perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK PADA POKOK BAHASAN SEGI EMPAT DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VII SMP DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2009/2010 TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Pendidikan Matematika OLEH: DEWI AZIZAH S850908004 PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
102
Embed
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA …eprints.uns.ac.id/6321/1/211921111201107461.pdfEKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK PADA ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK
PADA POKOK BAHASAN SEGI EMPAT DITINJAU DARI
AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VII SMP
DI KABUPATEN PEKALONGAN
TAHUN AJARAN 2009/2010
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Magister Pendidikan Matematika
OLEH:
DEWI AZIZAH
S850908004
PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK
PADA POKOK BAHASAN SEGI EMPAT DITINJAU DARI
AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VII SMP
DI KABUPATEN PEKALONGAN
TAHUN AJARAN 2009/2010
OLEH:
DEWI AZIZAH
S850908004
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Pada tanggal : __________________
Pembimbing I
Drs. Tri Atmojo K, M.Sc.Ph.D NIP 19630826 198803 1002
Lampiran 28 Surat Keterangan Balikan Try Out SMP N 2 Wiradesa ............... 213
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK Dewi Azizah. S850908004. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Realistik Pada Pokok Bahasan Segi Empat Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa Kelas VII SMP Di Kabupaten Pekalongan Tahun ajaran 2009/2010. Tesis: Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) apakah prestasi belajar matematika siswa dalam pembelajaran matematika realistik lebih baik dibandingkan pembelajaran dengan pendekatan mekanistik pada pokok bahasan segi empat, (2) apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang dan rendah, serta apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah, (3) apakah pembelajaran matematika realistik menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan pembelajaran dengan pendekatan mekanistik pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang dan tinggi, serta apakah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pembelajaran matematika realistik maupun pembelajaran dengan pendekatan mekanistik pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah tidak ada perbedaan prestasi belajar matematikanya, (4) pada pembelajaran matematika realistik, apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang dan rendah, serta apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah, (5) pada pembelajaran dengan pendekatan mekanistik, apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang dan rendah, serta apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP di Kabupaten Pekalongan tahun ajaran 2009/2010. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII dari 3 sekolah dilakukan dengan stratified cluster random sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah instrumen tes prestasi belajar matematika dan instrumen angket aktivitas belajar matematika siswa. Instrumen tes dan angket diujicobakan sebelum digunakan untuk pengambilan data. Validitas instrumen tes dan angket dilakukan oleh validator, reliabilitas tes diuji dengan rumus KR-20 dan reliabilitas angket diuji dengan rumus Alpha.
Dari hasil analisis disimpulkan bahwa: (1) prestasi belajar matematika siswa dalam pembelajaran matematika realistik lebih baik dibandingkan pembelajaran dengan pendekatan mekanistik pada pokok bahasan segi empat, (2) prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang dan rendah, sedangkan prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang sama dengan siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah, (3) pembelajaran matematika realistik menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan pembelajaran dengan pendekatan mekanistik untuk setiap kategori aktivitas belajar yang dimiliki siswa, (4) pada pembelajaran matematika realistik, prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang dan rendah, sedangkan prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang sama dengan siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah, (5) pada pembelajaran dengan pendekatan mekanistik, prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang dan rendah, serta prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang sama dengan siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Dewi Azizah. S850908004. An Experimentation of Realistic Mathematics Education on Quadrilateral topic viewed from Students’ Activity The Seventh Grade Students of Junior High School in Pekalongan Regency in The Academic Year of 2009/2010. Thesis: Mathematics Education Department, Postgraduate of Sebelas Maret University, Surakarta. This research is aimed to find out: (1) which one is better, Realistic Mathematics Education or Mechanistic learning approach in improving the students’ mathematics learning achievement , (2) whether the students mathematics learning achievement with a high students activity have better learning achievement in mathematics than those with the moderate and low students learning activity, and whether the students mathematics learning achievement with moderate students activity have better learning achievement in mathematics than those with the low one, (3) whether by Realistic Mathematics Education gives a better result in mathematics learning achievement than Mechanistic learning approach to the students who have moderat and high activity, and whether Realistic Mathematics Education as well as Mechanistic learning approach on the students with low activity have no difference it’s mathematics learning achievement, (4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
On Realistic Mathematics Education, whether the students mathematics learning achievement with a high activity are better than those students who have moderate and low activity, and the students mathematics learning achievement with moderate activity are better than the students who have low activity, (5) by Mechanistic learning approach, whether the students mathematics learning achievement with a high activity are better than those students who have moderate and low activity, and the students mathematics learning achievement with moderate activity are better than the students who have low activity. This research is a quasi experimental. The population of the research is all the seventh grade students of junior high school in Pekalongan regency in the academic year 2009/2010. The samples are taken by using stratified cluster random sampling. The instrument used to collect data are achievement test instrument and questionnaire of the students activity in learning mathematics. The test instruments and questionnaire instruments are tested and tried before used to get data. The validity of the test instruments and questionnaire instruments are conducted by a validator, the reliability of the test is tested and tried using formula KR-20 and the reliability of the questionnaire instruments is tested using Alpha Formula.
From the data analysis, it can be concluded that : (1) Realistic Mathematics Education gives a better result than Mechanistic learning approach on quadrilateral topic, (2) the students mathematics learning achievement for the students that high leraning activity is better than those who have a moderate and low learning activity, whereas the students mathematics learning achievement that have a mederate learning activity is same the students whohave a low activity, (3) the Realistic Mathematics Education gives a better result in mathematics learning achievement than Mechanistic learning approach for each category of students’ learning activity(4) in the Realistic Mathematics Education, the students learning achievement that have a high learning activity is better than the students who have a moderate and low learning activity and the students learning achievement that have a moderate learning activity is same the students that have a low learning activity, (5) in the Mechanistic learning approach the students learning achievement for the students that high learning activity is better than those who have moderate and low learning activity, and the students learning achievement for the students who have moderate learning activity is same those who have low learning activity.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini masalah pendidikan dan pengajaran di Indonesia sudah
mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah. Hal ini bisa dilihat dari
berbagai usaha yang dilakukan oleh pemerintah yang selalu melakukan perbaikan-
perbaikan mengenai sistem pendidikan dan pengajaran. Adapun alasan pemerintah
melakukan perbaikan tersebut adalah karena mutu pendidikan di Indonesia
cenderung tertinggal apabila dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia,
khususnya negara-negara ASEAN. Hal tersebut sudah menjadi masalah sangat
kompleks ketika dicari akar penyebabnya. Memang banyak sisi yang harus
disoroti ketika mengkaji hal tersebut, yaitu faktor-faktor penyebab rendahnya
mutu pendidikan ini. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor eksternal maupun
internal siswa. Faktor eksternal meliputi lingkungan belajar, sarana dan prasarana
pendukung, guru dan metode mengajar. Sedangkan faktor internal meliputi tingkat
kecerdasan dan kemampuan awal siswa, motivasi dan minat siswa terhadap suatu
pelajaran, aktivitas dan cara belajar.
Inti pokok pendidikan untuk siswa adalah belajar, dalam arti perubahan
dan peningkatan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik untuk
melaksanakan perubahan tingkah laku. Matematika adalah salah satu pelajaran
mendasar yang diajarkan di sekolah. Matematika sebagai ilmu yang bersifat
deduktif, dalam hal ini sebagai ilmu eksakta. Untuk mempelajari matematika tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
cukup hanya dengan hafalan dan membaca, tetapi memerlukan pemikiran dan
pemahaman.
Ironisnya, sampai saat ini matematika merupakan salah satu bidang studi
yang dianggap sulit bagi siswa dan anggapan bahwa matematika tidak disenangi
atau bahkan paling dibenci masih saja melekat pada kebanyakan siswa yang
mempelajarinya. Terkait dengan hal ini, Adre’ Heck (2003) menyatakan bahwa
pendidikan matematika di Indonesia menghadapi berbagai masalah diantaranya:
sebagian besar sikap siswa terhadap matematika negatif, selain itu siswa juga
menganggap matematika sulit dan membosankan. Masalah ini dapat dilihat pada
saat praktek pengajaran secara umum, khususnya dalam pembelajaran matematika
di dalam ruang kelas. Sifat abstrak dari objek matematika menyebabkan banyak
siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika.
Akibatnya prestasi matematika siswa secara umum belum memuaskan.
Menurut hasil penelitian Third International Mathematics and Science
Study (TIMMS) prestasi belajar IPA dan matematika siswa SMP di Indonesia
masing-masing pada urutan 33 dan 35 dari 38 negara di lima benua
(http://nces.ed.gov/2008), sementara itu perolehan nilai matematika pada ujian
negara pada semua jenjang pendidikan selalu terpaku pada angka yang rendah
pula (Yaniawati, 2006:1). Rendahnya prestasi matematika siswa dapat disebabkan
oleh masalah komprehensif siswa ataupun secara parsial dalam matematika.
Selain itu, belajar matematika bagi siswa belum bermakna, sehingga pemahaman
siswa tentang konsep matematika sangat lemah. Kelemahan dalam pemahaman
matematika dapat membuat siswa tidak tertarik pada pembelajaran matematika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
sehingga berpengaruh terhadap daya tangkap siswa dalam menerima pelajaran
matematika ( Noraini Idris, 2009).
Belajar matematika merupakan belajar konsep. Hal yang paling penting
adalah bagaimana siswa dapat memahami konsep-konsep dasar dalam
matematika. Dalam proses belajar matematika siswa diharapkan tidak hanya
mendengarkan, mencatat, menghafalkan materi maupun rumus-rumus yang
diberikan guru, melainkan siswa dituntut aktif berperan dalam kegiatan
pembelajaran, siswa harus mampu berpikir kritis dan berargumen dalam
memecahkan berbagai persoalan matematika.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pendekatan dan metode
pembelajaran yang tepat. Guru harus mempunyai strategi agar pembelajaran
menjadi menarik dan siswa dapat belajar secara efektif. Oleh karena itu pemilihan
pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat sangat penting, karena tidak
semua pendekatan dan metode dapat digunakan pada tiap pokok bahasan. Dari
hasil pengamatan di beberapa sekolah, masih ada beberapa guru yang
menggunakan metode pembelajaran ekspositori dan mekanistik dalam menyajikan
pelajaran. Metode ini terpusat pada guru, sehingga dominasi guru akan
menyebabkan siswa berfungsi seperti mesin, mereka hanya mendengarkan,
mencatat dan mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru. Pembelajaran seperti
ini cenderung membosankan. Pembelajaran mekanistik menyebabkan siswa
belajar dengan cara menghafal yang mengakibatkan tidak timbul pengertian atau
pemahaman. Konsep-konsep matematika hanya diberikan begitu saja, sehingga
berakibat siswa tidak dapat menguasai bahan ajar yang diajarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Berdasarkan informasi dari beberapa guru SMP di Kabupaten Pekalongan
materi segi empat merupakan materi yang dianggap sulit oleh sebagian siswa,
terutama bila sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan
pembelajaran matematika yang digunakan guru pada materi ini belum variatif.
Guru masih mengandalkan pembelajaran dengan pendekatan mekanistik dengan
metode ceramah sebagai metode utama. Hal ini disebabkan karena ada beberapa
guru yang masih mengalami kesulitan bagaimana merancang pendekatan
pembelajaran yang mudah dipahami siswa dan melibatkan siswa aktif dalam
proses pembelajaran. Oleh karena itu, perlu dikembangkan dan diterapkan suatu
pembelajaran matematika yang tidak hanya mentransfer pengetahuan guru kepada
siswa. Agar tujuan pembelajaran tercapai secara optimal guru harus cermat dalam
memilih suatu pendekatan pembelajaran yang digunakan. Salah satu pendekatan
pembelajaran yang kiranya tepat adalah pembelajaran matematika relistik yaitu
pendekatan pembelajaran yang mengedepankan keaktifan siswa dan pembelajaran
yang mengaitkan pengalaman kehidupan nyata siswa dengan materi dan konsep
matematika.
Proses pembelajaran matematika realistik menggunakan masalah
kontekstual sebagai titik awal dalam belajar matematika. Masalah kontekstual
yang dimaksud adalah masalah-masalah yang nyata dan konkrit yang dekat
dengan lingkungan siswa dan dapat diamati atau dipahami oleh siswa dengan
membayangkan. Dalam hal ini siswa melakukan aktivitas matematika horisontal,
yaitu siswa mengorganisasikan masalah dan mencoba mengidentifikasi aspek
matematika yang ada pada masalah tersebut. Siswa bebas mendeskripsikan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
menginterpretasikan dan menyelesaikan masalah konstektual dengan caranya
sendiri dengan pengetahuan awal yang dimiliki, kemudian dengan atau tanpa
bantuan guru menggunakan matematika vertikal (melalui abstraksi dan formulasi),
sehingga tiba pada tahap pembentukan konsep. Sehingga penggunaan pendekatan
matematika realistik diduga akan meningkatkan kemampuan akademik siswa
yaitu prestasi belajar siswa.
Rendahnya prestasi belajar matematika siswa mungkin tidak hanya
dipengaruhi pendekatan pembelajaran dalam proses pembelajaran, tetapi mungkin
dipengaruhi oleh aktivitas belajar siswa dalam mempelajari pelajaran matematika.
Tingginya aktivitas belajar matematika siswa mungkin dapat berakibat pada
tingginya prestasi belajar matematika, begitu pula sebaliknya aktivitas belajar
matematika siswa yang rendah dimungkinkan dapat berakibat pada rendahnya
prestasi belajar matematika siswa. Dengan demikian aktivitas belajar pada saat
belajar matematika mungkin dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika.
B. Identifikasi Masalah
Berdasar latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka muncul
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Prestasi belajar matematika masih rendah, hal ini dapat dilihat dari pencapaian
prestasi belajar matematika siswa dalam ujian semester gasal. Rendahnya
prestasi belajar matematika siswa disebabkan karena siswa tidak bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
memahami sepenuhnya materi yang diajarkan guru selama proses
pembelajaran.
2. Aktivitas belajar siswa menentukan sejauh mana keterlibatan siswa untuk aktif
dalam proses belajar mengajar. Berkenaan dengan hal ini, jika pendekatan yang
digunaan oleh guru diperbaharui dengan pendekatan pembelajaran yang dapat
meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar matematika, apakah prestasi
belajar matematika siswa menjadi lebih baik.
3. Dominasi guru dalam pembelajaran matematika di kelas memaksa siswa hanya
mendengarkan, mencatat, mengerjakan latihan yang diberikan guru dan
mencontoh cara menyelesaikan soal dari guru yang pada akhirnya dapat
membuat siswa pasif dan mengalami kesulitan jika dihadapkan pada soal yang
lebih bervariasi. Apakah pemusatan pembelajaran yang lebih pada guru
berdampak buruk pada prestasi belajar matematika siswa.
4. Motivasi belajar siswa menetukan sejauh mana kesiapan dan keterlibatan siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Berkenaan dengan hal ini, jika
pemilihan yang digunakan oleh guru dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa, apakah prestasi belajar matematika siswa menjadi lebih baik.
5. Pendekatan pembelajaran matematika yang mengaitkan materi matematika
dengan dunia nyata dapat mengurangi kesulitan dalam membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapanya dalam kehidupan sehari-
hari. Terkait dengan hal ini, muncul permasalahan yang menarik untuk diteliti,
yaitu pemilihan pendekatan pembelajaran yang dapat mengaitkan konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
matematika dengan kehidupan nyata siswa dapat meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa.
C. Pemilihan Masalah
Karena keterbatasan peneliti, maka dalam penelitian ini hanya mencoba
menyelesaikan masalah nomor 2 dan 5 dari ke-lima masalah pada identifikasi
masalah di atas.
D. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini menjadi jelas dan terarah maka perlu ada pembatasan
masalah sebagai berikut:
1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan pembelajaran matematika realistik untuk kelas eksperimen dan
mekanistik untuk kelas kontrol.
2. Aktivitas belajar matematika siswa yang dikategorikan ke dalam aktivitas
belajar tinggi, sedang, dan rendah. Aktivitas belajar siswa yang dimaksud
adalah keaktifan siswa dalam belajar matematika baik di rumah maupun di
sekolah.
3. Prestasi belajar dalam penelitian ini dibatasi pada prestasi belajar matematika
siswa pada pokok bahasan segi empat tahun pelajaran 2009/2010.
4. Ruang lingkup penelitian dilakukan pada siswa-siswa kelas VII semester
genap di Kabupaten Pekalongan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
E. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan
masalah yang telah dikemukakan di atas, maka disusun rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah prestasi belajar matematika siswa dalam pembelajaran matematika
realistik lebih baik dibandingkan pembelajaran dengan pendekatan
mekanistik pada pokok bahasan segi empat?
2. Apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar
tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai
aktivitas belajar sedang dan rendah, serta apakah prestasi belajar matematika
siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang lebih baik daripada prestasi
belajar matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah?
3. Apakah pembelajaran matematika realistik menghasilkan prestasi belajar
matematika yang lebih baik dibandingkan pembelajaran dengan pendekatan
mekanistik pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang dan tinggi,
serta apakah pembelajaran matematika realistik maupun pembelajaran
dengan pendekatan mekanistik pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar
rendah tidak ada perbedaan prestasi belajar matematikanya?
4. Pada pembelajaran matematika realistik, apakah prestasi belajar matematika
siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang
mempunyai aktivitas belajar sedang dan rendah, serta apakah prestasi belajar
matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang lebih baik
daripada siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
5. Pada pembelajaran dengan pendekatan mekanistik, apakah prestasi belajar
matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik
daripada siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang dan rendah, serta
apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar
sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah?
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui apakah prestasi belajar matematika siswa dalam
pembelajaran matematika realistik lebih baik dibandingkan pembelajaran
dengan pendekatan mekanistik pada pokok bahasan segi empat.
2. Untuk mengetahui apakah prestasi belajar matematika siswa yang
mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada prestasi belajar
matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang dan rendah, serta
apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar
sedang lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang
mempunyai aktivitas belajar rendah.
3. Untuk mengetahui apakah pembelajaran matematika realistik menghasilkan
prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan pembelajaran
dengan pendekatan mekanistik pada siswa yang mempunyai aktivitas belajar
sedang dan tinggi, serta apakah pembelajaran matematika realistik maupun
pembelajaran dengan pendekatan mekanistik pada siswa yang mempunyai
aktivitas belajar rendah tidak ada perbedaan prestasi belajar matematikanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
4. Untuk mengetahui pada pembelajaran matematika realistik, apakah prestasi
belajar matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi lebih baik
daripada siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang dan rendah, serta
apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar
sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai aktivitas belajar rendah.
5. Untuk mengetahui pada pembelajaran dengan pendekatan mekanistik, apakah
prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai aktivitas belajar tinggi
lebih baik daripada siswa yang mempunyai aktivitas belajar sedang dan
rendah, serta apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai
aktivitas belajar sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai aktivitas
belajar rendah.
G. Manfaat Penelitian
Jika penelitian ini berhasil, diharapkan dapat memberi manfaat antara lain:
1. Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi guru atau calon guru
matematika tentang penggunaan pembelajaran matematika realistik dalam
kegiatan belajar mengajar di sekolah dalam meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa.
2. Bagi siswa, diharapkan dapat memperluas wawasan siswa tentang cara belajar
matematika dalam upaya untuk meningkatkan aktivitas belajar
matematikannya, khususnya untuk prestasi belajar matematika.
3. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untukmelakukan penelitian ada
bidang studi lain yang prosedur penelitiannya sejenis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah salah satu unsur utama dalam proses pendidikan formal di
sekolah. Setiap orang memiliki anggapan yang berbeda-beda tentang makna
belajar. Berikut akan disajikan pengertian atau definisi belajar menurut beberapa
ahli.
Menurut Oemar Hamalik (2007:37), ”Belajar adalah modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman”. Dalam rumusan tersebut
terkandung makna bahwa belajar bukan hanya mengingat, melainkan lebih luas
lagi yaitu mengalami. Sedangkan menurut Nana Sudjana (2000:42) belajar adalah
suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku
sebagai hasil dari praktek atau latihan.
Menurut Slameto (2003:2), belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksinya dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Winkel (1996:53),
belajar adalah suatu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi
dengan lingkungan yang menghasilkan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap
serta perubahan relatif konstan dan berbekas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Jadi berdasarkan definisi belajar di atas dapat dirumuskan definisi belajar
yaitu aktifitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang
dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
keterampilan dan nilai sikap yang relatif konstan dan berbekas, sehingga dapat
memecahkan masalah-masalah yang sedang dan akan dihadapi.
b. Pengertian pembelajaran
Istilah pembelajaran merupakan padanan dari kata dalam bahasa inggris
Instruction yang berarti proses membuat orang belajar. Menurut Syaiful Sagala
(2006: 61) pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas
pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan
pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar
dilakukan oleh guru sebagai pendidik dan belajar dilakukan oleh peserta didik
atau murid.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999) dikutip oleh Syaiful Sagala
(2003:62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain
instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar. UUSPN No 20 tahun 2003 (dalam Syaiful Sagala,
2006:62) menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas
berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat
meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya
meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk
membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru.
Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran
merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator
suksesnya pelaksanaan pembelajaran. Bahan belajar dalam proses pembelajaran
hanya merupakan perangsang tindakan pendidik atau guru, juga hanya
memberikan dorongan dalam belajar yang tertuju pada pencapaian tujuan belajar.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar secara terprogram dalam desain instruksional untuk mengembangkan
kreativitas berpikir siswa pada suatu lingkungan belajar. Proses belajar dan
pembelajaran akan berdampak pada prestasi belajar siswa. Berikut akan diuraikan
mengenai prestasi belajar matematika.
2. Prestasi Belajar Matematika
a. Pengertian Prestasi belajar
Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda “prestatie”, kemudian dalam
behasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti hasil usaha. Menurut Kamus
Basar Bahasa Indonesia (2002:895), “Prestasi belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran.”
Saifudin Azwar (2002:13) berpendapat bahwa ”Prestasi belajar merupakan
hasil pengukuran prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam
belajarnya”. Dari beberapa definisi yang telah diuraikan, dapat disimpulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
bahwa prestasi belajar adalah hasil penguasaan pengetahuan atau ketampilan yang
dicapai setelah proses belajar.
b. Hakikat Matematika
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:723) matematika adalah
ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang
digunakan dipenyelesaian masalah mengenai bilangan. Menurut Purwoto
(2003:14) mengemukakan bahwa “Matematika adalah pengetahuan tentang pola
keteraturan, pengetahuan tentang struktur yang terorganisasikan, mulai dari unsur
yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma dan postulat dan
akhirnya ke dalil”. Selain itu banyak definisi atau pengertian tentang matematika
yang beraneka ragam. Berikut beberapa definisi tentang matematika:
1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
sistematik.
2) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan tentang bilangan dan
kalkulasi.
3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan
dengan bilangan.
4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan
masalah tentang ruang dan bentuk.
5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.
6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
(R. Soedjadi, 2000:11)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Sedangkan menurut R. Soedjadi (2000:11), tidak terdapat satu definisi
matematika yang tunggal dan disepakati oleh semua tokoh atau pakar matematika.
Walaupun terdapat definisi matematika yang berbeda-beda, tetapi terdapat ciri-ciri
khusus atau karakteristik matematika, yaitu:
1) Memiliki objek kajian abstrak
2) Bertumpu pada kesepakatan
3) Berpola pikir deduktif
4) Memiliki simbol yang kosong dari arti
5) Memperhatikan semesta pembicaraan
6) Konsisten dalam sistemnya.
(R. Soedjadi, 2000:13)
c. Pengertian Prestasi Belajar Matematika
Berdasarkan pengertian belajar, prestasi belajar dan hakikat matematika di
atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil
penguasaan atau keterampilan yang telah dicapai dari pembelajaran matematika
yang ditunjukkan dengan nilai atau skor.
Ada tiga ranah yang menjadi indikator prestasi siswa yaitu ranah kognitif,
afektif dan psikomotor. Dalam penelitian ini prestasi belajar matematika siswa
dibatasi pada ranah kognitif yang tingkat keberhasilannya ditunjukkan dalam
kompetensi dasar siswa sesuai kurikulum yang digunakan saat ini.
3. Pembelajaran Matematika Realistik
Realistic Mathematics Education (RME) merupakan teori belajar mengajar
dalam pendidikan matematika. Teori MRE pertama kali diperkenalkan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
dikembangkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Menurut
Freudenthal dalam Devrim (2006) mengatakan bahwa teori ini harus mengaitkan
matematika dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini
berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata
sehari-hari. Matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus diberi
kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan
bantuan orang dewasa. (I Gusti Putu Suharta, 2001:643).
Proses pembelajaran matematika realistik menggunakan masalah
kontekstual sebagai titik awal dalam belajar matematika. Masalah kontekstual
yang dimaksud adalah masalah-masalah yang nyata dan konkrit yang dekat
dengan lingkungan siswa dan dapat diamati atau dipahami oleh siswa dengan
membayangkan. Dalam hal ini siswa melakukan aktivitas matematika horisontal,
yaitu siswa mengorganisasikan masalah dan mencoba mengidentifikasi aspek
matematika yang ada pada masalah tersebut. Siswa bebas mendeskripsikan,
menginterpretasikan dan menyelesaikan masalah konstektual dengan caranya
sendiri dengan pengetahuan awal yang dimiliki, kemudian dengan atau tanpa
bantuan guru menggunakan matematika vertikal (melalui abstraksi dan formulasi),
sehingga tiba pada tahap pembentukan konsep. Setelah dicapai pembentukan
konsep, siswa mengaplikasikan konsep-konsep tersebut kembali pada masalah
kontekstual, sehingga dapat memahami konsep.
Pembelajaran matematika realistik mempunyai lima karakteristik (de
Lange, 1987 ). Secara ringkas kelimanya adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
a. Menggunakan masalah kontekstual (masalah kontekstual sebagai aplikasi dan
titik tolak darimana matematika yang diinginkan dapat muncul).
b. Menggunakan model atau jembatan dengan instrumen vertikal (perhatian
diarahkan pada pengembangan model, skema dan simbolisasi daripada hanya
mentransfer rumus atau matematika formal secara langsung).
c. Menggunakan kontribusi murid (kontribusi yang besar pada proses belajar
mengajar diharapkan dari konstruksi murid sendiri yang mengarahkan mereka
dari metode informal ke arah yang lebih formal atau standar).
d. Interaktivitas (negosiasi secara eksplisit, intervensi, kooperasi dan evaluasi
sesama murid dan guru adalah faktor penting dalam proses belajar secara
konstruktif dengan strategi informal murid digunakan sebagai jantung untuk
mencapai yang formal).
e. Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya (pendekatan holistik,
menunjukkan bahwa unit-unit belajar tidak akan dapat dicapai secara terpisah,
tetapi keterkaitan dan keterintegrasiannya harus dieksploitasi dalam
pemecahan masalah).
Mengacu pada karakteristik pembelajaran matematika realistik di atas,
maka langkah-langkah dalam kegiatan inti proses pembelajaran matematika
realistik pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Langkah 1 : Memahami masalah kontekstual
Guru memberikan masalah kontekstual dan siswa memahami
permasalahan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Langkah 2 : Menjelaskan masalah kontekstual
Guru menjelaskan situasi dan kondisi soal dengan memberikan
petunjuk/saran seperlunya (terbatas) terhadap bagian-bagian tertentu
yang belum dipahami siswa. Penjelasan ini hanya sampai siswa
mengerti maksud soal.
Langkah 3 : Menyelesaikan masalah kontekstual
Siswa secara individu menyelesaikan masalah kontekstual dengan
cara mereka sendiri. Guru memotivasi siswa untuk menyelesaikan
masalah dengan cara mereka dengan memberikan pertanyaan/
petunjuk/saran.
Langkah 4 : Membandingkan dan mendiskusikan jawaban
Guru menyediakan waktu dan kesempatan pada siswa untuk
membandingkan dan mendiskusikan jawaban dari soal secara
berkelompok, untuk selanjutnya dibandingkan dan didiskusikan
dalam diskusi kelas.
Langkah 5 : Menyimpulkan
Dari diskusi guru menarik kesimpulan suatu prosedur atau konsep.
Menurut Suwarsono (dalam Jaka Purnama, 2004:18) kelebihan-kelebihan
pembelajaran matematika realistik adalah sebagai berikut :
a. Pendekatan realistik memberikan pengertian yang jelas dan operasional
kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari-
hari dan tentang kegunaan matematika pada umumnya kepada manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
b. Pendekatan realistik memberikan pengertian yang jelas dan operasional
kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dapat
dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa dan oleh setiap “orang
biasa” yang lain, tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar dalam bidang
tersebut.
c. Pendekatan realistik memberikan pengertian yang jelas dan operasional
kepada siswa bahwa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus
tunggal dan tidak harus sama dengan orang lain.
d. Pendekatan realistik memberikan pengertian yang jelas dan operasional
kepada siswa bahwa dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran
merupakan suatu yang utama dan untuk mempelajari matematika orang harus
menjalani sendiri proses itu dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep-
konsep dan materi-materi matematika yang lain dengan bantuan pihak lain
yang sudah tahu (guru). Tanpa kemauan untuk menjalani sendiri proses
tersebut, pembelajaran yang bermakna tidak akan terjadi.
e. Pendekatan realistik memadukan kelebihan-kelebihan dari berbagai
pendekatan pembelajaran lain yang juga dianggap “unggul”.
f. Pendekatan realistik bersifat lengkap (menyeluruh), mendetail dan
operasional. Proses pembelajaran topik-topik matematika dikerjakan secara
menyeluruh, mendetail dan operasional sejak dari pengembangan kurikulum,
pengembangan didaktinya di kelas, yang tidak hanya secara makro tapi juga
secara mikro beserta proses evaluasinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Selain kelebihan–kelebihan seperti yang telah diuraikan di atas, terdapat
juga kelemahan-kelemahan pendekatan pembelajaran realistik yang menurut
Suwarsono (dalam Jaka Purnama, 2004:20) adalah sebagai berikut :
a. Pemahaman tentang pembelajaran realistik dan upaya pengimplementasian
pembelajaran realistik membutuhkan paradigma, yaitu perubahan pandangan
yang sangat mendasar mengenai beberapa hal, misalnya mengenai siswa, guru,
peranan soal, peranan kontek, peranan alat peraga, pengertian belajar dan lain-
lain. Perubahan paradigma ini mudah diucapkan, tetapi tidak begitu mudah
untuk dipraktekkan karena paradigma lama sudah begitu kuat dan lama
mengakar.
b. Pencarian soal-soal yang kontekstual, yang memenuhi syarat-syarat yang
dituntut oleh pembelajaran realistik tidak selalu mudah untuk setiap topik
matematika yang perlu dipelajari siswa, terlebih karena soal tersebut masing-
masing harus bisa diselesaikan dengan berbagai cara.
c. Upaya mendorong siswa agar bisa menemukan cara untuk menyelesaikan tiap
soal juga merupakan tantangan tersendiri.
d. Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa dengan melalui soal-soal
kontekstual, proses matematisasi horisontal dan proses matematisasi vertikal
juga bukan merupakan sesuatu yang sederhana karena proses dan mekanisme
berpikir siswa harus diikuti dengan cermat agar guru bisa membantu siswa
dalam melakukan penemuan kembali terhadap konsep-konsep matematika
tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
e. Pemilihan alat peraga harus cermat agar alat peraga yang dipilih bisa
membantu proses berpikir siswa sesuai dengan tuntutan pembelajaran realistik.
f. Penilaian (assessment) dalam pembelajaran realistik lebih rumit daripada
dalam pembelajaran konvensional.
g. Kepadatan materi pembelajaran dalam kurikulum perlu dikurangi secara
substansial, agar proses pembelajaran siswa bisa berlangsung sesuai dengan
prinsip-prinsip pembelajaran realistik.
4. Teori Yang Terkait dengan Pembelajaran Matematika Realistik
Terdapat beberapa teori belajar yang mendukung pembelajaran
matematika realistik, diantaranya adalah Piaget, teori Bruner dan teori Vigotsky.
a. Teori Piaget
Menurut teori belajar Piaget, manusia tumbuh beradaptasi dan berubah
melalui perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan
sosioemosional, perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa. Menurut
Piaget (Baharuddin, 2008:118), perkembangan intelektual didasarkan pada dua
fungsi, yaitu organisasi dan adaptasi.
Organisasi memberikan organisme kemampuan untuk
mengorganisasikan proses-proses fisik atau proses-proses psikologik menjadi
sistem-sistem yang teratur dan berhubungan atau struktur-struktur.
Adaptasi merupakan organisasi yang cenderung untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan, melalui dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi.
Dalam proses asimilas, orang menggunakan struktur atau kemampuan yang
ada untuk menanggapi masalah yang dihadapi dalam lingkungannya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
sedangkan dalam proses akomodasi, orang memerlukan modifikasi struktur
mental yang sudah ada untuk menanggapi respon terhadap masalah yang
dihadapi dalam lingkungannya.
Adaptasi merupakan suatu keseimbangan antara asimilasi seseorang
tidak dapat mengadakan adaptasi maka akan terjadi proses ketidakseimbangan
(disequilibrium), yaitu ketidaksesuaian atau ketidakcocokan antara
pemahaman saat ini dengan pengalaman baru, yang menyebabkan akomodasi.
Implikasi dari teori Piaget dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
1) Memusatkan perhatian pada proses berfikir anak, bukan sekedar pada
hasilnya.
2) Menekankan pada pentingnya peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan
keterlibatannya secara aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran di
kelas, “jadi” tidak mendapat penekanan, melainkan anak didorong
menentukan sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya.
3) Memaklumi adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan
perkembangan, sehingga guru harus melakukan upaya khusus untuk
mengatur kegiatan kelas dalam bentuk individu-individu atau kelompok-
kelompok.
Berdasarkan teori Piaget, pembelajaran realistik cocok dalam kegiatan
pembelajaran karena pembelajaran matematika realistik memfokuskan pada
proses berpikir siswa bukan sekedar kepada hasil. Selain itu dalam
pembelajaran ini mengutamakan peran siswa berinisiatif untuk menemukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
jawaban dari soal kontekstual yang diberikan guru dengan caranya sendiri dan
siswa didorong untuk terlibat aktif kegiatan pembelajaran.
b. Teori Bruner
Menurut Bruner belajar matematika adalah belajar tentang konsep-
konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi yang
dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep matematika itu.
Pemahaman terhadap konsep dan struktur-struktur suatu materi menjadikan
materi itu dipahami secara lebih komprehensif. Selain dari itu peserta didik
mudah mengingat materi bila yang dipelajari mempunyai pola yang
terstruktur. Dengan memahami konsep dan struktur akan mempermudah
terjadinya transfer.
Bruner dalam (Erman Suherman, 1998:56) menggambarkan anak-anak
berkembang melalui tiga tahap perkembangan, yaitu :
1) Tahap enaktif
Dalam tahap ini anak secara langsung terlihat dalam memanipulasi
(mengotak-atik) obyek.
2) Tahap Ikonik
Dalam tahap ini kegiatan anak mulai menyangkut mental yang merupakan
gambaran dari obyek-obyek yang dimanipulasinya.
3) Tahap simbolik
Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang
obyek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Berdasarkan teori Bruner, pembelajaran realistik cocok dalam kegiatan
pembelajaran karena diawal pembelajaran sangat dimungkinkan siswa
memanipulasi obyek-obyek yang ada kaitannya dengan masalah kontekstual
yang diberikan guru secara langsung. Kemudian pada proses matematisasi
vertikal siswa memanipulasi simbol-simbol.
c. Teori Vigotsky
Menurut Vigotsky dalam Baharuddin (2008:125) menekankan pada
hakekat sosio-kultural pembelajaran, yaitu siswa belajar melalui interaksi
dengan orang dewasa dan teman sebaya. Lebih lanjut Vigotsky yakin bahwa
fungsi mental yang lebih tinggi umumnya muncul dalam percakapan atau
kerjasama antara individu (interaksi dengan teman sebaya dan orang dewasa)
sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu teresap kedalam individu tersebut.
Ide penting lain yang dapat diambil dari teori Vigotsky adalah
scaffolding, yaitu pemberian sejumlah besar bantuan kepada seorang peserta
didik selama tahapan awal pembelajaran dan kemudian peserta didik tersebut
mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat
melakukannya. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan atau
dorongan yang memungkinkan peserta didik tumbuh sendiri.
Teori Vigotsky sejalan dengan salah satu karakteristik dari
pembelajaran matematika realistik yang menekankan perlunya interaksi yang
terus menerus antara siswa satu dengan siswa yang lainnya juga antara siswa
dengan pembimbing sehingga setiap peserta didik mendapat manfaat positif
dari interaksi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat keterkaitan
antara teori Piaget, Bruner, dan Vigotsky yaitu sama-sama menekankan pada
keaktifan siswa untuk membangun sendiri pengetahuan mereka, menekankan
proses belajar terletak pada siswa sedangkan guru berfungsi sebagai
pembimbing dan fasilitator, serta belajar ditekankan pada proses dan bukan
hasil. Hal ini sejalan dengan prinsip dan karakteristik dari pembelajaran
matematika realistik.
5. Pembelajaran dengan Pendekatan Mekanistik
Pendekatan dalam pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau
kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan
pembelajaran dilihat dari sudut bagaimana proses pembelajaran atau materi
pembelajaran itu, umum atau khusus dikelola (Ruseffendi, 1989: 240).
I Gusti Putu Suharta (2006) menyatakan pendekatan mekanistik
merupakan pendekatan tradisional dan didasarkan pada apa yang diketahui dari
pengalaman sendiri (diawali dari yang sederhana ke yang lebih kompleks),
melalui pendekatan ini manusia dianggap sebagai mesin. Strategi pembelajaran
yang dilakukan guru misalnya dalam pembelajaran matematika cenderung
berangkat dari konsep seperti rumus-rumus yang selanjutnya menerapkan rumus
dalam menyelesaikan soal-soal kemudian memberikan tugas. Kemudian metode
yang dipakai oleh guru dalam menyampaikan kompetensi dasar tertentu
cenderung dengan metode ceramah yang dikombinasikan dengan latihan soal.
Keterbatasan metode yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
matematika pada beberapa topik ternyata membuat siswa menganggap topik
tersebut sulit (Salman, 2009).
Pembelajaran mekanistik lebih menekankan kepada penyampaian
pengetahuan kepada siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih berpusat pada
guru. Selama kegiatan pembelajaran, guru cenderung lebih mendominasi kegiatan
pembelajaran dan hampir tidak ada interaksi antar siswa. Kebanyakan siswa hanya
mendengarkan dan menulis dengan tekun, hanya sedikit siswa yang mengajukan
pertanyaan kepada guru, dengan kata lain siswa cenderung pasif.
Akhir-akhir ini pendekatan mekanistik dipandang memiliki kelemahan dan
seringkali diidentikkan dengan pendekatan tradisional. Pendekatan tradisional
sebagai pengajaran yang masih menggunakan sistem yang biasa dilakukan yaitu
sistem ceramah.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
pendekatan mekanistik sangat kontras dengan pembelajaran realistik.
Pembelajaran matematika dengan pendekatan mekanistik memiliki ciri-ciri:
1. Pembelajaran merupakan presentasi (ceramah) dan latihan (drill), aturan atau
algoritma matematika yang aktivitasnya didominasi guru serta tidak ada
perhatian pada refleksi.
2. Pembelajaran tidak menunjukkan adanya proses yang menghubungkan antara
aktifitas siswa, terbatas pada konteks informal dengan aritmatika formal.
3. Pembelajaran berlangsung individual tidak ada kerja kelompok dan tidak ada
interaksi antar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
4. Bila soal cerita dihadapkan sebagai aplikasi maka soal cerita tersebut
merupakan soal cerita penjumlahan murni biasa, tidak ada reproduksi bebas,
tidak ada soal konflik, dan tidak ada soal dimana siswa harus menyediakan
informasi sendiri.
5. Dalam pembelajaran, guru tidak mengaitkan antara materi ajar dengan
kehidupan siswa, jadi tidak menggunakan bantuan alat peraga, model atau
simbol yang sesuai.
Uraian di atas dapat dipandang sebagai kelemahan dari kegiatan
pembelajaran mekanistik. Adapun kelebihan dari pembelajaran mekanistik antara
lain :
1) Dapat menampung kelas besar dan setiap siswa mempunyai kesempatan yang
sama untuk mendengarkan penjelasan guru.
2) Kemampuan masing-masing siswa kurang mendapatkan perhatian, sehingga isi
dari silabus dapat mudah diselesaikan.
3) Bahan pelajaran dapat diberikan secara urut sesuai kurikulum.
6. Aktivitas Belajar Siswa
Menurut pandangan jiwa modern dalam Sardiman A.M ( 2001:98)
menyatakan bahwa, “yang dimaksud aktivitas belajar adalah aktivitas yang
bersifat fisik maupun mental”. Untuk mencapai aktivitas belajar yang optimal
kedua aktivitas itu harus selalu terkait. Sebagai contoh seseorang yang sedang
membaca, secara fisik penglihatanya harus tetuju pada buku yang sedang ia baca,
sedang secara mental pikiranya juga tertuju pada buku yang sedang ia baca.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Montessori (dalam Sardiman A.M, 2001:94) menegaskan bahwa anak-
anak itu memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri. Pendidik akan
berperan sebagai pembimbing dan pengamat bagaiman perkembangan anak-anak
didiknya. Pernyataan Montessori ini memberikan petunjuk lebih banyak melalui
aktivitas di dalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedang pendidik
memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat
oleh anak sendiri.
Banyak aktivitas yang dapat dilakukan di sekolah. Aktivitas tersebut tidak
hanya mendengar dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah
tradisional. Paul B Diedrich dalam (Ahmad Rohani, 2004:9) membuat suatu daftar
yang berisi macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai
berikut :
1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca,
memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan pekerjaan lain.
2. Oral activities, seperti mengatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, dan diskusi.
3. Listening activities sebagai contoh: mendengarkan uraian percakapan, diskusi
musik, pidato.
4. Writing activities, seperti: menulis cerita, karangan, laporan angket, menyalin.
5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik pada peta dunia.
6. Motor activities, misalnya: melakukan percobaan membuat koneksi, model