Top Banner
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan hasil perkebunan yang melimpah ruah. Salah satunya adalah perkebunan kelapa sawit dimana Indonesia menduduki peringkat ke-2 sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia setelah Malaysia. Minyak sawit sering dikonsumsi oleh masyarakat untuk minyak goreng, selain itu sampai saat ini masih sebagai komoditas ekspor utama di sektor perkebunan. Namun demikian, perbandingan antara produksi dengan volume ekspor dan konsumsi dalam negeri akan minyak sawit tidak seimbang (Dir. Jend. Perkebunan, 1993), akibatnya Indonesia tiap tahunnya mengalami surplus minyak sawit yang selama ini masih belum dimanfaatkan. Padahal sebenarnya minyak sawit tersebut dapat diolah lebih lanjut menjadi asam lemak dimana sampai saat ini Indonesia untuk memperolehnya masih mengimpor dari luar. Asam lemak dan gliserol merupakan senyawa penyusun trigliserida pada lemak/minyak. Asam lemak dan gliserol dapat diperoleh dengan menghidrolisis trigliserida (fat splitting). Menurut Austin (1984), hidrolisis minyak/lemak (fat splitting) dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu Twitchell, Batch Autoclave dan Continuous Countercurrent. 1
24

fat splitting

Jan 24, 2016

Download

Documents

pemecahan lemak.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: fat splitting

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan hasil perkebunan yang melimpah ruah.

Salah satunya adalah perkebunan kelapa sawit dimana Indonesia menduduki

peringkat ke-2 sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia setelah

Malaysia. Minyak sawit sering dikonsumsi oleh masyarakat untuk minyak goreng,

selain itu sampai saat ini masih sebagai komoditas ekspor utama di sektor

perkebunan. Namun demikian, perbandingan antara produksi dengan volume

ekspor dan konsumsi dalam negeri akan minyak sawit tidak seimbang (Dir. Jend.

Perkebunan, 1993), akibatnya Indonesia tiap tahunnya mengalami surplus minyak

sawit yang selama ini masih belum dimanfaatkan. Padahal sebenarnya minyak

sawit tersebut dapat diolah lebih lanjut menjadi asam lemak dimana sampai saat

ini Indonesia untuk memperolehnya masih mengimpor dari luar.

Asam lemak dan gliserol merupakan senyawa penyusun trigliserida pada

lemak/minyak. Asam lemak dan gliserol dapat diperoleh dengan menghidrolisis

trigliserida (fat splitting). Menurut Austin (1984), hidrolisis minyak/lemak (fat

splitting) dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu Twitchell, Batch

Autoclave dan Continuous Countercurrent. Pengolahan minyak menjadi asam

lemak merupakan proses yang penting karena salah satu dari dua pintu gerbang

utama yang menjembatani industri minyak nabati dengan industri oleokimia.

1

Page 2: fat splitting

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lipid

Suatu lipid didefinisikan sebagai senyawa organik yang terdapat dalam alam

serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar seperti

suatu hidrokarbon atau dietil eter. Salah satu anggota dari golongan lipid ini

adalah lemak yang tergolong dalam lipid netral.

Lemak merupakan sumber energi dalam aktivitas tubuh manusia, yang bila

dioksidasi secara sempurna dalam tubuh menghasilkan 9,3 kalori lemak per 1

gram. Lemak sebagai bahan pangan dibagi menjadi 2 golongan, yaitu : 1) lemak

yang siap dikonsumsi tanpa harus dimasak (edible fat consumed uncooked)

misalnya mentega, margarin dan lemakyang biasa digunakan dalam kembang

gula, dan 2) lemak yang dimasak bersama bahan pangan atau dijadikan sebagai

bahan pengantar panas dalam memasak bahan pangan, misalnya minyak goreng,

shortening dan lemak babi.

Disamping kegunaannya sebagai bahan pangan, lemak juga berfungsi

sebagai bahan pembuatan sabun, bahan pelumas (misalnya minyak jarak), sebagai

obat-obatan(misalnya minyak ikan), sebagai pengkilat cat(terutama yang berasal

dari golongan minyak mengering). Produk dunia dari lemak diperkirakan akan

meningkat setiap tahunnya, kenaikan produksi ini terutama disebabkan karena

melimpahnya panen biji-bijian sebagai sumber lemak.

Lemak dihasilkan oleh alam yang dapat bersumber dari bahan hewani atau

nabati. Karena dalam hewan atau tumbuhan itu lemak tersebut berfungsi sebagai

cadangan energi. Lemak bisa diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, sebagai

berikut :

1.Bersumber dari tanaman.

a. Biji-bijian palawija : jagung, biji kapas, kacang, wijen, kedele,

bunga matahari.

b. Kulit buah tanaman tahunan : zaitun dan kelapa sawit.

2

Page 3: fat splitting

c. Biji-bijian dari tanaman tahunan : kelapa, coklat, inti sawit,

babassu, cohune dan sejenisnya.

2.Bersumber dari hewan :

a. Susu hewan peliharaan : lemak susu.

b. Daging hewan peliharaan : lemak sapi dan turunannya oleostearin,

oleo oil dari oleo stock, lemak babi dan muttor tallow.

Adapun perbedaan umum antara lemak nabati dan hewani adalah, lemak

hewani mengandung kolesterol, kadar asam lemak tidak jenuh pada lemak hewani

lebih kecil dari lemak nabati, lemak hewani mempunyai bilangan Reichert-Meissl

lebih besar dari bilangan Polenske lebih kecil dibandingkan dengan minyak

nabati. Lemak nabati dan hewani dapat diklasifikasikan bedasarkan sifat fisiknya

berikut dengan contohnya :

1. Lemak nabati, seperti : lemak biji coklat, inti sawit, cohune, babassu,

tengkawang, nutmeg butter, shea butter.

2. Lemak hewani :

a. Lemak susu (butter fat), seperti : lemak dari susu sapi, kerbau,

kambing, dan domba.

b. Hewan peliharaan, seperti : lemak babi, skin grease, mutton tallow,

lemak tulang, lemak/gemul wool.

Lemak dalam tanama dibentuk dalam sel hidup yang merupakan hasil dri

serangkaian reaksi yang kompleks alam proses metabolisme. Molekul lemak

disintesa dengan proses kondensasi dari suatu molekul gliserol dengan tiga

molekul asam lemak. Molekul asam lemak dan gliserol tersebut dibentuk dari

hasil oksidasi karbohidrat secara proses metabolisme berlangsung.

Gliserol

Karbohidrat Lemak-air

Asam lemak bebas

3

Page 4: fat splitting

Proses pembentukan lemak dalam tanaman terdiri dari tiga tahap, yaitu :

1. Sintesa gliserol.

Gilserol disintesa dari dihidroksi aseton fosfat, yang merupakan salah satu

hasil penguraian fruktosa difosfat oleh enzim oleh aldose dalam tanaman.

Dihidroksi aseton fosfat direduksi menjadi gliserol fosfat dan akhirnya

diubah menjadi gliserol dengan proses de-phaphorilase.

2. Sintesa asam lemak.

Asam lemak dihasilakan dari reaksi dua persenyawaan yang mengandung

karbon, yang etrbentuk selama proses metabolisme misalnya asam asetat,

asetaldehida, dan alkohol (etanol). Dalam kondisi anaerob, asam lemak

dalam tanaman disintesa oleh bakteri tertentu. Sebagai contoh adalah sintesa

asam butirat dan asam kaproat oleh bakteri Clostridium Kluyveri, dengan

reaksi sebagai berikut :

2 CH3OH + CH3COOH C⃗ . Kluyveri CH3(CH2)2COOH + H2O

Asam butirat

C2H5OH + CH3COOH C⃗ . Kluyveri CH3(CH2)4COOH + 2H2O

Asam kaproat

3. Kondensasi gliserol dan asam lemak sehingga membentuk lemak.

Proses pembentukan lemak atau minyak dalam tanaman merupakan proses

esterifikasi gliserol dengan asam lemak. Sebagai contoh adalah proses

pembentukan palmitin. Enzim lipase biasanya terdapat dalam biji-bijian

yang dapat mengandung lemak misalnya kacang kedele, biji jarak, biji

bunga matahari, biji jagung dan juga terdapat dalam daging hewan serta

beberapa jenis bakteri.

4

Page 5: fat splitting

2.2 Pemecahan Lemak (Fat Splitting)

Asam lemak dan gliserol merupakan senyawa penyusun trigliserida pada

lemak/minyak. Oleh karena itu, asam lemak dan gliserol dapat diperoleh dengan

menghidrolisis trigliserida (fat splitting). Reaksi air dengan minyak/lemak

menyebabkan putusnya beberapa ikatan ester dari minyak/lemak. Reaksi ini dapat

dipercepat dengan menggunakan suhu dan tekanan yang tinggi.

Dalam pohon industri oleokimia dapat dilihat bahwa proses fat splitting

merupakan tahap awal perkembangan industri oleokimia. Proses ini jauh berada di

awal pohon industri oleokimia, untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Pohon Industri Oleokimia

5

Page 6: fat splitting

Proses fat splitting dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu jenis hidrolisa dan

enzimatik, walaupun pada beberapa literatur dijelaskan proses enzimatik

merupakan bagian dari proses fat splitting secara hidrolisa. Proses fat splitting

dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Ilustrasi Fat Splitting

2.3 Metode Pemecahan Lemak (Fat Splitting)

2.3.1 Proses Twitchell

Proses twitchell adalah proses yang mula-mula dikembangkan pada

pemisahan asam lemak. Proses ini menggunakan cara yang relatif sederhana,

disebabkan murah dan kemudahan dari instalasi dan operasinya. Tetapi secara

umum proses ini memutuhkan konsumsi energi yang besar serta kualitas produk

yang relatif rendah. Proses pemisahan menggunakan reagent twitchell dan H2SO4

seagai katalis. Reagentnya adalah campuran oleic atau asam lemak lainnya dengan

naphtha tersulfonasi.

Operasi terjadi dalam suatu wooden lead-lined, atau tong tahan kondisi

asam. Kandungan lemak yangtercampur dengan air yang jumlahnya lebih kurang

½ dari jumlah lemak. H2SO4 dengan jumlah 1 – 2 % dan reagent twitchell 0,75 –

1, 25 %, dipanaskan pada tekanan atmosfer selama 36 – 48 jam, dengan

menggunakan steam terbuka. Proses biasanya diulangi 2 sampai 4 kali, pada tiap

tahap menghasilkan gliserin dan air. Pada tahap akhir air ditambahkan dan

campuran dipanaskan kembali hingga mendidih guna mencuci asam yang

tertinggal. Pada periode reaksi yang panjang, steam yang dibutuhkan makin tinggi

dan diskolorasi asam lemak terjadi tidak merata, dan pemakaian proses ini relatif

kurang menguntungkan.

6

Page 7: fat splitting

2.3.2 Proses Autoclave Batch

Proses ini adalah metode komersial yang membutuhkan waktu yang cukup

lama dalam pemisahan. Asam yang disediakan harus dalam jumlah yang cukup

banyak untuk menghasilkan zat ligh-clored. Proses ini lebih cepat dibandingkan

dengan proses Twitchell, butuh waktu selama 6-10 jam sampai selesai. Pemisahan

menggunakan katalis zinc, Mg atau kalsium oksida. Dari semua katalis yang

paling aktif adalah zinc. Sekitar 2-4 % katalis digunakan dan sejumlah dari serbuk

zinc ditambahkan untuk meningkatkan warna dari asam lemak.

Autoclave merupakan silnder yang tinggi, dengam diameter 1220-1829

mm dan tinggi 6-12 m dibuat dari alloy yang tahan terhadap korosi (corrosion-

resistant alloy) dan terlindungi secara penuh. Penginjeksian steam menyebabkan

terjainya pengadukan, meskipun pada beberapa kondisi digunakan mesin

pengaduk.

Dalam operasi, autoclave diisi dengan lemak dan air yang jumlahnya

(sekitar ± ½ dari lemak) dan katalis. Steam dihembuskan guna menggantikan

udara terlarut dan autoclave ditutup. Steam yang digunakan untuk menaikkan

tekanan sampai 1135 kPa dan diinjeksikan secara kontiniu, sementara sebagian

kecil kisi-kisi menjaga agitasi dan tekanan operasi. Konversi dapat dicapai lebih

dari 95% setelah 6-10 jam.

Isi dari autoclave dipindahkan ke tangki, dimana terbentuk asam lemak

dibagian atas dan gliserin pada bagian bawah. Asam lemak yang terbentuk

ditambahkan asam mineral untuk memisahkan kandungan sabun dan selanjutnya

dilakukan pencucian kembali guna memisahkan sisa asam mineral.

2.3.3 Proses Kontinu

Proses kontiniu merupakan proses pemisahan lemak dengan menggunakan

suhu dan tekanan yang tinggi. Proses pemisahan asam lemak lebih dikenal dengan

proses Coltage-Emery, merupakan metode yang paling efisien dalam hidrolisis

lemak. Suhu dan tekanan tinggi dipergunakan untuk mempercepat waktu reaksi.

Aliran counter current dipenuhkan oleh minyak dan air guna menghasilkan suatu

derajat pemisahan yang maksimal tanpa memerlukan katalis.

7

Page 8: fat splitting

Menara pemisah merupakan bagian utama dari proses ini. Kebanyakan dari

menara pemisah mempunyai konfigurasi sama dan dioperasikan dengan cara yang

sama. Tergantung dari kapasitas, menara bisa berkapasitas pad diameter 508-1220

mm dengan tinggi 18-25 m dan terbuat dari bahan tahan korosi seperti baja

stainless 316 atau campuran logam yang dirancang untuk beroperasi pada tekanan

sekitar 5000 kPa.

Gambar 2.3 Single-stage Countercurrent splitting

Gambar 2.3 menunjukkan suatu rancangan Single-stage Countercurrent

splitting, lemak terdegradasi pada sebuah cincin sparge bagian tengah sekitar 1

meter dari dasar dengan sebuah pompa bertekanan tinggi. Air terdapat pada

bagian atas dengan perbandingan 0-50% dari berat lemak. Temperatur pemisahan

yang tinggi (250-260 oC) cukup menjamin penghancuran fase air pada minyak.

Volume kosong menara digunakan sebagai tempat reaksi. Lemak mentah

lewat sebagai fase yang saling bersentuhan dari dasar atas menara, sementara

cairan lebih berat mengalir turun sebagai fase terdispersi dalam bentuk campuran

lemak dan asam. Derajat pemisahan dapat dicapai hingga 99%. Proses kontiniu

8

Page 9: fat splitting

countercurrent tekanan tinggi memecah lemak dan minyak dengan lebih efisien

dari pada proses lain dengan lama reaksi 2-3 jam.

Konsumsi utilitas untuk per ton umpan adalah :

Steam (6000 kPa) : 190 kg

Air pendingin (20oC) : 3 m3

Energi elektrik : 10 kWj

Air proses : 0,6 m3

2.3.4 Proses Secara Enzimatik

Lemak dan minyak dapat dihidrolisis dengan enzim yang alami. Pemisahan

lemak melalui penggunaan enzim lipolytic dilakukan dalam percobaan.

Pemisahan lemak dan minyak dengan enzim lipase dari candida rubosa, aspergilus

niger, dan rhizopus arhizus telah dipelajari dengan temperatur 26 – 46 oc untuk

waktu 48 – 72 jam dan pemisahan dapat dilakukan sekitar 98 %. Pemecahan

lemak menggunakan enzim lipolitik membutuhkan biaya yang tinggi dan waktu

reaksi yang lama sehingga tidak komersial. Pada prinsipnya pembuatan

pemisahan lemak ini terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu:

1. tahap degumming

2. tahap hidrolisa

3. fatty acid distilation and fractionation opertion

4. tahap penguapan

Gambar 2.4 Tahapan Proses Enzimatis

Degumming merupakan proses pemisahan getah (gum), yaitu lendir yang

terdiri dari phospotida, protein residu, karbohidrat, air, resin, lechitin, dimana

bahan-bahan tersebut merupakan bahan impuritis yang dapat mengganggu proses-

9

Page 10: fat splitting

proses selanjutnya. Misalnya lechitin pada suhu tinggi dapat menghasilkan warna

gelap.

Biasanya proses ini dilakukan dengan cara dehidrasi gum dengan injeksi

asam fospat sehingga kotoran mudah lepas dari minyak, kemudian disusul dengan

proses sentrifugasi minyak yang telah di degumming, selanjutnya dihidrolisa pada

reaktor hidrolisa.

Fat splitting adalah reaktor dimana terjadinya hidrolisa lemak atau minyak

pada reksi hidrolisis, lemak dan minyak akan dirubah menjadi asam lemak dan

gliserol, yang telah dijelaskan pada bagian awal makalah. Hidrolisa lemak atau

minyak untuk menghasilkan asam lemak dan gliserol dilakukan dengan

merasakan air bertekanan dengan minyak atau lemak pada menara splitting.

Minyak dan air secara kontinu di alirkan ke splitting yang beroperasi pada suhu

250oC dan tekanan 50 atm. Gliserol dapat larut dalam air sedangkan asam lemak

tidak larut, sehingga trigliserida terikat bersama asam lemak merupakan bagian

atas dari produk di menara splitting. Sedangkan gliserol dan air berada di bottom

menara. Reaksi yang terjadi bersifat endotermis (memerlukan panas).

Gliserol yang dihasilkan pada proses fat splitting ini berupa larutan yang

mengandung gliserol 12% yang disebut juga dengan sweet water.  Untuk

mendapatkan gliserol murni perlu dihilangkan komponen non gliserol dari larutan

tersebut. Evaporasi dilakukan untuk mengurangi jumlah air sehingga konsentrasi

larutan menjadi lebih tinggi (78%). Evaporasi hanya menghilangkan air,

sedangkan komponen non gliserol lain seperti asam lemak (0,2%) masih terdapat

dalam larutan tersebut. Untuk memisahkannya maka perlu ditambahkan sedikit

kaustik (senyawa basa) sehingga terjadi proses penyabunan (saponifikasi) dimana

asam lemak akan berubah menjadi dalam bentuk garam sehingga ketika didestilasi

komponen tidak terikut bersama gliserol.

Selain asam lemak, komponen yang akan dihilangkan adalah warna. Oleh

karena itu, dilanjutkan dengan proses bleaching, yaitu dengan menambahkan

activated cachoa, yang memiliki pori-pori aktif yang dapat menyerap warna.

Gliserol dapat juga di upgrade dengan proses pertukaran ion (ion-exchange)

10

Page 11: fat splitting

diikuti dengan evaporasi sehingga proses destilasi dapat ditiadakan, atau alternatif

lain gliserol diekstrak dari larutan melalui pertukaran ion. Dengan pemurnian

gliserol di atas, akan diperoleh refined glyserol (99%).

Selain berasal dari proses fat splitting untuk memproduksi asam lemak,

gliserol juga merupakan by product dari beberapa proses industri oleokimia yaitu

saponification untuk memproduksi sabun serta transesterification untuk

memproduksi biodiesel (ester asam lemak).

2.4 Perbandingan Beberapa Proses Fat Splitting

2.4.1 Proses Twitchell

Suhu (oC) : 100-105

Katalis : Asam alkil - aril sulfonat atau siklo alifatik

Waktu (jam) : 12-48

Sistem Operasi : Batch

Perolehan : 85-98 %, larutan gliserol 5-15 % bergantung pada

jumlah tahap dan jenis lemak.

Keuntungan: - Suhu dan tekanan rendah

- Biaya investasi awal relatif rendah

Kelemahan : - Waktu reaksi lama

- Konsumsi steam tinggi, cendrung membentuk asm

berwarna gelap

- Perlu lebih dari satu tahap untuk mendapatkan

perolehan tinggi

- Pengendalian manual

- Biaya tenaga kerja tinggi

2.4.2 Proses Autoclave Batch

Suhu (oC) : a. 150 – 175

: b. 240

Katalis : a. Seng, kalsium atau magnesium oksida

: b. Tanpa katalis

Tekanan (MPag) : a. 5,2 - 10,0

11

Page 12: fat splitting

: b. 2,9 - 10,0

Waktu (jam) : a. 5 - 10

: b. 2- 4

Sistem : Batch

Perolehan : 85-98 %, larutan gliserol 10-15 % bergantung pada jumlah

tahap dan jenis lemak.

Keuntungan : - Dapat diadaptasikan untuk skala kecil

- Biaya investasi awal lebih murah dari pada proses

kontinu

- Lebih cepat dari pada proses twitchell

Kelemahan : - Investasi awal agak tinggi

- Waktu reaksi lebih lambat dari pada proses kontinu

- Otomalisasi pengendalian lebih sukar dibanding

proses kontinu

- Biaya tenaga kerja tinggi

- Perlu lebih dari satu tahap untuk mendapatkan

perolehan lebih baik

2.4.3 Proses Kontinu

Suhu (oC) : 250

Katalis : Opsional

Tekanan (MPag) : 4,1 - 4,9

Waktu (jam) : 2-3

Sistem : Kontiniu

Perolehan : 97-99 %, larutan gliserol 10-25 % bergantung pada

jumlah tahap dan jenis lemak.

Keuntungan : - Tidak butuh ruangan yang luas

- Kualitas produk lebih seragam

- Perolehan lebih tinggi

- Konsentrasi gliserin lebih tinggi

- Biaya operasional lebih murah

- Pengendalian lebih akurat karena otomatis

12

Page 13: fat splitting

Kelemahan : - Investasi awal tinggi

- Suhu dan tekanan tinggi

- Perlu tingkat keahlian penanganan yang tinggi

2.4.4 Proses Enzimatis

Suhu (oC) : 25-46

Katalis : Lipase dari candida rugosa, Aspergillus niger dan

Rhizopus arrhizus

Waktu (jam) : 48-72

Perolehan : 98 %

Keuntungan : Perolehan lebih tinggi

Kelemahan : - Waktu reaksi lama

- Investasi awal tinggi

2.5 Kegunaan Produk

Hasil dari proses hidrolisa adalah asam lemak dan gliserol. Adapun

kegunaan dari produk tersebut:

a. Asam lemak

1. Industri karet

Asam lemak dalam proses pembuatan karet digunakan sebagai softening

dan plasticizing effect.

2. Industri Lilin

Dalam industri lilin, asam lemak digunakan sebagai campuran bahan

untuk pembuatan lilin yang fungsinya untuk mempermudah melepaskan

lilin dari cetakannya. Selain itu dengan ditambahkannya asam lemak

dalam proses pembuatan lilin, akan menjadikan produk lilin yang

dihasilkan tidak cepat meleleh ketika dinyalakan, asap yang dihasilkan

lebih sedikit mengurangi timbulnya tetesan-tetesan lilin.

3. Industri Kosmetik

13

Page 14: fat splitting

Asam lemak dalam industri kosmetik digunakan sebagai bahan campuran

pembuatan produk-produk kosmetik yang fungsinya untuk memberikan

keharuman dan kemilauan.

4. Industri Sabun

Digunakan untuk memproduksi sabun. Selain itu memberikan busa sabun

lebih banyak serta keharuman dan kemilauan.

5. Bila direaksikan dengan H2 (hidrogenasi) akan menghasilkan fatty

alkohol. Adapun kegunaan dari fatty alkohol adalah untuk pembuatan

surfactan anionik, sebagai emulsifier dalam produk-produk pembersih

dan lantai, dsb.

6. Bila direaksikan dengan ester (esterifikasi) akan menghasilkan asam

lemak. Adapun kegunaan dari ester asam lemak adalah untuk bahan

campuran dalam industri-industri textil, sebagai substitute biodisel,

industri pharmasi (obat-obatan).

7. Bila direaksikan dengan nitrogen akan menghasilkan fatty nitrogen.

Produk-produk fatty nitrogen ini banyak digunakan dalam pengolahan

limbah yang fungsinya untuk mengurangi limbah-limbah yang bersifat

unbiodegradable sehingga menjadi biodegradable.

8. Dapat digunakan sebagai lubricants (minyak pelumas).

b. Gliserol

1. Industri Polimer

Dalam industri polimer gliserol digunakan sebagai bahan campuran

dalam pembuatan polimer yang memberikan sifat placticizer dan

stabilizer.

2. Industri Explosive (bahan peledak)

Gliserol sebagai bahan campuran dalam pembuatan bahan peledak.

3. Industri farmasi (obat-obatan)

Gliserol digunakan sebagai solvent dan bahan campuran dalam

pembuatan beberapa jenis produk obat.

BAB 3. PENUTUP

14

Page 15: fat splitting

3.1 Kesimpulan

Fat splitting (Pemecahan Lemak) adalah proses pemecahan lemak dengan

reaksi hidrolisa antara air dan minyak yang menghasilkan gliserol dan

asam lemak.

Proses pemecahan lemak (fat splitting) terbagi menjadi empat macam

yaitu proses Twitchell, proses Autoclave Batch, proses Kontinu, dan

proses secara Enzimatis.

Proses Twitchell merupakan proses yang paling sederhana. Namun, waktu

reaksinya lama dan konsumsi steam-nya tinggi.

Proses Autoclave-Batch merupakan metode komersial paling tua yang

digunakan untuk pemecahan lemak tingkat tinggi, waktu reaksinya lebih

cepat daripada proses Twitchell.

Proses Kontinu merupakan proses yang paling efisien, menghasilkan

konversi yang paling tinggi diantara semua proses fat splitting dengan

waktu reaksi yang singkat. Proses ini sangat baik digunakan untuk proses

fat splitting.

Proses secara Enzimatis memanfaatkan enzim lipase dari mikroorganisme

sebagai biokatalisator.

Produk dari fat splitting adalah asam lemak dan gliserol.

Asam lemak banyak digunakan dalam industri karet, lilin, kosmetik,

sabun, dll. Sedangkan gliserol banyak digunakan dalam industri polimer,

peledak, farmasi, dsb.

DAFTAR PUSTAKA

15

Page 16: fat splitting

Buana, L., D. Siahaan dan S. Adiputra. 2003. “Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit dan Produk Turunannya”. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Hui, Y.H. 1996. “Bailey’s Industrial Oil and Fat Products”., 5th ed. Vol. 2, 3 & 4, Jhon Wiley & Sons, Inc., New York.

Ketaren S. 1986.  “Pengantar Minyak dan Lemak Pangan”. UI Press. Jakarta

Naibaho, P.M. 1998. “Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit”. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Pahan, I. 2006. “Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir”. Penebar Swadaya. Jakarta.

Poeloengan, Z., L. Buana dan Darnoko. 2000. “Potensi Pengembangan Industri Hilir Kelapa Sawit di Indonesia”. WARTA Pusat Pengembangan Kelapa Sawit (PPKS). Vol. 8. Medan.

Salunkhe, D.K.. 1992.”World Oil Seed: Chemistry Teknology and Utilization”. AVI Book. New York. 

16