Top Banner
PENGAJUAN PROPOSAL HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PEKERJA DI INDUSTRY ANET SOFA PLALANGAN PADOWOHARJO SLEMAN Di ajukan oleh : MANUEL SOARES ARAUJO NIM : D III. KL. 09. 00005 PRODI D III KESEHATAN LINGKUNGAN
38

EL. Villa I

Aug 06, 2015

Download

Documents

Galang Atb
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: EL. Villa  I

PENGAJUAN PROPOSAL

HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN

PENDENGARAN PEKERJA DI INDUSTRY ANET SOFA

PLALANGAN PADOWOHARJO SLEMAN

Di ajukan oleh :

MANUEL SOARES ARAUJO

NIM : D III. KL. 09. 00005

PRODI D III KESEHATAN LINGKUNGAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA

YOGYAKARTA TAHUN 2011/2012

Page 2: EL. Villa  I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan industrialiasis di negara kita dapat dipisahkan dengan

meningkatnya tehnologi yang modern dalam usaha pembangunan dan meningkatkan

kesejahteraan rakyat. Pertubuhan industry yang pesat tanpa di sertai dengan upaya

pengamanan efek samping penerapan tehnologi akan menimbulkan masalah

kesehatan dan keselamatan kerja (A. Siswanto, 1991) .

Tenaga kerja yang merupakan unsur yang langsung berhubunga dengan

berbagai akibat dari kemajuan dalam bidang industry. Adanya kemajuan tehnolgi

dapat menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap lingkungan kerja, maka perlu

dipelihara dan dilindungi tenaga kerja dari lingkungan kerja yang buruk agar tercipta

tenaga kerrja yang sehat dan berproduktifitas.

Pengamanan yang tidak tepat dapat mengakibatkan berbagai hal yang negatif,

baik terhadap tenaga kerja maupun terhadap masyarakat yang berada disekitr tempat

produksi.

Penyakit akibat kerja antara lain faktor fisik, kimia, infeksi, fisiologi dan

psikologi. Kebisingan adalah salah satu contoh fakor fisik yang ada di lingkungan

kerja. Kebiingan yang berada di tempat kerja selain menggnggu kesehatan juga dapat

mengganggu pendengaran bagi pekrja, baik yang berasal dari pekerjaannya maupun

dari mesin-mesin yang di gunakan pada proses produksi. Gangguan pendengaran

Page 3: EL. Villa  I

dapat mengakibatkan ketidakmampuan tenaga kerja untuk mendengar perintah atau

isyarat yang berbahaya di sebabkan oleh kebisingan yang berlebihan sehingga dapat

menyebabkan kecelakaan dan gangguan kesehatan yang lain (Hersusanto, 1995)

Dusun kaliurang atau Desa kaliurag adalah merupakan pusat industry kecil

yang menampung tenaga kerja dalam meningkatkan pendapatan keluarga khsusnya

Industry Anet Sofa. Dusun tersebut Mempunyai 25 lokasi dan setiap lokasi

mempunyai enam orang pekerja (6 kk), yang berarti menyerap tenaga kerja 53,6 %

dari kepala keluarga yang ada (280 kk). Tenaga kerja tersbut bekerja mulai jam 0800 -

16 .00 WIB, terutma memproduksi Sofa, lemari, dan kursi berdasarkan pesanan.

Bahan utama yang di gunakan adalah kain, sedangkan lokasinya terbuka tidak ada

ruangan - ruangan serta hanya tertutup genteng saja.

Cara memproduksinya ada yang menggunakan listrik / diesel untuk

pemanasannya dan gerenda, tetapi ada juga yang masih mnual (tenaga manusia),

sedangkan waktu menempa semunya masih menggunakan tenaga manusia, sehingga

dalam lingkunga tersebut pekerja akan merasakan kebisingan karena adanya suara-

suara pukulan logam yang beruang - ulang maupun dari mesin yang di gunakan.

Akibat dari pemaparan kebisingan yang terus - menerus dapat mengganggu

pendengaran tenaga kerja.

Berdsarkan survey pendahuluan pada tanggal 26 Februari 2012, penulis

melakukan wawancara dengan tujuh orang pekerja, bahwa 71,4% dari pekerja

mengalami kesulitan dalam melakukan percakapan secara wajar yaitu harus berteriak

Page 4: EL. Villa  I

- teriak mengulang - ulang kalimat yang di ucapkan dan merasa bising di

tempat kerja serta merasa berdenging pada telingga pada waktu istirahat atau

selesai bekerja.

Oleh karena itu maka penulis tertarik untuk membuat penelitian tentang

Hubungan Intensitas Kebisingan dengan Gangguan Pendengaran pekerja di Industry

Anet Sofa Jln . Kaliurang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ada maka pertanyaan penelitian yang di

ajukan adalah “Apakah Ada Hubungan Antara Intensitas Kebisingan dengan

Gangguan Pendengaran Pekerja di Industry Anet Sofa Jln. Kaliurang.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum :

Di ketahui hubungan antara intensitas kebisingan dengan Gangguan

pendengaran pekerja di industry Anet Sofa Jln . Kaliurang.

Tujuan Khusus :

a. Di ketahuinya intensitas kebisingan dari masing-masing Industry Anet

Sofa / mebel

b. Di ketahuinya Gangguan Pendengaran Pekerja di Industry Anet Sofa

Page 5: EL. Villa  I

D. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian Ini Adalah :

1.Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas.

Variabel bebas penelitian ini adalah:

Intensitas kebisingan oleh kegiatan produksi mesin pemotong kayu atau kata

lain gergaji kayu dengan alasan tempat tersebut merupakan sumber kebisingan

hasil dari bunyi pemotongan kayu yang berulang - ulang dan suara mesin dalam

membuat bentuk barang, sehingga akan berpengaruh terhadap gangguan

pendengaran pekerja.

b.Variabel Terikat

Variabel terikat penelitian ini adalah gangguan pendengaran pekerja dengan alasan

tenaga kerja yang secara langsung merasakan dan daya pendengaran akan berfungsi

terus - menerus seehingga berpengaruh terhadap kesehatan telinga dan produktifitas

kerja.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Industry Anet Sofa Jln. kaliurang dengan alasan

tempat tersebut merupakan daerah sentra industri Anet Sofa di banding dengan dusun

Page 6: EL. Villa  I

yang lain dan 71,4% dari pekerja mengalami kesulitan dalam melakukan pecakapan

secara wajar.

3. Waktu Penelitan

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Mei 2012.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan bermnfaat untuk :

a. Ilmu Pengetahuan

Untuk menambah ilmu pengetahuan dan menambah kepustakaan terutama dalam

mata kuliah Hyperkes mengenai intensitas kebisingan dengan gangguan

pendengaran.

b. Pengelolah Industry Anet Sofa

Agar lebih menyadari dan memahami pengtingnya kesehatan telinga dan

pemkaian APD dalam melakukan pekerjaan.

c. Puskesmas Setempat

Menambah masukan dalam melayani masyarakat dalam bidang kesehatan

terutama Usaha Kesehatan kerja.

d. Peneliti

Page 7: EL. Villa  I

Menambah pengetahuan dan pengalaman yang berkaitan dengan penelitian dan

penulisan khususnya tentang Hyperkes.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

1. Bunyi

Bunyi adalah Sesuatu yang kita dengar yang timbul karena getaran-getaran.

Getaran-getaran ini di transmisikan diantarkan melalui partikel-partikel yang ada

disekitar kita, dan menyebar keseluruh penjuru seperti air yang terjadi bila sebuah

batu di lemparkan ke sebuah kolam. (Pandapotan Lubis, 1985).

Getaran-getaran dari yang bisa di dengar telinga manusia adalah getaran yang

mempunyai panjang gelombang 20-20.000 cycles/detik. Perlu diketahui bahwa

beberapa jenis binatang dapat mendengar getaran - getaran yang tidak bisa di dengar

manusia, misalnya bunyi ultrasonik dapat didengar oleh anjing yang kita namakan

siulan anjing diam.

Kualitas suatu bunyi ditentukan oleh dua hal, pertama ilah frekuensi yaitu

jumlah getaran / detik dan dinyatakan ddengan satuan Hertz (Hz), kedua yalah

intensitas yaitu kekuatn araus energi / satu satuan luas dan di nyatakan dengan desibel

(dB).

d B = 20 log p

Page 8: EL. Villa  I

p = tekanan suara yang bersangkutan

po = tekanan suara standar (0,0002) dyne / cm2)

Kekuatan dasar dari bunyi yang dapat di dengar ialah 0,0002 dyne/Cm2 pada

frekuensi 1.000 Hz (Pandapotan Lubis, 1985).

2. Kebisingan

Kebisingan ialah suara-suara yang tidak di inginkan oleh si pendengar. Bila loudness

mencapai tingkat tertentu maka suara itu bisa menimbulkan bising tergantung pada peka

pendengaran seseorang dan mendadaknya suara tersebut. Biasanya kebisingan di ukur dengan

dB sebagai suatu ukuran yang obyektif. (Pandapotan Lubis, 1985).

Alat ukur yang di gunakan dalam penelitian adalah dengan menggunakan alat Noise

Logging Desimeter Quest M-28. Cara pengukurannya adalah sebagai berikut:

a. Cara melakuakn kalibrasi

1 . Siapkan alat (Kalibrator dan NLD-M28)

2 . Tekan On

3 . Menekan pause reset

4 . Tekan code clock

5 . Lakukan langkah kalibrasi

Page 9: EL. Villa  I

6.Tekan Off

b. Pengoperasian alat NLD-M28 Di lapangan

1 . Tempatkan NLD-M28 Pada titik yang telah ditetapkan benar

2 . Tekan On

3 . Tekan code clock

4 . Isi waktu pengukuran (Misal pukul 10. 00)

5. Tekan pause reset

6. Jika waktu mulai pngukuran sudah siap, tekan RUN (NLD-M28 sudah bekerja)

7. Untuk membuktikan NLD-M28 Sudah bekerja / mengetahui angka-angka

pembacaan NLD-M28, tekan Sound Level (angka-angka dalam dB ( A)

8. Jika pengukuran sudah brjalan 8 jam (sesuai yang di kehendaki), tekan pause

reset

9. Kemudian tekan Off

c. Hasil kemudian di cetak (Diprint)

3. Jenis - Jenis kebisingan

Page 10: EL. Villa  I

Jenis-jenis kebisingan yang bisa ditemui di bedakan menjadi lima jenis,

yaitu : (Suma’mur, 1984)

a. Kebisingan yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas ( Steady state,

wide band noise)

b. Kebisingaan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit (steady state, narrrow

band noise) misalnya suara gergaji serkuler, katup gas.

c. Kebisingan terputus putus (Intermmitten) misalnya suara lalu lintas, suara kapal

terbaang.

d. Kebisingan implusif impact or imlusife noise misalnya pukulan tukul, tembakan

medil atau meriam, ledakan.

e. Kebisingan implusif beulang misalnya mesin di perusahaan.

4. Faktor - Faktor kebisingan

Kebisingan dapat didefisikan sebagai suara yang mengganggu, sifat

mengganggu tersebut bisa di rasakan karena : (Djasio Sanropie, 1985)

a . Tidak teratur bunyinya

b . Tidak terduga bunyinya

c . Karena keras bunyinya

Page 11: EL. Villa  I

d . Monoton (berbunyi terus - menerus)

e . Bunyi yang tidak di inginkan / tidak disukai atau di perlukan

f . Tempat dan waktunya tidak tepat.

Kebisingan dapat di katakan relatif, sifat mengganggu atau tidaknya suatu

suara di pengaruhi oleh beberapa faktor :

a. Perbedaan pengalaman

b. Perbedaan usia

c. Perbedaan kesenangan

d.Perbedaan Tingkat pendidikan Pengaruh ego individu

5. Pengaruh kebisingan terhadap kesehatan

Pengaruh utama kebisingan terlihat pada terjadinya kerusakan pada

indrapendengaran yang sifatnya bisa progresif. Mula-mula kerusakan tersebutmemang

hanya sementara, tetapi bila terus-terusan berhadapan dengannya, maka kerusakan

tersebut bisa menetap dan ketulian yang terjadi tidak akan pulih kembali. Biasanya

dimulai dengan ketulian frekuensi 4000 Hz dan kemudian tambah parah dan meluas

ke frekuensi-frekuensi di sekitarnya dan akhirnya mengenai seluruh frekuensi yang

digunakan untuk bercakp-cakap. Akibatnya kebisingan yang parah seperti diatas

umumnya di sebabkan oleh suara yang mempunyai intensitas tinggi. Nilai ambang

Page 12: EL. Villa  I

batas kebisingan yang terus - menerus seperti di pabrik - pabrik adalah 85 dB.

(Pandapotan Lubis, 1985).

Kebisingan dijumpai di beberbagai pekerjaan seperti di percetakn surat kabar,

pembuatan mesin, pembuatan perabot rumah tangga, pengecoran logam, pabrik tekstil

dan sebagainya. Di luar industri masalah terdapat diindustri bangunan, studio

musik, lapangan tebang bahkan di jalan raya dimana lalu lintas padat.

Jenis perspektif adalah dimana organ yang bertanggung jawab untuk

penerimaan suara mengalami kerusakan. Pada ketulian yang konduktif saluran luar

dan tengah di pengaruhi sedemikian rupa sehingga penyebaran normal dari suara

ketelinga dalam dikurangi atau ditiadakan. Ketulian fungsional disebabkan oleh

hilangnya. Daya dengar tanpa landasan organik. Individu tidak menggunakan

kemampuan dengar secara utuh.

Kehilangan daya dengar dari pemaparan kebisingan dapat konduktif atau

perspektif atau kedua-duanya. Konduktif apabila itu merupakan hasil letusan atau

ledakan yang dapat menyobekkan kendongan atau ledakan memindahkan ossicle.

Jenis yang perspektif hasil dari pemaparan yang perpanang terhadap kebisingan yang

berlebihan katakanlah 85 dB. Letaknya gangguan adalah cacleah. Pemaparan awal

terhadap kebisingan yang berlebihan selama beberapa menit atau jam dapat

menghasilkan daya dengar untuk sementara waktu dimana dapat sembuh kembali

dalam waktu singkat bila menjauh dari kebisingan. Selama pemaparan di ulang

Page 13: EL. Villa  I

berbulan-bulan dan bertahun-tahun, penyembuhan dari semua kehilangan daya dengar

yang bersifat sementara menjadi berkurang. Sisa atau kerusakan pendengaran yang

tiak sembuh disebut kehilangan daya dengar permanen. (Hersusanto, 1995).

Di samping itu kebisingan juga dapat menyebabkan gangguan

komunikasi / percakapan oleh adanya interven suara, sehingga komunikasi bicar

terganggu.

Derajat gangguan bising terhadap percakapan tergantug pada dua faktor yaitu masking

abilite dari bising dan keperluan komunikasi (RM Tedjo Oedono, 1990) .

Gangguan komunikasi dan pendengaran karena kebisingan akan memaksa

seseorang menguatkan suara agar lawan bicara dapat mendengar suranya. Keadan

seperi ini dapat

menimbulkan stres. Stres dapat berakibat pada banyak hal. Dari segi psikologis stres

menimbulkan perasaan tidak bahagia, perasaan tertekan, dan persaan tidak aman.

(Sarlito wirawan, 1992).

Salah satu cara pengukuran pendengaran sebagai berikut :

a. Menyapkan kaset yang berisi rekaman kata-kata (21 kata) satu kata dan dua kata,

antara lain : Tua, meja, batu, buk, sapu, senapan, pakaian, kursi, tamu, kemeja,

perahu, sepatu, gangguan, kebisingan, ukuran, meja, kursi, batu kapur, buku tulis,

sapu lidi, kapal selam, makan pisang.

b. Masukkan kaset tersebut dalam tape recorder

Page 14: EL. Villa  I

c. Atur intesitas suara 25 dB

d. Atur jarak antara sumber suara dengan pekerjayang diperiksa yaitu dua meter.

e. Pemeriksaan pendengaraan harus jauh dari kebisingan (Sunyi)

f. Tekan on pada tape recorder dan pekerja mendengarkan isi rekaman

g. Setiap selesai satu kata tape recorder di matikan

h. Pekerja yang di periksa mengulang rekaman kata tersebut dan seterusnya sampai

selesai 21 kata

i. Cara penilaian :

Bila responden dalam menirukan jumlah yang benar :

1 - 7 : Pendngaran sangat terganggu

8-14 : Pendengaran terganggu

15-21 : Pendengaran tidak terganggu

6. Anatomi Telinga

Telinga merupakan indera utuk mendengar. Anatomi telingga terdiri dari (Syaifuddin,

1985).

a. Telinga bagian luar

b. Terdiri dari daun telingga, liang telinga, membran tympani

c. Telinga bagian tengah

d. Terdiri dri kafum tympani, tuba auditiva eustaki

Page 15: EL. Villa  I

e. Telinga bagian dalam terdiri dari labyrinthus osseus dan labyrinthus membranous.

Pada pendengaran ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagai

gelombang suara dimana kecepatan dan volumenya berbeda - beda.

Gelombang suara bergerak melalui rongga telinga luar(Auris externa) yang

menyebabkan membran timpani bergetar. Getaran-getaran tersebut diteruskan menuju

inkus dan stapes melalui maleus yang terkait pada membran itu.

Karena yang timbul pada setiap tulang itu sendiri maka tulang akan

memperbesar getaran yang kemudian di salurkan ke foneatra menuju perilimfe.

Getaran perilife dialihkan melalui membaran menuju endolimfe dalam saluran coklea

dan rangsangan mencapai ujung - ujung akhir syaraf dalam organ corti selnjutnya

dihantarkan menuju otak. Perasaan pendengaran di tafsirkan otak sebagai suara yang

enak atau tidak enak, gelombang suara menimbulkan bunyi.

7. Nilai Ambang Pendengaran (NAP) Dan Nilai Ambang Batas (NAB)

Menurut Karl D. Kryter (1970) Ambang pendengaran adalah frekuensi suara

yang dapat di dengar oleh pendengaran dalam keadaan sunyi. Umumnya penurunan

atau pendengaran atau kenaikan NAP akibat kebisingan mengeluh setelah kerja dan

sadar setelah pihak lain yang biasa bergaul menyatakan bahwa mereka harus bicara

cukup keras.

Batas pendengaran dianggap normal antara 0 - 25 dB. Hal ini dapt memberi

gambaran pada pemriksaan apakah pendengaran normal atau terdapat ganggun

pendengaran.

Page 16: EL. Villa  I

Sedangkan NAB Kebisingan adalah intensitas kebisingan dimana manusia

masih sanggup meneria tanpa menunjukan gejala sakit akibat bising, atau ia tidak

menunjukan kelainan pada pemaparan kebisingan tersebut dalam delapan jam sehari

atau 40 jam perminggu.

Nilai Amang Baats berbea – beda antara negara satu dengan negara yang lain.

Di Indonesia ditetapkan NAB kebisingan adalah 85 dB.

Panitia Teknik Nasional Ambang Batas menetapkan NAB kebisingn di pabrik –

pabrik 85 dB.

8. Pengendalian Kebisingan

Pengendalian kebisingan meliputi beberapa hal, antar lain (Herususnto, 1995) .

a. Pengurangan kebisingan pada sumbernya dapat dilakuakan dengn menempatkan

peredam pada sumber getaran, tetapi umumnya hal itu penelitian dan

perencanaan mesin baru.

b. Penepatan penghalang pada jalan transmisi. Isolsi tenaga kerja atau mein adalah

usaha segera dan baik bagi usaha mengurangi kebisingan, untuk itu bahan yang

dipakai harus mampu menyerap suara.

c. Proteksi dengan sumbat atau tutup telinga. Tutup telinga biasanya lebih efektif

dari penyumbat telinga. Alat-alat tersebut dapat mengurangi intesitas kebisingan

sebesar 20 – 25 dB, Harus diusahakn perbaikan komunikasi pemakaian alat-alat

ini.

Page 17: EL. Villa  I

2. Kerangka Konsep

3. Hipotesis

Adanya hubungan intensitas kebisingn dengan gangguan pendengran pekerja

industriy Anet Sofa di Dusun kaliurang.

Tidak mampu

mendengar

Intensitas

Kebisingan

Mesin - mesin

Pukulan logam

Gangguan pendengaran

Produktifitas menurun

Kecelakan kerja

Page 18: EL. Villa  I

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian survey dengan pendekatan croos sectional

yang hasilnya akan di analisa secara deskriptif dan analitik.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah Seluruh pekerja di Industry Anet Sofa

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah 20% dari populasi yang berjumlah 30

orang pekerja di ambil dengan cara random sampling dengan kriteria tidak

sedang sakit dan tuli.

C. Variabel dan Definisi Operasional

Dalam penelitian ini digunakan satu variabel bebas, satu variabel

terikat dan variabel pengganggu yang antara variabel ini mempunyai hubungan

sebagai berikut:

Page 19: EL. Villa  I

Intensitas kebisingan

Variabel bebas

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam peneitian ini adalah Intensitas kebisingan dalam proses

industry.

Definisi operasionalnya adalah kekuatan arus energi persatuan luas yang di nyatakan

dB dan diukur dengan mengunakan Noise Logging Dosimeter Quest M-28 Pada saat

para pekerja beraktifitas.

Intensitas kebisingan sedang besarnya : 80 – 82 dB

Intensitas kebisingan rendah besarnya : 72 – 79 dB

Variabel terikat

Gangguaan pendengaran

Variabel pengganggu

- Kondisi kesehatan

- ketulian

Page 20: EL. Villa  I

Skala : Nominal.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam peneliatian ini adalah gangguan pendengaran pekerja.

Definisi operasinalnya adalah banyaknya jumlah kata yang dapat di tirukan oleh

pekerja dari sumber suara. Alat yang digunakan tape recorder dan kaset rekaman.

Bila responden dapat menirukan jumlahnya :

1 – 7 : Pendengaran sangat terganggu

8 – 14 : Pendengaran terganggu

15 – 21 : Pendengaran tidak terganggu

Skala : Nominal

a. Kondisi kesehatan

Kondisi kesehatan mengenai ada atau tidak adanya keleinan pendengaran dapat

mempengaruhi hasil pengukuran gangguan pedengaran. Kondisi kesehatan di

kendalikan dengan tenaga kerja yang sehat atau tidak sakit.

b. Ketulian

Dikendalikan dengan memilih tenaga kerja tidak tuli.

c. Umum

Page 21: EL. Villa  I

Umur akan mempengaruhi pendengaran, sebab dengan bertambahnya umur biasnya

kemampuan mendengar akan berkurang.

D. Bahan, Alat dan Waktu

1 . Bahn dan Alat

a . NLD –M 28 Adalah untuk mengukur intesitas kebisingan di ruang kerja.

b . Kaset untuk merekam yang berisi suara yang di tirukan pekrja.

c . Tape recorder untuk sumber suara

d. Qusioner dan cheklist untuk pengumpulan data umum dan khusus

e . Meteran untuk mengukur jarak sumber suara dengan responden

f . Alat tulis untuk pencatatan

1. Waktu

Penelitian ini di laksanakan pada bulan Mei – juni 2012 pada saat jam kerja yaitu

Hari senin sampai dengan hari sabtu jam 08. 00 – 16. 00 WIB.

E. Cara Pengumpulan Data

Tahap ini mencakup kegiatan – kegiatan :

a. Mengadakan survey pendahuluan kelokasi Industry Anet Sofa

b. Mengurus ijin kepada kepala Desa dan Kepala Dusun setempat

c. Memberitahukan jadwal penelitian kepada pemilik Industry Anet Sofa

Page 22: EL. Villa  I

d. Menyapkan sampel dan respoden

e. Menyapkan alat dan bahan

2. Pelaksanaan

Tahap ini mencakup kegiatan – kegiatan :

a. Pengisian quisoner yang di isi oleh peneliti

b. Pengukuran intensitas kebisingan dengan NLD Quest M-28 Linkungan proses

industry

c. Pengukuran gangguan pendengaran dengan kaset yang berisi rekaman 21 kata yang

harus di dengar dan di tirukan oleh pekerja.

d. Mengumpulkan, memperoleh, menganalisa data dan selanjunya di susun dalam

bentuk tabel – tabel.

F. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam mengadakan pengumpulan data penulis menggunakan instrumen antara lain :

1. Quesioner

2. Tape recorder

3. Quest M-28 Noise Logging Dosimeter (NLD M-28)

G. Cara Pengolahan Dan Analisa Data

4. Pengelompokan Data

Data yang telah di peroleh melalui pengukuran intensitas kebisingan dan

gangguan pendengaran kemudian di kelompokkan dalam tabel tunggal. Setelah itu

untuk mengetahui hubungan antara intensitas kebisingan dan gangguan

Page 23: EL. Villa  I

pendengaran di masukkan dalam tabel silang dan kemudian di analisa secara

analitik

5. Analisa Data.

Untuk membuktikan hipotesa tersebut yaitu hubungan intensitas kebisingan

dengan gangguan pendengaran pekerja Industri Anet Sofa di kaliurang, digunakan

uji chi scquare dan bila bermakna dilanjutkan uji cotegensi dengan derjat

kepercayaan α : 0, 05 dengan Program SPSS Versi 6,0.

Hipotesa nol (Ho) : Tidak ada hubungan yang signifikan antara intensitas

kebisingan dengan gangguan pendengaran pekerja

Industry anet sofa.

Hipotesa alternatif (Hα) : Ada hubungan yang signifikan antara intensitas

kebisingan dengan gangguan pendengaran pekerja

Industry anet sofa

Ho di tolak dan Hα di terima bila x2 hitung ˃ x2 tabel.

Page 24: EL. Villa  I

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL................................................................................................. iv

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... v

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................ 1

B. Rumusan Masalah........................................................ 2

C. Tujuan Penelitiaan........................................................ 3

D. Ruang Lingkup penelitian............................................ 4

E. Manfaat penelitian........................................................ 5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian....................................................................... 6

1. Bunyi......................................................................... 6

2. Kebisingan................................................................. 7

3. Jenis-jenis Kebisingan................................................ 8

4. Faktor-faktor Kebisingan............................................ 9

5. Pengaruh Kebisingan Terhadap Kesehatan................. 10

6. Anatomi Telingga......................................................... 13

Page 25: EL. Villa  I

7. Nilai Ambang Pendengaran (NAB) dan Nilai

Ambang Batas (NAB)............................................... 14

8. Pengendalian Kebisingan........................................... 15

B. Kerangka Konsep............................................................ 16

C. Hipotesis........................................................................... 16

BAB II : METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian................................................................... 17

B. Populasi dan Sampel........................................................... 17

C. Variabel dan Definisi Operasional...................................... 18

D. Bahan, Alat dan Waktu....................................................... 19

E. Cara Pengumpulan Data...................................................... 20

F. Insrumen Pengumpulan Data.............................................. 22

G. Cara Pengumpulan dan Analisa Data.................................. 23

Page 26: EL. Villa  I

DAFTAR PUSTAKA

Arikanto Suharsimi, 1993. Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.

Budiono Zaeni, 1992. Kebisingan Sebagai Salah satu Faktor Penyebab Akibat Penyakit

Kerja dan Cara Pengendaliannya, Bulletin Keslingmas No. 42.

Herusutanto, 1992. Penyakit Akibat Kerja. Progrm Study Ilmu Kesehatan Kerja

Program Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta.

Herawaty Lucky, 1998. Pengantar Pendidikan Kesehatan Masyarakat Bagian II APK - TS,

Yogyakarta.

Depkes :

RM. Tedjo Oedono, 1990. Penurunan Pendengaran Pada Pekerja Akibat Pemaparan Kebisingan, Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta.

Sarlito Wirawan, 1992. Psikologi Lingkungan PT Ggramedia Widya

Sarjana Indonesia Jakarta.

Djasio Sanropie dkk, 1985. Penyahatan Lingkungan Permukiman Proyek Pengembangan Tenaga Sanitasi Pusat, Pusdikuakes Depkes, Jakarta

Siswanto A, Hyegnne Perusahaan Keselmatan Kerja (Pelatihan Guru / APK SPPH Bidang Study Hyperkes), Surabaya

Suma,mur, 1984. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja ( TV, Gunung Agung, Jakarta

Syaifuddin, 1985. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat, Jakarta

Page 27: EL. Villa  I