Top Banner
2013 PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOLOGI LABORATORIUM FARMAKOLOGI PROGRAM STUDI D3 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN 2013
40

Farmakologi Siap Cetak

Nov 24, 2015

Download

Documents

ridhasafara
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

PRAKATABismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya atas terbitnya buku petunjuk praktikum farmakologi ini.

Buku praktikum ini disusun secara sederhana dengan maksud agar dapat memberi panduan bagi mahasiswa dalam melaksanakan praktikum farmakologi.

Mata praktikum ini merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mahasiswa Diploma III Farmasi. Oleh karenanya bimbingan serta evaluasi kegiatan praktikum ini harus dilakukan dengan cermat.

Teori lebih lanjut mengenai hal-hal yang berhubungan dengan praktikum dapat dipelajari dalam kuliah atau literatur farmakologi.

Semoga buku petunjuk praktikum farmakologi ini dapat bermanfaat sebagai salah satu evaluasi praktek mahasiswa. Segala kritik dan saran untuk penyempurnaan buku ini, kami terima dengan senang hati. Akhirnya kepada para mahasiswa kami ucapkan : Selamat praktikum dan sukses

Banjarmasin, Februari 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

HalamanHALAMAN JUDULi

PRAKATAii

DAFTAR ISIiiiTATA TERTIB PRAKTIKUM FARMAKOLOGI1

FORMAT LAPORAN3PERCOBAAN I4Cara Bekerja Dengan Binatang PercobaanPERCOBAAN II11Pengaruh Cara Pemberian Terhadap Absorbsi ObatPERCOBAAN III13Metabolisme ObatPERCOBAAN IV17

AnalgetikaPERCOBAAN V19Efek Tonik

PERCOBAAN VI22Anti InflamasiTATA TERTIB PRAKTIKUM FARMAKOLOGIA. DI LABORATORIUM

1. Mahasiswa harus datang 15 menit sebelum praktikum dimulai, terlambat lebih dari 10 menit dengan alasan apapun tidak diijinkan mengikuti praktikum.

2. Mahasiswa memasuki ruangan praktikum jika laboran memperbolehkan masuk.

3. Ijin ketidakhadiran hanya berlaku jika sakit (disertai keterangan dokter), keluarga (bapak, ibu, adik atau kakak) ada yang meninggal dunia, dan sebab keadaan darurat berkaitan jiwa dan mahasiswa wajib mengganti praktikum pada hari lain.

4. Mahasiswa wajib menggunakan jas praktikum dan tanda pengenal/cocard (berisi NAMA dan NPM), jika tidak maka dikenakan sanksi tidak diperbolehkan mengikuti praktikum.

5. Selama praktikum berlangsung mahasiswa tidak diperbolehkan membuka ponsel.6. Setiap mahasiswa wajib membawa perlengkapan yang diperlukan pada saat praktikum seperti kain lap, sarung tangan, masker, kalkulator, dll.

7. Mahasiswa harus aktif dan berinisiatif sendiri mencari pengumuman berkaitan dengan tugas dan laporan, kesalahan menerima informasi menjadi tanggung jawab mahasiswa.

8. Pretes diadakan di awal praktikum sesuai dengan percobaan yang telah ditentukan.9. Syarat mengikuti praktikum : Laporan sementara yang telah disetujui oleh pembimbing masing-masing serta laporan resmi praktikum sebelumnya.

10. Bila terjadi luka gigitan binatang maka segera dilakukan pembersihan dan pengobatan pada luka menurut cara-cara pertolongan pertama pada kecelakaan.11. Selesai praktikum mahasiswa wajib menuliskan data hasil praktikum dilembar yang telah disediakan kemudian meminta paraf pada dosen yang jaga dan diperbolehkan pulang jika ruangan sudah dibersihkan dan dalam keadaan rapi seperti semula.

B. DI RUANG TUTORIAL1. Mahasiswa wajib datang 15 menit sebelum praktikum dilakukan.2. Syarat memasuki ruangan dengan menunjukkan data hasil praktikum di laboratorium yang telah di paraf oleh dosen yang jaga pada saat itu.3. Data hasil praktikum tersebut harus dibuat dalam bentuk power point dan harus di presentasikan meliputi judul percobaan, tujuan praktikum dan hasil perhitungan berdasarkan kelompok masing-masing.4. Setelah itu di buat laporan resmi dan dikumpulkan pada saat praktikum selanjutnya di laboratorium.FORMAT LAPORAN PRAKTIKUMA. LAPORAN SEMENTARA

Cover (Kertas Polio Bergaris)

1. Nama Mahasiswa

2. NPM

3. Golongan

4. Hari dan Tanggal Praktikum

Bagian Isi

I. Judul Percobaan

II. Tujuan Percobaan

III. Dasar Teori

IV. Bahan dan Alat yang digunakan

V. Cara Kerja

B. LAPORAN RESMI Cover (dengan kertas hvs dan dilapis mika plastik berwarna sesuai yang ditentukan) Isi cover seperti laporan sementara

Bagian isi mencantumkan laporan sementara (I-V) dengan penambahanVI. Perhitungan Hasil PercobaanVII. Pembahasan

VIII. Kesimpulan IX. Daftar Pustaka.

Banjarmasin, ..2013Praktikan,

( Tanda tangan dan Nama Lengkap)PERCOBAAN 1

CARA BEKERJA DENGAN BINATANG PERCOBAAN

A. Tujuan

1. Mahasiswa mampu bekerja dengan binatang percobaan2. Mahasiswa mampu menghitung dosis pemberian pada binatang percobaan dan membuat stok obat.

B. Pendahuluan1. Setiap bekerja di laboratorium dengan menggunakan binatang percobaan sebaiknya membaca :a) Petunjuk memelihara dan menggunakan binatang percobaan.b) Dasar dasar pemeliharaan binatang percobaan.

2. Perlakukan binatang percobaan dengan kasih sayang dan jangan sekali-kali disakiti.3. Tiap binatang mempunyai karakteristik spesifik. Oleh karena itu dalam memperlakukannya harus disesuaikan dengan karakternya tersebut.a) Kelinci dan marmot, jangan sekali-kali memegang telinga kelinci karena syaraf dan pembuluh darah dapat terganggu.b) Tikus dan mencit, dipegang bagian ekor. Untuk menghindari gigitan tikus atau mencit selain ekor perlu juga dipegang bagian leher belakang dekat kepala dengan ibu jari dan telunjuk. Bila perlu gunakan sarung tangan dari kulit atau karet untuk melindungi tangan dari gigitan binatang.HAL- HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA PENELITIAN DENGAN BINATANG PERCOBAAN

1. Binatang percobaan biasanya memberikan hasil dengan deviasi yang lebih besar bila dibandingkan dengan percobaan in-vitro, karena adanya variasi biologis. Maka untuk menjaga agar variasi biologis minimal digunakan binatang dengan spesies dan strain yang sama, jenis kelamin yang sama dan dapat dipelihara dengan kondisi yang sama.

2. Binatang percobaan harus diberi makan sesuai dengan makanan standar untuknya dan diberi minum ad libitum3. Binatang dipuasakan semalam sebelum percobaan dimulai dan hanya diperbolehkan minum air ad libitum 4. Bagi yang bekerja dengan binatang percobaan disarankan imunisasi tetanus, apabila terkena gigitan harus segera dibersihkan dan diobati sesuai dengan cara-cara pada pertolongan pertama pada kecelakaan.5. Apabila percobaan telah selesai binatang dapat dibunuh dengan memberikan anastetik over dosis ; inhalasi menggunakan kloroform, karbon dioksida, nitrogen dan lain-lain dalam wadah tertutup; menyembelih binatang tersebut dan dibungkus dengan rapat, dikubur atau diabukan.

PEMBERIAN OBAT PADA BINATANG PERCOBAANI. Alat Suntik1. Tabung dan jarum suntik harus steril jika akan digunakan pada kelinci, marmot dan anjing. Tetapi tidak perlu steril melainkan sangat bersih untuk tikus dan mencit2. Setelah penyuntikan, cuci tabung dan jarum suntik tersebut, semprotkan cairan ke dalam beker, dan jarum suntik dipegang erat-erat. Ulangi cara ini tiga kaliII. Heparinisasi1. Untuk heparinisasi (mencegah penggumpalan darah) dipakai 10 unit heparin per 1 ml darah2. Untuk mencegah penggumpalan darah, sebelum dipakai tabung dan jarum suntik dicuci dahulu dengan larutan jenuh natrium oksalat steril.Tabel 1. Volume maksimum larutan obat yang diberikan pada binatang

BinatangVolume maksimum

Cara Pemberian

i.vi.mi.ps.cp.o

1. Mencit 20-30

2. Tikus 100g

3. Hamster 50 g

4. Marmot 250 g

5. Merpati 300 g

6. Kelinci 2.5 g

7. Kucing 3 Kg

8. Anjing 5 Kg

0.5

1.0

-

-

2.0

5.0-10.0

5.0-10.0

10.0-20.00.05

0.1

0.1

0.25

0.5

0.5

1.0

5.01.0

2.0-5.0

1.0-5.0

2.0-5.0

2.0

10.0-20.0

10.0-20.0

20.0-50.00.5-1.0*2.1-5.0*2.5

5.0

2.0

5.0-10.0

5.0-10.0

10.01.0

5.0

2.5

10.0

10.0

50.0

50.0

100.0

Ket: * didistribusikan ke daerah yang lebih luasTabel 2. Konversi perhitungan dosis antar jenis hewan (Laurence & Bacharach, 1964)

SubyekMencit

20 gTikus 200 gMarmut

400 gKelinci

1,5 kgKera

4 kgAnjing 12 kgManusia 70 kg

Mencit 20 g1,07,012,2527,864,1124,2387,9

Tikus 200 g0,141,01,743,99,217,856,0

Marmut 400 g0,080,571,02,255,210,231,5

Kelinci 1,5 kg0,040,250,441,02,44,514,2

Kera

4 kg0,0160,110,190,421,01,96,1

Anjing 12 kg0,0080,060,100,220,521,03,1

Manusia 70 kg0,00260,0180,0310,070,160,321,0

CARA PEMBERIAN OBAT

1. PEMBERIAN PER ORAL

Kelinci dan marmot

Cairan diberikan dengan pertolongan kateter yang menggunakan mounth block (pipa kayu berbentuk silinder dengan ukuran panjang sekitar 12 cm), diameter luar 3 cm dan diameter lubang 7 mm) dipasang ketika binatang dalam posisi duduk. Sewaktu memasang tekan rahang binatang dengan ibu jari dan telunjuk.

Celupkan cateter karet ke dalam parafin cair kemudian masukkan ke dalam oesofagus melalui lubang mounth block. Kateter harus dimasukkan sekitar 20-25 cm. Untuk mengetahui apakah kateter sudah masuk esofagus dan bukan trakea, celukan ujung luar kateter ke dalam air. Jika timbul gelembung-gelembung udara berarti kateter tersebut tidak masuk ke esofagus.

Bila obat berbentuk padat (tablet, kapsul) diberikan kepada binatang dalam posisi duduk dengan pertolongan pipa plastik dan alat pendorong . Pipa tersebut dimasukkan ke dalam Pharynk, dan obat didorong masuk

Tikus dan Mencit

Pemberian obat dalam bentuk suspensi, larutan atau emulsi kepada tikus dan mencit dilakukan dengan pertolongan jarum suntikyang ujungnya tumpul

2. PEMBERIAN SECARA INTRAVENA

Kelinci

Bulu-bulu telinga disekitar pembuluh vena marginalis dicabut, lalu digosok dengan kapas yang dibasahi dengan xilol, atau dipanasi dengan sedikit api. Tekan pembuluh darah tersebut pada pangkal telinga dekat dengan kepala. Jarum suntik beserta obatnya dimasukkan pelan-pelan searah dengan aliran darah vena dengan bevel\menghadap ke atas. Untuk memastikan jarum telah terinservi kedalam vena dengan benar lakukan aspirasi perlahan-lahan. Kemudian putar jarum pelan-pelan sehingga bevel menghadap kebawah. Gunakan jarum yang panjangnya 0.5 inchi dengan ukuran 26 gauge. Setelah penyuntikan, bekas suntikan ditekan dengan kapas bersih dengan pertolongan penjepit.

3. PEMBERIAN SECARA INTRAPERITONEAL

Kelinci

Pegang tengkuk kelinci dengan kuat dan pelan-pelan ditekan sehingga kepalan mendongak ke belakang. Teman bekerja menginjeksikan obat ke bagian kiri bawah ke daerah abdominal dengan jarum yang membentuk sudut 45. Gunakan jarum yang panjang 1 inchi dengan ukuran 2 gauge. Tikus dan Mencit

Peganglah tikus dan mencit pada ekornya dengan tangan kanan biarkan mereka mencengkeram anyaman kawat dengan kaki depannya. Dengan tangan kiri jepitlah tengkuk tikus/mencit diantara jari telunjuk dan jari tengah ( bisa juga dengan jari telunjuk dan ibu jari). Pindahkan ekor tikus dari tangan kanan ke jari kelingking tangan kiri. Tikus atau mencit siap diinjeksi pada abdominal area. Gunakan jarum 5/8 inchi 24 gauge.

Gambar 1. Urutan tata cara mengambil mencit dari kandang

2. Tata cara pemberian peroral

Gambar 3. Tata cara pemberian intraperitonial

Gambar 4. Tata cara pemberian subkutan

Gambar 5. Tata cara pemberian intravena

CONTOH PERHITUNGAN DOSIS dan PEMBUATAN STOK OBAT1. Dosis Sodium pentobarbital 75 mg/kgBB, diberikan pada hewan uji mencit yang memiliki bobot 20 gram.a) Dosis pemberian untuk mencit (20 g) adalah :20 g/ 1000 g x 75 mg = 1,5 mg/20 gram mencit.

= 1,5 mg / 0,5 ml volume pemberian peroral. Maka dalam 0,5 ml larutan yang diberikan mengandung 1,5 mg Sodium pentobarbital. Jika bobot mencit 25 gram, maka dosis pemberiannya adalah :

25 gram/ 20 gram x 1,5 mg = 1,875 mg. Jika obat tersebut diberikan peroral maka volume pemberiannya adalah :

25 gram/ 20 gram x 0,5 ml = 0,625 ml.b) Pembuatan stok Sodium PentobarbitalMisalkan membuat 100 ml stok.

Stok untuk pemberian peroral = 1,5 mg/ 0,5 ml = 300 mg/ 100 ml

Pembuatan stok : ditimbang 300 mg sodium pentobarbital dilarutkan dengan aquadest ad 100 ml.

Stok untuk pemberian iv = 1,5 mg/0,25 ml = 600 mg/100 ml

Stok untuk pemberian im = 1,5 mg/ 0,025 ml = 6 gram / 100 ml2. Dosis parasetamol pada manusia 70 kg adalah 500 mg, jika akan diberikan secara peroral pada hewan uji tikus BB 200 g, maka :a. Dosis pemberian untuk tikus (200 g)Faktor konversi manusia (70 kg) ke tikus (200 g) = 0,018

Dosis pemberiannya adalah = 0,018 x 500 mg = 9 mg/200 gBB

= 45 mg/kgBBb. Volume pemberian peroral9 mg/200 g = 9 mg/ 2,5 ml ( 2,5 ml adalah setengah volume maksimal pemberian peroral pada tikus 200 g)c. Pembuatan stokJika akan dibuat stok sebanyak 250 ml maka :

9 mg/ 2,5 ml = 900 mg/ 250 ml

Pembuatannya : ditimbang sebanyak 900 mg parasetamol dan dilarutkan dengan pelarut ad 250 ml.PERCOBAAN IIPENGARUH CARA PEMBERIAN TERHADAP ABSORBSI OBATA. TujuanMengenal, mempraktekkan, dan membandingkan berbagai cara pemberian obat terhadap kecepatan absorpsinya, menggunakan data farmakologi sebagai tolak ukurnya.

B. PendahuluanUntuk mencapai efek farmakologis seperti yang diinginkan, obat dapat diberikan dengan berbagai cara. Diantaranya melalui oral, subkutan, intra muskular, intra peritoneal, rektal, intra vena. Masing-masing cara pemberian ini memiliki keuntungan dan manfaat tertentu. Suatu senyawa atau obat mungkin efektif jika diberikan melalui salah satu pemberian, tetapi tidak atau kurang efektif jika diberikan melalui cara lain. Perbedaan ini salah satunya dapat disebabkan oleh adanya perbedaan dalam hal kecepatan absorpsi dan berbagai cara pemberian tersebut, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap efek atau aktivitas farmakologinya..

C. Cara Percobaan1. Bahana. Natrium pentobarbital 3,5 % atau natrium tiopental, Natrium heksobarbital b. Alkohol 70 %c. Aqua (WFI)2. Alata. Spuit injeksi dan jarum (1-2 ml)b. Jarum berujung tumpul (untuk per oral)3. Hewan Uji : Mencit 4. Cara Kerjaa. Tiap kelas dibagi menjadi 3 kelompok b. Masing masing kelompok mendapat 9 mencitc. Berturut turut kelompok I, II, III mengerjakan percobaan oral, sub kutan dan intra peritoneald. Mencit diberi tanda kemudian ditimbang, dan diperhitungkan volume obat yang akan diberikan, dengan dosis 35 mg/kg BBe. Berturut-turut tiap mencit mendapat perlakuan :i. Oral, melalui mulut dengan jarum ujung tumpulii. Sub kutan, masukkan sampai di bawah kulit pada tengkuk hewan uji dengan jarum injeksiiii. Intra peritoneal, suntikkan ke dalam rongga perut. Hati-hati jangan sampai masuk ke dalam ususD. PengamatanSetelah hewan uji mendapat perlakuan, amati dan catat waktu hilangnya reflek balik badan ditandai dengan hilangnya kemampuan hewan ujiuntuk membalikkan badan dari keadaan telantang.Tabel Pengumpulan Data Hasil Percobaan No.

HewanCara

PemberianPemberianReflek balik badanOnset

Hilang Kembali

E. Analisa DataHitung onset waktu tidur sodium pentobarbital dan masing-masing kelompok percobaan, dan bandingkan hasilnya menggunakan uji statistik analisa varian pola searah dengan taraf kepercayaan 95 %F. Bahan Bacaan 1. Holck, H.G.O., 1959, Laboratory Guide in Pharmacology, Burgess Publishing Company : Minnesotta, 1-32. Levine, R.R., 1978, Pharmacology : Drug actions and Reactions, 2nd edition, Little, Brown & Company, BostonPERCOBAAN III

METABOLISME OBAT

A. Tujuan

Mempelajari pengaruh beberapa senyawa kimia terhadap enzim pemetabolisme obat dengan mengukur efek farmakologinyaB. PendahuluanMetabolisme obat sering juga disebut biotransformasi. Walaupun antara keduanya juga sering dibedakan. Sebagian ahli mengatakan bahwa istilah metabolisme hanya diperuntukkan bagi perubahan-perubahan biokimia/kimiawi yang dilakukan oleh tubuh terhadap senyawa endogen sedang biotranspormasi peristiwa yang sama bagi senyawa eksogen (xenobiotika).Pengetahuan tentang metabolisme obat menempati posisi penting dalam evaluasi keamanan dan kemanfaatan suatu obat. Selain untuk mengetahui bagaimana obat dimetabolisir dan di deaktivasi, juga untuk mengenal jalur dan kecepatan distribusi dan eliminasi obat serta metabolitnya.

Reaksi-reaksi yang terjadi selama proses metabolisme dapat dibagi menjadi dua, yakni : reaksi fase I meliputi reaksi-reaksi oksidasi, reduksi dan hidrolisis ; dan fase II atau reaksi konjugasi. Reaksi-reaksi enzimatik yang berperan dalam proses tersebut sebagian besar terjadi di dalam sel-sel hepar dansisanya terjadi di organ-organ lain seperti saluran cerna, paru, ginjal, dan darah. Mikroflora gastrointestinal lebih berperan dalam reduksi daripada oksidasi, dan hidrolisis daripada konjugasi. Tempat terjadinya reaksi-reaksi oksidasi sebagian besar di dalam retikulum endoplasmik sel. namun proses tersebut juga bisa dikatalisir oleh enzim-enzim yang berbeda di dalam sitosol ataupun mitokondria. Sedang reaksi fase II (konjugasi) umumnya terjadi di dalam sitosol, kecuali reaksi glukuronidasi.Jalur metabolism obat oleh enzim hepar :

1. Reaksi Fase Ia ) Oksidasi hidrolisa

- desulfurasi dealkilasi

- dehalogenasi pembentukan oksida

- deaminasib) Reduksi reduksi aldehida reduksi azo reduksi nitroc) Hidrolisa Deesterifikasi2. Reaksi Fase II

a) Konjugasi glukuronidab) Asilasi (termasuk asetilasi)c) Metilasid) Pembentukan asam merkapturate) Konjugasi sulfatBanyak obat-obatan yang mengalami deaktivasi dengan reaksi konjugasi, yaitu suatu suatu biosintesa dengan penempelan senyawa endogen (asam glukuronat, gugus-gugus sulfat, metil dan asetil). Jika molukel obat sangat larut dalam lipid dan tidak mempunyi gugus aktif untuk konjugasi, maka berbagai biotrasformasi (oksidasi, reduksi, dan hidrolisis) akan terjadi terlebih dahulu.Dalam konjugasi dengan asam glukuronat ( reaksi fase II yang paling lazim), koenzim antara (uridine diphospoglucuronic acid ; UDPGA) bereaksi dengan obat dengan adanya enzim glukuronil-transferase untuk memindahkan glukuronida ke atom O pada alkohol, phenol, atau asam karboksilat, atau atom S pada senyawa tiol, atau senyawa N pada senyawa-senyawa amina dan sulfonamida. Dalam konjugasi obat-obat dengan asas-asam amino ( misal ; glisin dan glutamin), terjadi reaksi antara obat yang mempunyai gugus karboksilat dan telah diaktivasi dengan koenzim A. Dalam konjugasi dengan glutation, epoksida atau aren oksida yang sangat reaktif bereaksi dengan glutation, dan kemudian dimetabolisir lebih lanjut menjadi asam-asam merkapturat (non toksik).Enzim-enzim mikrosom hepar, mukosa usus dan jaringan lain, berperan dalam oksigenasi xenobiotika dan senyawa-senyawa endogen (asam-asam lemak, kolesterol dan hormon-hormon steroid). Dalam hidroksilasi, satu atom O akan berikatan dengan atom-atom C, N, dan S dan molekul obat. Reaksi ini dikatalisis oleh sekelompok enzim retikulum endoplasmik hepar (mixed function oxidases system = MFO )yang melibatkan sitokrom P-450 dan reduktase NADPH-sitikrom-C.

Induksi dan penghambatan enzim Banyak obat mampu menaikkan kapasitas metabolismenya dengan induksi enzim (menaikkan kecepatan sintesis enzim). Kenikan aktivitas enzim metabolisme ini menyebabkan lebih cepatnya metabolisme dan yang pada umumnya merupakan proses deaktivasi obat sehingga mengurangi kadarnya di dalam plasma dan memperpendek waktu paro obat. Karena itu intensitas dan durasi efek farmakologinya berkurang.Sekobarbital, pentobarbital, alobarbital dan fenobarbital menaikkan kadar sitokrom P-450, serta meningkatkan kecepatan beberapa reaksi metabolisme seperti deetilasi fenasetin, demetilasi aminopirin, 4-hidroksilasi bifenil dan hidroksilasi heksobarbital.Pengaruh induksi dan penghambat enzim terhadap efek farmakologi dan toksisitas cukup besar, sehingga perlu diperhatikan oleh para praktisi. Sebagai contoh pemberian fenobarbital dengan warfarin akan mengurangi efek antikoagulasinya. Demikian pula pemberian simetidina suatu antagonis reseptor H-2, akan menghambat aktivitas sitokrom P-450 dalam memetabolisis obat-obat lain.Induksi enzim menunjukkan variasi yang besar antara spesies, dan balikan antar keturunan dalam sama spesies. Selain itu variasi juga terjadi antara jaringan sama dengan yang lain didalam tubuh binatang.Pengetahuan tentang pengaruh induktor dan inhibitor enzim terhadap laju metabolisme obat akan sangat membantu dalam memperkirakan perubahan-perubahan yang terjadi pada efek farmakodinamiknya C. Cara Percobaan

a. Bahan dan Alat1. Induktor enzim

: fenobarbital2. Penghambat enzim: simetidin 3. Jarum suntik oral (ujung tumpul)b. Hewan Uji : mencitc. Cara kerja :1. Tiap kelas dibagi 3 kelompok, masing-masing mendapat 9 ekor hewan uji.2. Kelompok I ( kontrol ) : hewan uji diberi perlakuan hexobarbital 100 mg/kg BB dosis tunggalKelompok II : hewan uji diberi hexobarbital 100 mg/kg BB, i.p.,dosis tunggal yang sebelumnya diberi praperlakuan fenobarbital 80mg/kg BB,p.o 1 jam sebelumnya.

Kelompok III : seperti kelompok III, yang diberikan bersama sama dengan simetidina 80mg/kg BB,p.o 1 jam sebelumnyaD. Pengamatan : Lama waktu sampai terjadi hipnosis serta lama waktu tidur karena heksobarbital dengan parameter righting reflex.E. Analisis Dataa. Induksi enzim (fenobarbital 80 mg/kg BB, p.o)b. Inhibisi Enzim (simetidina 80 mg/kg BB, p.o., 1 jam sebelumnya)F. Bahan BacaanLa Du, BR, Mandel, H.G. dan Way, E.L,1971, Fundamentals of drug Metabolism and drug Disposition. The Williamns & Wilkins Company, Baltimore, pp 149-578PERCOBAAN IVANALGETIKA

A. TujuanMengenal, mempraktekkan dan membandingkan daya analgetik asetosal dan parasetamol menggunakan metode rangsang kimia.B. PendahuluanAnalgetik adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri. Secara umum analgetika dibagi dalam dua golongan, yakni nalgetika narkotika atau visceral analgetics (misal:morfin ) dan nalgetika non-narkotika atau integumental analgetics (misal : asetosal, parasetamol.Analgetik yang diberikan kepada penderita untuk mengurangi rasa nyeri yang dapat ditimbulkan oleh berbagai rangsang/mekanis, kimia dan fisis. Rasa nyeri tersebut terjadi akibat terlepasnya mediator-mediator nyeri (misalnya bradikinin, prostaglandin) dan jaringan yang rusak yang kemudian merangsang reseptor nyeri di ujung syaraf perifer ataupun di tempat lain. Dan tempat-tempat ini selanjutnya rangsang nyeri diteruskan ke pusat nyeri di korteks serebri oleh syaraf sensoris melalui sumsum tulang belakang dan thalamus.

Berdasarkan atas rangsang nyeri yang dipergunakan, maka terdapat berbagai metode penetapan daya analgetik suatu obat. Salah satu diantaranya menggunakan rangsang kimia sebagai penimbul rasa nyeri , seperti yang akan dipraktekkan disini.C. Cara Percobaana. Bahan

1. Larutan tilosa dalam air 1%2. Suspensi asetosal 1% dalam tilosa 1%3. Suspensi parasetamol 1 % dalam tilosa 1%4. Larutan steril asam asetat 1%b. Hewan uji : mencit, umur 40-60 hari, berat 20-30 gc. Alat1. Spuit injeksi (0.1-1 ml)2. Jarum oral (ujung tumpul)3. Beker glassd. Cara kerja1. Mencit 27 ekor, dibagi menjadi 3 kelompok2. Mencit kelompok 1 (kontrol), diberi larutan tilosa 1%, melalui oral dengan volume sama dengan larutan pembawa obat pada kelompok tikus perlakuan3. Mencit kelompok II, diberi suspensi parasetamol 1%, dosis 300 mg/kg BB, melalui oral4. Mencit kelompok III, diberi suspensi asetosal 1%, dosis 300 mg/kg BB, melalui oral5. Setelah ketiga kelompok hewan uji mendapat perlakuan, 5 menit kemudian seluruh hewan disuntik intra peritoneal larutan steril asam asetat 1% v/v dengan dosis 300 mg/kg BB. Beberapa menit kemudian mencit akan menggeliat (perut kejang dan kaki ditarik kebelakang).6. Catat jumlah kumulatif geliat yang timbul setiap selang waktu 5 menit selama 60 menit. Hitung % daya analgetik dengan rumus : Dengan :P = jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi obat analgetik

K = jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi tilosa (kontrol)

D. Analisis Data

Bandingkan daya analgetik asetosal dan parasetamol dengan uji t dengan taraf kepercayaan 95 %E. Bahan BacaanDomer, F.R. 1971, Animal experiment in pharmacological analysis, 1st ed., Charles C.thoznas Publisher, Illinois, 275-316PERCOBAAN VEFEK TONIK

A. Tujuan1. Mahasiswa mampu melakukan uji farmakologi obat-obat stimulansia

2. Mahasiswa mampu mengolah data yang diperoleh sekaligus menganalisanya

B. PendahuluanEfek tonik, yaitu efek yang memacu dan memperkuat semua system dan organ serta menstimulan perbaikan sel-sel tonus otot. Efek tonik ini terjadi karena efek stimulant yang dilakukan terhadap system syaraf pusat.

Senyawa psikotimulansia dapat meningkatkan aktivitas psikis, menghilangkan rasa kelelahan dan penat, serta meningkatkan kemampuan berkonsentrasi dan kapasitas yang bersangkutan (Mutschler, 1986). Stimulan adalah senyawa kimia yang bekerja pada system syaraf yang dapat meningkatkan system syaraf tersebut. Stimulan juga mempengaruhi jaringan-jaringan dan organ-organ lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Obat-obat tersebut dapat menginduksi stimulasi perilaku dan perangsangan psikomotor. Jika digunakan secara tidak berlebihan, stimulasi tersebut dapat mengatasi kelelahan dan meningkatkan kewaspadaan.

Kafein merupakan ksantin yang paling kuat, menghasilkan stimulasi korteks dan medulla dan bahkan stimulasi spiral pada dosis yang besar, sedangkan teobromin merupakan stimulant system saraf pusat yang paling lemah dan mungkin bahkan tidak aktif pda manusia. Kafein merupakan senyawa yang memberikan efek psikotonik yang paling kuat yang dapat menghilangkan gejala kelelahan dan meningkatkan kemampuan berkonsentrasi dan kapasitas yang bersangkutan (Mutschler, 1986). Orang yang mengkonsumsi kafein merasakan berkurangnya rasa mengantuk, lelah dan daya pikirnya lebih cepat dan lebih jernih (Sunaryo, 1995).

C. Cara Percobaana. Bahan

1. Senyawa uji kaffein

2. Aquadest

3. Minuman berenergi b. Alat1. Reservoir : 50 x 25 x 30 cm berisi air 18 cm2. Spuit oral3. Jarum peroralc. Hewan Uji : Mencitd. Cara Kerja1. Tiap golongan di bagi menjadi 3 kelompok dan masing-masing kelompok mendapatkan 9 ekor hewan uji.2. Sebelum diberi sediaan, hewan uji terlebih dahulu dimasukkan ke dalam reservoir berisi air yag diberi gelombang. 3. Hewan uji diangkat dari reservoir setelah timbul lelah (yang ditandai dengan hewan uji membiarkan kepalanya di bawah permukaan air selama lebih dari 7 detik) dan dicatat waktu lelah.4. Hewan uji diistirahatkan selama 30 menit sambil dikeringkan. Setelah itu, hewan uji diberi perlakuan sediaan peroral,HU I: diberi perlakuan dengan kaffein 100 mg/kgBB

HU II: diberi perlakuan dengan aquades peroral 0,5ml/20 gBBHU III: diberi perlakuan dengan minuman berenergi

5. 30 menit kemudian hewan uji direnangkan kembali dan dicatat waktu lelah. Data efek tonik adalah data penambahan daya tahan yang diperoleh dari selisih waktu lelah pada hewan uji setelah perlakuan dan sebelum perlakuan.D. Analisa DataData kuantitatif yakni penambahan daya tahan dianalisis dengan metode statistik parametrik yakni analisis varian satu jalan pada tingkat kepercayaan 95%, dilanjutkan uji t.

E. Bahan BacaanMutschler, E., 1986, Dinamika Obat : Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi, Edisi V, diterjemahkan oleh : Mathlida B.Widianto dan Anna Setiadi Ranti, Penerbit ITB, Bandung, 156-159.PERCOBAAN VI

ANTI INFLAMASIA. Tujuan

Mempelajari aktivitas obat anti inflamasi pada binatang percobaan yang mengalami inflamasi.B. PendahuluanInflamasi adalah reaksi tubuh terhadap benda asing yang masuk ke dalam tubuh, kerusakan jaringan yang disebabkan invasi mikroorganisme, bahan kimia yang berbahaya dan atau faktor fisik. Tanda inflamasi berupa kemerahan, panas, bengkak, sakit dan gangguan beberapa fungsi organ (Baratawidjaja, 2000). Lima ciri khas inflamasi dikenal dengan tanda-tanda utama inflamasi, adalah kemerahan (eritema) terjadi akibat adanya sel darah merah yang terkumpul pada daerah cedera jaringan dan terjadinya dilatasi arteriol, panas (kolor) terjadi karena bertambahnya pengumpulan darah dan dimungkinkan juga adanya pirogen (substansi yang menimbulkan demam) yang mengganggu pusat pengatur panas pada hipotalamus, pembengkakan (udema) akibat merembesnya plasma sel ke dalam jaringan intestinal pada tempat cedera, nyeri (dolor) terjadi karena pelepasan mediator-mediator nyeri (histamin, kinin dan prostaglandin), dan terganggunya fungsi (functio laesa) karena adanya gangguan nyeri dan penumpukan cairan sehingga mengurangi mobilitas pada daerah itu.

Pengobatan pasien dengan inflamasi mempunyai 2 tujuan utama. Pertama meringankan rasa nyeri, yang sering kali merupakan gejala awal yang terlihat dan keluhan utama yang terus-menerus dari pasien. Kedua memperlambat atau membatasi proses perusakan jaringan (Katzung, 2002). Obat-obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) merupakan obat-obat seperti aspirin yang menghambat sintesis prostaglandin, mempunyai efek analgesik dan antipiretik yang berbeda, terutama sebagai agen antiinflamasi untuk meredakan inflamasi dan nyeri (Kee dan Hayes, 1996). Obat-obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) merupakan suatu grup obat yang secara kimiawi tidak sama dan berbeda aktivitas antiinflamasinya. Obat-obat ini bekerja dengan jalan menghambat enzim siklooksigenase tetapi tidak menghambat enzim lipooksigenase (Mycek dkk., 2001). C. Cara Percobaana. Bahan

1. Karagenin 1% (Kontrol positif )2. Tilosa 1% (Kontrol negatif )3. Klorpromazin Hcl 1%

4. Novalgin 1%

5. Asetosal 1% dalam tilosa 1%

b. Alat1. Pletismometer

2. Alat suntik ( 1 ml)

c. Hewan uji : tikus jantan (bobot 200-300 gram).d. Cara Kerja1. Tikus ditimbang dan diberi no pada ekor sedangkan pada kedua kaki belakang diberi tanda di atas lutut.

2. Tikus control (n=3)

a) Telapak kaki kanan disuntik dengan karagenin 0,1 ml dan ukurlah segera volume udem dengan mencelupkan telapak kaki (sampai ke tanda) ke dalam air raksa pada alat pletismometer. Pengukuran diulangi 2,5 jam kemudian.

b) Telapak kaki kiri disuntik dengan 0,1 ml tilosa 1% dan diukur volume telapak kaki seperti di atas.

3. Tikus perlakuan

a) Tikus dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing sebanyak 9 ekor. Tiap kelompok diberi obat intra peritoneal dengan volume suntikan 40 ml/kgBB, seperti berikut :

Asetosal 300 mg/kgBB

Novalgin 300 mg/kgBB Klorpromazin Hcl 50 mg/kgBB

b) Satu jam setelah pemberian obat, tikus disuntik dengan karagenin pada kaki kanan tikus. Pengukuran volume udem dilakukan segera dan 2,5 jam setelah pemberian karagenin.

D. Analisa DataHitung % penghambatan inflamasi untuk tiap obat pada tiap dosis uji. Dilakukan dengan uji anava 1 arah.E. Bahan BacaanBaratawidjaja, K. G., 2000, Imunologi Dasar, Edisi Keempat, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.Katzung, B. G., 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, Buku 2, 449-462, diterjemahkan oleh Dripa, S., Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Salemba Merdeka, Jakarta.Kee, J. L. dan Hayes, E. R., 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, 310-317, diterjemahkan oleh Peter, A., EGC, Jakarta.

Mycek, M. J., Harvey, R. A., dan Champe, P. C., 2001, Farmakologi Ulasan Bergambar, Edisi 2, 404-417, diterjemahkan oleh Azwar, A., Widya Medika, Jakarta % daya analgetik = 100- (P/K x 100)

PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

2013

EMBED CorelDRAW.Graphic.10

LABORATORIUM FARMAKOLOGI

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

BANJARMASIN

2013

PAGE

_1139384796.unknown