Top Banner
HERU PRIHMANTORO R AHMAT, mahasiswa tingkat akhir Institut Pertanian Bogor, ter- lihat antusias men- dengarkan penjelasan dari salah seorang staf pengusaha agrobisnis terkenal Bob Sadino di Gedung Botanical Square, beberapa waktu lalu. Matanya tampak tak berkedip mengikuti penjelasan staf terse- but tentang usaha agrobisnis. Sesekali tangannya diacung- kan memotong penjabaran sang instruktur, beberapa per- tanyaan keluar dari mulutnya, kadang bertanya komoditas agrobisnis yang layak, pema- saran nya hingga apa saja kendala yang muncul ketika seseorang masuk ke bidang agrobisnis. Terlihat sekali be- tapa besar minat pemuda itu untuk menimba pengetahuan dari sang instruktur. “Saya memang suatu saat bisa menjadi pengusaha agro- bisnis,” katanya. Siang itu, Rahmat bersama 79 mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) lainnya menda- pat pelatihan entrepreneurship (kewirausahaan) agrobisnis di Gedung Botanical Square, Bogor. Acara itu terselenggara atas kerja sama IPB dengan BUMN Perum Pegadaian dan pengu- saha agrobisnis terkenal Bob Sadino. Menurut Dirut Utama Perum Pegadaian Chandra Purnama, pelatihan kewirau- sahaan kepada pelajar dan mahasiswa merupakan ke- giatan CSR Perum Pegadaian. Kewirausahan dipilih karena kegiatan itu belum menjadi pilihan utama mahasiswa di Indonesia selepas mengikuti pendidikan formal. “Pelatihan kewirausahaan bagi mahasiswa dan pelajar sebagai wujud peran aktif pegadaian untuk mencetak generasi muda yang berjiwa wirausaha yang ingin menjadi usahawan,” tandasnya. Menurut Chandra, pelatihan kewirausahaan ini hanya di- lakukan selama satu minggu. Setelah itu, atau tahap pelaksa- naannya, yakni ketika mereali- sasikan rencana usaha, peserta akan mendapat pendampingan dari IPB. “Peserta terbaik pelatihan akan mendapat permodalan untuk menjalakan usahanya dari Pegadaian,” tukas Chan- dra. Direktur Pengembangan Karier & Hubungan Alumni IPB Dr Ir Dodik Ridho Nur- rochmat mengatakan, seu- sai pembinaan dan pelatihan kewirausahaan kepada ma- hasiswanya itu, para peserta diharapkan akan memiliki bekal untuk membuka usaha dan menjalankannya. Tentu hanya kepada mereka yang memiliki animo tinggi dan kemauan tinggi di bidang kewirausahaan. Untuk menam- bah ilmu dan penerapannya di lapangan, IPB juga mengun- dang pengusaha sukses untuk jadi teladan sekaligus memo- tivasi, dan belajar bagaimana suatu usaha dijalankan se- hingga bisa berhasil sukses. Kerja sama Untuk menambah jumlah penduduk yang berwirau- saha itu, menurut Chandra, dibutuhkan kerja sama antara pemerintah dan dunia usaha, perguruan tinggi dan SMK. Jadi sangat penting bagi perguruan tinggi untuk ikut serta dan aktif dalam mengem- bangkan kewirausahaan ter- hadap mahasiswa dan alumni- nya atau menjadi pencipta lapangan kerja sehingga akan semakin banyak jumlah pen- duduk Indonesia yang terjun ke dunia usaha. Pelatihan kewirausahaan bagi mahasiswa dan pelajar, yang diselenggarakan Perum Pegadaian merupakan wujud peran aktif Pegadaian untuk mencetak generasi muda yang berjiwa wirausaha yang ingin menjadi usahawan. Rektor Institut Pertanian Bogor Herry Suhardiyanto mengatakan sebagai institusi pendidikan tinggi, IPB juga sa- ngat peduli terhadap pengem- bangan wirausaha. Sebagai wujud komitmen itu, selain kepada mahasiswa, IPB selama ini terus melakukan dukungan dan pembinaan kewirausahaan terhadap alumninya. Menurut Dodik, IPB sejak 2009 sudah mengembangkan kewirausahaan. Semula mem- bina 175 mahasiswa wirausaha. Pada 2010 membina sekitar 74 mahasiswa, dan sedang dalam tahap seleksi pada 2011 seba- nyak 150 calon. “Selain itu, IPB akan mem- bina sekitar 224 orang lulusan sekolah menengah kejuruan dan alumni IPB untuk menjadi wirausaha,” kata Dodik. Selain melakukan pembi- naan kewirausahaan kepada mahasiswa yang masih aktif, IPB membantu dan mengem- bangkannya bagi para alum- nus yang berminat. IPB telah melahirkan sekitar 175 orang wirausaha, bahkan salah satu- nya tampil sebagai pemenang nasional wirausaha yang di- adakan secara nasional oleh perbankan nasional. “Ini membuktikan bahwa wirausaha itu bisa diciptakan, bisa dilatih, jadi bukan hanya talenta. Memang benar talenta/ bakat itu sangat dibutuhkan, tapi juga memerlukan pelatihan yang benar,” tandasnya. (S-2) [email protected] MEDIA INDONESIA | RABU, 27 APRIL 2011 | HALAMAN 44 P ENDIDIK AN Mencetak mahasiswa menjadi wirausaha muda memang bukan monopoli perguruan tinggi semata. Sejumlah pihak pun ikut mendorong upaya itu. Tiada Henti Cetak Wirausaha Muda IPB akan membina sekitar 224 orang lulusan sekolah menengah kejuruan dan alumni IPB untuk menjadi wirausaha.” Dodik Ridho Nurrochmat Direktur Pengembangan Karier & Hubungan Alumni IPB PELATIHAN: Peserta kegiatan Pesta Petani Muda Indonesia (Pestani) di Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Rabu(6/4), mendapatkan materi pelatihan teknologi terapan petani, ilmu tanah, penyusunan proposal permodalan dan pemasaran hasil pertanian, serta field trip pertanian dan peternakan. Kegiatan tersebut merupakan hasil kerja sama pemerintah daerah setempat dan Kodam III Siliwangi. MI/DEDE SUSIANTI Advertorial P ascapenerapan perjanjian perdagang- an bebas (ACFTA), sejumlah perusa- haan mulai mengalami penurunan profitabilitas. Pangsa pasar yang dulunya dikuasai produk lokal, kini telah berpindah tangan. Penguasaan pasar do- mestik oleh perusahaan negeri tirai bambu tersebut terjadi sangat cepat. Sebut saja industry telekomunikasi seluler di tanah air yang kini telah dibanjiri produk-produk China. Dimulai dari demam produk ‘mirip’ Blackberry, hingga alat telekomunikasi ‘tabletyang kini membanjiri pasar domestik. Kondisi ini ditunjang dengan tren life style serta daya beli konsumen. Alhasil, pasar yang dulunya dimiliki produsen Eropa pun telah bera- lih tangan. Ke depan, banjir produk-produk China diperkirakan semakin gencar. Fenomena yang sama juga terjadi pada industri lain, termasuk tekstil, consumer goods hingga otomotif. Jika tak segera diantisipasi, niscaya produk-produk lokal akan menjadi ‘tamu’ di negara sendiri. Untuk itu, manaje- men perusahaan perlu belajar bagaimana pro- dusen-produsen China berhasil menguasai pasar global hanya dalam hitungan tahun. Dari sejumlah strategi yang dilakukan, satu hal yang menarik untuk dicermati adalah proses pemberdayaan peran intrapreneur dalam meningkatkan potensi perusahaan untuk meraih profit melalui penguasaan pasar. Sejak berkembang di tahun 80-an, sejumlah perusahaan global terbukti berhasil meningkatkan prot sekaligus memperpan- jang umur melalui konsep ini. Alhasil dalam perkembangannya, manajemen senantiasa berupaya menciptakan kebijakan strategis lintas fungsi untuk mengembangkan potensi intrapreneur dalam perusahaan. Konsep intraprenenur kini dipahami sebagai sebuah kemampuan untuk menterjemahkan ide inovasi dalam tataran teknis. Beberapa li- teratur mendenisikan intrapreneurships seba- gai sebuah kebijakan manajemen yang meng- kombinasikan antara kekuatan inovasi dan efektivitas dalam mengelola risiko. Sekilas, pemahaman tersebut mirip dengan konsep kewirausahaan (baca; enterpreneurships ). Bahkan, ada sejumlah opini (salah satunya Parker, 2009) yang memandang intrapreneur- ships sebagai sebuah kewirausahaan dalam perusahaan (corporate enterpreneurships). Lebih lanjut dijelaskan bahwa keberhasilan perusahaan dalam menghadapi persaingan ditentukan dua hal, yakni kekuatan inovasi dan keberhasilan mengelola risiko. Inovasi Dalam turbulensi yang kini tengah terjadi, menciptakan inovasi bukanlah hal yang mu- dah. Beberapa faktor seperti dimensi waktu, dukungan dana serta kekuatan intelijen pasar ,turut menentukan keberhasilan ino- vasi. Alhasil, sejumlah kalangan praktisi kini mulai menghentikan langkah, dari menjadi innovator pertama menjadi follower. Meski terkesan puas hanya menjadi second player, langkah ini harus diakui cukup efektif da- lam mempertahankan arus kas perusahaan. Produsen-produsen China merupakan bukti yang paling akurat untuk kasus tersebut. Menjadi innovation follower kini dipandang sebagai hal yang tidak tabu. Ada banyak keuntungan yang dapat diperoleh perusa- haan dalam posisi tersebut. Satu diantaranya adalah dapat mempelajari kelemahan dari sang pionir. Pada sejumlah kasus diperoleh temuan bahwa tingginya biaya penelitian dan pengembangan seringkali menjadi alasan bagi perusahaan pionir untuk memasarkan produk mereka dengan harga premium. Alhasil, kondisi tersebut merupakan pelu- ang yang sangat potensial bagi para second player. Banyaknya ceruk pasar yang belum terlayani merupakan pangsa pasar poten- sial. Lebih lanjut, dengan tambahan inovasi produk baik dalam dimensi feature maupun jasa layanan purnajual maka produsen akan dengan mudah masuk dalam pasar. Bukan hal yang mustahil jika di kemudian hari produsen innovation follower akan berubah menjadi pemimpin pasar. Pengelolaan risiko Dimensi kedua selain kekuatan inovasi ada- lah kemampuan dalam mengelola risiko. De- wasa ini, telah menjadi rahasia umum bahwa uktuasi risiko pasar seringkali menghambat manajemen perusahaan dalam menerapkan strategi mereka. Namun, dengan pengelolaan risiko yang efektif, niscaya manajemen akan dapat menerapkan strategi dengan tepat. Salah satu metode pengelolaan risiko yang saat ini dapat menjadi pilihan adalah Enter- prise Risk Management atau yang dikenal dengan istilah ERM. ERM menitikberatkan pengelolaan risiko ke dalam lima tahap; identikasi risiko, pengu- kuran, pemetaan, mitigasi, dan pengendalian risiko. Dalam kaitannya dengan intrapreneu- srhips, satu hal yang menarik dari ERM adalah pandangan bahwa risiko bukanlah hal yang harus ditakuti. Risiko senantiasa dipahami sebagai suatu hal yang jika dikelola dengan baik akan menciptakan peluang bagi perusa- haan untuk meraih laba lebih tinggi. Dengan konsep tersebut, niscaya menang dalam persaingan ACFTA bukanlah hal yang mustahil. Kini sudah saatnya bagi manajemen produsen domestik untuk mengoptimalkan jiwa intrapreneurships dalam perusahaan. Melalui pertalian yang efektif antara kekuat- an inovasi dan pengeloalaan risiko, niscaya pemain domestik akan mampu menjadi tuan rumah di Indonesia. Selamat berefleksi, sukses senantiasa menyertai Anda! *** Hadapi ACFTA dengan Intrapreneurships Aries Heru Prasetyo Ketua Program Sarjana Manajemen Bisnis PPM School of Management
1

ENDIDIKAN - ftp.unpad.ac.id filedang pengusaha sukses untuk jadi teladan sekaligus memo-tivasi, dan belajar bagaimana ... materi pelatihan teknologi terapan petani, ilmu tanah, ...

Mar 02, 2019

Download

Documents

NguyenDiep
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ENDIDIKAN - ftp.unpad.ac.id filedang pengusaha sukses untuk jadi teladan sekaligus memo-tivasi, dan belajar bagaimana ... materi pelatihan teknologi terapan petani, ilmu tanah, ...

HERU PRIHMANTORO

RAHMAT, mahasiswa tingkat akhir Institut Pertanian Bogor, ter-lihat antusias men-

dengarkan penjelasan dari salah seorang staf pengusaha agrobisnis terkenal Bob Sadino di Gedung Botanical Square, beberapa waktu lalu.

Matanya tampak tak berkedip mengikuti penjelasan staf terse-but tentang usaha agrobisnis.

Sesekali tangannya diacung-kan memotong penjabaran sang instruktur, beberapa per-tanyaan keluar dari mulutnya, kadang bertanya komoditas agrobisnis yang layak, pema-saran nya hingga apa saja kendala yang muncul ketika seseorang masuk ke bidang agrobisnis. Terlihat sekali be-tapa besar minat pemuda itu untuk menimba pengetahuan dari sang instruktur.

“Saya memang suatu saat bisa menjadi pengusaha agro-bisnis,” katanya.

Siang itu, Rahmat bersama 79 mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) lainnya menda-pat pelatihan entrepreneurship (kewirausahaan) agrobisnis di Gedung Botanical Square, Bogor.

Acara itu terselenggara atas kerja sama IPB dengan BUMN Perum Pegadaian dan pengu-saha agrobisnis terkenal Bob

Sadino. Menurut Dirut Utama Perum Pegadaian Chandra Purnama, pelatihan kewirau-sahaan kepada pelajar dan mahasiswa merupakan ke-giatan CSR Perum Pegadaian. Kewirausahan dipilih karena kegiatan itu belum menjadi pilihan utama mahasiswa di Indonesia selepas mengikuti pendidikan formal.

“Pelatihan kewirausahaan bagi mahasiswa dan pelajar sebagai wujud peran aktif pegadaian untuk mencetak generasi muda yang berjiwa wirausaha yang ingin menjadi usahawan,” tandasnya.

Menurut Chandra, pelatihan kewirausahaan ini hanya di-lakukan selama satu minggu. Setelah itu, atau tahap pelaksa-naannya, yakni ketika mereali-sasikan rencana usaha, peserta akan mendapat pendampingan dari IPB.

“Peserta terbaik pelatihan

akan mendapat permodalan untuk menjalakan usahanya dari Pegadaian,” tukas Chan-dra.

Direktur Pengembangan Karier & Hubungan Alumni IPB Dr Ir Dodik Ridho Nur-rochmat mengatakan, seu-sai pembinaan dan pelatihan kewirausahaan kepada ma-hasiswanya itu, para peserta diharapkan akan memiliki

bekal untuk membuka usaha dan menjalankannya.

Tentu hanya kepada mereka yang memiliki animo tinggi dan kemauan tinggi di bidang kewirausahaan. Untuk menam-bah ilmu dan penerapannya di lapangan, IPB juga mengun-dang pengusaha sukses untuk jadi teladan sekaligus memo-tivasi, dan belajar bagaimana suatu usaha dijalankan se-

hingga bisa berhasil sukses.

Kerja samaUntuk menambah jumlah

penduduk yang berwirau-saha itu, menurut Chandra, dibutuhkan kerja sama antara pemerintah dan dunia usaha, perguruan tinggi dan SMK.

Jadi sangat penting bagi perguruan tinggi untuk ikut serta dan aktif dalam mengem-

bangkan kewirausahaan ter-hadap mahasiswa dan alumni-nya atau menjadi pencipta lapangan kerja sehingga akan semakin banyak jumlah pen-duduk Indonesia yang terjun ke dunia usaha.

Pelatihan kewirausahaan bagi mahasiswa dan pelajar, yang diselenggarakan Perum Pegadaian merupakan wujud peran aktif Pegadaian untuk

mencetak generasi muda yang berjiwa wirausaha yang ingin menjadi usahawan.

Rektor Institut Pertanian Bogor Herry Suhardiyanto menga takan sebagai institusi pendidikan tinggi, IPB juga sa-ngat peduli terhadap pengem-bangan wirausaha. Sebagai wujud komitmen itu, selain kepada mahasiswa, IPB selama ini terus melakukan dukungan dan pembinaan kewirausahaan terhadap alumninya.

Menurut Dodik, IPB sejak 2009 sudah mengembangkan kewirausahaan. Semula mem-bina 175 mahasiswa wirausaha. Pada 2010 membina sekitar 74 mahasiswa, dan sedang dalam tahap seleksi pada 2011 seba-nyak 150 calon.

“Selain itu, IPB akan mem-bina sekitar 224 orang lulusan sekolah menengah kejuruan dan alumni IPB untuk menjadi wirausaha,” kata Dodik.

Selain melakukan pembi-naan kewirausahaan kepada mahasiswa yang masih aktif, IPB membantu dan mengem-bangkannya bagi para alum-nus yang berminat. IPB telah melahirkan sekitar 175 orang wirausaha, bahkan salah satu-nya tampil sebagai pemenang nasional wirausaha yang di-adakan secara nasional oleh perbankan nasional.

“Ini membuktikan bahwa wirausaha itu bisa diciptakan, bisa dilatih, jadi bukan hanya talenta. Memang benar talenta/bakat itu sangat dibutuhkan, tapi juga memerlukan pelatih an yang benar,” tandasnya. (S-2)

[email protected]

MEDIA INDONESIA | RABU, 27 APRIL 2011 | HALAMAN 44

PENDIDIKAN

Mencetak mahasiswa menjadi wirausaha muda memang bukan monopoli perguruan tinggi semata. Sejumlah pihak pun ikut mendorong upaya itu.

Tiada Henti Cetak Wirausaha Muda

IPB akan membina sekitar

224 orang lulusan sekolah menengah kejuruan dan alumni IPB untuk menjadi wirausaha.”Dodik Ridho NurrochmatDirektur Pengembangan Karier & Hubungan Alumni IPB

PELATIHAN: Peserta kegiatan Pesta Petani Muda Indonesia (Pestani) di Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Rabu(6/4), mendapatkan materi pelatihan teknologi terapan petani, ilmu tanah, penyusunan proposal permodalan dan pemasaran hasil pertanian, serta field trip pertanian dan peternakan. Kegiatan tersebut merupakan hasil kerja sama pemerintah daerah setempat dan Kodam III Siliwangi.

MI/DEDE SUSIANTI

Advertorial

Pascape nerapan perjanjian perdagang-an bebas (ACFTA), sejumlah perusa-haan mulai mengalami penurunan profitabilitas. Pangsa pasar yang

dulunya dikuasai produk lokal, kini telah berpindah tangan. Penguasaan pasar do-mestik oleh perusahaan negeri tirai bambu tersebut terjadi sangat cepat. Sebut saja industry telekomunikasi seluler di tanah air yang kini telah dibanjiri produk-produk China. Dimulai dari demam produk ‘mirip’ Blackberry, hingga alat telekomunikasi ‘tablet’ yang kini membanjiri pasar domestik. Kondisi ini ditunjang dengan tren life style serta daya beli konsumen. Alhasil, pasar yang dulunya dimiliki produsen Eropa pun telah bera-lih tangan. Ke depan, banjir produk-produk China diperkirakan semakin gencar.

Fenomena yang sama juga terjadi pada industri lain, termasuk tekstil, consumer goods hingga otomotif. Jika tak segera diantisipasi, niscaya produk-produk lokal akan menjadi ‘tamu’ di negara sendiri. Untuk itu, manaje-men perusahaan perlu belajar bagaimana pro-dusen-produsen China berhasil menguasai pasar global hanya dalam hitungan tahun.

Dari sejumlah strategi yang dilakukan, satu hal yang menarik untuk dicermati adalah proses pemberdayaan peran intrapreneur dalam meningkatkan potensi perusahaan untuk meraih profit melalui penguasaan pasar. Sejak berkembang di tahun 80-an, sejumlah perusahaan global terbukti berhasil meningkatkan profit sekaligus memperpan-jang umur melalui konsep ini. Alhasil dalam perkembangannya, manajemen senantiasa berupaya menciptakan kebijakan strategis lintas fungsi untuk mengembangkan potensi intrapreneur dalam perusahaan.

Konsep intraprenenur kini dipahami sebagai sebuah kemampuan untuk menterjemahkan ide inovasi dalam tataran teknis. Beberapa li-teratur mendefinisikan intrapreneurships seba-gai sebuah kebijakan manajemen yang meng-kombinasikan antara kekuatan inovasi dan efektivitas dalam mengelola risiko. Sekilas, pemahaman tersebut mirip dengan konsep kewirausahaan (baca; enterpreneurships). Bahkan, ada sejumlah opini (salah satunya Parker, 2009) yang memandang intrapreneur-ships sebagai sebuah kewirausahaan dalam perusahaan (corporate enterpreneurships). Lebih lanjut dijelaskan bahwa keberhasilan perusahaan dalam menghadapi persaingan ditentukan dua hal, yakni kekuatan inovasi dan keberhasilan mengelola risiko.

InovasiDalam turbulensi yang kini tengah terjadi,

menciptakan inovasi bukanlah hal yang mu-dah. Beberapa faktor seperti dimensi waktu, dukungan dana serta kekuatan intelijen pasar ,turut menentukan keberhasilan ino-

vasi. Alhasil, sejumlah kalangan praktisi kini mulai menghentikan langkah, dari menjadi innovator pertama menjadi follower. Meski terkesan puas hanya menjadi second player, langkah ini harus diakui cukup efektif da-lam mempertahankan arus kas perusahaan. Produsen-produsen China merupakan bukti yang paling akurat untuk kasus tersebut.

Menjadi innovation follower kini dipandang sebagai hal yang tidak tabu. Ada banyak keuntungan yang dapat diperoleh perusa-haan dalam posisi tersebut. Satu diantaranya adalah dapat mempelajari kelemahan dari sang pionir. Pada sejumlah kasus diperoleh temuan bahwa tingginya biaya penelitian dan pengembangan seringkali menjadi alasan bagi perusahaan pionir untuk memasarkan produk mereka dengan harga premium. Alhasil, kondisi tersebut merupakan pelu-ang yang sangat potensial bagi para second player. Banyaknya ceruk pasar yang belum terlayani merupakan pangsa pasar poten-sial. Lebih lanjut, dengan tambahan inovasi produk baik dalam dimensi feature maupun jasa layanan purnajual maka produsen akan dengan mudah masuk dalam pasar. Bukan hal yang mustahil jika di kemudian hari produsen innovation follower akan berubah menjadi pemimpin pasar.

Pengelolaan risikoDimensi kedua selain kekuatan inovasi ada-

lah kemampuan dalam mengelola risiko. De-wasa ini, telah menjadi rahasia umum bahwa fluktuasi risiko pasar seringkali menghambat manajemen perusahaan dalam menerapkan strategi mereka. Namun, dengan pengelolaan risiko yang efektif, niscaya manajemen akan dapat menerapkan strategi dengan tepat. Salah satu metode pengelolaan risiko yang saat ini dapat menjadi pilihan adalah Enter-prise Risk Management atau yang dikenal dengan istilah ERM.

ERM menitikberatkan pengelolaan risiko ke dalam lima tahap; identifikasi risiko, pengu-kuran, pemetaan, mitigasi, dan pengendalian risiko. Dalam kaitannya dengan intrapreneu-srhips, satu hal yang menarik dari ERM adalah pandangan bahwa risiko bukanlah hal yang harus ditakuti. Risiko senantiasa dipahami sebagai suatu hal yang jika dikelola dengan baik akan menciptakan peluang bagi perusa-haan untuk meraih laba lebih tinggi.

Dengan konsep tersebut, niscaya menang dalam persaingan ACFTA bukanlah hal yang mustahil. Kini sudah saatnya bagi manajemen produsen domestik untuk mengoptimalkan jiwa intrapreneurships dalam perusahaan. Melalui pertalian yang efektif antara kekuat-an inovasi dan pengeloalaan risiko, niscaya pemain domestik akan mampu menjadi tuan rumah di Indonesia. Selamat berefleksi, sukses senantiasa menyertai Anda! ***

Hadapi ACFTA dengan IntrapreneurshipsAries Heru Prasetyo

Ketua Program Sarjana Manajemen Bisnis PPM School of Management