Top Banner
107

FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Jul 19, 2019

Download

Documents

phungdang
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai
Page 2: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

FAKULTASEKONOMI PROGRAM P ASCASARJANA ILMU EKONOMI

DEPOK DESEMBER 2009

JONET ROHMANYU 0806428943

TES IS

ESTIMASI FUNGSI PERMINTAAN RUMABTANGGA INDONESIA TERHADAP PANGAN

SUMBER PROTEIN HEW ANI . '

UNIVERSITAS INDONESIA

Page 3: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM PASCASARJANA ILMU EKONOMI

KEKHUSUSAN EKONOMI PUBLIK DEPOK

DESEMBER 2009

JONET ROHMANYU 0806428943

Diajukan sebagai saJah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Ekonomi

TESIS

ESTIMASI FUNGSI PERMINTAAN RUMAHTANGGA INDONESIA TERHADAP PANGAN

SUMBER PROTEIN HEW ANI

UNIVERSITAS INDONESIA

Page 4: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

ii

8 Desember 2009 Tanggal

JONETROHMANYU 0806428943

Nama NPM Tanda Tangan

telah saya nyatakan dengan benar

dan semua somber baik yang dikutip maupun dirujuk

Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri;

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Page 5: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

lll

8 Desember 2009 Tanggal

Depok Ditetapkan di

Prof. Dr. NACHROWI DJ. NACHROWI Ketua Penguji

Dr. MAHYUS EKANANDA Penguji

w~ ( ) Dr. DIAH WIDYA WATI Pembimbing

DEW AN PENGUJI

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Sains Ekonomi pada Program Studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

Permintaan Rumahtangga Pangan Sumber Protein

Estimasi Fungsi Indonesia terhadap Hewani

JONET ROHMANYU 0806428943 Ilmu Ekonomi

Tesis ini diajukan oleh Nama NPM Program Studi Judul Tesis

HALAMAN PENGESAHAN

Page 6: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai
Page 7: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

iv

1. Dr. Diab Widyawati, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu clan dengan sabar memberikan arahan, wawasan dan motivasi dalam penyelesaian tesis ini;

2. Prof. Dr. Nacbrowi Djalal Nacbrowi, selaku Ketua Penguji; 3. Dr. Mahyus Ekananda, selaku Penguji yang telah memberikan masukan-

masukan dalam penyelesaian tesis ini;

4. Kepala Pusbindiklatren Bappenas dan jajarannya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sebagai salah seorang penerima beasiswa;

5. Bupati Bantul yang telah memberikan izin untuk tugas belajar;

6. Sekretaris Daerah, Kepala Badan Kepegawaian Daerah clan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul atas semua dorongan clan dukungannya.

7. Dosen, Asisten Dosen clan tutor serta karyawan di Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia;

8. Teman-teman di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul 9. Keluarga tercinta: lstriku Sri Suharyati, yang selalu sabar di tengah

kesibukannya dan anak-anakku R. Abdullah Nurrohman clan Zahrah Lathifah NA yang selalu memberikan semangat dan menghilangkan kelelahan dalam belajar dan berusaha;

10. Bapak, Ibu, Mertua serta saudara-saudara yang selalu mendoakan penulis agar dapat menyelesaikan kuliah dengan baik;

Segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

limpahan rahmat clan hidayah dalam penulisan tesis ini. Tesis ini merupakan salah

satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Magister Sains Ekonomi pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil diantaranya:

KATA PENGANTAR

Page 8: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

v

Penulis,

Depok, 8 Desember 2009

Dalam penulisan tesis ini, masih banyak kekurangan maupun kesalahan. Untuk itu penulis menerima kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan penulisan di masa yang akan datang. Semoga hasil karya ini bermanfaat bagi semua pihak.

11. Teman-teman Kelas Bappenas 2008/2009: Handani, Usman, Dede, Barnas,

Wied. Dani, Agung, Diner, Kamal, Astrid. Popi, Wawa, Alandri, Iqbal,

Inung, Diyah, Des atas kebersamaan dan kekompakannya.

Page 9: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

vi

(JONET ROHMANYU)

Yang menyatakan

Depok 8 Desember 2009

Dibuatdi

Pada tanggal

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,

mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai

pemilik Hak Cipta.

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Bak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

ESTIMASI FUNGSI PERMINTAAN RUMAHTANGGA INDONESIA TERHADAP PANGAN SUMBER PROTEIN HEW ANI

NPM Program Studi

Departemen

- Fakultas

Jenis Karya

IONET ROHMANYU 0806428943 Ilmu Ekonomi

Ilmu Ekonomi

Ekonomi

Tesis

Nama

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan

dibawah ini :

HALAMANPERNYATAANPERSETUJUANPUBLIKASI TUGAS AJ{IIlR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Page 10: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai
Page 11: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia vii

KataKunci protein hewani, LA/ AIDS, elastisitas, indonesia

Tesis ini bertujuan untuk menganalisis estimasi fungsi pennintaan pangan sumber protein hewani di Indonesia. Data yang digunakan adalah data Survei Sosial ekonomi. Nasional (Susenas) tahun 2008 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Data komoditas pangan dibagi menjadi lima kelompok yakni kelompok padi-padian dan umbi-umbian, kelomeok kaeang-kacaagan, kelompok ikan/dagiftg/telur/susu, kelompok sayur/buah dan kelomi)ok pangan lainnya. Estimasi fungsi pennintaan kelompok ikan/daging/telur/susu sebagai pangan sumber protein hewani dilakukan dengan analisis ekonometrika sistem pcrsamami pennintaan Linear Approximation Almost Ideal Demand System (LA/AIDS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumahtangga di perkotaan lebih sensitif terhadap perubahan harga kelompok pangan sumber protein hewani ini dibanding rumahtangga perdesaan. Setiap persentase kenaikan harga pangan sumber protein hewani diperkotaan direspon dengan penurunan permintaan yang lebih besar dibanding rumahtangga di perdesaan.

Elastisitas silang kelompok pangan ikan/daging/telur/susu menunjukkan korelasi negatif dengan kelompok pangan padi-padian. dan umbi-umbian, kelompok pangan kacang- kacangan dan kelompok pangan lainnya yang menunjukkan bahwa terjadi hubungan sating melengkapi, sedangkan pada Kelompok sayur/buah berkorelasi positif. Antara ikan/daging/telur/susu sebagai pangan somber protein hewani dengan kacang-kacangan sebagai pangan somber protein nabati terjadi komplemen (sating melengkapi). Masyarakat perkotaan dalam mengk.onsumsl pangan sumber protein hewani lebih sensitlf terhadap perubahan harga padi-padian dan umbi-umbian, kacang-kacangan dan sayur/buah sementara rumahtangga perdesaan lebih sensitif pada kelompok pangan lainnya.

Untuk elastisitas pendapatan kelompok pangan ikan/daging/telur/susu, sebagai sumber pangan protein hewani, rumahtangga yang tinggal di perkotaan lebih sensitif pada kenaikan pendapatan dibanding nunahtangga yang tinggal di perdesaan untuk konsumsi pangan sumber protein hewani.

Semakin rendah tingkat pendapatan nunahtanga elastisitas pendapatan untuk kelompok pangan ikan/daging/telur/susu semakin rendah berarti tingkat sensitivitas pendapatan dalam mengkonsumsi pangan somber protein hewani semakin tinggi seiring dengan kenaikan pendapatan.

JONET ROHMANYU Pascasarjana llmu Ekonomi Estimasi Fungsi Permintaan Rumahtangga Indonesia terbadap Pangan Somber Protein Hewani

Nama Program Studi Judul

ABSTRAK

Page 12: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Universltas Indonesia viii

Keywords: animal protein, LA/AIDS, elastiticity, indonesia

The study is aimed to analyze household demand toward protein source food in Indonesia. The data used in this study were data from National socio-economic Survey (Susenas) 2008 by BPS- Statistics Indonesia. Estimation of the demand system of protein source food is conducted by an econometric analysis of Linear Approximation Almost Ideal Demand System (LA/AIDS).

The result of the study shows that household in urban area is more sensitive toward price change of protein source food than those in rural area. Each percentage of price change being responsed by greater demand than those in rural area.

'The cross price elasticities of protein source food shows negative value with cereal and tubers, beans and others food group showing complementary state while with vegetables and ftuit shows positive value whic means they are substitutive. Between animal protein abd vegetable protein source food the relation is complement. People in urban area are more sensitive in consuming animal protein source food toward price changes of cereal and tubers, beans and vegetables/fruit meanwhile those in rural area are more sensitive in the price change of others food.

In income elasticities, household in urban area is more sensitive toward price change than those in rural area. In various income groups if shows that the higher the income, households consume more protein source food.

JONET ROHMANYU Pascasarjana Ilmu Ekonomi Estimation of Indonesian Household Demand Function Toward Animal Protein Source Food

Name Study Program Title

ABSTRACT

Page 13: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai
Page 14: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia ix

LAMPIRAN 82

DAFTAR PUSTAKA 79

5. KESIMPULAN DAN SARAN 76 5.1. Kesimpulan 76 5.2. Saran 77

4. BASII."DAN PEMBAHASAN 48 4.1. Konsumsi Pangan Rumahtangga 48 4.2. Permasalahan Estimasi Model dan Solusinya 54 4.3. Estimasi Sistem Permintaan (Demand System) 61 4.4. Elastisitas Permintaan Pangan 68

3.2. Variabel Yang Diteliti 31 3.3. Metode Analisis 32 3.4. Teknik Pengolahan Data 43 3.5. Definisi Operasional 46

3.1. 8um.1'er Data Penelitian. 31 3. METODE PENELITIAN 31

2.1. Teori Pennintaan Konsumen 11 2.2. Model Fungi Pennintaan 21 2.3. Tinjauan Penelitian Terdahulu 25

2. 1'1N'JAUAN PUSTAKA 11

1.2. Rumusan Pennasalahan 7 1.3. Tujuan Penelitian 8 1.4. ManfilatPenelitian 8 1.5. Kerangka Pemikiran ................................•............................................ 8 1.6. Hipotesis 9 1.7. Sistematika Penulisan 10

1.1. La.tar Belakang 1 1. PENDAHULUAN !

DAFf AR GAMBAR Iii

DAF"I' AR ISi ix DAF"I'AR TABEL x

ABS'fR.AK .•••••••••.....•.•..••.•••.••..•.••.••••..••••.••••..........•••.•...•••••••.••..••••.•••.•.•••••• vii

HALAMAN JUDUL ............................................................•.........•............... i BALAMAN PERNY AT AAN ORISINALIT AS ...........................•............. ii HALAMAN PEN GESAHAN iii KATA PENGANTAR ............................•.................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKBIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS •.............•.•.....••..................•.......................• vi

DAFfARISI

Page 15: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia x

Tabel 4.5 . Estimasi Parameter Sistem Pennintaan Kelompok Pangan Menurut Rumahtan~¥a den~an Restriksi.. 63

Tabel 4.6 Elastisitas Harga Tak Terkompensasi berdasarkan Total Rumahtan~~a dan Tipe Daerah 70

Tabel 4. 7 Elastisitas Harga Terkompensasi berdasarkan Total Rumahtan~a dan Tipe Daerah 71

Tabet 4.4 Perubahan Peluang Mengkonsumsi Kelompok Pangan 58

Tabet 4.1. Ringkasan Statistik Variabel-variabel Tidak Bebas yang digunakan Untuk mengestimasi model ............................•...•.•.................•......... 51

Tabet 4.2. Deskripsi Variabel-variabel Bebas yang digunakan Untuk mengestimasi model 53

Tabet 4.3 · Estimasi regresi Deviasi harga menurut Rumahtangga 55

Tabel 3.1. Agregasi Komoditas Panzan .......................•.............•...................... 33 ... ~ SL'

Tabet 2.6. Hipotesa Arah ..••.•..•.......•••..••...•......•.•............••...•••..•••.•••.•.•.••••••.•.... 30

Tabet 2.5. Hasil Penelitian Terdahutu 25

Tabet 2.4. Nilai Elastisitas Pendapatan dan Jenis Konoditas 21

Tabet 2.3. Nilai Elastisitas Harga Silang dan Hubungan Komoditas ........•........ 21 , - -

Tabel 2.2. Nilai Elastisitas Harga Sendiri, Tenninologi dan Bentuk Kurva .•..... 21

Tabet 1.4. Rata-rata Konsumsi Protein Hewani per Kapita Sehari Menurut Tipe Daerah Tahun 2007dan 2008 ...••...••....................•.•.......•••...•.••... 7

Tabet 2.1. Efek Substitusi, Efek pendapatan dan Efek Total jika Harga Naik ..•. 17

Tabet 1.3. Rata-rata Konsumsi Protein Hewani per Kapita Sehari Menurut Golongan Pengetuaran Tahun 2008 6

Tabet 1.2. Rata-rata Konsumsi Protein per Kapita Sehari Menurut Jenis Protein Tahun 2002-2008 ..... : ..........................•....................•.... 4

Tabet 1.1. Rata-rata Konsumsi Protein per Kapita Sehari Menurut Kelompok MakananTahun 2002-2008 3

DAFfAR TABEL

Page 16: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia xi

Tabel 4.9 Elastisitas Pendapatan (Pengeluaran) menurut Kelompok Pendapatan ........................................................•.................... 7 4

Tabe] 4.8 Elastisitas Pendapatan (Pengeluaran) 72

Page 17: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas lndonesla xii

Gambar 2.3. Efek Substitusi, Efek Pendapatait dan Efek Total Akibat Naiknya Harga Barang X (Barang Normal) •••..••........•..... 18

Gambar 3.1. Skema Diagram Pengolahan Data Tahap I .............••.•.•...•.••........• 44 Gambar 3.2. Skema Diagram Pengolahan Data Tahap II 44 Gambar 3.3. Skema Diagram Pengolahan Data Tahap Ill .•••....••••..•.••.•••.....•..... 45 Gambar 4.1. Persentase Rumahtangga Yang Tidak Mengkonsumsi

Pangan Menurut Kelompok Pangan .......•.......•.......••.................... 49

Gambar 2.2. Minimisasi Pengeluaran untulc Utilitas Tertentu (U) ..••.........•....... 13

Gambar 2.1. Maksimisasi Utilitas dengan Kendala Anggaran (BL) .•.•.....•......• 13 . . .

DAFfAR GAMBAR

Page 18: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai
Page 19: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Universitas Indonesia I

1.1. Latar Belakang

Ketahanan pangan adalah tersedianya pangan dalam jangka panjang bagi kebutuhan masyarakat, Pangan yang menjadi konsumsi masyarakat pada umumnya merupakan pangan dari basil tumbuhan, basil petemakan dan basil

perikanan. Pangan yang dikonsumsi diharapkan mampu mencukupi kebutuhan

~ nutrisi masyarakat Menurut Moelok, protein merupakan salah satu zat gizi

makanan yang penting peranannya dalam pembangunan sumberdaya manusia.

Protein diperlukan oleh manusia agar bisa bertumbuh kembang dan tetap sehat

Fungsi protein antara lain untuk membuat dan memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak. Dengan demikian, ketersediaan protein dalam menu makanan tidak saja

diperlukan oleh anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan, juga dibutuhkan

oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan

sebagai indikator untuk melihat kondisi gizi masyarakat dan juga keberhasilan

pemerintah dalam pembangunan pangan, pertanian, kesehatan dan sosial ekonomi

secara terintegrasi {Ariningsih 2004).

Dibandingkan dengan bahan makanan sumber karbohidrat, biaya yang

harus dikeluarkan untuk bahan makanan sumber protein relatif lebih mahal. Akan

tetapi bahan makanan sumber protein harus tersedia dalam menu makanan sehari-

hari, agar tubuh kita memperoleh asupan gizi yang seimbang. Kecukupan

konsumsi protein bagi setiap anggota rumahtangga akan menjadi masalah pada

· rumahtangga dengan tingkat perekonomian yang terbatas sehingga konsumsi

protein yang optimal dalam menu makanan sehari-hari kurang tersedia.

Dilihat dari sumbemya, ada dua macam protein yang biasa dikonsumsi

manusia. Pertama, protein nabati yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Kedua,

protein hewani yang berasal dari hewan ternak dan basil perikanan. Kecukupan

konsumsi protein baik protein nabati maupun hewani, tidak hanya terkait dengan

masalah kesehatan. Banyak literatur menyatakan konsumsi protein terutama

BABI

PENDABULUAN

Page 20: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia

hewani sangat berkaitan dengan tingkat intelegensia karena protein hewani

merupakan pembawa sifat keturunan dari generasi ke generasi dan berperan pula dalam proses perkembangan kecerdasan manusia. Oleh karena itu menurut Soehadji, protein hewani dipandang dari sudut peranannya layak dianggap sebagai agent of development bagi pembangunan bangsa, baik untuk masa sekarang maupun masa mendatang (Ariningsih, 2004). Hal ini menunjukkan

bahwa untuk membangua sumber daya manusia yang berkualitas, salah satu hal yang hams menjadi perbatian yaitu memenuhi kebutuban akan protein.

Dari sudut pandang gizi dan ekonomi, kedua macam protein tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Protein nabati harganya

<relatif murah, namun asam amino esensial yang dikandungnya kurang lengkap. Sementara protein hewani walaupun relatif maha), kandungan asam amino esensialnya lebih Jen~. Dengan demikian, jika dilihat dari kualitasnya, protein hewani bisa disebut lebih bermutu dibandingkan dengan protein nabati, tetapi harganya lebih mabal. Sedangkan protein nabati harganya lebih murah, akan tetapi kualitasnya tidak sebaik protein hewani.

Asam amino esensial adalah substansi protein yang diperlukan oleh tubuh manusia, tetapi tubuh tidak dapat mensintesa sendiri, sehingga hams dikonsumsi dari luar dalam bentuk makanan. Mengingat bat tersebut, maka penyediaan protein nabati dan hewani perlu dikombinasikan, agar tubuh memperoleh asupan protein berkualitas tetapi biaya yanB dikeluarkan untuk membeli makanan tidak terlampau besar.

Konsumsi protein hewani dari produk peternakan (dagiag, telur dan susu) maupun produk perikanan berbeda dengan produk tanaman pangan sumber karbohidrat seperti ubi-ubian, beras dan jagung. Permintaan terhadap produk

. tanaman pangan sumber karbohidrat pada umumnya bersifat inferior, yang tingkat konsumsinya akan menurun seiring dengan peningkatan pendapatan konsumen, sedangkan pennintaan terbadap produk petemakan dan perikanan cenderung bersifat 'mewah', yang meningkat cepat atau bahkan lebih cepat dari laju peningkatan pendapatan konsumen. Ada kecenderungan peningkatan pendapatan diikuti dengan meningkatnya konsumsi pangan hewani.

2

Page 21: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia

Sumber: Badan Pusat Statistik diolah

Kelompok Makanan Protein l dalam 1!1'8111)

2002 2005 2007 2008 Padi-oadian 24,40 23,69 22,43 22,75 Umbi-umbian 0,43 0,45 0,40 0,42 Ikan 7,20 8,02 7,77 7,94 •·~· ·, .. 2,26 2,61 2.62 2,40 Telur dan susu 2.33 2,71 3.23 3,05 Sayur-sayuran 2,49 2,52 3,02 3.01 I(" ,., .... iz-kacanean 6.35 6,31 6.51 5.49 IBuab-buahan 0,45 0,43 0,57 0,52 IMinyak dan Lemak e.ss 0,48 0.46 0,39 Bahan minuman 1,13 1,08 1,13 1,06 IBumbu-bumbuan 0,78 0,82 0,76 0,73 IKonsumsi lainnya 0,75 1,03 1,43 1,37 iMakanan dan minuman jadi 5,33 6,44 7,33 8,36

Tutal ~4.4~ S6,S9 S7,66 S7.49

Rata-rata Konsumsi Protein per K.apita Sehari Menurut Kelompok

Makanan Tahun 2002 - 2008

Tabel I.I.

Pertambahan jumlah penduduk yang diikuti dengan peningkatan

pengetahuan, pendidikan dan pendapatan mengakibatkan permintaan daging

nasionaJ sebagai sumber protein hewani juga meningkat, Jurnlah penduduk

Indonesia tahun 2009 diperkirakan sekitar 233,2 juta jiwa, kondisi ini tentunya

akan menjadi masaJah tersendiri daJam pemenuhan pangan masyarakat, Food and

Agricultural Organization menyatakan negara dengan penduduk lebih dari 100

juta, jika tidak memiliki ketahanan pangan nasional maka akan sulit maju dan mandiri. Negara yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan tentu

menyebabkan pendudulmya kurang asupan gizi. Kekurangan asupan gizi akan

menyebabkan kualitas dan produktifitas masyarakat rendah. Masyarakat yang

r tidak produktif merupakan "beban" bagi negara tersebut, Konsumsi protein

hewani yang cukup akan mengbasilkan penduduk yang sehat, cerdas dan produktif. Kualitas sumberdaya manusia yang tinggi merupakan asset bagi ne1P9

tersebut untuk maju.

Sementara itu kondisi konsumsi pangan penduduk Indonesia tahun 2002-

2008 tercantum dalam tabel berikut:

3

Page 22: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversitas Indonesia

Swnber: Badan Pusat Statistik diolah

Rekomendasi yang dikeluarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi V Tahun 1994 yang dilaksanakan oleh Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia {LIPI) menyatakan bahwa untuk mencapai mutu gizi konsumsi pangan yang baik,

kecukupan protein rata-rata per kapita per hari sebesar 46,2 gram pada tingkat konsumsi dan 55 $f8Il1 pada tingkat ketersediaan dengan 15 gram pemenuhan konsumsi protein hewani. Bila kita lihat dari tabel 1.2 maka rata-rata harian

·konsumsi pangan somber protein hewani untuk tahun 2002 adalah 11~79 ~ tahun 2005 adalah 13,34 gram, tahun 2007 adalah 13,62 gram dan tahun 2008 adalah 13~39 gram sehingga masih dibawah rekomendasi.

Sementara itu Sediaoetomo menyatakan perkiraan kasar kebutuhan manusia akan protein sekitar satu gram per kg berat badan per hari. Seseorang yang memiliki berat badan 60 kg, perlu mengkonsumsi protein 60 gram per hari. Dari total kebutuhan protein, sekitar 20-40% atau kalau dirata-ratakan sekitar 30%

Jenis Konsumsi Konsumsi (dalam gram)

2002 2005 2007 2008

Konsumsi protein hewani 11,79 13,34 13,62 13,39 IK.onsumsi protein nabati 42,64 43,25 44,04 44,10 rrotal konsumsi protein 54,43 56,59 57,66 57,49

Secara umum kuaJitas konsumsi protein masyarakat Indonesia pada tahun

2002 - 2008 cenderung membaik kecuaJi dalam tahun 2008 yang angkanya

kembali menurun. Hal tersebut dicirikan dengan peningkatan konsumsi harian

protein seperti pada kacang-kacangan sebagai sumber protein nabati, dan

konsumsi protein hewani seperti ~n~ telur, dan susu yang juga semakin

meningkat sementara wituk ikan dari tahun 2002-2005 mengalami peningkatan akan tetapi pada tahun 2007 mengalami penunman dan meningkat kembali pada tahun 2008. Sedangkan untuk padi-padian yang juga mengandung protein nabati temyata konsumsinya terus menurun akan tetapi angkanya bergerak naik pada 'tahun 2008.

Tabel 1.2 Rata-rata Konsumsi Protein per Kapita Sehari Menurut Jenis Protein Tahun 2002 - 2008

4

Page 23: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlveraltas Indonesia

disarankan untuk disuplai dari somber protein hewani, antara lain daging, telur, dan susu, agar asam amino esensialnya mertjadi lengkap (Ariningsih, 2004) ·

Sebuah keluarga yang terdiri atas ayah (70 kg), ibu ( 50 kg), anak ke-I ( 50 kg), dan anak ke-2 ( 40 kg), berat badan total keluarga tersebut adalah 210 kg.

Berarti kebutuhan protein keluarga tersebut adalah 210 gram per hari, yang tercliri atas 140 gram protein nabati ditambah 70 gram protein hewani. Jika kebutuhan protein hewani hanya akan dicukupi oleh daging sapi yang memiliki kandungan protein sekitar 19,So/o, artinya agar keluarga tersebut tercukupi kebutuhan protein hewaninya diperlukan daging sapi seberat 315 ons. Kalau harga daging sapi Rp 60.000,-/kg, maka uang yang harus dikeluarkan untuk memenuhi asupan sumber 'protein hewani setara dengan Rp. 19.500,-/hari.

Menurut data Food and Agricultural Organization (F AO) tahun 2006,

konsumsi protein hewani di Indonesia jika dibandin~ dengan nepra - negara Association of South East Asia Nations (ASEAN), masih tergolong rendah. Rata- rata konsumsi daging di Indonesia 4.5 kglkapita/tahun tertinggal dari Malaysia 38,5 kg/kapita/tahun, Singapura 28 kg/kapita/tahun, Thailand 14 kg/kapita/tahun, Filipina 8.5 kglkapita/tahun. Konsumsi telur pun tidak jauh beda, Indonesia 67 butir/kapita/tahun sedangkan Thailand 93 butir/kapita/tahun. Demildan juga konsumsi susu, masyarakat Indonesia ada di 7 kg/kapita/tahun, sementara

Malaysia 20 kg/kapita/tahun. Rendahhnya konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia antara lain diakibatkan oleh masih lemahnya daya beli masyarakat Indonesia (low purchasing power). Secara ilmu ekonomi, lemahnya daya beli masyarakat Indonesia disebabkan oleh adanya tingkat pendapatan masyarakat yang rendah ditambah lagi dengan kondisi ekonomi yang tidak menentu akibat ge]olak harga internasional (Daryanto, 2008).

Data Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) menunjukkan bahwa salah satu permasalahan penting konsumsi pangan di Indonesia adalah adalah masih sangat rendahnya kontribusi pangan somber protein hewani dalam menu makanan sehari-hari, serta ketergantungan yang tinggi terhadap pangan somber protein nabati. Oleh karena itu, faktor daya beli sangat menentukan tingkat konsumsi pangan somber protein hewani dimana semakin tinggi pendapatan maka

5

Page 24: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia

Sumber: Badan Pusat Statistik diolah

Tabel 1.3 menunjukkan bahwa basil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2008 menunjukkkan peningkatan konsumsi masyarak:at terhadap konsumsi pangan sumber protein hewani meningkat seiring dengan peningkatan

pendapatannya pada semua pangan sumber prtotein hewani yakni ikan, daging,

telur dan susu. Konsumsi protein hewani antara masyarakat yang tinggal diperkotaan

dengan masyarakat yang tinggal di daerah perdesaan juga berbeda, dalam tabel 1.4 di bawah tampak konsumsi protein bewani masyarakat perkotaan lebih tinggi dari masyarakat perdesaan. Secara rata rata masyarakat perkotaan mengkonsumsi daging, telur dan susu lebih banyak dibandingkan masyarakat perdesaan sementara masyarakat perdesaan mngkonsumsi ikan lebih banyak dibandingkan masyarakat perkotaan. Jika dibandingkan antar waktu masyarakat perkotaan mengalami penurunan konsumsi pangan sumber protein hewani dari tahun 2007

. ke 2008 akan tetapi pada masyarakat perdesaan konsurnsinya justru mengalami peningkatan, Pada masyarakat perkotaan penurunan terjadi pada konsumsi ikan,

daging, telur dan susu secara keseluruhan sementara pada masyarakat perdesaan pada tahun 2008 mengkonsumsi ikan lebih banyak dibandingkan tahun 2007 sementara konsumsi daging, telur clan susu mengalami penurunan.

Ikan

< 100.000 150.000

lOO.OOO 149~ 199~999

Golongan Pengcluaran per Kapita Sebulan (Rp) Kelompok Makanan

konsumsi pangan sumber protein hewani cenderung semakin tinggi (Ariningsih, 2004).

Tabel 1.3. Rata-rata Konsumsi Protein Hewani Perkapita Sehari Menurut Golongan Pengeluaran Tahun 2008 (Indonesia)

6

Page 25: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversitas Indonesia

1.2. Rumusan Permasalahan.

Berdasarkan uraian Jatar belakang di atas, maka rumusan pennasalaban dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

· 1. Berapa tingkat sensitivitas rumahtangga terhadap harga pangan sumber

protein hewani?

2. · Berapa tingkat sensitivitas rumahtangga dalam mengkonsumsi pangan sumber

protein hewani terhadap perubahan harga kelompok pan~an lain?

3. Berapa tingkat sensitivitas rumahtangga dalam mengkonsumsi pangan

sumber protein hewani tehadap perubahan pendapatan?

Sumbcr: Badan Pusat Statistik diolah

Terjadinya kasus gizi buruk (malnutrisi) clan busung lapar pada anak-anak

r usia bawah lima tahun (balita) di Indonesia merupakan hal yang patut medapat

perhatian karena masa balita merupakan ''periode em.as (the golden age)" pertumbuban anak manusia dimana sel-sel otak sedang berkembang dengan pesat.

Dalam periode ini protein hewani sangat dibutubkan agar otak berkembang secara

optimal, tidak sampai kurang berkembang kecerdasannya. Anak balita yang

kurang gizi menyebabkan pertumbuhan sel-sel otaknya kurang berkembang

dengan balk, sehingga bila otaknya discan maka akan terlihat seperti "otak

kosong'', seclangkan anak balita yang mengkonsumsi gizi yang cukup dalam masa

pertumbuhannya, maka basil scaning otaknya menunjukkan profit "otak berisi".

Disamping itu suatu program penyediaan sumber protein hewani yang murah,

mudah tersedia, terjangkau clan bergizi tinggi pada tingkat rumahtangga sangat

diperlukan.

Protein (dalam gram) Kelompok Makanan Perkotaan Perdesaan

2007 2008 2007 2008 Ikan 7,68 7,48 7,86 8,37

Dazine 3,56 3,18 1,73 1,67

rrclur dan susu 4,30 3,97 2,22 2,19

Total 15,54 14,56 11,81 12,23

Tabet 1.4. Rata-rata Konsumsi Protein Hewani Perkapita Sehari Menurut

Tipe Daerah Tahun 2007 clan 2008

7

Page 26: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas lndonesla

Tujuan Tesis: Menghitung tingkat elastisitas harga pangan sumber protein hewani, tingkat elastisitas pangan surnber protein hewani terhadap perubahan harga pangan kelompok lain dan

tingkat elastisitas konsumsi pangan sumber protein hewani terhadap perubahan pendapatan

Fakta: Hara pan: Tingkat konsumsi masyarakat GAP Konsumsi pangan sumber

Jndenesia terhadap pangan --+ I+-- protein hewani yang cukup sumber protein hewani masih sesuai rekomendasi rendah

Latar- Belakangi Kondisi konsumsi protein hewani di Indonesia

1.5. Kerangka Pemikiran

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu menunjukan tingkat sensitivitas rumahtangga Indonesia dalam mengkonsurnsi pangan sumber protein hewani sehingga dapat dirumuskan kebijakan-kebijakan yang tepat dalam rangka usaha untuk tercukupinya konsumsi pangan sumber protein hewani oleh masyarakat.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan pennasalahan di atas, maka penelitian ini

bertujuan: 1. Mengetahui perbedaan tingkat sensitivitas rumahtangga perkotaan dan

perdesaan terhadap pan~ surnber protein hewani. 2. Mengetahui perbedaan tingkat sensitivitas rumahtangga pekotaan dan

perdesaan dalam mengkonsumsi pangan sumber protein hewani terhadap

perubahan harga kelompok pangan lain. 3. Mengetahui perbedaan tingkat sensitivitas rumahtangga menurut kelompok

pendapatan dalam mengkonsumsi pangan surnber protein hewani tehadap perubahan pendapatan.

8

Page 27: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia

Kesimpulan dan Saran

1.6. Hipotesis Dengan berasumsi bahwa faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan

(ceteris paribus), maka hipotesis yang akan dibuktilcan pada penelitian ini adalah : 1: Mengetahui tingkat sensitivitas rumahtangga terhadap pangan sumber protein

hewani. 2. Mengetahui tingkat sensitivitas rumahtangga dalam mengkonsumsi pangan

· somber protein hewani terhadap perubahan harga kelompok pan~an lain. 3. Mengetahui tingkat sensitivitas rumahtangga dalam mengkonsumsi pangan

somber protein hewani tehadap perubahan pendapatan.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Mcngatasi simultaneity bias, quality effect, quantity premium, dan selectivity bias, periksa asumsi dasar, hitung elastisitas permintaan

Model Ekonometri: Wt= a10 + ~ Ytjlo9Pj + P1log (Y/P)

+a11lnadeq + aa})clmn

+a13educ + audaerah

Data Cross section:

Susenas Panel Modul

Konsumsi 2008 dariBadan

Pusat Statistik

Model Matematika: Wi = f(harga estimasi, total pengeluaran pangan riil, equivalensi RT, jenis kelamin KRT, pendidikan KRT, tipe daerah , umur, IMR),

r Wj = proporsi oeneeluaran kelomnok

Laniutan Keraneka oemikiran

9

Page 28: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversitas Indonesia

1. 7. Sistematika Penulisan

Penulisan tesis ini terdiri dari 5 (lima) bab, dengan ringkasan masalah per

bab adalah sebagai berikut:

1. Bab 1 Pendahuluan, berisi tentang latar belakang penulisan, rumusan

permasalahan yan$ akan dijawab, tujuan dari penulisan, manfaat penulisan, kerangka pemikiran, hipotesis clan sistematika penulisan;

2. Bab 2 Tinjauan Pustaka, berisi tentang tinjauan literatur yang digunakan

dalam penelitiao ini. 3. Bab 3 Metodologi Penelitian, berisi tentang spesiflkasi model, data dan

metode analisis yang digunakan;

4. · Bab 4 Hasil clan Pembahasan;

5. Bab 5 Kesimpulao clan Saran, berisi kesimpulan dari basil penelitiao dao

saran-saran untuk penelitian lanjutan.

10

Page 29: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai
Page 30: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia 11

Asumsi dari teori perilaku konsumen adalah bahwa konsumen akan berusaha untuk memaksimumkan kepuasannya dalam mengkonsumsi sejumlah paket (bundle) komoditas. Kepuasan konsumen dicerminkan oleh tingkat kepuasan yang dikenal sebagai utilitas (utility), yaitu kepuasan yang diterima oleh seseorang karena kegiatan ekonominya.

Dalam rangka memperoleh kepuasan yang maksimum dengan pendapatan yang terbatas, maka konsumen harus mempunyai preferensi. Konsep preferensi berkaitan dengan kemampuan konsumen menyusun prioritas pilihan terhadap komoditas yang ingin dikonsumsinya agar dapat mengambil keputusan. Paling sedikit ada dua sikap yan~ berkaitan dengan preferensi konsumen, yaitu Iebih suka (prefer) dan atau sama-sama suka (i"ndifference). Selain itu preferensi konsumen juga harus konsisten, yaitu bila barang X lebih disukai dari Y dan barang Y lebih disukai dari Z, maka barang X lebih disukai dari Z (transitivitas).

Menurut Theil, baik teori dan pengukuran permintaan kedua-duanya telah berumur lebih dari seratus tahun sedangkan menurut Philips, usaha pertama pada analisis permintaan dilaksanakan pada awal tabun l 930an dan prosesnya berjalan lambat hingga setelah karya Allan dan Hick (1934) barulah para ekonom mulai mencapai konsensus pada teori permintaan konsumen {Taljaard, 2003).

.2.1.1. Utilitas Konsumen dan Kurva Indiferen

Perilaku konsumen sering dinyatakan sebagai preferensi pada satu sisi dan

kemungkinan pada sisi yang lain. Analisis permintaan biasanya difokuskan pada preferensi sedangkan kemungkinan pada latar belakangnya. Alasan yang mungkin mengapa kemungkinan dijadikan nomor dua ialah kemungkinan lebih mudah diobservasi. Pada teori ekonomi, preferensi dinyatakan dengan fungsi

, utilitas dan propertinya (Taljaard, 2003) .

2.1. Teori Permintaan Konsumen

TINJAUAN PUSTAKA

BAB2

Page 31: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia

Asumsi-asumsi tersebut diperlukan untuk mendapatkan titik keseimbangan

antara kurva indiferen dengan garis an~. Garis anggaran (budget line)

adalah garis yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua macam barang yang

membutuhkan biaya yang sama besar.

Perilaku konsumen yang rasional menunjukkan bahwa konsumen akan

memaksimumkan kepuasannya dengan anggaran yang dimiliki. Kondisi

keseimbangan terjadi pada kondisi di mana korisumen telah mengalokasikan

seluruh pendapatannya untuk konsumsi dan mendapatkan kepuasan tertinggi

(maksimalisasi utilitas), atau tingkat kepuasan tertentu yang dicapai dengan

O!l~~aran paling minimal (minimalisasi pengeluaran), Secara gratis kedua

kondisi keseimbangan tersebut tercapai pada saat kurva indiferen (IC)

bersinggungan dengan garis anggaran (BL)1 seperti diperlihatkan oleh Gambar

2.1 dan Gambar 2.2.

1. Semakin jauh kurva indiferen dari titik origin, semakin tinggi tingkat

kepuasan.

2. Kurva indiferen menurun dari kiri atas ke kanan bawah (downward sloping),

dan cembung ke titik origin (convex to origin).

3. Kurva indiferen tidak sating berpotongan. Hal ini penting untuk memenuhi

asumsi transitivitas preferensi.

Menurut Teori Ordinal, utilitas tidak dapat dihitung, hanya dapat

dibandingkan. Teori ini dapat dijelaskan melalui kurva indiferen (indifference

curve), yaitu kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi konsumsi dua

macam barang yang memberikan tingkat kepuasan yang sama bagi seorang

konsumen. Suatu kurva indiferen atau sekumpulan kurva indiferenlpeta indiferen

(indifference map) dihadapi oleh hanya seorang konsumen.

Kurva indiferen mempunyai tiga asumsi, yaitu :

12

Page 32: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia

2.1.2. Fungsi Permintaan

Pennintaan merupakan jumlah barangljasa yang ingin diminta oleh konsumen pada berbagai tingkatan harga selama periode waktu tertentu. Fungsi permintaan adalah permintaan yang dinyatakan dalam hubungan matematika dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Melalui fungsi permintaan dapat diketahui hubungan antara variabel tidak bebas (dependent variable) dengan variabel-variabel bebas (independent variables).

Gambar 2.2. Minimisasi Pengeluaran untulc Utilitas Tertentu ( U )

KuantitasX

.. , ' ' ' ' ' ' ' ' ' -,

' ' ' ' ' ' ....

IC1

I~ I

' ' ' ' \ \ \

' ' ' ' ' -, ,. .. ...... __

13

Kuantitas Y

Kuantitas Y

' ' ' ' \ y• ------~,-----.

', : ',: ... . ... . ... . ... : ...... ~· 0 Kuantitas X

Gambar 2.1. Maksimisasi Utilitas dengan Kendala Anggaran (BL)

Page 33: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Universitas Indonesia

Terdapat sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu fungsi pennintaan, yaitu :

. kendala anggaran.

Sementara, fungsi pennintaan Hicksian (Hicksian demand .function) diturunkan dari minimisasi pengeluaran dengan tingkat utilitas konstan. Fungsi pennintaan Hicksian menunjukkan bahwa jumlah barang yang diminta merupakan fungsi dari harga-harga clan tingkat kepuasan konsumen tertentu.

Pada fungsi permintaan Marshallian (Marshallian demand function)? jumlah barang yang diminta merupakan fungsi dari harga-harga dan pendapatan. Fungsi permintaan Marshallian diturunkan dari maksimisasi utilitas dengan

di mana: x" = jumlah barang X yang diminta/fungsi pennintaan Hicksian Px = harga barang X

Py= harga barang Y

u =utilitas

(2.2) dan x" = ftPx, Py, U)

di mana : XM = jumlah barang X yang diminta/fungsi pennintaan MarshaJiian Px = harga barang X

Py= harga barang Y

I = pendapatan

(2.1)

V ariabel yang mempengaruhi pennintaan terhadap suatu barang ada banyak, akan tetapi dalam analisis ekonomi tidak semua variabel tersebut diperhitungkan. Umumnya, variabel yang diperhitungkan adalah variabe) yang mempunyai pengaruh besar dan Jangsung, yaitu harga barang itu sendiri, harga barang lain dan pendapatan konsumen. Terdapat dua macam fungsi pennintaan, yaitu fungsi pennintaan Marshallian dan fungsi pennintaan Hicksian. Adapun bentuk matematis dari kedua fungsi tersebut adalah sebagai berilrut :

14

Page 34: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversitas Indonesia

(2.5) L Wien= 1

di mana: Wi = proporsi pengeluaran komoditas i err = elastisitas pendapatan komoditas i

C. Agregasi Engel Persyaratan ini mencenninkan dampak perubahan pendapatan terhadap pennintaan. Agregasi Engel menunjukkan bahwa jumlah tertimbang dari

· elastisitas pendapatan untuk seluruh komoditas yang dikonsumsi sama den~ satu, atau dalam bentuk matematis dapat ditulis seba~i berikut :

(2.4) ~SU +eu=O dimana: Sij = elastisitas harga komoditas i en = elastisitas pendapatan komoditas i

B. Homogenitas Persyaratan ini menyatakan bahwa apabila pendapatan dan harga berubah dalam proporsi yang sama, maka permintaan terhadap suatu komoditas tidak akan berubah. Hal ini sebagai konsekuensi dari fungsi permintaan yan~ bersifat homogen berderajat nol terhadap harga dan pendapatan. Dalam bentuk elastisitas, sifat homogen tersebut dapat dapat dituliskan sebagai berikut:

(2.3) b piqi= I dimana:

pi = harga komoditas i Qi = kuantitas komoditas i

I = pendapatan

A. Aditivitas Mencerminkan persyaratan bahwa total pengeluaran pada fungsi pennintaan sarna dengan total pendapatan. Dalarn bentuk matematis hal ini dapat dapat dituliskan sebagai :

15

Page 35: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia

di mana:

Wi = proporsi pengeluaran komoditas i

Eij = elastisitas harga silang komoditas i terhadap harga komoditas j

eil = elastisitas pendapatan komoditas i

(2.7) Wi{Bi· + w-i:-'T) = w·(i:..:i + w·i:..:1) . !J J"1! J -.i. 1-J.

dimana:

Wi = proporsi pengeluaran komoditas i

Wj = proporsi pengeluaran komoditas j

Sij = elastisitas harge silang komoditas i terhadap harga komoditas j

E. Syarat Negativitas dan Simetri Slutsky Teori ekonomi mikro menyatakan bahwa perubahan harga menyebabkan

perubahan pendapatan rill (riil income). Perubahan ini dapat dipisahkan atas

pengaruh substitusi (substitution effect) dan pengaruh pendapatan (income

effect). Pengaruh substitusi merupakan pengaruh negatif, yang merupakan

syarat negativitas Slutsky. Syarat simetri Slutky menyatakan bahwa apabila

pendapatan riil konstan, pengaruh substitusi akibat perubahan harga

komoditas j terhadap pennintaan komoditas i sama dengan pengaruh substitusi akibat perubahan harga komoditas i terhadap permintaan komoditas

j. Efek substitusi dari komoditas i dan j tersebut bersifat simetri, dan kondisi

simetri dapat ditulis sebagai berikut :

(2.6)

D. Agregasi Cournot Syarat ini mencerminlcan dampak perubahan harga terhadap permintaan.

Agregasi Coumot menunjukkan bahwa perubahan harga pada salah satu

komoditas yang dikonsumsi (komoditas j) sementara harga komoditas lainnya tetap, akan berdampak pada adanya re-alokasi anggaran belanja sehingga

permintaan terbadap komoditas-komoditas akan berubah. Dalam bentuk

elastisitas hal tersebut dapat dituliskan sebagai. berikut :

Hal ini berarti bahwa seluruh anggaran yang tersedia habis dibelanjakan, dan

apabila terjadi kenaikan pendapatan maka akan dialokasikan secara

proporsional pada seluruh komoditas yang dikonsumsi.

16

Page 36: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Universitas Indonesia

Untuk barang normal, efek-efek tersebut diilustrasikan melalui Gambar 2.3 berikut ini.

Jenis Barang Efek Substitusi Efek Pendapatan · EfekTotal

(1) (2) (3) (4) Normal Negatif (turun) Negatif (turun) Negatif (turun)

Inferior Negatif (turun) Positif (naik) Negatif (turun)

Giffen Negatif (turun) Positif (naik) Positif (naik)

Penjumlahan efek substitusi dan efek pendapatan disebut efek total. Secara ringkas respon konsumen terhadap efek-efek tersebut dapat disajikan seperti tabel berikut.

Tabel 2.1. Efek Substitusi, Efek Pendapatan dan EfekTotal Jika Harga Naik

Perubahan barga dari suatu komoditas memiliki dua efek, yaitu efek substitusi dan efek pendapatan. Efek substitusi adalah perubahan dalam mengkonsumsi suatu komoditas akibat perubahan harga komoditas tersebut atau komoditas lain, di mana tingkat utilitas adalah konstan. Efek pendapatan terjadi karena perubahan harga suatu komoditas menyebabkan adanya perubahan dalam kekuatan daya belinya. Untuk barang normal, efek pendapatan berdampak

r P.()Sitif terhadap barang yang dikonsumsi, sebaliknya untuk barang inferior

~pak negatif (terlebih lagi barang giffen).

2.1.3. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan

Persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan oleh fungsi permintaan tersebut

dapat dipenuhi dengan menggunakan sistem permintaan (demand system).

17

Page 37: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversitas Indonesia

Perubahan sebesar X1-Xo merupakan perubahan jumlah konsumsi barang

X dengan mempertahankan tingkat utilitas (Uo), yaitu dengan meminimalisasi

anggaran, sehingga keseimbangan bergeser ke titik C. Perubahan sebesar X1-Xo disebut efek substitusi. Sedangkan pergeseran ke tingkat utilitas yang lebih

rendah (U1) terjadi karena pendapatan riil yang menurun dengan naiknya harga

barang X, sehinggajumlah barang X yang dikonsumsi berkurang sebesar X2-X1. Perubahan sebesar X2-X1 ini disebut efek pendapatan.

(2.8) Efek Total = Efek Substitusi + Efek Pendapatan

(X2-Xo) = (X1-Xo) + (XrX1)

Efek substitusi dan efek pendapatan pada gambar di atas dapat dijelaskan

sebagai berikut :

Misalkan keseimbangan awal konsumen adalah pada titik A. Naiknya harga

barang X menyebabkan keseimbangan bergeser dari titik A ke B dan jumlah

barang X yang dikonsumsi berlrurang dari Xo menjadi X2. Total perubahan

tersebut dapat dirinci set>api berikut :

Gambar 2.3. Efek Substitusi, Efek Pendapatan dan Efek Total dari Naiknya Harga Barang X (Barang Normal)

X2 X1 x, '--y--1 '--y--J

Efek~ Efeksubstitusi ~

EfelcTotal

KuantitasX

Kuantitas Y

18

Page 38: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia

Rumus tersebut digunakan untuk menghitung nilai elastisitas pada satu titik

tertentu dari kurva pennintaan. Pada kurva permintaan yan~ berbentuk garis

Iurus, nilai elastisitasnya berbeda pada tingkat harga yang berbeda. Untuk

(2.11)

Elastisitas pennintaan barang i terhadap pendapatan :

(2.10)

Elastisitas pennintaan barang i terhadap harga barang j :

(2.9)

Bila Pj=harga barang 4 Pj=harga barang jt X,=jumlah barang i yang

diminta, Xj=jumlah barangj yang diminta, dan I=pendapatan, maka:

Elastisitas pennintaan barang i terhadap harga sendiri :

Elastisitas dapat diturunkan dari fungsi pennintaan. Elastisitas yang

diturunkan dari fungsi pennintaan Marshallian disebut sebagai elastisitas tidak

terkompensasi (uncompensated elasticities). Sedangkan elastisitas yang

didapatkan dari fungsi pennintaan Hicksian disebut sebagai elastisitas

terkompensasi (compensated elasticities).

variabel yang lain. Elastisitas pendapatan menunjukkan respon permintaan

konsumen terhadap suatu komoditas akibat terjadinya perubahan pendapatan,

elatisitas harga sendiri menunjukkan respon pennintaan konsumen akibat

terjadinya perubahan barga komoditas itu sendiri, dan elastisitas harga silang

menunjukkan respon pennintaan konsumen akibat terjadinya perubahan harga

komoditas lain.

Elastisitas secara umum dapat didefinisikan sebagai ukuran persentase

perubahan pada suatu variabel yang disebabkan oleh perubahan satu persen . -

2.1.4. Elastisitas

19

Page 39: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia

Beberapa terminologi elastisitas disajikan pada Tabet 2.2, 2.3 dan 2.4 berikut ini yang meliputi elastisitas harga sendiri, elastisitas harga silang dan elastisitas pendapatan.

3. Proporsi kenaikan harga terhadap pendapatan konsumen. Bila proporsi tersebut besar, maka pennintaan cenderung lebih elastis.

4. Jangka waktn. Hal ini berkaitan dengan dimensi waktu, elastisitas jangka pendek adalah untuk jangka waktu kurang dari satu tahun dan elastisitas jangka panjang untuk jangka waktu lebih dari satu tahun. Untuk barang- barang yang habis dipakai dalam waktu kurang dari satu tahun (tidak tahan lama atau non durable goods), permintaan lebih elastis dalam jangka panjang dibanding jangka pendek. Sebaliknya. untuk barang yang masa konsumsinya lebih dari setahun (barang tahan lama atau durable goods),

pennintaannya lebih elastis dalarn jangka pendek dibanding jangka panjang.

1. Tingkat substitnsi. Semakin sulit mencari substitusi suatu barang, permintaan terbadap barang tersebut semakin inelastis dan sebaliknya.

2. Jumlah pemakai. Semakin banyak jumlah pemakai, pennintaan terhadap suatu barang semakin inelastis, dan sebaliknya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat elastisitas harga adalah :

di mana : ax= X1-X2

BP=P1-P2

(2.12) -iJX (P1+P2)/2 -iJX (P1+P2) E = - = - ...;.,,_---..

iJP (X1+X2)/2 iJP (X1+X2)

mengukur elastisitas harga di antara dua titik pada kurva permintaan, digunakan elastisitas busur yang dapat dihitung dengan rumus berikut ini :

20

Page 40: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Universltas Indonesia

Fungsi pennintaan dapat diturunkan melalui tiga pendekatan. Pendekatan

pertama, melakukan spesifikasi fungsi pennintaan tanpa bantuan teori

permintaan. Pendekatan ini banyak digunakan pada penelitian terdahulu karena

sederhana dan mudah diaplikasikan (Moeis, 2003). Pendekatan kedua, melalui

2.2. Model Fungsi Permintaan

Nilai Elastisitas Pendapatan Jenis Komoditas

(I) (2) su<O Inferior

OSSnSl Nonnal; Pokok (necessities)

~·> 1 Normal ; Mewah (luxurious)

Tabel 2.4. Nilai Elastisitas Pendapatan dan Jenis Komoditas

Nilai Elastisitas Harga Silang Hubungan Komoditas

en (2) Sij<O Komplementer Sij =O - Sij>O Substitusi

Tabel 2.3. Nilai Elastisitas Harga Silang dan Hubungan Komoditas

Nilai Elastisitas Harga Terminelegi Bentuk Kurva Sendiri (Nilai Absolut) . Pennintaan

(1) (2) (3) 0 Inelastis Sempuma Vertikal O<s<l Inelastis Curam (>45°) 1 Elastis Unitari 45° >1 EJastis Landai (<45°) 00 Elastis Sempuma Horisontal

Tabel 2.2. NiJai Elastisitas Harga Sendiri, Terminologi, dan Bentuk Kurva Pennintaan

21

Page 41: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversitas Indonesia

0$61 ; :Ef3i=l ; ~'Yi ; O<(xi -yj)

Yi = jumlah minimum (subsisten komoditas ke-i yans dikonsumsi)

Kelebihan-kelebihan dari model LES adalah: model ini berbentuk linear sehingga parametemya mudah diestimasi, memenuhi kendala atau syarat fungsi pennintaan, dan parameter yang diestimasi mudah diinterpretasikan. Namun demikian, model LES juga memiliki kelemahan yaitu bahwa dalam model tersebut komoditas yang bersifat inferior tidak dapat dianalisis karena

nilai ~! yang selalu positif.

i,j=l,2, .... ,n di mana:

(2.13) Pi Xi = Wj ='Yi p+ f3i ( M - L Y.i Pi ) + Ej

A. Model linear Expenditure S,stem (LES)

Model LES dikemukakan pertama kali oleh Klein dan Rubin (1947-1948) dan selanjutnya banyak digunakan dalam aplikasi empiris den¥an melakukan modifikasi-modifikasi oleh peneliti-peneliti lainnya. Model ini diturunkan dari funpi utilitas, sehingga secara otomatis dapat memenuhi syarat agregasi Engel, agregasi Cournot, simetri, serta homogen berderajat not terhadap harga dan pendapatan. Dalam model LES ini, pengeluaran masing-masing komoditas merupakan fungsi linear dari harga-harga (p) dan pendapatan (M). Bentuk matematis

dari model LES adalah :

spesifikasi fungsi utilitas dan kemudian memaksimisasinya dengan kendala

pendapatan yang ada, Pendekatan ketiga, melalui spesifikasi fungsi utilitas tidak Jangsung (indirect utility}, kemudian sistem pennintaan diperoleh dengan memakai identitas Roy (Roy's Identity}. Pendekatan kedua dan ketiga di atas mempunyai kelebihan yaitu bahwa sistem permintaan yan~ didapatkan memenuhi restriksi-restriksi fungsi pennintaan yaitu homogenitas, aditivitas, dan simetri.

Dalam penelitian empiris banyak dijumpai model-model fungsi pennintaan yang digunakan oleh para peneJiti ekonomi. Beberapa model pennintaan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

22

Page 42: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Universitas Indonesia

Secara teori, fungsi permintaan dapat diturunkan dari fungsi pengeluaran

sepanjang fungsi pengeluaran tersebut memenuhi syarat (1) kontinyu dan

tidak menunm dalam harga dan utilitas serta (2) konkav dan homogen

berderajat satu terhadap harga (Silberberg, 1990). Salah satu model

permintaan yang memenuhi kondisi tersebut adalah model Almost Ideal Demand System (AIDS) yang dikembangkan oleh Deaton dan Muellbauer

(1980). Model AIDS merupakan model fungsi pennintaan Marshallian

dalam bentuk proporsi pengeluaran. Dalam model AIDS? fungsi permintaan

dapat diturunkan secara langsung dari fungsi biaya. Merupakan properti

pokok dari fungsi biaya adalah turunan harganya merupakan kuantitas yang

diminta (Deaton, 1980)

C. Model Almost Ideal De1111111d System (AIDS)

(2.15) Wi =<Xi+}: f} lo~ p.j ; iJ = 1,2, ... , n

Secara aplikatif model ini seringkali digunakan oleh para peneliti dalam

bentuk persamaan proporsi pengeluaran, yaitu Wi = PiX/M. Persamaan

proporsi tersebut diperoleh dengan menurunkannya dari persamaan di atas,

sehingga diperoleh :

raj = 1 ; f3t;j = 13.iic ' 'v' k dan j

Bentuk matematis model translog adalah sebagai berikut :

log U(pi,P:z, •. ,J>n,M)=-:llij log(p/M)-~U:f3ir;i log(pi/M) log(p/M) (2.14) di mana:

Model translog (transcedentol logaritmic) diturunkan dari fungsi utilitas tidak

langsung. Salah satu kelebihan model translog adalah fungsi ini merupakan

fungsi yang fleksibel atau memenuhi konsep flexible functional form (FFF).

Sistem permintaan yan~ fleksibel berarti bahwa sistem pennintaan tersebut

dapat diperoleh dari maksimalisasi utilitas, dan dengan restriksi-restriksi

tertentu funpi ini dapat diagregas! untuk keseluruhan rumahtangga (Moeis, 2003).

B. Model Translog

23

Page 43: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Universltas Indonesia

Indeks harga pada persamaan (2.18) di atas dikenal sebagai indeks harga

Stone. Dengan menggunakan indeks harga Stone maka persamaan (2.16)

menjadi tinier dalam harga dan pengeluaran. Fungsi tersebut dikenal sebagai

aproksimasi tinier dari AIDS atau LA/AIDS (Linear Approximation/Almost

Ideal Demand System).

Beberapa kelebihan model AIDS adalah :

1. Model ini mempertimbangkan keputusan konsumen dalam

menentukan seperangkat komoditas secara bersama-sama sehingga

hubungan silang dua arah atau lebih dari komoditas-komoditas

tersebut dapat ditentukan. Hal ini sesuai dengan fenomena aktual

yang terjadi bahwa pemilihan suatu komoditas dilakukan oleh

konsumen secara bersama-sama.

2. Bentuk fungsinya konsisten dengan data pengeluaran rumahtangga

yang biasanya tersedia, sehingga estimasi permintaan bisa dilakukan

tanpa data dalam bentuk kuantitas.

3. Konsisten dengan teori permintaan karena adanya restriksi yan~

dimasukkan ke dalam model.

4. Parametemya mudah diduga tanpa harus menggunakan metode non-

linear.

(2.18) lo~ P =I Wi lo$ pi

Penggunaan indeks harga seperti pada persamaan (2.17) membuat model

AIDS berbentuk non-linear dan sulit untuk diestimasi. Oleh sebab itu dalam

penelitian-penelitian empiris, yang sering digunakan adalah aproksimasi

tinier dari indeks harga tersebut, yaitu:

(2.17)

di mana wi adalah proporsi pengeluaran komoditas l, pj adalah harga

komoditas j? y adalah total pengeluaran, dan P adalah indeks harga yans. didefinisikan sebagai:

(2.16)

Bentuk umum model AIDS adalah sebagai berikut :

wi = at + LJ YtJlog PJ +Pi log G) + u,

24

Page 44: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Universltas Indonesia

Harga sendiri berkorelasi negatif, pm~oomn berkorelasi positif dan antara sayyur-

Perobahan harga padi/umbi umumnya lebih besar pengaruh- nya terhadap komoditas lainnya dibe.ndingkan pengaruh perubahan harga komoditas lainnya terhadap pennintaan padi/umbi. Pennintaan pangan di pedesaan umumnya lebih resimnsif terhadap perubahan pendapatan dibandingkan di perkotaan,

Pangsa pengcluaran pangan sumber protein protein hewani sangat rendah, sebaliknya sumber protein nabati dominan Kenaikan pendapatan menaikkan pangsa untuk hewani tidak untuk nabati Respon pmnintaan keduanya inelastis terhadat> • tan

(6)

LA/AIDS Model dengan

OLS

LA/AIDS Model dengan 3SLS

LA/AIDS Model

Dengan OLS

(5)

Total pengeluaran, rmit yg/~~. pengeluaran untuk oaiak,

Total pengeluaran, harga agregat, jumlah anggota rumahtangga, pendidikan istri

Total pengeluaran, harga agregat, ukUfan rumahtangga, tingkat pendidikan istri

(4)

Proporsi pengeluaran 5 k~lt>mwk komoditi pangan,

Proporsi peogeluaran 1 kelompok komoditi pangan

Proporsi pengeluaran 9 kelompok komoditi pangan

(3)

Cross- section

Cross- section

CFOS8- section

Sabrina (2006), "Pola Konsumsi dan Pennintaan Pangan Rumahtangga di Sumatera Barat", Susenas (2002)

2

Ariningsih (2004)~ "Analisis Perilaku Konsumsi Pangan Sumbef Protein Hewani dan Nabati Pada Masa Krisis Ekonomi di Jawa", Susenas (1999)

I

(2)

Pengarang. Judul, Sumber Data (Periode)

No. Kesimpulan Metode Variabel Variabel Tcrikat Bcbas

Metodololrl Data

Set

Agung Dwi Chandra (2007), "Am~!it1it1 Permintaan Sayur-sayuran

(1)

Tabet 2.5. Beberapa Hasil Penelitian Terdahulu

2.3 TinJauan Penelitian Terdahulu Beberapa peneliti telah menggunakan model AIDS dengan kesimpulan

;van~ dapat diperlihatkan pada Tabet 2.5 berikut ini:

5. Karena model berbentuk semi log, maka secara ekonometrika akan

menghasilkan parameter dugaan yang lebih efisien, karena secara tidak langsung dapat mengatasi masalah penyimpangan asumsi dasar dalam OLS seperti heteroskedastisitas.

25

Page 45: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversitas Indonesia

Ada hubungan positif dan signifikan antara persepsi dan konsumsi, Ada efek signifikan antara perubahan harga dengan pengeluaran. Permintaan

Kelompok ikan /daging /telur/susu sebagai makanan sumber protein mcrupakan harang normal. Terhadap beras, kelompok ikan /dasins I telur/ susu menunjukkan hubungan komplcmcnter sedangkan tcrhadap sayur/buah menunjukkan hubunsan substitusi

LA/AIDS Model dengae

OLS

kclompok ikan/daging telur/ susu meiiunjukkan hubunpn 11ubmtu:li dengan keempat kelompok pangan yang lain

LA/AIDS Model dengan OLS

sayuran dengan padi/ umbi, - - daging dan ikan, serta makanan lainnya menunjukan hubungan yang komplementer.

AIDS

26

Konsumsi Daging

Cross. section

Jenis kelamin, umur, lama sekolah, jumlah anggota rumahtangga, pendapatan

unit value, pcngcluanm total, adult equivalent, pajak, lama sekolah KRT, lama sekolah meal planner, dll

Proporsi pengeluaran 10 kelompok komoditi

Cross- section

Total pengeluaran, unit value, umur kepala rumahtangga, luas lantai perlcapita, tipe daerah, jumlah anggota rumahtangga. status nunahtangga (mi~n!ti~). lama sekolah KRT, sumber penghasilan utama RT, jenis kelamin KRT,

Proporsi pen&eluanm S kelompok komoditi

Data Panel

Jumlah anggota nunahtangga, pendidikan kepala rumahtangga, pendidikan istri, tingkat pendidikan kades & sekdes, akses jalan, letak geografls,

K.C. Igwe (2007), "Meat Demand Analysis in Umuahia Metropolis AbiaState, Nigeria", survey

6

Jossy Prananta Moeis (2003), "Indonesian Food Demand System: An Analysis of the Impacts of the Eooeomic Crisis On Household Consumption .and Nutritional Intake", Susenas (1996, 1999) dan Podes (2002)

5

4

Rita Yuliana, (2008), "Evaluasi

- ·Pe:rubehan Tingkat Kesejahteraan Rumahtangga Sebagal Dampak Kenaikan Harga BBM Di Jmk>n~~!~ Periode Pebruari 2005 - Maret 2006", Susenas (2005, 2006)

Menuju Pemenuhan Sendiri di Propinsi Kep. Bangka Belitung", Susenas (2005) dan Podes (2005)

Page 46: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Universltas lndonesla

Ariningsih (2004) dalam penelitiannya mengambil topik perilaku

konsumsi pangan sumber protein hewani dan nabati di Jawa pada masa krisis

ekonomi. Data yang dipegunakan adalah Susenas tahun 1999 untuk Jima

provinsi di wilayah Jawa yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I.

Yo{Q'akarta dan Jawa Timur. Variabel sosial demografi yan~ dipergunakan

adalah pendidikan istri dan ukuran keluarga. Dengan menggunakan metode LAI AIDS temuan yang di peroleh adalah komoditas pangan sumber protein hewani dan nabati mempakan barang normal (kecuali susu) dengan respon pennintan kelompok pangan sumber protein hewani dan nabati bersifat inelastis terhadap perubahan pendapatan. Untuk kelompok pangan ikan, daging unggas

' Clan serealia, nilai elastisitasnya lebih tinggi di daerah perkotaan sementara untuk untuk ikan awetan, telur dan kacang-kacangan nilai elastisitas tinggi ada di daerah perdesaan. Nilai elastisitas pendapatan untuk ikan, ~~ dan serealia paling tinggi untuk pendapatan rendah dan menurun pada kelompok pendapatan paling tinggi. Sebagian besar respon pennintaan pangan sumber protein hewani dan nabati untuk kelompok serealia bersifat inelastis kecuali untuk kelompok serealia yang tergolong elastis. Hubungan antara satu kelompok dengan kelompok lain ada yang bersifat substitusi maupun komplementer akan tetapi nilai elastisitasnya relatif rendah (harga mutlak .kurang dari 0,5). Untuk pangan sumber protein hewani kelompok ikan segar, ikan awetan, daging temak bersifat komplementer terbadap kacang-kacangan sedangkan sedangkan kelompok daging unggas, telur dan susu bersifat substitusi terhadap kacang-kacangan. Sedang terhadap serealia kecuali ikan segar yang bersifat komplementer semua kelompok pangan sumber protein hewani dan nabati bersifat substitusi.

Sabrina (2006) yang dalam penelitian mengambil topik pola konsurnsi dan pennintaan pangan nunahtangga di provinsi sumatera Barat dalam penelitiannya menggunakan data Susenas tahun 2002 dengan menggunakan variabel bebas jumlah anggota rurnahtangga dan pendidikan istri. Model yang dipergunakan adalah LA/AIDS tanpa melakukan koreksi terhadap harga (unit value) adapun temuan yang didapatkan dari penelitiannya adalah perubahan harga padi/umbi umwnnya lebih besar pengaruh-nya terhadap komoditas lainnya dibandingkan pengaruh perubahan harga komoditas lainnya terhadap pennintaan

27

Page 47: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Universitas lndonesla

padi/umbi. Pennintaan pangan di pedesaan umumnya lebih responsif terhadap

perubahan pendapatan dibandingkan di perkotaan.

Penelitian Chandra (2007) menganbil topik tentang pennintaan sayur- sayuran di provinsi Bangka Belitung dengan menggunakan data Susenas dan

Podes tahun 2005. Variabel sosial demografi yan~ dipergunakan adalah jumlah

anggota rumahtangga, pendidikan kepa)a rumahtangga, pendidikan istri, tingkat

pendidikan kepala desa dan sekretaris desa, akses jalan, dan letak geografis, Model yang digunakan adalah LA/AIDS dengan melakukan koreksi terhadap

harga (unit value). Hasil yang di dapat dari penelitiannya adalah pennintaan

sayur-sayuran berkorelasi negatif dengan harganya. Antara sayur-sayuran

, dengan padi-padian dan umbi-umbian, ikan dan daging , serta makanan lainnya

men~jukan hubungan yang komplementer. Untuk kelompok pangan

ikan/da~g, basil yan~ didapat dalam penelitian ini adalah ditunjukkannya

hubungan substitusi dengan padi-padian dan umbi-umbian sementara dengan

sayur~ buah dan pangan lainnya ditunjukkan hubungan komplementer. Elastisitas

pendapatan pada semua kelompok pangan bertanda positif dan nilai

elastisitasnya antara O<lel<l yang berarti semua kelompok pangan adalah barang

kebutuhan pokok (necessity)

Moeis (2003) dalam penelitiannya melakukan analisis sistem pennintaan

pangan di Indonesia menggunakan metode LA/AIDS pada dua tahun

pen~atan yaitu 1996 clan 1999 dengan melakukan koreksi terhadap harp (unit value) untuk mengatasi simultaneous bias, mengatasi selectivity bias

dengan two step Heckman, dan mengatasi contemporaneous correlation dengan

bootstrapping. Variabel sosial demografi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah adult equivalent? paj~ daerah .lama sekolah kepala rumahtangga, lama

sekolah meal planner, rasio anggota rumahtangga yang bekerja. Dalam

penelitian ini pangan dibagi menjadi 9 kelompok yakni padi, ketela, jagung,

legumes, gandum, syur/buah, ikan, daging/telur/susu clan pangan lainya. Hasil penelitian untuk tahun 1999 menunjukkan kelompok ikan/daging /telur/susu

sebagai makanan sumber protein merupakan barang normal. Terhadap beras,

kelompok ikan/daging /telur/susu menunjukkan hubungan komplementer

sedangkan terhadap sayur/buah menunjukkan hubungan substitusi. Untuk

28

Page 48: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia

elastisitas pendapatan, ketela, gandum, sayur/buah dan pangan lainnya memiliki

nilai elastisitas lel> 1 dan tergolong barang mewah sedangkan kelompok lainnya

tergolong barang pokok.

Yuliana (2008) mengambil topik perubahankesejahteraan rumahtangga

seba~ai dampak kenaikan BBM di Indonesia dengan menggunakan data Susenas

tahun 2005 dan 2006. Model yang digurakan adalah LA/ AIDS dengan variabel

sosial demografi yang digunakan adalah umur kepala rumahtangga, luas lantai perkapita, tipe daerah, jumlah anggota rumahtangga, status rumahtangga (miskin/tidak), lama sekolah KRT? sumber penghasilan utama RT? jenis kelamin KRT. Dalam penelitian ini pangan dibagi kedalam S kelompok yakni kelompok

- padi-padian dan umbi-umbian, kelompok ikan/daging/telur/susu, kelompok kacang-kacangan, sayur, buah, kelompok minyak dan lemak dan kelompok pangan lainnya, Hasil yang didapat dari penelitian ini kelompok ikan/dagin~ telur/ susu menunjukkan hubungan substitusi dengan keempat kelompok pangan yang lain

K.C. Igwe (2007) melakukan penelitian tentang fungsi pennintaan daging di Nigeria dengan menggunakan data survey cross section.dengan

menggunakan model AIDS dan variabel bebas Jenis kelamin, umur, lama sekolah, jumlah anggota rumahtangga, pendapatan basil yang didapat dari

penelitiannya adalah ada hubungan positif dan signifikan antara persepsi dan konsumsi. Ada efek signifikan antara perubahan harga dengan pengeluaran,

Penelitian yang dilaksanakan oleh penulis (2009) mengambil topik permintaan rumahtangga Indonesia terhadap pangan sumber protein hewani dengan menggunakan data Susenas tahun 2008. Model yang dipergunakan adalah LA/ AIDS dengan OLS seperti metode yang yang digunakan oleh Moeis

·(2003) akan tetapi tanpa mengatasi contemporaneous correlation dengan bootstrapping. Kelompok pangan dibagi menjadi 5 (lima) kelompok yakni padi- padian dan umbi-umbian sebagai sumber karbohidrat dan protein nabati, V ariabel sosial demografi yang digunakan yakni equivalensi rumahtangga (adeq), Jenis kelamin kepala rumahtangga, lama sekolah kepala rumahtangga, tipe daerab dan umur kepala rumahtangga.

29

Page 49: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversitas Indonesia

Tandayang Variabel Bebas Diharapkan Referensi

(#-)

(1) (2) (3) Pendapatan 1. Moeis (2003) Rumahtangga Negatif (lnyrii/) 2. Yuliana (2008)

Logaritma i, Moeis (2003) Equivanensi Positif 2.Yuliana (2008) Rumahtangga (Lnadeq) Jenis Kelemin Kepala Negatif 1. Yuliana (2008) Rumahtangga (J klmn) Lama Sekolah Kepala Positif I .Chandra (2007) Rumahtangga 2.Yuliana (2008) (educ) Tipe Dacrah Positif 1. Yuliana (2008) (daerah) Umur Kepala Rumahtangga Positif 1. Yuliana (2008) (umur)

Tabel 2.6. Hipotesis Arab V ariabel Bebas

2.4 Hipotesis Arab Variabel Bebas Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan para peneliti sebelumnya

maka dalam penelitian ini hipotesis arah variabel-variabel bebas yang

diharapkan dalam parameter estimasi fungsi pennintaan pangan sumber protein

hewani dapat kita baca pada tabel 2.6 sebagai berikut :

30

Page 50: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai
Page 51: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia 31

3.2. Variabel Yang Diteliti

Untuk mengetahui elastisitas permintaan makanan swnber protein hewani, maka sebelumnya perlu diketahui karakteristik dari komoditi pangan sumber

protein hewani kaitannya dengan perubahan harga komoditas itu sendiri, harga

komoditas lain dan pengeluaran yang dicerminkan oleh elastisitasnya. Besar

nilainya.

3.1. Samber Data Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data dari basil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel Modul Konswnsi dan Kor 2008. Survei ini dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan Maret 2008. Data

8usenas Panel Konswnsi merupakan data cross section dengan sampling unit rumahtangga, yaitu sebanyak 68.800 rumahtangga se-Indonesia. Dari jwnlah

sampling unit tersebut, dokumen yang masuk sejwnlah 68. 780. Setelah

dikeluarkan outlier maka data record yang digunakan adalah sebanyak 66. 724 rumahtangga (BPS, 2008).

Data yang dikumpulkan dalam Susenas Panel Konswnsi 2008 terdiri

dari data pokok (kor) dan data modul konswnsi. Data kor merupakan data keterangan pokok rum.ahtangga dan anggota rumahtangga yang memuat

keterangan tentang karakteristik dari setiap anggota rumahtangga seperti

hubungan dengan kepala rumahtangga, jenis kelamin, wnur, kesehatan,

pendidikan, ketenagakerjaan, fertilitas dan keluarga berencana dari masing-

masing anggota rumahtangga, sedangkan data rumahtangga memuat keterangan

tentang keadaan karakteristik rumahtangga seperti daerah tempat tinggal

(kota/desa), perumahan, dan keadaan sosial ekonomi rumahtangga.

Data konswnsi malcanan dirinci sebanyak 215 jenis pengeluaran

rumahtangga. Untuk setiap jenis malcanan yang dikumpulkan data kuantitas dan '

METODOLOGIPENELITIAN

BAB3

Page 52: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia

3.3.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan suatu teknik analisis data dengan tabel dan grafik yang digu.nakan untuk menggambarkan keadaan suatu hal secara umum. Dengan analisis deskriptif informasi yang diperoleh dari basil olah data menjadi

lebih mudah untuk ditafsirkan dan untuk memperjelas kandungan infonnasi. Pada penelitian ini analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan pola

3.3. Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan dua metode analisis yakni analisis deskriptif dan analisis ek.onometrika. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan pola/perilaku konsumsi pangan khususnya makanan sumber protein dan komoditas pangan yang lain pada umumnya. Sedangkan analisis ekonometrika digunakan untuk mengestimasi fungsi pennintaan pangan.

kecilnya nilai elastisitas akan menentukan seberapa besar dampak perubahan

harga. Secara teori elastisitas dapat diturunkan dari fungsi permintaan.

Sedangkan pennintaan terhadap pangan dipengaruhi oleh pendapatan, harga

pangan itu sendiri, harga barang lain, dan selera konsumen.

Pada penelitian ini digunakan beberapa variabel yang berasal dari modul maupun kor. Adapun variabel-variabel tersebut adalah: a. Pendapatan rumahtangga diproksi dengan pengeluaran rumahtanga.

Penggunaan data pengeluaran rumahtangga sebagai proksi untnk pendapa1an sesuai dengan penclitian terdahulu oleh Deaton (1980), Moeis (2003) dan

Yuliana (2008). Walaupun dalam Susenas terdapat data pendapatan ~ · rumahtangga a1can tetapi data ini tidak dapat diandalkan. b. Harga kelompok komoditi diproksi dengan unit value.

Sebagai proksi dari harga, unit value diperoleh dari basil pembagian antara pengeluaran rumahtangga untuk kelompok makanan tertentu dengan jumlah unitnya.

c. Setera konsumen yang diproksi dengan jumlah anggota rumahtangga dalam penelitian ini digunakan skala umur adult equivalent, rasio anggota rumahtangga yang bekerja, tipe daerah (kota atau desa), karakteristik: kepala rumahtangga (lama sekolah, umur, jenis kelamin).

32

Page 53: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia

. No Kelompok Komoditi Ketcrangan Pan1mn (1) (2) (3) rii

Bera, hens kctan, Jagung basah chm 'kulit, jagung pipilanlberas jagung, tepung beras. tepuog jagung Sumber

Padi-padian chm (mai7.ena), tepung terigu, lainnya, lcct.ela poboo/ karbohidrat 1 Umbi-umbian singkoog, la:tela rambat/ubi jalar, sagu (bukan dari la:tela danprotein pobon), talas/keladi, kentang, gaplek. tepung gaplok(tiwul), tepung kctela pohon (tapioka/kanji), nabati lainnva

Tabel 3.1 Agregasi Komoditas Pangan

3.3.2.1. Spesifikui Model Permintaan

Untuk dapat mengestimasi model LA/AIDS langkah pertama yang harus dilakukan adalab melakukan agregasi komoditas. Hal ini perlu dilakukan agar semua rumahtangga dapat diikutsertakan dalam estimasi model. Sering ditemui bahwa rumahtangga tidak mengkonsumsi salah satu komoditi makanan.

Mengeluarkan observasi dari data akan menyebabkan bias dan jumlab observasi menjadi sedikit. Dengan agregasi lromoditas pangan menjadi kelompok yang

Jebih besar diharapkan jumlah data yang memenuhi syarat menjadi lebih banyak. Standar baku aturan agregasi sebenarnya tidak ada dan para peneliti

biasanya mengelompokan komoditi berdasarkan pada penelitian terdahulu,

kcpcrluan studi, pangan lokal, kandungan zat gizi pangan, sasaran kebijakan,

dan pertimbangan lainnya (Moeis, 2003). Dalam penelitian ini agregasi pangan yang dianalisis dibagi menjadi lima kelompok seperti terlihat pada Tabet 3.1.

3.3.2. Analisis Ekonometrika Dalam penelitian ini analisis ekonometrika digunakan untuk mengestimasi

fungsi sistem pennintaan. Berkaitan dengan tujuan penelitian dan dengan

memperhatikan keJebiban-keJebihan dari model pennintaan yang telab diuraikan sebelumnya, maka model yang digunakan dalam penelitian ini adalab model AIDS dalam bentuk aproksimasi linear berdasarkan Indeks Harga Stone

(LA/AIDS).

konsumsi pangan, deskripsi variabel, analisis basil estimasi model, dan

elastisitas

33

Page 54: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia

Sumber: Pengelompakan Penulis untuk mcngatasi selectivity biO£

Swnber lcmaJc

Mlnyak kelapa. mfnyak jaguug, minyak gormg lainnya. kelapa. ID8l'pinc, lainnya, Dahan minumao: gula pasir, gula merah (tcmwilk gula air), teh, lropi (bubuk, biji, insaan). coklat inst.an, ooklat bubuk, sirup. lainnya, bumbu-bumbuan: garam, h:miri,ketumbar/jintcn, merica/lada, asam, biji pala, cmgkeb, tcrasi/ pctis, kecap,pm:yedap masakan/vetsin, sambal jadi/sauce tomat, bumbu masak jadi/kanasan, bwnbu dapur lainnya, konswmi lainnya: mic instan, mic basab, bilnm, makarcmi/mie kcriug. kerupuk. cmping, baban agar-agar, bub1D' bayi kcma581J. lainnya, malam dan minuman judi: roti tawar, roti maois/roti lainnya, kuc keringlbiskuit/semproog. kue basah, malaman gon:ogan, bubur kaaing hijau, gado-gadolketopl; nasi camp1D'/rames, nasi goreng. nasi putih. lontonglketupat sayur, soto/ gulelsopl rawoo/cincans, ate1tonpeng. mie baksolmic rebus/mic goreng, mie instant, malaman ringan anak-anak/ krupuklkripik, ikan (goreng, bakar, presto, pindang. pcpcs. dsb), ayam/daging (goreng,bakar, dsb)1 malaman jadi lainnya, air kemasan air kemasan galon, air teb kemasan, sari buah kemasan, minuman ringan mcngandung C02 (soda),minuman kesebatan/ mimnnan berenergi, minuman lainnya (kopi, kopisusu, teh, susu cokJat. dll), es krim. es lainnya, bir, anggur, minuman keras lainnya, tembakau clan sirih: rokok kretek filter, rokok keretek tanpa filter, rokok putib. tembak:au.. sirih/oinang, lainnya

s

Sumber vitamindan

mineral

Bayam, lamglamg. kollkubis,sawi putih (pctsai). sawi hijm, buocis, bcaog panjang. tomat sayur, wortel, mentimun, daun kdela pohon. teroog. tauge, labu, jagung muda bcil, sayur sop/cap cay, sayur asamllodch, nangka muda, pepaya muda, jamur, petai. jeogkol, bawang mcrab, bawang putih, cabc mcrab, c:abe bijau, cabe rawit, sayur dalmn kaleng, sayur Jainnya. jeruk, mangga, apel, aJpobt, rambutan, duku, durian, sa]aJc. nanas, pisang ambon, pisang raja, pisang lainnya, pepaya, jambu, sawo, belimbing. kcndodong, 9CIDangka, melon.. nan!!ka.. tomat buah.. buah dalam kalenst. Jainnya

4 Sayur/Buah

Sumbcr potein bcwani

(komodital peoclitiao

utama)

Dam elccr laming. toogkol/tuoa/c:akalang, tenggiri, selar, kcmbung, teri, bandcng, gabm, mujair, mas, Jele, kalatp,barommg, lainnya. udaog, cumicumi/sotoog. kctamlkcpitin&'rajungan, la:nmgfsiput, ikan asin: kcmbunglpcda, tcnggiri, toOgkol/tuna/ca)ca]ang, teri, sels, ~ gabus, ilam da1mn kalcng, Jainnya. udang clan hcwan air, lainoya yang di awcdam: udang (chi). c:umi~ Jaimrya. daging scgar: daging upi, daging brbau, daging bmbing. daging babi, daging ayam ras. daging ayam kampung, daging WlggBS lainnya, daging lainnya, daging diawetkan: dendcng, abClll, daging datam kaleng, lainnya, 1ainnya: hati.Jeroan (aolain hati). totolao, tu1ang, lainoya, tolur dan SUSU! tab.II' ayam ras. tetur ayam kampung, telur i.tilr/te1ur itik manila. telur puyuh. telir Jamnya, tel1B' asin, susu mumi, susu cair pabrik, susu kmlal manis, susu bubuk, susu lftJhuk hirvi_ Jrei1L hasi1 Jain dari IUIU

susu 3

sumber protein nabati utama

Kacang tanab tanpa kulit. kacang tanab dengan kulit. kacang kedele, lcacang hijau, kacang mede, kacang lainnya, ~ tcmpe, tauco, oncom, lainnya

Kacang~ lcacangan 2

(4) (3) (2) (1)

Kelompok Pan2a0 Keterangan Komoditi

Pangan lainnya

No

34

Page 55: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia

Wt= aio + LYtiOaP1 + {J,Iog (y/P) + a11lnadeq + ati.f_klmn J

+ai3educ + a14daerah + a15umur + a16IMR1 + u1 (3.1)

Pengelompokan komoditas menyebabkan harga untuk kelompok pangan menjadi tidak tersedia, maka Deaton (1989) melakukan modifikasi model AIDS.

Modifikasi dilakukan dengan menggunakan unit value sebagai pengganti harga

· kelompok makanan pada model AIDS. Adapun model fungsi pennintaan dalam penelitian ini adalah:

Dalam analisis dengan fungsi pennintaan AIDS ini digunakan beberapa

asumsi (Rita, 2008), antara lain: a. Pengelompokan komoditi diasumsikan bahwa harga semua komoditas

pangan dalam satu kelompok bergerak bersamaan. Asumsi ini mengikuti pendapat Nicholson (1991) yang menyebutkan bahwa komoditas gabungan (composit good) adalah kelompok barang di mana harga semua barang dalam kelompok tersebut bergerak bersamaan sehingga dapat diperlakukan sebagai satu komoditas tunggal.

b. Pengeluaran konsumsi pangan dan non pangan diasumsikan terjadi secara terpisah (separability), sehingga konsumen dapat menentukan preferensinya secara bebas terbadap komoditas pangan tanpa dipengaruhi oleh pengehwan komoditas non pangan, dan sebalilmya.

c. Rumahtanwa diasumsikan mengalokasikan pendapatannya untulc pengeluaran konsumsi dengan dua tahap. Pada tahap pertama,

pendapatan rumahtangga dialokasikan untuk pengeluaran konsumsi pangan dan non pangan. Pada tahap kedua, rumahtangga mengalokasikan pengeluaran konsumsi pangan ke dalam komponen-komponen yang lebih spesifik seperti beras, ikan lele, kol, jeruk, dan sebagainya, yang

kemudian diagregasi menjadi enam kelompok pangan. Pada tahap kedua ini diasumsikan antar kelompok komoditas sating terkait sehingga pengeluaran untuk konsumsi pangan merupalcan suatu sistem.

35

Page 56: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas lndonesla

Dalam penelitian ini dilakukan estimasi dua model fungsi sistem pennintaan LA/ AIDS menurut persamaan (3.1) dengan unit observasi seluruh rumahtangga sampel Susenas Modul Konsumsi 2008.

a.i3 , O.i4 = Parameter dugaan

,a.is Yij• f3i u, = Residual ( en-or term)

j_klmn = Dummy jenis kelamin kepala rumahtangga (1 = laki-Iaki, 0 = perempuan)

Educ = Lama sekolah kepala rumahtangga

daerah = Dummy tipe daerah (desa/kota) rumahtangga tinggal (1= kota, 0 = desa)

umur = Usia kepala rumahtangga

IMRi = Invers Mills Rauo, variabel koreksi dari harga estimasi kelompok pangan ke i yang dikonsumsi rumahtangga

= Proporsi pengeluaran rumahtangga untuk konsumsi kelompok pangan ke-i terhadap total pengeluaran konsumsi pangan

= Harga kelompok pangan ke j yang tidak terobservasi ( diproksi dengan unit value)

= Jumlah pengeluaran rumahtangga untuk konsumsi pangan

= Indeks barga stone, logP = l:,w, logp,

= Ukuran rumahtangga dengan mempertimbangkan umur anggota rumahtangga. Usia 13 tahun ke atas dinilai 1, antara 7 sampai 12 tahun dinilai 0,5, dan dibawah 6 tahun dinilai 0,25.

y p

lnadeq

Pi

ij = Kelompok pangan, dimana i =l, 2, 3, 4 ,5 j =I, 2, 3, 4, 5

36

Dimana:

Page 57: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Pelanggaran asumsi-asumsi ldasik akan menyebabkan estimator yang

dihasilkan menjadi bias (biased), tidak konsisten (inconsitenl) dan tidak efisien

(ine/Jicienl). Pada umumnya kasus autokorelasi banyak terdapat pada data time

series, sedangkan pada data cross section seperti yang digunakan dalam

penelitian ini masalah autokorelasi tidak ada. V ariabeJ tidak bebas budget share diperoleh dari basil pembagian antara

pengeluaran rumahtangga untuk kelompok makanan tertentu dengan

pengeluaran pangan total rumahtangga. Tidak tersedianya data harga kelompok

komoditi menyebabkan variabel bebas harga kelompok komoditi dalam

persamaan LA/ AIDS diproksi dengan unit value, yaitu rasio pengeluaran

makanan terhadap kuantitas makanan yang dikonsumsi. V ariabel bebas

Unlversltu Indonesia

3.3.2.2 Estimasi Model Fangsi Permintaan

Penelitian ini menggunakan metode OLS untuk mengestimasi model ' AIDS. OLS merupakan estimator linier terbaik yang tidak bias (Best Linear

- Unbiased Estimator/BLUE) apabita dapat memenuhi asumsi-asumsi berupa :

a. Nilai barapan dari rata-rata kesalahan (disturbance's error) adalah not

atau E(ui) = 0 b. Varians dari kesalahannya konstan/homoskedastik. (homoscedastic) atau

Var(u,) =a~ untuk semua i c. Tidak ada korelasi antar residual/autokorelasi (no autocorrelation) atau

Cov(u,, u1) = 0, untuk i -:t: j

d. Tidak korelasi antar variabel bebas/multikolinieritas (no

multicollinearity).

e. Tidak korelasi antara variabel bebas (X) dengan residualnya atau

Cov(Xi, ui) = 0

b. Homogenitas : I1 YtJ = 0

c. Adding-up : It a10 = 1, Ii YtJ = 0, It Pt = 0, It a,1 = 0,

Iiaa = 0, Itat3 = 0, Itat4 = 0, Itats = 0

: YtJ = YJt a. Simetri

Agar sesuai dengan teori permintaan, maka dalam pendugaan model

LA/ AIDS diterapkan restriksi-restriksi sebagai berikut :

37

Page 58: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia

A. Quality Effect, Quantity Premium dan Simultaneity Bias dari Data

Harga komoditas pangan yang dibeli konsumen seringkali berbeda antar

konsumen. Perbedaan harga komoditas tersebut disebabkan karena perbedaan

jumlah dalam pembelian (quantity premiums) dan perbedan kualitas (quality

3.2.2.3 Permasalaban Estimasi Model dan Cara Mengatasinya

Dalam pendugaan model LAI AIDS, restriksi simetri, homogenitas, dan adding-up dipakai untuk memenuhi sifat-sifat fungsi permintaan sesuai teori

mikroekonomi. Perangkat lunak yang digunakan untuk keperluan ini adalah

Stata versi 10.

(3.4) PJ = !!.L qJ

Dimana: i = kelompok komoditi pangan ke i (112,31415)

j = komoditi pangan ke j e = total pengeluaran rumahtangga untuk pangan

e1 = pengeluaran rumahtangga untuk kelompok pangan i

e1 = pengeluaran rumahtangga untuk komoditi j

q,= kuantitas pangan yang dikonsumsi rumahtangga untuk komoditi j.

Pt = I~~1 [P1 ~] (3.3)

dimana harga komoditi-j ( PJ) yang dibayar oleh rumahtangga didefinisilcan

sebagai:

(3.2)

pendapatan rumahtangga dilakukan proksi dengan data pengeluaran

rumahtangga karena lemahnya validitas data pendapatan rumahtangga dalam

suatu survei rumahtangga. Sedangkan pendapatan riil rumahtangga untuk

pangan diperoleh dari pengeluaran untuk pangan yang dideflasi dengan lndeks

Harga Stone.

Secara matematika budget share (w!) dan unit value kelompok komoditi

pangan (p) ke i dapat diformulasikan sebagai berikut:

38

Page 59: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia

LnD1 = deviasi dari logaritma natural harga kelompok pangan i yang

dibayar rumahtangga _ Pt = unit value kelompok pangan i yang dibayar rumahtangga (proksi

dari harga kelompok komoditi pangan) Pt = rata-rata unit value kelompok pangan i setiap tempat di mana

rumahtangga tinggal Phi = harga kelompok komoditi i yang di konsumsi rumahtangga h n = Jumlah rumahtangga

(3.6)

(3.5) LnD1 = Lnp1 - Lnp1

di mana:

P- _ l:hPht i--n-

rum us:

effects) barang yang dikonsumsi. "Karena ada perbedaan harga tersebut, maka penggunaan data harga-harga dalam analisis perlu dilakukan koreksi.

Penggunaan variabel bebas harga-harga (pt) dan tidak bebas proporsi pengeluaran panganlbudget share (Wt) secara 'bersama-seme ditentukan oleh

pengeluaran rumahtangga, sehingga akan mengakibatkan bias simultan (simultaneity bias) pada persamaan (3.1) dan jika digunakan OLS a1can menghasilkan estimator yang bias.

Untuk mengbindari terjadinya bias simultan dan mengoreksi harga-harga untulc mengatasi quality effect dan quantity premium terhadap rumahtangga sampel yang mengkonsumsi suatu komoditi, maka digunakan instrument

~ variable (Moeis, 2003). Caranya adalah mencari harp estimasi masing-masing komoditi pangan untulc setiap rumahtangga sampel. Dalam hal ini diasumsikan bahwa setiap rumahtangga belanja pada pasar yang sama untulc setiap desa dan setiap desa hanya memiliki satu pasar. Pertama kali menghitung logaritma dari harga rata-rata setiap komoditi pangan di setiap desa (Lngp1) dan menghitung

deviasi dari log harga setiap komoditi (LnDt) yang dibayar oleh setiap rumahtangga terhadap rata-rata harga setiap komoditi di setiap desa dengan

39

Page 60: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia

B. Selectivity Bias dari Data Sering ditemui bahwa rumahtangga tidak mengkonsumsi sa)ah satu

komoditi makanan yang disebabkan oleh beberapa hat? misalnya poJa diet rumahtangga untuk jenis makanan tertentu, atau pada waktu pencacahan (kondisi seminggu yang lalu) nimahtangga kebetulan sedang tidak mengkonsumsi komoditi tertentu. Penggunaan data dengan kondisi yang demikian dapat menyebabkan selectivity bias (Moeis, 2003). Ada dua cara mengatasi selectivity bias dari data, yaitu mengelompokkan komoditi makanan clan menggunakan two step estimation dari Heckman (Wooldridge, 2002).

Dalam penelitian ini komoditi pangan sudah dikelompokan menjadi lima kelompok. Jika masih terdapat banyak rumahtangga yang tidak mengkonsumsi setelah dilakukan pengelompokan komoditi, maka dilakukan prosedur two step

Heckman. Prosedur two step Heckman dilakukan dengan cara menambahkan variabel bebas Invers Mills Ratio (IMR) pada model utama (persamaan 3.1). Untuk mendapatkan variabel IMR dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

(3.8)

{3.9) Yang mengkonsumsi : fnp, = lnp, - TnD, yang tidak mengkonsumsi : lnp, = lnp, - lnD, di mana:

p;-- = niJai estimasi unit value kelompok pangan i

Pt = harga kelompok pangan i p~ = rata-rata harga kelompok pangan i di setiap desa

TnD, = nilai estimasi lnDt (mengacu pada persamaan 3. 7) dari basil regresi

Setelah log deviasi harga diperoleh, selanjutnya dilakukan estimasi regresi

deviasi harga(LnDt) dengan metode OLS menurut model ekonometri sebagai berikut:

Ln Di= a1o + P1Ln(y) + «ttlnadeq + a,i}_klmn + ai3Educ

+ a~,,.daerah + a4sumur + u1 (3. 7)

Setelah model regresi deviasi harga diperoJeh, malca dilakukan estimasi log

deviasi harga OnDJ dari setiap komoditi pangan untulc setiap rumahtangga baik

nunahtangga yang mengkonsumsi ataupun tidak mengkonsumsi komoditi pangan tersebut dengan nunus:

40

Page 61: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Universitas Indonesia

C. Heteroskedastisitas dan Moltikolinieritas

Setelah permasalahan quality effect, quantity premium, simultaneity bias,

dan selectivity bias teratasi, selanjutnya dilaknkan pengujian terhadap asumsi

klasik dari model regresi. Jika asumsi-asumsi klasik terpenuhi, maka estimasi

dengan OLS dapat dilakukan dan diperoleh penduga yang tinier terbaik tak bias

("Best Linear Unbiased Estimator/BLUE).

Pada kasus multikolinieritas sempurna interpretasi dari estimasi koefisien

regresi tidak dapat ditafsirkan. Untuk mengukur adanya multikolinieritas

dilakukan dengan melihat nilai variance inflation factor (VIF). Apabila nilai VIF

suatu variabel lebih besar dari 10, maka indikasi adanya multikolineritas

(Gujarati~ 2003). Cara tennudah mengatasi . multikolinieritas adalah tidak

mengikutsertakan salah satu dari dua variabel yang kolinier dalam model

(Nachrowi, 2005). Cara lainnya adalah dengan mencari variabel instrumen yang

(3.11)

Kedua menghitung nilai IMR yaitu perbandingan antara probability

density function (PDF) dengan cumulative distibution function (CDF) normal

standar atau dengan rumus:

IMR =PDF CDP

(3.10)

Pertama melakukan estimasi peluang rumahtangga mengkonsumsi suatu

kelompok komoditi makanan dengan regresi probit atau logit. Dalam penelitian

ini estimasi peluang mengkonsumsi menggunakan model probit. Model probit

menggunakan variabel tidak bebas probit setiap komoditas pangan

( Konsumsii) yaitu bemilai I jika mengkonsumsi kelompok komoditi i dan

tidak mengkonsumsi bemilai 0. Sedangkan variabel bebas yang digunakan

adalah harga-harga, total pengeluaran makanan, dan karakteristik demografi

rumahtangga.

Adapun model estimasi probit tersebut adalah sebagai berikut:

Konsumst, = a,0 + L r,1Lnp1 + P1 Ln(y) + a,1lnadeq_ I

+ a,-z]Jdmn + a13educ + a14daerah

+ a~burd + a~~umur + u1

41

Page 62: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia

dimana:

(3.15)

(3.16)

dimana w1 yang digunakan adalah w1 rata-rata. Elastisitas permintaan kelompok makanan terhadap total pengeluaran

makanan yang diperoleh dari model LAI AIDS di atas adalah elastisitas permintaan masing-masing kelompok makanan terhadap total pengeluaran makanan, bukan terhadap total pengeluaran rumahtangga. Untuk memperoleh besaran elastisitas permintaan masing-masing kelompok makanan terhadap total pengeluaran rumahtangga (sebagai proksi pendapatan rumahtangga), nilai elastisitas total pengeluaran makanan dari basil perhitungan dengan model LA/AIDS tersebut (pesamaan 3.12) dikalikan dengan nilai elastisitas total pengeluaran makanan terhadap total pengeluaran rumahtangga menurut status

ekonominya Elastisitas total pengeluaran makanan terhadap total pengeluaran rumahtangga (pendapatan rumahtangga) diduga dengan model logaritma tinier sebagai berikut :

{3.12)

(3.13)

(3.14)

1/t = 1 +lL. Wt

eu = -(1 +fl,) + !:!! Wj

3.3.2.4. Penghitangan Elastisitu Mengacu pada persamaan (3.1) elastisitas pendapatan/pengeluaran (17,),

_e)astisitas harga sendiri (eu) dan harga silang (eu) Marshallian (uncompensated)

dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

berkorelasi dengan variabel tidak bebasnya, tetapi tidak berkorelasi dengan

variabel bebasnya

Pelanggaran terhadap asumsi homoskedastik akan menyebabkan estimasi

koefisen regresi yang dihasilkan tidak efisien. Salah satu statistik uji yang dapat

digunakan untuk menguji apakah varians dari error bersifat homoskedastik atau

tidak digunakan Breusch-Pagan Test (Gujarati, 2003). Ada beberapa cara untuk mengatasi heteroskedastisltas, salah satunya adalah dengan teknik Robust.

42

Page 63: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

3.4 Teknik Pengolahan Data

V ariabel-variabel di dalam data Susenas Panel 2008 adalah variabel yang

tidak bisa digunakan secara langsung akan tetapi harus diolah menjadi variabel

baru yang dibutuhkan dalam fungsi permintaan. Data utama yang digunakan

dalam penelitian ini meliputi dua kelompok, yaitu kelompok variabel sosial

demografi yang berasal dari data kor dan kelompok variabel yang berkaitan

dengan konsumsi rumahtangga yang berasa1 dari data modul konsumsi. Dalam

membuat variabel-variabel baru dan melakukan estimasi fungsi pennintaan,

penulis menggunakan software Stata Verst 10. Estimasi fungsi permintaan

dihitung melalui 3 tahapan. Tahap I sampai II dilakukan dengan software Stata Ver.si JO, sedangkan pada tahapan ill dilakukan dengan soflw~ Microsoft Office Excel 2007. Pertama, merupakan tahapan untuk membuat variabel sosial

demografi dengan skema diagram Gambar 3.1. Kedua, melakukan agregasi

kelompok komoditi menjadi 5 (lima) kelompok baik terhadap kuantitas maupun

pengeluaran, mengestimasi regresi deviasi log harga untuk mengatasi simultaneity bias, quality effect dan quantity premium, estimasi regresi probit untuk membuat

variabel IMR sehingga pennasalahan selectivity bias dapat teratasi dan

mengestimasi fungsi sistem permintaan LA/ AIDS dengan restriksi simetri,

homogenitas, dan adding-up menurut skema diagram Gambar 3.2. Ketiga,

Unlversltas Indonesia

TJt = elastisitas pennintaan kelompok pangan i terhadap total pengeluaran

makanan (basil analisis model LNAIDS)

ep = elastisitas total pengeluaran makanan terhadap total pengeluaran

rumahtangga (dari persamaan 3.16)

(3.17) 1/u = 1/i·ep

di mana: T/u = elastisitas permintaan kelompok pangan i terhadap pendapatan/ total

pengeluaran rumahtangga

Ym = total pengeluaran makanan rumahtangga sebulan

Yt = total pengeluaran rumahtangga sebulan

Selanjutnya elastisitas permintaan kelompok makanan tertentu terhadap

total pengeluaran rumahtangga atau elastisitas pendapatan dihitung berdasarkan rumus berikut:

43

Page 64: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unl~raltas Indonesia

Gambar 3.2. Skema Diagram Pengolaban Data Tabap Il

Membuat variabel harga (unit value) rata-rata desa tiap kelompok makanan (P1)

Membuat variabel harza (unit value)

Penggabungan nilai pcngeluaran pangan meojadi 5 kclompok

Penggabungan nilai kuantiw pangan menjadi S kclompok:

-------------- ... ----.. (- Gabung Data __ ... ~ •4----' --------+------

DataModul Data Kor

Gambar 3.1. Skema Diagram Pengolahan Data Tabap I

Membuat Variabel Karaktcristik lndividu: - Logaritma Equivalcnsi RT (lnodeq) - LamasekolahKRT (elk) - Rasio anggota RT yang bckcrja (hurd) - Jenis Kelamin KRT (J_k/mn) - Tipe daerah tempat tinggal (daeroh) - Umur KRT (wnur) ·

Data KOR Individu

Skema diagram pengolahan data terlihat pada Gambar 3.1-3.3.

merupakan tahapan untuk menghitung elastisitas menurut skema diagram Gambar 3.3.

44

Page 65: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia

Gambar 3.3. Skema Diagram Pengolahan Data Tahap m

I Menghitung elastisitas permintaan pangan

Mengestimasi model LA/AIDS ke S menggunakan 4 model LA/AIDS yang memenuhi restriksi adding up

i Gambar 3.2. (Sambungan)

Mengestimasi sistan pennintaan model LA/AIDS untuk 4 kelompok pangan dengan restriksi homogenitas dan simetri

Membuat variabel total pengcluaran riil pangan (yriil)

Menghitung Indeks Barga Stone sesuai persamaan (2.18)

Membuat variabel instrumen harga lnp, dengan persamaan (3.8) dan (3.9)

Membuat variabel IMR berdasarkan prediksi regresi prob it

Mengestimasi regresi probit sesuai persamaan (3.10) dan hitung nilai probitnya

Mcngestimasi regresi log deviasi hargalunit value sesuai pc:rsamaan (3. 7) dan prcdiksi LnD1 (liiD;)

i Membuat variabel proporsi pengeluaran masing-

masing kelompok pangan (w1)

• Membuat variabel dummy konsumst,. 1 jika w,>O dan 0 jika Wf =0

~

Membuat variabel deviasi harga dalam logaritma (LnD1)

45

Page 66: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversitas Indonesia

3.5 Definisi Operasional Dalam penelitian ini digunakan beberapa definisi operasional variabel-

variabel. Beberapa definisi tersebut antara lain:

Rumahtangga (RT) adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami

sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus dan biasanya tinggal bersama

serta makan dari satu dapur. Yang dimaksud dengan makan dari satu dapur

adalah mengurus kebutuban sehari-hari bersama menjadi satu.

Anggota Rumahtangga (ART) adalah semua orang yang biasanya bertempat

_ tjnggal di suatu RT, baik yang berada di nunah pada waktu pencacahan maupun

sementara sedang tidak ada. ART yang telah bepergian enam bulan atau lebih,

dan ART yang bepergian kurang dari enam bulan tetapi dengan tujuan

pindah/akan meninggalkan nunah enam bulan atau lebih, tidak dianggap sebagai

ART. Orang yang telah tinggal di RT enam bulan atau lebih, atau yang telah

tinggal di RT kurang dari enam bulan tetapi bemiat pindah/bertempat tinggal di

RT tersebut enam bulan atau lebih dianggap sebagai ART.

Kepala Rumahtangga (KRT) adalah seorang dari sekelompok anggota

rumahtangga yang bertanggung jawab atas keb~ sehari-hari rumahtangga, atau orang yang dianggap/ditunjuk sebagai KRT.

Pengeluann konsumsi rumahtangga sebulan adalah total nilai makanan dan bukan makanan (barang/jasa) yang diperoleh, dipakai, atau dibayarkan

nunahtangga sebulan untuk konsumsi rumahtangga, tidak termasuk untuk

keperluan usaha rumahtangga atau yang diberikan kepada pihak/orang lain.

Untuk konsumsi makanan, yang termasuk konsumsi rumahtangga ada]ah yang

benar-benar telah dikonsumsi selama referensi waktu survei (consumption approach)~ sedangkan untuk konsumsi bukan makanan konsep yang dipakai

pada umumnya adalah konsep penyerahan (delivery approach), yaitu

dibeli/diperoleh dari pihak lain, asalkan tujuannya untuk kebutuhan

rumahtangga.

Klasifikasi daerah adalah lokasi tempat tinggal rumahtangga yang

dikategorikan sebagai perkotaan atau perdesaan. Untuk menentukan apakah suatu desa/kelurahan termasuk daerah perkotaan atau perdesaan digunakan

46

Page 67: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Universlta• Indonesia

indikator komposit yang skor atau nilainya didasarkan pada skor atau nilai-nilai tiga buah variabel, yaitu kepadatan penduduk, persentase rumahtangga pertanian, dan akses ke fasilitas umum.

47

Page 68: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai
Page 69: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Universltas Indonesia 48

4.1 Konsumsi Pangan Rumahtangga Rumahtangga yang digunakan sebagai unit observasi dalam penelitian ini

adalah sebanyak 66. 724 namun · dari data observasi tersebut, ada rumahtangga

yang nilai kuantitas dan pengeluaran untuk kelompok pangan tertentu adalah 0

(nol). Penyebab dari hal ini adalah:

l!) _ rumahtangga tersebut tidak mengkonsumsi atau membeli kelompok pangan

tertentu karena preferensi atau diet (vegetarian),

b) rumahtangga tersebut tidak ingat membeli atau mengkonsumsi pangan

terse but,

c) petugas survey tidak mencatat dengan tepat data pembelian atau konsumsi

pangan tersebut,

d) periode konsumsi selama 1 (satu) minggu terlalu singkat sehingga nilai nol

dimungkinkan karena pembelian pangan yang tidak teratur. (Moeis, 2003)

Penelitian ini membagi kelompok pangan menjadi 5 (lima) kelompok

dimana kelompok 1 terdiri dari padi-padian dan umbi-umbian, kelompok 2 terdiri

dari kaeang-kacangan, kelompok 3 terdiri dari ikan, daging, telur dan susu,

kelompok 4 terdiri dari sayur dan buah serta kelompok 5 merupakan pangan lainnya. Tujuan pengelompokan tersebut untuk mengurangi rumahtangga yang

nilai kuantitas dan pengeluaran untuk kelompok pangan tertentu adalah 0 (nol)

akan tetapi hal tersebut tetap ada. Adapun besaran persentase dari rumahtangga

yang tidak mengkonsumsi kelompok pangan dari kelompok 1 sampai dengan

kelompok 5 dapat dilihat pada Gambar 4.1.

BAB4

BASIL DAN PEMBAHASAN

Page 70: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia

Gambar 4.1 memperlihatkan bahwa terjadi variasi dalam rumahtangga

yang tidak mengkonsumsi kelompok pangan. Berdasarkan gambar terlihat bahwa persentase nunahtangga yang tidak mengkonsumsi kelompok pangan 2

merupakan kelompok yang terbesar dan disusul oleh kelompok pangan 3, kelompok pangan 1 dan kelompok pangan 4 dengan persentasenya lebih sedikit. Persentase rumahtangga yang tidak mengkonsumsi kelompok pangan 2 mencapai 24,73% (16.504 rumahtangga) hal ini disebabkan kelompok kacang-kacangan sebagai sumber protein nabati memiliki macam yang sedikit Kelompok pangan 3 yakni pangan sumber protein hewani tidak dikonsumsi oleh rumahtangga sebesar 5,50% (3.673 rumahtangga). Hal ini disebabkan karena konsumsi pangan sumber protein hewani masih terbatas di Indonesia serta harganya relatif mahal sehingga mereka kesulitan memenuhi kebutuhan pada kelompok pangan ini. Sementara

Sumber: Diolab dari Susenas Panel 2008

Catatan: I = K.elompok pangan padi-padian dan umbi-umbian 2 = Kelompok pangan kacang-kacangan

3 = Kelompok pangan ikan/daging/telur/susu

4 = Kelompok pangan sayur/buah 5 = Kelompok pangan lainnya

Gambar 4.1. Persentase Rumahtangga Yang Tidak Mengkonsumsi Pangan Menurut Kelompok Pangan

4 3 5 2 1 o.oo

24.73

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

49

Page 71: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia

untuk kelompok pangan 1 serta kelompok pangan 4 tidak dikonsumsi oleh

rumahtangga sebesar 2,53% (l.689 rumahtangga) dan 2,01% (1.338 rumahtangga). Untuk kelompok pangan lainnya (kelompok pangan 5) adalah kelompok pangan dengan persentase paling kecil (mendekati 0 persen) yang tidak dikonsumsi oleh rumahtangga karena hanya 2 rurnahtangga yang tidak mengkonsumsinya atau dengan kata lain dikonsumsi oleh hampir semua

rumahtangga. Dikarenakan persentase rumahtangga yang tidak mengkonsumsi kelompok pangan Jainnya sangat sedikit hal tersebut dapat diartikan tidak terdapat masalah selectivity bias, maka untulc kelompok pangan ini tidak dilakukan regresi probit (Rita, 2008). - · Dari Tabel 4.1 tentang ringkasan statistik variabel-variabel tidak bebas yang digunakan untulc mengestimasi model di bawah terlibat bahwa rumahtangga keseluruhan mengkonsumsi kelompok ikanldapgltelur/susu (po1) den8811 rata- rata dan variasi unit value tertinggi. Rumahtangga mengkonsumsi ikan/dagingltelur/susu dengan rata-rata unit value Rp 10.956,55 per satuan dengan variasi harga Rp 9.147,97. Sedangkan kelompok pangan tennurah yang dikonsumsi rumahtangga adalah kelompok pangan lainnya (po$), yaitu seharga Rp 3.099,43 per satuan dengan variasi harga Rp 2.516,48.

Statistik yang ditampilkan dalam tabel 4.1 · meliputi nilai rata-rata dan

standar deviasi, nilai minimal dan maksimal dari masing-masing variabel. Nilai rata-rata menggambarkan keadaan karakteristik atau variabel secara rata-rata,

sedangkan standar deviasi menggambarkan variasi dari keragaman variabel. Standar deviasi unit value nilainya sangat bervariasi, hal ini menunjukan

bahwa variasi unit value pada semua kelompok pangan cukup tinggi, yang berarti bahwa adanya sifat heterogen dalam unit value. Keheterogenan ini bisa disebabkan oleh efek kualitas barang yang dibeli dan atau jumlah barang yang dibeli (Moeis, 2003). Pengaruh ini harus dihilangkan dengan melakukan estimasi deviasi dari logaritmanya yang selanjutnya diperoleh harga estimasi yang terbebas dari quality effect dan quantity premium.

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa pada rumahtangga secara umum, nilai rata-rata konsumsi kelompok pangan lebih besar dari 90o/o, kecuali konsumsi kelompok kacang-kacangan (konsumsi2) hanya mencapai 80,80%. Ini berarti

50

Page 72: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversitas Indonesia

Sumber: Diolah dari Susenas Panel 2008

Variabel Tidak Bebas Rata-rata Standar Min Max deviasi (1) (2) (3) (4) (5)

L Harp Kelompok komoditi I Unit Value, Pt (ruplaJI)

l. Padi-padian dan Umbi-umbian CP01) 9.847,2310 12.694.7500 406.6667 383.818.4000

2. Kacang-kacangan CP02) 5.803,1540 2.987,4340 23,3333 67.213,8000

3. lkanldagin(Vtelur/susu CP03) 10.956,5500 9.147,9690 18,0000 398.196,9000

4. Sayurlbuah (p04) 3.137,1180 2.122,5990 330,0000 80.175,9000

5. Pangan lainnya CPos) 3.099,4320 2.516,4810 90,0000 307. 709, 7000

D. Mmgko11S11msl pupa, konsumsl1

1. Padi-padian dan Umbi-umbian 0/}155 0,1545 0,0000 1,0000 (konsumst.) 2. Kacang-kacangan (konsumst2) 0,8081 0,3938 0,0000 1,0000

3. Ikan/dagingltelur/susu (konsumsi3) 0,9467 0,2246 0,0000 1,0000

4. Sayur/buah (kansums4) 0.9803 0,1388 0,0000 1,0000 5. Pangan lainnya (konsumst5) 0,9999 0,0047 0,0000 1,0000

m Budget share, w1

I. Padl-padlan dan Umbi-umbian (w1) 0,2368 0,1257 0,0000 0,9495

2. Kacang-kacangan (w2) 0,0355 0,0338 0,0000 0,3805

3. lkan/dagingltelur/susu (wl) 0,1521 0,1041 0,0000 0,7904

4. Sayurlbuah (W4) 0,1277 0,0627 0,0000 0,6665

5. Pangan lainnya (w5) 0,4478 0,1613 0,0000 1,0000

Tabel 4.1. Ringkasan Statistik Variabel-Variabel Tidak Bebas Yang

Digunakan Untuk Mengestimasi Model

bahwa lebih dari 90% rumahtangga mengkonsumsi hampir semua kelompok

pangan. Kelompok pangan lainnya (konsumsis) merupakan komoditi paling

banyak dikonsumsi rumahtangga, bahkan hampir mencapai I 00% yaitu sebesar

99,99%. Komoditas sayur/buah ternyata dikonsumsi oleh 98,03 % dan kemudian

baru diikuti oleh kelompok padi-padian dan urnbi-umbian sebesar 97,55 % dan

berikutnya kelompok ikan/daging/telur/susu sebagai pangan sumber protein

hewani sebesar 94,67 %. Berdasarkan angka tersebut maka angka rumahtangga

indonesia yang mengkonsumsi makanan sumber protein hewani ternyata sudah

cukup besar lebih diatas konswnsi kacang-kacaagan yang merupakan bahan

pangan sumber protein nabati.

51

Page 73: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversitas Indonesia

Dikarenakan penelitian ini menggunakan suatu model permintaan untuk

menpnalisis pengeluaran panpn maka sebagai pengganti variabel total

pengeluaran nunahtangga digunakan variabel total pengeluaran pangan.

Penggunaan variabel total pengeluaran pangan ini diperlukan karena berfungsi

sebagai kontrol terhadap adanya quantity premium dan quality effect dalam unit

valae (Moeis, 2003).

Porsi pengeluaran pangan menggambarkan porsi pengeluaran untuk

konsumsi kelompok pangan tertentu terhadap keseluruhan pengeluaran pangan

rumahtangga. Tabel 4.1 rnenunjukkan rata-rata proporsi pengeluaran (budget

share) pangan rurnahtangga. Proporsi konsumsi kelompok pangan rumahtangga

terbesar terjadi pada kelornpok pangan lainnya (wj), yaitu sebesar 44,78%.

Kernudian baru padi-padian dan urnbi-urnbian sebesar 23,68%. Porsi terendah

temyata pada kelompok kaeang-kacangan sebesar 3,55%. Untuk pangan surnber

protein hewani angka yang didapat adalah 15,21 %

Angka porsi pengeluaran pangan yang didapat ini sejalan dengan penelitian

dahulu seperti penelitian yang dilaksanakan oleh Ariningsih (2004) yang

mendapatlain angka 14,54% untuk pangan surnber protein hewani dan 4,90 % untuk 1cacang-kacangan. Ariningsih memasukkan padi-padian (serealia) dengan

porsi pengeluaran sebesar 25,98 % ke dalam pangan sumber protein nabati sehingga temuannya adalah porsi protein hewani sebesar 14,54 % clan protein

nabati sebesar 30~88 % sehingga total porsi untuk protein adalah 45~42%.

Dalam penelitian ini seperti dalam tabel 4.1 maka temuan yang didapat

untuk protein hewani adalah 15,21 % dan protein nabati dengan penggabungan

serealia adalah 27,23 % sehingga menghasilkan porsi untuk protein sebesar 42, 44

%.

52

Page 74: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversitas Indonesia

Adapun rata-rata total pengeluaran pangan setiap rumahtangga adalah

mencapai Rp 750. 749 per bulan dengan pengeluaran minimal sebesar Rp 36.685

dan pengeluaran maksimal Rp 8.945.400.

V ariabel lain yang diduga mempengaruhi pennintaan pangan rumahtangga

adalah equivalensi rumahtangga dengan nilai rata-rata 3,28, rasio anggota

rumahtangga yang bekerja (burd) dengan nilai rata-rata 0,51, lama sekolah kepala

rumahtangga (educ) dengan rata-rata belajar selama 6,90 tahun yang bearti sedildt

diatas lulusan sekolah dasar dengan nilai minimal 0 tahun atau tidak pemah

bersekolah dan nilai maksimal adalah 23 tahun. Secara rata-rata usia kepala rumah

(umur) adalah 46,75 tahun dengan usia kepala rumahtangga termuda 12 tahun dan tertua 98 tahun. Dalam penelitian inijenis kelamin kepala rumahtangga (J_ldmn)

dan tipe daerah (daerah) diduga mempengaruhi cara rumahtangga

mengalokasikan pengeluarannya (membelanjakan pendapatannya) dimana kode 1

adalah untuk rumah tangga dengan kepala rumahtangga laki-laki dan 0 untuk

rumahtangga yang dikepalai oleh perempuan dan kode 1 untuk rumah tangga di

daerah perkotaan dan 0 untuk rumahtangga di perdesaan

Dari tabel 4.1 dapat kita lihat bahwa rumahtangga yang disurvei 85 % dikepalai oleh laki-laki dan 15 % dikepalai oleh perempuan. Sementara untuk tipe

Sumber: Diolah dari Susenas Panel 2008

Varlabel Bebas Rata-rata Standar Mln Max deviasi (1) rn (3) (4) (5)

I. Variabel Kontinyu 1. Total pengeluaran pangan, y (R?'bulan) 750.749 466.905 36.685 8.945.400 2. Equivalensi RT, adeq 3,28 1,38 o,s 17 3. ART yang bekerja, burd O,Sl 0,27 0 I 4. Lama sekolah kepala rumahtangga,educ 6,90 4,6S 0 23 (tabun)

5. Umur kepala rumahtangga, umur (tabun) 46,75 14,16 12 98

0. Variabel Dummy --6~· Jenis kelamin kepala rumahtanB88? 0,85 0,34 0 J J klmn 7. Tipe daerah, daer!Jh 0,42 0,49 0 1

Deskripsi Variabel-Variabel Bebas Yang Digunakan

Untuk Mengestimasi Model

Tabet 4.2.

53

Page 75: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia

Berdasarkan Tabet 4.3 dapat dilihat bahwa variabel bebas sosial demografi

pada rumahtangga secara keseluruhan cukup banyak yang signifikan dalam

menjelaskan variabel deviasi log harga.

4.2.1 Quality Effect, Quantity Premium dan Simultaneity Blas

Agar dapat dihindari terjadinya simultaneity bias dan untuk dapat

mengoreksi harga-harga dari quality effect dan quantity premium, maka

dipergunakan variabel instrumen harga. V ariabel ini dihasilkan dengan

mengoreksi unit value dari quality effect dan quantity premium. Unit value,

dikoreksi dengan estimasi deviasi harga yang diperoleh dari basil regresi

persamaan (3.7). Estimasi regresi deviasi harga yang memenuhi asumsi dasar

tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Variabel pengeluaran pangan sebulan rumahtangga (/ny) keseluruhan

semuanya signifikan pada level 1 % dan bertanda positif. Tanda positif berarti

bahwa semakin besar pendapatan rumahtangga maka rumahtangga tersebut akan

mengkonsumsi kelompok pangan tersebut dengan kualitas yang lebih tinggi atau

dengan unit value yang lebih mahal.

4.2 Permasalahan Estimasi Model dan Solusinya

Sebelum dilakukan estimasi sistem permintaan (demand system) LA/AIDS,

maka sebelumnya perlu dilakukan beberapa perlakuan (treatment) untuk

mengatasi berbagai permasalahan estimasi model, seperti: quality effect, quantity

premium, simultaneil)' bias, selectivity bias dan pelanggaran asumsi dasar. Pengujian asumsi dasar dilakukan pada model regresi deviasi log harga dan model utama LA/AIDS.

daerah, 42% rumahtangga tinggal di daerah perkotaan sedangkan 58 % tinggal di

daerah perdesaan.

54

Page 76: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia

Variabel logaritma equivaJensi rumahtangga (lnadeq) semuanya bertanda

negatif dan semuanya signi:fikan pada ci= I o/o, yaitu terhadap deviasi log barga semua kelompok pangan. Tanda negatif dari koefisien variabel tersebut

mengandung makna bahwa semakin tinggi jumlah anggota rumabtangga yang

ditunjukkan dengan jumlah equivalensi RT maka rumahtangga tersebut alcan men_gkonswnsi pangan dengan barga yang lebih murah. Diduga ha1 ini disebab.kan

karena semakin besar ukuran keluatga maka kuantitas pangan yang harus dibeli

semakin banyak jumlahnya.

Variabel jenis kelamin kepala rumahtangga signi:fikan pada sebagian besar

kelompok pangan dengan kisaran a= 1-10% dan memiliki koefisien yang negatif.

Tanda negatif dari koefisien variabel ini mengandung makna bahwa deviasi harp pada rumahtangga yang dikepalai oleh laki-laki lebih kecil dari rumahtangga yang

dikepalai oleh perempuan. Rumahtangga yang dikepalai oleh perempuan

mengkonsumsi pangan dengan variasi harga yang lebih banyak dibanding

Sumber: Diolah Dari Susenas Panel 2008 Keterangan: tingkat signifikansi •••: 1%, ••: 5,.,., •: 10% Catatan:

LnD1 = Logaritma deviasi harga kelompok pangan padi-pedian dan umbi-umbian

LnDi = Logaritma deviasi harga kelompok pangan kacang-kacangan

Lnl>J = Logaritma deviasi harga kelompok pangan ikan/daging/telm/susu LnD4 = Logaritma deviasi harga kelompok pangan sayur/buah

LnDs = Logaritma deviasi barga kelompok pangan lainnya

Variabel V ariabel Tidak Bebas Be bas LnD2 LnDs LnD4 ' LnD1 LnDs (/) (2) (3) (4) (5) (6)

lny 0,16792••• 0,04728••• 0,36621••• 0,16967••• 0,03592•••

lnadeq -0~07568••• -0,03879••• H),58162••• -0,26908••• -0,07924* ..

J_klmn -0,01625* 0.00220 '-0,02222•• -0,012ss•• -0,01299•••

educ 0,00441••• -0,00102• 0,01323* .. 0,00540••• 0,00554•••

daerah -0,08064••• -0,02091*•• -0,10038••• -0,08428••• -0,03209•••

Qfilllf 0,00040* 0100054••• 0,00318••• 0,00109*** 0.00200•••

Constant -2,37589••• -0,66986* .. -4,55739*** -2,06723••• -0,53697•••

~dj.R-squared 0,04244 0,00813 0,10284 0,05961 0,00977

F-Statistics 481,4204••• 69,62321••• 12os,ss1••• 691,7560* .. 110,6831*••

Tabel 4.3 Estimasi Regresi Deviasi Harga Menurut Rumahtangga

55

Page 77: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversitas Indonesia

rumahtangga yang dikepalai oleh laki-laki. Diduga hal ini dikarenakan kemampuan menawar harga yang lebih atau penghasilan kepala rumahtangga perempuan Jebih sedikit dibanding kepala rumahtangga laki-laki sehingga akan

melakukan penghematan dengan mengkonsumsi pangan dengan harga yang lebih murah. V ariabel jenis kelamin kepala rumahtangga tidak signifikan terhadap deviasi log harga kacang-kacangan. Hal ini berarti bahwa rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki dan perempuan mengkonsumsi kacang-kacangan dengan harga yang relatif sama.

V ariabel lama sekolah kepala rumahtangga bertanda positif dan signifikan pada a= I% pada kelompok pangan padi-padian dan umbi-umbian, kelompok pangan ikan/dagingltelur/susu, kelompok pangan buah/sayur dan kelompok pangan lainnya. Tanda positif mcngandung makna bahwa semakin tinggi

pendidikan seorang kepala rumahtangp maka rumabtangp tersebut akan

mengkonsumsi kelompok-kclompok pangan tersebut dcngan kualitas yang lcbih tinsgi atau dengan unit value yang lebih mahal. Diduga hal tersebut karena

semakin tinggi pendidikan kepala rumahtangga, pengetahuan akan pentingnya kebutuhan nutrisi tubuh dalam bentuk karbohidrat, protein, vitamin, lemak semakin meningkat Untuk deviasi log harga kacang-kacangan (/nD1) yang

signifikan pada a= 1 % akan tetapi dengan koeflsien negatif diduga hat tersebut karena semakin tinggi pendidi.kan kepala rumahtangga maka konsumsi kelompok kacang-kacengan diusahakan mendapatkan harga yang lebih rendah agar dapat digunakan untulc meningkatkan kualitas kclompok pangan lain.

Variabel tipe daerah (daerah) semuanya signifikan dan bertanda negatif. V ariabel tipe dacrah pada nunahtangga keseluruhan semuanya signifikan pada a= 1 %. · Tanda negatif berarti bahwa baik rumahtangga di perdesaan cenderung mengkonsumsi kelompok pangan dengan unit value yang lebih murah, Hal ini kemungkinan disebabkan karena banyaknya altematif pangan yang dijual

sehingga dapat diperolehnya pilihan harga pangan yang lebih murah. Variabel umur kepala rumahtangga (umur) semuanya signifikan dan

bertanda positif. Variabel umur kepala rumahtangga signifikan pada a= 1% kecuali pada kelompok 1 yang signifikan pada a= 10 %. Tanda positif berarti

56

Page 78: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas lndon•la

4.2.2 Selectivity Bias Estimasi sistem permintaan (demand system) dengan Model LA/AIDS

(persamaan 3.1) menggunakan observasi rumahtangga yang nilai proporsi pengeluarannya (budget share) tidak nol. Artinya observasi yang digunakan untuk estimasi model hanya rumahtangga yang mengkonsumsi kelompok pangan tersebut Tidak dimasukkannya rumahtangga yang tidak mengkonsumsi akan menyebabkan bias (selectivity bias) sehingga harus dikoreksi dengan memasukkan variabel Invers Mill's Ratio (JMR) dalam model LA/AIDS.

Pada penelitian ini IMR hanya dihitung pada 4 ( empat) kelompok pangan yakni kelompok pangan padippadian dan umbi-umbian, kelompok pangan kacang-kacangan, kelompok pangan ikan/dagingltelur/susu dan kelompok panpn sayur/buah, sedangkan IMR pada kelompok pangan lainnya tidak dihitung karena hanya sedikit rumahtangga yang tidak mengkonsumslnya,

bahwa semakin bertambah usia kepala rumahtangga rnaka cenderung

mengkonsumsi kelompok pangan dengan unit value yang lebih murah. Secara uji parsial (uji t) ada beberapa variabel bebas yang tidak signifikan,

tetapi secara overall test (uji F) menunjukan bahwa model signifikan pada level 1

persen. Dilihat dari nilai adjusted R-square (koefisien detenninasi), rumahtangga

keseluruhan memiliki adjusted R-square antara 0,81% untuk kelornpok kacang- kacangan dan I 0,28% untuk kelompok ikan/daging/telur/susu. Rendahnya

koefisien detenninasi ini disebabkan karcna data yang digunakan adalah data cross-sectional sehingga memiliki keragaman sangat tinggi (Gujarati, 2003).

Nilai estimasi deviasi harga yang diperoleh dari regresi ini (lnD,) digunakan

"Ylitiik men&hasilkan esdmasi variiibel instrumen ~a/harga (Tnp, ) pada semw kelompok pangan. V ariabel instrumen harga tersebut merupakan variabel bebas untuk mengestimasi regresi probit (untuk menghasilkan variabel IMR) dan estimasi sistem pennintaan.

57

Page 79: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlveraltas lndonnla

. Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa IMR dihitung dengan

prosedur Two Step Heckman. Pada tahap pertama prosedur ini, peneliti melakukan

estimasi peluang mengkonsumsi dengan model probit, Pada tahap kedua

menghitung nilai IMR berdasarkan esitmasi nilai probit. Hal yang menarik dan bennanfaat untuk dianalisis dari estimasi regresi probit adalah perubahan peluang

mengkonsumsi (marginal effect) suatu kelompok pangan akibat perubahan dari

Cl1ldlD: 1. Konsumsil • konswnsi lcelompolt pmigan 1 ~ dan umbi-umbian) 2. Koqsumsi2 • lronsumsi kelompot IJlllPll 2 (laang-bcaogaa) 3. Konsumsi3 • konswnsi kclompolc pmigan 3 (ibn/dagingltelur/susu) ~· Komumsi4 .. konswmi kolompok pmigan 4 (sayurlbuah)

Sumbcr: Diolah Dari Suscnas Panel 2008 Keterangan: tingk:at signifibnsi •••: 1 %, ••: 5%, •: 10%

Variabel Vanabel Tidak Bebas

Be bas Konsumsu, Konsumsiv Konsumsic Konsumsi4

(1) (1) (3) (4) (5)

PredlnpOl ..(),0021262* .. 0,0$66206••• -0,0001297 - 0,0010236•••

Predlnp02 ..(),0002852 ..(),1110928*** 0,0019414 ..(),0011091 **

~3 -0,0008055••• -0,0221553••• ..(),0222551 ••• ..(),0019238•••

Prcdlnp04 ..(),0007463••• ..(),1047169••• 0,0008541 ..(),0014178•••

Predlnp05 ..(),0032639••• ..(),0538795••• ..(),0188905••• ..(),0041376•••

lny ..(),0008855••• 0,0683189••• 0,0330704••• 0,0011039•••

1nadeq 0,0099976••• 0,0136499 ..(),0128379••. 0,011939•••

J-klmn ..(),0010953*** 0,0072907 - 0,0093591 ••• -0,0031821•••

educ 0,0000075 0,0021396*** 0,0004668••• 0,0000805*

daerah ..(),0016229••• 0,0979156*** ..(),0056387*** ..(),0048388***

bunt ..(),000033 0,0174204** -0,0006836 0,0004795

umur 0,0000145** 0,0021576••• 0,0003223••• 0,000035•••

LR_Chi- 7808,9852*** 5338,1699··· 7306,0872*** 4481,0538*** sauared Pseudo_R- 0,502 0,076 0,269 0,345 Squared

Tabet 4.4 Perubahan Peluang Mengkonsumsi Kelompok Pangan

(Marginal Effect)

58

Page 80: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia

variabel-variabel bebasnya. Perubahan peluang mengkonsumsi basil regresi probit seperti terlihat pada Tabel 4.4.

Nilai Pseudo R-square digunakan untuk menggambarkan seberapa besar pengaruh variabel bebas dapat menerangkan keragaman variabel tidak bebas. Berdasarkan Tabet 4.4 terlihat bahwa nilai Pseudo Rssquare untuk model rumahtangga keseluruhan berkisar antara 7, 790.4 untuk kelompok Kacang- kacangan (konsumsi2) dan 50,50% untuk kelompok Padi-padian dan Umbi-

umbian (konsumsi1). Selain nilai Pseudo R-square ditunjukkan pula bahwa nilai likelihood chi-square semuanya signifikan pada level 1 o/o, artinya model secara keseluruhan sesuai untuk menerangkan peluang rumahtangga untuk mengkonsumsi kelompok pangan.

Variabel - variabel barga, baik variabel harga sendiri maupun harga silang sebagian besar signifikan pada cl=l-5%. Koefisien variabel harga sendiri semuanya bertanda negatif dan hampir semuanya signifikan pada level 1 %. Tanda negatif ini mempunyai pengertian bahwa jika harga pangan meningkat maka peluang rumahtangga untuk mengkonsumsi .pangan tersebut akan menunm. Misalkan nilai marginal effect harga sendiri dari padi-padian dan umbi-umbian (precllnpOJ) pada rumahtangga keseluruhan sebesar -0,0021399, artinya bahwa jika harga padi-padian dan umbi-umbian meningkat sebesar 1 % maka perubahan peluang rumahtangga untuk mengkonsumsi padi-padian dan umbi-umbian akan turun sebesar 0?0021399.

Marginal effect harga padi-padian dan umbi-umbian (precllnpOJ) tidak signiftkan pada kelompok 3 berarti dimungkinkan konsumsi makanan sumber

protein hewani tidak dipengaruhi oleh perubahan harga kelompok padi-padian dan umbi-umbian.

Untuk nilai marginal effect harga sendiri dari kelompok 3 sebagai pangan sumber protein hewani (precllnp03) adalah sebesar -0102207551 artinya bahwajika harga kelompok pangan sumber protein hewani meningkat sebesar 1 % maka perubahan peluang rumahtangga untuk mengkonsumsi kelompok pangan tersebut akan turun sebesar 0,0220755.

Berbeda dengan variabel harga sendiri, variabel harga silang memiliki tanda yang beraneka ragam walaupun sebagian besar signifikan. Untuk variabel harga

59

Page 81: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversitas Indonesia

silang adalah secara absolut nilai koefisien variabel harga kelompok pangan somber protein hewani (predlnp03) lebih kecil dari harga sendiri kecuali untuk kelompok 2 yang nilainya Iebih besar dan signifikan pada ci= 1 %.

Dilihat dari uji secara parsial (nilai z) menunjukkan bahwa, variabel pengeluaran rumahtangga semuanya signifikan pada a= 1 % dan bertanda positif. Hal ini berarti bahwa pendapatan (diproksi dari total pengeluaran) mempengaruhi keputusan rumahtangga dalam menentukan pilihannya (peluang) untuk mengkonsumsi suatu pangan. Semakin besar pendapatan mereka maka semakin besar pula peluangnya untuk mengkonsumsi pangan tersebut.

Variabel sosial demografi sebagian besar signifikan pada cl= 1-5%. Ini menunjukkan bahwa variabel sosial demografi tersebut cukup mampu untuk menjelaskan peluang mengkonsumsi pangan rumahtangga. V ariabel logaritma

equivalensi rumahtangga (lnadeq) tidak sipifikan untuk kelompok panpn 2 akan tetapi untuk kelompok yang lain signifikan pada cl= I %. Tanda positif terhadap kelompok pangan 1 dan kelompok pangan 3 artinya perubahan peluang meningkat seiring peningkatan julan equivalensi rumahtangga akan tetapi pada konsumsi pangan somber protein hewani peluang menurun seiring menigkatnya jumlah equivalensi rumahtangga, Demikian pula dengan variabel jenis kelamin kepala rumahtangga yang tidak signifikan untuk kelompok 2 akan tetapi untuk kelompok pangan lain semua signifikan pada cl= 1 % dan bertanda negatif artinya pelqang mengkonsumsi panpn rumahtangga yang dikepalai seorang perempuan lebih besar daripada yang dikepalai seorang laki-laki.

Selanjutnya variabel lama sekolah (educ) kepala rumahtangga signifikan pada ci= 1 % kecuali untuk kelompok pangan 1 dan semuanya bertanda positif. Arfinya bahwa bagi rumahtangga keseluruhan semakin tinggi tingkat pendidikan seorang kepala rumahtangga maka pada umumnya mereka akan meningkatkan kesempatannya untuk mengkonsumsi pangan. Untuk variabel daerah semua signiftkan pada ci= I% dan dari semua nilai yang signifikan bertanda negatif untuk kelompok pangan 2 dan positif untuk kelompok yang lain.

Variabel anggota rumahtangga yang bekerja (burd) tidak signifikan untuk

semua kelompok sedang untuk variabel sosial demografi umur kepala rumahtangga (umur) semuanya signifikan pada ci=1% terhadap peluang

60

Page 82: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversitas Indonesia

A. Koefisien Determinasi dan Kesesuaian Model Koefisien determinasi (R2) merupakan suatu ukuran untuk menerangkan

persentase variasi variabel tidak bebas yang mampu dijelaskan oleh variabel bebas (Gujarati, 2003). Biasanya koefisien detenninasi yang digunakan untuk keperluan analisis adalah Adjusted R2, sedangkan untuk menguji kesesuaian model secara keseluruhan digunakan Uji F.

Dalam penelitian ini model LN AIDS dengan ketiga restriksi yang diestimasi dengan OLS tidak menghasilkan Adjusted R2, maka dalam yang digunakan adalah nilai koefisien determinasi dari model LAI AIDS tanpa restriksi. Dari basil estimasi model diperoleh bahwa nilai Adjusted R2 bemilai antara 11,47% untuk proporsi pengeluaran kelompok 2 (w2) dan 52,270/o untuk proporsi pengeluaran kelompok 1 (w1). Nilai tersebut mengandung makna bahwa variabel

harga-harga, total pengeluaran pangan, clan sosial demografi mampu menerangkan

keragaman proporsi pengeluaran (budget share) kelompok pangan I yang dikonsumsi rumahtangga keseluruhan sebesar 5~,27% clan sisanya

4.3 Estimasi Sistem Permintaan (Demand System)

Dalam penelltian lnl selaln dllakukan perlakuan (treatment) untuk mengatasi pennasalahan quality effect. quantity premium, simultaneity bias, selectivity bias dan pelanggaran asumsl dasar juga dilakukan restriksl adding-up, homogenitas dan simetri terhadap sistem permintaan. Restriksi ini dilakukan agar fungsi pennintaan tersebut sesuai dengan teori pennintaan. Restriksi homogenitas ~ simetri dilakukan dengan Software Stata V ersi 10, sedangkan restriksi adding-up pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengeluarkan satu persamaan yang terakhir (kelompok pangan Iainnya) dari sistem. Semua variabel yang terdapat pada keempat persamaan menjadi variabel pada persamaan yang terakhir (kelima), kecuali variabel IMR (tidak ada selectivity bias). Basil estimasi model sistem permintaan LAI AIDS dengan restriksi-restriksi clan terbebas dari permasalahan-pennasalahan tersebut seperti terlihat pada Tabel 4.5.

mengkonsumsi kelompok pangan dan bertanda positif artinya semakin tinggi usia kepala rumahtangga semakin besar pula peluang mengkonsumsi kelompok pangan.

61

Page 83: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltaa Indonesia

B. Estimasi Parameter Inven MUl'a Ratio (IMR)

Penggunaan IMR model fungsi permintaan LA/AIDS memiliki tujuan untuk menghilangkan efek selectivity bias pada suatu variabel bebas. Untuk mengetahui ada tidaknya selectivity bias maka IMR dimasukkan sebagai salah satu variabel bebas dalam model. Jika basil uji koefisien IMR signifikan, maka dapat diketahui adanya dalam pemilihan sampel terdapat selectivity bias.

dijelaskan/dipengaruhi oleh faktor lain di luar model. Sedangkan yang tertendah untuk kelompok 2 , berarti proporsi pengeluaran kacang-kacangan hanya mampu dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya sebesar 11,47%. Untuk kelompok pangan 3, proporsi pengeluaran mampu dijelskan oleh variabel-variabel bebasnya sebesar 29, 70%.

Walaupun variabel-varibel bebas tersebut pada umumnya hanya mampu

menerangkan keragaman proporsi pengeluaran pangan kurang dari 60o/~ tetapi basil Uji F menunjukkan bahwa semua model signifikan semua pada level 1 %. Demikian pula dengan basil uji statistik secara parsial (Uji t) menunjukkan bahwa sebagian besar estimasi parametemya signifikan pada level 1-100/o. Sehingga seeara keseluruhan dapat dikatakan model yang diperoleh cukup sesuai dan model juga teJab memenuhi restriksi fungsi permintaan yang disyaratkan, yaitu adding-

up, homogenitas dan simetri.

62

Page 84: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlveraltas Indonesia

Tabet 4.5 menunjukkan bahwa semua IMR signifikan pada level 1 %. Hal ini menunjukkan bahwa pada semua kelompok pangan terjadi selectivity bias

CalBlm1: wt • proporsi pcngeluaran kelompot panpn 1 w2 .. proporsi pcn,eluaran kelompot pengan 2 w3 = proporsi pe!llCluaran ke1ompok. pangan 3 w4 - proponi )lCllFluaran kelompok pangm 4

Sumbcr: Diolah Dlri Susenas Panel 2008 Ket.etulgan: -tingkatsignifibnsi •••: 1%, .. : 5%, •: 10%,

- # : berdasarkan estimasi tanpa rcstriksi - ## : simetri

Variabel bebas Variabel Tidak bebas

Wi W2 W3 W4

(J) (2) (3) (4) (5)

prcdlnpOl 0,00192*** IHI IHI IHI predlnp02 0.03267••• -0.00211••• ## ## jJrCdtnp03 -0,02162*** -0,00277*** 0,05794*** ## predlnp04 -0,00130 -0.02921••• -0.00254••• 0.04779••• predlnpOS -0,01167*** 0.00142*** -0.03101*** -0.01474***

lnyrii) -0,09124••• 0.00760••• -0,02929* .. -0.01815•••

1nadea 0,18826H* 0,00116* 0,03111*** 0,00S41***

J k1mn 0,00530••• -0.00201••• -0,00762··· -0,00278•••

eduo -0,00519*** -0,00095*** 0,0060S*** 0,00067***

daerah -0.06115••• 0,01848••• 0,00150 -0,01640•••

UDlUI' -0,00108*** 0.00016*** 0.00018*** IMR(l,2,3,4) -0,10121••• 0,13361··· -0,12561 ••• -0.08214••• Co~ 0,57346• .. -0,07421••• 0,19081••• 0.23500••• F-statistlc 4264.227••• 2945,167••• 1139.341 ·~· 1882,998••• A<ti R-squared # O.S227 0.1147 0,2970 0.1996 RMSE 0,0870 0,0307 0,0893 0,0573

Tabet 4.5. Estimasi Parameter Sistem Pennintaan Kelompok Pangan Menurut Rumahtangga Dengan Restriksi Homogenitas,

Simetris dan Adding-up

63

Page 85: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlvensltas Indonesia

C. Pengaruh Barga Pangan terhadap Pengeluarao Kelompok Pangan Arab hubungan variabel harga dengan proporsi pengeluaran pangan bisa

positif maupun neptif. Tanda positif berarti bahwa perubahan harga akan mengakibatkan perubahan proporsi pengeluaran kelompok pangan ke arah yang sama artinya jika harga kelompok pangan naik maka proporsi pengeluaran k~l~pok pangan tersebut juga naik, sedangkan tanda negatif menunjukkan arah

perubahan proporsi pengeluaran pangan yang berlawanan artinya kenaikan harga kelompok pangan akan menurunkan proporsi pengeluaran kelompok pangan

tersebut. Perbedaan dan persamaan arah ini dapat terjadi karena proporsi pengeluaran merupakan rasio antara jumlah rupiah yang dikeluarlcan untuk konsumsi kelompok pangan tertentu dengan total rupiah pengeluaran makanan, sedangkan jumlah rupiah untuk pengeluaran kelompok pangan tertentu merupakan perkalian antara harga kelompok pangan dengan jumlah yang dikonsumsi. Jika kenaikan harga lebih besar dari penurunan jumlah yang dikonsumsi maka proporsi pengeluaran kelompok pangan i akan meningkat (positif), sebaliknya jika kenaikan harga lebih kecil dari penurunan jumlah yang dikonsumsi maka proporsi akan menurun (negatif),

Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat bahwa semua variabel harga-harga berpengamh signiflkaD pada pada a = 1 % kecuali variabel harga buah sayur (pn:dlnp04) yang tid& signifikan untuk menjelaskan proporsi pengeluaran pangan kelompok pangan 1 . Hal yang menarik adalah estimasi parameter harga sendiri semuanya signifikan pada a = 1 %. Selain itu hampir semua estimasi parameter harga bertanda positif kecuali nilai koefisien harga kelompok kacang-kacangan yang bertanda negatif. Artinya bahwa dibandingkan dengan harga-harga pangan lain, harga kacang-kacangan mempunyai pengaruh terbesar terhadap proporsi pengeluaran pangan dan jika harga pangan tersebut meningkat maka pada umumnya akan menurunkan proporsi pengeluaran pangan tersebut. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pada umumnya rumahtangga akan merespon kenaikan

sehingga variabel IMR dapat ditambahkan sebagai variabel bebas dalam model utama LNAIDS. Variabel bebas IMR tersebut berfungsi untuk mewakili

kelompok rumahtangga yang tidak mengkonsumsi kelompok pangan yang ada sehingga model terhindar dari selectivity bias.

64

Page 86: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia

Q.. ])ampak Pendapatan terhadap Proponi Pengeluaran Pangan Selain variabel harga-harga, faktor utama yang mempengaruhi pennintaan

suatu barang adalah pendapatan. Dalam penelitian ini pendapatan pendapatan

diproksi dengan total pengeluaran rumahtangga. Karena fungsi pennintaan yang

dianalisis adalah fungsi permintaan pangan, maka total pengeluaran yang

digunakan adalah total pengeluaran pangan rumahtangga. Total pengeluaran

pangan dalam fungsi pennintaan ini ada1ah total pengeluaran pangan riil, yaitu

total pengeluaran pangan yang dideflasi dengan lndeks Harga Stone.

Variabel pengeluaran riil pangan (lnyriil) scmuanya berpengaruh signifikan

pada ci=l% clan dari semua yang signifikan semuanya berhubungan negatif

terhadap proporsi pengeluaran pangan rumahtangga, kecuali terhadap kelompok

kacang-kacangan (w2) yang berhubungan positif. Hal ini berarti bahwa jika total

pengeluaran rill pangan rumahtangga meningkat, maka proporsi pengeluaran

kelompok pangan tersebut akan menurun. Kondisi ini sesuai dengan Teori

Agr.egasi Engel yang menyatakan bahwa jika pendapatan meningkat maka akan

dialokasikan secara proporsional pada seluruh komoditas yang dikonsumsi

(Nicholson, 2006).

Satu hal yang menarik bahwa nilai absolut koefisien pendapatan riil terhadap proporsi pengeluaran ikan/daging/telur/susu pada rumahtangga

memiliki nilai terbesar kedua setelah padi-padian clan umbi-umbian, yaitu sebesar

-0,02984 artinya bahwa jika pendapatan riil rumahtangga meningkat I%, maka

proporsi pengeluaran ikan/daging/telur/susu rumahtangga akan menurun sebesar

0,02984 persen

harga suatu pangan dengan menurunkan konsumsi pangan tersebut, tetapi

penurunan konsumsinya lebih sedikit daripada kenaikan harganya. Dari tabel

tersebut juga menunjukkan bahwa estimasi parameter harga silang kelompok

ikan/daging/telur/susu (predlnp03) pada rumahtangga semuanya bertanda negatif,

yang berarti bahwa jika harga ikan/daging!telur/susu naik maka rumahtangga

akan meresponnya dengan mengurangi proporsi pengeluaran pangan selain

ikan/dapg/telur/susu. Untuk melihat pengaruh harga, baik harga kelompok

pangan maupun harga silang terhadap jumlah pangan yang diminta akan dibahas

pada bagian elastisitas harga

65

Page 87: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlvensltas Indonesia

E. Dampak Karakteristik Sosial Demografi terhadap Proporsi Pengeluaran

Pangan V ariabel-variabel sosial demografi yang digunakan pada model LN AJDS

penelitian ini adalah logaritma equivalensi rumahtangga (/nadeq), jenis kelamin kepala rumahtangga (J_lclmn), lama sekolah kepala rumahtangga (educ) dan tipe

daerah (daerah) dan umur kepala rumahtangga (umur). Pada rumahtangga secara keseluruhan hampir semuanya signifikan pada level I% dan I Oo/~ kecuali equivalensi rumahtangga terhadap proporsi pengeluaran kelompok pangan 2 (w2)

tidak signifikan. Variabel logaritma equivalensi rumahtangga (/nadeq) semuanya signifikan

deagan a=1% terhadap semua proporsi pengeluaran kelompok pangan kecuali pada kelompok pangan 2 yang signifikan pada a= 100/0 dengan arah hubungan positif. Semakin besar skala ekonomi rumahtangga dengan semakin besamya equivalensi nunahtangga maka proporsi pengeluaran pangannya semakin besar pula. Dari tabel 4.5 bahwa koefisien konsumsi kelompok pangan 3 adalah 0.0311 yang berarti setiap kenaikan logaritma equiva]ensi rumahtangga (/nadeq) sebesar 1 % akan meningkatkan proporsi pengeluaran kelompok pangan 3 sebesar 3, 11 %.

Variabel jenis kelamin kepala nnnahtangga (J_/dmn) signifikan terhadap proporsi pengeluaran semua kelompok pangan dengan tanda negatif, kecuali terhadap kelompok pangan 1 yang bertanda positif. Karena variabel jenis kelamin kepala nunahtangga merupakan variabel dummy? maka tanda tersebut mengandung pengertian bahwa nunahtangga dengan kepala rumahtangga laki-laki proporsi pengeluaran konsumsi kelompok pangan I lebih banyak daripada rumahtangga dengan kepala rumahtangga perempuan, sedangkan proporsinya terliadap kelompok pangan 2, kelompok pangan 3 dan kelompok pangan 4 justru lebih sedikit. Jadi patut diduga bahwa ada peran perempuan yang lebih dalam penentuan konsumsi kelompok pangan selain padi-padian dan umbi-umbian. Dari tabel 4.5 bahwa koefisien konsumsi kelompok pangan 3 adalah -0.00762 yang berarti pada rumahtangga dengan kepala rumahtangga laki-laki, proporsi pengeluaran kelompok pangan 3 sebesar 0, 76% lebih rendah dibandingkan dengan rumahtangga dengan kepala rumahtangga perempuan.

66

Page 88: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltaa Indonesia

Variabel lama sekolah kepala rumahtangga (educ) berpengaruh signifikan

pada a= 1 % pada semua kelompok pangan. Pada konsumsi kelompok pangan 3

dan kelompok pangan 4 hubungannya positif. Hal ini berarti bahwa semakin

tinggi pendidikan seorang kepala rumahtangga, maka mereka akan memutuskan

untuk lebih memilih menaikkan proporsi pengeluaran pangan dengan kadar ~izi

yang lebih berkualitas berupa ikan/daging/telur/susu sebagai sumber protein dan

sayur/buah sebagai sumber vitamin sedangkan pada padi-padian dan umbi-umbian

serta kacang-kacangan proporsinya semakin rendah. Peningkatan kualitas gizi

pada kepala rumahtangga yang tingkat pendidikannya semakin tinggi tersebut

karena pemahaman pentingnya konsumsi pangan sumber protein hewani

dikarenakan ada kandungan asam amino esensial yang tidak dapat digantikan oleh

pangan somber protein nabati semakin meningkat. Dari tabel 4.5 bahwa koefisien

konsumsi kelompok pangan 3 adalah 0.00605 yan~ berarti setiap kenaikan lama

sekolah kepala rumahtangga (educ) sebesar l tahun akan meningkatkan proporsi

pengeluaran kelompok pangan 3 sebesar 0~60%.

Selanjutnya, variabel tipe daerah (daerah) hampir semuanya signifikan pada

cl=l%, kecuali terhadap proporsi pengeluaran kelompok pangan yang tidak

signifikan. Dengan demikian patut diduga bahwa tidak. ada perbedaan yang nyata

dalam hal proporsi pengeluaran pangan antara rumahtangga di perkotaan dan

perdesaan untuk kelompok pangan 3 sebagai somber protein hewani.

Selanjutnya, variabel umur lcepala rumahtanSP (umur) hampir semuanya

signifikan pada a= 1 o/o, kecuali terhadap proporsi pengeluaran kelompok kacang-

kaeangan yang harus dihilangkan untuk mengatasi pelanggaran asumsi. Arab

hubungan untuk kelompok pangan 1 negatif sedangkan untuk kelompok pangan 3

darr kelompok pangan 4 positif. Diperkirakan bahwa peningkatan umur kepala

nnnahtangga akan meningkatkan pula konsumsi kelompok pangan 3 karena

semakin tua umur kepala rumahtangga, pengalaman akan konsumsi pangan yang

baik semakin meningkat Untulc kelompok pangan 3 nilai koefisiennya adalah

0,00016 yang berarti setiap kenaikan umur kepala rumahtangga rumahtangga

(educ) sebesar 1 tahun akan meningkatkan proporsi pengeluaran kelompok

pangan 3 sebesar 0?016%.

67

Page 89: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlveralta• Indonesia

-; :

Nilai elastisitas harga sendiri dan harga silang tak terkompensasi (Marshallian) dapat dilihat pada Tabel 4.6 untuk Total Rumahtangga clan Tipe Daerah. Sedangkan nilai elastisitas harga sendiri clan harga silang terkompensasi (Hicksian) dapat dilihat pada Tabel 4. 7 untuk Total Rumahtangga dan Tipe Daerah. Sebagaimana terlihat dalam Tabel 4.6, dan Tabel 4.7, elastisitas harga sendiri mempunyai tanda yang negatif Hal ini sesuai dengan teori pennintaan konsumen yaitu bahwa terdapat hubungan yang terbalik antara harga sendiri dengan jumlah yang diminta, artinya jika harga komoditi tersebut meningkat maka permintaan terhadap komoditi tersebut akan menurun

Nilai absolut elastisitas harga 'sendiri yang lebih besar dari satu mempunyai arti bahwa komoditi tersebut elastis terhadap harga, artinya jika harga naik 1 % maka permintaan akan turun lebih dari 1 %. Kondisi ini (elastisitas harga Marshallian) terjadi pada kelompok 2 {kacang-kacangan) clan kelompok 5 (pangan Iainnya) pada total rumahtangga dan rumahtangga perkotaan, sedangkan pada rumahtangga perdesaan banya kelompok 2 (kacang-

kacangan saja) saja. Kelompok pangan lainnya sebagian besar adalah kelompok pangan jadi yang lebih banyak dikonsumsi oleh masyarakat perkotaan sehingga diperkotaan lebih elastis.

4.4.1 Elastisitas Barga

4.4 Elastisitas Permintaan Pangan Elastisitas permintaan merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk

melihat respon konsumen terhadap permintaan komoditas pangan akibat perubahan harga sendiri, harga komoditas lain maupun pendapatan. Dalam penelitian ini pendapatan rumahtangga diproksi dengan pengeluaran rumahtangga, sehingga elastisitas pendapatan diestimasi berdasarkan elastisitas pengeluaran. Nilai elastisitas dihitung dengan rumus pada persamaan (3.12)-(3.17).

Nilai p merupakan estimasi parameter dari koefisien total pengeluaran riil pangan dan y adalah estimasi parameter dari koefisien harga-harga yang diperoleh

dari estimasi parameter sistem permintaan seperti pada Tabel 4.5. Sedangkan

-proporsi pengeluaran per kelompok panganlbudget share (we) diperoleh dari nilai rata-ratanya seperti terlihat pada Tabel 4.1.

68

Page 90: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversttas lndonesla

Bila ditinjau dari nilai elastisitas harga sileng, yang merupakan substitusi kelompok pangan 3 (ikan/daging/telur/susu) adalah kelompok pangan 4 (sayur/buah). Hal ini ditunjukkan dengan nilai elastisitas harga silang yang positif (lihat kolom 4), yaitu jika harga kelompok pangan 3 meningkat sebesar 1 % maka permintaan kelompok 4 akan meningkat sebesar 0.017%. Untuk kelompok pangan I, kelompok pangan 2, kelompok pangan 3 (lihat kolom 3), semua nilai elastisitas harga silang adalah negatif. Hal ini berarti semua kelompok tersebut yaitu kelompok pangan 1, kelompok 2, dan kelompok S

merupakan komplemen bagi kelompok 3. Hubungan antara kelompok makanan yang lain apakah menjadi substitusi atau komplemen dapat dilihat pada Tabet 4.6, dan Tabet 4.7 (menurut kolom), yaitu merupakan substitusi jika bernilai positif dan komplemen jika bemilai negatif.

Seperti terlihat pada kedua tabel, nilai elastisitas terkompensasi (Hicksian) lebih kecil (nilai absolutnya) dari elastisitas tak terkompensasi (Marshallian). Hal ini sesuai dengan teori ekonomi yaitu bahwa pada pennintaan Hicksian yang ditangkap hanya efek substitusi saja sedangkan pennintaan Marshallian efek substitusi dan efek pendapatan, yang dapat dinyatakan dalam persamaan Slutsky yaitu:

s•ii =£ii + wi err s*ij = Bij + Wj err

dimana: s•ii = elastisitas harga sendiri terkompensasi (Hicksian) komoditi-i

' s*iJ = elastisitas harga silang terkompensasi (Hicksian) komoditi-i Sii = elastisitas harga sendiri tak terkompensasi (Marshallian) komoditi-i 8ii = elastisitas harp silang tak terkompensasi (Marshallian) komoditi-i Wi = proporsi pengeluaran komoditi-i Wj = proporsi pengeluaran komoditi-j en = elastisitas pendapatan atau pengeluaran komoditi-i

69

Page 91: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversitas Indonesia

Bila ditinjau dari besaran elastisitas harga sendiri untulc kelompok pangan 3 (ikan, daging, telur clan susu}, dari tabel ditunjukkan bahwa besaran elastisitas

harga secara absolut untuk total nunahtangga adalah 0,5897, untuk daerah

perkotaan sebesar 0,6255 sedangkan untuk daerah perdesaan sebesar 0,5585

berarti kenaikan harga pangan somber protein hewani akan lebih berpengaruh

Sumber: HasiJ Penglutungan Penulis

Tcrhadap Harga KeJompok Pangan: Ke)ompok Pangan Padi-padlan Kacang- Ucan/telur Pangan /Umbi- Kacangan /daging/ Sayur/buah Jainnya umbian susu

(I) (2) (3) (4) (5) (6)

Total Padi-padian/ -0,9067 0,8705 -0,0966 0,0235 -0,0921 Umbi-umbian Kacang-kacangan 0,1516 .t,0672 -0,0114 -0,2236 -0,0072 Ikan/daging/telur/ -0,0327 -0,1108 -0,58'7 0,0017 -0,1137 susu . Sayur/buah 0,0437 -0,8510 0,0079 -0,6878 -0,0703

Pangan lainnya 0,1233 -0,0559 -0,1176 -0,0518 -1,0061

Kota Padi-padian/ -0,9060 0,8978 -0,0979 0,0160 -0,0669 Umbi-umbian Kacang-kacangan 0,2023 -1,0682 -0,0104 -0,2389 -0,0063 lkan/daging/telur/ -0,0356 -0,1160 -0,6255 0,0042 -0,1059 susu Sayurlbuah 0,0542 -0,8632 0,0057 -0,5822 -0,0608

Pangan lainnya 0,1919 -0,0683 -0,0974 -0,0473 -1,0192

Desa Padi-padian/ -0,9070 0,8511 -0,0954 0,0283 -0,1147 Umbl-umblan

Kacang-kacangan 0,1282 -1,0665 -0,0122 -0,2136 -0,0080 lkan/daging/telur/ ·-0,0314 -0,1070 -0,5585 0,0001 -0,1207 susu

Sayur/buah 0,0389 -0,8423 0,0098 -0,6244 -0,0788 -

Pangan lainnya 0,0917 -0,0471 -0,1353 -0,0547 -0,9943 .

Tabel 4.6. Elastisitas Harga Tak Terkompensasi (Marshallian) berdasarkan Total Rumahtangga dan Tipe Daerah

70

Page 92: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

UnlversHas Indonesia

Sumber: Hasil Pcngbitungan PenuJis

Tcrhadap ffarga Kclompot Pangan:

Kclompok Pangan Padi-padian Kacang- Dcan/telur Pangan /Umbi- /daging/ Sayur/buah umbian Kacangan susu lainnya

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Total

Padi-padian/ Umbi-umbian -0.0999 0,1895 -0,0140 0,0036 -0,0214

Kacan$·kacansan 0,0025 -0.8l41 -0.0002 -0.0052 -0.0002 Ikan/daging/telur/ susu -0.0023 -0,0155 -0.0548 0.0002 -0.0169

Sayur/buah 0,0026 -0,1000 0,0006 -0.0504 -0,0088

Pangan lainnya 0,0257 -0,0230 -0.0322 -0.0151 -0,4410 Kota

Padi-padian/ -0,0590 0,1467 -0,0108 0,0018 -0,0113 Umbi-umbian

Kacang-kacangan 0,0026 -0,0344 -0,0002 -0,0054 -0,0002 Ikan/daging/telur/ -0,0022 -0,0180 -0,0656 0,0005 -0,0170 SU8U

Sayur/buah 0,0024 -0,0952 0,0004 -0,0447 -0,0069

Paiigan lainnya O,OJ5J -0,0315 -0,0305 -0,0152 -0,487J

Desa Padi-padian/ -0,1299 0,2189 -0,0160 0,0052 -0,0322 Umbl-umbian Kacang-kacangan 0,0023 -0,0351 -0,0003 -0,0050 -0,0003

Ikan/daging/telur/ . -0,0023 -0,0138 -0,0471 0,0000 -0,0170 susu

Sayur/buah 0,0027 -0,1033 0,0008 -0,0546 -0,0105

Pangan lainnya 0,0192 -0,0177 -0,0332 -0,0147 -0,4069

Tabet 4.7. Elastisitas Harga Terkompensasi (Hicksian) berdasarkan Total Rumahtangga clan Tipe Daerah

pada penurunan pennintaan masyarakat perkotaan dibandingkan masyarakat perdesaan. Dimungkinkan hal ini terjadi karena masyarakat perdesaan lebih

mudah mengalihkan proporsi pendapatannya ke konsumsi pangan sumber protein hewani jika terjadi kenaikan harga dikarenakan kebutuhan pangan selain pangan sumber protein hewani masih dapat dicukupkan dari hasil produksi sendiri.

71

Page 93: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia

Semua kelompok pangan dalam pene]itian ini terkategori barang pokok (necessities) karena nilainya kurang dari satu, Demikian pula untuk makanan sumber protein juga termasuk dalam kategori barang normal, Elastisitas

s;wnber: Hasil Ponghitungan Penulis

Kelompok Total Tipedaerah

Pangan Kota Desa (1) (2) (3) (4)

Padi-padian/ 0,4654 0,3673 0,5107 n ... h;_ ...... hian

Kaeeng- 0,9194 0,9221 0,9175 . lkan/daging/telur 0,6113 ,0,6250 0,5994 I"""'" Sayur/buah 0,6496 0,6422 0,6544

Pangan lainnya 0,9787 0,9554 0,9995

4.4.2. Elastisltas Pendapatan (Pengeluaran)

Nilai elastisitas pendapatan (pengeluaran) dapat dilihat pada Tabel 4,8, Dalam tabel tersebut terlihat bahwa untuk semua 'kelompok makanan mempunyai nilai elastisitas pendapatan (pengeluaran) positif yang berimplikasi tidak ada yang terkategori inferior, atau bahwa semua kelompok pangan merupakan barang normal, Nilai positif ini mempunyai arti yaitu bahwa jika pendapatan naik maka jumlah pennintaan juga naik.

Tabet 4.8. Elastisitas Pendapatan (Pengeluaran)

Seperti terlihat pada table 4.7~ nilai elastisitas, terkompensasi (Hicksian)

lebih kecil (nilai absolutnya) dari elastisitas tak terkompensasi (Marshallian).

Hal ini sesuai dengan teori ekonomi yaitu bahwa pada pennintaan Hicksian yang

ditangkap hanya efek substitusi saja sedangkan permintaan Marshalliarr efek

substitusi dan efek pendapatan. Untuk kelompok pangan 3 yakni pangan sumber protein hewani secara absolut besaran elastisitas harga terkompensasi untuk total rumahtangga adalah 010549, untuk daerah perkotaan sebesar 0,0646 sedangkan untuk daerah perdesaan sebesar 0,0471 berarti kenaikan harga pangan somber protein hewani akan lebih berpengaruh pada penurunan pennintaan masyarakat perkotaan dibandingkan masyarakat perdesaan.

72

Page 94: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia

pengeluaran rumahtangga keseluruhan maupun rumahtangga bersasarkan tipe daerah semuanya bemilai antara 0 dan 1 dengan elastisitas terbesar pada kelompok pangan lainnya bemilai 0,9787 dan disusul kelompok- kacang-kacangan bemilai 0,9194, kelompok sayur dan buah 0,6496, kelompok pangan sumber protein hewani 0,6113 dan yang terendah untuk kelompok padi-padian dan umbi- umbian sebesar 0,4654 untuk total rumah tangga. Sementara untuk perkotaan angka elastisitas pendapatan tidak jauh berbeda yakni berkisar dari 0~9554 pada kelompok pangan Jainnya sampai dengan terendah 0,3673 untuk kelompok padi- padian dan umbi-umbian. Kelompok 5 yakni pangan Jainnya pada penelitian ini tergolong barang pokok di total rumahtangga, perkotaan maupun di perdesaan. Walaupun belum sejaJan dengan penelitian sebelumnya yang menggolongkan pangan Iainnya sebagai barang mewah (Rita, 2008) namun dari angka eJastisitas pendapatan untuk kelompok S adalah mendekati anstca 1 denpn elastisitas di perdesaan sebesar 0,9995 lebih besar dibanding di perkotaan dengan angka elastisitas 0?9554 yang berarti di perdesaan pangan lainnya dianggap "lebih mewah" dibandingkan di perkotaan.

Pada konsumsi pangan sumber protein hewani rumahtangga di perkotaan lebih sensitif terhadap kenaikan pendapatan, masyarakat perkotaan mengkonsumsi pangan sumber protein hewani lebih banyak setiap kenaikan pendapatan mereka. Pada rumahtangga di perkotaan setiap kenaikan l(satu) persen maka permintaan akan panpn sumber protein hewani akan meningkat sebesar 0,625 persen sementara masyarakat perdesaan merespon dengan nilai yang lebih rendah yakni

0?599 persen. Kesadaran masyarakat diperkotaan untulc mengkonsumsi pangan sumber protein hewani patut diduga lebih besar dibanding dengan masyarakat yang tinggal di daerah perdesaan sehingga kenaikan pendapatannya akan

dialokasikan untuk mengkonsumsi pangan sumber protein hewani yang lebih banyak. Jika kita mengkaitkan dengan perbandingan rata-rata konsumsi pangan sumber protein hewani pada tabel 1.3 pada bab 1 maka nampak bahwa konsumsi protein hewani rumahtanggga di perkotaan lebih besar dengan pebandingan konsumsi rumahtangga di perdesaan.

73

Page 95: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlveraltas lndoneala

Tabet 4.9 membandingkan elastisitas pendapatan untuk kelompok pangan 1 sampai dengan kelompok pangan 5 dengan membagi pendapatan masyarakat menjadi 5 kelompok pendapatan (masing-masing kelompok 20%). Kelompok I merupakan 20 % kelompok dengan pendapatan terendah, sedangkan

kelompok V merupakan 20% kelompok pendapatan tertinggi. Penentuan kategori pendapatan yaitu kelompok I dan II merupakan

kelompok berpendapatan rendah, kelompok ill dan N merupakan kelompok pendapatan sedang dan kelompok V merupakan kelompok pendapatan tinggi (Ariningsih, 2004).

Untuk elastisitas pendapatan menurut kelompok pen~ dapat kita

lihat bahwa untuk kelompok pangan padi-padian dan umbi-umbian semakin tinggi pendapatan, maka elastisitasnya semakin mengecil. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat pendapatan seeorang maka proporsi pengeluaran pada k~lompok pangan ini semakin mengecil karena akan dialokasikan untuk pengeluaran kelompok pangan lain maupun non pangan. Dari tabel tampak bahwa selisih elastisitas untuk konsumsi pangan 1 yakni padi-padian dan umbi- umbian antara kelompok pendapatan I dengan kelompok pendapatan V cukup jauh dimana kelompok I besaran elastisitasnya adalah 0,5384 yang berarti setiap kenaikan pendapatan pada kelompok ini sebesar 1 % akan menaikkan permintaan terhadap kelompok pangan ini sebesar 0,5384 %, sedangkan pada kelompok V besaran elastisitasnya adalah 0,2752 sehingga kenaikan pendapatan

Suntbcr: Hasil Penghitungan Penulis

Kelompok Kelompok Pendapatan Pangan I n Ill N v

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Ptldi-padian/ 0,5384 0,5079 0,4672 0,4088 0,2732 I Jmhi-nmhiAn Kacang- 0,8839 0,9051 0,9234 0,9432 0,9764 . Ikan/daging/telur 0,5363 0,5802 0,6074 0,6312 0,6555 1 .........

Sayur/buah 0,6560 0,6485 0,6467 0,6471 0,6485

Pangan lainnya 1,0037 0,9868 0,9754 0,9683 0,9612

Tabel 4.9. Elastisitas Pendapatan (Pengeluaran) menurut Kelompok Pendapatan

74

Page 96: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversltas Indonesia

pada kelompok ini sebesar 1 % hanya akan menaikkan pennintaan terhadap kelompok pangan ini sebesar 0,2752 %.

Untuk kelompok pangan 2 yakni kacang-kacangan, besaran elastisitas juga semakin tinggi pendapatan elastisitasnya semakin meningkat dengan besaran elastisitas untuk kelompok I sebesar 0,8839 dan untuk kelompok V yakni sebesar 0,9764. Selisih besaran elastisitas antara kelompok pendapatan tertinsgi dan terendah untuJc kelornpok pangan ini hanya sebesar 0,0925.

Sernentara untuk kelompok pangan 3 yakni sumber protein hewani terjadi juga hal yang sama dirnana semakin tinggi pendapatan elastisitasnya semakin meningkat dengan besaran elastisitas untuk kelompok I sebesar 0,5363

~ dan untuk kelompok V yakni sebesar 0,6555. Selisih besaran elastisitas antara · keJompok pendapatan tertinggi dan terendah untuk kelornpok pangan ini hanya sebesar 0, 1192. Hasil yang didapat bahwa semakin besar pendapatan rumahtangga maka pennintaan pangan sumber protein hewani untuk setiap kenaikan pendapatan sebesat I (satu) persen akan semakin meningkat Hal tersebut sejalan dengan basil yang didapat dalaJn Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2008 dimana konsumsi rumahtangga terhadap pangan sumber protein heWani akan meningkat seiring peningkatan pendapatan.

Pada kelompok pangan 4 (buah dan sayur) tidak terdapat pola semakin meningkatnya pendapatan akan semakin meningkat elastisitas konsumsi kelompok pangan. Blatisitas tertinggi berada pada kelompok pendapatan I sebesar 0,6560 dan terendah pada kelompok m sebesar 0,6467, jadi besaran elastisitas dari kelompok pendapatan terandah sampai kelompok pendapatan tertinggi turun kemudian meningkat.

UntuJc kelompok pangan 5 (pangan lainnya) masyarakat berpenghasilan paling rendah (kelompok pendapatan I) menganggap kelompok pangan ini sebagai barang mewah karena nilai elastisitasnya lebih dari 1 dan besarannya semakin menunm seiring dengan peningkatan pendapatan.

75

Page 97: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai
Page 98: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Unlversitas Indonesia 76

Hasil estimasi elastisitas harga kelompok pangan ikan/daging/telur/susu

sebagai pangan sumber protein hewani dengan model· LA/AIDS menunjukkan

bahwa rumahtangga di perkotaan lebih sensitif terhadap perubahan harga kelompok pangan inl dibanding rumahtangga perdesaan. Setiap persentase

kenaikan harga pangan sumber protein hewani diperkotaan direspon dengan

penurunan pennintaan yang lebih besar dibanding rumahtangga di 'perdesaan, Elastisitas silang kelompok pangan ikan/daging/telur/susu menunjukkan

korelasi negatif dengan kelompok pangan padi-padian dan umbi-umbian,

kelompok pangan kacang-kacangan dan kelompok pangan lainnya yang

menunjukkan bahwa terjadi hubungan saling melengkapi, sedangkan pada

Kelompok sayur/buah berkorelasi positif. Antara ikan/daging/telur/susu sebagai

pangan sumber protein hewani dengan kacang-kacangan sebagai pangan sumber

protein nabati terjadi komplemen (saling melengkapi). Masyarakat perkotaan

dalam mengkonsumsi pangan sumber protein hewani lebih sensitif terhadap

perubahan harga padi-padian dan umbi-umbian, kacang-kacangan dan sayur/buah

sementara rumahtangga perdesaan lebih sensitif pada kelompok pangan lainnya.

Untuk elastisitas pendapatan kelompok pangan ikan/daging/telur/susu,

sebagai sumber pangan protein hewani, rumahtangga yang tinggal di perkotaan

lebih sensitif pada kenaikan pendapatan dibanding rumahtangga yang tinggal di

perdesaan untuk konsmnsi pangan sumber protein hewani.

Semakin rendah tingkat pendapatan rumahtanga elastisitas pendapatan

untuk kelompok pangan ikan/daging/telur/susu semakin rendah berarti tingkat

pendapatan untuk mengetahui perbedaan sensitivitasnya. Beberapa kesimpulan

dan saran dapat disampaikan seperti di bawah ini :

S.1. Kesimpulan

Penelitian ini menggunakan data Susenas tahun 2008 dengan tujuan untuk

mengestimasi fungsi pennintaan rumahtangga Indonesia terhadap pangan sumber

protein hewani dalam bentuk elastisitas harga, elastisitas silang rnaupun elastisitas

KESIMPULAN DAN SARAN

BABS

Page 99: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Universitas Indonesia

Saran yang dapat disampaikan bagi kebijakan Pemerintah adalah dikarenakan kelompok pangan ikan/daging/telur/susu sebagai pangan sumber protein hewani dengan kacang-kacangan sebagai pangan sumber protein nabati terjadi komplemen maka kecukupan kebutuhan akan protein masyarakat sudah mulai lengkap. Pemerintah tinggal mendorong peningkatan konsumsi keduanya secara seimbang dengan langkah stabilisasi harga dengan peningkatan produksi dalam negeri maupun pemenuban kebutuhan dengan cara mengimpor jika

produksi dalam negeri masih kurang.

S.2.2. Saran Bagi Kebijakan Pemerintah

S.2.1. Saran Bagi Peneliti

Beberapa saran bagi peneJiti yang berminat untuk melanjutkan penelitian ini adalah: 1. Masalah pengelompokan merupakan hal yang sangat menentukan dalam

estimasl permlntaan pangan. Dikarenakan keterbatasan waktu penelitian, tidak

r _banyak variasi-variasi pengelompokan yang dicoba. 2. Dalam peilelitian ini tidak memasukkan variabel sosial demografi lain seperti

status ekonomi (kaya/miskin) yang mungkin saja mempengaruhi sistem pennintaan. Bagi peneliti selanjutnya mungkin dapat digunakan variabel tersebut ataupun variabel lannya dalam sistem pennintaan.

S.2. Saran

sensitivitas pendapatan dalam mengkonsumsi pangan sumber protein hewani semakin tinggi seiring dengan kenaikan pendapatan.

77

Page 100: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai
Page 101: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Universitas Indonesia 78

Deaton, Angus. (1997). The Analysis of Household Survey: A Microeconometric

Approach to Development Policy. The Johns Hopkins University Press.

Baltimore, Maryland, USA

Deaton, Angus. (1989). Quality, Quantity, and Spatial Variation of Price.

American Economis Review 78: 418-30.

Deaton, Angus.(1988). Household Survey Data and Pricing Policies in

Developing. The World Bank American Economis Review Vol. 3, No.2:

183-210.

Deaton, Angus and Muellbauer, John. (1980). An Almost Ideal Demand System.

American Economis Review 70(3):312-326.

Daryanto, Arif (2008). Peranan Protein hewani dalam peningkatan IP M. Majalah

Trobos Edisi Mei 2008.

Chandra, Agung Dwi. (2007). Analisis Permintaan Sayur-sayuran Menuju

Pemenuhan Sendiri di Propinsi Kep. Bangka Belitung. Tesis PPIE.

Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi. Universitas Indonesia Jakarta.

Baum, Christopher F. (2006). An Introduction to Modern Econometrics using

Stata. Stata Press, Oak Square School, Brighton, Massachusetts. . . .

Badan Pusat Statistik. (2008). Leaflet: Perkembangan Beberapa Indikator Utama

Sosial-Ekonomi Indonesia (Maret 2008). Badan Pusat Statistik, Jakarta-

Indonesia

Badan Pusat Statistik. (2009). Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia

dan Provinsi, Survei Sosial Elconomi Nasional Tahun 2008. Badan Pusat

Statistik, Jakarta-Indonesia

Ariningsih, Ening. (2004). Analisis Perilaku Konsumsi Pangan Sumber Protein

Hewani dan Nabati pada Masa Krisis di Jawa. ICASERD Working Paper

No.56

DAFf AR PUST AKA

Page 102: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Universitas Indonesia

Varian, Hal R. (1992). Microeconomics Analysis, Third Edition. W.W Norton and

Company Inc., New Tork, 1992.

Todaro, Michael P, and Smith, Stephen C.(2003).Economics Development, Eighth

Edition.Pearson Education Limited. Edinburgh Gate, Harlow, Essex

CM202JE, England, 2003.

Silberberg, Eugene. (1990). The Structure of Economics: A Mathematical Analysis. Second Edition. The International Edition. Mc. Graw Hill. Inc. Singapore.

Taljaard, Pieter R.(2003). Econometric Estimation of The Demand for Meat in

· South Africa. Unpublished Master Thesis, University of the Free State

Sabrina. (2006). Pola Konsumsi dan Permintaan Pangan di Propinsi Sumatera

Baral. Tesis MP.KP. Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik.

Universitas Indonesia, Jakarta.

Nachrowi, D Nachrowi. (2006). Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika. LP-FE Universitas Indonesia

Nicholson, Walter. (2005). Microeconomic Theory: Basic Principles and

Extensions (Ninth Edition).Thomson Corporation. South-Western,

Thomson.

Moeis, Jossy. P. (2003). Indonesia Food Demand System: An Analysis of the

Impacts of the Economic Crisis on Household Consumption and Nutritional

Intake. Dissertation of the Faculty of Columbian College of Arts and

Sciences. The George Washington University? · Washington DC.

Igwe? K.C. {2007). Meat Demand Analysis in Umuahla Metropolis Abia State

Nigeria. Agricultural Journal 2 (5): 550-554

Laraki, Karim. (1990). Ending Food Subsidies: Nutritional, Welfare, and

Budgetary Effect. The World Bank Economics Reviews, Vol. 3, No: 3: 395-

408.

Gujarati, Damodar. (2003). Basic Econometrics. Fourth Edition. The McGraw-

Hill Companies.

79

Page 103: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

Universitas Indonesia

Wooldridge, Jeffrey M. (2002). Econometric Analysis of Cross Section and Panel

Data. Cambridge, MA: MIT Press.

Yuliana, Rita. (2008). Evaluasi Perubahan Ting/rat Kesejahteraan Rumahtangga

Sebagai Dampak Kenai/ran Barga BBM di Indonesia, Periode Pebruari

2005 - Maret 2006. Tesis PPIE. Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi.

Universitas Indonesia, Jakarta.

80

Page 104: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai
Page 105: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... LO N""'O\""'O\Or- r- N .-I :> O\NO\LOOOO\ r- N <"l Q) LOO\ NLON NID 0\ r- CX> 0 <"ll"'- r- OMOM O ID ID

OOOOOOLO 0 ID • • 0

0000000 0 ...... I I I I ......

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ""' r- CX> CX> 0 CX> O'I M .-I ID \0 :> IDOL0"'1'NON ID co LO

~

Q) O'\O'INLO""'r-lr- 0\ (\') r- 0 ID ID .-I 0 00 G> ID LO LO

r-lNOOOOO 0 \Cl r-1 0\

~

000 COON 0 \0 I I I I

1--1 c:I.)

~ ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

~ M r- NN M CX> CX> 0\ ""' ...... r- :> N ID N N M r-1 M Gel LO LO Q) IDr-lN<"lO<"lr- N OLO

Vj 0 ID CD N .-I 0 0 LO O<"l <"lLOOOr-lOLO r-1 ID LO

~

0 000000 ""' 0 N

' I I I r-1

~

~ ... ... ... ... ... ... ... "' ... ... ... ...

§ ... ... ... ... ... ... ... N CDO\ONr-1"'1'\0 M 0 r- :> NI"'- NOO'ILOCD r-1 NN Q) l"'-CDN.-1000\ CX> N <"l 0 "'1'1")00NO\O CON

000000\0 0 LO ID

60 c5 c5 c5 c5 c5 c5 er. I I ' \0

..... ... -I< ... -I< -I< ... 0 ... ... -I< -I< ... ... 0 ... ... ... ... ... ... ... ... r-l Nwi.lir-lq;o&i q; l.J:I q; b :> O'llDN"'1'1D"'1'CX> ""' 1")0 v Q) r-L0\0"'1'00LO N ON 0. 0 \01"'-.-IO<X>Or-

""' LO ""' r-100 0 OO<"l 0 \0 ... rl ...

Gl G> Gl e G>Gl N e ea -I< I ' I I ""' ' .....

0

0 v 0. -o

Q) ... H ... Ill ::l

.µ O' LO i:: U) 0

O' ~ ..c: Ill I (I) Ill .µ ex: 0 "0 .-t U H H UJ v

::>ilU..l.:'6Ql §8 .,., 0. a a 1 <U 'O r-lr-l~Ql"O i::i: :z r... ...

81

......

Page 106: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

.... 0 ~

0

82

CX)

0 CX)

r-

... .. ... N N II>

...., 0 °' CX).., .... "' •It> \D

ex> 0 ex> r--

.. .. .. N N It> 11)00\ ex> II) .... °' . II)

ID

.. .. .. 0\ ID II> "' r- "' ID 0 .... .... •U"l

' ID ex> P'l M ....,

ex> P'l P'l It)

... .. .. en ID It)

"'r- "' IDOH ..... .,, ID

ID 0 M r-

... .. .. ...,.,..,, r-- ID 0\ CX>N.-f 0 •U"l

ID

... ... .. N OI"' I"- ID 0\ CX>N .... 0 .....

ID ID 0 M r-

.... ex> .. ..

.. .. .. ex> It) It) P'l•"' ...., P'l.-f 0 •II>

ID

• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • l""'"NP>Nr-t('l')tl')O\M\Or-r-C"l r-\Dll')O\(")('l')(")r-tNlO~NM rlMOr-10\r-U")Plr-r-lO"IN\D O\'Ol\DNU')\OC"l"'Q'CD0\\0'111:1' 0\0C"l(Y')["oo<QIC")r-tf'lr-trir-o:>

•"'3"MOO\DUl.-lr-O\DOOM ..-trl"il'('I") ·~ •Or- •O I •rt • lO I I

I I I I

I I

• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • l"""CDP'>•O\NC"lf""•tr"t\DO\ri O\NO\O\t"-0\0\0\P'IN.-fN.-f IDt"-0\CX>O\ri.-fN .... Nll>NN ('l')\D('l')\O\OU')OO\O•O\t""'ICJ\ .. .,,CX>P'lf'-ll>P'IP'IP'ltt)tt)P') .. 'V'r""-C"")\ON.-fCD'V'r-tr-t0.-1 P'>\O""" •('1")<1'000\Dr-tO\O

I

• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • \D(l)~O\ll')O\O\r-\0\0'9\D ONll)\DO\CDO\OO\&l)Or- NlnU'1H~H4'1'0\l"'JMN111 \OOr-r-CDr'l\DN.-1Cft'9r-f \D.-fN'Ql('l")o:>P')r-Nr-r-N Ul.-fNOU'>\0..-1000\'1'"'40 0.-f 0.-100 00 00 00

• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • O\~lORC'Qm\OO\PlU'll"l11>4:1' O\CDP'lO\.-tO\OU')O\P)ONN \DU')O\Nl-CDU')O\\D'O'l.Oa>CX> NCD&t>riNCX>\ONtl')\001.0lll \OP')f"'"'O'P')CJ\Or-tNU')P')U')P') 00\00..-410N,._.N\Drrlria> 00 • •O\ •\OlOONOO\D

..... •r-t I I I I I I

• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • e- rirfll)•CJ't..-4(Df'-\OP) 0\ 11> .. 001"-0\IDCX>P'IN N•ll'>lOO\r-P"tU')\OP')CDN riO\NCDa:>Oa>P'>'O'\O\OP') OM NO CDP)N0\011) 00 00 NO .... P'l riOOO 00 000000000000

I I

• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • CX>CX>ll>P'l•ex>•M•P'l• .... N •P'>Ot.OOr""'NOO\llllllrillllllr-t Nll>NOll>•Nf'-1"-f'-NOCX> .... II) ID P'l I"- 0\ I"- 0\ .... "" P'l O\ 0\ M090llQ'•01CDQ)\OCDr""'P') Nll>P'INP'ICX>IDCX> .... 0\00

•N•P'IO\P'l •0\0 •'"'OID I • • •N I •.-f

I I I I

• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • « • • • • • \Or-ta>Q)\00\0\.-fU')CDU')U') PlO'llr'lr-1-P'>C"')NOCDO\C"l NONr-tC"lOO\CDa:JPlf"'"O o ... oi. ..... r- ........ om•o r-fr-tr-t.-t'Qf.-t.-tPlO'QIOO 000000000000 000000 •0000

I I I I

Page 107: FAKULTASEKONOMI - hub.satudata.bappenas.go.idhub.satudata.bappenas.go.id/dataset/290db67c-d889... · oleh orang-orang dewasa. Disamping energi, kecukupan protein dapat digunakan sebagai

83

('f'l

a .... ·- 0.. § ~

- 00

~ 00 <

~ ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

~

~ ... ............ -!! ... ... -!!. ... "" 6 .-i "" °' "" Li) r- co r- 0 co "" 0 r- co 3: (Y') N lO r- C-rl'<l'C-\O'<l'rl rl 0 \D °' rl mN r- '<l'OOlON0\00 N lO co °' ~ ON 0 '<I' rl riOOOriO co (\") (\")

rf 000 00000000 0 N \D N co

00 0 000000 0 0 00 co

~

I I I I I I I I rl

... ... ... ... ... ... .,. ... ... .,. ... - ... ... ... ... ... ... -It ... -It -It ... 00 -It ... ... -It i< i< -It i< i< i< .,.

~

(\") N r- "" '<l'rimriNlOO \D rl rl rl rl 3: \D r- °' lOONri\OOlO rl \D co rl "" rl N r- Nrim.--tr-\OriO lO 0 r- (\")

NO lO 0(Y')N(Y')0000 N °' rl 00000000000 rl r-1 \D (Tl

00 (\")

~ 00 0 00000000 0 0 rl

I I I I I I I rl - 00 s ... ... i< ... -It -It -It -It i< .,. i< i< ... ... .,. -It ... -It -It i< .,. i< i< ... ... i< i< i< i< ... ... ... i< i<

Cl) N r- rl r- rl N 0 \D rl lO co rl rl 0 r-

~ 3: \0.-lt-N'<l'\O\OOm""° \D N N \D

NNNmr-lt-r-lNOro (V) "" N .-1 MOONOOOOOrl (V) r- 0

~

0000000000 rl 0 lO lO

"" 00 0 0 00 0000 0 0 °' I I I I I I N

ffi 0 rl Cl) ... ... -It ... ... ......... i< i< i< i< ... 0

~

... i< ... .,. ... ... .,. ... ... ... ... ... ... 0 .,. i< .,. ... ... i< ... ... .,. ... ... ... i< H N r- N 0 r-"" \D 0 0) lO co H \D "" r- 0 3: (Tl \D \D (Y') \D N N(Y')rlt-0 N "" N N v

.-IN .-I .-I .-I rl 00 lO lO .-I .-I r- (\") Lt') N 0.. O(Y') N 0 .-I °' 0000\D 0 0 r- (\")

~ 00 0 000 .--10000 rl Lt') \D "" i<

5 \D i< 00 0 0 00 000 0 0 0 0 N .,.

I I I I I I I I "" § ' .-I 0

0 0 v

0.. -o (I) .,. 1-1 .,. Ill

.-INM'<l'lO s 00000 .µ LO 0.. 0. 0. 0. 0. .-1 s:: (I] 0 i:: s:: s:: c s:: ·.-1 O' ~ ..c: Ill I

rl rl .-1 .-1 .-1 ·.-1 (I) Ill .µ a:: 0 'd'd'd'd'd 1--1'0.-I 0 H H .-1 N (Y') "" (I] v (I) (I) (I) (I) (I) >.Ill~ ::I (I) ::I H H H H S:: ·n 0. H H H HHS:: S:: I'd Ill s E! s E! s 0 'd 0. 0. 0.. 0. 0. ....... .-1 IJ (I) 'd ·.-l·.-1·.-l·.-I u .:x: :z c... -!<