BAGIAN NEUROLOGI REFERATFAKULTAS KEDOKTERAN MARET
2012UNIVERSITAS HASANUDDINPETIT MAL EPILEPSY
OLEH :Mohd Aizat Bin Mohd SalahuddinC 111 08 769Nimmelen Kasava
MoorthyC 111 08 789Yaacub Bin IbrahimC 111 08 766PEMBIMBING :dr.
Irma SyamsulSUPERVISOR:dr. Jumraini T, Sp.SDIBAWAKAN DALAM RANGKA
TUGAS KEPANITERAAN KLINIKBAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS
KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2012EPILEPSI PETIT MAL
I. PENDAHULUANEpilepsi dikenal sebagai salah satu penyakit
tertua di dunia dan menempati urutan kedua dari penyakit saraf
setelah gangguan peredaran darah otak. Dengan tatalaksana yang
baik, sebagian besar penderita dapat terbebaskan dari penyakitnya,
namun untuk ditemukan banyak kendala. Salah satu penyebab dari
kendala itu adalah kurikulum yang minimal untuk penyakit
ini.1Walaupun penyakit ini telah dikenal lama dalam masyarakat,
terbukti dengan adanya istilah-istilah bahasa daerah untuk penyakit
ini seperti sawan, ayan, sekalor, dan celengan, tapi pengertian
akan penyakit ini masih kurang bahkan salah sehingga penderita
digolongkan dalam penyakit gila, kutukan dan turunan sehingga
penderita tidak diobati atau bahkan disembunyikan. Akibatnya banyak
penderita epilepsy yang tak terdiagnosis dan mendapat pengobatan
yang tidak tepat sehingga menimbulkan dampak klinik dan psikososial
yang merugikan baik bagi penderita maupun keluarganya.1Di Indonesia
belum ada data epidemiologis yang pasti tetapi diperkirakan ada
900.000-1,800.000 penderita.1 Epilepsi Petit Mal yang sering
disebut absen epilepsi ialah epilepsi umum yang idiopatik. Meliputi
kira-kira 3-4% dari kasus epilepsy. Umumnya timbul pada anak
sebelum pubertas (4-5 tahun). Bangkitan berupa kehilangan kesadaran
yang berlangsung tak lebih dari 10 detik.5
II. DEFINISIKata epilepsi berasal dari Yunani Epilambanmein yang
berarti serangan. Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat
yang dicirikan oleh terjadinya serangan (seizure, fit,attack,spell)
yang bersifat spontan (unprovoked) dan berkala. Serangan dapat
diartikan sebagai modifikasi fungsi otak yang bersifat mendadak dan
sepintas, yang berasal dari sekelompok besar sel sel otak, bersifat
sinkron dan berirama.3,5
Gambar 1: Lokasi terjadinya serangan muatan listrik pada
epilepsi. Pada epilepsi,terdapat gangguan pada ritma elektrik di
sistem saraf pusat. [Dikutip dari Kepustakaan 9]
Epilepsi petit mal juga dikenali kejang absen yang mempunyai
sifat yang tiba-tiba, hilang kesadaran secara spontan tanpa
hilangnya kontrol postural. Kejang ini berlangsung hanya beberapa
detik, dengan kesadaran kembali semula normal seperti sebelumnya
dan tidak ada konfusi postictal. Walaupun kesadarannya hilang
sebentar, tetapi bisa menjadi manifestasi utama prosesnya kejang,
dengan tanda-tanda motorik bilateral seperti kedipan mata yang
cepat, gerakan mengunyah, atau gerakan klonik pada
tangan.5,6,7Epilepsi petit mal tergolong dalam jenis bangkitan umum
yang bisa disertai atau tidak disertai kejang. Pada bangkitan umum
serangan terjadi serentak, bilateral, simetris mengenai kedua sisi,
kelainan-kelainan pada EEGnya pun bilateral. Justru itu tipe
epilepsi ini bisa digolongkan atas 2 kelompok:4 1) Bangkitan lena
(yang khas). Kelompok ini terdiri atas 7 jenis :a) dengan penurunan
kesadaran saja.b) Disertai gerakan klonus ringan biasanya kelopak
mata atas, sudut mulut atau otot-otot lainnya bilateral.c) Dengan
komponen atonik, otot-otot leher, lengan, tangan, tubuh mendadak
melemas sehingga tampak mengulai, jarang penderita jatuh karena
serangan ini.d) Disertai komponen tonik, otot-otot ekstrimitas,
;eher atau punggung mendadak mengejang, kepala, badan menjadi
melengkung ke belakang, lengan dapat menekuk.e) Disertai
automatisme, gerakan-gerakan atau perilaku yang terjadi dengan
sendirinya.f) Dengan gangguan fungsi saraf autonom.
2) Bangkitan lena tidak khas. Ada 2 jenis:a) Perubahan dalam
tonus otot lebih jelas.b) Permulaan dan berakhirnya tidak
mendadak.
III. ASPEK ANATOMI DAN FISIOLOGI Otak merupakan bagian utama
dari sistem saraf pusat. Fungsi otak sangat bergantung pada
tersedianya oksigen dan glukosa. Meskipun hanya seberat 2% dari
berat badan orang dewasa, otak menerima 20% volume sirkulasi darah.
Otak dilindungi oleh lapisan selaput meninges.Tiga lapisan berbeda
yang menyusun meninges adalah: Duramater (tersusun atas jaringan
ikat putih sebagai lapisan terluar meninges); membran Arachnoid (
lapisan seperti jarring laba-laba); Pia mater (melekat pada bagian
terluar otak dan mengandung pembuluh darah).5 Bagian utama dari
otak, dari bawah ke atas adalah sebagai berikut: batang
otak,serebellum (otak kecil), diencepalon, dan serebrum (otak
besar).
Gambar 2: Menunjukkan lobus-lobus otak, area-area fungsional dan
batang otak. Struktur-struktur tersebut penting dalam berbagai
fungsi vital pada manusia. [Dikutip dari Kepustakaan 9]
1. Batang otak terdiri dari: Medulla oblongata (bagian dari otak
yang melekat pada saraf tulang belakang); Pons dan Otak tengah.
Ketiga struktur ini terdiri dari substansia alba dan formasi
retikular.Batang otak bekerja pada fungsi sensorik, motorik dan
refleks.Traktus spinothalamik dan kortikospinalis merupakan traktus
utama yang terdapat di bagian putih dari batang otak. Nukleus
medulla mengandung sejumlah pusat refleks: jantung, vasomotor,
pernafasan, muntah, batuk, bersin, tersedak dan menelan. Pons
terdiri dari pusat refleks yang dimediasi oleh saraf kranial
ke-lima, enam, tujuh, dan delapan. Selain itu terdapat pusat
pneumotaksik yang membantu regulasi pernafasan. Otak tengah juga
memiliki pusat reflek bagi beberapa reflek saraf kranial tertentu
seperti papilari dan pergerakan mata yang dimediasi oleh saraf ke
empat dan ketiga.
2. Serebellum (otak kecil) memiliki tiga fungsi, semuanya
terkait kontrol atas otot rangka: koordinasi dari pergerakan otot
secara volunter, kontrol postur, dan mengontrol otak rangka tetap
seimbang.
3. Diensephalon termasuk thalamus, hypothalamus, chiasma opticum
dan badan pineal.
4. Serebrum (otak besar) merupakan bagian terbesar dan teratas
dari otak yang terdiri dari dua sisi, hemisper otak kiri dan kanan.
Permukaan otak - yang disebut corteks serebrum- terdiri dari
substansia kelabu yang terdiri dari jutaan terminal akson yang
bersinaps dengan jutaan dendrit dari neuron lain. Di bawah korteks
serebrum terletak substansi putih (alba) yang terdiri dari sejumlah
traktus. Fungsi dari masing-masing area bergantung dari struktur
dengan siapa bagian itu berhubungan. Fungsi korteks adalah sensorik
(sentuh, temperatur, posisi tubuh, penglihatan, pendengaran),
motorik (untuk gerakan sadar), dan fungsi integrasi (kesadaran,
bahasa, emosi dan ingatan).
Diperkirakan jumlah neuron pada otak orang dewasa adalah sekitar
100 milyar dan 900 milyar ganglia, berhubungan satu dengan yang
lain membuat suatu jaringan yang kompleks. Sebuah sel neuron
berhubungan dengan sel-sel lain di sekitarnya lewat sinaps antara
cabang aksonnya dengan dendrite atau badan sel sel-sel
tersebut.2,3
Gambar 3: Sel neuron adalah unit terkecil yang berperan penting
dalam fungsi sistem saraf. [Dikutip dari Kepustakaan 3]Pada ujung
terminal terdapat zat yang disebut transmitter yang gunanya untuk
melompatkan impuls listrik atau sebaliknya menghambatnya. Terminal
yang bersifat eksitatorik mempunyai transmitter asetikolin dan yang
bersifat inhibisi mempunyai transmitter GABA. Informasi dari satu
sel ke sel lain dikirim secara elektrik dan kimiawi dengan
perubahan voltase listrik ke sel-sel tersebut.2,3
Gambar 4: Menunjukkan sistem transport ion pada sel sel neuron
di sistem saraf pusat maupun perifer. Dengan sistem inilah
impuls-impuls listrik dapat tersebar ke seluruh tubuh. [Dikutip
dari Kepustakaan 3]
Dalam keadaan istirahat, sel neuron mempunyai kegiatan listrik
yang disebabkan adanya potensial membrane. Membran sel terdiri dari
molekul protein yang bersifat semipermeabel hingga mudah dilalui
oleh ion K tetapi sulit dilewati oleh ion Na dan Cl. Akibatnya
terdapat konsentrasi ion K yang tinggi di dalam sel (axoplasma) dan
ion Na di luar sel. Distribusi ion yang berbeda ini menyebabkan
adanya potensial membrane dan perubahan voltase ini menimbulkan
impuls saraf. Distrisbusi yang berbeda ini dipertahankam oleh
sebuah mekanisme metabolic yang disebut pompa sodium. Pompa ini
akan mengatur transportasi aktif ion Na. Kalau ada suatu rangsang
pada sel neuron, maka akan tiba suatu potensial aksi pada neuron
tadi dikarenakan terjadinya perubahan voltase listrik.2,3
IV. ETIOLOGIEtiologi epilepsi dapat dibagi atas 2 kelompok:5I.
Epilepsi idiopatik yang penyebabnya tidak diketahui meliputi lebih
kurang 50% dari penderita epilepsi anak, awitan biasanya pada usia
lebih dari 3 tahun.II. Epilepsi simtomatik yang penyebabnya sangat
bervariasi, bergantung pada usia awitan. Misalnya infeksi, trauma,
gangguan metabolic, kelainan congenital, gangguan pembuluh darah
dan tumor.
V. PATOFISIOLOGI Pelepasan muatan listrik sel-sel otak yang
berlebihan dan tidak teratur tersebut disebabkan oleh terganggunya
keseimbangan kimiawi sel-sel otak. Keseimbangan zat-zat kimiawi ini
dapat terganggu oleh berbagai faktor, diantaranya faktor yang
mempengaruhi janin, kesukaran pada waktu lahir, cedera pada sel
otak, radang otak atau selaput otak, tumor otak, atau kelainan
bawaan dan hormonal.1,2,3Secara sederhana kejang berlaku karena ada
ketidakseimbangan antara pengaruh inhibisi dan eksitatori pada
otak. Ketidakseimbangan ini bisa terjadi karena beberapa hal yaitu;
Pertama disebabkan karena kurangnya transmisi inhibitori. Misalnya
setelah pemberian antagonis GABA, atau selama penghentian pemberian
agonis GABA (alcohol, benzodiazepine). Kedua, kejang bisa terjadi
juga karena meningkatnya aksi eksitatori yaitu meningkatnya aksi
glutamate atau aspartat.1,2,3
Gambar 5: Menunjukkan sirkuit thalamokortikal dan pola EEG
ketika sadar, fase Non-Rapid Eye Movement Sleep dan pada kejang
lena. [Dikutip dari Kepustakaan 9]
Belum dapat dijelaskan mengapa gangguan keseimbangan kimiawi
terjadi sewaktu-waktu saja dan mengapa pada seseorang dapat terjadi
serangan dan pada orang lain tidak. Pada sebagian penderita
epilepsi tidak ditemukan faktor-faktor penyebab. Epilepsi demikian
disebut epilepsi primer atau idiopatik.1,2,3 Peranan faktor genetik
perlu dipertimbangkan dalam terjadinya serangan epilepsi.Yang
diturunkan ialah ambang kejang rendah atau faktor genetik lain
predisposisi yang mungkin mempengaruhi kecenderungan, durasi dan
intensitas serangan epilepsi. Seorang dengan ambang kejang rendah
mempunyai risiko lebih besar mengalami serangan epilepsi dibanding
orang dengan ambang kejang normal.1,2,3
VI. MANIFESTASI KLINISSelama serangan kejang petit mal, keadaan
mental si anak hilang terhadap lingkungan disekitarnya. Tidak
menyedari apa yang ada disekitarnya untuk beberapa saat. Selama
beberapa detik, si anak berhenti melakukan aktivitasnya, tatapanmya
lurus kedepan dan tidak memberikan respon terhadap perintah orang
lain. Sementara kejang berlangsung, kelopak matanya berkedip-kedip
cepat, lengan atau kakinya berkedutan, tersentak-sentak atau
bergerak tanpa tujuan. Setelah serangan usai, si anak tidak
menyadari serangan yang baru dialaminya dan biasanya melanjutkan
aktivitanya seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu. Karena
seorang anak dengan epilepsy petit mal sering mengalami serangan
yang singkat selama hari-hari sekolahnya sehingga akan menggagu
perhatian, konsentrasi dan partipasinya secara serius.2,4
Gambar 6 : Menunjukkan manifestasi serangan petit mal. Tidak
tampak gejala kejang tonik klonik pada pasien yang mengalami
epilepsy Petit Mal. Karena itulah juga epilepsy Petit Mal dikenal
juga sebagai Absence Epilepsy. [Dikutip dari Kepustakaan 10]
VII. DIAGNOSISDiagnosis epilepsi didasarkan atas anamnesis dan
pemeriksaan klinis dengan hasil pemeriksaan EEG dan radiologis.
Namun demikian, bila secara kebetulan melihat serangan yang sedang
berlangsung maka epilepsi (klinis) sudah dapat ditegakkan.
1. Anamnesis
Anamnesis harus dilakukan secara cermat, rinci dan menyeluruh,
karena pemeriksa hampir tidak pemah menyaksikan serangan yang
dialami penderita. Penjelasan perihal segala sesuatu yang terjadi
sebelum, selama dan sesudah serangan (meliputi gejala dan lamanya
serangan) merupakan informasi yang sangat berarti danmerupakan
kunci diagnosis. Anamnesis juga memunculkan informasi tentang
traumakepala dengan kehilangan kesadaran, meningitis, ensefalitis,
gangguan metabolik,malformasi vaskuler dan obat-obatan tertentu.4,5
Anamnesis (auto dan aloanamnesis), meliputi:
- Pola / bentuk serangan : Tanyakan kepada pasien atau orang
tuanya, serangan kejang bermula secara tiba-tiba, disebabkan
provokasi atau dikarenakan gejala lain sebelumnya. Pada epilepsy
petit mal, serangan kejang berlangsung secara spontan dengan gejala
pekerjaan yang sedang dikerjakan terhenti tiba-tiba.4,5,6
- Lama serangan : Pada epilepsy petit mal, lama serangan tidak
lebih dari 10 detik. Serangan bisa muncul berkali-kali dalam satu
hari, walau tidak disadari atau tidak dapat dijelaskan oleh si
anak.4,5,7
- Gejalanya: Sebelum si anak berhenti melakukan aktivitasnya
tatapannya lurus kehadapan dan tidak memberikan respon terhadap
perintah orang lain. Sementara kejang berlangsung, kelopak matanya
berkedip-kedip cepat, lengan atau kakinya berkedutan,
tersentak-sentak atau bergerak tanpa tujuan. Mukanya tampak
membengong dan tidak ada reaksi bila diajak bicara. Pada paska
serangan, si anak kembali seperti biasa.4,5
- Ada / tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang seperti
riwayat demam tinggi, kelainan kongenital.4,5
- Usia saat serangan terjadinya pertama: Serangan umumnya timbul
pada anak usia sebelum pubertas, dan serangan semakin berkurang
dengan bertambahnya usia anak.4,5
- Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga: Tanyakan pada
keluarga jika ada yang pernah menderita epilepsi. Pertanyaan ini
penting karena ada bukti bahwa epilepsi bisa diturunkan kepada anak
dari orang tuanya. Yang diturunkan adalah ambang kejang rendah atau
faktor genetik predisposisi lain yang mungkin mempengaruhi
kecenderungan, durasi dan intensitas serangan epilepsi. Seorang
dengan ambang kejang rendah mempunyai risiko lebih besar mengalami
serangan epilepsi dibanding orang dengan ambang kejang normal.4,52.
Pemeriksaan fisik umum dan neurologisMelihat adanya tanda-tanda
dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi,seperti trauma
kepala, infeksi telinga atau sinus, gangguan kongenital,
gangguanneurologik fokal atau difus. Pemeriksaan fisik harus
menepis sebab-sebab terjadinyaserangan dengan menggunakan umur dan
riwayat penyakit sebagai pegangan. Pada anak-anak, pemeriksa harus
memperhatikan adanya keterlambatan perkembangan, organomegali,
perbedaan ukuran antara anggota tubuh dapat menunjukkan
awalgangguan pertumbuhan otak unilateral.5
3.Pemeriksaan penunjang
a. Elektro ensefalografi (EEG)Pemeriksaan EEG harus dilakukan
pada semua pasien epilepsi dan merupakanpemeriksaan penunjang yang
paling sering dilakukan untuk rnenegakkan diagnosisepilepsi. Adanya
kelainan fokal pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya
lesistruktural di otak, sedangkan adanya kelainan umum pada EEG
menunjukkankemungkinan adanya kelainan genetik atau metabolik.
Rekaman EEG dikatakanabnormal.5
1) Asimetris irama dan voltase gelombang pada daerah yang sama
di kedua hemisferotak.
2) Irama gelombang tidak teratur, irama gelombang lebih lambat
dibanding seharusnyamisal gelombang delta.
3) Adanya gelombang yang biasanya tidak terdapat pada anak
normal, misalnyagelombang tajam, paku (spike), paku-ombak, paku
majemuk, dan gelombang lambatyang timbul secara paroksimal.
Bentuk epilepsi tertentu mempunyai gambaran EEG yang khas,
misalnya spasme infantile mempunyai gambaran EEG hipsaritmia,
epilepsi petit mal gambaran EEG nya gelombang paku ombak 3 siklus
per detik (3 spd), epilepsi mioklonik mempunyai gambaran EEG
gelombang paku / tajam / lambat dan paku majemuk yang timbul secara
serentak (sinkron).5
b. Rekaman video EEGRekaman EEG dan video secara simultan pada
seorang penderita yang sedangmengalami serangan dapat meningkatkan
ketepatan diagnosis dan lokasi sumberserangan. Rekaman video EEG
memperlihatkan hubungan antara fenomena klinis dan EEG, serta
memberi kesempatan untuk mengulang kembali gambaran klinis yangada.
Prosedur yang mahal ini sangat bermanfaat untuk penderita yang
penyebabnyabelum diketahui secara pasti, serta bermanfaat pula
untuk kasus epilepsi refrakter.Penentuan lokasi fokus epilepsi
parsial dengan prosedur ini sangat diperlukanpada persiapan
operasi.5
Gambar 7: Hasil pemeriksaan EEG pada pasien petit mal. Fenomena
elektrik yang menyertai kejadian terlukis diatas berupa gelombang
lambat yang terkait pada gelombang runcing yang dikenal sebagai
spike wave yang bersiklus 3 per detik. [Dikutip dari Kepustakaan
8]
c.Pemeriksaan RadiologisPemeriksaan yang dikenal dengan istilah
neuroimaging bertujuan untuk melihatstruktur otak dan melengkapi
data EEG. Bila dibandingkan dengan CT Scan makaMRl lebih sensitif
dan secara anatomik akan tampak lebih rinci. MRI bermanfaatuntuk
membandingkan hipokampus kanan dan kiri.5
Gambar 8: Potongan koronal dari MRI dengan High-resolution
T2-weighted fast spin dari hipokampus kelihatan intensitas sinyal
abnosmal yang tinggi pada hipokampus kanan (panah putih). [Dikutip
dari Kepustakaan 2]
VIII. PENALAKSANAANTatalaksana epilepsi meliputi 3 bidang
yaitu:4,51. Penegakan diagnosis yang mengenai jenis bangkitan,
penyebabnya dengan tepat.2. Terapi3. Rehabilitasi, sosialisasi,
edukasiTujuan pokok terapi epilepsy adalah membebaskan penderita
dari serangan epilepsy tanpa menganggu fungsi normal susunan saraf
pusat agar penderita dapat menjalani kehidupannya tanpa ganguuan.
Terapi dapat dibahagi dalam dua golongan :
a. Terapi kausal Terapi kausal dapat dilakukan pada epilesi
simptomatik yang penyebabnya dapat ditemukan.
b. Terapi medikamentosa anti kejang 1,2,4,5
1. Ethosuximide Indikasi : epilepsy petit mal murniDosis : 20
30mg/ kg bb per hari
2. Golongan anti epilepsy lainnyaSodium valproatIndikasi :
epilepsy petit mal Dosis anak : 20 30mg/kg bb perhari
3. AcetazolamidDikenal sebagai diuretik tetapi pada pengobatan
epilepsy , mempunyai cara kerja menstabilkan keluar masuknya
natrium pada sel otak.Indikasi : dapat dipakai pada epilepsy petit
mal dan grand mal.
IX. PROGNOSISHingga saat ini tidak ada cara untuk mencegah
epilepsy , karena kebanyakan kasus terjadi tanpa diketahui
penyakitnya. Pasien epilepsy petit mal yang berobat teratur ,1/3
akan bebas dari serangan paling sedkit 2 tahun , dan biasa lebih
dari 5 tahun sesudah serangan terakhir obat dihentikan , pasien
tidak mengalami serangan lagi, dikatakan telah mengalami
remisi.5
Sesudah diperkirakan 30% pasien tidak mengalami remisi meskipun
minum obat dengan teratur . sesudah remisi , kemungkinan munculnya
serangan ulang paling sering didapat pada serangan tonik klonik dan
parsial kompleks . Demikian pula usia muda lebih mudah mengalami
relaps sesudah remisi.5
DAFTAR PUSTAKA
1) Harsono S. Kapita Selekta Neurologi.Bab 3 Epilepsi. Edisi
ke-2. Gadjah Mada University Press, 2009.Pg 119-133
2) Hauser K , Longa B, Jameson F. Harrison`s Principles of
Internal Medicine: Disorder of Neurologic Disorder. 16th edition.
Mc Craw- Hill, 2005 pg. 2357
3) Kusumoputro S, Simposium Epilepsi dan Penatalaksanaannya:
Patofisiologi Epilepsi, Bagian Neurologi FKUI/RSCM.1990
4) Limoa A. Simposium Epilepsi dan Penatalaksanaannya
:Diagnostik dan Klasifikasi Epilepsi, UPF/Laboratorium Ilmu
Penyakit Saraf/RSU. Dadi FK UNHAS.1990
5) Rahardjo T B, Laporan Penilitian Faktor Faktor Resiko
Epilepsi pada anak dibawah usia 6 tahun. URL :
eprints.undip.ac.id/18016/1/Tri Budi Rahardjo
6) Holowaach J,Thurston D,o`Learry J,Oficial Journal of The
American Academy of Paediatrics.
7) Barker W, Studies on Epilepsy: The Petit Mall attack as a
response within the central nervous system to distress in organism
environmental intergration. Pg 74-93
8) Mardjono M, Sidharta P. Buku Neurologi Klinis Dasar. Bab XV
Dasar Pemeriksaan Neurologik Khusus. Dian Rakyat. 2003.Pg 442
9) Seeley,Stephens,Tate: Antomy and Physiology: Chapter 14
Integration of NervousSystem Functions. 6th ed. McGraw-Hill;
2004.pg 475
10) Netter Medical Artwork: Absence Petit Mal http, Elsevier
2005-2011. URL://www.netterimages.com
17