Top Banner
EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM PENCAPAIAN EFEKTIVITAS ORGANISASI (Studi Kasus pada Pamong Desa Malangan, Puron, Ngasinan, dan Lengking Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah) Disusun Oleh : FAQIH AMINUDDIN 115020207111004 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi BIDANG MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017
90

EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

Oct 27, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM

PENCAPAIAN EFEKTIVITAS ORGANISASI

(Studi Kasus pada Pamong Desa Malangan, Puron, Ngasinan, dan Lengking

Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah)

Disusun Oleh :

FAQIH AMINUDDIN

115020207111004

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih

Derajat Sarjana Ekonomi

BIDANG MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...
Page 3: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...
Page 4: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...
Page 5: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

RIWAYAT HIDUP

Nama : Faqih Aminuddin

Tempat & Tanggal Lahir : Sukoharjo, 7 April 1993

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Agama : Islam

Alamat : Ngoro – oro RT 01 RW VI, Desa Malangan,

Kecamatan Bulu, Kab. Sukoharjo, Prov. Jawa

Tengah

E-Mail : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun

Keterangan

2011 – 2017

S1 Manajemen FEB-UB, Malang – Konsentrasi Manajemen

Sumber Daya Manusia

2008 – 2011

SMA Negeri 1 Sukoharjo

2005 – 2008

SMP Negeri 1 Tawangsari

1999 – 2005 SD Negeri Malangan 3 Bulu

Page 6: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

viii

ABSTRAK

Eksplorasi Budaya Jawa Kaitannya Dalam Pencapaian Efektivitas

Organisasi

Oleh:

Faqih Aminuddin

Dosen Pembimbing:

Dr. Dodi W. Irawanto, SE., M.Com

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran budaya jawa dalam

pencapaian efektivitas organisasi dan untuk mengetahui budaya jawa apa saja yang

mempengaruhi efektivitas organisasi. Penelitian diawali dengan melakukan

observasi tentang proses pelaksanaan pelayanan masyarakat pada kantor desa.

Peneliti mengidentifikasi apakah budaya jawa masih diterapkan dan dipegang teguh

oleh Pamong Desa. Mengetahui apakah budaya jawa yang masih diterapkan itu

masih relevan dan berpengaruh terhadap efektivitas organisasi pada kantor desa

dalam menjalankan pemerintahan desa dan pelayanan terhadap masyarakat.

Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif deskriptif dengan pendekatan

studi kasus dimana paneliti mendeskripsikan secara rinci pengaruh dari masih

diterapkannya budaya jawa oleh para pamong desa di Desa Malangan, Puron,

Ngasinan, dan Lengking terhadap pelaksanaan proses pemerintahan dan pemberian

pelayanan yang maksimal kepada masayarakat, dimana pengumpulan data

dilakukan terhadap pamong desa yang ditunjuk oleh kepala desa dan beberapa

Kepala Desa di Desa Malangan, Puron, Ngasinan dan lengking yang memiliki

pengetahuan tentang Budaya Jawa. Selanjutnya observasi dilakukan selama 2

bulan.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa masih diterapkannya budaya jawa

berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal

tersebut terbukti dengan penerapan budaya jawa pada kantor desa Malangan, Puron,

Ngasinan dan Lengking pelayanan masyarakat menjadi maksimal. Budaya jawa

yang masih diterapkan oleh pamong desa Malangan, Puron, Ngasinan, dan

Lengking Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo yang perpengaruh positif

terhadap efektifitas organisasinya antara lain: (a) Memberikan suritauladan yang

baik, (b) Gotong royong, (c) Alon – alon penting kelakon, (d) Tanggungjawab, (e)

Tepa slira, (f) Ewuh perkewuh, (g) Melakukan pendekatan personal jika terjadi

pelanggaran.

Kata Kunci : Eksplorasi, Budaya Jawa, Budaya Organisasi, Efektivitas

Organisasi

Page 7: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

ABSTRACT

The Cultural exploration of Java related on organizational effectiveness

achievement

By Faqih Aminuddin

Supervisor:

Dr. Dodi W. Irawanto, SE., M.Com

The research was purposed to find out the influence of java culture on

organizational effectiveness achievement and what kind of java culture

influencing on the organizational effectiveness. This research was initiated by

observing public service implementation at the Village office and identify whether

the java Culture was still implemented and adhered by the village officials and

also whether the implementation of java culture was still relevant to the

effectiveness achievement and influence to the effectiveness achievement at The

village office in performing village government and serving on society.

This research used qualitative analysis descriptive with case study

approach where the researcher describe in detail the influence of java culture

implementation by the village officials in Malangan Village, Puron Village,

Ngasinan Village, and Lengking Village to the performing of Government and the

provision of maximum service to the society. The collecting of the data was done

to the village officials who knew java culture by the chief Village appointment in

Malangan Village, Puron Village, Ngasinan Village, Leking Village. The

observation was done in 2 months.

The result of the research showed that the java culture which was still

implemented, influence positively to the organizational effectiveness at Village

office. It was proved by the java culture implementation in Malangan Village,

Puronan Village, Ngasinan Village, and Lengking village, which is their public

services become maximum. The java culture which was still implemented by the

village officials in Malangan Village, Puron Village, Ngasinan Village, And

lengking village, Bulu Sub-district, Sukoharjo Regency influence positively to the

organizational effectiveness, such are : a) giving good representative b)mutual

cooperation c)slowly but it has done as priority d)responsibility e) implementation

the condition of others as ourself f) polite awareness, g) conduct a personal

approach in case of violation.

Keywords : Exploration, Java Culture, Organizational Culture,

Organizational effectiveness

Page 8: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan

Hidayah-Nya serta Syafaat Rasulullah SAW kepada kita semua,sehingga

penyusunan skripsi dengan judul “Eksplorasi Budaya Jawa Kaitannya dalam

Pencapaian Efektivitas Organisasi, Studi Kasus pada Pamong dibeberapa Desa

Malangan, Puron, Ngasinan, dan Lengking pada Kecamatan Bulu, Kabupaten

Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah” ini dapat penulis selesaikan tepat waktu. Adapun

tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat dalam mencapai gelar

Sarjana Ekonomi pada jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya Malang.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan baik

karena adanya dukungan, bimbingan dan doa dari banyak pihak. Oleh

karenanya,dari hati yang paling dalam penulis menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Nurkholis, M.Buss., Ak., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Brawijaya

2. Ibu Dr. Sumiati S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

3. Bapak Dr. Dodi W. Irawanto, SE., M.Com. selaku dosen pembimbing

skripsi yang selalu ikhlas membimbing sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini

Page 9: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

ii

4. Ibu Lily Hendrasti Novadjaya, SE., MM. selaku Dosen Penguji I dan Ibu

Nadiyah Hirfiyana Rosita, SE., MM. selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan saran perbaikan bagi skripsi ini

5. Segenap Dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya khususnya konsentrasi Sumber Daya Manusia

6. Ayah, Ibu, serta seluruh keluargaku yang telah memberikan dukungan dan

doa kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini

7. Bapak Maryatno selaku Kepala Desa Malangan, Bapak Wahyu Riyanto

selaku Kepala Desa Puron, Bapak Ibnu Wiyatno selaku Kepala Desa

Ngasinan, Bapak Mulyanto Selaku Kepala Desa Lengking dan seluruh

pamong desa Malangan, Puron, Ngasinan dan Lingking yang telah

membantu pelaksaan penelitian skripsi

8. Teman-teman Manajemen 2011 yang telah membantu dan memberikan

masukan kepada penulis

9. Teman-teman SKUTER (SUKOHARJO MAKMUR TERCINTA) yang

senantiasa memotivasi dan memberikan dukungan secara moril kepada

penulis

10. Pihak-pihak lain yang membantu penulisan skripsi ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Page 10: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

iii

Tiada yang mampu membalas kebaikan selain Allah SWT. Semoga Allah

SWT membalas kebaikan seluruh pihak yang telah membantu dengan balasan

yang sebesar-besarnya di dunia dan akhirat. Penulis berharap agar skripsi ini

nantinya dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin.

Malang, 15 Juni 2015

Penulis

Page 11: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... vii

ABSTRAK ....................................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................ 5

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 5

1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 7

2.1 Landasan Teori .................................................................................................... 7

2.1.1 Budaya jawa ................................................................................................ 7

2.1.2 Budaya Organisasi .................................................................................... 12

2.1.3 Efektivitas organisasi ................................................................................ 15

2.2 Penelitian Terdahulu ......................................................................................... 18

BAB III METODELOGI PENELITIAN .......................................................................... 21

3.1 Jenis Penelitian .................................................................................................. 21

3.2 Pendekatan Penelitian ....................................................................................... 22

3.3 Subjek dan Objek Penelitian ............................................................................. 25

3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 26

3.5 Sumber Data dalam Penelitian .......................................................................... 29

3.6 Teknik Analisis Data ......................................................................................... 29

3.7 Kredibilitas Penelitian ....................................................................................... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 34

4.1 Gambaran Umum .............................................................................................. 34

4.1.1 Gambaran Umum Desa ............................................................................. 34

4.1.2 Visi dan Misi Desa .................................................................................... 37

4.1.3 Struktur Organisasi Desa .......................................................................... 39

4.1.4 Tupoksi Pamong Desa .............................................................................. 41

4.2 Hasil dan Pembahasan ...................................................................................... 42

4.2.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 43

4.2.2 Pembahasan ............................................................................................... 62

Page 12: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

v

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 70

5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 70

5.2 Saran ................................................................................................................. 71

5.2.1 Saran Praktis ............................................................................................. 71

5.2.2 Saran Akademis ........................................................................................ 71

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 72

Page 13: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

vi

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Gambar Hal

2.1 Pengaruh kultural terhadap efektivitas 11

2.2 Kerangka Berpikir 20

Page 14: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

LAMPIRAN 1 Guide Interview 75

LAMPIRAN 2 Koding Wawancara 76

LAMPIRAN 3 Dokumentasi Kegiatan Pamong Desa 82

LAMPIRAN 4 Serat Keterangan Melakukan Penelitian

LAMPIRAN 5 Struktur Organisasi Desa Malangan, Puron,

Ngasinan, dan Lengking

90

LAMPIRAN 6 Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2006 tentang

Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata Kerja

Pemerintah Desa

92

Page 15: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi ini perkembangan teknologi sangatlah pesat. Kemajuan

teknologi tersebut membuat jarak dan waktu di seluruh dunia menjadi tidak berarti.

Perkembangan teknologi memacu modernisasi diberbagai aspek, contohnya

diaspek ekonomi, dan kehidupan sosial budaya. Disini peneliti lebih menekankan

pada aspek kehidupan sosial budaya. Karena proses modernisasi, budaya – budaya

lokal di Indonesia mulai terpinggirkan. Hal itu dikarenakan telah terjadi akulturasi

budaya dari berbagai belahan dunia.

Budaya merupakan sebuah sistem gagasan dan rasa, sebuah tindakan serta

karya yang dihasilkan oleh manusia didalam kehidupannya yang bermasyarakat,

yang dijadikan kepunyaannya dengan belajar. Indonesia adalah bangsa yang kaya

akan budaya. Budaya sendiri juga banyak mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

tidak terkecuali dalam organisasi. Sebuah organisasi tidak akan lepas terhadap

aspek sumber daya manusianya. Pada bidang manajemen sumber daya manusia,

khususnya dalam budaya organisasi juga terpengaruh oleh proses akulturasi budaya

yang terjadi di Indonesia. Budaya-budaya lokal yang diterapkan dalam budaya

organisasi mulai tergantikan dengan budaya yang diadopsi dari budaya luar. Di lain

pihak budaya organisasi yang mengadopsi budaya lokal dengan baik dan diterapkan

dengan pas akan memudahkan pegawainya untuk menyesuaikan diri dengan

budaya organisasi pada organisasi atau instansi tersebut dan dapat bekerja

Page 16: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

2

degan baik. Karena sejatinya budaya lokal adalah yang mencerminkan kepribadian

masyarakat setempat.

Setiap wilayah di Indonesia bisa dikatakan memiliki budaya sendiri yang

menjadi ciri khas tersindiri yang mencerminkan wilayah tersebut. Termasuk juga

di Jawa Tengah pada khusunya di daerah Sukoharjo. Sekoharjo masih berada

disekitar keraton kasunanan Surakarta. Masyarakat Sukoharjo masih memegang

erat budaya jawa yang luhur. Budaya jawa adalah budaya yang luhur, karena

budaya jawa menjunjung tinggi rasa menghargai orang lain. Masyarakat jawa

dalam melakukan tingkah laku selalu memperhatikan unggah – ungguh yang dalam

Bahasa Indonesia berarti sopan santun. Budaya luhur masyarakat jawa antara lain

gugur gunung (bergotong royong), tepa slira (mengukur sesuatu menurut apa yang

kita rasakan). Budaya tersebut sangat bagus apabila bisa diterapkan pada sebuah

organisasi.

Budaya sangat berpengaruh pada suatu organisasi dalam melakukan

aktivitasnya. Budaya yang dipakai pada suatu organisasi tercermin dalam budaya

organisasinya. Bagaimana setiap anggota akan mengapresiasikan diri mereka akan

sesuai dengan budaya yang mereka anut, orang Jawa akan mencerminkan

kejawaanya. Begitu pula organisasi di Jawa, akan terlihat budaya jawanya dalam

menjalankan organisasinya karena budaya organisasi adalah nilai-nilai dan

keyakinan bersama yang memungkinkan anggota-anggota untuk memahami peran

mereka dalam organisasi dan norma-norma organisasi (Luthans & Doh, 2014).

Selanjutnya menurut Schein sebagai suatu asumsi dasar bersama yang dipelajari

oleh kelompok, seperti memecahkan masalah atas adaptasi eksternal dan integrasi

Page 17: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

3

internal, serta telah bekerja dengan cukup baik untuk dipertimbangkan dengan valid

dan karenanya diajarkan kepada anggota baru sebagai cara yang benar untuk

memahami, berpikir, dan merasa dalam kaitannya dengan masalah – masalah

tersebut (Luthans & Doh, 2014). Sehingga budaya organisasi sangat vital

peranannya dalam organisasi untuk melangsungkan kehidupannya.

Schein juga meyakini arti penting budaya organisasi dalam organisasi karena

aneka fungsi yang dijalankannya, seperti menetapkan tapal batas, membawa

identitas anggota organisasi, mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas

dari kepentingan individual, meningkatkan kemantapan sistem sosial, serta

mekanisme pembuat makna dan kendali pembentuk sikap serta perilaku karyawan

(Robbins, 1996). Fungsi budaya organisasi sebagai tapal batas, maka setiap

organisasi memiliki budaya yang berbeda. Begitu pula disetiap organisasi di suatu

wilayah akan memiliki budaya organisasi yang berbeda pula dengan budaya

organisasi di organisasi di wilayah lain. Termasuk pada Pamong Desa Malangan,

Puron, Ngasinan dan Lengking Kecamatan Bulu, Kabupaten sukoharjo dengan

daerah yang lain.

Nilai dalam budaya organisasi erat kaitannya dengan efektivitas organisasi

karena mempengaruhi pola bekerja yang terbentuk pada organisasi tersebut, sikap

dan perilaku anggota organisasi. Dan pembentukan budaya organisasi sangat

dipengaruhi oleh budaya lokal yang dimiliki oleh para pegawai. Seperti penelitian

Hofstade yang menyatakan bahwa nilai-nilai budaya negara para pegawai memiliki

pengaruh yang signifikan pada kinerja operasional mereka, dan bahwa nilai-nilai

para pegawai yang mereka bawa ke tempat kerja tidak mudah diubah oleh

Page 18: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

4

organisasi (Luthans & Doh, 2014). Selanjutnya juga menurut Robert Kreitner dan

Angelo Kunicki dalam terdapat pengaruh Budaya lokal dalam bentuk adat istiadat

yang mempengaruhi nilai pada setiap individu dan lingkungan organisasi sehingga

mempengaruhi efektifivitas organisasi. (Gibson, Ivancevich, & Donnelly, 1996).

Efektivitas organisasi adalah pencapaian sasaran yang telah disepakati atau

diusahakan bersama. Bagaimana organisasi dapat mencapai tujuan dengan

menggunakan sumber daya yang terdapat dalam organisasi tersebut (Gibson,

Ivancevich, & Donnelly, 1996). Konsep efektivitas organisasi terdiri dari dua

pendekatan yaitu pendekatan tujuan dan pendekatan sistem (Gibson, Ivancevich, &

Donnelly, 1996). Pendekatan tujuan untuk menentukan dan mengevaluasi

efektivitas didasari pada gagasan bahwa organisasi diciptakan sebagai alat untuk

mencapai tujuan. Sedangkan dalam pendekatan sistem, organisasi dipandang

sebagai suatu unsur dari sejumlah unsur yang saling berhubungan dan saling

ketergantungan satu sama lain. Pendekatan ada dua yaitu Arus masuk (input) dan

keluaran (output) merupakan titik tolak dalam organisasi. Organisasi mengambil

sumber (input) dari sistem yang lebih luas (lingkungan), memproses sumber ini dan

mengembalikannya dalam bentuk yang sudah diubah (output). Oleh karena itu,

ketika suatu organisasi mencapai keefektifannya dalam kasus ini pamong desa,

maka akan memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat, sehingga

masyarakat akan puas akan kualitas pelayanan publik yang diberikan.

Pentingnya budaya bagi suatu organisasi sebagai tapal batas pembeda dengan

organisasi lain dan menentukan bagaimana organisasi tersebut berjalan. Begitu pula

bagi pamong desa, budaya organisasi dijadikan dasar untuk mewujudkan pelayanan

Page 19: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

5

masyarakat yang baik sehingga dapat tercapai efektivitas organisasinya. Ditengah

gempuran modernisasi, budaya oraganisasi pada pemerintahan desa juga

mengalami pergeseran nilai. Budaya jawa mulai bergeser dan ditinggalkan. Tetapi,

tidak terjadi pada para pamong desa Malangan, Puron, Ngasinan dan Lengking

Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. Pamong desa

tersebut senantiasa menjaga dan melestarikan nilai – nilai jawa yang luhur dan

dijadikan budaya organisasi yang diterapkan. Diharapkan dengan penelitian ini

dapat diketahui budaya jawa apa saja yang yang berpengaruh terhadap pencapaian

efektivitas organisasi.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk menulis skripsi

dengan judul “Eksplorasi Budaya Jawa Kaitannya dalam Pencapaian Efektivitas

Organisasi, Studi Kasus pada Pamong Desa Malangan, Puron, Ngasinan, dan

Lengking Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah.”

1.2 Perumusan Masalah

Menurut uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

a. Apakah budaya jawa berperan dalam pencapaian efektivitas organisasi pada

Pamong desa Malangan, Puron, Ngasinan, dan Lengking Kecamatan Bulu,

Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah?

b. Budaya jawa apa saja yang menjadi pembentuk efektivitas organisasi pada

Pamong desa Malangan, Puron, Ngasinan, dan Lengking Kecamatan Bulu,

Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah?

Page 20: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

6

1.3 Tujuan Penelitian

Menurut uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan tujuan penelitian

sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui peranan budaya jawa dalam pencapaian efektivitas

organisasi pada Pamong desa Malangan, Puron, Ngasinan, dan Lengking

Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah.

b. Untuk mengetahui Budaya Jawa apa saja yang mempengaruhi pencapaian

efektivitas Organisasi pada Pamong desa Malangan, Puron, Ngasinan, dan

Lengking Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dibidang

manajemen sumberdaya manusia tentang eksplorasi budaya jawa kaitannya dalam

pencapaian dalam kaitannya pada pembentukan kepuasan kerja.

b. Manfaat Praktis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat di gunakan oleh pihak Pemerintah Desa

Malangan, Puron, Ngasinan, dan Lengking Kecamatan Bulu, Kabupaten

Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah untuk mengetahui budaya jawa apa saja yang

mempengaruhi efektivitas organisasi agar pamong desa dapat bekerja dengan

optimal.

Page 21: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Budaya jawa

2.1.2.1 Pengertian budaya

Kata budaya berasal dari Bahasa latin Cultura, yang terkait dengan pemujaan

atau ibadah. Dalam arti paling luas, istilah tersebut mengacu pada interaksi

manusia. Budaya (culture) memerlukan pengetahuan yang orang perlukan untuk

menginterpretasikan pengalaman dan menghasilkan perilaku sosial. Pengetahuan

tersebut membentuk nilai, menciptakan sikap, dan mempengaruhi perilaku

(Luthans & Doh, 2014). Budaya juga merupakan sebuah sistem gagasan dan rasa,

sebuah tindakan serta karya yang dihasilkan oleh manusia di dalam kehidupannya

yang bermasyarakat, yang dijadikan kepunyaannya dengan belajar

(Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, 1985). Indonesia

kaya akan budaya.

Budaya yang diterapan pada lokasi penelitian adalah budaya jawa. Karena

lokasi penelitian terdapat dikalangan Masyarakat Jawa jawa yang menghasilkan

budaya jawa. Budaya jawa masih diterap secara baik dikalangan pamong Desa

Malangan, Puron, Ngasinan, dan Lengking, Kecamatan Bulu Kabupaten

Page 22: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

2

Sukoharjo. Budaya jawa masih senantiasa digunakan sebagai dasar untuk

menjalankan pemerintahan desa dan pelayanan masyarakat.

2.1.2.2 Budaya jawa

Masyarakat adalah kesatuan hidup dari manusia yang terikat oleh suatu

sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996). Masyarakat Jawa merupakan salah

satu masyarakat yang hidup dan berkembang mulai zaman dahulu hingga sekarang

yang secara turun temurun menggunakan bahasa Jawa dalam berbagai ragam

dialeknya dan mendiami sebagian besar Pulau Jawa (Herusatoto, 2005). Di Jawa

sendiri selain berkembang masyarakat Jawa juga berkembang masyarakat Sunda,

Madura, dan masyarakat-masyarakat lainnya. Pada perkembangannya masyarakat

Jawa tidak hanya mendiami Pulau Jawa saja, tetapi kemudian menyebar di hamper

seluruh penjuru nusantara. Bahkan di luar Jawa pun banyak ditemukan komunitas

Jawa akibat adanya program transmigrasi yang dicanangkan pemerintah.

Masyarakat Jawa ini memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan

masyarakat – masyarakat lainnya, seperti masyarakat Sunda, masyarakat Madura,

masyarakat Minang, dan lain sebagainya.

Karakteristik budaya Jawa adalah religius, non-doktriner, toleran,

akomodatif, dan optimistik. Karakteristik seperti ini melahirkan corak, sifat, dan

kecenderungan yang khas bagi masyarakat Jawa seperti berikut (Herusatoto, 2005):

1. Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai Sangkan Paraning

Dumadi, dengan segala sifat dan kebesaran-Nya;

Page 23: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

3

2. Bercorak idealistis, percaya kepada sesuatu yang bersifat immateriil

(bukan kebendaan) dan hal-hal yang bersifat adikodrati (supernatural)

serta cenderung ke arah mistik;

3. Lebih mengutamakan hakikat daripada segi-segi formal dan ritual;

4. Mengutakaman cinta kasih sebagai landasan pokok hubungan antar

manusia;

5. Percaya kepada takdir dan cenderung bersikap pasrah;

6. Bersifat konvergen dan universal;

7. Momot dan non-sektarian;

8. Cenderung pada simbolisme;

9. Cenderung pada gotong royong, guyub, rukun, dan damai; dan

10. Kurang kompetitif dan kurang mengutamakan materi.

Pamong desa sebagai bagian dari masyarakt jawa juga memiliki ciri seperti

masyarakat jawa pada umumnya. Budaya tersebut diilhami dalam kehidupan sehari

– hari sehingga dijadikan dasar untuk mengambil suatu tindakan yang diambil.

Tidak hanya dalam kesehariaannya, dalam bekerja pamong desa senantiasa

menjalankan budaya luhur jawa dalam melakukan proses pemerintahan desa dan

proses pelayanan masyarakat. Pamong desa dapat mencerminkan budaya jawa

bahwa masyarakat jawa itu suka bergotong royong, guyub, rukun, dan damai.

Pamong desa juga melakukan kegiatan pelayanan masyarakat dengan dasar cinta

kasih agar masyarakat merasa terayomi. Begitu pula, hubungan antar para pamong

desa disana juga berdasarkan dengan budaya jawa seperti tepa slira dan ewuh

perkewuh.

Page 24: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

4

2.1.2.3 Etos Kerja

Etos berasal dari bahasa yunani ethos yakni karakter, cara hidup, kebiasaan

seseorang, motivasi atau tujuan moral seseorang serta pandangan dunia mereka,

yakni gambaran, cara bertindak ataupun gagasan yang paling komprehensif

mengenai tatanan. Dengan kata lain etos adalah aspek evaluatif sebagai sikap

mendasar terhadap diri dan dunia mereka yang direfleksikan dalam kehidupannya

(Khasanah, 2004). Menurut Geertz Etos adalah sikap yang mendasar terhadap diri

dan dunia yang dipancarkan hidup. Sikap disini digambarkan sebagai prinsip

masing-masing individu yang sudah menjadi keyakinannya dalam mengambil

keputusan (Abdullah, 1986).

Para pamong desa memiliki etos kerja yang mencerminkan mereka adalah

masyarakat jawa. Pamong desa bekerja dengan cara bergotong royong. Pamong

desa menyalesaikan semua masalah secara bersama – sama dan menganut prinsip

alon – alon penting kelakon serta melakukan pekerjaannya dengan bertanggung

jawab. Alon – alon penting kelakon disini berarti tidak melakukan pekerjaan

dengan pelan – pelan tatapi dengan melakukan pekerjaan dengan seksama dan teliti

sampai tercapai tujuannya. Para pamong desa bertanggung jawab sekali dalam

melayani masyarakat agar masyarakat merasa terayomi.

2.1.2.4 Pengaruh budaya jawa terharap efektivitas

Terdapat kepercayaan bahwa organisasi cenderung moderat atau menghapus

dampak budaya nasional. Pada kenyataanya, bukti yang terkumpul menyatakan

justru sebaliknya yang mungkin benar. Riset Hostede menemukan bahwa nilai-nilai

budaya negara para karyawan memiliki pengaruh yang signifikan pada kinerja

Page 25: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

5

operasional mereka, dan bahwa nilai-nilai para karyawan yang mereka bawa ke

tempat kerja tidak mudah diubah oleh organisasi (Luthans & Doh, 2014).

Selanjutnya, menurut Robert Kreitner dan Angelo Kunicki terdapat pengaruh

Budaya lokal dalam bentuk adat istiadat yang mempengaruhi nilai pada setiap

individu dan lingkungan organisasi sehingga mempengaruhi efektifivitas organisasi

(Gibson, Ivancevich, & Donnelly, 1996). Gambar berikut ini adalah pengaruh

budaya jawa (adat istiadat) terhadap efektivitas organisasi.

Gambar 2.1 Pengaruh Kultural Terhadap Efektivitas

Diadaptasi dari Robert Kreitner and Angelo Kunicki, Organizational Bahavior

(1992:694)

Sumber: (Gibson, Ivancevich, & Donnelly, 1996)

Kultur Nasional

Nilai

Sikap

Keyakinan

ADAT ISTIADAT

Kepercayaan

Bahasa

Tempat Kerja/Pekerja

Nilai

Sikap

Keyakinan

Norma – norma

Tujuan

EFEKTIVITAS ORGANISASI

Produksi

Mutu

Efisiensi

Fleksibel

Kepuasan

Kemampuan bersaing

Pengembangan

Kelangsungan hdup

Kultur Organisasi

Nilai

Sikap

Keyakinan

Norma – norma

Page 26: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

6

2.1.2 Budaya Organisasi

Budaya organisasi kini menjadi topik bahasan yang penting, karena budaya

organisasi berhasil membuat organisasi lebih stabil, lebih maju dan lebih antisipatif

terhadap perubahan lingkungan. Budaya organisasi dapat menjadi alat organisasi

yang ampuh untuk membentuk efektivitas keseluruhan perusahaan dan

keberhasilan jangka panjang perusahaan.

Budaya organisasi, adalah filosofi dasar organisasi yang memuat keyakinan,

norma-norma, dan nilai-nilai bersama yang menjadi karateristik inti tentang

bagaimana cara melakukan sesuatu dalam organisasi (Wibowo, 2010). Menurut

Jerald Greenderg dan Robert A. Baron menyatakan bahwa budaya organisasi

merupakan kerangka kerja kognitif yang terdiri dari sikap, nilai-nilai, norma

perilaku dan harapan yang diterima bersama oleh anggota organisasi (Wibowo,

2010).

Budaya organisasi adalah sistem keyakinan kolektif yang dimiliki orang

dalam organisasi tentang kemampuan mereka bersaing di pasar, dan bagaimana

mereka bertindak dalam sistem keyakinan tersebut untuk memberikan nilai tambah

produk dan jasa di pasar (pelanggan) sebagai imbalan atas penghargaan finansial

(Want, 2006).

Dari definisi yang dikemukakan oleh para tokoh budaya organisasi diatas

terkandung unsur-unsur dalam budaya organisasi sebagai berikut:

a. Asumsi dasar

Budaya organisasi terdapat asumsi dasar yang dapat berfungsi

sebagai pedoman bagi anggota maupun kelompok dalam organisasi

untuk berperilaku.

Page 27: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

7

b. Keyakinan yang dianut

Budaya organisasi terdapat keyakinan yang dianut dan dilaksankan

oleh para anggota organisasi. Keyakinan ini mengandung nilai-nilai yang

dapat berbentuk slogan atau moto, asumsi dasar, tujuan umum organisasi

atau perusahaan, filosofi usaha, atau prinsip-prinsip menjelaskan usaha.

c. Pemimpin atau kelompok pencipta dan pengembangan budaya

organisasi.

Budaya organisasi perlu diciptakan dan dikembangkan oleh

pemimpin organisasi atau perusahaan atau kelompok tertentu dalam

organisasi atau perusahaan tersebut.

d. Pedoman mengatasi masalah

Sebuah organisasi atau perusahaan, terdapat dua masalah pokok yang

sering muncul, yakni masalah adaptasi eksternal dan masalah integrasi

internal. Kedua masalah tersebut dapat diatasi dengan asumsi dasar dan

keyakinan yang dianut bersama anggota organisasi.

e. Berbagai nilai (sharing of value)

Budaya organisasi perlu berbagai nilai terhadap apa yang paling di

inginkan atau apa yang lebih baik atau berharga bagi seseorang.

f. Pewarisan (learning proses)

Asumsi dasar keyakinan yang di anut oleh anggota organisasi

perlu diwariskan kepada anggota-anggota baru dlam organisasi sebagai

pedoman akan bertindak dan berperilaku dalam organisasi atau

perusahaan tersebut.

Page 28: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

8

g. Penyesuaian (adaptasi)

Perlu penyesuaian anggota kelompok terhadap peraturan atau norma

yang berlaku dalam kelompok atau organisasi tersebut, serta adaptasi organisasi

atau perusahaan terhadap perubahan lingkungan.

Sumber-sumber pembentuk budaya organisasi, diantaranya : (1) pendiri

organisasi; (2) pemilik organisasi; (3) Sumber daya manusia asing; (4) luar

organisasi; (4) orang yang berkepentingan dengan organisasi (stake holder); dan (6)

masyarakat. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa proses budaya dapat terjadi

dengan cara: (1) kontak budaya; (2) benturan budaya; dan (3) penggalian budaya.

Pembentukan budaya tidak dapat dilakukan dalam waktu yang sekejap, namun

memerlukan waktu dan bahkan biaya yang tidak sedikit untuk dapat menerima

nilai-nilai baru dalam organisasi (Ndraha, 2007).

Budaya organisasi di kantor Desa Malangan, Puron, Ngasinan dan Lengking

Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo yang diterapkan oleh para pamong desanya

adalah budaya jawa. Dimana budaya jawa diterapkan untuk menjadi tapal batas

(sebagai pembeda dengan organisasi lain), sebagai pedoman untuk mengatasi

masalah, sebagai warisan yang akan selalu dijaga dan dilestarikan agar tetap

ditetapkan oleh generasi mendatang. Budaya jawa yang diterapkan oleh para

pamong Desa Malangan, Puron, Ngasinan, dan lengking adalah budaya yang

handal. Budaya yang dapat memberikan jawaban atas permasalahan yang timbul.

Permasalahan horizontal maupun vertikal dapat diselesaikan dengan budaya jawa.

Page 29: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

9

2.1.3 Efektivitas organisasi

Efekif merupakan terjadinya suatu akibat yang dikehendaki ketika melakukan

suatu perbuatan. Dalam pelaksanaan kegiatan, faktor efektivitas selalu mendasari

setiap usaha untuk upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini karena

faktor efektivitas merupakan alat pengukur tingkat keberhasilan organisasi dalam

melakukan kegiatan dalam rangka mencapai suatu tujuan.

Berkaitan dengan definisi dari istilah efektivitas, efektivitas dapat

didefiniskan sebagai keefektifan organisasi sebagai tingkatan pencapaian

organisasi atas tujuan jangka pendek (tujuan) dan jangka panjang (cara) (Robbin,

1994).

Efektivitas adalah suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai

terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki. Kalau seseorang dalam arti

melaksanakan perbuatan dengan maksud tertentu yang memang dikehendakinya,

maka orang tersebut dikatakan efektif kalau menimbulkan akibat yang mempuanyai

maksud sdebagai mana yang tidak dikehendaki oleh orang tersebut maka dikatakan

tidak efektif (Koentjaraningrat, 1993). Dengan demikian efektivitas merupakan

suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target kualitas, kuantatitas, waktu

yang telah dicapai dalam pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian efektivitas dapat

diartikan suatu ukuran dimana sebuah organisasi dapat mencapai tujuannya.

Efektivitas organisasi adalah pencapaian sasaran yang telah disepakati atau

diusahakan bersama. Bagaimana organisasi dapat mencapai tujuan dengan

menggunakan sumber daya yang terdapat dalam organisasi tersebut (Gibson,

Page 30: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

10

Ivancevich, & Donnelly, 1996). Konsep efektivitas organisasi terdiri dari tiga

pendekatan yaitu:

a. Pendekatan Tujuan. Pendekatan tujuan untuk mendefinisikan dan

mengevaluasi efektivitas merupakan pendekatan tertua dan paling luas

digunakan. Menurut pendekatan ini, keberadaan organisasi dimaksudkan

untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pendekatan tujuan menekankan

peranan sentral dari pencapaian tujuan sebagai kriteria untuk menilai

efektivitas serta mempunyai pengaruh yang kuat atas pengembangan

teori dan praktek manajemen dan perilaku organisasi, tetapi sulit

memahami bagaimana melakukannya. Alternatif terhadap pendekatan

tujuan ini adalah pendekatan teori sistem.

b. Pendekatan Teori Sistem. Teori sistem menekankan pada pertahanan

elemen dasar masukan-proses-pengeluaran dan mengadaptasi terhadap

lingkungan yang lebih luas yang menopang organisasi. Teori ini

menggambarkan hubungan organisasi terhadap sistem yang lebih besar,

diman organisasi menjadi bagiannya. Konsep organisasi sebagian suatu

sistem yang berkaitan dengan sistem yang lebih besar memperkenalkan

pentingnya umpan balik yang ditujukan sebagai informasi

mencerminkan hasil dari suatu tindakan atau serangkaian tindakan oleh

seseorang, kelompok atau organisasi. Teori sistem juga menekankan

pentingnya umpan balik informasi. Teori sistem dapat disimpulkan: (1)

Kriteria efektivitas harus mencerminkan siklus masukan-proses-

keluaran, bukan keluaran yang sederhana, dan (2) Kriteria efektivitas

harus mencerminkan hubungan antar organisasi dan lingkungn yang

Page 31: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

11

lebih besar dimana organisasai itu berada. Jadi: (1) Efektivitas organisasi

adalah konsep dengan cakupan luas termasuk sejumlah konsep

komponen. (3) Tugas manajerial adalah menjaga keseimbangan optimal

antara komponen dan bagiannya.

c. Pendekatan Multiple Constituency. Pendekatan ini adalah perspepktif

yang menekankan pentingnya hubungan relatif di antara kepentingan

kelompok dan individual dalam hubungan relatif diantara kepentingan

kelompok dan individual dalam suatu organisasi. Dengan pendekatan ini

memungkinkan pentingnya hubungan relatif diantara kepentingan

kelompok dan individual dalam suatu organisasi. Dengan pendekatan ini

memungkinkan mengkombinasikan tujuan dan pendekatan sistem guna

memperoleh pendekatan yang lebih tepat bagi efektivitas organisasi.

Page 32: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

12

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa suatu organisasi

dikatakan efektif apabila tujuannya tercapai. Maka, Pemerintah desa dikatakan

efektif ketika pemerintah desa dapat mencapai tujuannya. Efektivitas organisasi

sebagai suatu tingkat dimana suatu organisasi dapat merealisasikan tujuannya

(Robbins, 1996). Maka, pemerintah desa dikatakan efektif ketika masyarakat

mendapat pelayanan yang prima dan maksimal dan pemerintahan desa dapat

menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Pemerintah Malangan, Puron, Ngasinan

dan Lengking sudah dapat mencapai tujuannya dengan bantuan penerapan budaya

jawa sebagai dasar untuk mengambil tindakan yang mendasari kegiatan

pemerintahan dan pelayanan masyarakat. Pengukuran efektivitas dengan itu

dipakai oleh peneliti karena organisasi yang diteliti oleh peneliti adalah organisasi

nirlaba. Organisasi nirlaba adalah organisasi yang tidak berorientasi untuk

mendapatkan keuntungan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang relevan dengan panalitian yang akan peneliti

lakukan:

Pada jurnal yang disusun oleh Dede Mariana dan Caroline Paskarina tahun

2009 tentang kebangkitan lokal menjawab tantangan globalisasi: revitalisasi nilai –

nilai Budaya Sunda Bagi pencapaian local good governance di Jawa Barat. Jurnal

ini membahas mengenai globalisasi yang sudah menyerang semua sisi di Indonesia

termasuk dalam ranah pemerintah daerah. Pada penerapannya globalisasi

memunculkan berbagai friksi. Friksi yang timbul salah satunya terjadi dengan

Page 33: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

13

budaya lokal. Tidak semua budaya lokal memiliki kekuatan untuk bersaing dengan

globalisasi. dan pada akhirnya globalisasi berakibat adanya pembentukan budaya

baru yang meminggirkan benerapan budaya lokal.

Penerapan budaya baru tersebut membuat orang – orang sunda mulai

kehilangan kesundaanya dan mulai menerapkan budaya modern sebagai gantinya.

Orientasi budaya yang mulai bergeser itu menyebabkan apatisme politik oleh

masyarakat sunda. Revitalisasi budaya sunda dilakukan untuk menjadi solusi

penyelarasan fungsi pemerintah dan masyarakt serta menyelesaikan masalah yang

timbul (Mariana & Paskarina, 2009).

Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah sama meneliti

mengenai terpinggirnya budaya lokal dengan budaya modern, dan kesimpulannya

sama budaya lokal harus tetap dijaga dan berjalan dengan selaras dengan

perkembangan budaya modern. perbedaan dengan penelitian ini adalah lokasi

tempat penelitian berbeda.

Jurnal selanjutnya, jurnal yang disusun oleh Chairuman Armia tahun 2002

mengenai pengaruh budaya terhadap efektivitas organisasi dengan menggunakan

dimensi Hofstede. Jurnal ini memberikan suatu kerangka pemikiran mengenai

pengaruh budaya (dengan menggunakan dimensi Hofstede) terhadap efektivitas

organisasi dengan memasukkan beberapa faktor antara yang secara tidak langsung

menjembatani hubungan antara keduanya. Faktor yang menjembatani budaya dan

efektivitas organisasi adalah motivasi dan kepuasan kerja.

Page 34: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

14

Kasus yang diangkat dalam jurnal ini berkaitan dengan efektivitas organisasi

dalam institusi pendidikan. Intitusi pendidikan pada umumnya merupakan suatu

organisasi nirlaba. Karakteristik organisasi nirlaba pada umumnya bertujuan tidak

untuk mencari keuntungan. Evaluasi terhadap kinerja organisasi nirlaba ini tetap

dilakukan dalam rangka untuk mempertahankan kelangsungan hidup organisasi

dengan cara yang efektif dan efisien. Efektif dalam arti dapat mencapai tujuan yang

telah ditetapkan yaitu memberikan pelayanan, baik kepada masyarakat luas maupun

pihak – pihak internal organisasi, yaitu karyawan. Efisien berarti menggunakan

sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan output yang maksimal.

Kesimpulan dari jurnal ini adalah menjelaskan pengujian efektivitas organisasi

yang dikaitkan dengan dimensi Hofstede (1980). Variabel – variabel budaya budaya

yang diturunkan dari norma – norma sosial setiap dimensi budaya, yaitu power

distance, uncertainty avoidance, individualism atau collectivism, dan masculinity

atau femininity. Sedangkan indikator – indikator untuk mengukur efektivitas

organisasi yang dikembangkan oleh Robbins (1990). Pengukuran ini dipilih karena

menggunakan indikator yang komprehensif yaitu menggunakan indikator non

keuangan. Pengukuran ini sesuai dengan kasus yang dibahas yaitu pengujian

efektivitas organisasi nirlaba yang bertujuan tidak untuk mencari keuntungan tetapi

melakukan peningakatan kualitas pendidikan (Armia, 2002).

Page 35: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

15

2.3 Kerangka Berpikir

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Sumber: diolah, 2017

Budaya Organisasi

Efektivitas Organisasi

Organisasi

Budaya Jawa

Page 36: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini

digunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif, yaitu penelitian yang

memberi gambaran secara cermat mengenai individu atau kelompok tertentu

tentang keadaan dan gejala yang terjadi (Koentjaraningrat, 1993). Selanjutnya

peneliti akan memberikan gambaran secara cermat tentang eksplorasi budaya

jawa kaitannya dalam pencapaian efektivitas organisasi pada pamong desa

Malangan, Puron, Ngasinan, dan Lengking Kecamatan Bulu, Kabupaten

Sukoharjo. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan dengan cara deskripsi

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah

dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2007).

Menurut Bogdan dan Taylor (1975) metodologi kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2007). Selanjutnya

dijelaskan oleh David Williams (1995) mengemukakan bahwa penelitian

kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan

metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah

(Moleong, 2007). Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran

seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti.

Page 37: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

2

Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat atau

kepercayaan orang yang diteliti dan kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka.

Selanjutnya peneliti akan memberikan gambaran secara cermat tentang

eksplorasi budaya jawa kaitannya dalam pencapaian efektivitas organisasi pada

Pamong Desa Malangan, Puron, Ngasinan dan Lengking, Kecamatan Bulu,

Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualititif deskriftif karena

membutuhkan penelitian yang mendalam. Dengan penelitian kualitatif dapat

menjelaskan secara cermat dan mendalam tentang apakah budaya jawa berpengaruh

terhadap pencapaian efektivitas organisasi pada jaman sekarang dan menjabarkan

peranan budaya jawa dalam pencapaian efektivitas organisasi pada jaman sekarang.

3.2 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus. Studi kasus

melibatkan mendalam, kontekstual analisis situasi yang sama di organisasi lain, di

mana sifat dan definisi masalah kebetulan sama dengan pengalaman dalam situasi

saat ini. Seperti dalam studi hipotetis-deduktif, hipotesis dapat dikembangkan

dalam studi kasus juga. Studi kasus sebagai suatu teknik pemecahan masalah,

tidak sering dilakukan dalam organisasi. Studi kasus biasanya menyediakan data

kualitatif daripada kuantitatif untuk analisis dan interpretasi (Sekaran, 2003).

Studi kasus adalah suatu penyelidikan empiris yang menelaah fenomena

kontemporer dalam konteks kehidupan nyata, terutama ketika batas-batas antara

fenomena dan konteks tidak jelas terlihat. Penyelidikan studi kasus berupaya

dengan situasi teknis yang berbeda di mana akan ada banyak variabel lebih

Page 38: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

3

menarik dari titik data, dan sebagai salah satu hasil mengandalkan banyak sumber

bukti, dengan data perlu untuk berkumpul dalam model triangulating, dan sebagai

akibat lain manfaat dari pengembangan sebelumnya proposisi teoritis untuk

memandu pengumpulan data dan analisis (Yin, 2003).

Tujuan penelitian studi kasus ini adalah untuk memahami suatu kasus

sebagai kesatuan holistik serta memahami lebih dalam suatu pekerjaan. Dalam

hal ini, pendekatan studi kasus berupaya untuk menyediakan laporan secara detail

dari eksplorasi budaya jawa kaitanya dan kaitannya dalam pencapaian efektivitas

organisasi pada pamong Desa Malangan, Puron, Ngasinan, dan Lengking pada

Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo. Hasil akhir penelitian akan

mendeskripsikan secara luas dan detail bagaimana budaya jawa berperan dalam

pencapaian efektivitas dalam sebuah organisasi dan budaya jawa apa saja yang

berperan dalam pencapaian efektivitas organisasi.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian studi kasus ini antara

lain:

a. Melibatkan diri (berpartisipasi) dalam lingkungan objek yang sedang di

teliti. Hal ini bertujuan untuk melakukan observasi terhadap objek

penelitian sehingga mengetahui fenomena yang terjadi. Peneliti

melakukan observasi denga melakukan pengamatan terhadap aktifitas

yang dilakukan oleh pamong desa Malangan, Puron, Ngasinan dan

Lengking.

b. Membuat catatan lapangan dari hasil observasi sekaligus

menganalisisnya. Peneliti melakukan pencatatan pada pengamatan

Page 39: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

4

kegiatan yang yang dilakukan pamong desa dan juga mencatat informasi

yang didapat dari selain informan yang sudah ditetapkan oleh peneliti.

c. Memilih informan yang tepat dan melakukan wawancara mendalam

(in-depth interview) baik secara formal maupun informal. Informan

adalah pekerja yang terlibat langsung serta memahami dengan benar

tentang kasus yang sedang diteliti. Informan berjumlah lebih dari satu

orang, tujuannya adalah untuk mendapatkan data yang sesuai dengan

kebutuhan peneliti. Peneliti melakukan wawancara kepada informan

yang ditunjuk oleh Kepala desa di setiap desa yang dianggap

berkompetan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh

peneliti. Informan yang diwawancarai oleh peneliti adalah sebagai

berikut:

- Kepala Desa Malangan Bapak Maryatno, SE.

- Kepala Dusun Malangan Bapak Suparno

- Kepala Dusun Puron Bapak Eko Sulistyo

- Kepala Desa Ngasinan Bapak Ibnu Wiyatno

- Kepala Dusun Ngasinan Bapak Drs. Ngadimin

- Kepala Desa Lengking Bapak Mulyatno

- Kepala Dusun Lengking Bapak Sarmin

d. Membuat catatan wawancara dan laporan hasil wawancara yang

telah diinterpretasi. Peneliti membuat transkip hasil wawancara dari

semua informan yang diwawancara.

e. Untuk mendukung kelengkapan data, diperlukan dokumentasi (data

berupa dokumen-dokumen). Data ini dapat diperoleh melalui dokumen

Page 40: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

5

yang dimiliki oleh perusahaan ataupun internet. Peneliti meminta data

pendukung penelitian berupa profil desa, susunan struktur organisasi

desa dan tugas pokok pamong desa sebagai data sekunder.

f. Melakukan analisis data yaitu pengkodean data yang telah diperoleh.

Peneliti melakukan koding dari hasil transkrip wawancara yang sudah

dibuat.

g. Menemukan jawaban dari sebuah studi kasus. Peneliti melakukan

analisis terhadap hasil koding dengan pendekatan studi kasus sehingga

dapat merumuskan penelitian eksplorasi budaya jawa kaitannya dalam

pencapaian efektivitas organisasi.

3.3 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti.

Objek penelitian adalah obyek yang dijadikan penelitian atau yang menjadi

titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek

penelitian adalah Pamong Desa Malangan, Puron, Ngasinan dan Lengking

Kecamatan bulu, Kabupaten Sukoharjo yang sudah ditunjuk oleh kepala desa

masing – masing desa berjumlah 7 orang yang sudah peneliti sebutkan di point

diatas, yang menjadi objek penelitian yaitu eksplorasi budaya jawa kaitannya

dalam pencapaian efektivitas organisasi pada Pamong Desa Malangan, Puron,

Ngasinan dan Lengking Kecamatan bulu, Kabupaten Sukoharjo.

Dalam penelitian kualitatif, hal yang menjadi bahan pertimbangan utama

dalam pengumpulan data adalah pemilihan informan. Teknik sampling yang

digunakan oleh peneliti adalah purposive sample. Purposive sample adalah teknik

Page 41: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

6

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2009). Pemilihan

sampel secara purposive pada penelitian ini akan berpedoman pada syarat-syarat

yang harus dipenuhi sebagai berikut (Arikunto, 2010):

a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri, sifat atau karakteristik

tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.

b. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang

paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key

subjectis).

c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi

pendahuluan.

Seperti yang telah disebutkan bahwa pemilihan informan pertama

merupakan hal yang sangat utama sehingga harus dilakukan secara cermat, karena

penelitian ini mengkaji tentang peran budaya jawa dalam pencapaian efektivitas

organisasi pada Pamong Desa Malangan, Puron, Ngasinan dan Lengking

Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo maka peneliti memutuskan informan

pertama atau kunci yang paling sesuai dan tepat ialah Kepala Desa di setiap Desa.

Dari informan kunci ini selanjutnya diminta untuk memberikan rekomendasi untuk

memilih informan-informan berikutnya, dengan catatan informan-informan

tersebut merasakan dan menilai kondisi lingkungan kerja sehingga terjadi

sinkronisasi dan validasi data yang didapatkan dari informan pertama.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk

mendapatkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian kali ini peneliti

Page 42: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

7

memilih jenis penelitian kualitatif maka data yang diperoleh haruslah mendalam,

jelas dan spesifik. Selanjutnya pengumpulan data dapat diperoleh dari hasil

observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan/triangulasi. Pada penelitian ini

peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi,

dokumentasi, dan wawancara (Sugiono, 2009).

a. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik penelitian

yang sangat penting. Pengamatan itu digunakan karena berbagai alasan.

Pengamatan dapat diklasifikasikan atas pengamatan melalui cara

berperan serta, pada pengamatan tanpa peran serta pengamat hanya

melakukan satu fungsi, yaitu mengadakan pengamatan. Sedangkan

pengamat berperan serta melakukan dua peranan sekaligus, yaitu

sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dari kelompok

yang diamatinya (Moleong, 2007). Teknik observasi ini digunakan

untuk mengamati secara langsung dan tidak langsung tentang eksplorasi

budaya jawa kaitannya dalam pembentukan efektivitas organisasi pada

Pamong Desa Malangan, Puron, Ngasinan dan Lengking Kecamatan

Bulu, Kabupaten Sukoharjo. Observasi ini dilakukan dengan mengamati

dan mencatat langsung terhadap objek penelitian, yaitu dengan

mengamati kegiatan-kegiatan yang ada di kantor Desa Malangan,

Puron, Ngasinan dan Lengking kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo.

Sehingga peneliti dapat menentukan informan yang akan diteliti

dan juga untuk mengetahui jabatan, tugas/kegiatan, alamat, nomor

Page 43: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

8

telepon dari calon informan sehingga mudah untuk mendapatkan

informasi untuk kepentingan penelitian.

b. Wawancara

Dalam teknik pengumpulan menggunakan wawancara hampir

sama dengan kuesioner. Wawancara itu sendiri dibagi menjadi 3

kelompok yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi-terstruktur, dan

wawancara mendalam (in-depth interview).

Namun disini peneliti memilih melakukan wawancara mendalam, ini

bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang kompleks, yang

sebagian besar berisi pendapat, sikap, dan pengalaman pribadi (Basuki,

2006). Untuk menghindari kehilangan informasi, maka peneliti meminta

ijin kepada informan untuk menggunakan alat perekam. Sebelum

dilangsungkan wawancara mendalam, peneliti menjelaskan atau

memberikan sekilas gambaran dan latar belakang secara ringkas dan

jelas mengenai topik penelitian.

Peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap informan dengan

panduan guide interview yang sudah dibuat.

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiono,

2009). Dokumen yang digunakan peneliti disini berupa foto, gambar,

serta data-data mengenai Pamong Desa Malangan, Puron, Ngasinan dan

Lengking kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo. Hasil penelitian dari

observasi dan wawancara akan semakin sah dan dapat dipercaya apabila

didukung oleh foto-foto.

Page 44: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

9

Peneliti mendokumentasikan proses wawancara dengan voice

recorder dan memfoto kegiatan pamong desa dokumen mengenai profil

desa dan perda tentang tupoksi pamong desa.

3.5 Sumber Data dalam Penelitian

a. Data Primer, adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang

diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh

subjek yang dapat dipercaya, yakni subjek penelitan atau informan yang

berkenaan dengan variabel yang diteliti atau data yang diperoleh dari

responden secara langsung (Arikunto, 2010). Data primer peneliti adalah

informasi hasil wawancara terhadap informan.

b. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data

yang menunjang data primer. Dalam penelitian ini diperoleh dari hasil

observasi yang dilakukan oleh penulis serta dari studi pustaka. Dapat

dikatakan data sekunder ini bisa berasal dari dokumen-dokumen grafis

seperti tabel, catatan, SMS, foto dan sebagainya. (Arikunto, 2010). Data

sekunder peneliti adalah catatan data observasi yang dilakukan oleh

peneliti dan dokumen yang diperoleh dari kantor desa berupa foto, profil

desa, struktur organisai dan tugas pamong desa.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Bognan dan Biklen (1982) adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah –

milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan

Page 45: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

10

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2007).

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa langkah awal dari analisis

data adalah mengumpulkan data yang ada, menyusun secara sistematis, kemudian

mempresentasikan hasil penelitian kepada orang lain.

McDrury (Collaborative Group Analysis of Data, 1999) menyampaikan

tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut (Moleong, 2007):

a. Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang

ada dalam data,

b. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema

yang berasal dari data.

c. Menuliskan ‘model’ yang ditemukan.

d. Koding yang telah dilakukan.

Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara mendalam dengan

informan kunci, yaitu seseorang yang benar-benar memahami dan mengetahui

situasi obyek penelitian. Setelah melakukan wawancara, analisis data dimulai

dengan membuat transkrip hasil wawancara, dengan cara memutar kembali

rekaman hasil wawancara, mendengarkan dengan seksama, kemudian

menuliskan kata-kata yang didengar sesuai dengan apa yang ada direkaman

tersebut.

Setelah peneliti menulis hasil wawancara tersebut kedalam transkrip,

selanjutnya peneliti harus membaca secara cermat untuk kemudian dilakukan

reduksi data. Peneliti membuat reduksi data dengan cara membuat abstraksi,

yaitu mengambil dan mencatat informasi-informasi yang bermanfaat sesuai

Page 46: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

11

dengan konteks penelitian atau mengabaikan kata-kata yang tidak perlu sehingga

didapatkan inti kalimatnya saja, tetapi bahasanya sesuai dengan bahasa informan.

Abstraksi yang sudah dibuat dalam bentuk satuan-satuan yang kemudian

dikelompokkan dengan berdasarkan taksonomi dari domain penelitian. Analisis

Domain adalah memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh dari

obyek/penelitian atau situasi sosial. Peneliti memperoleh domain ini dengan cara

melakukan pertanyaan grand dan minitour (Sugiono, 2009). Sementara itu, domain

sangat penting bagi peneliti, karena sebagai pijakan untuk penelitian selanjutnya.

Mengenai analisis taksonomi yaitu dengan memilih domain kemudian

dijabarkan menjadi lebih terinci, sehingga dapat diketahui struktur internalnya.

3.7 Kredibilitas Penelitian

Setiap penelitian harus memiliki kredibilitas sehingga dapat

dipertanggungjawabkan. Kredibilitas penelitian kualitatif adalah keberhasilan

mencapai maksud mengeksplorasi masalah yang majemuk atau keterpercayaan

terhadap hasil data penelitian.

Upaya untuk menjaga kredibiltas dalam penelitian adalah melalui

langkah-langkah sebagai berikut (Sugiono, 2009):

a. Perpanjangan pengamatan

Peneliti kembali lagi ke lapangan untuk melakukan pengamatan

untuk mengetahui kebenaran data yang telah diperoleh maupun untuk

menemukan data-data yang baru.

b. Meningkatkan ketekunan

Page 47: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

12

Melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan.

Dengan meningkatkan ketekunan tersebut, maka peneliti akan

melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan

salah atau tidak.

c. Triangulasi

Pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara,

dan berbagai waktu.

d. Analisis kasus negatif

Peneliti mencari data yang berbeda atau yang bertentangan

dengan temuan data sebelumnya. Bila tidak ada lagi data yang berbeda

atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah

dapat dipercaya.

e. Menggunakan bahan referensi

Bahan referensi yang dimaksud adalah adanya pendukung untuk

membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai

contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman

wawancara.

f. Mengadakan member check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh

peneliti kepada pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati

oleh para pemberi data berarti data tersebut sudah valid, sehingga

semakin kredibel atau dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan

peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi

data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data,

Page 48: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

13

dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah

temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh

pemberi data.

Page 49: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

14

Page 50: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

1

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Gambaran Umum Desa

A. Desa Malangan

Desa Malangan merupakan Pemerintah desa yang terdiri 4 Dusun, 7 Dukuh,

9 Rukun Warga (RW) 20 Rukun Tetangga (RT) terletak di wilayah kecamatan

Bulu, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia. Luas wilayah 315.1280 Ha

jumlah penduduk 4776 jiwa/orang. Rata-rata warga Kelurahan malangan bekerja

merantau ke luar kota, ada juga sebagai petani, pegawai dan pegawai swasta serta

ada juga yang menjadi Pegawai Negeri Sipil

Desa malangan memiliki batas wilayah di Sebelah utara Desa Dalangan

Kecamatan Tawangsari dan Desa Lengking Kecamatan Bulu, di sebelah timur Desa

Ngasinan Kecamatan Bulu, di sebelah selatan Desa Puron Kecamatan Bulu, dan di

sebelah barat Desa Lorog Kecamatan Tawangsari dan Desa Kateguhan Kecamatan

Tawangsari.

Pemerintah Desa Malangan dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang dipilih

langsung oleh masyarakat. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari dibantu oleh

Perangkat Desa yang terdiri dari seorang Sekretaris Desa, 4 Kepala Dusun dan 4

Kepala Urusan. Wilayah Desa Malangan dibagi 4 Dusun yaitu, Dusun 1 yaitu

Dusun Malangan yang terdiri dari Dukuh Malangan (2 RW 5 RT) dan Dukuh

Mranggen (1 RW, 2 RT), Dusun 2 yaitu Dusun Gatak yang terdiri dari Dukuh Gatak

Page 51: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

2

(1 RW 2 RT) dan Dukuh Pundungsari (1 RW 2 RT), Dusun 3 yaitu Dusun

Gunungsudo yang terdiri dari Dukuh Ngoro-oro (1 RW 2 RT) dan Dukuh

Page 52: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

3

Gunungsudo (1 RW 3 RT), Dusun 4 yaitu Dusun Gunungan yang terdiri dari Dukuh

Gunungan (2 RW 4 RT).

B. Desa Puron

Desa Puron terletak diwilayah administrasi kecamatan Bulu, Kabupaten

Sukoharjo. Desa puron memiliki luas wilayah 2,4 km2 dan memiliko jmlah

penduduk 2.873 jiwa.Di desa Puron terdapat 5 dusun yaitu dusun Platar, Puron,

Sambiloto, nogo sasran, sumber mulyo dan tegal mulyo.

Secara geografis Desa Puron berbatasan dengan beberapa desa. Disebalah

utara berbatasan dengan Desa Malangan kecamatan Bulu, barat dengan Desa Lorog

kecamatan Tawangsari, selatan dengan Desa Pundungrejo kecamatan Tawangsari

dan Desa Kunden Kecamatan Bulu, timur dengan Desa Kunden dan Ngasinan

Kecamatan Bulu.

Warga Desa Puron memiliki beberapa profesi, diantaranya merantau kekota,

bercocoktanam, pegawai kanto, dan bekerja di bidang lainnya.

C. Desa Ngasinan

Ngasinan adalah desa di kecamatan Bulu, Sukoharjo, Jawa Tengah,

Indonesia. Desa Ngasinan adalah desa yang terletak di Kecamatan Bulu Kabupaten

Sukoharjo yang secara geografis terletak di bagian selatan dari Provinsi Jawa

Tengah yaitu terletak pada 7,745 LS dan 110,83 BT yang di sebelah utara

berbatasan dengan aliran sungan Bengawan Solo, di sebelah timur dengan Desa

Karangasem Kecamatan bulu dan Desa Lawu Kecamatan Nguter, di sebelah selatan

dengan Desa Bulu, Kecamatan Bulu, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa

Puron, Desa Malangan, Desa Lengking Kecamatan Bulu.

Page 53: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

4

Desa Ngasinan terbagi menjadi 4 dusun yaitu : Mloyo, Ngasinan, Kedung

Bathang dan Gampingan yang mana pada setiap distrik dusun dipimpin oleh

seorang Bayan (Kadus) yang bertanggung jawab kepada Kepala Desa (Kades).

Wilayah Desa Ngasinan terbagi menjadi 11 Rukun Warga (RW) dan 30 Rukun

Tetangga (RT). Desa Ngasinan sebagian besar adalah wilayah datar dengan

beberapa bukit kecil di beberapa wilayah seperti di wilayah Mloyo dan Gampingan

serta Pager Gunung. Selain itu Desa Ngasinan juga mempunyai wilayah

persawahan yang sebagian besar terletak di sebelah barat daerah permukiman

warga.

Desa Ngasinan mempunyai luas wilayah 3.79 km2 dengan jumlah penduduk

5.682 jiwa per 2011. Penduduk di Desa Ngasinan sebagian besar adalah pekerja

"boro" yang mengais rejeki di kota-kota besar seperti : Jakarta, Bandung, Surabaya

dan juga sebagian wilayah di luar pulau Jawa. Disamping itu profesi penduduk desa

sendiri adalah petani, tukang kayu dan batu serta sebagian diantaranya adalah

pekerja pada instansi - instansi pemerintah maupun swasta dan juga Pegawai Negeri

Sipil.

D. Desa Lengking

Desa Lengking terletak diwilayah administrasi kecamatan Bulu, Kabupaten

Sukoharjo. Desa puron memiliki luas wilayah 2,13 km2 dan memiliko jmlah

penduduk 3.613 jiwa.

Secara geografis Desa Lengking berbatasan dengan beberapa desa. Disebalah

utara berbatasan dengan Desa Tanjung kecamatan Nguter, barat dengan Desa

Kenteng kecamatan Tawangsari, selatan dengan Desa Malangan kecamatan Bulu,

timur dengan Desa Ngasinan Kecamatan Bulu.

Page 54: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

5

Warga Desa Lengking memiliki beberapa profesi, diantaranya merantau

kekota, bercocoktanam, pegawai kantor, dan bekerja di bidang lainnya.

4.1.2 Visi dan Misi Desa

4.1.1 Desa Malangan

Visi

Terwujudnya masyarakat desa yang aman, tertib, damai, sejahtera lahir dan

batin yang disokong oleh semua elemen masyarakat

Misi

1. Pemerataan pembangunan yang berkelanjutan;

2. Meningkatkan keamanan dan ketertiban di lingkungan masyarakat Desa

Malangan;

3. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat agar kebutuhannya

terpenuhi;

4. Mengupayakan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

masyarakat Desa Malangan yang bertumpu pada IPTEK dan IMTAQ

(Ilmu Pengetahuan Terknilogi serta Beriman dan Taqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa);

5. Mengupayakan terciptanya lapangan kerja dan peningkatan ekonomi

rakyat;

6. Meningkatkan peran dan kemampuan wanita dalam semua aspek

kehidupan;

7. Meningkatkan kesehatan lingkungan masyarakat Desa Malangan;

8. Meningkatkan produksi pertanian.

Page 55: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

6

4.1.2 Desa Puron

Visi

Bergotong-royong menciptakan desa yang sehat, aman, dan sejahtera serta

berprestasi dengan merangkul segala elemen desa, mulai pamong, PKK dan

masyarakat

Misi

1. Memberikan pelayanan prima kepada masyarakat;

2. Mengembangkan potensi desa melalui PKK;

3. Merangkul segala lapisan masyarakat untuk menciptakan keamanan

dengan mengedepankan toleransi;

4. Meningkatkan kesehatan masyarakat melali program posyandu;

5. Melakukan pemerataan pembangunan inrastruktur secara

berkelanjutan;

6. Meningkatkan produksi pertanian.

4.1.3 Desa Ngasinan

Visi

Unggul dalam kinerja berlandaskan taqwa dan jiwa Pancasila, beriman,

bermartabat, serta berbudaya

Misi

1. Melaksanakan kinerja secara efektif, optimal, sesuai potensi desa;

2. Menumbuhkan keunggulan desa secara intensif kepada warga desa;

3. Memberdayakan solidaritas agama yang dianut dan budaya masyarakat,

sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak

Page 56: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

7

4. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh elemen

masyarakat.

4.1.4 Desa Lengking

Visi

Hadir Lebih dekat untuk melayani masyarakat serta bersama masyarakat

melaksanakan pembangunan baik fisik maupun non fisik, menuju Desa Lengking

yang bermartabat, yang menjunjung tinggi nilai norma keagamaan dan norma

kehidupan dalam masyarakat

Misi

1. Mengoptimalkan penyelenggaraan pemerintah desa dengan

memberikan pelayanan kepada masyarakat secara efektif dan efisien,

tanpa membeda-bedakan;

2. Menciptakan kehidupan beragama yang lebih baik.

3. Bekerja sama dengan pihak-pihak terkait, melaksanakan dan

meningkatkan pembangunan infrastruktur yang ada di Wilayah Desa

Lengking;

4.1.3 Struktur Organisasi Desa

A. Desa Malangan

Desa Malangan dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang dipilih langsung

oleh masyarakat Desa Malangan bernama Maryatno, S.E. kepala desa dalam

penyelenggaraan administrasi desa dibantu oleh Sekretaris desa (Carik) yang

bertanggung jawab langsung kepada Kepala desa. Sekretaris Desa Malangan adalah

Edy Suyitno, S.E. sekretaris desa dibantu oleh 5 kaur yaitu Kaur Pemerintahan,

Page 57: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

8

Kaur Pembangunan, Kaur Kesra, Kaur Keuangan, dan Kaur Umum. Dalam bidang

pemerintahan Kepala Desa dibantu oleh 4 Kepala Dusun (Kadus/Bayan). Struktur

organisasi kantor Desa Malangan terlampir.

B. Desa Puron

Desa Puron dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang dipilih langsung oleh

masyarakat Desa Puron bernama Wahyu Riyanto. kepala desa dalam

penyelenggaraan administrasi desa dibantu oleh Sekretaris desa (Carik) yang

bertanggung jawab langsung kepada Kepala desa. Sekretaris Desa Malangan adalah

Sukimin. sekretaris desa dibantu oleh 5 kaur yaitu Kaur Pemerintahan, Kaur

Pembangunan, Kaur Kesra, Kaur Keuangan, dan Kaur Umum. Dalam bidang

pemerintahan Kepala Desa dibantu oleh 4 Kepala Dusun (Kadus/Bayan). Struktur

organisasi kantor Desa Puron terlampir.

C. Desa Ngasinan

Desa Ngasinan dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang dipilih langsung

oleh masyarakat Desa Ngasinan bernama Ibnu Wiyatno kepala desa dalam

penyelenggaraan administrasi desa dibantu oleh Sekretaris desa (Carik) yang

bertanggung jawab langsung kepada Kepala desa. sekretaris desa dibantu oleh 5

kaur yaitu Kaur Pemerintahan, Kaur Pembangunan, Kaur Kesra, Kaur Keuangan,

dan Kaur Umum. Dalam bidang pemerintahan Kepala Desa dibantu oleh 4 Kepala

Dusun (Kadus/Bayan). Struktur organisasi kantor Desa Ngasinan terlampir.

D. Desa Lengking

Desa Lengking dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang dipilih langsung

oleh masyarakat Desa Lengking bernama Mulyanto kepala desa dalam

penyelenggaraan administrasi desa dibantu oleh Sekretaris desa (Carik) yang

bertanggung jawab langsung kepada Kepala desa. Sekretaris Desa Malangan adalah

Page 58: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

9

Sutrisno. sekretaris desa dibantu oleh 5 kaur yaitu Kaur Pemerintahan, Kaur

Pembangunan, Kaur Kesra, Kaur Keuangan, dan Kaur Umum. Dalam bidang

pemerintahan Kepala Desa dibantu oleh 4 Kepala Dusun (Kadus/Bayan). Struktur

organisasi kantor Desa Lengking terlampir.

4.1.4 Tupoksi Pamong Desa

Tugas Wewenang dan Kewajiban Perangkat Desa menurut Peraturan

Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 4 tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan

Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa secara garis besar, secera lengkap

disampaikan di lampiran.

a. Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan pemerintahan,

pembangunan, dan kemasyarakatan;

b. Sekretaris desa bertugas mengkoordinasikan penyusunan program kerja,

evaluasi dan pelaporan;

c. Kepala Urusan Pemerintahan bertugas melaksanakan kegiatan

administrasi kependudukan dan catatan sipil;

d. Kepala Urusan Pembangunan bertugas merencanakan pelaksanaan

pembangunan, menjaga dan memelihara prasarana fisik di lingkungan

Desa;

e. Kepala Urusan Keuangan bertugas mengelola administrasi keuangan

Desa;

Page 59: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

10

f. Kepala Urusan Kesejahteraan Masyarakat bertugas melakukan

pembinaan organisasi pemuda, organisasi kemasyarakatan, melakukan

bimbingan keagamaan dan kerukunan umat beragama;

g. Kepala Urusan Umum bertugas melakukan urusan surat – menyurat,

menyimpan, memelihara dan menemukan kembali asip-arsip kantor;

h. Kepala Dusun bertugas membantu pelaksanaan tugas Kepala Desa di

wilayahnya;

4.2 Hasil dan Pembahasan

Keseluruhan data maupun kegiatan yang dilakukan para pamong desa di

Kecamatan Bulu akan disajikan dalam bentuk uraian deskripsi. Hal ini bertujuan

untuk mempermudah proses interpretasi data dan pemahaman terhadap hasil

penelitian.

Penelitian dilakukan mulai tanggal 28 Septemben 2015 – 28 November 2015.

Proses penelitian diawali dengan melakukan pengamatan (observasi) terhadap

kegiatan - kegiatan yang ada di kantor-kantor kelurahan yang dijadikan sampel.

Hasil observasi didokumentasikan dalam bentuk foto dan catatan lapanagan yang

selanjutnya dilakukan pengkodean. Selain melakukan pengamatan peneliti juga

melakukan wawancara dengan pamong kantor Desa yang dianggap berkompeten

pada bidang yang diteliti. Hasil wawancara tersebut didokumentasiakan dalam

bentuk rekaman selanjutnya dilakukan pengkodean.

Page 60: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

11

4.2.1 Hasil Penelitian

Tugas Pamong Desa

Tugas utama pamong desa adalah melayani masyarakat. Pelayanan

masyarakat oleh pamong desa dibagi menjadi dua, yaitu tugas administratif dan

tugas kewilayahan. Pembagian tersebut berdasarkan pada setiap jabatan yang

diemban oleh Pamong desa seperti yang tercantum pada Peraturan Daerah

Kabupaten Sukoharjo Nomor 4 tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan

Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa. Pamong Desa bertanggung jawab

langsung pada Kepala Desa.

Tugas administrasi para Pamong Desa meliputi pelayanan masyarakat

mengenai bidang administrasi di dalam kantor. Tugas administrasi meliputi :

4.2.1.1.1 Kepala desa

Kepala desa bertugas untuk menyelengarakan pemerintahan, pembangunan,

dan kemasyarakatan. Kepala Desa Menyelenggarakan pemerintahan desa meliputi

memimpin penyelenggaraan pemerintah desa berdasarkan kebijakan yang

ditetapkan BPD. Kepala desa melakukan tugasnya senantiasa memperhatikan

ketetapan BPD. Memperhatikan ketetapan BPD merupakan salah satu bentuk

penerapan demokrasi di tingkat desa.

Kepala desa bertugas mengajukan rancangan peraturan desa kepada BPD

untuk selanjutnya akan dimusyawarahkan. Setelah dicapai kesepakatan dengan

BPD maka Kepala Desa akan menetapkan peraturan tersebut.

Tugas Kepala desa dalam memimpin penyelenggaraan desa selanjutnya

adalan menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa

untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD. Jadi setiap keputusan yang diambil

Page 61: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

12

oleh Kepala desa mengenai penyelenggaraan Pemerintahan Desa melalui tahapan

musyawarah dengan BPD. Kepala desa melakukan itu karena kepala desa ingin

mendengarkan setiap suara masyarakatnya melalui BPD. Kepala desa juga harus

mengontrol dan bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan desa agar anggaran

yang dibuat dapat maksimal.

Dalam pelaksanaan pembangunan Kepala Desa bertugas untuk

mengkoordinasikan pembangunan desa secara parsitipatif. Kepala desa

memberdayakan masyarakat untuk melakukan pembangunan di lingkungan desa.

Dalam pembangunan desa, kepala desa memperhatikan potensi desa yang dimiliki.

Kepala Desa bertugas untuk mendorong pembangunan infrastruktur di desa untuk

memakmurkan masyarakatnya.

Tugas kepala desa di bidang kemasyarakatan adalah membina kehidupan

masyarakat desa agar menjadi lebih baik. Tugas kemasyarakatan Kepala desa

memiliki arti yang luas. Kepala Desa harus menjadi suritauladan yang baik untuk

masyarakatnya, mendamaikan jika terdapat persilisihan pada masyarakatnya dan

mencarikan jalan keluar yang baik.

4.2.1.1.2 Sekretaris Desa

Tugas Sekretaris Desa sebagian besar adalah urusan rumah tangga desa.

Tugas – tugas Sekretaris Desa meliputi mengkoordinasikan penyusunan, evaluasi

dan pelaporan program kerja bersama Kepala Desa, melakukan pengelolaan

kekayaan/asset desa sesuai dengan tujuan desa, dan melaksanakan administrasi

Page 62: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

13

untuk bagian pemerintahan, pembangunan, keuangan, kesejahteraan masyarakat

dan umum.

4.2.1.1.3 Kepala Urusan Pemerintahan

Tugas Kepala Urusan Pemerintahan adalah membantu tugas Sekretaris Desa

pada urusan pemerintahan. Tugas dari Kepala Urusan Pemerintahan meliputi

melakukan pembinaan wilayah dan masyarakat, melakukan kegiatan administrasi

pertanahan, melaksanakan kegiatan administrasi kependudukan dan catatan sipil.

4.2.1.1.4 Kepala Urusan Pembangunan

Tugas Kepala Urusan Pembangunan adalah membantu tugas Sekretaris Desa

pada urusan pembangunan. Tugas dari Kepala Urusan Pembangunan adalah untuk

merencanakan pelaksanaan pembangunan, menjaga dan memelihara prasarana fisik

di lingkungan Desa, melakukan pelayanan masyarakat di bidang pembangunan dan

perekonomian masyarakat, melaksanakan bimbingan kepada pengusaha ekonomi

lemah, koperasi dan kegiatan perekonomian lainnya, melakukan kegiatan untuk

meningkatkan swadaya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan.

Kepala Urusan Pembangunan harus merencanakan pembangunan yang

berkelanjutan dan partisipatif. Pembangunan yang menunjang kemajuan desa agar

lebih makmur adalah tujuan.

4.2.1.1.5 Kepala Urusan Keuangan

Tugas Kepala Urusan Keuangan adalah membantu tugas Sekretaris Desa

pada urusan Keuangan. Tugas Kepala Urusan Keuangan adalah mengelola

administrasi keuangan Desa dengan transparan, menerima, menyimpan,

mengeluarkan dana atas persetujuan dan seijin Kepata Desa, membuktikan dan

mempertanggungjawabkan keuangan Desa, mengendalikan pelaksanaan Anggaran

Page 63: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

14

Pedapatan dan Belanja Desa, melakukan tugas-tugas kedinasan di luar urusan

keuangan yang di berikan oleh Kepala Desa.

4.2.1.1.6 Kepala Urusan Kesejahteraan Masyarakat

Tugas Kepala Urusan Kesejahteraan Masyarakat adalah membantu tugas

Sekretaris Desa pada urusan Kesejahteraan Masyarakat. Tugas dari Kepala Urusan

Kesejahteraan Masyarakat adalah melakukan pembinaan organisasi pemuda,

organisasi kemasyarakatan lainnya, melakukan bimbingan keagamaan dan

kerukunan umat beragama, melakukan bimbingan hidup sehat dan keluarga

berencana, melakukan kegiatan penyuluhan, kursus, pelatihan dan pendidikan

lainnya;

4.2.1.1.7 Kepala Urusan Umum

Tugas Kepala Urusan Umum adalah membantu tugas Sekretaris Desa pada

urusan yang umum meliputi melakukan urusan surat – menyurat, menyimpan,

memelihara dan menemukan kembali asip-arsip kantor, merencanakan,

mengadakan dan memelihara inventaris Desa, mempersiapkan sarana

rapat/pertemuan, upacara resmi dan lain-lain.

4.2.1.1.8 Kepala Dusun

Kepala Dususn berkedudukan sebagai pelaksana tugas Kepala Desa di bagian

wilayah Desa. Tugas Kepala Dusun adalah membantu pelaksanaan tugas Kepala

Desa di wilayahnya, melaksanakan tugas pemerintah di bidang pembangunan dan

kemasyarakatan serta ketentraman dan ketertiban di wilayah kerja, melaksanakan

keputusan dan kebijakan Kepala Desa, Membantu Kepala Desa dalam kegiatan

pembinaan kerukunan warga di wilayahnya, membina dan meningkatkan swadaya

gotong-royong masyarakat di wilayahnya, melakukan penyuluhan program

Page 64: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

15

pemerintahan di wilayahnya, memelihara dan mengembangkan adat istiadat yang

berlaku di wilayahnya.

Budaya Jawa yang dipraktekkan oleh Pamong Desa

Dalam melaksanakan tugas sebagai pamong desa, mereka akan melakukan

tugas sesuai dengan budaya organisasi yang ada Kantor Desa tempatnya bekerja.

Para pamong pasti juga akan terpengaruh oleh budaya mereka sehari – hari. Semua

itu terjadi karena menurut Hostede budaya pada suatu organisasi dipengaruhi oleh

budaya lokal yang dimiliki oleh anggotanya (Luthans & Doh, 2014). Maka para

pamong desa Malangan, Puron, Ngasinan dan Lengking Kecamatan Bulu

Kabupaten Sukoharjo menerapkan budaya lokal yang melekat pada kesehariannya

yaitu budaya jawa.

Budaya jawa berpengaruh secara signifikan terhadap budaya organisasi yang

diterapkan pada pamong desa se-Kecamatan Bulu, Kabupaten Sukoharjo. Dalam

penerapannya ada beberapa budya jawa yang masih diterapkan di kantor desa –

kantor desa di Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Budaya budaya ini masih

diterapkan oleh para pamong desa karena budaya jawa dapat menjadi jawaban atas

segala permasalahan yang dihadapi oleh pamong desa. Mulai dari permasalahan

yang sederhana seperti ketika ada pamong yang izin tidak masuk sampai kemasalah

kompleks yang terjadi. Budaya jawa yang diterapkan oleh pamong desa dapat

tercermin pada aspek dibawah ini:

a. Kepemimpinan

b. Etos Kerja

c. Hubungan Antar Pamong

d. Punishment

Page 65: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

16

4.2.1.2.1 Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan sesuatu yang penting dalam sebuah organisasi.

Seorang pemimpin memiliki karakteristik yang berbeda – beda. Pada masyarakat

jawa terdapat falsafah atau nilai ketaladanan dalam proses kepamimpinan. Fasafah

itu adalah Falsafah Asta Brata (Asta=Delapan,Brata=Keutamaan), yakni delapan

sikap atau anjuran tentang kepemimpinan Jawa (Fananie, 2005). Falsafah ini

mengangkat sifat positif dari simbol - simbol alam yang berupa: Surya, Candra,

Kartika, Angkasa, Maruta, Baruna, Dahana, dan Bumi. Penjelasannya

a. Laku Hambeging Surya (Matahari)

Laku artinya bertindak, hambeg artinya watak/sifat. Pemimpin

hendaknya memiliki sifat – sifat seperti matahari yang mampu

memberikan penerangan, semangat, dan kekuatan pada kehidupan yang

penuh dinamika dan sebagai sumber energi.

b. Laku Hambeging Candra (Bulan)

Pemimpin hendaknya memiliki sifat – sifat seperti bulan yaitu

mempu memberikan pencerahan bagi rakyatnya yang berada dalam

kebodohan dan kesusahan dan menampilkan wajah yang penuh

kesejukan dan penuh simpati dan empati.

c. Laku Hambeging Kartika (Bintang)

Pemimpin hendaknya memiliki sifat – sifat seperti bintang yaitu

memancarkan sinar kemilau, berada ditempat yang tinggi sehingga

dapat dijadikan untuk petunjuk arah, sehingga seorang pemimpin

hendaknya menjadi teladan untuk berbuat kebaikan.

Page 66: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

17

d. Laku Hambeging Angkasa (Langit)

Pemimpin hendaknya memiliki sifat – sifat seperti langit yaitu luas

tak terbatas, hingga dapat menampung apa saja yang datang kepadanya.

Prinsip seorang pemimpin hendaknya mempunyai ketulusan batin dan

kemampuan mengendalikan diri dalam menampung pendapat rakyat

yang bermacam – macam.

e. Laku Hambeging Maruta (Angin)

Pemimpin hendaknya memiliki sifat – sifat seperti angina yaitu

selalu ada dimana – mana tanpa membedakan tempat serta selalu

mengisi semua ruang yang kosong. Seorang pemimpin hendaknya

selelu dekat dengan rakyat, tanpa membedakan derajat dan

martabatnya.

f. Laku Hambeging Samudra (Laut)

Pemimpin hendaknya memiliki sifat – sifat seperti laut yaitu

betapapun luasnya, permukaannya selalu datar dan bersifat sejuk

menyegarkan. Pemimpin hendaknya bersifat kasih sayang terhadap

rakyatnya.

g. Laku Hambeging Dahana (Api)

Pemimpin hendaknya memiliki sifat – sifat seperti api yaitu

mempunyai kemampuan membakar semua yang bersentuhan

dengannya. Seorang pemimpin hendaknya berwibawa dan berani

menegakkan kebenaran secara tegas dan tanpa pandang bulu.

Page 67: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

18

h. Laku Hambeging Bumi (Bumi/Tanah)

Pemimpin hendaknya memiliki sifat – sifat seperti bumi atau tanah

yaitu bersifat kuat dan murah hati. Selalu memberikan hasil kepada

yang merawatnya. Pemimpin hendaknya bermurah hati (melayani)

pada rakyatnya untuk tidak mengecewakan kepercayaan yang diberikan

oleh rakyatnya.

Menilik dari falsafah asta brata yang dijelaskan diatas, seorang pemimpin

yang memegang teguh budaya jawa hendaknya senantiasa mengangkat harkat dan

martabat kemanusiaan. Proses kepemimpinan dalam konteks menuju kedewasaan

dimulai dari pola instruksional (leadership by power), dan berlanjut pada pola

keteladanan (leadership by sample) dan akhirnya deperlukan pola kepemimpinan

yang mendukung dan pemberian contoh ketika keteladanan lebih mengemuka.

Dengan begitu, Seorang pemimpin yang memegang teguh budaya jawa dalam

memimpin organisasi memiliki sifat sebagai berikut:

a. Memberi suritauladan yang baik

Dalam budaya jawa ketika menjadi seorang pemimpin haruslah memberi

suritauladan yang baik. Memberi tauladan yang baik adalah memberikan contoh

yang baik kepada bawahannya. Dengan memberi suri tauladan yang baik kepada

bawahanya maka diharapkan para bawahannya akan mencontoh hal – hal baik yang

telah dilakukan oleh kepala desa ataupun para pamong desa terhadap masyarakat.

Kepala desa sebagai pemimpin Desa memberikan katauladanan melalui hal – hal

kecil seperti dengan menjaga kebersihan dan tanggap terhadap masalah yang

dihadapi akan senantiasa meningkatkan kinerja para pamongnya. Para Pamong

Page 68: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

19

Desa akan memberikan timbal balik yang baik dengan keteladanan yang diberikan

oleh Kepala Desa. Seperti yang dijelaskan oleh Bayan Malangan sebagai berikut:

“Justru Pak Lurah kita ini agak istimewa saya kira,dibandingkan Lurah yang lain.

Kadang-kadang beliau itu justru, missal di hari biasa seperti melihat keadaan, kan

waktu ini kan pas musim kemarau jadi kelihatannya bersih mas. Tetapi, waktu

musim penghujan kan rumput tumbuh dimana-mana. Kadang-kadang kita itu malah

kurang peduli. Terkadang Pak Lurah itu langsung ambil cangkul apa sabit. Nah

ketika itu, kita-kita yang tau langsung (membantu). Kita kan ndak enak sama Pak

Lurah. Pak Lurah saja bersih-bersih. Masak iya kita diam saja. Seperti ketika Pak

Lurah menyapu ya kita kalau tau pasti diminta. Tapi juga kadang Pak Lurah juga

tidak boleh. “ora usah muk nyapu semene wae kok, koyo gawean abot wae”

begitu.”(Suparno, 2015)

Penjelasan dari Bayan Malangan Bapak Suparno menjelaskan bahwa seorang

pemimpin harus memberikan suritauladan yang baik. Dengan begitu secara

sendirinya para pamong desa akan mencontoh apa yang sudah dicontohkan oleh

Bapak Kepala Desa. Penyataan itu diperkuat dengan pernyataan selanjutnya oleh

Bapak Suparno:

“Beliau punya keteladanan, memberikan contoh sebelum memerintah dan

seharusnya besok-besok sebelum Pak Lurah turun tangan kita sebagai pamong harus

tanggap.” (Suparno, 2015)

Begitu pula yang terjadi ketika para pamong Desa dijadikan tauladan atau

contoh bagi para masyarakat. Masyarakat akan senantiasa mencontoh apa yang para

pamong lakukan dan untuk kedepannya masyarakat akan dengan sendirinya

melakukan apa yang sudah dicontohkan oleh para Pamong Desa. Seperti yang

dijelaskan oleh Bayan Ngasinan Bapak Sarmin:

“Kalau di masyaralat jawa jika pimpinannya baik maka yang dipimpin akan ikut

baik juga, itu semua karena adanya keteladanan yang baik dan disertai sifat ewuh

perkewuh yang dimiliki masyarakat jawa. Contohnya mas, jika kita sebagai Pamong

Desa menjaga kebersihan disekitar rumah kita, maka para masyarakat akan

mengikuti. Mosok yo ora isin karo pak bayan, omahe pak bayan we resik mosok

awak e dewe ora isin.”(Sarmin, 2015)

Page 69: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

20

Keteladanan sangat penting dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuan

organisasi tersebut. Dengan memberikan keteladanan sebagai seorang pemimpin,

Kepala Desa maupun para Pamong Desa dapat saling bersinergi dengan untuk

memberikan pelayanan yang prima terhadap masyarakat sehingga keefektifan

organisasi tercapai.

b. Mengayomi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Mengayomi berarti melindungi.

Seorang pamong desa bertugas untuk melayani masyarakat, selain itu mereka harus

senantiasa mengayomi masyarakatnya. Pamong desa harus memberikan rasa

nyaman terhadap masyarakat yang meminta pelayanan. Dengan berusaha

mengayomi masyarakat maka tugas – tugas para pamong desa akan lebih mudah.

Seperti yang sudah dijalaskan oleh Kepala Desa Malangan Bapak Maryatno seperti

berikut:

”Tapi perangkat desa sebenarnya pada umumnya di wilayah-wilayah desa seperti

khususnya di Desa Malangan ini tetep dia harus ada di kantor, karena apabila ada

warganya yang datang ke kantor desa, warganya merasa diayomi. oh pak Bayan ada,

itu kan sedikit banyak yang menumbuhkan rasa kepercayaan diri masyarakat. Jadi

masyarakat yang dating ke balai Desa atau kantor Desa itu tidak ada rasa gek engko

kepiye, gek engko menghadap sinten, perkewuh berubah menjadi

biasa.”(Maryatno,2015)

Dengan adanaya kepala setiap dusun di kantor desa maka masyarakat yang

akan meminta pelayanan, tahu kepada siapa mereka menghadap dan tidak was –

was lagi ketika mereka ke kantor desa. Dengan memberikan pengayoman terhadap

masyarakat dan juga Kepala Desa terhadap para pamong maka tugas melayani

masyarakat akan prima.

Page 70: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

21

4.2.1.2.2 Etos Kerja

Etos adalah sikap yang mendasar terhadap diri dan dunia yang dipancarkan

hidup. Menurut Geertz (1983) Sikap disini digambarkan sebagai prinsip masing-

masing individu yang sudah menjadi keyakinannya dalam mengambil keputusan

(Abdullah, 1986). Jadi Etos kerja adalah sebuah prinsip masing – masing individu

yang sudah menjadi keyakinan dalam melakukan sebuah pekerjaan. Prinsip disini

adalah sebuah prinsip yang digunakan pamong kerja dalam melakukan

pekerjaannya. Dalam melakukan pekerjaannya masyarakat jawa mengenal

beberapa etos kerja yang juga diterapkan oleh para pamong desa. Budaya tersebut

adalah:

a. Gotong royong

Masyarakat jawa terkenal memiliki etos kerja dengan gotong royong.

Bergotong royong adalah melakukan sebuah kegiatan bersama – sama agar

kegiatan itu menjadi lebih ringan. Gotong royong menjadi ciri dari masyarakat jawa

karena pada dasarnya masyarakat jawa sudah mempunyai dasar yang luhur.

Masyarakat jawa itu adalah masyarakat yang saling menghargai dan saling tolong

menolong. Penyataan itu disampaikan oleh Kepala Dusun Desa Puron Bapak Eko

sebagai berikut:

“Orang jawa itu saling meghargai dan saling tolong menolong antar sesama.” (Eko,

2015)

Tidak hanya saling menghargai dan tolong – menolong, ciri pokok

masyarakat jawa juga dengan adanya rembuk (diskusi) dalam menyelesaikan

masalah. Penyetaan tersebut juga disampaikan oleh Kepala Dusun Desa Puron

Bapak Eko sebagai berikut:

Page 71: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

22

“Yang menjadi ciri orang jawa itu kan adanya rembuk mas. Kesepakatan bersama

untuk menyelesaikan masalah.” (Eko, 2015)

Dalam kegitan pada kantor desa, para pamong melakukan gotong royong

dalam melakukan tugasnya dalam melayani masyarakat. Budaya gotong royong

dipegang teguh oleh para pamong desa. Seperti yang dikatakan oleh Kapala Desa

Malangan Bapak Maryatno sebagai berikut:

“kalau di sini tidak bisa seperti itu mas. Gotong royong sangat dipegang teguh.”

(Maryatno, 2015)

Di Desa Malangan gotong royong masih dipegang teguh itu di kuatkan

dengan pernyataan Kepala Dusun Malangan Bapak Suparno seperti berikut:

“Gotong royong saling kerja sama kalau di kantor kelurahan seperti ini khususnya

di desa malangan itu masih lumayan bagus.”(Suparno,2015)

Begitu juga yang dilakukan di Desa Puron gotong royong masih dilakukan

dengan baik, disampaikan juga bahwa gotong adalah suatu hal yang pokok untuk

masyarakat jawa. Dengan prinsipnya sedoyo mukti sedoyo pati, yang artinya kalau

ada kesulitan mari kita kerjakan bersama untuk menyelesaikannya dan kalau ada

kebaikannya kita nikmati bersama. Pernyataan itu disampaikan oleh Kepala Dusun

Puron Bapak Eko seperti berikut:

“Yang namanya gotong royong untuk orang jawa itu adalah hal yang pokok mas.

Untuk di desa puron namanya satu instansi kita adalah satu keluarga ya satu tim.

Prinsipnya disini begini mas sedoyo mukti sedoyo pati, yang artinya kalau ada

kesulitan mari kita kerjakan bersama untuk menyelesaikannya dan kalau ada

kebaikannya kita nikmati bersama.”(Eko, 2015)

Bapak Kepala Desa Malangan juga memperjelas lagi jika sebenarnya

Pemerintah Desa itu dibagi menjadi dua, yaitu bagian kewilayahan dan

administrasi. Tetapi dalam prakteknya dilakukan secara bersama – sama sesuai

porsinya.

Page 72: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

23

“Sebenarnya rumah tangga di pemerintahan Desa ada dua. Bagian kewilayahan dan

bagian administrasi. Tetapi dalam prakteknya yang mana bisa kita lakukan ya ayo

kita lakukan bersama.”(Maryatno, 2015)

Gotong royong adalah budaya yang sudah turun temurun dilakukan oleh

masyarakat jawa. Gotong royong dilakukan dalam berbagai hal. Hal tersebut masih

diuri – uri (dijaga) sampai sekarang. Dengan bergotong royong pekerjaan akan

lebih ringan dan efektif. Semua itu didukung oleh pernyataan Kepala Dusun

Ngasinan Bapak Sarmin berikut:

“Orang jaman dulu dari jaman dahulu sudah suka melakukan gotong royong,

misalnya membangun rumah tidak bisa sendiri maka dilakukan bersama sama

dengan tetangga, dan sampai sekarang budaya itu masih berlangsung di masyarakat.”

(sarmin, 2015)

Kegiatan gotong royong sangat banyak sekali manfaatnya. Dengan

melakukan gotong royong pelayanan masyarakat menjadi lebih efektif. Tidak ada

pelayanan masyarakat yang terbengkalai.

b. Alon – alon penting kelakon

Budaya alon alon asal kelakon adalah budaya dimana masyarakat jawa

melakukan suatu kegiatan dengan pelan – pelan. Pelan – pelan disini bukan dalam

artian lelet melainkan dengan hati – hati dengan penuh perhitungan dan

pertimbangan. Filosofi masyarakat jawa ini berisikan pesan tentang keamanan dan

keselamatan. Filosofi ini mengisyaratkan tentang kehati – hatian, waspada,

istiqomah, keuletan, dan yang jelas tentang bagaimana agar segala sesuatu tetap

selamat sampai tujuannya (Sumodiningrat & Wulandari, 2013). Dengan filosofi

alon – alon waton kelakon pekerjaan yang dilakukan akan mendapat hasil yang

maksimal dan sesuai keinginan. Sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Kepala

Dusun Ngasinan Bapak Ngadimin berikut:

Page 73: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

24

“Tapi kalau orang jawa itu ada suatu istilah ngremet-ngremet asal slamet tetapi

hasilnya kalau dibandingkan dengan statement orang lain akan juga beda hasilnya.

Yang lain secara tidak langsung kalau menurut pengalaman saya mereka yang alon-

alon tetapi nanti juga selesai pada tujuan itu lebih baik dari pada yang mereka hanya

duduk manis tidak punya suatu etos kerja yang ada kemauan sekalipun hanya pelan-

pelan.”(Ngadimin, 2015)

Para pamong desa juga seperti itu dalam melaksanakan tugas dan

kewajibannya dalam melayani masyarakat. Mereka teliti dan tekun dalam melayani

masyarakat. Dengan begitu tugas yang dikerjakan akan terselesaikan dengan baik

dan optimal.

c. Tanggungjawab

Selain tugas secara struktural yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten

Sukoharjo Nomor 4 tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Organisasi dan Tata

Kerja Pemerintah Desa. Pamong Desa bertanggung jawab langsung pada Kepala

Desa, pamong desa juga memiliki tanggungjawab kemasyarakatan yang bersifat tak

tertulis.

Tanggungjawab kemasyarakatan dilakukan dalam rangka untuk mengayomi

masyarakat. Tanggungjawab ini meliputi membantu ketika ada masyarakat yang

sakit untuk mencari rujukan, mencarikan dokumen yang dibutuhkan untuk

masyarakat yang sakit dan kurang mampu, among tamu (mempersilahkan tamu

pada sebuah perjamuan pernikahan), memento mengurusi ketika ada warga yang

meninggal. Dengan segala tanggungjawabnya dapat dikatakan bahwa Pamong Desa

bekerja 24 jam, setiap masyarakat desa membutuhkan pelayanan maka Pamong

Desa siap malayaninya. Itu sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Bayan Malangan

Bapak Suparno sebagai berikut:

“Bisa dibilang iya mas, kita bisa bekerja selama 24 jam. tetapi itu tidak selalu terjadi

setiap hari. Jelas benar. Siapapun pamongnya ya ketika masyarakat meminta

pelayanan bahkan jam dua malam pun kalau memang itu dibutuhkan pamong ndak

bisa menolak.”(Suparno, 2015)

Page 74: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

25

Jadi setiap pamong desa harus siap sedia ketika dibutuhkan masyarakat

kapanpun. Sehingga tanggungjawab yang dimiliki pamong desa sangat dipegang

teguh untuk dilaksanakan sebaik mungkin.

4.2.1.2.3 Hubungan antar pamong

Dalam sebuah organisasi pasti terjadi interaksi antar anggotanya. Maka dari

itu terjadi hubungan antar anggota organisasi tersebut. Pada kantor desa juga terjadi

antara hubungan antar pamong desa. Ada beberapa cerminan budaya jawa yang

mendasari hubungan antara para pamong desa. Budaya jawa tersebut antara lain:

a. Tepa slira

Tepa slira berarti mengukur atau menimbang segala sesuatu menurut diri kita

(Sumodiningrat & Wulandari, 2013). Segala sesuatu yang ada di alam ini teratur

dalam sebuah keselarasan yang timbal balik. Apa bila kita senang jika kita

diperlakukan dengan baik, maka kita juga harus memulai memerlakukan orang lain

dengan baik. Sebagai contoh jika kita tidak suka dicubit, maka jangan mencubit

orang lain. Apa saja yang membuat kita senang kita harus melakukan kepada orang

lain dan apa saja yang kita tidak suka maka jangan kita lakukan kepada orang lain

(Sumodiningrat & Wulandari, 2013). Semua itu juga sesuai dengan apa yang

dikatakan oleh Kepala Dusun Puron Bapak Eko sebagai berikut:

“Orang jawa itu sikapnya luwes mas. Jadi mau dia itu mau bagaimana sing

penting tidak merugikan orang lain dan menghargai oranglain, tradisi jawa

kan seperti itu. Yen di jiwit kie loro yo ojo njiwit kan tradisinya seperti itu.” (Eko,2015)

Budaya jawa adalah budaya yang luhur, dalam budaya jawa mengajarkan

bahwa kita harus menempatkan diri kita terhadap orang lain. Dalam budaya jawa

Page 75: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

26

kita diajarkan untuk menghargai orang lain sebagai mana mestinya. Seperti yang

disampaikan oleh Bapak Sarmin berikut:

“Dalam istilah jawa nguwongke uwong yang artinya menghargai orang lain sebagai

mana mestinya.” (sarmin, 2015)

Sebagai orang jawa kita harus saling menghargai, itulah pokok inti dari tepa

slira. Budaya tersebut dijaga dan masih diterapkan oleh masyarakat jawa sampai

sekarang. Tepa slira masih dijaga dengan kuat di kalangan para pamong. Seperti

yang dikatakan oleh Kepala Desa Malangan tentang budaya jawa apa saja yang

masih diterapkan oleh para pamong desa Se-kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo

sebgai berikut:

“Ya misalnya ada budaya tepa slira, gotong royong, itukan kerja sama yang baik

dalam pemerintahan desa. Itukan sangat perlu. Jadinya gotong royong itu sendiri

terus tepo sliro, tepo sliro itu saling menghargai kinerja orang lain, saling asah, saling

asih, saling asuh itu kan harus dimiliki oleh sesama perangkat.” (Maryatno, 2015)

Dalam penerapannya tepa slira adalah budaya yang baik. Degan menerapkan

tepa slira keadaan dalam organisasi akan lebih kondusif. Hubungan antara atasan

dan bawahan akan berjalan dengan baik. Bawahan akan merasa tidak enak ketika

mereka tidak memberikan yang terbaik dalam melakukan pekerjaannya. Seperti

yang dijelaskan oleh Bapak Kepala Dusun Lengking, Bapak Sarmin berikut:

“Tepo sliro dalam penerapannya itu baik mas. Dalam penerapannya akan selelu

beriringanan dengan rasa ewuh perkewuh mas. Jadi rasa menghormati terhadap

orang yang lebih tua atau yang jabatannya lebih tinggi itu berdampak positif. Bagi

yang menjadi bawahan akan menghormati dan mencontoh sesuatu yang baik yang

dilakukan atasan. Dan atasan pun akan ewuh atau isin sendiri mas sama bawahannya

kalu kalau atasan itu akan melakukan kesalahan.” (Sarmin, 2015)

Budaya tepa slira adalah budaya yang baik. Tepa slira membuat hubungan

dalam organisasi menjadi stabil. Hubungan timbal balik antar pamong desa berjalan

Page 76: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

27

dengan baik dengan adanya budaya tepa slira. Dengan demikin budaya tepa slira

memberikan dampak positif jika diterapkan pada sebuah organisasi.

b. Ewuh pakewuh

Ewuh perkewuh adalah norma yang tidak tertulis namun sudah merekat erat

dengan kehidupan masyarakat jawa. Ewuh dalam Bahasa sansekerta berarti “repot”

sedangkan pakewuh berarti tidak enak perasaan (Purwadi & Purnomo, 2008). Ewuh

pakewuh masih senantiasa dipraktikan oleh masyarakat jawa. Masyarakat jawa juga

harus menjaga budaya ewuh pakewuh. Kalau tidak menjaga ewuh pakewuh

masyarakat jawa akan kehilangan jawanya. Hal ini di sampaikan oleh Bapak

Ngadimin sebagai berikut:

“Orang jawa itu jangan meninggalkan budayanya. Kalau budaya ditinggalkan orang

jawa akan kehilangan jawanya. Mereka tidak lagi mengenal tepo sliro, unggah

ungguh, ewuh perkewuh. Seharusnya dalam kegiatan sehari hari masyarakat jawa itu

harus menjaga gotong royong, kerukunan dan toleransi.” (Ngadimin,2015)

Selanjutnya, disampaikan juga oleh Bapak Sarmin dibawah ini bahwa dengan

penerapan budaya ewuh pakewuh pada pamong desa diharapkan pamong desa dapat

dijadikan contoh untuk masyarakat dan antar pamong sendiri.

“Bepegang teguh pada profesionalisme itu sudah tentu dalam melaksanakan tugas.

Karena kita bekerja di lingkungan orang jawa yang masih kental dengan budaya

jawa. Namun dalam penerapannya jadi penerapannya kita tidak meninggalkan

budaya jawa yang masih kental di masyarakat. Seperti budaya ewuh perkewuh dan

menciptakan keteladanan jadi disamping profesionalisme bekerja kita menciptakan

keteladanan yang baik untuk masyarakat. Maka dengan adanya budaya ewuh

perkewuh maka masyarakat dapat meneladani apa yang kita contohkan karena

merasa ewuh atau malu kepada para pamong yang memberi keteladanan. Begitu juga

yang terjadi pada kantor desa mas.” (Sarmin,2015)

Jadi penerapan ewuh pakewuh dapat menciptakan atmosfer yang baik bagi

pamong desa. Dengan berusaha tidak merepotkan antar pamong dan memberikan

contoh yang baik agar dapat dicontoh oleh pamong yang lain dan juga oleh

masyarakat.

Page 77: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

28

4.2.1.2.4 Punishment

Dalam sebuah organisasi pasti ada sebuah sistem pengendalian pegawai agar

pegawainya tidak seenaknya sendiri. Bagaimana para pamong desa menanggulangi

pelanggaran peraturan, dalam kantor desa.

a. Pendekatan personal

Dalam penanganan permasalahan dalan lingkup kantor desa, para pamong

desa menggunakan pendekatan personal dalam menyelesaikan masalahnya.

Dimana ketika salah satu pamong menyimpang atau melakukan kesalahan maka

akan diselesaikan secara personal dengan yang bertanggung jawab. Seperti yang

dicontohkan oleh Bapak Maryatno dibawah ini. Sebagai seorang Kepala Desa

beliau melakukan pendekatan personal kepada pamong yang melakukan

pelanggaran. Pamong yang melakukan pelanggaran dinasehati dan diperingatan

dengan baik dengan tidak dipermalukan.

“Contoh lagi ini selaku saya sebagai kepala desa membawahi perangkat – perangkat.

Suatu saat ada perangkat melakukan kesalahan atau dipandang oleh teman-temannya

tidak bagus atau lepas dari konteks dia bekerja. Saya harus mengingatkan. Kalau

budaya jawa di pakai, tentu saja mengingatkan itu dipanggil mas. Tidak di depan

perangkat yang lain langsung dibilang, kamu salah ini itu. Kalau seperti itu perasaan

malu, benci, dendam pasti ada. Itu namanya membuka aib orang lain didepan orang

banyak. Bicara baik-baik jangan sampai ada orang yang tahu.” (Maryatno, 2015)

Pendekatan personal memberikan dampak yang baik terhadap orang yang

melakukan kesalahan. Dengan pendekatan personal pamong yang melakukan

kesalahan akan merasa sungkan karena ditegur secara personal oleh pimpinannya.

Dengan perasaan sungkan tersebut maka pamong yang melakukan kesalahan akan

berubah menjadi lebih baik dan tidak akan mengulangi kesalahannya lagi. Sesuai

dengan apa yang dikatakan oleh Bapak Maryatno sebagai berikut:

Page 78: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

29

“Dia itu tidak hanya sungkan dengan pimpinannya saya. Sungkan saya harus bisa

berubah menjadi lebih baik.” (Maryatno, 2015)

Terdapat pula penyataan dari Bapak Ngadimin tentang pendekatan personal

dalam penanganan seseorang yang bermasalah. Dicontohkan oleh Bapak Ngadimin

terdapat warga yang mengingkari tanggungjawab yang diperolehnya pada kegiatan

tarub dengan memberikan sejumlah uang kepada orang lain untuk menggantikan

tanggung jawabnya. Hal tersebut sebenarnya tidak etis dikarenakan tanggungjawab

tersebuat sebenarnya akan mendapat timbal baliknya ketika orang yang

bersangkutan mempunyai hajat tarub. Sehingga sebagai pamong desa yang

dituakan Bapak Ngadimin harus mengingatkan warga yang menyimpang tersebut

dengan cara berkunjung secara persolan kerumahnya dan mengingatkan dengan

halus kalau apa yang dilakukannya itu kurang tepat. Pernyataan Bapak Ngadimin

sebagai berikut:

“Dengan melakukan pendekatan saja mas, seperti saya seorang bayan ada warga

yang kurang tanggungjawab dalam sebuah tarub. Kan sebenarnya tanggungjawab itu

akan mendapatkan timbal baliknya ketika dia memunyai hajat nanti. Ada suatu

kejadian dimana seorang warga memberikan sejumlah uang kepada warga yang lain

untuk menggantikan tugasnya. Untuk mengatasinya agar kejadian itu tidak terulang

kembali maka saya pada hari lain akan datang berkunjung kerumahnya untuk

mengingatkan bahwa apa yang dia lakukan itu tidak baik.” (Ngadimin,2015)

Dengan pendekatan personal penanganan terhadap pamong desa maupun

warga yang bermasalah menjadi lebih efektif. pamong yang melakukan

pelanggaran akan mudah ditangani. Pamong yang melakukan pelanggaran tidak

harus menanggung malu ketika kesalahannya di ungkap di depan pamong yang lain

atau didepan banyak warga. Akan tetapi dengan perasaan sungkan yang dimiliki

terhadap pimpinan (orang yang bertanggung jawab) atau orang yang dituakan

mereka akan berubah menjadi lebih baik dan tidak akan mengulangi pelanggaran

Page 79: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

30

lagi. Hal tersebut yang peneliti dapatkan pada saat penelitian di desa Malangan,

Puron, Ngasinan dan Lengking.

4.2.2 Pembahasan

Relevansi Budaya Jawa dalam Budaya Organisasi Jaman Sekarang

Budaya merupakan sebuah gagasan sistem dan rasa, sebuah tindakan serta

karya yang dihasilkan oleh manusia dalam kehidupannya yang bermasyarakat, yang

dijadikan kepercayaan dengan belajar (Koentjaraningrat, 1985). Dapat dikatakan

bahwa budaya adalah buah pikiran dan tindakan yang dipercaya dan dilaksanakan

oleh masyarakat tertentu. Terdapat banyak budaya di Indonesia, salah satunya

adalah budaya jawa.

Budaya jawa adalah budaya yang dihasilkan oleh masyarakat Jawa.

Masyarakat jawa adalah masyarakat yang hidup dan berkembang mulai jaman

dahulu hingga sekarang yang secara turun – temurun menggunakan Bahasa Jawa

dalam berbagai ragam dialeknya dan mendiami sebagian pulau jawa (Herusatoto,

2005). Budaya jawa adalah budaya yang adiluhung yang selama ini diterapkan oleh

masyarakat jawa dalam kehidupan kesehariannya. Akan tetapi, pada zaman

sekarang kita berada pada zaman globalisasi dimana budaya modern mulai

meminggirkan dan menggerus eksistensi budaya lokal.

Globalisasi budaya modernitas membawa perubahan terhadap sistem nilai

yang selama ini dianut oleh masyarakat. Sehingga mengarah pada berkembangnya

sistem sosial baru yang bisa jadi sangat berlainan dengan budaya lokal masyarakat

(Mariana,Paskarina,2009). Budaya modern yang dimaksud memiliki ciri yang

dikemukakan oleh sebagai berikut (Soemardjan, 1982):

Page 80: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

31

a. Hubungan yang terjadi antar manusia lebih didasarkan atas kepentingan

– kepentingan pribadi;

b. Hubungan dengan masyarakat – masyarakat lain dilakukan secara

terbuka dalam suasana saling pengaruh mempengaruhi, kecuali

terhadap beberapa penemuan baru yang bersifat rahasia;

c. Adanya kepercayaan yang kuat terhadap ilmu pengetahuan dan

teknolohi sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan hidup

manusia;

d. Masyarakat terbagi – bagi menurut profesi dan keahlian masing –

masing yang dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga – lembaga

pendidikan, keterampilan, dan kejuruan;

e. Adanya tingkat pendidikan formal yang relatif tinggi dan merata;

f. Hukum yang diberlakukan merupakan hokum tertulis yang sangat

kompleks;

g. Sistem ekonomi yang dikembangkan merupakan sistem ekonomi pasar

yang berdasarkan alat penggunaan uang dan alat – alat pembaharuan

yang lain.

Pergeseran budaya itu juga ditemui pada masyarakat Desa Malangan, Puron,

Ngasinan dan Lengking. Pergeseran budaya jawa mulai terasa pada kehidupan

bermasyarakat pada Desa Malangan, Puron, Ngasinan, dan Lengking. Seperti yang

dijelaskan oleh bapak Ngadimin bahwa rasa gotong royong beberapa warga di Desa

Lengking mulai berkurang, serta pola pikir warga mulai berorientasi pada

kepentingan keuntungan pribadi masing – masing. Pernyataan Bapak Ngadimin

sebagai berikut:

Page 81: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

32

“Dengan pengaruh globalisasi, masyarakat dalam melakukan kegiatan tarub. Kan

pada kegiatan tersebut ada pembagian tugasnya buat masing – masing warga. Ada

yang bertugas di jayengan membuat air minum, ada yang among tamu dan lainya.

Ada suatu kejadian pada suah tarub ada salah satu warga melimpahkan pekerjaanya

kepada orang lain dengan imbalan uang.” (Ngadimin,2015)

Samahalnya yang disampaikan oleh bapak Eko. Di Desa Puron juga terjadi

hal yang sama. Dikarenakan terpengaruh budaya modern yang memintingkan

kepentingan pribadi dan juga hidup berorientasi matrerialistis ada beberapa warga

yang mulai memudar rasa gotong royongnya. Sama dengan yang terjadi di Desa

Ngasinan ada beberapa warga yang memilih membayar denda tidak mengikuti

kegiatan kerja bakti dari pada mengikutinya. Pernyataan Bapak Eko sebagai

berikut:

“Kalau dampak dari modernisasi pasti ada mas. Seperti contohnya ada beberapa

warga yang mulaii enggan mengikuti kegiatan kerja bakti. Mereka lebih memilih

untuk membayar uang denda dari pada mereka mengikuti kerja bakti.” (Eko,2015)

Itulah dampak yang terjadi di kehidupan masyarakat jawa, yang terjadi di

daerah yang dilakukan penelitian. Uraian diatas menimbulkan sebuah kepercayaan

bahwa budaya organisasi modern akan semakin meminggirkan dan menggerus

eksistensi budaya nasional atau lokal. Pada kenyataanya, bukti yang terkumpul

menyatakan justru sebaliknya yang mungkin benar. Riset Hostede menemukan

bahwa nilai-nilai budaya negara para karyawan memiliki pengaruh yang signifikan

pada kinerja operasional mereka, dan bahwa nilai-nilai para karyawan yang mereka

bawa ke tempat kerja tidak mudah diubah oleh organisasi (Luthans & Doh, 2014).

Bertahannya budaya lokal terhadap eksistensi budaya organisasi modern dalam hal

ini budaya jawa, berjalan secara positif.

Page 82: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

33

Akan tetapi para pamong desa mencoba untuk memelihara budaya jawa

dengan tetap menjaga dan senantiasa menerapkannya. Mereka senantiasa

menerapkan Budaya Jawa dalam melakukan kegiatan pemerintahan maupun

melakukan pelayanan kepada msyarakat. Budaya Jawa adalah nilai tambah yang

dimiliki masyarakat jawa untuk mewujudkan efektivitas organisasi. Penerapan

Budaya Jawa Sebagai budaya lokal berperan positif terhadap pencapaian efektivitas

organisasi. Dengan penerapan Budaya Jawa masyarakat Jawa dapat menjalankan

organisasinya dengan lebih baik. Dalam penelitian ini para pamong desa dapat

melayani masyarakat dengan lebih efektif dan maksimal.

Hal itu ditunjukkan dengan masih diterapkan budaya jawa pada proses

pelayanan masyarakat pada kantor desa di Desa Malangan, Puron, Ngasinan dan

Lengking yang berimbas positif. Dengan penerapan budaya jawa pelayanan

masyarakat menjadi lebih maksimal. Budaya jawa masih diterapkan dan dianggap

relevan untuk pelayanan dan pemerintahan Desa, pernyataan tersebut disampaikan

oleh bapak Maryatno sebagai berikut:

“Kalau budaya Jawa itu sampai kapanpun mas itu tetap relevan dan harus dijadikan

pegangan dalam bekerja, karena apa, implementasi dari pada aturan-aturan

mengadopsinya dari apa yang ada di jawa itu hlo mas” (Maryatno,2015)

Penyataan tersebut juga di dukung oleh pernyataan oleh pernyataan Bapak

Suparno yang menyampaikan bahwa budaya jawa masih relevan diterapkan pada

masa sekarang, dan juga memberikan contoh seperti budaya gotong royong adalah

salah satu budaya jawa yang masih sangat relevan pada masa sekarang. Dengan

melaksanakan gotong royong pembangunan di Desa Malangan menjadi lebih

lancar.

Page 83: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

34

“iya mas, penerapan budaya jawa masih relevan dan berdampak bagus terhadap

pelayanan kepada masyarakat. Seperti contohnya penerapan budaya gotong royong

sangat membantu dalam proses kelancaran khususnya pembangunan ditingkat desa

oleh masyarakat.” (Suparno,2015)

Bapak Ibnu Wiyatno juga menyampaikan bahwa budaya jawa yang

diterapkan oleh para pamong untuk pelayanan masyarakat dan pelaksanaan

pemerintah desa seperti pamong desa melakukan pendekatan terhadap warga

masyarakat dengan melakukan musyawarah secara kekeluargaan untuk

mewujudkan visi, misi dan tujuan desa. Berikut pernyataan bapak Ibnu Wiyatno:

“Karena dengan tetap menerapkan budaya jawa, aparat desa dapat melakukan

pendekatan kepada warga masyarakat melalui musyawarah, kekeluargaan. Sehingga

antara warga masyarakat dan pamong desa sayeg saeka kapti wewujudkan visi, misi

dan tujuan desa.” (Wiyatno,2015)

Dalam penelitian ini Budaya jawa masih relevan jika diterapkan pada jaman

sekarang. Hal ini terbukkti dengan penerapan budaya jawa oleh pamong desa dapat

melakukan pelayanan terhadap masyarakat dan menjalankan pemerintahan desa

dengan baik dan efektif. Hingga sekarang budaya jawa dapat digunakan oleh

pamong desa untuk pedoman untuk menjalankan roda pemerintahan desa, dasar

pelayanan masyarakat, hubungan antar pamong desa sehingga dapat mengatasi

masalah yang dihadapi pada jaman sekarang.

Budaya Jawa Yang mempengaruhi efektivitas Organisasi

Menurut hasil penelitian yang telah dijalaskan oleh peneliti di bab

sebelumnya, budaya – budaya jawa yang berpengaruh posotif efektivitas organisasi

yang didapat dari hasil penelitian . antara lain:

a. Memberi suritauladan yang baik

b. Mangayomi

c. Gotong royong

Page 84: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

35

d. Alon – alon penting kalakon

e. Tanggung jawab

f. Tapa slira

g. Ewuh perkewuh

h. Melakukan pendekatan personal ketika terjadi pelanggaran

Integrasi Budaya Jawa dan Efektivitas Organisasi

Dalam penelitian ini Budaya Jawa masih dipegang teguh dan diterapkan oleh

pamong desa, karena Budaya Jawa masih relevan hingga sekarang. Penerapan

Budaya Jawa dalam kantor desa Malangan, Puron, Ngasinan dan Lengking, budaya

jawa dapat menjadi solusi dari permasalahan yang muncul dalam proses pelayanan

masyarakat dan pelaksanaan program pemerintah desa. Budaya jawa adalah budaya

yang mencerminkan budaya organisasi yang dianut oleh pamong desa Malangan,

Puron, Ngasinan dan lengking, karena budaya organisasi adalah filosofi dasar

organisasi yang memuat keyakinan, norma – norma, dan nilai – nilai bersama yang

menjadi karakteristik inti tentang bagaimana cara melakukan sesuatu dalam

organisasi (Wibowo, 2010).

Riset Hostede menemukan bahwa nilai-nilai budaya negara para karyawan

memiliki pengaruh yang signifikan pada kinerja operasional mereka, dan bahwa

nilai-nilai para karyawan yang mereka bawa ke tempat kerja tidak mudah diubah

oleh organisasi (Luthans & Doh, 2014). Riset tersebut sesuai dengan apa yang

terjadi pada subyek penelitian. Terbukti dengan masih diterapkannya budaya jawa

sebagai budaya organisasi pada pemerintah desa tempat peneliti melakukan

penelitian. Segala bentuk penerapan budaya jawa yang dilakukan, banyak

Page 85: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

36

keuntungan yang didapatkan oleh para pamong desa. Penerapan budaya jawa

membuat jalannya proses pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat menjadi

lebih stabil dan efektif. Sehingga budaya jawa berpengaruh positif terhadap

pencapaian efektivitas organisasi di kantor Desa Malangan, Puron, Ngasinan, dan

Lengking. Pencapaian Efektivitas organisasi tidak dapat dipisahkan dengan faktor

lingkungannya (Armia, 2002). Faktor lingkungan yang dimaksud adalah budaya

yang di terapkan oleh masyarakat sekitar. Hal tersebut juga didukung oleh Robert

Kreitner dan Angelo Kunicki terdapat pengaruh Budaya lokal dalam bentuk adat

istiadat yang mempengaruhi nilai pada setiap individu dan lingkungan organisasi

sehingga mempengaruhi efektifivitas organisasi (Gibson, Ivancevich, & Donnelly,

1996).

Budaya jawa adalah budaya yang unik karena dapat bertahan dari gumpuran

proses modernisasi yang terjadi pada pemerintah desa. Para pamong

mengesampingkan ego pribadi untuk mencapai tujuan individual dan memilih

mengedepankan kepentingan masyarakat dan kepentingan bersama untuk dapat

melayani masyarakat dengan baik dan maksimal serta melaksanakan pemerintahan

desa dengan baik. Dengan terjaganya budaya tersebut, para pamong dapat

menjalankan roda pemerintahan desa dengan stabil dan mencapai tujuan yang telah

ditentukan yakni memberikan pelayanan terhadap masyarakat dengan maksimal.

Page 86: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

37

Page 87: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

1

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai eksplorasi

Budaya Jawa kaitanya dalam pencapaian efektivitas organisasi yang telah

dijabarkan peneliti pada hasil dan pembahasan dan berikut adalah kesimpulannya:

1. Budaya jawa berperan positif terhadap efektivitas organisasi. Budaya jawa

masih juga masih relevan digunakan oleh pemong desa. Terbukti dengan

masih dijalankannya budaya jawa oleh para pamong desa. Pelayanan tehadap

masyarakat menjadi lebih efektif. penerapan budaya jawa menberikan

pengaruh yang positif bagi efektivitas organisasi di kantor desa, terutama di

desa Malangan, Puron, Ngasinan dan Lengking Kecamatan Bulu, Kabupaten

Sukoharjo.

2. Budaya jawa yang mempengaruhi efektivitas organisasi meliputi:

a. Memberikan suritauladan yang baik

b. Gotong royong

c. Alon – alon penting kelakon

d. Tanggungjawab

e. Tepa slira

f. Ewuh perkewuh

g. Melakukan pendekatan personal jika terjadi pelanggaran

Page 88: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

2

5.2 Saran

5.2.1 Saran Praktis

Saran yang disampaikan pada penelitian ini terutama untuk Pamong Desa

Malangan, Puron, Ngasinan dan Lengking yaitu agar para Pamong Desa tetap

menjaga dan melestarikan Budaya Jawa yang masih dijaga dan diterapkan hingga

sekarang, karena penerapan budaya jawa berperan positif terhadap jalannya

pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

5.2.2 Saran Akademis

Dalam penelitin ini masih banyak kekurangan dari segi isi, sitematika dan

teori yang dipakai peneliti dalam menganalisa permasalahan yang coba dijelaskan.

Saran untuk peneliti selanjutnya untuk bisa menelaah lebih dalam mengenai

penerapan Budaya Jawa yang masih relevan dan berpengaruh terhadap efektivitas

organisasi dikarenakan Budaya Jawa adah budaya yang kopleks. Mungkin masih

banyak budaya jawa yang lain yang masih berperan terhadap pencapaian efektivitas

suatu organisasi. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengisi kekurangan dari

penelitian ini terutama dalam pengeksplorasian budaya jawa yang lain pada

penelitian selanjutnya.

Page 89: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

72

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T. (1986). Etos Kerja dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta: LP3ES &

Yayasan Obor.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Edisi

Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Armia, C. (2002). Pengaruh Budaya Yerhadap Efektivitas Organisasi, Dimensi

Budaya Hofstede.

Basuki, S. (2006). Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Bogdan, R., & Taylor, S. J. (1975). Introduction to Qualitative Research

Methode. New York: John Willey and Sons.

Fananie, Z. (2005). Restrukturisasi Budaya Jawa - Prespektif KGPAA MN.1.

Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., & Donnelly, J. H. (1996). Organisasi, Perilaku,

Struktur, Proses. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Greetz, C. (1983). Abangan, Santri dan Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta:

Pustaka Jaya.

Herusatoto, B. (2005). Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita

Graha Widia.

KBBI Online. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (online).

http://kbbi.web.id/eksplorasi. Diakses pada 12 Juni 2015 Pukul 22.00.

Khasanah, U. (2004). Etos Kerja Sarana Menuju Puncak Potensi. Yogyakarta:

Harapan Utama.

Koentjaraningrat. (1985). Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:

Gramedia Pusaka Utama.

Koentjaraningrat. (1993). Metode - Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:

Gramedia Pusaka Utama.

Koentjaraningrat. (1996). Pengantar Ilmu Antropologi (Jilid 1). Jakarta: Rineka

Cipta.

Luthans, F., & Doh, J. P. (2014). Manajemen Internasional: Budaya, Strategi dan

Perilaku. Jakarta: Salemba Empat.

Mariana, D., & Paskarina, C. (2009). Kebangkitan Lokal Menjawab Tantangan

Globalisasi : Revitalisasi Nilai - Nilai Sunda Bagi Penciptaan Local Good

Governance Di Jawa Barat.

Page 90: EKSPLORASI BUDAYA JAWA DAN KAITANNYA DALAM …repository.ub.ac.id/2593/1/Faqih Aminuddin.pdf · berperan positif terhadap pencapaian efektifitas organisasi di kantor desa. Hal ...

73

Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya Offset.

Ndraha, T. (2007). Budaya Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Purwadi, & Purnomo, E. P. (2008). Kamus Sansekerta Indonesia. Yogyakarta:

BudayaJawa.com.

Robbin, S. P. (1994). Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi (Alih

Bahasa Jusuf Udaya). Jakarta: Arcan.

Robbins, S. P. (1996). Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi dan Aplikasi

Edisi Enam (Alih Bahasa Hadyana Pujaatmaka. Jakarta: Bhuana Ilmu

Populer.

Sekaran, U. (2003). Research Metods For Business: Skill Building Aproach. New

York: John Wiley and Sons.

Soemardjan, S. (1982). Perubahan Sosial di Yogyakarta. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Sugiono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sumodiningrat, G., & Wulandari, A. (2013). Pitutur Luhur Budaya Jawa.

Yogyakarta: Pusaka Narasi.

Suyanto. (1990). Pandangan Hidup Jawa. Semarang: Dahana Prize.

Want, J. (2006). Corporate Culture. New York: St. Martin's Press.

Wibowo. (2010). Manajemen Kinerja (Edisi Ketiga). Jakarta: Rajawali Pers.

Yin, R. K. (2003). Studi Kasus: Desain Metode (Alih Bahasa M. Djauzi

Mudjakir). Jakarta: Raja Grafindo Persada.