Top Banner
ENKAPSULASI METFORMIN DENGAN CHITOSAN NANO PARTIKEL SEBAGAI OBAT ANTIDIABETES TIPE II Usulan Penelitian MOCHAMMAD IQBAL ARDI WIBOWO MUHAMMAD GUFRON DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
33

Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

Nov 27, 2015

Download

Documents

iqbalardiwibowo
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

ENKAPSULASI METFORMIN DENGAN CHITOSAN NANO PARTIKEL

SEBAGAI OBAT ANTIDIABETES TIPE II

Usulan Penelitian

MOCHAMMAD IQBAL ARDI WIBOWO

MUHAMMAD GUFRON

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 2: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

ENKAPSULASI METFORMIN DENGAN CHITOSAN NANO PARTIKEL

SEBAGAI OBAT ANTIDIABETES TIPE II

MOCHAMMAD IQBAL ARDI WIBOWO

MUHAMMAD GUFRON

Usulan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan pada

Departemen Teknologi Hasil Perairan

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

Page 3: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

PRAKATA

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puja puji serta syukur penulis ucapkan pada Allah SWT yang telah

menjadi motivasi terbesar penulis untuk menyelesaikan usulan penelitian ini

dengan menciptakan dunia dan semesta alam yang melimpah akan ilmu

pengetahuan ini. Tak lupa pula shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad

SAW yang telah menjadi panutan serta pemimpin di dunia ini sehingga penulis

dapat termotivasi dan lancar dalam penyelesaian usulan penelitian ini.

Terima kasih juga penulis ucapkan pada Bapak Dr. Ir. Bustami Ibrahim,

MS dan Ibu Dr. Pipih Suptijah, MBA atas bantuan dan bimbingannya sehingga

penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini sebaik mungkin. Penulis juga

mengucapkan terima kasih yang sangat besar pada kedua orang tua penulis atas

doa dan motivasinya untuk kelancaran serta kesuksesan penulis. Penulis juga

mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Iqbal, Rama, teman-teman

Teknologi Hail Perairan (angkatan 43, 44, 45 dan 46) serta karyawan Departemen

Teknologi Hail Perairan yang setia membantu dan memberikan semangat kepada

penulis.

Penulis sadar bahwa penulisan usulan penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan yang diharapkan, oleh karena itu saran dan kritik yang dapat

membuat usulan penelitian ini menjadi lebih baik sangat diharapkan oleh penulis.

Penulis berharap penelitian ini akan berjalan dengan baik dan lancar.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bogor, Januari 2012

Page 4: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

DAFTAR ISI PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

Latar Belakang ................................................................................................................ 1

Rumusan Masalah ........................................................................................................... 3

Tujuan Penelitian ............................................................................................................ 3

Manfaat Penelitian .......................................................................................................... 3

Hipotesis Penelitian ........................................................................................................ 4

TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 4

Diabetes Melitus ............................................................................................................. 4

Pengobatan Diabetes Melitus .......................................................................................... 7

Metformin ....................................................................................................................... 7

Hewan Coba .................................................................................................................. 10

Nano Partikel Chitosan ................................................................................................. 11

Enkapsulasi ................................................................................................................... 14

BAHAN DAN METODE ................................................................................................. 14

Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................................... 14

Bahan dan Alat .............................................................................................................. 14

Metode Pembuatan Nano Partikel Chitosan .....................Error! Bookmark not defined.

Tahapan pengujian dan menganalisis karakteristik nano chitosan................................ 15

Proses Enkapsulasi (Hsio dkk, 2003; Chang dan Chiu, 2003) ...................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 17

LAMPIRAN ...................................................................................................................... 20

Page 5: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo
Page 6: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

6

Page 7: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan peradaban manusia terus berkembang dan menjadi

peradaban yang berteknologi tinggi. peradaban yang tinggi tersebut memiliki

banyak keunggulan sifat dan beberapa keuntungan dalam memudahkan

kepentingan manusia. Hal tersebut dapat dilihat dari cara atau mekanisme dalam

kehidupan sehari-hari yang serba praktis dan tersedia. Perkembangan ini juga

memiliki banyak efek negatif dalam kehidupan manusia, salah satu efek diantara

banyak efek negatif dalam kehidupan manusia dalam perkembangan peradaban

ialah masalah penurunan kesehatan.

Banyak penyakit yang muncul dikarenakan dari perkembangan

kehidupan manusia yang berkembang cepat dan serba praktis. Diantaranya ialah

penyakit kanker dan Diabetes mellitus. Penyakit kanker dan infeksi merupakan

salah satu ancaman utama terhadap kesehatan masyarakat. Meskipun usaha

pengobatan kanker secara intensif telah dilakukan namun hingga saat ini belum

ditemukan obat yang dapat mengatasi kanker secara memuaskan. Hal ini

disebabkan karena rendahnya selektifitas obat-obat anti kanker yang digunakan

atau karena patogenesitas penyakit itu sendiri belum jelas benar. Di lain pihak

masyarakat Indonesia telah mengenal berbagai ramuan tradisional yang

dinyatakan sebagai obat kanker (Meiyanto dan Sugiyanto, 1997).

Diabetes melitus merupakan penyakit akibat gangguan metabolisme tubuh

yang dicirikan tingginya kadar glukosa darah (hiperglikemia) disertai gangguan

pada metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai dampak dari menurunnya

fungsi insulin (Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 2005). Penderita

diabetes mellitus mengalami peningkatan pada produksi radikal bebas sehingga

sistem pertahanan antioksidan terganggu yang berujung pada terjadinya kerusakan

seluler pada sel β pankreas (Winarto 2007). Tekanan darah yang baik bagi

penderita diabetes mellitus adalah kurang dari 130/80 mmHg, sedangkan indeks

massa tubuhnya harus dijaga normal yang berkisar 18,5-22,9 kg/m2. Menurut

survei yang di lakukan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO), jumlah penderita

Diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2000 terdapat 8,4 juta orang, jumlah

tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, sedangkan urutan di atasnya

Page 8: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

2

adalah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta), dan Amerika Serikat (17,7 juta).

Diperkirakan jumlah penderita Diabetes mellitus akan meningkat pada tahun 2030

yaitu India (79,4 juta), Cina (42,3 juta), Amerika Serikat (30,3 juta) dan Indonesia

(21,3 juta). Jumlah penderita Diabetes Mellitus tahun 2000 di dunia termasuk

Indonesia tercatat 175,4 juta orang, dan diperkirakan tahun 2010 menjadi 279,3

juta orang, tahun 2020 menjadi 300 juta orang dan tahun 2030 menjadi 366 juta

orang (Darmono 2007).

Metformin adalah obat yang membantu menurunkan kadar gula darah dalam

tubuh dengan mengurangi jumlah gula yang diproduksi oleh hati, serta secara

bersamaan meningkatkan kemampuan penyerapan gula dari otot-otot. Metformin

juga telah ditunjukkan untuk mengurangi LDL (low-density lipoprotein, atau

"buruk") kadar kolesterol.Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, metformin

merupakan salah satu dari dua obat yang ada antidiabetik oral dan satu-satunya

yang telah terbukti dapat mencegah komplikasi kardiovaskular diabetes.

Metformin biasanya dijual di bawah nama merek Glucophage, Glucophage XR,

Glumetza, Fortamet dan Riomet. Sebelum mengkonsumsi metformin, dianjurkan

mulai dengan dosis rendah untuk memungkinkan tubuh untuk mendapatkan

digunakan untuk obat. Saat ini tidak ada pedoman dosis yang ditetapkan. Dokter

hanya meresepkan dosis berdasarkan toleransi dan kebutuhan individu.

Penggunaan metformin yang direkomendasikan tidak melebihi 2.550 mg per hari

untuk orang dewasa dan 2.000 mg per hari untuk anak-anak.

Metformin diperkirakan 50%-60% bioavalabilitasnya oral, kelarutannya

dalam lipid rendah, dan volume distribusinya pada cairan tubuh. Metformin

mempunyai t½ 1,5-3 jam, tak terikat protein plasma, tidak dimetabolisme, dan

dieksresi oleh ginjal sebagai senyawa aktif. Kerja metformin pada

glukoneogenesis di hati di duga mengganggu pengambilan asam laktat oleh hati.

Pada pasien insufisiensi ginjal (terjadi akumulasi Metformin) dapat meningkatkan

risiko asidosis laktat sehingga dapat berakibat fatal. Absorpsi metformin relatif

lambat dan dapat diperpanjang jadi sekitar 6 jam. Obat ini diekskresikan dalam

urin dengan kecepatan klirens ginjal yang tinggi yaitu 450 ml/menit. Eliminasi

awal metformin adalah cepat dengan waktu paruh bervariasi antara 1.7 dan 3 jam.

Salah satu cara untuk mengatasi kelemahan tersebut ialah dengan cara

Page 9: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

3

mikroenkapsulasi metformin dengan suatu penyalut. Penyalut yang telah

digunakan adalah chitosan (Sugita 2010).

Chitosan adalah polisakarida alami yang memiliki sifat nontoksik,

biokompatibel, dan biodegradabel, hanya saja dalam bentuk gel bersifat rapuh

sehingga perlu dimodifikasi. Modifikasi chitosan dapat dilakukan baik secara

kimia maupun fisika dan berguna untuk meningkatkan sifat reologinya.

Modifikasi kimia chitosan yang pernah dilakukan adalah dengan menambahkan

glutaraldehida sebagai agen penautsilang dan polimer alami atau sintetis sebagai

bahan saling tembus (interprenetrating agent). Polimer alami yang ditambahkan

adalah sejenis hidrokoloid, diantaranya gom guar, alginat, karboksimetilselulosa

(CMC) dan gom xantan, sedangkan polimer sintetis diantaranya polivinil alkohol

(PVA). Modifikasi chitosan dengan penaut silang glutaraldehida yang telah

diujicobakan untuk sistem pengantaran obat metformin baik melalui kajian

disolusi secara in vitro maupun difusi adalah chitosan-gom guar, chitosan-CMC,

chitosan-alginat dan chitosan-gom guar-alginat. Kinerja membran chitosan

termodifikasi tersebut melalui uji difusi memberikan gambaran bahwa mekanisme

pelepasan ketoprofen diawali dengan proses pembengkakan (swelling) membran

saat membran kontak dengan cairan, selanjutnya pembukaan pori sehingga obat

terlepas (Sugita 2010).

Rumusan Masalah

Metformin yang digunakan untuk penyembuhan diabetes selama ini

masih memiliki efek samping yang berbahaya pada tubuh pemakainya. Chitosan

Nanopartikel yang memiliki kemampuan menghilangkan senyawa tak stabil dan

antidiabetes diharapkan dapat menghilangkan efek samping metformin dan

menambahkan aktivitas antidiabetes.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan antidiabetes dari

enkapsulasi Nano Chitosan-Metformin terhadap tikus galur Sparague dawley.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai jalan keluar terhadap

potensi obat-obatan yang selama ini digunakan namun masih memiliki efek

samping yang dapat membahayakan tubuh dengan cara membuat enkapsulasi

Page 10: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

4

nano chitosan. Manfaat lain yang didapatkan ialah penambahan mutu dari

aktivitas antidiabetes metformin yang ditambah kemampuan antidiabetes dari

nano chitosan.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah penambahan enkapsulasi nano chitosan

pada metformin akan dapat menetralisir efek samping dari penggunaan metformin

dan menambah kemampuan dari aktivitas antidiabetes metformin.

TINJAUAN PUSTAKA

Diabetes Melitus

Indonesia adalah salah satu negara dengan penderita diabetes terbanyak di

dunia. Banyaknya penderita diabetes di Indonesia karena gaya hidup masyarakat

yang tidak memperhatikan pola hidup sehat, seperti mengkonsmsi gizi seimbang

dan berolah raga cukup. Jumlah penderita diabetes pun semakin meningkat karena

penyakit ini dapat dilanjutkan ke keturunan. Menurut survei yang di lakukan oleh

organisasi kesehatan dunia (WHO), data pada tahun 2000 negara dengan jumlah

penderita Diabetes mellitus tertinggi di dunia adalah India sebanyak 31,7 juta,

Cina 20,8 juta, Amerika Serikat 17,7 juta, dan Indonesia terdapat 8,4 juta orang.

Diperkirakan jumlah penderita Diabetes mellitus akan meningkat pada tahun 2030

yaitu India (79,4 juta), Cina (42,3 juta), Amerika Serikat (30,3 juta) dan Indonesia

(21,3 juta). Jumlah penderita Diabetes Mellitus tahun 2000 di dunia termasuk

Indonesia tercatat 175,4 juta orang, dan diperkirakan tahun 2010 menjadi 279,3

juta orang, tahun 2020 menjadi 300 juta orang dan tahun 2030 menjadi 366 juta

orang (Darmono 2007).

Diabetes melitus didefinisikan sebagai suatu penyakit kelainan metabolik

kronis secara serius yang memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan yang

ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah. Salah satu penyebab diabetes

melitus yaitu ditandai dengan menurunnya hormon insulin yang diproduksi oleh

sel beta pulau Langerhans dalam kelenjar pankreas. Insulin merupakan hormon

yang berperan dalam metabolisme glukosa khususnya sebagai perantara

masuknya glukosa di dalam darah ke sel-sel jaringan tubuh lainnya seperti otot

dan jaringan lemak (Garret & Grisham 2002).

Page 11: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

5

Diabetes melitus merupakan penyakit akibat gangguan metabolisme tubuh

yang dicirikan tingginya kadar glukosa darah (hiperglikemia) disertai gangguan

pada metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai dampak dari menurunnya

fungsi insulin. Diabetes melitus salah satu penyakit degeneratif yang bersifat

kronis. Penyakit ini dapat menimbulkan kerusakan pada semua organ tubuh dan

menimbulkan berbagai keluhan atau komplikasi, seperti komplikasi kronik pada

mata, ginjal, pembuluh darah dan lain-lain (Dirjen Bina Kefarmasian & Alat

Kesehatan 2005). Penderita diabetes mellitus mengalami peningkatan pada

produksi radikal bebas sehingga sistem pertahanan antioksidan terganggu yang

berujung pada terjadinya kerusakan seluler pada sel β pankreas (Winarto 2007).

Tekanan darah yang baik bagi penderita diabetes mellitus adalah kurang dari

130/80 mmHg, sedangkan indeks massa tubuhnya harus dijaga normal yang

berkisar 18,5-22,9 kg/m2 (WHO 2010).

Hiperglikemia merupakan keadaan saat konsentrasi kadar gula dalam

darah melewati batas normal. Keadaan ini dapat terjadi akibat adanya defisiensi

insulin sehingga penyerapan glukosa ke dalam sel menjadi terhambat (Ohta 2002).

Kadar gula dalam darah normal kurang dari 100 mg/dL, sesaat setelah makan

kadar gula dalam darah dapat meningkat hingga 120 mg/dL dan dapat kembali

normal 2 jam setelah makan (Soegondo 2004).

Gejala umum yang timbul pada diabetes melitus diantaranya, sering haus,

sering buang air kecil, kesemutan, penglihatan mulai terganggu, banyak makan

akan tetapi berat badan menurun, cepat merasa lelah, dan sering mengantuk

(Purwakusumah 2003). Penyakit diabetes melitus dapat disebabkan oleh beberapa

faktor diantaranya pola makan, obesitas, faktor genetik, bahan kimia dan obat-

obatan, serta infeksi pada pankreas (Wijayakusuma 2004).

Diabetes melitus terbagi menjadi dua tipe yaitu diabetes tipe I (Insulin

Dependent Diabetes Melitus) dan diabetes tipe II (Insulin Independent Diabetes

Melitus). DM tipe I dapat didefinisikan sebagai tipe diabetes yang tergantung pada

insulin. Dibetes tipe I ini sel pankreasnya mengalami kerusakan sehingga sel-sel

β-pankreas tidak dapat menseksresikan insulin atau jika dapat mensekresi insulin,

maka insulin yang disekresikan hanya berjumlah sedikit. Kerusakan pada sel-sel

β-pankreas disebabkan adanya peradangan, karena hal inilah penderita DM tipe I

selalu bergantung pada adaanya insulin. Berbeda dengan DM tipe I, DM tipe II

Page 12: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

6

merupakan tipe diabetes yang tidak tergantung pada insulin. Hal ini terjadi bukan

karena sel β-pankreas yang rusak namun karena jumlah insulin yang dihasilkan

menurun. Penurunan tersebut disertai defisiensi insulin hingga resistensi insulin

(Murray 2003). DM tipe II ini umumnya disebabkan oleh obesitas atau kelebihan

berat badan. Pengobatan terhadap diabetes tipe ini dilakukan dengan pengaturan

pola makan dan olahraga, namun dapat pula diobati dengan obat-obat antidiabetes

tertentu (Matsumoto et al. 2002).

Menurut Wijayakusuma (2004), selain DM tipe I dan II terdapat pula satu

tipe diabetes melitus yang terjadi pada saat kehamilan. Penyakit tersebut

umumnya dialami oleh wanita hamil dan akan kembali normal setelah melahirkan.

Seorang wanita hamil membutuhkan lebih banyak insulin untuk mempertahankan

metabolisme karbohidrat. Jika tidak menghasilkan lebih banyak insulin, wanita

hamil dapat menderita penyakit diabetes yang dapat menyebabkan terjadinya

perubahan metabolisme glukosa (karbohidrat) dan metabolisme lainnya yang

terjadi dalam tubuh.

Gagalnya secara wajar gula darah masuk ke dalam sel menyebabkan

kandungan gula darah di dalam cairan darah menjadi meningkat. Beberapa

anjuran untuk dilakukan bagi penderita diabetes tipe-1 untuk mengontrol

kandungan gula darah didalam carian darahnya adalah: melakukan diet,

khususnya terhadap makanan yang mengandung banyak glucosa; melakukan

latihan fisik secara teratur, dan terapi insulin sebagai solusi kurangnya suplai

insulin oleh sel-β. Diabetes tipe-2 sangat dipengaruhi oleh factor obesitas.

Obesitas dapat menyebabkan meningkatnya resistansi reseptor insulin pada

membran sel. Oleh karena itu diabetes tipe-2 erat kaitannya dengan faktor

keturunan dan budaya yang berkembang di lingkungannya. Seseorang dapat

mengalami salah satu tipe diabetes di atas dan dapat pula mengalami sekaligus

keduanya. Beberapa cara penyelesaian telah dilakukan untuk dapat mengatasi atau

menyembuhkan penderita, namun hasil yang diperoleh belum mencapai titik yang

paling optimum. Oleh karena itu beberapa alternatif pengembangan sedang

diinvestigasi yang salah satunya adalah melibatkan nanoteknologi (Zhirno dan

Cavin, 2011; Mishra et al., 2008).

Page 13: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

7

Pengobatan Diabetes Melitus

Pengobatan diabetes melitus umumnya dilakukan dengan pengaturan

diet, pemberian obat antidiabetik oral, dan terapi insulin. Akan tetapi pemberian

obat-obat antidiabetik oral dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya.

Efek tersebut dapat berupa gangguan mekanisme dalam tubuh hingga kematian

(Tuyet & Chuyen 2007). Pemberian obat secara oral merupakan cara pemberian

obat yang paling umum dilakukan karena mudah, murah dan aman. Umumnya

pemberian obat antidiabetik oral hanya dilakukan untuk penderita DM tipe II, obat

tersebut terbagi menjadi dua jenis, diantaranya obat sintetik dan obat tradisional

(Mathur & Shiel 2003).

Obat sintetik yang memiliki aktivitas antidiabetik dibagi menjadi 4 kelas

menurut mekanisme kerjanya. Pertama, golongan sulfonylurea yang memiliki

mekanisme kerja utama pada peningkatan insulin. Obat dari golongan ini banyak

digunakan dalam pengobatan diabetes adalah glimepiride. Kedua, golongan

biguanida yang dapat mengurangi produksi glukosa hati sehingga dapat

meningkatkan sensitivitas periferal dan mengurangi penyerapan glukosa

intestinal, contoh obat golongan ini adalah glucophage, diabex, glucotica, dan

lain-lain. Ketiga, golongan inhibitor α-glukosidase salah satunya adalah acarbose.

Obat ini dapat menghambat enzim spesifik yang menguraikan pati dalam usus

halus sehingga menunda penyerapan glukosa hasil pemecahan karbohidrat di

dalam usus. Keempat, merupakan insulin eksogen yang berperan dalam

meningkatkan sensitivitas insulin secara tidak langsung dan menekan produksi

gula hati . obat lainnya yang sering digunakan dalam terapi diabetes adalah

pioglitazon, yang termasuk ke dalam golongan thiazolidinedione. Pioglitazone

bekerja dengan cara meningkatkan sensitivitas insulin pada jaringan target, seperti

menurunkan glukoneogenesis di hati (Tuyet & Chuyen 2007).

Metformin

Metformin adalah satu-satunya obat antidiabetes yang telah meyakinkan

ditunjukkan untuk mencegah komplikasi kardiovaskular diabetes. Ini membantu

mengurangi kolesterol LDL dan trigliserida, dan tidak terkait dengan peningkatan

berat badan. Pada 2010, metformin merupakan salah satu dari hanya dua obat

antidiabetik oral di Daftar Organisasi Kesehatan Dunia Model Obat Esensial

Page 14: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

9

(glibenklamid). Metformin menyebabkan efek samping sedikit (yang paling

umum adalah gangguan pencernaan) dan berhubungan dengan risiko rendah

hipoglikemia. Asidosis laktat (penumpukan laktat dalam darah) dapat menjadi

perhatian serius dalam overdosis dan ketika itu diresepkan untuk orang dengan

kontraindikasi, tetapi sebaliknya, tidak ada risiko yang signifikan.

Pertama disintesis dan ditemukan untuk mengurangi gula darah pada tahun

1920, metformin dilupakan selama dua dekade berikutnya sebagai penelitian

dialihkan ke insulin dan obat antidiabetes lain. Minat metformin muncul kembali

di akhir 1940-an setelah beberapa laporan bahwa hal itu bisa menurunkan kadar

gula darah pada orang, dan pada tahun 1957, Perancis dokter Jean Sterne

diterbitkan percobaan klinis pertama metformin sebagai pengobatan untuk

diabetes. Ini diperkenalkan ke Britania Raya pada 1958, Kanada pada tahun 1972,

dan Amerika Serikat pada tahun 1995. Metformin sekarang diyakini menjadi obat

antidiabetes paling banyak diresepkan di dunia,. Di Amerika Serikat saja, lebih

dari 48 juta resep diisi pada tahun 2010 untuk formulasi generiknya.

Metformin adalah terutama digunakan untuk diabetes tipe 2 Namun

semakin banyak digunakan dalam sindrom ovarium polikistik (PCOS), non-

alkohol penyakit hati berlemak (NAFLD) dan pubertas dini, tiga penyakit lain

yang fitur resistensi insulin , ini indikasi masih dianggap eksperimental. Manfaat

metformin pada NAFLD belum ekstensif dipelajari dan mungkin hanya

sementara;. meskipun beberapa percobaan terkontrol acak telah menemukan

peningkatan yang signifikan dengan penggunaan, bukti masih cukup.

Penggunaan utama untuk metformin dalam pengobatan mellitus tipe,

diabetes 2 terutama pada orang gemuk. Dalam kelompok ini, lebih dari 10 tahun

pengobatan, metformin mengurangi komplikasi diabetes dan kematian secara

keseluruhan sekitar 30% bila dibandingkan dengan insulin dan sulfonilurea

(glibenclamide dan klorpropamid) dan sekitar 40% bila dibandingkan dengan

kelompok hanya diberikan saran diet. Perbedaan ini diselenggarakan pada orang

yang diikuti selama lima sampai 10 tahun setelah penelitian.

Sejak kontrol glukosa intensif dengan metformin muncul untuk

mengurangi risiko yang berkaitan dengan diabetes endpoint pada orang gemuk

dengan diabetes, dan berhubungan dengan berat badan kurang. dan serangan

hipoglikemik lebih sedikit dibandingkan insulin dan sulphonylureas, mungkin

Page 15: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

10

menjadi terapi lini pertama farmakologis pilihan dalam kelompok ini. Selain itu,

metformin itu tidak berpengaruh pada berat badan: Selama periode pengobatan 10

tahun, kelompok metformin diperoleh sekitar 1 kg, sama seperti kelompok nasihat

diet, sedangkan kelompok sulfonilurea naik 3 kg, dan kelompok insulin, 6 kg.

Sebagai metformin affords tingkat yang sama kontrol gula darah terhadap insulin

dan sulfonilurea, tampaknya menurunkan angka kematian terutama melalui

serangan jantung menurun, stroke dan komplikasi kardiovaskular lainnya.

Metformin memiliki risiko hipoglikemia lebih rendah dibandingkan

dengan sulfonilurea, meskipun telah jarang terjadi selama latihan intens, defisit

kalori, atau bila digunakan dengan agen lain untuk glukosa darah yang lebih

rendah. Metformin juga tidak berhubungan dengan penambahan berat badan, dan

sederhana mengurangi kadar LDL dan trigliserida.

Gambar 1. Susunan biokimia metformin (Murfida 2001)

Hewan Coba

Tikus putih yang biasanya dijadikan percobaan terdiri atas lima macam

yaitu Long Evans, Osborne Mendel, Sherman, Sprague-Dawley dan Wistar. Tikus

percobaan memiliki beberapa karakteristik diantaranya adalah nokturnal, yaitu

aktivitasnya malam hari dan tidur pada siang hari, tidak mempunyai gall blader

(kantung empedu), tidak dapat mengeluarkan isi perut (muntah), dan tidak pernah

berhenti tumbuh, walaupun kecepatan pertumbuhannya akan menurun setelah 100

hari (Muchtadi 1989).

Page 16: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

11

Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) tikus yang digunakan untuk

percobaan memiliki berat badan 35-40 g setelah berumur empat minggu dan berat

badan dewasa rata-rata 200-250 g, tetapi bervariasi bergantung pada galur. Galur

sprague-dawley paling besar, hampir sama dengan tikus liar. Smith dan

Mangkoewidjojo juga menuliskan ada dua sifat yang membedakan tikus dari

hewan percobaan lainnya yaitu tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi

yang tidak lazim di tempat esophagus bermuara ke dalam lambung dan tidak

mempunyai kantung empedu.

Tikus yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jenis

Sparague-Dawley berjenis kelamin jatan dengan berat badan sekitar 150-250 g.

Tikus Sparague-Dawley dengan jenis kelamin betina tidak digunakan karena

kondisi hormonal yang sangat berfluktuasi pada saat mulai beranjak dewasa,

sehingga dikhawatirkan akan memberikan respon yang berbeda dan dapat

mempengaruhi hasil penelitian. Tikus normal memiliki kadar glukosa sebesar 60-

100 mg/dl (Safitri 2005).

Tikus diadaptasi terlebih dahulu selama 7 hari, hal ini bertujuan agar tikus

terbiasa dengan lingkungan penelitian dan mengembalikan kondisi hewan coba

dari stres karena pemindahan dan transportasi. Selain itu pada masa adaptasi

dilakukan pengamatan terhadap kondisi kesehatan tikus hingga layak digunakan

untuk penelitian. Ransum yang diberikan selama masa adaptasi merupakan

ransum standar. Ransum standar dan air diberikan secara ad libitum, yang berarti

tikus-tikus tersebut diberi keleluasaan makan dan minum kapan saja (Safitri

2005).

Nano Partikel Chitosan

Nanomaterial adalah suatu materi yang ukurannya berada pada kisaran 1-

100 nanometer (nm). Materi ini dapat dalam bentuk kristal yang atomatomnya

tersusun secara teratur maupun dalam bentuk non-kristal (Kumar et al., 2005).

Ditemukan bahwa perilaku materi yang berukuran nanometer sangat berbeda

dibanding dengan perilaku pada ukuran yang lebih besar (bulk). Perbedaan yang

sangat dramatis terjadi pada sifat fisika, kimia dan sifat biologinya. Perbedaan

yang terjadi memberikan manfaat yang sangat besar sehingga membawa material

Page 17: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

12

berukuran nanometer sebagai material unggul pada berbagai bidang terapan,

termasuk biologi dan farmasi (Sigma-Aldrich 1999).

Proses sintesa nanomaterial dapat dilakukan secara top down maupun

secara bottom up (Kumar et al., 2005). Secara top down, material yang berukuran

besar digiling (grinding) sampai ukurannya berorde nanometer. Alat penggiling

paling popular adalah ball mill. Di samping itu dilakukan dengan cara evaporasi.

Material berukuran besar dipanaskan sampai pada temperatur uapnya sehingga

terevaporasi menghasilkan partikel-partikel berukuran nanometer. Nanomaterial

yang dihasilkan pada kedua cara di atas distabilisasi dengan menggunakan larutan

kimia seperti polyvinyl alcohol (PVA) atau polyethilene glycol (PEG) sehingga

membentuk nanokoloid yang stabil. Sayangnya, cara evaporasi berbiaya tinggi

karena menggunakan peralatan yang mahal. Secara bottom up sintesa

nanomaterial dilakukan dengan mereaksikan berbagai larutan kimia dengan

langkah-langkah tertentu yang spesifik sehingga terjadi suatu proses nukleasi yang

menghasilkan nukleus-nukleus sebagai kandidat nanpartikel setelah melalui

proses pertumbuhan. Laju pertumbuhan nukleus dikendalikan sehingga

menghasilkan nanopartikel dengan distribusi ukuran yang relatif homogen.

Gambar 2. Skema proses pembentukan nanomaterial secara bottom up (Kumar et

al., 2005).

Page 18: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

12

Chitosan adalah biopolimer alami hasil modifikasi dari kitin, yang

merupakan struktur utama komponen dari pena cumi, dinding sel dari beberapa

jamur, karapas udang dan cangkang kepiting. Kitin dan chitosan memiliki sifat

spesifik yang ramah lingkungan dan mudah terdegradasi, serta memiliki afinitas

tinggi dan non-toksisitas. Chitosan memiliki efek yang kuat pada pertanian,

seperti bertindak sebagai sumber karbon untuk mikroba dalam tanah,

mempercepat proses transformasi materi organik menjadi anorganik materi dan

membantu sistem akar tanaman untuk menyerap lebih banyak unsur hara yang ada

di tanah. Chitosan diserap ke akar setelah diurai oleh bakteri dalam tanah. Selain

itu, efek chitosan terhadap tanaman dapat mengatur sistem kekebalan tubuh

tanaman, menginduksi enzim ekskresi resisten, mengaktifkan sel-sel dan

kemampuan tahan serangga (Suchada, 2008).

Menurut Mohanraj (2006), kebanyakan nanopartikel dibuat dengan tiga

metode, yaitu dispersi polimer, polimerisasi monomer, dan proses gelasi ionik

disperse polimer merupakan teknik umum yang digunakan untuk membuat

nanopartikel biodegradable dari PLA (poly lactic acid). PLG (poly D, L-

glycolide), PLGA (poly-D, L-actide-co-glycolide), dan PCA (poly-cyanoacrylate).

Teknik disperse polimer ini dapat digunakan dalam berbagai cara, antara

lain metode evaporasi pelarut, dan metode difusi pelarut. Dalam metode evaporasi

pelarut, pelarut dan obat masing-masing dilarutkan dalam pelarut organic.

Campuran larutan polimer dan obat tersebut kemudian di emulsifikasi dalam

larutan yang mengandung surfaktan untuk membentuk emulsi minyak dalam air

(o/w). setelah emulsi yang terbentuk stabil, pelarut kemudian diuapkan. Untuk

metode polimerisasi, monomer di polimerisasi untuk membentuk nanopartikel

dalam larutan berair. Suspense nanopartikel selanjutnya dipisahkan dari penstabil

dan surfaktan yang digunakan dengan ultrasentrifugasi dan partikel disuspensikan

kembali dalam medium yang isotonis.

Metode yang paling umum dalam pembuatan nanopartikel menurut

Mohanraj (2006) adalah melalui proses gelasi ionic. Banyak penelitian difokuskan

untuk membuat nanopartikel dari polimer yang biodegradable seperti chitosan,

gelatin, dan sodium alginate. Salah satu contoh metode gelasi ionik ini adalah

mencampurkan polimer chitosan dengan polianion sodium tripolifosfat yang

Page 19: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

13

menghasilkan interaksi antara muatan positif pada gugus amino chitosan dengan

muatan negative tripolifosfat.

Menurut Haskell (2005), nanopartikel dapat dibuat dengan 4 metode, yaitu

emulsifikasi, pemecahan, pengendapan, dan difusi emulsi. Metode emulsifikasi

menggunakan bahan dasar cairan / larutan dan energy mekanik atau ultrasonic

diberikan untuk mengurangi ukuran partikel (umumnya < 300nm). Metode ini

memiliki keuntungan, yaitu menggunakan peralatan yang umum, sepeti

homogenizer. Sedangkan kelemahan metode ini antara lain pengisian obat ke

dalam nanopartikel rendah, serta memerlukan energy tinggi untuk dekomposisi

kimia. Metode pemecahan menggunakan bahan dasar padatan yang dipecah

dengan cara menggiling butiran-butiran padatan. Metode ini memiliki kelebihan

antara lain cocok untuk senyawa yang kelarutannya rendah, sedangkan

kekurangan metode ini antara lain pemecahan partikel padayan memerlukan

energy dan waktu yang lebih besar daripada bahan cairan / larutan, dapat

menghasilkan panas, kondisi proses berbeda-beda dari satu obat ke obat lainnya,

dan ukuran partikel yang dihasilkan terbatas, yaitu lebih besar dari 100 nm.

Metode pengendapan dilakukan dengan mengendalikan kelarutan bahan di

dalam larutan melalui perubahan pH, suhu, atau pelarut. Endapan yang dihasilkan

dari kondisi sangat jenuh memiliki banyak partikel berukuran kecil. Metode ini

memiliki kelebihan antara lain dapat menghasilkan partikel lebih kecil dari 100

nm dan pemakaian energy sangat rendah. Akan tetapi, kekurangan metode ini

adalah pengisian obat ke dalam nanopartikel rendah dan memerlukan penguapan

banyak pelarut. Metode yang terakhir adalah difusi emulsi yang merupakan

gabungan dari metode emulsifikasi dan pengendapan. Dalam metode ini, emulsi

yang mengandung obat dihasilkan terlebih dahulu melalui penggunaan pelarut

dengan volatilitas yang tinggi.

Setelah preparasi, fase yang mengandung obat dihilangkan melalui

evaporasi, yang berlanjut pada pengendapan obat dalam droplet emulsi. Tidak

seperti metode pengendapan langsung dimana pembentukan partikel terjadi di

seluruh larutan, dalam metode ini pengendapan terbatas pada fase yang

mengandung obat sehingga droplet berperan sebagai cetakan (template) untuk

pembentukan nanopartikel. Metode difusi emulsi memiliki kelebihan antara lain

proses pengendapan dapat dikendalikan secara merata sehingga lebih efektif

Page 20: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

14

menghasilkan nanopartikel, sedangkan kekurangan metode ini adalah prosesnya

lebih rumut karena banyak tahapan yang dilakukan, biaya lebih besar, serta

memerlukan kemampuan khusus untuk pemilihan pelarutan yang sesuai.

Enkapsulasi

Enkapsulasi merupakan teknik untuk menyalut suatu senyawa (dapat

berupa padatan, cairan, maupun gas) dengan suatu polimer. Enkapsulasi ini

merupakan cara baru yang digunakan dalam sistem pengangkutan obat dalam

tubuh. Enkapsulasi senyawa obat dibentuk dalam ukuran yang sangat kecil untuk

memaksimumkan khasiat obat secara lebih aman (Wukirsari 2006). Babstov et al.

(2002) dalam Wukirsari (2006) menyatakan bahwa enkapsulasi dalam ukuran

kecil memiliki beberapa keuntungan, antara lain melindungi suatu senyawa dari

penguraian dan mengendalikan pelepasan suatu senyawa aktif. Proses enkapsulasi

memungkinkan pengubahan bentuk suatu senyawa dari cair menjadi padat dan

juga memisahkan senyawa-senyawa yang berbahaya jika berinteraksi satu sama

lain. Senyawa aktif suatu obat yang memerlukan proses enkapsulasi adalah

senyawa adalah senyawa dengan paruh waktu eleminasi yang singkat, obat yang

harus diminum secara teratur (Wukirsari 2006), dan obat yang memiliki efek

negatif terhadap sistem pencernaan (Wukirsari 2006).

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksananakan mulai bulan Februari hingga bulan

Juni 2011 di Laboratorium Teknologi Hasil Perairan Institut Pertanian Bogor

(IPB), Kampus IPB Dramaga, Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun wungu,

akuades, etanol 30%, etanol 70%, etanol 96%, enzim α-glukosidase, p-nitrofenil-

α-D-glukopiranosa (p-NPG), larutan bufer fosfat (pH 7), serum bovine albumin,

acarbose (glukobay), dimetilsulfoksida (DMSO), HCl 2N, H2SO4 2 M, dan

Na2CO3.

Page 21: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

15

Alat-alat yang dipakai adalah corong kaca, kertas saring, penangas air,

neraca analitik, maserator, corong pisah, pipet mikro, pipet volumetrik, pipet tetes,

labu Erlenmeyer, tabung reaksi, microplate dan ELISA reader.

Tahapan pengujian dan menganalisis karakteristik nano chitosan

Uji stabilitas ukuran partikel dengan PSA (Partikel Size Analizer) untuk

mengetahui potensial Zeta, distribusi partikel, dan diameter nano chitosan.

Selanjutnya nano chitosan yang paling stabil dilakukan pengeringan dengan spray

dryer dan oven. Tahap terakhir menganalisis karakterisasi nanopartikel yang

dihasilkan melalui SEM untuk mengetahui karakteristik dan morfologi

nanopartikel chitosan serta keadaan missel yang memiliki stabilitas yang konstan.

Kemudian setiap harinya dilakukan uji stabilitas nano chitosan dengan

menggunakan mikroskop. Setelah itu, dilakukan uji FTIR untuk mengetahui DD

(derajat deasetilasi) nano chitosan tersebut.

Proses Enkapsulasi (Sugita, dkk. 2010)

Sebanyak 250 mL larutan chitosan 2.25% (b/v) dalam larutan asam asetat

1% (v/v) ditambahkan dengan 40 mL larutan karagenan 0,625% sambil diaduk.

Setelah itu, sebanyak 7.50 mL tripoliposfat 4,5% (v/v) ditambahkan ke dalam

larutan chitosan-karagenan sambil diaduk hingga homogen. Sebanyak 250 mL

larutan metformin 1.00% (b/v) dalam air dicampurkan ke dalam larutan chitosan-

karagenan tersebut sehingga nisbah bobot chitosan metformin 2 : 1. Setelah itu, 5

mL Tween-80 dengan ragam konsentrasi 0.4% di dalam pelarut air ditambahkan

dan campuran diaduk dengan magnetic stirrer dengan lamanya waktu pengadukan

(40-60) menit. Nanopartikel dibentuk menggunakan alat pengering semprot (spray

dryer). Enkapsulasi Nano khitosan-Metformin yang terbentuk lalu dibagi menjadi

3 kelompok. Pembagian kelompok ini berdasarkan pembagian konsentrasinya

kemudian akan dilakukan uji kualitas nano partikel.

Page 22: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

16

Tabel 2. Formulasi Enkapsulasi Nano Chitosan-Metformin

Formulasi

Larutan 1 : Chitosan 2,25% (b/v), Karagenan 0,725% (b/v) tripoliposfat 4,5%

(v/v)

Larutan 2 : Metformin 1.00% (b/v) dalam air

Tabel 3. Pembagian Konsentrasi Formula Nano Chitosan-Metformin

Formula Konsentrasi Nano

Khitosan-Metformin (b/v)

A

B

C

2.25

3.00

3.50

Gambar 3. Diagram Alir Pembuatan Nano Chitosan

Gambar 4. Diagram Alir Pembuatan Metformin Time Release

Nano Chitosan (cair)

Emulsifikasi dengan

penambahan Karagenan

Penambahan Metformin

Metformin Time Release

Spray Dryer / Freeze Dryer

Page 23: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

17

DAFTAR PUSTAKA

Babstov V, Shapiro Y, Kvitnitsky E,penemu; Tagra Biotechnologies Ltd. 30 Sep

2002. Method of microencapsulation. US patent 6 932 984.

[BPOM RI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005.

Gerakan Nasional Minum Temulawak. Jakarta : BPOM RI.

Darmono. 2007. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Suatu Aspek Manajemen dan

Tata Kerja. Jakarta : Gramedia Widiasmara Indonesia.

Garret, R.H. and Grisham, C.M. 1995. Biochemistry. Saunders College Pub. Fort

Wort; Nelson D.L. and Cox, M.M. 2000. Lehninger Principles of

Biochemistry. 3rd ed., Worth Publisher, New York

Haskell R.2005. Nanotechnology for drugs delivery. Exploratory Formulation

Pfizer, Inc.

Kumar, V., A.K. Abbas, N. Fausto, S.L. Robbins and R.S. Cotran. 2005.

Pathologic Basic of Disease. Ed. 7. Elsevier Saunders. Philadelphia.

Mathur R, Shiel WC. 2003. Diabetes Melitus. http://www.medicine.com/diabet

melitus/article.htm [28 Juli 2005].

Matsumoto K et al. 2002. A novel method for the assay of α-glucosidase

inhibitory activity using a multi-channel oxygen sensor. J Anal Sci 18:1351-

1359.

Meiyanto, E. , dan Sugiyanto, 1997, Uji Sitotoksik Beberapa Fraksi Etanol Daun

Gynurra precumbens (Lour) terhadap Larva Udang, Majalah Farmasi

Indonesia, hal 8, 42-49.

Mishra, M., Kumar, H., Singh, R.K., dan Tripathi, K., 2008. Diabetes and

nanomaterials. Digest Journal of Nanomaterials and Biostructures, Vol. 3

No. 3, hal. 109-113.

Mohanraj VJ and Y Chen. 2006. Nanoparticles- A review. Tropical Journal of

Pharmaceutical Research 5 (1):561-573.

Muchtadi. 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Murfida L. 2001.

Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., Rodwell, V.W., 2003, Biokimia

Harper, Edisi 25, Penerbit EGC, Jakarta.

Ohta T et al. 2002. Α-Glucasidase inhibitory activity of a 70% methanol extract

from ezoishige (Palvetia Bibingtoniide Tonii) and its effect on the evaluation

of blood glucose level in rats. J Biosci Biotechnol Biochem 66:1552-1554.

Page 24: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

18

Purwakusumah ED. 2003. Tumbuhan sebagai sumber biofarmaka. Di dalam

Pelatihan Tanaman Obat Tradisional, 3-4 Mei 2003. Bogor: Pusat Studi

Biofarmaka Lembaga Penelitian IPB.

Safitri M. 2005. Uji fitokimia dan toksisitas ekstrak air daun sirih merah sebagai

penurun glukosa darah pada tikus putih hiperglikemik [laporan penelitian].

Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian

Bogor.

Sigma, 1999, Biohemicals And Reagents For Life Science Research, 723, 1873,

Sigma Aldrich co., Singapore.

Suchada, P., Trankler, J., Cholada, K., dan Scholl, W. 2003. The Role of Formal

and Informal Sectors in Solid Waste Management of Developing Countries.

Ninth International Waste Management and Landfill Symposium.

Soegondo S. 2004. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus Terkini. Di

dalam: Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Sebagai panduan

penatalaksanaan diabetes mellitus bagi dokter maupun educator. Jakarta:

Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Fakultas

Kedokteran UI.

Tuyet T, Chuyen NV. 2007. Antihyperglikemic activity of an aqueous extract

from flower buds of Cleistocalyx operculatus (Roxb.) Merr and Perry. Biosci

Biotechnol Biochem 71: 69-76.

Wijayakusuma H. 2004. Atasi Diabetes Melitus dengan Tanaman Obat. Jakarta:

Puspa Sehat.

Winarto. 2007. Pengaruh minyak buah merah (Pandanus conoideus Lam.)

terhadap gambaran sel β pankreas dan efek hipoglikemik glibenklamid pada

tikus putih (Rattus novergicus) jantan galur wistar diabetik [tesis].

Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada.

Wukirsari, T. 2006. Enkapsulasi Ibuprofen dengan Penyalut Alginat-Chitosan.

Skripsi. Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Institut Pertanian Bogor.

WHO. 2010. Definition, diagnosis and classification of diabetes melitus and it’s

complications. Geneva: WHO Publishing.

Zhirnov, V.V. dan Cavin, R.K., 2011. Microsystems for Bioelectronics: The

Nanomorphic Cell. Elsevier Inc., Oxford, UK

Page 25: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

20

Page 26: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

20

LAMPIRAN

Page 27: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

21

Lampiran 1 Diagram Alir Percobaan In Vivo Aktivitas Antidiabetes pada

Enkapsulasi Nano Chitosan-Metformin.

Lampiran 2. Formulasi Enkapsulasi Nano Chitosan-Metformin

Formulasi

Larutan 1 : Chitosan 2,25% (b/v), Karagenan 0,725% (b/v) tripoliposfat 4,5%

(v/v)

Larutan 2 : Metformin 1.00% (b/v) dalam air

Lampiran 3. Pembagian Konsentrasi Formula Nano Chitosan-Metformin

Formula Konsentrasi Nano

Khitosan-Metformin

(b/v)

A

B

C

2.25

3.00

3.50

Page 28: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

22

Matrix crosslinking by acidification of calcium carbonate

Metformin

Carageenan / dextran Sulphate blend

Calcium carbonate

Dispersing in oil emulsifying agent

Emuslifying Agent

Crosslinked matrix

Addition of primary and secondary coats

Secondary coat (bovine serum albumin)

Primary coat (Chitosan, PEG, Calcium chloride)

Lampiran 3 Proses pembentukan nanopartikel chitosan-enhanced

carageenan dextran sulphate

Page 29: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

23

Lampiran 3 (lanjutan)

Nanosphere

Nanocapsule

Obat Terjebak Obat Terjerap

Page 30: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

24

Lampiran 5. Usulan Kebutuhan Dana

Tabel 1. Biaya pengadaan bahan habis pakai

No Keterangan Jumlah Satuan

Harga

satuan

(Rp)

Total harga

(Rp)

1 Kitosan 1 kg kg 800.000 800.000

2 Metformin 10 strip strip 6000 60.000

3 Tikus putih 30 ekor ekor 15.000 450.000

4 Karagenan 1 kg kg 200.000 200.000

5 Alloxan 100 gr gr 120.000 1.200.000

6 Asam asetat 1% 1 liter liter 100.000 100.000

7 Tripoliphospat 4,5% 100 gr gr 100.000 100.000

8 Tween 80 1 liter liter 100.000 100.000

Total biaya bahan habis pakai 3.010.000

Tabel 2. Biaya peralatan

No Keterangan Jumlah Satuan

Harga

satuan

(Rp)

Total

harga

(Rp)

1 Gelas ukur (100 ml) 1 buah 250.000 250.000

2 Gelas ukur (10 ml) 1 buah 100.000 100.000

3 Suntikan 6 buah 5.000 30.000

4 Pipa tetes 5 buah 5.000 25.000

5 Gelas spray 3 buah 200.000 600.000

6 Beaker glass 5 buah 60.000 300.000

Total biaya peralatan dan pengujian 1.305.000

Page 31: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

25

Tabel 3. Biaya penyewaan

No Keterangan Jumlah Satuan

Harga

satuan

(Rp)

Total

harga

(Rp)

1 Laboratorium THP 500.000 500.000

2 Laboratorium FKH 500.000 500.000

3 Magnetic stirrer 3 kali 150.000 450.000

4 Spray dryer 3 kali 80.000 240.000

5 Destilator 1 kali 100.000 100.000

6 Pengujian SEM 3 kali 600.000 1.800.000

Total biaya peralatan dan pengujian 3.590.000

Tabel 5. Biaya penunjang

No Keterangan Total harga (Rp)

1 Pembuatan proposal 300.000

2 Pembuatan laporan 380.000

3 Dokumentasi 200.000

Total biaya penunjang 880.000

Page 32: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

26

Tabel 6. Biaya Perjalanan

Tabel 7. Rancangan Biaya. Total Program

No. Sasaran Biaya Jumlah (Rp.)

1. Biaya pengadaan bahan habis pakai 3.010.000

2. Biaya peralatan 1.305.000

3. Biaya penyewaan 3.590.000

4. Biaya penunjang 880.000

5. Biaya Perjalanan 800.000

Total (Rp.) 9.585.000

No Keterangan Total harga (Rp)

1 Pembelian Chitosan 100.000

2 Pembelian tikus putih 150.000

3

Pembelian tripoliphospat, asam

asetat, metformin dan twin 200.000

4 Pembelian alat-alat 200.000

5 Transport pengujian SEM 150.000

Total biaya perjalanan 800.000

Page 33: Encapsulation Chitosan Nano Particle With Metformin Ardi Wibowo

27

Lampiran 4 Jadwal kegiatan selama penelitian

Kegiatan Februari 2011 Maret 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Studi Literatur

Pelatihan

Pembuatan Prototype

Pengujian in vivo

Penyusunan Laporan Kemajuan

Penelitian

Skripsi