EKSTRAKSI GIGI Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari
dalam soket dari tulang alveolar. Ekstraksi gigi dapat dilakukan
dengan dua teknik yaitu teknik sederhana dan teknik pembedahan.
Teknik sederhana dilakukan dengan melepaskan gigi dari perlekatan
jaringan lunak menggunakan elevator kemudian menggoyangkan dan
mengeluarkan gigi di dalam soket dari tulang alveolar menggunakan
tang ekstraksi. Sedangkan teknik pembedahan dilakukan dengan
pembuatan flep, pembuangan tulang disekeliling gigi, menggoyangkan
dan mengeluarkan gigi di dalam soket dari tulang alveolar kemudian
mengembalikan flep ke tempat semula dengan penjahitan. Teknik
sederhana digunakan untuk ekstraksi gigi erupsi yang merupakan
indikasi, misalnya gigi berjejal. Ekstraksi gigi dengan teknik
pembedahan dilakukan apabila gigi tidak bisa diekstraksi dengan
menggunakan teknik sederhana, misalnya gigi ankilosis. Dalam
prakteknya, ekstraksi gigi harus mengikuti prinsip-prinsip yang
akan memudahkan dalam proses ekstraksi gigi dan memperkecil
terjadinya komplikasi ekstraksi gigi.
EKSTRAKSI GIGI PERMANENIndikasi Ekstraksi Gigi
Banyak alasan yang menyebabkan gigi perlu diekstraksi dari
soketnya. Meskipun perkembangan kedokteran gigi sekarang ini lebih
menekankan untuk sedapat mungkin mempertahankan gigi pada kavitas
oral, pada beberapa kasus, ekstraksi gigi masih merupakan treatment
of choice. Indikasi pencabutan gigi berdasarkan Peterson, 2003
meliputi:1. Karies yang meluasPada kasus karies yang meluas
sehingga menyebabkan kesulitan dalam merestorasi, ekstraksi
merupakan pilihan terapi untuk mengurangi kemungkinan meluasnya
infeksi ke jaringan lain.
2. Nekrosis pulpaUntuk mempertahankan gigi pada soketnya, gigi
yang nekrosis memerlukan terapi perawatan saluran akar yang relatif
memakan waktu lama sehingga beberapa pasien menolak dilakukannya
perawatan endodontik. Pada kasus demikian, ekstraksi merupakan
terapi pilihan. Demikian pula untuk kasus kegagalan terapi
endodontik, di mana terapi endodontik telah dilakukan namun gagal
mengurangi rasa sakit atau memberikan drainage.
3. Penyakit Periodontal yang ParahPada kasus periodontitis
dengan kehilangan tulang dan mobilitas gigi yang irreversible,
ekstraksi merupakan indikasi.
4. Keperluan OrthodontikPasien yang akan mendapatkan perawatan
orthodontik sering kali dikonsulkan untuk dilakukan ekstraksi pada
gigi premolar I atau II dengan tujuan menyediakan ruangan yang
cukup untuk gigi.
5. Malposisi gigiMalposisi gigi yang sering menyebabkan trauma
jaringan lunak di sekitarnya merupakan indikasi ekstraksi. Sebagai
contoh, gigi molar 3 maksila yang seringkali tumbuh bukoversi
sehingga menyebabkan trauma pada mukosa bukal. Malposisi gigi lain
yang diindikasikan untuk dilakukan ekstraksi adalah gigi yang
mengalami ekstrusi akibat kehilangan gigi lawannya dan menyebabkan
terlalu kecilnya ruangan bagi gigi artificial apabila akan
dilakukan pembuatan prostetik untuk rahang pada regio lawannya.
6. Fraktur gigiTidak semua kasus fraktur gigi diindikasikan
untuk pencabutan. Namun, untuk kasus fraktur akar terutama kasus
fraktur pada 1/3 apikal merupakan indikasi ekstraksi gigi.
7. Ekstraksi PreprostetikEkstraksi preprostetik dilakukan
apabila gigi mempengaruhi desain dan penempatan protesa, baik gigi
tiruan lengkap, sebagian, maupun cekat.
8. Gigi impaksiEkstraksi merupakan indikasi bagi gigi yang
impaksi dengan alasan dapat mengubah posisi geligi yang lain,
melukai jaringan lunak, ataupun mengalami inflamasi.
9. Gigi SupernumeraryGigi supernumerary yang seringkali impaksi
umumnya diekstraksi karena mungkin mengganggu erupsi benih gigi
lain di sekitarnya dan memiliki potensi untuk menyebabkan
displacement atau resorpsi gigi sekitarnya tersebut.
10. Terapi PreradiasiPasien yang akan mendapatkan terapi radiasi
untuk tumor di sekitar leher kepala dan memiliki geligi yang
mengalami kerusakan perlu mendapatkan terapi preradiasi berupa
ekstraksi gigi karena dikhawatirkan gigi pasien akan mengalami
osteoradionekrosis pada saat terapi radiasi.
11. Geligi yang terlibat pada fraktur rahangEkstraksi geligi
yang terlibat pada fraktur rahang dengan keadaan trauma dan luksasi
pada sekitar jaringan tulang perlu diekstraksi untuk mencegah
infeksi.
12. EstetikPasien dengan staining pada gigi atau fluorosis
mungkin menginginkan gigi dengan keluhan tersebut diekstraksi.
13. EkonomiFaktor ekonomi merupakan faktor terakhir yang cukup
mempengaruhi indikasi untuk pencabutan. Apabila pasien tidak mau
atau tidak mampu untuk melakukan terapi yang dapat mempertahankan
keadaan gigi, maka ekstraksi diindikasikan untuk dilakukan pada
pasien tersebut.
Kontraindikasi Pencabutan GigiSecara umum, kontraindikasi
pencabutan gigi dibagi atas kontraindikasi sistemik dan
kontraindikasi lokal. Pencabutan gigi menjadi kontraindikasi bagi
pasien- pasien dengan kondisi dan situasi yang tidak memungkinkan
bagi pasien sehingga pecabutan gigi harus ditangguhkan sampai
pasien mendapatkan terapi tambahan dan dinyatakan terbebas dari
kasus lain yang menyebabkan pencabutan tidak dapat dilakukan.
1. Kontraindikasi SistemikKontraindikasi sistemik meliputi
kondisi sistemik pasien yang tidak memungkinkan pasien untuk
mendapatkan terapi bedah, seperti pasien dengan uncontrolled
metabolic diseases , seperti diabetes yang tidak terkontrol dan
penyakit ginjal yang parah. Pasien dengan leukemia atau limfoma
yang tidak terkontrol juga merupakan kontraindikasi untuk ekstraksi
gigi karena berpotensi cukup besar untuk mengalami komplikasi
infeksi dan perdarahan berat. Pasien dengan penyakit jantung yang
tidak terkontrol pun harus menunda ekstraksi giginya hingga
penyakit tersebut terkontrol. Begitu pula pada pasien dengan
hipertensi yang tidak terkontrol karena dapat menyebabkan
perdarahan yang persisten, akut myocardial insuffiensi, dan
cerebrovascular accident. Kehamilan relatif merupakan
kontraindikasi pencabutan. Pencabutan pada wanita hamil dapat
dilakukan pada akkhir trimester awal, trimester kedua, dan awal
trimester akhir. Namun, tindakan yang lebih ekstensif harus ditunda
sampai kelahiran.Pasien hemophilia atau pasien dengan platelet
disorder tidak boleh dilakukan ekstraksi gigi hingga koagulopati
yang diderita dinyatakan sembuh.
2. Kontraindikasi LokalKondisi- kondisi yang termasuk dalam
kontraindikasi lokal dari pencabutan gigi adalah:a. Ekstraksi pada
area radiasib. Gigi pada area tumor malignanc. Perikoronitis maupun
radang akut lainnyad. Gigi dengan abses dentoalveolar.Armamentarium
Ekstraksi GigiDental Elevator Terdiri dari pegangan (handle),
shank, dan mata pisau (blade). Shank dari elevator menghubungkan
gagang dengan blade. Shank secara umum memiliki ukuran yang cukup
besar dan kuat untuk mentransmisikan gaya darri gagang menuju
blade. Blade dari elevator merupakan ujung yang bekerja untuk
mentransmisikan gaya ke gigi, tulang, atau keduanya.
Fungsi :1. Meluksasi (melonggarkan) gigi dari tulang di
sekelilingnya2. Melebarkan tulang alveolar. Dengan mempeluas tulang
bucocortical, operator memfasilitasi pengangkatan gigi yang
memiliki jalur pengangkatan yang terbatasIndikasi penggunaan
elevator:1. ekstraksi gigi yang tak dapat dicabut dengan tang.2.
menggoyangkan gigi sebelum penggunaan dengan tang.3. mengeluarkan
sisa akar.4. memecah gigi.5. mengangkat tulang inter radikuler
(cryer)6. memisahkan gigi dengan gingiva sebelum penggunaan dengan
tang (bein)
Syarat menggunakan elevator :1. jangan menggunakan gigi yang
berdekatan sbg titik fulkrum.2. jangan menggunakan dinding bukal
sebagai titk fulkrum.3. jangan menggunakan dinding lingual sebagai
titik fulkrum.4. harus selalu menggunakan jari tangan sebagai
fiksasi untuk menjaga kalau elevator meleset.
Tiga tipe dasar elevator :1. Tipe lurus atau gouge type
(mencungkil)2. Tipe triangle atau pennant-shape type3.
Pick-type
A. Straight elevatorB dan C. mata pisau dari straight elevator
yang konkaf
Elevator lurus Bentuk dari blade elevator tipe lurus ini dapat
digunakan pada aspek posterior mulut. Elevator lurus berukuran
kecil digunakan untuk meluksasi gigi yang sudah erupsi sebelum
penggunaan tang ekstraksi. Elevator lurus yang lebih besar
digunakan untuk memindahkan akar dari soketnya dan meluksasi gigi
yang memiliki ruang yang lebar.
Elevator triangular atau pennent-shapeElevator ini tersedia
sepasang : kanan dan kiri. Elevator triangular berguna ketika
patahan akar gigi tertinggal dalam soket. Contohnya adalah ketika
molar pertama mandibula mengalami fraktur dan meninggalkan akar
distal dalam soket tetapi akar mesial ikut lepas bersama mahkota.
Ujung dari elevator triangular ditempatkan dalam soket, dengan
bagian shank bersandar pada lempeng tulang bagian bukal. Kemudian
diputar dengan tipe rotasi whenel-and-axle, dengan ujung elevator
yang tajam meengikat sementum dari akar distal yang tersisa;
kemudian elevator diputar dan akar dikeluarkan. Elevator triangular
memiliki banyak tipe dan angulasi, tetapi tipe yang paling sering
digunakan adalah Cryer.
Triangular shaped elevator (cryer)
Elevator pick-typeDigunakan untuk memindahkan akar. Elevator
pick-type yang berat adalah crane pick. Instrument ini digunakan
sebagai pengungkit untuk mengeluarkan patahan akar dari soketnya.
Ada pula tipee root tip pick atau elevator apeks. Elevator ini
digunakan untuk mengeluarkan ujung akar kecil dari soketnya.
TANG EKSTRAKSIMerupakan instrument yang digunakan untuk
mengeluarkan gigi dari tulang alveolar. Instrument ini didesain
dalam berbagai macam gaya dan bentuk untuk beradaptasi pada
berbagai macam gigi saat digunakanKomponen
Komponen dasar dari tang ekstraksi adalah gagang, engsel, dan
paruh. Gagang memiliki ukuran yang memadai untuk digenggam dengan
nyaman dan mampu memberikan tekanan dan ungkitan yang cukup untuk
mencabut gigi yang dikehendaki. Gagangnya memiliki permukaan yang
bergerigi sehingga dapat digenggam dengan mantap dan mencegah
terjadinya selip.Gagang dari tang memiliki cara genggam yang
berbeda, tergantung pada posisi gigi yang akan dicabut. Tang untuk
maksila (Gbr. A) digenggam dengan telapak tangan berada di bawah
tang sehingga paruh diarahkan menuju superior. Tang yang digunakan
untuk geligi mandibula (Gbr. B) digenggam dengan telapak tangan
berada di atas tang sehingga paruh ditujukan ke bawah menuju gigi.
Gagang dari tang biasanya lurus tetapi ada juga yang melengkung.
A
B
Engsel dari tang, seperti shank pada elevator, meerupakan
mekanisme untuk menghubungkan gagang dengan paruh. Engsel
mentransfer dan mengkonsentrasikan kekuatan yang diberikan pada
gagang menuju paruh. Terdapat satu perbedaan style yang jelas pada
tang: tang tipe Amerika yang biasa adalah engsel berada pada arah
horizontal dan penggunaannya sesuai dengan yang telah dijelaskan.
Sedangkan tang Inggris lebih memilih engsel vertical dan tangan
menggenggam dalam arah vertical.
Paruh dari tang ekstraksi merupakan bagian yang memiliki variasi
paling benyak. Paruh didesain untuk beradaptasi dengan akar gigi
pada hubungan antara mahkota dengan akar.penting untuk diingat
bahwa paruh dari tang didesain untuk beradaptasi dengan akar gigi
dan bukan dengan mahkota gigi. Untuk itu, paruh yang berbeda-beda
didesain untuk gigi berakar satu, gigi berakar dua, dan gigi
berakar tiga. Variasi desain dari ujung paruh akan beradaptasi
mendekati berbagai macam formasi akar, menurunkan terjadinya
fraktur akar. Semakin dekat paruh tang beradaptasi dengan akar
gigi, semakin efisien ekstraksi yang dilakukan dan kemungkinan
terjaadinya komplikasi semakin kecil.Variasi desain yang terakhir
dari paruh adalah lebarnya. Beberapa tang memiliki ukuran yang
sempit, karena kegunaan utamanya adalah untuk mencabut gigi dengan
ukuran kecil, contohnya incisivus. Tang lainnya berukuran lebih
lebar, karena di desain untuk mencabut gigi yang lebih besar,
contohnya gigi molar. Tang yang didesain untuk mencabut incisivus
rahang bawah dapat digunakan untuk mencabut gigi molar rahang
bawah, tetapi paruhnya terlalu sempit sehingga tidak efisien dalam
penggunaannya. Tang untuk gigi molar juga tidak akan beradaptasi
pada ruang sempit yang dimiliki oleh incicivus rahang bawah dan
oleh karena itu tidak dapat digunakan dalam situasi tersebut.Paruh
dari tang membelok sehingga dapat ditempatkan sejajar dengan sumbu
panjang gigi, dengan gagang pada posisi yang nyaman. Oleh karena
itu, paruh dari tang maksila biasanya sejajar dengan gagang. Tang
molar maksila diimbangi dengan bentuk bayonet untuk memudahkan
operator mencapai aspek posterior mulut dan tetap menjaga paruh
sejajar dengan sumbbu panjang gigi. Paruh dari tang mandibula tegak
lurus dengan gagang, sehingga operator dapaat mencapai gigi rahang
bawah dan mempertahankan posisi yang nyaman dan terkontrol.
TANG MAKSILA
Pencabutan gigi maksila membutuhkan instrument yang didesain
untuk gigi berakar satu dan tiga. Gigi incisivus, caninus, dan
premolar rahang atas dianggap sebagai gigi berakar satu. Premolar
satu maksila memiliki bifurkasi akar, tetapi karena bifurkasi
terdapat padi sepertiga apical, tidak mempengaruhi desain dari
tang. Molar maksila biasanya memiliki trifurkasi dan oleh karena
itu membutuhkan tang ekstraksi, yang beradaptasi pada konfigurasi
akar.
Gigi maksila berakar satu biasanya dicabut dengan menggunakan
tang universal maksila, biasanya no. 150.tang no. 150 terlihat
sedikit melengkung bila dilihat dari samping dan terlihat lurus
ketika dilihat dari atas. Paruh dari tang melengkung dan bertemu
hanya pada bagian ujungnya. Tang no. 150 yang sedikit melengkung
mempermudah operator mencapai tidak hanya incisivus tetapi juga
premolar. Paruh dari tang 150 telah dimodifikasi sedikit membentuk
tang no. 150A. tang no.150A berguna untuk gigi premolar maksila dan
tidak dapat digunakan untuk gigi incisivus, karena adaptasinya
terhadap gigi incisivus kurang memadai.
Sebagai tambahan terhadap tang no.150, tang lurus juga tersedia.
Tang no. 1, yang dapat digunakan untuk gigi incisivus dan caninus
maksila, lebih mudah digunakan daripada tang no. 150 untuk
incisivus.
Gigi molar maksila merupakan gigi berakar tiga dengan satu akar
palatal dan bifurkasi bukal. Oleh karena itu tang yang dapat
beradaptasi dengan molar maksila harus memiliki permukaan yang
halus dan cekung untuk akar palatal dan paruh dengan desain pointed
yang akan sesuai dengan bifurkasi bukal pada paruh bukal. Sehingga
tang molar ada sepasang: kiri dan kanan. Tang molar maksila yang
paling sering digunakan adalah no. 53 kanan dan kiri. Tang ini
didesain untuk fit secara anatomis disekitar paruh palatal, dan
paruh pointed pada bagian bukal beradaptasi ke dalam bifurkasi.
Paruh didesain offset untuk mendapat posisi yang sesuai.
Variasi desain terdapat pada tang no. 88 kanan dan kiri, yang
memiliki bentuk paruh yang lebih panjang, menonjol, dan pointed.
Tang ini dekenal sebagai tang upper cowhorn. Berguna untuk molar
maksila yang mahkotanya sudah mengalami kerusakan yang parah. Paruh
pointed yang lebih tajam dapat mencapai lebih dalam menuju
trifurkasi ke dentin. Kerugian utamnya adalah tang ini dapat
menghancurkan tulang alveolar, dalam penggunaannya harus hati-hati,
fraktur dalam jumlah besar dari tulang alveolar bukal dapat
terjadi.Kadang-kadang, molar kedua dan ketiga maksila hanya
memiliki satu akar yang berbentuk kerucut. Pada situasi ini, tang
dengan paruh yang halus dan lebar yang offset dari gagangnya dapat
berguna. Tang no. 210S menunjukkan desain ini. Variasi desain
lainnya dutunjukkan dalam tang maksila offset dengan paruh yang
sangat sempit. Tang ini digunakan untuk mencabut premolar yang
kecil dan incisivus mandibula. Tang ini. N0. 286, juga dikenal
dengan tang ujung akar.Versi yang lebih kecil dari tang no.150,
tang no.150S. digunakan untuk pencabutan gigi sulung. Taang ini
beradaptasi baik terhadap semua giggi sulung maksila dan dapat
digunakan sebagai tang gigi sulung universal.
TANG MANDIBULAEkstraksi pada gigi mandibula membutuhkan tang
yang dapat digunakan untuk gigi berakar satu untuk incisivus,
caninus, dan premolar, dan juga gigi berakar dua untuk molar. Tang
yang sering digunakan untuk gigi berakar satu adalah tang universal
rahang bawah, atau tang no. 151. Memiliki gagang mirip tang no.
150, tetapi paruhnya menuju ke bawah untuk gigi mandibula. Paruhnya
halus dan sempit dan bertemu hanya pada ujungnya. Sehingga paruh
dapat beradaptassi dengan cervical line dari gigi dan mencengkram
akar.
Tang posterior kiri RB
Tang no. 151A telah mengalami sedikit modifikasi untuk gigi
premolar mandibula. Tang ini tidak dapat digunakan untuk gigi
mandibula lainnya, karena bentuknya mencegah adaptasi terhadap akar
gigi.English style dari tang berengsel-vertikal terkadang digunakan
untuk gigi berakar satu di mandibula. Kekuatan yang besar dapat
dihasilkan dengan tang ini, jika tidak digunakan dengan hati-hati
insidensi terjadinya fraktur akar tinggi dengan menggunakan
instrument ini. Oleh karena itu tang ini jarang digunakan.Molar
mandibula memiliki bifurkasi, gigi berakar dua yang membutuhkan
tang yang dapat beradaptasi secara anatomis dengan gigi. Karena
bifurkasi terdapat pada kedua sisi lingual dan bukal, hanya satu
macam tang molar yang dibutuhkan untuk kanan dan kiri.Tang molar
mandibula yang paling berguna adalah no. 17. Tang ini biasanya
memiliki gagang yang lurus, dan paruhnya mengarah secara oblik ke
bawah. Paruh memiliki ujung bilateral tajam pada pusatnya untuk
beradaptasi ke dalam bifurkasi dari gigi molar. Karena ujungnya
yang tajam, tang no.17, tidak dapat digunakan pada gigi molar,
dengan akar yang bergabung membentuk akar kerucut. Untuk tujuan ini
tang no. 222 dapat digunakan. Mirip dengan desain tang no. 17,
tetapi paruhnya lebih pendek dan tidak memiliki ujung yang tajam.
Gigi yang paling sering menggunakan tang no.222 adalah molar ketiga
mandibula yang telah erupsi.Variasi desain utama dari tang molar
mandibula adalah no. 23, yang juga disebut tang cowhorn. Instrument
ini didesain dengan dua paruhb yang tajam dan berat yang akan masuk
ke dalam bifurkasi dari molar rahang bawah. Setelah tang berada
pada posisi yang sesuai, gigi diangkat dengan menekan gagang dari
tang bersamaan dengan kuat. Paruh ditekan ke dalam bifurkasi,
menggunakan lempeng kortikal bukal dan lingual sebagai fulcrum, dan
gigi tertekan keluar dari soket. Tseperti halnya tang English style
dengan penggunaan yang tidak sesuai maka tang cowhorn dapat
meningkatkan insidensi efek yang tidak diinginkan, seperti fraktur
pada tulang alveolar. Tang no. 151 juga dapat diadaptasikan pada
gigi susu. Tang no. 151S memiliki desain yang sama sepeerti no. 151
tetapi memiliki skala yang lebih kecil untuk mengadaptasikannya
dengan gigi sulung. Tang ini dapat digunakan untuk mencabut semua
gigi sulung mandibula.
Instrumen Pendukung Ekstraksi Instrumen Untuk Insisi
JaringanSebagian besar prosedur bedah dimulai dengan insisi. Paling
banyak digunakan handle scalpel no. 3 handle dan no. 7 handle yang
lebih besar dan tipis.
Scalple handle no.3
Scalple handle no.7
Mata pisau scalpel yang biasa dipakai untuk bedah intraoral
adalah pisau no. 15. Selain itu, mata pisau no. 11 dan 12 juga
sering digunakan untuk intraoral.
Blade no 11,blade no 12, blade no 15
Instrumen Untuk Mengangkat MukoperiosteumInstrumen yang umum
digunakan adalanh no. 9 Molt periosteal elevator. Instrumen ini
memiliki ujung yang tajam, lancip, rata, dan lebar.
Periosteal elevator dapat digunakan untuk mereflek jaringan
lunak dengan 3 cara: Pertama, ujung lancip digunakan pada gerakan
membongkar untuk mengangkat jaringan lunak. Metode kedua memisahkan
periosteum dari tulang di bawahnya. Metode ketiga adalah gaya
tarikan, atau mengikis. Instrumen yang sering digunakan adalah
Woodson periosteal elevator no.1 untuk menghilangkan jaringan lunak
melewati sulkus gingival.
Instrumen untuk Meretraksi Jaringan LunakRetraktor pipi yang
paling terkenal adalah (1) right-angle Austin retractor (gbr 6-7)
dan (2) offset broad Minnesota retractor. Kedua retraktor ini dapat
menarik pipi dan flap mukoperiosteal secara stimultan.
Weider tongue retractor adalah berbentuk hati yang bergigi tajam
pada satu sisi sehingga dapat melawan lidah lebih kuat serta
menarik secara medial dan anterior .
Towel clip dapat digunakan untuk menahan lidah. Saat prosedur
biopsi pada posterior lidah, menahan lidah anterior dengan towel
clip.
Instrumen untuk Mengatur HemorragiKetika suatu perdarahan
membutuhkan pengaturan yang lebih dari sekedar tekanan, dapat
digunakan hemostat. Hemostat yang biasa digunakan pada bedah mulut
adalah hemostat lengkung.
Instrumen untuk Menggenggam JaringanAdson forceps terlalu pendek
untuk bekerja pada daerah posterior mulut. Tang yang lebih panjang
dengan bentuk yang serupa adalah Stillies forceps. Terdapat juga
Allis forceps Tang jaringan Russian memiliki bentuk besar dan
berujung
Adson forcep,allis forcep, russian forcep
Instrumen untuk Mengambil TulangRongeur ForcepsInstrumen yang
umum digunakan untuk mengambil tulang adalah Rongeur forceps.
Instrumen ini memiliki mata pisau tajam. Desain utama dari Rongeur
forceps ini adalah (1) side-cutting forceps (Gbr. 4A), (2)
side-cutting and end-cutting forceps (Gbr. 1A).
Chisel dan Mallet
Bone FileDigunakan untuk menghaluskan permukaan tulang sebelum
menutup kembali flap mukoperiosteal.
Bur dan HandpieceMetode terakhir untuk membuang tulang adalah
dengan bur dan handpiece.
Instrumen untuk Mengambil jaringan lunak dari Kerusakan
TulangKegunaan utamanya untuk mengangkat granuloma atau kista kecil
dari lesi periapikal, dapat juga untuk mengambil jaringan granulasi
debris kecil dari soket gigi.
Instrumen untuk Menjahit Mukosa.Needle HolderNeedle holder
dipegang dengan ibu jari dan jari manis. Jari telunjuk dan jari
tengah untuk mengontrol pergerakan.
NeedleJarum yang digunakan untuk menurup mukosa insisi biasalnya
jarum kecil setengah bulat atau three eights- circle.
Suturing MaterialTerdapat berbagai macam material jahit
berdasarkan ukuran, resorbabilitas, dan monofilamen atau
polifilamen. Ukuran yang biasa digunakan untuk menjahit mukosal
oral adalah 3-0 (000). Nomer benang yang lebih besar adalah 2-0
atau 0. Sutura nomer 6-0, sutura no.3-0 cukup besar untuk mencegah
robeknya mukosa dan kuat untuk menahan tekanan pada
intraoral.Benang jahit ada yang resorbalbe atau nonresorbable.
benang jahit nonresorbable contohnya sutra, nilon, dan stainless
steel. Gut atau chromic gut, nilon, dan stanless steel adalah
benang monofilamen. Sutra, asam poligilokolik dan poliaktitik
adalah benang polifilamen.Benang jahit yang umum untuk kavitas oral
adalah sutra hitam no.3-0.
Gunting
Instrument untuk penghisapan1. Surgical suction : alat yang
memiliki lubang yg lebih kecil dari alat penghisap pada kedokteran
gigi umumnyaFungsi : memberikan visualisasi yang cukup saat operasi
dengan menghisap darah,saliva,dan larutan irigasi2. Fraser suction
: alat hisap yang memiliki lubang pada bagian gagang yang dapat
ditutup sesuai keperluan
A.surgical suctionB. fraser suction
Instrument untuk memindahkan instrument sterilTransfer forceps :
tang yang memiliki jepitan yang berat dan membelok ke kanan. Biasa
disimpan pada wadah berisi larutan antibakteri seperti
glutaraldehide.Fungsi : memindahkan alat instrument dari satu area
ke area lainnya
Instrument untuk irigasiMenggunakan syringe plastik yang besar
dengan jarum 18-gauge tumpul yang biasanya digunakan untuk irigasi.
Jarumnya harus tumpul dan halus sehingga tidak melukai jaringan
lunak, dan memiliki sudut untuk mengarahkan aliran irigasi supaya
lebih efisien.
A. Suntikan bulb atau regulerB. Auto-loaded syringe
INSTRUMENT TRAY SYSTEM
Banyak operator menggunakan metode tray untuk menyusun
instrument. Standar set dari instrument adalah dikemas bersama,
sterilisasi, dan dibuka saat melakukan operasi. Alat-alat ekstraksi
dasar antara lain syringe lokal anastesi, jarum, cartridge lokal
anastesi, elevator Woodson, kuret periapikal, elevator lurus yang
kecil dan besar, sepasang college pliers, curved hemostat, penjepit
handuk, retractor Austin, suction, gauze. Tang yang dibutuhkan akan
ditambahkan pada tray ini.Tray yang digunakan untuk pembedahan
ekstraksi termasuk instrument-instrumen dalam basic extraction tray
ditambah needle holder dan suture, sepasang suture scissors,
elevator periosteal, blade handle dan blade, tang jaringan Adson,
bone file, retractor lidah, root tip pick, tang jaringan Rusia,
sepasang elevator Cryer, rongeur, handpiece dan bur.
Instrument-instrumen ini dapat digunakan untuk insisi dan refleksi
jaringan lunak, pengangkatan tulang, membelah gigi, pengangkatan
akar, debridement luka, dan penjahitan jaringan lunak.Biopsy tray
temasuk basic tray ditambah blade handle dan blade, needle holder
dan suture, suture scissors, gunting Metzenbaum, tang jaringan
Allis, tang jaringan Adson, curved hemostat. Alat-alat ini dapat
digunakan untuk insisi dan diseksi dari specimen jaringan lunak dan
penutupan luka dengan penjahitanTray setelah operasi membutuhkan
instrument untuk mengirigasi daerah pembedahan dan melepaskan
jahitan. Biasanya termasuk gunting, college pliers irrigation,
syringe, applicator sticks, gauze, dan suction.Instrument dapat
diletakkan pada nampan datar, dikemas dengan kertas sterilisasi,
dan disterilisasi. Ketika siap digunakan, tray dibawa ke ruang
operasi, dibuka, dan instrument dapat digunakan. System ini
membutuhkan autoclave yang lebih besar untuk mengakomodasi
tray.
Teknik ekstraksi gigi permanenGigi yang erupsi bisa diekstraksi
dengan salah satu dari dua teknik utama, yaitu tertutup dan
terbuka. Teknik tertutup juga dikenal sebagai teknik simple
forceps. Teknik terbuka dikenal juga sebagai teknik operasi atau
flap.Teknik yang benar seharusnya menghasilkan ekstraksi yang
atraumatik, dan sebaliknya pada teknik operasi yang telah dapat
mengakibatkan ekstraksi yang traumatik.Teknik apapun yang dipilih,
ada tiga syarat utama yang diperlukan untuk mendapatkan ekstraksi
yang baik yatu:1. Akses dan dan visualisasi pada daerah yang akan
di ekstraksi2. Jalur yang tidak terhalang unuk mengekstraksi gigi3.
Penggunaan gigi tenaga yang terkontrolLangkah umum pada prosedur
ekstraksi tertutup:1. Melonggarkan perlekatan jaringan lunak ke
gigi2. Luksasi gigi dengan menggunakan dental elevator3. Adaptasi
forceps terhadap gigi4. Luksasi gigi dengan forceps5. Pecabutan
gigi pada socketnya.Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika
ekstraksi antara lain:1. Posisi saat ekstraksia. Untuk ekstraksi
gigi maxilla, dental chair diposisikan sekitar 60 derajat terhadap
lantaib. Selama ekstraksi pada kuadran maxilla sebelah kanan,
kepala pasien seharusnya mengarah ke operator, sehingga akses yang
cukup dan visualisasi bisa didapatkanc. Untuk ekstraksi gigi
anterior maxilla, kepala pasien harus diposisikan lurus kedepand.
Pada ekstraksi kuadran maxilla sebelah kiri, kepala pasien hanya
sedikit diarahkan ke operator.e. Untuk ekstraksi mandibula, pasien
harus diposisikan lebih tegak lurus sehingga ketika mulut dibuka,
occlusal plane sejajar dengan lantaif. Posisi kursi harus lebih
rendah dari pada posisi kursi saat ekstraksi gigi permanen, dan
lengan operator pada sudut 120 derajat pada siku.
GambarA. Posisi ekstraksi gigi-gigi rahang atasB. Posisi
ekstraksi gigi-gigi rahang bawah kuadran kiriC. Posisi ekstraksi
gigi-gigi bawah kuadran kanan
2. Peran non-working handa. Membantu melindungi gigi sekitarnya
dari foecepsb. Membantu menstabilkan posisi kepala pasien selama
proses ekstraksic. Memiliki peran penting pada saat ekstraksi gigi
mandibula karena tangan kiri menyokong dan menstabilkan posisi
rahang bawah ketika ekstraksi dilakukan.
3. Penggunaan elevator pada pencabutanElevator digunakan untuk
mengetes anestesi, memperkirakan mobilitas gigi, memisahkan
perlekatan gingiva, dan mengawali perlonggaran alveolus.
Keberhasilan penggunaannya tergantung pada aplikasi dengan tekanan
yang terkontrol, cara memegang yang baik dan tepat (pinch/sling
grasp), bidang/ titik penempatan atau insersi yang tepat, dan titik
tumpu yang tepat. Umumnya, elevator lurus dengan bidang miring
(#34S dan #301) diinsersikan pada regio mesio gingival
interproksimal, paralel dengan permukaan akar gigi untuk mengawali
suatu pencabutan. Mobilitas yang cukup dicapai apabila elevator
ditekan ke apikal dan juga dirotasi ke bukal/ fasial. Tekanan
berlebihan yang diproduksi elevator bisa mengakibatkan fraktur atau
melesetnya elevator yang akan mengakibatkan cedera pada jaringan
sekitarnya. Pencabutan dengan elevator juga sebaiknya dihindarkan
karena mulut masih dalam keadaan teranestesi sehingga memungkinkan
gigi tersebut tertelan atau terhisap.
4. Penggunaan tang-Posisi telapak tangan: tang dipegang dengan
posisi telapak tangan menghadap ke bawah untuk pencabutan gigi
rahang bawah dan menghadap ke atas untuk pencabutan gigi rahang
atas. Tindakan ini memungkinkan posisi pergelangan lurus dan siku
mendekati badan.-Pinch grasp: teknik penggunaan elevator atau tang
yang efektif tergantung pada retraksi pipi atau bibir dan
stabilitas prosessus alveolaris. Untuk maksud ini, pinch grasp
digunakan untuk pencabutan gigi rahang atas. Pinch grasp terdiri
dari memegang prosessus alveolaris di antara ibu jari dan telunjuk
dengan tangan yang bebas. Ini akan membantu retraksi pipi,
stabilitas kepala, mendukung prosessus alveolaris, dan meraba
tulang bukal. Perluasan dataran bukal alveolar (labial) mudah
teraba. Sehingga dapat dinilai apakah tekanan perlu ditambah atau
dikurangi.-Sling grasp: sling grasp mandibula memungkinkan retraksi
pipi/ lidah, memberikan dukungan terhadap mandibula. Biasanya
dukungan diperoleh dengan memegang mandibula di antara ibu jari dan
jari telunjuk tangan yang bebas. Sehingga dengan ini TMJ terlindung
dari tekanan tang yang berlebihan. Dukungan tangan yang bebas pada
mandibula adalah satu-satunya cara terbaik untuk mendapat hal
tersebut, karena gerak mandibula berlebihan dengan tangan mudah
dilihat, menandai perlunya mengurangi besar tekanan, memperbesar
dukungan, atau keduanya untuk menambah kekuatan sling grasp ini,
sering digunakan galangan gigit untuk menambah dukungan mandibula
yang ditahan oleh seorang asisten. Gerakan ekstraksi :1) Rotasi :
gigi diputar mesio-distal.Tujuannya adalah untuk terputusnya
membran periodontal dan melepaskan akar gigi dari tulang
Alveolar.2) Luksasi :a) Digoyang arah palatinal/lingual.b) Digoyang
arah bukal/labial.c) Tujuan : socket/alveolaris menjadi lebih
lebar.3) Ekstraksi : Menarik gigi dari alveolus setelah goyang.
Teknik ekstraksi untuk gigi rahang atas1. Gigi incisivus Rahang
AtasGigi incisivue RA diekstraksi menggunakan upper universal
forceps (no. 150) walau pun forceps lain bisa diunakan. Gerakan
awal pada ekstraksi ini harus pelan, konstan dan tegas pada arah
labial yang akan memperluas crestal buccal bone. Setelah itu
dilakukan gerakan memutar yang lebih pelan. Gerakan memutar
tersebut harus diminimalisasi pada ekstraksi gigi insisif lateral
terutama jika ada lekukan pada gigi.
2. Gigi kaninus rahang atasUntuk ekstraksi gigi caninus rahang
atas, dianjurkan untuk menggunakan upper universal forceps (no.
150). Gerakan awal ekstraksi gigi caninus dilakukan pada aspek
buccal dengan tekanan ke arah palatal. Sedikit gaya berputar pada
forceps mungkin berguna untuk memperluas socket gigi,terutama jika
gigi sebelahnya tidak atau telah di ekstraksi. Setelah gigi
terluksasi dengan baik, gigi bisa di cabut dari socket ke arah
labial-incisal dengan labial tractional forceps
3. Gigi premolar 1 Rahang AtasEkstraksi gigi ini dilakukan
dengan upper universal forceps (no. 150). Sebagai alternatif, bisa
juga digunakan forceps no. 150A. gigi harus diluksasi sebanyak
mungkin dengan menggunakan elevator lurus. Gaya berputar harus
dihindari pada gigi ini agar tidak terjadi fraktur akar.
4. Gigi premolar 2 Rahang AtasForceps yang direkomendasikan
untuk ekstraksi gigi ini adalah forceps no. 150 atau 150 A. gigi
ini memiliki akar yang kuat, sehingga pergerakan yang kuat bisa
diberikan pada ekstraksi gigi ini.
5. Gigi molar Rahang AtasForceps no. 53 R dan 53 L biasanya
digunakan untuk ekstraksi gigi molar rahang atas. Paruh pada
forceps ini memiliki bentuk yang pas pada bifurkasi buccal.
Beberapa dokter gigi memilih untuk menggunakan forceps no. 89 dan
90 atau yang biasa disebut upper cowhorn forceps. Kedua forceps
tersebit biasa digunakan untuk gigi molar yang memiliki karies yang
besar atau restorasi yang besar. Untuk mengekstraksi gigi molar
ketiga yang sudah erupsi, biasanya menggunakan forceps 210 S yang
bisa dgunakan untuk sebelah kiri atau kanan.Pergerakan dasar
ekstraksi gigi molar biasanya menggunakan tekanan yang kuat buccal
dan palatal, akan tetapi gaya yang diberikan pada buccal lebih
besar dibandingkan yang ke arah palatal. Gaya rotational tidak
digunakan pada ekstraksi gigi ini karena gigi molar rahang atas
memiliki 3 akar.
Teknik ekstraksi gigi Rahang Bawahekstraksi Rahang bawah
dianjurkan untuk menggunakan bite block. Selain itu, tangan
operator juga harus selalu menyokong rahang bawah1. Gigi anterior
rahang bawahLower universal forceps (no. 151) biasanya digunakan
untuk ekstraksi gigi rahang bawah anterior. Pergerakan ekstraksi
biasanya dilakukan ke arah labial dan lingual, dengan menggunakan
tekanan yang sama besar. Gigi dicabut menggunakan tractional
forceps pada arah labial-incisal.
2. Gigi premolar rahang bawahPada ekstraksi gigi premolar rahang
bawah, biasanya digunakan juga forceps no. 151. Akan tetapi forceps
no. 151A bisa dijadikan alternatif. Pergerakan awal diarahkan ke
aspek buccal lalu kembali ke aspek lingual dan akhirmya berotasi.
Pergerakan rotasi sangat diperlukan pada ekstraksi gigi ini.3. Gigi
molar Rahang BawahForceps no. 17 biasanya digunakan untuk ekstraksi
gigi ini. Pergerakan kuat pada arah buccolingual digunakan unutuk
memperluas socket gigi dan memberikan kemudahan gigi untuk di
ekstraksi pada arah buccoocclusal. Untuk mengekstraksi gigi molar
ketiga yang telah erupsi, biasanya digunakan forceps no. 222
Pencabutan Khusus Gigi Geligi InsisivusJarang terjadi kesulitan
dalam melakukan pencabutan gigi insisivus kecuali kalau giginya
berjejal, konfigurasi akar rumit, atau gigi sudah dirawat
endodontik. Gigi insisivus atas dicabut dengan menggunakan tang
#150, dengan pinch grasp dan tekanan lateral (fasial/lingual) serta
rotasional. Tekanan lateral lebih ditingkatkan pada arah fasial,
sedangkan tekanan rotasional lebih ditekankan kearah mesial.
Tekanan tersebut diindikasikan karena biasanya pembelokan ujung
akar gigi-gigi insisivus adalah kearah distal, bidang labialnya
tipis dan arah pengungkitannya ke facial. Insisivus bawah dicabut
dari posisi kanan/kiri belakang dengan menggunakan tang #150 dan
sling grasp. Tekanan permulaan adalah lateral dengan penekanan
kearah facial. Ketika mobilitas pertama dirasakan, tekanan
rotasional dikombinasikan dengan lateral sangat efektif.
Pengungkitan insisivus bawah dilakukan kearah facial, dengan
perkecualian insisivus yang berinklinasi lingual dan
berjejal-jejal. Untuk keadaan tersebut digunakan #74 atau #74N dari
kanan/kiri depan. Tang tersebut beradaptasi dengan baik terhadap
insisivus dan digunakan dengan gerak menggoyah perlahan. Karena
insisivus bawah tidak tertanam terlalu kuat, pengungkitan yang
perlahan dan tekanan yang terkontrol akan mengurangi kemungkinan
fraktur.Caninusa. Pencabutan gigi caninus atasCaninus sangat sukar
dicabut. Akarnya panjang dan tulang servikal yang menutupinya padat
dan tebal. Gigi kaninus atas dicabut dengan cara pinch grasp untuk
mendeteksi awal terjadinya ekspansi atau fraktur bidang fasial dan
mengatur tekanan selama proses pencabutan. Tang #150 dipegang
dengan telapak tangan keatas merupakan perpaduan yang sangat cocok
dengan metode diatas. Ada alternative untuk gigi kaninus atas,
yaitu dengan menggunakan tang kaninus atas khusus, #1. Pegangannya
lebih panjang dan paruh tang beradaptasi lebih baik dengan akar
kaninus. Apabila tang sudah ditempatkan dengan baik pada gigi
tersebut, paruh masuk cukup dalam, dipegang pada ujung pegangan dan
control tekanan cukup baik, maka tekanan pengungkitan dapat
dihantarkan. Tekanan pencabutan utama adalah ke lateral terutama
fasial, karena gigi terungkit kearah tersebut. Tekanan rotasional
digunakan untuk melengkapi tekanan lateral, biasanya dilakukan
setelah terjadi sedikit luksasi.b. Pencabutan gigi kaninus
bawahKaninus bawah dicabut dengan tang #151, yang dipegang dengan
telapak tangan ke bawah dan sling grasp. Seperti gigi kaninus atas,
akarnya panjang, sehingga memerlukan tekanan terkontrol yang cukup
kuat untuk mengekspansi alveolusnya. Selama proses pencabutan gigi
ini, tekanan yang diberikan adalah tekanan lateral fasial, karena
arah pengeluaran gigi adalah fasial. Tekanan rotasional bias juga
bermanfaat. c. Prosedur pembedahan (open procedure)Didasarkan atas
pertimbangan mengenai pasien, dan kesempurnaan rencana perawatan,
maka penentuan untuk memilih atau menunda prosedur pembedahan untuk
mencabut gigi-gigi kaninus sebaiknya sudah dibicarakan sebelum
pencabutan. Apabila dirasa bahwa untuk pencabutan tersebut
diperlukan tekanan tang yang besar untuk luksasi/ekspansi alveolar,
sebaiknya dilakukan prosedur pembukaan flap. Premolara. Pencabutan
gigi premolar atasGigi premolar atas dicabut dengan tang #150
dipegang dengan telapak keatas dan dengan pinch grasp. Premolar
pertama dicabut dengan tekanan lateral, kearah bukal yang merupakan
arah pengeluaran gigi. Karena premolar pertama atas ini sering
mempunyai dua akar, maka gerakan rotasional dihindarkan. Aplikasi
tekanan yang hati-hati pada gigi ini, dan perhatian khusus pada
waktu mengeluarkan gigi, mengurangi insidens fraktur akar. Ujung
akar premolar pertama atas yang mengarah ke palatal menyulitkan
pencabutan, dan fraktur pada gigi ini bias diperkecil dengan
membatasi gerak kearah lingual. Gigi premolar kedua biasanya
mempunyai akar tunggal dan dicabut dengan cara yang sama seperti
dengan kaninus atas. Akarnya lebih pendek dan akar bukalnya lebih
tipis dari pada gigi kaninus. Tang #150 digunakan kembali dengan
tekanan lateral, yaitu bukal serta lingual. Pada waktu mengeluarkan
gigi kearah bukal, digunakan kombinasi tekanan rotasional dan
oklusal.
b. Pencabutan gigi premolar bawahTekhnik pencabutan gigi
premolar bawah sangat mirip dengan pencabutan insisivus bawah. Tang
#151 dipegang dengan telapak tangan kebawah dan sling grasp.
Tekanan yang terutama diperlukan adalah lateral/bukal, tetapi
akhirnya bias dikombinasikan dengan tekanan rotasi. Pengeluaran
gigi premolar bawah, adalah kearah bukal.c. Pencabutan untuk tujuan
ortodonsiPencabutan gigi premolar sering merupakan persyaratan
perawatan ortodonsi. Gigi-gigi ini biasanya diambil dari orang
muda, kadang-kadang akarnya belum sempurna atau baru saja lengkap.
Pencabutan premolar dengan hanya menggunakan tang, dengan
menghindari penggunaan elevator sangat dianjurkan. Tempat tumpuan
yang minimal bagi elevator dapat mengakibatkan luksasi yang tidak
disengaja atau bahkan tercabutnya gigi didekatnya pada pasien
muda.
Molar Untuk mengekspansi alveolus pada gigi molar diperlukan
tekanan terkontrol yang besar. Kunci keberhasilan pencabutan
gigi-gigi molar adalah keterampilan menggunakan elevator untuk
luksasi dan ekspansi alveolus, sebelum menggunakan tang. Tekanan
yang diperlukan untuk mencabut molar biasanya lebih besar dari pada
gigi premolar.a. Pencabutan gigi molar atasGigi molar atas dicabut
dengan menggunakan tang #150, #53 atau #210, dipegang dengan
telapak tangan ke atas dan pinch grasp.apabila ukuran mahkotanya
cocok, lebih sering dipakai #53 daripada #150, karena adaptasi akar
lebih baik dengan paruh anatomi. Tang #210 walaupun ideal untuk
pencabutan molar ketiga atas, dianggap universal dan dapat
digunakan untuk mencabut molar pertama dan kedua kanan dan kiri
atas. Tekanan pencabutan utama adalah kea rah bukal, yaitu arah
pengeluaran gigi. b. Pencabutan gigi molar bawahTang yang digunakan
untuk pencabutan gigi molar bawah adalah #151, #23, #222. Tang #151
mempunyai kekurangan yang sama dengan #150 atas bila digunakan
untuk pencabutan molar, yaitu paruh tangnya sempit sehingga
menghalangi adaptasi anatomi yang baik terhadap akar. Tang #17
bawah mempunyai paruh yang lebih lebar, yang didesain untuk
memegang bifurkasi dan merupakan pilihan yang baik bila mahkotanya
cocok. Tang #23 (cowhorn) penggunaanya berbeda dengan tang
mandibula yang lain, dalam hal tekanan mencengkram yang dilakukan
sepanjang proses pencabutan. Tekanan ini dikombinasikan dengan
tekanan lateral, yaitu kearah bukal dan lingual, akan menyebabkan
terungkitnya bifurkasi molar bawah dari alveolus, atau fraktur pada
bifurkasi. Tang #222, seperti tang #210 maksila, adalah spesifik
untuk molar ketiga, tetapi sering digunakan pula untuk pencabutan
gigi M1 dan M2. Tekanan lateral permulaan untuk pencabutan gigi
molar adalah kearah lingual. Tulang bukal yang tebal menghalangi
gerakan ke bukal dan pada awal pencabutan gerak ini hanya
mengimbangi tekanan lingual yang lebih efektif. Gigi molar sering
dikeluarkan kearah lingual.
c. Pencabutan Molar tiga Pencabutan gigi molar ketiga atas:
masalah dalam pencabutan gigi ini adalah molar ketiga adalah
mengenai jalan masuknya alat dan variasi anatomis. Gigi ini
terletak pada ujung lengkung rahang tertutup prosessus coronoid
pada maksila dan lidah/pipi pada mandibula. Variasi anatomisnya
sangat besar, biasanya pada jumlah akar, dan konfigurasi akar.
Pengeluaran molar ketiga atas akan menjadi lebih mudah apabila
mulut pasien dibuka sedikit saja dan pencabutan dilakukan dari arah
lateral pasien. Hal ini meningkatkan jalan masuknya dan memberikan
jalan bagi tang dengan menggeser prosessus coronoideus dari
permukaan bukal, sering mengarah sedikit ke distal dari arah
insersi. Tang #210 dengan pegangan bayonet yang panjang dan paruh
yang besar, pendek, adalah alat yang digunakan di sini. Luksasi
yang berlebihan misalnya tekanan ke bukal-lingual yang besar
sebaiknya dihindari, karena bisa mengakibatkan fraktur pada akar
yang mengalami delaserasi, atau akar yang sangat kecil. Pada waktu
,mengeluarkan gigi, tekanan bukal yang konstan paralel terhadap
arah pengeluaran cukup efektif.Pencabutan gigi molar ketiga bawah:
molar ketiga bawah sering dicaut sebelum erupsi sempurna, untuk
tujuan preventif atau karena pericoronitis. Mahkota klinis yang
pendek menimbulkan masalah dalam adaptasi tang. Tang #22 memiliki
desain yang ideal yaitu memiliki pegangan yang panjang dan paruh
yang pendek dan lebar seperti tang #210 yang digunakan untuk gigi
atas. Adaptasi yang bisa dibantu dengan retraksi pipi dan lidah.
Tulang bukal yang tebal dan padat sering mengakibatkan tekanan
lateral ke arah bukal kurang efektif. Tekanan ke arah lingual
biasanya dapat mengungkit gigi dalam arah tersebut.Insersi elevator
pada posisi tegak lurus: meskipun penggunaan elevator lurus
biasanya sejajar dengan permukaan akar, tapi insersi yang tegak
pada mesio/bukoproksimal kadang-kadang berhasil baik untuk
melakukan pencabutan M3 bawah. Apabila permukaan yang cekung dari
bilah ditempatkan pada permukaan mesial akar, ditumpukan pada
puncak tulang bukal, dirotasi ke arah oklusal, maka terjadi gerakan
gigi ke arah disto oklusal. Tekanan ini sangat bermanfaat pada
pencabutan molar ketiga atas, kadang-kadang berguna untuk
pencabutan molar ketiga atas, kadang-kadang berguna untuk
pencabutan molar ketiga bawah, jika terdapat celah tulang yang
cukup pada bagian distal. Tekanan yang berlebihan sebaiknya
dihindari untuk mengurangi kerusakan dan cedera pada gigi molar
kedua yang disebabkan tumpuaannya pada gigi tersebut.Gigi susuGigi
susu dicabut menggunakan tang #150 atau #151 (#150S atau #151S).
Gigi molar susu atas mempunyai akar yang memancar, yang menyulitkan
pencabutannya. Apabila permasalahan tersebut ditambah adanya
resorpsi, maka tekanan yang berlebihan sebaiknya dihindari. Seperti
pada pencabutan semua gigi atas, digunakan pinch grasp dan telapak
menghadap keatas.a. Pencabutan gigi-gigi susu bawahUntuk pencabutan
gigi molar susu, digunakan tang #151 dengan sling grasp. Seperti
pada molar atas, biasanya gigi ini mempunyai akar resorpsi yang
divergen. Pertimbangan utama pada pencabutan gigi susu adalah
menghindari cedera pada gigi permanen yang sedang berkembang.
Misalnya, tang #23 (cowhorn), bukan merupakan pilihan yang cocok
untuk molar bawah susu. Apabila diperkirakan akan terjadi cedera
selama pencabutan dengan tang, sebaiknya direncanakan pembedahan
dan pemotongan gigi susu. Resorpsi akar menimbulkan masalah dalam
menentukan apakah akar ini sudah keluar semuanya ataukah belum.
Apabila ada keraguan, sebaiknya dilakukan foto rontgen. Sedangkan
apabila pengambilan fraktur akar dianggap membahayakan gigi
permanen penggantinya, pencabutan gigi sebaiknya ditunda karena
rasio manfaat/resiko tidak menguntungkan. b. Gigi molar susu yang
ankilosisGigi molar bawah susu lebih sering mengalami
ankilosis/terbenam disbanding dengan yang diatas. Resorpsi akar
dianggap ikut menyebabkan terjadinya ankilosis. Oleh karena itu,
gigi molar susu dan gigi molar permanen yang terkena trauma sering
mengalami ankilosis. Ankilosis bias diperkirakan secara klinis dan
dikonfirmasikan secara radiografis atau sebaliknya. Tidak
terlihatnya celah ligament periodontal, dan fusi sementum dengan
tulang alveolus yang nyata, merupakan perubahan radiografis yang
berhubungan dengan hal ini. Penemuan klinis adalah tidak adanya
mobilitas dan apabila diketuk akan timbul suara yang berbeda dengan
suara yang samar dari gigi normal. Gigi yang ankilosis biasanya
dicabut secara pembedahan, sering dengan memotong gigi dari tulang
dengan menggunakan bur gigi dan irigasi larutan salin steril.Jumlah
gigi yg dapat di ekstraksi dalam satu kali kunjungan tergantung
pada :1. Keadaan umum pasien 2. Sukar/mudahnya kasus ekstraksi 3.
Keadaan jaringan sekitarnya 4. Posisi gigi 5. Keinginan pasien
Pertimbangan : 1. Dahulukan yang lebih posterior2. Satu sisi : -
posterior RA/RB - anterior 3. Gigi yang berdekatan 4.Dahulukan yang
mudah dan yang bawah 5. Bila sukar dicabut satu gigi saja
Ekstraksi dengan PembedahanPencabutan gigi pertama kali
dilakukan hanya dengan menggunakan tang. Oleh karena timbulnya
berbagai macam masalah dalam prosedur pencabutan gigi yang
menyebabkan gigi tersebut sulit untuk dicabut/dikeluarkan bila
hanya menggunakan tang saja maka kemudian dilakukan pembedahan.
Pencabutan gigi dengan pembedahan harus dilakukan apabila
pencabutan dengan tang tidak mungkin dilakukan, gagal atau apabila
gigi impaksi (terpendam). Baik untuk pencabutan gigi erupsi yang
menimbulkan masalah, atau impaksi molar ketiga, prinsip-prinsip
pembedahan biasanya relatif serupa. Diawali dengan pembuatan flap
untuk mencapai jalan masuk ke tulang rahang, kemudian jalan masuk
ke gigi dicapai dengan mengasah tulang secara konservatif.
Akhirnya, jalan masuk yang tidak terhalang diperoleh dengan
pengasahan kembali ketulang atau lebih baik dengan memotong gigi
secara terencana. Pada akhir prosedur ini jaringan lunak
dikembalikan ke tempatnya dan distabilkan dengan jahitan. .
Pembedahan tidak boleh dilakukan secara sembarangan oleh karena
dapat menimbulkan efek samping/komplikasi yang tidak diinginkan,
misalkan perdarahan, edema, trismus, dry soket dan masih banyak
lagi. Dokter gigi harus mengusahakan agar setiap pencabutan gigi
yang ia lakukan merupakan suatu tindakan yang ideal, dan dalam
rangka untuk mencapai tujuan itu ia harus menyesuaikan tekniknya
untuk menghadapi kesulitan-kesulitan dan komplikasi yang mungkin
timbul akibat pencabutan dari tiap-tiap gigi. Untuk itulah
pengetahuan yang mendalam tentang teknik-teknik pencabutan mutlak
diperlukan dalam melakukan tindakan pencabutan khususnya dengan
jalan pembedahan, agar dapat mencegah atau mengurangi terjadinya
efek samping/komplikasi yang tidak kita inginkan. Di samping itu,
perawatan pasca-pembedahan juga merupakan suatu hal yang penting
agar prosedur pencabutan gigi yang dilakukan berhasil dengan baik
dan sempurna.
Langkah-langkah pembedahan ekstraksi : 1. Membuat desain flap
dengan menggunakan blade no.15 Flap dibuat unutk jalan masuk untuk
mencapai daerah patologis. Ada beberapa macam tipe flap yaitu : a.
Flap trapezoid digunakan untuk pembedahan besar b. Flap triangular
untuk pengambilan ujung akar, kista kecil, apikoektomi c. Flap
envelope untuk region servikal gigi bagian bukal, palatal untuk
gigi impaksi, dan gigi caninus pada apikoektomi. d. Flap semilunar
untuk pengambilan kista kecil dn ujung akar bentuknya setengah
bulan. 2. Menghilangkan tulang dan membuka bagian akar gigi 3.
Ekstraksi gigi atau akar dengan menggunakan elevator atau tang 4.
Penutupan kembali flap yang telah dibuka dan suturing bagian
tersebut. Penatalaksanaan Pasien yang Mengalami Pendarahan Pasca
EkstraksiYang pertama harus kita lakukan adalah tetap bersikap
tenang dan jangan panik. Berikan penjelasan pada pasien bahwa
segalanya akan dapat diatasi dan tidak perlu khawatir. Alveolar
oozing adalah normal pada 12-24 jam pasca ekstraksi gigi.
Penanganan awal yang kita lakukan adalah melakukan penekanan
langsung dengan tampon kapas atau kassa pada daerah perdarahan
supaya terbentuk bekuan darah yang stabil. Sering hanya dengan
melakukan penekanan, perdarahan dapat diatasi.Jika ternyata
perdarahan belum berhenti, dapat kita lakukan penekanan dengan
tampon yang telah diberi anestetik lokal yang mengandung
vasokonstriktor (adrenalin). Lakukan penekanan atau pasien diminta
menggigit tampon selama 10 menit dan periksa kembali apakah
perdarahan sudah berhenti. Bila perlu, dapat ditambahkan pemberian
bahan absorbable gelatine sponge (alvolgyl / spongostan) yang
diletakkan di alveolus serta lakukan penjahitan biasa.Bila
perdarahan belum juga berhenti, dapat kita lakukan penjahitan pada
soket gigi yang mengalami perdarahan tersebut. Teknik penjahitan
yang kita gunakan adalah teknik matras horizontal dimana jahitan
ini bersifat kompresif pada tepi-tepi luka. Benang jahit yang
digunakan umumnya adalah silk 3.0, vicryl 3.0, dan catgut 3.0. Pada
perdarahan yang sangat deras misalnya pada terpotongnya arteri,
maka kita lakukan klem dengan hemostat lalu lakukan ligasi, yaitu
mengikat pembuluh darah dengan benang atau dengan kauterisasi. Pada
perdarahan yang masif dan tidak berhenti, tetap bersikap tenang dan
siapkan segera hemostatic agent seperti asam traneksamat.
Injeksikan asam traneksamat secara intravena atau intra muskuler.
Intruksi Pasca Ekstraksi Gigi PermanenYang pertama yang harus di
instruksikan adalah pasien diintruksikan menggigit tampon selama
kurang lebih 30 menit, jika minum jangan mengunakan sedotan selama
24 jam pertama, sikat gigi seperti biasa akan tetapi jangan
menggunakan mouthwash pada hari ekstraksi, minumlah obat penghilang
rasa sakit yang telah diresepkan sebelumnya oleh dokter gigi dan
jika rasa sakit bertambah setelah 48 jam atau ada perubahan
abnormal, segera hubungi dokter.1. Istirahat (untuk pembedahan)
pasien tidak melakukan aktifitas rutin seperti misalnya bekerja
selama 1-2 hari. 2. Analgesic : memberikan obat pereda rasa sakit
(tetapi bukan salicylates dan aspirin). 3. Edema : setelah tindakan
pembedahan, bagian ekstraoral dikompre dengan air dingin (air es)
diatas daerah pembedahan, berlangsung selama 10-15 menit dan
diulang setoap setengah jam atau sekurang- kurangnya 4-6 jam. 4.
Pendarahan : pasien harus menggigit dengan kuat kain kasa/ tampon
yang ditempatkan di atas luka selama 35-45 menit, pada kasus dengan
pendarahan berlanjut kain kasa ditempatkan diatas luka selama 1
jam. 5. Antibiotic : pemberian antibiotic jika pasien mengalami
inflamasi. 6. Makanan yang dikonsumsi pasein harus terdiri dari
makanan dingin dan cair (pudding, yogurt, susu, sup, jus, jeruk dan
lain-lain.) 7. Oral hygiene : berkumur tidak dianjurkan selama 24
jam pertama. Setelah itu berkumur dengan chamomile hangat/air garam
3 kali sehari selama 3-4 hari. Gigi harus disikat dengan sikat gigi
. 8. Mengangkat jahitan : jika jahitan ditempatkan diatas luka,
pasien mengangkatnya seminggu kemudian. 9. Tidak merokok selama 3
hari 10. Tidak meminum minuman beralkohol 11. Menghindari kegiatan
atau gerakan badan yang berat 12. Menghubungi operator jka terjadi
masalah.Beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi terjadinya
perdarahan1. Penyakit kardiovaskulerPada penyakit kardiovaskuler,
denyut nadi pasien meningkat, tekanan darah pasien naik menyebabkan
bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga terjadi
perdarahan.2. HipertensiBila anestesi lokal yang kita gunakan
mengandung vasokonstriktor, pembuluh darah akan menyempit
menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah kecil akan
pecah, sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita menggunakan
anestesi lokal yang tidak mengandung vasokonstriktor, darah dapat
tetap mengalir sehingga terjadi perdarahan pasca ekstraksi. Penting
juga ditanyakan kepada pasien apakah dia mengkonsumsi obat-obat
tertentu seperti obat antihipertensi, obat-obat pengencer darah,
dan obat-obatan lain karena juga dapat menyebabkan perdarahan. 3.
HemofilliPada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan
defisiensi factor VIII. Pada hemofilli B (penyakit Christmas)
terdapat defisiensi faktor IX. Sedangkan pada von Willebrands
disease terjadi kegagalan pembentukan platelet, tetapi penyakit ini
jarang ditemukan.4. Diabetes MellitusBila DM tidak terkontrol, akan
terjadi gangguan sirkulasi perifer, sehingga penyembuhan luka akan
berjalan lambat, fagositosis terganggu, PMN akan menurun,
diapedesis dan kemotaksis juga terganggu karena hiperglikemia
sehingga terjadi infeksi yang memudahkan terjadinya perdarahan.5.
Malfungsi AdrenalDitandai dengan pembentukan glukokortikoid
berlebihan (Sindroma Cushing) sehingga menyebabkan diabetes dan
hipertensi.6. Pemakaian obat antikoagulanPada pasien yang
mengkonsumsi antikoagulan (heparin dan walfarin) menyebabkan PT dan
APTT memanjang. Perlu dilakukan konsultasi terlebih dahulu dengan
internist untuk mengatur penghentian obat-obatan sebelum pencabutan
gigi.
Pencegahan kemungkinan komplikasi perdarahan karena
faktor-faktor sistemik Anamnesis yang baik dan riwayat penyakit
yang lengkapKita harus mampu menggali informasi riwayat penyakit
pasien yang memiliki tendensi perdarahan yang meliputi : bila telah
diketahui sebelumnya memiliki tendensi perdarahan mempunyai
kelainan-kelainan sistemik yang berkaitan dengan gangguan
hemostasis (pembekuan darah) pernah dirawat di RS karena perdarahan
spontaneous bleeding, misalnya haemarthrosis atau menorrhagia dari
penyebab kecil riwayat keluarga yang menderita salah satu hal yang
telah disebutkan di atas, dihubungkan dengan riwayat penyakit dari
pasien itu sendiri mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti
antikoagulan atau aspirin Penyebab sistemik seperti defisiensi
faktor pembekuan herediter,misalnya von Willebrands syndrome dan
hemofiliaKita perlu menanyakan apakah pasien pernah diekstraksi
sebelumnya, dan apakah ada riwayat prolonged bleeding (24-48 jam)
pasca ekstraksi. Penting untuk kita ketahui bagaimana
penatalaksanaan perdarahan pasca ekstraksi gigi sebelumnya. Apabila
setelah diekstraksi perdarahan langsung berhenti dengan menggigit
tampon atau dengan penjahitan dapat disimpulkan bahwa pasien tidak
memiliki penyakit hemoragik. Tetapi bila pasca ekstraksi gigi
pasien sampai dirawat atau bahkan perlu mendapat transfusi maka
kita perlu berhati-hati akan adanya penyakit hemoragik. Bila ada
riwayat perdarahan dalam (deep haemorrhage) didalam otot,
persendian atau kulit dapat kita curigai pasien memiliki defek
pembekuan darah (clotting defect). Adanya tanda dari purpura pada
kulit dan mukosa mulut seperti perdarahan spontan dari gingiva,
petechiae .Pemilihan Jenis Anastesi Penyakit sistemik mungkin
merupakan faktor penentu yang mempengaruhi pemilihan anastesi.
Setiap penyakit yang mengganggu efisiensi pernapasan atau jalan
napas merupakan kontra indikasi terhadap anastesi umum pada kursi
dental.Sementara beberapa penulis menyarankan untuk tidak memakai
adrenalin dalam larutan anastesi lokal yang digunakan pada
pasien-pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler. Namun
pendapat yang lazim adalah bahwa adrenalin dalam jumlah kecil yang
diberikan untuk penggunaan di bidang gigi dalam kenyataannya
menguntungkan, oleh karena adrenalin ini menyebabkan lebih
terjamin, lebih lama, dan lebih dalam anastesinya, sehingga
mengurangi jumlah adrenalin yang disekresikan oleh pasien itu
sendiri sebagai reaksinya terhadap rasa sakit dan rasa
takut.Penting bahwa setiap pencabutan atau skeling yang dilakukan
pada pasien penderita katup jantung kongenital atau penyakit katup
jantung karena reumatik harus dilakukan hanya dengan perlindungan
antibiotik yang memadai. Pencabutan gigi pada pasien-pasien dengan
penyakit jantung yang berat harus dilakukan di rumah sakit, apapun
bentuk anastesi yang digunakan.Jika tendensi untuk terjadinya
perdarahan disebabkan oleh adanya abnormalitas setempat seperti
haemangioma, maka anastesi lokal harus dihindarkan dan pencabutan
hanya dilakukan dirumah sakit dengan fasilitas-fasilitas
hematologik yang lengkap.Dalam hal ini, pemilihan anastetik lokal
juga perlu dipertimbangkan. Lignokain dan derivate amide aman dan
efektif. Efek keracunan dan alergi sangat jarang terjadi dan hampir
tidak ada. Walaupun demikian, lignokain relatif tidak efektif tanpa
penambahan vasokonstriktor, sementara yang lain seperti Prilokain
dapat menahan rasa sakit dalam jangka waktu yang pendek tanpa
bantuan apa-apa. Vasokonstriktor seperti adrenalin dan
noradrenalin, memberikan pengaruh pada system jantung, yang lebih
beracun dari anastesi lokal itu sendiri. Noradrenalin dapat
meyebabkan hipertensi yang berbahaya, tidak memiliki keuntungan dan
tidak seharusnya digunakan. Oleh karena itu kita harus menghindari
anastesi lokal yang mengandung vasokonstriktor pada pasien
penderita jantung dan hipertensi. Karena adanya bahaya utama dari
adrenalin yang jika masuk ke sirkulasi bagian-bagian penting, dapat
menyebabkan meningkatnya rangsangan jantung dan detakan
jantung.Sekalipun saat ini prokain jarang digunakan dalam
kedokteran gigi, namun patut dicatat bahwa bahan anastesi lokal ini
tidak boleh digunakan pada pasien-pasien yang mendapat sulfonamide
untuk perawatan terhadap penyakit sistemiknya. Oleh karena
obat-obatan kelompok antibakterial ini mengandung cincin asam para
aminobenzoat yang sama seperti pada prokain, yang secara teoritis
bahwa dapat menetralisir sebagian efek-efek dari yang satu terhadap
yang lainnya jika diberikan bersamaan. Sekalipun fenomena ini tidak
pernah terbukti secara klinik namun kombinasi ini sebaiknya
dihindarkan. Pasien-pasien yang memiliki riwayat hipersensitif
terhadap sulfonamide tidak boleh diberi bahan anastesi lokal yang
mengandung cincin asam paraminobenzoat.