FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP AUDIT DELAY (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2007-2008) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: ANI YULIYANTI NIM. 06412144003 PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP AUDIT DELAY
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2007-2008)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
ANI YULIYANTI
NIM. 06412144003
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP AUDIT DELAY
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2007-2008)
SKRIPSI
Oleh:
ANI YULIYANTI 06412144003
Telah disetujui dan disahkan Pada tanggal 23 Desember 2010
Untuk dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ekonomi
Skripsi yang berjudul “FAKTOR–FAKTOR YANG BERPENGARUH
TERHADAP AUDIT DELAY (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2007-2008)” telah dipertahankan
di depan Dewan Penguji pada tanggal 14 Januari 2011 dan dinyatakan lulus.
DEWAN PENGUJI
Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal
Rr. Indah Mustikawati, M.Si.,Ak Ketua Penguji
Diana Rahmawati, M.Si Sekretaris
Dhyah Setyorini, M.Si.,Ak. Penguji Utama
Yogyakarta, 14 Januari 2011 Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,
Sardiman, A.M.,M.Pd. NIP. 19510523 198003 1 001
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah:
Nama : ANI YULIYANTI
NIM : 06412144003
Program Studi : Akuntansi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ekonomi
Judul Tugas Akhir : FAKTOR–FAKTOR YANG BERPENGARUH
TERHADAP AUDIT DELAY
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun
2007-2008)
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan skripsi yang telah saya buat ini
merupakan hasil karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya, tidak
terdapat karya/pendapat yang ditulis/diterbitkan orang lain, kecuali sebagai
acuan/kutipan dengan tata tulisan karya ilmiah yang lazim.
Dengan demikian pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, 14 Januari 2011 Yang menyatakan,
ANI YULIYANTI NIM. 06412144003
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Kehidupan adalah serangkaian perjalanan serta pelajaran yang harus di
tempuh setiap manusia yang hidup di dunia
Syukurilah semua yang Allah berikan untuk kita,
janganlah pernah mengeluh dengan ujian yang sedang Allah berikan untuk
kita”
(Ani Yuliyanti)
“Kemenangan terbesar adalah:
ketika kita mengalahkan diri sendiri”
(anonim)
PERSEMBAHAN
Karya kecilku ini aku persembahkan untuk:
Bapak dan Ibuku yang telah membesarkanku dengan limpahan kasih sayang,
selalu mendoakan dan membimbingku serta selalu memberikan dukungan
baik secara moril dan materil sampai aku sebesar ini,
Simbah kakung dan simbah putri yang selalu mendoakan untuk
keberhasilanku,
Adikku Juli Mandana Putra
Dan Eko T.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP AUDIT DELAY
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2008)
Oleh:
ANI YULIYANTI NIM. 06412144003
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan,
Opini Auditor, Ukuran KAP, Solvabilitas, dan Profitabilitas baik secara secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri terhadap Audit Delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2008.
Populasi dalam peneltian ini yaitu perusahaan manufaktur di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2007–2008 yaitu sebanyak 139 perusahaan pada tahun 2007 dan 140 perusahaan pada tahun 2008 dengan sampel diambil secara purposive sampling sebanyak 63 perusahaan. Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder dengan metode dokumentasi. Sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu diadakan pengujian prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas, uji linieritas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear sederhana dan regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2008 bahwa: 1) Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay, dibuktikan dengan t hitung sebesar 3,964 lebih besar dari t tabel sebesar 1,960 atau P-value sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05; 2) Opini Auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay, dibuktikan dengan t hitung sebesar 1,659 lebih kecil dari t tabel sebesar 1,960 atau P-value sebesar 0,100 lebih besar dari 0,05; 3) Ukuran KAP mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay, dibuktikan dengan t hitung sebesar 3,176 lebih besar dari t tabel sebesar 1,960 atau P-value sebesar 0,002 lebih kecil dari 0,05; 4) Solvabilitas tidak mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay, dibuktikan dengan t hitung sebesar 0,802 lebih kecil dari t tabel sebesar 1,960 atau P-value 0,424 lebih besar dari 0,05; 5) Profitabilitas tidak mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay, dibuktikan dengan t hitung sebesar 1,023 lebih kecil dari t tabel sebesar 1,960 atau P-value sebesar 0,309 lebih besar dari 0,05; dan 6) Ukuran Perusahaan, Opini Auditor, Ukuran KAP, Solvabilitas, dan Profitabilitas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap Audit Delay, dibuktikan dengan F hitung sebesar 6,053 lebih besar dari F tabel sebesar 2,790 atau P-value sebesar 0,000 lebh kecil dari 0,05. Model regresi berganda adalah Y = 26,514 + 0,327 X1 + 2,816 X2 + 5,353 X3 + 0,075 X4 + 0,097 X5, dan berdasarkan koefisien determinasi sebesar 0,201, berarti variabel bebas tersebut secara bersama-sama mempengaruhi 20,1% Audit Delay. Sebesar 79,9% ditentukan oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir
Skripsi yang berjudul “FAKTOR–FAKTOR YANG BERPENGARUH
TERHADAP AUDIT DELAY (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2007-2008)”. Penulis menyadari
sepenuhnya, tanpa bimbingan dari berbagai pihak, Tugas Akhir Skripsi ini tidak
akan dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terimakasih yang tulus kepada :
1. Prof. Dr. Rahmat Wahab, MA., Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Sardiman A.M., M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas
Negeri Yogyakarta.
3. Rr. Indah Mustikawati, M.Si,Ak., Ketua Program Studi Akuntansi dan sekaligus
Pembimbing Skripsi yang telah membantu kelancaran pelaksanaan penelitian
dan memberikan masukan kepada penulis.
4. Dhyah Setyorini, M.Si, Ak., Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu dan
memberikan masukan kepada penulis dari awal hingga terselesaikannya skripsi
ini.
5. Bapak Ibu Dosen, khususnya Jurusan Akuntansi yang telah memberikan bekal
ilmu yang tak ternilai harganya kepada penulis selama belajar di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
6. Teman-teman seperjuangan Akuntansi NR-B angkatan 2006, sahabatku Poe,
Anita terimakasih untuk semuanya, senang sekali rasanya bisa mengenal kalian
semua.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan
dorongan serta bantuan selama penyusunan tugas akhir ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal kepada mereka yang
telah membantu menyelesaikan proses penulisan skripsi ini, Amin. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk itu saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga penulisan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan.
Yogyakarta, 14 Januari 2011 Penulis, Ani Yuliyanti NIM. 06412144003
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 8
C. Pembatasan Masalah ............................................................... 9
D. Rumusan Masalah ................................................................... 10
E. Tujuan Penelitian .................................................................... 10
F. Manfaat Penelitian ................................................................. 11
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................ 12
A. Deskripsi Teori ........................................................................ 12
keuangan. Informasi yang sebenarnya bernilai tinggi dapat menjadi tidak relevan
kalau tidak tersedia pada saat dibutuhan. Ketepatwaktuan informasi mengandung
pengertian bahwa informasi tersedia sebelum kehilangan kemampuannya untuk
mempengaruhi atau membuat perbedaaan dalam keputusan. Informasi harus
disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar membantu
dalam pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya
pengambilan keputusan tersebut (Zaki Baridwan, 2001:5).
Tujuan menyeluruh dari suatu audit laporan keuangan adalah menyatakan
pendapat apakah laporan keuangan klien sudah menyajikan secara wajar dalam
semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2. Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala di mana dapat
diklasifikasikan besar kecil perusahaan dengan berbagai cara antara lain
dinyatakan dalam total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain. Keputusan ketua
Bapepam No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan perusahaan kecil dan menengah
berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total aktiva
tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum
yang total aktivanya diatas seratus milyar.
Pada dasarnya Ukuran Perusahaan hanya terbagi pada tiga kategori, yaitu
perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size), dan
perusahaan kecil (small firm). Xaf0 Penentuan perusahaan ini didasarkan pada
total asset perusahaan (Llangnp1035Masud Machfoedz, 1994). Kategori Ukuran
Perusahaan yaitu:
a. Perusahaan Besar Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki penjualan lebih dari Rp 50 Milyar/tahun.
b. Perusahaan Menengah Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih Rp 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil penjualan lebih besar dari Rp 1 Milyar dan kurang dari Rp 50 Milyar
c. Perusahaan Kecil Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan minimal Rp 1 Milyar/tahun.
Faktor Ukuran Perusahaan merupakan salah satu faktor yang sering diteliti
pada penelitian sebelumnya. Givoli dan Palmon (1982) dalam Prabandi dan
Rustiana (2007:29), dalam penelitiannya menemukan adanya hubungan antara
Ukuran Perusahaan, kompleksitas perusahaan dan kualitas pengendalian internal
dengan Audit Delay. Ukuran Perusahaan merupakan fungsi dari kecepatan
pelaporan keuangan karena semakin besar suatu perusahaan maka perusahaan
akan melaporkan hasil laporan keuangan yang telah diaudit semakin cepat
karena perusahaan memiliki banyak sumber informasi dan memiliki sistem
pengendalian internal perusahaan yang baik sehingga dapat mengurangi tingkat
kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor
dalam melakukan audit laporan keuangan. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kemungkinan Ukuran Perusahaan dapat mempengaruhi waktu
penyelesaian audit.
3. Opini Audior
Laporan audit adalah alat formal yang digunakan auditor dalam
mengkomunikasikan kesimpulan tentang laporan keuangan yang diaudit kepada
pihak-pihak yang berkepentingan. Pendapat auditor sangatlah penting bagi
perusahaan ataupun pihak-pihak lain yang membutuhkan hasil dari laporan
keuangan auditan. Auditor dapat memilih tipe pendapat yang akan dinyatakan
atas laporan keuangan auditan.
Ada lima tipe pendapat laporan audit yang diterbitkan oleh auditor
(Mulyadi, 2002:20-22):
1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi
pembatasan dalam lingkup audit dan terdapat pengecualian yang signifikan
mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam
berterima umum tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan
keuangan.
2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan (Unqualified
Opinion report with Explanatory Language)
Pendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau telah sesuai
standar auditing. Penyajian laporan keuangan sesuai prinsip akuntansi yang
diterima umum, tetapi terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan auditor
menambahkan suatu paragraf penjelasan (penjelasan lain) laporan audit,
meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas
laporan keuangan.
3) Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)
Auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan
audit apabila lingkup audit dibatasi klien, auditor tidak dapat melaksanakan
prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting
karena kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor,
laporan keuangan tidak disusun dengan prinsip akuntansi yang berterima
umum digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak ditetapkan
secara konsisten.
4) Pendapat tidak wajar (adverse Opinion)
Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan pendapat wajar tanpa
pengecualian. Akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan
keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum
sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha,
perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien.
5) Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of Opinion)
Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditor, maka
laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report).
Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat
adalah:
a) Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit.
b) Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya
Sebagai pemeriksa laporan keuangan auditor akan memberikan opini atas
laporan keuangan yang diauditnya. Opini yang dikeluarkan berdasarkan bukti
dan penemuan selama melaksanakan pekerjaan lapangan. Apabila selama
pelaksanaan pekerjaan lapangan auditor tidak menemukan masalah ataupun
bukti yang sangat menyimpang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum
maka auditor mungkin dapat dengan cepat menyelesaikan tugasnya dan
kemudian mengeluarkan opini audit yang sesuai dengan hasil yang diperoleh,
tetapi jika auditor menemukan penyimpangan karena laporan keuangan tidak
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum kemungkinan auditor akan
lebih banyak lagi mencari penyimpangan serta bukti-bukti lain yang akhirnya
dapat mempengaruhi penyelesaian waktu audit (Ardhi Dharma Yuana, 2008:
15). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemungkinan opini yang
dikeluarkan oleh auditor dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit.
4. Ukuran Kantor Akuntan Publik
Menurut SK. Menkeu No.43/KMK.017/1997 tertanggal 27 Januari 1997
sebagaimana telah diubah dengan SK. Menkeu No. 470/KMK.017/1999
tertanggal 4 Oktober 1999 dalam Haryono Jusup (2001:19), Kantor Akuntan
Publik (KAP) adalah lembaga yang memiliki izin dari Menteri Keuangan
sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam menjalakan pekerjaannya.
Jumlah kantor akuntan publik di Indonesia dari tahun ke tahun semakin
bertambah sejalan dengan perkembangan perekonomian dan bisnis. Dewasa ini
di seluruh Indonesia terdapat 448 kantor akuntan publik yang dapat digolongkan
menjadi kantor akuntan besar, sedang dan kecil. Kantor akuntan publik yang
tergolong besar hanya sedikit jumlahnya dan umumnya bekerjasama dengan
kantor-kantor akuntan besar yang berskala internasional. Sebagian besar terdiri
dari kantor-kantor akuntan publik kecil dengan wilayah operasi yang terbatas
(Haryono Jusup, 2001:19).
Struktur Kantor Akuntan Publik, Mengingat pekerjaan audit atas laporan
keuangan menuntut tanggungjawab yang besar, maka pekerjaan profesional
kantor akuntan publik menuntut indenpendensi dan kompetensi yang tinggi pula.
Indenpendensi memungkinkan auditor untuk menarik kesimpulan tanpa bias
tentang laporan keuangan yang diauditnya. Kompentensi memungkinkan auditor
untuk melakukan audit secara efisien dan efektif. Adanya kepercayaan atas
indenpendensi dan kompentensi auditor, menyebabkan pemakai bisa
mengandalkan diri pada laporan yang dibuat auditor. Oleh karena kantor akuntan
publik demikian banyak jumlahnya, maka tidaklah mungkin bagi pemakai
laporan untuk menilai independensi dan kompentensi masing-masing kantor
akuntan publik. Oleh karena itu struktur kantor akuntan publik akan sangat
berpengaruh terhadap hal ini, walaupun tidak menjamin sepenuhnya (Haryono
Jusup, 2001:20).
Bentuk usaha Kantor Akuntan Publik yang dikenal menurut hukum
Indonesia ada dua macam yaitu (Haryono Jusup, 2001:20) :
a. Kantor Akuntan Publik dalam bentuk Usaha Sendiri. Kantor Akuntan Publik bentuk ini menggunakan nama akuntan publik yang bersangutan.
b. Kantor Akuntan Publik dalam bentuk Usaha Kerjasama. Kantor Akuntan Publik bentuk ini menggunakan nama sebanyak-banyaknya tiga nama akuntan publik yang menjadi rekan/partner dalam Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan.
Auditor Empat Besar (The Big Four Auditors) adalah kelompok empat
firma jasa profesional dan akuntansi internasional terbesar, yang menangani
mayoritas pekerjaan audit untuk perusahaan publik maupun perusahaan tertutup.
Menurut Yuliana dan Aloysia (2004:115) Kantor Akuntan Publik di Indonesia
dibagi menjadi KAP the big four dan Kantor Akuntan Publik non the big four.
Kantor Akuntan Publik yang masuk kategori KAP the big four di Indonesia
adalah:
a. Kantor Akuntan Publik Price Water House Cooper, yang bekerja sama
dengan Kantor Akuntan Publik Drs. Hadi Susanto dan rekan.
b. Kantor Akuntan Publik KPMG (Klynfeld Peat Marwick Goedelar), yang
bekerjasama dengan Kantor Akuntan Publik Sidharta dan Wijaya.
c. Kantor Akuntan Publik Ernst dan Young, yang bekerja sama dengan Kantor
Akuntan Publik Drs. Sarwoko dan Sanjoyo.
d. Kantor Akuntan Publik Delloite Tauche Thomatshu, yang bekerja sama
dengan Kantor Akuntan Publik Drs. Hans Tuanokata.
Menurut Supriyati Yuliastri Rolinda (2007:114) Kantor Akuntan Publik
internasional atau yang di kenal dengan the Big Four dianggap dapat
melaksanakan auditnya secara efisien dan memiliki jadwal waktu yang lebih
tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya. Kantor Akuntan Publik
yang besar memperoleh insentif yang tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan
auditnya lebih cepat dibandingkan Kantor Akuntan Publik lainnya. Waktu audit
yang lebih cepat adalah cara bagi Kantor Akuntan Publik besar untuk
mempertahankan reputasinya, karena jika tidak menyelesaikan audit dengan
cepat maka untuk tahun yang akan datang mereka akan kehilangan kliennya.
Pemilihan kantor akuntan publik yang berkompeten kemungkinan dapat
membantu waktu penyelesaian audit menjadi lebih segera atau tepat waktu.
Penyelesaian waktu audit secara tepat waktu kemungkinan dapat meningkatkan
reputasi kantor akuntan publik dan menjaga kepercayaan klien untuk memakai
jasanya kembali untuk waktu yang akan datang. Dengan demikian besar kecilnya
Ukuran Kantor Akuntan Publik kemungkinan dapat mempengaruhi waktu
penyelesaian audit laporan keuangan.
5. Solvabilitas
Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua
kewajiban-kewajibannya baik kewajiban jangka pendek maupun jangka
panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang utang
totalnya lebih besar dibandingkan total asetnya (Hanafi dan Halim, 1996).
Kemampuan operasi perusahaan dicerminkan dari aset-aset yang dimiliki oleh
perusahaan.
Supranoto (1990:198) disebutkan bahwa solvabilitas merupakan
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya pada
saat jatuh tempo. Analisis solvabilitas difokuskan terutama pada reaksi dalam
neraca yang menunjukan kemampuan untuk melunasi utang lancar dan utang
tidak lancar.
Berdasarkan definisi di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi
tolak ukur Solvabilitas diukur dengan rasio total debt to total asset ratio (TDTA)
yang membandingkan jumlah aktiva (total asset) dengan jumlah utang (baik
jangka pendek ataupun jangka panjang). Perhitungan solvabilitas dengan rasio
total debt to total asset (TDTA) sendiri di hitung dengan rumus:
100% UtangTotalAktiva TotalTDTA ×=
Penelitian Carlaw dan Kaplan (1991) dalam Yugo Trianto (2006),
menemukan pengaruh yang signifikan antara solvabilitas yang diukur dari rasio
total debt to total assets (TDTA) terhadap Audit Delay untuk perusahaan
sampelnya tahun 1988. Alasan yang dapat mendukung hubungan antara debt to
assets ratio adalah pertama, bahwa total debt to total assets ratio
mengindikasikan kesehatan dari perusahaan. Proporsi total debt to total assets
ratio yang tinggi akan meningkatkan kegagalan perusahaan sehingga auditor
akan meningkatkan perhatian bahwa ada kemungkinan laporan keuangan kurang
dapat dipercaya. Kedua, mengaudit hutang memerlukan waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan mengaudit modal. Biasanya mengaudit utang lebih
melibatkan banyak staf dan lebih rumit dibandingkan mengaudit modal. Dengan
demikian solvabilitas yang di ukur dengan total debt to total assets ratio dapat
mempengaruhi waktu penyelesaian audit.
6. Profitabilitas
Menurut Hanafi dan Halim (1996) Profitabilitas adalah ukuran mengenai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan selama periode
tertentu. Dalam Supranoto (1990) Profitabilitas adalah kemampuan suatu
kesatuan usaha (entity) untuk memperoleh laba.
Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan
manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukan oleh laba
yang dihasilkan. Secara garis besar laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari
penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan.
Perusahaan akan mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan (Profitabilitas) baik dari tingkat penjualan, asset, modal maupun
saham tertentu. Dalam rasio Profitabilitas ini dapat dikatakan sampai sejauh
mana keefektifan dari keseluruhan manajemen dalam menciptakan keuntungan
bagi perusahaan. Profitabilitas merupakan hasil dari sejumlah besar kebijakan
dan keputusan manajemen dalam menggunakan sumber-sumber dana
perusahaan.
Penelitian ini melakukan perhitungan Profitabilitas dengan Return On
Asset Rasio (ROA), rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
laba berdasarkan tingkat asset tertentu. Profitabilitas mempengaruhi perusahaan
yang mengumumkan rugi atau profitabilitas yang rendah. Ini berkaitan dengan
akibat yang dapat ditimbulkan oleh pasar terhadap pengumuman rugi tersebut
bagi perusahaan.
Berdasarkan definisi di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi
tolak ukur tingkat profitabilitas yaitu Return On Asset Rasio (ROA) yang
diproleh dengan persamaan berikut (Martono dan Agus Harjito, 2005):
100%Total
EBITROA ×=Asset
Keterangan :
Return on Asset (ROA) : Rasio Tingkat Profitabilitas
EBIT : Jumlah laba bersih perusahaan setelah pajak
Total Asset : Jumlah asset yang dimiliki perusahaan
Berdasarkan persamaan diatas, maka ROA merupakan perbandingan
antara jumlah laba yang dihasilkan terhadap asset yang digunakan, sehingga
menunjukan sejumlah perusahaan mampu untuk menghasilkan laba dari sumber
daya (asset) yang dimiliki. Dengan demikian kemungkinan Profitabilitas yang
diukur dengan Return on Asset dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit.
7. Auditing (Pengauditan)
a. Definisi Auditing (Pengauditan)
Menurut Haryono Jusup (2001:11), pengertian pengauditan dapat
diartikan sebagai berikut:
Suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Menurut Mulyadi (2002:9), pengertian pengauditan dapat diartikan
sebagai berikut:
Suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mencari bukti-bukti dengan cara objektif yang berkaitan dengan pernyataan-peryataan tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk menentukan kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.
Perlunya laporan keuangan diaudit karena (Asmara, 1996:7 dalam
Anggit Wasis Sejati, 2007:29):
1) Adanya perbedaan kepentingan antara pemakai laporan keuangan dengan manajemen sebagai pihak yang bertanggungjawab terhadap penyusunan laporan keuangan tersebut
2) Laporan keuangan memegang peranan penting dalam proses pengambilan keputusan oleh para pemakai laporan keuangan
3) Kerumitan data 4) Keterbatasan akses pemakai laporan keuangan terhadap catatan-catatan
akuntansi
b. Tujuan Audit
Tujuan umum suatu auditing atas laporan keuangan adalah
memberikan suatu pernyataan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
klien telah disajikan secara wajar, dalam segala hal material, sesuai dengan
prinsip akuntansi berlaku umum. Dalam audit biasanya dirumuskan tujuan
khusus audit untuk setiap rekening yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
Tujuan khusus ini berasal dari asersi-asersi yang dibuat manajemen dalam
laporan keuangan (Haryono Jusup, 2001:117).
c. Fungsi Audit
Berdasarkan sifatnya yang analisis, auditing mempunyai fungsi
memecah-mecah atau menguraikan informasi yang ada dalam laporan
keuangan untuk mencari bukti yang dapat mendukung pendapat auditor
mengenai kewajaran penyajian informasi tersebut.
Audit yang dilaksanakan auditor adalah suatu fungsi untuk menentukan
apakah laporan keuangan yang disusun manajemen telah memenuhi kriteria
yang telah disepakati bersama atau telah memenuhi ketentuan-ketentuan
yang telah digariskan dalam Prinsip-Prinsip Akuntansi Berterima Umum
(PABU) dalam Yugo Trianto (2006).
Alasan utama adanya profesi auditor adalah untuk melakukan fungsi
pengesahan atau meyakinkan akan kewajaran laporan keuangan. Auditor
memberikan sumbangan berupa kepercayaan terhadap laporan keuangan
untuk dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan pihak-pihak
pemakai laporan keuangan.
d. Jenis-Jenis Audit
Audit dikelompokan menjadi 3 golongan yaitu (Haryono Jusup,
2001:15):
1) Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan untuk
menentukan apakah laporan keuangan sebagai keseluruhan yaitu
informasi kualitatif yang akan diperiksa dan dinyatakan sesuai dengan
kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Pada umumnya kriteria yang
digunakan adalah prinsip akuntansi berlaku umum, meskipun audit lazim
juga dilakukan atas laporan keuangan yang disusun berdasarkan dasar
tunai atau dasar akuntansi lain yang cocok untuk organisasi yang diaudit.
Laporan keuangan yang diperiksa biasanya meliputi neraca, laporan laba-
rugi dan laporan arus kas termasuk catatan kaki (font mote).
2) Audit Kesesuaian
Audit kesesuaian adalah audit yang tujuannya untuk menentukan
apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu
yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Hasil audit kesesuaian
biasanya dilaporkan kepada seseorang atau pihak tertentu yang lebih
tinggi yang ada dalam organisasi yang diaudit dan tidak diberikan kepada
pihak-pihak diluar perusahaan.
Audit kesesuaian untuk perusahaan swasta dapat berupa penentuan
apakah karyawan-karyawan di bidang akuntansi telah mengikuti
prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh kontroler perusahaan.
Manajemen biasanya merupakan pihak yang paling berkepentingan atas
hasil audit kesesuaian, dibandingkan dengan pihak-pihak lainnya.
3) Audit Operasional
Audit operasional adalah pengkajian (review) atas setiap bagian
dari prosedur dan metode yang ditetapkan suatu organisasi dengan tujuan
untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas. Hasil akhir dari audit
operasional biasanya berupa rekomendasi kepada manajemen untuk
perbaikan operasi.
e. Standar Auditing
Standar auditing adalah sebagai ukuran mutu profesional auditor
independen dan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan audit dan
penyusunan laporan auditor standar tersebut meliputi (Haryono Jusup,
2001:53):
1) Standar Umum
a) Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.
b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
c) Dalam pelaksanaan auditor dan penyusun laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
2) Standar Pekerjaan Lapangan
a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b) Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus
diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan
lingkup pengujian yang akan dilakukan.
c) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
3) Standar Pelaporan
a) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
b) Laporan audit harus menunjukan keadaan yang didalamnya prinsip
akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip
akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.
c) Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali yang dinyatakan lain dalam laporan audit.
d) Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan
tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
f. Jenis-Jenis Auditor
Auditor dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu (Haryono Jusup,
2001:17):
1) Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor yang bertugas melakukan audit
harus diatas keuangan negara pada instansi-instansi pemerintah. Di
Indonesia audit dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Badan Pemeriksa Keuangan merupakan badan yang tidak tunduk
pada pemerintah sehingga dapat diharapkan dapat melakukan audit
secara independen, namun demikian badan ini bukanlah badan yang
berdiri diatas pemerintah. Hasil audit yang dilakukan BPK disampaikan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai alat kontrol atas pelaksanaan
keuangan negara.
2) Auditor Intern
Auditor intern adalah auditor yang bekerja didalam perusahaan
(perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya
adalah menentukan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh
manajemen. Pada umumnya auditor intern wajib memberikan laporan
secara langsung kepada pimpinan tertinggi perusahaan atau pejabat tinggi
tertentu lainnya dalam perusahaan.
Tanggungjawab auditor intern pada berbagai perusahaan sangat
beranekaragam tergantung pada kebutuhan perusahaan yang
bersangkutan. Sebagian besar waktunya digunakan untuk melakukan
tugas rutin berupa audit kesesuaian. Agar dapat melakukan tugasnya
secara efektif, auditor intern harus independen terhadap fungsi-fungsi lini
dalam organisasi tempat ia bekerja, namun ia tidak dapat independen
terhadap perusahaannya karena ia adalah pegawai dari perusahaan yang
diauditnya.
3) Auditor Independen atau Akuntan Publik
Auditor independen atau sering disebut sebagai akuntan publik
adalah auditor yang mempunyai tanggung jawab melakukan fungsi
pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan.
Pengauditan ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan terbuka
yaitu perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat melalui
pasar modal, perusahaan-perusahaan besar, dan juga perusahaan-
perusahaan kecil, serta organisasi-organisasi yang tidak bertujuan
mencari laba. Praktik sebagai akuntan publik harus dilakukan melalui
suatu Kantor Akuntan Publik (KAP) yang telah mendapat izin dari
Departemen Keuangan. Seseorang baru akan memperoleh ijin berpraktek
sebagai akuntan publik apabila yang bersangkutan memenuhi beberapa
syarat yang telah ditentukan.
8. Laporan Audit
Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam
berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya (Mulyadi, 2002:12). Dalam
laporan tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan
keuangan auditan. Pendapat auditor biasanya disampaikan dalam bentuk tertulis
yang umumnya berupa laporan audit baku. Laporan audit baku terdiri dari tiga
(scope paragraph), dan paragraf pendapat (opinion paragraph).
Menurut Haryono Jusup (2001:57) laporan audit adalah alat formal yang
digunakan auditor dalam mengkomunikasikan kesimpulan tentang laporan
keuangan yang diaudit kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Didalam
menerbitkan suatu laporan audit, auditor harus mematuhi keempat standar
pelaporan dalam standar auditing.
9. Laporan Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan
Ada beberapa pengertian laporan keuangan menurut para ahli ekonomi:
1) Pengertian laporan keuangan menurut Mulyadi (2002:61) adalah suatu
penyajian data keuangan termasuk catatan yang menerimanya, bila ada,
yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi
(aktiva) dan/ atau kewajiban entitas pada saat tertentu atau perubahan
atas aktiva dan/atau kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2) Pengertian laporan keuangan menurut Zaki Baridwan (2004:11) adalah
merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan ringkasan
dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang
bersangkutan.
3) Pengertian laporan keuangan menurut Haryono Jusup (2001:100) adalah
Suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang menyertainya, bila
ada yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi
(aktiva) dan atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu atau
perubahan atas aktiva dan atau kewajiban selama periode waktu tertentu
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber
informasi yang penting disamping informasi lain seperti informasi industri,
kondisi perekonomian, pangsa perusahaan, kualitas menejemen dan lainya.
Jadi setiap perusahaan go public diwajibkan untuk mempublikasikan laporan
keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan dan telah
diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang telah terdaftar di Badan
Pengawasan Pasar Modal (Bapepam). Laporan keuangan terdiri dari:
1) Neraca (Balance Sheet)
Neraca adalah sebuah laporan tentang posisi keuangan perusahaan
pada titik waktu tertentu (Bringham & Houston, 2006:46). Persamaan
akuntansi (disebut juga identitas neraca) merupakan dasar sistem
akuntansi. Disisi kiri persamaan ini terkait dengan sumber daya yang
dikendalikan oleh perusahaan, atau aktiva sumber daya yang merupakan
investasi yang diharapkan untuk menghasilkan laba dimasa depan
melalui aktiva operasi sisi kanan persamaan ini yang mengidentifikasi
sumber pendanaan. Kewajiban (liability) merupakan pendanaan dari
kreditor dan mewakili kewajiban perusahaan, atau klaim kreditor atas
aktiva. Ekuitas atau ekuitas pemegang saham (shareholders equity)
merupakan total dari (1) pendanaan yang menginvestasikan atau
dikontribusi oleh pemilik (modal kontribusi) dan (2) akuntansi laba yang
tidak dibagikan kepada pemilik (laba ditahan) sejak berdirinya
perusahaan.
2) Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Laporan laba rugi adalah laporan yang mengikhtisarkan pendapatan
dan pengeluaran perusahaan selama satu periode akuntansi, yang
biasanya setiap satu kuartal atau satu tahun (Bringham & Houston,
2006:50). Laporan laba rugi mengukur kinerja keuangan perusahaan
antara tanggal neraca. Laporan ini mencerminkan aktivitas operasi
perusahaan. Laporan laba rugi menyediakan rincian pendapatan, beban,
untung, dan rugi perusahaan untuk suatu periode waktu.
3) Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah laporan yang melaporkan dampak dari
aktivitas-aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan oleh perusahaan
pada arus kas selama satu periode akuntansi (Bringham & Houston,
2006:59). Tujuan pokok laporan arus kas adalah untuk memberikan
nformasi mengenai penerimaan dan pembayaran kas perusahaan selama
periode tertentu.
b. Tujuan Laporan Keuangan
Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan ke publik adalah sinyal
dari perusahaan yang menunjukan adanya informasi yang bermanfaat dalam
kebutuhan untuk pembuatan keputusan investor (Made Gede, 2004 dalam
Yugo Trianto, 2006). Hal ini berarti apabila penyampaian laporan keuangan
terlambat maka informasi yang didapat akan kehilangan relevansinya dan
secara tidak langsung sebagai sinyal buruk bagi perusahaan.
Menurut Ainun Na’im (1988) tujuan umum laporan keuangan adalah:
1) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai
aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan
2) Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan
dalam aktiva netto suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha
dalam rangka memperoleh laba
3) Memberikan informasi keuangan yang membantu pemakai laporan dalam
menaksir potensi perusahaan.
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan
yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan buku
bersangkutan.
B. Penelitian yang Relevan
Berikut adalah ringkasan dari penelitian terdahulu yang menjadi dasar dari
penelitian ini:
1. Penelitian yang dilakukan Supriyati Yuliastari Rolinda (2007)
Penelitain ini mengambil judul Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur dan
Finansial di Indonesia). Penelitian ini dilakukan dengan sampel penelitian
perusahaan manufaktur dan finansial yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2004-2005 terhadap 36 sampel perusahaan, penelitian ini menggunakan
variabel independen Ukuran Perusahaan, Debt To Equity Ratio, Profitabilitas,
Ukuran KAP, Jenis Pendapat/Opini, dan Jenis Industri perusahaan. Hasil
penelitian berdasarkan analisis regresi menunjukan bahwa secara signifikan
Ukuran KAP dan Jenis Industri Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
Audit Delay, sedangkan Ukuran Perusahaan, Debt To Equity Ratio, Tingkat
Profitabilitas dan Jenis Pendapat/Opini menunjukan hipotesis yang diajukan
tidak dapat terbukti atau tidak mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay.
Persamaan penelitian yang sekarang dengan penelitian yang sebelumnya
adalah sama-sama penelitian menggunakan variabel Ukuran KAP, Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas dan Opini Auditor. Perbedaan penelitian sekarang
dengan penelitian diatas adalah penggunaan variabel independen yaitu Debt To
Equity Ratio dan Jenis Industry Perusahaan yang digunakan pada penelitian
terdahulu dan tahun penelitian.
2. Penelitian yang dilakukan Yugo Trianto (2006)
Penelitian ini mengambil judul Faktor-Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan Go Public
Di Bursa Efek Indonesia) tahun 2004 terhadap 243 sampel perusahaan go public
dengan menggunakan 6 variabel yang diteliti yaitu Ukuran Perusahaan, Jenis
Perusahaan, Opini Auditor, Ukuran KAP, Solvabilitas dan Profitabilitas. Hasil
penelitiannya menunjukan bahwa secara simultan semua variabel independen
berpengaruh terhadap Audit Delay. Secara parsial Opini Auditor dan
Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay, sedangkan variabel
Ukuran Perusahaan, Jenis Perusahaan, Ukuran KAP dan Solvabilitas tidak
berpengaruh terhadap Audit Delay.
Persamaan penelitian yang sekarang dengan penelitian yang sebelumnya
adalah sama-sama menggunakan variabel Ukuran Perusahaan, Opini Auditor,
Ukuran KAP, Solvabilitas dan Profitabilitas. Sedangkan perbedaannya terletak
pada tahun penelitiannya yaitu penelitian sekarang menggunakan tahun
penelitian 2007-2008 dan perusahaan yang digunakan yaitu penelitian Yugo
Trianto menggunakan sampel seluruh perusahaan go publik sedangkan penelitian
sekarang hanya menggunakan perusahaan manufaktur.
3. Penelitian yang dilakukan Anggit Wasis Sejati (2007)
Penelitian ini mengambil judul Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Audit Delay Pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Jakarta
Tahun 2003-2005 terhadap 270 perusahaan dalam satu tahunnya (total 810
perusahaan). Penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu Ukuran Perusahaan,
Klasifikasi Industri, dan Laba/rugi Perusahaan. Hasil penelitin menunjukan
bahwa secara simultan variabel Ukuran Perusahaan, Klasifikasi Industri, dan
Laba/rugi Perusahaan berpengaruh positif terhadap Audit Delay, sedangkan
secara parsial hanya Laba/Rugi perusahaan yang berpengaruh signifikan
terhadap Audit Delay.
Persamaan penelitian yang sekarang dengan penelitian sebelumnya
adalah sama-sama menggunakan variabel dependen Audit Delay dan variabel
independen Ukuran Perusahaan. Sedangkan perbedaannya terletak pada variabel
indepennya yang digunakan yaitu karena dalam penelitian sebeumnya variabel
indepennya menggunakan variabel Laba/Rugi Perusahaan dan Klasifikasi
Industri. Penelitian terdahulu diambil pada periode tahun 2003-2005 sedangkan
penelitian sekarang diambil pada periode tahun 2007-2008.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Sistya Rachmawati (2008)
Penelitian ini mengambil judul Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal
Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa efek Indonesia tahun 2003-2005. Dalam penelitian ini
terdapat dua variable dependen yaitu Audit Delay dan Timeliness dengan lima
variabel independen yaitu Profitabilitas, Solvabilitas, Internal Auditor, Size
Perusahaan dan Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP). Hasil penelitian
menunjukan bahwa Size Perusahaan dan Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)
berpengaruh secara signifikan terhadap Audit Delay sedangkan variabel
Profitabilitas, Solvabilitas, dan Internal Auditor tidak mempunyai pengaruh
terhadap Audit Delay.
Persamaan penelitian yang sekarang dengan dengan penelitian terdahulu
adalah sama-sama menggunakan variabel Size Perusahaan, Ukuran Kantor
Akuntan Publik (KAP), Profitabilitas, dan Solvabilitas dan sama-sama
menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu terletak
pada variabel dependen yang pada penelitian terdahulu menggunakan dua
variabel dependen yaitu Audit Delay dan Timeliness.
C. Kerangka Berpikir
Informasi yang relevan adalah informasi yang mempunyai predictable, feed
back value, dan tepat waktu (Smith dan Skousen, 1997 seperti yang dikutip dari
Anggit Wasis Sejati, 2007:41). Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan
keuangan seharusnya disajikan pada suatu interval waktu, maksudnya untuk
menjelaskan perubahan didalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pemakai
informasi pada waktu membuat prediksi dan keputusan. Sedangkan ketepatan waktu
pelaporan sendiri dipengaruhi oleh lamanya audit (Hendriksen, 1992 seperti yang
dikutip pada Anggit Wasis Sejati, 2007:41).
Beberapa faktor yang diduga dapat berpengaruh terhadap Audit Delay dalam
penelitian ini antara lain adalah Ukuran Perusahaan, Opini Auditor, Ukuran Kantor
Akuntan Publik, Solvabilitas dan Profitabilitas.
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Delay
Ukuran Perusahaan dapat dilhat dari total asset yang dimiliki perusahaan.
Hal yang mendasari hubungan antara Ukuran Perusahaan dengan Audit Delay
adalah perusahaan besar akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat
dibandingkan perusahaan kecil, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk
mengurangi Audit Delay dikarenakan perusahaan tersebut dimonitor secara ketat
oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Pihak-pihak ini sangat
berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan. Oleh
karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung menghadapi
tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal.
Disamping itu perusahaan besar pada umumnya memiliki sistem pengendalian
iternal yang lebih baik sehingga memudahkan auditor menyelesaikan
pekerjaannya. Penelitian yang telah dilakukan Imam Subekti dan Novi
Wulandari (2004), dalam Supriyati Yuliasri Rolinda (2007:113) menunjukan
bahwa Ukuran Perusahaan dengan indikator total aktiva memiliki pengaruh yang
besar terhadap Audit Delay. Pengaruh ini ditunjukan dengan semakin besar nilai
aktiva perusahaan maka semakin pendek nilai Audit Delay dan sebaliknya jika
semakin kecil nilai aktiva perusahaan maka semakin panjang Audit Delay.
Hasil penelitian Sistya Rachmawati (2008:8), menunjukan bahwa Ukuran
Perusahaan memiliki pengaruh signifkan terhadap Audit Delay yang berarti
bahwa semakin besar Ukuran Perusahaan maka semakin pendek Audit Delay dan
sebaliknya semakin kecil Ukuran Perusahaan makan semakin panjang Audit
Delay. Hal ini disebabkan oleh semakin baiknya sistem pengendalian internal
perusahaan besar sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam
penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan
audit laporan keuangan.
2. Pengaruh Opini Auditor terhadap Audit Delay
Imam Subekti dan Novi Wulandari (2004 ) dalam Supriyati Yuliasri
Rolinda (2007:115) membuktikan bahwa Audit Delay yang lebih panjang
dialami oleh perusahaan yang menerima pendapat selain unqualified opinion.
Hal ini dikarenakan proses pemberian pendapat selain unqualified opinion
tersebut melibatkan negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang
lebih senior atau staf teknis dan perluasan lingkup audit, sedangkan perusahaan
yang menerima pendapat unqualified opinion merupakan suatu berita yang baik
bagi perusahaan. Perusahaan yang menerima pendapat unqualified opinion akan
melaporkan laporan keuangan tepat waktu. Opini audit yang baik (unqualified
opinion) harus mengemukakan bahwa laporan keuangan yang telah diaudit
sesuai dengan ketentuan standar akuntansi keuangan dan tidak ada
penyimpangan material yang dapat mempengaruhi pengambilan suatu
keputusan.
Opini selain wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) merupakan
opini yang tidak diharapkan oleh semua manajemen. Semakin tidak baik opini
yang diterima oleh perusahaan maka semakin lama laporan keuangan auditan
dipublikasikan. Laporan keuangan yang disampaikan tidak tepat waktu
mencerminkan ketidakpatuhan perusahaan terhadap peraturan yang ada. Hasil
penelitian Yugo Trianto (2006) pada perusahaan go public tahun 2004
menemukan adanya pegaruh Opini Auditor terhadap Audit Delay. Pada
perusahaan yang menerima pendapat selain unqualified opinion akan
menunjukan Audit Delay yang lebih panjang dibandingkan dengan perusahaan
yang menerima pendapat unqualified opinion.
3. Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik terhadap Audit Delay
Kualitas audit diukur dengan Ukuran Kantor Akuntan Publik yang
dibedakan menjadi kantor akuntan publik yang masuk empat besar, dalam hal ini
the big four dan kantor akuntan publik non the Big Four. Dimana Kantor
akuntan publik empat besar cenderung untuk lebih cepat menyelesaikan tugas
audit yang mereka terima dan mengeluarkan pendapat yang going concern.
Kantor akuntan publik the big four lebih menginginkan untuk mengambil sikap
yang tepat dan mengeluarkan pendapat yang sesuai standar dan memiliki
kemampuan teknis untuk mendeteksi going concern perusahaan, kantor akuntan
publik besar cenderung menyajikan audit yang lebih cepat dibandingkan dengan
kantor akuntan publik non the big four karena mereka memiliki nama baik yang
dipertaruhkan (Prabandi dan Rustiana, 2007:31).
Kantor akuntan publik the big four umumnya mempunyai sumber daya
yang lebih besar sehingga dapat melakukan audit lebih cepat dan efisien. Hal ini
membuktikan pendapat bahwa perusahaan yang diaudit oleh kantor akuntan
publik the big four cenderung lebih cepat menyelesaikan auditnya bila
dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh kantor akuntan publik non
the big four. Supriyati Yuliasri Rolinda (2007:123) telah membuktikan bahwa
Ukuran Kantor Akuntan Publik berpengaruh terhadap Audit Delay studi empiris
pada perusahaan manufaktur dan finansial di Indonesia pada tahun 2004-2005
hal ini dikarenakan sebagian besar perusahaan sudah menggunakan jasa audit
Kantor Akuntan Publik the big four yang dapat melakukan auditnya dengan
cepat dan efisien.
4. Pengaruh Solvabilitas terhadap Audit Delay
Carlaw dan Kaplan (1991) dalam Yogo Trianto (2006:35) menemukan
hubungan yang signifikan antara rasio Total Debt to Total Asset (TDTA) dengan
Audit Delay. Alasan yang dapat mendukung hubungan antara debt to assets
ratio adalah pertama, bahwa total debt to total assets ratio mengindikasikan
kesehatan dari perusahaan. Proporsi total debt to total assets ratio yang tinggi
akan meningkatkan kegagalan perusahaan sehingga auditor akan meningkatkan
perhatian bahwa ada kemungkinan laporan keuangan kurang dapat dipercaya.
Kedua, mengaudit utang memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan
dengan mengaudit modal. Biasanya mengaudit utang lebih melibatkan banyak
staf dan lebih rumit dibandingkan mengaudit modal. Dalam hal ini perusahaan
akan mengurangi resiko dengan mengundurkan publikasi laporan keuangannya
dan mengulur waktu dalam laporan auditnya. Ini memberikan tanda ke pasar
bahwa perusahaan dalam tingkat resiko yang tinggi. Dengan demikian, auditor
akan mengaudit laporan keuangan dengan lebih seksama dan membutuhkan
waktu yang relatif lama sehingga dapat membuat laporan keuangan terlambat
untuk dipublikasikan (Prabandari dan Rustiana, 2007:30).
5. Pengaruh Profitabilitas terhadap Audit Delay
Untuk menilai tingkat Profitabilitas perusahaan dilihat dari EBIT (laba
bersih sesudah pajak). Perusahaan yang mengumumkan rugi atau tingkat
Profitabilitas yang rendah, maka akan membawa reaksi negatif terhadap pasar
dan turunnya penilaian atas kinerja perusahaannya. Sedangkan, perusahaan yang
mengumumkan laba yang tinggi akan berdampak positif terhadap penilaian
pihak lain atas kinerja perusahaannya. Penelitian Na’im (1998) dalam Yugo
Trianto (2006:33) menunjukan bahwa tingkat Profitabilitas yang lebih rendah
memacu kemunduran publikasi laporan keuangan. Ada beberapa alasan yang
mendorong terjadinya kemunduran laporan publikasi yaitu pelaporan laba atau
rugi sebagai indikator good news atau bad news atas kinerja menejerial
perusahaan dalam setahun. Tinggi rendahnya Profitabilitas mempengaruhi lama
atau cepatnya penyampaian laporan keuangan seperti penelitian yang telah
dilakukan oleh Yugo Trianto (2006) pada perusahaan go public yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004 hasil penelitiannya telah membuktikan
bahwa Profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Audit Delay.
D. Paradigma Penelitian
Gambar 1. Paradigma Penelitian
Ukuran Perusahaan(X1)
Opini Auditor (X2)
Ukuran KAP (X3)
Solvabilitas (X4)
Profitabilitas (X5)
Audit Delay (Y)
Keterangan :
: Pengaruh secara parsial X terhadap Y
: Pengaruh secara simultan X terhadap Y
E. Hipotesis Penelitian
1. Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay pada perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2008.
2. Opini Auditor mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay pada perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2008.
3. Ukuran Kantor Akuntan Publik mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay pada
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-
2008.
4. Solvabilitas mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay pada perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2008.
5. Profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay pada perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2008.
6. Ukuran Perusahaan, Opini Auditor, Ukuran KAP, Solvabilitas, dan Profitabilitas
mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay pada perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2008.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kausal komparatif yaitu penelitian dengan
karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih.
Penelitian kausal komparatif merupakan penelitian ex post facto, yaitu tipe
penelitian terhadap data yang dikumpulkan setelah terjadinya suatu fakta atau
peristiwa (Indriantoro dan Supomo, 1999:27). Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif yang merupakan penekanan pada pengujian teori melalui
pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan
prosedur statistik.
Tujuan dalam penelitian ini adalah pengujian hipotesis dan menjelaskan
hubungan variabel-variabel yang diteliti yaitu Ukuran Perusahaan, Opini Auditor,
Ukuran KAP, Solvabilitas, dan Profitabilitas sebagai variabel independen dan
variabel dependennya Audit Delay.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia yang diambil di Pusat Informasi Pasar Modal di Jln. Magelang No.
8A Yogyakarta, BEI dipilih sebagai tempat penelitian karena BEI merupakan Bursa
Efek di Indonesia yang memiliki catatan historis yang panjang dan lengkap
mengenai perusahaan yang sudah go public. Penelitian dilakukan pada bulan
September tahun 2010.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yaitu kumpulan pengukuran atau data pengamatan yang dilakukan
terhadap orang, benda atau tempat, sedangkan sampel yaitu sebagian dari populasi
atau dalam istilah matematik dapat disebut sebagai himpunan bagian atau subset dari
populasi. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar dalam BEI tahun 2007-2008.
Metode sampel yang diterapkan adalah metode purposive sampling yaitu
pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan
menggunakan pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan atau masalah
penelitian. Alasan penggunaan metode purposive sampling didasari pertimbangan
agar sampel data yang dipilih memenuhi kriteria untuk diuji (Indriantoro dan
Supomo, 1999:131). Perusahaan diseleksi dengan kriteria sebagai berikut (Yugo
Trianto, 2006):
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI memiliki total aktiva lebih dari
500 milyar
2. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI menerbitkan laporan keuangan
selama 1 tahun
3. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI menerbitkan laporan auditor dan
opini auditor atas laporan keuangan perusahaannya
4. Perusahaan memiliki data yang lengkap untuk penelitian.
D. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.
Dalam penelitian ini akan menggunakan variabel dependen Audit Delay, yaitu
lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun
buku hingga tanggal ditandatanganinya laporan audit.
Audit delay diukur dengan menghitung berapa jarak antara penutupan
tahun buku sampai dengan ditandatanganinya laporan keuangan auditan.
Audit Delay = Tanggal Laporan Audit – Tanggal Laporan Keuangan
2. Variabel Independen (X)
Variabel independen yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain,
variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan
besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara. Dalam penelitian ini
Ukuran Perusahaan adalah ukuran perusahaan yang diperiksa oleh KAP dan
dihitung dengan menggunakan total asset yang dimiliki perusahaan atau total
aktiva perusahaan klien yang tercantum pada laporan keuangan perusahaan
akhir periode yang telah diaudit menggunakan log size. Dalam penelitian ini,
pengukuran terhadap Ukuran Perusahaan diproksikan dengan nilai logaritma
dengan tujuan untuk menghaluskan besarnya angka dan menyamakan ukuran
saat regresi.
Ukuran Perusahaan = log (total aktiva)
b. Opini Auditor
Opini Auditor adalah pendapat yang diberikan oleh auditor independen
atas laporan keuangan yang disajikan oleh suatu perusahaan. Opini Auditor
dalam penelitian ini diukur dengan melihat jenis opini yang diberikan oleh
auditor independen terhadap laporan keuangan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2008. Ada empat jenis
pendapat yang diberikan oleh auditor kepada perusahaan. Dalam penelitian
ini pendapat auditor dibedakan menjadi dua kelompok yaitu perusahaan yang
menerima pendapat unqualified opinion diberi kode 1 dan perusahaan yang
menerima pendapat selain unqualified opinion diberi kode 0.
c. Ukuran KAP
Pada penelitian ini Ukuran KAP diukur dengan melihat KAP mana
yang mengaudit laporan keuangan perusahaan. Ukuran KAP dalam
penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua yaitu perusahaan yang
menggunakan jasa KAP the big four diberi kode 1 dan perusahaan yang tidak
menggunakan jasa KAP non the big four diberi kode 0.
d. Solvabilitas
Solvabilitas perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan
membandingkan jumla aktiva (total asset) dengan jumlah utang (baik jangka
pendek ataupun jangka panjang). Angka perbandingan tersebut dinyatakan
dalam total debt to total asset rasio. Perhitungan Solvabilitas dirumuskan
sebagai berikut:
100%ngJumlah Uta
KekayaanJumlah asSolvabilit ×=
e. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba.
Profitabilitas diukur dengan rasio return on asset (ROA) yang hitung
berdasarkan EBIT dibagi dengan total aktiva. Perusahaan yang memiliki
Profitabilitas tinggi diduga waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
auditnya akan lebih pendek dibandingkan perusahaan dengan Profitabilitas
rendah. Profitabilitas dapat dirumuskan sebagai berikut:
100%AktivaTotal
EBIT(ROA) itasProfitabil ×=
E. Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yang digunakan adalah laporan keuangan dan laporan audit perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2008. Teknik
pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi, yaitu dengan melihat
dokumen yang sudah terjadi (laporan keuangan dan laporan audit emiten) di Bursa
Efek Indonesia. Dalam penelitian ini data diperoleh dari Indonesian Capital Market
Directory 2007, Indonesian Capital Market Directory 2008. Penelitian juga
dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan yaitu dengan cara membaca,
mempelajari literatur dan publikasi yang berhubungan dengan penelitian.
F. Teknik Analisis Data
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi
normal atau tidak (Imam Ghozali, 2005:147). Dalam penelitian ini normalitas
menggunakan P-P Plot. Apabila P-P Plot memiliki titik-titik yang berada
disekitar garis lurus, maka dapat diasumsikan bahwa data memiliki distribusi
populasi yang normal, sedangkan jika terjadi sebaliknya maka data memiliki
distribusi tidak normal.
b. Uji Linearitas
Uji Linearitas digunakan untuk mengetahui apakah model regresi yang
terbentuk berpola linear atau non linear (Imam Ghozali, 2005:152). Pengujian
dilakukan dengan menggunakan uji F. Apabila F hitung lebih kecil dari pada
F-tabel atau P-value lebih besar dari taraf signifikansi 0.05, maka dapat
diasumsikan bahwa pola yang terbentuk mendekati linear, dan apabila
sebaliknya maka terjadi non linearitas.
c. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan fenomena adanya korelasi yang
sempurna antara satu variable bebas dengan variabel bebas lain. Uji
multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Imam Ghozali, 2006: 91).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independennya.
Metode untuk menguji adanya multikolinearitas dapat dilihat pada
tolerance value atau variance inflammatory factor (VIF). Batas tolerance
value adalah 0,10 atau nilai VIF adalah 10. Jika VIF >10 dan nilai Tolerance
<0.10, maka tejadi multicolinearitas tinggi antar variabel bebas dengan
variable bebas lainnya.
d. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Imam Ghozali (2005:125), uji heteroskedastistas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan antara
varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika varian berbeda disebut heteroskedastistas. Pada
penelitian ini menguji ada tidaknya heteroskedastistas adalah dengan melihat
scatter plot. Jika pada scatter plot memiliki titik-titik yang menyebar dan
tidak membentuk pola tertentu, maka tidak terjadi adanya heteroskedastistas.
Sebaliknya, jika membentuk pola tertentu, maka terjadi heteroskedastistas.
e. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan penganggu t-1 (sebelumnya) (Imam Ghozali, 2005:99). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul
karena ada observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
lainya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak
bebas dari satu observasi ke observasi lainya. Hal ini sering ditemukan pada
data runtut waktu (times series). Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi
digunakan uji Durbin Waston, dimana dalam pengambilan keputusan dengan
melihat berapa jumlah sampel yang diteliti yang kemudian dilihat angka
ketentuannya pada tabel Durbin Waston.
Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi dapat dideteksi
dengan menggunakan rumus Durbin Watson sebagai berikut:
Keterangan:
Wd = Nilai Durbin Watson
e = Y - −
Y
n = Jumlah sampel
Hasil dari rumus tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel
Durbin Watson. Di dalam tabel tersebut dimuat dua nilai batas atas (dU) dan
nilai batas bawah (dL) untuk berbagai nilai n dan k (jumlah variabel bebas).
Jika dU <dW < 4-dU, maka tidak terdapat autokorelasi baik positif maupun
negatif di dalam model persamaan regresi. Secara lengkap, panduan untuk
mengambil kesimpulan adalah sebagai berikut:
1) dW < dL, berarti ada autokorelasi positif (+)
2) dL< dW < dU, tidak dapat disimpulkan
3) dU < dW < 4-dU, berarti tidak terjadi autokorelasi.
4) 4-dU < dW < 4-dL, tidak dapat disimpulkan
5) dW > 4-dL, berarti ada autokorelasi negatif (-)
2. Regresi Linear Sederhana
( )2
21
n
nnW e
eed∑−∑
= −
Menurut Sugiono (2006:243) Regresi sederhana didasarkan pada
hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu
variabel dependen.
Persamaan regresi sederhana adalah:
Y = a + bX
Di mana:
Y = Audit Delay
a = harga Y bila X = 0 (harga konstan)
b = angka arah atau koefisian regresi, yang menunjukkan angka
peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang
didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, bila (-)
maka terjadi penurunan.
X = subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.
3. Regresi Linear Berganda
Menurut Sugiyono (2006:250) analisis regresi ganda digunakan untuk
meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, jika dua
atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik
turunkan nilainya). Model analisis ini dipilih karena penelitian ini dirancang
untuk meneliti variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel tidak
bebas.
Persamaan regresi linear berganda dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4 X4 + b5 X5 + e
Keterangan :
Y = Audit Delay
X1 = Ukuran Perusahaan
X2 = Opini Auditor
X3 = Ukuran KAP
X4 = Solvabilitas
X5 = Profitabilitas
b = Koefisien Regresi
a = Konstanta
e = Faktor Pengganggu
4. Pengujian Hipotesis
a. Uji Regresi Parsial (Uji Statistik t)
Pengujian hipotesis untuk masing-masing variabel Ukuran
Perusahaan, Opini Auditor, Ukuran Kantor Akuntan Publik, Solvabilitas
dan Profitabilitas secara individu terhadap Audit Delay menggunakan uji
regresi parsial (uji t). Uji regresi parsial merupakan pengujian yang
dilakukan terhadap variabel dependen atau variabel terikat (Imam
Ghozali, 2005). Adapun mengenai hipotesis-hipotesis yang dilakukan
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1) Jika prob < 0.05 atau t hitung > t tabel maka variabel X secara
individu (Parsial) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel Y.
2) Jika prob. > 0.05 atau t hitung < t tabel maka variabel X secara
individu (Parsial) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel Y.
b. Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F)
Pengujian terhadap Ukuran Perusahaan, Opini Auditor, Ukuran
Kantor Akuntan Publik, Solvabilitas dan Profitabilitas secara bersamaan
dengan uji F. Uji regresi simultan (uji F) merupakan pengujian yang
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh bersama-sama
antara variabel independen terhadap variabel dependen (Imam Ghozali,
2005). Adapun mengenai hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut :
1) Jika nilai F-hitung > F-tabel maka variabel X secara bersama-sama
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y.
2) Jika nilai F-hitung < F-tabel maka variabel X secara bersama-sama
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Umum
Di dalam bab ini disajikan analisis terhadap data yang telah diperoleh
selama pelaksanaan penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan September
2010. Data yang digunakan diambil dari Pusat Informasi Pasar Modal di Jln.
Magelang No. 8A Yogyakarta. Periode pengamatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tahun 2007-2008. Berdasarkan Indonesian Capital Market
Directory (ICMD), jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada
tahun 2007 sebanyak 139 perusahaan dan pada tahun 2008 sebanyak 140
perusahaan. Keseluruhan data tersebut kemudian diambil sesuai kriteria yang
telah dipilih berdasarkan metode purposive sampling sehingga data yang
terkumpul sebanyak 63 perusahaan. Proses pemilihan sampel bisa dilihat dalam
tabel berikut:
Tabel 1. Prosedur dan hasil pemilihan sampel perusahaan
No Kriteria Jumlah Perusahaan
1 Yang termasuk jenis perusahaan manufaktur tahun 2007 Yang termasuk jenis perusahaan manufaktur tahun 2008
139 140
2 Perusahaan yang tidak dapat diteliti karena perusahaan tersebut ada di tahun 2007 tapi tidak ada di tahun 2008 atau sebaliknya Tahun 2007 Tahun 2008
8 9
3 Perusahaan yang asetnya kurang dari 500 Milyar 65 3 Perusahaan yang tidak memiliki laporan audit dalam
laporan keuangan pada tahun 2007-2008 3
Jumlah Sampel 63 Sumber: Lampiran 1
Tabel 2. Daftar Nama Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2007-2008
No
Nama Perusahaan
Kode
No
Nama Perusahaan
Kode
1 Aqua Golden Misissippi AQUA 33 Multistrada Arah Sarana MASA 2 Arwana Citra Mulya ARNA 34 Pabrik Kertas Tjiwi Kimia TKIN 3 Asahimas Flat Glass AMFG 35 Panasia Filament Inti PAFI 4 Astra internasional ASII 36 Panasia Indosyntec HDTX 5 Astra graphia ASGR 37 Polychem Indonesia ADMG 6 Astra otopart AUTO 38 Polysindo Eka Perkasa POLY 7 Barito Pacific BRPT 39 Prima Alloy Steel PRAS 8 BAT Indonesia BATI 40 Ricky Putra Globalindo RICKY 9 Bentoel International Invest RMBA 41 Roda Vivatex RDTX
10 Budi Acid Jaya BUDI 42 SAT Nusapersada PTSN 11 Cahaya Kalbar CEKA 43 Selamat Sempurna SMSM 12 Citra Tubindo CTBN 44 Semen Gresik SMGR 13 Davomas Abadi DAVO 45 Siantar TOP STTP 14 Dynaplast DYNA 46 Sierad Produce SIPP 15 Ever Shine Tex ESTI 47 Sorini Argo Asia Corp SOBI 16 Fajar Surya Wisesa FASW 48 Sumalindo Lestari Jaya SULI 17 Gajah Tunggal GJTL 49 Sumi Indokabel IKBI 18 Goodyear Indonesia GDXR 50 Sunson Textile Manufac SSTM 19 Gudang Garam GGRM 51 Suparma SPMA 20 HM Sampoerna HMSP 52 Surabaya Agung industri SAIP 21 Holcim Indonesia SMCB 53 Surya Toto Indonesia TOTO 22 Indah Kiat Pulp & Paper INKP 54 Tembaga Mulia Semanan TBMS 23 Indo kordsa BRAM 55 TIFICO TFCO 24 Indo Semen Tunggal Perksa INTP 56 Tiga Pilar Sejahtera Food AISA 25 Indofood Sukses Makmur INDF 57 Tirta Mahakam Resources TIRT 26 Indomobil Sukses Inter IMAS 58 Toba Pulp Lestari INSU 27 Indorama Synthetics INDR 59 Tri Polyta Indonesia TPIA 28 Intikeramik Alamasri Indust IKAI 60 Trias Sentosa TRST 29 Langgeng Makmur Industri LMPI 61 Ultra Jaya Milk ULTJ 30 Mayora Indah MYOR 62 Unggul Indah Cahaya UNIC 31 Mulia Industrindo MLIA 63 Voksel Electric VOKSI 32 Multi Bintang Indonesia MLB
Sumber: Lampiran 1.
Berdasarkan 63 perusahaan manufaktur tersebut, kemudian dilakukan
pengujian-pengujian meliputi statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan hipotesis
penelitian. Data yang digunakan dalam analisis didasarkan pada hasil
pengukuran variabel-variabel penelitian yang terdapat pada lampiran.
2. Deskripsi Khusus
Statistik deskriptif bertujuan memberikan gambaran tentang suatu data,
seperti jumlah sampel, nilai rata-rata, nilai maksimal, nilai minimal dan standar
deviasi.
a. Audit Delay
Berdasarkan data mengenai Audit Delay yang berhasil dihimpun dari
perusahaan menunjukkan bahwa waktu pelaksanaan audit minimal adalah 24
hari dan jangka waktu paling lama adalah 148 hari. Rata-rata Audit Delay 72
hari dengan standar deviasi 20,12 hari. Selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Statistik Deskriptif Data Audit Delay
Variabel Minimal Maksimal
Rata-rata Std. Deviasi
Audit Delay 24 148 72 20.12 Sumber: Lampiran 3.
Sesuai dengan informasi di atas, maka dapat dibuat tabel distribusi
kategori untuk Audit Delay dengan memanfaatkan nilai maksimum dan
minimum. Dari nilai tersebut diperoleh jangkauan (148 – 24) hari = 124.
Apabila angka tersebut dibagi menjadi 4, untuk kategori 4, maka diperoleh
angka 31 untuk setiap lebar kategorinya. Berikut Tabel 4 selengkapnya.
1 -0.46 - -0.29 2 1.6 Sangat Tinggi 2 -0.28 - -0.11 9 7.1 Tinggi 3 -0.1 - 0.07 89 70.6 Rendah 4 0.08 - 0.25 26 20.6 Sangat Rendah Jumlah 126 100
Sumber: Data diolah 2011
Sesuai dengan tabel di atas, maka dapat diperoleh informasi bahwa
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI untuk periode 2007-2008
memiliki Profitabilitas rendah.
3. Pengujian Prasyarat Analisis
Sebelum dilakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan pengujian
asumsi atau uji prasyarat. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui bahwa
apabila dilakukan analisis regresi tidak terjadi gangguan yang berarti. Pengujian
asumsi terdiri dari uji normalitas, uji linearitas, uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Apabila pengujian prasarat tersebut
terpenuhi, maka model regresi linier tersebut dapat digunakan dan bila tidak
dapat memenuhi, maka model regresi linier tidak dapat digunakan yang berarti
harus menggunakan alat analisis yang lainnya.
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas menggunakan P-P Plot, dengan kriteria, apabila
titik-titik pada P-P Plot berada pada garis lurus, maka dapat dinyatakan
bahwa distribusi data berasal dari populasi yang terdistribusi normal.
Gambar 2. P-P Plot untuk Uji Normalitas Sebaran
Sumber: Lampiran 4
Berdasarkan hasil diagram P-P Plot dapat diketahui bahwa titik-titik
berada pada garis lurus, seperti tampak pada gambar di atas. Hal ini berarti
bahwa data penelitian ini telah diambil dari populasi yang terdistribusi
normal.
b. Uji Linearitas
Pengujian prasyarat linearitas dimaksudkan untuk melihat apakah
pola model regresi yang terbentuk adalah linear atau non-linear. Kriteria
dinyatakan bahwa model memiliki pola linear adalah apabila P-value pada
harga F lebih besar dari 0,05. Apabila terbukti benar bahwa model regresi
yang terbentuk dapat dinyatakan berpola linear, maka analisis regresi yang
digunakan adalah analisis regresi linear.
Tabel 13. Rangkuman Hasil Uji Linearitas
Sumber Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 180.749 5 36.150 1.032 .402a
Residual 4204.765 120 35.040 1
Total 4385.514 125 a. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan, Opini Auditor, Ukuran KAP, Solvabilitas, Profitabilitas b. Dependent Variable: ABS_RES Sumber: Lampiran 4
Berdasarkan tabel 13 rangkuman hasil uji linearitas diperoleh P-value
pada harga F sebesar 0,402. hal ini menunjukkan bahwa P-value lebih besar
dari 0,05. Hasil tersebut, berarti menunjukkan bahwa pola regresi dapat
dinyatakan linear, sehingga analisis regresi linear dapat dilakukan.
c. Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk membuktikan apakah
ubahan atau variabel bebas pada penelitian ini dapat diasumsikan tidak saling
berintervensi ketika dibuat pemodelan dengan variabel terikat. Kriteria
dinyatakan bahwa variabel bebas tidak saling intervensi satu sama lain ketika
dibuat pemodelan dengan variabel terikat jika memiliki harga variance
inflation factor (VIF) pada masing-masing variabel bebas lebih kecil dari 5,
karena mengacu pada taraf signifikansi 5%.
Tabel 14. Rangkuman Hasil Uji Multikolinearitas
Collinearity Statistics Model Tolerance VIF
Ukuran Perusahaan 0.979 1.022 Opini Auditor 0.941 1.063 Ukuran KAP 0.954 1.049 Solvabilitas 0.758 1.319
1
Profitabilitas 0.738 1.355 a. Dependent Variable: Audit Delay
Sumber: Lampiran 4
Pada Tabel 14 rangkuman hasil uji multikolinearitas di atas, diperoleh
harga VIF tidak ada yang melebihi dari nilai 5 dan Tolerance mendekati
angka 1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut
tidak terdapat masalah multikolinieritas.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah galat
atau residu pada model regresi bersifat heterogen atau homogen. Apabila
bersifat heterogen, akan menyebabkan model regresi tidak mampu
meramalkan dengan akurat, karena memiliki residu yang tidak teratur. Pada
penelitian ini untuk mengatahui ada atau tidaknya problem
heteroskedastisitas digunakan scatter plot. Kriterinya adalah apabila titik-
titik pada scatter plot atau diagram pencar tidak membentuk pola tertentu,
maka dapat dinyatakan bahwa model regresi tidak terkendala
heteroskedastisitas.
Gambar 3. Scatter Plot untuk Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Lampiran 4
Berdasarkan gambar 3 scatter plot di atas, dapat dilihat bahwa titik-
titik temu tidak membentuk pola tertentu dan sebagian besar menyebar. Hal
ini berarti bahwa model regresi diasumsikan tidak terdapat problem
heteroskedastisitas.
e. Uji Autokorelasi
Masalah autokorelasi biasanya terjadi ketika penelitian memiliki data
yang terkait dengan unsur waktu (times series). Data pada penelitian ini
memiliki unsur waktu karena didapatkan antara tahun 2007 – 2008, sehingga
perlu mengetahui apakah model regresi akan terganggu oleh autokorelasi
atau tidak. Kriteria yang digunakan adalah apabila harga Dw diantara Du
sampai dengan (4 – Du).
Tabel 15. Rangkuman Hasil Uji Autokorelasi
Model Durbin-Watson 1 1.852a
a. Predictors: (Constant), Ukuran Perusahaan, Opini Auditor, Ukuran KAP, Solvabilitas,
Profitabilitas
b. Dependent Variable: Audit Delay Sumber: Lampiran 4
Pada penelitian ini memiliki 5 variabel bebas dan 1 variabel terikat,
atas dasar hal tersebut maka dapat diketahui Du yang diperoleh dari tabel
Durbin Watson sebesar 1,780. Berdasarkan harga tersebut, maka harga (4 –
Du) = (4 – 1,780) = 2,220, sehingga kriteria dinyatakan tidak terdapat
autokorelasi apabila harga Dw antara 1,780 sampai dengan 2,220. Tabel 15,
di atas memuat harga Dw sebesar 1,852, dengan demikian maka model
regresi tidak terganggu oleh adanya autokorelasi.
4. Hasil Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji prasyarat analisis atau uji asumsi dan dinyatakan
bahwa model regresi diasumsikan tidak terganggu oleh masalah normalitas,
linearitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi, maka analisis
regresi linear dapat dilakukan.
a. Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama pada penelitian ini adalah Ukuran Perusahaan
mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay. Kemudian dianalisis
menggunakan regresi linear sederhana, seperti Tabel berikut.
Tabel 16. Rangkuman Hasil Hipotesis Pertama
Sumber Koefisien Df Harga t P-value Ket. Hitung Tabel
5%
Konstanta 34.838 Ukuran Perusahaan
2.543 124 3.964 1.960 0.000 Signf
R 0.303 R2 0.092
Sumber : Lampiran 5
Besarnya nilai t-hitung untuk variabel Ukuran Perusahaan = 3,964
dengan nilai p= 0,000. Sedangkan t-tabel df = 124 pada tingkat signifikansi
α= 5% sebesar 1,960, maka koefisien regresi tersebut signifikan (tidak dapat
diabaikan), karena t-hitung = 3,964 lebih besar dari pada t-tabel = 1,960 dan
atau p= 0,000 < 0,05. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas maka
dapat disimpulkan bahwa, Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh secara
signifikan terhadap Audit Delay.
Berdasarkan koefisien determinasi sebesar 0,092, dapat diketahui
bahwa Ukuran Perusahaan hanya mempengaruhi Audit Delay sebesar 9,2%
saja. Hal ini berarti bahwa meskipun memiliki pengaruh yang relatif kecil
namun signifikan pada level signifikansi 5%. Model regresi yang diperoleh
adalah Y = 34,838 + 2,543X1, maksudnya setiap terjadi kenaikan pada
variabel X1, akan diikuti kenaikan pada variabel Y sebesar 2,543 satuan.
b. Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua pada penelitian ini adalah Opini Auditor tidak
mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay. Kemudian dianalisis
menggunakan regresi linear sederhana, seperti Tabel berikut.
Tabel 17. Rangkuman Hasil Hipotesis Kedua
Sumber Koefisien df Harga t P-value Ket. Hitung Tabel
5%
Konstanta 48.098 Tidak Opini Auditor 3.283 124 1.659 1.960 0.100 Signif R 0.163 R2 0.026
Sumber : Lampiran 5
Besarnya nilai t-hitung untuk variabel Opini Auditor = 1,659 dengan
nilai p= 0,100. Sedangkan t-tabel df = 124 pada tingkat signifikansi α= 5%
sebesar 1,960, maka koefisien regresi tersebut tidak signifikan (dapat
diabaikan), karena t-hitung = 1,659 lebih kecil dari pada t-tabel = 1,960 dan
atau p= 0,100 > 0,05. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa, Opini Auditor tidak mempunyai pengaruh secara
signifikan terhadap Audit Delay.
Berdasarkan koefisien determinasi sebesar 0,026, dapat diketahui
bahwa Opini Auditor hanya mempengaruhi Audit Delay sebesar 2,6% saja.
Hal ini berarti bahwa pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat kecil
dan tidak signifikan pada level signifikansi 5%. Model regresi yang
diperoleh adalah Y = 48,098 + 3,283 X2, maksudnya setiap terjadi kenaikan
pada variabel X2, akan diikuti kenaikan pada variabel Y sebesar 3,283
satuan, namun dapat diabaikan.
c. Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga pada penelitian ini adalah Ukuran KAP mempunyai
pengaruh terhadap Audit Delay. Kemudian dianalisis menggunakan regresi
linear sederhana, seperti Tabel berikut.
Tabel 18. Rangkuman Hasil Hipotesis Ketiga
Sumber Koefisien df Harga t P-value Ket. Hitung Tabel
5%
Konstanta 52.412 Ukuran KAP 4.163 124 3.176 1.960 0.002 Signif R 0.206 R2 0.043
Sumber : Lampiran 5
Besarnya nilai t-hitung untuk variabel Ukuran KAP = 3,176 dengan
nilai p= 0,002. Sedangkan t-tabel df = 124 pada tingkat signifikansi α= 5%
sebesar 1,960, maka koefisien regresi tersebut signifikan (tidak dapat
diabaikan), karena t-hitung = 3,176 lebih besar dari pada t-tabel = 1,960 dan
atau p= 0,002 < 0,05. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa, Ukuran KAP mempunyai pengaruh secara
signifikan terhadap Audit Delay.
Berdasarkan koefisien determinasi sebesar 0,043, dapat diketahui
bahwa Ukuran KAP hanya mempengaruhi Audit Delay sebesar 4,3% saja.
Hal ini berarti bahwa pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
signifikan pada level signifikansi 5%. Model regresi yang diperoleh adalah Y
= 52,412 – 4,163X3, maksudnya setiap terjadi kenaikan pada variabel X3,
akan diikuti kenaikan pada variabel Y sebesar 4,163 satuan dan tidak dapat
diabaikan.
d. Hipotesis Keempat
Hipotesis keempat pada penelitian ini adalah Solvabilitas tidak
mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay. Kemudian dianalisis
menggunakan regresi linear sederhana, seperti Tabel berikut.
Tabel 19. Rangkuman Hasil Hipotesis Keempat
Sumber Koefisien Df Harga t P-value Ket. Hitung Tabel
5%
Konstanta 42.679 Tidak Solvabilitas 0.146 124 0.802 1.960 0.424 Signf R 0.146 R2 0.021
Sumber : Lampiran 5
Besarnya nilai t-hitung untuk variabel Solvabilitas = 0,802 dengan nilai
p= 0,424. Sedangkan t-tabel df = 124 pada tingkat signifikansi α= 5%
sebesar 1,960, maka koefisien regresi tersebut tidak signifikan, karena t-
hitung = 0,802 lebih kecil dari pada t-tabel = 1,960 dan atau p= 0,424 > 0,05.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa, Solvabilitas tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap
Audit Delay.
Berdasarkan koefisien determinasi sebesar 0,021, dapat diketahui
bahwa Solvabilitas hanya mempengaruhi Audit Delay sebesar 2,1% saja. Hal
ini berarti bahwa pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat kecil dan
tidak signifikan pada level signifikansi 5%. Model regresi yang diperoleh
adalah Y = 42,679 + 0,146 X4, maksudnya setiap terjadi kenaikan pada
variabel X4, akan diikuti kenaikan pada variabel Y sebesar 0,146 satuan yang
dapat diabaikan.
e. Hipotesis Kelima
Hipotesis kelima pada penelitian ini adalah Profitabilitas tidak
mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay. Kemudian dianalisis
menggunakan regresi linear sederhana.
Tabel 20. Rangkuman Hasil Hipotesis Kelima
Sumber Koefisien df Harga t P-value Ket. Hitung Tabel
5%
Konstanta 42.870 Tidak Profitabilitas 0.143 124 1.023 1.960 0.309 Signf R 0.143 R2 0.020
Sumber : Lampiran 5
Besarnya nilai t-hitung untuk variabel Profitabilitas = 1,023 dengan
nilai p= 0,309. Sedangkan t-tabel df = 124 pada tingkat signifikansi α= 5%
sebesar 1,960, maka koefisien regresi tersebut tidak signifikan, karena t-
hitung = 1,023 lebih kecil dari pada t-tabel = 1,960 dan atau p= 0,309 > 0,05.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa, Profitabilitas tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap
Audit Delay.
Berdasarkan koefisien determinasi sebesar 0,020, dapat diketahui
bahwa Profitabilitas hanya mempengaruhi Audit Delay sebesar 2,0% saja.
Hal ini berarti bahwa pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat kecil
dan tidak signifikan pada level signifikansi 5%. Model regresi yang
diperoleh adalah Y = 42,870 + 0,143 X5, maksudnya setiap terjadi kenaikan
pada variabel X5, akan diikuti kenaikan pada variabel Y sebesar 0,143 satuan
yang dapat diabaikan.
f. Hipotesis Keenam
Hipotesis keenam dianalisis menggunakan regresi linear berganda
digunakan untuk menganalisis pengaruh Ukuran Perusahaan, Opini Auditor,
Ukuran KAP, Solvabilitas dan Profitabilitas terhadap Audit Delay pada
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-
2008 atau pada hipotesis keenam. Kriteria hipotesis nol tidak diterima dan
hipotesis alternatif diterima apabila harga F hitung lebih besar dari pada F
tabel atau P-value lebih kecil dari 0,05 (taraf signifikansi 5%).
Tabel 21. Rangkuman Hasil Hipotesis Keenam
Variabel Koef df Harga F P-value Ket Hitung Tabel
5%
Constant 26.514 Ukuran Perusahaan 0.327 5;120 6.053 2.790 0.000 Signf
Opini Auditor 2.816 Ukuran KAP 5.353 Solvabilitas 0.075 Profitabilitas 0.097 R 0.449 R2 0.201
Sumber : Lampiran 5
Berdasarkan Tabel 21 rangkuman hasil analisis regresi linear berganda
dapat diperoleh kesimpulan bahwa Ukuran Perusahaan, Opini Auditor,
Ukuran KAP, Solvabilitas dan Profitabilitas secara bersama-sama
mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Audit Delay pada
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-
2008, hal ini dikarenakan harga F-hitung lebih besar dari pada F-tabel atau
P-value sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, maka
hipotesis keenam dapat diterima.
Model regresi berganda yang terbentuk dari Ukuran Perusahaan, Opini
Auditor, Ukuran KAP, Solvabilitas dan Profitabilitas secara bersama-sama
dapat menentukan besarnya perubahan Audit Delay pada perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 - 2008 adalah
Koefisien determinasi menunjukan seberapa besar variabel independen
dalam penelitian mampu menjelaskan variabel dependennya. Koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,201 atau 20,1% berarti bahwa Ukuran Perusahaan,
Opini Auditor, Ukuran KAP, Solvabilitas dan Profitabilitas secara bersama-
sama dapat menentukan besarnya perubahan Audit Delay pada perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2008 sebesar
20,1%, sedangkan sebesar 79,9% ditentukan oleh faktor lain yang tidak
dibahas dalam penelitian ini.
B. Pembahasan
Pada sub bab pembahasan ini akan dibahas mengenai hal yang berkaitan
dengan jawaban hipotesis penelitian, tetapi sebelumnya akan dibahas terlebih dahulu
mengenai hasil analisis deskriptif. Hasil penelitian satistik deskriptif yang
menunjukan bahwa Audit Delay yang terjadi di Indonesia pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2008 rata-rata
72 hari. Lamanya waktu yang diperlukan dalam penyampaian laporan keuangan
tahunan yang sudah diaudit rata-rata 18 hari lebih cepat dari peraturan Bapepam
yaitu 90 hari dari tanggal tutup buku perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat di ambil kesimpulan bahwa rata-rata
perusahaan publik di Indonesia sudah berusaha mematuhi peraturan yang ditetapkan
oleh Babepam yaitu menyampaikan laporan keuangan auditan secara tepat waktu
dalam kurun waktu kurang dari 90 hari. Penjelasan berikutnya adalah penjelasan
mengenai hasil pengujian hipoesis. Hasil pengujian hipotesis tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Delay.
Ukuran Perusahaan ternyata mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap Audit Delay pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2007-2008, hal ini dibuktikan dengan t-hitung sebesar 3,964
lebih besar dari t-tabel sebesar 1,960 atau P-value sebesar 0,000 lebih kecil dari
0,05, sehingga hipotesis pertama dapat diterima. Kekayaan yang dimiliki oleh
perusahaan ternyata mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap rentang
waktu penyampaian laporan audit atas laporan keuangan. Hal ini dikarenakan
semakin besar perusahaan, maka perusahaan itu memiliki sistem pengendalian
internal yang baik sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyajian
laporan keuangan sehingga memudahkan auditor dalam melakukan pengauditan
atas laporan keuangan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sistya
Rachmawati (2008) yang menyatakan bahwa Ukuran Perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap Audit Delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2003-2005. Hasil penelitian lain yang sejalan
dengan penelitian ini adalah penelitian Courtis di New Zealand (1976),
penelitian Gilling (1977), penelitian Davies dan Whitterd di Australia (1980),
dalam Prabandi dan Rusdiana, (2007:29) dengan kesimpulan semakin besar
Ukuran Perusahaan maka semakin pendek Audit Delay.
2. Pengaruh Opini Auditor terhadap Audit Delay.
Opini Auditor ternyata tidak berpengaruh terhadap Audit Delay pada
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2008,
hal ini dibuktikan dengan t-hitung sebesar 1,659 lebih kecil dari t-tabel sebesar
1,960 atau P-value sebesar 0,100 lebih besar dari 0,05, sehingga hipotesis kedua
tidak dapat diterima. Pendapat yang dikeluarkan oleh auditor terhadap laporan
keuangan yang dimiliki oleh suatu perusahaan ternyata tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap Audit Delay. Hal ini terjadi karena jenis
pendapat auditor merupakan goodnews atau badnews atas kinerja manajerial
perusahaan dalam setahun bukan merupakan faktor penentu dalam ketepatan
waktu pelaporan audit. Kebijakan untuk mengatur waktu penyelesaian audit
merupakan kesepakatan antara pihak auditor dan perusahaan klien (Arif
Wicaksono, 2009).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan
oleh Supriyati Yuliastari Rolinda (2007) yang hasil penelitiannya pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2005
menunjukkan bahwa Opini Auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit
Delay. Dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa : (1) lamanya proses
audit belum menjamin akan dikeluarkan qualified opinion, (2) adannya
perubahan KAP juga memungkinkan lamanya proses audit dan mampu
menghasilkan unqualified opinion.
3. Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik terhadap Audit Delay.
Ukuran KAP ternyata mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap
Audit Delay pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2007-2008, hal ini dibuktikan dengan t-hitung sebesar 3,176 lebih besar
dari t-tabel sebesar 1,960 atau P-value sebesar 0,002 lebih kecil dari 0,05,
sehingga hipotesis ketiga dapat diterima. KAP yang masuk dalam the big four
ternyata mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap jangka waktu
penyampaian laporan audit. Hal ini dikarenakan KAP yang masuk the big four
dengan yang non the big four memiliki karakteristik yang berbeda. KAP yang
masuk the big four akan bekerja lebih profesional dari pada yang non the big
four. KAP the big four akan bekerja lebih efektif dan efisien sehingga akan lebih
cepat dalam penyampaian laporan auditan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sistya
Rachmawati (2008); Supriyati Yuliastari Rolinda (2007) dan Prabandari, J.D.M
& Rustiana (2007) yang mendapatkan kesimpulan bahwa Ukuran KAP
berpengaruh secara signifikan terhadap Audit Delay.
4. Pengaruh Solvabilitas terhadap Audit Delay.
Solvabilitas ternyata tidak mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap Audit Delay, hal ini dibuktikan dengan t-hitung sebesar 0,802 lebih
kecil dari t-tabel sebesar 1,960 atau P-value sebesar 0,424 lebih besar dari 0,05,
sehingga hipotesis keempat tidak dapat diterima. Kemampuan perusahaan untuk
melunasi utang-utangnya pada kenyataannya tidak secara signifikan
mempengaruhi Audit Delay pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2007-2008. Selain itu sesuai dengan kualitas standar
pekerjaan auditor seperti yang telah diatur dalam SPAP melaksanakan prosedur
audit perusahaan baik yang memiliki total utang besar dengan jumlah debtholder
yang banyak atau perusahaan dengan utang yang kecil dan jumlah debtholder
yang sedikit tidak akan mempengaruhi proses penyelesaian audit laporan
keuangan, karena auditor yang ditunjuk pasti telah menyediakan waktu sesuai
dengan kebutuhan jangka waktu untuk menyelesaikan proses pengauditan utang
(Yugo Trianto, 2006).
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sistya
Rachmawati (2008) yang mendapatkan kesimpulan bahwa Solvabilitas tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap Audit Delay pada perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003-2005.
Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban untuk membayar utang-
utangnya ternyata tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap lamanya
proses penyampaian laporan auditan atas laporan keuangan.
5. Pengaruh Profitabilitas terhadap Audit Delay.
Profitabilitas ternyata tidak mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap Audit Delay pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2007-2008, hal ini dibuktikan dengan t-hitung sebesar 1,023
lebih kecil dari t-tabel sebesar 1,960 atau P-value sebesar 0,309 lebih besar dari
0,05, sehingga hipotesis kelima tidak dapat diterima. Kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba berdasarkan aktiva yang dimiliki ternyata tidak
mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap jangka waktu penyampaian
laporan keuangan auditan. Banyak perusahaan yang mengalami kenaikan profit
namun kenaikan itu tidak begitu besar, apalagi ada yang mengalami kerugian.
Selain itu mungkin tuntutan pihak-pihak yang berkepentingan tidak begitu besar
sehingga tidak memacu perusahaan untuk mengkomunikasikan laporan
keuangan yang diaudit lebih cepat.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Sistya
Rachmawati (2008), dan Supriyati Yuliastari Rolinda (2007) di mana
Profitabilitas dinyatakan tidak signifikan mempengaruhi Audit Delay. Hasil ini
berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan Yugo Trianto (2006) yang
hasilnya menunjukkan bahwa tingkat Profitabilitas yang lebih rendah memacu
kemunduran publikasi laporan keuangan.
6. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Opini Auditor, Ukuran KAP, Solvabilitas, dan Profitabilitas Secara Bersama-Sama terhadap Audit Delay.
Ukuran Perusahaan, Opini Auditor, Ukuran KAP, Solvabilitas, dan
Profitabilitas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap Audit Delay
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-
2008, hal ini dibuktikan dengan F-hitung sebesar 6,053 lebih besar dari F-tabel
sebesar 2,790 atau P-value sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, sehingga hipotesis
keenam dapat diterima. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Sistya
Rachmawati (2008) dan Trianto (2006), di mana Ukuran Perusahaan, Opini
Auditor, Ukuran KAP, Solvabilitas, dan Profitabilitas secara bersama-sama
mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Audit Delay.
Besarnya aktiva yang dimiliki oleh perusahaan, Opini Auditor terhadap
laporan keuangan, ukuran KAP yang masuk kategori empat besar, kemampuan
perusahaan untuk membayar utangnya, dan kemampan perusahaan untuk
menghasilkan laba, dari komponen tersebut mampu mempersingkat Audit Delay.
Auditor mestinya memperhatikan besarnya aktiva atau asset yang dimiliki oleh
perusahaan dan jenis KAP yang melakukan audit untuk menentukan rentang
waktu yang dibutuhkan untuk menyampaikan laporan audit atas laporan
keuangan perusahaan.
Model regresi linier berganda yang terberbentuk adalah Y = 26,514 +
0,327 X1 + 2,816 X2 + 5,353 X3 + 0,075 X4 + 0,097 X5, berdasarkan model
regresi berganda tersebut berarti apabila terjadi kenaikan pada variabel bebas,
maka akan terjadi perubahan pada Audit Delay. Perubahan yang terjadi adalah
semakin mempersingkat waktu audit.
Berdasarkan koefisien determinasi sebesar 0,201, berarti Ukuran
Perusahaan, Opini Auditor, Ukuran KAP, Solvabilitas, dan Profitabilitas secara
bersama-sama mempengaruhi 20,1% Audit Delay. Sedangkan sebesar 79,9%
ditentukan oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini, seperti
klasifikasi industri, internal audit atau komite audit.
C. Keterbatasan Penelitian
Setelah mengadakan penelitian, maka keterbatasan penelitian yang dapat
disampaikan adalah :
1. Periode pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini hanya 2 tahun,
menyebabkan hasil penelitian ini tidak dapat melihat kecenderungan Audit Delay
yang terjadi sepanjang tahun. Hasil kecenderungan Audit Delay dapat dijadikan
acuan untuk menentukan apakah dari tahun ke tahun Audit Delay yang terjadi
semakin meningkat jumlah harinya atau justru semakin tepat waktu.
2. Penelitian ini hanya menggunakan 5 variabel independen saja dalam menguji
Audit Delay. Penelitian berikutnya, sebaiknya menambah variabel bebas bidang
Audit yang tidak digunakan dalam penelitian ini seperti klasifikasi industri,
komite audit, dan lainnya.
3. Perusahaan yang menjadi sampel hanya mengambil perusahaan manufaktur saja
sehingga hasil penelitian ini tidak dapat di generalisasikan untuk semua jenis
perusahaan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bagian sebelumnya, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay pada perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2008. Hal
ini dibuktikan dengan t-hitung sebesar 3,964 lebih besar dari t-tabel sebesar
1,960 atau P-value sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Dari hasil tersebut maka
hipotesis 1 yang menyatakan Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap Audit Delay terdukung, dengan demikian Ukuran Perusahaan adalah
variabel yang mempengaruhi Audit Delay.
2. Opini Auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay pada perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2008. Hal
ini dibuktikan dengan t-hitung sebesar 1,659 lebih kecil dari t-tabel sebesar
1,960 atau P-value sebesar 0,100 lebih besar dari 0,05. Hasil ini menunjukan
bahwa Opini Auditor tidak berpengaruh terhadap Audit Delay, sehingga
hipotesis 2 yang menyatakan Opini Auditor berpengaruh signifikan terhadap
Audit Delay tidak terdukung, dengan demikian Opini Auditor tidak berpengaruh
signifikan terhadap Audit Delay.
3. Ukuran Kantor Akuntan Publik mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay pada
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-
2008. Hal ini dibuktikan dengan t-hitung sebesar 3,176 lebih besar dari t-tabel
sebesar 1,960 atau P-value sebesar 0,002 lebih kecil dari 0,05. Dari hasil tersebut
maka hipotesis 3 yang menyatakan Ukuran Kantor Akuntan Publik berpengaruh
signifikan terhadap Audit Delay terdukung, dengan demikian Ukuran Kantor
Akuntan Publik adalah variabel yang mempengaruhi Audit Delay.
4. Solvabilitas tidak mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay pada perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2008. Hal
ini dibuktikan dengan t-hitung sebesar 0,802 lebih kecil dari t-tabel sebesar
1,960 atau P-value 0,424 lebih besar dari 0,05. Dengan demikian hasil ini
menunjukan bahwa Solvabilitas tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap
Audit Delay, sehingga hipotesis 4 yang menyatakan Solvabilitas berpengaruh
signifikan terhadap Audit Delay tidak terdukung, dengan demikian Solvabilitas
tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.
5. Profitabilitas tidak mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay pada perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2008. Hal
ini dibuktikan dengan t-hitung sebesar 1,023 lebih kecil dari t-tabel sebesar
1,960 atau P-value sebesar 0,309 lebih besar dari 0,05. Dengan demikian hasil
ini menunjukkan bahwa Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap
Audit Delay, sehingga hipotesis 5 yang menyatakan Profitabilitas berpengaruh
signifikan terhadap Audit Delay tidak terdukung, dengan demikian Profitabilitas
tidak berpengaruh signifikan terhadap Audit Delay.
6. Ukuran Perusahaan, Opini Auditor, Ukuran KAP, Solvabilitas, dan Profitabilitas
mempunyai pengaruh terhadap Audit Delay pada perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2008. Hal ini dibuktikan
dengan F-hitung sebesar 6,053 lebih besar dari F-tabel sebesar 2,790 atau P-
value sebesar 0,000 lebh kecil dari 0,05. Dengan demikian hipotesis keenam
yang menyatakan bahwa Ukuran Perusahaan, Opini Auditor, Ukuran KAP,
Solvabilitas, dan Profitabilitas secara bersama-sama berpengaruh terhadap Audit
Delay. Berdasarkan hasil analisis koefisien determinasi sebesar 0,201, berarti
Ukuran Perusahaan, Opini Auditor, Ukuran KAP, Solvabilitas, dan Profitabilitas
secara bersama-sama mempengaruhi 20,1% Audit Delay. Sedangkan sebesar
79,9% ditentukan oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
E. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka beberapa saran yang dapat diajukan
adalah sebagai berikut.
1. Kepada para auditor disarankan untuk melakukan pekerjaan lapangan dengan
sebaik-baiknya sehingga pekerjaan dapat dilakukan secara efektif dan efesien
dan auditor dapat mengeluarkan laporan hasil audit yang sesuai dengan prosedur
dan standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia.
2. Para peneliti dapat menggunakan lebih banyak variasi varibel lain seperti
klasifikasi industr, internal audit, komite audit dan lainnya yang dapat digunakan
untuk menguji Audit Delay.
3. Penelitian lain yang serupa juga dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil
penelitian ini dengan menggunakan pendekatan uji beda dan atau menambahkan
variabel lain yang dirasa dapat mempengaruhi Audit Delay.
DAFTAR PUSTAKA
Ainun Na’im. (1988). Akuntansi Keuangan I. Yogyakarta: BPFE. Anggit Wasis Sejati. (2007). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit
Delay pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003-2005. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Ardhi Dharma Yuana. (2008). Pengaruh Opini Auditor, Ukuran Kantor Akuntan
Public, Komite Audit dan Pergantian Kantor Akuntan Publik terhadap Audit Delay pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Arif Wicaksono. (2009). Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Audit
Delay di Indonesia. Skripsi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Brigham, Eugene F. and Joel F. Houston. (2006). Dasar-Dasar Manajemen
Keuangan. Jakarta : Salemba Empat. Hanafi, M.M dan Halim. (1996). Analisis Laporan Keuangan. Edisi 1. Yogyakarta:
UPP MMP YKPN. Ikatan Akuntan Indonesia. (2001). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:
Salemba Empat. Imam Ghozali. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: BP UNDIP. Haryono Jusup. (2001). Auditing (Pengauditan), Buku I Cetakan Pertama,
Yogyakarta: STIE YKPN. Martono dan Agus Harjito. (2005). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: penerbit
EKONOSIA UII. Mulyadi. (2002). Auditing (Pengauditan), Buku I Edisi Ke Enam, PT. Salemba
Empat. Mas’ud Machfoedz. (1994). Financial Ratio Characteristic Analysis and The
Prediction of Earnings Changes in Indonesia, Kelola No. 7:114-133. Nur Indriantoro dan Bambang Supeno. (1999). Metode Penelitian Bisnis. Edisi I.
Yogyakarta: BPFE.
Prabandari, J.D.M & Rustiana, (2007). Beberapa Faktor yang Berdampak pada Perbedaan Audit Delay (Studi empiris pada perusahaan-perusahaan keuangan yang terdaftar di BEJ). Jurnal Kinerja, Volume 11, No.1, Hal. 27-39.
Sistya Rachmawati. (2008). Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan
terhadap Audit Delay dan Timeliness. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 1, 1-10.
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .449a .201 .168 9.120688
a. Predictors: (Constant) , Ukuran Perusahaan, Opini Auditor, Ukuran KAP, Solvabilitas,
Profitabilitas
b. Dependent Variable: Audit Delay
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 2517.646 5 503.529 6.053 .000a
Residual 9982.434 120 83.187 1
Total 12500.080 125 a. Predictors: (Constant) , Ukuran Perusahaan, Opini Auditor, Ukuran KAP, Solvabilitas, Profitabilitas b. Dependent Variable: Audit Delay
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients Correlations
Model B Std. Error Beta t Sig. Zero-order Partial Part
(Constant) 26.514 6.172 4.296 .000 Ukuran Perusahaan .327 .082 .327 3.964 .000 .303 .340 .323