Top Banner
ANTIDIABETES MELITUS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diabetes melitus atau seringkali disebut penyakit kencing manis atau kencing gula terjadi karena ketidakseimbangan kadar glukosa atau gula dalam darah, sehingga jumlah hormon insulin dalam tubuh juga menjadi tidak normal. Penyakit kencing manis ini bahkan bisa menjadi awal dari terbentuknya penyakit-penyakit kronis lainnya seperti sindrom down, penyakit parkinson, penyakit Huntington, Alzheimer, dan berbagai komplikasi penyakit lainnya. Penderita diabetes melitus di seluruh dunia dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan yang cukup drastis. Diperkirakan 350 juta orang di seluruh dunia mengidap penyakit diabetes. Bahkan yang lebih memprihatinkan, diperkirakan lebih dari 80% kematian akibat penyakit ini terjadi di negara-negara miskin YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm 150 2012 0020
49

Fartok III-Anti Dm

Dec 06, 2015

Download

Documents

alfiyananur

laporan farmakologi dan toksikologi anti diabetes mellitus
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit diabetes melitus atau seringkali disebut penyakit

kencing manis atau kencing gula terjadi karena ketidakseimbangan

kadar glukosa atau gula dalam darah, sehingga jumlah hormon insulin

dalam tubuh juga menjadi tidak normal. Penyakit kencing manis ini

bahkan bisa menjadi awal dari terbentuknya penyakit-penyakit kronis

lainnya seperti sindrom down, penyakit parkinson, penyakit

Huntington, Alzheimer, dan berbagai komplikasi penyakit lainnya.

Penderita diabetes melitus di seluruh dunia dari tahun ketahun

terus mengalami peningkatan yang cukup drastis. Diperkirakan 350

juta orang di seluruh dunia mengidap penyakit diabetes. Bahkan yang

lebih memprihatinkan, diperkirakan lebih dari 80% kematian akibat

penyakit ini terjadi di negara-negara miskin dan berkembang. Di

Indonesia penderita diabetes diperkirakan 3 juta orang atau 15% dari

200 juta penduduk, sedangkan di Eropa mencapai 3-5%.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga memperkirakan bahwa

jumlah kematian akibat diabetes mellitus atau kencing manis ini akan

meningkat dua kali lipat atau lebih selama periosde 2005-2030.

Perkiraan WHO ini terus harus jadi beban renungan bagi kita semua.

Mari kita bahu membahu membantu masyarakat, khususnya

masyarakat Indonesia untuk lebih sadar bahaya dari penyakit ini dan

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 2: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

lebih meningkatkan kewaspadaan dalam menjaga diri agar terhindar

dari penyakit yang cukup mematikan ini.

Dalam percobaan ini kita akan membahas bagaimana

mekanisme kerja dari obat-obat hiperglikemik seperti gibenklamid dan

metformin terhadap tubuh dan bagaimana efek farmakologi dari

masing-masing obat tersebut terhadap diabetes mellitus.

Adapun manfaat dilakukannya percobaan ini, yaitu untuk

menghindari timbulnya penyakit hiperglikemik yang dimana jika terjadi

peningkatan gula dalam darah, maka diupayakan untuk diturunkan

kadarnya.

B. Maksud Percobaan

Maksud percobaan ini adalah untuk menentukan efek dari obat

hiperglikemik yaitu glibenklamid dan metformin berdasarkan

peningkatan kadar glukosa dalam darah hewan coba mencit (

C. Tujuan percobaan

Tujuan percobaan ini adalah unutk mengetahui efek antidiabetes

mellitus dari obat glibenklamid dan metformin terhadap hewan coba

Mencit (Mus musculus).

D. Prinsip percobaan

Penemuan efek obat hiperglikemik yaitu glibenklamid dan

metformin berdasarkan pada pemberian glukosa 10% dan metode

pengukuran glukosa darah pada hewan coba mencit (Mus musculus).

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 3: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Diabetes merupakan penyakit tunggal. Diabetes merupakan

suatu grup sindrom heterogen yang semua gejalanya ditandai dengan

peningkatan gula darah yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif

atau absolut (Mycek, 2002).

Diabetes Melitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu

gangguan kronis yang bercirikan hiperglikemia (glukosa-darah

terlampau meningkat) dan khususnya menyangkut metabolisme

hidratarang (glukosa) di dalam tubuh. Tetapi metabolisme lemak dan

protein juga terganggu (Tjay, 2002).

Diabetes Melitus, suatu penyakit kronik yang terjadi akibat

kekurangan metabolisme glukosa, disebabkan oleh kurangnya sekresi

insulin dari sel-sel beta. Keadaan ini menyebabkan tingginya kadar

gula darah (hiperglikemia). Diabetes melitus ditandai oleh tiga P:

poliuri (meningkatnya keluaran urin), polidipsi (meningkatnya rasa

haus) dan polifagia (meningkatnya rasa lapar) (Kee, 1996)

Kriteria diagnosis diabetes mellitus adalah kadar glukosa puasa

≥ 126 mg/dL atau pada 2 jam setelah makan ≥ 200 mg/dL atau HbA1c

≥ 8%. Jika kadar glukosa 2 jam setelah makan > 140 mg/dL tetapi

lebih kecil dari 200 mg/dL dinyatakan glukosa toleransi lemah

(Kusnandar, 2009).

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 4: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

Penyebab diabetes melitus adalah kekurangan hormon insulin,

yang berfungsi memungkinkan glukosa masuk ke dalam sel untuk

dimetabolisir (dibakar) dan demikian dimanfaatkan sebagai sumber

energi. Akibatnya ialah glukosa bertumpuk di dalam darah

(hiperglikemia) dan akhirnya diekskresikan lewat kemih tanpa

digunakan (glycosuria). Karena itu, produksi kemih sangat meningkat

dan penderita sering berkemih, merasa amat haus, berat badan

menurun dan merasa lelah. Penyebab lain adalah menurunnya

kepekaan reseptor sel bagi insulin (resistensi insulin) yang diakibatkan

oleh makan terlalu banyak dan kegemukan (overweight) (Tjay, 2002).

Diabetes dapat dibagi menjadi dua grup berdasarkan kebutuhan

insulin: diabetes melitus tergantung insulin (IDDM atau tipe I) dan

diabetes melitus tidak tergantung insulin (NIDDM atau tipe II) serta

tipe lainnya yaitu tipe hamil dan tipe lain (Mycek, 2001) :

1. Diabetes Tipe I (diabetes melitus tergantung-insulin, IDDM)

Diabetes tergantung-insulin umumnya menyerang anak-anak,

tetapi IDDM dapat juga terjadi di antara orang dewasa. Pada tipe

ini terdapat destruksi dari sel-sel beta pankreas, sehingga tidak

memproduksi insulin lagi dengan akibat sel-sel tidak bisa

menyerap glukosa dari darah. Karena itu kadar glukosa darah

meningkat di atas 10 mmol/l, yakni nilai ambang-ginjal, sehingga

glukosa berlebihan dikeluarkan lewat urin bersama banyak air

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 5: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

(glycosuria). Di bawah kadar tersebut, glukosa ditahan oleh tubuli

ginjal (Tjay, 2002).

Penyebab diabetes tipe I yaitu adanya ledakan sekresi insulin

pada keadaan normal terjadi setelah menelan makanan sebagai

respons terhadap peningkatan sekilas kadar glukosa dan asam

amino yang bersirkulasi. Pada periode pasca-absorbsi, kadar

insulin basal rendah yang bersirkulasi dipelihara melalui sekresi

sel beta (Mycek, 2001).

2. Diabetes Tipe II (diabetes melitus tak tergantung insulin, NIDDM)

Sebagian besar diabetes termasuk dalam kategori ini. Tampaknya

faktor genetik merupakan penyebab yang lebih besar daripada

virus atau antibodi autoimun. Perubahan metabolik yang

diobservasi lebih ringan daripada yang dijelaskan untuk IDDM

(misalnya, penderita NIDDM bukan tipe ketotik), tetapi

konsekuensi klinik jangka panjang dapat juga membinasakan

(misalnya, komplikasi vaskular dan infeksi setelahnya dapat

menyebabkan amputasi ekstremitas bawah) (Mycek, 2001).

Lazimnya mulai di atas 40 tahun dengan insidensi lebih besar

pada orang gemuk (overweight, dengan BMI> 27) dan pada usia

lebih lanjut. Mereka yang hidupnya makmur, makan terlampau

banyak dan kurang gerak badan lebih besar lagi resikonya (Tjay,

2002).

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 6: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

3. Tipe kehamilan

Diabetes kehamilan (GDM) pada wanita hamil dengan penyakit

gula regulasi glukosa yang ketat adalah penting sekali untuk

menurunkan resiko akan keguguran spontan, cacat-cacat dan

overweight bayi atau kematian perinatal (Tjay, 2002).

Diabetes kehamilan, yang biasanya terjadi pada trimester terakhir

kehamilan dan memiliki patofisiologi yang mirip dengan diabetes

tipe 2. Tidak mengherankan bahwa 30-50% pasien dengan

diabetes pada kehamilan menjadi penderita diabetes melitus tipe

2 dalam kurun waktu 10 tahun (Davey, 2005).

4. Tipe lain

Kegagalan pankreas eksokrin: pankreatitis, pankreatekromi,

kerusakan (krsiboma, fibrosis kristik, hemokromatis). Penyakit

endokrin: sindrom Chusing, akromegali, glukagonoma,

feokromositoma (Davey, 2005).

Keluhan umum pada pasien DM seperti poliuria, polidipsia,

polifagia dan DM usia lanjut pada umumnya tidak ada. Sebaliknya,

yang sering mengganggu pasien ialah keluhan akibat komplikasi

degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM usia

lanjut, terdapat peruabahan patofisiologi akibat proses menjadi tua

sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala

sampai dengan komplikasi yang lebih lanjut (Misnadiarly, 2006).

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 7: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

Pankreas adalah suatu organ lonjong dari kira-kira 15 cm, yang

terletak di belakang lambung dan sebagian di belakang hati. Organ ini

terdiri dari 98% sel-sel dengan sekresi ekstern, yang memproduksi

enzim-enzim cerna yang disalurkan ke duodenum. Sisanya terdiri dari

kelompok sel (pulau Langerhans) dengan sekresi intern, yakni

hormon-hormon yang disalurkan langsung ke aliran darah. Dalam

pankreas terdapat empat jenis sel endokrin yakni:

a. sel-alfa, yang memproduksi hormon glukagon

b. sel-beta dengan banyak granula berdekatan membran selnya, yang

berisi insulin (Lat. Insula= pulau).setiap hari disekresikan k.l. 2 mg

(=50 UI) insulin, yang dengan aliran darah diangkut ke hati. Kira-

kira 50% dari hormon ini dirombak di sini, sisanya diuraikan dalam

ginjal.

c. sel-D memprodusir somasostatin (antagonis somatropin)

d. sel-PP memprodusir PP (pancreatic polypeptide), yang mungkin

berperan pada penghambatan sekresi endokrin dan empedu.

(Tjay, 2002).

Pada diabetes melitus terdapat kekurangan relatif atau absolut

insulin yang menyebabkan penurunan ambilan glukosa oleh jaringan

yang sensitif terhadap insulin dan hal tersebut mempunyai

konsekuensi yang serius. Lipolisis dan proteolisis otot menyebabkan

penurunan berat badan dan kelemahan. Kadar asam lemak bebas dan

gliserol dalam darah meningkat (Neal, 2006).

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 8: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

Insulin merupakan protein kecil yang mengandung dua rantai

polipeptida yang dihubungkan oleh ikatan disulfida. Disintesis sebagai

protein prekursor (pro-insulin) yang mengalami pemisahan proteolitik

untuk membentuk insulin dan peptida C, keduanya disekresi oleh sel-

beta pankreas (Mycek, 2001).

Sekresi insulin diatur tidak hanya oleh kadar glukosa darh tetapi

juga hormon lain dari mediator autonomik. Skresi insulin umumnya

dipacu oleh ambilan glukosa darah yang tinggi dan di fosforilasi dalam

sel-beta pankreas. Kadar adenosin trifosfat (ATP) meningkatkan dan

menghambat saluran K+, menyebabkan membran sel depolarisasi dan

influks Ca2+, yang menyebabkan pulsasi eksositosis insulin (Mycek,

2001).

Insulin dilepaskan dari sel-sel beta pulau Langerhans dalam

responsnya terhadap peningkatan glukosa darah. Pankreas secara

normal mensekresikan 40-60 unti insulin setiap harinya. Insulin

meningkatkan ambilan glukosa, asam amino dan asam lemak dan

mengubahnya menjadi bahan-bahan yang disimpan dalam sel-sel

tubuh. Glukosa diubah menjadi glikogen untuk keperluan glukosa di

masa mendatang dalam hepar dan otot, sehingga menurunkan kadar

glukosa dalam darah (Kee, 1996).

Reseptor insulin adalah glikoprotein pembentuk membran yang

terdiri dari dua subunit α dan dua subunit β yang terikat secara

kovalen oleh ikatan disulfida. Setelah insulin terikat pada subunit α,

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 9: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

kompleks insulin-reseptor memasuki sel, di kompleks insulin-reseptor

mendasari down-regulation reseptor yang dihasilkan oleh kadar insulin

tinggi (misalnya pada pasien obes). Ikatan insulin pada reseptor

mengaktivasi aktivitas tirosin kinase subunit β dan memulai suatu

rantai kompleks reaksi-reaksi yang menyebabkan efek insulin (Neal,

2006).

Resistensi insulin adalah peristiwa pada mana sel-sel menjadi

kurang peka bagi insulin dengan efek berkurangnya penyerapan

glukosa dari darah. Lagi pula sel-β di pankreas distimulir agar

produksinya ditingkatkan. Akhirnya sel- β tidak mampu

mempertahankan peningkatan sel insulin ini dan terlalu sedikit glukosa

memasuki sel. Akibatnya kadar glukosa-darah naik dan lambat laun

terjadilah diabetes tipe-2 (DM2) (Tjay, 2002).

Obat-obat antidiabetika oral adalah sebagai berikut (Tjay, 2002) :

1. Sulfonilurea: tolbutamida, klorpropamida, glibenklamida, glikazida,

glipizida, glikidon dan glimepirida.

Sulfonilurea menstimulasi sel-sel beta dari pulau Langerhans,

sehingga sekresi insulin ditingkatkan. Di samping itu, kepekaan sel-

sel beta bagi kadar glukosa-darah diperbesar melalui pengaruhnya

atas protein-transpor glukosa. Obat ini hanya efektif pada penderita

tipe 2 yang tidak begitu berat, yang sel-sel betanya masih bekerja

cukup baik. Ada indikasi bahwa obat-obat ini juga memperbaiki

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 10: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

kepekaan organ tujuan terhadap insulin dan menurunkan absorpsi

insulin oleh hati.

2. Kalium-chanel blockers: repaglinida, nateglinida.

Senyawa ini sama mekanisme kerjanya dengan sulfonilurea,

hanya pengikatan terhadi di tempat lain dan kerjanya lebih singkat.

3. Biguanida

Berbeda dengan sulfonilurea, obat ini tidak menstimulasi

pelepasan insulin dan tidak menurunkan gula-darah pada orang

sehat. Zat ini juga menekan nafsu makan (efek anoreksan) hingga

berat badan tidak meningkat, maka layak diberikan pada penderita

yang kegemukan. Penderita ini biasanya mengalami resistensi

insulin, sehingga sulfonilurea kurang efektif.

4. Glukosidase-inhibitors: akarbose dan miglitol

Zat-zat ini bekerja atas dasar persaingan merintangi enzim alfa-

glukosidase di mukosa duodenum, sehingga reaksi penguraian

polisakarida monosakarida terhambat. Dengan demikian glukosa

dilepaskan lebih lambat dan absorpsinya ke dalam darah juga

kurang cepat, lebih rendah dan merata, sehingga puncak kadar-

gula darah dihindarkan.

5. Thiozilidinedion: rosiglitazon dan pioglitazon.

Berdaya mengurangi resistensi insulin dan meningkatkan

sensitivitas jaringan perifer untuk insulin. Oleh karena ini

penyerapan glukosa ke dalam jaringan lemak dan otot meningkat,

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 11: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

juga kapasitas penimbunannya di jaringan ini. Efeknya ialah kadar

insulin, glukosa dan asam lemak bebas dalam darah menurun,

begitupula gluconeogenesis dalam hati.

6. Penghambat DPP-4: sitagliptin dan vildagliptin.

Obat-obat kelompok terbaru ini bekerja berdasarkan penurunan

efek hormon increatin. Increatin berperan utama terhadap produksi

insulin di pankreas dan yang terpenting adalah GLPI dan GIP, yaitu

glukagon-like peptide dan glucuse-dependent insulinotropic

polypeptide. Increatin ini diuaraikan oleh suatu enzim khas DPP 4

(dipeptidylpeptidase). Dengan penghambatan enzim ini, senyawa

gliptin mengurangi penguraian dan inaktivasi creatin, sehingga

kadar insulin akan meningkat.

Penanganan diabetes (Tjay, 2002).

Tindakan umum

a. Diet. Pokok pangkal penanganan diabetes adalah makan dengan

bijaksana. Semua pasien selalu harus mengawali diet dengan

pembatasan kalori, terlebih-lebih pada pasien dengan overweight

(tipe 2). Makanan perlu dipilih secara seksama dengan perhatikan

pembatasan lemak total, lemak trans dan lemak jenuh untuk

mencapai normalisasi kadar glukosa dan lipida darah.

b. Gerak badan. Bila terdapat resistensi insulin, gerak badan secara

teratur (jalan kaki atau bersepeda, olahraga) dapat

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 12: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

menguranginya. Hasilnya insulin dapat dipergunakan secara lebih

baik oleh sel tubuh dan dosisnya pada umumnya dapat diturunkan.

c. Berhenti merokok karena nikotin dapat dapat mempengaruhi

secara buruk penyerapan glukosa oleh sel. Lagi pula merokok

menghasilkan banyak radikal bebas.

B. Uraian Bahan

1. Uraian bahan aktif

a. Air suling ( Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Aqua Destillata

Nama lain : Air suling

RM / BM : H2O / 48,02

Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau,

jernih, tidak mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pelarut

b. Betadine®, Povidon Iodum (Ditjen POM, FI IV 1995)

Nama Resmi : Povidoni Iodum

Nama Lain : Povidon Iodum

Pemerian : Serbuk amorf, coklat kekuningan, sedikit

berbau khas. Larutan bereaksi asam

terhadap kertas lakmus.

Kelarutan : Larut dalam air dan dalam etanol, praktis

tidak larut dalam kloroform, dalam karbon

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 13: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

tetrakloridam dalam eter, dalam heksana,

dan dalam aseton

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai antiseptic

c. Alkohol (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Aetanolum

Sinonim : Etanol, alkohol

BM/RM : 46,0 / C2H5OH

Rumus Bangun : C2H5

OH

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, mudah

menguap dan mudah bergerak, bau khas,

rasa panas mudah terbakar dengan

memberikan nyala biru yang tidak

berasap.

Kelarutan : Sangat mudah larut dal;am air dan

kloroform dan dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai antiseptik

d. Na CMC (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : Natrium carboksimetilselulosa

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 14: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

Nama lain : Natrium karboksil metil selulosa

Pemerian : Serbuk atau butiran putih atau kering

gading tidak berbau atau hampir tidak

berbau hidrofobik

Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk

seperti koloidal, tidak larut dalam etanol

95% p dalam eter p dan dalam organik

lain.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai kontrol

e. Glukosa (Dirjen POM, 1995)

Nama resmi : Dextrosum

Nama lain : Dekstrosa/glukosa

RM/BM : C6H12O6.H2O/198,17

Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau

serbuk granul putih ; tidak berbau; rasa

manis.

Kelarutan : Mudah larut dalam air; sangat mudah larut

dalam air mendidih; larut dalam etanol

mendidih; sukar larut dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai sampel

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 15: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

f. Metformin (Ditjen POM ; 1995)

Nama resmi : METFORMINI HYDROCHLORIDUM

Nama lain : Metformin/Glucophage

RM/BM : C4H11N5./195,6

Pemerian : Serbuk hablur putih; tidak berbau atau

hampir tidak berbau; higroskopik.

Kelarutan : Mudah larut dalamair; praktis tidak larut

dalam eter dan dalam kloroform; sukar

larut dalam etanol.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai anti-diabetik

g. Glibenklamida (Ditjen POM ; 1995)

Nama resmi : GLIBENCLAMIDUM

Nama lain : Glibenklamida

RM/BM : C23H28CIN3O5S / 494,0

Pemerian : Serbuk hablur putih, putih atau hamper

putih tidak berbau atau hampir tidak

berbau..

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dalam eter,

sukar larut dalam etanol dan dalam

methanol, larut sebagian dalam kloroform

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai anti-diabetik

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 16: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

2. Uraian Obat

a. Glibenklamid

Nama Generik : Glibenklamid

Golongan obat : Sulfonilurea

Indikasi : Diabetes melitus pada orang dewasa, tanpa

komplikasi yang tidak responsif dengan diet

saja.

Farmakodinamik : Glibenclamid merangsang sekresi insulin dari

granul sel – sel β langerhans pancreas.

Rangsangannya melalui interaksinya dengan

ATP sensitive K channel (gunawan, 2009).

Farmakokinetik : Sulfonilurea generasi II, umumnya potensi

hipoglikemiknya hampir 100x lebih besar dari

generasi I. meski waktu paruhnya pendek,

hanya sekitar 3 – 5 jam, efek

hipoglikemiknya berlangsung 12 – 24 jam,

sering cukup diberikan 1x sehari. Alasan

mengapa masa paruh yang pendek ini,

memberikan efek hipoglikemik panjang,

belum diketahui (Gunawan, 2009).

Efek samping : Kadang – kadang terjadi gangguan saluran

cerna seperti ; mual, muntah dan nyeri

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 17: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

epigastrik. Sakit kepala, demam, reaksi

alergi pada kulit.

Interaksi obat : Efek hipoglikemia ditingkatkan oleh alkohol,

siklofosfamid,  antikoagulan kumarina,

inhibitor MAO, fenilbutazon, penghambat

beta adrenergik, sulfonamida. Efek

hipoglikemia diturunkan oleh adrenalin,

kortikosteroid, tiazida.

Dosis : Permulaan 1 dd 2,5 – 5 mg, bila perlu di

naikkan setiap minggu sampai maksimal 2

dd 1 mg (Tjay, 2002).

Kontraindikasi : Wanita diabetes yang sedang hamil,

penderita glikosuria renal non-diabetes,

hipersensitivitas (Theodorus, 1996).

Mekanisme kerja : Merangsang sekresi insulin dari sel-sel beta

pulau Langerhans, menurunkan keluaran

glukosa dari hati, meningkatkan sensitivitas

sel-sel sasaran perifer terhadap insulin (Tjay,

2002)

b. Metformin

Nama generik : Metformin

Golongan obat : Biguanida

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 18: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

Indikasi : Memperbaiki sensitivitas insulin, terutama

menghambat pembentukan glukosa dalam

hati, serta menurunkan kolestrol-LDL dan

trigliserida (Tjay, 2002).

Farmakodinamik : Tidak merangsang ataupun menghambat

perubahan glukosa menjadi lemak. Pada

penderita diabetes yang gemuk, ternyata

pemberiaan biguanid menurunkan berat

badan dengan mekanisme yang belum jelas

pada orang nonbiabetik yang gemuk tidak

timbul penurunan berat badan dan kadar

glukosa (Ganiswara, 1995).

Farmakokinetik : Metformin mudah diabsorbsi oral, tidak terikat

dengan protein serum dan tidak

dimetabolisme. Ekskresi melalui urin (Mycek,

2001).

Efek samping : Hampir 20% pasien dengan metformin

mengalami mual; muntah, diare serta kecap

logam (matalic taste); tetapi dengan

menurunkan dosis keluhan-keluhan tersebut

segera hilang (Ganiswara, 1995).

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 19: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

Dosis : Dosis awal: 1 x sehari 1 tablet (pagi)

Dosis pemeliharaan: 2 x sehari 1 tablet (pagi

dan malam)

Kontraindikasi : Biguanid tidak boleh diberikan pada

kehamilan, pasien penyakit hepar berat,

penyakit ginjal dengan uremia dan penyakit

jantung kongestif dan ppenyakit paru dengan

hipoksia kronik (Ganiswara, 1995).

Mekanisme kerja : meningkatkan sensitivitas sel-sel tubuh

terhadap insulin dengan jalan memperbaiki

transport dan meningkatkan penggunaan

glukosa oleh sel-sel otot dan ekstrahepatik

lainnya (Tjay, 2002)

C. Uraian Hewan coba

1. Klasifikasi Mencit (Malole, 1989)

Kingdom             : Animalia

Division                  : Vertebrata

 Class                    : Mamalia

 Subclass              : Theria

 Infraclass             : Eutheria

   Ordo                   : Rodenta

   Familia               : Muridae

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 20: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

   Genus                : Mus

   Spesies              : Mus musculus

2. Karakteristik mencit

Hewan pengerat yang cepat berbisek,mudah dipelihara dalam

jumlah banyak,variasi genetik cukup besar.

Denyut jantung 600/menit

Berat lahir 0,5-1,5 gram,berat jantan dewasa 20-40 gram, berat

betina dewasa 25-40gram.

Luas permukaan tubuh 30 cm2

Mulai kawin jantan 50 hari,betina 50-60 hari

Siklus birahi 4-5 hari

Lama kehamilan 19-21 hari

Jumlah anak /lahir 10-12 ekor

Volume tidalnya 0,15 ml

D. Patofisiologi

DM tipe 1 (IDDM) terjadi pada 10% dari semua kasus diabetes.

Secara umum, DM tipe ini berkembang pada anak-anak atau pada

awal masa dewasa yang disebabkan oleh kerusakan sel β

pankreas akibat autoimun, sehingga terjadi defisiensi insulin

absolut. Reaksi autoimun umumnya terjadi setelah waktu yang

panjang (9-13 tahun) yang ditandai oleh adanya parameter-

parameter sistem imun ketika terjadi kerusakan sel β.

Hiperglikemia terjadi bila 80-90% dari sel β rusak.

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 21: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

DM tipe 2 (NIDDM) terjadi pada 90% dari semua kasus diabetes

dan biasanya ditandai dengan resistensi insulin dan defisiensi

insulin relatif. Resistensi insulin ditandai dengan peningkatan

lipolisis dan produksi asam lemak bebas, peningkatan produksi

glukosa hepatik, dan penurunan pengambilan glukosa pada otot

skelet. Disfungsi sel β mengakibatkan gangguan pada

pengontrolan glukosa darah. DM tipe 2 lebih disebabkan karena

gaya hidup penderita diabetes (kelebihan kalori, kurangnya

olahraga, dan obesitas) dibandingkan pengaruh genetik.

Diabetes yang disebabkan oleh faktor lain (1-2% dari semua

kasus diabetes) termasuk gangguan endokrin (misalnya

akromegali, sindrom Cushing), diabetes melitus gestational

(DMG), penyakit pankreas eksokrin (pankreatitis), dan karena obat

(glukokortikoid, pentamidin, niasin, dan α-interferon).

Gangguan glukosa puasa dan gangguan toleransi glukosa terjadi

pada pasien dengan kadar glukosa plasma lebih tinggi dari normal

tetapi tidak termasuk dalam DM. Gangguan ini merupakan faktor

resiko untuk berkembang menjadi penyakit DM dan kardiovaskular

yang berhubungan dengan sindrom resistensi insulin.

Komplikasi mikrovaskular berupa retinopati, nuropati dan nefropati

sedangkan komplikasi makrovaskular berupa penyakit jantung

koroner, stroke dan penyakit vaskular periferal.

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 22: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

BAB III

METODE KERJA

A. Alat

Alat yang digunakan untuk praktikum kali ini adalah botol

semprot, gelas kimia, labu ukur, sendok tanduk, spoit 1 ml, stopwatch,

dan timbangan analitik.

B. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu aluminium

foil, alkohol, aquadest, betadine, glibenklamid, glukosa 10%, kapas,

kertas timbang, metformin dan Na CMC.

C. Hewan Coba

Adapun hewan coba yang digunakan dalam praktikum adalah

mencit (Mus musculus).

D. Cara Kerja

1. Pembuatan bahan obat

a. Glibenklamid

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang glibenklamid sebanyak 24,06 mg

3. Dimasukkan ke dalam labu ukur

4. Dilarutkan dengan 10 ml aquadest

5. Dihomogenkan

6. Diberi etiket

b. Metformin

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 23: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang metformin sebanyak 20,72 mg

3. Dimasukkan kedalam labu ukur

4. Dilarutkan dengan 10 ml aquadest

5. Dihomogenkan

6. Diberi etiket

2. Perlakuan hewan coba

1. Disiapkan mencit yang bersih dan sehat

2. Dipuasakan selama 6-8 jam

3. Diukur kadar glukosa awal mencit

4. Diinduksikan dengan glukosa 10%

5. Diukur kadar glukosa setelah induksi

6. Diberi obat hiperglikemik per oral (glibenklamid, metformin dan

Na CMC sebagai kontrol) pada masing-masing mencit

7. Diukur lagi kadar glukosa akhir pada menit ke 15’, 30’,60’ dan

90’.

BAB IV

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 24: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

DATA PENGAMATAN

A. Tabel pengamatan

Mencit Kadar glukosa

awal

Setelah diinduksi glukosa 10 %

Waktu pengujian (setelah pemberian obat hipoglikemik secara oral)15’ 30’ 60’

pertama 160 mg/dL 143 mg/dL 131 mg/dL 202 mg/dL 165 mg/dLkedua 188 mg/dL 176 mg/dL 186 mg/dL 147 mg/dL 118 mg/dLketiga 110 mg/dL 143 mg/dL 92 mg/dL 154 mg/dL 169 mg/dL

keempat 147 mg/dL 140 mg/dL 156 mg/dL 132 mg/dL 120 mg/dLkelima 138 mg/dL 169 mg/dL 107 mg/dL 66 mg/dL 58 mg/dL

keenam 118 mg/dL 138 mg/dL 130 mg/dL 140 mg/dL 85 mg/dL

Keterangan :

Mencit I dan IV diberi Na.CMC

Mencit II dan III diberi Glibenklamid

Mencit V dan VI diberi Metformin

B. Pembahasan

Diabetes melitus adalah penyakit tunggal yang ditandai dengan

peningkatan gula darah di luar batas normal dan khususnya

menyangkut metabolisme glukosa di dalam tubuh. Tetapi metabolisme

lemak dan protein juga terganggu.

Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin, yang berfungsi

memungkinkan glukosa masuk ke dalam sel untuk dimetabolisir

(dibakar) dan demikian dimanfaatkan sebagai sumber energi.

Akibatnya ialah glukosa bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia) dan

akhirnya diekresikan lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria).

Karena itu, produksi kemih sangat meningkat dan penderita sering

berkemih, merasa amat haus, berat badan menurun dan merasa

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 25: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

lelah. Penyebab lain adalah menurunnya kepekaan reseptor sel bagi

insulin (resistensi insulin) yang diakibatkan oleh makan terlalu banyak

dan kegemukan.

Diabetes dapat ditangani dengan tindakan umum, seperti diet,

gerak badan, dan berhenti merokok. Selain itu, dapat ditangani

dengan pengobatan baik dengan insulin maupun dengan pemberian

obat-obat hiperglikemia oral. Adapun obat-obat hiperglikemia oral

biasa digunakan dengan tujuan untuk:

1. Meningkatkan sekresi insulin, sehingga dapat menurunkan kadar

gula dalam darah

2. Memperlambat penyerapan glukosa pada usus halus, sehingga

kadar gula dalam darah menurun

3. Meningkatkan sensitivitas terhadap insulin.

Pada percobaan kali ini, obat yang digunaka adalah obat

golongan sulfonilurea dan biguanida. Dimana mekanisme kerja dari

sulfonilurea yaitu menstimulasi sel-sel β dari pulau Langerhans,

sehingga sekresi insulin ditingkatkan. Di samping itu, kepekaan sel-sel

β bagi kadar glukosa-darah diperbesar melalui pengaruhnya atas

protein-transpor glukosa. Dan contoh obat yang digunakan dari

golongan ini adalah glibenklamid.

Glibenklamid dengan khasiat hipoglikemisnya yang kira-kira 100

kali lebih kuat daripada tolbutamida. Seringkali ampuh dimana obat-

bat lain sudah tidak efektif lagi. Pola kerjanya berbeda dengan

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 26: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

sulfonilurea lainnya, yaitu dengan dosis tunggal pagi haru mampu

menstimulir sekresi insulin pada setiap pemasukan glukosa (pada

saat makan).

Berbeda dengan sulfonilurea, obat golongan biguanda tidak

menstimulasi pelepasan insulin dan tidak menurunkan gula-darah

pada orang sehat. Tetapi menekan nafsu makan sehingga berat

badan tidak meningkat, maka obat ini layak untuk diberikan pada

penderita yang kegemukan. Yang dimana penderita ini biasanya

mengalami resistensi insulin. Dan contoh obat yang digunakan dari

golongan obat ini yaitu metformin.

Metformin berkhasiat memperbaiki sensitivitas-insulin, terutama

menghambat pembentukan glukosa dalam hati serta menurunkan

kolesterol-LDL dan trigliserida. Juga berdaya menekan nafsu makan

sehingga tidak meningkatkan berat badan.

Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu untuk

mengetahui efek farmakologi dari obat-obat hiperglikemia yaitu

glibenklamid dan metformin berdasarkan penurunan glukosa-darah

hewan coba mencit (Mus musculus), dengan prinsip percobaan yaitu

dengan diinduksi glukosa 10% dan diukur kadar glukosa awal,

kemudian diberikan obat glibenklamid pada mencit kedua dan ketiga,

metformin pada mencit kelima dan keenam, dan Na CMC sebagai

kontrol pada mencit pertama dan keempat. Selanjutnya diukur lagi

kadar glukosa-darahnya.

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 27: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

Sebelum dilakukan perlakuan terhadap hewan coba mecit,

terlebih dahulu dipuasakan selam 6-8 jam agar makanan yang

dimakan mencit tidak berpengaruh nantinya ketika diukur kadar

glukosa darahnya. Kemudian diukur kadar glukosa darah awal dengan

tujuan untuk mengatahui kadar glukosa darah awa hewan coba

mencit sebelum diinduksi dengan glukosa 10% dan diabndingan

dengan setelah diinduksi. Selanjutnya hewan coba mencit diinduksi

dengan glukosa 10% dan diukur kembali kadar glukosa darahnya.

Adapun tujuan digunakannya glukosa 10 % karena bersifat isotonis

terhadap tubuh, dan jika lebih akan mengakibatkan sel menggembung

dan pecah, sedangkan jika kurang dari 10% maka sel akan

mengkerut.

Setelah hewan coba mencit diinduksi dengan glukosa 10%,

hewan coba mencit didiamkan selama kurang lebih 1 jam untuk

kemudian diberikan obat hiperglikemia glibenklamid, metformin dan

Na CMC secara oral. Setelah 1 jam kemudian, hewan coba mencit

pertma dan keempat diberikan Na CMC, mencit kedua dan ketiga

diberi obat glibenklamid dan mencit kelima dan keenam diberi obat

metformin. Kemudian diukur kadar glukosa akhir pada menit ke 15’,

30’ dan 60’.

Perlakuan pada hewan coba mencit setelah pemberian oral Na

CMC menunjukkan adanya penurunan glukosa darah, tetapi pada

mencit perma untuk menit ke 30’ menunjukkan adanya peningkatan.

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 28: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

Sedangkan setelah pemberian oral obat glibenklamid dan metformin,

menunjukkan adanya penurunan kadar glukosa darah pada menit ke

15’, 30’ dan 60’. Tetapi pada mencit keenam untuk menit ke 30’,

menunjukkan adanya peningkatan kadar glukosa darah.

Dari hasil perlakuan pada hewan coba mencit yang dilakukan

saat pemberian obat dan di amati selama interval waktu 15’, 30’ dan

60’, oabt hiperglikemik oral yang efektif menurunkan kadar glukosa

darah yaitu glibenklamid, karena setelah pemberian obat tersebut

kadar glukosa darah hewan coba mencit menurun banyak.

Adapun hal-hal yang menjadi faktor kesalahan dalam praktikum

kali ini, yaitu:

1. Adanya kesalahan dalam pemberian obat secara oral terhadap

hewan coba

2. Adanya ketidaktelitian praktikan dalam pengukuran kadar glukosa

darah hewan coba mencit.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 29: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

Dari hasil yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Obat golongan sulfonilurea efektif menurunkan kadar glukosa-

darah.

2. Persen banyaknya penurunan kadar glukosa darah yang

dihasilkan oleh obat glibenklamid dan metformin adalah 63,29%

dan 57,97%.

B. Saran

Adapun yang ingin disampaikan, yaitu:

Sebaiknya praktikan lebih teliti lagi dalam melakukan percobaan,

agar kesalahan-kesalahan yang terjadi tidak terulang kembali pada

praktikum selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM. 1979. “Farmakope Indonesia”, Edisi III. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 30: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

Ditjen POM. 1995. “Farmakope Indonesia”, Edisi IV. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Davey, Patrick. 2005. “At a Glance Medicine”. Erlangga: Jakarta.

Ganiswara, S. 1995. “Farmakologi dan Terapi” Edisi IV.UI Press: Jakarta.

Gunawan, 2009. “Farmakologi dan Terapi” Edisi V. UI Press : Jakarta.

Kee, Joyce.L. 1996. “Farmakologi: Pendekatan proses keperawatan”. EGC: Jakarta.

Kusnandar, dkk. 2009. “Iso Farmakoterapi”. PIAI: Jakarta.

Malole, M.B. 1989. “Penggunaan Hewan Coba di Laboratorium”. Ditjen Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas: Bandung.

Misdaniaty. 2006. “Diabetes Melitus: Gangren, ulcer, infeksi Mengenai gejala, menanggulangi dan mencegah komplikasi Edisi 1. Pustaka Popiler Obor: Jakarta.

Mycek J, Mary, dkk. 2001. “Farmakologi Ulasan Bergambar”. Widya Medika: Jakarta.

Theodorus, 1996. “Penuntun Praktisi Peresepaan Obat”. EGC: Jakarta

Tjay, T.H. dkk.2002. “Obat-Obat Penting” Edisi V. PT. Gramedia : Jakarta.

LAMPIRAN

1. Skema kerja

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Mencit

Page 31: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

1 jam kemudian

2. Perhitungan dosis obat

a. Glibenklamid 5 mg

Untuk dosis obat minimal = 5 mg x 0,0026

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Dipuasakan selama 6-8

Diukur glukosa darah awal mencit

Diinduksi glukosa 10%

Diukur glukosa darah mencit setelah induksi

Diberikan obat secara oral

Na CMC Glibenklamid Metformin

Diukur glukosa darah mencit pada menit ke 15’, 30’, 60’ dan 90’

Page 32: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

= 0,013 mg

Untuk dosis obat maximal = 3020

x 0,013

= 0,0195 mg

Larutan stok = 10ml1ml

x 0,0195

= 0,195 mg/ 10 ml

BYD =0,1955mg

x 617,4mg

= 24,06 mg/ml

b. Metformin 500 mg

Untuk dosis minimal = 500 mg x 0,0026

= 1,3 mg

Untuk dosis maximal = 3020x1,3mg

= 1,95 mg

Larutan stok = 10ml1ml

x 1,95mg

= 19,5 mg / 10 ml

BYD = 19,5500

x531,3mg

= 20,72 mg

3. Perhitungan persen penurunan kadar kolesterol

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020

Page 33: Fartok III-Anti Dm

ANTIDIABETES MELITUS

% kadar = Setelah Induksi−Setelah PemberianObat

Setelah induksi x100%

a. Glibenklamid

Mencit

= 188−69

180x 100%

= 63,29%

b. Metformin

Mencit

= 138−58

138x 100%

= 57,97%

YAYU RAHMI RAMADANI SAPATI IVA MUKRIMA S.Farm150 2012 0020