Bab IPendahuluan
1.1. Latar BelakangBanyak faktor yang memengaruhi kesehatan,
baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat. Beberapa
faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan menurut Hendrik L. Blum
dalam Notoatmodjo, derajat kesehatan seseorang ataupun masyarakat
dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu perilaku, lingkungan,
pelayanan kesehatan dan keturunan.1 Status kesehatan akan tercapai
secara optimal bila mana keempat faktor tersebut secara
bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu faktor
saja berada dalam keadaan yang terganggu (tidak optimal), maka
status kesehatan akan bergeser ke arah di bawah optimal. Yang
sangat besar pengaruhnya adalah keadaan lingkungan yang tidak
memenuhi persyaratan kesehatan dan perilaku masyarakat di bidang
kesehatan, ekonomi maupun teknologi. Hal ini mendorong pemerintah
untuk mencanangkan program kesehatan wajib seperti program upaya
kesehatan lingkungan yang salah satunya melalui cakupan pengawasan
sarana air bersih.1Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan, pada pasal 22 ayat (3) menyatakan bahwa penyehatan air
meliputi pengamanan dan penetapan kualitas air untuk berbagai
kebutuhan dan kehidupan manusia. Pengertian air bersih adalah air
yang digunakan untuk keperluan sehari-hari, seperti minum/ masak
serta mandi/ cuci dll. Di Indonesia penyediaan air minum yang
diusahakan pemerintah melalui perusahaan daerah air minum sebagian
besar diperuntukkan masyarakat perkotaan meliputi ibu kota
provinsi, ibu kota kabupaten, dan ibu kota kecamatan. Untuk daerah
lainnya, sebagian besar penduduk mengupayakan air bersih untuk
keperluan sehari-hari melalui berbagi cara dengan memanfaatkan
potensi sumber air yang ada berupa air tanah, air permukaan, dan
air hujan.2-4Dari data Riskesdas 2010 diketahui daerah perkotaan
memiliki cakupan sumber air bersih sebesar 90,1%, sedangkan
dipedesaan sebesar 67,6 %.5-7Dari data Riskesdas 2013, proporsi
rumah tangga di Indonesia dengan kualitas air minum kategori baik
(tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbusa, dan
tidak berbau) di perkotaan (96,0%) lebih tinggi dibandingkan dengan
di perdesaan (92,0%). Data hasil menunjukkan bahwa jenis sumber air
untuk seluruh kebutuhan rumah tangga di Indonesia pada umumnya
adalah sumur gali terlindung sebesar 29,2%, sumur pompa sebesar
24,1%, dan air ledeng/PDAM sebesar 19,7%. Di perkotaan, lebih
banyak rumah tangga yang menggunakan air dari sumur bor/pompa yaitu
32,9% dan air ledeng/PDAM sebesar 28,6%, sedangkan di perdesaan
lebih banyak yang menggunakan sumur gali terlindung yaitu
32,7%.5-7Dari laporan Penilaian Kinerja Puskesmas Tempuran tahun
2014, didapatkan cakupan pengawasan sarana air bersih di wilayah
kerja puskesmas Tempuran sebesar 53,79 %. Di wilayah kerja
Puskesmas Tempuran, kunjungan sepuluh penyakit terbesar adalah
nasofaringitis akut (common cold) yaitu 22,32 %, tukak lambung
yaitu 13,04 %, mialgia yaitu 7,58 %, hipertensi primer yaitu 6,95
%, influenza yaitu 5,79 %, dermatitis yaitu 4,55 %, dyspepsia yaitu
3,77 %, diare yaitu 3,51 %, asma yaitu 2,98 %, demam yaitu 2,48 %.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukan evaluasi program
yang sudah dijalankan, menindaklanjuti upaya perbaikan yang akan
dijalankan dan mengidentifikasi faktor risiko lingkungan berbagai
jenis penyakit dan gangguan kesehatan.
1.2. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan diatas, masalah yang didapat berupa: a. Dari data
Riskesdas 2010 diketahui daerah perkotaan memiliki cakupan sumber
air bersih sebesar 90,1%.b. Dari data Riskesdas 2010 diketahui
daerah pedesaan memiliki cakupan sumber air bersih sebesar 67,6
%.c. Dari data Riskesdas 2013, jenis sumber air untuk seluruh
kebutuhan rumah tangga di Indonesia pada umumnya adalah sumur gali
terlindung sebesar 29,2%, sumur pompa sebesar 24,1%, dan air
ledeng/PDAM sebesar 19,7%. d. Dari data Riskesdas 2013, di
perkotaan, lebih banyak rumah tangga yang menggunakan air dari
sumur bor/pompa yaitu 32,9% dan air ledeng/PDAM sebesar 28,6%,
sedangkan di perdesaan lebih banyak yang menggunakan sumur gali
terlindung yaitu 32,7%.e. Dari laporan Penilaian Kinerja Puskesmas
Tempuran tahun 2014 diketahui cakupan pengawasan SAB di wilayah
kerja puskesmas Tempuran sebesar 53,79 %.
f. Dari laporan tahunan wilayah kerja Puskesmas Tempuran tahun
2014, kunjungan sepuluh penyakit terbesar adalah nasofaringitis
akut (common cold) yaitu 22,32 %, tukak lambung yaitu 13,04 %,
mialgia yaitu 7,58 %, hipertensi primer yaitu 6,95 %, influenza
yaitu 5,79 %, dermatitis yaitu 4,55 %, dyspepsia yaitu 3,77 %,
diare yaitu 3,51 %, asma yaitu 2,98 %, demam yaitu 2,48 %.
1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum : Diketahuinya masalah masalah
yang ada dalam program pengawasan sarana air bersih (SAB) di
Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai dengan April 2015
melalui pendekatan sistem dengan harapan dapat menurunkan angka
kematian dan angka kesakitan akibat faktor risiko kesehatan
lingkungan.
1.3.2. Tujuan Khusus : a. Diketahuinya cakupan penduduk yang
menggunakan sarana air bersih untuk keperluan sehari-hari di
wilayah kerja Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai dengan
April 2015.b. Diketahuinya cakupan hasil inspeksi program
pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja Puskesmas Tempuran
periode Mei 2014 sampai dengan April 2015.c. Diketahuinya cakupan
pengambilan sampel air dalam pelaksanaan program pengawasan sarana
air bersih di wilayah kerja Puskesmas Tempuran periode Mei 2014
sampai dengan April 2015.d. Diketahuinya jumlah sarana air bersih
yang diambil sampelnya di wilayah kerja Puskesmas Tempuran periode
Mei 2014 sampai dengan April 2015. e. Diketahuinya jumlah sarana
air bersih dengan kualitas bakteriologi yang memenuhi syarat
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Tempuran periode Mei 2014
sampai dengan April 2015. f. Diketahuinya jumlah sarana air bersih
dengan tingkat pencemaran air yang rendah di wilayah kerja
Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai dengan April 2015.
1.4. Manfaat 1.4.1. Bagi Evaluator: a. Menerapkan ilmu
pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah. b. Melatih
serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya
program upaya kesehatan lingkungan terutama sarana air bersih.c.
Mengetahui banyaknya kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
antara lain perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan. d. Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengevaluasi. e.
Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis.
1.4.2. Bagi Perguruan Tinggi : a. Mengamalkan Tridarma Perguruan
Tinggi. b. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran
sertanya di bidang kesehatan. c. Mewujudkan Universitas Kristen
Krida Wacana (Ukrida) sebagai universitas yang menghasilkan dokter
yang berkualitas.
1.4.3. Bagi Puskesmas yang dievaluasi : a. Mengetahui
masalah-masalah yang timbul dalam program upaya kesehatan
lingkungan terutama sarana air bersih.di ruang lingkup kerja
puskesmas Tempuran. b. Dapat mengetahui kendala apa saja yang
ditemui pada saat pelaksanaan program upaya kesehatan lingkungan
terutama sarana air bersih.c. Dapat meningkatkan motivasi pemegang
program dan pelaksana program agar dapat berjalan dengan baik.
1.4.4. Bagi Masyarakat : a. Meningkatnya derajat kesehatan
masyarakat di Tempuran.b. Dengan tercapainya keberhasilan program,
diharapkan dapat menurunkan prevalensi berbagai penyakit masyarakat
yang berhubungan dengan program upaya kesehatan lingkungan terutama
sarana air bersih.c. Dengan tercapainya keberhasilan program,
diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah-daerah lain di
Indonesia.
1.5. Sasaran Masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Tempuran, Kabupaten Karawang, Jawa Barat pada periode Mei 2014
sampai dengan April 2015.
Bab IIMateri dan Metode
2.1. MateriMateri yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari
laporan hasil kegiatan bulanan mengenai program pengawasan sarana
air bersih (SAB) di UPTD Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai
dengan April 2015, antara lain :a. Data jumlah sarana air bersih
yang ada.b. Data jenis sarana air bersih yang ada.c. Data jumlah
penduduk yang menggunakan sarana air bersih.d. Data inspeksi sarana
air bersih yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tempuran.e.
Pemeriksaan sarana air bersih yang diinspeksi yang memenuhi syarat
/ yang memiliki tingkat risiko pencemaran tinggi.f. Pengambilan
sampel air dari sarana air bersih yang diinspeksi.g. Pemeriksaan
kualitas bakteriologis pada sampel air bersih.h. Pencatatan dan
Pelaporan
2.2. MetodeEvaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan
data, analisis data, dan pengolahan data sehingga dapat digunakan
untuk menjawab permasalahan pelaksanaan program yang terjadi, baik
pada awal, ditengah, maupun akhir program dengan cara membandingkan
cakupan program upaya kesehatan lingkungan terutama sarana air
bersih di Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai dengan April
2015 terhadap tolok ukur yang telah ditetapkan dan menemukan
penyebab masalah dengan menggunakan pendekatan sistem.
Bab IIIKerangka Teoritis
3.1. Kerangka Teoritis LingkunganProsesMasukanUmpan
BalikKeluaranDampak
Gambar 1. Bagan Teori Sistem
Gambar di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari
elemen-elemen yang saling dihubungkan dengan suatu proses atau
struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya
menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen
tersebut dapat dikelompokkan dalam enam unsur, yaitu : 1. Masukan
(input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem dan dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut,
terdiri dari tenaga (man), dana (money), sarana (material), metode
(method), mesin atau alat yang digunakan (machine), jangka alokasi
waktu (minute), lokasi masyarakat (market), dan informasi
(information). 2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau
elemen yang ada di dalam sistem dan berfungsi untuk mengubah
masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Terdiri dari unsur
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating), dan pemantauan (controlling). 3. Keluaran (output)
adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem. 4. Lingkungan (environment)
adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi
mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan
fisik dan non fisik. 5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan
bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan
sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa pencatatan
dan pelaporan yang lengkap, monitoring, dan rapat bulanan. 6.
Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari
suatu sistem.
3.2. Tolok Ukur Keberhasilan Tolok ukur merupakan nilai acuan
atau standar yang telah ditetapkan dan digunakan sebagai target
yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem, yang meliputi
masukan, proses, keluaran, lingkungan, dan umpan balik pada program
pengawasan sarana air bersih (SAB). Digunakan sebagai pembanding
atau target yang harus dicapai dalam program pengawasan sarana air
bersih (SAB). [Lampiran I]Berdasarkan Pedoman Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Sanitasi dalam Mengahadapi Situasi Darurat,
air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok makhluk hidup
sehari- hari. Air yang digunakan untuk kebutuhan manusia sebagai
air minum atau keperluan rumah tangga lainnya harus memenuhi syarat
kesehatan, antara lain bebas dari kuman penyakit dan tidak
mengandung bahan beracun. Air yang memenuhi syarat kesehatan harus
memenuhi kriteria secara fisik, bakteriologis, dan kimia. Kriteria
air bersih yang memenuhi syarat sebagai berikut : Secara fisik,
yaitu jernih, suhu lebih rendah dari suhu sekitar, tidak berwarna,
tidak berbau, dan tidak berasa. Secara bakteriologis sesuai
Kepmenkes No. 907 tahun 2002.Jenis- jenis sarana air bersih
meliputi Sumur Gali (SGL),Sumur Pompa Tangan (SPT), Sumur Pompa
Tangan Dalam (SPT- DL), Penampungan Air Hujan (PAH), Perlindungan
Mata Air (PMA), Pompa Listrik, Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM).
Bab IVPenyajian Data
4.1. Sumber Data Sumber data dalam evaluasi ini diambil dari
data yang berasal dari : 4.1.1. Data Primer : Wawancara dengan
pihak terkait, yaitu petugas program kesehatan lingkungan Puskesmas
Tempuran.4.1.2. Data Sekunder : Data Demografi dari Puskesmas
Tempuran tahun 2014. Data Geografi dari Puskesmas Tempuran tahun
2014 Laporan Bulanan Data Dasar Penyehatan Lingkungan, Puskesmas
Tempuran, Karawang periode Mei 2014 sampai dengan April 2015. 4.2.
Data Umum 4.2.1. Geografi 1. Luas Wilayah dan Batas-batasa. Lokasi
gedung Puskesmas Tempuran terletak di Jl. Raya Baros, Kecamatan
Tempuran, Kabupaten Karawang.b. Luas wilayah kerja 581 km2, terdiri
dari 9 desa, 121 RT dan 38 dusun.a. Batas wilayah kerja Puskesmas
Tempuran:a. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kerja PKM
Lemahduhurb. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa
Ciparagejayac. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja PKM
Kertamukti d. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja PKM
Pasirukem2. Wilayah Administrasi Puskesmas Tempuran mencakup 9 desa
:a. Desa Sumber Jayab. Desa Tanjung Jayac. Desa Tempurand. Desa
Ciparage Jayae. Desa Cikuntulf. Desa Pagadungang. Desa Panca
Karyah. Desa Purwajayai. Desa Jayanegara
4.2.2. Data DemografiJumlah penduduk di UPTD Puskesmas Tempuran
berdasarkan pada tahun 2014 yaitu sebesar 42.596 jiwa yang terdiri
dari 22.019 jiwa laki-laki dan 20.577 jiwa perempuan [lampiran II].
Berdasarkan lampiran II, penduduk terbanyak terdapat di Desa Sumber
Jaya, yaitu sebesar 5.895 jiwa dan jumlah penduduk terendah di Desa
Jaya Negara, yaitu sebesar 2.701 jiwa.4.2.3. Tingkat
pendidikanTingkat Pendidikan penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Tempuran kebanyakan tidak tamat SD/MI yaitu sebesar 51,87 %.
[lampiran III]4.2.4. Mata pencarian Mata pencarian di UPTD
Puskesmas Tempuran sebagian besar bermata pencaharian sebagai
petani, yaitu sebesar 31,26%.4.2.5. Kepercayaan Agama Mayoritas
penduduk di wilayah kerja puskesmas Tempuran menganut agama Islam,
yaitu sebesar 99,9 %.4.2.6. Jenis sarana kesehatanJenis sarana
kesehatan yang tersedia di wilayah kerja Puskesmas Tempuran, antara
lain sebagai berikut : [Lampiran IV]1. Puskesmas pembantu: 1 buah2.
Posyandu : 42 buah3. Praktek perorangana. Dokter Umum: 2b. Dokter
Gigi: 1c. Bidan: 204. Klinik 24 jam : 05. Dokter praktek swasta:
1
4.3. Data Khusus 4.3.1. Masukan 1. Tenagaa. Kepala Puskesmas : 1
orang (penanggung jawab)b. Petugas kesehatan lingkungan (KesLing) :
1 orang (sebagai koordinator sekaligus pelaksana program)2.
DanaDana untuk pelaksanaan program diperoleh dari : APBD : tersedia
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) : tersedia3. Saranaa) Sarana
medis : Sanitarian kit : Tidak ada b) Sarana non medis : Infocus :
Ada, 1 buah Layar : Ada, 1 buah Leaflet : Tidak Ada Lembar balik :
Ada Poster : Ada Buku pedoman Kesling : Ada 4. Metode Pendataan
jumlah sarana air bersihPendataan ini diambil dari laporan
pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja Puskesmas Tempuran
periode Mei 2014 sampai dengan April 2015, seperti dibawah :Jumlah
sarana air bersih = 9.918 buah yang terdiri dari SPT, SGL dan pompa
listrik.
Pemeriksaan/inspeksi sarana air bersih.Inspeksi dilakukan secara
berkala minimal 2 kali setahun. Pemeriksaan kualitas air bersih
diperiksa secara fisik, yaitu tidak berwarna, tidak berbau, tidak
keruh, tidak berasa, dan suhu dibawah suhu kamar. Pemeriksaan
secara lengkap terdapat di lampiran formulir inspeksi sanitasi air
bersih dapat dirujuk di lampiran formulir inspeksi sanitasi air
bersih. Pengambilan sampel air.Pengambilan sampel air dilakukan
setelah menentukan titik pengambilan yang disesuaikan dengan jenis
sarana air bersihnya. Untuk sumur pompa sampel diambil setelah 5
menit air keluar, untuk sumur gali sampel diambil dengan kedalaman
20 cm di bawah permukaan air, dan untuk PAM sampel diambil setelah
2 menit air keluar. Untuk pemeriksaan fisik jumlah air yang diambil
sebanyak 2 liter, untuk pemeriksaan kimia jumlah air yang diambil
sebanyak 5 liter, dan untuk pemeriksaan bakteriologis wadah
penampungan harus steril dengan jumlah air yang diambil sebanyak
100 ml, kemudian diberi etiket dan dikirim ke laboratorium.
Prosedur pengambilan sampel secara lengkap terdapat di lampiran SOP
pengambilan sampel. Jumlah sarana air bersih dengan kualitas
bakteriologis yang memenuhi syarat kesehatan.Kualitas bakteriologis
ini dapat ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium,
kemudian ditetapkan sesuai standar kualitas air bersih terhadap
kandungan bakteriologis sesuai dengan Permenkes 416 tahun 1990.
Jumlah sarana air bersih yang mempunyai risiko pencemaran yang
rendah.Tingkat risiko pencemaran air terbagi menjadi: AT (amat
tinggi) T (tinggi) S (sedang) R (rendah). Cara pemeriksaan lengkap
dapat dilihat di lampiran formulir inspeksi sanitasi.
Pencatatan dan Pelaporan PencatatanData kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh petugas lapangan dimasukkan ke dalam format
pencatatan pengawasan air bersih (register dan formulir lain yang
diperlukan) seterusnya membuat penyajian/visualisasi data dalam
bentuk peta, grafik atau tabel yang diperbaharui secara periodik
(bulanan, triwulan dan tahunan). PelaporanPuskesmas yang
melaksanakan kegiatan ini melaporkannya kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sesuai format yang telah ada.
4.3.2. Proses 1. PerencanaanTerdapat perencanaan tertulis dari
Puskesmas Tempuran yaitu mengenai: Pendataan jumlah sarana air
bersihTerdapat pendataan 1 kali setahun tentang jumlah sarana air
bersih dan jumlah pengguna. Pemeriksaan/inspeksi sarana air
bersihPemeriksaan terhadap sarana air bersih dilakukan setiap bulan
oleh petugas kesehatan lingkungan terlatih. Pada sarana air bersih
dengan tingkat pencemaran berat dilakukan pemeriksaan tiap 2 minggu
selama 1 tahun, untuk pencemaran ringan sampai sedang dilakukan
pemeriksaan sebulan sekali selama satu tahun. Pengambilan sampel
airPengambilan sampel air dilakukan minimal 2 kali setahun sesuai
dengan jenis sarana air bersih. Yang harus dilakukan adalah
menyiapkan alat-alatnya seperti kotak air/termos/botol steril,
tempat penyimpanan botol/kotak/termos, alat tulis dan formulir
pengiriman sampel. Kemudian, dilakukan pengambilan titik
pengambilan sampel. Pemeriksaan bakteriologisPemeriksaan
bakteriologis terhadap sampel air dilakukan di laboratorium yang
telah ditunjuk, kualitas air bersih terhadap kandungan
bakteriologis sesuai dengan Permenkes No 416 tahun 1990. Sedangkan
persyaratan kualitas air minum sesuai dengan Permenkes No 492 tahun
2010. Pemeriksaan risiko pencemaranPemeriksaan sarana air bersih
dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pencemaran.
Pencatatan dan pelaporan :Pencatatan : akan dilakukan setiap
kegiatan dilaksanakan Pelaporan : akan dilakukan setiap awal
bulan.2. PengorganisasianTerdapat struktur tertulis dan pembagian
tugas yang teratur dalam melaksanakan tugasnya: [ lampiran V]Kepala
puskesmasHj. Surisno, SKM
Ka. Tata UsahaEngkur Kurnia, SKM
Koordinator & Pelaksana ProgramAmirin, AMK
Gambar 2. Struktur Organisasi Bagian Kesehatan Lingkungan
Puskesmas Tempuran
Pengorganisasian dalam program SAB dibagi berdasarkan jabatan:
a. Kepala Puskesmas (Hj. Surisno, SKM) : Sebagai penanggung jawab
program. Monitoring pelaksanaan Kesehatan Lingkungan tingkat
kecamatan. Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan
Kesehatan Lingkungan di wilayah kerja. b. Koordinator Kesehatan
Lingkungan (Amirin, AMK) : Koordinator program. Menerima pelaporan
hasil kegiatan kesehatan lingkungan dari wilayah setempat.
Melakukan pencatatan hasil keberhasilan program dan melaporkan
hasil pencatatan kepada Kepala Puskesmas Kecamatan tiap bulan. 3.
Pelaksanaan: Pendataan 1 kali setahun tentang jumlah sarana air
bersih dan jumlah pengguna. Pemeriksaan sarana air
bersihPemeriksaan setiap bulan terhadap sarana air bersih yang ada,
dilakukan oleh petugas kesehatan lingkungan dibantu staf promkes
dan RT sekitar dengan mendatangi rumah penduduk yang menggunakan
SAB di wilayah kerja Puskesmas Tempuran. Pengambilan sampel
airTidak dilakukan pengambilan sampel air. Pemeriksaan
bakteriologisTidak dilakukan pemeriksaan bakteriologis Pemeriksaan
risiko pencemaranTidak dilakukan pemeriksaan risiko pencemaran
Pencatatan dan pelaporan :Pencatatan : Dilakukan setiap kegiatan
dilaksanakan Pelaporan : dilakukan setiap awal bulan.4. Pengawasan:
Adanya rapat bulanan di Puskesmas Tempuran tentang hasil pencapaian
program pengawasan SAB. Adanya pencatatan setiap bulan dan tahunan,
serta pelaporan secara berkala tentang kegiatan pengawasan SAB ke
tingkat Kabupaten minimal 1 bulan sekali.
4.3.3. Keluaran 1. Cakupan jumlah penduduk yang menggunakan air
bersih (Data selengkapnya terdapat pada Lampiran VI)
Jumlah penduduk dilokasi yangmengunakan air dari sarana air
bersih--------------------------------------------------------- x
100%Jumlah penduduk di lokasi
20.647Cakupan : ------------------ X 100 % = 48,5 % 42.596
Target: 80%
2. Cakupan hasil inspeksi sarana air bersih (SAB) (Data
selengkapnya terdapat pada Lampiran VI)
Jumlah SAB yang diinspeksi---------------------------------- x
100% Jumlah SAB yang ada
6677Cakupan : ------------------ X 100 % = 67,32% 9918
Target: 80 %
3. Cakupan pengambilan sampel air Jumlah SAB yang diambil
Sampelnya---------------------------------------------- x
100%Jumlah SAB yang ada
Cakupan : tidak dilakukanTarget: 80 %
4. Cakupan jumlah SAB dengan kualitas bakteriologis yang
memenuhi syarat kesehatanJumlah sampel air SAB yang memenuhisyarat
bakteriologis----------------------------------------------------------------
x 100%Jumlah sampel air yang diperiksa dari SAB sejenis
Cakupan : tidak dilakukanTarget kualitas air bersih bebas
bakteri patogen 100 %
5. Cakupan Perlindungan SAB yang risiko rendah pencemaran
air
Jumlah SAB yang bebas risiko danpencemaran tinggi & amat
tinggi.-------------------------------------------- x 100%Jumlah
SAB sejenis yang diinspeksi
Cakupan : tidak dilakukanTarget perlindungan SAB terhadap risiko
pencemaran : 95 %
4.3.4. Lingkungan Lingkungan Fisik Lokasi : Semua lokasi sarana
air dapat dijangkau dengan sarana transportasi yang ada (sepeda
motor) karena terdapat akses jalan yang bisa dilalui sepeda motor.
Iklim : Iklim tidak mempengaruhi pelaksanaan program. Kondisi
Geografis : Kondisi geografi dapat mempengaruhi program sarana air
bersih. Berdasarkan keterangan petugas kesehatan lingkungan
puskesmas Tempuran, masih didapatkan air asin dan air yang berwarna
keruh pada penggalian/pengeboran sumur. Hal ini mungkin disebabkan
karena daerahnya yang dekat dengan laut dan persawahan.
Lingkungan Non Fisik Keadaan sosial ekonomi masyarakat dapat
mempengaruhi keberhasilan program.Sebagian besar penduduk bermata
pencaharian petani dan 31,26% dari total jumlah penduduk. Hal
tersebut dapat mempengaruhi akses untuk mendapatkan sarana air
bersih yang memadai. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi
keberhasilan program.Karena sebagian besar penduduk tidak tamat SD,
pengetahuan tentang kualitas air dan sarana air bersih masih
kurang. Perilaku masyarakat.Masih ada masyarakat yang menggunakan
air sungai untuk keperluan mandi, mencuci, tempat buang air besar,
dan tempat pembuangan limbah keluarga.
4.3.5. Umpan Balik Adanya pencatatan dan pelaporan yang rutin
sesuai dengan waktu yang ditentukan akan dapat digunakan sebagai
masukan dalam perencanaan program pengawasan sarana air bersih
selanjutnya.
4.3.6. Dampak Dampak langsung; menurunnya angka penyakit
berbasis lingkungan, seperti diare penyakit kulit, dan tifoid.
Dampak tidak langsung yaitu masalah penyediaan dan pengawasan air
bersih tidak lagi menjadi permasalahan serta peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.
Bab VPembahasan Masalah
Tabel 1.Variabel-variabel dari MasalahNoVariabelTolok
UkurPencapaianMasalah
1Keluaran : Cakupan Jumlah penduduk yang mengunakan air dari
sarana air bersih Hasil inspeksi sarana air bersih (SAB) Cakupan
pengambilan sampel air Cakupan SAB dengan kualitas bakteriologis
yang memenuhi syarat kesehatan Perlindungan SAB dari risiko
pencemaran 80%
80%
80 %
100 %
95 %
48,5%
67,32%
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak Dilakukan(+)31,7 %
(+) 12,68 %
(+)
(+)
(+)
2Masukan : Tenaga (Man)
Dana (Money)
Metode
Tersedianya minimal 2 orang sebagai koordinator dan pelaksana
program pengawasan sarana air bersih yang terampil di
bidangnya.
Tersedianya dana yang cukup berasal dari APBD dan BOK untuk
petugas.
1.Dilakukan pendataan2.Dilakukan pemeriksaan SAB3.Dilakukan
pengambilan sampel air4.Dilakukan pemeriksaan bakteriologis
air5.Dilakukan pemeriksaan risiko pencemaran air6.Pencatatan dan
pelaporan.
1 orang tenaga yang merangkap sebagai koordinator dan pelak-
sana pengawasan sarana air bersih yang terampil/ kompeten di
bidangnya.
Tidak ada laporan dana yang dibutuhkan dan laporan penggunaan
dana yang telah digunakan.
Metode pemeriksaan kualitas air bersih dilakukan berdasarkan
kriteria fisik saja, tidak berbau, tidak berwarna, tidak keruh dan
tidak berasa. Tidak dilakukan pengambilan sampel, pemeriksaan
bakteriologis, serta pemeriksaan risiko pencemaran air.
(+)
(+)
(+)
3Proses-Pengorganisasian
-Pelaksanaan
-Pengawasan
Dibentuk struktur organisasi, kepala puskesmas sebagai
penanggungjawab program, melimpahkan kekuasaan kepada Koordinator
program (programmer), kemudian melakukan koordinasi dengan
pelaksana program.
Sesuai dgn rencana dan metode yg telah ditetapkan, dilaksanakan
secara berkala : pengumpulan data 1x/tahun & pengawasan
kualitas air bersih 2x/tahun. Dilakukan pengambilan sampel sesuai
dengan jenis sarana air bersih, kemudian dilakukan pemeriksaan lab.
utk menilai kandungan bakteriologi/kimia & serta dilakukan pem.
risiko pencemaran air.Adanya pencatatan tiap bulan/tahunan dan
pelaporan secara berkala tentang kegiatan pengawasan kualitas air
ke tingkat Kabupaten minimal 3 bulan sekali dan apabila terjadi
kejadian luar biasa karena penurunan kualitas air.
Struktur organisasi su- dah jelas, namun koordinasi belum
optimal
Tidak dilakukan pengambilan sampel, pemeriksaan bakteriologi,
serta pemeriksaan risiko pencemaran air.
Pencatatan tiap bulan dan tiap tahun dan laporan hasil
pemeriksaan ke dinas kesehatan tiap 3 bulan sekali sudah
dilakukan.
(+)
(+)
(-)
4Lingkungan : Fisik
Non-Fisik
Kondisi geografis dapat mempengaruhi kualitas air
a. Keadaan sosial ekonomi masyarakat dapat mempengaruhi
keberhasilan program
b. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi keberhasilan
program.
c. Perilaku masyarakat dalam menggunakan air bersih dapat
mempengaruhi keberhasilan programBerdasarkan keterangan petugas:
pada penggalian/ pengeboran air yang dihasilkan terasa asin,
disebabkan karena lokasinya yang dekat dengan laut. Dan air
berwarna coklat/keruh karena berdekatan dengan sawah.
a. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian petani yaitu
31,26 %. Hal tersebut dapat mempengaruhi akses untuk mendapatkan
sarana air bersih yang memadai.
b. Karena sebagian besar penduduk tidak tamat SD, pengetahuan
tentang kualitas air dan sarana air bersih masih kurang.
c. Masih ada masyarakat yang menggunakan air sungai untuk
keperluan mandi, mencuci, tempat buang air besar, dan tempat
pembuangan limbah keluarga.
( + )
( + )
( + )
( + )
Bab VIPerumusan Masalah
6.1. Masalah sebenarnya (menurut keluaran) Cakupan jumlah
penduduk menggunakan SAB 48,5 % dari target 80 %. Cakupan inspeksi
SAB 67,32 % dari target 80 %. Tidak dilakukannya pengambilan sampel
air, pemeriksaan bakteriologis, serta pemeriksaan risiko pencemaran
air. Kualitas SAB hanya dilakukan secara fisik saja.
6.2. Masalah dari unsur lain (penyebab) Masukan Tenaga ( Man )
Hanya terdapat satu tenaga yang merangkap sebagai koordinator dan
pelaksana program yang terampil di bidangnya, hal ini sangat
menyulitkan dalam pemeriksaan terhadap 9918 Sarana Air Bersih yang
tersebar di 9 desa, dengan area kerja seluas 581 km2. Dana ( Money
) Tidak ada laporan penerimaan dan penggunaan dana yang diterima,
serta laporan dana yang dibutuhkan untuk pengawasan sarana air
bersih. Metode Tidak dilakukannya pengambilan sampel air,
pemeriksaan bakteriologis, serta pemeriksaan risiko penecemaran
air. Proses1. Pengorganisasian Struktur dan pelimpahan tugas dari
Kepala Puskesmas ke koordinator program (programmer) sudah ada,
namun belum berjalan optimal. Kurangnya koordinasi lintas program
antara pelaksana program pengawasan SAB dengan bagian promkes dan
pusling.
2. Pelaksanaan Sudah dilakukan pengumpulan data 1 x setahun dan
inspeksi sarana air bersih setiap bulan. Namun tidak dilakukan
pengambilan sampel, pemeriksaan bakteriologi dan tingkat risiko
pencemaran air. 3. Pengawasan dan pelaporan Pencatatan tiap bulan
dan tiap tahun dan laporan hasil pemeriksaan ke dinas kesehatan
tiap 3 bulan sekali sudah dilakukan. Lingkungan1. Fisik Kondisi
geografis.Berdasarkan keterangan pemegang program, saat dilakukan
pengeboran sumur, air yang dihasilkan terasa asin dan terkadang ada
air yang berwarna coklat/ keruh. Hal ini mungkin karena wilayahnya
dekat dengan laut dan daerah persawahan. 2. Non-Fisik Sebagian
besar penduduk bermata pencaharian petani dan 31,26 % dari total
jumlah penduduk. Hal tersebut dapat mempengaruhi akses untuk
mendapatkan sarana air bersih yang memadai Karena sebagian besar
penduduk tidak tamat SD, pengetahuan tentang kualitas air dan
sarana air bersih masih kurang. Masih ada masyarakat yang
menggunakan air sungai untuk keperluan mandi, mencuci, tempat buang
air besar, dan tempat pembungan limbah keluarga.
Bab VIIPrioritas Masalah
7.1. Masalah menurut keluaran: a. Cakupan jumlah penduduk
menggunakan SAB 48,5 % dari target 80 %. Besar masalah adalah 31,7
%b. Cakupan hasil inspeksi SAB 67,32 % dari target 80 %. Besar
masalah adalah 12,68 %.c. Tidak dilakukannya pengambilan sampel air
, pemeriksaan bakteriologis, serta pemeriksaan risiko pencemaran
air. Kualitas SAB hanya dilakukan secara fisik saja. Besar masalah
adalah 100%.NoParameterMasalah
abc
1Besarnya masalah 425
2Berat ringannya masalah 443
3Keuntungan social karena terselesainya masalah 553
4Sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan masalah 341
5Teknologi yang tersedia 541
Jumlah211914
Keterangan derajat masalah:5 = sangat penting 4 = penting 3 =
cukup penting 2 = kurang penting 1 = tidak penting
Yang menjadi prioritas masalah :1. Cakupan jumlah penduduk yang
menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari masih rendah,
yakni 48,5 % dari target 80 %.2. Hasil inspeksi sarana air bersih
masih rendah, yakni 67,32 % dari target 80 %.
Bab VIIIPenyelesaian Masalah
8.1. Masalah 1Cakupan jumlah penduduk yang menggunakan air
bersih untuk keperluan sehari-hari masih rendah, yakni 48,5 % dari
target 80 %.Penyebab: Pengetahuan masyarakat tentang penggunaan air
bersih masih rendah Perilaku masyarakat yang masih menggunakan air
sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Terbatasnya sarana air
bersih yang ada di masyarakat. Kondisi geografis yang dekat dengan
laut dan sawah. Penyelesaian: Dilakukannya penyuluhan yang intensif
kepada masyarakat tentang pentingnya penggunaan air bersih untuk
kepentingan sehari-hari. Mengusulkan pembuatan sarana air bersih
kepada dinas kesehatan yang bekerja sama dengan departemen
pekerjaan umum, terutama pembuatan sarana perpipaan (PDAM).
8.2. Masalah 2Hasil inspeksi sarana air bersih masih rendah,
yakni 67,32 % dari target 80 %.Penyebab: Tenaga Kurangnya tenaga
yang terampil di bidang kesehatan lingkungan di Puskesmas Tempuran.
Dana Masih kurangnya dana operasional untuk pengawasan sarana air
bersih. Pengorganisasian Kurangnya koordinasi antara
penanggungjawab dengan koordinator, koordinator dengan pelaksana
program dan kurangnya koordinasi lintas program antara pelaksana
program pengawasan SAB dengan bagian promkes dan bidan desa.
Pelaksanaan Tidak dilakukan pengambilan sampel (laboratorium),
pemeriksaan bakteriologi, serta pemeriksaan risiko pencemaran air.
Penyelesaian: Tenaga Mengoptimalkan tenaga kesehatan yang ada di
Puskesmas Tempuran. Memberdayakan masyarakat (sebagai kader) dalam
melakukan pengawasan sarana air bersih. Dana Membuat laporan dana
yang telah diterima dan yang telah digunakan kepada Puskesmas.
Pengorganisasian Meningkatkan koordinasi antara penanggung jawab
(kepala puskesmas) dengan koordinator program dan koordinator
dengan pelaksana, serta meningkatkan koordinasi lintas program
dengan staf Puskesmas yang lain. Pelaksanaan Hal ini sebenarnya
disebabkan keterbatasan dana operasional dan sarana - prasarana
yang mendukung. Sehingga perlu penambahan dana dan pengadaan sarana
- prasarana yang mendukung.
Bab IXPenutup9.1. Kesimpulan Dari hasil evaluasi program yang
telah dilakukan maka dapat disimpulkan Program cakupan sarana air
bersih di Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai dengan April
2015 dikatakan tidak berhasil karena masih belum sesuai dengan
tolak ukur yang sudah ditentukan. Dari hasil kegiatan program,
didapatkan : Cakupan jumlah penduduk yang mengunakan air dari
sarana air bersih adalah 48,5 %. Hasil inspeksi sarana air bersih
adalah 67,32 %. Tidak dilakukannya pengambilan sampel air
(laboratorium), pemeriksaan bakteriologis, serta pemeriksaan risiko
pencemaran air. Kualitas sarana air bersih hanya dilakukan secara
fisik saja.
9.2. Saran Saran bagi Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab
program : Menggalakkan promosi kesehatan untuk memberikan
penyuluhan yang intensif kepada masyarakat tentang pentingnya
sarana air bersih. Memantau (supervise) kegiatan pengawasan sarana
air bersih dengan cara membandingkan dengan hasil tahun sebelumnya,
juga bertanya kepada pemegang dan pelaksana program mengenai
kendala apa saja yang ditemui. Meningkatkan motivasi pemegang
program dan pelaksana program agar dapat berjalan dengan baik,
seperti memberikan sarana dan alternatif dana. Mengajukan pelatihan
kepada dinkes bagi petugas kesehatan lingkungan puskesmas. Saran
bagi pemegang program pengawasan sarana air bersih : Melakukan
pelatihan dan memotivasi untuk memberdayakan masyarakat (kader)
dalam melakukan pengawasan sarana air bersih. (lintas sektoral)
Melakukan perincian dana terhadap dana yang diterima dan dana yang
dikeluarkan untuk pengawasan sarana air bersih. Meningkatkan
ketelitian dalam penulisan serta kelengkapan penyajian data hasil
kegiatan. Saran bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang :
Meningkatkan motivasi pemegang program dan pelaksana program agar
dapat berjalan dengan baik, seperti memberikan sarana dan
alternatif dana. Mengadakan dan memfasilitasi pelatihan tenaga
kesehatan guna menambah tenaga pelaksana program. Melakukan
tinjauan langsung untuk melihat perkembangan mengenai pelaksanaan
program kesehatan lingkungan di setiap puskesmas yang ada di
kabupaten Karawang.
Daftar Pustaka1. Notoadmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan
Seni. Edisi revisi 2011. Jakarta: Rineka Cipta. 2011.2. Direktorat
Penyehatan Air. Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Kualitas Air
Perkotaan. Jakarta.1990.3. Departemen Kesehatan RI. Pedoman
Penggunaan dan Pemeliharaan Sarana Penyediaan Air Bersih dan
Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Jakarta.1990.4. Trihono, Laporan
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2010. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diunduh tanggal 22 Desember
2014 dari:
http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf5.
Trihono, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional
2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diunduh tanggal
22 Desember 2014 dari:
http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf6. Dinas
Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Buku Kumpulan Peraturan dan Pedoman
Teknis Kesehatan Lingkungan. Propinsi Jawa Barat. 2004. 7.
Departemen Kesehatan. Pedoman Manajemen Puskesmas. Jakarta.
2002
30