Sepuluh Elemen Jurnalisme
Sepuluh Elemen Jurnalisme
Bagaimana Menulisnya? Benarkah ada sentimen pendatang dan Melayu di Riau
dan Jambi? Bagaimana dengan hubungan antar etnik di Medan?
Waspada untuk Melayu, SIB untuk Batak, Analisa untuk Tionghoa?
Benarkah mayoritas rakyat Acheh tak suka pada penjajahan bangsa Jawa? Bahwa istilah bangsa Indonesia hanya samaran bangsa Jawa?
Bagaimana melihat hubungan antara Jawa dan Lampung di Lampung?
Benarkah Ahmadiyah sesat dan menyesatkan? Mirza Ghulam Ahmad nabi pamungkas?
Benarkah sedang terjadi creeping genocide bangsa Papua?
Bagaimana dengan isu Kristenisasi di Sumatra? Banyak sekali gereja dibangun?
Apakah menulis bisa objektif?
Setiap orang punya bias agama, ideologi, pendidikan, status sosial, orientasi politik, etnik, kewarganegaraan bahkan pengalaman pribadi?
Bagaimana dengan pilihan sudut pandang, sumber, kutipan?
Apa yang membuat praktisi jurnalisme bisa dipercaya masyarakat?
Bagaimana menilai mutu media di Banda Aceh, Padang, Jambi, Pekanbaru, Medan, Jakarta, Hong Kong, Tokyo, London, New York?
Sembilan Elemen JurnalismeBill Kovach wartawan
New York Times, kurator Nieman Foundation di Universitas Harvard
Tom Rosenstiel wartawan Los Angeles Times
Tiga tahun, wawancara 1,200 wartawan dan 300 lagi dalam fora
1. Wartawan dan kebenaran Tugas utama wartawan atau praktisi
jurnalisme memberitakan kebenaran Kebenaran menurut siapa? Apakah berita = kebenaran? Apakah akurasi = kebenaran? Kebenaran yang bukan debat filsafat tapi
kebenaran fungsional, yang sehari-hari diperlukan masyarakat
Kebenaran ini ibarat stalagmit, lapis demi lapis kebenaran, lapis demi lapis berita, hari demi hari
Kebenaran ini bisa senantiasa direvisi layaknya ilmu pengetahuan, sejarah, dsb.
2. Loyalitas utama wartawan pada masyarakat
Kepada siapa wartawan atau praktisi jurnalisme harus menempatkan loyalitas? Perusahaan? Audience? Citizen?
Wartawan punya tanggungjawab sosial yang tak jarang bisa melangkahi kepentingan perusahaan mereka. Ironisnya, tanggungjawab itu sekaligus sumber keberhasilan perusahaan
Segitiga bisnis media: audience, advertiser, citizens.
Bisnis kepercayaan menuntut pagar api dimana interest bisnis dipisahkan dengan interest masyarakat
3. Esensi jurnalisme adalah verifikasi
Coba google gambar Muhammad Yamin dan Gadjah Mada?
Disiplin verifikasi membedakan jurnalisme dengan hiburan, propaganda, fiksi, infotainment atau seni
Tapi tak setiap wartawan tahu standar minimal verifikasi. Bagaimana caranya?
“There is but one kind of unity possible in a world as diverse as ours. It is unity of method, rather than aim; the unity of disciplined experiment” – Walter Lippmann “Public Opinion” 1923
Metode jurnalisme bisa objektif. Tapi objektifitas bukan tujuan.
Intellectual platform of verification Bersikaplah setransparan dan sejujur mungkin
tentang metode dan motivasi Anda dalam melakukan reportase. Jelaskan nama lengkap, tujuan wawancara dsb. Berikan byline dalam laporan Anda;
Bersandarlah terutama pada reportase Anda sendiri. Sadarilah prinsip “order of sources” dimana sumber pertama lebih bisa diandalkan daripada sumber kedua dan berikutnya;
Bersikaplah rendah hati. Verifikasi memerlukan open mindedness.
4. Wartawan harus independen
Wartawan harus bersikap independen terhadap orang-orang yang mereka liput.
Wartawan boleh mengemukakan pendapat dalam kolom opini atau laporan majalah. Mereka tetap dibilang wartawan walau menunjukkan sikap jelas.
Menjadi netral bukan prinsip dasar jurnalisme. Impartialitas dan objektifitas juga bukan.
Tapi wartawan tak diharapkan menulis tentang sesuatu dan ikut jadi pemain.
Independensi harus dijunjung tinggi di atas identitas lain seorang wartawan.
5. Jurnalisme harus memantau kekuasaan Jurnalisme harus memantau kekuasaan dan menyambung lidah yang tertindas Ada tiga macam investigasi: investigasi orisinal, investigation on investigation,
interpretative investigation Original investigative reporting - si wartawan berhasil menunjukkan siapa
salah, dalam satu kejahatan publik, karya orisinal Perlu sangat hati-hati buat wartawan yang benar-benar sudah berpengalaman. Tak dianjurkan buat reporter kurcaci. Indonesia banyak inflasi “investigasi”
6. Jurnalisme sebagai forum publik
Forum tercipta baik dari laporan, lewat surat pembaca, talk show, kolom dsb.
Suratkabar awal bikin ruang tamu di mana orang diskusi membicarakan liputan hari itu
Teknologi baru bikin forum ini lebih bertenaga a.l. chat room, siaran langsung
Jurnalisme semu – menciptakan dikotomi ketimbang kompromi dalam demokrasi
7. Jurnalisme harus memikat dan relevan
Dua faktor ini justru sering dianggap dua hal yang bertolakbelakang
Memikat adalah info selebritis. Membosankan adalah berita ekonomi.
1977 Newsweek dan Time 31 persen diisi gambar tokoh politik dan 15 persen bintang hiburan. 1997 mengalami penurunan 60 persen dalam tokoh politik. 40 persen diisi bintang hiburan.
Infotainment? Sensasi? Seks? Kriminal? Peluang: narasi atau feature
8. Berita harus proporsional dan komprehensif
Ibarat penari telanjang dan pemain gitar. Mana lebih tahan lama?
Contoh: CNN, Fox Television, berita protes anti-Amerika dan citra Islam ektrimis di Indonesia pasca 9/11
Pemilihan berita sangat subjektif. Justru karena subjektif wartawan harus ingat agar proporsional dalam menyajikan berita
Ibarat sebuah peta, ada detail suatu blok, tapi juga gambaran lengkap sebuah kota
9. Mendengarkan hati nurani Apakah ada demokrasi di ruang redaksi? Karena sifatnya, a.l. deadline, harus ada
seseorang di puncak organisasi berita buat mengambil keputusan redaksional
Editor harus bertanggungjawab terhadap produk newsroom
Tapi pintu harus senantiasa terbuka, harus ada suasana demokratis, buat bilang tidak!
Note: Perhatikan macam2 hukum soal pencemaran nama baik a.l. KUHP 310, 335, ITE
10. Hak dan Kewajiban terhadap Berita
Elemen kesepuluh dari edisi revisi
Perlu waktu 200 tahun sejak munculnya mesin cetak hingga terbentuknya jurnalisme via suratkabar awal
Sekarang zaman digital menciptakan lebih banyak media dan banjir informasi: Google, You Tube, Twitter, Facebook.
Jurnalisme memerlukan posisi yang sebanding dengan perkembangan teknologi
Apa ada waktu cukup untuk internet dan jurnalisme?
Warga punya hak terhadap berita namun juga kewajiban
Demokrasi dan jurnalisme lahir bersama-sama dan mereka juga akan jatuh bersama-sama
Bill Kovach Nieman Foundation, Harvard
Goenawan Mohamad (1989-1990) Ratih Hardjono
(1995-1996)
Bill Kovach, ayah Muslim dan ibu Kristen Albania, kelahiran East Tennessee 1932
Meliput civil movement pada akhir 1950an dan 1960an, ikut membongkar Watergate dari Boston
Washington bureau chief dari The New York Times, editor Atlanta Journal-Constitution, kurator Nieman Foundation, Universitas Harvard, Committee of Concern Journalists
Andreas Harsono(1999-2000)