Top Banner
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PAKET TBC PADA PENDERITA TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UTEUN PULO KECAMATAN SEUNAGAN TIMUR KABUPATEN NAGAN RAYA SKRIPSI HERIADI NIM : 07C10104063 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH 2013
61

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

Oct 27, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN

MINUM OBAT PAKET TBC PADA PENDERITA TBC

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UTEUN PULO

KECAMATAN SEUNAGAN TIMUR

KABUPATEN NAGAN RAYA

SKRIPSI

HERIADI NIM : 07C10104063

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH

2013

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN

MINUM OBAT PAKET TBC PADA PENDERITA TBC

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UTEUN PULO

KECAMATAN SEUNAGAN TIMUR

KABUPATEN NAGAN RAYA

SKRIPSI

HERIADI NIM : 07C10104063

Skripsi Ini Di Ajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH

2013

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PAKET TBC PADA PENDERITA TBC DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS UTEUN PULO KECAMATAN SEUNAGAN TIMUR KABUPATEN NAGAN RAYA

Nama Mahasiswa : Heriadi NIM : 07C10104063 Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Pembimbing Ketua Pembimbing Anggota

Firdaus, SKM. MKM Marniati, SKM, M.Kes NIDN: 0103087101 NIDN: 0104097801

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Ketua Program Studi

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Marniati, SKM, M. Kes Sufyan Anwar, SKM, MARS

NIDN: 0104097801 NIDN: 0121067602

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

Skripsi Dengan Judul

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PAKET TBC PADA PENDERITA TBC DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS UTEUN PULO KECAMATAN SEUNAGAN TIMUR KABUPATEN NAGAN RAYA

Yang Disusun Oleh:

Nama Mahasiswa : Heriadi

NIM : 07C10104063 Fakultas : Kesehatan Masyarakat Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Pada Tanggal 22 November 2013 dan

Dinyatakan Memenuhi Syarat Untuk Diterima SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua : Firdaus, SKM. MKM .............................................

Anggota 1 : Marniati, SKM.M.Kes ..............................................

2. Salman Rusly, SKM, M.Epid ..............................................

3. Erni Yuslima, SKM ..............................................

Alue Peunyareng, 28 Jan 2014 Ketua Program Studi

Ilmu Kesehatan Masyarakat

Marniati, SKM, M. Kes

NIDN : 0104097801

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

ABSTRAK

Heriadi. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Minum Obat Paket TBC Pada Penderita TBC di Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur

Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013. Di bawah bimbingan Firdaus, SKM, MKM dan Zahari, SKM, MARS. Pengobatan Tuberculosis Paru (TB Paru) membutuhkan waktu panjang (sampai 6

atau 8 bulan) untuk mencapai penyembuhan dan dengan panduan (kombinasi) beberapa macam obat, sehingga tidak jarang pasien berhenti minum obat sebelum

masa pengobatan selesai yang berakibat pada kegagalan dalam pengobatan TB Paru. Kegagalan penderita TB Paru dalam pengobatan TB Paru dapat diakibatkan oleh banyak faktor, seperti obat, penyakit dan penderitanya sendiri. Faktor obat terdiri dari

panduan obat yang tidak adekuat, dosis obat yang tidak cukup, tidak teratur minum obat, jangka waktu pengobatan yang kurang dari semestinya, dan terjadinya resistensi

obat. Faktor penyakit biasanya disebabkan oleh lesi yang terlalu luas, adanya penyakit lain yang mengikuti, adanya gangguan imonologis, faktor terakhir adalah masalah penderita sendiri, seperti kurangnya pengetahuan mengenai TB Paru,

kekurangan biaya, malas berobat, dan merasa sudah sembuh. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana hubungan antara pengetahuan,

sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat paket pada penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Uteun Pulo dengan sampel 36 orang. Jenis penelitian yang dilakukan yaitu analitik dengan pendekatan cross

sectional. Penelitian ini di laksanakan sejak tanggal 06 sampai dengan 16 September tahun 2013. Pengolahan data dilakukan secara SPSS dengan menggunakan rumus

chi-square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kepatuhan minum obat paket pada penderita TBC dengan p value (0,009), ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan kepatuhan minum

obat paket pada penderita TBC dengan p value (0,229), ada hubungan yang bermakna antara fasilitas kesehatan dengan kepatuhan minum obat paket pada penderita TBC

dengan p value (0,024) ada hubungan yang bermakna antara pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat paket pada penderita TBC dengan p value (0,009). Harapan penulis agar penelitian ini dapat menjadi masukan bagi penulis, petugas

kesehatan dan masyarakat.

Kata Kunci :Pengawas Minum Obat, Kepatuhan, Obat Paket TBC

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih

dan rahmat-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi

yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Minum Obat

Paket TBC Pada Penderita TBC Di Wilayah Kerja Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan

Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya”.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Dalam

hal ini penulis dengan tulus mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun

dari semua pihak demi kesempurnaan Skripsi ini.

Keberhasilan penulis dalam menyusun Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,

bimbingan dan dukungan moril maupun spiritual dari berbagai pihak, maka dalam

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

Orang Tua yang telah bersusah payah demi kesuksesan saya, Prof.Dr.Jasman J.

Ma’ruf,SE,MBA selaku Rektor Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh, Bapak

Sufyan Anwar, SKM, MARS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh, Bapak Firdaus , SKM. MKM. Selaku

pembimbing satu yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh

perhatian selama penyusunan penelitian ini, Ibu Marniati, SKM, M. Kes selaku

pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh

perhatian selama penyusunan penelitian ini, Bapak/Ibu Dosen dan staff pegawai di

Fakultas Kesehatan Masyarakat yang memberi ilmu dan nasehat selama mengikuti

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

pendidikan di Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh, Teman-teman di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh, Semua pihak yang

telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi jembatan

untuk melakukan penelitian terhadap judul yang telah di tetapkan.

Penulis

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL DALAM ..................................................................... i

ABSTRAK...................................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... .. iii KATA PENGANTAR .................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR..................................................................................... vi DAFTAR TABEL........................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN. ................................................................................ viii DAFTAR ISI.................................................................................................. ix

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah ......................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................. 4

1.3.1. Tujuan Umum ..................................................... 4 1.3.2. Tujuan Khusus .................................................... 4

1.3.3. Hipotesis Penilitian .............................................. 4 1.4. Manfaat Penelitian .......................................................... 5

1.4.1. Manfaat Teoritis…………………….................. 5

1.4.2. Manfaat Praktis................................................... 5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 6

2.1. Kepatuhan ........................................................................ 6

2.1.1 Pengertian Kepatuhan dan Ketaatan.................... 6 2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

Kepatuhan ............................................................ 8 2.2 Pengetahuan...................................................................... 11 2.3 Sikap................................................................................. 11

2.4 Fasilitas Kesehatan............................................................ 12 2.5. Pengawas Minum Obat..... ............................................... 13

2.5.1 Pengertian...... ...................................................... 13 2.5.2 Tujuan................................................................... 13 2.5.3 Persyaratan PMO.................................................. 13

2.2.4 Siapa Yang Bisa Jadi PMO.................................. 14 2.2.5 Tugas PMO.......................................................... . 14

2.2.6 Informasi Penting Yang Perlu di Pahami PMO.... 14 2.3. Tuberculosis Paru............................................................. 15 2.3.1 Pengertian....................................................... ..... 15

2.3.2 Manifestasi Klinis................. ............................... 15

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

2.3.3 Cara Penularan...................................................... 16

2.3.4 Diagnosa Tuberculosis......................................... 17 2.3.5 Pencegahan Tuberculosis..................................... 18

2.3.6 Pengobatan Tuberculosis...................................... 19 2.4. Kerangka Teori............................................ .................... 25 2.5. Kerangka Konsep................. ............................................ 26

BAB III : METODE PENELITIAN ....................................................... 27

3.1. Jenis Penelitian................................................................. 27 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................... 27 3.2.1. Lokasi Penelitian ............................................... 27

3.2.2. Waktu Penelitian ................................................ 27 3.3 Populasi dan Sampel ........................................................ 27

3.3.1. Populasi .............................................................. 27 3.3.2. Sampel ................................................................ 27

3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................ 28

3.5. Definisi Operasional......................................................... 28

3.6. Aspek Pengukuran………………………………………29 3.7. Pengolahan Data dan Analisis Data .............................. . 31 3.7.1 Pengolahan Data……………………………….... 31

3.7.2 Analisis Data……………………………………. 31

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………… 33

4.1. Gambaran Umum Lakasi Penelitian........ ........................ . 33 4.2. Hasil Penelitian.................................................................. 33

4.2.1. Analisis Univariat......................... ...................... . 33 4.2.1.1 Variabel Penelitian............................... 34

4.2.2. Analisis Bivariat................................................... 36 4.2.2.1 Pengetahuan.......................................... 36 4.2.2.2 Sikap..................................................... 37

4.2.2.3 Fasilitas Kesehatan................................ 38 4.2.2.4 Pengawas Minum Obat......................... 39

4.3. Pembahasan....................................................................... 40 4.3.1 Pengetahuan.......................................................... 40 4.3.2 Sikap..................................................................... 40

4.3.3 Fasilitas Kesehatan................................................ 41 4.3.4 Pengawas Minum Obat......................................... 41

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN..........................……………… 43

5.1. Kesimpulan........................................................................ 43

5.2. Saran................................................................................... 43

Daftar Pustaka Lampiran

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional………………………………………….. 28

Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan pengetahuan di Puskesmas

Uteun Pulo Tahun 2013.............................................................. 34

Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan Sikap di Puskesmas

Uteun Pulo Tahun 2013.............................................................. 34

Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan fasilitas kesehatan di

Puskesmas Uteun Pulo Tahun 2013........................................... 35

Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan Pengawas minum obat di

Puskesmas Uteun Pulo Tahun 2013........................................... 35

Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan kepatuhan minum obat paket

di Puskesmas Uteun Pulo Tahun 2013........................................ 35

Tabel 4.6 Hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan minum

obat paket di Puskesmas Uteun Pulo Tahun 2013...................... 36

Tabel 4.7 Hubungan antara sikap dengan kepatuhan minum obat paket

di Puskesmas Uteun Pulo Tahun 2013......................................... 37

Tabel 4.8 Hubungan antara fasilitas kesehatan dengan kepatuhan minum

obat paket di Puskesmas Uteun Pulo Tahun 2013........................ 38

Tabel 4.9 Hubungan antara pengawas minum obat dengan kepatuhan

minum obat paket di Puskesmas Uteun Pulo Tahun 2013........... 39

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Tabel Skor

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori……………………………………………. 25

Gambar 2.2 Kerangka konsep………………………………………….. 26

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pengobatan Tuberculosis Paru (TB Paru) membutuhkan waktu panjang

(sampai 6 atau 8 bulan) untuk mencapai penyembuhan dan dengan panduan

(kombinasi) beberapa macam obat, sehingga tidak jarang pasien berhenti minum obat

sebelum masa pengobatan selesai yang berakibat pada kegagalan dalam pengobatan

TB Paru. World Health Organization (WHO) menerapkan strategi Direct Observed

Treatment Short Course (DOTS) dalam manajemen penderita TB Paru untuk

menjamin pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung oleh seorang

pengawas minum obat (PMO). Indikator Strategi DOTS angka kesembuhan pasien

TB Paru menjadi > 85%. Obat yang diberikan dalam bentuk kombinasi dosis tetap

karena lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan. Angka penderita yang tidak

patuh untuk meneruskan minum obat tetap cukup tinggi.

Menurut Amin (2006) kegagalan penderita TB Paru dalam pengobatan TB

Paru dapat diakibatkan oleh banyak faktor, seperti obat, penyakit dan penderitanya

sendiri. Faktor obat terdiri dari panduan obat yang tidak adekuat, dosis obat yang

tidak cukup, tidak teratur minum obat, jangka waktu pengobatan yang kurang dari

semestinya, dan terjadinya resistensi obat. Faktor penyakit biasanya disebabkan oleh

lesi yang terlalu luas, adanya penyakit lain yang mengikuti, adanya gangguan

imonologis, faktor terakhir adalah masalah penderita sendiri, seperti kurangnya

pengetahuan mengenai TB Paru, kekurangan biaya, malas berobat, dan merasa sudah

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

sembuh. Sebagian besar kasus ketidakpatuhan minum obat pada tahun 2012

disebabkan oleh faktor kekurangan biaya atau karena pasien sudah merasa sembuh,

sehingga mengakibatkan pasien menjadi tidak patuh untuk melanjutkan pengobatan.

Faktor penentu dalam keberhasilan pengobatan dipengaruhi oleh peran

perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan dan patuh/ ketidakpatuhan dalam

melakukan pengobatan. Obat TB Paru dikenal obat anti tuberculosis (OAT) harus

diminum berdasarkan resep dokter dan harus sesuai dengan dosisnya. OAT yang

diberikan bukanlah obat tunggal tetapi merupakan kombinasi dari beberapa jenis obat

karena itu pengguna dan penghentian obat TB Paru harus dilakukan atas seizin

dokter. Hal-hal yang mempengaruhi ketidak berhasilan pengobatan TB Paru

diantaranya masalah sosial ekonomi bagi penderita, keluarga serta faktor sosial

ekonomi lainnya.

Berdasarkan berbagai penelitian, terbukti bahwa paling banyak hanya 1/3 dari

penderita yang minum atau melakukan pengobatan persis seperti yang dianjurkan.

Penelitian yang sudah dilakukan oleh Sujayanto (2008), yang mengatakan

pengobatan yang tidak teratur bukan hanya tidak menyembuhkan penderita tetapi

juga menyebabkan kekebalan terhadap obat. Peneliti Becker (2007), menyatakan

bahwa ketidakpatuhan berobat mempunyai hubungan yang erat dengan gagalnya

informasi yang disampaikan petugas kesehatan.

Berdasarkan data dari Kemenkes RI tahun 2012, jumlah penderita TB paru di

Indonesia sebesar 6.436.234 orang. Penderita positif TB Paru di provinsi Aceh

sebanyak 2.968 orang dari 5.538.367 penduduk Provinsi Aceh. Ditargetkan cakupan

penemuan sebesar 70%, angka penemuan penderita TB Paru kasus baru dengan BTA

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

positif Case Detection Rate (CDR) untuk tahun 2011 sebesar 2.880 kasus (33,9%)

meningkat jika dibandingkan tahun 2010 (26,6 %jumlah kasus 2.205) dan tahun 2007

sebesar 2.003 kasus (21,8%) (Profil Kesehatan Aceh, 2012). Jumlah penderita TB

paru dalam wilayah Kabupaten Nagan Raya sampai dengan desember 2012 adalah

246 kasus (Profil Dinkes Nagan Raya tahun 2012).

Berdasarkan data sementara bulan Maret 2013 di Puskesmas Uteun Pulo

Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya didapatkan data sebanyak 36

orang penderita TB paru. Distribusi penderita TB Paru di Puskesmas Uteun Pulo

terdiri dari Penderita lama sebanyak 24 orang dan penderita baru sebanyak 12 orang

(Data Profil Puskesmas Uteun Pulo, 2012). Diantara para penderita ada yang sudah

pernah meminum obat paket selama 3 bulan tapi berhenti berobat karena menderita

penyakit lain seperti demam. ada juga diantara pasien yang berhenti berobat karena

merasa perih di dada dan susah tidur serta tidak ada nafsu makan. Hal ini terjadi

karena tidak adanya penjelasan serta pengawas minum obat.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul: Faktor- faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum

obat paket pada penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan

Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.

1.2 Perumusan Masalah

Kurangnya kepatuhan penderita TBC untuk meminum obat paket di wilayah

kerja Puskesmas Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya

tahun 2013.

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan peran pengawas minum obat dengan tingkat

kepatuhan minum obat pada penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Uteun Pulo

Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan kepatuhan minum obat pada

penderita TBC.

2. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan kepatuhan minum obat pada

penderita TBC.

3. Untuk mengetahui hubungan fasilitas kesehatan dengan kepatuhan minum

obat pada penderita TBC.

4. Untuk mengetahui hubungan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum

obat pada penderita TBC.

1.3.3 Hipotesis Penelitian

Ha : Ada hubungan yang significan antara pengetahuan, sikap, fasilitas kesehatan dan

peran pengawas minum obat dengan kepatuhan dalam minum obat paket pada

penderita TB paru.

Ho : tidak ada hubungan yang significan antara pengetahuan, sikap, fasilitas

kesehatan dan peran pengawas minum obat dengan kepatuhan dalam minum obat

paket pada penderita TB paru.

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi Dinas Kesehatan

Dapat menjadi masukan tentang pentingnya pengawas minum obat (PMO)

dalam keberhasilan pengobatan TBC serta menjadi rujukan dalam

pengambilan keputusan berkaitan dengan pengobatan penderita TBC.

2. Bagi Puskesmas

Dapat menjadi sebuah ajang dalam rangka mengurangi penderita TBC dalam

wilayah kerjanya.

3. Bagi Masyarakat

Dengan penelitian ini di harapkan dapat memberi masukan bagi masyarakat

tentang pengobatan yang teratur dapat menyembuhkan penderita TBC

sehingga meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan dari

tenaga kesehatan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Pentingnya di ketahui bagaimana pengetahuan, sikap, fasilitas kesehatan

keterlibatan pengawas minum obat (PMO) yang bertujuan untuk

Meningkatnya angka kesembuhan pasien TBC.

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepatuhan

2.2.1 Pengertian Kepatuhan atau ketaatan (compliance/adherence)

Adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang

disarankan oleh dokternya atau oleh orang lain. Kepatuhan pasien sebagai sejauh

mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional

kesehatan. Atau juga dapat didefinisikan kepatuhan atau ketaatan terhadap

pengobatan medis adalah suatu kepatuhan pasien terhadap pengobatan yang telah

ditentukan (Gabit, 2004).

Kepatuhan terhadap pengobatan membutuhkan partisipasi aktif pasien dalam

manajemen perawatan diri dan kerja sama antara pasien dan petugas kesehatan.

Penderita yang patuh berobat adalah yang menyeselaikan pengobatan secara teratur

dan lengkap tanpa terputus selama minimal 6 bulan sampai dengan 9 bulan (Depkes

RI, 2012).

Penderita dikatakan lalai jika tidak datang lebih dari 3 hari sampai 2 bulan

dari tanggal perjanjian dan dikatakan Droup Out jika lebih dari 2 bulan berturut-turut

tidak datang berobta setelah dikunjungi petugas kesehatan (Depkes RI, 2000).

Pengobatan memerlukan jangka waktu yang panjang akan memberikan pengaruh-

pengaruh pada penderita seperti:

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

a. Merupakan suatu tekanan psikologis bagi seorang penderita tanpa keluhan

atau gejala penyakit saat dinyatakan sakit dan harus menjalani pengobatan

sekian lama.

b. Bagi penderita dengan keluhan atau gejala penyakit setelah menjalani

pengobatan 1-2 bulan atau lebih lama keluhan akan segera berkurang atau

hilang sama sekali penderita akan merasa sembuh dan malas untuk

meneruskan pengobatan kembali.

c. Datang ke tempat pengobatan selain waktu yang tersisa juga menurunkan

motivasi yang akan semakin menurun dengan lamanya waktu pengobatan.

d. Pengobatan yang lama merupakan beban dilihat dari segi biaya yang harus

dikeluarkan.

e. Efek samping obat walaupun ringan tetap akan memberikan rasa tidak enak

terhadap penderita.

f. Sukar untuk menyadarkan penderita untuk terus minum obat selama jangka

waktu yang ditentukan. Karena jangka waktu pengobatan yang ditetapkan

lama maka terdapat beberapa kemungkinan pola kepatuhan penderita yaitu

penderita berobat teratur dan memakai obat secara teratur, penderita tidak

berobat secara teratur (defaulting), penderita sama sekali tidak patuh dalam

pengobatan yaitu putus berobat (droup out) (Partasasmita, 2006).

Oleh karena itu kepatuhan penderita dapat dibedakan menjadi:

1) Kepatuhan penuh (Total compliance)

6

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

Pada keadaan ini penderita tidak hanya berobat secara teratur sesuai batas

waktu yang ditetapkan melainkan juga patuh memakai obat secara teratur sesuai

petunjuk.

2) Penderita yang sama sekali tidak patuh (Non compliance) Yaitu penderita

yang putus berobat atau tidak menggunakan obat sama sekali.

2.1.2 Faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan

Menurut Smet (1994) dalam Nuraini (2005), faktor- faktor yang

mempengaruhi kepatuhan adalah:

a. Faktor komunikasi

Berbagai aspek komunikasi antara pasien dengan dokter mempengaruhi

tingkat ketidaktaatan, misalnya informasi dengan pengawasan yang kurang,

ketidakpuasan terhadap aspek hubungan emosional dengan dokter, ketidakpuasan

terhadap obat yang diberikan.

b. Pengetahuan

Ketetapan dalam memberikan informasi secara jelas dan eksplisit terutama

sekali penting dalam pemberian antibitoik. Karena sering kali pasien menghentikan

obat tersebut setelah gejala yang dirasakan hilang bukan saat obat itu habis.

c. Fasilitas kesehatan

Fasilitas kesehatan merupakan sarana penting dimana dalam memberikan

penyuluhan terhadap penderita diharapkan penderita menerima penjelasan dari tenaga

kesehatan yang meliputi: jumlah tenaga kesehatan, gedung serba guna untuk

penyuluhan dan lain- lain.

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

Sementara itu menurut Niven (2002) dalam Nuraini (2005), bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kepatuhan adalah:

a. Faktor penderita atau individu

1) Sikap atau motivasi individu ingin sembuh Motivasi atau sikap yang paling

kuat adalah dalam diri individu sendiri. Motivasi individu ingin tetap

mempertahankan kesehatanya sangat berpengaruh terhadap faktor- faktor yang

berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol penyakitnya

2) Keyakinan

Keyakinan merupakan dimensi spiritual yang dapat menjalani kehidupan.

Penderita yang berpegang teguh terhadap keyakinanya akan memiliki jiwa yang tabah

dan tidak mudah putus asa serta dapat menerima keadaannya, demikian juga cara

perilaku akan lebih baik. Kemauan untuk melakukan kontrol penyakitnya dapat

dipengaruhi oleh keyakinan penderita, dimana penderita memiliki keyakinan yang

kuat akan lebih tabah terhadap anjuran dan larangan kalau tahu akibatnya.

b. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat dan

tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa senang dan tenteram apabila mendapat

perhatian dan dukungan dari keluarganya, karena dengan dukungan tersebut akan

menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau mengelola penyakitnya

dengan lebih baik, serta penderita mau menuruti saran-saran yang diberikan oleh

keluarga untuk menunjang pengelolaan penyakitnya.

c. Dukungan sosial

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga

lain merupakan faktor- faktor yang penting dalam kepatuhan terhadap program-

program medis. Keluarga dapat mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit

tertentu dan dapat mengurangi godaan terhadap ketidaktaatan.

d. Dukungan petugas kesehatan

Dukungan petugas kesehatan merupakan faktor lain yang dapat

mempengaruhi perilaku kepatuhan. Dukungan mereka terutama berguna saat pasien

menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru tersebut merupakan ha l penting. Begitu

juga mereka dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara menyampaikan

antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien, dan secara terus menerus

memberikan penghargaan yang positif bagi pasien yang telah mampu berapdatasi

dengan program pengobatanya.

Faktor lain adalah peran PMO, kolaborasi petugas kesehatan dengan keluarga

yang ditunjuk untuk mendampingi ketika penderita minum obat, juga faktor yang

perlu dievaluasi untuk menentukan tingkat kepatuhan dan keberhasilanya (Purwanta,

2005).

Pengobatan dilakukan setiap hari dan dalam jangka panjang, sehingga

kepatuhan minum obat (adherence) juga sering menjadi masalah yang harus

dipikirkan sejak awal pengobatan. Minum obat yang tidak rutin terbukti telah

menyebabkan resistensi obat yang dapat menyebabkan kegagalan pengobatan.

Berdasarkan hal tersebut, tentu perlu adanya pengaturan penggunaan obat sesuai

tujuannya terutama obat seperti yang dikehendaki. Aturan minum obat sangat

berpengaruh pada kepatuhan penderita (complience) (Nirmala, 2003).

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

2.2 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan suatu hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

pancaindra manusia, yakni penciuman, penglihatan, pendengaran, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Soekidjo

Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan tercakup dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkatan yaitu:

1) Tahu, diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan masyarakat dalam mengingat

kembali suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang diterima.

2) Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui dan dapat mempraktekan materi tersebut

secara benar. Seseorang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan

terhadap obyek yang dipelajari.

3) Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4) Analisis, diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam satu struktur

organisasi dan masih ada kaitanya satu sama lain.

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

5) Sintesis, menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi, berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu

materi atau obyek.

2.3 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmodjo, 2003). Sikap secara nyata

menunjukan konotasi adanya kesesuaian antara reaksi terhadap stimulus tertentu

dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap

derajat sosial. Necomb, salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap

itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,

akan tetapi merupakan presdeposisi tindakan suatu perilaku, sikap masih merupakan

reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap

merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai

suatu penghayatan terhadap suatu obyek (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2003) sikap terdiri dari berbagai tindakan yaitu:

1) Menerima, diartikan bahwa seseorang atau subyek mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan obyek.

2) Merespon, diartikan memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah indiksi dari sikap.

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

3) Menghargai, diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara

langsung dapat ditanya bagaimana pendapat atau pertanyaan respon terhadap suatu

obyek. Secara langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan hipotesis,

kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoatmodjo, 2003).

2.4 Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang di gunakan

untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan baik promotif,

preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang di selenggarakan oleh pemerintah,

pemerintah daerah maupun masyarakat.

2.5 Pengawas Minum Obat (PMO)

2.5.1 Pengertian

Pengawas minum obat adalah orang yang bertugas mengawasi secara

langsung terhadap penderita tuberculosis paru pada saat minum obat setiap harinya

dengan menggunakan panduan obat jangka pendek (Depkes RI, 2000).

2.5.2 Tujuan

Menurut Ditjen PPM dan PLP Depkes RI (2007), tujuan diadakannya

pengawas minum obat pada penderita TB Paru adalah:

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

a. Untuk menjamin ketekunan dan keteraturan pengobatan sesuai jadwal yang

telah disepakati pada waktu awal pengobatan.

b. Untuk menghindari penderita dari putus berobat sebelum waktunya.

c. Mengurangi kemungkinan kegagalan pengobatan dan kekebalan terhadap

OAT.

2.5.3 Persyaratan PMO

Seorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui baik oleh petugas kesehatan

maupun penderita selain itu harus disegani dan dihormati oleh penderita, seseorang

yang tinggal dekat dengan penderita, bersedia membantu penderita dengan sukarela,

bersedia dilatih dan mendapat penyuluhan bersama-sama dengan penderita (Depkes

RI, 2000).

2.5.4 Siapa yang bisa jadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya bidan di desa, perawat,

pekarya senitarian, juru imunisasi dan lain- lain. Bila tidak ada petugas kesehatan

yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI,

PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga (Nuraini, 2005).

2.5.5 Tugas PMO

Menurut Nuraini (2005), tugas PMO terhadap penderita TB Paru adalah:

a. Mengetahui tanda-tanda tersangka TB Paru.

b. Mengawasi penderita minum obat setiap hari.

c. Mengambil obat bagi penderita seminggu sekali.

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

d. Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak.

1) Seminggu sebelum akhir bulan ke dua pengobatan (untuk menentukan obat

tambahan).

2) Seminggu sebelum akhir bulan ke lima pengobatan (untuk mengetahui

kegagalan).

3) Seminggu sebelum akhir bulan ke enam pengobatan (untuk mengetahui

kesembuhan).

e. Memberikan penyuluhan pada penderita dan keluarga.

f. Memberitahukan adanya suspek pada keluarga penderita.

g. Merujuk kalau ada efek samping obat.

2.5.6 Informasi penting yang perlu dipahami PMO

TB Paru bukan penyakit keturunan atau kutukan, TB Paru dapat disembuhkan

dengan berobat teratur, tata laksana pengobatan penderita pada tahap intensif dan

lanjutan, pentingnya berobat secara teratur karena itu pengobatan perlu diawasi, efek

samping obat dan tindakan yang harus dilakukan bila terjadi efek samping tersebut,

cara penularan dan pencegahan penularan (Nuraini, 2005).

2.6 Tuberculosis Paru

2.6.1 Pengertian

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh

microbakterium tuberculosis kuman batang aerobik dan tahan asam ini dapat

merupakan organisme patogen maupun saprofit ada beberapa microbakteri patogen,

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

tetapi hanya strain bovin dan manusia yang patogenik terhadap manusia (Wilson,

2001) dalam . Tuberculosis Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

bakteri microbakterium tuberculosis yang biasanya ditularkan dari orang ke orang

lain melalui nuklei droplet (Nettina, 2002). Sedangkan menurut Daniel (1999),

tuberculosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh microbakterium

tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi

dan oleh hipersensitifitas yang diperantoral sel (sell mediated hypersensitifi) penyakit

ini biasanya menyerang diparu tetapi dapat menyerang organ lain seperti ginjal tulang

meningen dan modus limfe.

2.6.2 Manifestasi Klinis

Seringkali gejala penyakit TB Paru yang timbul tidak khas dan menyerupai

penyakit lainnya sehingga disebut sebagai the great imitator (Amin, 2009). Ada

beberapa gejala TB Paru harus diwaspadai adalah jika batuk tidak sembuh-sembuh

selama 3 minggu, demam dan badan mengeluarkan keringat dingin saat tidur malam

meskipun udara sedang tidak panas (Long, 1996) dalam Nuraini (2005).

Gejala lain yang perlu diperhatikan adalah ada perasaan lelah terus menerus

padahal sedang tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat, hilang selera makan

yang tanpa diketahui penyebabnya serta berat badan berkurang lebih cepat dalam

pemeriksaan Laboratorium akan ditemukan laju endap darah (Sibusea, 2007). Gejala

penyakit TB Paru lainnya bisa pula diketahui dengan ada rasa sakit yang muncul

dibagian dada dan jika penyakit TB Paru semakin parah maka ketika terjadi batuk

akan mengeluarkan darah (Nuraini, 2005).

2.6.3 Cara Penularan

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

Sumber penularan adalah penderita TB Paru dengan basil tahan asam (BTA)

Positif mycrobakterium ditularkan dari orang ke orang melalui jalan pernafasan

walaupun mungkin terjadi jalur penularan lain dan kadang-kadang terbukti tidak ada

satupun yang penting. Basilus tuberculosis disekret pernafasan membentuk nuklei

droplet cairan yang dikeluarkan selama batuk bersin dan berbicara (Harrison, 2000).

Penularan biasanya melalui inhalasi butiran (droplet) terinfeksi yang terbentuk

karena penderita batuk atau bersin. (Robbins, 1999). Setiap kali seorang TB batuk,

maka akan dikeluarkan 3000 droplet infektif (memiliki kemampuan menginfeksi).

Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, bahkan dapat

bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan tergantung pada ada tidaknya sinar ultra

violet, ventilasi yang baik dan kelembapan partikel ini kemudian menempel pada

jalan nafas atau paru (Danusantoso, 2000).

Tidak semua pasien TB Paru akan menularkan penyakitnya, pasien TB Paru

yang dapat menularkan penyakitnya keorang lain adalah seorang pasien yang pada

pemeriksaan dahak secara mikroskopik ditemukan BTA sekurang-kurangnya 2 kali

dari 3 kali pemeriksaan atau disebut BTA Positif. Seorang pasien TB yang pada

pemeriksaan dahak secara mikroskopis 3 kali tidak ditemukan BTA tetapi pada

pemeriksaan radiologi ditemukan kelainan yang mengarah pada TB aktif maka

disebut BTA Negatif, BTA Negatif yang telah diobati selama 2 minggu kecil

kemungkinannya menularkan penyakitnya keorang lain. BTA Negatif diperkirakan

akan menjadi BTA Positif dalam jangka 2 tahun bila tidak diobati (Depkes RI, 2000).

Penularan TB Paru juga terjadi dilingkungan yang kumuh, kotor, dan

penularan jika terjadi keadaan tubuhnya lemah, orang yang kurang gizi, kurang

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

protein, kurang darah, dan kurang beristirahat. Mudah tertular juga jika penderita TB

Paru membuang ludah dan dahaknya sembarangan sehingga dahak yang mengandung

basil mengering (Nasedul, 1999). Mereka yang paling berisiko terpajan kebasil

adalah mereka yang tinggal berdekatan dengan orang yang terinfeksi (Corwin, 2000).

2.6.4 Diagnosa Tuberculosis

Diagnosis TB Paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan

ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopik selain tidak

memerlukan biaya mahal, cepat, mudah dilakukan akurat, pemeriksaan mikroskopis

merupakan teknologi diagnostik yang paling sesuai karena mengindikasikan drajat

penularan, resiko kematian serta prioritas pengobatan (Spiro, 2004).

Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga

spesemen SPS (Sewaktu, Pagi, Sewaktu) BTA positif bila hanya satu spesemen yang

positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut Rontgen dada atau pemeriksaan dahak

SPS ulang. Kalau hasil Rontgen dada mendukung TB Paru maka penderita

didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif kalau hasil Rontgen dada tidak

mendukung TB maka pemeriksaan dahak SPS diulang. Bila ketiga spesemen dahak

hasilnya negatif diberi antibiotik spektrum luas misalnya kotrimoksasol atau

amoksilin selama 1-2 mingggu, bila tidak ada perubahan ulangi pemeriksaan dahak

SPS. Kalau hasil SPS positif didiagnosa sebagai penderita TB BTA positif dan bila

hasil SPS tetap negatif lakukan pemeriksaan Rontgen dada untuk mendukung

diagnosis TB BTA negatif Rontgen positif bila hasil Rontgen tidak mendukung TB

maka penderita tersebut bukan TB (Depkes RI, 2000).

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

Selain dengan SPS, diagnostik TB dapat pula dengan polymerase chain reaction

(PCR), yakni teknik analisis DNA maupun RNA. Keunggulan PCR adalah daya lacak

tinggi. Sehingga secara teoritis adanya satu basil TB dalam spesimen sudah dapat

memberikan hasil yang positif. Waktu pelaksanaan lebih cepat, sekitar 5 jam,

dibandingkan dengan kultur dahak. PCR dapat digunakan untuk untuk mendeteksi

adanya resistensi obat anti TB secara cepat dibandingkan cara konvensional. Selain

itu PCR dapat digunakan untuk menentukan strain M. tuberculosis dan epidemiologi

melekuler (Kasper, 2005).

2.6.5 Pencegahan Tuberculosis

Tindakan-tindakan kesehatan masyarakat ditujukan untuk menemukan sedini

mungkin adanya kasus dan sumber infesi. Terapi pencegahan tuberculosis dengan

obat anti microbal merupakan sarana yang efektif untuk mengawasi penyakit, ini

merupakan tindakan preventif yang ditujukan baik untuk mereka yang sudah

terinfeksi maupun masyarakat pada umumnya. Karena itu penduduk yang

mempunyai resiko menderita tuberculosis harus dilakukan prioritas untuk melakukan

program pengobatan, dengan mempertimbangkan resiko terapi dan kepentingan

individual (Wilson, 1990).

Pemberantasan tuberculosis berupa gabungan kemotherapy yang efekt if,

identifikasi sedini mungkin serta follow up dan kemotherapy pada golongan

masyarakat yang mempunyai resiko tinggi (Garay, 2004).

Menurut Utomo (2005) pencegahan tuberculosis dapat berupa:

a. Memberi imunisasi pada bayi-bayi yang baru lahir dengan BCG, dan diulang

pada umur 12 atau 16 bulan kemudian bila diperlukan.

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

b. Memberikan imunisasi keluarga yang terdekat, bila pemeriksaan tes

tuberculin negatif.

c. Jangan minum susu sapi mentah, harus dimasak dahulu.

d. Memberikan penerangan pada penderita untuk menutup mulut dengan sapu

tangan bila batuk serta tidak meludah atau mengeluarkan dahak di sembarang

tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang

dianjurkan dan mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran.

2.6.6 Pengobatan Tuberculosis Paru

a. Tujuan Pengobatan

Dengan strategi DOTS, maka tujuan pengobatan yang sesungguhnya dapat

dipenuhi yaitu menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah

kekambuhan atau timbulnya resistensi terhadap OAT dan memutuskan rantai

penularan (Depkes RI, 2000).

b. Jenis dan dosis obat anti tuberculosis paru

Menurut Depkes RI (2000), TB harus diobati dengan kombinasi beberapa

obat, untuk menghindari timbulnya resistansi. Ada lima pilihan obat yang biasanya

dipakai di Indonesia.

1) Isoniasid (H)

Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90% populasi

kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan, obat ini sangat efektif terhadap

kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis

harian yang dianjurkan 5mg/kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali

seminggu diberikan dengan dosis 10mg/kg BB.

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

2) Rifampisin (R)

Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi-dormant (persister) yang

tidak dapat dibunuh oleh Isoniasid dosis 10mg/kg BB diberikan sama untuk

pengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu.

3) Pirasinamid (Z)

Bersifat baktersid dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dalam

suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25mg/kg BB, sedangkan untuk

pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35mg/kg BB.

4) Streptomisin (S)

Bersifat bakterisid, dosis harian yang dianjurkan 15mg/kg BB sedangkan

untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama penderita

berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75 gr/hari sedangkan untuk berumur 60 tahun

atau lebih diberikan 0,50 gr/hari.

5) Etambutol (E)

Bersifat sebagai bakteriostatik, dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB

sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis 30

mg/kg/BB.

c. Prinsip Pengobatan

Pengobatan TB Paru diberikan dalam dua tahap yaitu tahap intensif dan tahap

lanjutan. Pada tahap awal atau intensif penderita mendapat obat setiap hari dan

diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap Rifampisin, bila

pada tahap ini diberikan secara tepat penderita menular menjadi tidak menular dalam

kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita BTA positif menjadi BTA negatif

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

pada akhir pengobatan intensif, sedang untuk tahap lanjutan penderita mendapat obat

dalam jangka waktu yang lebih lama dan jenis obat lebih sedikit untuk mencegah

terjadinya kekambuhan (Depkes RI, 2000).

d. Panduan OAT di Indonesia

Menurut Depkes RI (2000), program nasional penanggulangan TB Paru di

Indonesia menggunakan panduan OAT panduan obat ini d isediakan dalam bentuk

paket kombipak dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin

kelangsungan pengobatan sampai selesai satu paket untuk satu penderita dalam satu

masa pengobatan.

1) Kategori 1 (2HRZE / 4H3R3)

Obat tersebut diberikan selama 2 bulan (2HRZE) kemudian diteruskan dengan

tahap lanjutan Isoniasid (H) dan Rifampisin (R) diberikan 3 kali dalam seminggu

selama 4 bulan (4H3R3) obat ini diberikan untuk penderita TB Paru BTA Positif, TB

Paru Negatif Rontgen Positif yang sakit berat dan TB ekstra paru berat.

2) Kategori 2 (2HRZES / HRZE / 5H3R3E3)

Tahap intensif diberikan selama 3 bulan terdiri dari 2 bulan dengan H,R,Z,E

dan suntikan Streptomisin setiap hari di UPK dilanjutkan satu bulan dengan H,R,Z,E

setiap hari. Tahap lanjutan selama 5 bulan dengan H,R,E 3 kali seminggu obat ini

diberikan untuk penderita kambuh (Relaps), penderita gagal (failure), dan penderita

dengan pengobatan setelah lalai (after default).

3) Kategori 3 ( 2HRZ / 4 H3R3 )

Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZ)

diteruskan dengan tahapan lanjutan terdiri dari H,R selama 4 bulan diberikan 3 kali

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

seminggu (4H3R3) obat ini diberikan untuk penderita baru BTA negatif Rongten

positif sakit ringan, penderita ekstra paru ringan.

4) OAT sisipan ( HRZE )

Bila pada akhir tahap intensif dan pengobatan dengan kategori 1 atau

penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2 hasil pemeriksaan dahak

masih BTA positif diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan.

e. Efek samping obat

Sebagian besar penderita TB Paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek

samping, namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping oleh karena itu

pemantauan efek samping sangat penting dilakukan selama pengobatan dengan cara

menjelaskan kepada penderita tanda-tanda efek samping, menanyakan adanya gejala

efek samping pada waktu penderita mengambil OAT (Soeparman, 2004).

Tabel 2.1 Efek samping ringan dari OAT

Efek Samping Penyebab Penanganan

Tidak nafsu makan, mual, sakit

perut

Rifampisin Obat diminum sebelum

tidur

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

Nyeri sendi Pirasinamid Beri aspirin

Kesemutan dan rasa terbakar di

kaki

INH Beri vitamin B6

Warna kemerahan pada air seni Rifampisin Tidak perlu diberi apa-apa

tapi perlu penjelasan pada

pasien

Tabel 2.2 Efek samping berat dari OAT

Efek Samping Penyebab Penanganan

Gatal dan kemerahan pada kulit Semua jenis OAT Ikuti petunjuk pelaksanaan

Tuli Streptomisin Streptomisin dihentikan,

ganti ethambutol

Ikterus tanpa penyebab lain Semua jenis OAT Hentikan semua OAT

sampai ikterus menghilang

Bingung dan muntah-muntah Semua jenis OAT Hentikan semua OAT

sampai ikterus menghilang

Gangguan penglihatan Etambutol,

rifampisin

Hentikan etambutol dan

rifampisin

f. Hasil Pengobatan

Menurut Crofton, Horne dan Miller (2002), hasil pengobatan dapat

dikategorikan sebagai :

1) Sembuh

Penderita telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan

pemeriksaan ulang dahak satu bulan sebelum akhir pengobatan dan pada akhir

pengobatan BTA negatif.

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

2) Meninggal

Adalah penderita yang dalam masa pengobatan diketahui meninggal karena

sebab apapun.

3) Defauled atau Drop out

Penderita yang tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih

sebelum masa pengobatannya selesai.

4) Gagal

Penderita BTA positif yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau

kembali menjadi positif sebelum akhir pengobatan atau pada akhir pengobatan.

g. DOTS (Directly Observed Treatment Short Couse)

Menurut Depkes RI (2000), DOTS adalah nama untuk suatu strategi yang

dilaksanakan di pelayanan kesehatan dasar di dunia untuk mendeteksi dan

menyembuhkan pasien TB Paru strategi ini terdiri dari lima komponen yaitu:

1) Dukungan politik para pimpinan wilayah disetiap jenjang sehingga program

ini menjadi salah satu prioritas dan pendanapun tersedia.

2) Mikroskop sebagai komponen utama untuk mendiagnosa TB Paru melalui

pemeriksaan sputum langsung pasien tersangka dengan penemuan secara pasif.

3) Pengawas minum obat yaitu orang yang dikenal dan dipercaya baik oleh

pasien maupun petugas kesehatan yang akan ikut mengawasi pasien minum seluruh

obatnya sehingga dapat dipastikan bahwa pasien betul minum obatnya diharapkan

sembuh pada akhir masa pengobatan.

4) Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sehingga bagian dari sistem

surverlans penyakit ini sehingga pemantauan pasien dapat berjalan.

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

5) Panduan obat anti TB Paru jangka pendek untuk keberhasilan pengobatan

termasuk terjaminnya kelangsungan persediaan panduan obat ini

2.7 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

(Sumber : Notoatmodjo, 2003)

2.8 Kerangka Konsep

Faktor-Faktor yang mempengaruhi kepatuhan

dalam minum obat: 1. Komunikasi

2. Pengetahuan 3. Fasilitas kesehatan 4. Faktor penderita

a. Sikap b. Keyakinan

5. Obat 6. Dukungan keluarga,

pengawas minum obat

(PMO) 7. Dukungan sosial

8. Dukungan petugas kesehatan

Tingkat kepatuhan minum obat:

a. Patuh

b. Tidak patuh

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

(Sumber : Notoatmodjo, 2003)

Pengetahuan

Kepatuhan dalam

minum obat: a. Patuh

b. Tidak patuh

Independen Dependen

Sikap

Fasilitas Kesehatan

Peran pengawas minum obat

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu jenis Survey Analitik

dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu metode penelitian yang

dilakukan untuk membuat gambaran atau untuk mendeskripsikan

tentang suatu keadaan secara objektif di masa sekarang (Notoatmodjo,

2003).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Uteun

Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 09-13 September tahun 2013.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah penderita TBC yang

mendapatkan obat paket dari puskesmas. Berdasarkan data

tahun 2012 terdapat 36 orang penderita TBC yang mendapatkan

obat paket dari Puskesmas Uteun Pulo.

3.3.2 Sampel

27

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

Karena populasinya dapat di jangkau, maka pengambilan sampel dilakukan

dengan tehnik total sampling yaitu 36 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan

kuesioner, untuk mencari informasi dari responden tentang kepatuhan dalam

meminum obat paket.

3.4.2 Data sekunder

Data sekunder yaitu data pendukung yang dibutuhkan peneliti yang berupa

data Gambaran Umum, Lokasi penelitian, dan laporan tahunan tentang pasien

hypertensi karena kehamilan.

3.5 Definisi Operacional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Independen

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Pengetahuan Pemahaman

Penderita TBC Tentang Proses Penyembuhan

penyakit TBC

Wawancara Kuisioner 1. Baik

2. Kurang Baik

Ordinal

2 Sikap Cara pandang pasien tentang

penyakit TBC yang dideritanya

Wawancara Kuisioner 1. Baik 2. Kurang Baik

Ordinal

3 Fasilitas Kesehatan

Alat atau bahan yang dibutuhkan

untuk penyembuhan

pasien TBC

Wawancara Kuisioner 1. Memadai 3. Tidak Memadai

Ordinal

4 Pengawas Orang yang Wawancara Kuisioner 1. Baik Ordinal

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

minum obat dipercaya baik oleh pasien

maupun petugas kesehatan yang

akan ikut mengawasi pasien minum

seluruh obatnya

2. Kurang Baik

Variabel Independen

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Kepatuhan dalam

minum obat paket

Ketaatan pasien dalam minum

obat seperti yang disarankan oleh

petugas kesehatan

Wawancara Kuisioner 1. Patuh 2. Tidak Patuh

Ordinal

3.6 Aspek Pengukuran

Pada penelitian ini digunakan kuesioner yang meliputi pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam laporan tentang

pribadinya atau hal-hal yang diketahui. Alat yang digunakan adalah lembar

kuesioner.

Adapun penjelasan dari hasil ukur pada definisi operasional adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan

Untuk kepentingan analisis skala dikatagorikan menjadi:

1. Baik > 2 jawaban benar

2. Kurang Baik ≤ 2 jawaban benar

(sumber : Depkes RI, 2005)

3. Sikap

Untuk kepentingan analisis skala dikatagorikan menjadi:

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

1. Baik > 2 jawaban benar

2. Kurang Baik ≤ 2 jawaban benar

(sumber : Depkes RI, 2005)

3. Fasilitas Kesehatan

Untuk kepentingan analisis skala dikatagorikan menjadi:

1. Memadai > 2 jawaban benar

2. Tidak Memadai ≤ 2 jawaban benar

(sumber : Depkes RI, 2005)

4. Pengawas minum obat :

Untuk kepentingan analisis skala dikatagorikan menjadi:

1. Ada > 4 jawaban benar

2. Tidak ≤ 4 jawaban benar

(sumber : Depkes RI, 2005)

5. Kepatuhan minum obat paket

Untuk kepentingan analisis skala dikatagorikan menjadi:

1. Patuh > 2 jawaban benar

2. Tidak Patuh ≤ 2 jawaban benar

(sumber : Depkes RI, 2005)

3.7 Pengolahan Data

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

Data yang telah dikumpul diolah secara manual, dengan langkah

sebagai berikut :

1. Editing adalah pemeriksaan atau pengecekan kelengkapan data melalui

kuesioner yang telah dikumpulkan.

2. Coding adalah proses untuk memberikan kode pada jawaban-jawaban

responden dan atau ukuran-ukuran yang diperoleh dari unit analisis sesuai

dengan rancangan awalnya.

3. Scoring adalah pemberian skor dimana setiap jawaban yang benar diberi skor 1

dan yang salah skor 0, hasil jawaban responden yang telah diberikan

pembobotan dijumlahkan dan dibandingkan dengan jumlah skor kemudian

dipresentasikan dengan jumlah dikali 100%. Kuesioner atau angket yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan pertanyan tertutup dengan

alternative yang telah ditentukan.

4. Tabulating adalah menyajikan data dalam bentuk tulisan dan tabel.

3.8 Analisa Data

3.8.1 Analisa Univariat

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan perhitungan statistic sederhana yaitu persentase atau

proporsi. (Eko Budiarto, 2001).

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

3.8.2 Analisa Bivariat

Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan

menentukan hubungan variabel independen dengan variabel dependen

melalui uji chi square (x²). Pengolahan data akan dilakukan dengan

bantuan komputerisasi.

Adapun ketentuan untuk uji chi-square adalah sebagai berikut:

1. Pada tabel 2x2 nilai yang di ambil adalah pearson chi-square

pada kolom Asimp sig 2 side.

2. Bila tabel lebih dari 2x2 nilai yang di ambil adalah pearson chi-

square pada kolom Exact sig 2 side.

3. HO di terima jika p value > ά, artinya tidak ada hubungan antara

variabel independent dengan variabel dependen.

4. HO di tolak = jika p value < ά, artinya ada hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen.

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Uteun Pulo adalah puskesmas perawatan yang bertanggung jawab

memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang berada dalam wilayah kerja

Kecamatan Seunagan Timur.

Adapun batas-batas puskesmas adalah sebagai berikut:

- Timur berbatasan dengan Gampong Keude Linteung

- Barat dengan Gampong Blang Panyang

- Utara dengan Gampong Uteun Pulo

- Selatan dengan Gampong Keude Neulop

4.2 Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dari tanggal 09 s/d 13

September Tahun 2013 di Puskesmas Uteun Pulo terhadap 36 orang

Responden didapatkan hasil sebagai berikut.

4.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan data responden dan

variabel penelitian secara tunggal. Variabel penelitian terdiri dari pengetahuan, sikap,

fasilitas kesehatan, pengawas minum obat dan kepatuhan minum obat.

4.2.1.1 Variabel Penelitian

33

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan pengetahuan di Puskesmas

Uteun Pulo Tahun 2013.

No Pengetahuan Frekuensi %

1 Baik 15 41,7

2 Kurang Baik 21 58,3

Jumlah 36 100

Sumber : Data Primer Diolah 2013

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas terlihat bahwa mayoritas dari responden

berpengetahuan kurang sebanyak 21 orang (41,7%), selebihnya baik sebanyak 15

orang (58,3%).

Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan sikap di Puskesmas Uteun

Pulo Tahun 2013.

No Sikap Frekuensi %

1 Baik 13 36,1

2 Kurang Baik 23 63,9

Jumlah 36 100

Sumber : Data Primer Diolah 2013

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas terlihat bahwa mayoritas dari responden

bersikap kurang baik sebanyak 23 orang (63,9%), selebihnya baik sebanyak 13 orang

(36,1%).

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan fasilitas kesehatan di

Puskesmas Uteun Pulo Tahun 2013.

No Fasilitas Kesehatan Frekuensi %

1 Memadai 14 38,9

2 Tidak Memadai 22 61,1

Jumlah 36 100

Sumber : Data Primer Diolah 2013

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas terlihat bahwa mayoritas dari responden

mengatakan fasilitas kesehatan tidak memadai sebanyak 22 orang (61,1%),

selebihnya mengatakan memadai sebanyak 14 orang (38,9%).

Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan Pengawas minum obat di

Puskesmas Uteun Pulo Tahun 2013.

No Pengawas Minum Obat Frekuensi %

1 Ada 13 36,1

2 Tidak Ada 23 63,9

Jumlah 36 100

Sumber : Data Primer Diolah 2013

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas terlihat bahwa mayoritas dari responden

mengatakan tidak ada pengawas minum obat sebanyak 23 orang (63,9%), selebihnya

mengatakan ada sebanyak 13 orang (36,1%).

Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan Kepatuhan minum obat paket

di Puskesmas Uteun Pulo Tahun 2013.

No Kepatuhan Minum Obat Paket Frekuensi %

1 Patuh 16 44,4

2 Tidak Patuh 20 55,6

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

Jumlah 36 100

Berdasarkan Tabel 4.5 diatas terlihat bahwa mayoritas dari responden

mengaku tidak patuh minum obat paket sebanyak 20 orang (55,6%), selebihnya

mengatakan patuh sebanyak 16 orang (44,4%).

4.2.2 Analisis Bivariat

Analisis Bivariat menggunakan uji Chi Square χ² terhadap α 0,05 yaitu

melihat variabel pengetahuan, sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat

terhadap kepatuhan minum obat paket pada penderita TBC di wilayah kerja

Puskesmas Uteun Pulo.

4.2.2.1 Pengetahuan

Tabel 4.6 Hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan minum obat

paket di Puskesmas Uteun Pulo Tahun 2013.

Pengetahuan

Kepatuhan Minum Obat Paket Total

Patuh Tidak Patuh

n % n % F % P OR

Baik 11 73,3 4 26,7 15 100

0,009

8,800 Kurang Baik 5 23,8 16 76,2 21 100

Jumlah 16 44,4 20 55,6 36 100

Sumber : Data Primer Diolah 2013

Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa dari 36 responden yang di wawancarai,

11 orang (73,3%) pengetahuannya baik serta patuh minum obat paket dan 4 orang

(26,7%) tidak patuh. Pada responden yang pengetahuannya kurang baik sebanyak 5

orang (23,8%) patuh minum obat paket serta 16 orang (76,2%) tidak patuh.

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

Dari hasil perhitungan Chi Square pada derajat kemaknaan 95 % (ά = 0,05)

diketahui bahwa nilai p value adalah 0,009 (< ά). Oleh karena itu Ho di tolak

sehingga ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan minum obat paket.

Dengan nilai OR 8,800 maka responden dengan pengetahuan yang baik mempunyai

kemungkinan 8 kali untuk patuh dalam minum obat paket TBC.

4.2.2.2 Sikap

Tabel 4.7 Hubungan antara sikap dengan kepatuhan minum obat paket di

Puskesmas Uteun Pulo Tahun 2013.

Sikap

Kepatuhan Minum Obat Paket Total

Patuh Tidak Patuh

n % n % F % P OR

Baik 8 61,5 5 38,5 13 100

0,229

3,000 Kurang Baik 8 34,8 15 65,2 23 100

Jumlah 16 44,4 20 55,6 36 100

Sumber : Data Primer Diolah 2013

Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa dari 36 responden yang di wawancarai,

8 orang (61,5%) mempunyai sikap yang baik serta patuh minum obat paket dan 5

orang (38,5%) tidak patuh. Pada responden yang bersikap kurang baik sebanyak 8

orang (34,8%) patuh minum obat paket serta 15 orang (65,2%) tidak patuh.

Dari hasil perhitungan Chi Square pada derajat kemaknaan 95 % (ά = 0,05)

diketahui bahwa nilai p value adalah 0,229 (> ά). Oleh karena itu Ho gagal di tolak

sehingga tidak ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan minum obat paket.

Dengan nilai OR 3,000 maka responden dengan sikap yang ba ik mempunyai

kemungkinan 3 kali untuk patuh dalam minum obat paket TBC.

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

4.2.2.3 Fasilitas Kesehatan

Tabel 4.8 Hubungan antara fasilitas kesehatan dengan kepatuhan minum

obat paket di Puskesmas Uteun Pulo Tahun 2013.

Fasilitas

Kesehatan

Kepatuhan Minum Obat Paket Total

Patuh Tidak Patuh

n % n % F % P OR

Memadai 10 71,4 4 28,6 14 100

0,024

6,667 Tidak Memadai 6 27,3 16 72,7 22 100

Jumlah 16 44,4 20 55,6 36 100

Sumber : Data Primer Diolah 2013

Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa dari 36 responden yang di wawancarai,

10 orang (71,4%) mengatakan fasilitas kesehatan memadai serta patuh minum obat

paket dan 4 orang (28,6%) tidak patuh. Pada responden yang mengatakan fasilitas

kesehatan tidak memadai sebanyak 6 orang (27,3%) patuh minum obat paket serta 16

orang (72,7%) tidak patuh.

Dari hasil perhitungan Chi Square pada derajat kemaknaan 95 % (ά = 0,05)

diketahui bahwa nilai p value adalah 0,024 (< ά). Oleh karena itu Ho di tolak

sehingga ada hubungan antara fasilitas kesehatan dengan kepatuhan minum obat

paket. Dengan nilai OR 6,667 maka dengan fasilitas kesehatan yang memadai

mempunyai kemungkinan 6 kali untuk patuh dalam minum obat paket TBC.

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

4.2.2.4 Pengawas Minum Obat

Tabel 4.9 Hubungan antara pengawas minum obat dengan kepatuhan

minum obat paket di Puskesmas Uteun Pulo Tahun 2013.

Pengawas Minum

Obat

Kepatuhan Minum Obat Paket Total

Patuh Tidak Patuh

n % n % F % P OR

Ada 10 76,9 3 23,1 13 100

0,009

9,444 Tidak Ada 6 26,1 17 73,9 23 100

Jumlah 16 44,4 20 55,6 36 100

Sumber : Data Primer Diolah 2013

Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa dari 36 responden yang di wawancarai,

10 orang (76,9%) mengatakan ada pengawas minum obat serta patuh minum obat

paket dan 3 orang (23,1%) tidak patuh. Pada responden yang mengatakan tidak ada

pengawas minum obat sebanyak 6 orang (26,1%) patuh minum obat paket serta 17

orang (73,9%) tidak patuh.

Dari hasil perhitungan Chi Square pada derajat kemaknaan 95 % (ά = 0,05)

diketahui bahwa nilai p value adalah 0,009 (< ά). Oleh karena itu Ho di tolak

sehingga ada hubungan antara pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

paket. Dengan nilai OR 9,444 maka dengan fasilitas kesehatan yang memadai

responden mempunyai kemungkinan 9 kali untuk patuh dalam minum obat paket

TBC.

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengetahuan

Pemahaman yang baik terhadap pengobatan TBC sangat mendukung untuk

mencegah kegagalan dalam pengobatan. Pasien memperoleh penge tahuan yang baik

tentang obat paket yang di konsumsinya dari penjelasan petugas dan mencari tahu

sendiri dari sumber informasi lainnya.

Berdasarkan penelitian ini di peroleh hubungan yang bermakna antara

pengetahuan dengan kepatuhan pasien dalam meminum obat paket TBC. Hasil

penelitian ini sama seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Armiyati di Desa

Telegorejo Semarang tahun 2010.

4.3.2 Sikap

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan

tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap suatu obyek. Sikap yang positif dari

pasien TBC terhadap kepatuhan dalam meminum obat paket dapat mencegah pasien

untuk melakukan suatu tindakan yang menyebabkan kegagalan dalam pengobatan,

misalnya tidak merokok dengan cara menghindari orang yang merokok.

Berdasarkan penelitian ini tidak di peroleh hubungan yang bermakna antara

sikap dengan kepatuhan pasien dalam meminum obat paket TBC. Hasil penelitian ini

sama seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Yunita di Desa Serempah

Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh Tengah tahun 2010.

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

4.3.3 Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang memadai sangat mendukung untuk perawatan pasien

yang harus di rawat inap di puskesmas. Dalam penelitian ini mayoritas pasien rawat

jalan. Kaitan antara pasien rawat jalan TBC dengan fasilitas kesehatan adalah untuk

tegaknya diagnosa seperti pemeriksaan dahak di laboratorium serta tersedianya obat

paket TBC di puskesmas. Dengan diagnosa yang tepat pasien yakin untuk

mengonsumsi obat paket yang di berikan tanpa ada keraguan terhadap diagnosa

tersebut.

Berdasarkan penelitian ini di peroleh hubungan yang bermakna antara fasilitas

kesehatan dengan kepatuhan pasien dalam meminum obat paket TBC. Hasil

penelitian ini sama seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Yunita di Desa

Serempah Kecamatan Ketol Kabupaten Aceh Tengah tahun 2010.

4.3.4 Pengawas minum obat

Penunjukan seorang pengawas yang akan memantau pasien agar teratur dalam

mengonsumsi obat seperti yang di anjurkan oleh petugas puskesmas sangat penting

mengingat syarat minum obat tersebut agar tidak terlewati walaupun hanya satu

waktu.

Menurut amatan peneliti, pengawas yang di tunjuk adalah orang terdekat dari

penderita misalnya suami atau istri serta kerabat terdekat. Tugas dari pengawas

tersebut adalah mengingatkan dan menyiapkan obat yang akan di minum pasien. Dari

penelitian ini dapat di ketahui begitu besarnya peranan dari pengawas minum obat

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

tersebut dalam meyakinkan pasien agar minum obat secara teratur. Sering terjadi

penolakan dari pasien untuk minum obat karena pasien mengeluh sakit di dada, mual,

tidak nafsu makan, susah tidur, gelisah. Dalam keadaan seperti ini pengawas akan

menjelaskan pada pasien tentang ketidaknyamanan tersebut sebagai akibat yang di

timbulkan dari obat yang di minum.

Karena proses minum obat paket ini berlangsung sampai 6 bulan, maka

kecenderungan untuk putus berobat mempunyai kemungkinan besar terjadi. Selain

karena keluhan dari ketidaknyamanan, putus minum obat juga bisa terjadi karena

pasien merasa sudah sembuh sehingga mereka tidak menuntaskan minum obat paket

sampai enam bulan. Dengan adanya pengawas maka ada yang selalu mengingatkan

pasien tersebut agar patuh minum obat sampai enam bulan.

Berdasarkan teori dari Depkes RI tahun 2012 Kepatuhan terhadap pengobatan

membutuhkan partisipasi aktif pasien dalam manajemen perawatan diri dan kerja

sama antara pasien dan petugas kesehatan. Penderita yang patuh berobat adalah yang

menyeselaikan pengobatan secara teratur dan lengkap tanpa terputus selama minimal

6 bulan sampai dengan 9 bulan. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian

yang di lakukan oleh Armiyati di Desa Telegorejo Semarang tahun 2010.

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan yang telah dijelaskan dapat dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kepatuhan minum

obat paket pada penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Uteun Pulo

Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.

2. Tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan kepatuhan minum

obat paket pada penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Uteun Pulo

Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.

3. Ada hubungan yang bermakna antara fasilitas kesehatan dengan kepatuhan

minum obat paket pada penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Uteun

Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.

4. Ada hubungan yang bermakna antara pengawas minum obat dengan

kepatuhan minum obat paket pada penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas

Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.

43

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

5.2. Saran

Dari kesimpulan yang telah diambil peneliti memberi saran sebagai berikut :

1. Kepada Dinas Kesehatan supaya dapat melakukan supervisi ke Puskesmas

dalam rangka meningkatkan motivasi petugas puskesmas khususnya yang

memegang program TBC.

2. Kepada petugas puskesmas agar berupaya untuk meningkatkan

pengetahuannya tentang cara-cara penanganan pasien TBC dari berbagai

artikel.

3. Kepada masyarakat agar memahami dengan benar cara-cara pencegahan, dan

penanganan penyakit TBC mengingat mudahnya penularan terjadi serta

dampak bila penyakit semakin parah.

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Fadel (2009). Pengaruh Pengawasan Terhadap Keberhasilan Minum Obat Paket TB Paru. Jakarta. ECG.

Danusantoso, (2000). Karakteristik Responden Terhadap Keberhasilan Minum Obat Paket TBC. Skripsi USU.

Depkes RI, (2012). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis. Jakarta.

Depkes RI, (2000). Penanggulangan Penyakit Tuberculosis di Negara Berkembang. Jakarta.

Ditjen PPM dan PLP Depkes RI (2007). Fungsi Pengawas Minum Obat Dalam

Keberhasilan Pengobatan TB Paru. Depkes

Gabit, (2004). Penyakit TBC dan Cara Pencegahannya. Jakarta. ECG.

Nirmala, (2003). Peningkatan angka Kesembuhan Pasien TB Paru Dengan adanya

Pengawas Minum Obat. Jakarta. ECG

Nuraini, (2005). Hubungan Antara Pengetahuan Penyakit TB Paru dan Cara

Penanggulangannya Dengan Ketaatan Terhadap Program Pengobatan TB Paru BTA positif di BP4 Surakarta.

Partasasmita, (2006). Riset Tentang Penderita TBC di Wilayah Kabupaten Sleman Jogyakarta. Jakarta. ECG

Purwanta, (2005). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek . Jakarta. ECG.

Sibusea, 2007). Karakteristik Penderita TB Paru Relapse Yang Berobat di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2010-2011.

Soeparman, (2004). Peran Pengawas Minum Obat Dalam Mengurangi angka Putus

Minum Obat Pada Penderita TB Paru. Jakarta. ECG

Utomo (2005). Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Keberhasilan Pengobatan

TB Paru. Jakarta. ECG

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

TABEL SKOR

NO VARIABEL YANG DI TELITI

NO URUT PERTANYAAN

SKOR JAWABAN INTERVAL

Ya Tidak

1 Pengetahuan 1 1 0 0 s/d 4

2 1 0 0+4/2=2

3 1 0 Baik = ≥ 2

4 1 0 Kurang = < 2

2 Sikap 1 1 0 0 s/d 4

2 1 0 0+4/2=2

3 1 0 Baik = ≥ 2

4 1 0 Kurang = < 2

3 Fasilitas

Kesehatan

1 1 0 0 s/d 4

2 1 0 0+4/2=2

3 1 0 Baik = ≥ 2

4 1 0 Kurang = < 2

4 Peran Pengawas 1 1 0 0 s/d 8

Minum Obat 2 1 0 0+8/2=4

3 1 0 Baik = ≥ 4

4 1 0 Kurang = < 4

5 1 0

6 1 0

7 1 0

8 1 0

5 Kepatuhan dalam 1 1 0 0 s/d 4

Minum Obat 2 1 0 0+4/2=2

3 1 0 Baik = ≥ 2

4 1 0 Kurang = < 2

Jumlah 24 24 0

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

MASTER TABEL

NO PENGETA

HUAN

T

O T

A L

K

E T

SIKAP T

O T

A L

K

E T

FASILITAS

KESEHATAN

T

O T

A L

K

E T

PENGAWAS

MINUM OBAT

T

O T

A L

K

E T

KEPATUHAN

MINUM OBAT

PAKET

T

O T

A L

K

E T

1 1 0 0 1 2 B 1 0 0 1 2 B 1 0 0 1 2 M 1 0 0 1 1 0 0 1 4 A 0 0 0 0 0 T

2 0 0 0 0 0 K 0 0 0 0 0 K 0 0 0 0 0 T 0 0 0 0 0 1 0 1 2 T 0 1 0 0 1 T

3 0 0 0 1 1 K 1 0 0 0 1 K 1 0 0 0 1 T 1 0 0 1 1 0 0 0 3 T 1 1 1 1 4 P

4 0 0 1 0 1 K 0 0 1 1 2 B 0 1 1 1 3 M 0 1 0 1 0 1 1 0 4 A 0 1 1 1 3 P

5 0 0 0 1 1 K 1 0 0 0 1 K 1 0 0 0 1 T 1 0 0 1 1 0 0 1 4 A 1 1 0 1 3 P

6 0 0 0 0 0 K 0 0 0 0 0 K 0 0 0 0 0 T 0 0 0 0 1 0 0 0 1 T 1 0 0 0 1 T

7 1 0 0 1 2 B 1 0 0 0 1 K 1 0 0 1 2 M 1 0 0 1 1 0 0 0 3 T 0 0 0 0 0 T

8 0 0 0 0 0 K 0 1 0 1 2 B 0 1 0 0 1 T 0 0 0 1 0 0 0 0 1 T 1 0 0 0 1 T

9 1 0 0 0 1 K 0 0 0 1 1 K 1 0 0 1 2 M 1 0 0 1 1 0 0 1 4 A 0 0 1 0 1 T

10 1 1 1 0 3 B 0 0 0 0 0 K 0 0 0 0 0 T 0 1 0 1 0 1 0 0 3 T 0 1 0 1 2 P

11 1 0 0 0 1 K 1 0 0 0 1 K 0 1 0 0 1 T 1 0 0 0 1 0 0 1 3 T 0 0 1 0 1 T

12 0 1 1 1 3 B 0 0 1 0 1 K 0 0 1 0 1 T 0 0 0 0 0 0 1 0 1 T 0 0 0 1 1 T

13 1 0 0 0 1 K 0 1 0 1 2 B 0 1 0 1 2 M 1 1 0 0 1 1 0 1 5 A 0 1 0 0 1 T

14 0 0 0 0 0 K 1 0 0 0 1 K 1 0 0 0 1 T 0 0 1 1 0 0 1 1 4 A 1 1 0 1 3 P

15 1 1 1 1 4 B 0 0 0 1 1 K 1 0 0 0 1 T 0 1 0 0 0 1 0 1 3 T 1 0 0 0 1 T

16 0 0 1 1 2 B 0 0 0 0 0 K 0 0 0 0 0 T 1 0 1 0 1 0 1 0 3 T 0 0 0 1 1 T

17 0 1 0 0 1 K 0 1 0 0 1 K 1 1 0 0 2 M 1 0 0 1 1 0 0 1 4 A 0 0 0 0 2 P

18 1 0 1 0 2 B 0 0 0 1 1 K 0 0 0 1 1 T 0 1 0 0 0 0 1 0 2 T 1 0 0 0 1 T

19 1 0 0 0 1 K 1 1 1 1 4 B 0 0 0 1 1 T 1 0 0 0 1 1 0 0 3 T 0 0 0 0 0 T

20 0 1 1 1 3 B 1 0 0 0 1 K 0 0 0 0 1 T 1 0 1 1 1 0 1 1 6 A 0 0 0 0 0 T

21 1 1 1 1 4 B 0 0 0 0 0 K 1 0 0 1 2 M 0 0 0 1 1 0 0 1 3 T 1 0 1 1 3 P

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ...repository.utu.ac.id/224/1/BAB I_V.pdf · sikap, fasilitas kesehatan dan pengawas minum obat dengan kepatuhan minum obat

22 1 0 0 0 1 K 1 0 0 1 2 B 0 0 0 0 0 T 0 1 1 1 1 1 1 1 7 A 0 1 1 0 2 P

23 1 0 0 1 2 B 0 1 1 1 3 B 0 0 0 1 1 T 1 0 0 1 0 0 0 1 3 T 0 0 0 0 3 P

24 0 1 1 1 3 B 1 0 0 0 0 K 0 1 1 1 3 M 0 1 1 1 1 1 1 0 6 A 1 0 1 1 3 P

25 1 0 0 0 1 K 0 1 0 1 2 B 1 0 0 0 1 T 1 0 0 1 1 0 0 0 3 T 0 0 0 0 0 T

26 0 0 0 0 0 K 1 0 0 0 1 K 0 1 0 1 2 M 0 1 0 1 0 1 0 0 3 T 0 0 0 1 1 T

27 1 0 0 1 2 B 0 0 0 0 0 K 1 0 0 1 2 M 1 0 0 1 1 0 0 1 4 A 1 1 1 1 4 P

28 0 0 1 1 2 B 1 1 0 0 2 B 0 0 0 0 0 T 0 1 1 0 0 0 0 0 2 T 1 0 0 1 2 P

29 1 0 0 0 1 K 0 0 1 0 1 K 1 1 0 0 2 M 1 1 0 0 0 0 0 0 2 T 0 0 0 0 0 T

30 0 1 0 0 1 K 0 1 0 1 2 B 0 0 1 0 1 T 0 0 1 1 0 0 1 1 4 A 1 0 0 0 1 T

31 1 0 1 1 3 B 1 0 0 0 1 K 0 1 0 1 2 M 0 1 0 1 0 1 0 0 3 T 1 1 1 1 4 P

32 0 0 0 0 0 K 1 0 0 1 2 B 0 0 1 0 1 T 1 0 0 0 1 0 0 1 3 T 0 1 0 1 2 P

33 1 0 0 0 1 K 0 0 0 0 0 K 1 1 0 1 3 M 0 1 1 1 1 1 1 1 7 A 0 0 1 0 1 T

34 0 0 1 0 1 K 1 1 0 0 2 B 0 0 0 0 0 T 0 0 0 1 1 0 0 1 3 T 1 0 0 1 2 P

35 0 1 0 1 2 B 1 0 0 1 2 B 0 1 0 0 1 T 0 1 0 0 0 1 0 1 3 T 0 0 0 0 0 T

36 0 0 1 0 1 K 1 0 0 0 1 K 1 0 0 1 2 M 1 0 0 0 1 0 0 1 2 T 1 1 1 0 3 P

KETERANGAN

B = BAIK K = KURANG A = ADA

T = TIDAK (tidak memadai, tidak ada, tidak patuh) M= MEMADAI

P = PATUH