Top Banner
  SA]LRSL FEA^O] \EID MG]JWMWIDEI NGIDEI ^LIDAE^ AGCGHESEI LMW \EID EIEAI\E NGHEH RESCE LHWILSESL NR^ NL RWSAGSHES CGIN]ETESLJ AO^E HEAESSE] HWJEHHEN IESE]WNNLI =5525=2 R]OD]EH S^WNL LKHW AGRG]ETE^EI SGAOKEJ ^LIDDL LKHW AGSGJE^EI \E\ESEI DGHE LISEI EAENGHLA HEAESSE] =25>
103

faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar

Oct 08, 2015

Download

Documents

kesehatan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • SKRIPSI FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT

    KECEMASAN IBU YANG ANAKNYA DEMAM PASCA IMUNISASI DPT DI PUSKESMAS

    CENDRAWASIH KOTA MAKASSAR

    MUHAMMAD NASARUDDIN 2110120

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN GEMA INSAN AKADEMIK

    MAKASSAR 2014

  • ii

    Faktor yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Ibu yang Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT di

    Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar

    Skripsi Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

    syarat-syarat untuk mencapai gelar serjana keperawatan

    MUHAMMAD NASARUDDIN 2110120

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN GEMA INSAN AKADEMIK

    MAKASSAR 2014

  • iii

  • iv

  • v

    ABSTRAK

    MUHAMMAD NASARUDDIN. Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Ibu yang Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar. (dibimbing oleh Akbar Harisa dan Sri Ranti).

    Banyak ibu mengatakan cemas terhadap efek samping imunisasi, salah satu penyebabnya adalah kurang pengetahuan ibu sehingga timbul kecemasan selain itu imunisasi juga memiliki efek samping seperti demam setelah di imunisasi, kondisi anak yang demam tersebut sering kali menyebabkan kecemasan pada ibu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan crossectional study. Populasi pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang datang mengimunisasi DPT anaknya di Puskesmas Cedrawasih sebanyak 232 responden. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode nonprobability sampling yaitu dengan teknik insidental sampling, penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu sebanyak 48 responden. Berdasarkan uji Chi-Square Test diperoleh nilai hitung p = 0,003 pada variabel pengetahuan, pada variabel umur di peroleh nilai hitung p= 0,001 dan pada variabel dukungan keluarga di peroleh nilai hitung p = 0,004. Dari ketiga variabel tersebut menyatakan nilai p lebih kecil dari nilai =0,05. Dan dapat di simpulkan bahwa Ho ditolak atau ada hubungan pengetahuan, usia, dan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar. Dengan penelitian ini diharapkan pada petugas puskesmas dapat dijadikan sebagai acuan untuk lebih memberikan informasi tentang imunisasi DPT.

    Kata kunci : imunisasi DPT dan tingkat kecemasan Kepustakaan : 33 buah (2005-2014)

  • vi

    ABSTRACT

    MUHAMMAD NASARUDDIN. The factor of related with anxiety step for mothers that their childen after DPT immunization to local Clinic In Cendrawasih of Makassar City. (supervised by Akbar Harisa and Sri Ranti)

    Many mothers say worry about the side effects of immunization, one reason is the lack of knowledge of the mother causing anxiety in addition to the immunizations also have side effects such as fever after immunization, the child's condition that the fever often causes anxiety in the mother. This study aims to determine the factors associated with the level of anxiety that her mother fever post DPT immunization in Cendrawasih Makassar Health Center. This study uses cross-sectional descriptive analytic study approach. The population in this study is the mothers who come to immunize their children at the health center DPT Cendrawasih as many as 232 respondents. Sampling in this study using nonprobability sampling method is by incidental sampling technique, sampling by coincidence that as many as 48 respondents. Based on Chi-square test calculated value obtained p = 0.003 on the knowledge variable, the variable age was obtained value of p = 0.001 and count on family support variables calculated value obtained p = 0.004. Of the three variables declared p value less than the value of = 0.05. And it can be concluded that Ho is rejected or no knowledge of the relationship, age, and family support to mothers whose children anxiety levels fever post DPT immunization in Cendrawasih Makassar Health Center. With this study are expected in the clinic staff can serve as a reference for more information about DPT immunization.

    Keywords : DPT immunization and the level of anxiety Bibliography : 33 item (2005-2014)

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

    Alhamdulilah,segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam, atas rahmat dan hidayah-Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan

    skripsi penelitian ini dengan judul Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Ibu yang Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT di

    Puskesmas Cendrawasih Makassar. Sebagai salah satu persyaratan

    dalam menyelesaikan pendidikan sarjana keperawatan pada program studi ilmu keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan

    Akademik Makassar.

    Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis menyadari bahwa itu

    tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan yang sangat berharga dari

    berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Olehnya itu, penulis

    mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua Ayahanda AKBAR

    AHMAD dan Ibunda NURHAYATI yang tanpa kenal lelah menberikan

    motivasi dan dorongan kepada penulis, serta pada kesempatan ini penulis

    juga mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. H. Andi M. Aras Mahmud,(Alm) selaku pendiri yayasan

    Gema Insan Akademik Makassar.

    2. Bapak H. Andi Iwan Darmawan Aras, SE., selaku ketua yayasan

    Gema Insan Akademik Makassar.

    3. Ibu Hj. Hasniaty, AG, S, Kp. M. Kep., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar.

  • viii

    4. Bapak Akbar Harisa, S.Kep, NS, PMNC, MN., selaku pembimbing I

    dalam penelitian ini yang telah memberikan dukungan dan

    sumbangsih pikiran dalam mengarahkan penulis sehingga penulis

    selesai menyelesaikan skripsi ini.

    5. Sri Ranti, S.Kep, Ns., selaku pembimbing II dalam penelitian ini

    yang telah memberikan dukungan dan sumbangsih pikiran dalam

    mengarahkan penulis sehingga selesainya skripsi ini.

    6. Ibu Hj. Nurhaeni Rachim, S.Kp, M.Kep, selaku Penguji I dalam penelitian ini yang telah memberikan saran dan masukan dalam

    mengarahkan penulis sehingga selesainya skripsi ini

    7. A. Anas Swadaya, ST selaku Penguji II dalam penelitian ini yang telah memberikan saran dan masukan dalam mengarahkan penulis

    sehingga selesainya skripsi ini.

    8. Seluruh Pengelolah dan Staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema

    Insan Akademik Makassar.

    Namun demikian penulis menyadari sebagai manusia biasa

    yang penuh dengan keterbatasan, dengan kerendahan hati penulis

    mengharapkan saran dan kritikan yang positif demi kesempurnaan

    skripsi ini. Akhirnya penulis memohon kepada sang maha

    pengasih (Ar Rahman) semoga apa yang kita peroleh dapat bernilai ibadah di sisi-Nya, Amin.

    Makassar, September 2014

    MUHAMMAD NASARUDDIN

  • ix

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ........................................................................ i

    HALAMAN PETUNJUK ................................................................ ii

    LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................ iii

    HALAMAN PENGESAHAN........................................................... iv

    ABSTRAK ..................................................................................... v

    ABSTRACT ................................................................................... vi

    KATA PENGANTAR ..................................................................... vii

    DAFTAR ISI ................................................................................... x

    DAFTAR TABEL ........................................................................... xii

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN............................................................... 1

    A. Latar Belakang ............................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ....................................................... 4

    C. Tujuan Penelitian .......................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ....................................................... 5

    E. Hipotesis Penelitian....................................................... 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................... 7

    A. Tinjauan Umum tentang Kecemasan .......................... 7 B. Tinjauan Umum tentang Imunisasi ............................... 14 C. Tinjaun Umum tentang Imunisasi DPT .......................... 18 D. Tinjauan Khusus Tentang Faktor yang Mempengaruhi

    Tingkat Kecemasan Ibu yang Anaknya Demam Pasca

    Imunisasi DPT ............................................................... 25

  • x

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................... 35

    A. Kerangka Konseptual .................................................. 35

    B. Definisi Operasional ..................................................... 36

    C. Desain Penelitian ......................................................... 37

    D. Populasi dan Sampel .................................................... 37

    E. Waktu dan Tempat Penelitian ...................................... 38

    F. Alat dan Bahan Penelitian ............................................ 38

    G. Pengumpulan Data ...................................................... 39

    H. Pengolahan Data .......................................................... 39

    I. Analisa Data .................................................................. 41

    J. Etika Penelitian ............................................................ 42

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 43

    A. Hasil Penelitian ............................................................ 43

    B. Pembahasan ................................................................ 49

    BAB V PENUTUP .......................................................................... 56

    A. Kesimpulan ................................................................... 56

    B. Saran ............................................................................ 56

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 57

    LAMPIRAN

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    4.1. Distribusi Frekuensi berdasarkan Pengetahuan Ibu ................. 43

    4.2. Distribusi Frekuensi berdasarkan Usia Ibu ............................... 44

    4.3. Distribusi Frekuensi berdasarkan Dukungan Keluarga Ibu ....... 44

    4.4. Distribusi Frekuensi berdasarkan Tingkat Kecemasan Ibu ....... 45

    4.5. Hubungan pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan Ibu ........ 46

    4.6. Hubungan usia dengan Tingkat Kecemasan Ibu ...................... 47

    4.7. Hubungan dukungan keluarga dengan Tingkat Kecemasan

    Ibu ............................................................................................. 48

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Kerangka Teori ........................................................................ 34

    2. Kerangka Konseptual .............................................................. 35

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1. Lembar permohonan menjadi responden .............................. 60 2. Lembar persetujuan menjadi responden ............................... 61 3. Lembar kuisioner ................................................................... 62

    4. Master tabel ........................................................................... 70

    5. Uji Statistik ............................................................................. 73

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan

    bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

    kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita cita bangsa Indonesia, sebagaimana yang dimaksud dalam Pancasila dan

    Undang-Undang Dasar Tahun 1945.8 Berdasarkan estimasi global

    yang dilakukan WHO tahun 2007 pelaksanaan imunisasi dapat

    mencegah kurang lebih 25 juta kematian balita tiap tahun akibat difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan) dan campak. Diseluruh dunia, cakupan imunisasi polio yang diterima bayi dengan 3 dosis vaksin polio pada

    tahun 2007 adalah 82% dan cakupan imunisasi Hepatitis B dengan 3

    dosis vaksin adalah 65%. Sedangkan cakupan imunisasi DPT dan

    campak masing - masing sebesar 81% dan 82%.32

    Menurut data Kementerian Kesehatan RI tahun 2012 yang rilis

    oleh Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI), setiap hari 175 orang Indonesia meninggal dunia akibat penyakit TB

    berarti dalam setahun 64.000 orang Indonesia meninggal dunia akibat

    penyakit TB.32 Unicef menyatakan ada sekitar 2.400 anak di Indonesia

    meninggal setiap hari termasuk yang meninggal karena sebab-sebab

    yang seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi seperti

    tuberkulosis, campak, pertusis, difteri dan tetanus.32

  • 2

    Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan primer

    yang sangat efektif untuk menghindari terjangkitnya penyakit infeksi. Dengan demikian, angka kejadian penyakit infeksi akan menurun, kecacatan serta kematian yang ditimbulkannya pun akan berkurang.32

    Di Sulawesi Selatan sendiri, cakupan imunisasi yang dicapai yaitu

    pada tahun 2008 sebesar 97,79%, tahun 2009 92,88%, tahun 2010

    93,08%,tahun 2011 menurun menjadi 84,70% dan pada tahun 2012 sebesar 88,8%. 32

    Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi

    terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1

    yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun.

    Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang

    disuntikkan pada otot lengan atau paha. Imunisasi DPT diberikan

    sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III), selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan

    pada usia prasekolah (5-6 tahun). 12

    Reaksi akibat imunisasi DPT dapat berupa demam ringan

    selama 1-2 hari, nyeri, kemerahan atau pembengkakan lokal di tempat

    suntikan. DPT menyebabkan komplikasi yaitu demam tinggi (lebih dari 40,5C), kejang demam (Risiko lebih tinggi pada ana k yang sebelumnya pernah mengalami kejang atau riwayat kejang dalam keluarga), syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).12

  • 3

    Menurut Youssef et al, bahwa 95% ibu khawatir bila anaknya

    demam. Alasan ibu karena demam pada anak dapat menyebabkan

    kejang (69%), kerusakan otak (16%), koma (14%), gejala dari penyakit yang berat (11%), bahkan demam bisa menyebabkan kematian.12 Data cakupan imunisasi DPT menurut usia di puskesmas

    cendrawasih didapat usia 2 bulan (DPT 1) sebanyak 107 orang, pada usia 3 bulan (DPT 2) sebanyak 58 orang, dan pada usia 4 bulan (DPT 3) didapat sebnyak 67 orang.12

    Menurut Teccya dalam Juriyah (2013) Kebanyakan anak menderita panas setelah mendapat imunisasi DPT, tetapi itu adalah

    hal wajar, namun seringkali ibu merasa cemas, tegang dan khawatir. Timbulnya kejadian ikutan pasca imunisasi membuat masyarakat selalu bersikap menolak untuk pemberian imunisasi berikutnya, ini

    menyebabkan anak tersebut akan rentan terhadap penyakit yang

    dapat dicegah dengan imunisasi, sehingga timbul kecacatan. 12

    Data awal yang di diperoleh di Puskesmas Cendrawasih, pada

    Bulan Februari tahun 2014, bayi yang memperoleh imunisasi DPT- H

    I sebanyak 31 orang (4,4 %), DPT- HII sebanyak 33 orang (4,8%), DPT- H III sebanyak 36 orang (5,2%). Bulan Maret tahun 2014, bayi yang memperoleh imunisasi DPT- H I sebanyak 62 orang (8,9%), DPT- HII sebanyak 71 orang (10,2%), DPT- H III sebanyak 84 orang (12,1%). Bulan April tahun 2014, bayi yang memperoleh imunisasi DPT- H I sebanyak 33 orang (4,8%), DPT- HII sebanyak 80 orang (11,5%), DPT- H III sebanyak 71 orang (10,2%). Bulan Mei tahun

  • 4

    2014, bayi yang memperoleh imunisasi DPT- H I sebanyak 107 orang

    (15,4%), DPT- HII sebanyak 58 orang (8,2%), DPT- H III sebanyak 67 orang (9,6%).

    Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka penting untuk

    meneliti tentang Faktor yang berhubungan dengan tingkat

    kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di

    Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat

    dirumuskan masalah penelitian yaitu Faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya demam

    pasca imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar.?

    C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

    Diketahuinya tentang faktor yang berhubungan dengan tingkat

    kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di

    Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar.

    2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya hubungan pengetahuan ibu dengan tingkat

    kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di

    Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar.

    b. Diketahuinya hubungan usia dengan tingkat kecemasan ibu

    yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas

    Cendrawasih Kota Makassar.

  • 5

    c. Diketahuinya hubungan dukungan keluarga dengan tingkat

    kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di

    Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat bagi Institusi Pendidikan

    Diharapkan penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu

    pengetahuan dan menjadi rujukan institusi mengenai tingkat kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di

    Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar.

    2. Manfaat bagi Peneliti

    Sebagai bahan pengetahuan peneliti untuk mendapatkan

    pengalaman dan meningkatkan kemampuan dalam menganalisis

    faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas

    Cendrawasih Kota Makassar.

    3. Manfaat bagi Masyarakat.

    Diharapkan penelitian ini akan membuka wawasan dan

    pengetahuan masyarakat mengenai tingkat kecemasan ibu yang

    anaknya demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas

    Cendrawasih Kota Makassar.

  • 6

    E. Hipotesa Penelitian

    1. Hipotesa Nol (H0) a. Tidak ada hubungan pengetahuan dengan kecemasan ibu

    yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas

    Cendrawasih Kota Makassar.

    b. Tidak ada hubungan usia dengan kecemasan ibu yang anaknya

    demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih Kota

    Makassar.

    c. Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan ibu

    yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas

    Cendrawasih Kota Makassar.

    2. Hipotesa Alternatif (H1) a. Ada hubungan pengetahuan dengan kecemasan ibu yang

    anaknya demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas

    Cendrawasih Kota Makassar.

    b. Ada hubungan usia dengan kecemasan ibu yang anaknya

    demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih Kota

    Makassar.

    c. Ada hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan ibu yang

    anaknya demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas

    Cendrawasih Kota Makassar.

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Umum tentang Kecemasan 1. Definisi

    Menurut Stuart (2007) dalam Andira, Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak hendaya, keadaan emosi

    ini tidak memiliki objek yang spesifik, kecemasan berbeda dengan gangguan kecemasan, kecemasan adalah suatu perasaan takut

    yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering

    disertai gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan kecemasan terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan

    fungsi yanag disebabkan oleh kecemasan tersebut.2

    Menurut freud (1994) dalam Makkaraeng, Kecemasan merupakan suatu keadaan perasaan tidak efektif yang tidak

    menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang

    meemperingatkan orang terhadap bahaya yang akan datang.

    Keadaan yang tidak menyenangkan ini sering kabur dan sulit

    menunjuk dengan tepat, tetapi kecemasan itu sendiri selalu dirasakan.17

    2. Rentang Respon Kecemasan

    Rentang respon kecemasan dapat di konseptualkan

    dalam rentang respon. Rentang respon ini dapat digambarkan

  • 8

    dalam rentang respon adaptif sampai maladaptif. Reaksi terhadap

    kecemasan dapat bersifat konstruktif dan destruktif.2

    Konstruktif merupakan motivasi seseorang untuk belajar memahami terhadap perubahan-perubahan terutama perubahan

    terhadap perasaan tidak nyaman dan berfokus pada kelangsungan

    hidup. Sedangkan reaksi destruktif merpakan reaksi yang dapat

    menimbulkan tingkah laku maladaptif serta disfungsi yang

    menyangkut kecemasan berat atau panik.29

    3. Etiologi

    a. Faktor Prediposisi

    Ketegangan dalam kehidupan dapat berupahal-hal

    sebagai berikut :

    1) Peristiwa traumatik 2) Konflik emosional 3) Gangguan konsep diri 4) Frustasi 5) Gangguan fisik 6) Pola mekanisme koping keluarga 7) Riwayat gangguan kecemasan. 8) Medikasi

    b. Faktor presipitasi

    1) Ancaman terhadap integritas fisik 2) Ancaman terhadap harga diri.29

  • 9

    4. Tanda-tanda Kecemasan

    Efek terhadap respon kecemasan dapat memberikan tanda

    sebagai berikut :

    a. Fisiologis

    Nadi cepat, tensi meningkat, ketegangan otot, sukar

    nafas, berkeringat, dilatasi pupil, mulut kering, anoreksia,

    konstipasi, sakit kepala, penglihatan kabur, mual, muntah dan

    gangguan tidur.

    b. Perilaku

    Gelisah, tremor, mudah terkejut, bicara cepat, gerakan dan aktivitas kurang terkoordinasi.

    c. Kognitif

    Tidak mampu memusatkan perhatian/konsentrasi dan

    pelupa, persepsi enyempit, kreativitas menurun.36

    5. Reaksi Kecemasan

    Kecemasan dapat menimbulkan reaksi konstruktif maupun

    destruktif bagi individu :

    konstruktif. individu termotivasi untuk belajar mengadakan perubahan terutama perubahan terhadap perasaan tidak nyaman

    dan terfokus pada kelangsungan hidup. Contohnya individu yang

    melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena akan dipromosikan naik jabatan.29

    Destruktif. individu betingkah laku maladaptif dan

    disfungsional. Contohnya : individu menghindari kontak dengan

    orang lain atau mengurung diri, tidak mau mengurus diri, tidak mau

    makan.28

  • 10

    6. Tingkat Kecemasan

    Ada beberapa tingkat kecemasan yang dialami individu

    yaitu ringan, sedang, berat dan panik.

    a. Kecemasan Ringan

    Cemas ringan selalu berhubungan dengan ketegangan

    akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan

    persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada.

    Individu akan terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan.

    Respon cemas ringan seperti sesekali bernapas

    pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, mata berkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi

    meluas, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah

    secara efektif, tidak dapat duduk dengan tenang dan tremor

    halus pada tangan.

    b. Kecemasan sedang

    Individu terfokus hanya pada fikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain. pada

    tingkat ini individu lebih berfokus pada hal-hal pada saat itu dan

    mengesampingkan hal lain.

    Respon cemas sedang seperti sesak nafas pendek,

    tekanan darah meningkat, mulut kering rangsangan luar tidak

    dapat diterima, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur dan

    perasaan tidak enak.

  • 11

    c. Kecemasan berat

    Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi

    seseorang cenderung untuk memutuskan pada sesuatu yang

    sangat terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal

    yang lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan orang tersebut membutuhkan banyak pengarahan

    untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.

    Respon kecemasan berat seperti nafas pendek, ndai

    dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan sakit kepala,

    penglihatan kabur, ketegangan lapangan, persepsi sempit, tidak

    dapat menyelesaikan masalah, verbalisasi cepat dan perasaan

    ancaman meningkat.

    d. Panik

    Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan

    terperangah, ketakutan dan tremor, rincian terpecah dari

    proporsinya karenkutan, berat mengalami panik dan tidak

    mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.

    Panik melibatkan disorganisasi kepribadian, Dengan panik terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk

    berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan

    kehilangan pemikiran yang rasional, Tingkat kecemasan ini tidak

    sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama maka akan terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.

  • 12

    Respon panik seperti nafas pendek, rasa tercekik, sakit

    dada, pucat, lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berfikir

    logis, agitasi, mengamuk, marah, ketakutan, berteriak-teriak,

    kehilangan kendali dan persepsi kacau. 28

    7. Teori kecemasan

    Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal kecemasan, antara lain teori psikoanalitik, teori interpersonal, teori

    perilaku, teori keluarga dan teori biologi.

    Ada beberapa teori kecemasan sebagai berikut :

    a. Teori Psikoanalitik

    Dalam pandangan psikoanalitik, kecemasan adalah

    konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan superego. id mewakili dorongan insting dan impuls

    primitif seseorang, sedangkan super ego mencerminkan hati

    nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya

    seseorang, ego atau aku berfungsi memenuhi tuntutan-tuntutan

    dari dua elemen yang bertentangan tersebut dan fungsi

    kecemasan adalah mengingatkan ego tentang sesuatu bahaya

    yang perlu diatasi.

    b. Teori Interpersonal

    Menurut pandangan interpersonal, kecemasan timbul

    dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan

    penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan trauma pada masa pertumbuhan seperti perpisahan

  • 13

    dan kehilangan menyebabkan seseorang tidak berdaya. Orang

    dengan harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk

    mengalami kecemasan berat.

    c. Teori perilaku

    Menurut pandangan, perilaku kecemasan merupakan

    produk frustasi, yaitu sesuatu yang mengganggu kemampuan

    seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. pakar perilaku lain menganggap kecemasan suatu dorongan untuk

    belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dirinya dihadapkan

    pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukan kecemasan pada kehidupan selanjutnya.

    d. Teori keluarga

    Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu

    keluarga. Ada tumapang tindih antara gangguan kecemasan

    dan depresi.

    e. Teori biologi

    Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk biodiazepines, reseptor ini mungkin

    membantu mengatur kecemasan. Penghambat Asam Amino

    Butirik Gamma Neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peranan utama dalam mekanisme biologis

  • 14

    berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya dengan

    endrphin. Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum

    seorang mempunyai akibat nyata sebagai faktor predisposisi

    terhadap kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan

    gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.28

    B. Tinjauan Umum tentang Imunisasi 1. Definisi Imunisasi

    a. Depkes RI (2004) menyebutkan Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan

    memasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat

    anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.

    b. Sudrajat (1997) dalam Irawati (2010) Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, resisten. Anak diimunisasi berarti di berikan

    kekebalan terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal

    terhadap penyakit lain.

    c. Sitorus (2008) Imunisasi merupakan reaksi antara antigen dengan antibody, yang di dalambidang ilmu imunologi

    merupakan kuman atau racun ( toxin disebut sebagai antigen). Secara khusus antigen merupakan bagian dari proteinkuman

    atau protein racunnya. Bila antigen pertaman kalinya masuk

    kedalam tubuh manusia, maka sebagai reaksi tubuh akan

    membentuk zat anti terhadap racun kuman yang disebut

    dengan antibodi.

  • 15

    d. Hidayat (2008) Imunisasi adalah merupakan salah satu cara untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap

    berbagai penyakit, sehingga degan imunisasi di harapkan bayi

    dan anak tetap tumbuh dalam keadaan sehat. Secara alami

    tubuh sudah memiliki pertahanan terhadap berbagai kuman

    yang masuk.

    e. Mubarak (2011) Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin ke

    dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti unutk mencegah

    terhadap penyakut tertentu.

    2. Tujuan Imunisasi Menurut Riyadin Sujono & Sukarmin (2009) Program imunisasi

    bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan dan kematian bayi serta anak yang

    disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Secara umum tujuan imunisasi, antara lain:

    a. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit

    menular

    b. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular

    c. Imunisasi menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) pada balita. Untuk tujuan mencegah terjadinya penyakit tertentu pada

    seseorang, ditempu dengan cara memberikan infeksi ringan yang

    tidak berbahaya namun cukup untuk menyiapkan respon imun

  • 16

    apabila terjangkit penyakit tersebut, anak tidak sakit karenatubuh cepat membentuk antibodi dan mematiakan antigen yang masuk

    tersebut.

    3. Prinsip Dasar Pemberian Imunisasi

    Prinsip dasar pemberian imunisasi adalah :11

    a. Bila ada antigen ( kuman, bakteri, virus, parasit, racun, kuman memasuki tubuh maka tubuh akan berusaha menolaknya, tubuh

    membuat zat anti berupa antibody atau anti toxin.

    b. Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen berlangsung secara

    lembat dan lemah, sehingga tak cukup banyak antibody yang

    terbentuk.

    c. Pada reaksi atau respon yang kedua, ketiga, dan seterusnya

    tubuh sudah mulai lebih mengenal jenis antigen tersebut d. Setelah beberapa waktu, jumlah zat anti dalam tubuh akan

    berkurang. Untuk mempertahankan agar tetap kebal, perlu di

    berikan antigen/suntikan/imunisasi ulang.

    e. Kadar antibody yang tinggi dalam tubuh menjamin anak akan sulit untuk terserang penyakit.

    4. Macam-Macam Imunisasi

    Berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuh,

    imunisasi terbagi menjadi 2 antara lain :

    a. Imunisasi Aktif

    Merupakan imunisasi yang dilakukan dengan cara

    menyuntikan antigen ke dalam tubuh sehingga tubuh anak

    sendiri akan membuat antibody yang akan bertahan bertahun-

  • 17

    tahun lamanya. Imunisasi aktif akan lebih lama bertahan lama

    daripada imunisasi pasif.32

    Imunisasi aktif juga merupakan pemberian zat antigen yang di harapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi imonologi spesifik yang akan

    menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya

    cell memory. Dalam imunisasi aktid terdapat empat macam

    kandungan dalam setiap vaksinnya, yang di jelaskan sebagai berikut :11

    a) Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinnya semacam infeksi buatan (beruba polisakarida, toksoid, virus yang dilemahkan, atau bakteri yang di matikan).

    b) Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan.

    c) Preservatif, stabiliser, dan antibodik yang berguna untuk mencegah tumbuhnya mikroba sekaligus untuk stabilisasi

    antigen.

    d) Adjuvans yang terdiri dari garam, aluminium yang berfungsi untuk mengingatkan imonogenitas antigen

    b. Imunisasi Pasif

    Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (imunoglobulin), yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi

    yang dapt berasal dari plasma manusia atau binatang yang

  • 18

    digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk

    dalam tubuh yang terinfeksi.11

    Imunisasi pasif disini tubuh tidak membuat sendiri zat anti

    akan tetapi tubuh mendapatkannya dari luar dengan cara

    menyuntikan bahan atau serum yang telah mengandung zat

    anti. Atau anak tersebut mendapatkan dari ibu pada saat dalm

    kandungan.26

    5. Manfaat Imunisasi

    Menurut Depkes RI (2001) dalam Irwati (2008) menerapkan bahwa tujuan pemberian imunisasi adalah untuk mencegah penyakit dan kematian bayi dan anak-anak yang

    disebabkan wabah yang sering muncul. Pemerintah Indonesia

    sangat mendorong pelaksanaan program imunisasi sebagai cara

    untuk menurunkan angka kesakitan, kematian pada bayi,

    balita/anak-anak pra sekolah.

    C. Tinjauan Umum tentang Imunisasi DPT 1. Definisi Imunisasi DPT

    Imunisasi DPT adalah imunisasi yang di gunakan untuk

    mencegah terjadinya penyakit Difteri, dengan mengunakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat

    racunnya, akan tetapi masih dapat merasangsang pembentukan

    zat anti toksoid.19

    2. Efek Samping Setelah Imunisasi

    Kebanyakan bayi menderita panas pada waktu sore hari

    setelah mendapatkan imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan

  • 19

    hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian besar merasa nyeri, sakit,

    merah atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan ini berbahaya

    dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, akan sembuh

    sendiri. Bila gejala tersebut tidak timbul tidak perlu di ragukan lagi bahwa imunisasi tersebut tidak memberikan perlindungan dan

    imunisasi tidak perlu di ulang.

    3. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi DPT

    a. Difteri

    adalah satu penyakit menular yang sekarang dapat di

    atasi. Penyakit mencakup jaringan kerongkongan dan kotak suara, dan sebagai saluran udara yang ke paru-paru. Lapisan

    tebal menutupi jaringan yang sakit serta menyumbat saluran udara, dan juga kuman penyakit ini menghasilkan racun yang dapat merusak jantung. 4

    Selain itu difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh

    bakteri Corynebacterium Diphtheriae. Penyebarannya adalah

    melalui kontak fisik dan pernapasan. Gejala awal penyakit adalah radang tenggorokan, hilangnya nafsu makan dengan

    demam ringan. Dalam waktu 2-3 hari timbul selaput putih

    kebiru-biruan pada tenggorokan dan toksil. Difteri dapat

    menimbulkan komplikasi berupa gangguan pernapasan yang

    mengakibatkan kematian. Imunisasi difterian dilakukan pada

    waktu bayi masih kecil dan ini diulangi kemudian.4

  • 20

    b. Pertusis

    Disebut juga batuk rejan adalah penyakit pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis.

    Penyebaran pertusis adalah melalui tetesan-tetesan kecil yang

    keluar dari batuk atau bersin. Gejala penyakit adalah pilek, mata merah, bersin, demam dan batuk ringan yang lama

    kelamaan batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk mengigil yang cepat dan keras, komplikasi pertusis adalah

    pnemonia bacterialis yang dapt menyebabkan kematian.

    Meskipun batuk rejan merupakan penyakit yang tidak berbahaya, namu cukup menyiksa dan sedikit lebih parah

    daripada penyakit biasa. Anak atau bayi yang terserang batuk

    ini dapat menyebabkan kematian karena komplikasi yang

    serius, seperti peradangan paru-paru, kerusakan paru-paru

    atau pendarahan terhadap organ-organ tubuh lainnya

    termasuk otak. Kadang-kadang hernia karena anak anak sering

    mengedan sebagai akibat batuk ini. Imunisasi yang ini tika

    setahan yang lainnya, karena itu dokter menyarankan agar

    imunisasi itu di ulangi samapai umur 6 tahun.4

    c. Tetanus

    Adalah penyakit yang disebabkan oleh clostridium tetani

    yang menghasilkan neurotoksin. Penyakit ini tidak menyebar

    dari orang ke orang lain, tetapi melalui kotoran yang masuk ke

    dalam luka yang dalam . gejala awal pada penyakit ini adalah

  • 21

    kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan

    menelan, kaku otot perut,berkeringan dan demam. Pada bayi

    terdapat juga gejala berhenti menetek (sucking) antara 3-28 hari setelah lahir. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjafi kaku. Komplikasi tetanus adalah patah tulang akibat kejang pnemonia dan infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian.

    Tetanus atau yang biasa di kenal dengan rahang terkunci

    merupakan satu jenis penyakit yang ditakuti. Kuman tetanus menghasilkan racun yang mempengaruhi sistem jaringan saraf, yang menyebabkan rasa nyeri. Umumnya otot rahang dan

    sekitar leher yang diserangnya. Racun ini sangat kuat, sedikit

    saja terkena racun ini dapat menyebabkan kematian. Kuman tetanus biasanya terdapat di sekitar gudang, dalam kotoran

    manusia dan hewan, dan jamur di kebun. Kuman ini masuk tampa disadari oleh orang melalui luka bekas paku berkarat

    atau duri. Kuman ini dapat berkembang biak dengan cepat

    apabila telah masuk ke dlam jaringan yang lebih dalam. Luka dalam harus segera dirawat secara khusus dan insentif.

    Imunisasi tetanus hanya dapat bertahan selama lima tahun.4

    4. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) a. Definisi KIPI

    Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) adalah semua kejadian sakit dan mematikan yang terjadi dalam masa satu

  • 22

    bulan setelah imunisasi, yang di duga adalah hubungannya

    dengan pemberian imunisasi.24

    Menurut Depertemen Kesehatan (2005) Ikutan Pasca Kejadian Imunisasi adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi, yang diduga ada hubungannya dengan pemberian imunisasi.

    b. Etiologi KIPI

    Tidak semua kejadian Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) di sebabkan oleh imunisasi, karena sebagian besar teryata tidak ada hubungan dengan imunisasi. 6

    Oleh karena itu, untuk menentukan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) diperlukan keterangan mengenai :6

    1) Besar frekuensi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) pada pemberian vaksin tertentu.

    2) Sifat kelainan tersembut lokal atau sintemik 3) Derajat sakit resipien, apakah memerlukan perawatan,

    menderita cacat, atau menyebabkan kematian.

    4) Apakah penyebab dapat di pastikan, diduga atau tidak terbukti.

    5) Apakah dapat disimpulkan bahwa Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) berhubungan dengan vaksin, kesalahan produksi, atau kesalah prosedur.

  • 23

    Komite Nasional pengkajian dan penanggulangan KIPI (KOMNAS PP KIPI), membagi penyebab ikutan pasca imunisasi menjadi lima kelompok faktor etiologi menurut klasfikasi lapangan Word Health Organization (WHO) western Pacific (1991) yaitu : 7

    1) Karena kesalahan program/tehnik pelaksanaan imunisasi Sebagai besar kasus Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi

    (KIPI) berhubungan dengan masalah program dan tehnik pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program

    penyimpanan, pengolaaan, dan tata laksana pemberian

    vaksin.

    2) Reaksi Suntikan Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk

    jarum suntik baik langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi suntikan langsung

    misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat

    suntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya

    rasa takut, pusing, mual, sampai sinkope.7

    3) Induksi Vaksin Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya

    sudah dapat diprediksi terlebih dahulu karena merupakan

    reaksi simpang vaksin dan secara klinis biasanya ringan.

    Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan resiko kematian.

  • 24

    Reaksi simpang ini sudah teridentifikasi dengan baik dan

    tercantum dalam petunjuk pemakaian tertulis oleh produsen sebagai indikasi kontra, indikasi khusus, perhatian khusus,

    atauberbagai tindakan dan perhatian spesifik lainnya

    termasuk kemungkinan interaksi obat atau vaksin lain.

    Petunjuk ini harus diperhatikan dan ditanggapi dengan baik oleh pelaksana imunisasi.

    4) Faktor Kebetulan (Koinsiden) Seperti telah disebutkan di atas maka kejadian yang

    timbul ini terjadi secara kebetulan saja setelah diimunisasi. Indicator faktor kebetulan ini ditandai dengan ditemukannya

    kejadian yang sama disaat bersamaan pada kelompok populasi setempat dengan karakteristik serupa tetapi tidak

    mendapatkan imunisasi.

    5) Penyebab Tidak Di Ketahui Kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat

    dikelompokkan kedalam salah satu penyebab maka untuk

    sementara dimasukkan ke dalam kelompok ini sambil

    menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya denagn kelengkapan informasi tersebut akan dapat ditentukan

    kelompok penyebab KIPI.7

  • 25

    Word Health Organization (WHO) memberi KIPI Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) kedalam dalam tiga kategori, yaitu :1

    1) Program related atau hal berkaitan dengan kegiatan imunisasi, misalnya timbul bengkak bahkan abses pada

    bekas suntikan vaksin. Biasanya karena jarum tidak steril. 2) Reactoin related to properties of vaccines atau reaksi

    terhadap sifat-sifat yang di miliki oleh vaksin yang

    bersangkutan. Misalnya saja, reaksi terhadap bahan campuran vaksin.

    Coincidental atau konsiendensi. Koinsindesi adalah dulu

    kejadian secara bersama tampa adanyahubungan satu sama lain. Ketika anak menerimaimunisasi, sebenarnya dia sudah

    dalam keadaan masa perjalanan penyakit yang sama atau penyakit lain (masa tunas) yang tidak ada hubungan dengan vaksin yang bersangkutan.

    D. Tinjauan Khusus Faktor yang Berhubungan Tingkat Kecemasan Ibu yang Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT

    1. Pengetahuan

    Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris. khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting

    untuk terbentuknya perilaku terbuka (over behavior), perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng. 31

  • 26

    Menurut Bloom (1908), bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

    tindakan seseorang. Pengetahuan yang dicakup di dalam domain

    kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni :

    a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

    telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan

    sebagainya.

    b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan

    menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. orang

    yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajarinya.

  • 27

    c. Aplikasi

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

    menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi ini (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

    sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

    d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

    materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih

    ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat

    dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

    e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan unutk

    meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu

    bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu

    suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

    formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun ,

    dapat merencakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan

    dan sebagaianya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan

    yang telah ada.

  • 28

    f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

    melakukan justifikasi atau terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang

    ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang

    telah ada.26

    Pengetahuan dapat membantu seseorang dalam

    mencapai respon yang optimal tentang respon fisiologis dan

    psikologis terhadap suatu tindakan atau keadaan yang

    dihadapinya. Dengan adanya pengetahuan seseorang dapat

    membuat strategi koping mengubah perilaku, mempelajari teknik-teknik baru, mengendalikan respon emosi dan bersiap

    terhadap dampak kecemasan dan stres. Orang yang

    berpengatahuan kurang menggunakan strategi koping yang

    disebut tindakan langsung dimana strategi ini menggabungkan

    setiap upaya dimana seseorang dapat mengatasi situasi atau

    cemas.30

    Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh susanti

    eka sari (2010) dengan judul gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang reaksi kejadian ikut pasca imunisasi(KIPI) DPT-HB combo di posyandu desa doyong kecematan miri kabupaten sragen

    dengan 30 responden. Dikatakan bahwa pengetahuan ibu

    tentang reaksi kejadian ikut pasca imunisasi (KIPI) DPT-HB combo di posyandu desa doyong kecematan miri kabupaten

    sragen pada tingkat baik sebanyak 5 responden (16,67 %),

  • 29

    pengetahuan ibu tentang reaksi kejadian ikut pasca imunisasi (KIPI) DPT-HB combo di posyandu desa doyong kecematan miri kabupaten sragen pada tingkat cukup baik sebanyak 20

    responden (66,66 %), pengetahuan ibu tentang reaksi kejadian ikut pasca imunisasi (KIPI) DPT-HB combo di posyandu desa doyong kecematan miri kabupaten sragen pada kurang baik

    sebanyak 5 responden (16,67 %). 2. Usia

    Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu

    keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun

    mati, Usia berhubungan dengan toleransi seseorang terhadap

    stress dan kecemasan serta jenis stressor yang paling mengganggu. Seseorang yang berusaha lebih dewasa atau lebih

    tua mempunyai toleransi terhadap stressor yang lebih dibanding

    yang berusia mudah dan anak-anak, sehingga akan lebih mampu

    mengontrol stress dan kecemasan.26

    Menurut Bee (1996) dalam Gunarsa, menyatakan bahwa individu yang masuk kedalam tahap perkembangan dewasa

    muda, mereka yang berusia antara 18-40 tahun. Sedangkan

    individu yang masuk kedalam tahap perkembangan dewasa tua,

    mereka yang berusia 40-65 tahun.10

    Semakin muda usia seseorang dalam menghadapi

    masalah maka akan sangat mempengaruhi konsep dirinya.

    sedangkan semakin tua usia seseorang semakin konstruktif dalam

  • 30

    menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi.

    Kematangan individu dapat dilihat langsung secara objektif dengan periode umur, sehingga berbagai proses pengalaman,

    pengetahuan, keterampilan, kemandirian terkait sejalan dengan bertambahnya usia individu. Usia dipandang sebagai suatu

    keadaan yang menjadi dasar kematangan dan perkembangan seseorang, sehingga seseorang yang berusia muda akan lebih

    cemas daripada yang berusia lebih tua.26

    Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang di lakukan

    oleh Astuti (2010) dengan judul Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Desa Badran Kecamatan

    Kranggan Kabupaten Temanggung Magaleng. Dengan hasil

    penelitian sebagai berikut: responden yang berumur 20-35 tahun

    yang memiliki pengetahuan imunisasi dasar sejumlah 48 orang (77%), berusia lebih dari 35 tahun tahun yang memiliki pengetahuan imunisasi dasar sejumlah 8 orang (13%), dan berusia kurang dari 20 tahun yang memiliki pengetahuan

    imunisasi dasar sejumlah 6 orang (10%) dari 62 reponden. 3. Dukungan Keluarga

    Menurut Duval dalam mubarak, keluarga adalah

    sekumpulan orang yang dihubungkan tatanan keluarga sesuai

    dengan perkembangan sosial, menciptakan dan mempertahankan

    budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,

    emosional dan sosial dari setap anggota.

  • 31

    Keluarga merupakan sumber dukungan yang paling

    utama karena dalam hubungan keluarga tercipta hubungan yang

    saling mempercayai, individu sebagai anggota keluarga akan

    menjadikan keluarga sebagai kumpulan harapan, tempat bercerita, tempat bertanya, dan tempat mengeluarkan keluhan-

    keluhan bilamana individu sedang mengalami permasalahan yang

    dapat menimbulkan kecemasan.18

    Dukungan keluarga adalah bentuk pertolongan yang

    dapat berupa materi, emosi, dan informasi yang diberikan oleh

    keluarga ataupun orang yang dicintai oleh ibu yang bersangkutan.

    Bantuan atau pertolongan ini diberikan dengan tujuan individu dalam hal ini seorang ibu yang mengalami masalah agar dia

    merasa diperhatikan, mendapat dukungan, dihargai dan dicintai,

    keluarga selalu memberi dukungan dan membantu untuk

    menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi oleh seorang ibu.

    Bentuk dukungan dan keluarga dapat berupa bantuan sosial

    emosional yaitu pernyataan tentang cinta, perhatian,

    penghargaan, dan simpati dan menjadi bagian dari kelompok yang berfungsi untuk memperbaiki perasaan negatif yang khususnya

    disebabkan oleh karena ibu tersebut cemas. 18

    Penerimaan keluarga terhadap anggota keluarga yang

    sakit dengan sikap menghargai dan bersikap empati akan

    menguatkan konsep diri positif pada klien karena ia merasa

    dihargai sehingga dapat mengurangi ansietas (kecemasan) dan mendorong ekspresi dirinya. 5

  • 32

    Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh (2013) dengan judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Sikap Ibu Mengenai KIPI Di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Kuta Kecamatan Bandar Dua Kabupaten Pidie Jaya, Aceh Dengan

    Hasil Penelitian Sebagai Berikut : menunjukan bahwa dari 52 responden ternyata sebagian besar tidak mendapat Dukungan

    Keluarga terhadap kejadian ikutan pasca imunisasi yaitu sebanyak 30 responden (57,7%). Dan mendapatkan dukungan keluarga terhadap kejadian ikutan pasca imunisasi sebanyak 22 responden (42,3 %).

    4. Pendidikan

    Pendidikan adalah suatu proses belajar yang memberikan latar belakang ; berupa pengajaran kepada manusia untuk dapat berfikir secara objektif dan memberikan kemampuan baginya untuk dapat menilai apakah kebudayaan masyarakatnya

    dapat diterima atau tidak mengakibatkan seseorang dalam

    masyarakat memiliki faktor penentu yang dapat menjadi pendorong bagi perubahan tingkah laku. Pendidikan diartikan

    sebagai tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan yang

    dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu

    dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan

    sebagainya. Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan

    nonformal disamping secara formal seperti di Sekolah, Madrasah,

    dan institusi-institusi lainnya. Pendidikan formal adalah pendidikan

  • 33

    yang diperoleh seseorang di sekolah secara teratur, sistematis,

    bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat, mulai dari tingkat TK sampai perguruan tinggi, pendidikan

    dengan SMP ke bawah masih dikategorikan kurang dan SMA

    keatas dianggap baik.13

  • 34 KERANGKA TEORI

    Pendidikan

    1. Tahu

    2. Memahami

    3. Aplikasi

    4. Analisis

    5. Sintesis

    6. Evaluasi

    Tk

    Smp

    Sma

    Perguruan Tinggi

    Pengetahuan

    1. Sikap

    2. Materi

    1. Status Ekonomi

    2. Motivasi

    3. Lingkungan

    4. Pengalaman

    Dukungan Keluarga

    Adopsi Prilaku

    Usia

    Mekanisme Koping

    Kecemasan ibu yang

    Anaknya Demam Pasca

    Imunisasi DPT

    Konstruktif

    Destruktif

    Tingkat Kecemasan

    1. Cemas Ringan

    2. Cemas Sedang

    3. Cemas Berat

    4. Panit

    Gambar 2.1 : Kerangka Teori

  • 35

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Kerangka Konseptual

    Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka maka konsep pada penelitian :

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Keterangan :

    : Independen

    : Dependen

    : Variabel tidak diteliti

    Gambar 3.1 : Kerangka Konseptual

    Pengetahuan Tingkat Kecemasan Ibu Yang Anaknya Mengalami Demam

    Pasca Imunisasi DPT

    Usia

    Dukungan Keluarga

    Pendidikan

  • 36

    B. Definisi Operasional

    No Variabel Penelitian

    Definisi Operasional

    Kriteria Objektif Skala

    1.

    Independen

    Pengetahuan

    Pemahaman Responden tentang imunisasi DPT

    Baik nilai median 8

    Kurang baik < nilai median 8

    Ordinal

    2.

    Usia

    Usia responden dari mulai saat dilahirkan sampai penelitian dilaksanakan

    Dewasa muda : 18-40 tahun

    Dewasa tua : >40 tahun

    Interval

    3.

    Dukungan keluarga

    Motivasi serta nasehat yang diberikan keluarga baik berupa moril.

    Baik nilai median 10,5

    Kurang baik < nilai median 10,5

    Ordinal

    4.

    Dependen

    Tingkat kecemasan pada ibu yang anak mengalami Demam pasca imunisasi DPT

    Reaksi atau perasaan cemas yang dialami ibu

    Cemas Sedang jika responden memperoleh skor 14 27

    Cemas Berat jika responden memperoleh skor 28 56

    Interval

  • 37

    C. Desain Penelitian

    Desain penelitian menggunakan metode deskriptif analitik

    dengan pendekatan Crossectional yaitu rancangan yang mengkaji hubungan variabel independen dan variabel dependen pada saat

    bersamaan, subyek penelitian ini adalah ibu yang anaknya telah di

    imunisasi dengan DPT di Puskesmas Cendrawasih.

    D. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang datang

    mengimunisasi DPT anaknya di Puskesmas Cendrawasih

    sebanyak 232 responden.

    2. Sampel

    Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode

    Nonprobability sampling yaitu dengan teknik Insidental Sampling,

    Penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat di

    gunakan sebagai sampel bila di pandang orang yang kebetulan

    ditemui cocok sebagai sumber data sebanyak 48 responden

    Kriteria sampel sebagai berikut :

    a. Kriteria Inklusi :

    1) Ibu yang anaknya imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih.

    2) Bersedia menjadi responden b. Kriteria Eksklusi :

    Responden yang tidak hadir pada saat penelitian.

  • 38

    E. Waktu dan Tempat Penelitian

    1. Waktu

    Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli Agustus

    2014.

    2. Tempat

    Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas

    Cendrawasih.

    F. Alat dan Bahan penelitian

    Pengumpulan data dilakukan dengan cara menggunakan

    kuesioner yang terdiri dari :

    1. Kuesioner tentang biodata responden yang terdiri dari nama,

    umur, pendidikan responden, jumlah anak sekarang dan alamat. 2. Kuesioner tentang pengetahuan yang terdiri dari 15 item

    pertanyaan dengan mengunakan skala Guttman dengan

    pemberian skor pada setiap alternatif jawaban benar = 1 salah = 0 Dengan criteria baik jika responden memperoleh nilai median 8 dan kurang baik jika responden memperoleh skor < nilai median 8.

    3. Kuesioner tentang dukungan keluarga yang terdiri dari 10 item

    pertanyaan dengan menggunakan skala liker, dimana setiap

    pertanyaan dinilai dengan kriteria 2 = Selalu, 1 = kadang-kadang,

    dan 0 = tidak pernah. Dengan skor baik jika responden memperoleh skor nilai median 10,5 dan kurang baik jika responden memperoleh skor < nilai median 10,5

  • 39

    4. Kuesioner tentang kecemasan yang terdiri dari 14 item dengan

    skor :

    Nilai 0 = Tidak ada gejala atau keluhan sama sekali Nilai 1 = Satu gejala dari pilihan yang ada Nilai 2 = Separuh dari gejala yang ada Nilai 3 = Lebih dari separuh gejala yang ada Nilai 4 = Semua gejala ada Cemas sedang jika responden memperoleh skor 14- 27. dan Cemas berat jika responden memperoleh skor 28-56.

    G. Pengumpulan Data

    1. Data Primer

    Data primer diperoleh dengan cara

    memberikan/membagikan kuesioner kepada ibu yang anaknya

    mengimunisasikan anak.

    2. Data Sekunder

    Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Cendrawasih yaitu

    data penunjang dalam penelitian ini yaitu data jumlah orang yang mengimunisasikan anak.

    H. Pengolahan Data

    1. Editing data

    Maksud melakukan editing untuk menilai kelengkapan,

    kejelasan dan kesesuaian jawaban responden, agar seluruh data yang diterima dapat diolah dengan baik, sehingga pengolahan

    data dapat menghasilkan output yang merupakan gambaran

    jawaban hipotesis penelitian. Data yang terkumpul diolah dengan

  • 40

    bantuan computer dengan program SPSS 22, setelah itu diedit

    untuk memperoleh hasil yang dapat menggambarkan penelitian

    sesuai dengan tujuan penelitian. 2. Coding Data

    Dilakukan untuk memudahkan pengolahan data yaitu lewat

    memberikan simbol-simbol atau kode pada setiap jawaban responden. Pada Kuesioner Pengetahuan diberikan pengkodean,

    Kode 1 untuk pengetahuan baik dan 2 untuk pengetahuan kurang

    baik. Kuesioner usia dengan kode 1 untuk dewasa muda dan 2

    untuk dewasa tua. Kuesioner dukungan keluarga dengan kode 1

    untuk dukungan keluarga baik dan 2 untuk dukungan keluarga

    kurang baik. Sedangkan pada kuesioner kecemasan diberikan

    pengkodean 1 untuk kecemasan sedang dan 2 untuk kecemasan

    berat.

    3. Entri data dengan bantuan program SPSS 22.

    4. Cleaning data.

    Cleaning (pembersih data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entri, apakah ada kesalahan atau

    tidak.

    5. Pembobotan atau pembentukan variable penjumlahan skore Jawaban responden pada setiap variable sehingga dapat menilai

    total masing-masing variable yang selanjutnya dijadikan distribusi frekuensi dan distribusi proporsi

  • 41

    C. Analisa Data

    Setelah memperoleh nilai dari masing-masing tabel selanjutnya data di analisa :

    1. Analisa Univariat

    Membuat tabel distribusi frekuensi dan persentase dari

    masing-masing variabel seperti variabel pengetahuan, usia,

    dukungan keluarga, dan tingkat kecemasan.

    2. Analisa Bivariat

    Analisis bivariate dilakukan untuk melihat hubungan tiap-

    tiap variabel bebas dan variabel tergantung dengan menggunakan

    uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan () : 0,05. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square. Adapun rumus Chi-Square yang digunakan adalah :

    =

    keterangan : x2 : nilai chi-square

    fo : frekuensi observasi fe : frekuensi espektasi

    a. Apabila x2 hitung x2 tabel atau p 0,05 maka Ho ditolak

    dan H1 diterima artinya ada hubungan.

    b. Apabila x2 hitung x2 tabel atau p 0,05 maka Ho diterima

    dan H1 ditolak artinya tidak ada hubungan.

  • 42

    Pada Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan

    antara variabel dependen dan independen yaitu

    1) Hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT.

    2) Hubungan usia dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT

    3) Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT

    D. Etika Penelitian

    1. Informed Concent(Lembar persetujuan) Lembar persetujuan ini di berikan kepada responden yang

    diteliti dan memenuhi kriteria inklusi. Lembaran ini juga dilengkapi dengan judul penelitian dan manfaat penelitian. Apabila subjek menolak, maka peneliti tidak boleh memaksa dan harus tetap

    menghormati hak-hak subjek. 2. Anonimity (Tanpa nama)

    Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden, tetapi pada lembar tersebut diberikan kode

    pengganti nama responden. Dengan mengunakan inisial pada

    nama responden

    3. Confidentiality (kerahasiaan) Kerahasiaan informasi responden di jamin peneliti, dan

    hanya kelompok data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

  • 43

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    Pengumpulan data penelitiaan ini telah dilakukan di

    Puskesmas Cendrawasih Makassar. Sampel yang digunakan adalah

    ibu yang datang mengimunisasi anaknnya dengan imunisasi DPT

    yaitu sebanyak 48 orang. Setelah dilakukan Penelitian ini dan

    mengumpul data yang selanjutnya dianalisis dengan hasil sebagai berikut :

    1. Analisa Univariat

    a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan

    Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu

    yang Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih

    Kota Makassar 2014

    Pengetahuan n % Baik 39 81,3%

    Kurang baik 9 18,8% Jumlah 48 100%

    Sumber : Data Primer , 2014

    Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa kebanyakan responden memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 39

    responden (81,3%) dan yang kurang baik hanya sebanyak 9 responden (18,8%).

  • 44

    b. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Ibu

    Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden Berdasarkan Usia Ibu yang

    Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih

    Kota Makassar 2014

    Usia n % Dewasa Muda 38 79,2% Dewasa Tua 10 20,8%

    Jumlah 48 100%

    Sumber : Data Primer, 2014

    Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa kebanyakan responden berusia dewasa muda yaitu sebanyak 38 responden

    (79,2%) dan yang berusia dewasa tua sebanyak 10 responden (20,8%)

    c. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga

    Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan

    Keluarga Ibu yang Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih

    Kota Makassar 2014

    Dukungan Keluarga n % Baik 41 85,4%

    Kurang baik 7 14,6%

    Jumlah 48 100%

    Sumber : Data Primer , 2014

    Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa kebanyakan responden memiliki dukungan keluarga yang baik yaitu

    sebanyak 41 responden (84,4%) dan yang kurang baik hanya sebanyak 7 responden (14,6%)

  • 45

    d. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan.

    Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan

    Ibu yang Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih

    Kota Makassar 2014

    Tingkat Kecemasan n %

    Cemas Sedang 35 72,9%

    Cemas Berat 13 27,1%

    Jumlah 48 100%

    Sumber : Data Primer , 2014

    Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa kebanyakan responden memiliki kecemasan sedang yaitu sebanyak 35

    responden (72,9%) dan yang mengalami kecemasan berat hanya sebanyak 13 responden (27,1%).

  • 46

    2. Analisa bivariat

    Pada tahap ini dilakukan tabulasi silang antara variabel

    independen (pengetahuan,usia dan dukungan keluarga) dengan variabel dependen (tingkat kecemasan ibu yang demam pasca imunisasi DPT). Hasil analisa variabel tersebut sebagai berikut :

    a. Hubungan Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan Ibu yang

    Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT.

    Tabel 4.5 Hubungan Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan Ibu yang

    Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar 2014

    Tingkat Kecemasan Ibu Pengetahuan Cemas Sedang Cemas Berat Total

    n % n % n % Baik 32 66,7% 7 14,6% 39 81,3%

    Kurang Baik 3 6,3% 6 12,5% 9 18,8% Jumlah 35 72,9% 13 27,1% 48 100%

    Sumber : Data Primer , 2014 p = 0,003 OR : 0,6

    Berdasarkan analisis bivariat, menunjukkan bahwa pada responden yang pengetahuannya baik dengan tingkat

    kecemasan sedang sebanyak 32 responden (66,7%) dan responden yang memiliki tingkat kecemasan berat dengan

    pengetahuan baik hanya berjumlah 7 responden (14,6%). Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik

    dengan tingkat kecemasan yang sedang sebanyak 3

    responden (6,3%) dan responden yang memiliki tingkat kecemasan berat dengan pengetahuan yang kurang baik hanya

    sebanyak 6 responden (12,5%)

  • 47

    Berdasarkan uji chi-square test diperoleh nilai hitung p = 0,003 lebih kecil dari nilai = 0,05. Dari analisis tersebut dapat

    diartikan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima atau ada hubungan

    pengetahuan dengan tingkat kecemasan di Puskesmas

    Cendrawasih Kota Makassar. Pada analisa dengan Odds Ratio

    didapatkan nilai 0,6 artinya apabila responden memiliki

    pengetahuan yang kurang baik, maka akan mempunyai

    peluang 0,6 kali untuk mengalami kecemasan dibandingan

    dengan responden yang memiliki pengetahuan yang baik.

    b. Hubungan Usia dengan Tingkat Kecemasan Ibu yang Anaknya

    Demam Pasca Imunisasi DPT.

    Tabel 4.6 Hubungan Usia dengan Tingkat Kecemasan Ibu yang Anaknya

    Demam Pasca Imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih Kota Makassar 2014

    Tingkat Kecemasan Ibu Usia Cemas Sedang Cemas Berat Total

    N % n % n % Dewasa muda 32 66,7% 6 12,5% 38 79,2% Dewasa Tua 3 6,3% 7 14,6% 10 20,8%

    Jumlah 35 72,9% 13 27,1% 48 100%

    Sumber : Data Primer , 2014 p = 0,001 OR :0,5

    Berdasarkan analisis bivariat, menunjukkan bahwa pada responden yang Usia Dewasa Muda dengan tingkat kecemasan

    sedang sebanyak 32 responden (66,7%) dan responden yang memiliki tingkat kecemasan berat dengan usia dewasa muda

    hanya sebanyak 6 responden (12,5%). Sedangkan responden yang memiliki Usia dewasa Tua dengan tingkat kecemasan yang

    sedang sebanyak 3 responden (6,3%) dan responden yang memiliki tingkat kecemasan berat dengan usia dewasa tua hanya

    sebanyak 7 responden (14,6%)

  • 48

    Berdasarkan chi-square test diperoleh nilai hitung p = 0,001

    lebih kecil dari nilai = 0,05. Dari analisis tersebut dapat

    diartikan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima atau ada Hubungan

    Usia dengan tingkat kecemasan di Puskesmas Cendrawasih

    Kota makassar. Pada analisa dengan Odds Ratio didapatkan

    nilai 0,5 artinya responden memiliki Usia Dewasa Muda, akan

    mempunyai peluang 0,5 kali untuk mengalami Kecemasan

    dibandingkan dengan responden yang memiliki usia dewasa tua.

    c. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Ibu

    yang Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT.

    Tabel 4.7 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Ibu

    yang Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih

    Kota Makassar 2014

    Tingkat Kecemasan Ibu Dukungan Keluarga Cemas Sedang Cemas Berat Total

    n % n % n % Baik 33 68,8% 8 16,7% 41 85,4%

    Kurang baik 2 4,2% 5 10,4% 7 14,6% Jumlah 35 72,9% 13 27,1% 48 100%

    Sumber : Data Primer , 2014 p = 0,004 OR :0,6

    Berdasarkan analisis bivariat, menunjukkan bahwa pada responden yang dukungan keluarga baik dengan tingkat

    kecemasan sedang sebanyak 33 responden (68,8%) dan responden yang memiliki tingkat kecemasan berat dengan

    dukungan keluarga baik hanya sebanyak 8 responden (16,7%).

  • 49

    Sedangkan responden yang memiliki dukungan keluarga kurang

    baik dengan tingkat kecemasan yang sedang sebanyak 2

    responden (4,2%) dan responden yang memiliki tingkat kecemasan berat dengan dukungan keluarga yang kurang baik

    hanya sebanyak 5 responden (10,4%) Berdasarkan uji chi - square Test diperoleh nilai hitung p =

    0,004 lebih kecil dari nilai = 0,05. Dari analisis tersebut dapat

    diartikan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima atau ada Hubungan

    dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan di Puskesmas

    Cendrawasih Kota makassar. Pada analisa dengan Odds Ratio

    didapatkan nilai 0,6 artinya apabila responden memiliki

    dukungan keluarga yang kurang baik, maka akan mempunyai

    peluang 0,6 kali untuk mengalami Kecemasan dibandingkan

    dengan responden yang memiliki dukungan keluarga yang baik

    B. Pembahasan

    1. Hubungan Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan Ibu yang

    Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT

    Berdasarkan analisis bivariat, menunjukkan bahwa pada responden yang pengetahuannya baik dengan tingkat kecemasan

    sedang sebanyak 32 responden (66,7%) dan responden yang memiliki tingkat kecemasan berat dengan pengetahuan baik hanya

    berjumlah 7 responden (14,6%). Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik dengan tingkat kecemasan

    yang sedang sebanyak 3 responden (6,3%) dan responden yang memiliki tingkat kecemasan berat dengan pengetahuan yang

    kurang baik hanya sebanyak 6 responden (12,5%)

  • 50

    Pada penelitian ini di peroleh 7 responden (14,6%) yang memiliki pengetahuan yang baik tetapi mengalami kecemasan

    berat. Hal ini dapat terjadi karena walaupun ibu tersebut memiliki pengetahuan yang baik tapi tidak mampu mengunakan mekalisme

    koping yang konstruktif dalam mengadapi masalahnya, maka

    akan tetap mengalami kecemasan berat. Seorang ibu tetap

    memerlukan dukungan dan penguatan-penguatan dari keluarga

    dan orang-orang di sekitarnya.

    Hal Ini juga didukung oleh pendapat Notoadmodjo (2003) bahwa semakin baik dan luas pengetahuannya yang dimiliki dan

    semakin banyak tingkat pemahaman tentang suatu konsep

    disertai cara pemikiran dan pengenalisaan yang tajam dengan sedirinya mereka mampu menggunakan pola koping yang

    konduktif dalam menghadapi segala masalah sehingga dapat

    mengurangi kecemasan yang di hadapi.21

    Terdapat pula 3 responden (6,3%) yang berpengetahuan kurang baik tetapi mengalami kecemasan sedang. Hal ini di

    sebabkan setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda

    dalam menanggapi suatu respon yang telah di dapatkan. Dalam

    setiap individu otak memiliki reseptor khusus yang membantu

    regulasi kecemasan sehingga setiap individu secara otomatis

    menanggapi rasa cemas berbeda. Sikap orangtua yang

    cenderung mengalami kecemasan ini karena akan adanya situasi

    yang mengancam pada bayinya. Hal ini sesuai dengan teori

    Biologik dikutip oleh Suliswati (2005) bahwa pada otak terdapat GABA (Gamma Amino Butyric Acid) yang mengontrol aktivitas kecemasan

  • 51

    Hal ini juga sejalan dengan pendapat Carpenito dalam Rahayu (2010) bahwa orang yang berpengetahuan kurang mengunakan strategi koping yang disebut tindakan langsung

    dimana strategi ini menggambungkan setiap kans atau upaya

    dimana seseorang dapat mengatasi situasi atau cemas.24

    Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Sunaryo (2002). Dengan adanya pengetahuan seseorang dapat membuat strategi

    koping mengubah perilaku, mempelajari teknik-teknik baru, mengendalikan respon emosi dan bersiap terhadap dampak

    kecemasan dan stres. Orang yang berpengatahuan kurang

    menggunakan strategi koping yang disebut tindakan langsung

    dimana strategi ini menggabungkan setiap upaya dimana

    seseorang dapat mengatasi situasi atau cemas.

    Hal ini juga sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera manusia, yakni indera penglihatan,

    pendengaran, rasa dan raba. Sebagai besar pengetahuan

    manusia di peroleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau

    kongnitif merupakan domain yang sangat penting untuk

    terbentuknya tindakan seseorang.

    2. Hubungan Usia dengan Tingkat Kecemasan Ibu yang Anaknya

    Demam Pasca Imunisasi DPT

    Berdasarkan analisis bivariat, menunjukkan bahwa pada responden yang Usia Dewasa Muda dengan tingkat kecemasan

    sedang sebanyak 32 responden (66,7%) dan responden yang

  • 52

    memiliki tingkat kecemasan berat dengan usia dewasa muda

    hanya sebanyak 6 responden (12,5%). Sedangkan responden yang memiliki Usia dewasa Tua dengan tingkat kecemasan yang

    sedang sebanyak 3 responden (6,3%) dan responden yang memiliki tingkat kecemasan berat dengan usia dewasa tua hanya

    sebanyak 7 responden (14,6%) Pada Penelitian Ini di peroleh, 7 responden (14,6%) yang

    dewasa tua tetapi mengalami kecemasan Berat. Hal ini sejalan dengan teori Stuart dan Sundeen (2008) yang menjelaskan bahwa stressor pencetus kecemasan mungkin berasal dari

    sumber internal atau eksternal yaitu ancaman terhadap intergritas

    seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang

    atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup

    sehari-hari.

    Pada Penelitian Ini di peroleh, 32 responden (66,7%) yang dewasa muda tetapi mengalami kecemasan sedang. Hal ini

    sejalan dengan Long dalam Rahayu (2010) bahwa sesorang yang berumur muda akan lebih cemas dari yang berumur lebih

    tua. Umur dipandang sebagai suatu keadaan yang menjadi dasar kematangan dan perkembangan seseorang, semakin tua umur

    seseorang semakin konstruktif dalam mengunakan koping

    terhadap masalah yang dihadapi dan semakin muda umur

    seseorang akan semakin sulit beradptasi dalam menghadapi

    masalah maka akan sangat mempengaruhi kondisi psikologisnya,

    sehingga seseorang yang berumur muda akan lebih cemas dari

    pada yang berumur lebih tua.

  • 53

    Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Siswanto (2007) bahwa usia berhubungan dengan toleransi seseorang terhadap

    stress dan kecemasan serta jenis stressor yang paling mengganggu. Seseorang yang berusaha lebih dewasa atau lebih

    tua mempunyai toleransi terhadap stressor yang lebih dibanding

    yang berusia mudah dan anak-anak, sehingga akan lebih mampu

    mengontrol stress dan kecemasan.

    Hal ini juga sejalan dengan pendapat Pawirohusodo dalam Wardani (2012), yang menyatakan bahwa kecemasan dapat terjadi pada semua tingkat usia, tetapi lebih sering terjadi pada usia muda. Umur muda lebih banyak mengalami stress dan

    cemas daripada yang berusia tua, hal ini dimungkinkan cara

    individu dalam berhubungan/berinteraksi dengan lingkungan,

    kematangan/maturitas kepribadian.

    3. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Ibu

    yang Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT

    Berdasarkan analisis bivariat, menunjukkan bahwa pada responden yang dukungan keluarga baik dengan tingkat

    kecemasan sedang sebanyak 33 responden (68,8%) dan responden yang memiliki tingkat kecemasan berat dengan

    dukungan keluarga baik hanya sebanyak 8 responden (16,7%). Sedangkan responden yang memiliki dukungan keluarga kurang

    baik dengan tingkat kecemasan yang sedang sebanyak 2

    responden (4,2%) dan responden yang memiliki tingkat kecemasan berat dengan dukungan keluarga yang kurang baik

    hanya sebanyak 5 responden (10,4%)

  • 54

    Pada Penelitian Ini di peroleh, 8 responden (16,7%) yang dukungan dari keluarganya baik tetapi mengalami kecemasan

    Berat. Hal ini karena dukungan keluarga yang diberikan oleh

    keluarganya tidak sesuai dengan kebutuhan oleh ibu tersebut,

    Karena setiap individu memiliki kecemasan, dan kecemasan akan

    tetap muncul secara otomatis bila tubuh merespon adanya suatu

    konflik. Hal ini sesuai dengan teori kajian keluar ga dikutip oleh Suliswati (2005) bahwa kecemasan selalu ada pada tiap keluarga

    Hal ini juga sejalan dengan pendapat Sarafino dalam Rahayu (2010), dukungan keluarga ternyata tidak hanya memberikan efek positif dalam mempengaruhi kejadian dan efek dari kecemasan dan stress. Dukungan yang diberikan tidak sesuai

    dengan apa yang dianggap sebagai suatu yang membantu. Hai ini

    dapat terjadi karena dukungan yang di berikan tidak cukup,individu merasa tidak perlu dibantu atau terlalu khawatir

    secara emosional sehingga tidak memperhatikan dukungan yang

    diberikan.

    Pada Penelitian Ini juga diperoleh, 2 responden (4,2%) yang dukungan dari keluarganya kurang baik tetapi mengalami

    kecemasan sedang. Hal ini karena dukungan keluarga yang

    diberikan oleh keluarganya sesuai dengan kebutuhan oleh ibu

    tersebut, hal ini sesuai dengan pendapat Sarafino dalam Rahayu

    (2010), dukungan keluarga ternyata tidak hanya memberikan efek positif dalam mempengaruhi kejadian dan efek dari kecemasan dan stress. Hal ini juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mubarak (2006) bahwa keluarga merupakan sumber dukungan

  • 55

    yang paling utama karena dalam hubungan keluarga tercipta

    hubungan yang saling mempercayai, individu sebagai anggota

    keluarga akan menjadikan keluarga sebagai kumpulan harapan, tempat bercerita, tempat bertanya, dan tempat mengeluarkan

    keluhan-keluhan bila mana individu sedang mengalami

    permasalahan yang dapat menimbulkan kecemasan.

    Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Sarafino dalam

    Rahayu (2010) dukungan keluarga merupakan sumber penangulangan yang paling utama dalam menghadapi kecemasan

    dan stress. Individu yang mendapatkan dukungan keluarga dari

    keluarga kelihatan lebih tahan terhadap pengaruh psikologis dan

    stressor lingkungan daripada individu yang tidak mendapatkan

    dukungan sosial. Dengan adanya dukungan keluarga yang baik,

    menjadikan subjek tetap percaya diri dalam berhubungan dengan orang lain, tidak merasa rendah, tidak mudah putus asa,tidak

    minder, merasa diri berarti, tidak merasa cemas, tetap

    bersemangat, merasa ikhlas dengan kondisi subjek saat ini dan merasa lebih tenang dalam mengahadapi sesuatu masalah.

  • 56

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Dari hasil penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan

    tingkat kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di

    Puskesmas Cendrawasih dengan jumlah sampel 48 responden sehingga dapat ditarik kesimpulan :

    1. Adanya hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih.

    2. Adanya hubungan usia dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih.

    3. Adanya hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu yang anaknya demam pasca imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih.

    B. Saran

    1. Bagi Institusi pendidikan

    Diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan

    dan menjadikan rujuk institusi mengenai tingkat kecemasan kedepannya

    2. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar kedepannya dalam melakukan penelitian, dengan variabel-variabel lain yang belum

    diteliti oleh peneliti sebelumnya seperti pendidikan, pengalaman

    dan lain-lain.

    3. Bagi Masyarakat

    Diharapkan penelitian ini dapat membuka wawasan dan

    pengetahuan masyarakat mengenai kecemasan.

  • 57

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Achmadi U.F., (2006), Imunisasi Apakah Perlu ?, Buku Kompas, Jakarta.

    2. Andira A., (2013), Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Individu Menjelang Masa Pensiun PNS (Pegawai Negri Sipil) Di Kecamatan Mamajang Makassar, Skripsi, STIK GIA (tidak diterbitkan).

    3. Ann I., (2004), Perawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri, EGC, Jakarta.

    4. Azizah N., (2011), faktor-faktor kelengkapan I munisasi dasar (online) http://digilib.unimus.ac.id di akses tanggal 20 Februari 2014.

    5. Bambang dkk., (2013), Buku Terlengkap tentang Bayi, FlashBooks, Yogyakarta.

    6. Depertemen Kesehatan RI., (2005), Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi, Jakarta.

    7. -------., (2005), Pedoman penaggulangan KIPI, Jakarta.

    8. -------., (2009). Perjalanan Menuju Indonesia Sehat 2010. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

    9. Gunarsa S.D., (2009). Dari Anak sampai Lanjut Usia ; bunga sampai Psikologi Perkembangan, Gunung Mulia, Jakarta.

    10. Hidayat A.A.A., (2008), Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Salemba Medika, Jakarta.

    11. -------., (2009), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1, Salemba Medika, Jakarta.

    12. Juriyah, (2013), Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Tentang Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Kipi) Di Puskesmas Gayamsari Semarang,(online) http://digilib.unimus.ac.id di akses pada tanggal 29 tahun 2014.

    13. Irawati A., (2010), hubungan status gizi dengan reaksi vaksinasi DPT di posyandu Kelurahan Romang polong Kab Gowa, skripsi (tidak di terbitkan), Makassar.

  • 58

    14. Kusumawati, F.,& Hartono, Y., (2011), Buku Ajar Keperawatan jiwa, Salemba medika, Jakarta.

    15. Lipsig & Norman, (2010), Hamilton Axienty Rating Scale, www.atlantapssychiatry.com di akses 20 Februari 2014.

    16. Lubis M., (2010), Pengantar Sikap dan prilaku orang tua tentang imunisasi, Jakarta.

    17. Makkaraeng H., (2013), Gambaran Tingkat Kecemasan antara Ibu Hamil Primigravida dan Multigravida Trimester III di Ruang ANC RSKDIA Siti fatimah Makassar, STIK GIA (Tidak diterbitkan).

    18. Mubarak I.W., (2006), Buku Ajar Keperawatan Komunitas, Sagung Seto, Jakarta

    19. Murwani A., (2009), Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Fitramaya, Yogyakarta.

    20. Norhidayah N., (2013), Gambaran Kejadian Kecemasan pada Ibu Penderita Retardasi Mental Sindromik di SLB-C Banjarmasin, ejournal.unlam.ac.id, (Online) diakses 7 maret 2014.

    21. Notoatmojo S.M., (2003), Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta.

    22. Proverawati, A., & Citra A., (2010), Imunisasi dan Vaksinasi, Nuha Offset, Yogyakarta.

    23. Purnamaningrum Y.E., (2010), Buku Saku Penuntun Imunisasi Dasar. Fitramaya, Yogyakarta.

    24. Rahayu E., (2010), Koping Ibu Terhadap Bayi BBLR, Skripsi (tidak diterbitkan), Fakultas Kedokteran Universitas Dipanegoro, Semarang (online) di akses 7 maret 2014.

    25. Riyadin S., & Sukarmin., (2009), Asuhan Keperawatan pada Anak, GRAHA ILMU, Jakarta.

    26. Siswanto, (2007), Kesehatan Mental, Konsep, Cakupan dan Perkembangannya, Andi Offset, Yogyakarta.

    27. Sitorus R.H., (2008), Pedoman Perawatan kesehatan Anak, Yrama Widya, Bandung.

    28. Stuart dan Sundeen., (2008), Buku saku keperawatan Jiwa. EGC.Jakarta.

  • 59

    29. Suliswati, (2005), Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC, Jakarta.

    30. Sunaryo, (2002), Psikologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta.

    31. Tjandra, (2011), perkembangan imunisasi di indonesia ( online) http://www.suarapembaruan.com di akses tanggal 20 februari 2014.

    32. Yuliana, (2013) Faktor Yang Berhubungan Dengan Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Kota Makassar ( online) di akses tanggal 29 tahun 2014

    33. Yunuarita F.A., (2013), Menjadi Teman Pertumbuhah Si Buah Hati yang ingin sehat dan cerdas, TeranovaBooks, Yogyakarta.

  • 60

    Lampiran 1

    Lembar Permohonan Menjadi Responden

    Kepada Yth. Ibu saudara responden

    Di tempat_

    Dengan hormat

    Bersama ini saya yang bertanda tangan di bawah ini. Mahasiswa program Studi S1 Keperawatan STIK GIA Makassar :

    Nama : Muhammad Nasaruddin

    Nim : 2110120

    Alamat : Jl. BajiPassare Akan melakukan penelitian dengan judul Faktor Yang

    Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Yang Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih

    Peneliti yang akan dilakukan tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi ibu selaku responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Tidak ada paksaan bagi ibu untuk menjadi responden di dalam penelitian ini.

    Apabila anda bersedia menjadi responden, saya persilahkan menandatangani surat pernyataan kesediaan menjadi responden yang terlampir dalam surat ini.

    Demikianlah atas partisipasi, perhatian, dan kerjasama anda saya ucapkan terima kasih.

    Peneliti,

    ( Muhammad Nasaruddin)

  • 61

    Lampiran 2

    Lembar Persetujuan Menjadi Responden Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

    Nama :

    Alamat :

    Setelah diberikan penjelasan oleh peneliti, Tentang maksud dan tujuan penelitian ini, saya bersedia menjadi responden pada penelitian yang dilakukan oleh saudara Muhammad Nasaruddin, Mahasiswa

    Program S1 Keperawatan Stik Gia Makassar Dengan Judul Faktor Yang

    Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Yang Anaknya Demam

    Pasca Imunisasi DPT di Puskesmas Cendrawasih

    Dengan demikian surat ini saya buat dengan sukarela tanpa

    paksaan dari pihak lain dan kiranya dipergunakan sebagai mana

    mestinya.

    Makassar, Juni 2014

    Responden

    (....................................)

  • 62

    Lampiran 3 No. urut :

    LEMBAR KUESIONER

    Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Yang

    Anaknya Demam Pasca Imunisasi DPT di

    Puskesmas Cendrawasih

    A. Indentifikasi Responden a. Nama Responden : b. Umur Ibu : Tahun c. Pekerjaan Ibu : d. Jumlah Anak Ibu Sekarang : e. Alamat : f. Pendidikan Terakhir : 1. Tidak Tamat SD

    2. SD

    3. SMP

    4. SMA

    5. Perguruan Tinggi

    B. Kuensioner Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi DPT

    Petunjuk pengisian : 1. Jawablah pertanyaan yang di anggap benar dan di anggap salah

    dengan membari tanda () pada kolom jawaban 2. Semua pertanyaan harus di jawab 3. skor pada setiap alternatif jawaban adalah

    1 = benar

    0 = salah