Top Banner
1 ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG) T. Rahadiyan Sofyan Dept. of Cardiology & Vascular Medicine Raden Mattaher Teaching Hospital, Faculty of Medicine, Jambi University
86
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: EKG UNJA2

1

ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)

T. Rahadiyan Sofyan

Dept. of Cardiology & Vascular Medicine Raden Mattaher Teaching Hospital, Faculty of Medicine, Jambi University

Page 2: EKG UNJA2

2

Konsep Dasar Elektrokardiogra

fi (EKG)

Page 3: EKG UNJA2

3

Sifat-Sifat Listrik Sel Otot Jantung

1. Sel otot jantung : susunan ion berbeda, kadar K+ intrasel 30 kali K+ ekstra sel

2. Permeabilitas membran sel ion K+ >ion Na+

3. Polarisasi : Membran sel otot jantung saat istirahat Depolarisasi : perubahan permeabilitas membran bila ada stimulus, dan akan timbul Potensial aksi disertai kontraksiBila depolarisasi selesai, potensial membran kembali normal disebut Repolarisasi disertai Relaksasi

Page 4: EKG UNJA2

4

..sifat-sifat listrik sel otot jantung..4. Proses stimulasi-kontraksi-

konduksi-relaksasi akan diteruskan dari satu sel otot jantung kesekitarnya, penerusan ini disebut Konduksi

5. Sel otot jantung :- sel otot jantung biasa- sel otot jantung khusus (sifat otomatisitas dan ritmisitas→sistem konduksi jantung)

Page 5: EKG UNJA2

5

Sel otot jantung dalam keadaan istirahat

dan ada stimulus

Dipole

- 90 mV + 20 mV

_ _ _ _ _ _ _ _

+ + + + + + + +

+ + + + + + + +

_ _ _ _ _ _ _ _

Resting Cell“Polarizerd”

Excited Cell“Depolarized”

_____

_____

++++

++++

Page 6: EKG UNJA2

6

Proses aktivasi otot jantung

RepolarisasiAktifasi(depolarisasi)

Istirahat(polarisasi)

Page 7: EKG UNJA2

7

Potensial Aksi Definisi : Perubahan potensial

listrik sebagai fungsi dari waktu, setelah sel otot jantung, mendapat stimulus.

Kurva potensial aksi menunjukkan karakteristik yang khas, yang dibagi menjadi 4 fase : Fase 0 : -90 mV - +20 mV (ion

Na+ masuk) Fase 1 : +20 mV – 0 mV Fase 2 : 0 mV (ion Ca++ masuk,

K+ keluar) Fase 3 : -90 mV

Page 8: EKG UNJA2

8

Kurva Potensial Aksi

Page 9: EKG UNJA2

9

Sistem Konduksi Jantung

Page 10: EKG UNJA2

10

Sistem Konduksi Jantung

Simpul Sino-Atrial (Nodus Sinus, Sinus)

Sistem Konduksi Intra-Atrial Simpul Atrio-Ventrikuler

(Nodus Atrio-Ventrikuler, Nodus)

Berkas His Cabang Berkas Fasikel Serabut Purkinje

Page 11: EKG UNJA2

11

SA Node

AV-Node

His-Bundle

Purkinje Fibers

Left Bundle Branch

Right Bundle Branch

The conduction system

Page 12: EKG UNJA2

12

Otomatisitas dan Ritmisitas pada Sistem

Konduksi Jantung Sifat Otomatisitas Ritmisitas Masing-masing bagian dari

sistem konduksi jantung mempunyai frekwensi ritmisitas sendiri-sendiri

Fisiologis : Simpul sinus mempunyai otomatisitas dan ritmisitas tertinggi, serabut Purkinje yang terendah

Dipengaruhi sistem saraf simpatik dan parasimpatik

Page 13: EKG UNJA2

13

Pengendali utama : Simpul Sinusstimulus→simpul sinus→potensial aksi→atria kanan & kiri→simpul AV (perlambatan konduksi)→berkas His,cabang kanan kiri, kemudian sampai Serabut Purkinje

Pengendali utama siklus jantung di Simpul Sinus disebut Pemacu Jantung Utama

Pengendalian Siklus Jantung

Page 14: EKG UNJA2

14

Gambaran Siklus Jantung Pada EKG

Page 15: EKG UNJA2

15

Gambaran Siklus Jantung pada EKG

Rekaman EKG dibuat pada kertas dengan kecepatan standard 25 mm/detik, defleksi 10 mm yang sesuai dengan potensial +1 mV

Page 16: EKG UNJA2

16

Gambaran Siklus Jantung Pada EKG

Gelombang P : depolarisasi atria kanan dan kiri

Segmen PR : garis isoelektrik Kompleks QRS : depolarisasi

ventrikel kanan & kiri Segmen ST : garis isoelektrik Gelombang T : repolarisasi

ventrikel kanan & kiri Gelombang U

Page 17: EKG UNJA2

The conduction system

1. SA Node, then transversed via atria

P wave : atrial contraction

Page 18: EKG UNJA2

The conduction system2. AV Node

PR interval :

delay between atrial and ventricular contraction

atrial booster pump function

protects ventricle from excessively rapid stimulation

Page 19: EKG UNJA2

The conduction system

3. His bundle, Bundle branch and Purkinje fibers

QRS : LV and RV contraction

Page 20: EKG UNJA2

The conduction system

Followed by ST segmen and T wave

ventricular repolarization

ventricular relaxation

Page 21: EKG UNJA2

Bentuk dasar EKG

Page 22: EKG UNJA2

22

Gambaran siklus jantung pada EKG

Page 23: EKG UNJA2

23

Sistem Sandapan Pada EKG

Page 24: EKG UNJA2

24

Sandapan pada EKG EKG Konvensional dipakai 10

elektroda: 4 buah elektroda ekstremitas 6 buah elektroda prekordial

Elektroda ekstremitas pada : Lengan kanan (Lka) Lengan kiri (Lki) Tungkai kanan (Tka) Tungkai kiri (Tki)

Elektroda Tkaground/bumipotensial nol yang stabil

Page 25: EKG UNJA2

25

Elektroda-elektroda ekstremitas

Page 26: EKG UNJA2

26

Elektroda-elektroda prekordial

Klavikula

Kosta IKosta IIKosta IIIKosta IV

Kosta V

Kosta VI

Garis horisontal

Garis aksila tengah

Garis aksila depanGaris klavikula tengah

Page 27: EKG UNJA2

27

Elektroda Prekordial V1 : garis parasternal kanan, pada

interkostal IV V2 : garis parasternal kiri, pada

interkostal IV V3 : titik tengah antara V2 dan V4 V4 : garis klavikula tengah, pada

interkostal V V5 : garis aksila depan, sama tinggi

dengan V4 V6 : garis aksila tengah, sama

tinggi dengan V4 dan V5. Ada elektroda prekordial kanan : V3R, V4R, V5R dan V6R, berseberangan dengan V3, V4, V5 dan V6

Page 28: EKG UNJA2

28

Sandapan-sandapan pada EKG

Sandapan Standar Ekstremitas (bipolar) I : Potensial Lki –

Potensial Lka II : Potensial Lka – Potensial

Tki III : Potensial Tki – Potensial Lki

Sandapan Ekstremitas Unipolar : aVR : Potensial Lka aVL : Potensial Lki aVF : Potensial Tungkai

Page 29: EKG UNJA2

29

Sandapan-sandapan pada EKG

Sandapan Prekordial :V1,V2,V3,V4,V5, dan

V6Sandapan Ekstremitas :

I, II, III, aVR, aVL, aVF

Page 30: EKG UNJA2

30

Konsep Vektor Pada EKG

Page 31: EKG UNJA2

31

Konsep Vektor Pada EKG

Rekaman gaya-gaya listrik selama depolarisasi atria, ventrikel, repolarisasi ventrikel gelombang P, QRS, dan T

Gelombang P, QRS, dan T vektor-vektor ruang, besar dan arahnya berubah-ubah vektor P, vektor QRS, dan vektor T

Page 32: EKG UNJA2

32

Konsep Vektor Pada EKG

Gaya Listrik punya besar dan arah

→ vektor Vektor dapat dinyatakan

dengan :Anak panah

Arah panah → arah vektorPanjang anak panah → besar vektor

Page 33: EKG UNJA2

33

Konsep Vektor

Belajar vektor dipakai sistem sumbu

Vektor ruang punya sistem sumbu ruang yang terdiri dari tiga buah bidang yang saling tegak lurus Bidang Horisontal (H) Bidang Frontal (F) Bidang Sagital (S)

EKG konvensionil : bidang H dan F

Page 34: EKG UNJA2

34

Vektor V dengan proyeksinya pada bidang F (VF) dan pada bidang H

(VH)

Page 35: EKG UNJA2

35

Sandapan Konvensionil

Bidang Frontal : I, II, III, aVR, aVL, aVF

Bidang horisontal : V1, V2, V3, V4, V5, V6

Page 36: EKG UNJA2

36

Sistem Sumbu pada Bidang Frontal

Berdasarkan Penelitian :• O = pusat jantung• I = garis mendatar 0o

• II = membuat sudut 60o dengan I, searah

jarum jam, yaitu +60o

• III = +120o

• aVR = - 150o

• aVL = - 30o

• aVF = +90o

Page 37: EKG UNJA2

37

Sistem Sumbu pada bidang Frontal

Page 38: EKG UNJA2

38

Sistem Sumbu pada Bidang Horisontal

Berdasarkan Penelitian :• V6 = garis mendatar 0o

• V5 = +22o

• V4 = +47o

• V3 = +58o

• V2 = +94o

• V1 = +115o

Page 39: EKG UNJA2

39

Sistem Sumbu pada bidang Horisontal

Page 40: EKG UNJA2

Kelainan Sumbu Frontal

Page 41: EKG UNJA2

Axis Horisontal

Page 42: EKG UNJA2

Menentukan Axis Horisontal

Page 43: EKG UNJA2

Kalibrasi Standard

Page 44: EKG UNJA2

44

Contoh EKG normal

Page 45: EKG UNJA2

45

Contoh EKG

Normal

Page 46: EKG UNJA2

46

Elektroda terbalik

Page 47: EKG UNJA2

47

Dextrocardia : direkam biasa

Page 48: EKG UNJA2

48

Cara merekam Dextrocardia

Page 49: EKG UNJA2

49

TERIMA KASIH

Page 50: EKG UNJA2

50

Page 51: EKG UNJA2

51

Page 52: EKG UNJA2

52

Page 53: EKG UNJA2

53

Page 54: EKG UNJA2

54

Page 55: EKG UNJA2

55

Page 56: EKG UNJA2

56

Page 57: EKG UNJA2

57

Bulatan Vektor

Depolarisasi Ventrikel Bulatan QRS pada bidang F dan H

Repolarisasi Ventrikel Bulatan T

Bulatan Vektor QRS yang terpenting dan terbesar ukurannya

Page 58: EKG UNJA2

58

Bulatan Vektor

Bulatan Vektor, besar dan arahnya berubah-ubah

Bulatan Vektor dapat diwakili satu vektor yang merupakan rata-rata atau sumbu listrik

Secara pendekatan, sumbu listrik adalah vektor yang membagi bulatan vektor menjadi dua bagian yang sama.

Sumbu listrik merupakan sifat penting dari masing-masing ruang jantung.

Page 59: EKG UNJA2

59

Bulatan Vektor QRS pada bidang frontal

Page 60: EKG UNJA2

60

Sumbu Listrik dari

Vektor QRS

Page 61: EKG UNJA2

61

Sumbu Listrik Vektor QRS Disebut Sumbu QRS saja Sumbu QRS pada bidang

frontal ditentukan: Cukup dengan 2 sandapan dari 6

sandapan Cara praktisnya :

Pilih 2 sandapan, yang termudah, yang saling tegak lurus, misal I dan aVF

Tentukan jumlah aljabar dari defleksi pada masing-masing sandapan

Gambar sebagai vektor pada masing-masing sumbu

Dibuat Resultante yang menggambarkan sumbu QRS

Page 62: EKG UNJA2

62

I : aVF :

Menentukan sumbu QRS bid. frontal

Page 63: EKG UNJA2

63

Cara lain penentuan sumbu QRS

Pilih satu sandapan yang mempunyai jumlah aljabar defleksi nol (defleksi positif sama dengan defleksi negatif)

Sumbu QRS tegak lurus pada sandapan ini

Arah dari sumbu QRS ditentukan meninjau salah satu sandapan lain, untuk memilih salah satu dari dua arah.

Lebih tepat, yang diukur bukan tinggi defleksi, tetapi luas area di bawah defleksi.

Page 64: EKG UNJA2

64

Menentukan sumbu QRS bid. Frontal dg perhitungan luas

Page 65: EKG UNJA2

65

Menentukan sumbu QRS pada bidang frontal dengan mencari sandapan

yang jumlah defleksinya nol

Page 66: EKG UNJA2

66

75

aVF -

I +

aVF +

I -

A) Lihat I – aVF :I : R = +4 S = - 2 + 2

aVF : R = +3 S = -10

- 72

-7

75

II +

aVL +

aVF

I

B) Lihat II – aVL : II : R = +2 S = -7

-5 aVL : R = +9 S = -1

+8

Menghitung sumbu QRSbidang Frontal

Page 67: EKG UNJA2

67

20

I : R : +9 X 1 = + 9 S : 0 = 0

+ 9

aVF : R = +3 X 1 = + 3 S = 0 = 0

+ 3

A) Frontal :Sumbu QRS Frontal dan Horizontal

B) Horizontal : Lihat rekaman V1-V6 Transisional di V3 (normal)

aVF +

I +

Page 68: EKG UNJA2

68

Menghitung sumbu bidang frontal

pada QRS lebar I +

aVF +II +

aVL - 9030

II : R : +6 X 1 = + 6 S : -1 X 2 = - 2

+4

aVL : R : +1 X 1=+1 S : - 4 X 2= -8

-7

B) Lihat yg isoelektris di Lead Ekstremitas → ternyata di aVR

9030

aVR

I -

III

A) Lihat II-aVL

Page 69: EKG UNJA2

69

Transisional di V 2 :sumbu lawan arah jarum jam

Sumbu pada bidang horizontal

Page 70: EKG UNJA2

70

Kelainan Sumbu QRS pada bidang frontal

Normal : -30o hingga +90o

Deviasi Sumbu Ke Kiri (DSKi) : -30o hingga -90o

Deviasi Sumbu Ke Kanan(DSKa) :

+90o hingga -180o

Sumbu Superior : +180o hingga -90o

Page 71: EKG UNJA2

71

Kelainan sumbu QRS pada bidang frontal

Page 72: EKG UNJA2

72

Sumbu QRS pada bidang Horisontal

Sandapan dengan jumlah defleksi nol daerah transisi pada bidang prekordial

Daerah transisi normal : V3 dan V4

Transisi berpindah ke arah jarum jam (dilihat dari arah tungkai) V5 atau V6 sumbu QRS rotasi searah jarum jam

Transisi berpindah ke arah V2 rotasi lawan arah jarum jam

Page 73: EKG UNJA2

73

Sumbu listrik pada bidang horisontal yang normal

Page 74: EKG UNJA2

74

Sumbu listrik QRS pada bidang horisontal

Page 75: EKG UNJA2

75

Sumbu Listrik dari Vektor P

Page 76: EKG UNJA2

76

Sumbu listrik dari vektor P

Sama dengan sumbu QRSTidak bisa terlalu tepatBiasa dipakai cara II

Page 77: EKG UNJA2

77

Sumbu P pada bidang Frontal

Gelombang P dari simpul sinus punya sumbu bervariasi antara 0o hingga +75o

Gelombang P dari penghubung AV punya sumbu antara 180o hingga -90o (sumbu P, arah lawan arus)

Gelombang P dari atrium, sumbu tergantung letak pemacu ektopik atrium. Sering antara +90o hingga +180o

Page 78: EKG UNJA2

78

Menentukan vektor P pada bidang frontal

Page 79: EKG UNJA2

79

Menentukan vektor P pada bidang horisontal

Page 80: EKG UNJA2

80

Sumbu P pada bidang Horisontal

Gelombang P dari simpul sinus sumbu yang arahnya kurang lebih di tengah-tengah antara V1 dan V6

Gelombang P bukan dari simpul sinus punya arah tergantung dari letak pemacu ektopik dari gelombang P

Page 81: EKG UNJA2

81

Vektor P dari sinusPada bidang frontal : antara 0o-

75o

Pada bidang horisontal : antara V1 dan V6

Page 82: EKG UNJA2

82

Sumbu P bukan dari sinus, pada bidang frontal

Page 83: EKG UNJA2

83

Sumbu Listrik dari Gelombang T

Page 84: EKG UNJA2

84

Sumbu Listrik Gelombang T

Sumbu T normal lebih kurang punya arah yang sama dengan sumbu QRS

Bila ada kelainan depolarisasi ventrikel gelombang T mengalami kelainan kelainan gelombang T sekunder.

Maka : vektor T dan vektor QRS berlawanan arah.

Page 85: EKG UNJA2

85

Page 86: EKG UNJA2

86

Thank You