Top Banner

Click here to load reader

26

Eliminasi Bowel dan Urine

Jun 23, 2015

Download

Documents

Alaa Hamouda

mekanisme eliminasi dan bowel
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Eliminasi Bowel dan Urine

”KONSEP ELIMINASI BOWEL DAN URINE”

Disusun Oleh: Kelompok VII

Latifah

Lolyta loviani

Rieske Justiani

Sri hardiyanti saputri

Tirza umami

Wahyudiansyah

2B/S1 REGULER

Dosen Pembimbing:

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK)

MUHAMMADIYAH PONTIANAK

2010

Page 2: Eliminasi Bowel dan Urine

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena limpahan rahmat dan

karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah tentang ”KONSEP ELIMINASI

BOWEL DAN URINE” dengan lancar.

Dalam menyelesaikan makalah ini tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada guru

pembimbing yang telah membimbing penulis untuk menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan juga masih banyak

kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat

penulis harapkan. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, dan

untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Pontianak, Maret 2010

Penulis

Page 3: Eliminasi Bowel dan Urine

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Eliminasi adalah suatu proses pengeluaran zat-zat sisa (zat racun) yang tidak diperlukan

oleh tubuh. Contohnya BAB, BAK, dan pengeluaran keringat. Jika zat-zat tersebut tidak

dikeluarkan, maka zat akan mempengaruhi sistem dan fungsi organ lainnya. Oleh sebab itu

proses eliminasi sangat diperlukan guna mengeluarkan zat racun yang masih ada dalam tubuh.

B.Masalah

1. Bagaimanakah anatomi fisiologi eliminasi bowel dan urine?

2. Apa sajakah factor-faktor yang mempengaruhi eleminasi bowel dan urine ?

3. Apa saja masalah-masalah yang pada pola eliminasi bowel dan urine ?

4. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan yang akan diberikan pada klien dengan gangguan

eleminasi bowel dan urine?

C. Tujuan

1. Mengetahui anatomi fisiologi eliminasi bowel dan urine.

2. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi eleminasi bowel dan urine .

3. Mengetahui masalah-masalah yang pada pola eliminasi bowel dan urine .

4. Mengetahui Asuhan Keperawatan yang akan diberikan pada klien dengan gangguan

eleminasi bowel dan urine.

Page 4: Eliminasi Bowel dan Urine

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Eliminasi BowelEleminasi bowel adalah pembuangan sisa metabolisme makanan dari dalam tubuh yang

tidak dibutuhkan lagi dalam bentuk bowel (feses). Organ-organ yang berperan dalam

pembuangan eleminasai bowel adalah Saluran Gastrointestinal yang dimulai dari mulut

sampai anus.

1.1.1Anatomi Fisiologi saluran pencernaan bawah

Anatomi fisiologi saluran pencernaan bawah :

Saluran pencernaan bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri

atas tiga bagian yaitu duodenum, jejenum, dan ileum. Sedangkan usus besar terdiri atas

empat bagian yaitu sekum, kolon, apendiks, dan rektum.

a. Usus Halus

Panjang usus halus kira-kira 6 meter, dengan diameter 2,5 cm. Usus merupakan

lumen muskular yang dilapisi membran mukosa yang terletak di antara lambung dan usus

besar. Serat dan ototnya berbentuk sirkuler dan longitudinal, yang memungkinkan

terjadinya segmentasi (motilitas usus dalam mencampur dan mendorong kimus).

Sebagian besar proses pencernaan dan penyerapan makanan berlangsung di sini. Usus

halus terdiri atas tiga bagian, yaitu duodenum, jejenum, dan ileum.

1. Duodenum : adalah saluran berbentuk C dengan panjang sekitar 25 cm yang terletak di

bagian belakang abdomen, mengitari kaput pankreas. Duodenum digambarkan dalam 4

bagian, yaitu : 1). Bagian I, mengarah ke kanan. 2). Bagian II, mengarah ke bawah. 3).

Bagian III, mendatar ke kiri dan ke depan vena kava inferior dan aorta. 4). Bagian IV,

mengarah ke atas dan bersambungan dengan jejenum.

2. Jejenum dan ileum. Setelah duodenum, bagian usus halus berikutnya adalah jejenum

yang diikuti dengan ileum. Panjang keduanya bervariasi antara 300 dan 900 cm. Tidak

ada perbedaan yang jelas di antaranya. Jejunum berukuran agak besar,memiliki dinding

Page 5: Eliminasi Bowel dan Urine

yang tebal, lipatan membran mukosa yang lebih banyak, dan plak peyeri yang lebih

sedikit. Jejunum dan ileum terletak di dalam rongga peritonium,kecuali sepanjang garis

perlekatannya. Usus halus diperdarahi oleh percabangan arteri mesenterika superior

(cabang dari aorta). Fungsi usus adalah untuk menyekresi cairan usus, menerima getah

empedu dan getah pankreas, mencerna makana, mangabsorbsi air, garam dan mineral,

serta menggerakkan isi usus melalui kontraksi segmen pendek dan peristaltik rush

(gelombang peristaltik usu yang kuat) yang menggerakkan isi usus lebih cepat (John

Gibson, 2002).

b. Usus Besar

Usus besar,atau intestinum mayor, memiliki panjang kurang lebih 1,5 m dan

diameter 5-6 cm. Usus menerima makanan yang sudah berbentuk kimus ( makanan

setengah padat) dari lambung untuk mengabsorbsi air, nutrien dan elektrolit.

Usus mensekresi mucus, kalium, bikarbonat, dan enzim. Fungsi usus besar adalah

untuk menyerap air dan makanan, sebagai tempat tinggal bakteri coli, dan tempat

penampungan feses (Syaifuddin, 1994). Bagian-bagian usus besar meliputi sekum,

apendiks, kolon (asendens, tranversus, desendens, sigmoid), rectum, dan anus.

Kolon yang merupakan bagian terbesar usus besar berfungsi mengabsorpsi air dan

nutrient, member perlindungan dengan mensekresi mucus yang akan melindungi dinding

usus dari trauma akibat feses dan aktivitas bakteri, serta menghantarkan sisa makanan

sampai ke anus melalui kontraksi. Kolon bergerak dalam 3 cara, yaitu :

1. Haustral shuffling, yakni gerakan mencampur kimus untuk membantu absorpsi air.

2. Kontraksi haustral, yakni gerakan mendorong materi cair dan semi padat di sepanjang

kolon.

3. Peristaltik, yakni gerakan berupa gelombang menuju anus.

1.1.2 Fisiologi defekasiSewaktu makanan masuk ke lambung, terjadi gerakan massa di kolon yang

disebabkan oleh refleks gastrokolon. Refleks ini biasanya paling jelas terlihat setelah

sarapan dan sering diikuti oleh keinginan kuat untuk buang air besar. Ketika gerakan

Page 6: Eliminasi Bowel dan Urine

massa di kolon mendorong isi kolon ke dalam rectum, terjadi peregangan rectum yang

memicu refleks defekasi.

Terdapat 3 refleks defekasi yg terjadi:

1. Refleks Defekasi Intrinsik

Menurut Syaifuddin (1994), refleks deefekasi intrinsic berlangsung seperti

diuraikan pada gambar 4.3.

Sfingfer internal melemas, tetapi sfingfer eksternal (m. levator) relaksasi secra volunteer, dan

tekanan dihasilkan oleh otot-otot abdomen.

Feses akan terdorong ke anus

Didahului dengan transpor feses ke dalam rektum

Terjadi rangsangan reflex defekasi pada pleksus mesentrikus

DOtot usus lain berkontraksi, terjadi peristaltic di kolon asendens, sigmoid,

dan rektum

Rektum yang penuh mengakibatkan ketegangan (distensi rectum)

Page 7: Eliminasi Bowel dan Urine

2. Refleks Defekasi ParasimpatisRefleks defekasi parasimpatis berlangsung seperti pada gambar 4.4 (John Gibson,

2002).

Menghasilkan kombinasi reflex dan usaha volunter :

- Terjadi relaksasi sfingter anus- Kontraksi otot kolon- Kontraksi otot perut dan

diagfragma - Dasar panggul naik- Terjadi defekasi- Sfingter berkontraksi,

mengeluarkan feses

Feses masuk ke rektum

Selanjutnya rangsangan ditransmisikan di sepanjang saraf parasimpatis aferen menuju pars

sakralis medulla spinalis

Pesan aferen ditramsimisikan disepanjang saraf parasimpatis eferen

untuk mencapai kerja otot

Terjadi rangsangan pada saraf rektum

Page 8: Eliminasi Bowel dan Urine

3. Upaya VolunterSelain kedua mekanisme reflex di atas, defekasi juga bisa terjadi karena upaya

volunter seperti yang terlihat pada gambar 4.5 :

Dipermudah dengan :

- Fleksi otot femur- Posisi saat defekasi seprti

jongkok

Terjadi defekasi

Kontraksi otot abdomen dan diagfragma

Otot levator anus kontraksi

Menggerakkan feses melalui saluran anus

Tekanan intraabdomen meningkat

Page 9: Eliminasi Bowel dan Urine

1.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi Bowel

a. Usia

Pada usia bayi kontrol defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia lanjut

kontrol defekasi menurun.

b. Diet

Makanan yang berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan

yang masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.

c. Intake Cairan

Intake cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras,

disebabkan karena absorbsi cairan yang meningkat.

d. Aktivitas

Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses

defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkan bahan feses bergerak sepanjang

colon.

e. Fisiologis

Keadan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltik, sehingga

menyebabkan diare.

f. Pengobatan

Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi.

g. Gaya Hidup

Kebiasaan untuk melatih pola BAB sejak kecil secara teratur, fasilitas untuk BAB

dan kebiasaan menahan BAB.

h. Prosedur Diagnostik

Klien yang akan dilakukan diagnostik biasanya dipuaskan atau dilakukan klisma

dahulu agar tidak BAB kecuali setelah makan.

i. Penyakit

Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.

j. Anestesi dan Pembedahan

Anestesi umum dapat menghalangi impuls parasimpatis, sehingga kadang-kadang

dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dapat berlangsung selama 24-48 jam.

Page 10: Eliminasi Bowel dan Urine

k. Nyeri

Pengalaman nyeri waktu BAB seperti adanya hemoroid, faktur ospubis,

epesiotomi akan menghalangi keinginan untuk BAB.

l. Kerusakan sensorik dan motorik

Kerusakan spinal cord dan injury kepala akan menimbulkan penurunan stimulus

sensorik untuk defekasi.

1.1.4 Masalah Eleminasi Bowel :

a. Konstipasi

Gangguan eleminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan keras

melalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang tidak teratur,

penggunaan laksatif yang lama, stres, psikologis, obat-obatan, kurang aktivitas,

usia.

b.Fecal Infaction

Masa keras yang dilipatan rektum yang mengakibatkan oleh retensi dan

akumulasi material feses yang berkepanjangan.

c.Diare

Keluarnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi BAB akibat cepatnya

chyme melewati usus, sehingga usus besar tidak mempunyai waktu yang cukup

untuk menyerap air.

d.Inkontinensia Alvi

Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas

yang melalui saraf spinter anus

e.Kembung

Flatus yang berlebihan didaerah intestinal sehingga menyebabkan disetnsi

intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-obatan dan

mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas.

f.Hemorroid

Pelebaran vena didaerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan didaerah

tersebut.

Page 11: Eliminasi Bowel dan Urine

1.1.5 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Eliminasi Bowel

Diagnosis keperawatan yang terjadi pada masalah kebutuhan eliminasi bowel adalah sebagai berikut :

1. Konstipasi berhubungan dengan : Defek persyarafan, kelemahan pelvis, immobilitas akibat cedera medulla

spinalis dan CVA Penurunan respon berdefekasi Nyeri akibat hemorrhoid Efek samping tindakan pengobatan (antasida, laksantif, anastesi) Menurunnya peristaltic akibat stress

2. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan atau diare

3. Inkontinensia berhubungan dengan: Menurunnya tingkat kesadaran Gangguan spinkter anus Gangguan neuromuskuler Fecal impaction

1.2 Eliminasi Urin

Eleminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini

sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter,

bladder, dan uretra.Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine. Ureter

mengalirkan urine ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas

tertentu yang kemudian dikeluarkan melalui uretra.

Urine masuk ke kandung kemih

Page 12: Eliminasi Bowel dan Urine

1.2.1Anatomi fisiologi saluran perkemihan

a. Ginjal

Bentuknya seperti kacang, jumlahnya ada 2 dikiri dan dikanan. Ginjal terletak di

kedua sisi medula spinalis, dibalik rongga peritoneum. Ginjal kiri lebih besar dari

ginjal kanan, dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang daripada ginjal

perempuan (Syaifuddin, 1994). Ginjal terdiri atas satu juta unit fungsional nefron

yang bertugas menyaring darah dan membuang limbah metabolik. Selain itu ginjal

juga bertugas mempertahankan homeostasis cairan tubuh melalui beberapa cara yakni

:

a. Pengaturan volume cairan

Timbul rangsangan ingin buang air kecil

Terjadi peregangan serat otot dinding kandung kemih

Impuls berjalan melalui serabut aferen menuju pars lumbalis

medulla spinlis dan ditransmisika ke korteks serebri

Pengeluaran urine dibantu oleh kontraksi otot dinding abdomen

dan diagfragma, juga oleh peningkatan tekanan kandung

kemih yang sbelumnya telah berisi 170-230 ml urine

Miksi dkontrol saraf aferen manuju kandung kemih, impuls berjalan menuju saraf parasimpatis sakralismenyebabkan :

- otot dinding kandung kemih berkontraksi

- sfingfter kandung kemihberelaksasi

Gambar. Fisiologi Berkemih

Page 13: Eliminasi Bowel dan Urine

b. Pengaturan jumlah elektrolit tubuh

c. Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh

d. Ekskresi sisa-sisa metabolisme

e. Reabsorbsi bahan yang bersifat vital untuk tubuh

f. Fungsi hormonal dan metabolisme

b. Ureter

Ureter adalah tabung yang berasal dari ginjal dan bermuara di kandung kemih,

panjangnya sekitar 25 cm dan diameternya 1,25 cm.Urine didorong melewati ureter

denga gelombang peristalsis yang terjadi sekitar satu sampai empat kali permenit.

Pada pertemuan antara ureter dan kandung kemih, terdapat lipatan membran mukosa

yang bertindak sebagai katup guna mencegah refluks urine kembali ke ureter

sehingga mencegah penyebaran infeksi dari kandung kemih ke atas.

c. Kandung Kemih

Kandung kemih atau vesika urinaria adalah kantung muskular tempat urine

bermuara dari ureter. Dinding kandung kemih sangat elastis sehingga mampu

menahan regangan yang sangat besar. Saat penuh, kandung kemih bisa melebihi

simfisis pubis, bahkan bisa setinggi umbilikus.

d. Uretra

Uretra membentang dari kandung kemih sampai meatus uretra. Panjang uretra

pada pria sekitar 20 cm dan membentang dari kandung kemih sampai ujung penis.

Pada wanita, panjang uretra sekitar 3 cm dan membentang dari kandung kemih

sampai lubang diantara labia minora, 2,5 cm dibelakang klitorisis.

1.2.2 Karakteristik Urine Normal

Warna urine normal adalah kuning terang karena adanya pigmen urochorome. Namun

demikian, warna urine tergantung pada intake cairan, keadaan dehidrasi konsentrasinya

Page 14: Eliminasi Bowel dan Urine

menjadi lebih pekat dan kecokletan, penggunaan obat-obatan tertentu seperti

multivitamin dan preparat besi maka urine akan berubah menjadi kemerahan sampai

kehitaman.Bau urine normal adalah bau khas amoniak yang merupakan hasil pemecahan

urea oleh bakteri. Pemberian pengobatan akan mempengaruhi bau urine.

Jumlah urine yang dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan, dan status kesehatan.

Pada orang dewasa sekitar 1.200-1.500 ml per hari atau 150-600 ml per sekali miksinya.

1.2.3 Fisiologi Perkemihan

Fisiologi berlemih secara umum menurut Gibson (2003) dapat dilihat pada gambar 4.6 :

1.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urin

Timbul rangsangan ingin buang air kecil

Terjadi peregangan serat otot dinding kandung kemih

Impuls berjalan melalui serabut aferen menuju pars lumbalis

medulla spinlis dan ditransmisika ke korteks serebri

Pengeluaran urine dibantu oleh kontraksi otot dinding abdomen

dan diagfragma, juga oleh peningkatan tekanan kandung

kemih yang sbelumnya telah berisi 170-230 ml urine

Miksi dkontrol saraf aferen manuju kandung kemih, impuls berjalan menuju saraf parasimpatis sakralismenyebabkan :

- otot dinding kandung kemih berkontraksi

- sfingfter kandung kemihberelaksasi

Urine masuk ke kandung kemih

Gambar. Fisiologi Berkemih

Page 15: Eliminasi Bowel dan Urine

a. Pertumbuhan dan Perkembangan

Usia dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran urin. Pada orang

tua volume bladder berkurang demikian juga wanita hamil sehingga frekuensi

berkemih juga akan lebih sering.

b. Sosiokultural

Budaya masyarakat dimana sebagian masyarakat hanya dapat miksi pada tempat

tertutup dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat kemih pada lokasi terbuka .

c. Psikologis

Pada keadaan cemas dan stress akan menigkatkan stimulasi berkemih.

d. Kebiasaan seseorang

Misalnya seseorang hanya bisa berkemih ditoilet, sehingga ia tidak dapat

berkemih dengan menggunakan pot urin.

e. Tonus otot

Eliminasi membutuhkan eliminasi tonus otot bladder, otot abdomen dan pelvis

untuk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus, otot dorongan untuk berkemih juga

akan berkurang.

f. Intake cairan dan makanan

Alkohol menghambat ADH untuk meningkatkan pembuangan urin. Kopi, teh,

coklat, cola (mengandung cafein) dapat meningkatkan pembuangan dan ekskresi

urin.

g. Kondisi penyakit

Pada pasien yang demam akan terjadi penurunan produksi urin karena banyak

cairan yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan iritasi organ kemih

menimbulkan retensi urin.

h. Pembedahan

Penggunaan anastesi menurunkan filtrasi glomelurus sehingga produksi urin

akan menurun.

i. Pengobatan

Page 16: Eliminasi Bowel dan Urine

Penggunaan ADH menggunakan output urin, anti kolinergik dan anti hipertensi

menimbulkan retensi urin.

j. Pemeriksaan Diagnostik

Intravenus pyelogram dimana pasien dibatasi intake sebelum prosedur untuk

mengurangi output urin. Cystocospy dapat menimbulkan edema local pada uretra,

spasme pada spinter bladder sehingga dapat menimbulkan urin.

1.2.5 Masalah-masalah Eleminasi Urine :

a. Retensi Urine

Merupakan penumpukan urine dalam blabber dan ketidakmampuan bladder untuk

mengkosongkan kandung kemih.

b. Inkontinensia Urine

Merupakan ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap untuk

mengontrol ekskesi urine.

c. Enuresis

Merupakan ketidaksanggupan manahan kemih (mengompol) yang diakibatkan

ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna. Biasanya terjadi pada

anak-anak dan juga pada orang jompo.

1.2.6 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Perkemihan

Diagnosis keperawatanDiagnosis keperawatan yang terjadi pada masalah kebutuhan eliminasi urin adalah sebagai berikut :1. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan:

Ketidakmampuan saluran kemih akibat anomali saluran urinaria Penurunan kapasitas atau iritasi kandung kemih akibat penyakit Kerusakan pada saluran kemih Efek pembedahan saluran kemih Penurunan tonus otot akibat dampak pengobatan, dehidrasi, atau factor

psikologis. Pasca pemasangan kateter indwelling Lemahnya otot dasar pelvis akibat obesitas atau proses penuaan Ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan Obstruksi saluran kandung kemih akibat konstipasi Hambatan lingkungan ke kamar mandi Ketidakmampuan ke kamar mandi akibat kerusakan mobilitas Kapasitas kandung kemih sedikit (pada anak)

Page 17: Eliminasi Bowel dan Urine

Kurang nya motivasi (pada anak)2. Inkontinensia fungsional berhubungaan dengan:

Penurunan isyarat kandung kemih dan kerusakan kemampuan untuk mengenal isyarat akibat cedera atau kerusakan syaraf

Penurunan tonus kandung kemih akibat dampak pengobatan, dehidrasi atau factor psikologis

Kerusakan mobilitas Hambatan linkungan Kehilangan kemampuan motoris dan sensoris (lansia)

3. Retensi urin berhubungan dengan : Adanya hambatan pada sfingter akibat penyakit striktur, BPH, dan lain-

lain Kerusakan atau ketidakadekuatan jaras aferen akibat cedera dan

penggunaan obat seperti anti histamine atau anti kolinergik Obstruksi jalan keluar kandung kemih akibat impaksi feses Stress atau ketidaknyamanan

Page 18: Eliminasi Bowel dan Urine

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Eleminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini

sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder,

dan uretra.Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine. Ureter mengalirkan

urine ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai mencapai batas tertentu yang

kemudian dikeluarkan melalui uretra.

Eleminasi bowel adalah pembuangan sisa metabolisme makanan dari dalam tubuh

yang tidak dibutuhkan lagi dalam bentuk bowel (feses). Organ-organ yang berperan

dalam pembuangan eleminasai bowel adalah Saluran Gastrointestinal yang dimulai dari

mulut sampai anus.

Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urin yaitu pertumbuhan dan

perkembangan, sosiokultural, psikologis, kebiasaan seseorang, tonus otot, intake cairan

dan makanan, kondisi penyakit, pembedahan, pengobatan, dan pemeriksaan Diagnostik.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi bowel yaitu usia, diet, intake

cairan, aktivitas, fisiologis, pengobatan, gaya hidup, prosedur diagnostik, penyakit,

anastesi dan pembedahan, nyeri, kerusakan sensorik dan motorik.

Masalah- masalah pada eliminasi urin yaitu retensi urin, inkontinensia urin, dan

enuresis. Sedangkan masalah-masalah eliminasi bowel yaitu konstipasi, fecal infaction,

diare, inkontinensia alvi, kembung, dan hemorroid.

2. Saran Diharapkan kepada semua orang untuk mengkonsumsi makanan-makanan yang

kaya akan serat karena mempengaruhi proses defekasi dan proses pengeluaran urine.

Kebiasaan buruk lainnya yang mempengaruhi proses pengeluaran urine yaitu seperti

sering menahan keinginan untuk BAK karena dapat menimbulkan komplikasi berupa

inkontinensia, batu ginjal dan lain-lain.

Page 19: Eliminasi Bowel dan Urine

DAFTAR PUSTAKA

Mubarak, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2008.Kebutuhan dasar manusia. Cet. ke-1, Mei.

Jakarta :EGC.

http://www.kumpulanaskep.konsep-dasar-eliminasi-html, diperoleh pada tanggal 19 Maret

2010.