EKSTRAKSI PELARUT I. TUJUAN a. Memahami prinsip kerja dari ekstraksi pelarut. b. Menentukan konsentrasi Ni ++ yang terekstrak secara spektrofotometri. II. TEORI Ekstraksi adalah suatu metoda pemisahan suatu unsur atau senyawa yang terdistribusi dalam dua pelarut yang saling tidak bercampur. Diantara berbagai jenis metoda pemisahan, ekstraksi pelarut atau ekstraksi air merupakan metoda pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat mikro maupun makro. Prinsip metoda ini didasarkan pasa distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang saling tidak bercampur. Batasnya adalah zat terlarut dapat ditransfer dalam jumlah yang berbeda dalam kedua fasa pelarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian, memperkaya, pemisahan serta analisa pada semua skala kerja. Mula - mula metoda ini dikenal dalam kimia analisis, kemudian berkembang menjadi suatau metoda yang cukup baik, sederhana, cepat dan dapat digunakan untuk ion - ion logam dalam jumlah makrogram.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EKSTRAKSI PELARUT
I. TUJUAN
a. Memahami prinsip kerja dari ekstraksi pelarut.
b. Menentukan konsentrasi Ni++ yang terekstrak secara spektrofotometri.
II. TEORI
Ekstraksi adalah suatu metoda pemisahan suatu unsur atau senyawa yang
terdistribusi dalam dua pelarut yang saling tidak bercampur. Diantara berbagai
jenis metoda pemisahan, ekstraksi pelarut atau ekstraksi air merupakan metoda
pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah pemisahan ini
dapat dilakukan baik dalam tingkat mikro maupun makro.
Prinsip metoda ini didasarkan pasa distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang saling tidak bercampur. Batasnya
adalah zat terlarut dapat ditransfer dalam jumlah yang berbeda dalam kedua fasa
pelarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian,
memperkaya, pemisahan serta analisa pada semua skala kerja. Mula - mula
metoda ini dikenal dalam kimia analisis, kemudian berkembang menjadi suatau
metoda yang cukup baik, sederhana, cepat dan dapat digunakan untuk ion - ion
logam dalam jumlah makrogram.
Prinsip dasar ini didasarkan pada :
1. Hukum Fasa Gibbs :
P + V = C + 2
2. Hukum Distribusi Nernst :
KD = X2/ X1
Syarat-syarat pelarut organik yang bisa digunakan dalam proses ekstraksi
yaitu :
1. Pelarut harus dipilih sedemikian rupa sehingga zat yang dicari mempunyai
nilai D yang kecil di dalam sistem ekstraksi tersebut.
2. Tidak bercampur dengan fasa air. Oleh sebab itu density harus kecil dari 1
atau besar dari 1 dan harus menghindari bentuk emulsi.
Cara-cara melakukan ekstraksi pelarut :
1. Corong pemisah (Bath extraction)
Cara ini paling sederhana dan sering dipakai di laboratorium. Alatnya
berupa corong pemisah. Cara ini dilakukan bila perbandingan D1/D2 cukup
besar sehingga bisa dilakukan satu kali atau lebih dua kali ekstraksi.
2. Counter Current Craig (CCC)
Ekstraksi dengan cara CCC merupakan cara yang penting untuk
memisahkan dua zat atau lebih dalam campuran dengan jalan
mengekstraksinya berulang kali, dimana zat yang akan dipisahkan itu
diekstraksi berulang-ulang diantara 2 fasa. Proses ekstraksi yang berulang
kali tersebut disebut proses fraksionasi.
Tujuan proses fraksionasi :
a. Untuk memisahkan zat-zat yang nilai D-nya sangat berdekatan.
b. Untuk memungkinkan mengembangkan teori fraksionasi sebagai
dasar untuk memahami teori kromatografi.
Faktor - faktor yang mempengaruhi pengekstraksian :
1. Interaksi dispersi
Daya dispersi tidak spesifik dalam sifat dan terjadi antara pasangan molekul
organik yang bedekatan letaknya. Daya dispersi ini disebabkan oleh gerakan
elektron dalam molekul yang menghasilkan desimetri atau dwikutub yang
terjadi seketika akan mempolarisasikan awan elektron molekul tetanggga.
2. Interaksi orientasi dwikutub daya induksi
Interaksi ini spesifik dalam sifat dan aturan penting dalam distribusi pada
sistem pengekstraksian. Bila dua molekul saling berdekatan, maka momen
dwikutub permanen slaing tarik - menarik secara elektrostatik dan orientasi
dwikutub terjadi apabila kepala positif dari suatu dwi kutub terletak didekat
kepala negatif dwikutub lainnya.
3. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan ikatan spesifik paling umum dalam sistem
pengekstraksian. Hal ini timbul dari interaksi gugus pemberi proton, seperti:
OH- , NH, SH, CHCl3 dan gugus penerima proton seperti alkohol,
kloroform, fenol, asam kuat, sulfida, nitrit dan amina.
4. Ikatan ion
Ikatan ion yang dimaksudndisini adalah antara ion positif dengan ion
negatif.
Kalasifikasi dari sistem pelarut atau ekstraksi pelarut, didasarkan proses
ekstraksinya dibagi atas :
1. Ekstraksi Kelat : yaitu jika ekstraksi berlangsung melalui pembentukan kelat
atau struktur cincin. Contoh : Ekstraksi uaranium dengan 8 hidroksi kuinolin
pada kloroforom, ekstraksi besi dengan cupferon pada pelarut karbon
tetraklorida.
8 hidroksi kuinolin. Kupferon :
NO
N -- O -- NH4
OH
2. Ekstraksi Solfasi : Yaitu karena spesies ekstraksi disolvasi ke fasa organik .
Contoh : Ekstraksi besi (III) dari asam hidroklorida dengan dietil eter,
ekstraksi uranium dari media asam nitrat dengan tributil posfat.
3. Ekstraksi pembentukan pasangan ion : Yaitu ekstraksi berlangsung melalui
spesies netral yang tidak bermuatan diekstraksi ke fasa organik. Contoh :
Ekstraksi skandium dengan trioktil amin atau uranium dengan trioktil amin.
4. Ekstraksi Sinergis: Yaitu disebabkan karena adanya efek memperkuat yang
berakibat penambhanan ekstraksi dengan memanfaatkan pelarut
pengekstraksi. Contohnya : Ekstraksi uranium dengan tributil pasfat
bersama - sama dengan 2 thenoyflouroaseton (TTA).
III. PROSEDUR KERJA
3.1. Alat dan Bahan
corong pisah, sebagai alat untuk memisahkan campuran
labu ukur, alat untuk mengencerkan larutan
pipet injeksi, untuk memipet zat
Erlenmeyer, sebagai wadah zat
Buret, untuk alat titrasi
Spektofotometer, sebagai alat untuk mengukur serapan
Nikel2+ , sebagai sampel
Kloroform, sebagai pelarut 1
Dimetil glioksim, sebagai reagen pewarna
3.2. Cara Kerja
1. Disiapkan larutan standar Ni+2 50 ppm.
2. Dibuat deretan larutan standar Ni dengan variasi 0;2;4;6 ppm didalam labu
ukur 50 mL.
3. Dipipet 25 mL larutan standar tersebut dan dimasukkan kedalam corong pisah.
4. Ditambahkan dimetil gioksin 5 mL, dan dikocok sampai warnanya
kemerahan.
5. Ditambahkan air brom sebanyak 8 tetes, dikocok, dan ditambahkan dengan
CCl4 sebanyak 5 mL, maka akan terbentuk dua lapisan.
6. Didiamkan beberapa saat campuran yang telah dikocok tadi.
7. Diambil lapisan bawah yang terbentuk, dimasukkan kedalam kuvet.
8. Lalu ditambahkan campuran dalam corong pisah itu sekali lagi dengan CCl4
sebanyak 2,5 mL dan dikocok.
9. Bila ada lapisan bawah, diambil lapisan tersebut dan masukkan kedalam kuvet
yang sama.
10. Diukur absorban larutan menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang maksimum.
3.3. Skema Kerja
Larutan standar Ni+2 50 ppm
Diambil dengan variasi 0;2;4;6 didalam labu ukur 50 mL
Deretan larutan standar
Dipipet 25 mL dan dimasukkan kedalam corong pisah
+ Dimetil gioksin 5 mL
warna kemerahan
+ Air brom 8 tetes dan dikocok
+ CCl4 sebanyak 5 mL
terbentuk dua lapisan
Didiamkan beberapa saat
Diambil lapisan bawah dan dimasukkan kedalam kuvet
Ditambahkan campuran dalam corong pisah itu sekali lagi dengan
CCl4 sebanyak 2,5 mL dan dikocok
Bila ada lapisan bawah, diambil lapisan tersebut dan masukkan
kedalam kuvet yang sama
Lapisan bawah
Diukur absorban larutan menggunakan spektrofotometer pada
panjang gelombang maksimum
Nilai absorban larutan
3.4. Skema Alat
Corong pisah Erlenmeyer
DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A. dan A. L. Underwood. 1999. “ Analisis Kimia Kuantitatif “. Edisi ke