Top Banner
Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Banyak faktor yang memengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat. Beberapa faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan menurut Hendrik L. Blum dalam Notoatmodjo, derajat kesehatan seseorang ataupun masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. 1 Status kesehatan akan tercapai secara optimal bila mana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu (tidak optimal), maka status kesehatan akan bergeser ke arah di bawah optimal. Yang sangat besar pengaruhnya adalah keadaan lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan perilaku masyarakat di bidang kesehatan, ekonomi maupun teknologi. Hal ini mendorong pemerintah untuk mencanangkan program kesehatan wajib seperti program upaya kesehatan lingkungan yang salah satunya melalui cakupan pengawasan sarana air bersih. 1 Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pada pasal 22 ayat (3) menyatakan bahwa penyehatan air meliputi pengamanan dan penetapan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia. Pengertian air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari, seperti minum/ masak serta mandi/ cuci dll. Di Indonesia penyediaan air minum yang 1
46

evprog SAB

Sep 15, 2015

Download

Documents

MarcellaDeviana

evaluasi program SAB
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Bab IPendahuluan

1.1. Latar BelakangBanyak faktor yang memengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat. Beberapa faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan menurut Hendrik L. Blum dalam Notoatmodjo, derajat kesehatan seseorang ataupun masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan.1 Status kesehatan akan tercapai secara optimal bila mana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu (tidak optimal), maka status kesehatan akan bergeser ke arah di bawah optimal. Yang sangat besar pengaruhnya adalah keadaan lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan perilaku masyarakat di bidang kesehatan, ekonomi maupun teknologi. Hal ini mendorong pemerintah untuk mencanangkan program kesehatan wajib seperti program upaya kesehatan lingkungan yang salah satunya melalui cakupan pengawasan sarana air bersih.1Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pada pasal 22 ayat (3) menyatakan bahwa penyehatan air meliputi pengamanan dan penetapan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia. Pengertian air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari, seperti minum/ masak serta mandi/ cuci dll. Di Indonesia penyediaan air minum yang diusahakan pemerintah melalui perusahaan daerah air minum sebagian besar diperuntukkan masyarakat perkotaan meliputi ibu kota provinsi, ibu kota kabupaten, dan ibu kota kecamatan. Untuk daerah lainnya, sebagian besar penduduk mengupayakan air bersih untuk keperluan sehari-hari melalui berbagi cara dengan memanfaatkan potensi sumber air yang ada berupa air tanah, air permukaan, dan air hujan.2-4Dari data Riskesdas 2010 diketahui daerah perkotaan memiliki cakupan sumber air bersih sebesar 90,1%, sedangkan dipedesaan sebesar 67,6 %.5-7Dari data Riskesdas 2013, proporsi rumah tangga di Indonesia dengan kualitas air minum kategori baik (tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbusa, dan tidak berbau) di perkotaan (96,0%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan (92,0%). Data hasil menunjukkan bahwa jenis sumber air untuk seluruh kebutuhan rumah tangga di Indonesia pada umumnya adalah sumur gali terlindung sebesar 29,2%, sumur pompa sebesar 24,1%, dan air ledeng/PDAM sebesar 19,7%. Di perkotaan, lebih banyak rumah tangga yang menggunakan air dari sumur bor/pompa yaitu 32,9% dan air ledeng/PDAM sebesar 28,6%, sedangkan di perdesaan lebih banyak yang menggunakan sumur gali terlindung yaitu 32,7%.5-7Dari laporan Penilaian Kinerja Puskesmas Tempuran tahun 2014, didapatkan cakupan pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja puskesmas Tempuran sebesar 53,79 %. Di wilayah kerja Puskesmas Tempuran, kunjungan sepuluh penyakit terbesar adalah nasofaringitis akut (common cold) yaitu 22,32 %, tukak lambung yaitu 13,04 %, mialgia yaitu 7,58 %, hipertensi primer yaitu 6,95 %, influenza yaitu 5,79 %, dermatitis yaitu 4,55 %, dyspepsia yaitu 3,77 %, diare yaitu 3,51 %, asma yaitu 2,98 %, demam yaitu 2,48 %. Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukan evaluasi program yang sudah dijalankan, menindaklanjuti upaya perbaikan yang akan dijalankan dan mengidentifikasi faktor risiko lingkungan berbagai jenis penyakit dan gangguan kesehatan.

1.2. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, masalah yang didapat berupa: a. Dari data Riskesdas 2010 diketahui daerah perkotaan memiliki cakupan sumber air bersih sebesar 90,1%.b. Dari data Riskesdas 2010 diketahui daerah pedesaan memiliki cakupan sumber air bersih sebesar 67,6 %.c. Dari data Riskesdas 2013, jenis sumber air untuk seluruh kebutuhan rumah tangga di Indonesia pada umumnya adalah sumur gali terlindung sebesar 29,2%, sumur pompa sebesar 24,1%, dan air ledeng/PDAM sebesar 19,7%. d. Dari data Riskesdas 2013, di perkotaan, lebih banyak rumah tangga yang menggunakan air dari sumur bor/pompa yaitu 32,9% dan air ledeng/PDAM sebesar 28,6%, sedangkan di perdesaan lebih banyak yang menggunakan sumur gali terlindung yaitu 32,7%.e. Dari laporan Penilaian Kinerja Puskesmas Tempuran tahun 2014 diketahui cakupan pengawasan SAB di wilayah kerja puskesmas Tempuran sebesar 53,79 %.

f. Dari laporan tahunan wilayah kerja Puskesmas Tempuran tahun 2014, kunjungan sepuluh penyakit terbesar adalah nasofaringitis akut (common cold) yaitu 22,32 %, tukak lambung yaitu 13,04 %, mialgia yaitu 7,58 %, hipertensi primer yaitu 6,95 %, influenza yaitu 5,79 %, dermatitis yaitu 4,55 %, dyspepsia yaitu 3,77 %, diare yaitu 3,51 %, asma yaitu 2,98 %, demam yaitu 2,48 %.

1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum : Diketahuinya masalah masalah yang ada dalam program pengawasan sarana air bersih (SAB) di Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai dengan April 2015 melalui pendekatan sistem dengan harapan dapat menurunkan angka kematian dan angka kesakitan akibat faktor risiko kesehatan lingkungan.

1.3.2. Tujuan Khusus : a. Diketahuinya cakupan penduduk yang menggunakan sarana air bersih untuk keperluan sehari-hari di wilayah kerja Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai dengan April 2015.b. Diketahuinya cakupan hasil inspeksi program pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai dengan April 2015.c. Diketahuinya cakupan pengambilan sampel air dalam pelaksanaan program pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai dengan April 2015.d. Diketahuinya jumlah sarana air bersih yang diambil sampelnya di wilayah kerja Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai dengan April 2015. e. Diketahuinya jumlah sarana air bersih dengan kualitas bakteriologi yang memenuhi syarat kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai dengan April 2015. f. Diketahuinya jumlah sarana air bersih dengan tingkat pencemaran air yang rendah di wilayah kerja Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai dengan April 2015.

1.4. Manfaat 1.4.1. Bagi Evaluator: a. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah. b. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya program upaya kesehatan lingkungan terutama sarana air bersih.c. Mengetahui banyaknya kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. d. Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengevaluasi. e. Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis.

1.4.2. Bagi Perguruan Tinggi : a. Mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi. b. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang kesehatan. c. Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) sebagai universitas yang menghasilkan dokter yang berkualitas.

1.4.3. Bagi Puskesmas yang dievaluasi : a. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program upaya kesehatan lingkungan terutama sarana air bersih.di ruang lingkup kerja puskesmas Tempuran. b. Dapat mengetahui kendala apa saja yang ditemui pada saat pelaksanaan program upaya kesehatan lingkungan terutama sarana air bersih.c. Dapat meningkatkan motivasi pemegang program dan pelaksana program agar dapat berjalan dengan baik.

1.4.4. Bagi Masyarakat : a. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat di Tempuran.b. Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat menurunkan prevalensi berbagai penyakit masyarakat yang berhubungan dengan program upaya kesehatan lingkungan terutama sarana air bersih.c. Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah-daerah lain di Indonesia.

1.5. Sasaran Masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tempuran, Kabupaten Karawang, Jawa Barat pada periode Mei 2014 sampai dengan April 2015.

Bab IIMateri dan Metode

2.1. MateriMateri yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari laporan hasil kegiatan bulanan mengenai program pengawasan sarana air bersih (SAB) di UPTD Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai dengan April 2015, antara lain :a. Data jumlah sarana air bersih yang ada.b. Data jenis sarana air bersih yang ada.c. Data jumlah penduduk yang menggunakan sarana air bersih.d. Data inspeksi sarana air bersih yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tempuran.e. Pemeriksaan sarana air bersih yang diinspeksi yang memenuhi syarat / yang memiliki tingkat risiko pencemaran tinggi.f. Pengambilan sampel air dari sarana air bersih yang diinspeksi.g. Pemeriksaan kualitas bakteriologis pada sampel air bersih.h. Pencatatan dan Pelaporan

2.2. MetodeEvaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data, analisis data, dan pengolahan data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan pelaksanaan program yang terjadi, baik pada awal, ditengah, maupun akhir program dengan cara membandingkan cakupan program upaya kesehatan lingkungan terutama sarana air bersih di Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai dengan April 2015 terhadap tolok ukur yang telah ditetapkan dan menemukan penyebab masalah dengan menggunakan pendekatan sistem.

Bab IIIKerangka Teoritis

3.1. Kerangka Teoritis LingkunganProsesMasukanUmpan BalikKeluaranDampak

Gambar 1. Bagan Teori Sistem

Gambar di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen tersebut dapat dikelompokkan dalam enam unsur, yaitu : 1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man), dana (money), sarana (material), metode (method), mesin atau alat yang digunakan (machine), jangka alokasi waktu (minute), lokasi masyarakat (market), dan informasi (information). 2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem dan berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Terdiri dari unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pemantauan (controlling). 3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem. 4. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik. 5. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa pencatatan dan pelaporan yang lengkap, monitoring, dan rapat bulanan. 6. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem.

3.2. Tolok Ukur Keberhasilan Tolok ukur merupakan nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan dan digunakan sebagai target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem, yang meliputi masukan, proses, keluaran, lingkungan, dan umpan balik pada program pengawasan sarana air bersih (SAB). Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam program pengawasan sarana air bersih (SAB). [Lampiran I]Berdasarkan Pedoman Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Sanitasi dalam Mengahadapi Situasi Darurat, air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok makhluk hidup sehari- hari. Air yang digunakan untuk kebutuhan manusia sebagai air minum atau keperluan rumah tangga lainnya harus memenuhi syarat kesehatan, antara lain bebas dari kuman penyakit dan tidak mengandung bahan beracun. Air yang memenuhi syarat kesehatan harus memenuhi kriteria secara fisik, bakteriologis, dan kimia. Kriteria air bersih yang memenuhi syarat sebagai berikut : Secara fisik, yaitu jernih, suhu lebih rendah dari suhu sekitar, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Secara bakteriologis sesuai Kepmenkes No. 907 tahun 2002.Jenis- jenis sarana air bersih meliputi Sumur Gali (SGL),Sumur Pompa Tangan (SPT), Sumur Pompa Tangan Dalam (SPT- DL), Penampungan Air Hujan (PAH), Perlindungan Mata Air (PMA), Pompa Listrik, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Bab IVPenyajian Data

4.1. Sumber Data Sumber data dalam evaluasi ini diambil dari data yang berasal dari : 4.1.1. Data Primer : Wawancara dengan pihak terkait, yaitu petugas program kesehatan lingkungan Puskesmas Tempuran.4.1.2. Data Sekunder : Data Demografi dari Puskesmas Tempuran tahun 2014. Data Geografi dari Puskesmas Tempuran tahun 2014 Laporan Bulanan Data Dasar Penyehatan Lingkungan, Puskesmas Tempuran, Karawang periode Mei 2014 sampai dengan April 2015. 4.2. Data Umum 4.2.1. Geografi 1. Luas Wilayah dan Batas-batasa. Lokasi gedung Puskesmas Tempuran terletak di Jl. Raya Baros, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang.b. Luas wilayah kerja 581 km2, terdiri dari 9 desa, 121 RT dan 38 dusun.a. Batas wilayah kerja Puskesmas Tempuran:a. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kerja PKM Lemahduhurb. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa Ciparagejayac. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja PKM Kertamukti d. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja PKM Pasirukem2. Wilayah Administrasi Puskesmas Tempuran mencakup 9 desa :a. Desa Sumber Jayab. Desa Tanjung Jayac. Desa Tempurand. Desa Ciparage Jayae. Desa Cikuntulf. Desa Pagadungang. Desa Panca Karyah. Desa Purwajayai. Desa Jayanegara

4.2.2. Data DemografiJumlah penduduk di UPTD Puskesmas Tempuran berdasarkan pada tahun 2014 yaitu sebesar 42.596 jiwa yang terdiri dari 22.019 jiwa laki-laki dan 20.577 jiwa perempuan [lampiran II]. Berdasarkan lampiran II, penduduk terbanyak terdapat di Desa Sumber Jaya, yaitu sebesar 5.895 jiwa dan jumlah penduduk terendah di Desa Jaya Negara, yaitu sebesar 2.701 jiwa.4.2.3. Tingkat pendidikanTingkat Pendidikan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tempuran kebanyakan tidak tamat SD/MI yaitu sebesar 51,87 %. [lampiran III]4.2.4. Mata pencarian Mata pencarian di UPTD Puskesmas Tempuran sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, yaitu sebesar 31,26%.4.2.5. Kepercayaan Agama Mayoritas penduduk di wilayah kerja puskesmas Tempuran menganut agama Islam, yaitu sebesar 99,9 %.4.2.6. Jenis sarana kesehatanJenis sarana kesehatan yang tersedia di wilayah kerja Puskesmas Tempuran, antara lain sebagai berikut : [Lampiran IV]1. Puskesmas pembantu: 1 buah2. Posyandu : 42 buah3. Praktek perorangana. Dokter Umum: 2b. Dokter Gigi: 1c. Bidan: 204. Klinik 24 jam : 05. Dokter praktek swasta: 1

4.3. Data Khusus 4.3.1. Masukan 1. Tenagaa. Kepala Puskesmas : 1 orang (penanggung jawab)b. Petugas kesehatan lingkungan (KesLing) : 1 orang (sebagai koordinator sekaligus pelaksana program)2. DanaDana untuk pelaksanaan program diperoleh dari : APBD : tersedia Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) : tersedia3. Saranaa) Sarana medis : Sanitarian kit : Tidak ada b) Sarana non medis : Infocus : Ada, 1 buah Layar : Ada, 1 buah Leaflet : Tidak Ada Lembar balik : Ada Poster : Ada Buku pedoman Kesling : Ada 4. Metode Pendataan jumlah sarana air bersihPendataan ini diambil dari laporan pengawasan sarana air bersih di wilayah kerja Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai dengan April 2015, seperti dibawah :Jumlah sarana air bersih = 9.918 buah yang terdiri dari SPT, SGL dan pompa listrik.

Pemeriksaan/inspeksi sarana air bersih.Inspeksi dilakukan secara berkala minimal 2 kali setahun. Pemeriksaan kualitas air bersih diperiksa secara fisik, yaitu tidak berwarna, tidak berbau, tidak keruh, tidak berasa, dan suhu dibawah suhu kamar. Pemeriksaan secara lengkap terdapat di lampiran formulir inspeksi sanitasi air bersih dapat dirujuk di lampiran formulir inspeksi sanitasi air bersih. Pengambilan sampel air.Pengambilan sampel air dilakukan setelah menentukan titik pengambilan yang disesuaikan dengan jenis sarana air bersihnya. Untuk sumur pompa sampel diambil setelah 5 menit air keluar, untuk sumur gali sampel diambil dengan kedalaman 20 cm di bawah permukaan air, dan untuk PAM sampel diambil setelah 2 menit air keluar. Untuk pemeriksaan fisik jumlah air yang diambil sebanyak 2 liter, untuk pemeriksaan kimia jumlah air yang diambil sebanyak 5 liter, dan untuk pemeriksaan bakteriologis wadah penampungan harus steril dengan jumlah air yang diambil sebanyak 100 ml, kemudian diberi etiket dan dikirim ke laboratorium. Prosedur pengambilan sampel secara lengkap terdapat di lampiran SOP pengambilan sampel. Jumlah sarana air bersih dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat kesehatan.Kualitas bakteriologis ini dapat ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, kemudian ditetapkan sesuai standar kualitas air bersih terhadap kandungan bakteriologis sesuai dengan Permenkes 416 tahun 1990. Jumlah sarana air bersih yang mempunyai risiko pencemaran yang rendah.Tingkat risiko pencemaran air terbagi menjadi: AT (amat tinggi) T (tinggi) S (sedang) R (rendah). Cara pemeriksaan lengkap dapat dilihat di lampiran formulir inspeksi sanitasi.

Pencatatan dan Pelaporan PencatatanData kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh petugas lapangan dimasukkan ke dalam format pencatatan pengawasan air bersih (register dan formulir lain yang diperlukan) seterusnya membuat penyajian/visualisasi data dalam bentuk peta, grafik atau tabel yang diperbaharui secara periodik (bulanan, triwulan dan tahunan). PelaporanPuskesmas yang melaksanakan kegiatan ini melaporkannya kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai format yang telah ada.

4.3.2. Proses 1. PerencanaanTerdapat perencanaan tertulis dari Puskesmas Tempuran yaitu mengenai: Pendataan jumlah sarana air bersihTerdapat pendataan 1 kali setahun tentang jumlah sarana air bersih dan jumlah pengguna. Pemeriksaan/inspeksi sarana air bersihPemeriksaan terhadap sarana air bersih dilakukan setiap bulan oleh petugas kesehatan lingkungan terlatih. Pada sarana air bersih dengan tingkat pencemaran berat dilakukan pemeriksaan tiap 2 minggu selama 1 tahun, untuk pencemaran ringan sampai sedang dilakukan pemeriksaan sebulan sekali selama satu tahun. Pengambilan sampel airPengambilan sampel air dilakukan minimal 2 kali setahun sesuai dengan jenis sarana air bersih. Yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat-alatnya seperti kotak air/termos/botol steril, tempat penyimpanan botol/kotak/termos, alat tulis dan formulir pengiriman sampel. Kemudian, dilakukan pengambilan titik pengambilan sampel. Pemeriksaan bakteriologisPemeriksaan bakteriologis terhadap sampel air dilakukan di laboratorium yang telah ditunjuk, kualitas air bersih terhadap kandungan bakteriologis sesuai dengan Permenkes No 416 tahun 1990. Sedangkan persyaratan kualitas air minum sesuai dengan Permenkes No 492 tahun 2010. Pemeriksaan risiko pencemaranPemeriksaan sarana air bersih dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pencemaran. Pencatatan dan pelaporan :Pencatatan : akan dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan Pelaporan : akan dilakukan setiap awal bulan.2. PengorganisasianTerdapat struktur tertulis dan pembagian tugas yang teratur dalam melaksanakan tugasnya: [ lampiran V]Kepala puskesmasHj. Surisno, SKM

Ka. Tata UsahaEngkur Kurnia, SKM

Koordinator & Pelaksana ProgramAmirin, AMK

Gambar 2. Struktur Organisasi Bagian Kesehatan Lingkungan Puskesmas Tempuran

Pengorganisasian dalam program SAB dibagi berdasarkan jabatan: a. Kepala Puskesmas (Hj. Surisno, SKM) : Sebagai penanggung jawab program. Monitoring pelaksanaan Kesehatan Lingkungan tingkat kecamatan. Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan Kesehatan Lingkungan di wilayah kerja. b. Koordinator Kesehatan Lingkungan (Amirin, AMK) : Koordinator program. Menerima pelaporan hasil kegiatan kesehatan lingkungan dari wilayah setempat. Melakukan pencatatan hasil keberhasilan program dan melaporkan hasil pencatatan kepada Kepala Puskesmas Kecamatan tiap bulan. 3. Pelaksanaan: Pendataan 1 kali setahun tentang jumlah sarana air bersih dan jumlah pengguna. Pemeriksaan sarana air bersihPemeriksaan setiap bulan terhadap sarana air bersih yang ada, dilakukan oleh petugas kesehatan lingkungan dibantu staf promkes dan RT sekitar dengan mendatangi rumah penduduk yang menggunakan SAB di wilayah kerja Puskesmas Tempuran. Pengambilan sampel airTidak dilakukan pengambilan sampel air. Pemeriksaan bakteriologisTidak dilakukan pemeriksaan bakteriologis Pemeriksaan risiko pencemaranTidak dilakukan pemeriksaan risiko pencemaran Pencatatan dan pelaporan :Pencatatan : Dilakukan setiap kegiatan dilaksanakan Pelaporan : dilakukan setiap awal bulan.4. Pengawasan: Adanya rapat bulanan di Puskesmas Tempuran tentang hasil pencapaian program pengawasan SAB. Adanya pencatatan setiap bulan dan tahunan, serta pelaporan secara berkala tentang kegiatan pengawasan SAB ke tingkat Kabupaten minimal 1 bulan sekali.

4.3.3. Keluaran 1. Cakupan jumlah penduduk yang menggunakan air bersih (Data selengkapnya terdapat pada Lampiran VI)

Jumlah penduduk dilokasi yangmengunakan air dari sarana air bersih--------------------------------------------------------- x 100%Jumlah penduduk di lokasi

20.647Cakupan : ------------------ X 100 % = 48,5 % 42.596

Target: 80%

2. Cakupan hasil inspeksi sarana air bersih (SAB) (Data selengkapnya terdapat pada Lampiran VI)

Jumlah SAB yang diinspeksi---------------------------------- x 100% Jumlah SAB yang ada

6677Cakupan : ------------------ X 100 % = 67,32% 9918

Target: 80 %

3. Cakupan pengambilan sampel air Jumlah SAB yang diambil Sampelnya---------------------------------------------- x 100%Jumlah SAB yang ada

Cakupan : tidak dilakukanTarget: 80 %

4. Cakupan jumlah SAB dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat kesehatanJumlah sampel air SAB yang memenuhisyarat bakteriologis---------------------------------------------------------------- x 100%Jumlah sampel air yang diperiksa dari SAB sejenis

Cakupan : tidak dilakukanTarget kualitas air bersih bebas bakteri patogen 100 %

5. Cakupan Perlindungan SAB yang risiko rendah pencemaran air

Jumlah SAB yang bebas risiko danpencemaran tinggi & amat tinggi.-------------------------------------------- x 100%Jumlah SAB sejenis yang diinspeksi

Cakupan : tidak dilakukanTarget perlindungan SAB terhadap risiko pencemaran : 95 %

4.3.4. Lingkungan Lingkungan Fisik Lokasi : Semua lokasi sarana air dapat dijangkau dengan sarana transportasi yang ada (sepeda motor) karena terdapat akses jalan yang bisa dilalui sepeda motor. Iklim : Iklim tidak mempengaruhi pelaksanaan program. Kondisi Geografis : Kondisi geografi dapat mempengaruhi program sarana air bersih. Berdasarkan keterangan petugas kesehatan lingkungan puskesmas Tempuran, masih didapatkan air asin dan air yang berwarna keruh pada penggalian/pengeboran sumur. Hal ini mungkin disebabkan karena daerahnya yang dekat dengan laut dan persawahan.

Lingkungan Non Fisik Keadaan sosial ekonomi masyarakat dapat mempengaruhi keberhasilan program.Sebagian besar penduduk bermata pencaharian petani dan 31,26% dari total jumlah penduduk. Hal tersebut dapat mempengaruhi akses untuk mendapatkan sarana air bersih yang memadai. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi keberhasilan program.Karena sebagian besar penduduk tidak tamat SD, pengetahuan tentang kualitas air dan sarana air bersih masih kurang. Perilaku masyarakat.Masih ada masyarakat yang menggunakan air sungai untuk keperluan mandi, mencuci, tempat buang air besar, dan tempat pembuangan limbah keluarga.

4.3.5. Umpan Balik Adanya pencatatan dan pelaporan yang rutin sesuai dengan waktu yang ditentukan akan dapat digunakan sebagai masukan dalam perencanaan program pengawasan sarana air bersih selanjutnya.

4.3.6. Dampak Dampak langsung; menurunnya angka penyakit berbasis lingkungan, seperti diare penyakit kulit, dan tifoid. Dampak tidak langsung yaitu masalah penyediaan dan pengawasan air bersih tidak lagi menjadi permasalahan serta peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Bab VPembahasan Masalah

Tabel 1.Variabel-variabel dari MasalahNoVariabelTolok UkurPencapaianMasalah

1Keluaran : Cakupan Jumlah penduduk yang mengunakan air dari sarana air bersih Hasil inspeksi sarana air bersih (SAB) Cakupan pengambilan sampel air Cakupan SAB dengan kualitas bakteriologis yang memenuhi syarat kesehatan Perlindungan SAB dari risiko pencemaran 80%

80%

80 %

100 %

95 %

48,5%

67,32%

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak Dilakukan(+)31,7 %

(+) 12,68 %

(+)

(+)

(+)

2Masukan : Tenaga (Man)

Dana (Money)

Metode

Tersedianya minimal 2 orang sebagai koordinator dan pelaksana program pengawasan sarana air bersih yang terampil di bidangnya.

Tersedianya dana yang cukup berasal dari APBD dan BOK untuk petugas.

1.Dilakukan pendataan2.Dilakukan pemeriksaan SAB3.Dilakukan pengambilan sampel air4.Dilakukan pemeriksaan bakteriologis air5.Dilakukan pemeriksaan risiko pencemaran air6.Pencatatan dan pelaporan.

1 orang tenaga yang merangkap sebagai koordinator dan pelak- sana pengawasan sarana air bersih yang terampil/ kompeten di bidangnya.

Tidak ada laporan dana yang dibutuhkan dan laporan penggunaan dana yang telah digunakan.

Metode pemeriksaan kualitas air bersih dilakukan berdasarkan kriteria fisik saja, tidak berbau, tidak berwarna, tidak keruh dan tidak berasa. Tidak dilakukan pengambilan sampel, pemeriksaan bakteriologis, serta pemeriksaan risiko pencemaran air.

(+)

(+)

(+)

3Proses-Pengorganisasian

-Pelaksanaan

-Pengawasan

Dibentuk struktur organisasi, kepala puskesmas sebagai penanggungjawab program, melimpahkan kekuasaan kepada Koordinator program (programmer), kemudian melakukan koordinasi dengan pelaksana program.

Sesuai dgn rencana dan metode yg telah ditetapkan, dilaksanakan secara berkala : pengumpulan data 1x/tahun & pengawasan kualitas air bersih 2x/tahun. Dilakukan pengambilan sampel sesuai dengan jenis sarana air bersih, kemudian dilakukan pemeriksaan lab. utk menilai kandungan bakteriologi/kimia & serta dilakukan pem. risiko pencemaran air.Adanya pencatatan tiap bulan/tahunan dan pelaporan secara berkala tentang kegiatan pengawasan kualitas air ke tingkat Kabupaten minimal 3 bulan sekali dan apabila terjadi kejadian luar biasa karena penurunan kualitas air.

Struktur organisasi su- dah jelas, namun koordinasi belum optimal

Tidak dilakukan pengambilan sampel, pemeriksaan bakteriologi, serta pemeriksaan risiko pencemaran air.

Pencatatan tiap bulan dan tiap tahun dan laporan hasil pemeriksaan ke dinas kesehatan tiap 3 bulan sekali sudah dilakukan.

(+)

(+)

(-)

4Lingkungan : Fisik

Non-Fisik

Kondisi geografis dapat mempengaruhi kualitas air

a. Keadaan sosial ekonomi masyarakat dapat mempengaruhi keberhasilan program

b. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi keberhasilan program.

c. Perilaku masyarakat dalam menggunakan air bersih dapat mempengaruhi keberhasilan programBerdasarkan keterangan petugas: pada penggalian/ pengeboran air yang dihasilkan terasa asin, disebabkan karena lokasinya yang dekat dengan laut. Dan air berwarna coklat/keruh karena berdekatan dengan sawah.

a. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian petani yaitu 31,26 %. Hal tersebut dapat mempengaruhi akses untuk mendapatkan sarana air bersih yang memadai.

b. Karena sebagian besar penduduk tidak tamat SD, pengetahuan tentang kualitas air dan sarana air bersih masih kurang.

c. Masih ada masyarakat yang menggunakan air sungai untuk keperluan mandi, mencuci, tempat buang air besar, dan tempat pembuangan limbah keluarga.

( + )

( + )

( + )

( + )

Bab VIPerumusan Masalah

6.1. Masalah sebenarnya (menurut keluaran) Cakupan jumlah penduduk menggunakan SAB 48,5 % dari target 80 %. Cakupan inspeksi SAB 67,32 % dari target 80 %. Tidak dilakukannya pengambilan sampel air, pemeriksaan bakteriologis, serta pemeriksaan risiko pencemaran air. Kualitas SAB hanya dilakukan secara fisik saja.

6.2. Masalah dari unsur lain (penyebab) Masukan Tenaga ( Man ) Hanya terdapat satu tenaga yang merangkap sebagai koordinator dan pelaksana program yang terampil di bidangnya, hal ini sangat menyulitkan dalam pemeriksaan terhadap 9918 Sarana Air Bersih yang tersebar di 9 desa, dengan area kerja seluas 581 km2. Dana ( Money ) Tidak ada laporan penerimaan dan penggunaan dana yang diterima, serta laporan dana yang dibutuhkan untuk pengawasan sarana air bersih. Metode Tidak dilakukannya pengambilan sampel air, pemeriksaan bakteriologis, serta pemeriksaan risiko penecemaran air. Proses1. Pengorganisasian Struktur dan pelimpahan tugas dari Kepala Puskesmas ke koordinator program (programmer) sudah ada, namun belum berjalan optimal. Kurangnya koordinasi lintas program antara pelaksana program pengawasan SAB dengan bagian promkes dan pusling.

2. Pelaksanaan Sudah dilakukan pengumpulan data 1 x setahun dan inspeksi sarana air bersih setiap bulan. Namun tidak dilakukan pengambilan sampel, pemeriksaan bakteriologi dan tingkat risiko pencemaran air. 3. Pengawasan dan pelaporan Pencatatan tiap bulan dan tiap tahun dan laporan hasil pemeriksaan ke dinas kesehatan tiap 3 bulan sekali sudah dilakukan. Lingkungan1. Fisik Kondisi geografis.Berdasarkan keterangan pemegang program, saat dilakukan pengeboran sumur, air yang dihasilkan terasa asin dan terkadang ada air yang berwarna coklat/ keruh. Hal ini mungkin karena wilayahnya dekat dengan laut dan daerah persawahan. 2. Non-Fisik Sebagian besar penduduk bermata pencaharian petani dan 31,26 % dari total jumlah penduduk. Hal tersebut dapat mempengaruhi akses untuk mendapatkan sarana air bersih yang memadai Karena sebagian besar penduduk tidak tamat SD, pengetahuan tentang kualitas air dan sarana air bersih masih kurang. Masih ada masyarakat yang menggunakan air sungai untuk keperluan mandi, mencuci, tempat buang air besar, dan tempat pembungan limbah keluarga.

Bab VIIPrioritas Masalah

7.1. Masalah menurut keluaran: a. Cakupan jumlah penduduk menggunakan SAB 48,5 % dari target 80 %. Besar masalah adalah 31,7 %b. Cakupan hasil inspeksi SAB 67,32 % dari target 80 %. Besar masalah adalah 12,68 %.c. Tidak dilakukannya pengambilan sampel air , pemeriksaan bakteriologis, serta pemeriksaan risiko pencemaran air. Kualitas SAB hanya dilakukan secara fisik saja. Besar masalah adalah 100%.NoParameterMasalah

abc

1Besarnya masalah 425

2Berat ringannya masalah 443

3Keuntungan social karena terselesainya masalah 553

4Sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan masalah 341

5Teknologi yang tersedia 541

Jumlah211914

Keterangan derajat masalah:5 = sangat penting 4 = penting 3 = cukup penting 2 = kurang penting 1 = tidak penting

Yang menjadi prioritas masalah :1. Cakupan jumlah penduduk yang menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari masih rendah, yakni 48,5 % dari target 80 %.2. Hasil inspeksi sarana air bersih masih rendah, yakni 67,32 % dari target 80 %.

Bab VIIIPenyelesaian Masalah

8.1. Masalah 1Cakupan jumlah penduduk yang menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari masih rendah, yakni 48,5 % dari target 80 %.Penyebab: Pengetahuan masyarakat tentang penggunaan air bersih masih rendah Perilaku masyarakat yang masih menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Terbatasnya sarana air bersih yang ada di masyarakat. Kondisi geografis yang dekat dengan laut dan sawah. Penyelesaian: Dilakukannya penyuluhan yang intensif kepada masyarakat tentang pentingnya penggunaan air bersih untuk kepentingan sehari-hari. Mengusulkan pembuatan sarana air bersih kepada dinas kesehatan yang bekerja sama dengan departemen pekerjaan umum, terutama pembuatan sarana perpipaan (PDAM).

8.2. Masalah 2Hasil inspeksi sarana air bersih masih rendah, yakni 67,32 % dari target 80 %.Penyebab: Tenaga Kurangnya tenaga yang terampil di bidang kesehatan lingkungan di Puskesmas Tempuran. Dana Masih kurangnya dana operasional untuk pengawasan sarana air bersih. Pengorganisasian Kurangnya koordinasi antara penanggungjawab dengan koordinator, koordinator dengan pelaksana program dan kurangnya koordinasi lintas program antara pelaksana program pengawasan SAB dengan bagian promkes dan bidan desa.

Pelaksanaan Tidak dilakukan pengambilan sampel (laboratorium), pemeriksaan bakteriologi, serta pemeriksaan risiko pencemaran air. Penyelesaian: Tenaga Mengoptimalkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Tempuran. Memberdayakan masyarakat (sebagai kader) dalam melakukan pengawasan sarana air bersih. Dana Membuat laporan dana yang telah diterima dan yang telah digunakan kepada Puskesmas. Pengorganisasian Meningkatkan koordinasi antara penanggung jawab (kepala puskesmas) dengan koordinator program dan koordinator dengan pelaksana, serta meningkatkan koordinasi lintas program dengan staf Puskesmas yang lain. Pelaksanaan Hal ini sebenarnya disebabkan keterbatasan dana operasional dan sarana - prasarana yang mendukung. Sehingga perlu penambahan dana dan pengadaan sarana - prasarana yang mendukung.

Bab IXPenutup9.1. Kesimpulan Dari hasil evaluasi program yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan Program cakupan sarana air bersih di Puskesmas Tempuran periode Mei 2014 sampai dengan April 2015 dikatakan tidak berhasil karena masih belum sesuai dengan tolak ukur yang sudah ditentukan. Dari hasil kegiatan program, didapatkan : Cakupan jumlah penduduk yang mengunakan air dari sarana air bersih adalah 48,5 %. Hasil inspeksi sarana air bersih adalah 67,32 %. Tidak dilakukannya pengambilan sampel air (laboratorium), pemeriksaan bakteriologis, serta pemeriksaan risiko pencemaran air. Kualitas sarana air bersih hanya dilakukan secara fisik saja.

9.2. Saran Saran bagi Kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab program : Menggalakkan promosi kesehatan untuk memberikan penyuluhan yang intensif kepada masyarakat tentang pentingnya sarana air bersih. Memantau (supervise) kegiatan pengawasan sarana air bersih dengan cara membandingkan dengan hasil tahun sebelumnya, juga bertanya kepada pemegang dan pelaksana program mengenai kendala apa saja yang ditemui. Meningkatkan motivasi pemegang program dan pelaksana program agar dapat berjalan dengan baik, seperti memberikan sarana dan alternatif dana. Mengajukan pelatihan kepada dinkes bagi petugas kesehatan lingkungan puskesmas. Saran bagi pemegang program pengawasan sarana air bersih : Melakukan pelatihan dan memotivasi untuk memberdayakan masyarakat (kader) dalam melakukan pengawasan sarana air bersih. (lintas sektoral) Melakukan perincian dana terhadap dana yang diterima dan dana yang dikeluarkan untuk pengawasan sarana air bersih. Meningkatkan ketelitian dalam penulisan serta kelengkapan penyajian data hasil kegiatan. Saran bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang : Meningkatkan motivasi pemegang program dan pelaksana program agar dapat berjalan dengan baik, seperti memberikan sarana dan alternatif dana. Mengadakan dan memfasilitasi pelatihan tenaga kesehatan guna menambah tenaga pelaksana program. Melakukan tinjauan langsung untuk melihat perkembangan mengenai pelaksanaan program kesehatan lingkungan di setiap puskesmas yang ada di kabupaten Karawang.

Daftar Pustaka1. Notoadmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Edisi revisi 2011. Jakarta: Rineka Cipta. 2011.2. Direktorat Penyehatan Air. Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Kualitas Air Perkotaan. Jakarta.1990.3. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penggunaan dan Pemeliharaan Sarana Penyediaan Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Jakarta.1990.4. Trihono, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diunduh tanggal 22 Desember 2014 dari: http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf5. Trihono, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diunduh tanggal 22 Desember 2014 dari: http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf6. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Buku Kumpulan Peraturan dan Pedoman Teknis Kesehatan Lingkungan. Propinsi Jawa Barat. 2004. 7. Departemen Kesehatan. Pedoman Manajemen Puskesmas. Jakarta. 2002

30