai 4 kali, pada tiap
tahap menghasilkan gliserin dan air. Pada tahap akhir air ditambahkan dan
campuran dipanaskan kembali hingga mendidih guna mencuci asam yang
tertinggal. Pada periode reaksi yang panjang, steam yang dibutuhkan makin tinggi
dan diskolorasi asam lemak terjadi tidak merata, dan pemakaian proses ini relatif
kurang menguntungkan.
6
Page 7
2.3.2 Proses Autoclave Batch
Proses ini adalah metode komersial yang membutuhkan waktu yang cukup
lama dalam pemisahan. Asam yang disediakan harus dalam jumlah yang cukup
banyak untuk menghasilkan zat ligh-clored. Proses ini lebih cepat dibandingkan
dengan proses Twitchell, butuh waktu selama 6-10 jam sampai selesai. Pemisahan
menggunakan katalis zinc, Mg atau kalsium oksida. Dari semua katalis yang
paling aktif adalah zinc. Sekitar 2-4 % katalis digunakan dan sejumlah dari serbuk
zinc ditambahkan untuk meningkatkan warna dari asam lemak.
Autoclave merupakan silnder yang tinggi, dengam diameter 1220-1829
mm dan tinggi 6-12 m dibuat dari alloy yang tahan terhadap korosi (corrosion-
resistant alloy) dan terlindungi secara penuh. Penginjeksian steam menyebabkan
terjainya pengadukan, meskipun pada beberapa kondisi digunakan mesin
pengaduk.
Dalam operasi, autoclave diisi dengan lemak dan air yang jumlahnya
(sekitar ± ½ dari lemak) dan katalis. Steam dihembuskan guna menggantikan
udara terlarut dan autoclave ditutup. Steam yang digunakan untuk menaikkan
tekanan sampai 1135 kPa dan diinjeksikan secara kontiniu, sementara sebagian
kecil kisi-kisi menjaga agitasi dan tekanan operasi. Konversi dapat dicapai lebih
dari 95% setelah 6-10 jam.
Isi dari autoclave dipindahkan ke tangki, dimana terbentuk asam lemak
dibagian atas dan gliserin pada bagian bawah. Asam lemak yang terbentuk
ditambahkan asam mineral untuk memisahkan kandungan sabun dan selanjutnya
dilakukan pencucian kembali guna memisahkan sisa asam mineral.
2.3.3 Proses Kontinu
Proses kontiniu merupakan proses pemisahan lemak dengan menggunakan
suhu dan tekanan yang tinggi. Proses pemisahan asam lemak lebih dikenal dengan
proses Coltage-Emery, merupakan metode yang paling efisien dalam hidrolisis
lemak. Suhu dan tekanan tinggi dipergunakan untuk mempercepat waktu reaksi.
Aliran counter current dipenuhkan oleh minyak dan air guna menghasilkan suatu
derajat pemisahan yang maksimal tanpa memerlukan katalis.
7
Page 8
Menara pemisah merupakan bagian utama dari proses ini. Kebanyakan dari
menara pemisah mempunyai konfigurasi sama dan dioperasikan dengan cara yang
sama. Tergantung dari kapasitas, menara bisa berkapasitas pad diameter 508-1220
mm dengan tinggi 18-25 m dan terbuat dari bahan tahan korosi seperti baja
stainless 316 atau campuran logam yang dirancang untuk beroperasi pada tekanan
sekitar 5000 kPa.
Gambar 2.3 Single-stage Countercurrent splitting
Gambar 2.3 menunjukkan suatu rancangan Single-stage Countercurrent
splitting, lemak terdegradasi pada sebuah cincin sparge bagian tengah sekitar 1
meter dari dasar dengan sebuah pompa bertekanan tinggi. Air terdapat pada
bagian atas dengan perbandingan 0-50% dari berat lemak. Temperatur pemisahan
yang tinggi (250-260 oC) cukup menjamin penghancuran fase air pada minyak.
Volume kosong menara digunakan sebagai tempat reaksi. Lemak mentah
lewat sebagai fase yang saling bersentuhan dari dasar atas menara, sementara
cairan lebih berat mengalir turun sebagai fase terdispersi dalam bentuk campuran
lemak dan asam. Derajat pemisahan dapat dicapai hingga 99%. Proses kontiniu
8
Page 9
countercurrent tekanan tinggi memecah lemak dan minyak dengan lebih efisien
dari pada proses lain dengan lama reaksi 2-3 jam.
Konsumsi utilitas untuk per ton umpan adalah :
Steam (6000 kPa) : 190 kg
Air pendingin (20oC) : 3 m3
Energi elektrik : 10 kWj
Air proses : 0,6 m3
2.3.4 Proses Secara Enzimatik
Lemak dan minyak dapat dihidrolisis dengan enzim yang alami. Pemisahan
lemak melalui penggunaan enzim lipolytic dilakukan dalam percobaan.
Pemisahan lemak dan minyak dengan enzim lipase dari candida rubosa, aspergilus
niger, dan rhizopus arhizus telah dipelajari dengan temperatur 26 – 46 oc untuk
waktu 48 – 72 jam dan pemisahan dapat dilakukan sekitar 98 %. Pemecahan
lemak menggunakan enzim lipolitik membutuhkan biaya yang tinggi dan waktu
reaksi yang lama sehingga tidak komersial. Pada prinsipnya pembuatan
pemisahan lemak ini terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu:
1. tahap degumming
2. tahap hidrolisa
3. fatty acid distilation and fractionation opertion
4. tahap penguapan
Gambar 2.4 Tahapan Proses Enzimatis
Degumming merupakan proses pemisahan getah (gum), yaitu lendir yang
terdiri dari phospotida, protein residu, karbohidrat, air, resin, lechitin, dimana
bahan-bahan tersebut merupakan bahan impuritis yang dapat mengganggu proses-
9
Page 10
proses selanjutnya. Misalnya lechitin pada suhu tinggi dapat menghasilkan warna
gelap.
Biasanya proses ini dilakukan dengan cara dehidrasi gum dengan injeksi
asam fospat sehingga kotoran mudah lepas dari minyak, kemudian disusul dengan
proses sentrifugasi minyak yang telah di degumming, selanjutnya dihidrolisa pada
reaktor hidrolisa.
Fat splitting adalah reaktor dimana terjadinya hidrolisa lemak atau minyak
pada reksi hidrolisis, lemak dan minyak akan dirubah menjadi asam lemak dan
gliserol, yang telah dijelaskan pada bagian awal makalah. Hidrolisa lemak atau
minyak untuk menghasilkan asam lemak dan gliserol dilakukan dengan
merasakan air bertekanan dengan minyak atau lemak pada menara splitting.
Minyak dan air secara kontinu di alirkan ke splitting yang beroperasi pada suhu
250oC dan tekanan 50 atm. Gliserol dapat larut dalam air sedangkan asam lemak
tidak larut, sehingga trigliserida terikat bersama asam lemak merupakan bagian
atas dari produk di menara splitting. Sedangkan gliserol dan air berada di bottom
menara. Reaksi yang terjadi bersifat endotermis (memerlukan panas).
Gliserol yang dihasilkan pada proses fat splitting ini berupa larutan yang
mengandung gliserol 12% yang disebut juga dengan sweet water. Untuk
mendapatkan gliserol murni perlu dihilangkan komponen non gliserol dari larutan
tersebut. Evaporasi dilakukan untuk mengurangi jumlah air sehingga konsentrasi
larutan menjadi lebih tinggi (78%). Evaporasi hanya menghilangkan air,
sedangkan komponen non gliserol lain seperti asam lemak (0,2%) masih terdapat
dalam larutan tersebut. Untuk memisahkannya maka perlu ditambahkan sedikit
kaustik (senyawa basa) sehingga terjadi proses penyabunan (saponifikasi) dimana
asam lemak akan berubah menjadi dalam bentuk garam sehingga ketika didestilasi
komponen tidak terikut bersama gliserol.
Selain asam lemak, komponen yang akan dihilangkan adalah warna. Oleh
karena itu, dilanjutkan dengan proses bleaching, yaitu dengan menambahkan
activated cachoa, yang memiliki pori-pori aktif yang dapat menyerap warna.
Gliserol dapat juga di upgrade dengan proses pertukaran ion (ion-exchange)
10
Page 11
diikuti dengan evaporasi sehingga proses destilasi dapat ditiadakan, atau alternatif
lain gliserol diekstrak dari larutan melalui pertukaran ion. Dengan pemurnian
gliserol di atas, akan diperoleh refined glyserol (99%).
Selain berasal dari proses fat splitting untuk memproduksi asam lemak,
gliserol juga merupakan by product dari beberapa proses industri oleokimia yaitu
saponification untuk memproduksi sabun serta transesterification untuk
memproduksi biodiesel (ester asam lemak).
2.4 Perbandingan Beberapa Proses Fat Splitting
2.4.1 Proses Twitchell
Suhu (oC) : 100-105
Katalis : Asam alkil - aril sulfonat atau siklo alifatik
Waktu (jam) : 12-48
Sistem Operasi : Batch
Perolehan : 85-98 %, larutan gliserol 5-15 % bergantung pada
jumlah tahap dan jenis lemak.
Keuntungan: - Suhu dan tekanan rendah
- Biaya investasi awal relatif rendah
Kelemahan : - Waktu reaksi lama
- Konsumsi steam tinggi, cendrung membentuk asm
berwarna gelap
- Perlu lebih dari satu tahap untuk mendapatkan
perolehan tinggi
- Pengendalian manual
- Biaya tenaga kerja tinggi
2.4.2 Proses Autoclave Batch
Suhu (oC) : a. 150 – 175
: b. 240
Katalis : a. Seng, kalsium atau magnesium oksida
: b. Tanpa katalis
Tekanan (MPag) : a. 5,2 - 10,0
11
Page 12
: b. 2,9 - 10,0
Waktu (jam) : a. 5 - 10
: b. 2- 4
Sistem : Batch
Perolehan : 85-98 %, larutan gliserol 10-15 % bergantung pada jumlah
tahap dan jenis lemak.
Keuntungan : - Dapat diadaptasikan untuk skala kecil
- Biaya investasi awal lebih murah dari pada proses
kontinu
- Lebih cepat dari pada proses twitchell
Kelemahan : - Investasi awal agak tinggi
- Waktu reaksi lebih lambat dari pada proses kontinu
- Otomalisasi pengendalian lebih sukar dibanding
proses kontinu
- Biaya tenaga kerja tinggi
- Perlu lebih dari satu tahap untuk mendapatkan
perolehan lebih baik
2.4.3 Proses Kontinu
Suhu (oC) : 250
Katalis : Opsional
Tekanan (MPag) : 4,1 - 4,9
Waktu (jam) : 2-3
Sistem : Kontiniu
Perolehan : 97-99 %, larutan gliserol 10-25 % bergantung pada
jumlah tahap dan jenis lemak.
Keuntungan : - Tidak butuh ruangan yang luas
- Kualitas produk lebih seragam
- Perolehan lebih tinggi
- Konsentrasi gliserin lebih tinggi
- Biaya operasional lebih murah
- Pengendalian lebih akurat karena otomatis
12
Page 13
Kelemahan : - Investasi awal tinggi
- Suhu dan tekanan tinggi
- Perlu tingkat keahlian penanganan yang tinggi
2.4.4 Proses Enzimatis
Suhu (oC) : 25-46
Katalis : Lipase dari candida rugosa, Aspergillus niger dan
Rhizopus arrhizus
Waktu (jam) : 48-72
Perolehan : 98 %
Keuntungan : Perolehan lebih tinggi
Kelemahan : - Waktu reaksi lama
- Investasi awal tinggi
2.5 Kegunaan Produk
Hasil dari proses hidrolisa adalah asam lemak dan gliserol. Adapun
kegunaan dari produk tersebut:
a. Asam lemak
1. Industri karet
Asam lemak dalam proses pembuatan karet digunakan sebagai softening
dan plasticizing effect.
2. Industri Lilin
Dalam industri lilin, asam lemak digunakan sebagai campuran bahan
untuk pembuatan lilin yang fungsinya untuk mempermudah melepaskan
lilin dari cetakannya. Selain itu dengan ditambahkannya asam lemak
dalam proses pembuatan lilin, akan menjadikan produk lilin yang
dihasilkan tidak cepat meleleh ketika dinyalakan, asap yang dihasilkan
lebih sedikit mengurangi timbulnya tetesan-tetesan lilin.
3. Industri Kosmetik
13
Page 14
Asam lemak dalam industri kosmetik digunakan sebagai bahan campuran
pembuatan produk-produk kosmetik yang fungsinya untuk memberikan
keharuman dan kemilauan.
4. Industri Sabun
Digunakan untuk memproduksi sabun. Selain itu memberikan busa sabun
lebih banyak serta keharuman dan kemilauan.
5. Bila direaksikan dengan H2 (hidrogenasi) akan menghasilkan fatty
alkohol. Adapun kegunaan dari fatty alkohol adalah untuk pembuatan
surfactan anionik, sebagai emulsifier dalam produk-produk pembersih
dan lantai, dsb.
6. Bila direaksikan dengan ester (esterifikasi) akan menghasilkan asam
lemak. Adapun kegunaan dari ester asam lemak adalah untuk bahan
campuran dalam industri-industri textil, sebagai substitute biodisel,
industri pharmasi (obat-obatan).
7. Bila direaksikan dengan nitrogen akan menghasilkan fatty nitrogen.
Produk-produk fatty nitrogen ini banyak digunakan dalam pengolahan
limbah yang fungsinya untuk mengurangi limbah-limbah yang bersifat
unbiodegradable sehingga menjadi biodegradable.
8. Dapat digunakan sebagai lubricants (minyak pelumas).
b. Gliserol
1. Industri Polimer
Dalam industri polimer gliserol digunakan sebagai bahan campuran
dalam pembuatan polimer yang memberikan sifat placticizer dan
stabilizer.
2. Industri Explosive (bahan peledak)
Gliserol sebagai bahan campuran dalam pembuatan bahan peledak.
3. Industri farmasi (obat-obatan)
Gliserol digunakan sebagai solvent dan bahan campuran dalam
pembuatan beberapa jenis produk obat.
BAB 3. PENUTUP
14
Page 15
3.1 Kesimpulan
Fat splitting (Pemecahan Lemak) adalah proses pemecahan lemak dengan
reaksi hidrolisa antara air dan minyak yang menghasilkan gliserol dan
asam lemak.
Proses pemecahan lemak (fat splitting) terbagi menjadi empat macam
yaitu proses Twitchell, proses Autoclave Batch, proses Kontinu, dan
proses secara Enzimatis.
Proses Twitchell merupakan proses yang paling sederhana. Namun, waktu
reaksinya lama dan konsumsi steam-nya tinggi.
Proses Autoclave-Batch merupakan metode komersial paling tua yang
digunakan untuk pemecahan lemak tingkat tinggi, waktu reaksinya lebih
cepat daripada proses Twitchell.
Proses Kontinu merupakan proses yang paling efisien, menghasilkan
konversi yang paling tinggi diantara semua proses fat splitting dengan
waktu reaksi yang singkat. Proses ini sangat baik digunakan untuk proses
fat splitting.
Proses secara Enzimatis memanfaatkan enzim lipase dari mikroorganisme
sebagai biokatalisator.
Produk dari fat splitting adalah asam lemak dan gliserol.
Asam lemak banyak digunakan dalam industri karet, lilin, kosmetik,
sabun, dll. Sedangkan gliserol banyak digunakan dalam industri polimer,
peledak, farmasi, dsb.
DAFTAR PUSTAKA
15
Page 16
Buana, L., D. Siahaan dan S. Adiputra. 2003. “Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit dan Produk Turunannya”. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Hui, Y.H. 1996. “Bailey’s Industrial Oil and Fat Products”., 5th ed. Vol. 2, 3 & 4, Jhon Wiley & Sons, Inc., New York.
Ketaren S. 1986. “Pengantar Minyak dan Lemak Pangan”. UI Press. Jakarta
Naibaho, P.M. 1998. “Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit”. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Pahan, I. 2006. “Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir”. Penebar Swadaya. Jakarta.
Poeloengan, Z., L. Buana dan Darnoko. 2000. “Potensi Pengembangan Industri Hilir Kelapa Sawit di Indonesia”. WARTA Pusat Pengembangan Kelapa Sawit (PPKS). Vol. 8. Medan.
Salunkhe, D.K.. 1992.”World Oil Seed: Chemistry Teknology and Utilization”. AVI Book. New York.
16