FAKULTASEKONOMI PROGRAM P ASCASARJANA ILMU EKONOMI
DEPOK DESEMBER 2009
JONET ROHMANYU 0806428943
TES IS
ESTIMASI FUNGSI PERMINTAAN RUMABTANGGA INDONESIA TERHADAP PANGAN
SUMBER PROTEIN HEW ANI . '
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM PASCASARJANA ILMU EKONOMI
KEKHUSUSAN EKONOMI PUBLIK DEPOK
DESEMBER 2009
JONET ROHMANYU 0806428943
Diajukan sebagai saJah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Ekonomi
TESIS
ESTIMASI FUNGSI PERMINTAAN RUMAHTANGGA INDONESIA TERHADAP PANGAN
SUMBER PROTEIN HEW ANI
UNIVERSITAS INDONESIA
ii
8 Desember 2009 Tanggal
JONETROHMANYU 0806428943
Nama NPM Tanda Tangan
telah saya nyatakan dengan benar
dan semua somber baik yang dikutip maupun dirujuk
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri;
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
lll
8 Desember 2009 Tanggal
Depok Ditetapkan di
Prof. Dr. NACHROWI DJ. NACHROWI Ketua Penguji
Dr. MAHYUS EKANANDA Penguji
w~ ( ) Dr. DIAH WIDYA WATI Pembimbing
DEW AN PENGUJI
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Sains Ekonomi pada Program Studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
Permintaan Rumahtangga Pangan Sumber Protein
Estimasi Fungsi Indonesia terhadap Hewani
JONET ROHMANYU 0806428943 Ilmu Ekonomi
Tesis ini diajukan oleh Nama NPM Program Studi Judul Tesis
HALAMAN PENGESAHAN
iv
1. Dr. Diab Widyawati, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu clan dengan sabar memberikan arahan, wawasan dan motivasi dalam penyelesaian tesis ini;
2. Prof. Dr. Nacbrowi Djalal Nacbrowi, selaku Ketua Penguji; 3. Dr. Mahyus Ekananda, selaku Penguji yang telah memberikan masukan-
masukan dalam penyelesaian tesis ini;
4. Kepala Pusbindiklatren Bappenas dan jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sebagai salah seorang penerima beasiswa;
5. Bupati Bantul yang telah memberikan izin untuk tugas belajar;
6. Sekretaris Daerah, Kepala Badan Kepegawaian Daerah clan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul atas semua dorongan clan dukungannya.
7. Dosen, Asisten Dosen clan tutor serta karyawan di Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia;
8. Teman-teman di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul 9. Keluarga tercinta: lstriku Sri Suharyati, yang selalu sabar di tengah
kesibukannya dan anak-anakku R. Abdullah Nurrohman clan Zahrah Lathifah NA yang selalu memberikan semangat dan menghilangkan kelelahan dalam belajar dan berusaha;
10. Bapak, Ibu, Mertua serta saudara-saudara yang selalu mendoakan penulis agar dapat menyelesaikan kuliah dengan baik;
Segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat clan hidayah dalam penulisan tesis ini. Tesis ini merupakan salah
satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Magister Sains Ekonomi pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil diantaranya:
KATA PENGANTAR
v
Penulis,
Depok, 8 Desember 2009
Dalam penulisan tesis ini, masih banyak kekurangan maupun kesalahan. Untuk itu penulis menerima kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan penulisan di masa yang akan datang. Semoga hasil karya ini bermanfaat bagi semua pihak.
11. Teman-teman Kelas Bappenas 2008/2009: Handani, Usman, Dede, Barnas,
Wied. Dani, Agung, Diner, Kamal, Astrid. Popi, Wawa, Alandri, Iqbal,
Inung, Diyah, Des atas kebersamaan dan kekompakannya.
vi
(JONET ROHMANYU)
Yang menyatakan
Depok 8 Desember 2009
Dibuatdi
Pada tanggal
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Bak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
ESTIMASI FUNGSI PERMINTAAN RUMAHTANGGA INDONESIA TERHADAP PANGAN SUMBER PROTEIN HEW ANI
NPM Program Studi
Departemen
- Fakultas
Jenis Karya
IONET ROHMANYU 0806428943 Ilmu Ekonomi
Ilmu Ekonomi
Ekonomi
Tesis
Nama
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan
dibawah ini :
HALAMANPERNYATAANPERSETUJUANPUBLIKASI TUGAS AJ{IIlR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Unlversltas Indonesia vii
KataKunci protein hewani, LA/ AIDS, elastisitas, indonesia
Tesis ini bertujuan untuk menganalisis estimasi fungsi pennintaan pangan sumber protein hewani di Indonesia. Data yang digunakan adalah data Survei Sosial ekonomi. Nasional (Susenas) tahun 2008 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Data komoditas pangan dibagi menjadi lima kelompok yakni kelompok padi-padian dan umbi-umbian, kelomeok kaeang-kacaagan, kelompok ikan/dagiftg/telur/susu, kelompok sayur/buah dan kelomi)ok pangan lainnya. Estimasi fungsi pennintaan kelompok ikan/daging/telur/susu sebagai pangan sumber protein hewani dilakukan dengan analisis ekonometrika sistem pcrsamami pennintaan Linear Approximation Almost Ideal Demand System (LA/AIDS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumahtangga di perkotaan lebih sensitif terhadap perubahan harga kelompok pangan sumber protein hewani ini dibanding rumahtangga perdesaan. Setiap persentase kenaikan harga pangan sumber protein hewani diperkotaan direspon dengan penurunan permintaan yang lebih besar dibanding rumahtangga di perdesaan.
Elastisitas silang kelompok pangan ikan/daging/telur/susu menunjukkan korelasi negatif dengan kelompok pangan padi-padian. dan umbi-umbian, kelompok pangan kacang- kacangan dan kelompok pangan lainnya yang menunjukkan bahwa terjadi hubungan sating melengkapi, sedangkan pada Kelompok sayur/buah berkorelasi positif. Antara ikan/daging/telur/susu sebagai pangan somber protein hewani dengan kacang-kacangan sebagai pangan somber protein nabati terjadi komplemen (sating melengkapi). Masyarakat perkotaan dalam mengk.onsumsl pangan sumber protein hewani lebih sensitlf terhadap perubahan harga padi-padian dan umbi-umbian, kacang-kacangan dan sayur/buah sementara rumahtangga perdesaan lebih sensitif pada kelompok pangan lainnya.
Untuk elastisitas pendapatan kelompok pangan ikan/daging/telur/susu, sebagai sumber pangan protein hewani, rumahtangga yang tinggal di perkotaan lebih sensitif pada kenaikan pendapatan dibanding nunahtangga yang tinggal di perdesaan untuk konsumsi pangan sumber protein hewani.
Semakin rendah tingkat pendapatan nunahtanga elastisitas pendapatan untuk kelompok pangan ikan/daging/telur/susu semakin rendah berarti tingkat sensitivitas pendapatan dalam mengkonsumsi pangan somber protein hewani semakin tinggi seiring dengan kenaikan pendapatan.
JONET ROHMANYU Pascasarjana llmu Ekonomi Estimasi Fungsi Permintaan Rumahtangga Indonesia terbadap Pangan Somber Protein Hewani
Nama Program Studi Judul
ABSTRAK
Universltas Indonesia viii
Keywords: animal protein, LA/AIDS, elastiticity, indonesia
The study is aimed to analyze household demand toward protein source food in Indonesia. The data used in this study were data from National socio-economic Survey (Susenas) 2008 by BPS- Statistics Indonesia. Estimation of the demand system of protein source food is conducted by an econometric analysis of Linear Approximation Almost Ideal Demand System (LA/AIDS).
The result of the study shows that household in urban area is more sensitive toward price change of protein source food than those in rural area. Each percentage of price change being responsed by greater demand than those in rural area.
'The cross price elasticities of protein source food shows negative value with cereal and tubers, beans and others food group showing complementary state while with vegetables and ftuit shows positive value whic means they are substitutive. Between animal protein abd vegetable protein source food the relation is complement. People in urban area are more sensitive in consuming animal protein source food toward price changes of cereal and tubers, beans and vegetables/fruit meanwhile those in rural area are more sensitive in the price change of others food.
In income elasticities, household in urban area is more sensitive toward price change than those in rural area. In various income groups if shows that the higher the income, households consume more protein source food.
JONET ROHMANYU Pascasarjana Ilmu Ekonomi Estimation of Indonesian Household Demand Function Toward Animal Protein Source Food
Name Study Program Title
ABSTRACT
Unlversltas Indonesia ix
LAMPIRAN 82
DAFTAR PUSTAKA 79
5. KESIMPULAN DAN SARAN 76 5.1. Kesimpulan 76 5.2. Saran 77
4. BASII."DAN PEMBAHASAN 48 4.1. Konsumsi Pangan Rumahtangga 48 4.2. Permasalahan Estimasi Model dan Solusinya 54 4.3. Estimasi Sistem Permintaan (Demand System) 61 4.4. Elastisitas Permintaan Pangan 68
3.2. Variabel Yang Diteliti 31 3.3. Metode Analisis 32 3.4. Teknik Pengolahan Data 43 3.5. Definisi Operasional 46
3.1. 8um.1'er Data Penelitian. 31 3. METODE PENELITIAN 31
2.1. Teori Pennintaan Konsumen 11 2.2. Model Fungi Pennintaan 21 2.3. Tinjauan Penelitian Terdahulu 25
2. 1'1N'JAUAN PUSTAKA 11
1.2. Rumusan Pennasalahan 7 1.3. Tujuan Penelitian 8 1.4. ManfilatPenelitian 8 1.5. Kerangka Pemikiran ................................•............................................ 8 1.6. Hipotesis 9 1.7. Sistematika Penulisan 10
1.1. La.tar Belakang 1 1. PENDAHULUAN !
DAFf AR GAMBAR Iii
DAF"I' AR ISi ix DAF"I'AR TABEL x
ABS'fR.AK .•••••••••.....•.•..••.•••.••..•.••.••••..••••.••••..........•••.•...•••••••.••..••••.•••.•.•••••• vii
HALAMAN JUDUL ............................................................•.........•............... i BALAMAN PERNY AT AAN ORISINALIT AS ...........................•............. ii HALAMAN PEN GESAHAN iii KATA PENGANTAR ............................•.................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKBIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS •.............•.•.....••..................•.......................• vi
DAFfARISI
Unlversltas Indonesia x
Tabel 4.5 . Estimasi Parameter Sistem Pennintaan Kelompok Pangan Menurut Rumahtan~¥a den~an Restriksi.. 63
Tabel 4.6 Elastisitas Harga Tak Terkompensasi berdasarkan Total Rumahtan~~a dan Tipe Daerah 70
Tabel 4. 7 Elastisitas Harga Terkompensasi berdasarkan Total Rumahtan~a dan Tipe Daerah 71
Tabet 4.4 Perubahan Peluang Mengkonsumsi Kelompok Pangan 58
Tabet 4.1. Ringkasan Statistik Variabel-variabel Tidak Bebas yang digunakan Untuk mengestimasi model ............................•...•.•.................•......... 51
Tabet 4.2. Deskripsi Variabel-variabel Bebas yang digunakan Untuk mengestimasi model 53
Tabet 4.3 · Estimasi regresi Deviasi harga menurut Rumahtangga 55
Tabel 3.1. Agregasi Komoditas Panzan .......................•.............•...................... 33 ... ~ SL'
Tabet 2.6. Hipotesa Arah ..••.•..•.......•••..••...•......•.•............••...•••..•••.•••.•.•.••••••.•.... 30
Tabet 2.5. Hasil Penelitian Terdahutu 25
Tabet 2.4. Nilai Elastisitas Pendapatan dan Jenis Konoditas 21
Tabet 2.3. Nilai Elastisitas Harga Silang dan Hubungan Komoditas ........•........ 21 , - -
Tabel 2.2. Nilai Elastisitas Harga Sendiri, Tenninologi dan Bentuk Kurva .•..... 21
Tabet 1.4. Rata-rata Konsumsi Protein Hewani per Kapita Sehari Menurut Tipe Daerah Tahun 2007dan 2008 ...••...••....................•.•.......•••...•.••... 7
Tabet 2.1. Efek Substitusi, Efek pendapatan dan Efek Total jika Harga Naik ..•. 17
Tabet 1.3. Rata-rata Konsumsi Protein Hewani per Kapita Sehari Menurut Golongan Pengetuaran Tahun 2008 6
Tabet 1.2. Rata-rata Konsumsi Protein per Kapita Sehari Menurut Jenis Protein Tahun 2002-2008 ..... : ..........................•....................•.... 4
Tabet 1.1. Rata-rata Konsumsi Protein per Kapita Sehari Menurut Kelompok MakananTahun 2002-2008 3
DAFfAR TABEL
Unlversltas Indonesia xi
Tabel 4.9 Elastisitas Pendapatan (Pengeluaran) menurut Kelompok Pendapatan ........................................................•.................... 7 4
Tabe] 4.8 Elastisitas Pendapatan (Pengeluaran) 72
Unlversltas lndonesla xii
Gambar 2.3. Efek Substitusi, Efek Pendapatait dan Efek Total Akibat Naiknya Harga Barang X (Barang Normal) •••..••........•..... 18
Gambar 3.1. Skema Diagram Pengolahan Data Tahap I .............••.•.•...•.••........• 44 Gambar 3.2. Skema Diagram Pengolahan Data Tahap II 44 Gambar 3.3. Skema Diagram Pengolahan Data Tahap Ill .•••....••••..•.••.•••.....•..... 45 Gambar 4.1. Persentase Rumahtangga Yang Tidak Mengkonsumsi
Pangan Menurut Kelompok Pangan .......•.......•.......••.................... 49
Gambar 2.2. Minimisasi Pengeluaran untulc Utilitas Tertentu (U) ..••.........•....... 13
Gambar 2.1. Maksimisasi Utilitas dengan Kendala Anggaran (BL) .•.•.....•......• 13 . . .
DAFfAR GAMBAR
Universitas Indonesia I
1.1. Latar Belakang
Ketahanan pangan adalah tersedianya pangan dalam jangka panjang bagi kebutuhan masyarakat, Pangan yang menjadi konsumsi masyarakat pada umumnya merupakan pangan dari basil tumbuhan, basil petemakan dan basil
perikanan. Pangan yang dikonsumsi diharapkan mampu mencukupi kebutuhan
~ nutrisi masyarakat Menurut Moelok, protein merupakan salah satu zat gizi
makanan yang penting peranannya dalam pembangunan sumberdaya manusia.
Protein diperlukan oleh manusia agar bisa bertumbuh kembang dan tetap sehat
Fungsi protein antara lain untuk membuat dan memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak. Dengan demikian, ketersediaan protein dalam menu makanan tidak saja
diperlukan oleh anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan, juga dibutuhkan
oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan
sebagai indikator untuk melihat kondisi gizi masyarakat dan juga keberhasilan
pemerintah dalam pembangunan pangan, pertanian, kesehatan dan sosial ekonomi
secara terintegrasi {Ariningsih 2004).
Dibandingkan dengan bahan makanan sumber karbohidrat, biaya yang
harus dikeluarkan untuk bahan makanan sumber protein relatif lebih mahal. Akan
tetapi bahan makanan sumber protein harus tersedia dalam menu makanan sehari-
hari, agar tubuh kita memperoleh asupan gizi yang seimbang. Kecukupan
konsumsi protein bagi setiap anggota rumahtangga akan menjadi masalah pada
· rumahtangga dengan tingkat perekonomian yang terbatas sehingga konsumsi
protein yang optimal dalam menu makanan sehari-hari kurang tersedia.
Dilihat dari sumbemya, ada dua macam protein yang biasa dikonsumsi
manusia. Pertama, protein nabati yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Kedua,
protein hewani yang berasal dari hewan ternak dan basil perikanan. Kecukupan
konsumsi protein baik protein nabati maupun hewani, tidak hanya terkait dengan
masalah kesehatan. Banyak literatur menyatakan konsumsi protein terutama
BABI
PENDABULUAN
Unlversltas Indonesia
hewani sangat berkaitan dengan tingkat intelegensia karena protein hewani
merupakan pembawa sifat keturunan dari generasi ke generasi dan berperan pula dalam proses perkembangan kecerdasan manusia. Oleh karena itu menurut Soehadji, protein hewani dipandang dari sudut peranannya layak dianggap sebagai agent of development bagi pembangunan bangsa, baik untuk masa sekarang maupun masa mendatang (Ariningsih, 2004). Hal ini menunjukkan
bahwa untuk membangua sumber daya manusia yang berkualitas, salah satu hal yang hams menjadi perbatian yaitu memenuhi kebutuban akan protein.
Dari sudut pandang gizi dan ekonomi, kedua macam protein tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Protein nabati harganya
<relatif murah, namun asam amino esensial yang dikandungnya kurang lengkap. Sementara protein hewani walaupun relatif maha), kandungan asam amino esensialnya lebih Jen~. Dengan demikian, jika dilihat dari kualitasnya, protein hewani bisa disebut lebih bermutu dibandingkan dengan protein nabati, tetapi harganya lebih mabal. Sedangkan protein nabati harganya lebih murah, akan tetapi kualitasnya tidak sebaik protein hewani.
Asam amino esensial adalah substansi protein yang diperlukan oleh tubuh manusia, tetapi tubuh tidak dapat mensintesa sendiri, sehingga hams dikonsumsi dari luar dalam bentuk makanan. Mengingat bat tersebut, maka penyediaan protein nabati dan hewani perlu dikombinasikan, agar tubuh memperoleh asupan protein berkualitas tetapi biaya yanB dikeluarkan untuk membeli makanan tidak terlampau besar.
Konsumsi protein hewani dari produk peternakan (dagiag, telur dan susu) maupun produk perikanan berbeda dengan produk tanaman pangan sumber karbohidrat seperti ubi-ubian, beras dan jagung. Permintaan terhadap produk
. tanaman pangan sumber karbohidrat pada umumnya bersifat inferior, yang tingkat konsumsinya akan menurun seiring dengan peningkatan pendapatan konsumen, sedangkan pennintaan terbadap produk petemakan dan perikanan cenderung bersifat 'mewah', yang meningkat cepat atau bahkan lebih cepat dari laju peningkatan pendapatan konsumen. Ada kecenderungan peningkatan pendapatan diikuti dengan meningkatnya konsumsi pangan hewani.
2
Unlversltas Indonesia
Sumber: Badan Pusat Statistik diolah
Kelompok Makanan Protein l dalam 1!1'8111)
2002 2005 2007 2008 Padi-oadian 24,40 23,69 22,43 22,75 Umbi-umbian 0,43 0,45 0,40 0,42 Ikan 7,20 8,02 7,77 7,94 •·~· ·, .. 2,26 2,61 2.62 2,40 Telur dan susu 2.33 2,71 3.23 3,05 Sayur-sayuran 2,49 2,52 3,02 3.01 I(" ,., .... iz-kacanean 6.35 6,31 6.51 5.49 IBuab-buahan 0,45 0,43 0,57 0,52 IMinyak dan Lemak e.ss 0,48 0.46 0,39 Bahan minuman 1,13 1,08 1,13 1,06 IBumbu-bumbuan 0,78 0,82 0,76 0,73 IKonsumsi lainnya 0,75 1,03 1,43 1,37 iMakanan dan minuman jadi 5,33 6,44 7,33 8,36
Tutal ~4.4~ S6,S9 S7,66 S7.49
Rata-rata Konsumsi Protein per K.apita Sehari Menurut Kelompok
Makanan Tahun 2002 - 2008
Tabel I.I.
Pertambahan jumlah penduduk yang diikuti dengan peningkatan
pengetahuan, pendidikan dan pendapatan mengakibatkan permintaan daging
nasionaJ sebagai sumber protein hewani juga meningkat, Jurnlah penduduk
Indonesia tahun 2009 diperkirakan sekitar 233,2 juta jiwa, kondisi ini tentunya
akan menjadi masaJah tersendiri daJam pemenuhan pangan masyarakat, Food and
Agricultural Organization menyatakan negara dengan penduduk lebih dari 100
juta, jika tidak memiliki ketahanan pangan nasional maka akan sulit maju dan mandiri. Negara yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan tentu
menyebabkan pendudulmya kurang asupan gizi. Kekurangan asupan gizi akan
menyebabkan kualitas dan produktifitas masyarakat rendah. Masyarakat yang
r tidak produktif merupakan "beban" bagi negara tersebut, Konsumsi protein
hewani yang cukup akan mengbasilkan penduduk yang sehat, cerdas dan produktif. Kualitas sumberdaya manusia yang tinggi merupakan asset bagi ne1P9
tersebut untuk maju.
Sementara itu kondisi konsumsi pangan penduduk Indonesia tahun 2002-
2008 tercantum dalam tabel berikut:
3
Unlversitas Indonesia
Swnber: Badan Pusat Statistik diolah
Rekomendasi yang dikeluarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi V Tahun 1994 yang dilaksanakan oleh Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia {LIPI) menyatakan bahwa untuk mencapai mutu gizi konsumsi pangan yang baik,
kecukupan protein rata-rata per kapita per hari sebesar 46,2 gram pada tingkat konsumsi dan 55 $f8Il1 pada tingkat ketersediaan dengan 15 gram pemenuhan konsumsi protein hewani. Bila kita lihat dari tabel 1.2 maka rata-rata harian
·konsumsi pangan somber protein hewani untuk tahun 2002 adalah 11~79 ~ tahun 2005 adalah 13,34 gram, tahun 2007 adalah 13,62 gram dan tahun 2008 adalah 13~39 gram sehingga masih dibawah rekomendasi.
Sementara itu Sediaoetomo menyatakan perkiraan kasar kebutuhan manusia akan protein sekitar satu gram per kg berat badan per hari. Seseorang yang memiliki berat badan 60 kg, perlu mengkonsumsi protein 60 gram per hari. Dari total kebutuhan protein, sekitar 20-40% atau kalau dirata-ratakan sekitar 30%
Jenis Konsumsi Konsumsi (dalam gram)
2002 2005 2007 2008
Konsumsi protein hewani 11,79 13,34 13,62 13,39 IK.onsumsi protein nabati 42,64 43,25 44,04 44,10 rrotal konsumsi protein 54,43 56,59 57,66 57,49
Secara umum kuaJitas konsumsi protein masyarakat Indonesia pada tahun
2002 - 2008 cenderung membaik kecuaJi dalam tahun 2008 yang angkanya
kembali menurun. Hal tersebut dicirikan dengan peningkatan konsumsi harian
protein seperti pada kacang-kacangan sebagai sumber protein nabati, dan
konsumsi protein hewani seperti ~n~ telur, dan susu yang juga semakin
meningkat sementara wituk ikan dari tahun 2002-2005 mengalami peningkatan akan tetapi pada tahun 2007 mengalami penunman dan meningkat kembali pada tahun 2008. Sedangkan untuk padi-padian yang juga mengandung protein nabati temyata konsumsinya terus menurun akan tetapi angkanya bergerak naik pada 'tahun 2008.
Tabel 1.2 Rata-rata Konsumsi Protein per Kapita Sehari Menurut Jenis Protein Tahun 2002 - 2008
4
Unlveraltas Indonesia
disarankan untuk disuplai dari somber protein hewani, antara lain daging, telur, dan susu, agar asam amino esensialnya mertjadi lengkap (Ariningsih, 2004) ·
Sebuah keluarga yang terdiri atas ayah (70 kg), ibu ( 50 kg), anak ke-I ( 50 kg), dan anak ke-2 ( 40 kg), berat badan total keluarga tersebut adalah 210 kg.
Berarti kebutuhan protein keluarga tersebut adalah 210 gram per hari, yang tercliri atas 140 gram protein nabati ditambah 70 gram protein hewani. Jika kebutuhan protein hewani hanya akan dicukupi oleh daging sapi yang memiliki kandungan protein sekitar 19,So/o, artinya agar keluarga tersebut tercukupi kebutuhan protein hewaninya diperlukan daging sapi seberat 315 ons. Kalau harga daging sapi Rp 60.000,-/kg, maka uang yang harus dikeluarkan untuk memenuhi asupan sumber 'protein hewani setara dengan Rp. 19.500,-/hari.
Menurut data Food and Agricultural Organization (F AO) tahun 2006,
konsumsi protein hewani di Indonesia jika dibandin~ dengan nepra - negara Association of South East Asia Nations (ASEAN), masih tergolong rendah. Rata- rata konsumsi daging di Indonesia 4.5 kglkapita/tahun tertinggal dari Malaysia 38,5 kg/kapita/tahun, Singapura 28 kg/kapita/tahun, Thailand 14 kg/kapita/tahun, Filipina 8.5 kglkapita/tahun. Konsumsi telur pun tidak jauh beda, Indonesia 67 butir/kapita/tahun sedangkan Thailand 93 butir/kapita/tahun. Demildan juga konsumsi susu, masyarakat Indonesia ada di 7 kg/kapita/tahun, sementara
Malaysia 20 kg/kapita/tahun. Rendahhnya konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia antara lain diakibatkan oleh masih lemahnya daya beli masyarakat Indonesia (low purchasing power). Secara ilmu ekonomi, lemahnya daya beli masyarakat Indonesia disebabkan oleh adanya tingkat pendapatan masyarakat yang rendah ditambah lagi dengan kondisi ekonomi yang tidak menentu akibat ge]olak harga internasional (Daryanto, 2008).
Data Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) menunjukkan bahwa salah satu permasalahan penting konsumsi pangan di Indonesia adalah adalah masih sangat rendahnya kontribusi pangan somber protein hewani dalam menu makanan sehari-hari, serta ketergantungan yang tinggi terhadap pangan somber protein nabati. Oleh karena itu, faktor daya beli sangat menentukan tingkat konsumsi pangan somber protein hewani dimana semakin tinggi pendapatan maka
5
Unlversltas Indonesia
Sumber: Badan Pusat Statistik diolah
Tabel 1.3 menunjukkan bahwa basil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2008 menunjukkkan peningkatan konsumsi masyarak:at terhadap konsumsi pangan sumber protein hewani meningkat seiring dengan peningkatan
pendapatannya pada semua pangan sumber prtotein hewani yakni ikan, daging,
telur dan susu. Konsumsi protein hewani antara masyarakat yang tinggal diperkotaan
dengan masyarakat yang tinggal di daerah perdesaan juga berbeda, dalam tabel 1.4 di bawah tampak konsumsi protein bewani masyarakat perkotaan lebih tinggi dari masyarakat perdesaan. Secara rata rata masyarakat perkotaan mengkonsumsi daging, telur dan susu lebih banyak dibandingkan masyarakat perdesaan sementara masyarakat perdesaan mngkonsumsi ikan lebih banyak dibandingkan masyarakat perkotaan. Jika dibandingkan antar waktu masyarakat perkotaan mengalami penurunan konsumsi pangan sumber protein hewani dari tahun 2007
. ke 2008 akan tetapi pada masyarakat perdesaan konsurnsinya justru mengalami peningkatan, Pada masyarakat perkotaan penurunan terjadi pada konsumsi ikan,
daging, telur dan susu secara keseluruhan sementara pada masyarakat perdesaan pada tahun 2008 mengkonsumsi ikan lebih banyak dibandingkan tahun 2007 sementara konsumsi daging, telur clan susu mengalami penurunan.
Ikan
< 100.000 150.000
lOO.OOO 149~ 199~999
Golongan Pengcluaran per Kapita Sebulan (Rp) Kelompok Makanan
konsumsi pangan sumber protein hewani cenderung semakin tinggi (Ariningsih, 2004).
Tabel 1.3. Rata-rata Konsumsi Protein Hewani Perkapita Sehari Menurut Golongan Pengeluaran Tahun 2008 (Indonesia)
6
Unlversitas Indonesia
1.2. Rumusan Permasalahan.
Berdasarkan uraian Jatar belakang di atas, maka rumusan pennasalaban dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
· 1. Berapa tingkat sensitivitas rumahtangga terhadap harga pangan sumber
protein hewani?
2. · Berapa tingkat sensitivitas rumahtangga dalam mengkonsumsi pangan sumber
protein hewani terhadap perubahan harga kelompok pan~an lain?
3. Berapa tingkat sensitivitas rumahtangga dalam mengkonsumsi pangan
sumber protein hewani tehadap perubahan pendapatan?
Sumbcr: Badan Pusat Statistik diolah
Terjadinya kasus gizi buruk (malnutrisi) clan busung lapar pada anak-anak
r usia bawah lima tahun (balita) di Indonesia merupakan hal yang patut medapat
perhatian karena masa balita merupakan ''periode em.as (the golden age)" pertumbuban anak manusia dimana sel-sel otak sedang berkembang dengan pesat.
Dalam periode ini protein hewani sangat dibutubkan agar otak berkembang secara
optimal, tidak sampai kurang berkembang kecerdasannya. Anak balita yang
kurang gizi menyebabkan pertumbuhan sel-sel otaknya kurang berkembang
dengan balk, sehingga bila otaknya discan maka akan terlihat seperti "otak
kosong'', seclangkan anak balita yang mengkonsumsi gizi yang cukup dalam masa
pertumbuhannya, maka basil scaning otaknya menunjukkan profit "otak berisi".
Disamping itu suatu program penyediaan sumber protein hewani yang murah,
mudah tersedia, terjangkau clan bergizi tinggi pada tingkat rumahtangga sangat
diperlukan.
Protein (dalam gram) Kelompok Makanan Perkotaan Perdesaan
2007 2008 2007 2008 Ikan 7,68 7,48 7,86 8,37
Dazine 3,56 3,18 1,73 1,67
rrclur dan susu 4,30 3,97 2,22 2,19
Total 15,54 14,56 11,81 12,23
Tabet 1.4. Rata-rata Konsumsi Protein Hewani Perkapita Sehari Menurut
Tipe Daerah Tahun 2007 clan 2008
7
Unlversltas lndonesla
Tujuan Tesis: Menghitung tingkat elastisitas harga pangan sumber protein hewani, tingkat elastisitas pangan surnber protein hewani terhadap perubahan harga pangan kelompok lain dan
tingkat elastisitas konsumsi pangan sumber protein hewani terhadap perubahan pendapatan
Fakta: Hara pan: Tingkat konsumsi masyarakat GAP Konsumsi pangan sumber
Jndenesia terhadap pangan --+ I+-- protein hewani yang cukup sumber protein hewani masih sesuai rekomendasi rendah
Latar- Belakangi Kondisi konsumsi protein hewani di Indonesia
1.5. Kerangka Pemikiran
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu menunjukan tingkat sensitivitas rumahtangga Indonesia dalam mengkonsurnsi pangan sumber protein hewani sehingga dapat dirumuskan kebijakan-kebijakan yang tepat dalam rangka usaha untuk tercukupinya konsumsi pangan sumber protein hewani oleh masyarakat.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan pennasalahan di atas, maka penelitian ini
bertujuan: 1. Mengetahui perbedaan tingkat sensitivitas rumahtangga perkotaan dan
perdesaan terhadap pan~ surnber protein hewani. 2. Mengetahui perbedaan tingkat sensitivitas rumahtangga pekotaan dan
perdesaan dalam mengkonsumsi pangan sumber protein hewani terhadap
perubahan harga kelompok pangan lain. 3. Mengetahui perbedaan tingkat sensitivitas rumahtangga menurut kelompok
pendapatan dalam mengkonsumsi pangan surnber protein hewani tehadap perubahan pendapatan.
8
Unlversltas Indonesia
Kesimpulan dan Saran
1.6. Hipotesis Dengan berasumsi bahwa faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan
(ceteris paribus), maka hipotesis yang akan dibuktilcan pada penelitian ini adalah : 1: Mengetahui tingkat sensitivitas rumahtangga terhadap pangan sumber protein
hewani. 2. Mengetahui tingkat sensitivitas rumahtangga dalam mengkonsumsi pangan
· somber protein hewani terhadap perubahan harga kelompok pan~an lain. 3. Mengetahui tingkat sensitivitas rumahtangga dalam mengkonsumsi pangan
somber protein hewani tehadap perubahan pendapatan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Mcngatasi simultaneity bias, quality effect, quantity premium, dan selectivity bias, periksa asumsi dasar, hitung elastisitas permintaan
Model Ekonometri: Wt= a10 + ~ Ytjlo9Pj + P1log (Y/P)
+a11lnadeq + aa})clmn
+a13educ + audaerah
Data Cross section:
Susenas Panel Modul
Konsumsi 2008 dariBadan
Pusat Statistik
Model Matematika: Wi = f(harga estimasi, total pengeluaran pangan riil, equivalensi RT, jenis kelamin KRT, pendidikan KRT, tipe daerah , umur, IMR),
r Wj = proporsi oeneeluaran kelomnok
Laniutan Keraneka oemikiran
9
Unlversitas Indonesia
1. 7. Sistematika Penulisan
Penulisan tesis ini terdiri dari 5 (lima) bab, dengan ringkasan masalah per
bab adalah sebagai berikut:
1. Bab 1 Pendahuluan, berisi tentang latar belakang penulisan, rumusan
permasalahan yan$ akan dijawab, tujuan dari penulisan, manfaat penulisan, kerangka pemikiran, hipotesis clan sistematika penulisan;
2. Bab 2 Tinjauan Pustaka, berisi tentang tinjauan literatur yang digunakan
dalam penelitiao ini. 3. Bab 3 Metodologi Penelitian, berisi tentang spesiflkasi model, data dan
metode analisis yang digunakan;
4. · Bab 4 Hasil clan Pembahasan;
5. Bab 5 Kesimpulao clan Saran, berisi kesimpulan dari basil penelitiao dao
saran-saran untuk penelitian lanjutan.
10
Unlversltas Indonesia 11
Asumsi dari teori perilaku konsumen adalah bahwa konsumen akan berusaha untuk memaksimumkan kepuasannya dalam mengkonsumsi sejumlah paket (bundle) komoditas. Kepuasan konsumen dicerminkan oleh tingkat kepuasan yang dikenal sebagai utilitas (utility), yaitu kepuasan yang diterima oleh seseorang karena kegiatan ekonominya.
Dalam rangka memperoleh kepuasan yang maksimum dengan pendapatan yang terbatas, maka konsumen harus mempunyai preferensi. Konsep preferensi berkaitan dengan kemampuan konsumen menyusun prioritas pilihan terhadap komoditas yang ingin dikonsumsinya agar dapat mengambil keputusan. Paling sedikit ada dua sikap yan~ berkaitan dengan preferensi konsumen, yaitu Iebih suka (prefer) dan atau sama-sama suka (i"ndifference). Selain itu preferensi konsumen juga harus konsisten, yaitu bila barang X lebih disukai dari Y dan barang Y lebih disukai dari Z, maka barang X lebih disukai dari Z (transitivitas).
Menurut Theil, baik teori dan pengukuran permintaan kedua-duanya telah berumur lebih dari seratus tahun sedangkan menurut Philips, usaha pertama pada analisis permintaan dilaksanakan pada awal tabun l 930an dan prosesnya berjalan lambat hingga setelah karya Allan dan Hick (1934) barulah para ekonom mulai mencapai konsensus pada teori permintaan konsumen {Taljaard, 2003).
.2.1.1. Utilitas Konsumen dan Kurva Indiferen
Perilaku konsumen sering dinyatakan sebagai preferensi pada satu sisi dan
kemungkinan pada sisi yang lain. Analisis permintaan biasanya difokuskan pada preferensi sedangkan kemungkinan pada latar belakangnya. Alasan yang mungkin mengapa kemungkinan dijadikan nomor dua ialah kemungkinan lebih mudah diobservasi. Pada teori ekonomi, preferensi dinyatakan dengan fungsi
, utilitas dan propertinya (Taljaard, 2003) .
2.1. Teori Permintaan Konsumen
TINJAUAN PUSTAKA
BAB2
Unlversltas Indonesia
Asumsi-asumsi tersebut diperlukan untuk mendapatkan titik keseimbangan
antara kurva indiferen dengan garis an~. Garis anggaran (budget line)
adalah garis yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua macam barang yang
membutuhkan biaya yang sama besar.
Perilaku konsumen yang rasional menunjukkan bahwa konsumen akan
memaksimumkan kepuasannya dengan anggaran yang dimiliki. Kondisi
keseimbangan terjadi pada kondisi di mana korisumen telah mengalokasikan
seluruh pendapatannya untuk konsumsi dan mendapatkan kepuasan tertinggi
(maksimalisasi utilitas), atau tingkat kepuasan tertentu yang dicapai dengan
O!l~~aran paling minimal (minimalisasi pengeluaran), Secara gratis kedua
kondisi keseimbangan tersebut tercapai pada saat kurva indiferen (IC)
bersinggungan dengan garis anggaran (BL)1 seperti diperlihatkan oleh Gambar
2.1 dan Gambar 2.2.
1. Semakin jauh kurva indiferen dari titik origin, semakin tinggi tingkat
kepuasan.
2. Kurva indiferen menurun dari kiri atas ke kanan bawah (downward sloping),
dan cembung ke titik origin (convex to origin).
3. Kurva indiferen tidak sating berpotongan. Hal ini penting untuk memenuhi
asumsi transitivitas preferensi.
Menurut Teori Ordinal, utilitas tidak dapat dihitung, hanya dapat
dibandingkan. Teori ini dapat dijelaskan melalui kurva indiferen (indifference
curve), yaitu kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi konsumsi dua
macam barang yang memberikan tingkat kepuasan yang sama bagi seorang
konsumen. Suatu kurva indiferen atau sekumpulan kurva indiferenlpeta indiferen
(indifference map) dihadapi oleh hanya seorang konsumen.
Kurva indiferen mempunyai tiga asumsi, yaitu :
12
Unlversltas Indonesia
2.1.2. Fungsi Permintaan
Pennintaan merupakan jumlah barangljasa yang ingin diminta oleh konsumen pada berbagai tingkatan harga selama periode waktu tertentu. Fungsi permintaan adalah permintaan yang dinyatakan dalam hubungan matematika dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Melalui fungsi permintaan dapat diketahui hubungan antara variabel tidak bebas (dependent variable) dengan variabel-variabel bebas (independent variables).
Gambar 2.2. Minimisasi Pengeluaran untulc Utilitas Tertentu ( U )
KuantitasX
.. , ' ' ' ' ' ' ' ' ' -,
' ' ' ' ' ' ....
IC1
I~ I
' ' ' ' \ \ \
' ' ' ' ' -, ,. .. ...... __
13
Kuantitas Y
Kuantitas Y
' ' ' ' \ y• ------~,-----.
', : ',: ... . ... . ... . ... : ...... ~· 0 Kuantitas X
Gambar 2.1. Maksimisasi Utilitas dengan Kendala Anggaran (BL)
Universitas Indonesia
Terdapat sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu fungsi pennintaan, yaitu :
. kendala anggaran.
Sementara, fungsi pennintaan Hicksian (Hicksian demand .function) diturunkan dari minimisasi pengeluaran dengan tingkat utilitas konstan. Fungsi pennintaan Hicksian menunjukkan bahwa jumlah barang yang diminta merupakan fungsi dari harga-harga clan tingkat kepuasan konsumen tertentu.
Pada fungsi permintaan Marshallian (Marshallian demand function)? jumlah barang yang diminta merupakan fungsi dari harga-harga dan pendapatan. Fungsi permintaan Marshallian diturunkan dari maksimisasi utilitas dengan
di mana: x" = jumlah barang X yang diminta/fungsi pennintaan Hicksian Px = harga barang X
Py= harga barang Y
u =utilitas
(2.2) dan x" = ftPx, Py, U)
di mana : XM = jumlah barang X yang diminta/fungsi pennintaan MarshaJiian Px = harga barang X
Py= harga barang Y
I = pendapatan
(2.1)
V ariabel yang mempengaruhi pennintaan terhadap suatu barang ada banyak, akan tetapi dalam analisis ekonomi tidak semua variabel tersebut diperhitungkan. Umumnya, variabel yang diperhitungkan adalah variabe) yang mempunyai pengaruh besar dan Jangsung, yaitu harga barang itu sendiri, harga barang lain dan pendapatan konsumen. Terdapat dua macam fungsi pennintaan, yaitu fungsi pennintaan Marshallian dan fungsi pennintaan Hicksian. Adapun bentuk matematis dari kedua fungsi tersebut adalah sebagai berilrut :
14
Unlversitas Indonesia
(2.5) L Wien= 1
di mana: Wi = proporsi pengeluaran komoditas i err = elastisitas pendapatan komoditas i
C. Agregasi Engel Persyaratan ini mencenninkan dampak perubahan pendapatan terhadap pennintaan. Agregasi Engel menunjukkan bahwa jumlah tertimbang dari
· elastisitas pendapatan untuk seluruh komoditas yang dikonsumsi sama den~ satu, atau dalam bentuk matematis dapat ditulis seba~i berikut :
(2.4) ~SU +eu=O dimana: Sij = elastisitas harga komoditas i en = elastisitas pendapatan komoditas i
B. Homogenitas Persyaratan ini menyatakan bahwa apabila pendapatan dan harga berubah dalam proporsi yang sama, maka permintaan terhadap suatu komoditas tidak akan berubah. Hal ini sebagai konsekuensi dari fungsi permintaan yan~ bersifat homogen berderajat nol terhadap harga dan pendapatan. Dalam bentuk elastisitas, sifat homogen tersebut dapat dapat dituliskan sebagai berikut:
(2.3) b piqi= I dimana:
pi = harga komoditas i Qi = kuantitas komoditas i
I = pendapatan
A. Aditivitas Mencerminkan persyaratan bahwa total pengeluaran pada fungsi pennintaan sarna dengan total pendapatan. Dalarn bentuk matematis hal ini dapat dapat dituliskan sebagai :
15
Unlversltas Indonesia
di mana:
Wi = proporsi pengeluaran komoditas i
Eij = elastisitas harga silang komoditas i terhadap harga komoditas j
eil = elastisitas pendapatan komoditas i
(2.7) Wi{Bi· + w-i:-'T) = w·(i:..:i + w·i:..:1) . !J J"1! J -.i. 1-J.
dimana:
Wi = proporsi pengeluaran komoditas i
Wj = proporsi pengeluaran komoditas j
Sij = elastisitas harge silang komoditas i terhadap harga komoditas j
E. Syarat Negativitas dan Simetri Slutsky Teori ekonomi mikro menyatakan bahwa perubahan harga menyebabkan
perubahan pendapatan rill (riil income). Perubahan ini dapat dipisahkan atas
pengaruh substitusi (substitution effect) dan pengaruh pendapatan (income
effect). Pengaruh substitusi merupakan pengaruh negatif, yang merupakan
syarat negativitas Slutsky. Syarat simetri Slutky menyatakan bahwa apabila
pendapatan riil konstan, pengaruh substitusi akibat perubahan harga
komoditas j terhadap pennintaan komoditas i sama dengan pengaruh substitusi akibat perubahan harga komoditas i terhadap permintaan komoditas
j. Efek substitusi dari komoditas i dan j tersebut bersifat simetri, dan kondisi
simetri dapat ditulis sebagai berikut :
(2.6)
D. Agregasi Cournot Syarat ini mencerminlcan dampak perubahan harga terhadap permintaan.
Agregasi Coumot menunjukkan bahwa perubahan harga pada salah satu
komoditas yang dikonsumsi (komoditas j) sementara harga komoditas lainnya tetap, akan berdampak pada adanya re-alokasi anggaran belanja sehingga
permintaan terbadap komoditas-komoditas akan berubah. Dalam bentuk
elastisitas hal tersebut dapat dituliskan sebagai. berikut :
Hal ini berarti bahwa seluruh anggaran yang tersedia habis dibelanjakan, dan
apabila terjadi kenaikan pendapatan maka akan dialokasikan secara
proporsional pada seluruh komoditas yang dikonsumsi.
16
Universitas Indonesia
Untuk barang normal, efek-efek tersebut diilustrasikan melalui Gambar 2.3 berikut ini.
Jenis Barang Efek Substitusi Efek Pendapatan · EfekTotal
(1) (2) (3) (4) Normal Negatif (turun) Negatif (turun) Negatif (turun)
Inferior Negatif (turun) Positif (naik) Negatif (turun)
Giffen Negatif (turun) Positif (naik) Positif (naik)
Penjumlahan efek substitusi dan efek pendapatan disebut efek total. Secara ringkas respon konsumen terhadap efek-efek tersebut dapat disajikan seperti tabel berikut.
Tabel 2.1. Efek Substitusi, Efek Pendapatan dan EfekTotal Jika Harga Naik
Perubahan barga dari suatu komoditas memiliki dua efek, yaitu efek substitusi dan efek pendapatan. Efek substitusi adalah perubahan dalam mengkonsumsi suatu komoditas akibat perubahan harga komoditas tersebut atau komoditas lain, di mana tingkat utilitas adalah konstan. Efek pendapatan terjadi karena perubahan harga suatu komoditas menyebabkan adanya perubahan dalam kekuatan daya belinya. Untuk barang normal, efek pendapatan berdampak
r P.()Sitif terhadap barang yang dikonsumsi, sebaliknya untuk barang inferior
~pak negatif (terlebih lagi barang giffen).
2.1.3. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan
Persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan oleh fungsi permintaan tersebut
dapat dipenuhi dengan menggunakan sistem permintaan (demand system).
17
Unlversitas Indonesia
Perubahan sebesar X1-Xo merupakan perubahan jumlah konsumsi barang
X dengan mempertahankan tingkat utilitas (Uo), yaitu dengan meminimalisasi
anggaran, sehingga keseimbangan bergeser ke titik C. Perubahan sebesar X1-Xo disebut efek substitusi. Sedangkan pergeseran ke tingkat utilitas yang lebih
rendah (U1) terjadi karena pendapatan riil yang menurun dengan naiknya harga
barang X, sehinggajumlah barang X yang dikonsumsi berkurang sebesar X2-X1. Perubahan sebesar X2-X1 ini disebut efek pendapatan.
(2.8) Efek Total = Efek Substitusi + Efek Pendapatan
(X2-Xo) = (X1-Xo) + (XrX1)
Efek substitusi dan efek pendapatan pada gambar di atas dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Misalkan keseimbangan awal konsumen adalah pada titik A. Naiknya harga
barang X menyebabkan keseimbangan bergeser dari titik A ke B dan jumlah
barang X yang dikonsumsi berlrurang dari Xo menjadi X2. Total perubahan
tersebut dapat dirinci set>api berikut :
Gambar 2.3. Efek Substitusi, Efek Pendapatan dan Efek Total dari Naiknya Harga Barang X (Barang Normal)
X2 X1 x, '--y--1 '--y--J
Efek~ Efeksubstitusi ~
EfelcTotal
KuantitasX
Kuantitas Y
18
Unlversltas Indonesia
Rumus tersebut digunakan untuk menghitung nilai elastisitas pada satu titik
tertentu dari kurva pennintaan. Pada kurva permintaan yan~ berbentuk garis
Iurus, nilai elastisitasnya berbeda pada tingkat harga yang berbeda. Untuk
(2.11)
Elastisitas pennintaan barang i terhadap pendapatan :
(2.10)
Elastisitas pennintaan barang i terhadap harga barang j :
(2.9)
Bila Pj=harga barang 4 Pj=harga barang jt X,=jumlah barang i yang
diminta, Xj=jumlah barangj yang diminta, dan I=pendapatan, maka:
Elastisitas pennintaan barang i terhadap harga sendiri :
Elastisitas dapat diturunkan dari fungsi pennintaan. Elastisitas yang
diturunkan dari fungsi pennintaan Marshallian disebut sebagai elastisitas tidak
terkompensasi (uncompensated elasticities). Sedangkan elastisitas yang
didapatkan dari fungsi pennintaan Hicksian disebut sebagai elastisitas
terkompensasi (compensated elasticities).
variabel yang lain. Elastisitas pendapatan menunjukkan respon permintaan
konsumen terhadap suatu komoditas akibat terjadinya perubahan pendapatan,
elatisitas harga sendiri menunjukkan respon pennintaan konsumen akibat
terjadinya perubahan barga komoditas itu sendiri, dan elastisitas harga silang
menunjukkan respon pennintaan konsumen akibat terjadinya perubahan harga
komoditas lain.
Elastisitas secara umum dapat didefinisikan sebagai ukuran persentase
perubahan pada suatu variabel yang disebabkan oleh perubahan satu persen . -
2.1.4. Elastisitas
19
Unlversltas Indonesia
Beberapa terminologi elastisitas disajikan pada Tabet 2.2, 2.3 dan 2.4 berikut ini yang meliputi elastisitas harga sendiri, elastisitas harga silang dan elastisitas pendapatan.
3. Proporsi kenaikan harga terhadap pendapatan konsumen. Bila proporsi tersebut besar, maka pennintaan cenderung lebih elastis.
4. Jangka waktn. Hal ini berkaitan dengan dimensi waktu, elastisitas jangka pendek adalah untuk jangka waktu kurang dari satu tahun dan elastisitas jangka panjang untuk jangka waktu lebih dari satu tahun. Untuk barang- barang yang habis dipakai dalam waktu kurang dari satu tahun (tidak tahan lama atau non durable goods), permintaan lebih elastis dalam jangka panjang dibanding jangka pendek. Sebaliknya. untuk barang yang masa konsumsinya lebih dari setahun (barang tahan lama atau durable goods),
pennintaannya lebih elastis dalarn jangka pendek dibanding jangka panjang.
1. Tingkat substitnsi. Semakin sulit mencari substitusi suatu barang, permintaan terbadap barang tersebut semakin inelastis dan sebaliknya.
2. Jumlah pemakai. Semakin banyak jumlah pemakai, pennintaan terhadap suatu barang semakin inelastis, dan sebaliknya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat elastisitas harga adalah :
di mana : ax= X1-X2
BP=P1-P2
(2.12) -iJX (P1+P2)/2 -iJX (P1+P2) E = - = - ...;.,,_---..
iJP (X1+X2)/2 iJP (X1+X2)
mengukur elastisitas harga di antara dua titik pada kurva permintaan, digunakan elastisitas busur yang dapat dihitung dengan rumus berikut ini :
20
Universltas Indonesia
Fungsi pennintaan dapat diturunkan melalui tiga pendekatan. Pendekatan
pertama, melakukan spesifikasi fungsi pennintaan tanpa bantuan teori
permintaan. Pendekatan ini banyak digunakan pada penelitian terdahulu karena
sederhana dan mudah diaplikasikan (Moeis, 2003). Pendekatan kedua, melalui
2.2. Model Fungsi Permintaan
Nilai Elastisitas Pendapatan Jenis Komoditas
(I) (2) su<O Inferior
OSSnSl Nonnal; Pokok (necessities)
~·> 1 Normal ; Mewah (luxurious)
Tabel 2.4. Nilai Elastisitas Pendapatan dan Jenis Komoditas
Nilai Elastisitas Harga Silang Hubungan Komoditas
en (2) Sij<O Komplementer Sij =O - Sij>O Substitusi
Tabel 2.3. Nilai Elastisitas Harga Silang dan Hubungan Komoditas
Nilai Elastisitas Harga Terminelegi Bentuk Kurva Sendiri (Nilai Absolut) . Pennintaan
(1) (2) (3) 0 Inelastis Sempuma Vertikal O<s<l Inelastis Curam (>45°) 1 Elastis Unitari 45° >1 EJastis Landai (<45°) 00 Elastis Sempuma Horisontal
Tabel 2.2. NiJai Elastisitas Harga Sendiri, Terminologi, dan Bentuk Kurva Pennintaan
21
Unlversitas Indonesia
0$61 ; :Ef3i=l ; ~'Yi ; O<(xi -yj)
Yi = jumlah minimum (subsisten komoditas ke-i yans dikonsumsi)
Kelebihan-kelebihan dari model LES adalah: model ini berbentuk linear sehingga parametemya mudah diestimasi, memenuhi kendala atau syarat fungsi pennintaan, dan parameter yang diestimasi mudah diinterpretasikan. Namun demikian, model LES juga memiliki kelemahan yaitu bahwa dalam model tersebut komoditas yang bersifat inferior tidak dapat dianalisis karena
nilai ~! yang selalu positif.
i,j=l,2, .... ,n di mana:
(2.13) Pi Xi = Wj ='Yi p+ f3i ( M - L Y.i Pi ) + Ej
A. Model linear Expenditure S,stem (LES)
Model LES dikemukakan pertama kali oleh Klein dan Rubin (1947-1948) dan selanjutnya banyak digunakan dalam aplikasi empiris den¥an melakukan modifikasi-modifikasi oleh peneliti-peneliti lainnya. Model ini diturunkan dari funpi utilitas, sehingga secara otomatis dapat memenuhi syarat agregasi Engel, agregasi Cournot, simetri, serta homogen berderajat not terhadap harga dan pendapatan. Dalam model LES ini, pengeluaran masing-masing komoditas merupakan fungsi linear dari harga-harga (p) dan pendapatan (M). Bentuk matematis
dari model LES adalah :
spesifikasi fungsi utilitas dan kemudian memaksimisasinya dengan kendala
pendapatan yang ada, Pendekatan ketiga, melalui spesifikasi fungsi utilitas tidak Jangsung (indirect utility}, kemudian sistem pennintaan diperoleh dengan memakai identitas Roy (Roy's Identity}. Pendekatan kedua dan ketiga di atas mempunyai kelebihan yaitu bahwa sistem permintaan yan~ didapatkan memenuhi restriksi-restriksi fungsi pennintaan yaitu homogenitas, aditivitas, dan simetri.
Dalam penelitian empiris banyak dijumpai model-model fungsi pennintaan yang digunakan oleh para peneJiti ekonomi. Beberapa model pennintaan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
22
Universitas Indonesia
Secara teori, fungsi permintaan dapat diturunkan dari fungsi pengeluaran
sepanjang fungsi pengeluaran tersebut memenuhi syarat (1) kontinyu dan
tidak menunm dalam harga dan utilitas serta (2) konkav dan homogen
berderajat satu terhadap harga (Silberberg, 1990). Salah satu model
permintaan yang memenuhi kondisi tersebut adalah model Almost Ideal Demand System (AIDS) yang dikembangkan oleh Deaton dan Muellbauer
(1980). Model AIDS merupakan model fungsi pennintaan Marshallian
dalam bentuk proporsi pengeluaran. Dalam model AIDS? fungsi permintaan
dapat diturunkan secara langsung dari fungsi biaya. Merupakan properti
pokok dari fungsi biaya adalah turunan harganya merupakan kuantitas yang
diminta (Deaton, 1980)
C. Model Almost Ideal De1111111d System (AIDS)
(2.15) Wi =<Xi+}: f} lo~ p.j ; iJ = 1,2, ... , n
Secara aplikatif model ini seringkali digunakan oleh para peneliti dalam
bentuk persamaan proporsi pengeluaran, yaitu Wi = PiX/M. Persamaan
proporsi tersebut diperoleh dengan menurunkannya dari persamaan di atas,
sehingga diperoleh :
raj = 1 ; f3t;j = 13.iic ' 'v' k dan j
Bentuk matematis model translog adalah sebagai berikut :
log U(pi,P:z, •. ,J>n,M)=-:llij log(p/M)-~U:f3ir;i log(pi/M) log(p/M) (2.14) di mana:
Model translog (transcedentol logaritmic) diturunkan dari fungsi utilitas tidak
langsung. Salah satu kelebihan model translog adalah fungsi ini merupakan
fungsi yang fleksibel atau memenuhi konsep flexible functional form (FFF).
Sistem permintaan yan~ fleksibel berarti bahwa sistem pennintaan tersebut
dapat diperoleh dari maksimalisasi utilitas, dan dengan restriksi-restriksi
tertentu funpi ini dapat diagregas! untuk keseluruhan rumahtangga (Moeis, 2003).
B. Model Translog
23
Universltas Indonesia
Indeks harga pada persamaan (2.18) di atas dikenal sebagai indeks harga
Stone. Dengan menggunakan indeks harga Stone maka persamaan (2.16)
menjadi tinier dalam harga dan pengeluaran. Fungsi tersebut dikenal sebagai
aproksimasi tinier dari AIDS atau LA/AIDS (Linear Approximation/Almost
Ideal Demand System).
Beberapa kelebihan model AIDS adalah :
1. Model ini mempertimbangkan keputusan konsumen dalam
menentukan seperangkat komoditas secara bersama-sama sehingga
hubungan silang dua arah atau lebih dari komoditas-komoditas
tersebut dapat ditentukan. Hal ini sesuai dengan fenomena aktual
yang terjadi bahwa pemilihan suatu komoditas dilakukan oleh
konsumen secara bersama-sama.
2. Bentuk fungsinya konsisten dengan data pengeluaran rumahtangga
yang biasanya tersedia, sehingga estimasi permintaan bisa dilakukan
tanpa data dalam bentuk kuantitas.
3. Konsisten dengan teori permintaan karena adanya restriksi yan~
dimasukkan ke dalam model.
4. Parametemya mudah diduga tanpa harus menggunakan metode non-
linear.
(2.18) lo~ P =I Wi lo$ pi
Penggunaan indeks harga seperti pada persamaan (2.17) membuat model
AIDS berbentuk non-linear dan sulit untuk diestimasi. Oleh sebab itu dalam
penelitian-penelitian empiris, yang sering digunakan adalah aproksimasi
tinier dari indeks harga tersebut, yaitu:
(2.17)
di mana wi adalah proporsi pengeluaran komoditas l, pj adalah harga
komoditas j? y adalah total pengeluaran, dan P adalah indeks harga yans. didefinisikan sebagai:
(2.16)
Bentuk umum model AIDS adalah sebagai berikut :
wi = at + LJ YtJlog PJ +Pi log G) + u,
24
Universltas Indonesia
Harga sendiri berkorelasi negatif, pm~oomn berkorelasi positif dan antara sayyur-
Perobahan harga padi/umbi umumnya lebih besar pengaruh- nya terhadap komoditas lainnya dibe.ndingkan pengaruh perubahan harga komoditas lainnya terhadap pennintaan padi/umbi. Pennintaan pangan di pedesaan umumnya lebih resimnsif terhadap perubahan pendapatan dibandingkan di perkotaan,
Pangsa pengcluaran pangan sumber protein protein hewani sangat rendah, sebaliknya sumber protein nabati dominan Kenaikan pendapatan menaikkan pangsa untuk hewani tidak untuk nabati Respon pmnintaan keduanya inelastis terhadat> • tan
(6)
LA/AIDS Model dengan
OLS
LA/AIDS Model dengan 3SLS
LA/AIDS Model
Dengan OLS
(5)
Total pengeluaran, rmit yg/~~. pengeluaran untuk oaiak,
Total pengeluaran, harga agregat, jumlah anggota rumahtangga, pendidikan istri
Total pengeluaran, harga agregat, ukUfan rumahtangga, tingkat pendidikan istri
(4)
Proporsi pengeluaran 5 k~lt>mwk komoditi pangan,
Proporsi peogeluaran 1 kelompok komoditi pangan
Proporsi pengeluaran 9 kelompok komoditi pangan
(3)
Cross- section
Cross- section
CFOS8- section
Sabrina (2006), "Pola Konsumsi dan Pennintaan Pangan Rumahtangga di Sumatera Barat", Susenas (2002)
2
Ariningsih (2004)~ "Analisis Perilaku Konsumsi Pangan Sumbef Protein Hewani dan Nabati Pada Masa Krisis Ekonomi di Jawa", Susenas (1999)
I
(2)
Pengarang. Judul, Sumber Data (Periode)
No. Kesimpulan Metode Variabel Variabel Tcrikat Bcbas
Metodololrl Data
Set
Agung Dwi Chandra (2007), "Am~!it1it1 Permintaan Sayur-sayuran
(1)
Tabet 2.5. Beberapa Hasil Penelitian Terdahulu
2.3 TinJauan Penelitian Terdahulu Beberapa peneliti telah menggunakan model AIDS dengan kesimpulan
;van~ dapat diperlihatkan pada Tabet 2.5 berikut ini:
5. Karena model berbentuk semi log, maka secara ekonometrika akan
menghasilkan parameter dugaan yang lebih efisien, karena secara tidak langsung dapat mengatasi masalah penyimpangan asumsi dasar dalam OLS seperti heteroskedastisitas.
25
Unlversitas Indonesia
Ada hubungan positif dan signifikan antara persepsi dan konsumsi, Ada efek signifikan antara perubahan harga dengan pengeluaran. Permintaan
Kelompok ikan /daging /telur/susu sebagai makanan sumber protein mcrupakan harang normal. Terhadap beras, kelompok ikan /dasins I telur/ susu menunjukkan hubungan komplcmcnter sedangkan tcrhadap sayur/buah menunjukkan hubunsan substitusi
LA/AIDS Model dengae
OLS
kclompok ikan/daging telur/ susu meiiunjukkan hubunpn 11ubmtu:li dengan keempat kelompok pangan yang lain
LA/AIDS Model dengan OLS
sayuran dengan padi/ umbi, - - daging dan ikan, serta makanan lainnya menunjukan hubungan yang komplementer.
AIDS
26
Konsumsi Daging
Cross. section
Jenis kelamin, umur, lama sekolah, jumlah anggota rumahtangga, pendapatan
unit value, pcngcluanm total, adult equivalent, pajak, lama sekolah KRT, lama sekolah meal planner, dll
Proporsi pengeluaran 10 kelompok komoditi
Cross- section
Total pengeluaran, unit value, umur kepala rumahtangga, luas lantai perlcapita, tipe daerah, jumlah anggota rumahtangga. status nunahtangga (mi~n!ti~). lama sekolah KRT, sumber penghasilan utama RT, jenis kelamin KRT,
Proporsi pen&eluanm S kelompok komoditi
Data Panel
Jumlah anggota nunahtangga, pendidikan kepala rumahtangga, pendidikan istri, tingkat pendidikan kades & sekdes, akses jalan, letak geografls,
K.C. Igwe (2007), "Meat Demand Analysis in Umuahia Metropolis AbiaState, Nigeria", survey
6
Jossy Prananta Moeis (2003), "Indonesian Food Demand System: An Analysis of the Impacts of the Eooeomic Crisis On Household Consumption .and Nutritional Intake", Susenas (1996, 1999) dan Podes (2002)
5
4
Rita Yuliana, (2008), "Evaluasi
- ·Pe:rubehan Tingkat Kesejahteraan Rumahtangga Sebagal Dampak Kenaikan Harga BBM Di Jmk>n~~!~ Periode Pebruari 2005 - Maret 2006", Susenas (2005, 2006)
Menuju Pemenuhan Sendiri di Propinsi Kep. Bangka Belitung", Susenas (2005) dan Podes (2005)
Universltas lndonesla
Ariningsih (2004) dalam penelitiannya mengambil topik perilaku
konsumsi pangan sumber protein hewani dan nabati di Jawa pada masa krisis
ekonomi. Data yang dipegunakan adalah Susenas tahun 1999 untuk Jima
provinsi di wilayah Jawa yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I.
Yo{Q'akarta dan Jawa Timur. Variabel sosial demografi yan~ dipergunakan
adalah pendidikan istri dan ukuran keluarga. Dengan menggunakan metode LAI AIDS temuan yang di peroleh adalah komoditas pangan sumber protein hewani dan nabati mempakan barang normal (kecuali susu) dengan respon pennintan kelompok pangan sumber protein hewani dan nabati bersifat inelastis terhadap perubahan pendapatan. Untuk kelompok pangan ikan, daging unggas
' Clan serealia, nilai elastisitasnya lebih tinggi di daerah perkotaan sementara untuk untuk ikan awetan, telur dan kacang-kacangan nilai elastisitas tinggi ada di daerah perdesaan. Nilai elastisitas pendapatan untuk ikan, ~~ dan serealia paling tinggi untuk pendapatan rendah dan menurun pada kelompok pendapatan paling tinggi. Sebagian besar respon pennintaan pangan sumber protein hewani dan nabati untuk kelompok serealia bersifat inelastis kecuali untuk kelompok serealia yang tergolong elastis. Hubungan antara satu kelompok dengan kelompok lain ada yang bersifat substitusi maupun komplementer akan tetapi nilai elastisitasnya relatif rendah (harga mutlak .kurang dari 0,5). Untuk pangan sumber protein hewani kelompok ikan segar, ikan awetan, daging temak bersifat komplementer terbadap kacang-kacangan sedangkan sedangkan kelompok daging unggas, telur dan susu bersifat substitusi terhadap kacang-kacangan. Sedang terhadap serealia kecuali ikan segar yang bersifat komplementer semua kelompok pangan sumber protein hewani dan nabati bersifat substitusi.
Sabrina (2006) yang dalam penelitian mengambil topik pola konsurnsi dan pennintaan pangan nunahtangga di provinsi sumatera Barat dalam penelitiannya menggunakan data Susenas tahun 2002 dengan menggunakan variabel bebas jumlah anggota rurnahtangga dan pendidikan istri. Model yang dipergunakan adalah LA/AIDS tanpa melakukan koreksi terhadap harga (unit value) adapun temuan yang didapatkan dari penelitiannya adalah perubahan harga padi/umbi umwnnya lebih besar pengaruh-nya terhadap komoditas lainnya dibandingkan pengaruh perubahan harga komoditas lainnya terhadap pennintaan
27
Universitas lndonesla
padi/umbi. Pennintaan pangan di pedesaan umumnya lebih responsif terhadap
perubahan pendapatan dibandingkan di perkotaan.
Penelitian Chandra (2007) menganbil topik tentang pennintaan sayur- sayuran di provinsi Bangka Belitung dengan menggunakan data Susenas dan
Podes tahun 2005. Variabel sosial demografi yan~ dipergunakan adalah jumlah
anggota rumahtangga, pendidikan kepa)a rumahtangga, pendidikan istri, tingkat
pendidikan kepala desa dan sekretaris desa, akses jalan, dan letak geografis, Model yang digunakan adalah LA/AIDS dengan melakukan koreksi terhadap
harga (unit value). Hasil yang di dapat dari penelitiannya adalah pennintaan
sayur-sayuran berkorelasi negatif dengan harganya. Antara sayur-sayuran
, dengan padi-padian dan umbi-umbian, ikan dan daging , serta makanan lainnya
men~jukan hubungan yang komplementer. Untuk kelompok pangan
ikan/da~g, basil yan~ didapat dalam penelitian ini adalah ditunjukkannya
hubungan substitusi dengan padi-padian dan umbi-umbian sementara dengan
sayur~ buah dan pangan lainnya ditunjukkan hubungan komplementer. Elastisitas
pendapatan pada semua kelompok pangan bertanda positif dan nilai
elastisitasnya antara O<lel<l yang berarti semua kelompok pangan adalah barang
kebutuhan pokok (necessity)
Moeis (2003) dalam penelitiannya melakukan analisis sistem pennintaan
pangan di Indonesia menggunakan metode LA/AIDS pada dua tahun
pen~atan yaitu 1996 clan 1999 dengan melakukan koreksi terhadap harp (unit value) untuk mengatasi simultaneous bias, mengatasi selectivity bias
dengan two step Heckman, dan mengatasi contemporaneous correlation dengan
bootstrapping. Variabel sosial demografi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah adult equivalent? paj~ daerah .lama sekolah kepala rumahtangga, lama
sekolah meal planner, rasio anggota rumahtangga yang bekerja. Dalam
penelitian ini pangan dibagi menjadi 9 kelompok yakni padi, ketela, jagung,
legumes, gandum, syur/buah, ikan, daging/telur/susu clan pangan lainya. Hasil penelitian untuk tahun 1999 menunjukkan kelompok ikan/daging /telur/susu
sebagai makanan sumber protein merupakan barang normal. Terhadap beras,
kelompok ikan/daging /telur/susu menunjukkan hubungan komplementer
sedangkan terhadap sayur/buah menunjukkan hubungan substitusi. Untuk
28
Unlversltas Indonesia
elastisitas pendapatan, ketela, gandum, sayur/buah dan pangan lainnya memiliki
nilai elastisitas lel> 1 dan tergolong barang mewah sedangkan kelompok lainnya
tergolong barang pokok.
Yuliana (2008) mengambil topik perubahankesejahteraan rumahtangga
seba~ai dampak kenaikan BBM di Indonesia dengan menggunakan data Susenas
tahun 2005 dan 2006. Model yang digurakan adalah LA/ AIDS dengan variabel
sosial demografi yang digunakan adalah umur kepala rumahtangga, luas lantai perkapita, tipe daerah, jumlah anggota rumahtangga, status rumahtangga (miskin/tidak), lama sekolah KRT? sumber penghasilan utama RT? jenis kelamin KRT. Dalam penelitian ini pangan dibagi kedalam S kelompok yakni kelompok
- padi-padian dan umbi-umbian, kelompok ikan/daging/telur/susu, kelompok kacang-kacangan, sayur, buah, kelompok minyak dan lemak dan kelompok pangan lainnya, Hasil yang didapat dari penelitian ini kelompok ikan/dagin~ telur/ susu menunjukkan hubungan substitusi dengan keempat kelompok pangan yang lain
K.C. Igwe (2007) melakukan penelitian tentang fungsi pennintaan daging di Nigeria dengan menggunakan data survey cross section.dengan
menggunakan model AIDS dan variabel bebas Jenis kelamin, umur, lama sekolah, jumlah anggota rumahtangga, pendapatan basil yang didapat dari
penelitiannya adalah ada hubungan positif dan signifikan antara persepsi dan konsumsi. Ada efek signifikan antara perubahan harga dengan pengeluaran,
Penelitian yang dilaksanakan oleh penulis (2009) mengambil topik permintaan rumahtangga Indonesia terhadap pangan sumber protein hewani dengan menggunakan data Susenas tahun 2008. Model yang dipergunakan adalah LA/ AIDS dengan OLS seperti metode yang yang digunakan oleh Moeis
·(2003) akan tetapi tanpa mengatasi contemporaneous correlation dengan bootstrapping. Kelompok pangan dibagi menjadi 5 (lima) kelompok yakni padi- padian dan umbi-umbian sebagai sumber karbohidrat dan protein nabati, V ariabel sosial demografi yang digunakan yakni equivalensi rumahtangga (adeq), Jenis kelamin kepala rumahtangga, lama sekolah kepala rumahtangga, tipe daerab dan umur kepala rumahtangga.
29
Unlversitas Indonesia
Tandayang Variabel Bebas Diharapkan Referensi
(#-)
(1) (2) (3) Pendapatan 1. Moeis (2003) Rumahtangga Negatif (lnyrii/) 2. Yuliana (2008)
Logaritma i, Moeis (2003) Equivanensi Positif 2.Yuliana (2008) Rumahtangga (Lnadeq) Jenis Kelemin Kepala Negatif 1. Yuliana (2008) Rumahtangga (J klmn) Lama Sekolah Kepala Positif I .Chandra (2007) Rumahtangga 2.Yuliana (2008) (educ) Tipe Dacrah Positif 1. Yuliana (2008) (daerah) Umur Kepala Rumahtangga Positif 1. Yuliana (2008) (umur)
Tabel 2.6. Hipotesis Arab V ariabel Bebas
2.4 Hipotesis Arab Variabel Bebas Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan para peneliti sebelumnya
maka dalam penelitian ini hipotesis arah variabel-variabel bebas yang
diharapkan dalam parameter estimasi fungsi pennintaan pangan sumber protein
hewani dapat kita baca pada tabel 2.6 sebagai berikut :
30
Unlversltas Indonesia 31
3.2. Variabel Yang Diteliti
Untuk mengetahui elastisitas permintaan makanan swnber protein hewani, maka sebelumnya perlu diketahui karakteristik dari komoditi pangan sumber
protein hewani kaitannya dengan perubahan harga komoditas itu sendiri, harga
komoditas lain dan pengeluaran yang dicerminkan oleh elastisitasnya. Besar
nilainya.
3.1. Samber Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data dari basil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel Modul Konswnsi dan Kor 2008. Survei ini dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Maret 2008. Data
8usenas Panel Konswnsi merupakan data cross section dengan sampling unit rumahtangga, yaitu sebanyak 68.800 rumahtangga se-Indonesia. Dari jwnlah
sampling unit tersebut, dokumen yang masuk sejwnlah 68. 780. Setelah
dikeluarkan outlier maka data record yang digunakan adalah sebanyak 66. 724 rumahtangga (BPS, 2008).
Data yang dikumpulkan dalam Susenas Panel Konswnsi 2008 terdiri
dari data pokok (kor) dan data modul konswnsi. Data kor merupakan data keterangan pokok rum.ahtangga dan anggota rumahtangga yang memuat
keterangan tentang karakteristik dari setiap anggota rumahtangga seperti
hubungan dengan kepala rumahtangga, jenis kelamin, wnur, kesehatan,
pendidikan, ketenagakerjaan, fertilitas dan keluarga berencana dari masing-
masing anggota rumahtangga, sedangkan data rumahtangga memuat keterangan
tentang keadaan karakteristik rumahtangga seperti daerah tempat tinggal
(kota/desa), perumahan, dan keadaan sosial ekonomi rumahtangga.
Data konswnsi malcanan dirinci sebanyak 215 jenis pengeluaran
rumahtangga. Untuk setiap jenis malcanan yang dikumpulkan data kuantitas dan '
METODOLOGIPENELITIAN
BAB3
Unlversltas Indonesia
3.3.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan suatu teknik analisis data dengan tabel dan grafik yang digu.nakan untuk menggambarkan keadaan suatu hal secara umum. Dengan analisis deskriptif informasi yang diperoleh dari basil olah data menjadi
lebih mudah untuk ditafsirkan dan untuk memperjelas kandungan infonnasi. Pada penelitian ini analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan pola
3.3. Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan dua metode analisis yakni analisis deskriptif dan analisis ek.onometrika. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan pola/perilaku konsumsi pangan khususnya makanan sumber protein dan komoditas pangan yang lain pada umumnya. Sedangkan analisis ekonometrika digunakan untuk mengestimasi fungsi pennintaan pangan.
kecilnya nilai elastisitas akan menentukan seberapa besar dampak perubahan
harga. Secara teori elastisitas dapat diturunkan dari fungsi permintaan.
Sedangkan pennintaan terhadap pangan dipengaruhi oleh pendapatan, harga
pangan itu sendiri, harga barang lain, dan selera konsumen.
Pada penelitian ini digunakan beberapa variabel yang berasal dari modul maupun kor. Adapun variabel-variabel tersebut adalah: a. Pendapatan rumahtangga diproksi dengan pengeluaran rumahtanga.
Penggunaan data pengeluaran rumahtangga sebagai proksi untnk pendapa1an sesuai dengan penclitian terdahulu oleh Deaton (1980), Moeis (2003) dan
Yuliana (2008). Walaupun dalam Susenas terdapat data pendapatan ~ · rumahtangga a1can tetapi data ini tidak dapat diandalkan. b. Harga kelompok komoditi diproksi dengan unit value.
Sebagai proksi dari harga, unit value diperoleh dari basil pembagian antara pengeluaran rumahtangga untuk kelompok makanan tertentu dengan jumlah unitnya.
c. Setera konsumen yang diproksi dengan jumlah anggota rumahtangga dalam penelitian ini digunakan skala umur adult equivalent, rasio anggota rumahtangga yang bekerja, tipe daerah (kota atau desa), karakteristik: kepala rumahtangga (lama sekolah, umur, jenis kelamin).
32
Unlversltas Indonesia
. No Kelompok Komoditi Ketcrangan Pan1mn (1) (2) (3) rii
Bera, hens kctan, Jagung basah chm 'kulit, jagung pipilanlberas jagung, tepung beras. tepuog jagung Sumber
Padi-padian chm (mai7.ena), tepung terigu, lainnya, lcct.ela poboo/ karbohidrat 1 Umbi-umbian singkoog, la:tela rambat/ubi jalar, sagu (bukan dari la:tela danprotein pobon), talas/keladi, kentang, gaplek. tepung gaplok(tiwul), tepung kctela pohon (tapioka/kanji), nabati lainnva
Tabel 3.1 Agregasi Komoditas Pangan
3.3.2.1. Spesifikui Model Permintaan
Untuk dapat mengestimasi model LA/AIDS langkah pertama yang harus dilakukan adalab melakukan agregasi komoditas. Hal ini perlu dilakukan agar semua rumahtangga dapat diikutsertakan dalam estimasi model. Sering ditemui bahwa rumahtangga tidak mengkonsumsi salah satu komoditi makanan.
Mengeluarkan observasi dari data akan menyebabkan bias dan jumlab observasi menjadi sedikit. Dengan agregasi lromoditas pangan menjadi kelompok yang
Jebih besar diharapkan jumlah data yang memenuhi syarat menjadi lebih banyak. Standar baku aturan agregasi sebenarnya tidak ada dan para peneliti
biasanya mengelompokan komoditi berdasarkan pada penelitian terdahulu,
kcpcrluan studi, pangan lokal, kandungan zat gizi pangan, sasaran kebijakan,
dan pertimbangan lainnya (Moeis, 2003). Dalam penelitian ini agregasi pangan yang dianalisis dibagi menjadi lima kelompok seperti terlihat pada Tabet 3.1.
3.3.2. Analisis Ekonometrika Dalam penelitian ini analisis ekonometrika digunakan untuk mengestimasi
fungsi sistem pennintaan. Berkaitan dengan tujuan penelitian dan dengan
memperhatikan keJebiban-keJebihan dari model pennintaan yang telab diuraikan sebelumnya, maka model yang digunakan dalam penelitian ini adalab model AIDS dalam bentuk aproksimasi linear berdasarkan Indeks Harga Stone
(LA/AIDS).
konsumsi pangan, deskripsi variabel, analisis basil estimasi model, dan
elastisitas
33
Unlversltas Indonesia
Sumber: Pengelompakan Penulis untuk mcngatasi selectivity biO£
Swnber lcmaJc
Mlnyak kelapa. mfnyak jaguug, minyak gormg lainnya. kelapa. ID8l'pinc, lainnya, Dahan minumao: gula pasir, gula merah (tcmwilk gula air), teh, lropi (bubuk, biji, insaan). coklat inst.an, ooklat bubuk, sirup. lainnya, bumbu-bumbuan: garam, h:miri,ketumbar/jintcn, merica/lada, asam, biji pala, cmgkeb, tcrasi/ pctis, kecap,pm:yedap masakan/vetsin, sambal jadi/sauce tomat, bumbu masak jadi/kanasan, bwnbu dapur lainnya, konswmi lainnya: mic instan, mic basab, bilnm, makarcmi/mie kcriug. kerupuk. cmping, baban agar-agar, bub1D' bayi kcma581J. lainnya, malam dan minuman judi: roti tawar, roti maois/roti lainnya, kuc keringlbiskuit/semproog. kue basah, malaman gon:ogan, bubur kaaing hijau, gado-gadolketopl; nasi camp1D'/rames, nasi goreng. nasi putih. lontonglketupat sayur, soto/ gulelsopl rawoo/cincans, ate1tonpeng. mie baksolmic rebus/mic goreng, mie instant, malaman ringan anak-anak/ krupuklkripik, ikan (goreng, bakar, presto, pindang. pcpcs. dsb), ayam/daging (goreng,bakar, dsb)1 malaman jadi lainnya, air kemasan air kemasan galon, air teb kemasan, sari buah kemasan, minuman ringan mcngandung C02 (soda),minuman kesebatan/ mimnnan berenergi, minuman lainnya (kopi, kopisusu, teh, susu cokJat. dll), es krim. es lainnya, bir, anggur, minuman keras lainnya, tembakau clan sirih: rokok kretek filter, rokok keretek tanpa filter, rokok putib. tembak:au.. sirih/oinang, lainnya
s
Sumber vitamindan
mineral
Bayam, lamglamg. kollkubis,sawi putih (pctsai). sawi hijm, buocis, bcaog panjang. tomat sayur, wortel, mentimun, daun kdela pohon. teroog. tauge, labu, jagung muda bcil, sayur sop/cap cay, sayur asamllodch, nangka muda, pepaya muda, jamur, petai. jeogkol, bawang mcrab, bawang putih, cabc mcrab, c:abe bijau, cabe rawit, sayur dalmn kaleng, sayur Jainnya. jeruk, mangga, apel, aJpobt, rambutan, duku, durian, sa]aJc. nanas, pisang ambon, pisang raja, pisang lainnya, pepaya, jambu, sawo, belimbing. kcndodong, 9CIDangka, melon.. nan!!ka.. tomat buah.. buah dalam kalenst. Jainnya
4 Sayur/Buah
Sumbcr potein bcwani
(komodital peoclitiao
utama)
Dam elccr laming. toogkol/tuoa/c:akalang, tenggiri, selar, kcmbung, teri, bandcng, gabm, mujair, mas, Jele, kalatp,barommg, lainnya. udaog, cumicumi/sotoog. kctamlkcpitin&'rajungan, la:nmgfsiput, ikan asin: kcmbunglpcda, tcnggiri, toOgkol/tuna/ca)ca]ang, teri, sels, ~ gabus, ilam da1mn kalcng, Jainnya. udang clan hcwan air, lainoya yang di awcdam: udang (chi). c:umi~ Jaimrya. daging scgar: daging upi, daging brbau, daging bmbing. daging babi, daging ayam ras. daging ayam kampung, daging WlggBS lainnya, daging lainnya, daging diawetkan: dendcng, abClll, daging datam kaleng, lainnya, 1ainnya: hati.Jeroan (aolain hati). totolao, tu1ang, lainoya, tolur dan SUSU! tab.II' ayam ras. tetur ayam kampung, telur i.tilr/te1ur itik manila. telur puyuh. telir Jamnya, tel1B' asin, susu mumi, susu cair pabrik, susu kmlal manis, susu bubuk, susu lftJhuk hirvi_ Jrei1L hasi1 Jain dari IUIU
susu 3
sumber protein nabati utama
Kacang tanab tanpa kulit. kacang tanab dengan kulit. kacang kedele, lcacang hijau, kacang mede, kacang lainnya, ~ tcmpe, tauco, oncom, lainnya
Kacang~ lcacangan 2
(4) (3) (2) (1)
Kelompok Pan2a0 Keterangan Komoditi
Pangan lainnya
No
34
Unlversltas Indonesia
Wt= aio + LYtiOaP1 + {J,Iog (y/P) + a11lnadeq + ati.f_klmn J
+ai3educ + a14daerah + a15umur + a16IMR1 + u1 (3.1)
Pengelompokan komoditas menyebabkan harga untuk kelompok pangan menjadi tidak tersedia, maka Deaton (1989) melakukan modifikasi model AIDS.
Modifikasi dilakukan dengan menggunakan unit value sebagai pengganti harga
· kelompok makanan pada model AIDS. Adapun model fungsi pennintaan dalam penelitian ini adalah:
Dalam analisis dengan fungsi pennintaan AIDS ini digunakan beberapa
asumsi (Rita, 2008), antara lain: a. Pengelompokan komoditi diasumsikan bahwa harga semua komoditas
pangan dalam satu kelompok bergerak bersamaan. Asumsi ini mengikuti pendapat Nicholson (1991) yang menyebutkan bahwa komoditas gabungan (composit good) adalah kelompok barang di mana harga semua barang dalam kelompok tersebut bergerak bersamaan sehingga dapat diperlakukan sebagai satu komoditas tunggal.
b. Pengeluaran konsumsi pangan dan non pangan diasumsikan terjadi secara terpisah (separability), sehingga konsumen dapat menentukan preferensinya secara bebas terbadap komoditas pangan tanpa dipengaruhi oleh pengehwan komoditas non pangan, dan sebalilmya.
c. Rumahtanwa diasumsikan mengalokasikan pendapatannya untulc pengeluaran konsumsi dengan dua tahap. Pada tahap pertama,
pendapatan rumahtangga dialokasikan untuk pengeluaran konsumsi pangan dan non pangan. Pada tahap kedua, rumahtangga mengalokasikan pengeluaran konsumsi pangan ke dalam komponen-komponen yang lebih spesifik seperti beras, ikan lele, kol, jeruk, dan sebagainya, yang
kemudian diagregasi menjadi enam kelompok pangan. Pada tahap kedua ini diasumsikan antar kelompok komoditas sating terkait sehingga pengeluaran untuk konsumsi pangan merupalcan suatu sistem.
35
Unlversltas lndonesla
Dalam penelitian ini dilakukan estimasi dua model fungsi sistem pennintaan LA/ AIDS menurut persamaan (3.1) dengan unit observasi seluruh rumahtangga sampel Susenas Modul Konsumsi 2008.
a.i3 , O.i4 = Parameter dugaan
,a.is Yij• f3i u, = Residual ( en-or term)
j_klmn = Dummy jenis kelamin kepala rumahtangga (1 = laki-Iaki, 0 = perempuan)
Educ = Lama sekolah kepala rumahtangga
daerah = Dummy tipe daerah (desa/kota) rumahtangga tinggal (1= kota, 0 = desa)
umur = Usia kepala rumahtangga
IMRi = Invers Mills Rauo, variabel koreksi dari harga estimasi kelompok pangan ke i yang dikonsumsi rumahtangga
= Proporsi pengeluaran rumahtangga untuk konsumsi kelompok pangan ke-i terhadap total pengeluaran konsumsi pangan
= Harga kelompok pangan ke j yang tidak terobservasi ( diproksi dengan unit value)
= Jumlah pengeluaran rumahtangga untuk konsumsi pangan
= Indeks barga stone, logP = l:,w, logp,
= Ukuran rumahtangga dengan mempertimbangkan umur anggota rumahtangga. Usia 13 tahun ke atas dinilai 1, antara 7 sampai 12 tahun dinilai 0,5, dan dibawah 6 tahun dinilai 0,25.
y p
lnadeq
Pi
ij = Kelompok pangan, dimana i =l, 2, 3, 4 ,5 j =I, 2, 3, 4, 5
36
Dimana:
Pelanggaran asumsi-asumsi ldasik akan menyebabkan estimator yang
dihasilkan menjadi bias (biased), tidak konsisten (inconsitenl) dan tidak efisien
(ine/Jicienl). Pada umumnya kasus autokorelasi banyak terdapat pada data time
series, sedangkan pada data cross section seperti yang digunakan dalam
penelitian ini masalah autokorelasi tidak ada. V ariabeJ tidak bebas budget share diperoleh dari basil pembagian antara
pengeluaran rumahtangga untuk kelompok makanan tertentu dengan
pengeluaran pangan total rumahtangga. Tidak tersedianya data harga kelompok
komoditi menyebabkan variabel bebas harga kelompok komoditi dalam
persamaan LA/ AIDS diproksi dengan unit value, yaitu rasio pengeluaran
makanan terhadap kuantitas makanan yang dikonsumsi. V ariabel bebas
Unlversltu Indonesia
3.3.2.2 Estimasi Model Fangsi Permintaan
Penelitian ini menggunakan metode OLS untuk mengestimasi model ' AIDS. OLS merupakan estimator linier terbaik yang tidak bias (Best Linear
- Unbiased Estimator/BLUE) apabita dapat memenuhi asumsi-asumsi berupa :
a. Nilai barapan dari rata-rata kesalahan (disturbance's error) adalah not
atau E(ui) = 0 b. Varians dari kesalahannya konstan/homoskedastik. (homoscedastic) atau
Var(u,) =a~ untuk semua i c. Tidak ada korelasi antar residual/autokorelasi (no autocorrelation) atau
Cov(u,, u1) = 0, untuk i -:t: j
d. Tidak korelasi antar variabel bebas/multikolinieritas (no
multicollinearity).
e. Tidak korelasi antara variabel bebas (X) dengan residualnya atau
Cov(Xi, ui) = 0
b. Homogenitas : I1 YtJ = 0
c. Adding-up : It a10 = 1, Ii YtJ = 0, It Pt = 0, It a,1 = 0,
Iiaa = 0, Itat3 = 0, Itat4 = 0, Itats = 0
: YtJ = YJt a. Simetri
Agar sesuai dengan teori permintaan, maka dalam pendugaan model
LA/ AIDS diterapkan restriksi-restriksi sebagai berikut :
37
Unlversltas Indonesia
A. Quality Effect, Quantity Premium dan Simultaneity Bias dari Data
Harga komoditas pangan yang dibeli konsumen seringkali berbeda antar
konsumen. Perbedaan harga komoditas tersebut disebabkan karena perbedaan
jumlah dalam pembelian (quantity premiums) dan perbedan kualitas (quality
3.2.2.3 Permasalaban Estimasi Model dan Cara Mengatasinya
Dalam pendugaan model LAI AIDS, restriksi simetri, homogenitas, dan adding-up dipakai untuk memenuhi sifat-sifat fungsi permintaan sesuai teori
mikroekonomi. Perangkat lunak yang digunakan untuk keperluan ini adalah
Stata versi 10.
(3.4) PJ = !!.L qJ
Dimana: i = kelompok komoditi pangan ke i (112,31415)
j = komoditi pangan ke j e = total pengeluaran rumahtangga untuk pangan
e1 = pengeluaran rumahtangga untuk kelompok pangan i
e1 = pengeluaran rumahtangga untuk komoditi j
q,= kuantitas pangan yang dikonsumsi rumahtangga untuk komoditi j.
Pt = I~~1 [P1 ~] (3.3)
dimana harga komoditi-j ( PJ) yang dibayar oleh rumahtangga didefinisilcan
sebagai:
(3.2)
pendapatan rumahtangga dilakukan proksi dengan data pengeluaran
rumahtangga karena lemahnya validitas data pendapatan rumahtangga dalam
suatu survei rumahtangga. Sedangkan pendapatan riil rumahtangga untuk
pangan diperoleh dari pengeluaran untuk pangan yang dideflasi dengan lndeks
Harga Stone.
Secara matematika budget share (w!) dan unit value kelompok komoditi
pangan (p) ke i dapat diformulasikan sebagai berikut:
38
Unlversltas Indonesia
LnD1 = deviasi dari logaritma natural harga kelompok pangan i yang
dibayar rumahtangga _ Pt = unit value kelompok pangan i yang dibayar rumahtangga (proksi
dari harga kelompok komoditi pangan) Pt = rata-rata unit value kelompok pangan i setiap tempat di mana
rumahtangga tinggal Phi = harga kelompok komoditi i yang di konsumsi rumahtangga h n = Jumlah rumahtangga
(3.6)
(3.5) LnD1 = Lnp1 - Lnp1
di mana:
P- _ l:hPht i--n-
rum us:
effects) barang yang dikonsumsi. "Karena ada perbedaan harga tersebut, maka penggunaan data harga-harga dalam analisis perlu dilakukan koreksi.
Penggunaan variabel bebas harga-harga (pt) dan tidak bebas proporsi pengeluaran panganlbudget share (Wt) secara 'bersama-seme ditentukan oleh
pengeluaran rumahtangga, sehingga akan mengakibatkan bias simultan (simultaneity bias) pada persamaan (3.1) dan jika digunakan OLS a1can menghasilkan estimator yang bias.
Untuk mengbindari terjadinya bias simultan dan mengoreksi harga-harga untulc mengatasi quality effect dan quantity premium terhadap rumahtangga sampel yang mengkonsumsi suatu komoditi, maka digunakan instrument
~ variable (Moeis, 2003). Caranya adalah mencari harp estimasi masing-masing komoditi pangan untulc setiap rumahtangga sampel. Dalam hal ini diasumsikan bahwa setiap rumahtangga belanja pada pasar yang sama untulc setiap desa dan setiap desa hanya memiliki satu pasar. Pertama kali menghitung logaritma dari harga rata-rata setiap komoditi pangan di setiap desa (Lngp1) dan menghitung
deviasi dari log harga setiap komoditi (LnDt) yang dibayar oleh setiap rumahtangga terhadap rata-rata harga setiap komoditi di setiap desa dengan
39
Unlversltas Indonesia
B. Selectivity Bias dari Data Sering ditemui bahwa rumahtangga tidak mengkonsumsi sa)ah satu
komoditi makanan yang disebabkan oleh beberapa hat? misalnya poJa diet rumahtangga untuk jenis makanan tertentu, atau pada waktu pencacahan (kondisi seminggu yang lalu) nimahtangga kebetulan sedang tidak mengkonsumsi komoditi tertentu. Penggunaan data dengan kondisi yang demikian dapat menyebabkan selectivity bias (Moeis, 2003). Ada dua cara mengatasi selectivity bias dari data, yaitu mengelompokkan komoditi makanan clan menggunakan two step estimation dari Heckman (Wooldridge, 2002).
Dalam penelitian ini komoditi pangan sudah dikelompokan menjadi lima kelompok. Jika masih terdapat banyak rumahtangga yang tidak mengkonsumsi setelah dilakukan pengelompokan komoditi, maka dilakukan prosedur two step
Heckman. Prosedur two step Heckman dilakukan dengan cara menambahkan variabel bebas Invers Mills Ratio (IMR) pada model utama (persamaan 3.1). Untuk mendapatkan variabel IMR dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
(3.8)
{3.9) Yang mengkonsumsi : fnp, = lnp, - TnD, yang tidak mengkonsumsi : lnp, = lnp, - lnD, di mana:
p;-- = niJai estimasi unit value kelompok pangan i
Pt = harga kelompok pangan i p~ = rata-rata harga kelompok pangan i di setiap desa
TnD, = nilai estimasi lnDt (mengacu pada persamaan 3. 7) dari basil regresi
Setelah log deviasi harga diperoleh, selanjutnya dilakukan estimasi regresi
deviasi harga(LnDt) dengan metode OLS menurut model ekonometri sebagai berikut:
Ln Di= a1o + P1Ln(y) + «ttlnadeq + a,i}_klmn + ai3Educ
+ a~,,.daerah + a4sumur + u1 (3. 7)
Setelah model regresi deviasi harga diperoJeh, malca dilakukan estimasi log
deviasi harga OnDJ dari setiap komoditi pangan untulc setiap rumahtangga baik
nunahtangga yang mengkonsumsi ataupun tidak mengkonsumsi komoditi pangan tersebut dengan nunus:
40
Universitas Indonesia
C. Heteroskedastisitas dan Moltikolinieritas
Setelah permasalahan quality effect, quantity premium, simultaneity bias,
dan selectivity bias teratasi, selanjutnya dilaknkan pengujian terhadap asumsi
klasik dari model regresi. Jika asumsi-asumsi klasik terpenuhi, maka estimasi
dengan OLS dapat dilakukan dan diperoleh penduga yang tinier terbaik tak bias
("Best Linear Unbiased Estimator/BLUE).
Pada kasus multikolinieritas sempurna interpretasi dari estimasi koefisien
regresi tidak dapat ditafsirkan. Untuk mengukur adanya multikolinieritas
dilakukan dengan melihat nilai variance inflation factor (VIF). Apabila nilai VIF
suatu variabel lebih besar dari 10, maka indikasi adanya multikolineritas
(Gujarati~ 2003). Cara tennudah mengatasi . multikolinieritas adalah tidak
mengikutsertakan salah satu dari dua variabel yang kolinier dalam model
(Nachrowi, 2005). Cara lainnya adalah dengan mencari variabel instrumen yang
(3.11)
Kedua menghitung nilai IMR yaitu perbandingan antara probability
density function (PDF) dengan cumulative distibution function (CDF) normal
standar atau dengan rumus:
IMR =PDF CDP
(3.10)
Pertama melakukan estimasi peluang rumahtangga mengkonsumsi suatu
kelompok komoditi makanan dengan regresi probit atau logit. Dalam penelitian
ini estimasi peluang mengkonsumsi menggunakan model probit. Model probit
menggunakan variabel tidak bebas probit setiap komoditas pangan
( Konsumsii) yaitu bemilai I jika mengkonsumsi kelompok komoditi i dan
tidak mengkonsumsi bemilai 0. Sedangkan variabel bebas yang digunakan
adalah harga-harga, total pengeluaran makanan, dan karakteristik demografi
rumahtangga.
Adapun model estimasi probit tersebut adalah sebagai berikut:
Konsumst, = a,0 + L r,1Lnp1 + P1 Ln(y) + a,1lnadeq_ I
+ a,-z]Jdmn + a13educ + a14daerah
+ a~burd + a~~umur + u1
41
Unlversltas Indonesia
dimana:
(3.15)
(3.16)
dimana w1 yang digunakan adalah w1 rata-rata. Elastisitas permintaan kelompok makanan terhadap total pengeluaran
makanan yang diperoleh dari model LAI AIDS di atas adalah elastisitas permintaan masing-masing kelompok makanan terhadap total pengeluaran makanan, bukan terhadap total pengeluaran rumahtangga. Untuk memperoleh besaran elastisitas permintaan masing-masing kelompok makanan terhadap total pengeluaran rumahtangga (sebagai proksi pendapatan rumahtangga), nilai elastisitas total pengeluaran makanan dari basil perhitungan dengan model LA/AIDS tersebut (pesamaan 3.12) dikalikan dengan nilai elastisitas total pengeluaran makanan terhadap total pengeluaran rumahtangga menurut status
ekonominya Elastisitas total pengeluaran makanan terhadap total pengeluaran rumahtangga (pendapatan rumahtangga) diduga dengan model logaritma tinier sebagai berikut :
{3.12)
(3.13)
(3.14)
1/t = 1 +lL. Wt
eu = -(1 +fl,) + !:!! Wj
3.3.2.4. Penghitangan Elastisitu Mengacu pada persamaan (3.1) elastisitas pendapatan/pengeluaran (17,),
_e)astisitas harga sendiri (eu) dan harga silang (eu) Marshallian (uncompensated)
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
berkorelasi dengan variabel tidak bebasnya, tetapi tidak berkorelasi dengan
variabel bebasnya
Pelanggaran terhadap asumsi homoskedastik akan menyebabkan estimasi
koefisen regresi yang dihasilkan tidak efisien. Salah satu statistik uji yang dapat
digunakan untuk menguji apakah varians dari error bersifat homoskedastik atau
tidak digunakan Breusch-Pagan Test (Gujarati, 2003). Ada beberapa cara untuk mengatasi heteroskedastisltas, salah satunya adalah dengan teknik Robust.
42
3.4 Teknik Pengolahan Data
V ariabel-variabel di dalam data Susenas Panel 2008 adalah variabel yang
tidak bisa digunakan secara langsung akan tetapi harus diolah menjadi variabel
baru yang dibutuhkan dalam fungsi permintaan. Data utama yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi dua kelompok, yaitu kelompok variabel sosial
demografi yang berasal dari data kor dan kelompok variabel yang berkaitan
dengan konsumsi rumahtangga yang berasa1 dari data modul konsumsi. Dalam
membuat variabel-variabel baru dan melakukan estimasi fungsi pennintaan,
penulis menggunakan software Stata Verst 10. Estimasi fungsi permintaan
dihitung melalui 3 tahapan. Tahap I sampai II dilakukan dengan software Stata Ver.si JO, sedangkan pada tahapan ill dilakukan dengan soflw~ Microsoft Office Excel 2007. Pertama, merupakan tahapan untuk membuat variabel sosial
demografi dengan skema diagram Gambar 3.1. Kedua, melakukan agregasi
kelompok komoditi menjadi 5 (lima) kelompok baik terhadap kuantitas maupun
pengeluaran, mengestimasi regresi deviasi log harga untuk mengatasi simultaneity bias, quality effect dan quantity premium, estimasi regresi probit untuk membuat
variabel IMR sehingga pennasalahan selectivity bias dapat teratasi dan
mengestimasi fungsi sistem permintaan LA/ AIDS dengan restriksi simetri,
homogenitas, dan adding-up menurut skema diagram Gambar 3.2. Ketiga,
Unlversltas Indonesia
TJt = elastisitas pennintaan kelompok pangan i terhadap total pengeluaran
makanan (basil analisis model LNAIDS)
ep = elastisitas total pengeluaran makanan terhadap total pengeluaran
rumahtangga (dari persamaan 3.16)
(3.17) 1/u = 1/i·ep
di mana: T/u = elastisitas permintaan kelompok pangan i terhadap pendapatan/ total
pengeluaran rumahtangga
Ym = total pengeluaran makanan rumahtangga sebulan
Yt = total pengeluaran rumahtangga sebulan
Selanjutnya elastisitas permintaan kelompok makanan tertentu terhadap
total pengeluaran rumahtangga atau elastisitas pendapatan dihitung berdasarkan rumus berikut:
43
Unl~raltas Indonesia
Gambar 3.2. Skema Diagram Pengolaban Data Tabap Il
Membuat variabel harga (unit value) rata-rata desa tiap kelompok makanan (P1)
Membuat variabel harza (unit value)
Penggabungan nilai pcngeluaran pangan meojadi 5 kclompok
Penggabungan nilai kuantiw pangan menjadi S kclompok:
-------------- ... ----.. (- Gabung Data __ ... ~ •4----' --------+------
DataModul Data Kor
Gambar 3.1. Skema Diagram Pengolahan Data Tabap I
Membuat Variabel Karaktcristik lndividu: - Logaritma Equivalcnsi RT (lnodeq) - LamasekolahKRT (elk) - Rasio anggota RT yang bckcrja (hurd) - Jenis Kelamin KRT (J_k/mn) - Tipe daerah tempat tinggal (daeroh) - Umur KRT (wnur) ·
Data KOR Individu
Skema diagram pengolahan data terlihat pada Gambar 3.1-3.3.
merupakan tahapan untuk menghitung elastisitas menurut skema diagram Gambar 3.3.
44
Unlversltas Indonesia
Gambar 3.3. Skema Diagram Pengolahan Data Tahap m
I Menghitung elastisitas permintaan pangan
Mengestimasi model LA/AIDS ke S menggunakan 4 model LA/AIDS yang memenuhi restriksi adding up
i Gambar 3.2. (Sambungan)
Mengestimasi sistan pennintaan model LA/AIDS untuk 4 kelompok pangan dengan restriksi homogenitas dan simetri
Membuat variabel total pengcluaran riil pangan (yriil)
Menghitung Indeks Barga Stone sesuai persamaan (2.18)
Membuat variabel instrumen harga lnp, dengan persamaan (3.8) dan (3.9)
Membuat variabel IMR berdasarkan prediksi regresi prob it
Mengestimasi regresi probit sesuai persamaan (3.10) dan hitung nilai probitnya
Mcngestimasi regresi log deviasi hargalunit value sesuai pc:rsamaan (3. 7) dan prcdiksi LnD1 (liiD;)
i Membuat variabel proporsi pengeluaran masing-
masing kelompok pangan (w1)
• Membuat variabel dummy konsumst,. 1 jika w,>O dan 0 jika Wf =0
~
Membuat variabel deviasi harga dalam logaritma (LnD1)
45
Unlversitas Indonesia
3.5 Definisi Operasional Dalam penelitian ini digunakan beberapa definisi operasional variabel-
variabel. Beberapa definisi tersebut antara lain:
Rumahtangga (RT) adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami
sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus dan biasanya tinggal bersama
serta makan dari satu dapur. Yang dimaksud dengan makan dari satu dapur
adalah mengurus kebutuban sehari-hari bersama menjadi satu.
Anggota Rumahtangga (ART) adalah semua orang yang biasanya bertempat
_ tjnggal di suatu RT, baik yang berada di nunah pada waktu pencacahan maupun
sementara sedang tidak ada. ART yang telah bepergian enam bulan atau lebih,
dan ART yang bepergian kurang dari enam bulan tetapi dengan tujuan
pindah/akan meninggalkan nunah enam bulan atau lebih, tidak dianggap sebagai
ART. Orang yang telah tinggal di RT enam bulan atau lebih, atau yang telah
tinggal di RT kurang dari enam bulan tetapi bemiat pindah/bertempat tinggal di
RT tersebut enam bulan atau lebih dianggap sebagai ART.
Kepala Rumahtangga (KRT) adalah seorang dari sekelompok anggota
rumahtangga yang bertanggung jawab atas keb~ sehari-hari rumahtangga, atau orang yang dianggap/ditunjuk sebagai KRT.
Pengeluann konsumsi rumahtangga sebulan adalah total nilai makanan dan bukan makanan (barang/jasa) yang diperoleh, dipakai, atau dibayarkan
nunahtangga sebulan untuk konsumsi rumahtangga, tidak termasuk untuk
keperluan usaha rumahtangga atau yang diberikan kepada pihak/orang lain.
Untuk konsumsi makanan, yang termasuk konsumsi rumahtangga ada]ah yang
benar-benar telah dikonsumsi selama referensi waktu survei (consumption approach)~ sedangkan untuk konsumsi bukan makanan konsep yang dipakai
pada umumnya adalah konsep penyerahan (delivery approach), yaitu
dibeli/diperoleh dari pihak lain, asalkan tujuannya untuk kebutuhan
rumahtangga.
Klasifikasi daerah adalah lokasi tempat tinggal rumahtangga yang
dikategorikan sebagai perkotaan atau perdesaan. Untuk menentukan apakah suatu desa/kelurahan termasuk daerah perkotaan atau perdesaan digunakan
46
Universlta• Indonesia
indikator komposit yang skor atau nilainya didasarkan pada skor atau nilai-nilai tiga buah variabel, yaitu kepadatan penduduk, persentase rumahtangga pertanian, dan akses ke fasilitas umum.
47
Universltas Indonesia 48
4.1 Konsumsi Pangan Rumahtangga Rumahtangga yang digunakan sebagai unit observasi dalam penelitian ini
adalah sebanyak 66. 724 namun · dari data observasi tersebut, ada rumahtangga
yang nilai kuantitas dan pengeluaran untuk kelompok pangan tertentu adalah 0
(nol). Penyebab dari hal ini adalah:
l!) _ rumahtangga tersebut tidak mengkonsumsi atau membeli kelompok pangan
tertentu karena preferensi atau diet (vegetarian),
b) rumahtangga tersebut tidak ingat membeli atau mengkonsumsi pangan
terse but,
c) petugas survey tidak mencatat dengan tepat data pembelian atau konsumsi
pangan tersebut,
d) periode konsumsi selama 1 (satu) minggu terlalu singkat sehingga nilai nol
dimungkinkan karena pembelian pangan yang tidak teratur. (Moeis, 2003)
Penelitian ini membagi kelompok pangan menjadi 5 (lima) kelompok
dimana kelompok 1 terdiri dari padi-padian dan umbi-umbian, kelompok 2 terdiri
dari kaeang-kacangan, kelompok 3 terdiri dari ikan, daging, telur dan susu,
kelompok 4 terdiri dari sayur dan buah serta kelompok 5 merupakan pangan lainnya. Tujuan pengelompokan tersebut untuk mengurangi rumahtangga yang
nilai kuantitas dan pengeluaran untuk kelompok pangan tertentu adalah 0 (nol)
akan tetapi hal tersebut tetap ada. Adapun besaran persentase dari rumahtangga
yang tidak mengkonsumsi kelompok pangan dari kelompok 1 sampai dengan
kelompok 5 dapat dilihat pada Gambar 4.1.
BAB4
BASIL DAN PEMBAHASAN
Unlversltas Indonesia
Gambar 4.1 memperlihatkan bahwa terjadi variasi dalam rumahtangga
yang tidak mengkonsumsi kelompok pangan. Berdasarkan gambar terlihat bahwa persentase nunahtangga yang tidak mengkonsumsi kelompok pangan 2
merupakan kelompok yang terbesar dan disusul oleh kelompok pangan 3, kelompok pangan 1 dan kelompok pangan 4 dengan persentasenya lebih sedikit. Persentase rumahtangga yang tidak mengkonsumsi kelompok pangan 2 mencapai 24,73% (16.504 rumahtangga) hal ini disebabkan kelompok kacang-kacangan sebagai sumber protein nabati memiliki macam yang sedikit Kelompok pangan 3 yakni pangan sumber protein hewani tidak dikonsumsi oleh rumahtangga sebesar 5,50% (3.673 rumahtangga). Hal ini disebabkan karena konsumsi pangan sumber protein hewani masih terbatas di Indonesia serta harganya relatif mahal sehingga mereka kesulitan memenuhi kebutuhan pada kelompok pangan ini. Sementara
Sumber: Diolab dari Susenas Panel 2008
Catatan: I = K.elompok pangan padi-padian dan umbi-umbian 2 = Kelompok pangan kacang-kacangan
3 = Kelompok pangan ikan/daging/telur/susu
4 = Kelompok pangan sayur/buah 5 = Kelompok pangan lainnya
Gambar 4.1. Persentase Rumahtangga Yang Tidak Mengkonsumsi Pangan Menurut Kelompok Pangan
4 3 5 2 1 o.oo
24.73
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
49
Unlversltas Indonesia
untuk kelompok pangan 1 serta kelompok pangan 4 tidak dikonsumsi oleh
rumahtangga sebesar 2,53% (l.689 rumahtangga) dan 2,01% (1.338 rumahtangga). Untuk kelompok pangan lainnya (kelompok pangan 5) adalah kelompok pangan dengan persentase paling kecil (mendekati 0 persen) yang tidak dikonsumsi oleh rumahtangga karena hanya 2 rurnahtangga yang tidak mengkonsumsinya atau dengan kata lain dikonsumsi oleh hampir semua
rumahtangga. Dikarenakan persentase rumahtangga yang tidak mengkonsumsi kelompok pangan Jainnya sangat sedikit hal tersebut dapat diartikan tidak terdapat masalah selectivity bias, maka untulc kelompok pangan ini tidak dilakukan regresi probit (Rita, 2008). - · Dari Tabel 4.1 tentang ringkasan statistik variabel-variabel tidak bebas yang digunakan untulc mengestimasi model di bawah terlibat bahwa rumahtangga keseluruhan mengkonsumsi kelompok ikanldapgltelur/susu (po1) den8811 rata- rata dan variasi unit value tertinggi. Rumahtangga mengkonsumsi ikan/dagingltelur/susu dengan rata-rata unit value Rp 10.956,55 per satuan dengan variasi harga Rp 9.147,97. Sedangkan kelompok pangan tennurah yang dikonsumsi rumahtangga adalah kelompok pangan lainnya (po$), yaitu seharga Rp 3.099,43 per satuan dengan variasi harga Rp 2.516,48.
Statistik yang ditampilkan dalam tabel 4.1 · meliputi nilai rata-rata dan
standar deviasi, nilai minimal dan maksimal dari masing-masing variabel. Nilai rata-rata menggambarkan keadaan karakteristik atau variabel secara rata-rata,
sedangkan standar deviasi menggambarkan variasi dari keragaman variabel. Standar deviasi unit value nilainya sangat bervariasi, hal ini menunjukan
bahwa variasi unit value pada semua kelompok pangan cukup tinggi, yang berarti bahwa adanya sifat heterogen dalam unit value. Keheterogenan ini bisa disebabkan oleh efek kualitas barang yang dibeli dan atau jumlah barang yang dibeli (Moeis, 2003). Pengaruh ini harus dihilangkan dengan melakukan estimasi deviasi dari logaritmanya yang selanjutnya diperoleh harga estimasi yang terbebas dari quality effect dan quantity premium.
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa pada rumahtangga secara umum, nilai rata-rata konsumsi kelompok pangan lebih besar dari 90o/o, kecuali konsumsi kelompok kacang-kacangan (konsumsi2) hanya mencapai 80,80%. Ini berarti
50
Unlversitas Indonesia
Sumber: Diolah dari Susenas Panel 2008
Variabel Tidak Bebas Rata-rata Standar Min Max deviasi (1) (2) (3) (4) (5)
L Harp Kelompok komoditi I Unit Value, Pt (ruplaJI)
l. Padi-padian dan Umbi-umbian CP01) 9.847,2310 12.694.7500 406.6667 383.818.4000
2. Kacang-kacangan CP02) 5.803,1540 2.987,4340 23,3333 67.213,8000
3. lkanldagin(Vtelur/susu CP03) 10.956,5500 9.147,9690 18,0000 398.196,9000
4. Sayurlbuah (p04) 3.137,1180 2.122,5990 330,0000 80.175,9000
5. Pangan lainnya CPos) 3.099,4320 2.516,4810 90,0000 307. 709, 7000
D. Mmgko11S11msl pupa, konsumsl1
1. Padi-padian dan Umbi-umbian 0/}155 0,1545 0,0000 1,0000 (konsumst.) 2. Kacang-kacangan (konsumst2) 0,8081 0,3938 0,0000 1,0000
3. Ikan/dagingltelur/susu (konsumsi3) 0,9467 0,2246 0,0000 1,0000
4. Sayur/buah (kansums4) 0.9803 0,1388 0,0000 1,0000 5. Pangan lainnya (konsumst5) 0,9999 0,0047 0,0000 1,0000
m Budget share, w1
I. Padl-padlan dan Umbi-umbian (w1) 0,2368 0,1257 0,0000 0,9495
2. Kacang-kacangan (w2) 0,0355 0,0338 0,0000 0,3805
3. lkan/dagingltelur/susu (wl) 0,1521 0,1041 0,0000 0,7904
4. Sayurlbuah (W4) 0,1277 0,0627 0,0000 0,6665
5. Pangan lainnya (w5) 0,4478 0,1613 0,0000 1,0000
Tabel 4.1. Ringkasan Statistik Variabel-Variabel Tidak Bebas Yang
Digunakan Untuk Mengestimasi Model
bahwa lebih dari 90% rumahtangga mengkonsumsi hampir semua kelompok
pangan. Kelompok pangan lainnya (konsumsis) merupakan komoditi paling
banyak dikonsumsi rumahtangga, bahkan hampir mencapai I 00% yaitu sebesar
99,99%. Komoditas sayur/buah ternyata dikonsumsi oleh 98,03 % dan kemudian
baru diikuti oleh kelompok padi-padian dan urnbi-umbian sebesar 97,55 % dan
berikutnya kelompok ikan/daging/telur/susu sebagai pangan sumber protein
hewani sebesar 94,67 %. Berdasarkan angka tersebut maka angka rumahtangga
indonesia yang mengkonsumsi makanan sumber protein hewani ternyata sudah
cukup besar lebih diatas konswnsi kacang-kacaagan yang merupakan bahan
pangan sumber protein nabati.
51
Unlversitas Indonesia
Dikarenakan penelitian ini menggunakan suatu model permintaan untuk
menpnalisis pengeluaran panpn maka sebagai pengganti variabel total
pengeluaran nunahtangga digunakan variabel total pengeluaran pangan.
Penggunaan variabel total pengeluaran pangan ini diperlukan karena berfungsi
sebagai kontrol terhadap adanya quantity premium dan quality effect dalam unit
valae (Moeis, 2003).
Porsi pengeluaran pangan menggambarkan porsi pengeluaran untuk
konsumsi kelompok pangan tertentu terhadap keseluruhan pengeluaran pangan
rumahtangga. Tabel 4.1 rnenunjukkan rata-rata proporsi pengeluaran (budget
share) pangan rurnahtangga. Proporsi konsumsi kelompok pangan rumahtangga
terbesar terjadi pada kelornpok pangan lainnya (wj), yaitu sebesar 44,78%.
Kernudian baru padi-padian dan urnbi-urnbian sebesar 23,68%. Porsi terendah
temyata pada kelompok kaeang-kacangan sebesar 3,55%. Untuk pangan surnber
protein hewani angka yang didapat adalah 15,21 %
Angka porsi pengeluaran pangan yang didapat ini sejalan dengan penelitian
dahulu seperti penelitian yang dilaksanakan oleh Ariningsih (2004) yang
mendapatlain angka 14,54% untuk pangan surnber protein hewani dan 4,90 % untuk 1cacang-kacangan. Ariningsih memasukkan padi-padian (serealia) dengan
porsi pengeluaran sebesar 25,98 % ke dalam pangan sumber protein nabati sehingga temuannya adalah porsi protein hewani sebesar 14,54 % clan protein
nabati sebesar 30~88 % sehingga total porsi untuk protein adalah 45~42%.
Dalam penelitian ini seperti dalam tabel 4.1 maka temuan yang didapat
untuk protein hewani adalah 15,21 % dan protein nabati dengan penggabungan
serealia adalah 27,23 % sehingga menghasilkan porsi untuk protein sebesar 42, 44
%.
52
Unlversitas Indonesia
Adapun rata-rata total pengeluaran pangan setiap rumahtangga adalah
mencapai Rp 750. 749 per bulan dengan pengeluaran minimal sebesar Rp 36.685
dan pengeluaran maksimal Rp 8.945.400.
V ariabel lain yang diduga mempengaruhi pennintaan pangan rumahtangga
adalah equivalensi rumahtangga dengan nilai rata-rata 3,28, rasio anggota
rumahtangga yang bekerja (burd) dengan nilai rata-rata 0,51, lama sekolah kepala
rumahtangga (educ) dengan rata-rata belajar selama 6,90 tahun yang bearti sedildt
diatas lulusan sekolah dasar dengan nilai minimal 0 tahun atau tidak pemah
bersekolah dan nilai maksimal adalah 23 tahun. Secara rata-rata usia kepala rumah
(umur) adalah 46,75 tahun dengan usia kepala rumahtangga termuda 12 tahun dan tertua 98 tahun. Dalam penelitian inijenis kelamin kepala rumahtangga (J_ldmn)
dan tipe daerah (daerah) diduga mempengaruhi cara rumahtangga
mengalokasikan pengeluarannya (membelanjakan pendapatannya) dimana kode 1
adalah untuk rumah tangga dengan kepala rumahtangga laki-laki dan 0 untuk
rumahtangga yang dikepalai oleh perempuan dan kode 1 untuk rumah tangga di
daerah perkotaan dan 0 untuk rumahtangga di perdesaan
Dari tabel 4.1 dapat kita lihat bahwa rumahtangga yang disurvei 85 % dikepalai oleh laki-laki dan 15 % dikepalai oleh perempuan. Sementara untuk tipe
Sumber: Diolah dari Susenas Panel 2008
Varlabel Bebas Rata-rata Standar Mln Max deviasi (1) rn (3) (4) (5)
I. Variabel Kontinyu 1. Total pengeluaran pangan, y (R?'bulan) 750.749 466.905 36.685 8.945.400 2. Equivalensi RT, adeq 3,28 1,38 o,s 17 3. ART yang bekerja, burd O,Sl 0,27 0 I 4. Lama sekolah kepala rumahtangga,educ 6,90 4,6S 0 23 (tabun)
5. Umur kepala rumahtangga, umur (tabun) 46,75 14,16 12 98
0. Variabel Dummy --6~· Jenis kelamin kepala rumahtanB88? 0,85 0,34 0 J J klmn 7. Tipe daerah, daer!Jh 0,42 0,49 0 1
Deskripsi Variabel-Variabel Bebas Yang Digunakan
Untuk Mengestimasi Model
Tabet 4.2.
53
Unlversltas Indonesia
Berdasarkan Tabet 4.3 dapat dilihat bahwa variabel bebas sosial demografi
pada rumahtangga secara keseluruhan cukup banyak yang signifikan dalam
menjelaskan variabel deviasi log harga.
4.2.1 Quality Effect, Quantity Premium dan Simultaneity Blas
Agar dapat dihindari terjadinya simultaneity bias dan untuk dapat
mengoreksi harga-harga dari quality effect dan quantity premium, maka
dipergunakan variabel instrumen harga. V ariabel ini dihasilkan dengan
mengoreksi unit value dari quality effect dan quantity premium. Unit value,
dikoreksi dengan estimasi deviasi harga yang diperoleh dari basil regresi
persamaan (3.7). Estimasi regresi deviasi harga yang memenuhi asumsi dasar
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Variabel pengeluaran pangan sebulan rumahtangga (/ny) keseluruhan
semuanya signifikan pada level 1 % dan bertanda positif. Tanda positif berarti
bahwa semakin besar pendapatan rumahtangga maka rumahtangga tersebut akan
mengkonsumsi kelompok pangan tersebut dengan kualitas yang lebih tinggi atau
dengan unit value yang lebih mahal.
4.2 Permasalahan Estimasi Model dan Solusinya
Sebelum dilakukan estimasi sistem permintaan (demand system) LA/AIDS,
maka sebelumnya perlu dilakukan beberapa perlakuan (treatment) untuk
mengatasi berbagai permasalahan estimasi model, seperti: quality effect, quantity
premium, simultaneil)' bias, selectivity bias dan pelanggaran asumsi dasar. Pengujian asumsi dasar dilakukan pada model regresi deviasi log harga dan model utama LA/AIDS.
daerah, 42% rumahtangga tinggal di daerah perkotaan sedangkan 58 % tinggal di
daerah perdesaan.
54
Unlversltas Indonesia
Variabel logaritma equivaJensi rumahtangga (lnadeq) semuanya bertanda
negatif dan semuanya signi:fikan pada ci= I o/o, yaitu terhadap deviasi log barga semua kelompok pangan. Tanda negatif dari koefisien variabel tersebut
mengandung makna bahwa semakin tinggi jumlah anggota rumabtangga yang
ditunjukkan dengan jumlah equivalensi RT maka rumahtangga tersebut alcan men_gkonswnsi pangan dengan barga yang lebih murah. Diduga ha1 ini disebab.kan
karena semakin besar ukuran keluatga maka kuantitas pangan yang harus dibeli
semakin banyak jumlahnya.
Variabel jenis kelamin kepala rumahtangga signi:fikan pada sebagian besar
kelompok pangan dengan kisaran a= 1-10% dan memiliki koefisien yang negatif.
Tanda negatif dari koefisien variabel ini mengandung makna bahwa deviasi harp pada rumahtangga yang dikepalai oleh laki-laki lebih kecil dari rumahtangga yang
dikepalai oleh perempuan. Rumahtangga yang dikepalai oleh perempuan
mengkonsumsi pangan dengan variasi harga yang lebih banyak dibanding
Sumber: Diolah Dari Susenas Panel 2008 Keterangan: tingkat signifikansi •••: 1%, ••: 5,.,., •: 10% Catatan:
LnD1 = Logaritma deviasi harga kelompok pangan padi-pedian dan umbi-umbian
LnDi = Logaritma deviasi harga kelompok pangan kacang-kacangan
Lnl>J = Logaritma deviasi harga kelompok pangan ikan/daging/telm/susu LnD4 = Logaritma deviasi harga kelompok pangan sayur/buah
LnDs = Logaritma deviasi barga kelompok pangan lainnya
Variabel V ariabel Tidak Bebas Be bas LnD2 LnDs LnD4 ' LnD1 LnDs (/) (2) (3) (4) (5) (6)
lny 0,16792••• 0,04728••• 0,36621••• 0,16967••• 0,03592•••
lnadeq -0~07568••• -0,03879••• H),58162••• -0,26908••• -0,07924* ..
J_klmn -0,01625* 0.00220 '-0,02222•• -0,012ss•• -0,01299•••
educ 0,00441••• -0,00102• 0,01323* .. 0,00540••• 0,00554•••
daerah -0,08064••• -0,02091*•• -0,10038••• -0,08428••• -0,03209•••
Qfilllf 0,00040* 0100054••• 0,00318••• 0,00109*** 0.00200•••
Constant -2,37589••• -0,66986* .. -4,55739*** -2,06723••• -0,53697•••
~dj.R-squared 0,04244 0,00813 0,10284 0,05961 0,00977
F-Statistics 481,4204••• 69,62321••• 12os,ss1••• 691,7560* .. 110,6831*••
Tabel 4.3 Estimasi Regresi Deviasi Harga Menurut Rumahtangga
55
Unlversitas Indonesia
rumahtangga yang dikepalai oleh laki-laki. Diduga hal ini dikarenakan kemampuan menawar harga yang lebih atau penghasilan kepala rumahtangga perempuan Jebih sedikit dibanding kepala rumahtangga laki-laki sehingga akan
melakukan penghematan dengan mengkonsumsi pangan dengan harga yang lebih murah. V ariabel jenis kelamin kepala rumahtangga tidak signifikan terhadap deviasi log harga kacang-kacangan. Hal ini berarti bahwa rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki dan perempuan mengkonsumsi kacang-kacangan dengan harga yang relatif sama.
V ariabel lama sekolah kepala rumahtangga bertanda positif dan signifikan pada a= I% pada kelompok pangan padi-padian dan umbi-umbian, kelompok pangan ikan/dagingltelur/susu, kelompok pangan buah/sayur dan kelompok pangan lainnya. Tanda positif mcngandung makna bahwa semakin tinggi
pendidikan seorang kepala rumahtangp maka rumabtangp tersebut akan
mengkonsumsi kelompok-kclompok pangan tersebut dcngan kualitas yang lcbih tinsgi atau dengan unit value yang lebih mahal. Diduga hal tersebut karena
semakin tinggi pendidikan kepala rumahtangga, pengetahuan akan pentingnya kebutuhan nutrisi tubuh dalam bentuk karbohidrat, protein, vitamin, lemak semakin meningkat Untuk deviasi log harga kacang-kacangan (/nD1) yang
signifikan pada a= 1 % akan tetapi dengan koeflsien negatif diduga hat tersebut karena semakin tinggi pendidi.kan kepala rumahtangga maka konsumsi kelompok kacang-kacengan diusahakan mendapatkan harga yang lebih rendah agar dapat digunakan untulc meningkatkan kualitas kclompok pangan lain.
Variabel tipe daerah (daerah) semuanya signifikan dan bertanda negatif. V ariabel tipe dacrah pada nunahtangga keseluruhan semuanya signifikan pada a= 1 %. · Tanda negatif berarti bahwa baik rumahtangga di perdesaan cenderung mengkonsumsi kelompok pangan dengan unit value yang lebih murah, Hal ini kemungkinan disebabkan karena banyaknya altematif pangan yang dijual
sehingga dapat diperolehnya pilihan harga pangan yang lebih murah. Variabel umur kepala rumahtangga (umur) semuanya signifikan dan
bertanda positif. Variabel umur kepala rumahtangga signifikan pada a= 1% kecuali pada kelompok 1 yang signifikan pada a= 10 %. Tanda positif berarti
56
Unlversltas lndon•la
4.2.2 Selectivity Bias Estimasi sistem permintaan (demand system) dengan Model LA/AIDS
(persamaan 3.1) menggunakan observasi rumahtangga yang nilai proporsi pengeluarannya (budget share) tidak nol. Artinya observasi yang digunakan untuk estimasi model hanya rumahtangga yang mengkonsumsi kelompok pangan tersebut Tidak dimasukkannya rumahtangga yang tidak mengkonsumsi akan menyebabkan bias (selectivity bias) sehingga harus dikoreksi dengan memasukkan variabel Invers Mill's Ratio (JMR) dalam model LA/AIDS.
Pada penelitian ini IMR hanya dihitung pada 4 ( empat) kelompok pangan yakni kelompok pangan padippadian dan umbi-umbian, kelompok pangan kacang-kacangan, kelompok pangan ikan/dagingltelur/susu dan kelompok panpn sayur/buah, sedangkan IMR pada kelompok pangan lainnya tidak dihitung karena hanya sedikit rumahtangga yang tidak mengkonsumslnya,
bahwa semakin bertambah usia kepala rumahtangga rnaka cenderung
mengkonsumsi kelompok pangan dengan unit value yang lebih murah. Secara uji parsial (uji t) ada beberapa variabel bebas yang tidak signifikan,
tetapi secara overall test (uji F) menunjukan bahwa model signifikan pada level 1
persen. Dilihat dari nilai adjusted R-square (koefisien detenninasi), rumahtangga
keseluruhan memiliki adjusted R-square antara 0,81% untuk kelornpok kacang- kacangan dan I 0,28% untuk kelompok ikan/daging/telur/susu. Rendahnya
koefisien detenninasi ini disebabkan karcna data yang digunakan adalah data cross-sectional sehingga memiliki keragaman sangat tinggi (Gujarati, 2003).
Nilai estimasi deviasi harga yang diperoleh dari regresi ini (lnD,) digunakan
"Ylitiik men&hasilkan esdmasi variiibel instrumen ~a/harga (Tnp, ) pada semw kelompok pangan. V ariabel instrumen harga tersebut merupakan variabel bebas untuk mengestimasi regresi probit (untuk menghasilkan variabel IMR) dan estimasi sistem pennintaan.
57
Unlveraltas lndonnla
. Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa IMR dihitung dengan
prosedur Two Step Heckman. Pada tahap pertama prosedur ini, peneliti melakukan
estimasi peluang mengkonsumsi dengan model probit, Pada tahap kedua
menghitung nilai IMR berdasarkan esitmasi nilai probit. Hal yang menarik dan bennanfaat untuk dianalisis dari estimasi regresi probit adalah perubahan peluang
mengkonsumsi (marginal effect) suatu kelompok pangan akibat perubahan dari
Cl1ldlD: 1. Konsumsil • konswnsi lcelompolt pmigan 1 ~ dan umbi-umbian) 2. Koqsumsi2 • lronsumsi kelompot IJlllPll 2 (laang-bcaogaa) 3. Konsumsi3 • konswnsi kclompolc pmigan 3 (ibn/dagingltelur/susu) ~· Komumsi4 .. konswmi kolompok pmigan 4 (sayurlbuah)
Sumbcr: Diolah Dari Suscnas Panel 2008 Keterangan: tingk:at signifibnsi •••: 1 %, ••: 5%, •: 10%
Variabel Vanabel Tidak Bebas
Be bas Konsumsu, Konsumsiv Konsumsic Konsumsi4
(1) (1) (3) (4) (5)
PredlnpOl ..(),0021262* .. 0,0$66206••• -0,0001297 - 0,0010236•••
Predlnp02 ..(),0002852 ..(),1110928*** 0,0019414 ..(),0011091 **
~3 -0,0008055••• -0,0221553••• ..(),0222551 ••• ..(),0019238•••
Prcdlnp04 ..(),0007463••• ..(),1047169••• 0,0008541 ..(),0014178•••
Predlnp05 ..(),0032639••• ..(),0538795••• ..(),0188905••• ..(),0041376•••
lny ..(),0008855••• 0,0683189••• 0,0330704••• 0,0011039•••
1nadeq 0,0099976••• 0,0136499 ..(),0128379••. 0,011939•••
J-klmn ..(),0010953*** 0,0072907 - 0,0093591 ••• -0,0031821•••
educ 0,0000075 0,0021396*** 0,0004668••• 0,0000805*
daerah ..(),0016229••• 0,0979156*** ..(),0056387*** ..(),0048388***
bunt ..(),000033 0,0174204** -0,0006836 0,0004795
umur 0,0000145** 0,0021576••• 0,0003223••• 0,000035•••
LR_Chi- 7808,9852*** 5338,1699··· 7306,0872*** 4481,0538*** sauared Pseudo_R- 0,502 0,076 0,269 0,345 Squared
Tabet 4.4 Perubahan Peluang Mengkonsumsi Kelompok Pangan
(Marginal Effect)
58
Unlversltas Indonesia
variabel-variabel bebasnya. Perubahan peluang mengkonsumsi basil regresi probit seperti terlihat pada Tabel 4.4.
Nilai Pseudo R-square digunakan untuk menggambarkan seberapa besar pengaruh variabel bebas dapat menerangkan keragaman variabel tidak bebas. Berdasarkan Tabet 4.4 terlihat bahwa nilai Pseudo Rssquare untuk model rumahtangga keseluruhan berkisar antara 7, 790.4 untuk kelompok Kacang- kacangan (konsumsi2) dan 50,50% untuk kelompok Padi-padian dan Umbi-
umbian (konsumsi1). Selain nilai Pseudo R-square ditunjukkan pula bahwa nilai likelihood chi-square semuanya signifikan pada level 1 o/o, artinya model secara keseluruhan sesuai untuk menerangkan peluang rumahtangga untuk mengkonsumsi kelompok pangan.
Variabel - variabel barga, baik variabel harga sendiri maupun harga silang sebagian besar signifikan pada cl=l-5%. Koefisien variabel harga sendiri semuanya bertanda negatif dan hampir semuanya signifikan pada level 1 %. Tanda negatif ini mempunyai pengertian bahwa jika harga pangan meningkat maka peluang rumahtangga untuk mengkonsumsi .pangan tersebut akan menunm. Misalkan nilai marginal effect harga sendiri dari padi-padian dan umbi-umbian (precllnpOJ) pada rumahtangga keseluruhan sebesar -0,0021399, artinya bahwa jika harga padi-padian dan umbi-umbian meningkat sebesar 1 % maka perubahan peluang rumahtangga untuk mengkonsumsi padi-padian dan umbi-umbian akan turun sebesar 0?0021399.
Marginal effect harga padi-padian dan umbi-umbian (precllnpOJ) tidak signiftkan pada kelompok 3 berarti dimungkinkan konsumsi makanan sumber
protein hewani tidak dipengaruhi oleh perubahan harga kelompok padi-padian dan umbi-umbian.
Untuk nilai marginal effect harga sendiri dari kelompok 3 sebagai pangan sumber protein hewani (precllnp03) adalah sebesar -0102207551 artinya bahwajika harga kelompok pangan sumber protein hewani meningkat sebesar 1 % maka perubahan peluang rumahtangga untuk mengkonsumsi kelompok pangan tersebut akan turun sebesar 0,0220755.
Berbeda dengan variabel harga sendiri, variabel harga silang memiliki tanda yang beraneka ragam walaupun sebagian besar signifikan. Untuk variabel harga
59
Unlversitas Indonesia
silang adalah secara absolut nilai koefisien variabel harga kelompok pangan somber protein hewani (predlnp03) lebih kecil dari harga sendiri kecuali untuk kelompok 2 yang nilainya Iebih besar dan signifikan pada ci= 1 %.
Dilihat dari uji secara parsial (nilai z) menunjukkan bahwa, variabel pengeluaran rumahtangga semuanya signifikan pada a= 1 % dan bertanda positif. Hal ini berarti bahwa pendapatan (diproksi dari total pengeluaran) mempengaruhi keputusan rumahtangga dalam menentukan pilihannya (peluang) untuk mengkonsumsi suatu pangan. Semakin besar pendapatan mereka maka semakin besar pula peluangnya untuk mengkonsumsi pangan tersebut.
Variabel sosial demografi sebagian besar signifikan pada cl= 1-5%. Ini menunjukkan bahwa variabel sosial demografi tersebut cukup mampu untuk menjelaskan peluang mengkonsumsi pangan rumahtangga. V ariabel logaritma
equivalensi rumahtangga (lnadeq) tidak sipifikan untuk kelompok panpn 2 akan tetapi untuk kelompok yang lain signifikan pada cl= I %. Tanda positif terhadap kelompok pangan 1 dan kelompok pangan 3 artinya perubahan peluang meningkat seiring peningkatan julan equivalensi rumahtangga akan tetapi pada konsumsi pangan somber protein hewani peluang menurun seiring menigkatnya jumlah equivalensi rumahtangga, Demikian pula dengan variabel jenis kelamin kepala rumahtangga yang tidak signifikan untuk kelompok 2 akan tetapi untuk kelompok pangan lain semua signifikan pada cl= 1 % dan bertanda negatif artinya pelqang mengkonsumsi panpn rumahtangga yang dikepalai seorang perempuan lebih besar daripada yang dikepalai seorang laki-laki.
Selanjutnya variabel lama sekolah (educ) kepala rumahtangga signifikan pada ci= 1 % kecuali untuk kelompok pangan 1 dan semuanya bertanda positif. Arfinya bahwa bagi rumahtangga keseluruhan semakin tinggi tingkat pendidikan seorang kepala rumahtangga maka pada umumnya mereka akan meningkatkan kesempatannya untuk mengkonsumsi pangan. Untuk variabel daerah semua signiftkan pada ci= I% dan dari semua nilai yang signifikan bertanda negatif untuk kelompok pangan 2 dan positif untuk kelompok yang lain.
Variabel anggota rumahtangga yang bekerja (burd) tidak signifikan untuk
semua kelompok sedang untuk variabel sosial demografi umur kepala rumahtangga (umur) semuanya signifikan pada ci=1% terhadap peluang
60
Unlversitas Indonesia
A. Koefisien Determinasi dan Kesesuaian Model Koefisien determinasi (R2) merupakan suatu ukuran untuk menerangkan
persentase variasi variabel tidak bebas yang mampu dijelaskan oleh variabel bebas (Gujarati, 2003). Biasanya koefisien detenninasi yang digunakan untuk keperluan analisis adalah Adjusted R2, sedangkan untuk menguji kesesuaian model secara keseluruhan digunakan Uji F.
Dalam penelitian ini model LN AIDS dengan ketiga restriksi yang diestimasi dengan OLS tidak menghasilkan Adjusted R2, maka dalam yang digunakan adalah nilai koefisien determinasi dari model LAI AIDS tanpa restriksi. Dari basil estimasi model diperoleh bahwa nilai Adjusted R2 bemilai antara 11,47% untuk proporsi pengeluaran kelompok 2 (w2) dan 52,270/o untuk proporsi pengeluaran kelompok 1 (w1). Nilai tersebut mengandung makna bahwa variabel
harga-harga, total pengeluaran pangan, clan sosial demografi mampu menerangkan
keragaman proporsi pengeluaran (budget share) kelompok pangan I yang dikonsumsi rumahtangga keseluruhan sebesar 5~,27% clan sisanya
4.3 Estimasi Sistem Permintaan (Demand System)
Dalam penelltian lnl selaln dllakukan perlakuan (treatment) untuk mengatasi pennasalahan quality effect. quantity premium, simultaneity bias, selectivity bias dan pelanggaran asumsl dasar juga dilakukan restriksl adding-up, homogenitas dan simetri terhadap sistem permintaan. Restriksi ini dilakukan agar fungsi pennintaan tersebut sesuai dengan teori pennintaan. Restriksi homogenitas ~ simetri dilakukan dengan Software Stata V ersi 10, sedangkan restriksi adding-up pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengeluarkan satu persamaan yang terakhir (kelompok pangan Iainnya) dari sistem. Semua variabel yang terdapat pada keempat persamaan menjadi variabel pada persamaan yang terakhir (kelima), kecuali variabel IMR (tidak ada selectivity bias). Basil estimasi model sistem permintaan LAI AIDS dengan restriksi-restriksi clan terbebas dari permasalahan-pennasalahan tersebut seperti terlihat pada Tabel 4.5.
mengkonsumsi kelompok pangan dan bertanda positif artinya semakin tinggi usia kepala rumahtangga semakin besar pula peluang mengkonsumsi kelompok pangan.
61
Unlversltaa Indonesia
B. Estimasi Parameter Inven MUl'a Ratio (IMR)
Penggunaan IMR model fungsi permintaan LA/AIDS memiliki tujuan untuk menghilangkan efek selectivity bias pada suatu variabel bebas. Untuk mengetahui ada tidaknya selectivity bias maka IMR dimasukkan sebagai salah satu variabel bebas dalam model. Jika basil uji koefisien IMR signifikan, maka dapat diketahui adanya dalam pemilihan sampel terdapat selectivity bias.
dijelaskan/dipengaruhi oleh faktor lain di luar model. Sedangkan yang tertendah untuk kelompok 2 , berarti proporsi pengeluaran kacang-kacangan hanya mampu dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya sebesar 11,47%. Untuk kelompok pangan 3, proporsi pengeluaran mampu dijelskan oleh variabel-variabel bebasnya sebesar 29, 70%.
Walaupun variabel-varibel bebas tersebut pada umumnya hanya mampu
menerangkan keragaman proporsi pengeluaran pangan kurang dari 60o/~ tetapi basil Uji F menunjukkan bahwa semua model signifikan semua pada level 1 %. Demikian pula dengan basil uji statistik secara parsial (Uji t) menunjukkan bahwa sebagian besar estimasi parametemya signifikan pada level 1-100/o. Sehingga seeara keseluruhan dapat dikatakan model yang diperoleh cukup sesuai dan model juga teJab memenuhi restriksi fungsi permintaan yang disyaratkan, yaitu adding-
up, homogenitas dan simetri.
62
Unlveraltas Indonesia
Tabet 4.5 menunjukkan bahwa semua IMR signifikan pada level 1 %. Hal ini menunjukkan bahwa pada semua kelompok pangan terjadi selectivity bias
CalBlm1: wt • proporsi pcngeluaran kelompot panpn 1 w2 .. proporsi pcn,eluaran kelompot pengan 2 w3 = proporsi pe!llCluaran ke1ompok. pangan 3 w4 - proponi )lCllFluaran kelompok pangm 4
Sumbcr: Diolah Dlri Susenas Panel 2008 Ket.etulgan: -tingkatsignifibnsi •••: 1%, .. : 5%, •: 10%,
- # : berdasarkan estimasi tanpa rcstriksi - ## : simetri
Variabel bebas Variabel Tidak bebas
Wi W2 W3 W4
(J) (2) (3) (4) (5)
prcdlnpOl 0,00192*** IHI IHI IHI predlnp02 0.03267••• -0.00211••• ## ## jJrCdtnp03 -0,02162*** -0,00277*** 0,05794*** ## predlnp04 -0,00130 -0.02921••• -0.00254••• 0.04779••• predlnpOS -0,01167*** 0.00142*** -0.03101*** -0.01474***
lnyrii) -0,09124••• 0.00760••• -0,02929* .. -0.01815•••
1nadea 0,18826H* 0,00116* 0,03111*** 0,00S41***
J k1mn 0,00530••• -0.00201••• -0,00762··· -0,00278•••
eduo -0,00519*** -0,00095*** 0,0060S*** 0,00067***
daerah -0.06115••• 0,01848••• 0,00150 -0,01640•••
UDlUI' -0,00108*** 0.00016*** 0.00018*** IMR(l,2,3,4) -0,10121••• 0,13361··· -0,12561 ••• -0.08214••• Co~ 0,57346• .. -0,07421••• 0,19081••• 0.23500••• F-statistlc 4264.227••• 2945,167••• 1139.341 ·~· 1882,998••• A<ti R-squared # O.S227 0.1147 0,2970 0.1996 RMSE 0,0870 0,0307 0,0893 0,0573
Tabet 4.5. Estimasi Parameter Sistem Pennintaan Kelompok Pangan Menurut Rumahtangga Dengan Restriksi Homogenitas,
Simetris dan Adding-up
63
Unlvensltas Indonesia
C. Pengaruh Barga Pangan terhadap Pengeluarao Kelompok Pangan Arab hubungan variabel harga dengan proporsi pengeluaran pangan bisa
positif maupun neptif. Tanda positif berarti bahwa perubahan harga akan mengakibatkan perubahan proporsi pengeluaran kelompok pangan ke arah yang sama artinya jika harga kelompok pangan naik maka proporsi pengeluaran k~l~pok pangan tersebut juga naik, sedangkan tanda negatif menunjukkan arah
perubahan proporsi pengeluaran pangan yang berlawanan artinya kenaikan harga kelompok pangan akan menurunkan proporsi pengeluaran kelompok pangan
tersebut. Perbedaan dan persamaan arah ini dapat terjadi karena proporsi pengeluaran merupakan rasio antara jumlah rupiah yang dikeluarlcan untuk konsumsi kelompok pangan tertentu dengan total rupiah pengeluaran makanan, sedangkan jumlah rupiah untuk pengeluaran kelompok pangan tertentu merupakan perkalian antara harga kelompok pangan dengan jumlah yang dikonsumsi. Jika kenaikan harga lebih besar dari penurunan jumlah yang dikonsumsi maka proporsi pengeluaran kelompok pangan i akan meningkat (positif), sebaliknya jika kenaikan harga lebih kecil dari penurunan jumlah yang dikonsumsi maka proporsi akan menurun (negatif),
Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat bahwa semua variabel harga-harga berpengamh signiflkaD pada pada a = 1 % kecuali variabel harga buah sayur (pn:dlnp04) yang tid& signifikan untuk menjelaskan proporsi pengeluaran pangan kelompok pangan 1 . Hal yang menarik adalah estimasi parameter harga sendiri semuanya signifikan pada a = 1 %. Selain itu hampir semua estimasi parameter harga bertanda positif kecuali nilai koefisien harga kelompok kacang-kacangan yang bertanda negatif. Artinya bahwa dibandingkan dengan harga-harga pangan lain, harga kacang-kacangan mempunyai pengaruh terbesar terhadap proporsi pengeluaran pangan dan jika harga pangan tersebut meningkat maka pada umumnya akan menurunkan proporsi pengeluaran pangan tersebut. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pada umumnya rumahtangga akan merespon kenaikan
sehingga variabel IMR dapat ditambahkan sebagai variabel bebas dalam model utama LNAIDS. Variabel bebas IMR tersebut berfungsi untuk mewakili
kelompok rumahtangga yang tidak mengkonsumsi kelompok pangan yang ada sehingga model terhindar dari selectivity bias.
64
Unlversltas Indonesia
Q.. ])ampak Pendapatan terhadap Proponi Pengeluaran Pangan Selain variabel harga-harga, faktor utama yang mempengaruhi pennintaan
suatu barang adalah pendapatan. Dalam penelitian ini pendapatan pendapatan
diproksi dengan total pengeluaran rumahtangga. Karena fungsi pennintaan yang
dianalisis adalah fungsi permintaan pangan, maka total pengeluaran yang
digunakan adalah total pengeluaran pangan rumahtangga. Total pengeluaran
pangan dalam fungsi pennintaan ini ada1ah total pengeluaran pangan riil, yaitu
total pengeluaran pangan yang dideflasi dengan lndeks Harga Stone.
Variabel pengeluaran riil pangan (lnyriil) scmuanya berpengaruh signifikan
pada ci=l% clan dari semua yang signifikan semuanya berhubungan negatif
terhadap proporsi pengeluaran pangan rumahtangga, kecuali terhadap kelompok
kacang-kacangan (w2) yang berhubungan positif. Hal ini berarti bahwa jika total
pengeluaran rill pangan rumahtangga meningkat, maka proporsi pengeluaran
kelompok pangan tersebut akan menurun. Kondisi ini sesuai dengan Teori
Agr.egasi Engel yang menyatakan bahwa jika pendapatan meningkat maka akan
dialokasikan secara proporsional pada seluruh komoditas yang dikonsumsi
(Nicholson, 2006).
Satu hal yang menarik bahwa nilai absolut koefisien pendapatan riil terhadap proporsi pengeluaran ikan/daging/telur/susu pada rumahtangga
memiliki nilai terbesar kedua setelah padi-padian clan umbi-umbian, yaitu sebesar
-0,02984 artinya bahwa jika pendapatan riil rumahtangga meningkat I%, maka
proporsi pengeluaran ikan/daging/telur/susu rumahtangga akan menurun sebesar
0,02984 persen
harga suatu pangan dengan menurunkan konsumsi pangan tersebut, tetapi
penurunan konsumsinya lebih sedikit daripada kenaikan harganya. Dari tabel
tersebut juga menunjukkan bahwa estimasi parameter harga silang kelompok
ikan/daging/telur/susu (predlnp03) pada rumahtangga semuanya bertanda negatif,
yang berarti bahwa jika harga ikan/daging!telur/susu naik maka rumahtangga
akan meresponnya dengan mengurangi proporsi pengeluaran pangan selain
ikan/dapg/telur/susu. Untuk melihat pengaruh harga, baik harga kelompok
pangan maupun harga silang terhadap jumlah pangan yang diminta akan dibahas
pada bagian elastisitas harga
65
Unlvensltas Indonesia
E. Dampak Karakteristik Sosial Demografi terhadap Proporsi Pengeluaran
Pangan V ariabel-variabel sosial demografi yang digunakan pada model LN AJDS
penelitian ini adalah logaritma equivalensi rumahtangga (/nadeq), jenis kelamin kepala rumahtangga (J_lclmn), lama sekolah kepala rumahtangga (educ) dan tipe
daerah (daerah) dan umur kepala rumahtangga (umur). Pada rumahtangga secara keseluruhan hampir semuanya signifikan pada level I% dan I Oo/~ kecuali equivalensi rumahtangga terhadap proporsi pengeluaran kelompok pangan 2 (w2)
tidak signifikan. Variabel logaritma equivalensi rumahtangga (/nadeq) semuanya signifikan
deagan a=1% terhadap semua proporsi pengeluaran kelompok pangan kecuali pada kelompok pangan 2 yang signifikan pada a= 100/0 dengan arah hubungan positif. Semakin besar skala ekonomi rumahtangga dengan semakin besamya equivalensi nunahtangga maka proporsi pengeluaran pangannya semakin besar pula. Dari tabel 4.5 bahwa koefisien konsumsi kelompok pangan 3 adalah 0.0311 yang berarti setiap kenaikan logaritma equiva]ensi rumahtangga (/nadeq) sebesar 1 % akan meningkatkan proporsi pengeluaran kelompok pangan 3 sebesar 3, 11 %.
Variabel jenis kelamin kepala nnnahtangga (J_/dmn) signifikan terhadap proporsi pengeluaran semua kelompok pangan dengan tanda negatif, kecuali terhadap kelompok pangan 1 yang bertanda positif. Karena variabel jenis kelamin kepala nunahtangga merupakan variabel dummy? maka tanda tersebut mengandung pengertian bahwa nunahtangga dengan kepala rumahtangga laki-laki proporsi pengeluaran konsumsi kelompok pangan I lebih banyak daripada rumahtangga dengan kepala rumahtangga perempuan, sedangkan proporsinya terliadap kelompok pangan 2, kelompok pangan 3 dan kelompok pangan 4 justru lebih sedikit. Jadi patut diduga bahwa ada peran perempuan yang lebih dalam penentuan konsumsi kelompok pangan selain padi-padian dan umbi-umbian. Dari tabel 4.5 bahwa koefisien konsumsi kelompok pangan 3 adalah -0.00762 yang berarti pada rumahtangga dengan kepala rumahtangga laki-laki, proporsi pengeluaran kelompok pangan 3 sebesar 0, 76% lebih rendah dibandingkan dengan rumahtangga dengan kepala rumahtangga perempuan.
66
Unlversltaa Indonesia
Variabel lama sekolah kepala rumahtangga (educ) berpengaruh signifikan
pada a= 1 % pada semua kelompok pangan. Pada konsumsi kelompok pangan 3
dan kelompok pangan 4 hubungannya positif. Hal ini berarti bahwa semakin
tinggi pendidikan seorang kepala rumahtangga, maka mereka akan memutuskan
untuk lebih memilih menaikkan proporsi pengeluaran pangan dengan kadar ~izi
yang lebih berkualitas berupa ikan/daging/telur/susu sebagai sumber protein dan
sayur/buah sebagai sumber vitamin sedangkan pada padi-padian dan umbi-umbian
serta kacang-kacangan proporsinya semakin rendah. Peningkatan kualitas gizi
pada kepala rumahtangga yang tingkat pendidikannya semakin tinggi tersebut
karena pemahaman pentingnya konsumsi pangan sumber protein hewani
dikarenakan ada kandungan asam amino esensial yang tidak dapat digantikan oleh
pangan somber protein nabati semakin meningkat. Dari tabel 4.5 bahwa koefisien
konsumsi kelompok pangan 3 adalah 0.00605 yan~ berarti setiap kenaikan lama
sekolah kepala rumahtangga (educ) sebesar l tahun akan meningkatkan proporsi
pengeluaran kelompok pangan 3 sebesar 0~60%.
Selanjutnya, variabel tipe daerah (daerah) hampir semuanya signifikan pada
cl=l%, kecuali terhadap proporsi pengeluaran kelompok pangan yang tidak
signifikan. Dengan demikian patut diduga bahwa tidak. ada perbedaan yang nyata
dalam hal proporsi pengeluaran pangan antara rumahtangga di perkotaan dan
perdesaan untuk kelompok pangan 3 sebagai somber protein hewani.
Selanjutnya, variabel umur lcepala rumahtanSP (umur) hampir semuanya
signifikan pada a= 1 o/o, kecuali terhadap proporsi pengeluaran kelompok kacang-
kaeangan yang harus dihilangkan untuk mengatasi pelanggaran asumsi. Arab
hubungan untuk kelompok pangan 1 negatif sedangkan untuk kelompok pangan 3
darr kelompok pangan 4 positif. Diperkirakan bahwa peningkatan umur kepala
nnnahtangga akan meningkatkan pula konsumsi kelompok pangan 3 karena
semakin tua umur kepala rumahtangga, pengalaman akan konsumsi pangan yang
baik semakin meningkat Untulc kelompok pangan 3 nilai koefisiennya adalah
0,00016 yang berarti setiap kenaikan umur kepala rumahtangga rumahtangga
(educ) sebesar 1 tahun akan meningkatkan proporsi pengeluaran kelompok
pangan 3 sebesar 0?016%.
67
Unlveralta• Indonesia
-; :
Nilai elastisitas harga sendiri dan harga silang tak terkompensasi (Marshallian) dapat dilihat pada Tabel 4.6 untuk Total Rumahtangga clan Tipe Daerah. Sedangkan nilai elastisitas harga sendiri clan harga silang terkompensasi (Hicksian) dapat dilihat pada Tabel 4. 7 untuk Total Rumahtangga dan Tipe Daerah. Sebagaimana terlihat dalam Tabel 4.6, dan Tabel 4.7, elastisitas harga sendiri mempunyai tanda yang negatif Hal ini sesuai dengan teori pennintaan konsumen yaitu bahwa terdapat hubungan yang terbalik antara harga sendiri dengan jumlah yang diminta, artinya jika harga komoditi tersebut meningkat maka permintaan terhadap komoditi tersebut akan menurun
Nilai absolut elastisitas harga 'sendiri yang lebih besar dari satu mempunyai arti bahwa komoditi tersebut elastis terhadap harga, artinya jika harga naik 1 % maka permintaan akan turun lebih dari 1 %. Kondisi ini (elastisitas harga Marshallian) terjadi pada kelompok 2 {kacang-kacangan) clan kelompok 5 (pangan Iainnya) pada total rumahtangga dan rumahtangga perkotaan, sedangkan pada rumahtangga perdesaan banya kelompok 2 (kacang-
kacangan saja) saja. Kelompok pangan lainnya sebagian besar adalah kelompok pangan jadi yang lebih banyak dikonsumsi oleh masyarakat perkotaan sehingga diperkotaan lebih elastis.
4.4.1 Elastisitas Barga
4.4 Elastisitas Permintaan Pangan Elastisitas permintaan merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk
melihat respon konsumen terhadap permintaan komoditas pangan akibat perubahan harga sendiri, harga komoditas lain maupun pendapatan. Dalam penelitian ini pendapatan rumahtangga diproksi dengan pengeluaran rumahtangga, sehingga elastisitas pendapatan diestimasi berdasarkan elastisitas pengeluaran. Nilai elastisitas dihitung dengan rumus pada persamaan (3.12)-(3.17).
Nilai p merupakan estimasi parameter dari koefisien total pengeluaran riil pangan dan y adalah estimasi parameter dari koefisien harga-harga yang diperoleh
dari estimasi parameter sistem permintaan seperti pada Tabel 4.5. Sedangkan
-proporsi pengeluaran per kelompok panganlbudget share (we) diperoleh dari nilai rata-ratanya seperti terlihat pada Tabel 4.1.
68
Unlversttas lndonesla
Bila ditinjau dari nilai elastisitas harga sileng, yang merupakan substitusi kelompok pangan 3 (ikan/daging/telur/susu) adalah kelompok pangan 4 (sayur/buah). Hal ini ditunjukkan dengan nilai elastisitas harga silang yang positif (lihat kolom 4), yaitu jika harga kelompok pangan 3 meningkat sebesar 1 % maka permintaan kelompok 4 akan meningkat sebesar 0.017%. Untuk kelompok pangan I, kelompok pangan 2, kelompok pangan 3 (lihat kolom 3), semua nilai elastisitas harga silang adalah negatif. Hal ini berarti semua kelompok tersebut yaitu kelompok pangan 1, kelompok 2, dan kelompok S
merupakan komplemen bagi kelompok 3. Hubungan antara kelompok makanan yang lain apakah menjadi substitusi atau komplemen dapat dilihat pada Tabet 4.6, dan Tabet 4.7 (menurut kolom), yaitu merupakan substitusi jika bernilai positif dan komplemen jika bemilai negatif.
Seperti terlihat pada kedua tabel, nilai elastisitas terkompensasi (Hicksian) lebih kecil (nilai absolutnya) dari elastisitas tak terkompensasi (Marshallian). Hal ini sesuai dengan teori ekonomi yaitu bahwa pada pennintaan Hicksian yang ditangkap hanya efek substitusi saja sedangkan pennintaan Marshallian efek substitusi dan efek pendapatan, yang dapat dinyatakan dalam persamaan Slutsky yaitu:
s•ii =£ii + wi err s*ij = Bij + Wj err
dimana: s•ii = elastisitas harga sendiri terkompensasi (Hicksian) komoditi-i
' s*iJ = elastisitas harga silang terkompensasi (Hicksian) komoditi-i Sii = elastisitas harga sendiri tak terkompensasi (Marshallian) komoditi-i 8ii = elastisitas harp silang tak terkompensasi (Marshallian) komoditi-i Wi = proporsi pengeluaran komoditi-i Wj = proporsi pengeluaran komoditi-j en = elastisitas pendapatan atau pengeluaran komoditi-i
69
Unlversitas Indonesia
Bila ditinjau dari besaran elastisitas harga sendiri untulc kelompok pangan 3 (ikan, daging, telur clan susu}, dari tabel ditunjukkan bahwa besaran elastisitas
harga secara absolut untuk total nunahtangga adalah 0,5897, untuk daerah
perkotaan sebesar 0,6255 sedangkan untuk daerah perdesaan sebesar 0,5585
berarti kenaikan harga pangan somber protein hewani akan lebih berpengaruh
Sumber: HasiJ Penglutungan Penulis
Tcrhadap Harga KeJompok Pangan: Ke)ompok Pangan Padi-padlan Kacang- Ucan/telur Pangan /Umbi- Kacangan /daging/ Sayur/buah Jainnya umbian susu
(I) (2) (3) (4) (5) (6)
Total Padi-padian/ -0,9067 0,8705 -0,0966 0,0235 -0,0921 Umbi-umbian Kacang-kacangan 0,1516 .t,0672 -0,0114 -0,2236 -0,0072 Ikan/daging/telur/ -0,0327 -0,1108 -0,58'7 0,0017 -0,1137 susu . Sayur/buah 0,0437 -0,8510 0,0079 -0,6878 -0,0703
Pangan lainnya 0,1233 -0,0559 -0,1176 -0,0518 -1,0061
Kota Padi-padian/ -0,9060 0,8978 -0,0979 0,0160 -0,0669 Umbi-umbian Kacang-kacangan 0,2023 -1,0682 -0,0104 -0,2389 -0,0063 lkan/daging/telur/ -0,0356 -0,1160 -0,6255 0,0042 -0,1059 susu Sayurlbuah 0,0542 -0,8632 0,0057 -0,5822 -0,0608
Pangan lainnya 0,1919 -0,0683 -0,0974 -0,0473 -1,0192
Desa Padi-padian/ -0,9070 0,8511 -0,0954 0,0283 -0,1147 Umbl-umblan
Kacang-kacangan 0,1282 -1,0665 -0,0122 -0,2136 -0,0080 lkan/daging/telur/ ·-0,0314 -0,1070 -0,5585 0,0001 -0,1207 susu
Sayur/buah 0,0389 -0,8423 0,0098 -0,6244 -0,0788 -
Pangan lainnya 0,0917 -0,0471 -0,1353 -0,0547 -0,9943 .
Tabel 4.6. Elastisitas Harga Tak Terkompensasi (Marshallian) berdasarkan Total Rumahtangga dan Tipe Daerah
70
UnlversHas Indonesia
Sumber: Hasil Pcngbitungan PenuJis
Tcrhadap ffarga Kclompot Pangan:
Kclompok Pangan Padi-padian Kacang- Dcan/telur Pangan /Umbi- /daging/ Sayur/buah umbian Kacangan susu lainnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Total
Padi-padian/ Umbi-umbian -0.0999 0,1895 -0,0140 0,0036 -0,0214
Kacan$·kacansan 0,0025 -0.8l41 -0.0002 -0.0052 -0.0002 Ikan/daging/telur/ susu -0.0023 -0,0155 -0.0548 0.0002 -0.0169
Sayur/buah 0,0026 -0,1000 0,0006 -0.0504 -0,0088
Pangan lainnya 0,0257 -0,0230 -0.0322 -0.0151 -0,4410 Kota
Padi-padian/ -0,0590 0,1467 -0,0108 0,0018 -0,0113 Umbi-umbian
Kacang-kacangan 0,0026 -0,0344 -0,0002 -0,0054 -0,0002 Ikan/daging/telur/ -0,0022 -0,0180 -0,0656 0,0005 -0,0170 SU8U
Sayur/buah 0,0024 -0,0952 0,0004 -0,0447 -0,0069
Paiigan lainnya O,OJ5J -0,0315 -0,0305 -0,0152 -0,487J
Desa Padi-padian/ -0,1299 0,2189 -0,0160 0,0052 -0,0322 Umbl-umbian Kacang-kacangan 0,0023 -0,0351 -0,0003 -0,0050 -0,0003
Ikan/daging/telur/ . -0,0023 -0,0138 -0,0471 0,0000 -0,0170 susu
Sayur/buah 0,0027 -0,1033 0,0008 -0,0546 -0,0105
Pangan lainnya 0,0192 -0,0177 -0,0332 -0,0147 -0,4069
Tabet 4.7. Elastisitas Harga Terkompensasi (Hicksian) berdasarkan Total Rumahtangga clan Tipe Daerah
pada penurunan pennintaan masyarakat perkotaan dibandingkan masyarakat perdesaan. Dimungkinkan hal ini terjadi karena masyarakat perdesaan lebih
mudah mengalihkan proporsi pendapatannya ke konsumsi pangan sumber protein hewani jika terjadi kenaikan harga dikarenakan kebutuhan pangan selain pangan sumber protein hewani masih dapat dicukupkan dari hasil produksi sendiri.
71
Unlversltas Indonesia
Semua kelompok pangan dalam pene]itian ini terkategori barang pokok (necessities) karena nilainya kurang dari satu, Demikian pula untuk makanan sumber protein juga termasuk dalam kategori barang normal, Elastisitas
s;wnber: Hasil Ponghitungan Penulis
Kelompok Total Tipedaerah
Pangan Kota Desa (1) (2) (3) (4)
Padi-padian/ 0,4654 0,3673 0,5107 n ... h;_ ...... hian
Kaeeng- 0,9194 0,9221 0,9175 . lkan/daging/telur 0,6113 ,0,6250 0,5994 I"""'" Sayur/buah 0,6496 0,6422 0,6544
Pangan lainnya 0,9787 0,9554 0,9995
4.4.2. Elastisltas Pendapatan (Pengeluaran)
Nilai elastisitas pendapatan (pengeluaran) dapat dilihat pada Tabel 4,8, Dalam tabel tersebut terlihat bahwa untuk semua 'kelompok makanan mempunyai nilai elastisitas pendapatan (pengeluaran) positif yang berimplikasi tidak ada yang terkategori inferior, atau bahwa semua kelompok pangan merupakan barang normal, Nilai positif ini mempunyai arti yaitu bahwa jika pendapatan naik maka jumlah pennintaan juga naik.
Tabet 4.8. Elastisitas Pendapatan (Pengeluaran)
Seperti terlihat pada table 4.7~ nilai elastisitas, terkompensasi (Hicksian)
lebih kecil (nilai absolutnya) dari elastisitas tak terkompensasi (Marshallian).
Hal ini sesuai dengan teori ekonomi yaitu bahwa pada pennintaan Hicksian yang
ditangkap hanya efek substitusi saja sedangkan permintaan Marshalliarr efek
substitusi dan efek pendapatan. Untuk kelompok pangan 3 yakni pangan sumber protein hewani secara absolut besaran elastisitas harga terkompensasi untuk total rumahtangga adalah 010549, untuk daerah perkotaan sebesar 0,0646 sedangkan untuk daerah perdesaan sebesar 0,0471 berarti kenaikan harga pangan somber protein hewani akan lebih berpengaruh pada penurunan pennintaan masyarakat perkotaan dibandingkan masyarakat perdesaan.
72
Unlversltas Indonesia
pengeluaran rumahtangga keseluruhan maupun rumahtangga bersasarkan tipe daerah semuanya bemilai antara 0 dan 1 dengan elastisitas terbesar pada kelompok pangan lainnya bemilai 0,9787 dan disusul kelompok- kacang-kacangan bemilai 0,9194, kelompok sayur dan buah 0,6496, kelompok pangan sumber protein hewani 0,6113 dan yang terendah untuk kelompok padi-padian dan umbi- umbian sebesar 0,4654 untuk total rumah tangga. Sementara untuk perkotaan angka elastisitas pendapatan tidak jauh berbeda yakni berkisar dari 0~9554 pada kelompok pangan Jainnya sampai dengan terendah 0,3673 untuk kelompok padi- padian dan umbi-umbian. Kelompok 5 yakni pangan Jainnya pada penelitian ini tergolong barang pokok di total rumahtangga, perkotaan maupun di perdesaan. Walaupun belum sejaJan dengan penelitian sebelumnya yang menggolongkan pangan Iainnya sebagai barang mewah (Rita, 2008) namun dari angka eJastisitas pendapatan untuk kelompok S adalah mendekati anstca 1 denpn elastisitas di perdesaan sebesar 0,9995 lebih besar dibanding di perkotaan dengan angka elastisitas 0?9554 yang berarti di perdesaan pangan lainnya dianggap "lebih mewah" dibandingkan di perkotaan.
Pada konsumsi pangan sumber protein hewani rumahtangga di perkotaan lebih sensitif terhadap kenaikan pendapatan, masyarakat perkotaan mengkonsumsi pangan sumber protein hewani lebih banyak setiap kenaikan pendapatan mereka. Pada rumahtangga di perkotaan setiap kenaikan l(satu) persen maka permintaan akan panpn sumber protein hewani akan meningkat sebesar 0,625 persen sementara masyarakat perdesaan merespon dengan nilai yang lebih rendah yakni
0?599 persen. Kesadaran masyarakat diperkotaan untulc mengkonsumsi pangan sumber protein hewani patut diduga lebih besar dibanding dengan masyarakat yang tinggal di daerah perdesaan sehingga kenaikan pendapatannya akan
dialokasikan untuk mengkonsumsi pangan sumber protein hewani yang lebih banyak. Jika kita mengkaitkan dengan perbandingan rata-rata konsumsi pangan sumber protein hewani pada tabel 1.3 pada bab 1 maka nampak bahwa konsumsi protein hewani rumahtanggga di perkotaan lebih besar dengan pebandingan konsumsi rumahtangga di perdesaan.
73
Unlveraltas lndoneala
Tabet 4.9 membandingkan elastisitas pendapatan untuk kelompok pangan 1 sampai dengan kelompok pangan 5 dengan membagi pendapatan masyarakat menjadi 5 kelompok pendapatan (masing-masing kelompok 20%). Kelompok I merupakan 20 % kelompok dengan pendapatan terendah, sedangkan
kelompok V merupakan 20% kelompok pendapatan tertinggi. Penentuan kategori pendapatan yaitu kelompok I dan II merupakan
kelompok berpendapatan rendah, kelompok ill dan N merupakan kelompok pendapatan sedang dan kelompok V merupakan kelompok pendapatan tinggi (Ariningsih, 2004).
Untuk elastisitas pendapatan menurut kelompok pen~ dapat kita
lihat bahwa untuk kelompok pangan padi-padian dan umbi-umbian semakin tinggi pendapatan, maka elastisitasnya semakin mengecil. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat pendapatan seeorang maka proporsi pengeluaran pada k~lompok pangan ini semakin mengecil karena akan dialokasikan untuk pengeluaran kelompok pangan lain maupun non pangan. Dari tabel tampak bahwa selisih elastisitas untuk konsumsi pangan 1 yakni padi-padian dan umbi- umbian antara kelompok pendapatan I dengan kelompok pendapatan V cukup jauh dimana kelompok I besaran elastisitasnya adalah 0,5384 yang berarti setiap kenaikan pendapatan pada kelompok ini sebesar 1 % akan menaikkan permintaan terhadap kelompok pangan ini sebesar 0,5384 %, sedangkan pada kelompok V besaran elastisitasnya adalah 0,2752 sehingga kenaikan pendapatan
Suntbcr: Hasil Penghitungan Penulis
Kelompok Kelompok Pendapatan Pangan I n Ill N v
(1) (2) (3) (4) (5) (6) Ptldi-padian/ 0,5384 0,5079 0,4672 0,4088 0,2732 I Jmhi-nmhiAn Kacang- 0,8839 0,9051 0,9234 0,9432 0,9764 . Ikan/daging/telur 0,5363 0,5802 0,6074 0,6312 0,6555 1 .........
Sayur/buah 0,6560 0,6485 0,6467 0,6471 0,6485
Pangan lainnya 1,0037 0,9868 0,9754 0,9683 0,9612
Tabel 4.9. Elastisitas Pendapatan (Pengeluaran) menurut Kelompok Pendapatan
74
Unlversltas Indonesia
pada kelompok ini sebesar 1 % hanya akan menaikkan pennintaan terhadap kelompok pangan ini sebesar 0,2752 %.
Untuk kelompok pangan 2 yakni kacang-kacangan, besaran elastisitas juga semakin tinggi pendapatan elastisitasnya semakin meningkat dengan besaran elastisitas untuk kelompok I sebesar 0,8839 dan untuk kelompok V yakni sebesar 0,9764. Selisih besaran elastisitas antara kelompok pendapatan tertinsgi dan terendah untuJc kelornpok pangan ini hanya sebesar 0,0925.
Sernentara untuk kelompok pangan 3 yakni sumber protein hewani terjadi juga hal yang sama dirnana semakin tinggi pendapatan elastisitasnya semakin meningkat dengan besaran elastisitas untuk kelompok I sebesar 0,5363
~ dan untuk kelompok V yakni sebesar 0,6555. Selisih besaran elastisitas antara · keJompok pendapatan tertinggi dan terendah untuk kelornpok pangan ini hanya sebesar 0, 1192. Hasil yang didapat bahwa semakin besar pendapatan rumahtangga maka pennintaan pangan sumber protein hewani untuk setiap kenaikan pendapatan sebesat I (satu) persen akan semakin meningkat Hal tersebut sejalan dengan basil yang didapat dalaJn Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2008 dimana konsumsi rumahtangga terhadap pangan sumber protein heWani akan meningkat seiring peningkatan pendapatan.
Pada kelompok pangan 4 (buah dan sayur) tidak terdapat pola semakin meningkatnya pendapatan akan semakin meningkat elastisitas konsumsi kelompok pangan. Blatisitas tertinggi berada pada kelompok pendapatan I sebesar 0,6560 dan terendah pada kelompok m sebesar 0,6467, jadi besaran elastisitas dari kelompok pendapatan terandah sampai kelompok pendapatan tertinggi turun kemudian meningkat.
UntuJc kelompok pangan 5 (pangan lainnya) masyarakat berpenghasilan paling rendah (kelompok pendapatan I) menganggap kelompok pangan ini sebagai barang mewah karena nilai elastisitasnya lebih dari 1 dan besarannya semakin menunm seiring dengan peningkatan pendapatan.
75
Unlversitas Indonesia 76
Hasil estimasi elastisitas harga kelompok pangan ikan/daging/telur/susu
sebagai pangan sumber protein hewani dengan model· LA/AIDS menunjukkan
bahwa rumahtangga di perkotaan lebih sensitif terhadap perubahan harga kelompok pangan inl dibanding rumahtangga perdesaan. Setiap persentase
kenaikan harga pangan sumber protein hewani diperkotaan direspon dengan
penurunan pennintaan yang lebih besar dibanding rumahtangga di 'perdesaan, Elastisitas silang kelompok pangan ikan/daging/telur/susu menunjukkan
korelasi negatif dengan kelompok pangan padi-padian dan umbi-umbian,
kelompok pangan kacang-kacangan dan kelompok pangan lainnya yang
menunjukkan bahwa terjadi hubungan saling melengkapi, sedangkan pada
Kelompok sayur/buah berkorelasi positif. Antara ikan/daging/telur/susu sebagai
pangan sumber protein hewani dengan kacang-kacangan sebagai pangan sumber
protein nabati terjadi komplemen (saling melengkapi). Masyarakat perkotaan
dalam mengkonsumsi pangan sumber protein hewani lebih sensitif terhadap
perubahan harga padi-padian dan umbi-umbian, kacang-kacangan dan sayur/buah
sementara rumahtangga perdesaan lebih sensitif pada kelompok pangan lainnya.
Untuk elastisitas pendapatan kelompok pangan ikan/daging/telur/susu,
sebagai sumber pangan protein hewani, rumahtangga yang tinggal di perkotaan
lebih sensitif pada kenaikan pendapatan dibanding rumahtangga yang tinggal di
perdesaan untuk konsmnsi pangan sumber protein hewani.
Semakin rendah tingkat pendapatan rumahtanga elastisitas pendapatan
untuk kelompok pangan ikan/daging/telur/susu semakin rendah berarti tingkat
pendapatan untuk mengetahui perbedaan sensitivitasnya. Beberapa kesimpulan
dan saran dapat disampaikan seperti di bawah ini :
S.1. Kesimpulan
Penelitian ini menggunakan data Susenas tahun 2008 dengan tujuan untuk
mengestimasi fungsi pennintaan rumahtangga Indonesia terhadap pangan sumber
protein hewani dalam bentuk elastisitas harga, elastisitas silang rnaupun elastisitas
KESIMPULAN DAN SARAN
BABS
Universitas Indonesia
Saran yang dapat disampaikan bagi kebijakan Pemerintah adalah dikarenakan kelompok pangan ikan/daging/telur/susu sebagai pangan sumber protein hewani dengan kacang-kacangan sebagai pangan sumber protein nabati terjadi komplemen maka kecukupan kebutuhan akan protein masyarakat sudah mulai lengkap. Pemerintah tinggal mendorong peningkatan konsumsi keduanya secara seimbang dengan langkah stabilisasi harga dengan peningkatan produksi dalam negeri maupun pemenuban kebutuhan dengan cara mengimpor jika
produksi dalam negeri masih kurang.
S.2.2. Saran Bagi Kebijakan Pemerintah
S.2.1. Saran Bagi Peneliti
Beberapa saran bagi peneJiti yang berminat untuk melanjutkan penelitian ini adalah: 1. Masalah pengelompokan merupakan hal yang sangat menentukan dalam
estimasl permlntaan pangan. Dikarenakan keterbatasan waktu penelitian, tidak
r _banyak variasi-variasi pengelompokan yang dicoba. 2. Dalam peilelitian ini tidak memasukkan variabel sosial demografi lain seperti
status ekonomi (kaya/miskin) yang mungkin saja mempengaruhi sistem pennintaan. Bagi peneliti selanjutnya mungkin dapat digunakan variabel tersebut ataupun variabel lannya dalam sistem pennintaan.
S.2. Saran
sensitivitas pendapatan dalam mengkonsumsi pangan sumber protein hewani semakin tinggi seiring dengan kenaikan pendapatan.
77
Universitas Indonesia 78
Deaton, Angus. (1997). The Analysis of Household Survey: A Microeconometric
Approach to Development Policy. The Johns Hopkins University Press.
Baltimore, Maryland, USA
Deaton, Angus. (1989). Quality, Quantity, and Spatial Variation of Price.
American Economis Review 78: 418-30.
Deaton, Angus.(1988). Household Survey Data and Pricing Policies in
Developing. The World Bank American Economis Review Vol. 3, No.2:
183-210.
Deaton, Angus and Muellbauer, John. (1980). An Almost Ideal Demand System.
American Economis Review 70(3):312-326.
Daryanto, Arif (2008). Peranan Protein hewani dalam peningkatan IP M. Majalah
Trobos Edisi Mei 2008.
Chandra, Agung Dwi. (2007). Analisis Permintaan Sayur-sayuran Menuju
Pemenuhan Sendiri di Propinsi Kep. Bangka Belitung. Tesis PPIE.
Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi. Universitas Indonesia Jakarta.
Baum, Christopher F. (2006). An Introduction to Modern Econometrics using
Stata. Stata Press, Oak Square School, Brighton, Massachusetts. . . .
Badan Pusat Statistik. (2008). Leaflet: Perkembangan Beberapa Indikator Utama
Sosial-Ekonomi Indonesia (Maret 2008). Badan Pusat Statistik, Jakarta-
Indonesia
Badan Pusat Statistik. (2009). Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia
dan Provinsi, Survei Sosial Elconomi Nasional Tahun 2008. Badan Pusat
Statistik, Jakarta-Indonesia
Ariningsih, Ening. (2004). Analisis Perilaku Konsumsi Pangan Sumber Protein
Hewani dan Nabati pada Masa Krisis di Jawa. ICASERD Working Paper
No.56
DAFf AR PUST AKA
Universitas Indonesia
Varian, Hal R. (1992). Microeconomics Analysis, Third Edition. W.W Norton and
Company Inc., New Tork, 1992.
Todaro, Michael P, and Smith, Stephen C.(2003).Economics Development, Eighth
Edition.Pearson Education Limited. Edinburgh Gate, Harlow, Essex
CM202JE, England, 2003.
Silberberg, Eugene. (1990). The Structure of Economics: A Mathematical Analysis. Second Edition. The International Edition. Mc. Graw Hill. Inc. Singapore.
Taljaard, Pieter R.(2003). Econometric Estimation of The Demand for Meat in
· South Africa. Unpublished Master Thesis, University of the Free State
Sabrina. (2006). Pola Konsumsi dan Permintaan Pangan di Propinsi Sumatera
Baral. Tesis MP.KP. Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik.
Universitas Indonesia, Jakarta.
Nachrowi, D Nachrowi. (2006). Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika. LP-FE Universitas Indonesia
Nicholson, Walter. (2005). Microeconomic Theory: Basic Principles and
Extensions (Ninth Edition).Thomson Corporation. South-Western,
Thomson.
Moeis, Jossy. P. (2003). Indonesia Food Demand System: An Analysis of the
Impacts of the Economic Crisis on Household Consumption and Nutritional
Intake. Dissertation of the Faculty of Columbian College of Arts and
Sciences. The George Washington University? · Washington DC.
Igwe? K.C. {2007). Meat Demand Analysis in Umuahla Metropolis Abia State
Nigeria. Agricultural Journal 2 (5): 550-554
Laraki, Karim. (1990). Ending Food Subsidies: Nutritional, Welfare, and
Budgetary Effect. The World Bank Economics Reviews, Vol. 3, No: 3: 395-
408.
Gujarati, Damodar. (2003). Basic Econometrics. Fourth Edition. The McGraw-
Hill Companies.
79
Universitas Indonesia
Wooldridge, Jeffrey M. (2002). Econometric Analysis of Cross Section and Panel
Data. Cambridge, MA: MIT Press.
Yuliana, Rita. (2008). Evaluasi Perubahan Ting/rat Kesejahteraan Rumahtangga
Sebagai Dampak Kenai/ran Barga BBM di Indonesia, Periode Pebruari
2005 - Maret 2006. Tesis PPIE. Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi.
Universitas Indonesia, Jakarta.
80
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... LO N""'O\""'O\Or- r- N .-I :> O\NO\LOOOO\ r- N <"l Q) LOO\ NLON NID 0\ r- CX> 0 <"ll"'- r- OMOM O ID ID
OOOOOOLO 0 ID • • 0
0000000 0 ...... I I I I ......
... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ""' r- CX> CX> 0 CX> O'I M .-I ID \0 :> IDOL0"'1'NON ID co LO
~
Q) O'\O'INLO""'r-lr- 0\ (\') r- 0 ID ID .-I 0 00 G> ID LO LO
r-lNOOOOO 0 \Cl r-1 0\
~
000 COON 0 \0 I I I I
1--1 c:I.)
~ ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
~ M r- NN M CX> CX> 0\ ""' ...... r- :> N ID N N M r-1 M Gel LO LO Q) IDr-lN<"lO<"lr- N OLO
Vj 0 ID CD N .-I 0 0 LO O<"l <"lLOOOr-lOLO r-1 ID LO
~
0 000000 ""' 0 N
' I I I r-1
~
~ ... ... ... ... ... ... ... "' ... ... ... ...
§ ... ... ... ... ... ... ... N CDO\ONr-1"'1'\0 M 0 r- :> NI"'- NOO'ILOCD r-1 NN Q) l"'-CDN.-1000\ CX> N <"l 0 "'1'1")00NO\O CON
000000\0 0 LO ID
60 c5 c5 c5 c5 c5 c5 er. I I ' \0
..... ... -I< ... -I< -I< ... 0 ... ... -I< -I< ... ... 0 ... ... ... ... ... ... ... ... r-l Nwi.lir-lq;o&i q; l.J:I q; b :> O'llDN"'1'1D"'1'CX> ""' 1")0 v Q) r-L0\0"'1'00LO N ON 0. 0 \01"'-.-IO<X>Or-
""' LO ""' r-100 0 OO<"l 0 \0 ... rl ...
Gl G> Gl e G>Gl N e ea -I< I ' I I ""' ' .....
0
0 v 0. -o
Q) ... H ... Ill ::l
.µ O' LO i:: U) 0
O' ~ ..c: Ill I (I) Ill .µ ex: 0 "0 .-t U H H UJ v
::>ilU..l.:'6Ql §8 .,., 0. a a 1 <U 'O r-lr-l~Ql"O i::i: :z r... ...
81
......
.... 0 ~
0
82
CX)
0 CX)
r-
... .. ... N N II>
...., 0 °' CX).., .... "' •It> \D
ex> 0 ex> r--
.. .. .. N N It> 11)00\ ex> II) .... °' . II)
ID
.. .. .. 0\ ID II> "' r- "' ID 0 .... .... •U"l
' ID ex> P'l M ....,
ex> P'l P'l It)
... .. .. en ID It)
"'r- "' IDOH ..... .,, ID
ID 0 M r-
... .. .. ...,.,..,, r-- ID 0\ CX>N.-f 0 •U"l
ID
... ... .. N OI"' I"- ID 0\ CX>N .... 0 .....
ID ID 0 M r-
.... ex> .. ..
.. .. .. ex> It) It) P'l•"' ...., P'l.-f 0 •II>
ID
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • l""'"NP>Nr-t('l')tl')O\M\Or-r-C"l r-\Dll')O\(")('l')(")r-tNlO~NM rlMOr-10\r-U")Plr-r-lO"IN\D O\'Ol\DNU')\OC"l"'Q'CD0\\0'111:1' 0\0C"l(Y')["oo<QIC")r-tf'lr-trir-o:>
•"'3"MOO\DUl.-lr-O\DOOM ..-trl"il'('I") ·~ •Or- •O I •rt • lO I I
I I I I
I I
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • l"""CDP'>•O\NC"lf""•tr"t\DO\ri O\NO\O\t"-0\0\0\P'IN.-fN.-f IDt"-0\CX>O\ri.-fN .... Nll>NN ('l')\D('l')\O\OU')OO\O•O\t""'ICJ\ .. .,,CX>P'lf'-ll>P'IP'IP'ltt)tt)P') .. 'V'r""-C"")\ON.-fCD'V'r-tr-t0.-1 P'>\O""" •('1")<1'000\Dr-tO\O
I
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • \D(l)~O\ll')O\O\r-\0\0'9\D ONll)\DO\CDO\OO\&l)Or- NlnU'1H~H4'1'0\l"'JMN111 \OOr-r-CDr'l\DN.-1Cft'9r-f \D.-fN'Ql('l")o:>P')r-Nr-r-N Ul.-fNOU'>\0..-1000\'1'"'40 0.-f 0.-100 00 00 00
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • O\~lORC'Qm\OO\PlU'll"l11>4:1' O\CDP'lO\.-tO\OU')O\P)ONN \DU')O\Nl-CDU')O\\D'O'l.Oa>CX> NCD&t>riNCX>\ONtl')\001.0lll \OP')f"'"'O'P')CJ\Or-tNU')P')U')P') 00\00..-410N,._.N\Drrlria> 00 • •O\ •\OlOONOO\D
..... •r-t I I I I I I
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • e- rirfll)•CJ't..-4(Df'-\OP) 0\ 11> .. 001"-0\IDCX>P'IN N•ll'>lOO\r-P"tU')\OP')CDN riO\NCDa:>Oa>P'>'O'\O\OP') OM NO CDP)N0\011) 00 00 NO .... P'l riOOO 00 000000000000
I I
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • CX>CX>ll>P'l•ex>•M•P'l• .... N •P'>Ot.OOr""'NOO\llllllrillllllr-t Nll>NOll>•Nf'-1"-f'-NOCX> .... II) ID P'l I"- 0\ I"- 0\ .... "" P'l O\ 0\ M090llQ'•01CDQ)\OCDr""'P') Nll>P'INP'ICX>IDCX> .... 0\00
•N•P'IO\P'l •0\0 •'"'OID I • • •N I •.-f
I I I I
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • « • • • • • \Or-ta>Q)\00\0\.-fU')CDU')U') PlO'llr'lr-1-P'>C"')NOCDO\C"l NONr-tC"lOO\CDa:JPlf"'"O o ... oi. ..... r- ........ om•o r-fr-tr-t.-t'Qf.-t.-tPlO'QIOO 000000000000 000000 •0000
I I I I
83
('f'l
a .... ·- 0.. § ~
- 00
~ 00 <
~ ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...
~
~ ... ............ -!! ... ... -!!. ... "" 6 .-i "" °' "" Li) r- co r- 0 co "" 0 r- co 3: (Y') N lO r- C-rl'<l'C-\O'<l'rl rl 0 \D °' rl mN r- '<l'OOlON0\00 N lO co °' ~ ON 0 '<I' rl riOOOriO co (\") (\")
rf 000 00000000 0 N \D N co
00 0 000000 0 0 00 co
~
I I I I I I I I rl
... ... ... ... ... ... .,. ... ... .,. ... - ... ... ... ... ... ... -It ... -It -It ... 00 -It ... ... -It i< i< -It i< i< i< .,.
~
(\") N r- "" '<l'rimriNlOO \D rl rl rl rl 3: \D r- °' lOONri\OOlO rl \D co rl "" rl N r- Nrim.--tr-\OriO lO 0 r- (\")
NO lO 0(Y')N(Y')0000 N °' rl 00000000000 rl r-1 \D (Tl
00 (\")
~ 00 0 00000000 0 0 rl
I I I I I I I rl - 00 s ... ... i< ... -It -It -It -It i< .,. i< i< ... ... .,. -It ... -It -It i< .,. i< i< ... ... i< i< i< i< ... ... ... i< i<
Cl) N r- rl r- rl N 0 \D rl lO co rl rl 0 r-
~ 3: \0.-lt-N'<l'\O\OOm""° \D N N \D
NNNmr-lt-r-lNOro (V) "" N .-1 MOONOOOOOrl (V) r- 0
~
0000000000 rl 0 lO lO
"" 00 0 0 00 0000 0 0 °' I I I I I I N
ffi 0 rl Cl) ... ... -It ... ... ......... i< i< i< i< ... 0
~
... i< ... .,. ... ... .,. ... ... ... ... ... ... 0 .,. i< .,. ... ... i< ... ... .,. ... ... ... i< H N r- N 0 r-"" \D 0 0) lO co H \D "" r- 0 3: (Tl \D \D (Y') \D N N(Y')rlt-0 N "" N N v
.-IN .-I .-I .-I rl 00 lO lO .-I .-I r- (\") Lt') N 0.. O(Y') N 0 .-I °' 0000\D 0 0 r- (\")
~ 00 0 000 .--10000 rl Lt') \D "" i<
5 \D i< 00 0 0 00 000 0 0 0 0 N .,.
I I I I I I I I "" § ' .-I 0
0 0 v
0.. -o (I) .,. 1-1 .,. Ill
.-INM'<l'lO s 00000 .µ LO 0.. 0. 0. 0. 0. .-1 s:: (I] 0 i:: s:: s:: c s:: ·.-1 O' ~ ..c: Ill I
rl rl .-1 .-1 .-1 ·.-1 (I) Ill .µ a:: 0 'd'd'd'd'd 1--1'0.-I 0 H H .-1 N (Y') "" (I] v (I) (I) (I) (I) (I) >.Ill~ ::I (I) ::I H H H H S:: ·n 0. H H H HHS:: S:: I'd Ill s E! s E! s 0 'd 0. 0. 0.. 0. 0. ....... .-1 IJ (I) 'd ·.-l·.-1·.-l·.-I u .:x: :z c... -!<