Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang masih merupakan masalah kesehatan yang sangat kompleks bukan saja dari segi medisnya, tetapi juga masalah sosial, ekonomi, budaya, serta keamanan dan ketahanan sosial (Widiyono, 2005). Penyakit kusta menyebabkan cacat fisik yang memberi kontribusi yang besar terhadap timbulnya stigma sosial di masyarakat maupun pada para petugas kesehatan sendiri. Penyakit kusta pada umumnya terdapat di negara - negara yang sedang berkembang sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara itu dalam memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang kesehatan, pendidikan, kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan / pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang ditimbulkannya. 1,2 Penyakit kusta merupakan penyakit menular menahun disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae yang terutama menyerang saraf tepi, kulit dan organ tubuh lain kecuali susunan saraf pusat. Mycobacterium leprae untuk pertama kali ditemukan oleh G.A. Hansen dalam tahun 1873 (Depkes, 2007). Penularan belum diketahui pasti namun menurut anggapan klasik melalui kontak antar kulit yang erat dan lama dan melalui droplet. 3,4 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang masih merupakan
masalah kesehatan yang sangat kompleks bukan saja dari segi medisnya, tetapi juga masalah
sosial, ekonomi, budaya, serta keamanan dan ketahanan sosial (Widiyono, 2005). Penyakit
kusta menyebabkan cacat fisik yang memberi kontribusi yang besar terhadap timbulnya
stigma sosial di masyarakat maupun pada para petugas kesehatan sendiri. Penyakit kusta pada
umumnya terdapat di negara - negara yang sedang berkembang sebagai akibat keterbatasan
kemampuan negara itu dalam memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang kesehatan,
pendidikan, kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. Penyakit kusta sampai saat ini
masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan
masih kurangnya pengetahuan / pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat
yang ditimbulkannya. 1,2
Penyakit kusta merupakan penyakit menular menahun disebabkan oleh kuman
Mycobacterium leprae yang terutama menyerang saraf tepi, kulit dan organ tubuh lain
kecuali susunan saraf pusat. Mycobacterium leprae untuk pertama kali ditemukan oleh G.A.
Hansen dalam tahun 1873 (Depkes, 2007). Penularan belum diketahui pasti namun menurut
anggapan klasik melalui kontak antar kulit yang erat dan lama dan melalui droplet.3,4
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, pada tahun 2008 ditemukan
249.007 penduduk di dunia menderita kusta, dan sebanyak 213.036 kasus terdeteksi selama
tahun 2010.5 Sedangkan tahun 2011 jumlah kasus baru kusta di dunia mencapai 219.075.
Penyakit kusta tersebar di seluruh dunia dengan endemisitas yang berbeda-beda.2
Data Kementerian Kesehatan Indonesia menyebutkan pada 2009 tercatat 17.260 kasus
baru kusta di Indonesia (7,49/100.000 penduduk). Jumlah kasus terdaftar sebanyak 21.026
orang dengan angka prevalensi: 0,91 per 10.000 penduduk. Sedangkan tahun 2010, jumlah
kasus baru tercatat 10.706 dan jumlah kasus terdaftar sebanyak 20.329 orang dengan
prevalensi 0.86 per 10.000 penduduk. Dari data tersebut menunjukkan jumlah penderita
Kusta/Leprosis di Indonesia merupakan yang tertinggi dan menduduki peringkat ketiga di
dunia (7%) setelah India(53,8%) dan Brazil(15,6%).1,5 Sedangkan data dari WHO
mengatakan 17 012 kasus penyakit kusta dilaporkan di Indonesia pada tahun 2013.
Menurut Depkes RI tahun 2011 Indonesia memiliki 19.371 penderita kusta, dengan
proporsi penderita PB 3.737 dan MB 15.384 dengan Case Detection Rate 8.03 per 100.000
1
penduduk dan sudah lebih dari 10 juta penderita telah disembuhkan dan lebih 1 juta penderita
diselamatkan dari kecacatan. Prevalensi juga menurun sebesar 81% dari 107.271 penderita
pada tahun 1990 menjadi 21.026 penderita tahun 2009.5
Menurut data dinas kesehatan Jawa Barat penderita baru penyakit kusta pada tahun
2010 tercatat sebanyak 1.749 orang. Hal ini mengalami penurunan pada tahun 2011 jumlah
penderita penyakit kusta baru di Jawa Barat tercatat 1.499 orang, sementara itu yang sedang
berobat sampai September 2011 tercatat 2.107 orang. Lima daerah yang termasuk banyak
ditemukan penderita kusta baru adalah Kabupaten Cirebon sebanyak 237 orang, Kabupaten
Indramayu 211 orang, Kabupaten Bekasi 191 orang, Kota Bekasi 145 orang dan Kabupaten
Subang 126 orang. 6
Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, tahun 2011 Kabupaten
Karawang merupakan peringkat ke 3 penderita kusta terbanyak se-Jawa Barat dan tahun 2012
Karawang naik ke peringkat pertama. Data yang tercatat di Dinas Kesehatan pada tahun 2013
ada sekitar 384 penderita kusta baru yang berhasil terjaring di Kabupaten Karawang.
Keadaan ini sekaligus membuktikan bahwa setiap tahun penderita kusta di Karawang
mengalami kenaikan. Kadinkes Karawang mengatakan daerah yang diakui merupakan
endemis kusta adalah Sukatani, Cimalaya, Klari, dan Batu Jaya.7
Belum diketahui cakupan keberhasilan Program Pemberantasan Penyakit Kusta di
UPTD Puskesmas Kecamatan Wanakerta, Kabupaten Karawang pada periode Januari 2014
sampai dengan September 2014.8
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.2.1 Menurut WHO pada 2011 jumlah kasus baru kusta di dunia mencapai 219.075.
1.2.2 Indonesia masih menjadi negara dengan jumlah penderita kusta tertinggi di dunia
dan menduduki peringkat ketiga di dunia setelah India dan Brazil sebanyak
213.036 kasus pada tahun 2010.
1.2.3 Pada tahun 2011, Indonesia memiliki 19.371 penderita kusta dengan Case
Detection Rate 8.03 per 100.000 penduduk
1.2.4 Pada tahun 2013, WHO melaporkan sebanyak 17 012 kasus penyakit kusta
dilaporkan di Indonesia
1.2.5 Pada tahun 2013 Kabupaten Karawang menduduki peringkat pertama penderita
Kusta terbanyak se-Jawa Barat sebanyak 384 kasus.
2
1.2.6 Proporsi penderita MB di Kecamatan Wanakerta tahun 2013 mencapai 100%
(target <60%).
1.2.7 Belum diketahuinya cakupan keberhasilan Program Pengendalian Penyakit Kusta
di Puskesmas Wanakerta periode Januari 2013 – September 2014.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tingkat keberhasilan dan masalah yang ada pada pelaksanaan Program
Penanggulangan Penyakit Kusta di Puskesmas Kecamatan Wanakerta Kabupaten Karawang
periode Januari 2014 hingga September 2014 dengan menggunakan pendekatan sistem dan
mencari penyelesaian masalah.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahuinya angka penemuan penderita baru (CDR = Case Detection Rate) Kusta di
Puskesmas Wanakerta periode Januari 2014 hingga September 2014.
1.3.2.2 Diketahuinya angka kesembuhan (RFT = Release from Treatment) di Puskesmas
Wanakerta periode periode Januari 2014 hingga September 2014.
1.3.2.3 Diketahuinya prevalensi (PR = Prevalence Rate) di Puskesmas Wanakerta periode
Januari 2014 hingga September 2014.
1.3.2.4 Diketahuinya proporsi cacat tingkat 2 di Puskesmas Wanakerta periode Januari 2014
hingga September 2014.
1.3.2.5 Diketahuinya proporsi penderita anak (0-14 tahun) di Puskesmas Wanakerta periode
Januari 2014 hingga September 2014.
1.3.2.6 Diketahuinya proporsi MB di Puskesmas Wanakerta periode Januari 2014 hingga
September 2014.
1.3.2.7 Diketahuinya cakupan penyuluhan di Puskesmas Wanakerta periode Januari 2014
hingga September 2014.
1.3.2.8 Diketahuinya cakupan pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Wanakerta periode
Januari 2014 hingga September 2014.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi evaluator
3
1.4.1.1 Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah.
1.4.1.2 Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya program
P2Kusta.
1.4.1.3 Mengetahui sedikit banyaknya kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi
1.4.2.1 Mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi.
1.4.2.2 Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang
kesehatan.
1.4.2.3 Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) sebagai universitas yang
menghasilkan dokter yang berkualitas.
1.4.3 Bagi Puskesmas yang dievaluasi
1.4.3.1 Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam Program Pengendalian Penyakit
Kusta diwilayah kerjanya.
1.4.3.2 Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan, sebagai umpan balik agar
keberhasilan program dimasa mendatang dapat tercapai secara optimal.
1.4.4 Bagi masyarakat
1.4.4.1 Terciptanya pelayanan kesehatan yang bermutu, khususnya bagi penderita Kusta
diwilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wanakerta.
1.4.4.2 Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat memutuskan rantai
penularan Kusta diwilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wanakerta.
1.4.4.3 Diharapkan Kusta tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Wanakerta.
1.5 Sasaran
Semua penduduk yang bertempat tinggal di wilayah Puskesmas Wanakerta,
Kabupaten Karawang, periode Januari 2014 sampai dengan September 2014.
4
Bab II
Materi dan Metode
1.5 Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini didapat dari laporan bulanan Program
Pengendalian Penyakit Kusta di Puskesmas Wanakerta periode Januari 2014 sampai
dengan September 2014, yang berisi kegiatan :
1. Penemuan tersangka penderita Kusta
2. Diagnosis
3. Penentuan regimen dan mulai pengobatan
4. Pemantauan pengobatan
5. Pemeriksaan kontak
6. POD dan perawatan diri
7. Penyuluhan
8. Pencatatan dan pelaporan
1.6 Metode
Evaluasi dilakukan dengan cara mengetahui cakupan program penanggulangan
penyakit kusta di Puskesmas Kecamatan Wanakerta, Kabupaten Karawang periode
Januari sampai dengan September 2014 yang kemudian dibandingkan dengan tolok ukur
yang ditetapkan dengan mengadakan pengumpulan data, pengolahan data, analisis data
dan interpretasi data dari masukan, proses, keluaran dan lingkungan dengan
menggunakan pendekatan sistem sehingga dapat ditemukan masalah yang ada dari
pelaksanaan program penanggulangan penyakit kusta di Puskesmas Kecamatan
Wanakerta kemudian dibuat usulan dan saran sebagai pemecahan masalah tersebut
berdasarkan penyebab masalah yang ditemukan dari unsur-unsur sistem.
5
Bab III
Kerangka Teoritis
3.1. Kerangka Teoritis
Menurut Ryans, sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling
dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan
organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.
Pendekatan sistem adalah prinsip pokok atau cara kerja sistem yang diterapkan pada
waktu menyelenggarakan pekerjaan administrasi. Tujuan dari pembentukan sistem adalah
untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Agar terbentuknya sistem
tersebut perlu dirangkai beberapa unsur atau elemen sedemikian rupa sehingga secara
keseluruhan membentuk suatu kesatuan dan secara bersama-sama yang berfungsi untuk
mencapai tujuan kesatuan.
Ada enam macam unsur yang saling berhubungan dan mempengaruhi pada sistem,
yaitu :
1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man),
dana (money), sarana (material), dan metode (method).
2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan, terdiri dari
unsur perencanaan (planning), organisasi (organizing), pelaksanaan (actuating) dan
pengawasan (controlling).
3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.
Masukan (1)
Umpan balik (4)
Proses (2) Keluaran (3)
Lingkungan (5)
Dampak (6)
6
4. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan
keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.
5. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.
6. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem
tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.
3.2. Tolok Ukur
Tolok ukur terdiri dari variabel masukan, proses, keluaran, lingkungan, umpan
balik. Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam program
penanggulangan penyakit kusta. (Lampiran I)
7
Bab IV
Penyajian Data
4.1 Sumber Data
Pengumpulan data diperoleh dari data sekunder yang berasal dari:
4.1.1. Profil UPTD Puskesmas Wanakerta, Kecamatan Telukjambe Barat, tahun 2013.
4.1.2. Data Monografi UPTD Puskesmas Kecamatan Wanakerta, Kabupaten Karawang
periode Januari sampai dengan Desember 2013.
4.1.3. Laporan Tahunan UPTD Puskesmas Wanakerta, Kecamatan Telukjambe Barat,
tahun 2013.
4.1.4. Laporan Bulanan Program Penanggulangan Penyakit Kusta UPTD Puskesmas
Kecamatan Wanakerta, Kabupaten Karawang periode Januari sampai dengan
September 2014.
4.1.5. Buku register / monitoring penderita kusta tipe PB/MB
4.2. Data Umum
4.2.1. Data Geografi (Lampiran II Tabel 1):
4.2.1.1. UPTD Puskesmas Wanakerta berjarak + 5 km dari kantor kecamatan
Telukjambe Barat dan + 15 km dengan Kantor Pemda Kabupaten Karawang
dengan waktu tempuh + 30 menit menggunakan roda empat.
4.2.1.2. UPTD Puskesmas Wanakerta terletak di desa Wanakerta Kecamatan
Telukjambe Barat, yang merupakan Puskesmas induk dengan luas wilayah
6.107 Ha yang terdiri dari tanah darat 4.064 Ha dan 2.043 Ha adalah
persawahan.
4.2.1.3. UPTD Puskesmas Wanakerta. mempunyai wilayah kerja terdiri dari 10
desa, 20 Dusun, 40 RW dan 112 RT dengan jarak desa terjauh 7,5 km dari
Puskesmas Wanakerta dengan waktu tempuh 45 menit dengan roda empat
dan 30 menit dengan roda dua, dan 10 desa dilalui sungai cibeet. salah satu
sungai yang memasok air ke saluran irigasi Tarum Barat atau biasa disebut
Kalimalang.
4.2.1.4. Secara Administrasif UPTD Puskesmas Wanakerta Kec. Telukjambe Barat
berbatasan dengan :
Sebelah utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Wadas
8
Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas
Kec.Pangkalan
Sebelah timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Kec.Ciampel
Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bekasi
4.2.2. Data Demografi (lampiran II Table 1,2 dan 3) :
4.2.2.1. Jumlah Penduduk wilayah kerja UPTD Puskesmas Wanakerta pada
tahun 2013 berdasarkan data proyeksi kependudukan kecamatan Telukjambe
Barat sebanyak 50.431 jiwa yang terdiri dari laki-laki 24.120 jiwa dan
perempuan 26.311 jiwa, dengan jumlah rumah sebanyak 12.313 rumah
dari 13.031 KK.
4.2.2.2. Jumlah penduduk miskin di Kecamatan Telukjambe Barat berjumlah 33.016
orang (65,4 %).
4.2.2.3. Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Telukjambe Barat terbanyak
adalah tamat sekolah dasar, berjumlah 19.907 orang (36,8%).
4.2.2.4. Mata pencarian terbanyak di Kecamatan Telukjambe Barat adalah serabutan
berjumlah 25.101 orang (67%)
4.2.2.5. Data rumah sehat di Kecamatan Wanakerta pada tahun 2013 sebanyak
33,3% dari total 14.989 rumah.
4.2.3 Data Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja Puskesmas kecamatan
Wanakerta adalah sebagai berikut:
4.2.3.1 Tamat SD / MI : 36,8 %
4.2.3.2 Tamat SMP / MTs : 15,4 %
4.2.3.3 Tamat SMA : 12,2 %
4.2.3.4 Tamat diploma : 0,4 %
4.2.3.5 Sarjana : 0,3 %
4.2.3.6 Tidak /belum pernah sekolah : 25 %
4.2.3.7 Tidak / belum tamat SD : 9,5 %
4.2.4 Data Mata Pencaharian
9
Klasifikasi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di wilayah kerja puskesmas
Wanakerta tahun 2013
4.2.4.1 Petani : 9,7 %
4.2.4.2 Karyawan Swasta / Pabrik : 6,1 %
4.2.4.3 Pedagang : 0,6 %
4.2.4.4 Pegawai Negeri Sipil/TNI/Polri : 4,8 %
4.2.4.5 Wiraswasta / serabutan : 67 %
4.2.4.6 Tukang dan lain – lain : 16,6 %
Data selengkapnya terdapat pada lampiran II
4.2.5 Data fasilitas pelayanan kesehatan( Lampiran II Tabel 6)
Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada wilayah kerja Puskesmas Wanakerta
Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang antara lain: 3 Pustu, 5 Polindes plus, 10