Top Banner
TUGAS METODE NUMERIK UNTUK GEOTEKNIK Simulasi Pekerjaan Penggalian Untuk Konstruksi Retaining Wall  Berdasarkan Paper Copa Dengan Menggunakan MIDAS GTS NX  Dan Model Konstitutif Duncan-Chang Disusun Oleh : Maulfi Alfansuri 1006674276 Martindo Sunardi 1006717426 Andreas Fendisa 1306423322 PEMINATAN GEOTEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2014
41

Evaluasi Permodelan Retaining Wall Copa Dengan Model Konstitutif Duncan Chang

Oct 10, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

TUGAS METODE NUMERIK UNTUK GEOTEKNIK

Simulasi Pekerjaan Penggalian Untuk Konstruksi Retaining Wall Berdasarkan Paper Copa Dengan Menggunakan MIDAS GTS NX Dan Model Konstitutif Duncan-Chang

Disusun Oleh :Maulfi Alfansuri1006674276 Martindo Sunardi 1006717426Andreas Fendisa 1306423322

PEMINATAN GEOTEKNIKDEPARTEMEN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS INDONESIADEPOK 2014BAB IPENDAHULUANDinding penahan sering digunakan untuk mendukung penggalian mendalam, terutama di daerah perkotaan. Estimasi benar dari perilaku dinding sangat penting memperhitungkan dampak pada bangunan tetangga. Pengaruh struktur penahan dapat memperpanjang hingga 2 - 3 kali kedalaman penggalian. Parameter yang mempengaruhi perilaku dinding banyak dan sulit untuk mempertimbangkan dan metode klasik berdasarkan batas keseimbangan tidak menawarkan kemungkinan dalam memperkirakan perilaku dinding. FEM menawarkan yang terbaik dari kemungkinan pemodelan jika model numerik yang memadai, dengan nilai-nilai yang benar dan dikalibrasi dengan sesuai.Parameter model numerik dari FEM (Finite Element Method) dipengaruhi dari :1. 2D dan 3D analisis2. Ukuran Model3. Mesh Generation4. Hukum konstitutif untuk tanah dan dinding penahan 5. Initial stress state di tanah6. Konstruksi dari retaining wall (dinding penahan)7. Penggalian dan Penahan pembebanan strukturDinding penahan yang dimodelkan merupakan model laboratorium percobaan (Laboratoire Central des Ponts et Chausses - LCPC, Nantes) yang telah dipelajari dalam centrifuge. Total ketinggian dinding penahan adalah 10 m, sedangkan penggalian bisa mencapai kedalaman maksimum 6 m.

Gambar 1.1. Karakteristik Geometri (Sumber : Horatiu Popa, 2010)Tanah yang digunakan untuk model eksperimental adalah pasir halus yang kering dengan unit berat kering d = 16,0 kN/m3. Dalam rangka untuk model perilaku tanah, dua hukum konstitutif yang digunakan: Mohr - Coulomb kriteria dan kriteria Duncan Chang. Nilai-nilai parameter karena mereka telah digunakan dalam perhitungan ditunjukkan Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Nilai parameter dari hukum konstitutif tanah

BAB IITEORI SINGKATTanah adalah bahan heterogen yang perilakunya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti: ukuran butir, mineralogi, struktur, air pori, kondisi tegangan awal dll. Selain itu, tanah yang ditandai dengan waktu modifikasi dependent (creep), sehingga memiliki karakter rheology yang kuat.Untuk alasan ini hukum konstitutif terkait dengan tanah sangat banyak dan beragam, menggunakan satu atau yang lain tergantung dari jenis tanah, masalah yang harus diselesaikan dan, sebagian besar waktu, dari kemungkinan estimasi parameter yang kompleks.Mohr-Coulomb modelCoulomb mengusulkan model plastisitas pertama dalam mekanika tanah. Hal ini terdiri dari dua garis simetris di pesawat Mohr (, ), memiliki sudut dengan tekanan sumbu normal, dan memiliki sebagai persamaan:F (ij) = 1 - 3 - (1 + 3) sin - 2ccos 0 (1)mana 1 dan 3 merupakan tekanan ekstrim utama. Parameter c merupakan kohesi tanah, sedangkan adalah sudut geser. Dalam ruang tegangan utama (1, 2, 3) permukaan didefinisikan oleh fungsi F adalah piramida dengan bagian heksagonal memiliki sebagai sumbu garis 1 = 2 = 3 (Gambar 2.1.).

Gambar 2.1 Representasi dari kriteria Mohr-Coulomb didalam spasi tegangan utama (Popa, 2010)Hyperbolic (Duncan-Chang)Perilaku tegangan-regangan tanah menjadi nonlinear karena mendekati kriteria hasil (yield criterion); Model elastis nonlinier merangsang perilaku tanah tersebut dengan memodifikasi modulus fondasi. Kurva tegangan-regangan dari fungsi adalah hiperbola dan modulus fondasi adalah fungsi membatasi stres dan tegangan geser. Model bahan elastis ini nonlinear sangat berguna karena hanya memerlukan sifat material yang dapat dengan mudah diperoleh dari hasil test triaxial atau literatur. Duncan dan Change kurva tegangan-regangan non-linier merupakan hiperbola antara ruang regangan aksial yang dihasilkan oleh tegangan geser ((1 -3)) dan dapat didefinisikan sesuai dengan keadaan stres dan stres jalan oleh 3 yayasan modulus (modulus awal (Ei), Tangent modulus (Et), unloading-reloading modulus (Eur).Ini adalah formula Poissons ratio yang mempunyai batasan nilai diantara 0 dan 0.5.

dimana;

Gambar 2.2. Duncan dan Change kurva tegangan-regangan non-linier merupakan hiperbola antara ruang regangan aksial yang dihasilkan oleh tegangan geser ((1 -3)) dan dapat didefinisikan sesuai dengan keadaan stres dan stres jalan oleh 3 yayasan modulus (modulus awal (Ei), Tangent modulus (Et), unloading-reloading modulus (Eur).

Gambar 2.3. Non-Linear stress-strain behavior

BAB IIISUMBER DATAData-data yang diperlukan untuk memodelkan case study didapatkan dari paper Popa dan Batali yang berjudul Using Finiter Element Method in geotechnical design. Soil constitutive laws and calibration of the parameters. Retaining wall case study. Dari paper tersebut yang didapatkan adalah 2 data yaitu; Mohr-Coloumb Parameter dan Geometry Retaining Wall. Dan data parameter Duncan-Chang didapatkan dari korelasi parameter lainnya.

Tabel 3.1. Nilai parameter dari hukum konstitutif tanah

Gambar 3.1. Karakteristik Geometri (Sumber : Horatiu Popa, 2010)Tambahin parameter Duncan chang

Gambar 3.2 Model Retaining Wall Midas GTS-NXDalam pembuatan model retaining wall ini kondisi yang dipakai sebagai asumsi permodelan seperti kondisi constraint dan dimensi disesuaikan dengan penggambaran pada paper, sementara pada pembuatan mesh dimensi unit pada tiang pancang adalah sebesar 0.2 m dan pada tanah asli dan galian dimensi unit mesh adalah 0.5 m.Penetapan konstitutif model tanah pada permodelan ini adalah model mohr coloumb dan hyperbolic Duncan-Chang di dalam midas GTS-NX dimana parameternya dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu parameter General, Porous & Non Linear sementara pada model konstitutif dinding penahan tanah ditetapkan Linear Elastic dimana hanya terdapat parameter General. Untuk pengujian validitas dari model konstitutif tanah terhadap penemuan dari paper maka permodelan hyperbolic Duncan-Chang dibagi menjadi 3 varian dimana parameter yang divariasikan adalah nilai eksponen yang masing-masing sebesar 0, 1 & 2 dengan parameter lainnya dibuat tetap. Kemudian analisis dilakukan pada 2 tahap, tahap pertama yaitu perbandingan antara hasil dari parameter Mohr Coloumb Paper dengan Mohr Coloumb pada model diatas, kemudian analisis kedua dilakukan melalui perbandingan diantara varian model hyperbolic Duncan-Chang terhadap model Mohr Coloumb. Mohr Coloumb

Material

Ground

ValueSatuan

TipeClay-

E75Mpa

v'0.275-

Y16kN/m3

Y sat18kN/m3

c39.4kPa

16.7

K00.365269-

Tabel 1. Parameter MC TanahHyperbolic Duncan Chang

MaterialTanah

ParameterNilaiSatuan

GeneralE75Mpa

E inc-Mpa

E inc ref height-m

v'0.275-

Unit weight16kN/m3

K00.365269

Thermal Coefficient10^-6

Damping Ratio0.05

PorousUnit weight16kN/m3

Initial void ratio0.3

DrainageparameterDefault

Permeability coefficientDefault

void ratio of dependency of storativity

Non linearCohesion0kPa

Frictional Angle39.4

Initial loading modulus75Mpa

Eksponen0-1-

Failure ratio0.8-

Kur--

Kb--

Exponent (m)--

Min tan modulus10kPa

Max tan modulus100kPa

Atmospheric Pressure101.325kPa

Tabel 2 Parameter Hyperbolic Duncan Chang TanahElastic

Sheet Pile

ParameterNilai Satuan

E22350Mpa

v'0.3

Weight Unit24kN/m3

Thermal Coefficient10^-6

Damping Ratio0.05

Tabel 3.Parameter Dinding Penahan TanahBerdasarkan paper copa parameter yang dianalisis ada 4 yaitu lendutan horizontal maksimum terhadap kedalaman penggalian,parameter yang didapat ditampilkan dalam skema zona sebagai berikut.

Gambar 3.3 : Displacement Horizontal Galian 1 Duncan Chang Eks 0

Gambar 3.4 : Displacement Horizontal Galian 2 Duncan Chang Eks 0

Gambar 3.5 : Displacement Horizontal Galian 3 Duncan Chang Eks 0

Gambar 3.6 : Displacement Horizontal Galian 4 Duncan Chang Eks 0

Gambar 3.7 : Displacement Horizontal Galian 5 Duncan Chang Eks 0

Gambar 3.8 : Displacement Horizontal Galian 6 Duncan Chang Eks 0

Gambar 3.9 : Displacement Horizontal Galian 1 Duncan Chang Eks 1

Gambar 3.10 : Displacement Horizontal Galian 2 Duncan Chang Eks 1

Gambar 3.11 : Displacement Horizontal Galian 3 Duncan Chang Eks 1

Gambar 3.12 : Displacement Horizontal Galian 4 Duncan Chang Eks 1

Gambar 3.13 : Displacement Horizontal Galian 5 Duncan Chang Eks 1

Gambar 3.14 : Displacement Horizontal Galian 6 Duncan Chang Eks 1

Gambar 3.15 : Displacement Horizontal Galian 1 Duncan Chang Eks 2

Gambar 3.16 : Displacement Horizontal Galian 2 Duncan Chang Eks 2

Gambar 3.17 : Displacement Horizontal Galian 3 Duncan Chang Eks 2

Gambar 3.18 : Displacement Horizontal Galian 4 Duncan Chang Eks 2

Gambar 3.19 : Displacement Horizontal Galian 5 Duncan Chang Eks 2

Gambar 3.20 : Displacement Horizontal Galian 6 Duncan Chang Eks 2

Gambar 3.21 : Displacement Horizontal Galian 1 Mohr Coloumb

Gambar 3.22 : Displacement Horizontal Galian 2 Mohr Coloumb

Gambar 3.23 : Displacement Horizontal Galian 3 Mohr Coloumb

Gambar 3.24 : Displacement Horizontal Galian 4 Mohr Coloumb

Gambar 3.25 : Displacement Horizontal Galian 5 Mohr Coloumb

Gambar 3.20 : Displacement Horizontal Galian 1 Mohr Coloumb

DC eks 0

Galian ke-nDisplacement (m)

10.0170203

20.0293296

30.0436747

40.0586004

50.0741956

60.0905937

DC eks 1

Galian ke-nDisplacement (m)

10.026552

20.0565662

30.102605

40.134298

50.182285

60.25547

DC eks 2

Galian ke-nDisplacement (m)

10.0182482

20.338423

30.561426

40.726785

50.973866

61.33748

Mohr Coloumb

Galian ke-nDisplacement (m)

10.00991106

28.29539

36.47899

46.4562

56.33537

66.17768

BAB IVPERMODELANIV.1 Geometrik PermodelanAnalisis permodelan akan dimodelkan menggunakan jenis Axisymmetry. Model jenis ini membelah suatu objek analisis menjadi dua sisi dan analisis dilakukan hanya pada sebelah sisi saja. Asumsi yang digunakan pada model analisis ini adalah kedua sisi objek memiliki sifat yang sama.

Gambar IV. 1 Jenis Analisis Axisymmetry Pada PLAXISSumber : Tutorial Modul of PLAXIS 2D Netherlands

GambarIV.2 Tipikal Permodelan Timbunan Tanah Lunak di PLAXIS 2DIV.2 Pengaturan AwalBeberapa hal yang dilakukan dalam melakukan pengaturan awal adalah:

GambarIV.3 Pengaturan Awal PermodelanModel analisis yang digunakan adalah analisis jenis Axisymmetry dengan jumlah nodal dalam suatu elemen sebanyak 15 nodal Pada pilihan akselerasi, tidak dilakukan perubahan dari pengaturan standar yang sudah ditetapkan PLAXIS. Dua jenis model material yang akan digunakan adalah jenis Mohr-Coulomb dan Soft Soil Creep.Mohr-Coulomb adalah jenis model material yang paling dasar untuk memodelkan perilaku tanah. Pada model ini, parameter-parameter dasar yang dimasukan adalah Modulus tanah E, rasio Poisson v, kohesi c, sudut geser , dan sudut dilatansi Soft Soil Creep adalah model lanjutan dari model dasar tanah. Model ini ditunjukan untuk tanah lunak yang mengalami konsolidasi dan bergantung kepada waktu.Pada model ini, tanah dimungkinkan untuk terkompresi sesuai dengan kekuatannya.

34

Mohr-CoulombSoft Soil CreepMohr-CoulombBoundary Conditions

Gambar IV.4 Tampilan Awal Permodelan PLAXIS

IV.3 Pemasukan Data MaterialBerikut ini data material yangakan dimasukan ke dalam PLAXIS. Untuk data yang tidak ada dari hasil pengujian, maka data yang akan digunakan adalah dari Lampiran jenis dan sifat tanah dari buku Soil Mechanics and Foundations 3rdoleh Muni Budhu. Hal ini juga akan disesuaikan dengan sifat tanah di Indonesia berdasarkan pengujian yang ada. A. Tanah Timbunan (Mohr Coulomb)

Gambar IV.5 Properti Material Timbunan

Gambar IV.6 Kelanjutan Pengisian Properti Material Timbunan

1. Nilai sat= 18 kN/m3 dan unsat = 17 kN/m32. Permeabilitas tanah pada dua sumbu, yaitu x dan y. Nilainya didapatkan dari lampiran Muni Budhu dan dibandingkan dengan pengujian permeabilitas yang pernah dilakukan di tanah yang berjenis sama.3. Tipe material diatur ke model undrained karena yang akan dilihat adalah sifat tanah jangka pendek4. E tanah diambil sebesar 1.5 x 104 kN/m2 berdasarkan nilai rata-rata E untuk jenis tanah Silty Clay Jakarta Utara, begitu juga dengan nilai Poisson Ratio tanah sebesar 0.35. Parameter kuat geser didapatkan dari hasil uji Triaksial UU, dimana:c= 30 kN/m2 = 25o = 0o (rekomendasi dari PLAXIS)B. Tanah Lunak Kedalaman 0-10 meter ( Soft Soil Creep)

Gambar IV.7 Input Material Tanah Lunak

Gambar IV.8 Input Lanjutan Untuk Material Tanah Lunak1. Nilai k adalah Indeks swelling termodifikasi, k = dengan Cr = koefisien rekompresibel dan e = angka pori2. Nilai adalah Indeks kompresi termodifikasi, = Dengan Cc = koefisien kompresibilitas

3. Nilai adalah Indeks rangkak termodifikasi, = Dengan C = indeks kompresi sekunderC. Tanah Asli Kedalaman 10 15 meter (Mohr-Coulomb)1. Nilai sat= 21 kN/m3 dan unsat = 17 kN/m32. Permeabilitas tanah yang diambil cukup tinggi karena jenis tanah adalah pasir3. Tipe material diatur ke model drained karena pasir pada dasarnya mengalirkan air begitu cepat melalui pori-porinya4. E tanah diambil sebesar 4 x 104 kN/m2 berdasarkan nilai rata-rata E untuk jenis tanah Sand Jakarta Utara. Nilai Poisson Ratio tanah adalah sebesar 0.355. Parameter kuat geser didapatkan dari hasil uji Triaksial UU, dimana:c= 1 kN/m2 = 40o = 0o (rekomendasi dari PLAXIS)Karena jenis tanah adalah pasir maka kohesi yang diambil adalah 0 kN/m2, tetapi PLAXIS menyarankan nilai 1 kN/m2 untuk perhitungan

Gambar IV.9 Input Parameter Untuk Lapisan Tanah Paling Dalam

Gambar IV.10 Input Lanjutan Untuk Lapisan Tanah Paling Dalam

IV.4 Tahapan Generating MeshTahapan selanjutnya setelah mendefiniskan dan memasukan data material adalah membuat elemen-elemen pada model.Bentuk elemen yang digunakan pada PLAXIS adalah segitiga dan tiap elemen ini sudah diatur terdapat 15 nodal.Pembuatan elemen ini dapat diatur tingkat kerumitannya, mulai dari bentuk kasar sampai dengan sangat halus (very fine). Pada permodelan ini digunakan pembuatan elemen mesh very fine untuk tanah asli dan mesh medium untuk timbunan. Mesh medium dimaksudkan agar program PLAXIS tidak mengalami errorMedium MeshVery Fine Mesh

Gambar IV. 11 Pembuatan Mesh Dalam Bentuk Very Fine di Model PLAXISIV.5 Pengaturan Initial ConditionsModel bentuk timbunan yang sudah dibuat, kemudian dilakukan pengaturan lanjutan. Pengaturan ini berupa:A. Pembuatan elevasi muka air tanah (MAT)B. Perhitungan Porewater Pressure awalC. Menghitung Effective Stress pada keadaan awalD. Memberikan Closed Consolidation BoundaryGround Water LevelClosed Consolidation Boundary

Gambar IV.12 Initial Conditions Pada Model PLAXIS

Gambar IV.13 Hasil Kalkulasi Porewater Pressure sebesar 109.75 kN/m2

Gambar IV.14 Hasil Kalkulasi Awal Effective Stress Sebesar 137.25 kN/m2IV.6 Pembuatan Stage ConstructionsTotal tinggi timbunan jalan adalah setinggi 5 meter. Timbunan setinggi ini akan dilakukan secara perlahan-lahan dengan tinggi setiap tahapan timbunan adalah cm. Waktu penimbunan dilakukan selama hari. Pada PLAXIS, simulasi pekerjaan timbunan dilakukan dengan mengatur metode perhitungan ke bagian Plastic dan konsolidasi tanah timbunan disimulasikan dengan metode perhitungan Consolidation. Berikut ini rincian Stage Constructions yang dimodelkan pada PLAXIS;

Tabel 4.1 Rincian Tahapan Konstruksi Timbunan di PLAXIS

Tabel 4.1 Rincian Tahapan Konstruksi Timbunan di PLAXISTotal durasi untuk penimbunan ini adalah selama 168 hari. Teknik penimbunan dilakukan dengan cara perlahan. Pertama, tinggi tanah yang ditimbun adalah 50 cm dengan cara menimbunan dua lapis, yaitu 25 cm dan 25 cm. Durasi timbunan ini dilakukan selama 2 hari. Setelah timbunan pertama, dilakukan konsolidasi I selama 10 hari dengan tujuan menjaga tingkat porewater pressure tidak terlalu tinggi.Prosedur diatas diulangi terus menerus sampai dengan konsolidasi IV.Pada tahapan konsolidasi ini, waktu yang ada dinaikan menjadi 20 hari untuk setiap tahapan konsolidasi.

Gambar IV.15 Detail Stage Constructions dari Model PLAXIS

Gambar IV.16 Lanjutan Stage Constructions (Sampai Pada Fase Terakhir, Perhitungan Dinyatakan Berhasil)

BAB VANALISIS HASILV.1. Penurunan Vertikal dan HorizontalHasil yang didapatkan untuk penurunan vertikal yang terjadi pada akhir masa konstruksi (setelah 168 hari) adalah 2.09 m. Artinya total timbunan setinggi 5 meter akan menurun menjadi tinggal 2.91 m. Selain terjadi penurunan pada bagian timbunan jalan, pada bagian kaki dari timbunan tersebut akan terjadi kenaikan (heave) akibat gerakan dari bidang gelincir timbunan (slip surface) Slip Surface Typical movement

Gambar V.1 Hasil Kalkulasi Penurunan Vertical yaitu sebesar 2.09 mPada arah horizontal, terjadi pergerakan timbunan ke arah menjauh sebesar 1.44 m. Hal ini menyebabkan jalan akan mengalami pergerseran arah horizontal yang perlu dipertimbangkan saat mendesain lebar jalan pada tanah timbunan ini. Pergerakan horizontal terjadi akibat arah pergerakan dari slip surface lereng timbunan yang sebenarnya merupakan resultan arah vertikal dan horizontal. Horizontal movement

Gambar V.2 Hasil Kalkulasi Penurunan Horizontal yaitu sebesar 1.44 m

Gambar V.3 Tipikal Bentuk Pergerakan Timbunan Setelah Masa KonstruksiV.2. Tekanan Total, Efektif, dan Air PoriAkibat tanah timbunan setinggi 5 m, terjadi perubahan nilai pada tegangan ttanah asli dibawah tanah timbunan.Berikut ini adalah hasil dari tegangan total, efektif dan air pori setelah penimbunan selesai.

Gambar V.3 Hasil Kalkulasi Akhir Total Stress Sebesar 280.27 kN/m2Akibat tanah timbunan setinggi 5 m, terjadi kenaikan pada tegangan efektif tanah asli dibawah tanah timbunan.Berikut ini adalah kenaikan dari tegangan efektif setelah penimbunan selesai. Nilai tegangan efektif sebelum timbunan adalah 137.5 kN/m2 dan setelah masa konstruksi timbunan selesai, nilainya menjadi 170.61 kN/m2. Salah satu faktor dominan yang mempengaruhi kenaikan tegangan ini adalah nilai berat jenis dari tanah timbunan itu sendiri. Semakin besar nilai berat jenisnya, maka semakin besar pula tegangan tambahan yang diberikan. Pada tegangan air pori, terjadi kenaikan sebesar 65.46 kN/m2. Kenaikan ini terjadi akibat konstruksi timbunan yang dilakukan. Akibat kenaikan ini, terjadi penurunan pada kuat geser tanah. Penurunan ini yang kemudian menyebabkan terjadinya pergerakan pada timbunan jalan, baik dalam arah vertikal ataupun horizontal.

Gambar V.4 Hasil Kalkulasi Akhir Effective Stress Sebesar 170.61 kN/m2

Gambar V.5 Hasil Kalkulasi Kenaikan Porewater Pressure sebesar 65.46 kN/m2

V.3. Plot Kurva Waktu Terhadap PenurunanUntuk mengamati perilaku penurunan terhadap waktu, maka dipilih titik-titik pada model sebagai pusat pengamatan. Titik-titik yang dipilih pada model ini adalah :1. Titik A ditaruh di bagian tengah lapisan tanah lunak2. Titik B ditaruh di kaki lereng timbunan3. Titik C ditempatkan persis dibawah pertemuan lapisan timbunan dengan tanah lunak4. Titik D ditempat dipertengahan titik C dan B5. Titik E ditaruh disekitar 2 meter dari kaki lereng6. Titik F ditaruh dilapisan pertemuan tanah lunak dengan tanah pasir

Gambar V. Titik-Titik Inspeksi Pada Model Timbunan

Gambar V.6 Kurva Waktu ( x ) Terhadap Penurunan ( y )Pada titik F, penurunan yang terjadi cenderung kecil sekali, Hal ini terlihat dari grafik yang ditampilkan. Terlihat jika kurvanya hanya lurus dan tidak menaik. Bahkan sampai pada masa akhir konstruksi, tidak terlihat adanya penurunan yang signifikan.Titik E mengalami kenaikan. Sampai pada akhir masa konstruksi, kenaikan yang terjadi adalah sekitar 0.16 meter. Kenaikan ini terjadi akibat bidang gelincir yang terjadi. Hal yang sama terjadi pada titik A, tetapi arahnya adalah kebawah. Pada titik ini, terjadi kenaikan yang cukup besar, yaitu 0.38 m dan akan terus menaik seiring bertambahnya waktu.Penurunan yang cukup ekstrim terjadi pada titik B,C, dan D. Pada titik ini terjadi penurunan mulai dari 1 m dan 1.8 m. Besarnya angka ini disebabkan karena titik pengamatan ditempatkan dibagian atas dan wilayah pertemuan antara tanah timbunan dengan tanah lunak.

BAB VIKESIMPULAN DAN REKOMENDASIPekerjaan penimbunan untuk konstruksi jalan raya sering dihadapkan pada dua masalah utama. yaitu masalah penurunan yang terjadi dan lamanya waktu konstruksi. Pada kasus ini, penimbunan tanah di daerah Jakarta Utara merupakan pekerjaan yang cukup sulit. Satu hal yang menyebabkan kesulitan adalah kuat geser tanah yang sangat rendah, sehingga rawan terjadi failure.Penimbunan adalah salah satu contoh pembebanan pada sistem tanah. Dalam ilmu mekanika tanah, jika suatu tanah di loading maka disarankan untuk dilakukan secara perlahan sekali. Hal ini dilakukan untuk menjaga tingkat porewater pressure agar tidak menjadi tinggi. Berkebalikan dengan hal ini, konstruksi biasanya terikat oleh waktu. Untuk itu diperlukan perencanaan yang tepat agar waktu konstruksi efektif dan porewater pressure terjaga. VI.1. KESIMPULAN1. Kasus timbunan tanah untuk konstruksi dapat dimodelkan secara axisymmetry dalam analisis FEM 2. Melakukan timbunan di tanah lunak, perlu dilakukan secara perlahan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah Porewater Pressure meningkat drastis dan membuat tanah collapse 3. Sifat tanah yang non-linear dapat dianalisis secara akurat menggunakan konsep Finite Element Analysis, seperti software PLAXIS4. Titik kritis pada pekerjaan timbunan ini adalah metode penimbunan yang dilakukan lamanya durasi pekerjaan 5. Metode timbunan yang dilakukan pada simulasi ini : Timbunan setinggi 50 cm ( 2 x 25 cm ) dalam waktu 2 hari Konsolidasi terlebih dahulu selama 10 hari Timbunan setinggi 50 cm ( 2 x 25 cm ) dalam waktu 2 hari Konsolidasi terlebih dahulu selama 18 hari Timbunan setinggi 50 cm ( 2 x 25 cm ) dalam waktu 2 hari Konsolidasi terlebih dahulu selama 20 hari 6. Hasil dari metode ini adalah : Vertical Displacement : 2.09 meter Horizontal movement : 1.44 meter Effective Stress : 170.61 kN/m2 Porewater pressure:109.85 kN/m2 VI.2. REKOMENDASI1. Dalam melakukan proses penimbunan pada software PLAXIS, disarankan agar melakukan penimbunan secara perlahan dengan memperbanyak proses konsolidasi.2. Melakukan penimbunan setiap layer lebih dari 25 cm agar hasilnya mendekati pekerjaan di lapangan yang sesungguhnya.3. Dalam melakukan pemodelan di PLAXIS, permasalahan waktu menjadi sangat penting agar hasilnya mirip dengan keadaan sebenarnya, oleh karena itu disarankan untuk melihat penurunan terhadap waktu konstruksi.4. Dalam melihat hasil pemodelan, kita disarankan untuk teliti ketika terjadi failure, karena di dalam PLAXIS, failure tidak selalu terjadi akibat penurunan yang sudah sangat besar, namun bisa juga karena additional step nya yang kurang, jadi disarankan agar teliti melihat kasus yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKACraig R.F.Soil Mechanics 7th Edition. London: Taylor and Francis, 2004Laboratorium Mekanika Tanah FTUI. Laporan HasilPenyelidikan Tanah Perkuatan Dermaga 201 Tanjung Priok, 20 Mei 2012.Bhattacharaya Gautam dan Nath Sudip. Staged Construction of Embankment on Soft Soil using PLAXIS. Bengal Engineerring and Science University, India.Brinkgreve R.B.J et,al. PLAXIS 2D Modul Version 8. Delft University of Technology, Belanda.