ANALISIS STRATEGI PENGHIMPUNAN WAKAF UANG TUNAI (Studi Kasus Badan Wakaf Uang Tunai Majelis Ulama Indonesia Yogyakarta) Tesis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-2 Program Studi Agama dan Lintas Budaya Minat Ekonomi Islam Diajukan oleh: Jauhar Faradis 08/278039/PMU/05741 Kepada SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2010
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS STRATEGI PENGHIMPUNAN
WAKAF UANG TUNAI(Studi Kasus Badan Wakaf Uang Tunai Majelis Ulama Indonesia Yogyakarta)
TesisUntuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana S-2
Program Studi Agama dan Lintas BudayaMinat Ekonomi Islam
Diajukan oleh:Jauhar Faradis
08/278039/PMU/05741
KepadaSEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA
2010
iii
iv
Halaman Persembahan
Kupersembahkan tesis ini untuk:
v Ummi Hj. Durratul Yatimah (di Pekalongan) yang telah sabarmendidik dan membesarkan ananda. Sembah Sungkem dariAnanda.
v Ayahanda K.H. Masykur Thoha yang telah sabar mendidikdan membesarkan ananda. Sembah Sungkem dari Ananda.
v Kakak-kakakku M. Ulwan , Qurratul Aeni, Khairul Anamdan Maskur.
v Keponakanku yang lucu-lucu: AA Dymasy, Neng Qori’ dandedek Almer.
v Para Guru yang telah memberikan ilmunya kepada anandav Almamater tercinta UGM dan STIA Al Husain Magelang
Semoga Ilmu yang ananda peroleh dapat bermanfaat bagi Agama, Nusadan Bangsa Amin....
v
PRAKATA
.
.
..
Puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi yang senantiasa melimpahkan nikmat,
rahmat, serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tesis ini.
S}alawat serta salam selalu tersanjungkan kepada junjungan kita Nabi
Agung Muhammad SAW. Yang dengan kegigihan dan kesabaranya membimbing
dan menuntun manusia kepada hidayah-Nya.
Meskipun penyusun tesis ini baru merupakan tahap awal dari sebuah
perjalanan panjang cita-cita akademis, namun penyusun berharap semoga karya
ilmiah ini mempunyai nilai kemanfaatan yang luas bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya pengetahuan tentang Wakaf Uang-Tunai.
Keseluruhan proses penyusunan karya ilmiah ini telah melibatkan
berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui pengantar ini penyusun menghaturkan
terima kasih kepada:
1. Direktur dan jajaran civitas akademika Sekolah Pascasarjana Universitas
Gadjah Mada.
2. Bapak Prof. Dr. Lincolin Arsyad, M.Sc. Selaku Ketua Program Ekonomi
Islam sekaligus sebagai pembimbing yang dengan sabar telah membaca,
mengoreksi, dan memberikan bimbingan kepada penyusun demi
terselesainya penyusunan tesis ini.
vi
3. Bapak Drs. Dumairy, M.A. sekretaris Program Ekonomi Islam.
4. Bapak Duddy Roesmara Donna, SE., M.Si. Selaku pembimbing yang
dengan sabar telah membaca, mengoreksi, dan memberikan bimbingan
kepada penyusun demi terselesainya penyusunan tesis ini.
mas Zaki serta staff Badan Wakaf Uang-Tunai Majelis Ulama Indonesia
Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian kepada penyusun demi
terselesainya penyusunan tesis ini.
6. KH. M. Yusuf Chudlori, M. Ali Wafa, S.Si., M.Kom., mbak Nafir, serta
dosen dan staf STIA Al Husain Magelang yang telah memberikan
kesempatan penyusun untuk menempuh Strata 2.
7. Prof. Yudian Wahyudi, Ph.D., Dr.Phil. Sahiron, H. Agus Muh. Najib, Hj.
Fatma Amelia, serta pengurus dan santri NAWESEA English Pesantren
yang senantiasa memberikan dorongan baik moral maupun spiritual.
8. Bapak K.H. Masykur Thoha (Alm), Ibu Hj. Durratul Yatimah dan kakak-
kakak tercinta (M. Ulwan, S. H.I., Teteh., Qurratul Aeni, S. Kep., N.S.,
Khairul Anam, S. H.I. dan Maskur) yang senantiasa memberikan
dorongan baik moral, spiritual maupun materi.
9. Para Guru M. Salamuddin (Alm), Ust. Hisyam Ima, dan masih banyak
lagi yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
10. Para pengurus IAEI Komisariat UGM yang senantiasa saling
memberikan dorongan agar terselesainya tesis ini.
vii
11. Teman-teman, Timbul, Aya’, Mahrus, Hasbul, dan masih banyak lagi
yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Mudah-mudahan jasa-jasa mereka mendapat balasan yang setimpal dari
Allah SWT. Amin. Terakhir kali, penyusun menyadari bahwa tesis ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang
membangun sangat penyusun harapkan.
Yogyakarta, 01 Juni 2010 H 18 Jumadil Akhir 1431 H
Penyusun
(Jauhar Faradis)
viii
ABSTRACT
This research is based on the lackness of societie’s understanding toward cashwakf and its big chance. The purpose of this research is to analyze the recentcondition of Money-Cash Wakf Board at Indonesion Religious Affair (MUI)Yogyakarta, to know the preference of Wakif (the giver of wakf) toward the productof money-cash wakf accumulation and to understand the factors causing wakfpreference toward the product of money-cash wakf,.
The method of this research is SWOT analysis, frequency distribution andfactors analysis, and is applied in the Province of Yogyakarta include: YogyakartaCity, Sleman, Kulonprogo, Bantul and Gunung Kidul Regency.
The results of this research are firstly, the strategy which is used to accumulatecash-money wakf which applied at Money-Cash Wakf Board at Indonesion ReligiousAffair (MUI) Yogyakarta is “waiting” the ball and “Calling For” the ball, secondly,the societies’ preference toward product of money-cash wakf is an eternal productcash-money wakf, Thirdly, the determinants of Wakif preferencies toward Money-Cash Wakf are: wakif’s attitude factor, complain factor, productive action factor,equity factor, product characteristic factor, and religiousity factor as well asgenerosity factor.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pemahaman masyarakatterhadap wakaf tunai dan besarnya potensi wakaf tunai. Tujuan penelitian ini adalahuntuk menganalisis kondisi BWU-T MUI DIY, mengetahui preferensi wakif terhadapproduk penghimpunan wakaf tunai dan mengenalisis faktor-faktor yang mempengaruhipreferensi wakif terhadap produk wakaf uang-tunai
Metode yang digunakan untuk menganalisis permasalahan ini, adalah modelanalisis SWOT, distribusi frekuensi dan analisis faktor. Penelitian ini dilakukan diwilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi: Kota Yogyakarta, Kab.Sleman, Kab. Kulonprogo, Kab. Bantul dan Kab. Gunung Kidul.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, Strategi penghimpunan wkafuang-tunai yang dilakukan di BWU-T MUI DIY adalah metode “menunggu bola”dan metode “menjemput bola”. Kedua, preferensi masyarakat akan produk wakafuang-tunai adalah produk wakaf uang-tunai yang tetap (abadi). Ketiga faktor-faktoryang mempengaruhi preferensi wakif terhadap produk wakaf uang-tunai adalah:faktor perilaku wakif, faktor komplain, faktor kegiatan produktif, faktor kekayaan,faktor karakteristik produk, faktor religiusitas dan faktor kedermawanan.
Kata Kunci:Wakaf Uang, Analisis Faktor, Preferensi
a. Sistem pengelolaan hartawakaf di PP Attaqwa masihmenggunakan sistemtradisional, dengan kata lainbelum menggunakan sistemmodern yang dapatmengefektifan danmemberdayakan harta wakafyang ada saat ini agar lebihproduktif.
oleh PP Attaqwa saat ini,sudah selesai denganketentuan syariat Islam.
c. Manfaat harta wakaf yangdikelola oleh PP Attaqwasaat ini belum dapatdiefektifan seluruhnya,disebabkan karena adanyabeberapa kendala dariberbagai pihak, baik pihakpengelola (SDM) maupundari pihak tanah (SDA)
d. Peran harta wakaf yangdikelola oleh PP Attaqwabelum bisa meningkatkantaraf hidup baik santri, gurumaupun pengelola.
Penelitian inimerupakan tipepenelitianpengujianhipotesismenegnai NilaiPelanggan,KepuasanPelanggan,LoyalitasPelanggan padanasabah BankUmum di wilayahPropinsi SulawesiSelatan
a. Tingkat kepuasan adequatemaupun desired untuknasabah berada di bawahharapan yang diinginkanbank.
b. Ada dua bentuk (pola)hubungan antara variableNilai dengan variable Loyal,yaitu pertama hubungantidak langsung yangsignifikan negatif antaravariabel nilai pelanggandengan loyalitas melaluivariabel kepuasan sebagaivariabel moderator; keduahubungan langsung yangsignifikan positif antara nilaidengan loyalitas
c. Faktor yang mempengaruhiterbesar (dominan) terhadaptingkat kepuasan adequatemaupun kepuasan desiredadalah variabelprofesionalitas staff dalammelaksanakan tugasnya.
Bank Grameen diBangladeshmenjadi modelinternasionalsebagai strategianti kemiskinan.Adapun strategiyang digunakanadalah pemberianpinjaman kepadakaum perempuanuntukmeningkatkankesejahteraankeluarga mereka
Bank Grameen berhasilmeningkatkan kesejahteraannasabah perempuan dankeluarganya. Disamping itu,bank Grameen juga telahmeningkatkan status sosialperempuan. Ha ini terbuktidengan menurunnya jumlahperkawinan dini (anak) sertamereka memiliki akses yanglebih besar untuk pendidikananaknya.
Perilaku pelanggan berhubungansecara agregat terhadap kualitaslayanan. Misalnya dengankualitas layanan yang bagusmemungkinkan seseorang untukberani membayar lebih. Namunada beberapa komponen yangmenjadi kekuatan dalam menilaiperilaku pelanggan yaitu beralihke perusahaan lain (pindah),membayar lebih dan reponeksternal.
Perubahan penilaian terhadapkualitas pelayanan yang cepatakan berakibat juga terhadappelayanan itu sendiri. Sikapdipengaruhi kuat olehperformance ratings.
WilliamA.Mindak
1971 Marketing'sApplicationto Fund
Penelitian inimenggunakananalisis faktor
Teknik dan filosofi dapatditerapkan untuk ide-ide sosial.Suatu produk akan melalui tiga
12
dan H.MalcolmBybee
Raising dengan variabelkekhususan,bungan danbelievability
tahapan yaitu; pertumbuhan,kematangan dan penurunan.
ClaesFornell
1992 A NationalCustomerSatisfactionBarometer:The SwedishExperience
Negara industri banyak yangtidak mengharapkan perbaikanbesar dalam produktivitasmelainkan berkonsentrasi padakualitas produksi. Hal inidikarenakan jika kualitas diakuioleh pembeli, maka kepuasanpelangganpun tercapai. Adapunpelanggan di Swedia tidakterlalu puas dengan banyakproduk dan layanan. Sebelumkualitas ditingkatkan, maka yangterlebih dahulu adalahproduktivitasnya.
a. Mengetahui preferensi wakifterhadap produkpenghimpunan wakaf tunai.
b. Menyusun produkpenghimpunan wakaf tunaiyang sesuai denganpreferensi masyarakat.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Wakaf Uang
2.2.1.1. Pengertian Wakaf Uang
Wakaf berasal dari kata kerja yaitu waqafa, yaqifu, waqfan
yang berarti berhenti, berdiam ditempat atau menahan (Warson,
1989). Adapun pengertian wakaf menurut istilah adalah sebagai
berikut;
1. Wakaf berarti atau menahan harta yang dapat diambil
manfaatnya tanpa musnah seketika dan untuk penggunaan yang
14
mubah, serta dimaksudkan untuk mendapatkan keridaan Allah
swt (Basyir, 1987 dalam Usman, 2009).
2. Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan
dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk
dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu
sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau
kesejahteraan umum menurut syariah (Pasal 1 butir 1 UU No.
41 Tahun 2004 tentang Wakaf)
3. Wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok
orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda
miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya guna
kepentingan ibadah atau keperluan umum lainnya sesuai
dengan ajaran Islam (Fatma MUI tentang Wakaf Uang)
4. Abu Hanifah berpendapat bahwa wakaf merupakan
penghentian secara hukum harta benda tidak bergerak dari
pemiliknya (wakif) dan menyedekahkan manfaatnya untuk
kepentingan umum (Wahbah Az-Zuhaily, tt)
5. Jumhur ulama (Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan,
golongan Syafi’iyyah dan golongan Hanabilah) berpendapat
bahwa wakaf adalah menahan harta yang memungkinkan
diambil manfaatnya, tetapi tetap ‘ainnya, dibelanjakan wakif
untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dengan diwakafkannya
15
harta tersebut, maka secara hukum wakif tidak mempunyai hak
kepemilikan sedangkan kepemilikannya diserahkan (milik)
Allah swt. (Muhammad Abu Zahra, dalam Wakaf Tunai
Inovasi Finansial Islam, 2005).
6. Golongan Malikiyyah berpendapat bahwa wakaf yaitu
mentasarrufkan manfaat harta wakif kepada orang yang berhak
secara berjangka waktu sesuai dengan kehendak wakif.
7. Golongan Hanafi berpendapat bahwa wakaf adalah menahan
benda wakif serta menyedekahkan manfaatnya untuk kebaikan
(Lubis dkk., 2010).
Dari beberapa definisi yang telah disebutkan di atas, maka
yang dimaksud wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau
kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian
dari benda miliknya dan melembagakannya untuk dapat diambil
manfaatnya sesuai dengan kehendak wakif, serta dimaksudkan
untuk mendapatkan rida dari Allah swt.
2.2.1.2. Landasan Hukum Wakaf Uang
Di dalam al-Qur’an, wakaf tidak dijelaskan secara jelas
dan tegas, namun ada beberapa ayat yang digunakan oleh para ahli
sebagai landasan disyari’atkannya wakaf. Sebagaimana dalam
ayat-ayat berikut:
16
“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah
kamu, sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah kebajikan, supaya
kamu mendapat kemenangan” (Q.S. al-Hajj, 77)
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan
Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian
dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan
janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan
dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan
ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji” (Q.S. al-
Baqarah, 267)
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna), sebelu kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu
cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya
Allah mengetahuinya” (Q.S. Ali ‘Imran, 92)
Sedangkan hadis yang dipakai sebagai dasar hukum wakaf
uang, yaitu:
1. Hadis Riwayat Muslim
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah saw,
bersabda: “Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah amal
perbuatannya kecuali tiga perkara, yaitu shadaqah jariyah, ilmu
17
yang bermanfaat dan anak soleh yang mendo’akan
orangtuanya”.
2. Hadis Riwayat Bukhari, Muslim
Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra., berkata, bahwa sahabat Umar
ra., memperoleh sebidang tanah di Khaibar, kemudian
menghadap Rasulullah untuk memohon petunjuk. Umar
berkata: “Ya Rasulullah, saya mendapatkan sebidang tanah di
Khaibar, dan saya belum pernah mendapatkan tanah sebaik itu,
maka apakah yang engkau perintahkan kepadaku (Ya
Rasulullah)?” Kemudian Rasulullah menjawab, “Bila kamu
suka, kamu tahan (pokoknya) tanah itu dan kamu sedekahkan
(hasilnya)”. Kemudian Umar melakukan sedekah, tidak dijual,
tidak juga dihibahkan dan juga tidak diwariskan. Berkata Ibnu
Umar: Umar menyedekahkannya untuk orang-orang fakir,
kaum kerabat, budak belia, sabilillah, ibnu sabil, dan tamu. Dan
tidak mengapa atau tidak dilarang bagi yang menguasai tanah
wakaf itu (pengurusnya) makan dari hasilnya dengan secara
baik (sepantasnya) atau makan dengan tidak bermaksud
menumpuk harta.
2.2.1.3. Rukun dan Syarat Wakaf uang
18
Pada dasarnya rukun dan syarat wakaf uang adalah sama
dengan rukun dan syarat wakaf tanah. Adapun rukun wakaf uang
adalah:
1. Ada orang yang berwakaf (wakif)
Wakif adalah orang (pihak) yang mewakafkan harta
miliknya. Menurut Pasal 7 UU No. 41 tahun 2004 tentang
Wakaf, wakif terdiri dari tiga yaitu perseorangan, organisasi
dan badan hukum.
Wakif perseorangan haruslah memenuhi syarat untuk
mewakafkan hartanya, diantaranya; mempunyai kecakapan
untuk melakukan “tabarru’” yaitu melepaskan hak milik tanpa
mengharapkan imbalan materi. Orang dapat dikatakan
mempunyai tabarru’ adalah merdeka, tidak terhalang
melakukan perbuatan hukum, benar-benar pemilik harta yang
diwakafkan, berakal sehat, baligh dan rasyid (Nasution dan
Hasanah, 2005)1. Oleh karena itu syarat yang paling terpenting
dari wakif adalah kecakapan bertindak, telah dapat
mempertimbangkan baik buruknya perbuatan yang dilakukan
serta pemilik harta yang diwakafkan.
1 Orang dikatan baligh apabila sudah berumur 15 tahun. Sedangkan yang dimaksud rasyidadalah cerdas atau kematangan dalam bertindak. Baca juga Muhammad Daud Ali “Sistem EkonomiIslam Zakat dan Wakaf” UI Press Jakarta, 2006.
19
Wakif yang berupa organisasi dapat melakukan wakaf
apabila memenuhi ketentuan organisasi untuk mewakafkan
harta benda milik organisasi sesuai dengan anggaran dasar
organisasi yang bersangkutan (Pasal 8 butir 2 UU. No. 41 th
2004 tentang Wakaf).
Wakif yang berupa badan hukum dapat melakukan wakaf
apabila memenuhi ketentuan organisasi untuk mewakafkan
harta benda milik badan hukum sesuai dengan anggaran dasar
badan hukum yang bersangkutan (Pasal 8 butir 3 UU. No. 41 th
2004 tentang Wakaf).
2. Ada harta yang diwakafkan (mauquf)
Harta yang diwakafkan merupakan hal yang terpenting
dalam perwakafan. Namun harta yang diwakafkan baru sah
apabila terpenuhi syarat berikut (Ali, 2006): pertama, benda
yang diwakafkan harus bersifat ekonomis, tetap zatnya dan
boleh dimanfaatkan menurut ajaran Islam. Kedua, harta yang
diwakafkan harus jelas wujudnya dan pasti batas-batasnya.
Ketiga, harta tersebut harus benar-benar kepunyaan wakif dan
bebas dari segala beban. Keempat, harta yang diwakafkan harus
kekal (tidak bergerak). Akan tetapi menurut Ulama Hanafiyyah
benda bergerak dapat diwakafkan dalam beberapa hal: pertama,
keadaan harta bergerak mengikuti benda bergerak (benda
20
tersebut mempunyai hubungan dengan sifat diam ditempat dan
tetap). Kedua, benda bergerak tersebut berdasarkan atsar yang
memperbolehkan wakaf senjata dan binatang untuk berperang.
Ketiga, benda tersebut mendatangkan pengetahuan (Nasution
dan Hasanah ed., 2005).
Sedangkan menurut Pasal 16 UU No. 41 tahun 2004
tentang Wakaf menyebutkan bahwa harta benda wakaf terdiri
dari dua yaitu:
a. Benda tidak bergerak meliputi:
1) Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku baik yang sudah
maupun yang belum terdaftar
2) Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas
tanah sebagaimana dimaksud pada angka 1
3) Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah
4) Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
5) Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan
syariah dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
b. Benda bergerak meliputi:
1) Uang
21
2) Logam mulia
3) Surat berharga
4) Kendaraan
5) Hak atas kekayaan intelektual
6) Hak sewa
7) Benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
3. Ada tempat ke mana diwakafkan harta itu/tujuan wakaf
(mauquf ‘alaih) atau peruntukan harta benda wakaf.
Syarat mauquf ‘alaih adalah qurbat atau pendekatan diri
kepada Allah. Peruntukan wakaf dapat dibagi menjadi dua
macam; wakaf khairy dan wakaf dzurry. Wakaf khairy adalah
wakaf dimana yang wakifnya tidak membatasi sasaran
wakafnya untuk pihak tertentu tetapi untuk kepentingan umum.
Sedangkan wakaf dzurry adalah wakaf dimana wakifnya
membatasi sasaran wakafnya untuk pihak tertentu yaitu
misalnya untuk keluarga keturunannya (Sudarsono, 2008).
4. Ada akad/pernyataan wakaf (sighat) atau ikrar wakaf (Usman,
2009).
Sighat merupakan peryataan wakif yang merupakan tanda
penyerahan barang atau benda yang diwakafkan. Wakif dalam
melakukan ikrarnya harus jelas yakni (1) melepaskan haknya
22
atas pemilikan benda yang diwakafkan, dan (2) menentukan
peruntukan benda itu apakah khusus kepentingan orang-orang
tertentu ataukah untuk kepentingan masyarakat umum (Ali,
2006).
Di samping empat rukun di atas, ada hal penting untuk
dibahas yakni nadzir wakaf. Walaupun ulama klasik tidak
memasukkan nadzir sebagai rukun wakaf, namun nadzir
merupakan unsur yang sangat penting dalam perwakafan, karena
berkembang tidaknya harta wakaf sangat bergantung pada nadzir
wakaf (Hasanah, dalam Wakaf Tunai Inovasi Finansial Islam,
2005). Sedangkan dalam Pasal 6 UU No. 41 tahun 2004 tentang
Wakaf menambahkan satu nusur lagi yaitu mengenai jangka
waktu wakaf.
Adapun syarat sahnya perwakafan adalah sebagai berikut:
a. Perwakafan benda itu tidak dibatasi untuk jangka waktu
tertentu saja, tetapi untuk selama-lamanya (Ali, 2006). Namun
demikian menurut Imam Malik berpendapat bahwa wakaf
boleh dibatasi waktunya (Zahra dalam Nasution dan Hasanah
ed. 2005).
b. Tujuan harus jelas. Jika tidak menyebutkan tujuan secara jelas,
maka perwakafan tidak sah.
23
c. Wakaf harus segera dilaksanakan setelah ikrar wakaf
dinyatakan oleh wakif tanpa menggantungkan pelaksanaannya
pada suatu peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan
datang.
d. Wakaf yang sah wajib dilaksanakan, karena ikrar wakaf yang
dinyatakan oleh wakif berlaku seketika dan untuk selama-
lamanya (Ali, 2006).
2.2.1.4. Perbedaan Wakaf dengan Shadaqah dan Hibah
Kadangkala pengertian wakaf dirancukan dengan
pengertian shadakah dan hibah. Padahal antara wakaf, sedekah
dan hibah tersebut terdapat perbedaan-perbedaan penting, yaitu;
24
Tabel 2.2Perbedaan Wakaf dengan Shadakah/Hibah
Wakaf Shadaqah/Hibah
Menyerahkan kepemilikan suatu
barang kepada orang lain
Menyerahkan kepemilikan suatu
barang kepada pihak lain
Hak milik atas barang
dikembalikan kepada Allah
Hak milik atas barang diberikan
kepada penerima shadaqah/hibah
Objek wakaf tidak boleh
diberikan atau dijual kepada
pihak lain
Objek shadaqah/hibah boleh
diberikan atau dijual kepada pihak
lain
Manfaat barang biasanya
dinikmati untuk kepentingan
sosial
Manfaat barang dinikmati oleh
penerima shadaqah/hibah
Objek wakaf biasanya kekal
zatnya
Objek shadaqah/hibah tidak harus
kekal zatnya
Pengelolaan objek wakaf
diserahkan kepada administrator
yang disebut nadzir/mutawalli
Pengelolaan objek shadaqah/hibah
diserahkan kepada si penerima
Sumber: Karim Business Consulting, 2003
2.2.1.5. Konsep Wakaf Uang
Umumnya wakaf dikenal sebagai wakaf benda tidak
bergerak yang berupa properti seperti tanah dan bangunan, namun
sesuai dengan berkembangan zaman, wacana wakaf mulai
berkembang yaitu adanya wacana wakaf uang tunai. Secara umum
definisi wakaf tunai adalah penyerahan hak milik berupa uang
tunai kepada seseorang atau nadzir dengan ketentuan bahwa hasil
25
atau manfaatnya digunakan untuk hal-hal yang sesuai dengan
ajaran syariat Islam dengan tidak mengurangi ataupun
menghilangkan jumlah pokoknya.
Hukum mewakafkan uang tunai merupakan permasalahan
yang diperdebatkan di kalangan ulama fikih. Hal ini disebabkan
karena cara yang lazim dipakai oleh masyarakat dalam
mengembangkan harta wakaf berkisar pada penyewaan harta
wakaf, seperti tanah, gedung, rumah dan semacamnya. Oleh
karenanya, sebagian ulama kurang menerima ketika ada di antara
ulama yang berpendapat bahwa hukumnya mewakafkan uang
dirham dan dinar adalah boleh. Dengan uang sebagai aset wakaf,
maka penggunaannya akan berhubungan dengan praktek riba.
Adapun alasan ulama yang tidak membolehkan berwakaf
dengan uang antara lain (Nasution dan Hasanah ed., 2005):
1) Bahwa uang bisa habis zatnya sekali pakai. Uang hanya bisa
dimanfaatkan dengan membelanjakannya sehingga bendanya
lenyap. Sedangkan inti ajaran wakaf adalah pada
kesinambungan hasil dari modal dasar yang tetap lagi kekal,
tidak habis dipakai. Oleh karena itu ada persyaratan agar benda
yang akan diwakafkan itu adalah benda yang tahan lama, tidak
habis pakai.
26
2) Uang seperti dirham dan dinar diciptakan sebagai alat tukar
yang memudahkan orang melakukan transaksi jual beli, bukan
untuk ditarik manfaatnya dengan mempersewakan zatnya.
Dalam al-Is’af fi Ahkam al-Awqaf, al-Tharablis
mengungkapkan bahwa sebagian ulama klasik merasa aneh ketika
mendengar fatwa yang dikeluarkan oleh Muhammad bin Abdullah
al-Anshari, murid dari zufar, sahabat Abu Hanifah, tentang
bolehnya berwakaf dalam bentuk uang kontan dirham atau dinar,
dan dalam bentuk komoditas yang dapat ditimbang dan ditakar,
seperti makanan gandum. Mereka merasa aneh karena tidak
mungkin untuk mempersewakan benda-benda seperti itu, oleh
karena itu mereka segera mempermasalahkan dengan
mempertannyakan apa yang dapat dilakukan dengan dana tunai
dirham? Atas pertanyaan ini Muhammad bin Abdullah al-Anshari
menjelaskan dengan mengatakan, “Kita investasikan dana
tersebut dengan cara mudharabah dan labanya kita sedekahkan.
Kita jual benda makanan itu, harta kita putar dengan usaha
mudharabah kemudian hasilnya disedekahkan” (Nasution dan
Hasanah ed., 2005).
Di kalangan Malikiyyah popular pendapat yang
membolehkan, berwakaf dalam bentuk uang tunai seperti dilihat
dalam kitab Al-Majmu’ oleh Imam Nawawi yang mengatakan,
27
“dan para sahabat kita berbeda pendapat tentang berwakaf
dengan dana dirham dan dinar. Orang yang membolehkan
mempersewakan dirham dan dinar membolehkan berwakaf
dengannya dan yang tidak memperbolehkan mempersewakan
tidak mewakafkan.” Ibnu Taimiyah dalam al-Fatwa,
meriwayatkan satu pendapat dari kalangan Hanafi yang
membolehkan berwakaf dalam bentuk uang dan hal yang sama
dikatakan pula oleh Ibnu Qudamah dalam bukunya al-Mughni
(Nasution dan Hasanah, 2005).
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam memfatkan
wakaf uang merujuk pada pendapat ulama berikut, yaitu;
1) Pendapat Imam al-Zuhri (w. 124 H.) bahwa mewakafkan dinar
hukumnya boleh, dengan cara menjadikan dinar tersebut
sebagai modal usaha, kemudian keuntungannya disalurkan
pada mauquf’alaih.
2) Mutaqaddimin dari ulama madzhab Hanafi membolehkan
wakaf uang dinar dan dirham sebagai pengecualian, atas dasar
istihsan bi al-‘urfi, berdasarkan atsar Abdullah bin Mas’ud ra.,
bahwa “apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin, maka
dalam pandangan Allah adalah baik, dan apa yang dipandang
buruk oleh kaum muslimin, maka dalam pandangan Allah pun
buruk”.
28
3) Pendapat sebagian ulama madzhab al-Syafi’i: “Abu Tsyar
meriwayatkan dari Imam al-Syafi’i tentang kebolehan wakaf
dinar dan dirham (uang)”.
Sebelum memfatwakan wakaf uang, Majelis Ulama
Indonesia juga mempertimbangkan hal-hal berikut:
a) Bahwa bagi mayoritas umat Islam Indonesia, pengertian wakaf
yang umum diketahui, antara lain, adalah: yakni “menahan
harta yang dapat dimanfaatkan tanpa lenyap bendanya, dengan
cara tidak melakukan tindakan hukum terhadap benda tersebut,
disalurkan pada sesuatu yang mubah (tidak diharamkan) yang
ada” (al-Ramli dalam Nihayah al-Muhtaj ila Syarh al-Minhaj)
atau “wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok
orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda
miliknya guna kepentingan ibadat atau keperluan umum
lainnya sesuai dengan ajaran Islam” dan “Benda wakaf adalah
segala benda, baik bergerak atau tidak bergerak, yang memiliki
daya tahan yang tidak hanya sekali pakai dan bernilai menurut
ajaran Islam” (Pasal 215 angka 1 dan 4 Bab I Buku III
Kompilasi Hukum Islam); sehingga atas dasar pengertian
tersebut, bagi mereka hukum wakaf uang (waqfal-nuqud, cash
wakaf) adalah tidak sah.
29
b) Bahwa wakaf uang memiliki fleksibilitas (keluwesan) dan
kemaslahatan besar yang tidak dimiliki oleh benda lain.
c) Bahwa oleh karena itu, Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia
memandang perlu menetapkan fatwa tentang hukum wakaf
uang untuk dijadikan pedoman oleh masyarakat.
2.2.1.6. Sertifikasi Wakaf Uang
Wakaf tunai merupakan salah satu usaha yang tengah
dikembangkan dalam rangka meningkatkan peran wakaf dalam
bidang ekonomi. Salah satu model mobilisasi wakaf tunai adalah
sertifikasi wakaf tunai. Adapun tujuan dari produk sertifikasi
wakaf tunai adalah sebagai berikut (Strategi Pengembangan
Wakaf Tunai di Indonesi, 2006):
1. Penggalangan tabungan sosial dan men-transformasikan
tabungan sosial menjadi modal sosial serta membantu
mengembangkan pasar modal sosial.
2. Meningkat investasi sosial.
3. Menyisihkan sebagian keuntungan dari sumber daya orang
kaya (berkecukupan) mengenai tanggung jawab sosial mereka
terhadap masyarakat sekitarnya.
4. Menciptakan integritas antara keamanan sosial serta
meningkatkan kesejahteraan umat.
30
Operasional kerja dari sertifikasi wakaf tunai adalah
dengan menerbitkan sertifikat dengan nilai nominal yang berbeda-
beda untuk kelompok sasaran yang berbeda-beda (Wadjdy dan
Mursyid, 2007). Beberapa pedoman operasional Sertifikasi Wakaf
Tunai yang dipraktekkan Social Investment Bank Ltd (SIBL)
antara lain (Mannan, 1998):
1. Wakaf Tunai harus dipandang sebagai sumbangan
(endowment) yang sesuai dengan syariah, bank akan mengelola
wakaf atas nama wakif.
2. Wakaf dapat diberikan berulang kali dan rekening yang dibuka
sesuai dengan nama yang diberikan wakif.
3. Wakif diberi kebebasan untuk memilih sasaran wakaf baik
sasaran yang sudah teridentifikasi oleh SIBL atau sasaran
lainnya yang sesuai dengan syariah. Adapun sasaran wakaf
yang sudah berhasil diidentifikasi oleh SIBL secara umum
antara lain: Rehabilitasi Keluarga (Family Rehabilitation),
Pendidikan dan Kebudayaan (Education and Culture),
Kesehatan dan Sanitasi (Health and Sanitation), dan Pelayanan
Sosial (Social Utility Service).
4. Dana Wakaf Tunai akan mendapat keuntungan pada tingkat
yang paling tinggi yang ditawarkan oleh bank dari waktu ke
waktu.
31
5. Dana wakaf akan tetap dan hanya dana yang berasal dari
keuntungan yang akan dibagikan kepada sasaran yang telah
dipilih wakif. Keuntungan yang belum sempat dibagikan
otomatis akan digabungkan, dengan dana wakaf yang sudah
ada yang akan mendapatkan keuntungan yang lebih
berkembang sepanjang waktu.
6. Wakif juga dapat menerima bank untuk menyalurkan seluruh
keuntungan yang diperoleh kepada sasaran yang telah
ditentukan oleh wakif.
7. Wakif mempunyai kesempatan memberi wakaf tunai sepanjang
waktu. Walaupun tidak, wakif akan memberikan wakaf sebesar
yang dia inginkan dan akan mulai dengan nilai minimum wakaf
sebesar Rp. 1000. Wakaf berikutnya akan sebesar Rp. 1000
pula atau kelipatannya.
8. Wakif mempunyai hak untuk memberikan perintah pada bank
untuk mengambil dana wakaf dari rekening lainnya di SIBL
secara rutin.
9. Wakaf tunai harus diterima dalam bentuk endowment recipth
voucher tertentu dan satu sertifikat untuk seluruh nilai harus
diterbitkan ketika wakaf tersebut diberikan.
32
10. Prinsip dan ketentuan mengenai Rekening Wakaf Tunai
berdasarkan amandemen dan akan dievaluasi dari waktu ke
waktu.
2.2.1.7. Pengelolaan Wakaf Uang
Pada kejayaan Islam, wakaf juga pernah mencapai
kejayaan walaupun pengelolaannya masih sangat sederhana.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, maka berkembang
pula pemikiran mengenai objek wakaf yang dulunya masyarakat
hanya mengenal wakaf berupa harta tidak bergerak sekarang
masyarakat dikenalkan dengan wakaf tidak bergerak seperti wakaf
uang. Salah satu pengelolaan wakaf uang dengan cara investasi.
Pengelolaan dana wakaf sebagai instrumen investasi menjadi
menarik, karena benefit dari investasi tersebut dapat dinikmati
oleh masyarakat dimana saja baik lokal, regional maupun
internasional (Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf,
2006).
Inti ajaran yang terkandung dalam amalan wakaf itu sendiri
mengehendaki agar harta wakaf itu tidak boleh hanya dipendam
tanpa hasil yang akan dinikmati oleh al-mauquf’alaih. Semakin
banyak hasil harta wakaf yang dapat dinikmati orang, akan
semakin besar pula pahala yang akan mengalir kepada pihak
wakif. Berdasarkan hal tersebut, maka pengembangan harta wakaf
33
merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh pengelola
(nadzir) (Nasution dan Hasanah ed., 2005).
Terdapat dua macam praktik wakaf yaitu wakaf mutlaq dan
wakaf muqayyad. Wakaf mutlaq adalah praktik wakaf dimana
wakif menyerahkan sepenuhnya kepada si nadzir untuk
mengelolanya tanpa batas. Sedangkan wakaf muqayyad adalah
wakaf dimana wakif mensyaratkan agar harta yang diwakafkan itu
hanya boleh dikelola dengan cara tertentu dan diberikan kepada
pihak tertentu.
Pengelolaan wakaf tunai dapat dilakukan melalui
perbankkan syari’ah maupun lembaga swasta.
1. Wakaf uang di kelola bank syariah
Bank syariah hanya menjadi nadzir penerima dan
penyalur. Sedangkan fungsi pengelola dana akan dilakukan
oleh lembaga lain, misalnya Badan Wakaf Nasional (BWN),
yang sendirinya tanggung jawab pengelolaan dan termasuk
hubungan kerjasama dengan lembaga penjamin berada pada
BWN. Beberapa peran yang bisa di unggulkan bila wakaf tunai
dikelola oleh bank (Sudarsono, 2007):
a. Jaringan kantor.
b. Kemampuan sebagai Fund Manager.
c. Pengalaman, jaringan informasi dan peta distribusi.
34
d. Citra positif.
Adapun tujuan bank syariah sebagai pengelola dana
wakaf tunai, yaitu (Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di
Indonesia, 2006):
i. Menyediakan jasa layanan perbankan dengan menerbitkan
sertifikat wakaf tunai dan melakukan manajemen terhadap
dana wakaf tersebut.
ii. Membangun melakukan mobilisasi tabungan sosial dan
melakukan transformasi dari tabungan sosial ke modal.
iii. Memberikan benefit kepada masyarakat khususnya,
masyarakat miskin melalui optimalisasi sumber daya
masyarakat kaya.
iv. Membantu perkembangan pasar modal sosial (social capital
market).
Skema alternatife bila bank syariah sebagai nadzir
penerima dan penyalur dana wakaf
35
Gambar 2.1Bank sebagai penerima dan penyalur
2. Wakaf uang di kelola lembaga swasta
Lembaga swasta mengelola sendiri dana yang diterima
muwakif dengan system musyarakah atau mudharabah tanpa
mengurangi nilai aset wakaf. Adapun keunggulan dari wakaf
tunai yang dikelola oleh swasta adalah (Sudarsono, 2007):
a. Sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat.
b. Ada control langsung oleh masyarakat.
c. Menumbuhkan solidaritas masyarakat.
Wakif
LembagaPenjamin
Rugi Laba
Pengelolaan Dana
Badan Wakaf Nasional
Bank Syariah Al-Mauquf’alaih
36
Gambar 2.2Lembaga sebagai Penerima dan Penyalur
2.2.1.8. Fundraising Wakaf Uang
1. Pengertian Fundraising
Fundraising merupakan pengumpulan dana. Fundraising
Campain berarti kampanye pengumpulan dana (Echols dan
Shadily, 2005). Fundraising juga dapat diartikan sebagai
kegiatan dalam rangka menghimpun dana dari masyarakat dan
sumber daya lainnya dari masyarakat (baik individu, kelompok,
organisasi, perusahaan ataupun pemerintah) yang akan
digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional
organisasi/lembaga sehingga mencapai tujuannya.
2. Tujuan Fundraising
Wakif
LembagaPenjamin
Rugi Laba
Pengelolaan Dana
Badan Usaha Lembaga SwastaMisalnya Pendidikan
Lembaga SwastaMisalnya Pendidikan
Al-Mauquf’alaih
37
Ada beberapa hal yang menjadi tujuan dari fundraising bagi
sebuah organisasi pengelolaan wakaf adalah sebagai berikut
(Purwanto, 2009):
a. Pengumpulan dana. Dana yang dimaksudnya disini bukanlah
uang saja, tetapi dana dalam arti luas. Termasuk di dalamnya
barang dan atau jasa yang memiliki nilai materi.
b. Menghimpun para wakif. Badan wakaf yang baik adalah
badan wakaf yang setiap hari memiliki data pertambahan
wakif. Dengan bertambahnya wakif secara otomatis akan
bertambah pula jumlah dana yang terhimpun.
c. Meningkatkan citra lembaga badan wakaf. Aktivitas
fundraising yang dilakukan oleh sebuah organisasi
pengelola badan wakaf, baik langsung maupun tidak
langsung akan membentuk citra organisasi itu sendiri.
d. Ketika sebuah badan wakaf melakukan penghimpunan dana
wakaf, maka ada tujuan jangka panjang untuk menjaga
loyalitas wakif agar tetap memberikan sumbangan dana
4. Mengisi slip setoran ke rekening 500-262-777-1 atas nama
BWUT-MUI DIY kemudian menyetorkan ke teller.
2.3.2.2. Keunggulan
1. Lebih akuntabel karena bekerjasama dengan Bank.
2. Transparan, pertanggungjawaban dilaporkan satu tahun
sekali melaui media massa.
3. Dana dikelola secara professional oleh nadzir yang dalam
sirkulasi dananya bekerjasama dengan Bank BPD DIY
Syari’ah.
4. Pentasarufannya kepada kaum dhuafa, bisa untuk
pengembangan pemberdayaan ekonomi ummat maupun
untuk konsumtif.
5. Dana wakaf tidak berkurang, karena menggunakan prinsip
“menahan pokoknya dan menyalurkan hasilnya”
2.3.2.3. Contoh penggalangan dana
Penggalangan dana dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Untuk sekolah (siswa maupun mahasiswa) dengan
mengumpulkan infaq sebulan sekali sebesar @ Rp. 1.000,-.
2. Infaq diambil dari kegiatan-kegiatan tertentu.
3. Untuk Pegawai Negeri/Karyawan/Karyawati dengan
mengumpulkan infaq sebulan sekali sebesar @ Rp. 10.000.
atau seikhlasnya.
60
2.3.3. Hasil rapat program kerja
Berdasarkan hasil keputusan rapat mengenai Program Kerja
BWU-T MUI DIY yang dilaksanakan di Sekretariat Masjid
P.Diponegoro Kompleks Balaikota, Jalan Kenari No. 56 bahwa:
BWU-T MUI DIY bertujuan meninggkatkan kesejahteraan
masyarakat dan mengembangkan agama Islam melalui wakaf
uang/tunai. Yang memiliki tujuan penetapan Garis-garis Besar
Program Kerja BWU-T MUI DIY adalah terbinanya umat Islam yang
berkualitas tinggi, terciptanya sumber daya muslim yang berakhlah
mulia dan terwujudnya kemampuan kesejahteraan ekonomi umat
dalam bentuk:
“Meningkatnya kualitas pemahaman dan pengalaman ajaranIslam dalam setiap pribadi muslim di Propinsi Daerah IstimewaYogyakarta yang tercermin dalam tindakan dan perilaku dalamkehidupan sehari-hari”.
Ruang lingkup Program BWU-T MUI DIY adalah sebagai
berikut:
A. Kesekretariatan
1. Mengefektifan pemanfaatan dan kegiatan kantor BWU-T
2. Melakukan pembinaan persidangan BWU-T
3. Melakukan pembinaan administrasi BWU-T
4. Mengefektifan penggunaan anggaran BWU-T
B. Seksi Penyuluhan
61
1. Menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah, swasta,
BUMN/BUMD dan lembaga keagamaan Islam untuk
mensosialisasikan tentang pentingnya wakaf uang tunai bagi
umat Islam.
2. Mendorong umat Islam untuk melaksanakan wakaf uang tunai
sesuai dengan kemampuan setiap pribadi umat Islam.
C. Seksi Usaha
1. Mengusahakan agar umat Islam di wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta melaksanakan wakaf uang tunai.
2. Mengusahakan bantuan dari pemerintah Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
D. Seksi Pengelolaan
Melakukan pengelolaan secara efektif, transparan, akuntabel baik
penerimaan, pembukuan maupun pelaporan.
E. Seksi Penelitian dan Pengembangan
1. Mengadakan sarasehan wakaf tunai, bekerjasama dengan
lembaga keagamaan Islam.
2. Melakukan penelitian terhadap calon penerima wakaf uang
tunai baik untuk usaha produktif maupun konsumtif.
F. Seksi Pentasarufan
Melakukan pentasarufan tepat sasaran baik untuk usaha produktif
(pengembangan modal) maupun untuk penerima konsumtif.
62
Adapun Rencana Kegiatan BWU-T MUI DIY Tahun 2008
M/1429 H dari setiap bagian BWU-T MUI DIY tercermin sebagai
berikut:
A. Sekretariat
1. Melalui Ketua MUI Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
meminta kepada Gubernur Propinsi DIY untuk mengeluarkan
himbauan/instruksi kepada umat Islam, khususnya kepada PNS
beragama Islam, diwilayah Propinsi DIY untuk melaksanakan
wakaf uang tunai.
2. Menetapkan Kantor Sekretariat Pusat BWU-T MUI di Jalan
Kapas No. 3 Yogyakarta, Umbulharjo HP 08122974328 dan
Kantor cabang di Masjid P.Diponegoro Komplek Balaikota No.
56 Yogyakarta, HP 081578834255.
3. Melengkapi alat kantor seperti kop surat, amplop, cap stempel
dan lain-lain.
4. Apabila wakaf uang tunai telah berjalan dengan baik, maka akan
mengangkat seorang manajer untuk menjalankan mekanisme
wakaf uang tunai secara efektif.
5. Mencetak lieflet BWU-T dan spanduk untuk disebarkan kepada
umat Islam di DIY.
6. Membuka rekening BWU-T di Bank BPD Syari’ah DIY Jalan
Cik Ditiro atas nama Drs. H. Harsoyo, M.Si.
63
B. Seksi Penyuluhan
1. Mengadakan penyuluhan wakaf uang tunai kepada pegawai
pemerintah melalui pengajian pejabat/karyawan dan karyawan
PLN, BI dan Telkom melalui kegiatan pengajian di masing-
masing instansi.
2. Menyebarkan lieflet kepada umat Islam di wilayah Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.
3. Mencari sponsorsip dan melakukan pendekatan kepada para
pejabat untuk ikut berpartisipasi terhadap BWU-T.
C. Seksi Usaha
Secara aktif melakukan pendekatan kepada pimpinan sekolah,
instansi pemerintah/swasta dan panitia hari raya qurban dan lain
sebagainya untuk melakukan wakaf tunai.
D. Seksi Pengelolaan
Melakukan pencatatan/pembukuan secara tepat sesuai dengan
ketentuan pembukuan yang benar dan melaporkan keadaan
penerimaan wakaf uang tunai secara berkala kepada masyarakat.
E. Seksi Penelitian dan Pengembangan
1. Mengadakan penelitian terhadap hal-hal yang bermanfaat bagi
organisasi BWU-T.
2. Menyediakan data dan informasi untuk kepentingan organisasi.
3. Menyiapkan Blueprint/ Profil BWU-T.
64
F. Seksi Pentasarufan
1. Melakukan pentasarufan kepada lembaga ekonomi produktif
untuk mengembangkan usaha (bagi hasil)
2. Memberikan bantuan konsumtif kepada lembaga pendidikan dan
dakwah Islam untuk meningkatkan dakwah amar ma’ruf nahi
mungkat.
2.3.4. Pengurus BWU-T MUI DIY
Kepengurusan BWU-T MUI DIY terdiri atas: Dewan
Penasehat (Ketua, Sekertaris dan anggota Dewan), Dewan
Dari tabel di atas menunjukkan rata-rata hitung (mean) potensi
wakaf uang sebesar 635.586,59. Nilai tengah (median) sebesar 100.000.
Nilai data frekuensi tertinggi (mode) sebesar 100.000. Std. deviation
(nilai yangmenunjukkan tingkat variasi kelompok atau ukuran standar
penyimpangan dari reratanya) sebesar 2.018.998,129. Range sebesar
19.995.000. Minimum potensi wakaf sebesar 5.000 dan maximum
putensi wakaf sebesar 20.000.000.
Tabel 4.5Religiusitas (dalam persen)
Sumber: Data Primer
Berdasarkan variabel religiusitas menunjukkan responden yang
setuju dengan item menghadiri kegiatan religius (P1) sebesar 51%,
ragu-ragu sebesar 16,5% dan tidak setuju sebesar 32,5%. Responden
yang setuju dengan item nilai religius lebih penting dari materi (P2)
Keterangan Tidaksetuju
Ragu-ragu
Setuju
Menghadiri kegiatan religius (P1) 32,5 16,5 51Nilai religius lebih penting darimateri (P2)
8 22 70
Orang muslim minimal sholatmalam 3 kali dalam sebulan (P3)
49 25,5 25,5
Orang muslim minimal puasaselain ramadhan 3 kali dalamsebulan (P4)
38 27 35
Zakat, infaq, sedekah (wakafuang) seimbang (P5)
8,5 15,5 76
Infaq, sedekah (wakaf uang) lebihbesar dibandingkan zakat (P6)
20,5 36 43,5
Objek wakaf berkembang yaituobjek wakaf uang (P7)
10,5 19 70,5
Wakaf uang dihimpul oleh badanwakaf dan dikelola olehperbankan syariah (P8)
12 25,5 62,5
102
sebesar 70%, ragu-ragu sebesar 22% dan tidak setuju sebesar 8%.
Responden yang setuju dengan item orang muslim minimal sholat
malam 3 kali dalam sebulan (P3) sebesar 25,5%, ragu-ragu sebesar
25,5% dan tidak setuju sebesar 49%. Respon yang setuju dengan item
orang muslim minimal puasa selain ramadhan 3 kali dalam sebulan (P4)
sebesar 35%, ragu-ragu sebesar 27% dan tidak setuju sebesar 38%.
Responden yang tidak setuju dengan item zakat, infaq, sedekah (wakaf
uang) seimbang (P5) sebesar 8,5%, ragu-ragu sebesar 15,5% dan setuju
sebesar 76%. Responden yang tidak setuju dengan item infaq, sedekah
(wakaf uang) lebih besar dibandingkan zakat (P6) sebesar 20,5%, ragu-
ragu sebesar 36% dan setuju sebesar 43,5%. Responden yang setuju
dengan item objek wakaf berkembang yaitu objek wakaf uang (P7)
sebesar 70,5%, ragu-ragu sebesar 19% dan yang tidak setuju sebesar
10,5%. Sedangkan responden yang setuju dengan item wakaf uang
dihimpun oleh badan wakaf dan dikelola oleh perbankan syariah (P8)
sebesar 62,5%, ragu-ragu sebesar 25,5% dan yang tidak setuju sebesar
12 %.
103
Tabel 4.6Karakteristik Produk (dalam persen)
Keterangan Tidak setuju Ragu-ragu SetujuWakaf hanya Tanah (P9) 25,5 15,5 59Kegiatan agama bagiorang kaya (tanah luas)untuk amal sholeh (P10)
52,5 14 33,5
Wakaf dilakukan olehorang kaya (P11)
60,5 13 26,5
Baru mengenal wakafuang (P12)
16,5 20,5 63
Produk wakaf uang (P13) 11,5 23 65,5Wakaf uang lebih praktisdibandingkan tanah(P14)
8 29,5 62,5
Wakaf uang mudahpembayarannya (P15)
10 23,5 66,5
Perbedaan wakaf uangdan sedekah (P16)
7,5 28,5 64
Wakaf uang saingan darizakat dan infaq (P17)
65 24.5% 10,5
Sumber: Data Primer
Berdasarkan variabel karakteristik produk menunjukkan
responden yang setuju dengan item wakaf hanya tanah (P9) sebesar
59%, ragu-ragu sebesar 15,5% dan tidak setuju sebesar 25,5%.
Responden yang setuju dengan item kegiatan agama bagi orang kaya
(tanah luas) untuk amal sholeh (P10) sebesar 35,5%, ragu-ragu sebesar
14% dan tidak setuju sebesar 52,5%. Responden yang setuju dengan
item wakaf dilakukan oleh orang kaya (P11) sebesar 26,5%, ragu-ragu
sebesar 13% dan tidak setuju sebesar 60,5%. Respon yang setuju
dengan item baru mengenal wakaf uang (P12) sebesar 63%, ragu-ragu
sebesar 20,5% dan tidak setuju sebesar 16.5%. Responden yang tidak
setuju dengan item produk wakaf uang (P13) sebesar 11,5%, ragu-ragu
104
sebesar 23% dan setuju sebesar 65,5%. Responden yang tidak setuju
dengan item wakaf uang lebih praktis dibandingkan tanah (P14) sebesar
8%, ragu-ragu sebesar 29,5% dan setuju sebesar 62,5%. Responden
yang setuju dengan item wakaf uang mudah pembayarannya (P15)
sebesar 66,5%, ragu-ragu sebesar 23,5% dan yang tidak setuju sebesar
10%. Responden yang setuju dengan item perbedaan wakaf uang dan
sedekah (P16) sebesar 64%, ragu-ragu sebesar 28.5% dan yang tidak
setuju sebesar 17,5%. Sedangkan responden yang tidak setuju dengan
item wakaf uang saingan dari zakat dan infaq (P17) sebesar 65%, ragu-
ragu sebesar 24,5% dan setuju sebesar 10,5%.
Tabel 4.7Persepsi Wakif (dalam persen)
Keterangan Tidaksetuju
Ragu-ragu
Setuju
Tertari wakaf uang tetap(P18)
15,5 39 45,5
Tertarik wakaf uangsementara (P19)
30,5 49,5 20
Ingin mengetahui prosedur(P20)
5,5 20 74,5
Makna wakaf uang (P21) 13 44,5 42Lembaga wakaf (P22) 13,5 34,5 52Kelola untuk pemberdayaan(P23)
10,5 28,5 61
Produk Bank (P24) 16 39 45Kegiatan Produktif (P25) 6,5 19,5 74Instrument Investasi (P26) 10 21,5 68,5Sumber: Data Primer
Dari data di atas mengenai variabel persepsi wakif menunjukkan
responden yang setuju dengan item tertarik wakaf uang tetap (P18)
sebesar 45,5%, ragu-ragu sebesar 39% dan tidak setuju sebesar 15,5%.
105
Responden yang setuju dengan item tertarik wakaf uang sementara
(P19) sebesar 20%, ragu-ragu sebesar 49,5% dan tidak setuju sebesar
30,5%. Responden yang setuju dengan item ingin mengetahui prosedur
(P20) sebesar 74,5%, ragu-ragu sebesar 20% dan tidak setuju sebesar
5,5%. Respon yang setuju dengan item makna wakaf uang (P21)
sebesar 42%, ragu-ragu sebesar 44,5% dan tidak setuju sebesar 13%.
Responden yang tidak setuju dengan item lembaga wakaf (P22) sebesar
13,5%, ragu-ragu sebesar 34,5% dan setuju sebesar 52%. Responden
yang tidak setuju dengan item kelola untuk pemberdayaan (P23)
sebesar 10,5%, ragu-ragu sebesar 28,5% dan setuju sebesar 61%.
Responden yang setuju dengan item produk bank (P24) sebesar 45%,
ragu-ragu sebesar 39% dan yang tidak setuju sebesar 16%. Responden
yang setuju dengan item kegiatan produktif (P25) sebesar 44%, ragu-
ragu sebesar 19,5% dan yang tidak setuju sebesar 6,5%. Sedangkan
responden yang tidak setuju dengan item instrument investasi (P26)
sebesar 10%, ragu-ragu sebesar 21,5% dan setuju sebesar 68,5%.
106
Tabel 4.8Perilaku Wakif (dalam persen)
Keterangan Tidaksetuju
Ragu-ragu
Setuju
Mensosialisasikan kepada orang lain(P27)
8 47 45
Merekomendasikan kepada orang lain(P28)
10 55 35
Mendorong teman untuk berwakaf(P29)
9,5 57,5 33
Mempertimbangkan produk wakafuang (P30)
10,5 53,5 36
Berwakaf uang lebih banyak (P31) 6,5 50 43.5Tetap akan berwakaf (P32) 13,5 64,5 22Berwakaf lebih dari harga (P33) 18,5 59 22,5Berwakaf lebih sedikit (P34) 45,5 45 9,5Beralih ke badan wakaf lain (P35) 21,5 67 11,5Beralih ke badan wakaf lain jikaterjadi masalah (P36)
12.5 51.5 36
Mengeluh kepada wakif lain (P37) 13,5 51 35,5Mengeluh kepada badan wakafIndonesia (P38)
12 40,5 47,5
Mengeluh kepada BWU-T MUI DIY(P39)
7 34,5 58.5
Sumber: Data Primer
Tabel variabel perilaku wakif di atas menunjukkan responden
yang setuju dengan item mensosialisasikan kepada orang lain (P27)
sebesar 45%, ragu-ragu sebesar 47% dan tidak setuju sebesar 8%.
Responden yang setuju dengan item merekomendasikan kepada orang
lain (P28) sebesar 35%, ragu-ragu sebesar 55% dan tidak setuju sebesar
10%. Responden yang setuju dengan item mendorong teman untuk
berwakaf (P29) sebesar 33%, ragu-ragu sebesar 57,5% dan tidak setuju
sebesar 9,5%. Respon yang setuju dengan item mempertimbangkan
produk wakaf uang (P30) sebesar 36%, ragu-ragu sebesar 53,5% dan
107
tidak setuju sebesar 10,5%. Responden yang tidak setuju dengan item
berwakaf uang lebih banyak (P31) sebesar 6.5%, ragu-ragu sebesar
50% dan setuju sebesar 43,5%. Responden yang tidak setuju dengan
item tetap akan berwakaf (P32) sebesar 13,5%, ragu-ragu sebesar
64.5% dan setuju sebesar 22%. Responden yang setuju dengan item
berwakaf lebih dari harga (P33) sebesar 22,5%, ragu-ragu sebesar 59%
dan yang tidak setuju sebesar 18,5%. Responden yang setuju dengan
item berwakaf lebih sedikit (P34) sebesar 9,5%, ragu-ragu sebesar
45,5% dan yang tidak setuju sebesar 45%. Responden yang tidak setuju
dengan item beralih ke badan wakaf lain (P35) sebesar 21,5%, ragu-
ragu sebesar 67% dan setuju sebesar 11,5%. Responden yang tidak
setuju dengan item beralih ke badan wakaf lain jika terjadi masalah
(P36) sebesar 12,5%, ragu-ragu sebesar 51,5% dan yang setuju sebesar
36%. Responden yang setuju dengan item mengeluh kepada wakif lain
(P37) sebesar 35,5%, ragu-ragu sebesar 51% dan yang tidak setuju
sebesar 13,5%. responden yang tidak setuju dengan item mengeluh
kepada badan wakaf Indonesia (P38) sebesar 12%, ragu-ragu sebesar
40,5% dan yang setuju sebesar 47,5%. Sedangkan responden yang tidak
setuju dengan item mengeluh kepada BWU-T MUI DIY (P39) sebesar
7%, ragu-ragu sebesar 34,5% dan yang setuju sebesar 58,5%.
4.3. Analisis Faktor
4.3.1. Uji Korelasi Antar Variabel
108
Prinsip utama dalam analisis faktor adalah korelasi, artinya
variabel yang memiliki korelasi erat akan membentuk suatu faktor,
sedang variabel yang ada dalam suatu faktor akan memiliki korelasi
yang lemah dengan variabel yang terdapat pada faktor yang lain
(Suliyanto, 2005). Oleh karena itu, dalam penelitian ini diharapkan
bahwa variabel-variabel tersebut mempunyai korelasi tinggi antar
variabel.
Tabel 4.9Hasil Uji Anti Image Matrics Correlation 1
Kode Item Anti Image Matrics Comunalities
P1 Menghadiri kegiatan religius 0,417a 0,759P2 Nilai religious lebih penting dari
materi0,536a 0,651
P3 Orang muslim minimal sholatmalam 3 kali dalam sebulan
0,689a 0,735
P4 Orang muslim minimal puasaselain ramadhan 3 kali dalamsebulan
0,700a 0,748
P5 Zakat, infaq, sedekah (wakafuang) seimbang
0,683a 0,622
P6 Infaq, sedekah (wakaf uang)lebih besar dibandingkan zakat
0,856a 0,574
P7 Objek wakaf berkembang yaituobjek wakaf uang
0,716a 0,632
P8 Wakaf uang dihimpul olehbadan wakaf dan dikelola olehperbankan syariah
0,813a 0,642
P9 Wakaf hanya Tanah 0,673a 0,669P10 Kegiatan agama bagi orang kaya
(tanah luas) untuk amal sholeh0,563a 0,786
P11 Wakaf dilakukan oleh orangkaya
0,552a 0,770
P12 Baru mengenal wakaf uang 0,471a 0,698P13 Produk wakaf uang 0,594a 0,656P14 Wakaf uang lebih praktis 0,805a 0,594
109
dibandingkan tanahP15 Wakaf uang mudah
pembayarannya0,724a 0,681
P16 Perbedaan wakaf uang dansedekah
0,617a 0,438
P17 Wakaf uang saingan dari zakatdan infaq
0,497a 0,663
P18 Tertari wakaf uang tetap 0,824a 0,635P19 Tertarik wakaf uang sementara 0,580a 0,708P20 Ingin mengetahui prosedur 0,777a 0,611P21 Makna wakaf uang 0,798a 0,617P22 Lembaga wakaf 0,630a 0,680P23 Kelola untuk pemberdayaan 0,686a 0,542P24 Produk Bank 0,806a 0,644P25 Kegiatan Produktif 0,764a 0,662P26 Instrument Investasi 0,845a 0,583P27 Mensosialisasikan kepada orang
lain0,772a 0,608
P28 Merekomendasikan kepadaorang lain
0,718a 0,724
P29 Mendorong teman untukberwakaf
0,754a 0,731
P30 Mempertimbangkan produkwakaf uang
0,794a 0,745
P31 Berwakaf uang lebih banyak 0,762a 0,778P32 Tetap akan berwakaf 0,736a 0,664P33 Berwakaf lebih dari harga 0,736a 0,745P34 Berwakaf lebih sedikit (P34) 0,462a 0,738P35 Beralih ke badan wakaf lain 0,439a 0,751PP36 Beralih ke badan wakaf lain jika
terjadi masalah0,581a 0,742
P37 Mengeluh kepada wakif lain 0,790a 0,730P38 Mengeluh kepada badan wakaf
Indonesia0,732a 0,788
P39 Mengeluh kepada BWU-T MUIDIY
0,711a 0,738
Sumber: Data Primer
Dari hasil anti-image correlation dan communalities terdapat
nilai korelasi dibawah 0,5 (yang berwarna buram) yaitu 0,417 (P1),
Tabel 4.10Hasil Uji Anti Image Matrics Correlation 2
Kode Item Anti Image Matrics CommunalitiesP2 Nilai religious lebih penting dari
materi0,678a 0,625
P3 Orang muslim minimal sholatmalam 3 kali dalam sebulan
0,695a 0,718
P4 Orang muslim minimal puasaselain ramadhan 3 kali dalamsebulan
0,730a 0,780
P5 Zakat, infaq, sedekah (wakafuang) seimbang
0,733a 0,662
P6 Infaq, sedekah (wakaf uang)lebih besar dibandingkan zakat
0,870a 0,587
P7 Objek wakaf berkembang yaituobjek wakaf uang
0,794a 0,516
P8 Wakaf uang dihimpul olehbadan wakaf dan dikelola olehperbankan syariah
0,866a 0,581
P9 Wakaf hanya Tanah 0,652a 0,668P10 Kegiatan agama bagi orang
kaya (tanah luas) untuk amalsholeh
0,558a 0,789
P11 Wakaf dilakukan oleh orangkaya
0,556a 0,761
P13 Produk wakaf uang 0,703a 0,619P14 Wakaf uang lebih praktis
dibandingkan tanah0,809a 0,612
P15 Wakaf uang mudahpembayarannya
0,773a 0,723
P18 Tertarik wakaf uang tetap 0,872a 0,477P19 Tertarik wakaf uang sementara 0,594a 0,574
111
P20 Ingin mengetahui prosedur 0,773a 0,655P21 Makna wakaf uang 0,839a 0,546P22 Lembaga wakaf 0,744a 0,658P23 Kelola untuk pemberdayaan 0,841a 0,421P24 Produk Bank 0,790a 0,507P25 Kegiatan Produktif 0,759a 0,657P26 Instrument Investasi 0,838a 0,560P27 Mensosialisasikan kepada orang
lain0,819a 0,647
P28 Merekomendasikan kepadaorang lain
0,749a 0,686
P29 Mendorong teman untukberwakaf
0,804a 0,699
P30 Mempertimbangkan produkwakaf uang
0,805a 0,609
P31 Berwakaf uang lebih banyak 0,795a 0,736P32 Tetap akan berwakaf 0,754a 0,695P33 Berwakaf lebih dari harga 0,790a 0,655PP36 Beralih ke badan wakaf lain jika
terjadi masalah0,671a 0,652
P37 Mengeluh kepada wakif lain 0,824a 0,718P38 Mengeluh kepada badan wakaf
Indonesia0,725a 0,758
P39 Mengeluh kepada BWU-T MUIDIY
0,720a 0,685
Sumber: Data Primer
Dari hasil di atas walaupun anti-image correlation sudah
memenuhi syarat yaitu di atas 0,5 namun pada communalities terdapat
nilai dibawah 0,5 (yang berwarna buram) yaitu 0,477 (P18), dan 0,421
(P23). Untuk itu variabel P18 dan P23, kita keluarkan dari analisis dan
hanya akan melakukan analisis faktor dengan variabel P2, P3, P4, P5,
Tabel 4.11Hasil Uji Anti Image Matrics Correlation 3
Kode Item Anti Image Matrics CommunalitiesP2 Nilai religious lebih penting dari
materi0,644a 0,700
P3 Orang muslim minimal sholatmalam 3 kali dalam sebulan
0,687a 0,715
P4 Orang muslim minimal puasaselain ramadhan 3 kali dalamsebulan
0,723a 0,782
P5 Zakat, infaq, sedekah (wakaf uang)seimbang
0,723a 0,685
P6 Infaq, sedekah (wakaf uang) lebihbesar dibandingkan zakat
0,864a 0,588
P7 Objek wakaf berkembang yaituobjek wakaf uang
0,798a 0,517
P8 Wakaf uang dihimpul oleh badanwakaf dan dikelola oleh perbankansyariah
0,852a 0,569
P9 Tanah 0,638a 0,673P10 Kegiatan agama bagi orang kaya
(tanah luas) untuk amal sholeh0,556a 0,790
P11 Wakaf dilakukan oleh orang kaya 0,555a 0,758P13 Produk wakaf uang 0,684a 0,626P14 Wakaf uang lebih praktis
dibandingkan tanah0,812a 0,621
P15 Wakaf uang mudahpembayarannya
0,770a 0,745
P19 Tertarik wakaf uang sementara 0,607a 0,564P20 Ingin mengetahui prosedur 0,763a 0,622P21 Makna wakaf uang 0,848a 0,557P22 Lembaga wakaf 0,744a 0,657P24 Produk Bank 0,784a 0,552P25 Kegiatan Produktif 0,744a 0,706P26 Instrument Investasi 0,831a 0,647P27 Mensosialisasikan kepada orang
lain0,803a 0,633
P28 Merekomendasikan kepada oranglain
0,747a 0,670
P29 Mendorong teman untuk berwakaf 0,798a 0,708
113
P30 Mempertimbangkan produk wakafuang
0,814a 0,606
P31 Berwakaf uang lebih banyak 0,782a 0,733P32 Tetap akan berwakaf 0,758a 0,701P33 Berwakaf lebih dari harga 0,783a 0,651PP36 Beralih ke badan wakaf lain jika
terjadi masalah0,663a 0,662
P37 Mengeluh kepada wakif lain 0,824a 0,724P38 Mengeluh kepada badan wakaf
Indonesia0,728a 0,779
P39 Mengeluh kepada BWU-T MUIDIY
0,720a 0,683
Sumber: Data Primer
Hasil KMO MSA tersebut diatas 0,5 yaitu 0,758, tetap
signifikan (angka signifikan adalah 0,000), dan dapat dipercaya bahwa
antar variabel terdapat korelasi. Menurut Prabawati, ed. (2010),
mengatakan karena KMO MSA dan Bartlett s test of sphericity sudah
memnuhi syarat yaitu lebih dari 0,5 (0,758) dan nilai signifikannya
adalah 0,000, maka analisis faktor dapat dilanjutkan.
4.3.2. Penentuan Jumlah Faktor
Langkah selanjutnya adalah menentukan banyaknya jumlah
faktor yang terbentuk. Ada beberapa pendekatan dalam penentuan
jumlah faktor yaitu penentuan berdasarkan Apriori, Eigenvalue, Scree
Plot, dan berdasarkan Persentase Varian (Suliyanto, 2005). Namun
penyusun mengunakan pendekatan berdasarkan eigenvalue (jumlah
varian yang dijelaskan oleh setiap faktor). Variabel dapat dianggap
suatu faktor apabila memiliki eigenvalue 1, sebaliknya jika nilai
eigenvaluenya < 1 maka variabel tersebut tidak dapat dimasukkan
dalam suatu faktor (Suliyanto, 2005).
114
Dari output tersebut dapat diperoleh sebelas faktor yang masing-
masing mempunyai persentase varian (jumlah variasi yang
berhubungan pada suatu faktor yang dinyatakan dalam persentase)
sebesar 21,142 persen; 7,661 persen; 7,040 persen; 6,354 persen, 4,855
persen, 4,577 persen, 3,978 persen; 3,891 persen, 3,553 persen dan
3,473 persen, sehingga total persentase varian kesebelas faktor tersebut
adalah 66,5305 persen.
Setelah diketahui bahwa ada 10 faktor adalah jumlah yang
paling optimal, maka perlu dilihat component matrix yang
menunjukkan distribusi 31 item pertanyaan pada 10 faktor yang
terbentuk. Component matrix digunakan untuk mendistribusikan
variabel-variabel yang telah diekstrak kedalam faktor yang telah
dibentuk berdasarkan loading faktornya. Loading dengan nilai terbesar
berarti mempunyai peranan utama pada faktor tersebut. Variabel yang
memiliki loading < 0,5 dianggap tidak memiliki peranan yang berarti
terhadap faktor terbentuk sehingga variabel tersebut dapat diabaikan
dalam pembentukan faktor (Suliyanto, 2005). Keketigapuluhempat item
pertanyaan tersebut dimasukkan dalam faktor yang memiliki loading
faktor terbesar.
Berdasarkan tabel component matrix menunjukan bahwa masih
ada item pertanyaan yang belum jelas akan dimasukkan kedalam faktor
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, atau 10 Yaitu P3 (0,489), P4 (0,437), P5 (0,456),
P6 (0,446), P14 (0,481), P20 (0,460), dan P24 (0,483). Item tersebut
115
tidak jelas karena sama-sama memiliki nilai dibawah 0,5. Disamping itu
masih ada nilai yang di atas 0,5 berada di dua tempat yaitu P39 dengan
nilai 0,5 berada di faktor 1 dan nilai 0,621 berada di faktor 2 Oleh
karena harus diulang lagi dengan membuang item P39.
4.3.3. Rotasi Faktor
Untuk mempermudah interpretasi dilakukan rotasi faktor,
sehingga faktor matriks yang sebelumnya kompleks menjadi lebih jelas
untuk dimasukkan dalam faktor tertentu (Ghozali, 2009). Ada dua
model rotasi yaitu; pertama, Rotasi Orthogonal yaitu memutar sumbu
90° (Quartimax, Varimax dan Equamax). Kedua, Rotasi Oblique yaitu
memutar sumbu kekanan tetapi tidak harus 90° (Oblimin, Promax dan
Orthoblique) (Ghozali, 2009). Adapun model yang digunakan dalam
analisis faktor ini adalah metode orthogonal rotation varimax
procedure. Hal ini karena penyusun ingin mencari pengelompokkan
baru variabel awal menjadi variabel yang jumlahnya semakin sedikit
(Ghozali, 2009). Prosedur ini merupakan metode orthogonal dengan
cara memutar sumbu ke kanan sampai 90º yang berusaha
meminimumkan banyaknya variabel dengan muatan tinggi (high
loading) pada suatu faktor. Tujuannya adalah untuk mempermudah
pembuatan interpretasi mengenai faktor, sehingga rotasi orthogonal
menghasilkan faktor-faktor yang tidak berkorelasi satu sama lain atau
korelasi antar faktor nol (Suliyanto, 2005).
116
Tabel 4.12Rotated Component Matrix*1
Component1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
P2 0,735P3 0,795P4 0,814P5 0,745P6 0,579P7 0,552P8P9 0,602P10 0,862P11 0,846P13 -0,677P14 0,738P15 0,788P19P20 0,595P21P22 0,714P24 0,540P25 0,718P26 0,653P27P28 0,719P29 0,762P30 0,721P31 0,500P32 0,746P33 0,620P36 0,783P37 0,832P38 0,684* Rotated Component Matrix adalah komponen matrix yang telah dirotasi digunakan untukmenentukan koefisien bobot kontribusi suatu variabel terhadap faktor yang sebelumnya kecilsemakin diperkecil, dan koefisien bobot kontribusi suatu variabel terhadap faktor yangsebelumnya besar semakin diperbesar.Semua kolom ada nilainya, karena kurang dari nilai mutlak yaitu 0,5 maka tidak ditampilkan.Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel rotated component matrix, menunjukan
bahwa komponen matrix hasil dari proses rotasi (rotated component
matrix) memperlihatkan distribusi variabel yang lebih jelas dan nyata.
117
Namun berdasarkan tabel rotated component matrix di atas menunjukan
bahwa masih ada item pertanyaan yang memiliki loading < 0,5 yaitu P8
(0,449), P13 (-0,677), P19 (0,484), P21 (0,440) dan P27 (0,356), maka
diperlukan lagi melakukan rotated component matrix dengan
persen, dan 6,817 persen. Sehingga total persentase varian ketujuh
faktor tersebut adalah 66,612 persen Jadi, rotated component matrix
berhasil mereduksi 20 item pertanyaan menjadi 7 faktor yaitu:
Tabel 4.18 dan 4.19 mengambarkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi Preferensi Wakif terhadap produk dari Badan Wakaf
Uang-Tunai MUI DIY disebabkan oleh beberapa faktor sesuai dengan
urutan persentase varian berikut:
1. Faktor Perilaku wakif dengan persentase varian sebesar 14,543%,
berdasarkan analisis faktor ada lima item pertanyaan yang
membentuk faktor perilaku wakif yaitu; merekomendasikan kepada
orang lain (P28), mendorong teman untuk berwakaf (P29),
mempertimbangkan produk wakaf uang (P30), tetap akan berwakaf
(P32), dan berwakaf uang lebih banyak (P33).
2. Faktor Pengaduan dengan persentase varian sebesar 10,110%,
berdasarkan analisis faktor ada tiga item pertanyaan yang
membentuk faktor komplain yakni; beralih ke badan wakaf lain jika
terjadi masalah (P36), mengeluh kepada wakif lain (P37) dan
mengeluh kepada badan wakaf Indonesia (P38).
3. Faktor Kegiatan Produktif dengan persentase varian sebesar 9,974%,
faktor ini dibentuk dari empat item pertanyaan yakni; ingin
mengetahui prosedur wakaf uang (P20), lembaga wakaf (P22),
kegiatan produktif (P25) dan instrumen investasi (P26).
127
4. Faktor Kekayaan dengan persentase varian sebesar 8,769%, terdiri
dari dua item pertanyaan yaitu kegiatan agama bagi orang kaya
(tanah luas) untuk amal sholeh (P10) dan wakaf dilakukan orang
kaya (P11).
5. Faktor Karakteristik Produk dengan persentase varian sebesar
8,241%, terdiri dari dua item yaitu; obyek wakaf berkembang yaitu
objek wakaf uang lebih prkatis dibandingkan tanah (P14) dan wakaf
uang mudah pembayarannya (P15).
6. Faktor Religiusitas dengan persentase varian sebesar 8,159%, terdiri
dari dua item pertanyaan yaitu orang muslim minimal sholat malam
3 kali dalam sebulan (P3) dan orang muslim minimal puasa selain
ramadhan 3 kali dalam sebulan (P4).
7. Faktor Kedermawanan dengan persentase varian sebesar 6,817%,
terdiri dari dua item pertanyaan tentang nilai religius lebih penting
dari materi (P2) dan zakat, infaq dan sedekah (wakaf uang) seimbang
(P5).
128
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas maka penyusun dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut.
1. Berdasarkan analisis SWOT BWU-T MUI DIY menunjukkan bahwa:
strengths (kekuatan) BWUT MUI DIY adalah bekerjasama dengan Bank
BPD DIY Syariah dan adanya surat edaran Gubernur DIY. Weaknesses
(kelemahan) yang dimiliki BWU-T MUI DIY adalah belum adanya
legalitas serta masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap porduk
wakaf tunai. Opportunities (peluang) yang dimiliki oleh BWU-T MUI
adalah Wakaf tidak hanya untuk orang yang kaya dan mempunyai tanah
luas dan dana wakaf uang dapat untuk pendidikan maupun membantu
perekonomian kaum dhuafa. Sedangkan threats (ancaman) yang dimiliki
adalah belum adanya legalitas dan adanya ulama’ yang tidak membolehkan
wakaf tunai. Adapun strategi penghimpunan wakaf uang-tunai yang
dilakukan oleh BWU-T MUI DIY adalah pertama, metode ”Jemput Bola”
dan kedua, metode ”Menunggu Bola”
2. Berdasarkan hasil dari analisis distribusi frekuensi menunjukkan bahwa
responden yang sudah berwakaf sebesar 82% sedangkan yang belum
berwakaf sebesar 18%. Kesediaan untuk berwakaf uang-tunai sebesar 66%,
ragu-ragu sebesar 3,5% dan yang tidak setuju dengan kesediaan untuk
129
berwakaf sebesar 10,5%. Adapun responden yang menyetujui produk
wakaf uang tetap sebesar 45,5%, ragu-ragu sebesar 39% dan renponden
yang menolak sebesar 15,5%. Sedangkan responden yang setuju dengan
wakaf uang sementara sebesar 20%, ragu-ragu sebesar 49,5% dan yang
menolak sebesar 30,5% responden. Hal ini berarti bahwa preferensi wakif
terhadap produk wakaf uang-tunai adalah produk wakaf uang-tunai tetap
(abadi) sebesar 45,5%.
3. Berdasarkan analisis faktor menunjukkan bahwa minat wakif untuk
berwakaf uang disebabkan oleh beberapa faktor sesuai dengan urutan
persentase varian berikut:
a. Faktor Perilaku wakif dengan persentase varian sebesar 14,543%,
berdasarkan analisis faktor ada lima item pertanyaan yang membentuk
faktor perilaku wakif yaitu; merekomendasikan kepada orang lain,
mendorong teman untuk berwakaf, mempertimbangkan produk wakaf
uang, tetap akan berwakaf, dan berwakaf uang lebih banyak.
b. Faktor Pengaduan dengan persentase varian sebesar 10,110%,
berdasarkan analisis faktor ada tiga item pertanyaan yang membentuk
faktor komplain yakni; beralih ke badan wakaf lain jika terjadi masalah,
mengeluh kepada wakif lain dan mengeluh kepada badan wakaf
Indonesia.
c. Faktor Kegiatan Produktif dengan persentase varian sebesar 9,974%,
faktor ini dibentuk dari empat item pertanyaan yakni; ingin mengetahui
130
prosedur wakaf uang, lembaga wakaf, kegiatan produktif dan instrumen
investasi.
d. Faktor Kekayaan dengan persentase varian sebesar 8,769%, terdiri dari
dua item pertanyaan yaitu kegiatan agama bagi orang kaya (tanah luas)
untuk amal sholeh dan wakaf dilakukan orang kaya.
e. Faktor Karakteristik Produk dengan persentase varian sebesar 8,241%,
terdiri dari dua item yaitu; wakaf uang lebih prkatis dibandingkan tanah
dan wakaf uang mudah pembayarannya.
f. Faktor Religiusitas dengan persentase varian sebesar 8,159%, terdiri
dari dua item pertanyaan yaitu orang muslim minimal sholat malam 3
kali dalam sebulan dan orang muslim minimal puasa selain ramadhan 3
kali dalam sebulan.
g. Faktor Kedermawanan dengan persentase varian sebesar 6,817%, terdiri
dari dua item pertanyaan tentang nilai religius lebih penting dari materi
dan zakat, infaq dan sedekah (wakaf uang) seimbang.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan yang dicapai dalam penelitian
ini, maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. BWU-T MUI DIY lebih memprioritaskan produk wakaf uang tetap
dibandingkan wakaf uang sementara.
2. BWU-T MUI DIY lebih meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat.
3. Berdasarkan analisis faktor BWU-T MUI DIY dalam mengembangkan
produk wakaf uang harus memperhatikan hal-hal berikut ini: pertama,
131
menyelami perilaku wakif. kedua, mekanisme komplain harus jelas,
ketiga, memperhatikan produktifitas dalam penyaluran.
132
DAFTAR PUSTAKA
Ali, I.B. 2009, Waqf a Sustainable Development Institution for Muslim Communities.http.//tkaafultt.org.
Ali, Muhammad Daud, 1988, “System Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf”, cet.1Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Amirudin, 2009, Identifikasi dan Analisis Faktor-Faktor Yang MempengaruhiSinkronisasi Dokumen Anggaran Pandapatan dan Belanja Daerah denganDokumen Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon AnggaranSementara (Studi Kasus Propinsi D.I Yogyakarta TA 2008). Tesis S-2Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (tidakdipublikasikan).
Antonio, Muhammad Syafi’I, 2004, “Cash Waqf dan Anggaran Pendidikan”,makalah dalam Kumpulan Hasil Seminar Perwakafan, Tim Depag RI. DirjenBimas Islam dan Penyelenggaran Haji, Jakarta.
Anwar, Syamsul, 2007, Studi Hukum Islam Kontemporer, RM Books, Jakarta.
Arif, M.Nur Riyanto al, 2010, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, Alfabeta,Bandung.
Bennet, Peter D. 1995, Dictionary of Marketing, American Marketing Association,Chicago
Bernasek Alexandra, Banking on Social Change: Grameen Bank Lending to Women,International Journal of Politics, Culture, and Society, Vol. 16, No. 3,diakses pada tanggal 29/03/2010
Bolton Ruth N. dan James H. Drew, A Longitudinal Analysis of the Impact ofService Changes on Customer Attitudes, The Journal of Marketing, Vol. 55,No. 1 (Jan., 1991), diakses pada tanggal 14/04/2010
Cizakca, Murat, 1995, “Cash Waqfs of Buras, 1555-1823” Journal of the Ekonomicand Sosial History of the Orient.Vol. 338 bab. 3. diakses pada tanggal14/04/2010
133
Cizakca, Murat, 2000, A History of Philantrophic Foundations: The Islamic Worldfrom Sevent Century to the Present, Bogazici University Press, Istambul,Turki.
Cooper, Donal R., dan Emory, C. William, 1998, Metode Penelitian Bisnis, Jilid 2,Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta.
Culligan, Mattew J. 1996, Manajemen Back to Basic, alih bahasa Hermoyo, MitraUtama, Jakarta.
Djunaidi, Achmad dan Thobieb Al-Asyhar, 2006, Menuju Era Wakaf Produktif(Sebuah Upaya Progresif untuk Kesejahteraan Umat), Mitra Abadi Press,Jakarta.
Donna, D.R., 2008, “Penerapan Wakaf Tunai pada Lembaga Keuangan PublikIslam”. Journal of Islamic Business and Economics, Vol.1, No.1.
Donna, D.R., 2008, The Dynamic Optimization of Cash Waqf Management: anOptimal Control Theory Approach, http.//lebi.fe.ugm.ac.id.
Esposito, John L. ed., 2001, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, Mizan,Bandung.
Fatwa Majelis Ulama’ Indonesia Tanggal 11 Mei 2002 Tentang Wakaf Uang.
Fornell Claes, A National Customer Satisfaction Barometer: The SwedishExperience, The Journal of Marketing, Vol. 56, No. 1 (Jan., 1992), diaksespada tanggal 14/04/2010
Ghozali, Imam, 2006, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, CetakanIV, Edisi Keempat, BP UNDIP, Semarang.
Ghozali, Imam, 2008, Struktural Equation Modeling, Badan Penerbit UniversitasDiponegoro, Semarang.
Hasanah, Uswatun, “Strategi Pengembangan Ekonomi Dhu’afa MelaluiPengembangan Wakaf Produktif”, makalah disampaikan pada seminarnasional tentang zakat dan wakaf tunai produktif sebagai sistem pengelolaanekonomi umat, diselenggarakan oleh Yayasan Amal Ihsan Fi SabilillahYogyakarta, 11 juni 2005
Jusmaliani, ed., 2008. Investasi Syari’ah (Implementasi, Konsep pada Kenyataanempirik), Kreasi Wacana, Yogyakarta.
Kahf, Monzer, Financing the Development of Awqaf Property,http://kahf.net/papers.html. diakses pada tanggal 02/02/2010
Kahf, Monzer, Waqf and Its Sociopolitical Aspects, http://kahf.net/papers.html.diakses pada tanggal 02/02/2010
Kahf, Monzer, Towards the Revival of Awqaf: A Few Fiqhi Issues to Reconsider,http://kahf.net/papers.html. diakses pada tanggal 02/02/2010
Kastaman, R., Kramadibrata, Ade M., Susanto, A., Permana, Y., dan Bambang, 2003,Studi Percepatan Investasi Industri Akibat Asuransi Teknologi (ASTEKNO)dan Perlindungan Pengetahuan Tradisional (LINTRAD), Laporan AkhirPenelitian, Universitas Padjadjaran, Bandung (tidak dipublikasikan).
Khotler, Philip, 2002, Manajemen Pemasaran, PT. Prenhallindo, Jakarta.
Koentjaraningrat, 1989, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta.
Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono, 2002, Manajemen Perbankan: Teori danAplikasi, BPFE, Yogyakarta.
Lubis, Suhrawardi K dkk., 2010, Wakaf dan Pemberdayaan Umat, Sinar Grafika,Jakarta.
Lupiyoadi, Rambat dan A. Hamdani, 2008, Manajemen Pemasaran Jasa, SalembaEmpat, Jakarta.
Mannan, M.A., tt, Sertifikasi Wakaf Tunai Sebuah Inovasi Instrumen KeuanganIslam, CIBER PKTTI-UI, Jakarta.
Mindak William A. dan H. Malcolm Bybee, Marketing's Application to FundRaising, The Journal of Marketing, Vol. 35, No. 3 (Jul., 1971) diakses padatanggal 14/04/2010
Mubarok, Jaih, 2008, Wakaf Produktif, Simbiosa Rekatama Media, Bandung.
Nasution, Mustafa Edwin dan Uswatun Hasanah (ed)., 2006, Wakaf Tunai InovasiFinansial Islam (Peluang dan Tantangan dalam Mewujudkan KesejahteraanUmat, Program Studi Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia, Jakarta.
Nasution, Edwin, “Potensi Wakaf Tunai Di Indonesia”dalam www.tazkiaonline.comdiakses pada 27 Oktober 2009.
Nazir, Habib dan Muhammad Hasanuddin, 2008, Ensiklopedi Ekonomi danPerbankan Syari’ah, Kafa Publishing, Bandung.
Parasuraman, A. Valarie A. Zeithaml, Leonard L. Berry, The BehavioralConsequences of Service Quality, The Journal of Marketing, Vol. 60, No. 2(Apr., 1996) diakses pada 14/04/2010
Purwanto, April, 2009, Manajemen Fundraising bagi Organisasi Pengelolaan Zakat,Teras, Yogyakarta.
Prabawati, Ari, 2010, Mengolah Data Statistik Hasil Penelitian Dengan SPSS17,Andi Offset, Yogyakarta.
Qahaf, Mundzir, 2007, Manajemen Wakaf Produktif, Khalifa, Jakarta.
Rangkuti, Freddy, 1999, Analisis Swot Tehnik Membedah Kasus Bisnis, GramediaPustaka Utama, Jakarta.
Soeratno dan Lincolin Arsyad, 2008, Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi danBisnis, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Sudarsono, Heri, 2007, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah Deskripsi danIlustrasi, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta.
Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung.
Suhadi, Imam, 2002, Wakaf Untuk Kesejahteraan Umat, PT. Dana Bhakti Prima,Yogyakarta.
Suliyanto, 2005, Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran, Ghalia Indonesia, Bogor.
Sumarni, Murti, 2002, Manajemen Pemasaran Bank, Liberty, Yogyakarta.
Tim Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Depag RI., 2004, Kumpulan HasilSeminar Perwakafan, Direktorat Jenderal Pengembagan Zakat dan WakafDirektorat Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Jakarta.
Tim Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Depag RI., 2005, PedomanPengelolaan Wakaf Tunai, Direktorat Jenderal Pengembagan Zakat danWakaf Direktorat Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,Jakarta.
Tim Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Depag RI., 2006, StrategiPengembangan Wakaf Tunai di Indonesia, Direktorat Jenderal PengembaganZakat dan Wakaf Direktorat Bimbingan Masyarakat Islam danPenyelenggaraan Haji, Jakarta.
Tim Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Depag RI, 2006, PerkembanganPengelolan Wakaf di Indonesia, Direktorat Jenderal Pengembagan Zakat danWakaf Direktorat Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji,Jakarta.
Tim Penulis dan Peneliti Center for the Stuy of Religion and Culture (CSRC) UINSyarif Hidayatullah, 2006, Filantropi Islam dan Keadilan Sosial: Studitentang Potensi, Tradisi dan Pemanfaatan Filantropi Islam di Indonesia.Center for the Stuy of Religion and Culture. Jakarta.