Page 1
ESTIMASI BOBOT BADAN MENGGUNAKAN PANJANG
BADAN DAN LINGKAR DADA PADA DOMBA LOKAL
BERBEDA UMUR DI DESA TEGALWARU
KECAMATAN CIAMPEA BOGOR
SKRIPSI
FARIS FAKHRI DESTANTO
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Page 2
ii
RINGKASAN
Faris Fakhri Destanto. D14061974. 2011. Estimasi Bobot Badan Menggunakan
Panjang Badan dan Lingkar Dada pada Domba Lokal Berbeda Umur di Desa
Tegalwaru Kecamatan Ciampea Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Hj. Komariah, M.Si.
Pembimbing Anggota : Muhamad Baihaqi, S.Pt. M.Sc.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pola hubungan bobot badan
berdasarkan lingkar dada dan panjang badan pada domba lokal dengan umur yang
berbeda. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 216 ekor domba
lokal dengan rincian Domba Ekor Tipis (DET) sebanyak 134 ekor dan Domba Ekor
Gemuk (DEG) sejumlah 82 ekor yang diambil dari tiga peternakan domba di Desa
Tegalwaru, yaitu Mitra Tani Farm, Sumber Rezeki Farm dan UD. Berkah pada bulan
Januari hingga Maret 2011. Masing-masing diklasifikasikan menjadi dua kelompok
umur, yaitu I0 (0-1 tahun), I1 (1-2 tahun) dan dilakukan pengukuran terhadap bobot
badan (BB), lingkar dada (LD) dan panjang badan (PB). Penentuan antara masing-
masing parameter ukuran tubuh dalam setiap bangsa dan umur yang berbeda nyata,
diperoleh dan dianalisis dengan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan BB
pada DEG tidak mengalami perbedaan yang nyata antara umur I0 dan I1 (P>0,05),
namun pada DET, umur sangat nyata berpengaruh terhadap rataan BB. Rataan LD
dan PB pada DEG tidak mengalami perbedaan yang nyata antara umur I0 dan I1,
namun pada DET, umur sangat nyata berpengaruh terhadap rataan LD dan PB.
Terdapat korelasi positif dan sangat nyata (P<0,01) antara LD dan BB maupun PB
dengan BB pada DEG dan DET. Pola hubungan antara kedua parameter ukuran
tubuh diprediksi menggunakan regresi linear sederhana dengan nilai determinasi (R2)
dan korelasi (KK) serta ditemukan rumus BB = 1,152 LD - 48,29 (R2 = 0,857; KK =
0,926) dan BB = 0,984 PB - 29,35 (R2 = 0,578; KK = 0,761) untuk DEG I0,
sedangkan pada DEG I1, rumus prediksi masing-masing ukuran tubuh yaitu BB =
0,916 LD - 37,35 (R2 = 0,875; KK = 0,935) dan BB = 1,051 PB - 33,47 (R
2 = 0,772;
KK = 0,879). DET I0 memiliki pola hubungan yang diperlihatkan dengan rumus BB
= 0,748 LD - 26,72 (R2 = 0,901; KK = 0,949) dan BB = 0,838 PB - 23,81 (R
2 =
0,575; KK = 0,759), sedangkan pada DET I1, rumus prediksi masing-masing ukuran
tubuh yaitu BB = 0,904 LD - 35,45 (R2 = 0,852; KK = 0,923) dan BB = 1,040 PB -
29,89 (R2 = 0,566; KK = 0,753).
Kata kunci : domba ekor gemuk, domba ekor tipis, bobot badan, lingkar dada,
panjang badan
Page 3
iii
ABSTRACT
Estimation of Body Weight based on Body Length and Chest Circumference
of Local Sheep in Tegalwaru Village Ciampea District Bogor
Destanto, F. F., Komariah and M. Baihaqi
The aim of this study was to estimate body weight (BW) based on chest
circumference (CC) and body length (BL) of local sheep with different age. The 216
local sheep were selected as sample consists of 134 heads Thin Tailed Sheep (TT)
and 82 heads Fat Tailed Sheep (FT). The sample were taken from Bogor consisting
of Mitra Tani Farm, Sumber Rezeki Farm dan UD. Berkah from January to March
2011. The samples were classificated by different age groups, I0 (0-1 year old) and I1
(1-2 years old). The differences of body measurement ages were analyzed by t-test.
In order to make equation for estimating BW from CC and BL, there was analized by
Correlation and Linear Regression Analyses. The results showed that significantly
positive correlation (P<0,01) between CC and BW and between BW and BL in FT
and TT. The pattern of relations between the two parameters of body size predicted
using simple linear regression and equation formula below, BW = 1,152 CC - 48,29
(R2 = 0,857; Correlation = 0,926) and BW = 0,984 BL - 29,35 (R
2 = 0,578;
Correlation = 0,761) for FT I0, while the FT I1, the formula predicted size of each
body size BW = 0,916 CC - 37,35 (R2 = 0,875; Correlation = 0,935) and BW = 1,051
BL - 33,47 (R2 = 0,772; Correlation = 0,879). TT I0 has a pattern of relationship
shown in formula BW = 0,748 CC - 26,72 (R2 = 0,901; Correlation = 0,949) and BW
= 0,838 BL - 23,81 (R2 = 0,575; Correlation = 0,759), whereas in the TT I1,
prediction formula of each body size such as BW = 0,904 CC - 35,45 (R2 = 0,852;
Correlation = 0,923) and BW = 1,040 BL - 29,89 (R2 = 0.566; Correlation = 0,753).
Keywords: Fat Tail sheep, Thin Tail Sheep, body weight, chest circumference, body
length
Page 4
iv
ESTIMASI BOBOT BADAN MENGGUNAKAN PANJANG
BADAN DAN LINGKAR DADA PADA DOMBA LOKAL
BERBEDA UMUR DI DESA TEGALWARU
KECAMATAN CIAMPEA BOGOR
FARIS FAKHRI DESTANTO
D14061974
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Page 5
v
Judul : Estimasi Bobot Badan Menggunakan Panjang Badan dan Lingkar Dada
pada Domba Lokal Berbeda Umur di Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea
Bogor
Nama : Faris Fakhri Destanto
NRP : D14061974
Menyetujui,
Pembimbing Utama,
Ir. Hj. Komariah, M.Si.
NIP. 19590515 198903 2 001
Pembimbing Anggota
Muhamad Baihaqi, S.Pt. M.Sc.
NIP. 19800129 200501 1 005
Mengetahui,
Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc
NIP. 19591212 198603 1 004
Tanggal Ujian : 13 September 2011 Tanggal Lulus : ………………
Page 6
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 14 Desember 1988 di Jakarta. Penulis adalah
anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Junianto Ngaspan Mintarjo dan
Ibu Hj. Tatin Agustina. Pendidikan penulis diawali dari taman kanak-kanak pada
tahun 1993 di TK Cenderawasih Jaya 1 Bekasi, dilanjutkan ke sekolah dasar di SD
Negeri Siliwangi 1 Bekasi tahun 1994, kemudian ke sekolah menengah pertama di
SMP Negeri 1 Bekasi pada tahun 2000. Selepas menamatkan SMP, pada tahun 2003
penulis melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Bekasi.
Pada tahun 2006, penulis berkesempatan mengikuti pendidikan Sarjana di
Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru,
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan. Selama
mengikuti pendidikan, penulis aktif di organisasi Lembaga Dakwah Kampus DKM
Al Hurriyyah sebagai ketua di Divisi Hubungan Mahasiswa dan Departemen Minat
dan Bakat serta Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus Daerah Priangan
Barat sebagai koordinator Badan Pekerja Daerah. Tahun 2008 hingga 2010, penulis
berkesempatan menjadi asisten Mata Kuliah Dasar Umum Pendidikan Agama Islam
Tingkat Persiapan Bersama di IPB dan pada tahun 2010 mengajar selama 2 bulan di
Pusat Kegiatan Belajar Mengajar Ar Raudhoh Ciampea. Selain itu penulis juga
mengikuti berbagai kegiatan, seperti seminar nasional, seni suara nasyid dan
kepanitiaan kegiatan mahasiswa.
Page 7
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Estimasi Bobot Badan
Menggunakan Panjang Badan dan Lingkar Dada pada Domba Lokal Berbeda
Umur di Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea Bogor di bawah bimbingan Ir. Hj.
Komariah, M.Si. dan Muhamad Baihaqi, S.Pt. M.Sc. Skripsi ini ditulis untuk
memenuhi persyaratan penyelesaian program sarjana dan meraih gelar sarjana
peternakan dari Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini merupakan wujud dalam
berperan aktif dan berkontribusi memajukan dunia peternakan khususnya di
Indonesia.
Skripsi ini disusun dengan harapan dapat memberikan informasi mengenai
adanya korelasi positif antara peningkatan bobot badan dengan berbagai macam
ukuran tubuh, diantaranya lingkar dada dan panjang badan. Penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam kelancaran
penelitian. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan, namun Penulis berharap semoga karya kecil ini
memberikan banyak manfaat bagi semua pihak yang membacanya dan dapat
dijadikan panduan bagi yang membutuhkan, khususnya dalam upaya peningkatan
prduktivitas Domba Lokal di Kabupaten Bogor.
Bogor, Oktober 2011
Penulis
Page 8
viii
DAFTAR ISI
RINGKASAN ...................................................................................................... ii
ABSTRACT ......................................................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. v
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
Latar Belakang ......................................................................................... 1
Tujuan ...................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 3
Domba Lokal ........................................................................................... 3 Domba Ekor Tipis ........................................................................ 3
Domba Ekor Gemuk .................................................................... 4
Pemeliharaan Domba ............................................................................... 4
Sistem Ekstensif ........................................................................... 4
Sistem Semi Intensif .................................................................... 4
Sistem Intensif ............................................................................. 5
Pertumbuhan Ternak ................................................................................ 5 Penggemukkan ......................................................................................... 6
Ukuran Tubuh Ternak Sebagai Penduga Bobot Badan ........................... 6
Menentukan Umur Domba ...................................................................... 10
MATERI DAN METODE ................................................................................... 11
Lokasi dan Waktu .................................................................................... 11 Materi ....................................................................................................... 11
Ternak ........................................................................................ 11
Peralatan ..................................................................................... 11
Prosedur ................................................................................................... 11
Persiapan .................................................................................... 11
Pengumpulan Data ..................................................................... 12
Peubah yang Diukur ................................................................... 12
Rancangan ................................................................................................ 13
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 15
Keadaan Geografis Wilayah .................................................................... 15
Halaman
Page 9
ix
Kondisi Umum Peternakan ...................................................................... 16
Mitra Tani Farm ......................................................................... 16
UD Berkah ................................................................................. 17
Sumber Rezeki Farm ................................................................. 18
Hubungan Ukuran Tubuh Dengan Bobot Badan Domba ........................ 19
Domba Ekor Gemuk .................................................................. 20
Domba Ekor Tipis ...................................................................... 22
Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Ukuran Tubuh Menggunakan
Persamaan Regresi Linear ........................................................................ 24
Domba Ekor Gemuk .................................................................. 24
Domba Ekor Tipis……... ........................................................... 29
Uji Keakuratan ......................................................................................... 34
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 36
Kesimpulan .............................................................................................. 36 Saran ........................................................................................................ 36
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 38
LAMPIRAN ......................................................................................................... 42
Page 10
x
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Pendugaan umur Domba Berdasarkan Pergantian Gigi Seri .............. 10
2. Sebaran Kelompok Ternak Berdasarkan Kelompok Umur …………. 11
3. Rataan Bobot Badan Domba Ekor Gemuk pada Umur yang
Berbeda…….………………………………………………………... 20
4. Rataan Lingkar Dada dan Panjang Badan Domba Ekor Gemuk pada
Umur yang Berbeda ……………………………….………………... 21
5. Rataan Bobot Badan Domba Ekor Tipis pada Umur yang
Berbeda…….………………………………………………………... 22
6. Rataan Lingkar Dada dan Panjang Badan Domba Ekor Tipis pada
Umur yang Berbeda ……………………………………………..….. 23
7. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Gemuk Umur I0 …….. 24
8. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Gemuk Umur I1……... 26
9. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Tipis Umur I0………... 29
10. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Tipis Umur I1………... 32
11. Hasil Pengujian Rumus Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan
Lingkar Dada………………………………………………………… 34
12. Hasil Pengujian Rumus Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan
Panjang Badan……………………………………………………….. 35
Page 11
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Pendugaan Umur Domba Berdasarkan Pergantian Gigi Seri…….. 12
2. Cara mengukur Ukuran Tubuh…………………………………… 13
3. Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea…… 15
4. Kandang Penggemukkan Domba Mitra Tani (MT) Farm………... 17
5. Kandang Penggemukkan dan Pembibitan Domba UD. Berkah….. 18
6. Kandang Penggemukkan dan Pembibitan Domba SR Farm……... 19
7. Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot
Badan Domba Ekor Gemuk umur I0 ……………………………... 25
8. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot
Badan Domba Ekor Gemuk umur I0 ……………………………... 26
9. Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot
Badan Domba Ekor Gemuk umur I1 ……………………………... 27
10. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot
Badan Domba Ekor Gemuk umur I1 ……………………………... 28
11. Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot
Badan Domba Ekor Tipis umur I0 ……………………………….. 30
12. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot
Badan Domba Ekor Tipis umur I0 ……………………………….. 31
13. Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot
Badan Domba Ekor Tipis umur I1 ……………………………….. 32
14. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot
Badan Domba Ekor Tipis umur I1 ……………………………….. 33
Page 12
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Statistik Deskriptif Domba Ekor Gemuk Umur I0…..………............ 43
2. Koefisien Korelasi antar Ukuran Tubuh Domba Ekor Gemuk Umur I0 43
3. Analisis Regresi Linear antara Lingkar Dada dan Panjang Badan
terhadap Bobot Badan pada Domba Ekor Gemuk Umur I0….……… 43
4. Statistik Deskriptif Domba Ekor Gemuk Umur I1………………….. 43
5. Koefisien Korelasi antar Ukuran Tubuh Domba Ekor Gemuk Umur I1 44
6. Analisis Regresi Linear antara Lingkar Dada dan Panjang Badan
terhadap Bobot Badan pada Domba Ekor Gemuk Umur I1………… 44
7. Statistik Deskriptif Domba Ekor Tipis Umur I0…………………….. 44
8. Koefisien Korelasi antar Ukuran Tubuh Domba Ekor Tipis Umur I0 44
9. Analisis Regresi Linear antara Lingkar Dada dan Panjang Badan
terhadap Bobot Badan pada Domba Ekor Tipis Umur I0…………… 44
10. Statistik Deskriptif Domba Ekor Tipis Umur I1….………………. 45
11. Koefisien Korelasi antar Ukuran Tubuh Domba Ekor Tipis Umur I1 45
12. Analisis Regresi Linear antara Lingkar Dada dan Panjang Badan
terhadap Bobot Badan pada Domba Ekor Tipis Umur I1….……….. 45
13. Uji T pada Bobot Badan antara DEG Umur I0 dengan DEG Umur I1 46
14. Uji T pada Lingkar Dada antara DEG Umur I0 dengan DEG Umur I1 46
15. Uji T pada Panjang Badan antara DEG Umur I0 dengan DEG
Umur I1……………………………………………………………….. 46
16. Uji T pada Bobot Badan antara DET Umur I0 dengan DET Umur I1… 46
17. Uji T pada Lingkar Dada antara DET Umur I0 dengan DET Umur I1 47
18. Uji T pada Panjang Badan antara DET Umur I0 dengan DET Umur I1 47
19. Uji Keakuratan………………………………………………………... 47
Page 13
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara tropis, memiliki beranekaragam plasma nutfah
ternak, salah satunya domba. Menurut Mason (1980) tercatat sebanyak 96% domba
di Asia Tenggara berada di Indonesia. Masyarakat Indonesia umumnya beternak
domba sebagai sumber penghasilan sampingan. Di daerah pedesaan, masyarakat
lebih cenderung menjadikan ternak domba sebagai sumber penghasilan utama
mereka selain bertani. Masyarakat mengetahui bahwa beternak domba memiliki
banyak keuntungan, diantaranya domba merupakan salah satu ternak yang memiliki
tingkat kesuburan tinggi.
Mason (1980) menjelaskan domba di Asia memiliki peranan khusus di
masing-masing negara asalnya, seperti India memiliki Domba Mandya yang
berfungsi memproduksi daging, Pakistan dengan Domba Damani yang dapat
menghasilkan susu (ternak perah) dan Domba Lokal dari Indonesia memiliki
kesuburan tinggi. Disebutkan total produksi domba ialah 200-220 ekor per 100 ekor
domba dewasa per tahun, sehingga dapat dikatakan domba merupakan ternak prolifik
atau ternak dengan rataan jumlah kelahiran anak banyak per tahun.
Ternak domba mengalami penyebaran dalam perkembangbiakkannya seiring
dengan keluar-masuknya pedagang domestik maupun internasional yang membawa
serta ternaknya. Provinsi yang besar pengaruhnya dalam distibusi ternak domba
adalah Jawa Barat. Pemanfaatan domba bukan merupakan hal baru bagi masyarakat
daerah Bogor. Tercatat populasi domba di Kabupaten Bogor pada tahun 2009
mencapai 5.249 ekor (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2009).
Salah satu bangsa ternak domba yang dimiliki dan sangat potensial untuk
dikembangkan dimasa mendatang adalah domba lokal. Domba lokal merupakan
domba hasil perkawinan murni atau silangan yang mampu beradaptasi dengan baik
pada kondisi iklim tropis dan diketahui sangat produktif dilihat dari frekuensi
melahirkan yaitu 1,82 kali dalam satu tahun (Iniguez et al., 1991).
Bobot badan domba mencerminkan bobot karkas yang dihasilkan dan
menjadi salah satu parameter penting untuk menentukan kebutuhan pakan serta nilai
jual domba. Secara umum ada dua metode penentuan bobot badan seekor ternak, yaitu
penimbangan (weight scale) dan pendugaan. Metode penimbangan merupakan cara
Page 14
2
paling akurat tetapi memiliki beberapa kelemahan, antara lain membutuhkan
peralatan khusus dan tidak semua ranch memiliki peralatan tersebut. Metode ini dalam
kondisi tertentu tidak praktis. Adapun metode pendugaan umumnya dilakukan
melalui ukuran-ukuran tubuh ternak, misalnya melalui lingkar dada dan panjang
badan.
Data-data seperti bobot badan dan ukuran dimensi tubuh perlu diketahui
untuk menduga bobot badan berdasarkan ukuran-ukuran tubuh pada domba lokal.
Diperkirakan terdapat korelasi positif antara bobot badan dengan lingkar dada, tinggi
pundak dan panjang badan, sehingga secara tidak langsung pendugaan bobot badan
ternak dapat dilakukan dengan hanya menentukan lingkar dada dan panjang badan.
Penentuan bobot badan dengan cara ini diharapkan lebih praktis untuk diterapkan,
walaupun ketepatannya pada masing-masing jenis ternak masih perlu dikaji.
Penelitian yang dilakukan merupakan kajian lanjutan untuk menambah informasi
keeratan hubungan antara panjang badan dan lingkar dada terhadap bobot badan pada
tingkat umur yang berbeda.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan membandingkan pola hubungan bobot badan
berdasarkan lingkar dada dan panjang badan pada domba lokal dengan umur
berbeda.
Page 15
3
TINJAUAN PUSTAKA
Domba Lokal
Domba lokal dapat didefinisikan sebagai domba hasil perkawinan murni atau
silangan yang mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi iklim tropis dan
diketahui sangat produktif dilihat dari frekuensi melahirkan yaitu 1,82 kali dalam
satu tahun (Iniguez et al., 1991). Populasi domba di Indonesia tahun 2009 tercatat
sebesar 10.471.991 ekor. Angka ini mengalami kenaikan 8,28% dari tahun
sebelumnya yaitu berjumlah 9.605.339 ekor. Populasi domba tertinggi terdapat di
Propinsi Jawa Barat yaitu 5.524.209 ekor atau sebanyak 52,75% populasi domba di
Indonesia terdapat di Jawa Barat (Direktorat Jenderal Peternakan, 2009). Domba
lokal merupakan bangsa domba bertubuh kecil. Mulyaningsih (1990) berpendapat,
sedikitnya terdapat tiga bangsa keturunan asli yang disebut domba pribumi, yaitu
Domba Ekor Tipis (thin-tailed), Domba Priangan dari Jawa Barat dan Domba Ekor
Gemuk dari Jawa Timur (fat-tailed).
Asal-usul domba ini tidak diketahui secara pasti, namun diduga DET berasal
dari India dan DEG berasal dari Asia Barat (Williamson dan Payne, 1993). Domba
lokal mampu hidup di daerah yang gersang. Karakteristik domba ini antara lain
memiliki badan yang relatif kecil, warna bulu dominan putih pada bagian mata dan
pada hidung terdapat bercak hitam, telinga berukuran sedang dan tanduk melengkung
ke dalam bagi jantan (Devendra dan McLeroy, 1992; Mulyaningsih, 2006).
Domba Ekor Tipis
Pulau Jawa memiliki beranekaragam bangsa domba. Domba Ekor Tipis
(DET) merupakan domba asli Indonesia yang mudah ditemui di seluruh Pulau Jawa
terutama Jawa Barat dan Jawa Tengah. Domba ini mampu hidup di daerah yang
gersang dengan ciri-ciri tubuh kecil, ekor relatif kecil dan tipis serta bulu badan
berwarna putih atau belang-belang hitam. Domba betina umumnya tidak bertanduk
dengan berat dewasa sekitar 15-20 kg sedangkan domba jantan bertanduk kecil dan
melingkar dengan berat dewasa sekitar 30-40 kg.
Tubuh domba ini sedikit berlemak, sehingga karkas yang dihasilkannya pun
lebih banyak. Dalam penelitian Rianto et al. (2006), Domba Ekor Tipis memiliki
persentase lemak pada karkas berkisar antara 4,97% hingga 9,66%, sedangkan
persentase daging pada karkas berkisar 67,09% hingga 69,41%. Rizal (2000)
Page 16
4
menyatakan persentase karkas dipengaruhi oleh bobot badan dan perlemakan tubuh
pada waktu mencapai kondisi dipasarkan. Komponen karkas terdiri dari tulang,
daging dan lemak (Soeparno, 1994).
Domba Ekor Gemuk
Bangsa domba lokal lain yang terdapat di Indonesia ialah Domba Ekor
Gemuk (DEG) yang banyak ditemui di daerah Jawa Timur dan Madura. Domba
berekor gemuk (fat-tailed) seperti Domba Donggala dan domba-domba lainnya
berada di daerah Jawa Timur. DEG juga terdapat di Surabaya dan Situbondo. Ciri
khas dari DEG ini adalah bentuk ekor yang panjang, lebar, tebal, besar, semakin ke
ujung semakin kecil dan berlemak yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan
habitatnya yaitu beriklim kering.
Domba ini memiliki ciri lain yaitu berwarna putih, wool kasar, domba jantan
dan domba betina tidak mempunyai tanduk, sebagian besar domba bewarna putih,
tetapi ada beberapa pada anaknya yang berwarna hitam atau kecoklatan. Domba
betina sangat prolifik dengan selang beranak hanya 8-9 bulan, umur pertama kali
beranak antara 11-17 bulan, dan dapat menghasilkan 2,34 anak sapihan per tahun
(Devendra dan McLeroy, 1982)
Pemeliharaan Domba
Sistem pemeliharaan domba di Indonesia umumnya dilakukan dengan tiga
cara, yaitu :
Sistem Ekstensif
Sistem ekstensif merupakan cara pemeliharaan domba dengan membiarkan
seluruh aktivitas makan, perkawinan, pertumbuhan dan penggemukkan dilakukan di
padang penggembalaan. Domba dilepas di padang penggembalaan dengan rumput
yang cukup subur dan pertumbuhan domba ini sangat tergantung dari kualitas padang
pengembalaannya.
Sistem Semi Intensif
Sistem ini merupakan perpaduan antara sistem ekstensif dan intensif yang
umumnya disebut juga dengan sistem pertanian terpadu. Sistem semi intensif banyak
dilakukan oleh petani tradisional yang mempunyai tanah pertanian, sehingga dapat
dikatakan memelihara ternak merupakan sampingan dari kegiatan bertaninya. Pada
Page 17
5
sistem semi intensif ternak digembalakan saat siang hari di padang penggembalaan
dan pada malam hari ternak dikandangkan serta pakan diberikan di dalam kandang.
Sistem Intensif
Sistem intensif banyak diterapkan pada peternakan komersial. Pemeliharaan
dengan sistem ini yaitu ternak dikandangkan terus-menerus (sepanjang hari)
(Tomaszewska et al., 1993). Sistem ini umumnya juga diterapkan di pedesaan yang
padat penduduknya. Ternak yang dipelihara secara intensif umumnya menggunakan
pakan berupa rumput secukupnya, sedangkan sisa kebutuhannya dipenuhi dengan
memberikan konsentrat. Peternakan komersial di Desa Tegalwaru Kecamatan
Ciampea, Bogor menggunakan sistem intensif karena sumber pakan cukup tersedia
serta iklim sekitar lokasi cenderung mendukung tumbuhnya hijauan makanan ternak
berkualitas. Sistem pemeliharaan secara intensif dapat memperbaiki pertambahan
bobot tubuh harian karena pemberian pakan dasar dan pakan tambahan cukup sesuai
dengan kebutuhan domba.
Munier et al. (2003) menyatakan bahwa pemberian pakan tambahan terhadap
domba yang dipelihara secara intensif dapat meningkatkan pertambahan bobot tubuh
harian dan bobot akhir. Sistem pemeliharaan secara intensif dapat memperbaiki
pertambahan bobot tubuh harian karena pemberian pakan dasar dan pakan tambahan
cukup sesuai dengan kebutuhan domba. Selain itu dengan pemeliharaan secara
intensif ini ternak domba dikandangkan penuh sehingga dapat menghemat energi dan
dapat dimanfaatkan penuh untuk program penggemukkan (Mathius et al., 1998).
Pertumbuhan Ternak
Salamena (2006) menjelaskan pertumbuhan semua ternak pada awalnya
lambat dan meningkat dengan cepat kemudian lambat pada saat ternak mendekati
dewasa tubuh. Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor
genetis atau faktor keturunan dan faktor lingkungan seperti pemberian pakan,
pencegahan atau pemberantasan penyakit serta tatalaksana, akan menentukan tingkat
pertumbuhan dalam mencapai kedewasaan. Makanan adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan (Natasasmita, 1979). Kecepatan pertumbuhan diukur
dalam kilogram melalui penimbangan berulang-ulang dan dapat dilakukan setiap
waktu.
Page 18
6
Penggemukan
Penggemukan saat ini telah banyak dilakukan oleh peternak maupun
pedagang dengan prinsip memberikan perlakuan selama pertumbuhan untuk
memperoleh nilai tambah yang lebih besar, dalam bentuk pertambahan bobot badan
(Suharya dan Setiadi, 1992). Istilah penggemukan berasal dari kata fattening yang
berarti pembentukan lemak dan istilah tersebut dewasa ini tidak sesuai lagi karena
sistem produksi dan selera konsumen yang berubah-ubah. Tujuan program
penggemukan adalah untuk memperbaiki kualitas karkas dengan cara mendeposit
lemak seperlunya.
Bila ternak yang digunakan belum dewasa, maka program tersebut sifatnya
adalah membesarkan sambil menggemukan atau memperbaiki kualitas karkas
(Parakkasi, 1999). Penggemukkan pada umumnya terdapat tiga kategori yaitu
penggemukkan jangka waktu pendek (kurang lebih satu bulan), jangka waktu sedang
(kurang lebih dua bulan) dan jangka waktu panjang (kurang lebih tiga bulan)
(Parakkasi, 1999). Waktu penggemukan yang semakin lama akan menghasilkan
pertambahan bobot badan menurun, tetapi presentase karkas akan meningkat seiring
dengan lama penggemukan.
Ukuran Tubuh Ternak sebagai Penduga Bobot Badan
Fenotipik suatu bangsa ternak tidak lepas dari faktor proses pertumbuhan atau
berubahnya ukuran tubuh pada ternak tersebut secara berkesinambungan. Ukuran-
ukuran permukaan tubuh hewan mempunyai banyak kegunaan antara lain untuk
menaksir bobot badan dengan ketelitian cukup tinggi serta untuk memberi gambaran
bentuk tubuh hewan sebagai ciri khas suatu bangsa (Doho, 1994; Mulliadi, 1996).
Ukuran-ukuran tubuh ternak dapat berbeda satu sama lain. Setiap komponen tubuh
mempunyai kecepatan pertumbuhan atau perkembangan yang berbeda-beda, karena
pengaruh genetik maupun lingkungan, tetapi dapat berkorelasi satu sama lain.
Doho (1994) menyatakan bahwa ukuran tubuh memiliki korelasi yang erat dengan
bobot badan. Korelasi tersebut mencerminkan adanya proses pertumbuhan yang
terjadi pada ternak. Untuk menjaga keseimbangan biologis setiap pertumbuhan
komponen-komponen tubuh akan diiikuti dengan meningkatnya ukuran-ukuran
tubuh.
Page 19
7
Pertumbuhan meliputi peningkatan bobot badan, pertambahan dalam masa
organik, mitosis, migrasi sel, sintesis protein dan pertambahan ukuran linear tubuh.
Korelasi disebut positif apabila peningkatan satu sifat menyebabkan peningkatan
pada sifat lain. Apabila satu sifat meningkat sedangkan sifat lain menurun maka
korelasinya disebut negatif (Laidding, 1996). Penggunaan ukuran tubuh dilakukan
berdasarkan ukuran yang umum pada ternak, yaitu sifat kuantitatif untuk dapat
memberikan gambaran eksterior seekor domba dan mengetahui perbedaan-perbedaan
dalam populasi ternak ataupun digunakan dalam seleksi. Keragaman merupakan
suatu sifat populasi yang sangat penting dalam melakukan seleksi. Seleksi akan
efektif bila terdapat tingkat keragaman tinggi (Martojo, 1990).
Penimbangan adalah cara terbaik dalam menentukan bobot badan ternak,
namun bobot badan dapat diduga dengan mengukur ukuran tubuh ternak. Penelitian
yang dilakukan Pesmen dan Yardimci (2008) menyimpulkan bahwa bobot badan
dapat dijadikan ukuran penduga menggunakan beberapa ukuran tubuh pada Kambing
Saanen yang dipisahkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama menggunakan
kambing umur 2-2,5 tahun pada periode laktasi awal sedangkan kelompok kedua
digunakan kambing siap inseminasi untuk pertama kalinya. Bobot badan ditemukan
berkorelasi positif dengan lingkar dada, lingkar sengkel, tinggi pundak, panjang
badan dan dalam dada pada kelompok pertama, sedangkan pada kelompok kedua
bobot badan berkorelasi sempurna dengan lingkar dada dan panjang badan.
Persamaan regresi dugaan untuk kelompok pertama yaitu BB = -151,295 + 1,067 LD
+ 3,262 PB + 0,167 LS + 0,604 TP + 0,254 DD dan BB = -64,753 + 0,863 LD +
0,717 PB - 0,029 LS + 0,207 TP + 0,254 DD untuk kelompok kedua.
Penelitian serupa dilakukan Jimmy et al. (2010) menyimpulkan bahwa
lingkar dada dan tinggi pundak dapat memprediksi bobot badan di semua jenis
kelamin, usia dan bangsa. Analisis regresi dilakukan untuk menduga bobot badan
melalui semua ukuran tubuh linier. Data diklasifikasikan berdasarkan bangsa, usia,
jenis kelamin dan pola warna bulu. Bangsa, umur dan jenis kelamin secara signifikan
(P<0,05) mempengaruhi semua ukuran tubuh. Warna bulu tidak memiliki pengaruh
yang signifikan (P>0,05) pada ukuran tubuh apapun. Hewan yang berumur lebih tua
mempunyai ukuran lebih besar (P<0,05) dibandingkan ternak berusia muda. Di
seluruh usia, jenis kelamin secara signifikan (P<0,05) mempengaruhi bobot badan
Page 20
8
dan ukuran linear tubuh pada jantan menunjukkan supremasi. Semua ukuran tubuh
secara signifikan lebih tinggi pada Kambing Mubende (P<0,05) menjelaskan bahwa
kambing ini lebih besar bentuk tubuhnya dari dua kambing lainnya. Semua ukuran
linear tubuh dan bobot badan sangat berpengaruh (P<0,001) dan berkorelasi positif
pada segala usia kecuali kelompok dengan dua pasang gigi seri permanen (I2).
Penggabungan ukuran tubuh dalam regresi berganda, dapat meningkatkan nilai
koefisien determinasi (R2) menjadi 0,91.
Ukuran-ukuran rangka seperti panjang badan kurang dipengaruhi oleh gizi
dan dengan demikian menunjukkan ukuran yang melekat lebih baik dari dimensi
yang terkait deposisi lemak dan otot, seperti ukuran-ukuran lebar lingkar tubuh serta
bobot badan (Kamalzadeh et al., 1998). Coleman dan Evans (1985) melaporkan
bahwa pembatasan nutrisi dalam pakan yang diberikan pada sapi, dapat menekan
pertumbuhan tinggi dan panjang badan selama fase pertumbuhan. Ukuran linier dan
bobot badan nyata dipengaruhi oleh bangsa, umur dan jenis kelamin, namun tidak
dengan tingkat warna bulu (P<0,05). Warna bulu dikendalikan tunggal atau sedikit
gen sehingga dengan demikian tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada sifat
kuantitatif. Persamaan penduga bobot badan (BB) melalui lingkar dada (LD) yang
diperoleh pada Kambing Mubende yaitu BB = -35,39 + 0,94 LD dengan koefisien
determinasi disesuaikan (R2 adjusted) sebesar 0,90 (P<0,001), sedangkan pada SEA
(Teso/Lugware) yaitu BB = -25,85 + 0,76 LD dengan R2 adjusted sebesar 0,88
(P<0,001) (Jimmy et al., 2010).
Studi karakteristik morfometrik yang dilakukan Wirdateti et al. (2009) pada
Rusa Sambar akan digunakan sebagai sifat dasar pertumbuhan terkait seleksi. Tujuan
penelitian adalah untuk mengatur seleksi terbaik pada keturunan Rusa Sambar.
Karakteristik morfometrik yang diamati pada penelitian yaitu masing-masing bobot
badan, panjang badan, lebar dada, lingkar dada, panjang kepala, lebar kepala, lebar
telinga dan panjang telinga. Hasil penelitian menunjukkan lingkar dada (LD)
berkorelasi sangat nyata terhadap bobot badan (BB) dengan persamaan penduga BB
= -108,004 + 1,875 LD. Dapat disimpulkan lingkar dada merupakan kriteria yang
dapat digunakan untuk menyeleksi sifat pertumbuhan pada Rusa Sambar.
Bobot badan Rusa Sambar jantan pada umur dara dan dewasa lebih tinggi
dibandingkan betina, kecuali pada rusa muda. Hal ini diduga terjadi karena pengaruh
Page 21
9
hormonal, sehingga rusa jantan lebih berat mulai umur dara. Menurut Lincoln
(1985), sekresi hormon luteinizing (LH) erat hubungannya dengan pertumbuhan dan
siklus reproduksi pada kelompok jantan dan betina. Rendahnya bobot badan pada
Rusa Sambar dapat disebabkan oleh ketersediaan pakan yang tidak memadai, yaitu
populasi rusa di lapang melebihi kapasitas tampungnya (Semiadi et al., 2005).
Lingkar dada memberikan nilai korelasi fenotipik yang tertinggi kemudian diikuti
oleh panjang badan, yaitu masing-masing 0,94 dan 0,90.
Lingkar dada selanjutnya digunakan untuk menduga persamaan regresi linear
yang paling baik sebagai penduga bobot badan. Nilai ketepatan (derajat determinasi)
untuk persamaan regresi dengan variabel bebas gabungan lingkar dada dan panjang
badan yaitu 0,88 sedangkan pada lingkar dada sebesar 0,87. Tampak bahwa semakin
banyak variabel bebas yang dilibatkan untuk menduga bobot badan diperoleh derajat
determinasi yang lebih tinggi. Persamaan linier penduga bobot badan dengan derajat
determinasi (R2) tertinggi berturut-turut BB = -116,24 + 1,44 LD + 0,52 PB (R
2 =
0,88) dan BB = -108,00 + 1,88 LD (R2
= 0,87).
Cam et al. (2010) menyimpulkan bahwa panjang badan dapat digunakan
sebagai penduga bobot badan pada Kambing Kilkeci tanpa mempertimbangkan usia,
kondisi lapang dan jenis kelamin yang dibesarkan di empat peternakan berbeda
sebelum waktu kawin pada kondisi peternakan rakyat. Terdapat perbedaan yang
sangat nyata (P<0,01) antara kelompok usia. Ditemukan korelasi positif dan
signifikan (P<0,001) antara bobot badan dan ukuran tubuh. Korelasi tertinggi
ditemukan antara bobot badan dan lingkar dada (0,847) dan dalam dada (0,775).
Bobot badan dapat diduga menggunakan persamaan BB = -47,8 + 1,12 LD dengan
koefisien determinasi (R2 = 0,717), sedangkan panjang badan dapat digunakan
sebagai penduga ukuran bobot badan menggunakan persamaan BB = -20,2 + 0,96 PB
dengan koefisien determinasi yang rendah (0,368).
Ukuran linear tubuh yang berhubungan erat dengan bobot badan adalah
lingkar dada dan panjang badan. Hal serupa diungkapkan Fourie et al. (2002) bahwa
lingkar dada dan panjang badan mempunyai pengaruh paling besar terhadap bobot
badan. Apriliyani (2007) sependapat dengan Fourie et al. (2002) dan menyatakan
bahwa lingkar dada selalu menjadi parameter penentu bobot badan pada tiap
persamaan pendugaan bobot badan, bahkan menjadi parameter utama. Jamal (2007)
Page 22
10
dan Utami (2008) menambahkan lingkar dada, tinggi pundak, dalam dada dan
panjang badan, berkorelasi positif dengan bobot badan. Lingkar dada dapat dijadikan
sebagai kriteria seleksi karena berkaitan dengan produktivitas domba
(Trislawati, 2006). Lingkar dada diukur melingkar di belakang sendi siku, sedangkan
panjang badan pada domba ditentukan dengan mengukur jarak antara tulang duduk
sampai bahu.
Menentukan Umur Domba
Umur ternak dalam pemeliharaan mempunyai peran yang penting karena
melalui umur peternak dapat mengetahui kapan ternaknya dapat dikawinkan maupun
digemukkan. Cara menentukan umur domba dapat dilakukan dengan menggunakan
dua cara, yaitu dengan melihat pergantian serta keausan (pergesekan antar gigi susu
yang tumbuh menjadi gigi seri) gigi seri dan berdasarkan informasi dari peternak
(pencatatan). Umur menentukan tingkat pertumbuhan domba. Pada umur yang
berbeda, pertumbuhan domba cenderung tidak sama.
Frandson (1992) menerangkan, saat paling baik untuk menentukan umur
seekor ternak adalah ketika pemunculan gigi. Gigi depan disebut gigi seri (incisor)
dan biasanya dinyatakan dengan huruf I. Gigi ini diberi nomor dari arah pusat mulut
atau simfisis, ke arah lateral. Pasangan pertama diberi kode I1 atau sentral, pasangan
kedua disebut I2 atau intermediet, selanjutnya I3 disebut intermediet kedua dan yang
terakhir (paling lateral) dengan nomor I4 atau sudut. Penentuan umur berdasarkan
pergantian dan keausan gigi seri diperlihatkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Pendugaan Umur Domba Berdasarkan Pergantian Gigi Seri
Gigi Seri Tetap Umur Keterangan
Belum ada gigi tetap (gigi susu) Kurang satu tahun I0
Sepasang gigi tetap (2 buah) l - 2 tahun I1
Dua pasang gigi tetap (4 buah) 2 - 3 tahun I2
Tiga pasang gigi tetap (6 buah) 3 - 4 tahun I3
Empat pasang gigi tetap (8 buah) 4 - 5 tahun I4
Sumber : Ludgate (1989)
Page 23
11
MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian telah dilaksanakan di Mitra Tani Farm, Sumber Rezeki Farm dan
UD Berkah yang bertempat di Desa Tegal Waru Kecamatan Ciampea, Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa barat, Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan
pada bulan Januari-Maret 2011.
Materi
Ternak
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini 216 ekor domba lokal jantan
berasal dari tiga lokasi peternakan. Pakan yang diberikan adalah rumput lapang
penuh pada UD. Berkah dan Sumber Rezeki Farm serta dan konsentrat dan ampas
tahu pada Mitra Tani Farm. Jumlah dan sebaran contoh ternak domba menurut
bangsa ternak yang berada pada penelitian ini disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Sebaran Kelompok Ternak Berdasarkan Kelompok Umur
Kelompok Ternak Kelompok Umur Jumlah
(ekor) I0 (ekor) I1 (ekor)
Domba Ekor Tipis 113 21 134
Domba Ekor Gemuk 52 30 82
Keterangan : I0 = umur kurang dari 1 tahun
I1 = umur antara 1,0-1,5 tahun
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan gantung
kapasitas 100 kg dengan skala terkecil 0,2 kg, tongkat ukur dengan skala terkecil 0,1
cm, alat tulis dan pita ukur kapasitas 100 cm.
Prosedur
Persiapan
Tahap awal dilakukan pemisahan domba berdasarkan bangsa ternak domba.
Sebanyak 216 ekor domba yang berasal dari Mitra Tani Farm, Sumber Rezeki Farm
dan UD. Berkah dipisahkan menjadi 134 ekor Domba Ekor Tipis dan 82 ekor Domba
Ekor Gemuk. Data bobot badan pada masing-masing diketahui dengan penimbangan
terlebih dahulu.
Page 24
12
Pengumpulan Data
Data penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari penelitian lapangan dengan cara melakukan pengukuran dan
pengamatan langsung terhadap sifat kuantitatif (bobot badan, panjang badan, dan
lingkar dada) domba. Data sekunder adalah data populasi ternak dan kondisi kandang
yang diperoleh melalui penelusuran pustaka dari berbagai sumber dan wawancara.
Data-data domba yang telah diperoleh dikelompokkan berdasarkan umur. Belum
adanya sistem pencatatan yang baik menyebabkan umur domba tidak dapat
ditentukan sehingga dilakukan penentuan umur ternak domba dengan melihat gigi.
Adapun pendugaan umur ternak dilakukan dengan pengamatan berdasarkan gigi seri
tetap seperti yang terdapat pada Gambar 1.
Gambar 1. Pendugaan Umur Domba Berdasarkan Pergantian Gigi Seri
Peubah yang Diukur
Peubah yang diukur pada penelitian ini adalah karakteristik fenotipik yang
berkaitan dengan sifat kuantitatif, yaitu dengan mengukur panjang badan, lingkar
dada dan bobot badan. Metode pengukuran untuk masing-masing peubah dilakukan
sebagai berikut (Gambar 2) :
Page 25
13
Panjang badan (PB) diukur dengan menghitung jarak garis lurus dari tepi
depan luar tulang bahu (Os scapula) sampai benjolan tulang lapis/tulang duduk
(Os ischium), menggunakan tongkat ukur. Panjang badan bersatuan cm.
Lingkar dada (LD) diukur melingkari rongga dada di belakang sendi bahu
(Os scapula) dan kaki depan, menggunakan pita ukur. Lingkar dada bersatuan cm.
Bobot badan (BB) diukur menggunakan timbangan. Lingkar dada memiliki
satuan kg.
Gambar 2. Cara Mengukur Ukuran Tubuh
Rancangan
Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif untuk
menggambarkan keadaan umum lokasi penelitian, menentukan rataan, standar
deviasi, koefisien korelasi, koefisien determinasi dan persamaan regresi antara
masing-masing ukuran tubuh yang mendukung keakuratan hasil penelitian. Dalam
pengukuran, akan dihasilkan bentuk sebaran yang membentuk garis lurus atau linear.
Sebaran data ini diolah menggunakan analisis regresi linear sederhana sesuai dengan
persamaan (Brody, 1945) :
y = a + bx
Keterangan : y = nilai bobot hidup dugaan (kg)
a = intersep
b = koefisien regresi/slope
x = ukuran linear tubuh (cm)
Page 26
14
Hubungan antara dua ukuran tubuh, dihitung dengan menggunakan rumus
korelasi berdasarkan Sudjana (1988), model korelasinya adalah :
Keterangan : r = koefisien korelasi
x1 = peubah bebas ke-1
x2 = peubah bebas ke-2
n = banyaknya pengulangan
Berdasarkan analisis di atas dihitung nilai korelasi (r) dan koefisien
determinasi (R2). Nilai korelasi menunjukkan keeratan hubungan antara peubah x
(LD dan PB) dan y (BB), sedangkan nilai koefisien determinasi menunjukkan
besarnya keragaman peubah x yang mempengaruhi keragaman peubah y. Penentuan
antara masing-masing parameter ukuran tubuh dalam setiap bangsa dan umur yang
berbeda nyata, diperoleh dan dianalisis dengan uji-t.
Page 27
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Geografis Wilayah
Kabupaten Bogor merupakan wilayah dari Propinsi Jawa Barat yang
berbatasan langsung dengan Propinsi Banten dan bagian dari wilayah Jabotabek.
Secara geografis, Kabupaten Bogor terletak pada 6o18'10"-6
o47'10" Lintang Selatan
dan 106o23'45"-107
o13'30" Bujur Timur. Kabupaten Bogor terdiri dari 35 kecamatan,
salah satunya ialah Kecamatan Ciampea. Jumlah penduduk di Kecamatan Ciampea
hingga akhir tahun 2010 tercatat sebanyak 146.608 jiwa yang terdiri atas 75.527 laki-
laki dan 71.081 perempuan. Kecamatan ini mempunyai luas wilayah kurang lebih
53,6 km2 dengan ketinggian sekitar 300 m di atas permukaan laut (dpl). Kontur tanah
Kecamatan Ciampea berupa dataran dan perbukitan. Perbukitan di kecamatan ini
mencapai 55% dari seluruh luas wilayah, dengan suhu udara sekitar 20-30oC dan
curah hujan mencapai 22 hari per tahun (Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika Stasiun Dramaga Kabupaten Bogor, 2010). Penelitian mengambil sampel
di tiga peternakan di Desa Tegalwaru, yaitu Mitra Tani Farm, Sumber Rezeki Farm
dan UD. Berkah. Desa Tegalwaru merupakan salah satu desa yang termasuk ke
dalam Kecamatan Ciampea. Batas sebelah Utara Desa Tegalwaru adalah Desa
Bojongrangkas. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cinangka, sebelah Barat
berbatasan dengan Desa Cicadas dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa
Bojongjengkol. Lokasi Desa Tegalwaru dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea
(http://maps.google.com, 5 Agustus 2011)
Page 28
16
Desa Tegalwaru masuk ke dalam kategori Inpres Desa Tertinggal dengan luas
wilayah 338.843 ha dan ketinggian 200 m di atas permukaan laut (dpl) serta curah
hujan tinggi yaitu sekitar 21-23 m3. Desa Tegalwaru pada tahun 2010 memiliki
jumlah penduduk 12.327 jiwa. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Tegalwaru pada
umumnya hanya tamat sekolah dasar atau sederajat, yaitu sebesar 1.135 orang atau
9,21% dari jumlah penduduk, namun masih ada sejumlah masyarakat yang mampu
meneruskan pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi setingkat program doktor
(S3) yaitu sekitar 27 orang atau 0,22% dari jumlah penduduk. Penduduk yang
memiliki mata pencaharian bertani (termasuk didalamnay beternak) di Kecamatan
Ciampea yaitu berjumlah 971 jiwa atau 7,88% dari jumlah penduduk
(Haerudin, 2010).
Kondisi Umum Peternakan
Mitra Tani Farm
Mitra Tani Farm atau lebih dikenal MT Farm merupakan sebuah usaha
berbasis peternakan yang menangani budidaya dan penjualan ternak khususnya
domba, kambing, sapi dan kelinci. Usaha ini dikelola oleh beberapa alumni Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bidang usaha dari MT Farm mencakup
penggemukkan, pembibitan, aqiqah dan cattering. Usaha MT Farm dibina dan
dibimbing oleh Dinas Peternakan Kabupaten Bogor. Luas lahan dan kandang sebesar
1 Ha. Kandang penggemukkan domba menerapkan sistem koloni yang dapat
menampung 10-15 ekor domba tiap kandang dan total keseluruhan kapasitas
kandang hingga 300 ekor ternak domba. Pemberian pakan ternak dilakukan 2-3 kali
sehari berupa konsentrat dan ampas tahu. Kondisi kandang dapat dilihat pada
Gambar 4.
Jumlah ampas tahu yang diberikan tidak ditimbang, tetapi ditaksir sebanyak
kebutuhan ternak, sedangkan pemberian konsentrat dengan ditakar sebesar satu
ember untuk 1-2 kandang. Pakan berupa ampas tahu diberikan pada siang dan sore
hari, sedangkan konsentrat diberikan pada pagi hari. Domba dipelihara dengan
sistem intensif di dalam kandang panggung dengan atap asbes. Lantai kandang
dibuat dari bilah kayu dan bambu berukuran celah 1-2 cm agar kotoran tidak terinjak
oleh domba dan jatuh ke penampungan. MT Farm berlokasi di Jalan Baru No.39
RT.04 RW.05 Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.
Page 29
17
Gambar 4. Kandang Penggemukkan Domba Mitra Tani (MT) Farm
UD Berkah
Usaha Dagang Berkah disingkat UD. Berkah merupakan usaha berbasis
peternakan komersial perorangan yang menangani budidaya dan penjualan ternak
khususnya sapi, domba dan kambing. Peternakan ini didirikan pada tahun 2005.
Bidang usaha dari UD. Berkah mencakup penggemukkan, pembibitan dan aqiqah.
Ternak domba dan kambing dalam jumlah sedikit, hanya untuk aqiqah dan jasa
cattering, sebagian pembibitan. Pada Hari Raya Idul Qurban, jumlah ternak ditambah
untuk keperluan penggemukkan dan penjualan. Kandang penggemukkan domba
menerapkan sistem individu yang dapat menampung hingga 75 ekor ternak domba,
sedangkan kandang pembibitan menerapkan sistem koloni hingga 45 ekor ternak
domba. Kondisi kandang dapat dilihat pada Gambar 5.
Page 30
18
Gambar 5. Kandang Penggemukkan dan Pembibitan Domba UD Berkah
Pemberian pakan ternak dilakukan 2-3 kali sehari berupa hijauan. Jumlah
hijauan yang diberikan tidak ditakar dan ditaksir sebanyak kebutuhan ternak. Pakan
hijauan yang diberikan berupa rumput lapang dan daun. Waktu pemberian pada pagi,
siang dan sore hari. Kandungan air pada hijauan cukup tinggi, sehingga saat
pemberian pakan hijauan domba tidak perlu diberikan air minum terpisah. Domba
dipelihara dengan sistem intensif di dalam kandang panggung dengan atap genteng.
Lantai kandang dibuat dari bilah kayu dan bambu berukuran celah 1-2 cm agar
kotoran tidak terinjak oleh domba dan jatuh ke penampungan. UD. Berkah beralamat
di Gang Barokah Jalan Manunggal Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea Kabupaten
Bogor.
Sumber Rezeki Farm
Peternakan Sumber Rezeki (SR) Farm dibentuk melalui program
pemberdayaan Direktorat Jenderal Peternakan bernama Sarjana Masuk Desa atau
lebih dikenal dengan sebutan SMD. SR Farm mulai beroperasi Februari 2011,
walaupun telah disahkan berdiri sejak Desember 2010. SR Farm khusus menangani
budidaya dan penjualan ternak domba. Berawal dari 68 ekor domba yang terdiri atas
33 ekor Domba Garut dan 35 Domba Ekor Tipis (lokal), SR Farm dapat bertahan
Page 31
19
hingga saat ini. Peternakan ini memiliki kandang yang dapat menampung ternak
domba hingga 100 ekor. Kandang domba SR Farm menerapkan sistem koloni
dengan kapasitas 5-7 ekor per kandang. Kondisi kandang dapat dilihat pada
Gambar 6.
Gambar 6. Kandang Penggemukkan dan Pembibitan Domba Sumber Rezeki Farm
Pemberian pakan ternak dilakukan 2-3 kali sehari berupa hijauan. Jumlah
hijauan yang diberikan tidak ditakar dan ditaksir sebanyak kebutuhan ternak. Pakan
hijauan yang diberikan berupa rumput lapang. Waktu pemberian pada pagi, siang dan
sore hari. Kandungan air pada hijauan cukup tinggi, sehingga saat pemberian pakan
hijauan domba tidak diberikan air minum. Domba dipelihara dengan sistem intensif
di dalam kandang panggung dengan atap asbes. Lantai kandang dibuat dari bilah
kayu dan bambu berukuran celah 1-2 cm agar kotoran tidak terinjak oleh domba dan
jatuh ke penampungan. SR Farm bertempat tidak jauh dari MT Farm, yaitu Desa
Tegalwaru RT.03 RW.05 Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor.
Hubungan Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Domba
Ukuran-ukuran permukaan tubuh memiliki kegunaan untuk menaksir bobot
badan dan memberikan gambaran bentuk (shape) tubuh hewan sebagai ciri khas
Page 32
20
suatu bangsa (Doho, 1994). Rataan bobot badan Domba Ekor Gemuk yang telah
dikelompokkan menjadi dua umur, disajikan pada Tabel 3.
Domba Ekor Gemuk
Tabel 3. Rataan Bobot Badan Domba Ekor Gemuk pada Umur yang Berbeda
Umur Bobot Badan (kg)
I0 18,74±6,05 (n=52)
I1 17,94±5,71 (n=30)
Rataan Umum 18,45±5,91
Keterangan : n menunjukkan jumlah sampel (ekor)
Rataan bobot badan Domba Ekor Gemuk pada umur I0 maupun I1 tidak
berbeda nyata (P>0,05). Domba Ekor Gemuk mempunyai rataan umum bobot badan
sebesar 18,45 kg/ekor dengan kisaran antara 17,94-18,74 kg/ekor. Data
memperlihatkan terjadinya penurunan rataan bobot badan pada Domba Ekor Gemuk.
Perbedaan bobot badan ini mungkin disebabkan oleh kondisi tubuh saat ternak
ditimbang. Perbedaan kondisi tubuh antara lain dipengaruhi oleh laju pertumbuhan,
sebagaimana dinyatakan oleh Judge et al. (1989) bahwa komposisi tubuh antara lain
dipengaruhi oleh laju pertumbuhan. Diperkirakan pada laju pertumbuhan yang
berbeda, pertumbuhan tulang karkas tidak berbeda, sedangkan pertumbuhan daging
dan lemak karkas berbeda (Rianto et al., 2006). Natasasmita (1979) menambahkan
bahwa pakan sangat penting diperlukan untuk kebutuhan hidup pokok dan
pertumbuhan ternak, sehingga harus mengandung gizi dan selalu tersedia. Pakan
yang diberikan pada umumnya berupa hijauan; tetapi pada saat ketersediaan hijauan
berkurang, maka perlu diberikan penambahan pakan penguat seperti konsentrat.
Peningkatan sedikit saja ukuran tubuh akan menyebabkan peningkatan yang
proporsional dari bobot badan, karena bobot badan merupakan fungsi dari volume
tubuh. Fourie et al. (2002) menyatakan bentuk dan ukuran tubuh ternak dapat
dideskripsikan dengan menggunakan ukuran permukaan tubuh dan penilaian visual
pada ternak. Panjang badan dan lingkar dada Domba Ekor Gemuk (DEG) pada umur
berbeda disajikan pada Tabel 4.
Page 33
21
Tabel 4. Rataan Lingkar Dada dan Panjang Badan Domba Ekor Gemuk pada Umur
yang Berbeda
Peubah I0 (n=52) I1 (n=30) Rataan Umum (n=82)
---------------------------------- cm -------------------------------
Lingkar Dada 58,17±4,86 60,33±5,83 58,96±5,3
Panjang Badan 48,85±4,68 48,9±4,77 48,87±4,68
Keterangan: n menunjukkan jumlah sampel (ekor)
Rataan lingkar dada DEG pada umur I0 maupun I1 tidak berbeda nyata
(P>0,05). Berdasarkan Tabel 4, DEG mempunyai rataan umum lingkar dada sebesar
58,96 cm/ekor dengan kisaran antara 58,17-60,33 cm/ekor. Hal yang sama juga
terjadi pada rataan panjang badan DEG pada umur I0 maupun I1 tidak berbeda nyata
(P>0,05). Banyak faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh diantaranya pakan dan
jenis kelamin. Pakan yang diberikan pada penelitian ini adalah ad libitum
disesuaikan dengan takaran tempat pakan yang ada, sementara itu kandang berbentuk
koloni, sehingga memungkinkan sebagian domba tidak mendapatkan pakan seuai
kebutuhannya.
Ukuran tubuh bertambah seiring dengan bertambahnya umur, namun
demikian ukuran tubuh ternak juga dipengaruhi kandungan gizi dan jenis kelamin.
Berdasarkan Tabel 4, DEG mempunyai rataan umum panjang badan sebesar 48,87
cm/ekor dengan kisaran antara 48,85-48,9 cm/ekor. Hasil ini menandakan bahwa
panjang badan Domba Ekor Gemuk umur I0 hingga umur I1 tidak berbeda nyata
(P>0,05). Menurut Aberle et al. (2001), ukuran tubuh seperti lingkar dada dan
panjang badan mengalami pertumbuhan. Pada waktu kecepatan pertumbuhan
mendekati konstan, slope kurva pertumbuhan hampir tidak berubah. Dalam hal ini,
pertumbuhan otot, tulang dan organ-organ penting mulai berhenti, sedangkan
penggemukkan (fattening) mulai dipercepat. Ukuran-ukuran tubuh seperti panjang
badan dan lingkar dada mempunyai kecepatan pertumbuhan atau perkembangan
yang berbeda-beda (Salamena, 2006). Rataan bobot badan Domba Ekor Tipis yang
telah dikelompokkan menjadi dua umur, disajikan pada Tabel 5.
Page 34
22
Domba Ekor Tipis
Tabel 5. Rataan Bobot Badan Domba Ekor Tipis pada Umur yang Berbeda
Umur Bobot Badan (kg)
I0 15,32±5,44 (n=113)A
I1 23,91±6,56 (n=21)B
Rataan Umum 16,67±6,42
Keterangan : n menunjukkan jumlah sampel (ekor). Superscript dengan huruf besar yang berbeda
pada kolom yang sama menunjukkan hasil sangat berbeda nyata (P<0,01)
Berbeda dengan Domba Ekor Gemuk, pada Domba Ekor Tipis bobot badan
umur I0 dan I1 berbeda sangat nyata (masak dini). Hal tersebut ditunjukkan oleh
bobot badan Domba Ekor Tipis umur I1 yang nyata lebih tinggi dibandingkan Domba
Ekor Tipis umur I0 (P<0,01). Domba Ekor Tipis umur I0 memiliki rataan bobot badan
15,32 kg/ekor sedangkan pada umur I1, rataan bobot badan Domba Ekor Tipis
mencapai 23,91 kg/ekor. Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
peningkatan bobot badan pada domba. Meningkatnya umur berkorelasi dengan
meningkatnya bobot badan, namun pertumbuhan akan terhenti pada umur tertentu
sehingga bobot badan tidak akan meningkat kembali.
Hasil ini sesuai dengan apa yang dikatakan Tillman et al. (1984) bahwa
pertumbuhan ternak terdiri atas tahap cepat yang terjadi mulai awal sampai pubertas
dan tahap lambat yang terjadi pada saat kedewasaan tubuh telah tercapai. Bobot
badan yang berbeda disebabkan domba mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya konsumsi pakan. Makanan adalah
salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Bobot badan juga dipengaruhi
oleh manajemen dan lingkungan pemeliharaan serta pemberian pakan yang
diberikan, sesuai dengan yang diungkapkan oleh Aberle et al. (2001) dan Williams
(1982).
Tampak bahwa kelompok Domba Ekor Tipis memiliki bobot badan yang
lebih besar dibandingkan Domba Ekor Gemuk, sehingga dapat dikatakan bangsa
domba dapat mempengaruhi ukuran bobot badan. Panjang badan dan lingkar dada
Domba Ekor Tipis (DET) pada umur berbeda disajikan pada Tabel 6.
Page 35
23
Tabel 6. Rataan Lingkar Dada dan Panjang Badan Domba Ekor Tipis pada Umur
yang Berbeda
Peubah I0 (n=113) I1 (n=21) Rataan Umum (n=134)
----------------------------- cm --------------------------
Lingkar Dada 56,15±6,89A 65,62±6,69
B 57,64±7,66
Panjang Badan 46,65±4,92A 51,71±4,75
B 47,44±5,21
Keterangan: n menunjukkan jumlah sampel (ekor). Superscript dengan huruf besar yang berbeda
pada baris yang sama menunjukkan hasil sangat berbeda nyata (P<0,01)
Perbedaan umur berpengaruh nyata terhadap rataan lingkar dada dan panjang
badan Domba Ekor Tipis (P<0,01). Rataan lingkar dada DET pada umur I1 sangat
nyata lebih tinggi dibandingkan pada umur I0. Hal demikian terjadi pula pada rataan
panjang badan DET pada umur I0 maupun I1. Rataan panjang badan DET pada umur
I1 nyata lebih tinggi dibandingkan pada umur I0. Hasil ini memiliki arti lingkar dada
dan panjang badan dapat dijadikan kriteria dalam menentukan bobot badan DET
pada umur I0 dan I1. Penelitian sebelumnya menyatakan lingkar dada dan panjang
badan mempunyai korelasi yang erat dengan bobot badan domba, sehingga erat
hubungannya dengan pertumbuhan. Diwyanto (1982) dan Amri (1992)
menambahkan semakin cepat laju pertumbuhan, menyebabkan ukuran tubuh linear
seperti lingkar dada dan panjang badan meningkat. Hal ini pula yang mendasari
konsep pertumbuhan yaitu ke arah samping (Manggung, 1979).
Ukuran tubuh seperti lingkar dada dan panjang badan masih dapat mengalami
pertumbuhan selama belum mendekati pertumbuhan konstan. Pertumbuhan
merupakan terjadinya perubahan ukuran tubuh dalam suatu organisme sebelum
mencapai dewasa, sedangkan perkembangan adalah produk hasil perbedaan
pertumbuhan dari masing-masing bagian tubuh dari suatu organisme. Selain umur,
lingkar dada dan panjang badan merupakan karakter tubuh yang dapat dipengaruhi
oleh genetik ternak. Bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh seperti panjang badan
dan lingkar dada merupakan karakter kuantitatif (Salamena, 2006). Selanjutnya
Noor (2004) menyatakan karakter atau sifat kuantitatif dikontrol oleh banyak gen
yang aksinya bersifat aditif, sehingga terdapat kemungkinan bobot badan
dipengaruhi oleh gen dari ukuran tubuh lain seperti panjang badan dan lingkar dada.
Page 36
24
Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Ukuran Tubuh Menggunakan
Persamaan Regresi Linear
Pada umumnya, bobot badan domba akan mencerminkan bobot karkas yang
dihasilkan dan menjadi salah satu parameter penting untuk menentukan kebutuhan
pakan serta nilai jual domba. Metode pengukuran bobot badan dapat dilakukan
dengan pendugaan yang umumnya dilakukan melalui ukuran-ukuran tubuh ternak,
misalnya melalui lingkar dada dan panjang badan.
Domba Ekor Gemuk
Tabel 7 memperlihatkan pendugaan bobot badan melalui parameter ukuran
tubuh Domba Ekor Gemuk (DEG) umur I0.
Tabel 7. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Gemuk Umur I0
Ukuran Persamaan R2
Nilai Korelasi
Lingkar Dada – Bobot Badan y = 1,152x-48,29
y = 0,984x-29,35
0,857
0,578
0,926**
0,761** Panjang Badan – Bobot Badan
Keterangan: x=lingkar dada/panjang badan, y=bobot badan
Tabel 7 menunjukkan adanya hubungan sangat erat antara lingkar dada dan
bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini
dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 1,152x-48,29 dengan koefisien
korelasi (r) sebesar 0,926 dan koefisien determinasi 0,857. Hal tersebut memiliki
pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran lingkar dada (x), maka akan terjadi
peningkatan bobot badan (y) sebesar 1,152 satuan dan sekitar 85,7% kesesuaian
model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu lingkar
dada dan bobot badan, sedangkan 14,3% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif
pada koefisien korelasi dari persamaan lingkar dada terhadap bobot badan
mengartikan bahwa semakin meningkat lingkar dada akan meningkatkan bobot
badan (Gambar 7). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka lingkar dada dapat
dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Gemuk umur I0.
Page 37
25
Gambar 7. Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot Badan
Domba Ekor Gemuk Umur I0
Hubungan sangat erat ditunjukkan pula antara panjang dan bobot badan yang
memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam
persamaan regresi linear y = 0,984x-29,35 dengan koefisien korelasi (r) sebesar
0,761 dan koefisien determinasi 0,578. Hal tersebut memiliki pengertian setiap
kenaikan satu satuan ukuran panjang badan (x), maka akan terjadi peningkatan bobot
badan (y) sebesar 0,984 satuan dan sekitar 57,8% kesesuaian model dapat
menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu panjang badan dan
bobot badan, sedangkan 42,2% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif pada
koefisien korelasi dari persamaan panjang badan terhadap bobot badan mengartikan
bahwa semakin meningkat panjang badan akan meningkatkan bobot badan
(Gambar 8). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka panjang badan dapat
dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Gemuk umur I0. Koefisien
korelasi dan koefisien determinasi (R2) Domba Ekor Gemuk umur I0 yang diukur
tertera pada Tabel 7.
y = 1.152x - 48.29
R² = 0.857
8
13
18
23
28
33
50 55 60 65 70
Bo
bo
t B
adan
(kg
)
Lingkar Dada (cm)
Page 38
26
Gambar 8. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot Badan
Domba Ekor Gemuk Umur I0
Setiap komponen tubuh mempunyai kecepatan pertumbuhan atau
perkembangan yang berbeda, karena pengaruh genetik maupun lingkungan, namun
dapat berkorelasi satu sama lain. Doho (1994) mengemukakan bahwa korelasi yang
erat antara bobot badan dan setiap ukuran tubuh merupakan perwujudan dari adanya
proses pertumbuhan yang terjadi pada hewan tersebut, karena untuk menjaga
keseimbangan biologis, maka setiap pertumbuhan komponen-komponen tubuh akan
diiikuti dengan meningkatnya ukuran-ukuran tubuh. Tabel 8 memperlihatkan
pendugaan bobot badan melalui parameter ukuran tubuh Domba Ekor Gemuk (DEG)
umur I1.
Tabel 8. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Gemuk Umur I1
Ukuran Persamaan R2 Nilai Korelasi
Lingkar Dada – Bobot Badan y = 0,916x-37,35 0,875 0,935**
Panjang Badan – Bobot Badan y = 1,051x-33,47 0,772 0,879**
Keterangan: x=lingkar dada/panjang badan, y=bobot badan
y = 0.984x - 29.35
R² = 0.578
8
13
18
23
28
33
40 45 50 55 60
Bo
bo
t B
adan
(kg
)
Panjang Badan (cm)
Page 39
27
Tabel 8 menunjukkan adanya hubungan sangat erat antara lingkar dada dan
bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini
dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 0,916x-37,35 dengan koefisien
korelasi (r) sebesar 0,935 dan koefisien determinasi 0,875. Hal tersebut memiliki
pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran lingkar dada (x), maka akan terjadi
peningkatan bobot badan (y) sebesar 0,916 satuan dan sekitar 87,5% kesesuaian
model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu lingkar
dada dan bobot badan, sedangkan 12,5% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif
pada koefisien korelasi dari persamaan lingkar dada terhadap bobot badan
mengartikan bahwa semakin meningkat lingkar dada akan meningkatkan bobot
badan (Gambar 9). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka lingkar dada dapat
dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Gemuk umur I1.
Gambar 9. Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot Badan
Domba Ekor Gemuk Umur I1
Hubungan sangat erat ditunjukkan pula antara panjang dan bobot badan yang
memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam
persamaan regresi linear y = 1,051x-33,47 dengan koefisien korelasi (r) sebesar
0,879 dan koefisien determinasi 0,772. Hal tersebut memiliki pengertian setiap
kenaikan satu satuan ukuran panjang badan (x), maka akan terjadi peningkatan bobot
y = 0.916x - 37.35
R² = 0.875
9
14
19
24
29
50 55 60 65 70 75
Bo
bo
t B
adan
(kg
)
Lingkar Dada (cm)
Page 40
28
badan (y) sebesar 1,051 satuan dan sekitar 77,2% kesesuaian model dapat
menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu panjang badan dan
bobot badan, sedangkan 22,8% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif pada
koefisien korelasi dari persamaan panjang badan terhadap bobot badan mengartikan
bahwa semakin meningkat panjang badan akan meningkatkan bobot badan
(Gambar 10). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka panjang badan dapat
dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Gemuk umur I1. Koefisien
korelasi dan koefisien determinasi (R2) Domba Ekor Gemuk umur I1 yang diukur
tertera pada Tabel 8.
Gambar 10. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot Badan
Domba Ekor Gemuk Umur I1
Nilai korelasi ukuran tubuh Domba Ekor Gemuk umur I1 pada umumnya
lebih tinggi dari I0, dengan kata lain Domba Ekor Gemuk umur I1 umumnya
memiliki hubungan yang lebih erat pada masing-masing ukuran tubuh dibandingkan
Domba Ekor Gemuk umur I0. Koefisien korelasi mempunyai nilai -1 hingga +1.
Nilai -1 menunjukkan adanya hubungan yang sempurna namun bersifat terbalik atau
berlawanan (negatif) antara masing-masing variabel, sedangkan hubungan +1
y = 1.051x - 33.47
R² = 0.772
9
14
19
24
29
41 46 51 56 61
Bo
bo
t B
adan
(kg
)
Panjang Badan (cm)
Page 41
29
menyatakan adanya hubungan sempurna positif antara masing-masing variabel.
Koefisien korelasi bernilai sempurna positif mempunyai makna jika nilai X naik,
maka Y juga naik, sedangkan koefisien korelasi bernilai sempurna negatif jika nilai
X naik, maka Y akan turun atau sebaliknya. Hal serupa juga dinyatakan oleh
Nurhayati (2004) bahwa terdapat korelasi positif antara bobot badan dan panjang
badan.
Domba Ekor Tipis
Tabel 9 memperlihatkan pendugaan bobot badan melalui parameter ukuran
tubuh Domba Ekor Tipis (DET) umur I0.
Tabel 9. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Tipis Umur I0
Ukuran Persamaan R2 Nilai Korelasi
Lingkar Dada – Bobot Badan y = 0,748x-26,72 0,901 0,949**
Panjang Badan – Bobot Badan y = 0,838x-23,81 0,575 0,759**
Keterangan: x=lingkar dada/panjang badan, y=bobot badan
Tabel 9 menunjukkan adanya hubungan sangat erat antara lingkar dada dan
bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini
dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 0,748x-26,72 dengan koefisien
korelasi (r) sebesar 0,949 dan koefisien determinasi 0,901. Hal tersebut memiliki
pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran lingkar dada (x), maka akan terjadi
peningkatan bobot badan (y) sebesar 0,748 satuan dan sekitar 90,1% kesesuaian
model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu lingkar
dada dan bobot badan, sedangkan 9,9% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif
pada koefisien korelasi dari persamaan lingkar dada terhadap bobot badan
mengartikan bahwa semakin meningkat lingkar dada akan meningkatkan bobot
badan (Gambar 11). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka lingkar dada dapat
dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Tipis umur I0.
Page 42
30
Gambar 11 Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot Badan
Domba Ekor Tipis Umur I0
Hubungan sangat erat ditunjukkan pula antara panjang dan bobot badan yang
memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam
persamaan regresi linear y = 0,838x-23,81 dengan koefisien korelasi (r) sebesar
0,759 dan koefisien determinasi 0,575. Hal tersebut memiliki pengertian setiap
kenaikan satu satuan ukuran panjang badan (x), maka akan terjadi peningkatan bobot
badan (y) sebesar 0,838 satuan dan sekitar 57,5% kesesuaian model dapat
menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu panjang badan dan
bobot badan, sedangkan 42,5% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif pada
koefisien korelasi dari persamaan panjang badan terhadap bobot badan mengartikan
bahwa semakin meningkat panjang badan akan meningkatkan bobot badan
(Gambar 12). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka panjang badan dapat
dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Tipis umur I0. Koefisien
korelasi dan koefisien determinasi (R2) Domba Ekor Tipis umur I0 yang diukur
tertera pada Tabel 9.
y = 0.748x - 26.72
R² = 0.901
6
11
16
21
26
31
36
41 46 51 56 61 66 71 76
Bo
bo
t B
adan
(kg
)
Lingkar Dada (cm)
Page 43
31
Gambar 12. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot Badan
Domba Ekor Tipis Umur I0
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan perbedaan nilai ukuran tubuh
ternak ialah bangsa ternak, kemampuan individu ternak saat tumbuh dan manajemen
pemeliharaan termasuk di dalamnya pemberian dan konsumsi pakan. Tumbuh
kembang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pakan dan manajemen
(Aberle et al., 2001). Selanjutnya dinyatakan Cole (1982), laju pertumbuhan setelah
lepas sapih ditentukan oleh potensi pertumbuhan dari masing-masing individu
ternak. Potensi pertumbuhan dalam periode lepas sapih juga dipengaruhi oleh faktor
bangsa. Perbedaan bangsa memberikan keragaman dalam kecepatan pertumbuhan
dan komposisi tubuh. Ternak dari satu bangsa tertentu cenderung tumbuh dan
berkembang dalam suatu sifat yang khas, yang mencerminkan kekhasan bangsanya
(Aberle et al., 2001). Tabel 10 memperlihatkan pendugaan bobot badan melalui
parameter ukuran tubuh Domba Ekor Tipis (DET) umur I1.
y = 0.838x - 23.81
R² = 0.575
5
10
15
20
25
30
35
37 42 47 52 57 62
Bo
bo
t B
adan
(kg
)
Panjang Badan (cm)
Page 44
32
Tabel 10. Persamaan Regresi Linear pada Domba Ekor Tipis Umur I1
Ukuran Persamaan R2 Nilai Korelasi
Lingkar Dada – Bobot Badan y = 0,904x-35,45 0,852 0,923**
Panjang Badan – Bobot Badan y = 1,040x-29,89 0,566 0,753**
Keterangan: x=lingkar dada/panjang badan, y=bobot badan
Tabel 10 menunjukkan adanya hubungan sangat erat antara lingkar dada dan
bobot badan yang memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini
dinyatakan dalam persamaan regresi linear y = 0,904x-35,45 dengan koefisien
korelasi (r) sebesar 0,923 dan koefisien determinasi 0,852. Hal tersebut memiliki
pengertian setiap kenaikan satu satuan ukuran lingkar dada (x), maka akan terjadi
peningkatan bobot badan (y) sebesar 0,904 satuan dan sekitar 85,2% kesesuaian
model dapat menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu lingkar
dada dan bobot badan, sedangkan 14,8% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif
pada koefisien korelasi dari persamaan lingkar dada terhadap bobot badan
mengartikan bahwa semakin meningkat lingkar dada akan meningkatkan bobot
badan (Gambar 13). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka lingkar dada dapat
dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Tipis umur I1.
Gambar 13. Persamaan Regresi Linear antara Lingkar Dada terhadap Bobot Badan
Domba Ekor Tipis Umur I1
y = 0.904x - 35.45
R² = 0.852
9
14
19
24
29
34
39
48 53 58 63 68 73
Bo
bo
t B
adan
(kg
)
Lingkar Dada (cm)
Page 45
33
Hubungan sangat erat ditunjukkan pula antara panjang dan bobot badan yang
memiliki korelasi positif (P<0,01). Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam
persamaan regresi linear y = 1,040x-29,89 dengan koefisien korelasi (r) sebesar
0,753 dan koefisien determinasi 0,566. Hal tersebut memiliki pengertian setiap
kenaikan satu satuan ukuran panjang badan (x), maka akan terjadi peningkatan bobot
badan (y) sebesar 1,040 satuan dan sekitar 56,6% kesesuaian model dapat
menjelaskan adanya hubungan antara peubah yang diamati yaitu panjang badan dan
bobot badan, sedangkan 43,4% dipengaruhi oleh faktor lain. Nilai positif pada
koefisien korelasi dari persamaan panjang badan terhadap bobot badan mengartikan
bahwa semakin meningkat panjang badan akan meningkatkan bobot badan
(Gambar 14). Berdasarkan keeratan hubungan ini, maka panjang badan dapat
dijadikan sebagai penduga bobot badan pada Domba Ekor Tipis umur I1. Koefisien
korelasi dan koefisien determinasi (R2) Domba Ekor Tipis umur I1 yang diukur
tertera pada Tabel 10.
Gambar 14. Persamaan Regresi Linear antara Panjang Badan terhadap Bobot Badan
Domba Ekor Tipis umur I1
Fourie et al. (2002) menyatakan bahwa lingkar dada dan panjang badan
mempunyai pengaruh besar terhadap bobot badan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa
y = 1.040x - 29.89
R² = 0.566
9
14
19
24
29
34
39
41 46 51 56 61
Bo
bo
t B
adan
(kg
)
Panjang Badan (cm)
Page 46
34
korelasi positif ditemukan antara lingkar dada dan tingkat pertumbuhan yang
mengindikasikan bahwa seleksi pada lingkar dada menjadi petunjuk kecepatan
pertumbuhan pada ternak. Darmadi (2004) menambahkan bahwa pada umumnya
lingkar dada lebih mempengaruhi bobot badan dibandingkan panjang badan yang
mempengaruhinya.
Uji Keakuratan
Uji keakuratan perlu dilakukan untuk mengetahui keakuratan rumus
pendugaan terhadap ukuran tubuh domba yang sebenarnya. Pengujian dilakukan
dengan menggunakan ukuran bobot hidup dan lingkar dada yang dimasukkan ke
dalam pengolahan data persamaan tersebut. Pengujian keakuratan disajikan pada
Tabel 11 dan 12.
Tabel 11. Hasil Pengujian Rumus Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Lingkar
Dada
Bangsa
Domba Umur
Ukuran Sebenarnya BB Dugaan
(kg/ekor)
Ketelitian
(%) LD (cm) BB (kg/ekor)
DEG
I0
60 26,5 20,83 78,6 %
61 25,5 21,98 86,2%
64 29 25,44 87,7%
61 26 21,98 84,5%
62 23,5 23,13 98,4%
Rataan 87,1%
I1
72 31,75 28,6 90,1%
64 26 21,27 81,8%
56 17,2 13,95 81,1%
56 16,8 13,95 83%
59 16,8 16,69 99,3%
Rataan 72,1%
DET
I0
56 15,3 15,17 99,2%
55 14,95 14,42 96,5%
44 6,9 6,19 89,7%
48 9,4 9,18 97,7%
51 11,8 11,43 96,9%
Rataan 96%
I1
58 18,85 16,98 90,1%
49 10,75 8,85 82,3%
71 31 28,73 92,7%
74 38 31,45 82,8%
63 25 21,5 86%
Rataan 71,3% Keterangan : LD = Lingkar Dada; BB = Bobot Badan; BB Dugaan = Bobot Badan yang diduga
menggunakan persamaan regresi
Page 47
35
Tabel 12. Hasil Pengujian Rumus Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan Panjang
Badan
Bangsa
Domba Umur
Ukuran Sebenarnya BB Dugaan
(kg/ekor)
Ketelitian
(%) PB (cm) BB (kg/ekor)
DEG
I0
44,5 26,5 14,44 54,5 %
42,5 13 12,47 95,9%
49 25,5 18,87 74%
53 30 22,8 76%
51 26 20,83 80,1%
Rataan 76,1%
I1
52,5 27,5 21,71 78,9%
56,5 28,5 25,91 90,9%
47 23,5 15,93 67,8%
42 13,5 10,67 79%
43 12,1 11,72 96,9%
Rataan 82,7%
DET
I0
53 20,95 20,6 98,3%
45 13,9 13,9 100%
49 17,9 17,25 96,4%
41 10,8 10,55 97,7%
43 12,4 12,22 98,6%
Rataan 98,2%
I1
42 17 13,79 81,1%
48 20,1 20,03 99,7%
53,5 31 25,75 83,1%
57 34 29,39 86,4%
60 38 32,51 85,6%
Rataan 87,2% Keterangan : PB = Panjang Badan; BB = Bobot Badan; BB Dugaan = Bobot Badan yang diduga
menggunakan persamaan regresi
Berdasarkan Tabel 11 dan 12, diperoleh persentase ketelitian pengujian
rumus relatif cukup tinggi karena lebih dari 70%, sehingga persamaan ini cukup
akurat untuk digunakan sebagai penduga bobot badan DEG dan DET pada masing-
masing umur di kecamatan tersebut. Rumus penduga melalui persamaan regresi ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat dengan kepemilikan alat ukur yang
kurang memadai agar memudahkan dalam menentukan bobot hidup dan menseleksi
domba tanpa harus menimbang satu persatu. Masyarakat cukup hanya menggunakan
pita atau tongkat ukur yang ada di pasaran untuk menduga bobot badan ternak domba
di Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea.
Page 48
36
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penentuan bobot badan dapat menggunakan persamaan regresi dengan
menggunakan lingkar dada (LD) dan panjang badan (PB), yaitu BB = 1,152 LD -
48,29 (R2 = 0,857; KK = 0,926) dan BB = 0,984 PB – 29,35 (R
2 = 0,578; KK =
0,761) untuk Domba Ekor Gemuk umur I0, sedangkan pada Domba Ekor Gemuk
umur I1, persamaan penduga masing-masing ukuran tubuh yaitu BB = 0,916 LD –
37,35 (R2 = 0,875; KK = 0,935) dan BB = 1,051 PB – 33,47 (R
2 = 0,772; KK =
0,879). Domba Ekor Tipis umur I0 memiliki pola hubungan yang diperlihatkan
dengan persamaan BB = 0,748 LD – 26,72 (R2 = 0,901; KK = 0,949) dan BB = 0,838
PB – 23,81 (R2 = 0,575; KK = 0,759), sedangkan pada Domba Ekor Tipis umur I1,
rumus prediksi masing-masing ukuran tubuh yaitu BB = 0,904 LD – 35,45 (R2 =
0,852; KK = 0,923) dan BB = 1,040 PB – 29,89 (R2 = 0,566; KK = 0,753).
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ukuran tubuh lain yang
dapat dijadikan variabel penduga bobot badan pada ternak domba. Peternak
diharapkan lebih memperhatikan manajemen pemeliharaan dan perlu melakukan
pencatatan produksi.
Page 49
37
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, segala puji dan syukur tak terhingga
Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT berkat pertolongan dari-Nya, Penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh umatnya
yang istiqomah dalam Iman dan Islam hingga akhir hayatnya. Penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada Ibu Ir. Hj. Komariah, M.Si. sebagai dosen pembimbing
utama dan Bapak Muhamad Baihaqi, S.Pt. M.Sc. sebagai dosen pembimbing anggota
atas segala kesabaran, pengertian dan bimbingannya sejak penyusunan proposal
hingga penulisan skripsi ini. Ibu Ir. Henny Nuraini, M.Si. sebagai dosen pembimbing
akademik, terimakasih atas bimbingan studi selama menjalankan kegiatan akademik
di Fapet IPB.
Penulis menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas kerjasama dari
Mas Budi, Mas Afnan dan Mas Amrul beserta tim MT Farm, Kang Tedi dan
Mba’Umi, S.Pt. beserta tim SR Farm dan Ust.Romli dan Mas Tri beserta tim UD.
Berkah juga tim peneliti bimbingan Ibu Komariah, Aslimah, Desti Astuti dan Latifah
Hanum yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membantu selama penelitian
berlangsung serta atas informasi berharga terkait kondisi peternakan masng-masing.
Ucapan terima kasih Penulis sampaikan pula kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Cece
Sumantri, M.Agr.Sc dan Ibu Ir. Widya Hermana, M.Si. sebagai dosen penguji dalam
ujian sidang, yang telah mengkritik, memberikan sumbangan pemikiran dan masukan
dalam penulisan skripsi ini.
Ibunda dan Ayahanda yang Penulis sangat sayangi dan banggakan,
terimakasih atas segala curahan dan kasih sayang, perhatian, pengorbanan, dukungan
dan doa terbaik kepada Penulis hingga saat ini. Adik penulis yang kedua Deasy Lina
Tsuraya beserta suaminya Ayatullah Nainggolan, S.Pd. dan adik bungsu penulis
Fahmi Irfan Dzaki, terimakasih atas segala motivasi dan doanya. Seseorang yang
ikhlas mendoakan dan memotivasi, Brillian Desca. Kepada Ust. Drs. E. Syamsudin
beserta keluarga dan Mas Wasis Wiseso, S.Pt. beserta keluarga, terimakasih atas
segala perhatian dan taushiyyahnya. Kepada sahabat IPTP43, Asrama Masjid dan
LDK Al Hurriyyah, Puskomda Pribar, Asisten PAI, Itsar Networking, Kosan Al
Izzah, Palem, As Shaff, Batu dan Forhuman serta kepada semua pihak yang tidak
dapat Penulis sebutkan satu per satu, semoga Allah memberikan balasan kebaikan
kepada kalian semua. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya. Amiin.
Page 50
38
DAFTAR PUSTAKA
Aberle E. D., J. C. Forrest, D. E. Gerrard, E. W. Mills, H. B. Hendrick, M. D. Judge
& R. A. Merkel. 2001. Principles of Meat Science. 4th
Edit. Kendall/Hunt
Publishing Co., Iowa.
Amri, U. 1992. Beberapa ukuran tubuh sebagai penduga bobot karkas pada ternak
domba lokal. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Apriliyani, I. N. 2007. Penampilan produksi dan pendugaan bobot hidup berdasarkan
ukuran linear tubuh sapi lokal dan sapi persilangan. Skripsi. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Klas I Darmaga
Bogor. 2010. Data Curah Hujan Kabupaten Bogor.
http://www.bmg.go.id/data.bmkg?Jenis=Teks&IDS=3449599169746188273.
[8 Juli 2011]
Brody, S. 1945. Bioenergetics and Growth. Reinhold Publishing Co., Inc., New
York.
Cam, M. A., M. Olfaz & E. Soydan. 2010. Possibilities of using morphometrics
characteristics as a tool for body weight prediction in Turkish Hair Goats
(Kilkeci). Asian Journal of Animal and Veterinary Advances 5 (1): 52-59.
Cole, V. G. 1982. Beef Cattle Production Guide. NSWUP Ed. Parramatta, New
South Wales: Mac Arthur Press.
Coleman, S.W. & B.C. Evans, 1985. Effect of nutrition of age and size on
compensatory growth in two breeds of steers. Journal Animal Science 63:
1968-1982.
Darmadi, D. 2004. Produktivitas Domba Garut tipe daging di dua desa yang berbeda
ketinggian tempat di Kabupaten Garut. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Devendra, C & G. B. McLeroy. 1982. Goat and Sheep Production in The Tropics.
Longman Group Limited, London.
Devendra, C. & G. B. McLeroy. 1992. Sheep Breeds. Dalam : C. Devendra & G. B.
McLeroy (Editor). Goat and Sheep Production in the Tropic. ELBS Longman
Group Ltd, London.
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. 2009. Statistik Peternakan.
http://disnakan.bogorkab.go.id/index.php?option=com_content&task=view&i
d =175&Itemid=311 [8 Juni 2011]
Direktorat Jenderal Peternakan. 2009. Statistik Peternakan 2009. Departemen
Pertanian, Jakarta.
Diwyanto, K. 1982. Pengamatan fenotip Domba Priangan serta hubungan antara
beberapa ukuran tubuh dengan bobot badan. Tesis. Program Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Page 51
39
Doho, S. R. 1994. Parameter fenotipik beberapa sifat kualitatif dan kuantitatif pada
Domba Ekor Gemuk. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Fourie, P. J., F. W. C. Neser, J. J. Oliver & C. Van Der Weathuizen. 2002.
Relationship between production performance, visual appraisal and body
measurements of young Dorper Rams. South African Journal of Animal
Science 32 : 256-262.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Terjemahan : B.
Srigandono dan Koen Praseno. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Google Maps. 2011. Peta Satelit Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea.
http://maps.google.com/peta+satelit+desa+tegalwaru+kecamatan+ciampea
[5 Agustus 2011].
Haerudin. 2009. Laporan penyelenggaraan pemerintahan desa Kepala Desa
Tegalwaru Kecamatan Ciampea, Bogor.
Iniguez, L., M. Sanhez & S. P. Ginting. 1991. Productivity of Sumatran Sheep in a
system integrated with rubber plantation. Small Ruminant Research 5 : 303-
307.
Jamal, M. K. 2007. Pendugaan bobot badan melalui ukuran-ukuran tubuh dengan
pendekatan analisis regresi best-subset pada Domba Garut tipe tangkas,
pedaging dan persilangannya. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Jimmy, S., M. David, K. R. Donald & M. Dennis. 2010. Variability in body
morphometric measurements and their application in predicting live body
weight of Mubende and Small East African Goat breeds in Uganda. Middle-
East Journal of Scientific Research 5 (2): 98-105.
Judge, M. D., E. D. Aberle, J. C. Forest, H. B. Hedrick & R. A. Merkel. 1989.
Principles of Meat Science. Kendal Hunt Publishing Company, Dubuque.
Kamalzadeh, A., W. J. Koops & J. van Bruchem, 1998. Feed quality restriction and
compensatory growth in growing sheep: modelling changes in both
dimensions. Livestock Production Science 53: 57-67.
Laidding, A. R. 1996. Hubungan berat badan dan lingkar dada dengan beberapa sifat
ekonomi penting pada Sapi Bali. Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan
Universitas Hassanudin IV (10) : 127-133.
Lincoln, G. A. 1985. Seasonal breeding in deer. In: Biology of deer production (Eds.
P.F. Fennessy & K.R. Drew). The Royal Society of New Zealand Bulletin
22:165-179.
Ludgate, P. J., 1989. Kumpulan peragaan dalam rangka penelitian ternak kambing
dan domba di pedesaan. Cetakan kedua. Small Ruminant Collaborative
Research Support Program. Balitnak. Departemen Pertanian, Bogor.
Manggung, R. I. R. 1979. Pendugaan bobot hidup dan bobot karkas Sapi Bali
berdasarkan pengukuran morfologi. Tesis. Program Pascasarjana. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Page 52
40
Martojo, H. 1990. Peningkatan Mutu Genetik Ternak. Pusat Antar Universitas
Bioteknologi Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mason, I. L. 1980. Profilic Tropical Sheep. Food and Agricultural Organization of
The United Nations, Rome.
Mathius, W. B., B. Haryanto & I. W. R. Susana. 1998. Studi strategi kebutuhan
energi protein untuk domba lokal: Dua tingkat energi-protein ransum, atas
jumlah foetus. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Departemen
Pertanian, Bogor.
Mulliadi, D. 1996. Sifat fenotipik Domba Priangan di Kabupaten Pandeglang dan
Garut. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mulyaningsih, N. 1990. Domba Garut sebagai sumber plasma nutfah ternak. Plasma
Nutfah Hewan Indonesia. Komisi Pelestarian Plasma Nutfah Indonesia. 42-
49.
Mulyaningsih, T. 2006. Penampilan Domba Ekor Tipis jantan yang digemukkan
dengan beberapa imbangan konsentrat dan rumput gajah (Pennisetum
purpureum). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Munier, F. F., D. Bulo, Syafruddin & Femmi N. F. 2003. Pertambahan bobot badan
Domba Ekor Gemuk (DEG) yang dipelihara secara semi-intensif. Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan Departemen Pertanian, Bogor.
Natasasmita, A. 1979. Body composition of Swamp Buffalo (Bubalus bubalis). A
study of developmental growth and sex differences. Thesis. University of
Melbourne, Australia.
Noor, R. R. 2004. Genetika Ternak. Edisi ke 3. Penebar Swadaya, Jakarta.
Nurhayati. 2004. Penampilan pertumbuhan Domba Priangan di Kabupaten Garut.
Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
Pesmen, G. & M. Yardimci. 2008. Estimating the live weight using some body
measurements in Saanen Goats. Archiva Zootechnica 11 (4) : 30-40.
Rianto, E., E. Lindasari, E. Purbowati. 2006. Pertumbuhan dan komponen fisik
karkas Domba Ekor Tipis jantan yang mendapat dedak padi dengan aras
berbeda. Journal Animal Production 8 (1) : 29-33.
Rizal, Y. 2000. Respon ayam broiler terhadap penggantian sebagian bungkil kedelai
dengan bungkil inti sawit dalam ransum. Jurnal Peternakan dan Lingkungan
(6) 1 : 15 – 20
Salamena, J. F. 2006. Karakteristik fenotipik Domba Kisar di Kabupaten Maluku
Tenggara Barat Provinsi Maluku sebagai langkah awal konservasi dan
pengembangannya. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Page 53
41
Semiadi G, Adhi IGMJ & Trasodiharto A. 2005. Pola kelahiran Rusa Sambar
(Cervus unicolor) di Penangkaran Kalimantan Timur. Jurnal Biodiversitas
6 (1) : 59-62.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging Edisi II. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Sudjana. 1988. Metode Statistik. Edisi ke IV. Tarsito, Bandung.
Suharya, E. & R. Setiadi. 1992. Pembinaan produksi ternak domba dan kambing di
Jawa Barat. Prosiding Sarasehan Usaha Ternak Domba dan Kambing
Menyongsong Era PJPT II. Ikatan Sarjana Ilmu-Ilmu Peternakan Indonesia
(ISPI) Cabang Bogor dan Himpunan Peternak Domba dan Kambing
Indonesia (HPDKI) Cabang Bogor, Bogor.
Tillman, A.D., Hartadi H., Reksohadiprodjo S., Prawirokusumo S. & Lebdosoekojo
S. 1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan Kedua. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Tomaszewska, M. W., I. M. Mastika, A. Djajanegara, S. Gardiner & T. R.
Wiradarya. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret
University Press, Surakarta.
Trislawati, L. 2006. Seleksi Domba Garut pejantan di Peternakan Ternak Domba
Sehat Dompet Dhuafa (TDS-DD) Republika berdasarkan ukuran-ukuran
tubuh. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Utami, T. 2008. Pola pertumbuhan berdasarkan bobot badan dan ukuran-ukuran
tubuh Domba Lokal di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol
(UP3J). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Williams, I. H. 1982. A Course Manual in Nutritions and Growth. Australian
Vicechamcellons Com, Australia.
Williamson G. & W. J. A. Payne. 1993. Introduction to Animal Husbandry in the
Tropics. 5th
Ed. Longmans Green and Company, Ltd. London.
Wirdateti, B. Brahmantyo, A. Reksodiharjo, G. Semiadi & H. Dahrudin. 2009.
Karakteristik morfometrik Rusa Sambar (Rusa unicolor) sebagai dasar
kriteria seleksi sifat pertumbuhan. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 10 (1) :
7-11.
Page 55
43
Lampiran 1. Statistik Deskriptif Domba Ekor Gemuk Umur I0
Variabel Jumlah Rataan SE Rataan StDev
lingkar dada (x) 52 58.173 0.674 4.862
panjang badan (x) 52 48.846 0.648 4.675
bobot badan (y) 52 18.743 0.839 6.052
Lampiran 2. Koefisien Korelasi antar Ukuran Tubuh Domba Ekor Gemuk
Umur I0
lingkar dada panjang badan
panjang badan 0.783
bobot badan 0.926 0.761
Lampiran 3. Analisis Regresi Linear antara Lingkar Dada dan Panjang Badan
terhadap Bobot Badan pada Domba Ekor Gemuk Umur I0
Persamaan Regresi :
bobot badan (y) = - 48.3 + 1.15 lingkar dada (x)
Penduga Nilai Nilai SE T P
Konstanta -48.291 3.885 -12.43 0.000
lingkar dada (x) 1.15232 0.06656 17.31 0.000
S = 2.31100 R2 = 85.7% R
2 (adj) = 85.4%
Persamaan Regresi :
bobot badan (y) = - 29.4 + 0.985 panjang badan (x)
Penduga Nilai Nilai SE T P
Konstanta -29.359 5.829 -5.04 0.000
Panjang badan (x) 0.9848 0.1188 8.29 0.000
S = 3.96637 R2 = 57.9% R
2 (adj) = 57.0%
Lampiran 4. Statistik Deskriptif Domba Ekor Gemuk Umur I1
Variabel Jumlah Rataan SE Rataan StDev
lingkar dada (x) 30 60.33 1.06 5.83
panjang badan (x) 30 48.90 0.871 4.771
bobot badan (y) 30 17.94 1.04 5.71
Page 56
44
Lampiran 5. Koefisien Korelasi antar Ukuran Tubuh Domba Ekor Gemuk
Umur I1
lingkar dada panjang badan
panjang badan 0.838
bobot badan 0.935 0.879
Lampiran 6. Analisis Regresi Linear antara Lingkar Dada dan Panjang Badan
terhadap Bobot Badan pada Domba Ekor Gemuk Umur I1
Persamaan Regresi :
bobot badan (y) = - 37.4 + 0.916 lingkar dada (x)
Penduga Nilai Nilai SE T P
Konstanta -37.350 3.966 -9.42 0.000
lingkar dada (x) 0.91647 0.06544 14.00 0.000
S = 2.05350 R2 = 87.5% R
2 (adj) = 87.1%
Persamaan Regresi :
bobot badan (y) = - 33.5 + 1.05 panjang badan (x)
Penduga Nilai Nilai SE T P
Konstanta -33.477 5.299 -6.32 0.000
Panjang badan (x) 1.0515 0.1079 9.75 0.000
S = 2.77163 R2 = 77.2% R
2 (adj) = 76.4%
Lampiran 7. Statistik Deskriptif Domba Ekor Tipis Umur I0
Variabel Jumlah Rataan SE Rataan StDev
lingkar dada (x) 113 56.155 0.649 6.894
panjang badan (x) 113 46.650 0.462 4.916
bobot badan (y) 113 15.319 0.511 5.436
Lampiran 8. Koefisien Korelasi antar Ukuran Tubuh Domba Ekor Tipis Umur
I0
lingkar dada panjang badan
panjang badan 0.777
bobot badan 0.949 0.759
Lampiran 9. Analisis Regresi Linear antara Lingkar Dada dan Panjang Badan
terhadap Bobot Badan pada Domba Ekor Tipis Umur I0
Persamaan Regresi :
bobot badan (y) = - 26.7 + 0.749 lingkar dada (x)
Page 57
45
Penduga Nilai Nilai SE T P
Konstanta -26.720 1.331 -20.08 0.000
lingkar dada (x) 0.74863 0.02352 31.83 0.000
S = 1.71589 R2 = 90.1% R
2 (adj) = 90.0%
Persamaan Regresi :
bobot badan (y) = - 23.8 + 0.839 panjang badan (x)
Penduga Nilai Nilai SE T P
Konstanta -23.818 3.207 -7.43 0.000
Panjang badan (x) 0.83895 0.06837 12.27 0.000
S = 3.55725 R2 = 57.6% R
2 (adj) = 57.2%
Lampiran 10. Statistik Deskriptif Domba Ekor Tipis Umur I1
Variabel Jumlah Rataan SE Rataan StDev
lingkar dada (x) 21 65.62 1.46 6.70
panjang badan (x) 21 51.71 1.04 4.75
bobot badan (y) 21 23.91 1.43 6.56
Lampiran 11. Koefisien Korelasi antar Ukuran Tubuh Domba Ekor Tipis
Umur I1
lingkar dada panjang badan
panjang badan 0.732
bobot badan 0.923 0.753
Lampiran 12. Analisis Regresi Linear antara Lingkar Dada dan Panjang Badan
terhadap Bobot Badan pada Domba Ekor Tipis Umur I1
Persamaan Regresi :
bobot badan (y) = - 35.5 + 0.905 lingkar dada (x)
Penduga Nilai Nilai SE T P
Konstanta -35.451 5.695 -6.23 0.000
lingkar dada (x) 0.90469 0.08636 10.48 0.000
S = 2.58627 R2 = 85.2% R
2 (adj) = 84.5%
Persamaan Regresi :
bobot badan (y) = - 29.9 + 1.04 panjang badan (x)
Penduga Nilai Nilai SE T P
Konstanta -29.89 10.84 -2.76 0.013
Panjang badan (x) 1.0405 0.2087 4.98 0.000
Page 58
46
S = 4.43186 R2 = 56.7% R
2 (adj) = 54.4%
Lampiran 13. Uji T pada Bobot Badan antara DEG Umur I0 dengan DEG
Umur I1
Dua sampel T untuk bobot badan I0 vs bobot badan I1
Jumlah Rataan St.Deviasi Rataan SE
bobot badan I0 52 18.74 6.05 0.84
bobot badan I1 30 17.94 5.71 1.0
P-Value = 0.558 (P>0,05)
Lampiran 14. Uji T pada Lingkar Dada antara DEG Umur I0 dengan DEG
Umur I1
Dua sampel T untuk lingkar dada I0 vs lingkar dada I1
Jumlah Rataan St.Deviasi Rataan SE
Lingkar dada I0 52 58.17 4.86 0.67
Lingkar dada I1 30 60.33 5.83 1.1
P-Value = 0.075 (P>0,05)
Lampiran 15. Uji T pada Panjang Badan antara DEG Umur I0 dengan DEG
Umur I1
Dua sampel T untuk panjang badan I0 vs panjang badan I1
Jumlah Rataan St.Deviasi Rataan SE
panjang badan I0 52 48.85 4.68 0.65
panjang badan I1 30 48.90 4.77 0.87
P-Value = 0.960 (P>0,05)
Lampiran 16. Uji T pada Bobot Badan antara DET Umur I0 dengan DET Umur
I1
Dua sampel T untuk bobot badan I0 vs bobot badan I1
Jumlah Rataan St.Deviasi Rataan SE
bobot badan I0 113 15.32 5.44 0.51
bobot badan I1 21 23.91 6.56 1.4
P-Value = 0.000 (P<0,01)
Page 59
47
Lampiran 17. Uji T pada Lingkar Dada antara DET Umur I0 dengan DET
Umur I1
Dua sampel T untuk lingkar dada I0 vs lingkar dada I1
Jumlah Rataan St.Deviasi Rataan SE
Lingkar dada I0 113 56.15 6.89 0.65
Lingkar dada I1 21 65.62 6.70 1.5
P-Value = 0.000 (P<0,01)
Lampiran 18. Uji T pada Panjang Badan antara DET Umur I0 dengan DET
Umur I1
Dua sampel T untuk panjang badan I0 vs panjang badan I1
Jumlah Rataan St.Deviasi Rataan SE
Panjang badan I0 113 46.65 4.92 0.46
Panjang badan I1 21 51.71 4.75 1.0
P-Value = 0.000 (P<0,01)
Lampiran 19. Uji Keakuratan
Domba Ekor Gemuk Umur I0
Persamaan Regresi Lingkar Dada (LD) – Bobot Badan (BB)
BB = 1,152 LD – 48,29
LD1=60cm BBd = 1,152(60) – 48,29 = 20,83kg (78,6%) dst.
Persamaan Regresi Panjang Badan (PB)– Bobot Badan (BB)
BB = 0,984 PB – 29,35
PB1=44,5cm BBd = 0,984(44,5) – 29,35 = 14,44kg (54,5%) dst.
Domba Ekor Gemuk Umur I1
Persamaan Regresi Lingkar Dada (LD) – Bobot Badan (BB)
BB = 0,916 LD – 37,35
LD1=72cm BBd = 0,916(72) – 37,35 = 28,6kg (90,1%) dst.
Persamaan Regresi Panjang Badan (PB)– Bobot Badan (BB)
BB = 1,051 PB – 33,47
PB1=52,5cm BBd = 1,051(52,5) – 33,47 = 21,71kg (78,9%) dst.
Page 60
48
Domba Ekor Tipis Umur I0
Persamaan Regresi Lingkar Dada (LD) – Bobot Badan (BB)
BB = 0,748 LD – 26,72
LD1=56cm BBd = 0,748(56) – 26,72 = 15,17kg (99,2%) dst.
Persamaan Regresi Panjang Badan (PB)– Bobot Badan (BB)
BB = 0,838 PB – 23,81
PB1=53cm BBd = 0,838(53) – 23,81 = 20,6kg (98,3%) dst.
Domba Ekor Tipis Umur I1
Persamaan Regresi Lingkar Dada (LD) – Bobot Badan (BB)
BB = 0,904 LD – 35,45
LD1=58cm BBd = 0,904(58) – 35,45 = 16,98kg (90,1%) dst.
Persamaan Regresi Panjang Badan (PB)– Bobot Badan (BB)
BB = 1,04 PB – 29,89
PB1=42cm BBd = 1,04(42) – 29,89 = 13,79kg (81,1%) dst.