Top Banner
12

FAKULTAS PETERNAKAN - UNUD

Oct 18, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: FAKULTAS PETERNAKAN - UNUD
Page 2: FAKULTAS PETERNAKAN - UNUD

FAKULTAS PETERNAKANUNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

PETERNAKANVolume 21 Nomor 2 Juni 2018

MAJALAH ILMIAH

KAJIAN PEMANFAATAN SEKAM PADI DIFERMENTASI Aspergillus niger DALAM RANSUM DISUPLEMENTASI TEPUNG DAUN UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas, L.) TERHADAP PENAMPILAN ITIK BALI UMUR 24 -36 MINGGU Susila, T. G. O., T. G. B. Yadnya, dan A. A. A. S. Trisnadewi .......................................................................................... 45

PEMANFAATAN SEKAM PADI TERAMONIASI SERTA TERBIOFERMENTASI DALAM RANSUM DISUPLEMENTASI DAUN SIRIH (Piper beetle L.) TERHADAP PENAMPILAN ITIK BALI BETINA FASE PERTUMBUHAN Partama, I. B. G., T. G. B. Yadnya, dan A. A. A. S. Trisnadewi ...................................................................................... 51

STUDI KARAKTERISTIK KARKAS BABI BALI ASLI DAN BABI LANDRACE YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN BAKU BABI GULING Sriyani, N. L. P. dan I N. T. Ariana..................................................................................................................................... 56

IMBANGAN HIJAUAN DAN KONSENTRAT DALAM RANSUM TERHADAP RESPON FERMENTASI RUMEN DAN SINTESIS PROTEIN MIKROBA PEDET SAPI BALI CALON INDUK Budiasa, I K. M., N. N. Suryani, dan I W. Suarna ............................................................................................................ 60

PREFERENSI PRODUSEN BABI GULING TERHADAP BABI BALI SEBAGAI BAHAN BAKU Sukanata, I W., B. R. T. Putri, dan Suciani ......................................................................................................................... 66

PERFORMAN REPRODUKSI DAN PRODUKSI TERNAK BABI PADA USAHA PETER-NAKAN RAKYAT DI DUA LOKASI BERBEDA Suranjaya, I G., M. Dewantari, I K. W. Parimartha, I W. Sukanata, dan I N. T. Ariana ............................................. 71

EVALUASI KEBERLANJUTAN PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH BIOSEKURITI PADA PETERNAKAN AYAM BROILER DI DESA SELANBAWAK, KECAMATAN MARGA, KABUPATEN TABANAN Sarini , N. P., N. N. Suryani, Ni Putu Mariani, A. A. Oka, M. Dewantari .................................................................... 76

KAJIAN AKTIVITAS OVARIUM BABI LANDRACE DAN BABI BALI HASIL PEMOTONGAN DI RUMAH POTONG HEWAN TRADISIONAL Sumardani N. L. G. , I W. Suberata, N. M. Artiningsih, dan K. Budaarsa ..................................................................... 81

Page 3: FAKULTAS PETERNAKAN - UNUD

ii MAJALAH ILMIAH PETERNAKAN • Volume 21 Nomor 2 JuNi 2018

Jurnal Peternakan

SUSUNAN DEWAN REDAKSI MAJALAH ILMIAH PETERNAKAN – UNUD

KETUA PENYUNTINGKOMANG BUDAARSA

WAKIL KETUA PENYUNTINGNI NYOMAN SURYANI

PENYUNTING PELAKSANA1. I GEDE MAHARDIKA

2. I WAYAN SUARNA3. ANTONIUS WAYAN PUGER

4. I MADE SUASTA5. I GUSTI NYOMAN GDE BIDURA

6. I MADE NURIYASA7. GEDE SURANJAYA

8. I KETUT MANGKU BUDIASA9. ANAK AGUNG PUTU PUTRA WIBAWA

ADMINISTRASII GUSTI AGUNG ISTRI ARIANI

NI LUH GEDE SUMARDANIA. A.A. SRI TRISNADEWI

ALAMAT REDAKSIFakultas Peternakan Universitas UdayanaJalan PB Sudirman Denpasar-Bali 80232

Email: [email protected]

PENERBITFakultas Peternakan Univeritas Udayana

ISSN: 0853-8999

Page 4: FAKULTAS PETERNAKAN - UNUD

ISSN : 0853-8999 87

Jurnal Peternakan

UCAPAN TERIMAKASIH KEPADA MITRA BESTARI

Atas bantuan penyuntingan yang dilakukan oleh Mitra Bestari terhadap naskah-naskah karya ilmiah yang dimuat dalam Majalah Ilmiah Peternakan, Volume 21 No. 1 Februari 2018,

Redaksi mengucapkan terima kasih kepada:

KETUT SUMADII GEDE MAHARDIKAKOMANG BUDAARSA

A. WILSONMAYANI KRISTINA DEWI

I GST. LANANG OKANI NYOMAN SURYANI

ANTONIUS WAYAN PUGER

Page 5: FAKULTAS PETERNAKAN - UNUD

88 MAJALAH ILMIAH PETERNAKAN • Volume 21 Nomor 2 JuNi 2018

Jurnal Peternakan

Ketentuan Umum1. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Ing-

gris sesuai dengan format yang ditentukan.2. Penulis mengirim naskah melalui email dalam bentuk Zip

file.3. Naskah tersebut belum pernah diterbitkan di media lain

yang dibuktikan dengan pernyataan tertulis yang ditandan-tangani oleh semua penulis bahwa naskah tersebut belum pernah dipublikasikan. Pernyataan tersebut dilampirkan pada naskah.

4. Naskah Redaksi Majalah Ilmiah Peternakan d.a.Fakultas Peternakan, UniversitasUdayana Jl. P.B. Sudirman, Denpasar, Bali Telp. (0361) 222096 e-mail :[email protected] Contac person via A.A. Trisna Dewi HP 081338391967

Standar Penulisan1. Naskah diketik menggunakan program Microsoft Word, ja-

rak 2 spasi dengan huruf Times New Roman berukuran 12 point; margin kiri 4 cm, sedangkan margin atas, kanan, dan bawah masing-masing 3 cm.

2. Setiap halaman diberi nomor secara berurutan. 3. Jika Tabel berisi angka dan huruf yang banyak maka boleh

diperkecil menggunakan huruf Times New Roman Font 10. 4. Keterangan gambar atau histogram menggunakan huruf

Times New Roman Font 105. Naskah ditulis maksimum 15 halaman termasuk gambar

dan tabel.

Urutan Penulisan1. Naskah hasil penelitian terdiri atas Judul, Nama Penulis,

Alamat Penulis, Abstrak, Pendahuluan, Materi dan Metode, Hasil dan Pembahasan, Simpulan, Ucapan Terima Kasih, dan Daftar Pustaka.

2. Naskah kajian pustaka terdiri atas Judul, Nama Penu-lis, Alamat Penulis, Abstrak, Pendahuluan, Masalah dan Pembahasan, Simpulan, Ucapan Terima Kasih dan Daftar Pustaka.

3. Judul, harus singkat, spesifik, dan informatif yang meng-gambarkan isi naskah, maksimal 15 kata. Judul ditulis dalam dua bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Untuk kajian pustaka, di belakang judul agar ditulis: Suatu Kajian Pustaka. Judul ditulis dengan huruf kapital, Times New Roman berukuran 14 point, jarak satu spasi dan terletak di tengah-tengah tanpa titik.

4. Nama Penulis, font 12, ditulis tanpa gelar akademis, huruf kapital dan disingkat konsisten dengan singkatan yang su-dah sering digunakan dalam publikasi.

5. Nama Lengkap Institusi, disertai alamat lengkap dengan nomor kode pos ditulis dengan huruf kecil, Times New Ro-man font 12.

6. Alamat penulis untuk korespondensi dilengkapi dengan no-mor telepon, fax, atau e-mail salah satu penulis, diketik di bawah nama institusi.

7. Abstrak, ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Ing-gris. Abstrak seyogyanya mengandung uraian secara sing-kat tentang tujuan, materi dan metode, hasil utama, dan

simpulan. Abstrak ditulis dalam satu paragraph tidak lebih dari 200 kata, diketik satu spasi.

8. Kata Kunci (Key Words), diketik miring, font 12 maksimal 5 (lima) kata, dua spasi setelah abstrak.

9. Pendahuluan, berisi latar belakang, tujuan, dan pustaka yang mendukung. Dalam mengutip pendapat orang lain dipakai sistem nama penulis dan tahun. Contoh: Miswar (2006); Quan et al. (2002).

10. Materi dan Metode, ditulis lengkap terutama desain penelitian.

11. Hasil dan Pembahasan, Hasil dan pembahasan dijadi-kan satu. Hasil menyajikan uraian hasil penelitian sendiri. Deskripsi hasi penelitian disajikan secara jelas. Pemba-hasan memuat utamanya diskusi tentang hasil penelitian sendiri serta dikaitkan dengan tujuan penelitian (pengu-jian hipotesis).

12. Simpulan, merupakan simpulan dari hasil penelitian di-kaitkan dengan tujuan penelitian. dinarasikan, tanpa memberi nomor.

13. Pembahasan (review/kajianpustaka), memuat bahasan ringkas mencakup masalah yang dikaji.

14. UcapanTerimaKasih, disampaikan kepada berbagai pi-hak yang benar-benar membantu sehingga penelitian dapat dilangsungkan; misalnya pemberi gagasan, pe-nyandang dana.

15. Ilustrasi:a. Judul tabel, grafik, histogram, sketsa, dan gambar

(foto) diberi nomor urut, judul singkat tetapi jelas be-serta satuan-satuan yang dipakai. Judul ilustrasi di-tulis dengan menggunakan huruf Times New Roman berukuran sesuai besaran huruf table, grafik atau his-togram, masuk satu tab (5 ketukan) dari pinggir kiri, awal kata menggunakan huruf capital, dengan jarak satu spasi.

b. Keterangan tabel ditulis di sebelah kiri bawah menggunakan huruf Times New Roman berukuran 10 point jarak satu spasi.

c. Penulisan tanda atau notasi untuk analisis statistik data menggunakan superskrip berbeda pada baris/kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) atau sangat nyata (P<0,01).

d. Penulisan angka desimal dalam tabel untuk Bahasa Indonesia dipisahkan dengan koma (,), untuk Bahasa Inggris digunakan titik (.).

e. Gambar, grafik, dan foto: Grafik dibuat dalam program Microsoft Excel Foto berukuran 4 R berwarna atau hitam putih dan

harus tajamf. Nama Latin, Yunani, atau Daerah dicetak miring.

Istilah asing diberi tanda petik.g. Satuan pengukuran menggunakan Sistem Internasi-

onal (SI).16. DaftarPustaka

a. Hanya memuat referensi yang diacu dalam naskah dan ditulis secara alfabetik berdasarkan huruf awal dari nama penulis pertama. Jika dalam bentuk buku, dicantumkan nama semua penulis, tahun, judul buku, penerbit dan tempat, edisi dan bab keberapa. Jika dalam bentuk jurnal, dicantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume, nomor publikasi, dan halaman. Jika mengambil artikel dalam

PANDUAN BAGI PENULIS

Page 6: FAKULTAS PETERNAKAN - UNUD

ISSN : 0853-8999 89

Jurnal Peternakan

buku, cantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, editor, judul buku, penerbit, dan tempat.

b. Diharapkan dirujuk referensi 10 tahun terakhir dengan proporsi pustaka primer (jurnal) minimal 80%.

c. Dianjurkan mengacu artikel yang dimuat pada Majalah Ilmiah Peternakan sebelumnya dapat diakses pada htt://ojs.unud.ac.id.

d. Cara penulisan kepustakaan sebagai berikut:JurnalYang, C. J., D. W. Lee, I.B. Chung, Y.M. Cho, I.S. Shin,

B.J. Chae, J.H. Kim, and I.K. Han. 1997. Developing model equation to subdivide lysine requirements for growth and maintenance in pigs. J. Anim. Sci. 10:54-63

Lukiwati, D.W., N. Nuhidjat, A.H. Wibowo, J. Bambang dan T. Nurdewanto. 2005. Peningkatan produksi dan nilai nutrisi hijauan Puearia phaseoleides oleh pupuk fosfor dalam suspense fermentasi Acetobacter sac-charomyces. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Vol 7. No.2 Tahun 2005. P:82-86

BukuSuprijatna, E., U. Atmomarsono, dan R. Kartasudjana.

2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penerbit Penebar Swadaya, Bogor.

ProsidingPujaningsih, R.I., C.L. Sutrisno, dan S. Sumarsih. 2006.

Kajian kualitas pod kakao yang diamoniasi dengan aras urea yang berbeda. Di dalam: Pengembangan Teknologi Inovatif untuk Mendukung Pembangu-nan Peternakan Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka HUT ke-40 (Lustrum VIII) Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soed-irman; Purwokerto, 11 Pe bruari 2006. Fakultas Pe-ternakan UNSOED, Purwokerto. Halaman 54-60.

Artikel dalam BukuLeitzmann, C., A.M. Ploeger, and K. Huth. 1979. The influ-

ence of lignin on lipid metabolism of the rat. In: G.E. Inglett & S.I. Falkehag. Eds. Dietary Fibers Chemis-try and Nutrition.Academic Press. INC., New York.

Skripsi/Tesis/DisertasiSeputra, I.M.A, 2004. Penampilan dan Kualitas Karkas

Babi Landrace yang Diberi Ransum Mengandung Limbah Tempe.Tesis. Program Pascasarjana, Uni-versitas Udayana, Denpasar.

InternetHargreaves, J., 2005. Manure Gases Can Be Danger-

ous. Department of Primary Industries and Fish-eries, Queensland Govermment. http://www.dpi.gld.gov.au/pigs/9760.html. Diakses 15 September 2005.

Dokumen[BPS] Biro Pusat Statistik. 2006. Populasi Ternak Sapi di

Provinsi Bali tahun 2005.

Penerbitan• Hak cipta naskah yang dimuat sepenuhnya ada pada

Majalah Ilmiah Peternakan.• Penulis akan menerima lima eksemplar cetak lepas

setelah terbit.• Jadwal penerbitan adalah bulan Februari, Juni, dan

Oktober setiap tahun.• Penulis yang naskahnya dimuat dikenai biaya cetak

sebesar Rp 400.000,- per artikel.

• Harga langganan selama setahun (3 kali penerbitan) Rp 150.000,-sudah termasuk ongkos kirim.

Mekanisme Seleksi Naskah1. Naskah harus mengikuti format/gaya penulisan yang telah

ditetapkan.2. Naskah yang tidak sesuai dengan format akan

dikembalikan ke penulis untuk diperbaiki.3. Naskah yang sesuai dengan format diteruskan ke Dewan

Redaksi untuk ditelaah diterima atau ditolak.4. Naskah yang diterima atau naskah yang formatnya sudah

diperbaiki selanjutnya dicarikan penelaah (Mitra Bestari) tentang kelayakan terbit.

5. Naskah yang sudah diperiksa (ditelaah oleh Mitra Bestari) dikembalikan ke Dewan Redaksi dengan tiga kemungkinan (ditolak, diterima dengan perbaikan, dan diterima tanpa perbaikan).

6. Dewan Redaksi memutuskan naskah diterima atau ditolak, seandainya terjadi ketidaksesuaian di antara Mitra Bestari.

7. Keputusan penolakan Dewan Redaksi dikirimkan kepada penulis.

8. Naskah yang mengalami perbaikan dikirim kembali kepenulis untuk perbaikan.

9. Naskah yang sudah diperbaiki oleh penulis diserahkan oleh Dewan redaksi kepenyunting pelaksana.

10. Contoh cetak naskah sebelum terbit dikirimkan ke penulis untuk mendapat persetujuan.

11. Naskah siap dicetak dan cetaklepas dikirimkan ke penulis.

Bagan Alir Pemrosesan Naskah

Naskah diterima

Sekretariat

Ketua

Dewan Redaksi

Mitra Bestari

Penyunting Pelaksana

Contoh cetak

Penulis

Percetakan

Terbit

Cetak lepas

Page 7: FAKULTAS PETERNAKAN - UNUD

ISSN : 0853-8999 81

Sumardani N. L. G. , I W. Suberata, N. M. Artiningsih, dan K. Budaarsa

KAJIAN AKTIVITAS OVARIUM BABI LANDRACE DAN BABI BALI HASIL PEMOTONGAN DI RUMAH POTONG HEWAN TRADISIONAL

SUMARDANI N. L. G. , I W. SUBERATA, N. M. ARTININGSIH, DAN K. BUDAARSALab. Reproduksi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Udayana

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Status reproduksi babi betina, dapat dilihat dari tingkat aktivitas ovariumnya, yang ditandai dengan adanya sejumlah folikel dan corpus luteum di dalam ovarium. Dengan mengetahui tingkat aktivitas ovarium babi betina, akan dapat dilihat tingkat performan reproduksi lainnya. Pada penelitian ini digunakan masing-masing 100 buah ovarium dari masing-masing 50 ekor babi landrace dan babi bali, yang dibagi dalam tiga kelompok bobot potong, yaitu (A) 60-70 kg; (B) 71-80 kg; dan (C) 80-90 kg. Variabel yang diamati adalah dimensi ovarium, jumlah folikel dan corpus luteum pada ovarium kanan dan kiri. Analisa data deskritif kuantitaif disertai Uji-t untuk mengetahui perbandingan antara aktivitas ovarium kanan dan kiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata berat ovarium kanan dan kiri pada babi landrace adalah 5,70±1,22 g; 6,77±0,96 g, dan pada babi bali adalah 4,89±1,47 g; 6,13±1,46 g. Rata-rata jumlah folikel dominan pada ovarium kanan dan kiri babi Landrace adalah 6,54±1,81 buah; 9,78±1,58 buah, dan pada babi bali adalah 5,82±1,90 buah; 8,91±1,50 buah. Jumlah corpus luteum pada ovarium kanan dan kiri babi landrace rata-rata 5,49±2,22 buah; 8,16±1.86 buah, dan pada babi bali adalah 5,27±2,23 buah; 7,69±2,22 buah. Hasil Uji-t menunjukkan bahwa rata-rata jumlah folikel dominan dan corpus luteum ovarium kiri nyata lebih banyak (P<0,05) dibanding ovarium kanan. Persentase folikel dominan dan corpus luteum tertinggi terdapat pada babi kelompok bobot potong (C) 80-90 kg. Kesimpulan dari penelitian ini adalah aktivitas ovarium kiri lebih aktif dibandingkan dengan aktivitas ovarium kanan, dan aktivitas ovarium berkorelasi positif terhadap berat ovarium, yang merupakan indikasi adanya aktivitas ovarium dalam memprodukai sel telur dan hormon reproduksi.

Kata kunci: aktivitas ovarium, folikel, corpus luteum, babi bali, babi landrace

OVARIUM ACTIVITIES OF LANDRACE AND BALI SOWS AT TRADITIONAL SLAUGHTER HOUSING

ABSTRACT

The reproductive status of sows can be analyzed based on its level of ovarian activities characterized by the presence of a number of follicles and corpus luteum in the ovary. The study of level of ovarium activity of sows observed the level of other reproductive performance. In this study, 100 ovaries in each 50 Landrace and bali sows were divided into three groups of sows weighs slaughtering as of 60-70 kg (A); 71-80 kg (B); and 80-90 kg (C). The variables observed were dimensions of ovary, the number of follicles and corpus luteum in the right and left ovaries. Quantitative data with quantitative t-test determines the comparison on right and left ovary activities. It showed that the average weight of right and left ovaries in landrace sows were 5.70 ± 1.22 g; 6.77 ± 0.96 g, and 4.89 ± 1.47 g; 6.13 ± 1.46 g in bali sows. The average number of dominant follicles on the right and left ovaries of landrace sows were 6.54 ± 1.81 f follicles; 9.78 ± 1.58 follicles, and on bali sows is 5.82 ± 1.90 follicles; 8.91 ± 1.50 follicles. The number of corpus luteum on the right and left ovaries of the Landrace were 5.49 ± 2.22 CL; 8.16 ± 1.86 CL, and on bali sows is 5.27 ± 2.23 CL; 7.69 ± 2.22 CL. The t-test results showed that average number of dominant follicles and corpus luteum in left ovary were significantly greater (P <0.05) compared to the right ovary. The highest percentage of dominant follicles and corpus found in sows of slaughter grouping 80-90 kg (C). It can be concluded that left ovary activity was more active than right ovary, and ovarian activity positively correlated with ovarian weight which indicating ovarian activity in egg cell production and reproductive hormone.

Keywords: ovarium activity, follicle, corpus luteum, bali sows, landrace pig

Page 8: FAKULTAS PETERNAKAN - UNUD

82 MAJALAH ILMIAH PETERNAKAN • Volume 21 Nomor 2 JuNi 2018

Kajian Aktivitas Ovarium Babi Landrace dan Babi Bali Hasil Pemotongan di Rumah Potong Hewan Tradisional

PENDAHULUAN

Babi merupakan hewan yang telah dipelihara dan dikembangkan sejak dahulu untuk tujuan memenuhi kebutuhan akan daging bagi umat manusia. Babi merupakan salah satu komoditas ternak penghasil daging yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan karena memiliki sifat-sifat dan kemampuan yang menguntungkan antara lain: laju petumbuhan yang cepat, jumlah anak per kelahiran (litter size) yang tinggi, efisiensi ransum yang baik (70-80%), dan persentase karkas yang tinggi (65-80%) (Siagian, 1999). Selain itu, babi mampu memanfaatkan sisa-sisa makanan atau limbah pertanian menjadi daging yang bermutu tinggi. Karakteristik reproduksinya unik bila dibandingkan dengan ternak sapi, domba dan kuda, karena babi merupakan hewan yang memiliki sifat prolifik yaitu jumlah perkelahiran yang tinggi (10-14 ekor/kelahiran), serta jarak antara satu kelahirann dengan kelahiran berikutnya pendek (Sihombing, 2006).

Dalam usaha pengembangan dan peningkatan produktivitas babi baik babi ras maupun lokal, performans reproduksi memegang peranan penting dikaitkan dengan usaha peningkatan produksi ternak babi tersebut. Performans reproduksi babi betina sangat penting diketahui untuk memudahkan mencapai tujuan tersebut, mengingat peranan induk babi dalam memproduksi bibit babi sangat penting. Babi betina mampu menghasilkan anak sekitar 10-14 ekor per kelahiran (Toelihere, 1993; Feradis, 2010). Hal ini berkaitan erat dengan kondisi organ reproduksi babi betina, khususnya kemampuan dari aktivitas ovarium dalam memproduksi sel telur.

Ovarium merupakan organ reproduksi primer pada babi betina yang dapat menghasilkan sel telur dan hormon. Sel telur akan berkembang di dalam ovarium sejalan dengan pertumbuhan folikel yang membungkusnya. Folikel akan tumbuh dari folikel primordial, primer, sekunder, hingga mencapai folikel dominan dan folikel de Graaf, yang siap diovulasikan (Hafez dan Hafez, 2000). Selanjutnya setelah ovulasi, pada bagian ovarium yang terjadi ovulasi akan terbentuk corpus haemoragicum dan corpus luteum (Feradis 2010). Keberadaan folikel dominan dan corpus luteum pada ovarium merupakan penentu dari ada tidaknya aktivitas ovarium, yang memiliki makna sejalan dengan bisa atau tidaknya induk babi memproduksi anak atau bibit babi, dan kondisi ini hanya ada pada babi betina yang mempunyai siklus reproduksi normal. Pada induk babi yang mengalami gangguan reproduksi, khusunya gangguan folikulogenesis, maka tidak akan terbentuk folikel dominan. Demikian juga halnya pada babi betina yang mengalami ganngguan ovulasi karena kurangnya hormon luteinizing hormone (LH) tidak akan mencapai

terbentuknya corpus luteum di dalam ovariumnya. Babi merupakan hewan yang telah dipelihara dan

dikembangkan sejak dahulu untuk tujuan memenuhi kebutuhan akan daging bagi umat manusia. Secara umum, pemeliharaan ternak babi relatif mudah karena babi mempunyai toleransi yang tinggi terhadap kondisi iklim yang beragam, dan dapat memanfaatkan berbagai jenis sumber pakan, sehingga tidak jarang babi diberi makan sisa-sisa makanan manusia atau berbagai jenis limbah. Selain itu, babi merupakan hewan yang mampu menghasilkan banyak anak dalam setahun (prolifik) dengan interval generasi yang lebih singkat, sehingga babi berpotensi sebagai ternak komersial. Menurut Siagian (1999) bahwa ternak babi memiliki laju petumbuhan yang cepat, jumlah anak per kelahiran (litter size) yang tinggi, efisien ransum yang baik (70-80%), dan persentase karkas yang tinggi (65-80%).

Dalam usaha pengembangan dan peningkatan produktivitas babi, performans reproduksi memegang peranan penting dikaitkan dengan usaha peningkatan produksi ternak babi tersebut. Performans reproduksi tersebut meliputi: siklus estrus, tanda-tanda estrus, lama kebuntingan, litter size, farrowing rate, umur sapih, dan berat sapih. Produktivitas seekor induk babi ditentukan utamanya oleh jumlah anak yang lahir seperindukan (litter size) dan oleh angka melahirkan anak (farrowing rate) dalam setahunnya. Makin tinggi litter size dan farrowing rate dari seekor induk, dapat diharapkan makin tinggi pula produktivitasnya dalam setahun atau selama umur reproduksi induk tersebut (Ardana dan Putra, 2008).

Menurut Toelihere (1993) dan Feradis (2010) bahwa seekor babi betina mencapai pubertas pada umur 5-8 bulan dan umur dianjurkan untuk perkawinan pertama adalah 8-10 bulan. Sedangkan babi jantan dibiarkan mencapai umur 8-9 bulan sebelum dipakai untuk mengawini babi betina. Babi betina memiliki siklus estrus rata-rata 21 hari dan lama estrus 2-3 hari dengan angka ovulasi 10-20 sel telur. Lama kebuntingan pada babi rata-rata 114 hari dan induk mengalami estrus kembali setelah 4-7 hari sesudah penyapihan.

Organ reproduksi betina terdiri atas organ reproduksi primer dan organ reproduksi sekunder. Organ reproduksi primer adalah ovarium, sedangkan organ reproduksi sekunder adalah saluran reproduksi yang terdiri dari tuba fallopii (oviduct), uterus, serviks, vagina dan vulva. Fungsi organ sekunder ini adalah menerim dan menyalurkan sel-sel kelamin jantan dan betina, memberi makan dan melahirkan individu baru (Toelihere, 1993).

Ovarium adalah alat reproduksi primer karena ber-fungsi sebagai penghasil sel telur (ovum) dan hormon (estrogen dan progesteron). Ukurannya sangat bergan-tung pada umur dan status reproduksi betina, sedan-

Page 9: FAKULTAS PETERNAKAN - UNUD

ISSN : 0853-8999 83

Sumardani N. L. G. , I W. Suberata, N. M. Artiningsih, dan K. Budaarsa

gkan bentuknya bervariasi sesuai dengan species. Dua komponen pada ovarium yang sangat penting adalah folikel dominan dan korpus luteum (Adelin, 2001).

Sel telur akan berkembang di dalam ovarium sejalan dengan pertumbuhan folikel yang membungkusnya. Folikel akan tumbuh dari folikel primordial, primer, sekunder, hingga mencapai folikel dominan dan folikel de Graaf, yang siap diovulasikan (Hafez dan Hafez, 2000). Selanjutnya setelah ovulasi, pada bagian ovarium yang terjadi ovulasi akan terbentuk corpus haemoragicum dan corpus luteum (Feradis 2010). Keberadaan folikel dominan dan corpus luteum pada ovarium merupakan penentu dari ada tidaknya aktivitas ovarium, yang memiliki makna sejalan dengan bisa atau tidaknya induk babi memproduksi anak atau bibit babi, dan kondisi ini hanya ada pada babi betina yang mempunyai siklus reproduksi normal. Induk babi yang mengalami gangguan reproduksi, khusunya gangguan folikulogenesis, maka tidak akan terbentuk folikel dominan.

Hormon yang dihasilkan oleh ovarium adalah estrogen dari sel-sel folikel dan progesteron dari sel-sel corpus luteum. Hormon ini berperan penting dalam menyiapkan alat-alat reproduksi untuk kebuntingan dan memelihara kebuntingan sampai melahirkan anak. Proses produksi hormon ovarium dikendalikan oleh hormon gonadotropin dari hipofise seperti: FSH, LH, LTH atau prolaktin yang merangsang pertumbuhan folikel, menyebabkan ovulasi dan pembentukan corpus luteum serta menyebabkan corpus luteum bersekresi (Djanuar, 1985). Pada induk babi yang mengalami gangguan reproduksi, khusunya gangguan ovulasi karena kurangnya hormon Luteinizing Hormone (LH) maka tidak akan mencapai terbentuknya corpus luteum di dalam ovariumnya.

Bentuk dan ukuran ovarium berbeda-beda menurut species dan fase siklus berahi ternak betina. Pada babi, ovarium berupa gumpalan anggur, folikel-folikel dan corpus luteum menutupi jaringan-jaringan ovarial dibawahnya. Bagian ovarium yang tidak bertaut pada mesovarium menonjol kedalam cavum abdominalis. Pada permukaan inilah folikel ovarii menjulang keluar. Menurut Toelihere (1993) dinyatakan bahwa ovarium babi berbentuk lonjong dan menyerupai buah anggur karena banyaknya folikel dan atau corpus luteum. Berat ovarium mencapai 3,0 – 7,0 gram. Folikel babi secara normal berdiameter 8,0 – 12,0 mm, dan corpus luteum berkisar 10,0 – 15,0 mm. Lokasi ovarium pada babi kira-kira sama dengan sapi, dan karena ligamentum lata yang panjang menyebabkan lokasi ovarium di dalam rongga perut pada babi-babi betina tua sangat bervariasi. Ovarium babi hampir seluruhnya ditutup di dalam bursa ovarii oleh mesosalpinx. Hasil penelitian yang sejalan mengenai ovarium, dinyatakan oleh

Suberata et al. (2016), dan usaha peningkatan jumlah sel telur yang diovulasikan dapat dilakukan dengan beberapa metode, seperti metode steaming up dan flushing (Sumardani, 2010).

Informasi tentang status reproduksi babi betina, baik itu babi lokal (babi bali) maupun babi ras, yang dipotong di beberapa rumah potong hewan (RPH) tradisional, masih sangat sedikit bahkan kurang, sehingga diperlukan penelitian untuk mengetahui status reproduksi babi betina tersebut berdasarkan aktivitas ovarium.

Berdasarkan hal tersebut diatas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status reproduksi babi betina (babi bali dan babi ras, landrace) berdasarkan aktivitas ovarium, dan untuk menambah informasi tentang status reproduksi babi betina yang dipotong pada rumah potong hewan tradisional.

METODE PENELITIAN

Persiapan Sampel– Ovarium babi diperoleh dari beberapa rumah

potong hewan tradisional dan selanjutnya dibawa langsung ke laboratorium menggunakan medium NaCl fisiologis (0,9%) dalam waktu yang tidak lebih dari satu jam.

– Jumlah ovarium yang digunakan adalah masing-masing 100 buah yang diperoleh dari 50 ekor babi bali dan 50 ekor babi Landrace.

– Ovarium yang diambil tersebut masih bersatu dengan organ reproduksi lainnya sehingga harus dipisahkan menggunakan gunting dan pisau preparat.

– Ovarium tersebut dikelompokkan berdasarkan bobot babi yang telah ditandai sebelumnya pada saat pengambilan sampel di RPH.

– Pengelompokan bobot babi betina meliputi: A (60-70 kg), B (71-80 kg), C (81-90 kg),

Variabel yang Diamati– Setiap pasang ovarium ditempatkan pada pe-

tridish yang berisi medium NaCl fisiologis.– Variabel yang diamati meliputi: berat ovarium,

jumlah folikel dominan dan corpus luteum pada ovarium.

– Berat ovarium diketahui dengan cara menimbang setiap ovarium menggunakan timbangan digital.

– Jumlah folikel dominan dan corpus luteum dihi-tung secara langsung pada permukaan ovarium.

Alur PenelitianUntuk lebih mempermudah dalam pelaksanaan

penelitian maka dibuat alur penelitian yang ditunjukkan dengan bagan alur penelitian pada Gambar 1.

Page 10: FAKULTAS PETERNAKAN - UNUD

84 MAJALAH ILMIAH PETERNAKAN • Volume 21 Nomor 2 JuNi 2018

Kajian Aktivitas Ovarium Babi Landrace dan Babi Bali Hasil Pemotongan di Rumah Potong Hewan Tradisional

Analisis DataData yang dikumpulkan selanjutnya ditabulasikan,

dan dianalisis menggunakan analisis deskritif kuantita-tif. Perbandingan antara ovarium kanan dan kiri meng-gunakan uji t (T-test) menurut Steel dan Torrie (1993) dan Sudijono (2008).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rumah Potong Hewan Tradisional Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap, yang

diawali dengan penentuan lokasi pengambilan sampel ovarium babi di rumah potong hewan, yang dikelola secara mandiri/tradisional. Sampel ovarium babi, berasal dari dua jenis babi yaitu babi ras (landrace) dan babi bali. Berdasarkan hasil survei di wilayah Kabupaten Gianyar, yang meliputi Gianyar Utara, Timur dan Barat, maka diperoleh data bahwa tempat-tempat pemotongan ternak babi ras tersebut lebih dominan berada di wilayah Gianyar Utara dan Barat. Hal ini dimungkinkan karena wilayah Gianyar Utara masih didominasi adanya lahan pertanian, sehingga adanya limbah-limbah hasil pertanian tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Hal tersebut mendukung petani/peternak untuk memelihara ternak babi baik dalam skala kecil maupun menengah, disamping juga memelihara ternak-ternak yang lainnya, yang memanfaatkan limbah hasil pertanian tersebut. Demikian pula dengan wilayah Gianyar Barat, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Tabanan, yang juga merupakan wilayah pertanian terluas di

Bali, petani/peternak juga memelihara ternak babi dan ternak-ternak lainnya, dimana pakan ternak dapat diperoleh dengan mudah dan murah dari limbah-limbah hasil pertanian tersebut. Oleh karena itu, pengambilan sampel ovarium babi ras di rumah potong tradisional/mandiri lebih diarahkan pada wilayah Gianyar Utara dan Gianyar Barat. Disamping itu juga, berdasarkan hasil survei, diperoleh data bahwa pemeliharaan babi bali dominan berada pada deerah-daerah kering, seperti wilayah Karangasem, Buleleng, dan Pulau Nusa Penida, sehingga beberapa sampel ovarium babi bali, diperoleh pada daerah-daerah tersebut, disamping juga ada beberapa sampel yang diperolah di wilayah Karangasem, mengingat distribusi dan peminat daging babi guling yang berasal dari babi bali, didominasi oleh pedagang-pedagang babi guling di wilayah Gianyar dan Badung juga Denpasar.

Pengambilan sampel ovarium dilakukan pada 100 ekor induk babi (50 ekor babi bali dan 50 ekor babi landrace), yang berarti jumlah sampel ovarium yang diperoleh adalah masing-masing 100 buah. Pengambilan sampel ovarium juga dilakukan bertahap, mengingat jumlah ternak babi betina yang dipotong tidak secara serentak dalam jumlah besar, dan juga ternak babi yang dipotong didominasi oleh ternak jantan kastrasi. Hal lain juga yang menyebabkan pengambilan sampel secara bertahap adalah jadwal pemotongan ternak babi yang dilakukan di rumah potong hewan tradisional/mandiri tersebut tidak teratur atau tidak secara rutin, tergantung pada jumlah pesanan yang masuk, dan ada tidaknya hari raya adat/agama yang berlangsung. Oleh karena itu, pengambilan sampel dilakukan secara bertahap oleh dua tim, sampai dengan enam kali pengambilan sampel, seperti yang tercantum dalam jadwal pengambilan sampel di bawah ini:

Tabel 1. Jadwal pengambilan sampel (ovarium babi betina)

No. Tanggal Jumlah IndukBabi Bali (ekor)

Jumlah IndukBabi Landrace (ekor)

1 13 April 2017 10 102 14 April 2017 10 103 28 Mei 2017 10 104 23 Juni 2017 10 105 03 Juli 2017 4 106 28 Juli 2017 6 0

Total 50 50

Dalam pelaksanaan penelitian pemilihan dan pengelompokan sampel dilaksanakan berdasarkan bobot badan (bobot potong) induk tersebut yaitu: A (60-70 kg); B (71-80 kg); dan C (81-90 kg).

Berat OvariumPengamatan ovarium dilaksanakan di Laboratorium

Reproduksi Ternak dan Laboratorium Teknologi Hasil

Pengambilan sampel di RPH

50 ekor babi Landrace50 ekor babi Bali

Pemilahan sampel berdasarkan kelompok bobot badan (kg) A (60-70), B (71-80), C (81-90)

Pengolahan sampel di Laboratorium

Pemilahan ovarium dari organ reproduksi lainnya

Folikel dominan Corpus luteum

Pemisahan ovarium kanan dan kiri & Pengukuran

Analisis Data

Gambar 1. Diagram alir penelitian.

Page 11: FAKULTAS PETERNAKAN - UNUD

ISSN : 0853-8999 85

Sumardani N. L. G. , I W. Suberata, N. M. Artiningsih, dan K. Budaarsa

berbentuk lonjong dan menyerupai buah anggur karena banyaknya folikel dan atau corpus luteum. Berat ovarium mencapai 3,0-7,0 gram. Pada hasil penelitian Suberata et al. (2016), dinyatakan bahwa ovarium kiri babi Landrcae lebih berat dibandingkan dengan ovarium kanan babi Landrace. Dalam penelitian ini, yang juga mengamati ovarium pada babi bali, menunjukkna bahwa ovarium babi bali kiri umumnya lebih berat dibandingkan dengan ovarium babi bali kanan. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas ovarium kiri lebih aktif dibandingkan dengan aktifitas ovarium kanan. Berat ovarium merupakan indikasi adanya aktivitas ovarium dalam memprodukai sel telur dan hormon reproduksi. Semakin aktif ovarium tersebut akan berkorelasi positif terhadap berat ovarium.

Jumlah Folikel dan Corpus LuteumHasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum

jumlah folikel dominan dan corpus luteum pada ovarium kiri babi betina baik babi ras maupun babi bali lebih banyak dibandingkan dengan ovarium kanan untuk semua kelompok bobot badan babi betina yang dipotong (Tabel 2). Dari hasil analisa menunjukkan bahwa kelompok babi betina dengan bobot badan 60-70 kg (A), 71-80 kg (B), dan 81-90 kg (C) mempunyai jumlah folikel dominan ovarium kiri yang nyata lebih banyak (P< 0,05) dibandingkan dengan jumlah folikel dominan pada ovarium kanan. Sedangkan untuk jumlah corpus luteum pada ovarium kiri nyata lebih banyak (P<0,05) dibandingkan dengan jumlah corpus luteum pada ovarium kanan. Hal ini dimungkinkan oleh adanya aktivitas ovarium dalam memproduksi sel telur dan hormon reproduksi. Semakin aktif ovarium akan berkorelasi positif terhadap berat ovarium dan juga jumlah folikel yang terbentuk.

Banyaknya jumlah folikel dominan tidak sejalan dengan banyaknya jumlah corpus luteum yang dihasilkan. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya folikel dominan yang tidak berhasil diovulasikan sehingga

Gambar 2. Babi betina yang siap untuk dipotong, babi bali (hitam) dan babi ras (putih)

Gambar 3. Proses pemotongan babi dan pemilahan organ reproduksi

Ternak Fakultas Peternakan Universitas Udayana, di Denpasar, dibantu oleh dua orang mahasiswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan berat ovarium tertinggi terdapat pada kelompok babi betina yang berbobot 81-90 kg (Tabel 2). Hal ini disebabkan oleh tingkat aktivitas ovarium tertinggi tercapai pada umur di atas 7 bulan dengan bobot 80-90 kg. Pada periode ini, organ reprodukais telah berkembang dan siap untuk bereproduksi secara sempurna. Menurut Toelihere (1993) dinyatakan bahwa ovarium babi

Gambar 4. Pengamatan ovarium babi – folikel dan corpus luteum

Tabel 2. Rataan hasil pengamatan ovarium babi betina

Pengamatan KlpBabi Landrace Babi Bali

Kanan Kiri Kanan KiriBerat ovarium (g) A

BC

4,42 ± 0,455,85 ± 0,606,84 ± 0,88

5,74 ± 0,566,92 ± 0,917,65 ± 0,96

3,36 ± 0,475,03 ± 0,636,29 ± 0,81

4,75 ± 0,585,98 ± 0,867,65 ± 0,96

Rataan 5,70 ± 1,22 6,77 ± 0,96 4,89 ± 1,47 6,13 ± 1,46Jumlah Folikel (buah) A

BC

4,87 ± 1,126,27 ± 2,188,47 ± 2,41

8,13 ± 2,649,93 ± 2,63

11,27 ± 2,25b

4,00 ± 2,425,67 ± 2,227,80 ± 2,33

7,20 ± 2,429,53 ± 2,32

10,00 ± 1,77b

Rataan 6,54 ± 1,81 9,78 ± 1,58 5,82 ± 1,90 8,91 ± 1,50Jumlah Corpus Luteum (buah) A

BC

3,00 ± 1,066,20 ± 1,527,27 ± 1,62

5,93 ± 1,949,33 ± 1,918,93 ± 1,86

2,80 ± 0,865,87 ± 1,607,13 ± 1,80

5,13 ± 1,768,87 ± 2,329,07 ± 1,87

Rataan 5,49 ± 2,22 8,06 ± 1,86 5,27 ± 2,23 7,69 ± 2,22Keterangan: A: Bobot induk 60-70 kg; B: Bobot induk 71-80 kg; C: Bobot induk 81-90 kg

Page 12: FAKULTAS PETERNAKAN - UNUD

86 MAJALAH ILMIAH PETERNAKAN • Volume 21 Nomor 2 JuNi 2018

Kajian Aktivitas Ovarium Babi Landrace dan Babi Bali Hasil Pemotongan di Rumah Potong Hewan Tradisional

jumlah corpus luteum berkurang. Hal ini sejalan dengan pendapat Cambell et al. (2000) yang menyatakan bahwa banyaknya folikel yang mengalami atresia sebelum berkembang sampai dewasa dan rusaknya dinding folikel dapat menunda terjadinya ovulasi. Hasil yang sama juga diperolah dalam penelitian Suberata et al. (2016).

Dalam penelitian ini, baik babi ras maupun babi bali menunjukkan hasil yang sejalan, dimana aktivitas ovarium kiri lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas ovarium kanan, sehingga mempengaruhi berat ovarium serta jumlah folikel yang terbentuk. Aktivitas ovarium pada ternak babi betina yang sudah pubertas, akan meningkat menjelang fase estrus (fase birahi). Adanya folikel yang terbentuk di dalam ovarium menunjukkan tingkat kesuburan dari ternak babi betina tersebut. Semakin banyak folikel yang terbentuk mengindikasikan semakin tinggi tingkat kesuburan dari ternak tersebut.

SIMPULAN

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa rataan tertinggi jumlah folikel dominan dan corpus luteum terdapat pada ovarium kiri, yang menandakan bahwa ovarium kiri lebih aktif dibandingkan dengan ovarium kanan. Secara keseluruhan (berat ovarium, jumlah folikel dominan, dan jumlah corpus luteum) tertinggi pada babi ras maupun babi bali dengan bobot badan 81-90 kg mengindikasikan bahwa sistem reproduksi pada kelompok babi betina tersebut telah mampu bereproduksi dengan baik.

SARAN

Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisa ovarium babi betina, untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang aktivitas ovarium babi betina dari kajian biomolekuler.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih kepada Universitas Udayana (Fakultas Peternakan Universitas Udayana) atas dana penelitian Hibah Unggulan Program Studi (HUPS) Tahun Ang-garan 2017 sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Adelin, T. E. 2001. Pola Estradiol dan Progesteron Serum pada Tikus yang Disuperovulasi dikaitkan dengan Kinerja Reproduksi selama Kebuntingan. Disertasi Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Ardana, I. B. dan D. K. H. Putra. 2008. Ternak Babi Mana-jemen Reproduksi, Produksi dan Penyakit. Udayana University Press. Denpasar.

Djanuar, R. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Feradis. 2010. Reproduksi Ternak. Alfabeta. Bandung.Hafez, B. dan Hafez E. S. E. 2000. Reproductive Behav-

ior. In: Hafez E. S. E., Hafez B, editor. Reproduc-tion in farm Animals.7th Ed. USA: Williams dan Wilkins. http://ojs.unud.ac.id/index.php/mip/article/view/21467/141999

h t t p : / / o j s . u n u d . a c . i d / i n d e x . p h p / m i p / a r t i c l e /view/9206/6945

Siagian H. P. 1999. Manajemen Ternak Babi. Diktat Kuliah Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sihombing, D. T. H. 2006. Ilmu Ternak Babi. Ed.2. Gad-jah Mada University Press. Bulaksumur, Yogyakarta 55281.

Steel, R. G. D., dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika (terjemahan). PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Suberata, I W., N. L. G. Sumardani, dan N. M. Artiningsih. 2016. Kajian aktivitas ovarium babi betina hasil pemo-tongan di rumah potong hewan tradisional. Majalah Ilmiah Peternakan. 19(2) 2016: 80-83.

Sudijono, A. 2008. Pengantar Statistika Pendidikan. Raja Grafindo. Jakarta.

Sumardani, N. L. G., D. A. Warmadewi, I N. T. Ariana, dan R. R. Indrawati. 2010. Kombinasi metode steaming-up dan flushing dalam meningkatkan litter size babi land-race. Majalah Ilmiah Peternakan. 13(3) 2010: 94-97.

Toelihere M.R. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. An-gkasa. Bandung.