Top Banner
EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA INDUK LELE Clarias sp. DALAM MENINGKATKAN KETAHANAN BENIH TERHADAP INFEKSI BAKTERI Aeromonas hydrophila KIKI AMALIA PRATIWI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
32

EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

Mar 22, 2019

Download

Documents

buique
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA

INDUK LELE Clarias sp. DALAM MENINGKATKAN

KETAHANAN BENIH TERHADAP INFEKSI BAKTERI

Aeromonas hydrophila

KIKI AMALIA PRATIWI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 2: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian
Page 3: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Efikasi vaksin sel utuh

Aeromonas hydrophila pada Induk Lele Clarias sp. dalam meningkatkan

Ketahanan Benih Terhadap Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila” adalah benar

karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam

bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

Kiki Amalia Pratiwi

NIM C14110006

Page 4: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian
Page 5: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

ABSTRAK

KIKI AMALIA PRATIWI. Efikasi Vaksin Sel utuh Aeromonas hydrophila pada

Induk Lele Clarias sp. dalam Meningkatkan Ketahanan Benih Terhadap Infeksi

Bakteri Aeromonas hydrophila. Dibimbing oleh SUKENDA dan RAHMAN.

Transfer kekebalan dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif

merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan

penelitian ini adalah menganalisa efektivitas vaksinasi sel utuh pada induk dalam

transfer kekebalan ke benih dan menguji ketahanan benih hasil pemijahan induk

yang divaksin. Induk lele yang digunakan pada penelitian ini memiliki bobot rata-

rata 650 ± 50 g dipelihara di kolam terpal berukuran 2 x 1 x 0,5 m3. Penelitian ini

menggunakan rancangan acak lengkap dengan 2 perlakuan dan 3 ulangan. Induk

betina lele divaksinasi secara intraperitonial dengan dosis 0,4 ml/kg ikan dan

induk lele kontrol disuntik dengan phospate buffer saline (PBS). Parameter yang

diamati meliputi hematologi induk, mortalitas, tingkat kelangsungan hidup relatif

benih, titer antibodi, dan kualitas air pemeliharaan. Pengukuran titer antibodi pada

induk, telur, dan benih lele umur 5 hari, 10 hari, dan 15 hari menggunakan metode

aglutinasi. Vaksinasi induk lele memberikan hasil level antibodi yang signifikan

(P<0.05) pada benih lele dibandingkan perlakuan kontrol dengan tingkat

kelangsungan hidup relatif benih umur 5 hari, 10 hari, dan 15 hari masing-masing

sebesar 67,76%, 82,66%, dan 71,66%.

Kata kunci: ikan lele, Aeromonas hydrophila, vaksinasi, transfer antibodi

ABSTRACT

KIKI AMALIA PRATIWI. Efficacy Whole Cell Vaccine Aeromonas hydrophila

of the Freshwater Catfish Broodstock and it’s Offspring Resistance Againt

Aeromonas hydrophila. Supervised by SUKENDA and RAHMAN.

Transfer of maternal immunity by mean passive immunization is a way to

provide protection and durability of antibodies on the offspring. The purpose of

this research is to analize the effectiveness of vaccinations on the female catfish

delivering immunity, and offspring resistance. The average body weight of

broodstock used in this study were 650 ± 50 g were kept in pool tarps sized 2 x 1

x 0,5 m3. This study used a randomized complete design with 2 treatments and 3

replications. Female broodstock were vaccinated using intraperitonial injections at

a dose 0,4 ml/kg and control fish were injected with phospate buffer saline (PBS).

The observed parameters include hematology of broodstock, mortality, the

relative survival rate, antibody titers, and water quality. Antibody titer

measurements on broodstock, eggs, and catfish 5 days, 10 days, and 15 days,

performed using agglutination method. Vaccination on broodstock catfish delivers

a significant antibody level (P<0.05) on offspring compared to control catfish with

relative survival rate of offspring 5 days, 10 days, and 15 days respectively of

67,76%, 82,66%, and 71,66%.

Keywords: Catfish, Aeromonas hydrophila, vaccination, antibody transfer

Page 6: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA

INDUK LELE Clarias sp. DALAM MENINGKATKAN

KETAHANAN BENIH TERHADAP INFEKSI BAKTERI

Aeromonas hydrophila

KIKI AMALIA PRATIWI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 7: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

Judul Skripsi

Nama NlM

: Efikasi Vaksin Sel Utuh Aeromonas hydrophila pada Induk Ikan Lele Clarias sp. dalam Meningkatkan Ketahanan Benih Terhadap Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

: Kiki Amalia Pratiwi : C14110006

Disetujui oleh

...

Pembimbing I Rahmarl,SPi, MSi

Pembixhbing II

Diketahui oleh

Tanggal Lulus: 1 0 DtC L015

Page 8: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat

dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2015 ini adalah

imunitas maternal, dengan judul Efikasi Vaksin Sel Utuh Aeromonas hydrophila

pada Induk Lele Clarias sp. dalam Meningkatkan Ketahanan Benih Terhadap

Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Wagirin, ibu Sulami, selaku kedua orang tua, adik-adik tercinta

Afriantri Wibowo dan Rahmadani Dwi Syafitri yang terus memberikan

dukungan doa serta motivasi kepada penulis.

2. Bapak Dr Ir Sukenda, MSc dan bapak Rahman, SPi, MSi selaku dosen

pembimbing skripsi.

3. Bapak Dr Ir Sukenda, MSc selaku Ketua Departemen Budidaya Perairan

4. Partner selama penelitian Ridhana Dwi Meilita dan Rafsyanzani yang selalu

bersama dalam suka dan duka selama penelitian.

5. BDP 48 dan LKI’ers (Mulya, Dhana, Hana, May, Syifa, Dhila, Fenti, Risma,

Hesti, Kak Dian, Kak Dinda, Maley, Iqbal, Zani, Adel, Adhiet, Andini dan

Dyah Anggun P.) atas bantuannya.

6. Pak Ranta, dan Kak Dendi yang telah banyak membantu dan memberikan

arahan selama penelitian.

7. Mas Aang yang sudah banyak membantu selama penelitian.

8. Amanah Haqqul Azli dan Dian Anggun yang telah memberikan dukungan,

dan bantuan selama penelitian.

9. Keluarga besar Departemen Budidaya Perairan, BDP 46, BDP 47, BDP 48, dan

BDP 49.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Kritik dan saran yang membangun diharapkan untuk perbaikan di masa

depan. Demikian skripsi ini disusun semoga bermanfaat.

Bogor, Januari 2016

Kiki Amalia Pratiwi

Page 9: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

i

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR LAMPIRAN ii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Materi Uji 2

Parameter Penelitian 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Hasil 8

Pembahasan 9

SIMPULAN 12

Simpulan 12

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 16

RIWAYAT HIDUP 22

Page 10: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

ii

DAFTAR TABEL

1 Perlakuan pengujian efikasi vaksinasi Aeromonas hydrophila 2 2 Kisaran kualitas air optimal pemeliharaan ikan lele 5 3 Pembacaan nilai titer antibodi 8 4 Hematologi dan titer antibodi induk 8 5 Tingkat kelangsungan hidup relatif (RPS) pasca uji tantang 9 6 Rataan titer atibodi telur, dan benih umur 5, 10, 15 hari 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil validasi bakteri A.hydrophila menggunakan KIT API 20 E 16

2 Hasil penentuan Lethal Concetration 50% (LC 50%) 16 3 Hasil analisis statistik hematologi induk 17

4 Hasil analisis statistik titer antibodi induk setelah divaksin dengan 18 independent samples t-test

5 Hasil analisis parameter tingkat kematian benih umur 5 hari dengan

independent samples t-test 18 6 Hasil uji lanjut Duncan parameter tingkat kematian benih umur 10 hari 19 7 Hasil uji lanjut Duncan parameter tingkat kematian benih umur 15 hari 19 8 Hasil analisis statistik titer antibodi telur dengan independent samples t-

test 19

9 Hasil analisis statistik titer antibodi benih umur 5 hari dengan independent

samples t-test 20 10 Hasil analisis statistik titer antibodi benih umur 10 hari dengan

independent samples t-test 20

11 Hasil analisis statistik titer antibodibenih umur 15 hari dengan independent

t-test 21

Page 11: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan unggulan budidaya air tawar,

karena teknologi budidayanya sudah banyak dikuasi oleh masyarakat dan

memiliki peluang pasar yang cukup tinggi. Oleh sebab itu, pemeliharaan ikan lele

dikembangkan secara intensif. Menurut KKP (2015) produksi ikan lele meningkat

dari tahun 2010-2014 sebesar 613.120 ton. Peningkatan produksi tersebut

mencakup pembenihan dan pembesaran. Dalam kegiatan pembesaran

membutuhkan pasokan benih secara kontinu untuk memenuhi target produksi

KKP pada tahun berikutnya.

Benih merupakan stadia yang sangat penting dan kritis, sehingga mudah

terinfeksi suatu penyakit. Benih yang dihasilkan harus dalam keadaan sehat dan

terbebas dari penyakit. Penyakit yang sering menyerang ikan lele khususnya pada

kegiatan pembenihan adalah penyakit motile aeromonad septicemia (MAS).

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Aeromonas hydrophila.

Bakteri A. hydrophila adalah bakteri oportunis dan banyak ditemukan di

lingkungan air tawar dan air payau. A. hydrophila disebut sebagai bakteri

oportunis karena biasanya dapat menimbulkan masalah pada saat ikan sedang

mengalami stres (Gardenia et. al 2010). Bakteri ini cukup virulen khususnya pada

ikan lele, karena dapat menyebabkan tingkat kematian lebih dari 60% dalam

waktu 7 hari (Pramudita et. al 2013).

Menurut Ghenghesh et al. (2008) Aeromonas sp. hidup pada suhu optimum

22-350C. Sebagian dari bakteri golongan ini mampu hidup pada suhu yang

berkisar antara 0-450C. Nilai pH bagi bakteri Aeromonas sp. untuk dapat tumbuh

berkisar antara 5,5-9,0. Ciri-ciri bakteri ini diantaranya bergerak dengan single

polar flagellum, memiliki gram negatif, dan dapat memfermentasi glukosa.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa perkembangan gejala penyakit

eksternal dan internal pada ikan akibat terinfeksi bakteri A. hydrophila

diantaranya berenang tidak aktif, terlihat lemas, terdapat luka di daerah bekas

suntikan, bagian perut mengembung bengkak, rongga perut penuh dengan cairan

kuning, usus berwarna kuning, ginjal lembek dan berwarna pucat, lambung

mengembung berisi air, hati merah kehitaman, serta jantung, insang, usus menjadi

pucat ( Mulia dan Purbomartono 2007).

Pengendalian penyakit MAS awalnya banyak menggunakan antibiotik yang

mengakibatkan dampak negatif, sehingga menjadikan bakteri A. hydrophila dan

bakteri-bakteri di lingkungan menjadi resisten terhadap antibiotik, serta

musnahnya bakteri menguntungkan yang sensitif. Pemakaian antibiotik dapat

menimbulkan residu pada ikan dan akan membahayakan kesehatan konsumen

apabila dikonsumsi (Wahjuningrum et al. 2010).

Oleh karena itu pada penelitian ini menggunakan alternatif lain untuk

kegiatan pencegahan terhadap penyakit pada stadia benih berupa vaksinasi induk

atau transfer kekebalan maternal menggunakan bakteri sel utuh yang tidak

berdampak negatif, tidak menimbulkan residu pada ikan dan tidak membahayakan

kesehatan konsumen apabila dikonsumsi serta ramah lingkungan. Transfer

kekebalan maternal menggunakan bakteri sel utuh merupakan cara untuk

Page 12: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

2

memberikan proteksi antibodi dan ketahanan pada benih, sehingga mengurangi

angka kematian akibat serangan penyakit.

Penelitian sebelumnya mengenai pemberian vaksin dengan menggunakan

sel utuh bakteri Streptococcus agalactiae pada induk nila Oreochromis niloticus

dapat memberikan transfer kekebalan maternal pada benih nila, sehingga

memberikan tingkat proteksi yang tinggi dengan nilai tingkat kelangsungan hidup

relatif rataan mencapai 84.92% (Firdausi 2014), sedangkan transfer kekebalan

maternal mengunakan sel utuh bakteri A. hydrophila dengan metode formaline

killed cell (FKC) terhadap ikan lele Clarias sp. yang disuntikkan ke induk lele

untuk melindungi benih belum pernah diteliti. Sehubungan dengan itu, perlu

dikaji efikasi vaksin sel utuh A. hydrophila pada induk lele dalam meningkatkan

ketahanan benih terhadap infeksi bakteri A. hydrophila.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas vaksinasi sel utuh

pada induk betina ikan lele dalam mentransferkan kekebalan ke anaknya dan

menguji ketahanan benih hasil pemijahan induk yang telah divaksin.

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juli 2015. Penelitian

dilaksanakan di Kolam Budidaya Lele Kompleks Ciampea Asri, Kecamatan

Ciampea, Bogor, di Laboratorium Lingkungan, dan Laboratorium Kesehatan

Organsime Akuatik, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari 2

perlakuan dan 3 ulangan. Rancangan penelitian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Perlakuan pengujian efikasi vaksinasi A. hydrophila Perlakuan Vaksinasi Uji Tantang

Induk kontrol Tidak divaksin -

Induk divaksin Divaksin -

Benih kontrol - Diuji tantang

Benih divaksin - Diuji tantang

Prosedur Penelitian

Persiapan Wadah Induk

Wadah pemeliharaan induk yang digunakan berupa kolam terpal ukuran 2 x

1 x 0,5 m3 sebanyak 2 buah. Kolam dibersihkan terlebih dahulu dari sisa-sisa

kotoran lumut yang menempel dan pakan pada pemeliharaan sebelumnya. Kolam

dicuci bersih dan dikeringkan selama 24 jam. Kolam yang sudah bersih

Page 13: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

3

selanjutnya diisi air dan didesinfeksi menggunakan virkon dengan dosis 1,2 ppm

dan didiamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam, kolam sudah dapat digunakan

sebagai wadah pemeliharaan.

Pemilihan Induk

Pemilihan induk dilakukan dengan cara pengukuran panjang, penimbangan

bobot tubuh, dan pengecekan tingkat kematangan gonad induk TKG II.

Pengecekan TKG induk lele betina dapat dilakukan dengan mengambil sel telur

pada kantung telur menggunakan selang kanulasi/kateter. Telur yang sudah

matang akan terpisah satu dengan yang lainnya jika diraba. Sebanyak 30 ekor

induk lele yang diamati, didapatkan 9 ekor induk dalam kondisi yang sehat dan

masih dalam TKG II.

Penebaran dan Pemeliharan Induk

Induk lele pada penelitian ini berasal dari Kolam Budidaya Lele Kompleks

Ciampea Asri Kecamatan Ciampea, Bogor. Jumlah induk jantan dan betina yang

ditebar pada kolam pemeliharaan tiap perlakuan masing-masing 3 ekor induk,

dengan bobot rata-rata 650 ± 50 g dan panjang rata-rata 43.5 ± 5.5 cm. Induk

kemudian dipelihara dalam kolam terpal ukuran 2 x 1 x 0.5 m3 yang terpisah

antara jantan dan betina yang selanjutnya diadaptasikan dengan kondisi

lingkungan dan pakan selama 2 minggu.

Pemberian Pakan

Pakan yang diberikan selama pemeliharaan berupa pelet. Pemberian pakan

dilakukan secara at satiation (sekenyang-kenyangnya). Frekuensi pemberian

pakan dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pagi hari pukul 08.00 WIB dan sore hari

pukul 16.00 WIB.

Karakterisasi Bakteri dan Peningkatan Virulensi

Karakterisasi bakteri dilakukan untuk memastikan bahwa bakteri yang akan

digunakan pada penelitian ini adalah murni bakteri A. hydrophila. Bakteri

diisolasi di media TSA dari organ ginjal, hati, dan luka ikan yang terinfeksi

bakteri tersebut, lalu diinkubasi di inkubator suhu 29-300C selama 24 jam. Bakteri

yang tumbuh dimurnikan dan dikarakterisasi ulang. Karakterisasi bakteri pada

penelitian ini dilakukan dengan pewarnaan gram, uji biokimia berupa uji OF,

motilitas, oksidase, dan katalase, serta validasi bakteri menggunakan KIT API 20

E.

Hasil karakterisasi menunjukkan bakteri yang digunakan adalah murni

bakteri A. hydrophila, yaitu hasil uji pewarnaan gram negatif, dan bentuk

morfologi batang pendek. Pada uji biokimia dihasilkan oksidase positif, katalase

positif, motilitas positif, dan bersifat fermentatif. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Daskalov (2005) bahwa A. hydrophila merupakan gram negatif, fakultatif anaerob,

non-sporeforming, bergerak dengan single polar flagellum, katalase-positif,

batang oksidase-positif, dan dapat memfermentasi glukosa. Hasil validasi bakteri

A. hydrophila dapat dilihat pada Lampiran 1.

Peningkatan virulensi bakteri juga dilakukan dengan menyuntikkan 0.1 ml

biakan cair bakteri A. hydrophila dengan kepadatan 107 CFU/ml secara

intramuskular ke masing-masing ikan lele yang sehat. Ikan yang diinfeksi A.

Page 14: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

4

hydrophila diamati gejala klinisnya yang menandakan ikan uji sudah sakit.

Bakteri kemudian direisolasi kembali setiap 1 minggu sekali dalam media TSA.

Pembuatan Vaksin

Biakan bakteri A. hydrophila pada media agar miring diambil 1 ose dan

dikultur dalam media TSB sebanyak 25 ml secara aseptik, diinkubasi pada water

shaker suhu 29-300C kecepatan 140 rpm selama 24 jam untuk mendapatkan

kepadatan bakteri 1.29 x 109 CFU/ml. Biakan bakteri ditambahkan buffer neutral

formaline (BNF) 3%, dan diinkubasi kembali selama 24 jam untuk inaktivasi

bakteri. Hasil inkubasi biakan bakteri disentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm

selama 30 menit, sehingga terpisah antara natan dan supernatan. Supernatan

dibuang, sedangkan natan hasil sentrifugasi di cuci dengan phosphate buffer

saline (PBS) sebanyak 2 kali. Pencucian PBS pertama untuk menghilangkan

media dan ekstraselular, sedangkan pencucian PBS kedua untuk menghilangkan

formalin. Selanjutnya natan ditambahkan PBS sesuai dengan volume awal (Evans

et al. 2004).

Sampel vaksin diuji viabilitasnya dengan ditumbuhkan pada media TSA dan

diinkubasi selama 24 jam. Tujuan uji viabilitas adalah untuk pengecekan

keamanan vaksin murni yang menimbulkan kekebalan terhadap patogen dan

untuk memastikan sel bakteri yang digunakan sudah tidak aktif lagi dengan

melihat tumbuh atau tidaknya koloni bakteri pada media TSA.

Pemberian Vaksin dan Pemijahan Induk Induk betina divaksinasi dengan dosis 0.4 ml/kg secara intraperitonial (IP).

Induk betina diberi tanda untuk membedakan antar perlakuan. Prinsip pemberian

vaksin dilakukan setelah induk dipuasakan sedikitnya 24 jam, dan induk yang

digunakan dalam keadaan sehat, tidak terserang penyakit. Induk betina yang

sudah divaksin dipelihara hingga memijah.

Proses pemijahan pada penelitian ini dilakukan secara alami yaitu pada

pukul 17.00 WIB. Kolam pemijahan diisi air dengan ketinggian air 30 cm. Kolam

pemijahan dilengkapi dengan sistem aerasi yang diletakkan pada sisi-sisi kolam.

Selanjutnya media pemijahan berupa kakaban dimasukkan dalam kolam dan

diberi penahan agar kakaban tetap berada pada dasar kolam. Induk jantan dan

betina kemudian dicampur pada kolam agar terjadi proses pemijahan. Proses

pemijahan dilakukan sekitar 4 minggu sejak pemberian vaksin. Telur yang telah

terbuahi sebagian diambil untuk dilakukan pengukuran titer antibodi, dan

sebagian lagi ditetaskan di kolam penetasan.

Penetasan Telur dan Pemeliharaan Benih

Telur lele diinkubasi hingga menetas dalam kolam terpal ukuran 2 x 1 x 0.5

m3 yang ditutupi dengan jaring paranet. Kolam penetasan juga dilengkapi dengan

sistem aerasi. Selama proses penetasan telur suhu dijaga pada kisaran 29-310C.

Selama pemeliharaan benih diberi pakan alami berupa cacing beku yang dimulai

pada hari ke-4 (setelah kuning telur habis) hingga hari ke-15. Setelah berumur 15

hari benih diberi pakan serbuk. Pemberian pakan selama pemeliharaan benih

dilakukan secara at satiation (sekenyang-kenyangnya) 3 kali dalam sehari yaitu

pagi hari pukul 08.00 WIB, siang hari pukul 12.00 WIB, dan sore hari pukul

16.00 WIB.

Page 15: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

5

Penentuan Lethal Concentration50 (LC50)

Penentuan LC50 dilakukan berdasarkan metode Reed & Muench (1938)

yaitu penentuan konsentrasi bakteri yang menyebabkan kematian hingga 50%

yang akan dijadikan sebagai acuan pada uji tantang. Benih umur 10 hari pasca

tetas sebanyak 20 ekor direndam dalam larutan bakteri dengan kepadatan 106, 107,

dan 108 CFU/ ml selama 1 jam dan diamati mortalitasnya selama 14 hari.

Uji Tantang (challenge test) Benih

Uji tantang dilakukan untuk mengetahui efikasi vaksin pada benih. Benih

yang digunakan pada uji tantang adalah benih berumur 5 hari, 10 hari, dan 15 hari

hasil dari induk yang divaksinasi. Wadah yang digunakan berjumlah 9 buah,

berdiameter 20 cm dengan tinggi air 15 cm dan dilengkapi dengan 2 buah aerasi

pada masing-masing perlakuan. Sebanyak 20 ekor benih dimasukkan kedalam

masing-masing wadah. Konsentrasi bakteri yang digunakan adalah yang sama

dengan yang dihasilkan pada LC 50% yaitu 106 CFU/ml. Benih direndam pada

larutan bakteri selama 1 jam, selanjutnya dikembalikan pada media pemeliharaan

dan diamati mortalitasnya hingga 14 hari.

Pengukuran Kualitas Air

Pengukuran kualitas air meliputi suhu, pH, DO, dan TAN. Pengukuran suhu

dilakukan setiap hari pada pukul 08.00 WIB dan 17.00 WIB. Pengukuran pH, DO,

dan TAN dilakukan pada awal, dan akhir pemeliharaan. Pengukuran kualitas air

optimum ikan lele terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kualitas air optimum ikan lele Parameter kualitas air Satuan Alat ukur Kualitas air optimal

(SNI 01-6484.5-2002)

Suhu 0C Termometer 25-300C

pH - pH meter 6.5-8.5

DO ppm DO meter >4

TAN ppm Spektrofotometer <0.01

Parameter Penelitian

Hematologi Induk

Hematologi adalah ilmu yang mempelajari komponen sel darah serta

kelainan fungsional dari sel tersebut. Hematologi juga merupakan parameter

pengecekan status kondisi kesehatan ikan melalui pengamatan gambaran darah.

Pemeriksaan gambaran darah sangat perlu terutama pada keadaan patologis

tertentu. Hematologi yang diamati pada induk dalam penelitian ini meliputi total

eritrosit (106 sel/mm3), total leukosit (104 sel/mm3), kadar hematokrit (%), dan

kadar hemoglobin (g%) induk. Selain itu, pengambilan darah induk juga

digunakan untuk pengamatan titer antibodi. Pengukuran hematologi dan titer

antibodi pada induk dilakukan sebelum dan setelah vaksinasi.

Total eritrosit

Perhitungan total eritrosit (sel darah merah) mengacu pada metode Blaxhall

(1972). Sampel darah dihisap dengan pipet berskala hingga 0.5. Larutan Hayem’s

Page 16: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

6

ditambahkan hingga skala 101. Darah dan larutan Hayem’s dalam pipet

digoyangkan membentuk angka delapan hingga homogen selama 3-5 menit.

Tetesan pertama dibuang, dan tetesan berikutnya diletakkan pada haemositometer,

lalu ditutup dengan cover glass dan diamati dengan mikroskop. Perhitungan

dilakukan pada 5 kotak kecil haemositometer. Rumus menghitung total eritrosit

adalah sebagai berikut:

SDM = Jumlah darah

Volume darah x 25 x

1

Volume kotak x Faktor pengencer

Total Leukosit

Perhitungan total leukosit (sel darah putih) berdasarkan metode Blaxhall

(1972). Sampel darah dihisap dengan pipet berskala hingga 0.5, kemudian

ditambahkan dengan larutan Turk’s hingga skala 11. Kedua larutan tersebut

digoyangkan membentuk angka delapan hingga larutan homogen selama 3-5

menit. Tetesan pertama dibuang, lalu tetesan berikutnya diletakkan pada

haemositometer, ditutup dengan cover glass dan diamati dibawah mikroskop.

Jumlah leukosit dihitung sebanyak 5 kotak. Rumus menghitung total leukosit

adalah sebagai berikut:

SDP = Jumlah darah

Volume darah x 25 x

1

𝑉olume kotak x Faktor pengencer

Kadar hematokrit

Sampel darah dimasukkan ke tabung hematokrit hingga volume ¾ tabung,

lalu disumbat dengan crystoceal, disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm

selama 5 menit, dan diukur panjang endapan yang terbentuk. Rumus untuk

menghitung kadar hematokrit sebagai berikut:

Hc (%) = Panjang endapan

Panjang total x 100

Kadar hemoglobin

Pengukuran kadar hemoglobin (Hb) dilakukan dengan metode sahli yang

mengkonversi darah ke dalam bentuk asam hematin setelah ditambah dengan

asam klorida. Darah dihisap dengan pipet sahli sampai skala 20 mm3 atau pada

skala 0.02, lalu dipindahkan ke dalam tabung Hb-meter yang telah diisi HCl 0.1 N

sampai skala 10, diaduk dan dibiarkan selama 3-5 menit. Selanjutnya, aquades

ditambahkan sampai warna darah dan HCl seperti warna larutan standar yang ada

dalam Hb meter. Skala dibaca dengan melihat permukaan cairan dan dicocokkan

dengan skala tabung sahli yang dilihat pada skala jalur g% (kuning) yang berarti

banyaknya hemoglobin dalam gram per 100 ml darah (Maswan 2009).

Tingkat Kematian (MR)

Tingkat kematian (mortalitas) adalah perbandingan jumlah ikan yang mati

pascauji tantang dengan ikan awal. Mortalitas dapat dihitung menggunakan

rumus:

MR (%) = Nm

N0𝑥 100

Page 17: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

7

Keterangan:

MR = Tingkat kematian (%)

Nm = Jumlah ikan yang mati (ekor)

N0 = Jumlah ikan awal (ekor)

Tingkat Kelangsungan Hidup Relatif (RPS)

Tingkat kelangsungan hidup relatif dihitung untuk mengetahui efektivitas

vaksin yang diberikan pascauji tantang. Tingkat kelangsungan hidup relatif dapat

dihitung menggunakan rumus:

RPS (%) = (1-Mv

Mc ) x 100

Keterangan:

RPS = Tingkat kelangsungan hidup relatif (%)

Mv = Mortalitas benih hasil induk yang divaksinasi (%)

Mc = Mortalitas benih hasil induk kontrol (%)

Titer Antibodi

Pengujian titer antibodi dilakukan pada plasma darah induk pada saat

sebelum divaksin dan setelah proses pemijahan, ekstrak telur, serta cairan tubuh

benih lele umur 5 hari, 10 hari, dan 15 hari. Pada induk plasma darah diambil

dibagian vena caudal menggunakan syringe. Darah yang diambil dimasukkan ke

tabung eppendorf, disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit

hingga terpisah antara darah dan plasma. Plasma diambil menggunakan

mikropipet, dan ditampung dengan tabung eppendorf yang kosong. Eppendorf

yang berisi plasma diinkubasi suhu 440C selama 20 menit untuk menginaktifkan

komplemen (Sakai 1981). Serum kemudian disimpan pada suhu 40C untuk

pengamatan titer antibodi.

Pengukuran titer antibodi untuk ekstrak telur diperoleh dengan mengambil

30 butir telur, sedangkan benih lele diambil sebanyak 5 ekor pada setiap pengujian.

Telur dan benih lele dicuci dengan akuades, lalu dikeringkan menggunakan kertas

saring, dihomogenkan dengan PBS-tween (0.13 ml tween dalam 500 PBS) rasio

1:4 v/v dengan cara digerus, dan disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm

selama 10 menit. Terdapat tiga lapisan yang dihasilkan saat sentrifuse yaitu

lapisan pertama berupa lemak, lapisan kedua berupa serum darah dan cairan tubuh

yang bercampur dengan PBS serta lapisan ketiga berupa endapan cangkang telur

dan jaringan ikan. Lapisan kedua diasumsikan sebagai lapisan serum darah dan

cairan tubuh yang diambil dan diinaktifkan komplemennya dengan pemanasan

suhu 470C selama 30 menit, yang selanjutnya dilakukan pengamatan titer antibodi

(Sakai 1981).

Pengukuran titer antibodi dilakukan dengan metode aglutinasi menggunakan

microplate (Roberson et al. 1990). Larutan PBS sebanyak 50 µl dimasukkan

kedalam lubang sumur ke-2 sampai lubang sumur ke-12. Serum darah sebanyak

50 µl dimasukkan kedalam lubang sumur ke-1 sebagai kontrol positif. Serum yang

akan diukur dimasukkan sebanyak 50 µl pada lubang sumur ke-2 diaduk hingga

homogen menggunakan mikropipet, lalu dilakukan pengenceran berseri dari

lubang sumur ke-2 ke lubang sumur ke-3 dan seterusnya hingga lubang sumur ke-

Page 18: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

8

11, selanjutnya dibuang 50 µl. Bakteri (konsentrasi 109 CFU/ml) sebanyak 50 µl

dimasukkan pada sumur lubang ke-1 hingga sumur lubang ke-12 yang sudah

bercampur dengan serum dan PBS-saline. Microplate ditutup menggunakan

plastik wrap agar tidak terjadi penguapan dan diinkubasi suhu 370C selama 24

jam. Adanya gumpalan-gumpalan seperti kabut pada lubang microplate

merupakan hasil positif terbentuknya titer antibodi. Titer antibodi dihitung sebagai

log 2 dari pengenceran tertinggi yang masih terjadi aglutinasi (Tabel 3).

Tabel 3. Pembacaan nilai titer antibodi Nomor lubang pengamatan

(n)

Pengenceran serum Titer antibodi (-log2)

1 1 : 2 1

2 1 : 4 2

: : :

: : :

11 1 : 2048 12

12 Kontrol (-)

Analisis Data Pengolahan data parameter titer antibodi induk, telur dan benih umur 5 hari,

10 hari dan 15 hari, serta hematologi induk menggunakan analisis uji independent

t-test dengan selang kepercayaan 95% menggunakan SPSS 16.0. Pengolahan data

tingkat mortalitas (MR) dan tingkat kelangsungan hidup relatif (RPS) benih

dianalisis dengan analisis ragam selang kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pengamatan Hematologi Induk

Hasil pengamatan hematologi induk berupa total eritrosit, kadar hemoglobin,

dan kadar hematokrit menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata antar perlakuan

(P>0.05), sedangkan pada total leukosit dan titer antibodi menunjukkan nilai yang

berbeda nyata (P<0.05) antar perlakuan. Data hasil pengamatan hematologi dan

titer antibodi induk dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hematologi dan Titer antibodi induk Parameter Kontrol Vaksin

Eritrosit (x 106 sel/mm3) 2.17 ± 0.24a 1.46 ± 0.10a

Leukosit (x 104 sel/mm3) 3.30 ± 0.80a 5.13 ± 2.23b

Hemoglobin (gram%) 6.10 ± 0.10a 6.50 ± 0.50a

Hematokrit (%) 29.93 ± 0.57a 29.44 ± 1.24a

Titer antibodi (-log 2) 3.00 ± 0.00a 5.66 ± 0.57b

Keterangan : Huruf superscript yang sama dibelakang nilai standar deviasi pada baris yang sama

menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0.05).

Tingkat Kelangsungan Hidup Relatif Benih (RPS) Pasca Uji Tantang

Hasil pengamatan tingkat mortalitas (MR) pasca uji tantang benih umur 5

hari, 10 hari, dan 15 hari menunjukkan hasil yang berbeda nyata antar perlakuan

Page 19: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

9

(P<0.05), dengan tingkat kelangsungan hidup relatif (RPS) benih berkisar antara

67.76-82.66%. Data hasil pengamatan RPS benih dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Tingkat kelangsungan hidup relatif (RPS) benih pasca uji tantang Uji Tantang Benih ( Hari) Perlakuan MR (%) RPS (%)

5 Kontrol 26. 67 ± 2.88a

Vaksin 8.33 ± 2.88b 67.76 ± 13.45

10 Kontrol 76.66 ± 23.09a

Vaksin 8.33 ± 2.88b 82.66 ± 2.30

15 Kontrol 46.66 ± 5.77a

Vaksin 13.33 ± 2.88b 71.66 ± 2.88

Rataan 74.05 ± 6.69

Keterangan : Huruf superscript yang berbeda dibelakang nilai standar deviasi pada kolom yang

sama menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan (P<0.05).

Titer Antibodi

Hasil pengamatan pengujian titer antibodi telur, benih umur 5 hari, 10 hari,

dan 15 hari perlakuan vaksin menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05)

terhadap perlakuan kontrol. Kemudian nilai titer antibodi pada benih mengalami

penurunan seiring bertambahnya umur dengan nilai terendah yaitu pada perlakuan

kontrol dan vaksin benih umur 15 hari masing-masing 2.00 dan 3.33. Data rataan

hasil pengamatan titer antibodi telur, benih umur 5 hari, 10 hari, dan 15 hari dapat

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan titer antibodi telur, dan benih lele umur 5 hari, 10 hari, dan 15

hari

Parameter Nilai Titer Antibodi (-log 2)

Kontrol Vaksin

Telur 2.66 ± 0.57a 4.33 ± 0.57b

Benih umur 5 hari 2.66 ± 0.57a 4.33 ± 0.57b

Benih umur 10 hari 2.33 ± 0.57a 3.66 ± 0.57b

Benih umur 15 hari 2.00 ± 0.00a 3.33 ± 0.57b

Keterangan : Huruf superscript yang berbeda dibelakang nilai standar deviasi pada baris yang

sama menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan (P<0.05).

Pembahasan

Penyakit bakterial sering kali menyerang budidaya ikan air tawar termasuk

lele. Salah satu penyakit bakterial tersebut adalah MAS (motile aeromonad

septicemia) yang disebabkan oleh infeksi bakteri Aeromonas hydrophila. Bakteri

ini mampu mengakibatkan tingkat kematian yang tinggi pada ikan lele dalam

berbagai ukuran termasuk pada stadia benih. Identifikasi bakteri A. hydrophila

pada penelitian ini selain menggunakan uji biokimia dan pewarnaan gram, juga

dilakukan dengan menggunakan uji API (KIT). Identifikasi bakteri menggunakan

uji API (KIT) merupakan cara yang paling mudah dan dapat memberikan hasil

identifikasi yang akurat. Salah satu KIT yang digunakan untuk identifikasi bakteri

A. hydrophila adalah API 20 E. Hasil karakterisasi menunjukkan tingkat

keakuratan 98.5% bakteri A. hydrophila (Lampiran 1). Hasil positif ditunjukkan

pada uji ONPG, ADH, VP, GEL, GLU, MAN, SAC, MEL, dan ARA, sedangkan

Page 20: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

10

hasil negatif ditunjukkan pada uji ODC, CIT, H2S, URE, TDA, IND, INO, SOR,

dan RHA (Lampiran 1).

Evaluasi kondisi kesehatan ikan dapat dilakukan melalui diagnosa gambaran

darah. Pengamatan hematologi induk pada penelitian ini dilakukan sebelum dan

setelah vaksinasi, dengan parameter yang diamati berupa total eritrosit (SDM),

total leukosit (SDP), kadar hematokrit, dan kadar hemoglobin. Data hasil rataan

total eritrosit induk yang diperoleh berkisar antara 1.46-2.17x106 sel/mm3 (Tabel

4) dan menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata antar perlakuan (P>0.05).

Total eritrosit yang diperoleh pada penelitian ini masih berada pada kisaran

normal ikan lele sehat menurut Dopongtonung (2008) yaitu berkisar antara 1.05-

3.0x106 sel/mm3.

Kadar hemoglobin merupakan parameter yang menggambarkan kandungan

eritrosit dalam darah. Warna merah pada darah disebabkan adanya hemoglobin

yang berfungsi dalam transportasi oksigen dan karbon dioksida serta mencegah

keasaman darah yang terlalu tinggi (Angka 2005). Data hasil rataan kadar

hemoglobin yang diperoleh berkisar antara 6.10-6.50 g% (Tabel 4) dan

menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata antar perlakuan (P>0.05). Kadar

hemoglobin yang diperoleh pada penelitian ini masih dibawah batas normal ikan

lele sehat menurut Dopongtonung (2008) yaitu berkisar antara 10.3-13.5 g%.

Rendahnya kadar hemoglobin yang diperoleh pada penelitian ini baik pada

induk perlakuan kontrol maupun induk perlakuan vaksin diduga adanya faktor-

faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin tersebut seperti spesies, perbedaan

induk (genetik), kondisi nutrisi, aktivitas fisik, dan juga umur ikan (Wintoko et al.

2013). Selain hemoglobin, kadar hematokrit juga merupakan parameter yang

menggambarkan kandungan eritrosit dalam darah. Penentuan metode hematokrit

adalah metode yang paling akurat dibanding metode lain (jumlah eritrosit dan

kadar Hb) untuk menggambarkan kandungan eritrosit dalam darah (Angka 2005).

Kadar hematokrit ikan bervariasi bergantung pada faktor nutrisi dan umur

ikan. Anak ikan dengan nutrisi yang baik mempunyai kadar hematokrit lebih

tinggi daripada ikan dewasa atau anak ikan dengan nutrisi rendah. Data hasil

rataan kadar hematokrit induk yang diperoleh berkisar antara 29.44-29.93%

( Tabel 4) dan tidak adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan (P>0.05).

Kadar hematokrit induk yang diperoleh pada penelitian ini masih berada di bawah

kisaran normal ikan lele sehat yaitu berkisar antara 30.8-45.5% (Dopongtonung

2008).

Penurunan nilai hematokrit pada ikan yang divaksinasi menunjukkan

adanya perubahan fisiologis akibat vaksinasi dalam tubuh ikan dan dapat

dijadikan indikator bahwa vaksin yang diberikan pada ikan memiliki dampak

positif dalam peningkatan total leukosit pada tubuh ikan (Wintoko et al. 2013).

Menurut Jawad et al. (2004) menyatakan bahwa kadar hematokrit ikan tinggi pada

awal maturasi, dan menurun pada saat ikan melakukan proses pemijahan, lalu

kadarnya akan meningkat kembali setelah memijah. Berdasarkan hasil tersebut,

dapat dikatakan bahwa pemberian vaksinasi pada induk tidak terlalu memberikan

pengaruh yang nyata terhadap perubahan gambaran darah pada total eritrosit,

kadar hematokrit, dan kadar hemoglobin induk.

Total leukosit dalam darah menunjukkan kondisi kesehatan ikan. Ikan yang

mengalami stres yang disebabkan oleh perubahan kondisi lingkungan maupun

karena benda asing memperlihatkan respons kenaikan jumlah sel leukosit. Data

Page 21: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

11

hasil rataan total leukosit yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 3.30-

5.13x104 sel/mm3 (Tabel 4) dan menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antar

perlakuan (P<0.05), dimana terjadi peningkatan total leukosit pada induk setelah

vaksinasi sebesar 5.13x104 sel/mm3. Peningkatan total leukosit yang terjadi pada

induk setelah vaksinasi menunjukkan bahwa pemberian vaksin mampu

meningkatkan respon pertahanan seluler berupa peningkatan total leukosit

terhadap induk. Hal ini berkaitan dengan fungsi sel darah putih sebagai alat

pertahanan. Menurut Purwanti et al. (2014) peningkatan konsentrasi leukosit

berdampak positif untuk pembentukan antibodi, sehingga menunjukkan adanya

respon perlawanan tubuh terhadap zat asing.

Total leukosit juga digunakan sebagai penanda adanya patogen yang masuk

kedalam tubuh, mengakibatkan tubuh memproduksi lebih banyak leukosit. Dalam

hal ini peningkatan total leukosit akibat pemberian vaksin, secara tidak langsung

dapat meningkatkan respon imun alami yang ditandai dengan peningkatan sel

fagosit. Sel-sel fagosit tersebut memiliki hubungan korelasi terhadap uji titer

antibodi yang telah dilakukan, yaitu sel fagosit berfungsi sebagai pengenalan

antigen atau vaksin yang diberikan pada tubuh ikan (Wintoko et al. 2013).

Pada penelitian ini pemijahan induk dilakukan selama 4 minggu setelah

vaksinasi agar antibodi yang terbentuk dapat ditransferkan ke anaknya. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Nur (2006) bahwa untuk membentuk kekebalan tubuh

(antibodi) diperlukan waktu yang cukup sejak pemberian vaksinasi, dan antibodi

baru terbentuk 1 minggu setelah vaksinasi dan kadarnya dalam serum meningkat

mencapai puncaknya setelah 10-15 hari.

Data titer antibodi yang diperoleh pada induk sebelum vaksinasi sebesar

3.00 (Tabel 4), dan cenderung meningkat setelah induk divaksinasi sebesar 5.66

(P<0.05) atau menunjukkan nilai yang berbeda nyata terhadap perlakuan kontrol.

Adanya reaksi aglutinasi yang terbentuk pada induk sebelum vaksinasi disebabkan

adanya antibodi alamiah didalam tubuh ikan, serta diduga tempat pemeliharan

induk yang berada pada kolam terbuka memungkinkan terjadinya kontak dengan

agen patogen yang ada didalam lingkungan kolam, sehingga mengakibatkan

terjadinya antibodi alamiah (Firdausi 2014). Sedangkan peningkatan nilai titer

antibodi pada induk setelah vaksinasi diduga bahwa vaksinasi yang diberikan

pada induk mampu menginduksi terbentuknya antibodi didalam tubuh.

Untuk mengetahui potensi dan efikasi vaksinasi induk dalam memproteksi

benih, maka dilakukan uji tantang (challenge test) pada benih terhadap agen

patogen. Sistem yang digunakan sama dengan pemaparannya secara alami, untuk

itu uji tantang dilakukan secara perendaman dengan konsentrasi bakteri yang

digunakan adalah 106 CFU/ml. Data tingkat kematian (MR) pada benih umur 5

hari, 10 hari, dan 15 hari yang dihasilkan pasca uji tantang berkisar antara 8.33-

76.66% (Tabel 5), dimana secara keseluruhan tingkat kematian pada benih vaksin

lebih rendah (P<0.05) dibandingkan perlakuan benih kontrol. Hal ini

membuktikan bahwa vaksinasi mampu mengurangi tingkat kematian pada stadia

benih yang disebabkan oleh bakteri A. hydrophila. Kecenderungan yang sama

dibuktikan pada penelitian sebelumnya yang menunjukkan penurunan tingkat

kematian pada benih yang dihasilkan setelah pemberian vaksin pada induk yang

diinfeksi dengan sel utuh S. agalactiae (Firdausi 2014).

Data RPS yang didapatkan pasca uji tantang pada benih berkisar antara

67.76-82.66% (Tabel 5). Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa

Page 22: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

12

benih umur 5 hari memiliki nilai RPS yang lebih rendah dibandingkan benih

umur 10 hari dan 15 hari. Hal ini terjadi karena peluang kematian yang dihasilkan

pada awal pemeliharaan benih cukup tinggi. Hal ini disebabkan pada awal

pertumbuhannya organ pembentuk respon imun darah atau dikenal dengan organ

limfomieloid seperti timus, ginjal depan, dan juga limpa belum berkembang,

sehingga diduga benih belum dapat memproduksi antibodi. Akan tetapi, secara

keseluruhan RPS benih yang dihasilkan lebih besar dari 60%. Hal ini

menunjukkan bahwa vaksinasi sel utuh A. hydrophila pada induk efektif

meningkatkan titer antibodi pada benih.

Titer antibodi diamati pada telur dan benih lele umur 5 hari, 10 hari, dan 15

hari. Pengamatan titer antibodi pada telur dilakukan untuk membuktikan adanya

antibodi yang masuk pada telur. Data hasil titer antibodi pada telur berkisar antara

2.66-4.33 (Tabel 6), dan adanya nilai yang berbeda nyata (P<0.05) antar

perlakuan, dimana titer antibodi pada telur vaksin lebih tinggi dibandingkan

perlakuan kontrol (Tabel 6). Titer antibodi yang tinggi pada telur vaksin diduga

terjadinya transfer antibodi dari induk ke telur. Antibodi yang terbentuk dan

dilepaskan dapat ditemukan dalam serum induk, yang kemudian ikut dalam aliran

darah (Swain & Nayak 2009).

Mulia dan Purbomartono (2007) menyatakan bahwa efektivitas vaksin

dalam menanggulangi penyakit MAS (motile aeromonad septicemia) pada lele

dumbo dipengaruhi oleh jenis vaksin atau sel bakteri yang digunakan sebagai

vaksin. Pemberian vaksin sel utuh pada benih melalui perendaman hasil dari

penelitian Evans et al. (2004) menunjukkan level proteksi yang cukup tinggi

dengan nilai RPS yang dihasilkan lebih dari 60%.

Titer antibodi yang dihasilkan pada benih berkisar antara 2.00-4.33, dimana

titer antibodi tertinggi terdapat pada benih umur 5 hari, dan kadarnya berkurang

pada benih umur 10 dan 15 hari (Tabel 7). Namun, secara keseluruhan titer

antibodi benih hasil induk yang divaksin memiliki titer antibodi lebih tinggi

(P<0.05) terhadap benih perlakuan kontrol. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Taukhid et al. (2012) bahwa kadar antibodi yang berasal dari induk, lalu ditransfer

ke benih ikan akan mengalami penurunan secara gradual seiring bertambahnya

umur benih.

SIMPULAN

Simpulan

Pemberian vaksin pada induk lele dapat menyebabkan transfer kekebalan

maternal ke benih. Titer antibodi tertinggi diberikan pada benih umur 5 hari dan

menurun secara gradual seiring bertambahnya umur benih lele. Tingkat proteksi

yang dihasilkan pada pemberian vaksinasi memberikan tingkat kelangsungan

hidup relatif pada umur benih 5 hari, 10 hari, dan 15 hari masing-masing sebesar

67.76%, 82.66%, dan 71.66%.

Page 23: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

13

DAFTAR PUSTAKA

Angka 2005. Kajian penyakit motile aeromonad septicemia (MAS) pada ikan lele

dumbo (Clarias sp.): patologi, pencegahan dan pengobatan dengan

fitofarmaka [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Blaxhall CP. 1972. The haematological assessment of the health of freshwater fish.

J. Fish Biol. 4: 593-604. doi: 10.1111/j.1095-8649.1972.tb05704.x.

Daskalov. 2005. The importance of Aeromonas hydrophila in food safety. Food

control. Departement of Food Hygiene, Technology and Control of

foods and foodstuffs. Faculty of Veterinary Medicine. Trakia University.

Bulgaria. 17: 476-483.doi: 10.1016/j.foodcont.2005.02.009.

Dopongtonung. 2008. Gambaran darah ikan lele Clarias sp. yang berasal dari

daerah Laldon-Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Evans JJ, Klesius HP, Shoemaker CA. 2004. Efficacy of Streptococcus agalactiae

(group B) vaccine in tilapia (Oreochromis niloticus) by intraperitoneal

and bath immersion administration. J. Vaccine. 22(37): 69-73.doi:

10.1016/j.vaccine.2004.03.012.

Firdausi PA. 2014. Vaksinasi induk ikan nila Oreochromic niloticus dengan sel

utuh dan ketahanan benih yang dihasilkannya terhadap infeksi

Streptococcus agalactiae [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Gardenia L, Koesharyani I, Supriyadi H, Mufidah T. 2010. Aplikasi deteksi

Aeromonas hydrophila penghasil aerolysin dengan menggunakan

polymerase chain reaction (PCR). Prosiding Forum Inovasi Teknologi

Akuakultur.

Ghenghesh SK, Ahmed F, El- Khalek AR, Al- Gendy A, Klena J. 2008.

Aeromonas-Associated infections in developing countries. J. Infect

Developing Countries. 2(2): 81-98.doi: 10.3855/jidc.277.

Jawad AL, Al-Mukhtar AM, Ahmed KH. 2004. The relationship between

haemotocrit and some biological parameters of the Indian shad,

Tenualosa ilisha (Family clupeidae). Animal Biodiversity and

Conservation. 27.2: 47-52.

[KKP] Kementerian Kelautan Perikanan. 2015. Laporan kinerja Direktorat

produksi tahun 2014 [internet].Tersedia dari: http://www.djpb.kkp.go.id

Maswan NA. 2009. Pengujian efektifitas dosis vaksin DNA dan korelasinya

terhadap parameter hematologi secara kuantitatif [skripsi]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Page 24: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

14

Mulia SD, Purbomartono C. 2007. Perbandingan efikasi vaksin produk intra-dan

ekstraseluler Aeromonas hydrophila untuk menanggulangi penyakit

motile aeromonad septicemia (MAS) pada lele dumbo (Clarias sp.).

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci). IX (2): 173-181.

Nur I. 2006. Respon humoral ikan nila (Oreochromis niloticus Linne) yang

divaksinasi dengan konsentrasi bakteri Aeromonas hydrophila yang

berbeda. Jurnal WIPTEK. 14: 0854-0667.

Pramudita, Sarjito, Prayitno BS. 2013. Identifikasi bakteri agensia penyebab

motile aeromonas pada ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang

berasal dari kecamatan Rowosari, kabupaten Kendal. Journal of

Aquaculture Management and Technology. 2(2):1-19.

Purwanti CS, Suminto, Sudaryono A. 2014. Gambaran darah ikan lele dumbo

(Clarias gariepinus) yang diberi pakan dengan kombinasi pakan buatan

dan cacing tanah (Lumbricus rubellus). Journal of Aquaculture

Management and Technology. 3(2):53-60.

Reed LJ. Muench H. 1938. A. simple method of estimating fifty percent edpoints.

Am. J. Hygiene. 27 (3): 493-497.

Roberson BS. 1990. Bacterial agglutination. Di dalam: Tehniques in Fish

Immunology. USA (ID): SOS Publication.

Sakai DK. 1981. Heat inactivation of complement and immune hemolysis

reactions in rainbow trout, Masu Salmon, Coho Salmon, Goldfish, and

Tilapia. Bull. Japan. Soc.Sci. Fis. 47:565-571.

[SNI] Standar Nasional Indonesia 01-6484.5-2002. 2002. Ikan lele dumbo

produksi kelas pembesaran di kolam [internet]. [diacu 2013 Agustus 12].

Tersedia dari: http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id/index.php.

Swain P, Nayak SK. 2009. Role of maternally derived immunity in fish. Journal

Fish & Shellfish Immunology. 27:89-99.doi: 10.1016/j.fsi.2009.04.008.

Taukhid, Purwaningsih U, Lustiastuti AM. 2012. Pengambangan vaksin inaktiv

bakteri Streptococcus agalactiae: Penentuan teknik aplikasi dan dosis

efektif vaksin melalui perendaman untuk pencegahan penyakit

Streptococcosis pada ikan Nila (Oreochromis niloticus). Prosiding

seminar. Bogor (ID). Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar.

Wahjuningrum D, Solikhah HE, Budiardi T, Setiawati M. 2010. Pengendalian

infeksi Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo (Clarias sp.)

dengan campuran meniran (Phyllanthus niruri) dan bawang putih

(Allium sativum) dalam pakan. Jurnal Akuakultur Indonesia. 9(2): 93-

103.

Page 25: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

15

Wintoko F, Setyawan A, Hudaidah S, Ali M. 2013. Imunogenisitas heat killed

vaksin inaktif Aeromonas hydrophila pada ikan mas (Cyprinus carpio).

Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. 1(2): 2302-3600.

Page 26: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

16

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil validasi bakteri Aeromonas hydrophila menggunakan KIT API

20 E

Hasil karakterisasi bakteri Aeromonas hydrophila menggunakan KIT API 20 E Tests Active ingredients Hasil Uji

ONPG 2-nitrophenyl ßdgalactopyranoside Positif

ADH L-arginine Positif

ODC L-lysine Negatif

CIT L-ornithine Negatif

H2S Trisodium citrate Negatif

URE Sodium thiosulfate Negatif

TDA Urea Negatif

IND L-tryptophane Negatif

VP Sodium pyruvate Positif

GEL Gelatin (bovine origin) Positif

GLU D-glucose Positif

MAN D-mannitol Positif

INO Inositol Negatif

SOR D-sorbitol Negatif

RHA L-rhamnose Negatif

SAC D-sucrose Positif

MEL D-melibiose Positif

ARA Amygdalin Positif

Lampiran 2. Perhitungan nilai LC50

Kepadatan

Bakteri (CFU/ml)

∑ Ikan mati

(ekor)

∑ Ikan hidup

(ekor)

Ratio mati Kematian

(%)

108 20 0 1 100

107 15 5 0.75 75%

106 8 12 0.4 40%

Selang Proporsi = 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑎𝑡𝑎𝑠 50%−50%

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑎𝑡𝑎𝑠 50%−𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 50%

= 75−50

75−40

= 0.71~ 1

Page 27: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

17

-Log LC50 = -log kematian diatas 50% + selang proporsi

= (-7) + 1

= 6

LC50 = 6

Lampiran 3. Hasil analisis statistik hematologi induk

Group Statistics

perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

SDM vaksin 3 2,1765 0,245 0,14145

kontrol 3 1,46 0,1 0,05774

SDP vaksin 3 5,1324 2,236 0,46188

kontrol 3 3,3 0,8 1,29904

Hb vaksin 3 6,5 0,5 0,05774

kontrol 3 6,1 0,1 0,28868

Hc vaksin 3 29,44 1,24 0,33198

kontrol 3 29,935 0,575 0,7188

Independent t-test Levene's

Test for

Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F

Sig.

t

df

Sig.

(2tail

ed)

Mean

Differenc

e

Std.

Error

Differenc

e

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

SDM

Equal

variances

assumed

1,201 ,335 -3,305 4 ,070 -,50500 ,15278 -,92918 -,08082

Equal

variances

not

assumed

-3,305 2,648 ,065 -,50500 ,15278 -1,02985 ,01985

SDP

Equal

variances

assumed

1,475 ,051 -,907 4 ,046 -1,25000 1,37871 -5,07790 2,57790

Equal

variances

not

assumed

-,907 2,498 ,043 -1,25000 1,37871 -6,18162 3,68162

Hb

Equal

variances

assumed

2,462 ,192 -1,359 4 ,266 -,40000 ,29439 -1,21736 ,41736

Equal

variances

not

-1,359 2,160 ,293 -,40000 ,29439 -1,58099 ,78099

Page 28: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

18

assumed

Hc

Equal

variances

assumed

,955 ,384 2,564 4 , 420 2,03000 ,79176 -,16828 4,22828

Equal

variances

not

assumed

2,564 2,816 , 582 2,03000 ,79176 -,58544 4,64544

Lampiran 4. Hasil analisis statistik titer antibodi induk setelah divaksin dengan

independent samples t-test

Group Statistics

perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Titer kontrol 3 3,0000 ,00000 ,00000

vaksin 3 5,6633 ,57735 ,33333

Independent t-test Levene's

Test for

Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F

Sig.

t

df

Sig.

(2-tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Titer Equal

variances

assumed

16

0,016

-7,99

4

0,001

-2,66333

0,33333

-3,58882

-1,73785

Equal

Variances

not assumed

-7,99

2

0,015

-2,66333

0,33333

-4,09755

-1,22912

Lampiran 5. Hasil analisis statistik parameter tingkat kematian benih umur 5 hari

dengan independent samples t-test

Descriptives

perlakuan N Mean Std.Deviation Std. Error

95% Confidence

Interval for Mean Min Max

Lower

Bound

Upper

Bound

kontrol - 3 0 0 0 0 0 0 0

kontrol + 3 26,6667 2,88675 1,66667 19,4956 33,8378 25 30

vaksin 3 8,3333 2,88675 1,66667 1,1622 15,5044 5 10

Total 9 11,6667 11,98958 3,99653 2,4507 20,8827 0 30

Page 29: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

19

Lampiran 6. Hasil analisis statistik parameter tingkat kematian benih umur 10 hari

dengan independent samples t-test

Descriptive

N Mean

Std.

Deviation

Std.

Error

95% Confidence

Interval for Mean

Min Max

Lower

Bound

Upper

Bound

kontrol - 3 ,0000 ,00000 ,00000 ,0000 ,0000 ,00 ,00

kontrol + 3 76,6667 23,09401 13,33333 19,2980 134,0354 50,00 90,00

vaksin 3 8,3333 2,88675 1,66667 1,1622 15,5044 5,00 10,00

Total 9 28,3333 38,24265 12,74755 -1,0626 57,7292 ,00 90,00

Lampiran 7. Hasil analisis statistik parameter tingkat kematian benih umur 15 hari

dengan independent samples t-test

Descriptive

perlakuan N Mean

Std.

Deviation

Std.

Error

95% Confidence

Interval for Mean

Min

Max

Lower

Bound

Upper

Bound

kontrol - 3 ,0000 ,00000 ,00000 ,0000 ,0000 ,00 ,00

kontrol + 3 46,6667 5,77350 3,33333 32,3245 61,0088 40,00 50,00

vaksin 3 13,3333 2,88675 1,66667 6,1622 20,5044 10,00 15,00

Total 9 20,0000 21,06537 7,02179 3,8077 36,1923 ,00 50,00

Lampiran 8. Hasil analisis statistik titer antibodi telur dengan independent

samples t-test

Group Statistics

perlakuan

N Mean Std.Deviation Std. Error Mean

Titer

kontrol

3

2,6667

,57735

,33333

vaksin

3

4,3333

,57735

,33333

Page 30: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

20

Independent t-test

Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

titer Equal

variances

assumed

,000 1,000 -3,536 4 ,024 -1,66667 ,47140 -2,97550 -,35784

Equal

variances

not

assumed

-3,536 4,000 ,024 -1,66667 ,47140 -2,97550 -,35784

Lampiran 9. Hasil analisis statistik titer antibodi benih umur 5 hari dengan

independent samples t-test

Group Statistics

perlakuan

N Mean Std.Deviation Std.Error Mean

titer

kontrol

3

2,6667

,57735

,33333

vaksin

3

4,3333

,57735

,33333

Independent t-test Levene's Test

for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F

Sig.

t

df

Sig.

(2-

tailed

)

Mean

Differenc

e

Std.

Error

Differenc

e

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

titer Equal

variances

assumed

,000

1,000

-3,536

4

,024

-1,66667

,47140

-2,97550

-,35784

Equal variances

not assumed

-3,536

4,000

,024

-1,66667

,47140

-2,97550

-,35784

Lampiran 10. Hasil analisis statistik titer antibodi benih umur 10 hari dengan

independent samples t-test

Group Statistics

Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

titer 1.00 3 2,3333 ,57735 ,33333

2.00 3 3,6667 ,57735 ,33333

Page 31: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

21

Independent t-test Levene's

Test for

Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F

Sig.

t

df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

titer Equal

variances

assumed

,000 1,000 -2,828 4 ,047 -1,33333 ,47140 -2,64216 -,02450

Equal variances

not assumed

-2,828 4,000 ,047 -1,33333 ,47140 -2,64216 -,02450

Lampiran 11. Hasil analisis statistik titer antibodi benih umur 15 hari dengan

independent samples t-test

Group Statistics

Perlakuan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

titer 1.00 3 2,0000 ,00000 ,00000

2.00 3 3,3333 ,57735 ,33333

Independent t-test Levene's Test

for Equality

of Variances

t-test for Equality of Means

F

Sig.

t

df

Sig.

(2-

tailed)

Mean

Differenc

e

Std.

Error

Differen

ce

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

titer Equal

variances

assumed

16,000 ,016 -4,000 4 ,016 -1,33333 ,33333 -2,25882 -,40785

Equal variances

not assumed

-4,000 2,000 ,057 -1,33333 ,33333 -2,76755 ,10088

Page 32: EFIKASI VAKSIN SEL UTUH Aeromonas hydrophila PADA … · dari induk kepada benih melalui imunisasi pasif . merupakan salah satu cara untuk memberikan proteksi pada benih. Tujuan penelitian

22

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Kiki Amalia Pratiwi, dilahirkan di kota Medan

pada tanggal 06 Juni 1992. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara

dari pasangan Bapak Wagirin dan Ibu Sulami. Penulis menempuh pendidikan

sekolah dasar di SD Swasta Torgamba (1999-2005), sekolah menengah pertama di

SMP Swasta Galih Agung Medan (2005-2008), sekolah menengah atas di SMA

Swasta Galih Agung Medan (2008-2011), dan diterima sebagai mahasiswa

Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN undangan (2011-2015).

Selama masa perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata

kuliah Penyakit Organisme Akuatik (2014), dan Manajemen Kesehatan

Organisme Akuatik (2015). Penulis juga pernah mengikuti Magang “Pembenihan

Udang Vanamei (Litopenaeus vannamei)” di BBAP Pecaron, Situbondo, Jawa

Timur (2013) serta mengikuti Praktik Lapangan Akuakultur “Pembenihan Ikan

Bawal Bintang (Trachinotus blochii)” di Balai Perikanan Budidaya Laut Batam

pada bulan Juni hingga Agustus 2014. Penulis pernah menjadi anggota divisi

Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) HIMAKUA IPB pada tahun

2013-2014.

Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir berupa skripsi yang berjudul

“Efikasi Vaksin Sel Utuh Aeromonas hydrophila pada Induk Lele Clarias sp.

dalam Meningkatkan Ketahanan Benih Terhadap Infeksi bakteri Aeromonas

hydrophila” dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Sukenda, M.Sc dan Bapak Rahman

Spi, Msi.