Bab 1Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Menurut Hendrik L. Bloom, ada empat faktor yang mempengaruhi
kesehatan yaitu keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan
kesehatan. Dalam hal ini jelas bahwa lingkungan sangat berpengaruh
terhadap derajat kesehatan manusia. Masalah penyehatan lingkungan
pemukiman khususnya pada pembuangan tinja perlu mendapatkan
prioritas. Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena
merupakan satu bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam
bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit seperti diare,
tifoid, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk
serta estetika. Hal ini mendorong pemerintah untuk mencanangkan
program upaya kesehatan lingkungan sebagai program kesehatan wajib
yang salah satunya melalui cakupan pengawasan sarana jamban yang
merupakan sanitasi dasar.1-2Berdasarkan hasil UNICEF/WHO Joint
Monitoring Programme (JMP), perkembangan cakupan sanitasi di
Indonesia sejak tahun 1990 hingga 2004 sangat lambat, yakni di
perdesaan peningkatan cakupannya hanya sekitar 3% dari 37% hingga
ke 40%, sedangkan di perkotaan mencapai 8%, yakni dari 65% hingga
73%. Menurut kriteria JMP 2006 yang dikatakan memiliki akses
terhadap fasilitas tempat buang air besar (sanitasi) yaitu rumah
tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi improved
adalah rumah tangga yang menggunakan fasilitas buang air besar
(BAB) milik sendiri, jenis tempat BAB jenis leher angsa atau
plengsengan, dan tempat pembuangan akhir tinja jenis tangki septik.
Sedangkan yang dikatakan fasilitas sanitasi unimproved adalah
fasilitas milik bersama, umum dan atau BAB sembarangan, sarana
jamban cemplung, pembuangan akhir tinja tidak di tangki
septik.3-4Dari hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development
Program (ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih
berperilaku buang air besar sembarangan (BABS). Hal ini menyebabkan
tingginya angka kejadian diare di Indonesia dan dapat terlihat dari
angka kejadian diare nasional pada tahun 2006 sebesar 423 per
seribu penduduk pada semua umur. Berdasarkan data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2010 implikasi dari perilaku BABS adalah diare
ataupun penyakit berbasis lingkungan yang merupakan pembunuh nomor
satu untuk kematian bayi di Indonesia dan 42% dari penyebab
kematian bayi usia 0-11 bulan. Hal seperti ini dapat dikendalikan
melalui intervensi terpadu dengan pendekatan sanitasi total. Ini
dibuktikan melalui hasil studi WHO 2007 yaitu kejadian diare
menurun 32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi
dasar. Maka, Kepmenkes RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008 menetapkan
undang-undang tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di
mana salah satu pilarnya adalah setiap individu dan komunitas
mempunyai akses terhadap sanitasi dasar untuk mewujudkan komunitas
yang bebas dari BABS atau Open Defecation Free (ODF).
3-6Berdasarkan laporan pencapaian milenium di Indonesia, Badan
Pusat Statistik (BPS) dan Susenas 2011 proporsi rumah tangga dengan
akses terhadap fasilitas sanitasi dasar layak, perkotaan dan
perdesaan sebesar 55,60% dengan target Millennium Development Goals
(MDGs) 2015 yaitu 62,41%.7Dari data Riskesdas 2013, sebanyak 59,8%
rumah tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi
improved sedangkan 40,2% rumah tangga dengan fasilitas sanitasi
unimproved. Berdasarkan tempat tinggal, proporsi rumah tangga yang
menggunakan fasilitas BAB milik sendiri lebih tinggi di perkotaan
(84,9%); sedangkan proporsi BAB sembarangan lebih tinggi di
perdesaan (20,8%). Pembuangan akhir tinja rumah tangga di Indonesia
sebagian besar menggunakan tangki septik (66,0%). Proporsi rumah
tangga dengan pembuangan akhir tinja menggunakan tangki septik di
perkotaan lebih tinggi (79,4%) dibanding di perdesaan
(52,4%).8,9Berdasarkan Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten
Karawang 2014 - 2018 didapatkan 38,77% masyarakat masih melakukan
BAB sembarangan. Kepemilikan jamban di Kabupaten Karawang baru
mencapai 62% dengan rincian memiliki dan menggunakan 60% jamban
pribadi, 2% MCK/WC umum dan 38% BABS.10Dari laporan triwulan I-II
Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Batujaya 2014 didapatkan
cakupan pengawasan jamban sebesar 34,15% dari target yang
ditetapkan propinsi Jawa Barat yaitu 75%. Berdasarkan hal tersebut
di atas maka dilakukan evaluasi program yang sudah dijalankan,
menindaklanjuti upaya perbaikan yang akan dijalankan dan
mengidentifikasi faktor risiko lingkungan berbagai jenis penyakit
dan gangguan kesehatan. 1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar
belakang yang telah diuraikan diatas, masalah yang didapat berupa:
1. Berdasarkan hasil UNICEF/WHO Joint Monitoring Programme,
perkembangan cakupan sanitasi di Indonesia sejak tahun 1990 hingga
2004 sangat lambat, yakni di perdesaan peningkatan cakupannya hanya
sekitar 3% sedangkan di perkotaan mencapai 8%.2. Dari hasil studi
Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006,
47% masyarakat masih berperilaku buang air besar sembarangan. 3.
Angka kejadian diare nasional pada tahun 2006 sebesar 423 per
seribu penduduk pada semua umur.4. Dari data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2010 implikasi dari perilaku BABS adalah diare ataupun
penyakit berbasis lingkungan yang merupakan pembunuh nomor satu
untuk kematian bayi di Indonesia dan 42% dari penyebab kematian
bayi usia 0-11 bulan.5. Dari hasil studi WHO 2007, kejadian diare
menurun 32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi
dasar.6. Berdasarkan laporan pencapaian milenium di Indonesia,
Badan Pusat Statistik (BPS) dan Susenas 2011 proporsi rumah tangga
dengan akses terhadap fasilitas sanitasi dasar layak, perkotaan dan
perdesaan sebesar 55,60% dengan target Millennium Development Goals
(MDGs) 2015 yaitu 62,41%.7. Dari data Riskesdas 2013, sebanyak
59,8% rumah tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi
improved sedangkan 40,2% rumah tangga dengan fasilitas sanitasi
unimproved. Berdasarkan tempat tinggal, proporsi rumah tangga yang
menggunakan fasilitas BAB milik sendiri lebih tinggi di perkotaan
(84,9%); sedangkan proporsi BAB sembarangan lebih tinggi di
perdesaan (20,8%). 8. Dari data Riskesdas 2013, pembuangan akhir
tinja rumah tangga di Indonesia sebagian besar menggunakan tangki
septik (66,0%). Proporsi rumah tangga dengan pembuangan akhir tinja
menggunakan tangki septik di perkotaan lebih tinggi (79,4%)
dibanding di perdesaan (52,4%).9. Berdasarkan Memorandum Program
Sanitasi (MPS) Kabupaten Karawang 2014 - 2018 didapatkan 38,77%
masyarakat masih melakukan BAB sembarangan
10. Kepemilikan jamban di Kabupaten Karawang baru mencapai 62%
dengan rincian memiliki dan menggunakan 60% jamban pribadi, 2%
MCK/WC umum dan 38% BABS.11. Dari laporan triwulan I-II Instrumen
Penilaian Kinerja Puskesmas Batujaya 2014 didapatkan cakupan
pengawasan jamban sebesar 34,15% dari target yang ditetapkan
propinsi Jawa Barat yaitu 75%.
1.3 Tujuan 1.3.1. Tujuan UmumUntuk mengetahui tingkat
keberhasilan program pengawasan jamban di UPTD Puskesmas Batujaya
periode Januari 2014 sampai Agustus 2014.
1.3.2. Tujuan Khusus Diketahuinya jumlah sarana jamban yang ada,
jumlah penduduk yang menggunakan jamban, jenis jamban yang ada dan
jumlah jamban yang memenuhi syarat kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas Batujaya periode Januari 2014 sampai dengan Agustus 2014.
Diketahuinya cakupan hasil inspeksi program pengawasan jamban di
wilayah kerja Puskesmas Batujaya periode Januari 2014 sampai dengan
Agustus 2014. Diketahuinya presentase akses fasilitas jamban yang
memenuhi syarat kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Batujaya
periode Januari 2014 sampai dengan Agustus 2014. Diketahuinya
cakupan penyuluhan tentang sarana jamban/program pengawasan jamban
di wilayah kerja Puskesmas Batujaya periode Januari 2014 sampai
dengan Agustus 2014. Diketahuinya cakupan pencatatan dan pelaporan
tentang program pengawasan jamban di wilayah kerja Puskesmas
Batujaya periode Januari 2014 sampai dengan Agustus 2014.
1.4 Manfaat 1.4.1 Bagi Evaluator1. Menerapkan ilmu pengetahuan
yang telah diperoleh saat di bangku kuliah. 2. Melatih serta
mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya program
upaya kesehatan lingkungan terutama program pengawasan jamban.3.
Mengetahui kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkanantara lain
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. 4.
Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengevaluasi. 5. Mengembangkan
kemampuan untuk berpikir kritis.
1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi1. Mengamalkan Tridarma Perguruan
Tinggi. 2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran
sertanya di bidang kesehatan. 3. Mewujudkan Universitas Kristen
Krida Wacana (Ukrida) sebagai universitas yang menghasilkan dokter
yang berkualitas. 1.4.3 Bagi Puskesmas yang dievaluasi1. Mengetahui
masalah-masalah yang timbul dalam program upaya kesehatan
lingkungan terutama program pengawasan jamban di ruang lingkup
kerja Puskesmas Batujaya. 2. Mengetahui masalah dan hambatan yang
ditemui pada saat pelaksanaan program upaya kesehatan lingkungan
terutama program pengawasan jamban di ruang lingkup kerja puskesmas
Batujaya. 3. Dapat meningkatkan motivasi pemegang program dan
pelaksana program agar dapat berjalan dengan baik.4. Memperoleh
masukan dari saran-saran yang diberikan sebagai umpan balik agar
keberhasilan program di masa mendatang dapat tercapai secara
optimal dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas program
pengawasan jamban sehingga mutu dari pada pelayanan puskesmas ini
menjadi lebih baik dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
1.4.4 Bagi Masyarakat1. Meningkatnya derajat kesehatan
masyarakat di wilayah kerja puskesmas Batujaya.2. Dengan
tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat menurunkan
prevalensi berbagai penyakit masyarakat yang berbasis kesehatan
lingkungan melalui program pengawasan jamban.3. Dengan tercapainya
keberhasilan program, diharapkan dapat menjadi contoh bagi
daerah-daerah lain di Indonesia. 4. Masyarakat dapat memperoleh
akses fasilitas jamban yang layak untuk kebutuhan sehari-hari.
1.5 SasaranMasyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Batujaya,
desa Batujaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat pada periode periode
Januari 2014 sampai dengan Agustus 2014.
Bab IIMateri dan Metode2.1 Materi Materi yang dievaluasi dalam
program pengawasan jamban periode Januari 2014 sampai dengan
Agustus 2014 di UPTD Puskesmas Batujaya, desa Batujaya, Kabupaten
Karawang, Jawa Barat, antara lain: 1. Pendataan jumlah sarana
jamban yang ada.1. Jumlah penduduk yang menggunakan jamban.1. Jenis
jamban yang ada/yang digunakan.1. Jumlah jamban yang memenuhi
syarat kesehatan.1. Hasil inspeksi jamban keluarga yang ada di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Batujaya.1. Pemetaan sarana jamban
yang memenuhi syarat.1. Penyuluhan tentang sarana jamban/program
pengawasan jamban. 1. Pencatatan dan Pelaporan.
2.2 Metode Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan
data, analisis data, dan pengolahan data sehingga dapat digunakan
untuk menjawab permasalahan pelaksanaan program pengawasan jamban
di Puskesmas Batujaya periode Januari 2014 sampai dengan Agustus
2014 dengan cara membandingkan cakupan hasil program terhadap tolok
ukur yang telah ditetapkan dan menemukan penyebab masalah dengan
menggunakan pendekatan sistem.
Bab IIIKerangka Teoritis
3.1 Kerangka Teoritis
Bagan 1.Teori Pendekatan Sistem
Gambar di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari
elemen-elemen yang saling dihubungkan dengan suatu proses atau
struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya
menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen
tersebut dapat dikelompokkan dalam lima unsur, yaitu : 1. Masukan
(input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem dan dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut,
terdiri dari tenaga (man), dana (money), sarana (material), metode
(method), mesin atau alat yang digunakan (machine), jangka alokasi
waktu (minute), lokasi masyarakat (market), dan informasi
(information). 2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau
elemen yang ada di dalam sistem dan berfungsi untuk mengubah
masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Terdiri dari unsur
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating), dan pemantauan (controlling). 3. Keluaran (output)
adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem. 4. Lingkungan (environment)
adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi
mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan
fisik dan non fisik. 5. Umpan balik (feedback) adalah kumpulan
bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan
sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa pencatatan
dan pelaporan yang lengkap, monitoring, dan rapat bulanan. 6.
Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari
suatu sistem.
3.2 Tolok Ukur KeberhasilanTolok ukur merupakan nilai acuan atau
standar yang telah ditetapkan dan digunakan sebagai target yang
harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem, yang meliputi
masukan, proses, keluaran, lingkungan, dan umpan balik pada program
pengawasan jamban. Digunakan sebagai pembanding atau target yang
harus dicapai dalam program pengawasan jamban di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Batujaya, Kabupaten Karawang periode Januari sampai
dengan Agustus 2014. Uraian tolok ukur lihat di Lampiran 1.
Bab IVPenyajian Data
4.1. Sumber DataSumber data dalam evaluasi ini diambil, berasal
dari: Data Sekunder : Profil Puskesmas Batujaya tahun 2013. Data
Demografi Puskesmas Kecamatan Batujaya tahun 2013 Laporan
Pembangunan Kesehatan UPTD Puskesmas Batujaya tahun 2013, Dinas
Kesehatan Kabupaten Karawang. Laporan Rencana Usulan Kegiatan
Puskesmas Batujaya tahun 2014. Laporan Data Dasar Penyehatan
Lingkungan, UPTD Puskesmas Batujaya, Karawang periode Januari 2014
sampai dengan Agustus 2014. Laporan Bulanan Pemeriksaan Penyehatan
Lingkungan, UPTD Puskesmas Batujaya, Karawang periode Januari 2014
sampai dengan Agustus 2014. Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja
Puskesmas Provinsi Jawa Barat. Laporan Kemajuan Akses Sanitasi
Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang.
4.2. Data Umum4.2.1 Geografia. Lokasi UPTD Puskesmas Batu Jaya
terletak di desa Batu Jaya Kecamatan Batu Jaya Kabupaten Karawang,
dengan berjarak + 1 km dari kantor kecamatan Batu Jaya dan 40 km
dengan Kantor Pemda Kabupaten Karawang dengan waktu tempuh 100
menit menggunakan roda empat.
b. Wilayah Kerja Luas wilayah 8.138,139 Ha, dengan kondisi fisik
dataran rendah, di dominasi oleh sebagian besar persawahan dan
sebagian pantai. Terdiri dari 10 desa, 45 Dusun, 45 RW dan 135 RT
dengan jarak desa terjauh 7,5 km dari Puskesmas Batujaya dengan
waktu tempuh 20 menit dengan roda dua dan 30 menit dengan roda
empat. Batas Wilayah KerjaPuskesmas Batujaya memiliki batas-batas
fisik sebagai berikut : Sebelah Utara: berbatasan dengan Kecamatan
Tirta Jaya Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kabupaten Bekasi
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Pakis Jaya Sebelah
Timur: berbatasan dengan Kecamatan Jayakerta Wilayah administrasi
UPTD Puskesmas Batujaya terdiri dari 10 desa: Desa Kuta Ampel Desa
Karya Makmur Desa Karya Mulya Desa Teluk Bango Desa Teluk Ambulu
Desa Karya Bhakti Desa Batu Raden Desa Batujaya Desa Segaran Desa
Segarjaya4.2.2 IklimSesuai dengan bentuk morfologinya UPTD
Puskesmas Batujaya Kabupaten Karawang merupakan dataran rendah
dengan temperatur udara rata-rata 27C dengan tekanan udara
rata-rata 0,01 milibar, penyinaran matahari 66% dan kelembaban
nisbi 80%. Curah hujan tahunan berkisar antara 1.100 3.200
mm/tahun. Pada bulan Januari sampai April bertiup angin Muson Laut
dan sekitar bulan Juni bertiup angin Muson Tenggara. Kecepatan
angin antara 30 35 km/jam, lamanya tiupan rata-rata 5 7 jam.
4.2.3 Hidrografi UPTD Puskesmas Batujaya Kabupaten Karawang
dilalui oleh aliran sungai yang melandai ke utara arah sungai
Citarum dan merupakan pemisah antara Kabupaten Karawang dengan
Kabupaten Bekasi.
4.2.4 Demografi Jumlah penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Batujaya pada tahun 2013 berdasarkan sumber data kependudukan
kecamatan Batujaya sebanyak 86.970 jiwa dengan jumlah rumah tangga
sebanyak 28.379 rumah tangga. Jumlah penduduk tersebut bervariasi
berdasarkan sumber datanya. Penduduk laki-laki 43.330 jiwa dan
perempuan 43.140 jiwa. Berdasarkan tabel yang terdapat dalam
lampiran dapat dilihat bahwa desa Batujaya mempunyai jumlah
penduduk terbanyak yaitu 14.675 jiwa, dan rumah tangga terbanyak
sebanyak 4.160 rumah tangga.
Sebagian besar penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Batujaya
berpendidikan SD 55,54% (lihat tabel). Mata pencaharian penduduk di
wilayah kerja sebagian besar adalah petani 67,60% (lihat tabel 5-7,
lampiran). Jumlah penduduk miskin tahun 2013 berdasarkan data dari
Kecamatan Batujaya yaitu sebanyak 37.710 jiwa tersebar di sepuluh
desa dan sebagian besar pengunjung puskesmas menggunakan jaminan
kesehatan Jamkesmas. (lampiran)
4.2.5 Sarana KesehatanJenis fasilitas pelayanan kesehatan yang
ada di wilayah kerja Puskesmas Batujaya Kabupaten Karawang antara
lain: Puskesmas perawatan, Puskesmas Pembantu/Pustu, Polindes Plus,
BP Pratama, BP Madya/Klinik 24 jam, Posyandu, Posbindu, Praktek
Bidan. (Lampiran 3 tabel 5).
4.3 Data Khusus 4.3.1 Masukana. Tenaga(Man)Petugas Kesehatan
Lingkungan (Sanitarian):1 orang sebagai koordinator program dan
pelaksana program.
b. Dana (Money)Dana untuk pelaksanaan program diperoleh dari :
APBD : Cukup
c. SaranaSarana medis: Sanitarian kit: Tidak ada Sarana non
medis: Infocus: Ada, 1 buah Layar: Ada, 1 buah Leaflet: Tidak ada
Lembar balik: Tidak ada Poster (tentang BABS/jamban): Tidak ada
Formulir pengawasan sarana jamban: Ada Buku pedoman Kesling : Ada,
1 Alat tulis: Cukup Sarana transportasi: Ada
d. Metode (Method) Pendataan dilakukan setiap awal tahun sampai
akhir tahun berupa jumlah jamban yang ada, jumlah penduduk yang
memakai sarana jamban, jumlah akses fasilitas yang layak (jamban
yang memenuhi syarat) dan jenis jamban yang digunakan. Pendataan
biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengawasan/inspeksi.
Penyuluhan mengenai sarana jamban yang memenuhi syarat kesehatan
yang berdasarkan program STBM. Penyuluhan dilakukan di dalam dan di
luar gedung. Pemetaan jamban yang sudah memenuhi syarat.Pemetaan
jamban dilakukan setahun sekali di balai desa, terutama di desa
binaan. Pemetaan dilakukan setelah pertengahan tahun atau di akhir
tahun yang bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan program yang sudah
dijalankan melalui lingkup area/daerah. Dimana pemetaan berisikan
tentang kondisi sarana jamban yang ada, rumah yang memakai jamban,
akses fasilitas sanitasi yang layak (jamban sehat) dan rumah dengan
kasus diare/penyakit berbasis lingkungan yang diakibatkan oleh
sarana jamban yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
Pengawasan/inspeksi sarana jamban.Inspeksi dilakukan secara berkala
8 kali (1 minggu 2 kali) oleh petugas kesehatan lingkungan terlatih
bersama dengan kader/perangkat desa/bidan dengan mengunjungi satu
persatu rumah di wilayah kerja puskesmas Batujaya.
Pengawasan/inspeksi jamban diperiksa secara fisik dimana fasilitas
pembuangan tinja dan menggunakan tangki septik dengan sarana air
bersih dengan kloset leher angsa atau tidak leher angsa yang
tertutup dan pembuangan akhir tidak mencemari sumber air/tanah.
Jamban terdiri dari 3 bagian: rumah jamban, lubang jamban dan
tempat penampungan tinja yang disebut septic tank. Kriteria jamban
sehat antara lain ruangan cukup leluasa untuk bergerak, pencahayaan
dan ventilasi cukup, lantai tidak licin, tidak menjadi sarang
serangga, tangki septik sekurang-kurangnya 10m dari sumber air.
Pemeriksaan secara lengkap terdapat di lampiran formulir inspeksi
sarana jamban. Pencatatan dan pelaporan PencatatanPetugas lapangan
mencatat kegiatan-kegiatan yang dikerjakan, dalam format pencatatan
pengawasan sarana jamban (register dan formulir lain yang
diperlukan) seterusnya membuat penyajian/visualisasi data dalam
bentuk grafik atau tabel yang diperbaharui secara periodik (bulanan
dan tahunan). PelaporanPuskesmas yang melaksanakan kegiatan ini
melaporkannya kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai format
yang telah ada dan diberikan secara periodik (bulanan dan
tahunan).4.3.2 Proses a. Perencanaan Pendataan 1 kali setahun
tentang jumlah sarana jamban dan jumlah pengguna. Perencanaan
kegiatan di buat 1 bulan sebelumnya, setahun sebelumnya.
Pelaksanaan kegiatan pendataan dan inspeksi sarana jamban 8 kali (1
minggu 2 kali) oleh petugas kesehatan lingkungan terlatih pada hari
kerja dari jam 09.00 11.00 WIB. Pemetaan sarana jamban yang
memenuhi syarat (1 tahun sekali) yang berada di kantor kepala desa.
Kegiatan penyuluhan 12 kali (1 bulan sekali) yang dilaksanakan oleh
petugas kesehatan lingkungan melalui lintas program dan lintas
sektor. Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya kesehatan lingkungan dan sosialisi program STBM.
Pencatatan dan pelaporan : Pencatatan dilakukan setiap kegiatan
dilaksanakan (pada hari kerja pada pukul 11.00-13.00 WIB).
Pelaporan dilakukan setiap awal bulan.
b. PengorganisasianDibuat struktur organisasi, kepala puskesmas
sebagai penanggung jawab program, melimpahkan kekuasaan kepada
Koordinator program (programmer), kemudian programmer melakukan
koordinasi dengan pelaksana program. Terdapat struktur tertulis dan
pembagian tugas yang teratur dalam melaksanakan tugasnya:
Kepala PuskesmasTeti Suhernayati, SKM
Staff Promkes
Koordinator Kesehatan LingkunganAhmad Taufik, AMK
Lintas Program (Bidan, Dokter, dsb)Lintas Sektoral (Ketua RW,
RT)
Bagan 2. Struktur organisasi bagian Kesehatan Lingkungan
Puskesmas Batujaya* Struktur Organisasi selengkapnya terdapat pada
Lampiran X
Pengorganisasian dalam program pengawasan jamban dibagi
berdasarkan jabatan: a. Kepala Puskesmas Sebagai penanggung jawab
program. Monitoring pelaksanaan kesehatan lingkungan Melakukan
evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan Kesehatan Lingkungan di
wilayah kerja. b.Koordinator Kesehatan Lingkungan Koordinator
program. Menerima pelaporan hasil kegiatan kesehatan lingkungan
dari wilayah setempat. Melakukan pencatatan hasil keberhasilan
program dan melaporkan hasil pencatatan kepada Kepala Puskesmas
dalam waktu tiap bulan.
c. PelaksanaanSesuai dengan rencana dan metode yang telah
ditetapkan, dilaksanakan secara berkala: Pengumpulan data 1x/tahun.
Kegiatan penyuluhan 12 kali (1 bulan sekali) yang dilaksanakan oleh
petugas kesehatan lingkungan melalui lintas program dan lintas
sektor. Pengawasan jamban 8x/sebulan. Pemetaan sarana jamban yang
memenuhi syarat (1 tahun sekali), namun tidak dilakukan.
d. Pengawasan1. Adanya pencatatan setiap bulan dan tahunan dan
pelaporan secara berkala tentang kegiatan pengawasan jamban ke
tingkat Kabupaten minimal 1 bulan sekali.2. Adanya rapat bulanan di
puskesmas Batujaya tentang hasil pencapaian program pengawasan
jamban.
4.3.3 Keluaran a. Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana
jamban
Cakupan Pengawasan Jamban=Jumlah jamban diperiksa di wilayah
kerja Puskesmas dalam kurun waktu satu tahunx 100%
Jumlah sarana jamban yang ada di wilayah kerja Puskesmas dalam
kurun waktu satu tahun
1809**Cakupan : ------------------- x 100 % = 45,42% 3983*
Target (untuk 8 bulan): 75% x 8 = 50% 12
b. Presentase penduduk dengan akses fasilitas sanitasi yang
layak/jamban sehat
Presentase penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi
layak/jamban sehat
= Jumlah penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi layak
(jamban sehat) di suatu wilayah pada periode tertentux 100%
Jumlah penduduk di wilayah pada periode yang sama
29115***Presentase : ------------------- x 100 % = 33,48%
86970*Ket : (*) diambil dari laporan data dasar penyehatan
lingkungan tahun 2014.(**) diambil dari laporan bulanan pemeriksaan
penyehatan lingkungan Januari 2014 sampai dengan Agustus 2014.(***)
diambil dari laporan Profil Puskesmas Batujaya tahun 2013.
c. Catatan dan pelaporan (kurang lengkap) Laporan yang disajikan
merupakan laporan cakupan hasil inspeksi pengawasan jamban yang
terdiri dari jumlah jamban yang ada serta jumlah jamban yang
memenuhi syarat. Tidak ada laporan tentang jenis jamban yang
digunakan oleh penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Batujaya.
Tidak dilakukan pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat. Tidak
ada laporan tentang penyuluhan yang dilakukan.
4.3.4 Lingkungana. Lingkungan FisikLokasi : Semua lokasi sarana
jamban dapat dijangkau dengan sarana transportasi yang ada (sepeda
motor) karena terdapat akses jalan yang bisa dilalui sepeda motor.
Walaupun sebagian jalan masih berlubang-lubang dan masih banyak
jalan yang belum diaspal tetapi tidak mempengaruhi pelaksanaan
program secara signifikan.Iklim : Iklim tidak mempengaruhi
pelaksanaan program. Tetapi bila musim hujan beberapa tempat becek
dan terkadang banjir.Kondisi Geografis : Kondisi geografi tidak
mempengaruhi program pengawasan jamban. Berdasarkan keterangan
petugas kesehatan lingkungan puskesmas Batujaya tidak
mempengaruhi.
b. Lingkungan Non Fisik Keadaan sosial ekonomi masyarakat dapat
mempengaruhi keberhasilan program. Sebagian besar penduduk bermata
pencaharian sebagai petani dan terdapat 37.710 penduduk yang
miskin, hal tersebut dapat mempengaruhi akses untuk mendapatkan
sarana jamban yang memadai. Tingkat pendidikan masyarakat masih
rendah yaitu SD. Perilaku masyarakat yang masih BAB sembarangan
seperti di saluran irigasi, selokan, sawah, sungai, tempat
pemeliharaan ikan dan kebun mempengaruhi keberhasilan program.
Sebagian besar masyarakat masih belum memiliki sarana jamban yang
memenuhi syarat.
4.3.4 Umpan Balika. Adanya rapat kerja bulanan bersama Kepala
Puskesmas satu bulan satu kali yang membahas laporan kegiatan
evaluasi program yang telah dilaksanakan. b. Adanya pencatatan dan
pelaporan yang lengkap sesuai dengan waktu yang ditentukanakan
dapat digunakan sebagai masukan dalam perencanaan program
pengawasan jamban selanjutnya.
Bab VPembahasan Masalah
Tabel 1.Variabel-Variabel dari MasalahNoVariabelTolok
UkurPencapaianMasalah
1Keluaran Cakupan hasil pengawasan/ inspeksi jamban Presentase
penduduk dengan akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban
sehatTarget total provinsi Jawa Barat75%
75%Puskesmas Medangasem65.55 %
27.85%
Puskesmas Medangasem(+) 12,6%
(+) 62,86%
2Masukan Tenaga (Man)
Dana (Money)
Sarana (Material)
Metode (Method)
Tersedianya petugas sebagai koordinator dan pelaksanaprogram
pengawasan jamban yang terampil di bidangnya.
Tersedianya dana yang cukup berasal dari BOK dan APBD untuk
petugas, sebesar Rp25.000,tiap RW.
Sanitarian kitInfocusLayarLeafletLembar balikPoster
Formulir wawancara/formulir pengawasan jambanBuku pedoman
Kesling Alat tulis, sarana Ttansportasi
1.Pendataan2.Penyuluhan tentang sarana jamban yang memenuhi
syarat kesehatan di dalam dan di luar gedung.3.Pengawasan/inspeksi
sarana jamban.4.Pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat5.
Pencatatan dan pelaporan
1 orang tenaga yang merangkap sebagai koordinatordan pelak- sana
program pengawasan jamban yang terampil/kompeten di bidangnya.Tidak
ada laporan penggunaan dana secara terperinci.
Tidak AdaAda, 1 buahAdaTidak AdaTidak AdaAda, tetapi untuk
pengelolaan makan bukan poster stop BABS atau tentang sarana
jamban.AdaAdaCukup
1. Pendataan dilakukan tetapi terbatas pada jumlah jamban yang
adadan jumlah jamban yang memenuhi syarat. Tidak ada pendataan
jenis jamban tersebut.2. Penyuluhan lebih terfokus di dalam gedung
dan posyandu. Penyuluhan di luar gedung kurang.3.
Pengawasan/inspeksi jamban dinilai secara fisik saja, sesuai dengan
yang tertera di halaman 144. Tidak dilakukan pemetaan sarana jamban
yang memadai5. Pencatatan dan pelaporan sesuai dengan yang tertera
di halaman 14.(-)
(+)
(+)
(+)
3Proses-Pengorganisasian
-Pelaksanaan
-Pengawasan
Dibentuk struktur organisasi, kepala puskesmas sebagai
penanggungjawab program, melimpahkan kekuasaan kepada Koordinator
program (programmer), kemudian melakukan koordinasi dengan
pelaksana program.
Sesuai dengan rencana dan metode yang telah ditetapkan,
dilaksanakan secara berkala : pengumpulan data 1x/tahun, Pengawasan
jamban 8x/sebulan, Penyuluhan 12 kali (1 bulan sekali) yang
dilaksanakan oleh petugas kesehatan lingkungan melalui lintas
program dan lintas sektor.
1. Pencatatan setiap bulan/tahunan dan pelaporan secara berkala
tentang kegiatan pengawasan jamban ke tingkat Kabupaten minimal 1
bulan sekali.2. Rapat bulanan di Puskesmas
Struktur organisasi sudah jelas, namun koordinasi belum optimal
koordinasi di lintas program dan lintas sektoral
Dilakukan pendataan hanya saja tidak ada data jenis jamban yang
digunakan.Dilakukan perencanaan.Pengawasan sarana jamban telah
dilakukan sesuai jadwal.Penyuluhan hanya terbatas di posyandu saja
serta kurangnya sarana dan prasarana penunjang penyuluhan kesehatan
kepada masyarakat.
Tidak dilakukan pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat.
Adanya pencatatan setiap bulan dan tahunan dan pelaporan secara
berkala tentang kegiatan pengawasan jamban ke tingkat Kabupaten
minimal 1 bulan sekali.Adanya rapat bulanan.Namun data yang
disajikan berbeda-beda dengan hasil laporan bulanan, laporan
pembangunan kesehatan.
(+)
(+)
(+)
4
5.Umpan Balik
Lingkungan Fisik
Non-Fisik
Adanya rapat kerja bulanan dengan Dinas satu bulan satu kali
yang membahas laporan kegiatan evaluasi program yang telah
dilaksanakan.
Lokasi Iklim
Keadaan sosial ekonomi masyarakat dapat mempengaruhi
keberhasilan program.
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi keberhasilan program.
Perilaku masyarakat terhadap penggunaan sarana jamban dapat
mempengaruhi keberhasilan program.
Dilakukan rapat kerja bulanan Dilakukanpencatatan dan pelaporan
yang lengkap sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Berdasarkan keterangan petugas antara lain :1. Desa Ciptamarga
agak sulit dijangkau terutama bagian pendalaman desa sebab harus
menyebrangi saluran irigasi.2. Pada saat musim hujan yang agak
sulit sebab jalan becek dan beberapa tempat banjir.
Sebagian besar penduduk bermata pencaharian 54,06% petani dan
40,02% buruh tani dari total jumlah penduduk merupakan 5136
KKmasyarakat miskin, hal tersebut dapat mempengaruhi akses untuk
mendapatkan sarana jamban yang memadai. Tingkat pendidikan masih
rendah yaitu 35,54% SD dan 35,37% tidak bersekolah. Perilaku
masyarakat yang masih BAB sembrangan seperti di saluran irigasi,
selokan, sawah, kebunmempengaruhi keberhasilan program. (-)
( + )
( + )
( + )
( + )
Bab VIPerumusan Masalah
6.1. Masalah sebenarnya (menurut keluaran) Cakupan hasil
pengawasan/inspeksi sarana jamban 65,55% dari target 75%, besar
masalah 12,6%. Presentase penduduk dengan akses fasilitas sanitasi
yang layak/jamban sehat yaitu 27,85%dari target 75%, besar masalah
62,86%.
6.2. Masalah dari unsur lain (penyebab) Masukan Dana (Money )
Tidak laporan penggunaan dana yang diterima secara rinci khususnya
di bagian kesehatan lingkungan. Sarana (Material)Tidak ada poster,
leafet dan lembar timbal balik yang mengenai sarana jamban atau
perilaku stop BABS. Metode (Method)Tidak dilakukan pemetaan sarana
jamban yang memadai. Proses PengorganisasianStruktur organisasi
sudah jelas, namun koordinasi belum optimal koordinasi di lintas
program dan lintas sektoral antar petugas pelaksana program
pengawasan jamban. Pelaksanaan Penyuluhan hanya terbatas di
posyandu dan dalam gedung saja serta kurangnya sarana dan prasarana
penunjang penyuluhan kesehatan tentang penting sarana jamban yang
memenuhi syarat kepada masyarakat.Tidak ada pendataan jenis sarana
jamban tersebut Pengawasan dan PelaporanAdanya pencatatan setiap
bulan dan tahunan dan pelaporan secara berkala tentang kegiatan
pengawasan jamban ke tingkat Kabupaten minimal 1 bulan sekali.Namun
data yang disajikan berbeda-beda dengan hasil laporan PKP, laporan
bulanandan tahunan penyehatan lingkungan dan laporan pembangunan
kesehatan tahunan.
Lingkungan FisikDesa Ciptamarga agak sulit dijangkau terutama
bagian pendalaman desa sebab harus menyebrangi saluran irigasi.Pada
saat musim hujan yang agak sulit sebab jalan becek dan beberapa
tempat banjir. Sebab masih banyak jalan yang belum diaspal.
Non-FisikSebagian besar penduduk bermata pencaharian 54,06% petani
dan 40,02% buruh tani dari total jumlah penduduk merupakan 5136
KKmasyarakat miskin, hal tersebut dapat mempengaruhi akses untuk
mendapatkan sarana jamban yang memadai. Tingkat pendidikan masih
rendah yaitu 35,54% SD dan 35,37% tidak bersekolah sehingga
kurangnya pengetahuan tentang pentingnya sanitasi dasar yang
berkualitas (sarana jamban yang memadai) terhadap
kesehatan.Perilaku masyarakat yang masih BABS seperti di saluran
irigasi, selokan, sawah, kebunmempengaruhi keberhasilan
program.
Bab VIIPenyelesaian Masalah
7.1 Masalah 1Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban
65,55% dari target 75%.Penyebab antara lain :
PengorganisasianStruktur organisasi sudah jelas, namun koordinasi
belum optimal koordinasi di lintas program dan lintas sektoral
antar petugas pelaksana program pengawasan jamban. Pengawasan dan
PelaporanData yang disajikan berbeda-beda dengan hasil laporan PKP,
laporan bulanan penyehatan lingkungan dan laporan laporan
pembangunan kesehatan tahunan.
Penyelesaian antara lain : Meningkatkan koordinasi antara
penanggung jawab dengan koordinator program, koordinator dengan
pelaksanaserta mengoptimalkan koordinasi lintas program dan lintas
sektoral seperti mengikuti rapat mingguan desa dan kecamatan
bekerja sama dengan promosi kesehatan, bidan desa dan sebagainya.
Perlu ditingkatkan ketelitian dalam pencatatan dan pelaporan
data.
7.2 Masalah IIPresentase penduduk dengan akses fasilitas
sanitasi yang layak/jamban sehat yaitu 27,85%Penyebab antara lain :
PengorganisasianBelum optimal koordinasi di lintas program dan
lintas sektoral antar petugas pelaksana program pengawasan jamban.
MetodeTidak dilakukan pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat
padahal sudah ada data pencatatan setiap bulan tentang jumlah
jamban yang memenuhi syarat. Pelaksanaan Penyuluhan hanya terbatas
di posyandu dan dalam gedung saja serta kurangnya sarana dan
prasarana penunjang penyuluhan kesehatan kepada masyarakat sehingga
sasaran target penyuluhan kurang. Lingkungan FisikBagian pendalaman
dari Desa Ciptamarga agak sulit dijangkau sebab harus menyebrangi
saluran irigasi.Pada saat musim hujan agak sulit sebab sebagian
besar jalan tidak diaspal (berupa tanah) dan berupa tanah sehingga
jalan menjadi becek dan beberapa tempat banjir. Non-FisikSebagian
besar penduduk bermata pencaharian adalah petani dan buruh tani,
5136 KKmasyarakat miskin, hal tersebut dapat mempengaruhi akses
untuk mendapatkan sarana jamban yang memadai. Tingkat pendidikan
masih rendah sehingga kurangnya pengetahuan tentang pentingnya
sanitasi dasar yang berkualitas (sarana jamban yang memadai)
terhadap kesehatan.Perilaku masyarakat yang masih BABS menjadi
suatu tradisi atau kebiasaan hidup.
Penyelesaian antara lain : Meningkatkan koordinasi antara
penanggung jawab dengan koordinator program, koordinator dengan
pelaksanaserta mengoptimalkan koordinasi lintas program dan lintas
sektoral seperti mengikuti rapat mingguan desa dan kecamatan
bekerja sama dengan promosi kesehatan, bidan desa dan sebagainya.
Melakukan pemetaan jamban yang memenuhi syarat sesuai dengan
pencatatan bulan yang ada. Dilakukan penyuluhan secara intensif
dengan meningkatkan frekuensi penyuluhan tidak hanya 1x dalam 1
bulan, bervariasi dengan memberikan contoh sarana jamban yang
memadai dan yang tidak memenuhi syarat di lapangan. Penyuluhan
tentang pentingnya sarana jamban sehat dengan kesehatan. Penyuluhan
diharapkan menambah pengetahuan masyarakat sehingga mengubah sikap
dan perilaku dalam hal BABS. Mulai mensosialisasikan dan menerapkan
sistem program STBM yang salah satu pilarnya adalah ODF atau stop
BABS.
Bab VIIIPenutup8.1 KesimpulanDari hasil evaluasi program yang
telah dilakukan maka dapat disimpulkan Program Pengawasan Jamban di
UPTD Puskesmas Medangasem periode Agustus 2013 hingga Juli 2014
dikatakan belum berhasil sebabtidak sesuai dengan tolak ukur yang
sudah ditentukan.Dari hasil kegiatan program, didapatkan :a. Jumlah
sarana jamban yang ada sebanyak 2.372, jumlah jamban yang memenuhi
syarat kesehatan sebanyak 1.107.b. Tidak ada pendataan jenis jamban
yang digunakan.c. Tidak ada pemetaan sarana jamban yang memandai.d.
Tidak ada data tertulis tentang penyuluhan sarana jamban sehat.e.
Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban 65,55% dari target
75%f. Presentase penduduk dengan akses fasilitas sanitasi yang
layak/jamban sehat yaitu 27,58%
8.2 Saran Meningkatkan koordinasi lintas program dengan promosi
kesehatan, bidan desa dan sebagainya.Mengoptimalkan kerjasama
lintas sektoralseperti mengikuti rapat mingguan desa dan kecamatan.
Menggalakkan promosi kesehatan untuk memberikan penyuluhan yang
intensif kepada masyarakat tentang pentingnya sarana jamban yang
memenuhi syarat kesehatan dengan prinsip STBM dilakukan tidak hanya
di dalam gedung dan posyandu saja tetapi di luar gedung misalnya
dalam bentuk Trade walk. Mengusulkan pengadaan sarana yang
menunjang penyuluhan ke Dinas Kesehatan Kabupaten. Peningkatan
dalam ketelitian penulisan dan penyajian data hasil kegiatan setiap
selesai dilakukan kegiatan tersebut. Melakukan pendataan meliputi
jenis dan membuat pemetaan sarana jamban berguna untuk melihat
wilayah kerja yang belum memiliki akses fasilitas sanitasi yang
layak/jamban sehat, terutama di daerah desa binaan yang dapat
dipantau setiap tahun.
Besar harapannya semoga melalui saran di atas dapat membantu
berjalannya program pengawasan jambanpada periode yang akan datang
sehingga dapat mencapai tingkat keberhasilan sesuai target yang
diharapkan.
21