Top Banner
LAPORAN PREPLANNING KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN “PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS DENGAN MENGGUNAKAN MINUMAN SEHAT SUSU KEDELAI” PADA LANSIA DI PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA (PSLU) DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER oleh: Ely Rahmatika Nugrahani, S.Kep NIM 112311101038
37

Ely Rahmatika Nugrahani

Dec 08, 2015

Download

Documents

Melz Melz Mutz
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Ely Rahmatika Nugrahani

LAPORAN PREPLANNING KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN “PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS DENGAN MENGGUNAKAN

MINUMAN SEHAT SUSU KEDELAI” PADA LANSIA DIPELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA (PSLU)

DI KECAMATAN PUGERKABUPATEN JEMBER

oleh:Ely Rahmatika Nugrahani, S.Kep

NIM 112311101038

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JEMBER

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANJl. Kalimantan 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./fax (0331) 323450

Phone/Fak: (0331) 323450

Page 2: Ely Rahmatika Nugrahani

Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2015

2015

LAPORAN PREPLANNING KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN “PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS DENGAN MENGGUNAKAN

MINUMAN SEHAT SUSU KEDELAI” PADA LANSIA DIPELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA (PLSU)

DI KECAMATAN PUGERKABUPATEN JEMBER

disusun untuk memenuhi tugas stase Keperawatan Gerontikdosen pembimbing Ns. Latifa Aini S., M.Kep. Sp.Kom

oleh:Ely Rahmatika Nugrahani, S.Kep

NIM 112311101038

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JEMBER

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANJl. Kalimantan 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./fax (0331) 323450

Phone/Fak: (0331) 3234502015

Page 3: Ely Rahmatika Nugrahani

Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2015

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Data PenyakitSalah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan adalah semakin

meningkatnya usia harapan hidup penduduk (UHH). Peningkatan usia harapan hidup penduduk tersebut menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat. Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia mengatakan bahwa, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

Peningkatan UHH dapat mengakibatkan terjadinya transisi epidemiologi dalam bidang kesehatan akibat meningkatnya jumlah angka kesakitan karena penyakit degeneratif. Perubahan struktur demografi ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan menurunnya angka kematian serta penurunan jumlah kelahiran (Buletin Lansia, 2013). Penduduk dengan kelompok usia lanjut memiliki pertumbuhan sangat cepatdibandingkan dengan kelompok usia lainnya baik di Indonesia maupun di dunia.

Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia. Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2011, pada tahun 2000-2005 UHH dunia menduduki usia 66,4 tahun (dengan persentase populasi lansia tahun 2000 adalah 7,74%), angka ini akan meningkat pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan UHH menjadi 77,6 tahun (dengan persentase populasi lansia tahun 2045 adalah 28,68%). Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan bahwa terjadi peningkatan UHH. Tahun 2000 UHH di Indonesia adalah 64,5 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,18%). Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 (dengan persentase populasi lansia adalah 7,56%) dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,58%). Angka ini menunjukkan bahwa persentase penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77 % dari total penduduk pada tahun 2010 dan diperkirakan menjadi 11,34 persen pada tahun 2020.

Usia lanjut sebagai tahap akhir kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dihadapi oleh setiap individu yang sudah mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihalangi (Stanley, 2006). Secara individu pada usia 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah yang nantinya akan meninmbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi, dan psikologis (Nugroho, 2000). Salah satu masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian serius pada masa usia lanjut adalah osteoporosis. Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya kepadatan masa tulang dan kerusakan mikro arsitektur jaringan tulang yang mengakibatkan tulang rapuh dan mudah patah (Siagan, 2004). Pada penyakit ini tulang menjadi rapuh dan pada akhirnya mencapai keparahan sama seperti penyakit kronis lainnya. Penyakit ini tidak menunjukkan gejala awal, dan tidak terdiagnosis sehingga biasanya patah tulang terjadi begitu saja (Lane, 2001). Penyebab ostroporosis diantaranya adalah rendahnya hormon esterogen pada wanita, rendahnya aktivitas fisik, kurangnya paparan sinar matahari, obat-obatan yang menurunkan masa tulang, usia lanjut dan rendahnya asupan kalsium.

Page 4: Ely Rahmatika Nugrahani

Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2015

World Health Organisation (WHO) mengatakan, bahwa kejadian patah tulang akibat osteoporosis diseluruh dunia mencapai angka 1,7 juta orang dan diperkurakan angka ini akan terus meningkat hingga 6,3 juta orang di tahun 2050 dan 71% kejadian ini akan terdapat di negara-negara berkembang. Kejadian osteoporosis di Indonesia mencapai angka 19,7% dari jumlah lansia atau sekitar 3,6 juta orang diantaranya menderita osteoporosis (Klinik Media, 2008). Lima provinsi yang berisiko tinggi terjadinya osteoporosis diantaranya adalah Sumatera Selatam (27,7%), Jawa Tengah (24,02%), Yogyakarta (23,5%), Sumatera Utara (22,82%), Jawa Timur (21,42%), dan Kalimantan Timur (10,5%) (Depkes, 2005). Osteoporosis telah menjadi ancaman hampir 24% dari lansia yang mengalami patah tulang pinggul dan meninggal dunia pada tahun pertama, sedangkan 50% mempunyai risiko tidak bisa melakukan aktivitas seumur hidup, dan 25% memerlukan perawatan jangka panjang dan butuh dana yang besar serta tidak akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain (Yatim, 2000).

Data tersebut merupakan tantangan bagi Indonesia dalam mengupayakan peningkatan kesejahteraan dan kesehatan lansia di Inodnesia khususya dalam pencegahan serta penanganan osteoporosis. Menteri Kesehatan (2013) mengatakan, bahwa tantangan yang dihadapi dalam upaya peningkatan kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia ini adalah masih terbatasnya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang memberikan layanan kesehatan yang ramah dan mudah diakses oleh lanjut usia. Peran aktif tenaga kesehatan untuk terus mengembangkan dan meningkatkan pelayanan kesehatan bagi lansia masih sangat dibutuhkan. Pencegahan dan pengurangan angka kesakitan sangat perlu dilakukan oleh segala pihak sehingga kesehatan dan jaminan keselamatan lansia tetap optimal.

Osteoporosis dapat dicegah sejak dini atau ditunda kejadiannya dengan membudayakan perilaku hidup sehat. Perilaku hidup sehat tersebut adalah mengkonsumsi makanan dan minuman bergizi yang dapat memenuhi kebutuhan nurisi dengan kaya serat, rendah lemak dan kaya kalsium (1000-1200 mg kalsium perhari), berolahraga secara teratur, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol karena dapat meningkatkan risiko osteoporosis dua kali lipat. (Depkes, 2004). Serangkain penyebab tersebut, konsumsi makanan untuk mencukupi kebutuhan kalsium masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya konsumsi kalsium rata-rata penduduk di Indonesia yaitu hanya 254 mg/hari dari 1000 – 1200 mg /hari yang dibutuhkan menurut standar internasional (Depkes, 2005).

Kebutuhan kalsium dapat didapatkan dari beberapa sumber makanan yang ada, seperti brokoli, bayam, tiram, udang kecil atau rebon, teri dan ikan yang dimakan dengan tulangnya, serta kedelai dan olahannya seperti tempe dan tahu sebagai sumber kalsium. Kedelai sangat baik terutama untuk wanita, karena mengandung estrogen alamiah (fitoestrogen) yang sangat dibutuhkan pada masa menopause. Susu kedelai adalah salah satu hasil olahan yang merupakan hasil ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki sususnan asam amino yang hampir sama dengan susu sapi, sehingga susu kedelai seringkali digunakan sebagai pengganti susu sapi bagi mereka yang alergi terhadap protein hewani. Susu kedelai merupakan minuman yang bergizi tinggi, terutama kandungan protein, kalsium, karbohidrat fosfor, zat besi, provitamin A, vitamin B kompleks (kecuali B12), dan air. Kandungan-kandungan tersebut sangat cocok untuk

Page 5: Ely Rahmatika Nugrahani

Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2015

mencegah osteoporosis, sehingga minuman susu kedelai ini dapat di konsumsi oleh lansia disamping kandungannya yang sangat baik untuk tubuh, mudah dibuat sendiri, dan harganya yang lebih terjangkau dari pada susu hewani lainnya.

1.2 Perumusan MasalahBagaimana cara mencegah osteoporosis melalui pembuatan minuman susu

kedelai pada lansia?

BAB II. TUJUAN DAN MANFAAT

1.1 Tujuan1.1.1 Tujuan Umum

Setelah diberikan pendidikan kesehatan, diharapkan lansia dapat mengerti cara mencegah osteoporosis melalui pembuatan minuman susu kedelai, serta mengetahui cara membuat susu kedelai dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

1.1.2 Tujuan KhususTujuan khusus pendidikan kesehatan ini adalah sebagai berikut.a. lansia PSLU dapat menjelaskan pengertian osteoporosis, ciri-ciri

osteoporosis, penyebab osteoporosis, dan bahaya osteoporosis;b. lansia PSLU dapat menjelaskan cara pencegahan osteoporosis;c. lansia PSLU dapat menjelaskan dan membuat susu kedelai dengan baik

dan benar dengan mandiri atau bantuan;1.2 Manfaat1.2.1 Bagi Penulis

Mendapatkan pengetahuan, informasi, dan wawasan mengenai manfaat susu kedelai dalam menecegah osteoporosis.

1.2.2 Bagi MasyarakatMemberi infromasi kepada masyarakat mengenai kandungan susu kedelai yang sangat cocok untuk dikondumdi lansia dalam mencegah osteoporosis.

1.2.3 Bagi Praktik KeperawatanMemberi informasi bagi praktik keperawatan khususnya keperawatan gerontik dalam menerapkan terapi komplementer bagi lansia untuk mencegah osteoporosis.

1.2.4 Bagi Pendidikan KeperawatanMemberi pengetahuan dan wawasan tentang manfaat susu kedelai dalam mencegah osteoporosis, serta dapat menambah studi kepustakaan dan menjadi masukan yang berarti dan bermanfaat bagi mahasiswa keperawatan dan bidang kesehatan lainnya.

1.2.5 Bagi Penelitian KeperawatanSebagai bahan informasi dan referensi untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan manfaat susu kedelai sebagai pencegahan penyakit osteoporosis atau penyakit lainnya yang dapat terjadi pada lansia.

Page 6: Ely Rahmatika Nugrahani

Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2015

1.2.6 Bagi PemerintahPemerintah dapat membantu dalam penerapan terapi komplementer pembuatan susu kedelai untuk penyediaan bahan dan alat supaya lansia mudah dalam menerapkan pembuatan susu kedelai.

BAB III. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

1.1 Dasar PemikiranUndang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut

Usia mengatakan bahwa, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, contohnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semangkin memburuk, gerakan lambat, dan figure tubuh yang tidak proposional. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur dan mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dalam kematian.

Menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Kondisi ini dapat memengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia. Kesehatan yang dapat terganggu salah satunya adalah terjadinya kehilangan pada otak, susunan saraf, kelainan tulang, dan jaringan lain, hingga tubuh lemah sedikit demi sedikti. Manusia secara lambat dan progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menempuh semangkin banyak penyakit degeneratif seperti hipertensi, arteriosklerosis, diabetes melitus, osteoporosis, dan kanker.

Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai berkurangnya massa tulang, sehingga menyebabkan kondisi tulang menjadi rapuh, keropos dan mudah patah (Johnson, 2005). Usia lanjut lebih banyak terjadi kerusakan daripada perbaikannya, sehingga mengakibatkan berkurangnya jaringan tulang secara bertahap. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2050 lebih dari 50% cedera panggul terjadi di Asia. Selama 10 tahun terakhir, di Singapura setiap hari terdapat empat wanita usia 50-an tahun mengalami patah tulang panggul. Di Hongkong, setiap tahun 247 per 100.000 penduduk menderita cedera panggul akibat osteoporosis. Keropos tulang merupakan semacam silent disease, penyakit diam-diam yang selama bertahun-tahun tidak terlalu

Page 7: Ely Rahmatika Nugrahani

Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2015

dirasakan penderitanya. Kurangnya konsumsi kalsium merupakan penyebab terjadinya osteoporosis, sehingga pada lansia dengan risiko terjadinya osteoporosis perlu asupan kalisum tinggi untuk mengganti adanya degeneratif pada natomi dan fisiologi tulangnya.

Serangkaian hal diatas menyebutkan bahwa penting dilakukan pendidikan kesehatan pada lansia. Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perseorangan dan masyarakat. Pendidikan kesehatan bukanlah sesuatu yang dapat diberikan oleh seseorang kepada orang lain dan bukan pula sesuatu rangkaian tata laksana yang akan dilaksanakan ataupun hasil yang akan dicapai, melainkan suatu proses perkembangan yang selalu berubah secara dinamis dimana seseorang dapat menerima atau menolak keterangan baru, sikap baru dan perilaku baru yang ada hubungannya dengan tujuan hidup sehat. Adapun tujuan pendidikan kesehatan menurut Notoatmodjo (2003), tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit, serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan. Secara umum tujuan dari pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku individu atau masyarakat dibidang kesehatan. Tujuan ini dapat diperinci lebih lanjut antara lain, menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dimasyarakat, menolong indiviu agar mampu secara mandiri atau kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat, mendorong pengembangan dan menggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada (Herawani, 2001). Selain pendidikan kesehatan, support system dari keluarga dan pihak PSLU juga sangat dibutuhkan untuk mendukung proses kemandirian lansia untuk menerapkan pencegahan osteoporosis dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu penting untuk adanya kegiatan pendidikan kesehatan untuk mencegah osteoporosis pada lansia di PSLU.

1.2 Kerangka Penyelesaian MasalahOsteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit kronik yang ditandai

dengan pengurangan massa tulang yang disertai kemunduran mikroarsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Keadaan ini berisiko tinggi karena tulang menjadi rapuh dan mudah retak bahkan patah. Salah satu hal penting dalam penyakit osteoporosis adalah kurangnya asupan kalsium oleh lansia. Kalsium berfungsi dalam mempertahankan kekuatan tulang sehingga osteoporosis tidak terjadi.

Salah satu bahan makanan yang mengandung zat kaya kalsium adalah kedelai. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki sususnan asam amino yang hampir sama dengan susu sapi sehingga susu kedelai seringkali digunakan sebagai pengganti susu sapi bagi mereka yang alergi terhadap protein hewani. Susu kedelai merupakan minuman yang bergizi tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa susu kedelai sangat cocok digunakan

Page 8: Ely Rahmatika Nugrahani

Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2015

untuk mencegah osteoporosis bagi lansia selain mudah untuk dibuat dan juga lebih murah dibandingkan susu hewani.

BAB IV. RENCANA PELAKSANAAN

4.1 Realisasi Penyelesaian MasalahPenyelesaian masalah untuk lansia di PLSU dengan risiko osteoporosis adalah dengan pendidikan kesehatan melalui pengkonsumsian susu kedelai secara rutin. Sebelum pendidikan kesehatan dimulai, terlebih dulu dilakukan pengkajian terhadap lansia mengenai kondisi kesehatannya.

4.2 Khalayak SasaranTarget sasaran pendidikan kesehatan melalui pembuatan susu kedelai adalah lansia di PLSU. Penerapan terapi komplementer ini diharapkan dapat mengurangi risiko osteoporosis pada lansia.

4.3 Metode yang digunakanMetode yang digunakan adalah dengan demonstrasi melakukan pembuatan susu kedelai. Metode dengan menggunakan praktik langsung dapat memberikan dampak pada ingatan lansia dalam membuat susu kedelai secara mandiri dikehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan R.I. (2005). Rencana Strategi Departemen Kesehatan. Jakarta: Depkes RI. http://www.depkes.go.id/resources/download/info-publik/Renstra-2015.pdf [10 September 2015].

Herawani. (2001). Promosi Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.Kementerian RI. 2013. Data dan Informasi Kesehatan: Bulletin Lansia. ISSN

2088-270X, semester I, 2013. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta. Lane NE. 2001. Osteoporosis, Rapuh Tulang : Petunjuk untuk Penderita dan

Langkahlangkah Pengamanan untuk Keluarga. Jakarta: Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho. W. 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC.Siagan, Sondang P. 2004. Manajemen Sumber Daya Lanusia. Jakarta: Bumi

Aksara.Stanley, M., & Beare, P. G. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta:

EGC.Yatim, Faisal. 2000. Gangguan Kesehatan pada Anak Usia Sekolah. ____:

Pustaka Populer Obor.

Page 9: Ely Rahmatika Nugrahani

Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik – PSIK Universitas Jember 2015

Daftar Lampiran Jember, 15 September 2015Lampiran 1. Berita Acara PemateriLampiran 2. Daftar HadirLampiran 3. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)Lampiran 4. Standar Operasional Prosedur (SOP)Lampiran 5. Materi Ely Rahmatika N., S.KepLampiran 6. Media NIM 112311101038Lampiran 7. Foto Kegiatan

Page 10: Ely Rahmatika Nugrahani

Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik– PSIK Universitas Jember 2015

Lampiran 1. Berita Acara

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JEMBERPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

BERITA ACARA

Pada hari ini, Selasa tanggal 15 bulan September tahun 2015 pukul 09.00 WIB s/d selesai bertempat di PSLU Kecamatan Puger Kabuten Jember Provinsi Jawa Timur telah dilaksanakan kegiatan implementasi pendidikan kesehatan lansia untuk mencegah risiko osteoporosis melalui pembuatan susu kedelai. Kegiatan ini diikuti oleh 11 orang (daftar telah terlampir).

Jember, 15 September 2015

mengetahui,

Mahasiswa Dosen Pembimbing Lapangan

Ely Rahmatika Nugrahani, S.Kep Ns. Latifa Aini S., M.Kep., Sp. Kom

Page 11: Ely Rahmatika Nugrahani

Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik– PSIK Universitas Jember 2015

Lampiran 2. Daftar Hadir

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JEMBERPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

DAFTAR HADIR

Implementasi Implementasi pendidikan kesehatan lansia untuk mencegah risiko osteoporosis melalui pembuatan susu kedelai: Hari Selasa, Tanggal 15 Bulan September Tahun 2015 pukul 09.00 WIB Tempat: di PSLU Kecamatan Puger Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur.

No. Nama Alamat Tanda Tangan1 1.2 2.3 3.4 4.5 5.6 6.7 7.8 8. 9 9.10 10.11 11.12 12.13 13.14 14.15 15.

Jember, 15 September 2015

Mengetahui,Dosen Pembimbing Lapangan

Ns. Latifa Aini S., M.Kep., Sp.Kom

Page 12: Ely Rahmatika Nugrahani

Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik– PSIK Universitas Jember 2015

Lampiran 3. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN(PENDIDIKAN KESEHATAN)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JEMBERPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Topik : Pencegahan Osteoporosis Melalui Susu KedelaiSasaran : Lansia PSLUTarget : Lansia PSLU yang mampu melakukan aktivitas mandiriWaktu : 09.00 WIBHari/tanggal : Selasa, 15 September 2015Tempat : PSLU Kecamatan Puger Kabupaten Jember Provinsi Jawa

Timur.

A. Standar KopetensiSetelah diberikan pendidikan kesehatan dan demonstrasi diharapkan lansia di

PSLU dapat membuat susu kedelai secara mandiri dengan baik dan benar dalam upaya pencegahan osteoporosis

B. Kompetensi DasarSetelah diberikan pendidikan kesehatan dan demonstrasi diharapkan lansia di

PSLU dapat:a. Menjelaskan pengertian, ciri-ciri, penyebab, cara pencegahan osteoporosis;b. Menjelaskan cara membuat susu kedelai;c. Mempraktikkan cara membuat susu kedelai.

C. MASALAH KEPERAWATAN KOMUNITASKurang pengetahuan tentang pentingnya mencegah osteoporosis melalui susu

kedelai berhubungan dengan kekmampuan yang terbatas dalam pencegahan osteoporosis.

D. TUJUAN1. Umum

Setelah mengikuti penyuluhan dan demonstrasi selama ± 20 menit, ansia PSLU diharapkan mampu melakukan pembuatan ksusu kedelai secara mandiri di PSLU Kecamatan Puger Kabupaten Jember.

2. Khususa. Setelah diberikan penyuluhan dan demonstrasi selama ± 5 menit, lansia

PSLU Kecamatan Puger Kabupaten Jemebr mampu menjelaskan

Page 13: Ely Rahmatika Nugrahani

Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik– PSIK Universitas Jember 2015

pengertian osteoporosis, ciri-ciri osteoporosis, penyebab osteoporosis dan bahaya osteoporosis;

b. Setelah diberikan penyuluhan dan demonstrasi selama ± 5 menit, lansia PSLU Kecamatan Puger Kabupaten Jemebr mampu menjelaskan cara pencegahan osteoporosis;

c. Setelah diberikan penyuluhan dan demonstrasi selama ± 10 menit, lansia PSLU Kecamatan Puger Kabupaten Jemebr mampu membuat susu kedelai dengan baik dan benar secara mandiri atau dnegan bantuan.

E. SASARAN DAN TARGETS1. Sasaran

Lansia PSLU Kecamatan Puger Kabupaten Jember2. Target

Lanis PSLU yang mampu melakukan aktivitas secara mandiri di Kecamatan Puger Kabupaten Jember.

F. STRATEGI PELAKSANAAN1. Metode

Metode yang di gunakan oleh penyuluh adalah demonstrasi2. Waktu dan tempat

Waktu :1 x 20 menitTempat :PSLU Kecamatan Puger Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur

3. Setting tempat

utara

4. Media1. Leaflat2. Gambar-gambar3. Alat dan bahan susu kedelai

3

2

1

Keterangan:

1. peserta

2. observer

3. pemateri

4. meja

5. pintu

Page 14: Ely Rahmatika Nugrahani

Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik– PSIK Universitas Jember 2015

5. Kegiatan Pendidikan Kesehatan

ProsesTindakan

WaktuKegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta

Pendahuluan a. Memberikan salam, memperkenalkan diri, dan membuka penyuluhan

b. Menjelaskan materi secara umum dan manfaat bagi peserta

c. Menjelaskan TIU dan TIK

Memperhatikan dan menjawab salam

Memperhatikan

Memperhatikan

2 Menit

Penyajian a.Menjelaskan pengertian osteoporosis, 1. Menanyakan kepada lansia

mengenai materi yang baru disampaikan

2. Mendiskusikan bersama jawaban yang diberikan.

b. Menjelaskan ciri-ciri osteoporosis1. Menanyakan kepada lansia

mengenai materi yang baru disampaikan

2. Mendiskusikan bersama jawaban yang diberikan.

c.Menjelaskan penyebab osteoporosis1. Menanyakan kepada lansia

mengenai materi yang baru disampaikan

2. Mendiskusikan bersama jawaban yang diberikan

d. Menjelaskan bahaya osteoporosis1. Menanyakan kepada lansia

mengenai materi yang baru disampaikan

2. Mendiskusikan jawaban dari hasil diskusi

e.Menjelaskan pencegahan osteoporosis1. Menanyakan kepada lansia

MemperhatikanMemberikan pertanyaan

Memperhatikan dan memberi tanggapan

MemperhatikanMemberi pertanyaan

Memperhatikan dan memberi tanggapan

MemperhatikanMemberi pertanyaan

Memperhatikan dan memberi tanggapan

MemperhatikanMemberi pertanyaan

Memperhatikan dan memberi tanggapan

MemperhatikanMemerhatikan

15 Menit

Page 15: Ely Rahmatika Nugrahani

Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik– PSIK Universitas Jember 2015

mengenai materi yang baru disampaikan

2. Mendiskusikan jawaban dari hasil diskusi

f. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara pembuatan susu kedelai1. Menanyakan kepada peserta

mengenai materi yang baru disampaikan

2. Mendiskusikan jawaban dari hasil diskusi

3. Mempraktikkan bersama

dan menjawab pertanyaanMemberi tanggapan

Memperhatikan

Memberi pertanyaan

Memberi tanggapanAktif melakukan kegiatan

Penutup a. Menutup pertemuan dengan memberi kesimpulan dari materi yang disampaikan

b. Mengajukan pertanyaan kepada lansiac. Mendiskusikan bersama jawaban dari

pertanyaan yang telah diberikand. Menutup pertemuan dengan memberi

salam

Memperhatikan

Memberi saran

Memberi komentar dan menjawab pertanyaan bersama

3 Menit

6. Evaluasi struktur, proses, dan hasila. persiapan (struktur)

Diharapkan PSLU memberikan izin kepada kami untuk melakukan pendidikan dkesehatan pencegahan osteoporosis

Diharapkan tempat penkes dapat membantu proses pembelajaran Diharapkan wali atau penanggung jawab PSLU selalu mendukung

kegiatan ini. Diharapkan sarana dan prasarana tersedia. Diharapkan penanggung jawab setiap anak dan pembagian

pendidikan kesehatannya sudah dibagi.

b. proses Diharapkan lansia yang datang minimal 80% dari yang

teridentifikasi Diharapkan lansia dapat aktif dan mengerti apa yang disampaikan

penyuluh dan mampu melakukannya Diharapkan lansia mengikuti proses dengan baik dan tenang

Page 16: Ely Rahmatika Nugrahani

Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik– PSIK Universitas Jember 2015

c. hasil Diharapkan lansia mampu menjawab pertanyaan pemateri sesuai

materi yang di berikan Diharapkan lansia mampu menerapkan pencegahan osteoporosis

secara teratur dengan pengawasan wali atau penanggung jawab PSLU.

Lampiran 4. Standar Operasional Prosedur (SOP)

Page 17: Ely Rahmatika Nugrahani

Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik– PSIK Universitas Jember 2015

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI

NERS

UNIVERSITAS JEMBER

Pembuatan Minuman Sehat Susu Kedelai

PROSEDUR TETAP NO. DOKUMEN: NO. REVISI: HALAMAN:

TANGGAL TERBIT:

DITETAPKAN OLEH:

1. PENGERTIAN Suatu kegiatan untuk membuat salah satu hasil pengolahan dari hasil ekstraksi tanaman kedelai. Susu kedelai adalah minuman yang terbuat dari kedelai murni yang diolah menjadi sebuah minuman sebagai suatu alternatif pengobatan. Susu kedelai ini banyak digunakan sebagai minuman herbal karena kedelai memiliki kandungan-kandungan yang berguna untuk kesehatan tubuh.

2. TUJUAN a. Menurunkan kadar kolesterol dalam darahb. Sebagai anti oksidan untuk mencegah kankerc. Sebagai pengganti susu formula untuk klien

intoleransi laktosad. Menurunkan berat badane. Memenuhi kalsium seseorangf. Menghambat terjadinya menopause dan

osteoporosisg. Mencegah penuaan dini (anti aging)h. Mencegah kanker prostati. Sebagai pengganti susu sapi/kambing bagi

vegetarianj. Terapi bagi anak autis

3. INDIKASI 1. Orang dengan alergi susu;2. Sakit kepala;3. Anak Autisme;4. Orang dengan risiko osteoporosis

Page 18: Ely Rahmatika Nugrahani

Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik– PSIK Universitas Jember 2015

5. Orang Vegetarian;6. Penderita Arteriosklerosis, darah tinggi

(Hipertensi), Jantung Koroner, Stroke;7. Pencegahan Diabetes Melitus;8. Anti Kanker;9. Pencegahan penuaan dini (Anti Aging).

4. KONTRAINDIKASI Klien dengan alergi olahan kedelai

5. PERSIAPAN PASIEN a. Berikan salam, perkenalkan diri anda, dan identifikasi pasien dengan memeriksa identitas klien secara cermat

b. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan, berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya dan jawab semua pertanyaan klien

c. Minta pengunjung untuk meninggalkan ruangan, beri privasi pada klien

d. Atur pada posisi yang nyaman6. PERSIAPAN ALAT

DAN BAHAN1. Baskom2. Blender3. Saringan4. Sendok5. Gelas6. 250 gram kacang kedelai, cuci bersih7. 1,5 liter air8. 150 gram gula batu/gula jagung9. 3 lembar daun pandan di ikat

7. CARA KERJA 1. Cuci tangan

2. Siapkan alat-alat dan bahan3. Cuci kacang kedelai dengan air bersih lalu

rendam 10 jam atau semalaman hingga ukurannya membesar dan empuk. Setelah itu, bersihkan kulit arinya.

Page 19: Ely Rahmatika Nugrahani

Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik– PSIK Universitas Jember 2015

1. Masukkan dalam blender kedelai dengan air kira-kira 1 : 3, jika 1 mangkuk kedelai campurkan dengan 3 mangkuk air. Blender hingga halus lalu saring dengan kain putih atau kain kasa atau saringan yang lubangnya kecil. Dapat juga dilakukan blender dan penyaringan berulang dari 3 bagian air agar sari kedelai keluar lebih banyak.

5. Rebus dengan api sedang sambil diaduk-aduk agar susu tidak pecah

Page 20: Ely Rahmatika Nugrahani

Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik– PSIK Universitas Jember 2015

2. Pada perebusan ini kita dapat menambahkan bahan-bahan, misalnya daun pandan, jahe, sedikit garam, gula (sebaiknya menggunakan gula batu atau gula jagung)

3. Bisa disajikan dalam keadaan hangat atau dingin dapat di taruh di kulkas, minum dua kali sehari

4. Bereskan peralatan kemudian cuci tangan10. EVALUASI 1. Evaluasi respon lansia setelah melakukan

kegiatan2. Evaluasi kemampuan klien untuk melakukan

secara mandiri11. DOKUMENTASI Dokumentasikan pada catatan keperawatan

Page 21: Ely Rahmatika Nugrahani

Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik– PSIK Universitas Jember 2015

Lampiran 5. Materi

PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS

1.1 PengertianOsteoporosis berasal dari kata osteo yang artinya tulang, sedangkan porous

berarti batang. Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai berkurangnya massa tulang, sehingga menyebabkan kondisi tulang menjadi rapuh, keropos dan mudah patah (Kemeskes RI, 2008). Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang ditandai dengan rendahnya masa tulang akibat kalsium dan elemen dari tulang berkurang secara abnormal sehingga tulang menjadi rapuh, keropos dan mudah patah.

Osteoporosis bukan hanya berkurangnya kepadatan tulang tetapi juga penurunan kekuatan tulang. Pada osteoporosis kerusakan tulang lebih cepat daripada perbaikan yang dilakukan oleh tubuh. Osteoporosis sering disebut juga dengan keropos tulang. Tulang-tulang yang sering mengalami fraktur atau patah yaitu tulang ruas tulang belakang, tulang pinggul, tungkai dan pergelangan lengan bawah.

1.2 Ciri-Ciri OsteoporosisCiri-ciri osteoporosis pada umumnya adalah fraktur pergelangan tangan, tulang

belakang atau pinggul. Fraktur umumnya terjadi ketika penyakit ini sudah dalam tahap lanjut, di mana penipisan tulang yang parah dan kerusakan sudah terjadi. Pada tahap akhir, gejala osteoporosis dapat meliputi:a. Sakit punggung (semakin parah jika telah terjadi patah tulang)b. Nyeri tulang (atau biasa orang awam kenal dengan sensasi ngilu)c. Frakturd. Tinggi berkurang (akibat pembungkukan tulang), Postur bungkuk (kifosis)e. Sakit leher (semakin parah jika terjadi patah tulang belakang)

1.3 Faktor Penyebab OsteoporosisKementerian Kesehatan RI (2008) menyebutkan bahwa faktor

osteoporosis adalah sebagai berikut.a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi

a. UsiaUsia adalah salah satu dari faktor risiko osteoporosis yang tidak dapat direkayasa. Pada lansia daya serap kalsium akan menurun seiring dengan bertambahnya usia.

b. GenderDiperkirakan selama hidup, wanita akan kehilangan massa tulang 30%, 50%, sedangkan pria hanya 20%-30%, namun tidak berarti semua wanita yang telah mengalami menopause akan mengalami osteoporosis.

c. GenetikDiperkirakan 80% kepadatan tulang diwariskan secara genetik sehingga dapat diartikan bahwa osteoporosis dapat diturunkan

d. Gangguan hormonal

Page 22: Ely Rahmatika Nugrahani

Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik– PSIK Universitas Jember 2015

Wanita yang memasuki masa menopause mengalami pengurangan hormon esterogen, sehingga pada umumnya wanita diatas usia 40 tahun lebih banyak terkena osteoporosis dibanding dengan pria. Pria yang mengalami defisit testosteron ( hormon ini dalam darah diubah menjadi estrogen ). Ganguan hormonal lain seperti : tiroid, para retiroid, insulin dan gluco corticoid. Penurunan hormon estrogen secara fisiologik dimulai dari usia 35 tahun dan berakhir sampai usia 65 tahun disebut masa klimakterium. Masa klimakterium terbagi atas:

a) Masa klimakterium awal usia 35-45 tahun, dengan keluhan keluhan gangguan haid yang menonjol (kadar estrogen mulai rendah).

b) Masa perimenopause usia 46-55 tahun keluhan klinis defisiensi estrogen pada vasomotor (gejolak panas,vertigo,keringat banyak), konstitusional (berdebardebar, migrain, nyeri otot/pinggang, dan mudah tersinggung) psikiastenik dan neurotik (merasa tertekan, lelah psikis, lelah somatik, susah tidur, merasa ketakutan, konflik keluarga, gangguan di tempat kerja), disparemi, fluor albus, lipido menurun, osteoporosis, kenaikan kolesterol, adepositas (kegemukan karena gangguan metabolisme karbohidrat).

c) Masa perimenopause dengan kadar estrogen rendah sampai sangat rendah yang terjadi dari :- Masa premenopause usia 46-50 tahun- Masa menopause usia 50 (49-51 tahun)- Masa post menopause 51-55 tahun

d) Masa klimakterium akhir usia 56-65 tahun, dengan kadar estrogen sangat rendah sampai tidak ada, dengan keluhan dan ancaman kejadian Alzheimer, aterosklerosis, masalah jantung, fraktur osteoporosis, ancaman Ca colon.

e. RasSeperti yang digambarkan oleh grafik perbandingan ras yang ada di Amerika, orang berkulit putih cenderung lebih berisiko osteoporosis dibanding dengan orang berkulit hitam.

b. Faktor yang dapat dimodifikasi1. Imobilitas

Imobilitas dalam waktu yang lama memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena osteoporosis dibandingkan menopause. Imobilitas akan berakibat pada pengecilan tulang dan pengeluaran kalsium dari tubuh (hiperkalsiuria). Imobilitas umumnya dialami orang yang berada dalam masa penyembuhan yang perlu mengistirahatkan tubuhnya untuk waktu lama.

2. Postur tubuh kurusPostur tubuh yang kurus cenderung mengalami osteoporosis dibandingkan dengan postur ideal (dengan berat badan ideal), karena dengan postur tubuh yang kurus sangat mempengaruhi tingkat pencapaian massa tulang.

Page 23: Ely Rahmatika Nugrahani

Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik– PSIK Universitas Jember 2015

3. Kebiasaan (mengkonsumsi alkohol, kopi, minuman yang mengandung kafein, dan rokok yang berlebih). Dengan berhenti merokok secara total, membuat esterogen dalam tubuh seseorang tetap beraktifitas dan juga dapat mengeliminasi risiko kehilangan sel pembentuk tulang selama hidup yang mencakup 20%- 30% pada pria dan 40%-50% pada wanita. Minuman yang mengandung alkohol, kafein dan soda berpotensi mengurangi penyerapan kalsium ke dalam tubuh, sehingga jenis minuman tersebut dikategorikan sebagai faktor risiko osteoporosis.

4. Asupan gizi rendah.Pola makan yang tidak seimbang yang kurang memperhatikan kandungan gizi, seperti kalsium, fosfor, seng, vitamin B6, C, D, K, serta phytoestrogen (estrogen yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti toge), merupakan faktor risiko osteoporosis.

5. Kurang terkena sinar matahariOrang jarang terkena sinar matahari, terutama sinar pada pagi dan sore hari, karena pada saat tersebut sinar dibutuhkan untuk memicu kulit membentuk vitamin D3, dimana vitamin D (D3 + D2/berasal dari makanan) di ubah oleh hepar dan ginjal menjadi kalsitriol

6. Kurang aktifitas fisikKurangnya olahraga dan latihan secara teratur, menimbulkan efek negatif yang menghambat proses pemadatan massa tulang dan kekuatan tulang. Namun olahraga yang sangat berlebih (maraton, atlit) pada usia muda, terutama anak perempuan yang telah haid, akan menyebabkan haidnya terhenti, karena kekurangan estrogen, sehingga penyerapan kalsium berkurang dengan segala akibatnya.

7. Penggunaan obat untuk waktu lamaPasien osteoporosis sering dikaitkan dengan istirahat total yang terlalu lama akibat sakit, kelainan tulang, kekurangan bahan pembentuk dan yang terutama adalah pemakaian obat yang mengganggu metabolisme tulang. Jenis obat tersebut antara lain : kortikosteroid, sitostatika (metotreksat), anti kejang, anti koagulan (heparin, warfarin).

8. LingkunganLingkungan yang berisiko osteoporosis, adalah lingkungan yang memungkinkan orang tidak terkena sinar matahari dalam jangka waktu yang lama seperti : daerah padat hunian, rumah susun, apartemen, dan lain-lain.

1.4 Bahaya OsteoporosisPenyakit Osteoporosis memiliki bahaya yaitu meningkatkan resiko tulang patah atau fraktur pada lansia, serta kematian.

1.5 Pencegahan OsteoporosisFaktor penting yang menentukan puncak massa tulang adalah: 1) Status hormonal, 2) Asupan kalsium, 3) Aktivitas fisik, 4) Faktor genetik dan konstitusional (ras, jenis kelamin, dan lain-lain). Karena faktor genetik dan

Page 24: Ely Rahmatika Nugrahani

Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik– PSIK Universitas Jember 2015

konstitusional tidak mungkin dimanipulasi, maka faktor lainnya, seperti nutrisi dengan asupan kalsium yang cukup, aktivitas fisik, vitamin D dan sinar matahari merupakan hal penting untuk dimanfaatkan dalam pengobatan osteoporosis, disamping memperbaiki gaya hidup seperti tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol.5. Gizi

Tabel berikut ini menggambarkan kebutuhan minimal asupan kalsium untuk setiap orang per hari dan tabel kandungan kalsium per 100gr bahan makanan, akan tetapi kita juga harus tetap memperhatikan faktorfaktor yang dapat menghambat penyerapan kalsium dalam usus, seperti; makanan yang memiliki serat berlebih, makanan yang memiliki protein tinggi (daging kambing, daging ayam, dan lain-lain), konsumsi fosfor yang berlebih (melebihi 1500 mg, seperti; soft drink, ikan tuna, daging), garam, kebiasaan merokok, kopi dan alkohol.

6. Aktifitas FisikSenam pencegahan osteoporosis ditujukan untuk meningkatkan densitas tulang (kepadatan massa tulang), dan senam osteoporosis ditujukan kepada

Page 25: Ely Rahmatika Nugrahani

Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik– PSIK Universitas Jember 2015

Pasien osteoporosis untuk mencegah terjadinya patah tulang & meningkatkan densitas tulang (kepadatan massa tulang).

7. Paparan sinar matahariSinar matahari di pagi hari dan sore hari (menjelang magrib), berfungsi dalam memicu kulit membentuk vitamin D3. Dalam menetralisasi tulang, dimana sel osteoblas (sel pembentuk tulang) membutuhkan kalsium sebagai bahan dasar, dan hormon kalsitriol. Kalsitriol ini berasal dari vitamin D3 kulit dan vitamin D2 yang berasal dari makanan (mentega, keju, telur, ikan). Kalsitriol inilah yang merangsang osteoblas dalam menetralisasi tulang. Berdasarkan hasil penelitian Menzies Research Institute, Horbat-Australia,pada anak-anak tidak akan tumbuh optimal atau bahkan terhenti pertumbuhanya jika kurang memperoleh vitamin D. Agar diperoleh vitamin D yang cukup, sekurang kurangnya seorang anak terpapar matahari selama 8 jam dalam seminggu (Kutub Selatan). Namun untuk anak ataupun orang dewasa di Indonesia, cukup tertapar oleh sinar matahari pagi dan sore selama 5 sampai 15 menit sebanyak 3 kali dalam seminggu.

Page 26: Ely Rahmatika Nugrahani

Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik– PSIK Universitas Jember 2015

Lampiran 6. Booklet

Page 27: Ely Rahmatika Nugrahani

Laporan P3N Stase Keperawatan Gerontik– PSIK Universitas Jember 2015

Lampiran 7. Foto kegiatan