Top Banner
Mahasiswa Pendidikan Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau 1 Dosen Pendidikan Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau 2 3 EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E PADA PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI TUGUMULYO TAHUN PELAJARAN 2018/2019 Resita Emilia 1 Tri Ariani, M.Pd.Si 2 Ovilia Putri Utami Gumay, M.Pd.Si 3 Program Studi Pendidikan Fisika STKIP PGRI LUBUKLINGGAU JL. Mayor Toha Kel. Air Kuti Telp. (0733) 451432 Lubuklinggau e-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Pada Pembelajaran Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri Tugumulyo Tahun Pelajaran 2018/2019”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar dan aktivitas serta respon siswa setelah menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E di kelas X MIPA 1 SMA Negeri Tugumulyo. Desain eksperimen yang digunakan yaitu one-group pre-test post-test design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri Tugumulyo yang berjumlah 181 siswa. Dan yang menjadi sampelnya adalah siswa kelas X MIPA 1 dengan jumlah 36 orang siswa sebagai kelas eksperimen. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes, observasi dan angket respon. Data nilai tes siswa dianalisis dengan menggunakan uji-t. Berdarkan hasil analisis data post-test diuji menggunakan uji-t dengan taraf kepercayaan α = 0,05 didapat dan karena , dan berdasarkan data observasi dapat dilihat presentase rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 63,91% kategori baik, sedangkan untuk respon presentase rata-rata sebesar 85,00% kategori sangat baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa setelah diterapkan model Learning Cycle 7E signifikan tuntas, aktivitas siswa baik dan angket respon siswa sangat baik di Kelas X MIPA 1 SMA Negeri Tugumulyo. Kata kunci: Pembelajaran berbasis siklus (Learning Cycle 7E), hasil belajar, aktivitas belajar, dan Respon siswa. Abstract This study is entitled Efectivitas Learning Cycle7E Learning in Class X Physics Learning Of Tugumulyo State Senior High School Student Year 2018/2019. This study aims to determine the completeness of learning outcomes and activities and responses of students after using the 7E Learning Cycle learning model in class X MIPA 1 Tugumulyo State High School.The experimental design used was one-group pre-test - post-test design. The population in this study were all students of class X Tugumulyo State High School totaling 181 students. And the sample is students of class X MIPA 1 with 36 students as the experimental class. Data collection techniques using test, observation and response questionnaire techniques. Data on student test scores were analyzed using the t-test. Based on the results of data analysis post-test was tested using the t-test with a confidence level α = 0.05 obtained = 6.0739 and = 1.697 because and based on observational data can be seen the percentage of average learning activity students were 63.91% good category, while for the average percentage response 85.00% very good category. So it can be concluded that student learning outcomes after the implementation of the Learning Cycle7E model is significantly complete, student activity is good and the student response questionnaire is very good in Class X MIPA 1 Tugumulyo State High School. Keywords: Cycle-based learning (Learning Cycle 7E), learning outcomes, learning activities, and student responses.
18

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL RESITA.pdf · Dosen Pendidikan Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau 2 3 EFEKTIVITAS MODEL

Mar 05, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL RESITA.pdf · Dosen Pendidikan Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau 2 3 EFEKTIVITAS MODEL

Mahasiswa Pendidikan Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau 1

Dosen Pendidikan Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau 2 3

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E PADA

PEMBELAJARAN FISIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI TUGUMULYO TAHUN

PELAJARAN 2018/2019

Resita Emilia1 Tri Ariani, M.Pd.Si

2 Ovilia Putri Utami Gumay, M.Pd.Si

3

Program Studi Pendidikan Fisika STKIP PGRI LUBUKLINGGAU

JL. Mayor Toha Kel. Air Kuti Telp. (0733) 451432 Lubuklinggau

e-mail: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Pada Pembelajaran

Fisika Siswa Kelas X SMA Negeri Tugumulyo Tahun Pelajaran 2018/2019”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar dan aktivitas serta respon siswa setelah

menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E di kelas X MIPA 1 SMA Negeri

Tugumulyo. Desain eksperimen yang digunakan yaitu one-group pre-test – post-test design.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri Tugumulyo yang

berjumlah 181 siswa. Dan yang menjadi sampelnya adalah siswa kelas X MIPA 1 dengan jumlah 36

orang siswa sebagai kelas eksperimen. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes,

observasi dan angket respon. Data nilai tes siswa dianalisis dengan menggunakan uji-t. Berdarkan

hasil analisis data post-test diuji menggunakan uji-t dengan taraf kepercayaan α = 0,05 didapat

dan karena , dan berdasarkan data observasi

dapat dilihat presentase rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 63,91% kategori baik, sedangkan

untuk respon presentase rata-rata sebesar 85,00% kategori sangat baik. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar siswa setelah diterapkan model Learning Cycle 7E signifikan tuntas, aktivitas

siswa baik dan angket respon siswa sangat baik di Kelas X MIPA 1 SMA Negeri Tugumulyo.

Kata kunci: Pembelajaran berbasis siklus (Learning Cycle 7E), hasil belajar, aktivitas belajar, dan

Respon siswa.

Abstract

This study is entitled Efectivitas Learning Cycle7E Learning in Class X Physics Learning Of

Tugumulyo State Senior High School Student Year 2018/2019. This study aims to determine the

completeness of learning outcomes and activities and responses of students after using the 7E

Learning Cycle learning model in class X MIPA 1 Tugumulyo State High School.The experimental

design used was one-group pre-test - post-test design. The population in this study were all students

of class X Tugumulyo State High School totaling 181 students. And the sample is students of class X

MIPA 1 with 36 students as the experimental class. Data collection techniques using test,

observation and response questionnaire techniques. Data on student test scores were analyzed

using the t-test. Based on the results of data analysis post-test was tested using the t-test with a

confidence level α = 0.05 obtained = 6.0739 and = 1.697 because and

based on observational data can be seen the percentage of average learning activity students were

63.91% good category, while for the average percentage response 85.00% very good category. So

it can be concluded that student learning outcomes after the implementation of the Learning

Cycle7E model is significantly complete, student activity is good and the student response

questionnaire is very good in Class X MIPA 1 Tugumulyo State High School.

Keywords: Cycle-based learning (Learning Cycle 7E), learning outcomes, learning activities, and

student responses.

Page 2: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL RESITA.pdf · Dosen Pendidikan Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau 2 3 EFEKTIVITAS MODEL

2

I. PENDAHULUAN

Undang-undang N0. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif menggembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan

merupakan kebutuhan manusia selama

manusia hidup. Tanpa adanya pendidikan,

maka dalam menjalani kehidupan ini manusia

tidak akan dapat berkembang dan bahkan

akan terbelakang. Dengan demikian

pendidikan itu harus betul-betul diarahkan

untuk menghasilkan manusia yang berkualitas

yang mampu bersaing, memiliki budi pekerti

yang luhur dan moral yang baik. Pendidikan

yang terencana, terarah dan

berkesinambungan dapat membantu peserta

didik untuk menggembangkan

kemampuannya secara optimal, baik aspek

kognitif, aspek afektif, maupun aspek

psikomotorik. Dalam mencapai tujuan

pendidikan perlu diupayakan suatu sistem

pendidikan yang mampu membentuk

kepribadian dan keterampilan peserta didik

yang unggul, yakni manusia yang kreatif,

cakap terampil, jujur, dapat dipercaya,

bertanggung jawab dan memiliki solidaritas

yang tinggi (Triyono dkk, 2012:226-227).

Peserta didik yang mampu

meningkatkan kualitas sumber daya manusia

(SDM) melalui pendidikan yang telah dijalani

merupakan harapan terbesar dari berbagai

jenjang pendidikan. Mulai dari pendidikan

dasar hingga ke perguruan tinggi. Langkah

untuk mencapai ke jenjang perguruan tinggi

akan melewati tahap pendidikan menengah.

Pendidikan menengah atau SMA merupakan

lanjutan dari SMP (Sekolah Menengah

Pertama) setelah Sekolah Dasar (SD) yang

dilalui oleh peserta didik.

Di era globalisasi ini untuk

meningkatkan mutu pendidikan merupakan

suatu tuntutan untuk semua kalangan yang

berada dalam ruang lingkup pendidikan.

Seiring dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi menjadikan

semakin kuatnya tantangan dan persaingan

dibidang pendidikan. Hal tersebut dapat

terlihat dari perubahan lingkungan dan

masyarakat yang semakin waktu mengalami

penurunan respon positif terhadap

permasalahan bangsa yang sedang dialami

khususnya permasalahan dalam dunia

pendidikan.

Masalah utama dalam pembelajaran

pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini

adalah masih rendahnya daya serap peserta

didik. Hal ini tampak dari rata-rata hasil

belajar peserta didik yang senantiasa masih

sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya

merupakan hasil kondisi pembelajaran yang

masih bersifat konvesional dan tidak

menyentuh ranah dimensi peserta didik itu

sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar

itu (belajar untuk belajar). Arti yang lebih

substansial, bahwa proses pembelajaran

hingga dewasa ini masih memberikan

dominasi guru dan tidak memberikan akses

bagi anak didik untuk berkembang secara

mandiri melalui penemuan dalam proses

berpikirnya (Trianto, 2011:5).

Fisika sebagai mata pelajaran di jenjang

pendidikan menengah masih memiliki

reputasi yang sangat buruk yaitu sulit untuk

dipelajari dan tidak diminati sebagian besar

siswa. Oleh karena itu guru fisika memiliki

masalah besar dalam upaya menyajikan

pembelajaran fisika lebih bermakna dan

membuat siswa terpesona dan tertarik untuk

mempelajarinya. Dalam proses pembelajaran

atau penyampaian materi guru dapat

menggunakan berbagai macam cara, metode

pembelajaran, atau model pembelajaran.

Model pembelajaran yang efektif memiliki

keterkaitan dengan tingkat pemahaman guru

terhadap perkembangan dan kondisi siswa-

siswa di kelas. Demikian juga pentingnya

pemahaman guru terhadap sarana dan fasilitas

sekolah yang tersedia, kondisi kelas dan

beberapa faktor lain yang terkait dengan

pembelajaran. Tanpa pemahaman terhadap

berbagai kondisi ini, maka model yang

dikembangkan guru cenderung tidak dapat

Page 3: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL RESITA.pdf · Dosen Pendidikan Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau 2 3 EFEKTIVITAS MODEL

3

meningkatkan peran serta siswa secara

optimal dalam pembelajaran, dan pada

akhirnya tidak dapat memberi sumbangan

yang optimal terhadap pencapaian hasil

belajar siswa.

Berdasarkan observasi yang dilakukan

peneliti di SMA Negeri Tugumulyo pada

bulan Januari 2018 diperoleh informasi dari

beberapa siswa bahwa siswa kurang berminat

untuk belajar fisika karena mata pelajaran

fisika merupakan pelajaran yang cukup sulit.

Sementara itu pembelajaran di kelas

berlangsung dengan cara mencatat dan

mengerjakan soal, padahal pada umumnya

siswa mengiginkan pembelajaran dengan

menggunakan metode demonstrasi atau

praktikum karena rasa ingin tahu siswa besar

dan juga ingin melakukan pembuktian konsep

dan fakta materi fisika.

Sehubungan dengan permasalahan di

atas, maka usaha perbaikan proses

pembelajaran melalui upaya pemilihan model

pembelajaran yang tepat dan inovatif dalam

pembelajaran Fisika di SMA Negeri

Tugumulyo merupakan suatu kebutuhan yang

sangat penting untuk dilaksanakan. Selain itu,

sangat diperlukan model dan media

pembelajaran yang bervariasi yang sesuai

dengan materi pembelajaran sehingga

menimbulkan minat dan ketertarikan siswa

untuk belajar fisika. Ini merupakan tantangan

terbesar bagi seorang tenaga pendidik. Tenaga

pendidik (khususnya guru) berperan penting

dalam membangun negeri melalui dunia

pendidikan khususnya sekolah formal.

Model yang berpusat kepada peserta

didik dibutuhkan demi mengurangi terjadinya

kebosanan belajar fisika pada peserta didik.

Aktifnya siswa dalam proses pembelajaran,

hal ini akan menjadikan pembelajaran

semakin bermakna karena peserta didik

berperan penting dalam mengkontruksi

pengetahunannya. Salah satu model

pembelajaran yang dapat digunakan yaitu

model pembelajaran siklus belajar (Learning

Cycle 7E). Model pembelajaran Learning

Cycle 7E adalah pembelajaran siklus yang

merupakan salah satu model pembelajaran

dengan pendekatan konstruktivis.

Implementasi Learning Cycle dalam

pembelajaran menempatkan guru sebagai

fasilitator yang mengola kelangsungan proses

belajar mengajar dengan menggunakan fase-

fase tersebut mulai dari perencanaan

(terutama perangkat pembelajaran),

pelaksanaan (terutama pemberian pertanyaan-

pertanyaan arahan serta proses

pembimbingan), dan evaluasi, Fajaroh

(dalam Partini dkk, 2017 : 267).

Dengan model baru ini, guru

seharusnya tidak melewatkan tata syarat yang

penting untuk proses pembelajaran. Learning

cycle 7E mempunyai 7 fase yaitu: (1) elicit

(menetapkan pengetahuan awal siswa), (2)

engage (mengajak dan menarik perhatian

siswa), (3) explore (mengeksplorasi), (4)

explain (menjelaskan), (5) elaborate

(menerapkan), (6) evaluate (menilai), dan (7)

extend (memperluas).

Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan peneliti dengan guru mata pelajaran

fisika yang ada di SMA Negeri Tugumulyo

yaitu ibu Nur Wheni Haris, S.Pd,

menunjukkan bahwa hasil belajar fisika di

sekolah ini belum maksimal yakni dapat

dilihat dari hasil ulangan harian yang mereka

peroleh, bisa dikatakan masih jauh dari kata

baik atau kurang dari KKM. Hasil

pengumpulan data berupa dokumentasi nilai

ulangan kelas X SMA Negeri Tugumulyo

diketahui hanya 15 atau 30% siswa yang

tuntas dan 21 atau 70% siswa tidak tuntas

dari 36 siswa. Hasil belajar yang demikian

disebabkan oleh guru yang menggunakan

pembelajaran konvensional dengan

menggunakan metode yang dominan ceramah

dan pemberian tugas. Media pembelajaran

yang digunakan kurang bervariasi, media

yang mendominasi saat pembelajaran

berlangsung adalah papan tulis. Proses

pembelajaran dominan menyajikan materi di

papan tulis dan kemudian memberikan tugas

salah satu penyebab kurangnya pemahaman

siswa terhadap pelajaran fisika.

Materi pokok Pengkuran merupakan

salah satu materi pada kelas X semester satu.

Siswa dapat memahami konsep pengukuran

dengan baik apabila pada siswa telah paham

tentang konsep-konsep yang telah dipelajari

sebelumnya dan berhubungan dengan materi

Page 4: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL RESITA.pdf · Dosen Pendidikan Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau 2 3 EFEKTIVITAS MODEL

4

tersebut, seperti pengukuran panjang, massa

dan waktu. Dengan dilatarbelakangi oleh berbagai

permasalahan dalam pembelajaran fisika di

atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “ Efektivitas

Model Pembelajaran Learning Cycle 7E pada

Pembelajaran Fisika Siswa Kelas X di SMA

Negeri Tugumulyo Tahun Pelajaran

2018/2019”.

II. DASAR TEORI

Tinjauan Tentang Efektivitas

Pembelajaran

Efektivitas dalam pandangan, siswa

secara pasif “menyerap” struktur pengetahuan

yang diberikan guru atau yang terdapat dalam

buku pelajaran.Pembelajaran hanya sekedar

penyampaian fakta, konsep, prinsip, dan

keterampilan kepada siswa. Pandangan

konstruktivisme memberikan perbedaan yang

tajam kontras terhadap pandangan tersebut.

Agoes (dalam Makmur, 2015:03),

menyatakan bahwa efektivitas adalah produk

akhir kegiatan operasi telah mencapai

tujuannya baik ditinjau dari segi kualitas

hasil, kualitas kerja, maupun batas waktu

yang ditargetkan. Sedangkan Sutikno (dalam

Makmur, 2015:03), menyatakan bahwa

pembelajaran efektif merupakan suatu

pembelajaran yang memungkinkan siswa

untuk dapat belajar dengan mudah,

menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

sesuai dengan yang diharapkan. Dengan

demikian, pembelajaran dikatakan efektif

apabila tujuannya tercapai.

Keefektifan pembelajaran adalah hasil

guna yang diperoleh setelah pelaksanaan

proses belajar mengajar. Suatu pembelajaran

dikatakan efektif apabila memenuhi

persyaratan utama keefektifan pengajaran,

yaitu:

1) Presentasi waktu belajar siswa yang

tinggi dicurahkan terhadap KBM.

2) Rata-rata perilaku melaksanakan tugas

yang tinggi di antara siswa.

3) Ketatapan antara kandungan materi

ajaran dengan kemampuan siswa

(orientasi keberhasilan belajar)

diutamakan.

4) Mengembangkan suasana belajar yang

akrab dan positif, menggembangkan

struktur kelas yang mendukung.

Tinjauan tentang Model Pembelajaran

Learning Cycle 7E

Dasna (dalam Ngalimun, 2014:149),

menyatakan bahwa model pembelajaran

Learning Cycle pada dasarnya lahir dari

paradigma konstruktivisme belajar yang lain

termasuk teori konstruktivisme sosial

Vygotsky dan teori belajar bermakna

Ausubel. Sedangkan Piaget (dalam Ngalimun,

2016:173), model pembelajaran Learning

Cycle harus dikedepankan karena sesuai

dengan teori belajar. Teori belajar yang

berbasis konstruktivisme. Piaget (dalam

Ngalimun, 2014:147), menyatakan bahwa

belajar merupakan pengembangan aspek

kognitif yang meliputi: struktur, isi, dan

fungsi. Struktur intelektual adalah organisasi-

organisasi mental tingkat tinggi yang dimiliki

individu untuk memecahkan masalah-

masalah. Isi adalah perilaku khas individu

dalam merespon masalah yang dihadapi.

Sedangkan fungsi merupakan proses

perkembangan intelektual yang mencakup

adaptasi dan organisasi Arifin (dalam

Ngalimun, 2014:147).

Model pembelajaran Learning Cycle pada

awalnya terdiri dari 3 fase, kemudian

berkembang menjadi 5 fase, sehingga pada

saat ini telah dikembangkan dan

disempurnakan menjadi 7 fase. Model

pembelajaran Learning Cycle 7E di

kembangkan oleh Eisenkraft (dalam Kasmadi

dkk, 2016:107) yaitu: (a) Pemerolehan

(Elicit),(b) Pelibatan (Engage),(c) Eksplorasi

(Explore), (d) Penjelasan (Explain), (e)

Elaborasi (Elaborate), (f) Evaluasi

(Evaluate), (g) Perluasan (Extend).

Langkah-langkah Model Pembelajaran

Learning Cycle 7E

Model siklus belajar ini mempunyai salah

satu tujuan yaitu peserta didik dilibatkan

secara aktif dalam proses pembelajaran serta

mampu mengembangkan potensi individu

yang berhasil dan berguna, kreatif,

bertanggung jawab, mengaktualisasikan dan

Page 5: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL RESITA.pdf · Dosen Pendidikan Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau 2 3 EFEKTIVITAS MODEL

5

mengoptimalkan dirinya terhadap perubahan

yang terjadi, sehingga pembelajaran lebih

bermakna. Siswa juga dapat menemukan

arahan yang tersruktur untuk memahami

materi yang diberikan, sehingga proses

pembelajaran bersifat student centered. Setiap

fase dalam model ini juga memiliki fungsi

khusus yang dimaksudkan untuk

menyumbang proses belajar. Dikaitkan

dengan asumsi tentang aktifitas mental dan

fisik siswa serta strategi yang digunakan guru.

Adilah, dkk (2015:214-215), terdapat

beberapa tahap pada metode pembelajaran

Learning Cycle 7E.

1) Elicit (Mendatangkan Pengetahuan Awal

Siswa)

Pada fase ini, guru berusaha

menimbulkan atau mendatangkan

pengtahuan awal siswa. Pada fase ini guru

dapat mengetahui sampai dimana

pengetahuan awal siswa terhadap pelajaran

yang akan dipelajari dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan yang merangsang

pengetahuan awal siswa agar timbul respon

dari pemikiran siswa serta menimbulkan

kepenasaran tentang jawaban dari

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh

guru. Fase ini dimulai dengan mendasar

yang berhubungan dengan pelajaran

yang akan dipelajari dengan mengambil

contoh yang mudah yang diketahui siswa

seperti kejadian dalam kehidupan sehari-

hari. Pada tahap ini tujuan utama adalah

untuk muncul pengalaman masa lalu

tentang belajar dan menciptakan latar

belakang yang kuat untuk tahapan lain.

Trianto (dalam Febriana, dkk.

2013:243), fase elicit adalah fase untuk

mengetahui pengetahuan awal siswa

terhadap materi yangakan dipelajari

dengan cara memberikan pertanyaan-

pertanyaan yang dapat merangsang respon

dan minat siswa.

2) Engagement ( Mengajak dan Menarik

Perhatian Siswa)

Pada fase ini digunakan untuk

memfokuskan perhatian siswa merangsang

kemampuan berpikir serta membangkitkan

minat dan motivasi siswa terhadap konsep

yang akan diajarkan. Fase ini dapat

dilakukan dengan demonstrasi, diskusi,

mmbaca atau aktivitas lain yang digunakan

untuk membuka pengetahuan siswa dan

mngembangkan rasa keingintahuan siswa.

Trianto (dalam Febriana, dkk. 2013:243),

fase egagement adalah fase pertukaran

informasi antara guru dan murid mengenai

pertanyaan-paertanyaan awal yang

diberikan. Pada fase ini guru juga

memberitahukan tujuan pembelajaran

sekaligus memberikan memotivasi pada

siswa.

3) Exploration (Mengeksplorasi)

Pada fase ini siswa memperoleh

pengetahuan dengan pengalaman langsung

yang berhubungan dengan konsep yang

akan dipelajari. Siswa diberi kesempatan

untuk bekerja dalam kelompok-kelompok

kecil tanpa pengajaran langsung dari guru.

Pada fase ini siswa diberi kesempatan

untuk mengamati data, merekam data,

mengisolasi variabel, merancang dan

merencanakan eksprimen, membuat grafik,

menafsirkan hasil, mengembangkan

hipotesis serta mengatur temuan mereka.

Guru merangkai pertanyaan, memberi

masukan, dan menilai pemahaman.

Trianto (dalam Febriana, dkk

2013:243), fase exploration merupakan

fase dimana siswa belajar memperoleh

pengalaman langsung mengenai konsep-

konsep yang akan dipelajari. Pada fase ini,

siswa dapat bertanya, mendiskusikan, dan

menyelidiki konsep dari berbagai bahan

ajar.

4) Explaination (Menjelaskan)

Pada fase ini siswa diperkenalkan pada

konsep, hukum dan teori baru.Siswa

menyimpulkan dan mengemukakan hasil

dari temuannya pada fase explore. Guru

mengenalkan siswa pada beberapa kosa

kata ilmiah, dan memberikan pertanyaan

untuk merangsang siswa agar

menggunakan istilah ilmiah untuk

menjelaskan hasil eksplorasi. Fase explain

juga dilakukan dalam kegiatan

mengamati. Siswa diperkenalkan pada

konsep dalam kegiatan eksplorasi.

5) Elaborate (Menerapkan)

Fase Elaborate merupakan fase yang

Page 6: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL RESITA.pdf · Dosen Pendidikan Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau 2 3 EFEKTIVITAS MODEL

6

bertujuan untuk membuat siswa mampu

menerapkan konsep-konsep yang sudah

siswa temukan untuk menyelesaikan

berbagai masalah. Fase yang bertujuan

untuk membawa siswa menerapkan

simbol, definisi, konsep, dan keterampilan

pada permasalahan yang berkaitan dengan

contoh dari pelajaran yang dipelajari.

Trianto (dalam Febriana, dkk. 2013:243),

fase elaborate merupakan fase yang

betujuan untuk membuat siswa mampu

menerapkan konsep-konsep yang sudah

siswa temukan untuk menyelesaikan

permasalahan.

6) Evaluation (Menilai)

Fase evaluasi model pembelajaran

Learning Cycle 7E terdiri dari evaluasi

formatif dan sumatif. Evaluasi formatif

tidak boleh dibatasi pada siklus-siklus

tertentu saja, sebaiknya guru selalu menilai

semua kegiatan siswa. Pada fase elicit,

dapat dilakukan evaluasi formatif, begitu

pula pada fase engage, explore, explain,

elaborate, dan extend. Pada fase explore

dan explain dapat disertai evaluasi dengan

cara guru mengecek pemahaman siswa.

Siswa berpikir lebih mendalam tentang hal

yang mereka pelajari dan menerapkan pada

kasus yang berbeda. Mereka menguji

gagasan dengan rincian danmengeksplorasi

bahkan menambahkankoneksi, dan

menerapkan pemahaman konsepnya

melalui kegiatan seperti problem solving.

Trianto (dalam Febriana, dkk

2013:243), fase evaluasi merupakan fase

evaluasi dari pembelajaran yang dilakukan.

Guru diharapkan secara terus menerus

mengamati kemampuan dan keterampilan

siswa selama pembelajaran.

7) Extend (Memperluas)

Pada tahap ini bertujuan untuk

berpikir, mencari menemukan dan

menjelaskan contoh penerapan konsep

yang telah dipelajari bahkan kegiatan ini

dapat merangsang siswa untuk mencari

hubungan konsep lain yang sudah atau

belum mereka pelajari. Perluasan

merupakan tahap akhir dari siklus belajar.

Trianto (dalam Febriana, dkk. 2013:243),

fase perluasan merupakan fase yang

bertujuan untuk membuat siswa mampu

menghubungkan konsep yang telah

dipelajari dengan konsep lain dan

permasalahan-permasalahan yang

berkaitan dengan konsep tersebut.

Kelebihan dari model Learning Cycle

7E menurut Ngalimun (2017:254) antara lain:

1) Meningkatkan motivasi belajar karena

pelajar dilibatkan secara aktif dalam proses

pembelajaran.

2) Membantu menggembangkan sikap ilmiah

pelajar.

3) Pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Adapun kelemahan model Learning

Cycle 7E menurut Ngalimun (2017:254-255)

antara lain:

1) Efektivitas pembelajaran rendah jika guru

kurang menguasai materi dan langkah-

langkah pembelajaran.

2) Menuntut kesungguhan dan kreativitas

guru dalam merancang dan melaksanakan

proses pembelajaran.

3) Memerlukan pengolahan kelas yang lebih

terencana dan terorganisasi.

4) Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih

banyak dalam menyusunrencana dan

melaksanakan pembelajaran.

Tinjauan tentang Belajar

Belajar hakikatnya adalah suatu proses

yang ditandai dengan adanya perubahan pada

diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari

proses belajar dapat diindikasikan dalam

berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan,

pemahaman, sikap dan tingkah laku,

kecakapan, keterampilan dan kemampuan,

serta perubahan aspek-aspek yang lain yang

ada pada individu yang belajar.

Mouly (dalam Trianto, 2011:9),

menyatakan bahwa belajar adalah proses

perubahan tingkah laku seseorang berkat

adanya pengalaman. Pendapat senada

disampaikan oleh Kimble dan Garmezi

(dalam Trianto, 2011:9), belajar adalah

perubahan tingkah laku yang relatif

permanen, terjadi sebagai hasil dari

pengalaman. Sedangkan Garry dan Kingsley

(dalam Trianto, 2011:9), menyatakan bahwa

belajar merupakan proses perubahan tingkah

Page 7: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL RESITA.pdf · Dosen Pendidikan Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau 2 3 EFEKTIVITAS MODEL

7

laku yang orisinal melalui pengalaman dan

latihan-latihan.

Tinjauan tentang Hasil Belajar

Hasil belajar memiliki peranan penting

dalam proses belajar mengajar. Penilaian

terhadap hasil belajar dapat memberikan

informasi sampai sejauh mana keberhasilan

seorang siswa dalam belajar. Selanjutnya, dari

informasi tersebut guru dapat memperbaiki

dan menyusun kembali kegiatan belajar

pembelajaran lebih lanjut, baik untuk

keseluruhan kelas maupun individu.

Syaodih (dalam Febriana dkk,

2013:243), menyatakan bahwa hasil belajar

didefinisikan sebagai bentuk nyata dari

kecakapan dan potensi yang dimiliki oleh

setiap orang. Hasil belajar siswa dapat dilihat

dari penguasaan siswa terhadap materi yang

dipelajari. Hasil belajar siswa dilambangkan

dengan angka-angka atau huruf.Supraktinya

(dalam Widodo dkk, 2013:34),

mengemukakan bahwa hasil belajar yang

menjadi objek penilaian kelas berupa

kemampuan-kemampuan baru yang diperoleh

siswa setelah mereka mengikuti proses belajar

mengajar tentang mata pelajaran tertentu.

Tinjauan tentang Aktivitas Belajar

Kegiatan dalam proses belajar mengajar,

guru perlu menimbulkan aktivitas siswa

dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan

pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri,

kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi

dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi

dalam bentuk yang berbeda atau siswa akan

bertanya, mengajukan pendapat,

menimbulkan diskusi dengan guru.

Kenan (2014:69), menyatakan bahwa

aktivitas merupakan prinsip atau asas yang

sangat penting dalam interaksi belajar

mengajar. Aktivitas belajar adalah suatu

aktivitas yang sadar akan tujuan, yaitu

terjadinya perubahan dalam individu

seutuhnya. Sedangkan Sampurna (dalam

Tarigan 2014:58), menyatakan bahwa

kegiatan, keaktifan, dan kesibukan. Aktivitas

siswa selama proses belajar mengajar

merupakan salah satu indikator adanya

keinginan siswa untuk belajar.

Diendrich (dalam Kenan, 2014:69)

mengelompokkan jenis-jenis aktivitas belajar

sebagai berikut:

a. Visual activities. Misalnya : Membaca,

memperhatikan gambar

,demonstrasi, percobaan dan pekerjaan

orang lain.

b. Oral activities. Misalnya : Menyatakan,

merumuskan, bertanya, meberi saran,

mengeluarkan pendapat, mengadakan

wawancara, diskusi dan intruksi.

c. Listening activities. Misalnya :

Mendengarkan, uraianpercakapan,

diskusi, musik dan pidato.

d. Writing activities. Misalnya : Menulis

cerita, karangan, laporan, angket dan

menyalin.

e. Drawing activities.Misalnya:

Menggambar, membuat grafik.

f. Motora activities. Misalnya :

Melakukan percobaan, membuat

konstruksi, model mereperasi, bermain,

berkebun dan beternak.

g. Mental activities. Misalnya :

Menggangap, mengingat, memecahkan

soal, menganalisis, melihat hubungan.

h. Emotional activities. Misalnya :

Menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, berani, tenang dan gugup.

Tinjauan tentang Respon Belajar

Respon berasal dari kata response yang

berarti jawaban, balasan atau tanggapan

(reaction). Dalam istilah psikologi, respon

dikenal dengan proses memunculkan dan

membayangkan kembali gambaran hasil

pengamatan. Kartono (dalam Yanti, 2015:28),

mengatakan bahwa respon didefinisikan

sebagai gambaran ingatan dari pengamatan.

Sedangkan Sarlito (dalam Harumi 2013:23),

mengatakan bahwa respon merupakan reaksi

akibat penerimaan stimulus, dimana stimulus

adalah berita, pengetahuan, informasi sebelum

dproses atau diterima oleh indranya.

Ahmadi (dalam Yanti, 2015:28),

menyatakan bahwa respon merupakan

gambaran ingatan dan pengamatan yang mana

objek yang telah diamati tidak lagi berada

dalam ruang dan waktu pengamatan.

Sedangkan Setiawan, (2017:5), mengatakan

bahwa respon pada prosesnya didahului sikap

Page 8: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL RESITA.pdf · Dosen Pendidikan Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau 2 3 EFEKTIVITAS MODEL

8

seseoarang, karena sikap merupakan

kecendrungan atau kesediaan seseorang untuk

bertingkah laku kalau menghadapi suatu

rangsangan tertentu.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu (Sugiyono, 2015:01).

Arikunto (2010:191), metode penelitian

ilmiah cara kerja yang digunakan dalam

melakukan suatu penelitian. Jenis penelitian

yang digunakan adalah kuantitatif dengan

metode penelitian eksprimen (Eksperimen

Research). Pada penelitian ini menggunakan

desain bentuk one-group pre-test – post-test

design.Dalam desain ini tes dilakukan

sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah

perlakuan. Arikunto (2010:124), desain

penelitian dapat dilihat pada tabel Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

One-group pre-test – post-test design

Pre-Test Treatment Post-Test

X

Sumber: (Sugiyono, 2012:76)

Dengan, O1 adalah Tes Awal (Pre-test),

O2 adalah Tes Akhir (Post-test) dan X adalah

perlakuan model pembelajaran Learning

Cycle 7E (treatment).

Arikunto (2010:159), menyatakan

bahwa variabel adalah gejala yang

bervariasi, yang menjadi objek penelitian.

Sedangkan Arikunto, (2010:159), menyatakan

bahwa variabel adalah sebuah karakteristik

yang terdapat pada individu atau benda yang

menunjukkan adanya perbedaan (variasi) nilai

atau kondisi yang dimiliki. Penelitian ini

terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan

variabel terikat.

1. Variabel bebas (independent), adalah

variabel atau faktor yang menjadi

penyebab timbulnya atau berubahnya

nilai variabel yang lain (Triyono,

2012:73). Variabel bebas dalam

penelitian ini yaitu model pembelajaran

Learning Cycle 7E.

2. Variabel terikat (dependent), adalah

variabel atau faktor yang perubahan

nilainya disebabkan atau dipengaruhi

oleh berubahnya nilai variabel bebas

sehingga variabel terikat munculnya

setelah variabel bebas. Variabel terikat

dalam penelitian ini yaitu hasil belajar

fisika, aktivitas belajar dan respon

siswa.

Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Sugiyono (2012:90),

mengatakan bahwa populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Sedangkan Arikunto (2010:173),

mengemukakan bahwa populasi ialah

keseluruhan unit elementer yang

parameternya akan diduga melalui

statistika hasil analisis yang dilakukan

terhadap sampel penelitian.

Tabel 3.2

Populasi Penelitian

No

Kelas

Jenis Kelamin

Jumlah Laki

-laki

Perempu-

an

1 MIPA

1

12 24 36

2 MIPA

2

15 19 36

3 MIPA

3

13 20 36

4 MIPA

4

11 23 36

5 MIPA

5

11 22 37

Jumlah 181

Sumber. TU SMA Negeri Tugumulyo

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang akan diteliti

(Arikunto,2010:171). Sedangkan

Sugiyono ( 2012:91), mengatakan bahwa

sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Sampel penelitian yang

Page 9: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL RESITA.pdf · Dosen Pendidikan Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau 2 3 EFEKTIVITAS MODEL

9

digunakan adalah kelas yang diambil

secara acak dengan teknik Simple

Random Sampling. Pengambilan sampel

dilakukan dengan mengacak lima kelas

yang menjadi populasi penelitian,

sehingga terpilih satu kelas untuk

menjadi sampel tanpa mengacak

siswanya.

Tabel 3.3

Sampel Penelitian

No

Kelom

pok

Kelas

Jenis

Kelamin

Jumlah

Laki

-laki

Pere

mpu

an

1 Eksp

erime

n

MIPA

1

12 24 36

Jumlah 36

Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Instrumen Penelitian

a. Tes

Tes adalah serentetan

pertanyaan atau latihan serta alat lain

yang digunakan untuk mengukur

kterampilan, pengetahuan,

intelegensi, kemampuan atau bakat

yang dimiliki oleh individu atau

kelompok (Arikunto, 2010:193). Tes

yang digunakan dalam penelitian ini

berbentuk uraian yang berfungsi

untuk menilai kemampuan kognitif

siswa. Tes dalam penelitian ini

dilakukan sebanyak dua kali yaitu tes

sebelum (Pre-test) pengajaran atau

tes awal diberikan untuk menilai

kemampuan awal siswa-siswa pada

materi Pengukuran sesudah (Post-

test) pengajaran atau tes akhir

diberikan perlakuan dengan model

pmbelajaran Learning Cycle

7E.Kedua tes ini dilakukan pada

kelas sampel dengan bentuk soal

essay sebanyak 8 soal.

b. Non Tes

Teknik pengumpulan data non

tes yang digunakan dalam penelitian

ini adalah menggunakan dua

instrumen yaitu:

1) Lembar Observasi Aktivitas

Siswa

Arikunto (2010:199),

mengatakan bahwa observasi

adalah pengamatan yang meliputi

kegiatan pemusatan perhatian

terhadap suatu objek dengan

menggunakan seluruh alat indera.

Sedangkan Triyono (2012:157),

menyatakan bahwa observasi

adalah cara pengumpulan data

yang dikerjakan dengan

melakukan pengamatan dan

pencatatan secara sistematik

terhadap objek yang diteliti, baik

dalam situasi khusus di dalam

laboratorium maupun dalam

situasi alamiah. Bentuk instrumen

pada pengumpulan data observasi

menggunakan lembar observasi

(lembar pengamatan). Dimana

observasi dilakukan di kelas

eksperimen dan untuk peneliti.

2) Angket Respon Siswa

Arikunto (2010:194),

menyatakan bahwa angket adalah

sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam

arti laporan tentang pribadinya,

atau hal-hal yang ia ketahui.

Angket disini digunakan untuk

mengetahui respon siswa setelah

mengikuti pembelajaran.

Angket digunakan dalam

penelitian untuk mengetahui

kebiasaan siswa dalam belajar

serta tingkat hasil belajar siswa

selama mengikuti proses

pembelajaran. Angket yang

digunakan adalah model Skala

Likert yang terdiri dari dua jenis

pernyataan, yaitu: pernyataan

postif dan negatif disediakan lima

jawaban yaitu: 1) Sangat Setuju

(SS), 2) Setuju (S), 3) Netral (N),

4) Sangat Tidak Setuju (STS).

Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Penelitian

Page 10: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL RESITA.pdf · Dosen Pendidikan Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau 2 3 EFEKTIVITAS MODEL

10

a. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

dan kesahihan suatu instrumen. Suatu

instrumen yang valid atau sahih

mempunyai validitas yang tinggi.

Sebaliknya instrumen yang kurang valid

berarti memiliki validitas validitas yang

rendah (Arikunto,2010:211). Untuk

mengetahui butir soal, maka rumus yang

digunakan adalah korelasi product

moment:

∑ (∑ )(∑ )

√*( ∑ ) (∑ ) +*( ∑ ) (∑ ) +

(Arikunto,2010:213)

Keterangan:

= Koefisien korelasi antara variavel

X dan Y

= Skor total dari keseluruhan butir

masing-masing responden

= Skor butir soal masing-masing

responden

= Banyaknya sampel

Samniah (2016:8), interpretasi

terhadap nilai koefisien korelasi

digunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.6 Kriteria Validitas

Kriteria Validitas Kategori

0,80 Sangat tinggi

0,60 Tinggi

0,40 Cukup

0,20 Rendah

Sangat rendah

(Sumber. Samniah, 2016:8)

Untuk mendapatkan kesignifikanan

validitas instrumen, diperlukan uji statistik

uji t dengan persamaan:

( )

(Sugiyono, 2012:230)

Keterangan:

Jumlah responden

Koefisien korelasi product

moment

t = Nilai

Distribusi (Tabel 1) untuk satu pihak dan derajat kebebasan (dk

= n - 1). Kaidah keputusannya adalah jika

maka dikatakan terdapat

hubungan yang signifikan, berarti valid

sebaliknya berarti tidak

valid.

b. Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu

pengertian bahwa instrumen cukup dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut

sudah baik (Arikunto, 2010:221).

Realibilitas soal merupakan ukuran yang

menyatakan tingkat kekonsistenan suatu

soal tes. Untuk mengukur tingkat

kekonsistenan soal ini digunakan

perhitungan Alpha Cronbach

(Triyono,2012:191).

{

} {

}

Keterangan :

koefisien reliabilitas

banyaknya butir kuesioner

varians skor butir ke-i

varians skor total

Dimana besarnya varians skor total

ditentukan dengan rumus:

∑ (∑ )

Keterangan:

∑ Jumlah varians butir

n = Banyak sampel

X Skor butir soal masing-masing

Interpresentasi nilai mengacu pada

pendapat Samniah(dalam Jihad dan Haris,

2016:9) dapat kita lihat dengan rinci pada

tabel 3.8.

Tabel 3.8 Kriteria Reliabilitas

Kriteria Reliabilitas Kategori

Reliabilitas

Sangat rendah

0,20 0,40 Rendah

0,40 0,70 Sedang

0,70 0,90 Tinggi

0,90 1,00 Sangat tinggi

Page 11: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL RESITA.pdf · Dosen Pendidikan Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau 2 3 EFEKTIVITAS MODEL

11

c. Daya Pembeda

Daya pembeda soal, adalah

kemampuan sesuatu soal untuk

membedakan antara siswa yang pandai

dengan siswa yang kurang pandai

(Arikunto, 2013:226). Daya pembeda

ditentukan dengan rumus berikut:

(Samniah, 2016:10)

Keterangan:

Daya pembeda

Jumlah skor kelompok atas pada

butir soal yang diolah

Jumlah skor kelompok bawah pada

butir soal yang diolah

Jumlah skor ideal salah satu

kelompok pada butir soal

yangdiolah

Tabel 3.10

Klafikasi Daya Pembeda

Nilai Daya Pembeda Kategori

0,40 atau lebih Sangat Baik

0,30 – 0,39 Baik

0,20 – 0,29 Cukup

0,19 ke bawah Jelek

(Sumber: Samniah,2016:9)

d. Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang

tidak terlalu mudah atau tidak terlalu

sukar (Arikunto, 2010:222). Suherman

dan Sukjaya(dalam Lovisia, 2017:17),

rumus yang digunakan adalah:

Keteranagan:

: Indeks Kesukaran

𝐵 : Jumlah skor kelompok atas

𝐵 : Jumlah skor kelompok bawah

: Jumlah skor ideal kelompok atas

: Jumlah skor ideal kelompok bawah

Klasifikasi untuk

menginterprestasikan tingkat kesukaran

menurut Suherman dan Sukjaya (dalam

Lovisia, 2017:17) pada tabel 3.13.

Tabel 3.13.

Interpretasi Tingkat Kesukaran

Interpretasi Tingkat

Kesukaran

Kategori

IK = 0,00

0,00 < IK ≤ 0,30

0,31< IK ≤ 0,70

0,71< IK < 1,00

IK = 1,00

Soal terlalu

sukar

Soal sukar

Soal sedang

Soal mudah

Soal terlalu

mudah

Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Tes

Analisis data dilakukan untuk

mengetahui hipotesis hasil penelitian

diterima

atau ditolak, maka data uji dengan

menggunakan t-tes. Sebelum

menggunakan t-tes, maka data diuji

dahulu dengan:

a. Mencari nilai rata-rata dan

varians dari masing-masing

kelompok data dengan

menggunkan rumus:

(Sugiyono, 2012:49)

Keterangan:

x = Nilai rata-rata hasil belajar

siswa

N = Banyak Data

xi = Nilai siswa keseluruhan

√∑( )

( )

(Sugiyono, 2012:57)

Keterangan:

s = Simpangan baku sampel

xi = Nilai siswa keseluruhan

= Nilai rata-rata hasil belajar siswa

n = Banyaknya data

b. Uji normalitas untuk masing-

masing kelompok data

menggunakan uji Chi Kuadrat

( ) Uji normalitas ini digunakan

untuk mengetahui kenormalan data.

Perhitungan uji normalitas

x

Page 12: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL RESITA.pdf · Dosen Pendidikan Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau 2 3 EFEKTIVITAS MODEL

12

menggunakan rumus Chi Kuadrat

( )

∑( )

(Sugiyono,2012:107)

Keterangan:

= Nilai rata-rata hasil belajar

siswa

= Frekuensi yang diobservasi

= Frekuensi yang diharapkan

Membandingkan dan

, dengan dk = k-1 dan taraf

kesalahan 5%. Jika <

,

maka distribusi data dinyatakan

normal, dan jika >

,

maka distribusi data dinyatakan tidak

normal (Sugiyono, 2012:110).

c. Uji Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan

sebagai suatu jawaban yang bersifat

sementara terhadap permasalahan

penelitian, sampai terbukti melalui

data yang terkumpul (Arikunto,

2010:110). Pengujian hipotesis

mengarahkan kepada suatu

kesimpulan menerima atau menolak

hipotesistersebut. Untuk menguji

hipotesis deskriptif (satu sampel)

penelitian digunakan uji t satu pihak,

sebagai berikut:

(Sugiyono,2012:96)

Keterangan:

t = Nilai t yang dihitung

= Rata-rata = Nilai yang dihipotesiskan

= Simpangan baku

= Jumlah anggota sampel

Kriteria pengujiannya, bila harga

< , maka diterima

dan ditolak dan bila harga

> , maka ditolak dan

diterima dengan taraf kesalahan

5% dan dk = n-1.

Dimana:

= Rata–rata hasil belajar siswa

setelah mengikuti

pembelajaran fisika dengan

Model Pembelajaran

Learning Cycle 7E lebih

besar atau sama dengan 68

( ). = Rata-rata hasil siswa setelah

mengikuti pembelajaran

fisika dengan Model

Pembelajaran Learning Cycle

7E kurang dari 68 ( ).

2. Analisis Data Non Tes

a. Analisis Data Observasi Aktivitas

Siswa

Data aktivitas siswa dicatat

dalam lembar observasi. Untuk setiap

rencana pengajaran dibuat kategori

aktivitas yang dilakukan oleh seluruh

siswa selam kegiatan berlangsung.

Data yang diperoleh dari lembar diberi

skor menurut skala Guttman.

Keberhasilan belajar diukur apabila

setiap siswa telah mencapai 68 maka

dikatan berhasil atau tuntas.

Penguasaan Fisika siswa dilihat dari

nilai tes hasil belajar siswa.

Data yang diperoleh dari lembar

observasi kemudian dianalisis lanjut

dengan cara:

a. Memberikan tanda check-list

(√). Check-list yaitu daftar

variabel yang akan dikumpulkan

datanya (Arikunto, 2010:202).

Tanda ceklis kemudian

dimasukkan kedalam setiap

uraian aktivitas yang dinilai.

b. Menjumlahkan banyaknya ceklis

pada setiap kolom pada lembar

observasi pada setiap siswa.

c. Kemudian dicari prsentase data

observasi aktivitas siswa dengan

menggunakan rumus sebagai

berikut

Keterangan:

P = Nilai presenase yang

diharapkan

F= Jumlah skor siswa

N = Jumlah siswa

Page 13: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL RESITA.pdf · Dosen Pendidikan Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau 2 3 EFEKTIVITAS MODEL

13

Tabel 3.15

Kategori Observasi Aktivitas

Belajar Siswa

Rentang

Skor

Presentse Kategori

58-76 76,32%≤

p < 100%

Sangat

Aktif

39-57 51,32% ≤

p < 75%

Aktif

20-38 26,32% ≤

p < 50%

Cukup

Aktif

0-19 0%≤ p <

25%

Tidak

Aktif

Analisis Data Angket Respon Siswa

Angket respon siswa digunakan untuk

mengukur pendapat siswa terhadap

ketertarikan, perasaan senang, serta kemudian

memahami komponen-komponen. Angket

respon siswa diberikan kepada siswa setelah

seluruh KBM selesai dilaksanakan dengan

menggunakan angket presentasi respon.

Untuk menentukan respon siswa dalam proses

pembelajaran diperoleh dengan rumus:

Keterangan :

R = Presentase respon siswa

N = Jumlah siswa

Klasifikasi untuk menginterprestasi

besarnya koofesien respon siswa yaitu

sebagai berikut:

Tabel 3.16

Kategori Respon Siswa

Rentang

Skor

Presentase Kategori

75 – 100 76% ≤ p <

100%

Sangat

Baik

51 – 75 51% ≤ p <

75%

Baik

26 – 50 26% ≤ p <

50%

Cukup

Baik

0 – 25 0% ≤ p <

25%

Kurang

Baik

IV. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMA

Negeri Tugumulyo Tahun Pelajaran

2018/2019, dimulai dari tanggal 23 Juli

sampai 23 Agustus 2018. Jumlah seluruh

siswa kelas X yaitu sebanyak 181 siswa dari 5

kelas yang ada. Sebelum memulai

pembelajaran peneliti terlebih dahulu

menginformasikan pelaksanaan model

pembelajaran Learning Cycle 7E, dan materi

yang akan diajarkan yaitu Pengukuran

(Panjang, Massa dan Waktu). Jumlah

pertemuan tatap muka yang dilakukan adalah

enam kali pertemuan dengan rincian satu kali

pemberian pre-test, empat kali proses

pembelajaran dengan model pembelajaran

Learning Cycle 7Edan satu kali pemberian

post-test.

Pemberian pre-test digunakan untuk

mengetahui kemampuan awal siswa sebelum

mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Learning

Cycle 7E. Setelah kemampuan awal siswa

diketahui, dilakukan kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran

Learning Cycle 7E. Kegiatan pembelajaran

dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan.

Pada akhir penelitian dilakukan post-test

untuk mengetahui hasil belajar siswa.

Data Hasil Kemampuan Awal Siswa (pre-

test).

Pemberian tes awal digunakan untuk

mengetahui kemampuan awal siswa pada

materi kuat arus. Kemampuan awal siswa

adalah kemampuan yang dimiliki siswa

sebelum mengikuti pembelajaran yang

diberikan. Kemampuan awal tersebut

menggambarkan kesiapan siswa dalam

menerima pembelajaran yang akan

disampaikan oleh guru.

Pemberian tes awal dilakukan pada tanggal 26

April 2018 yang diikuti 35 siswa.

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui

bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa

sebesar 42,88dengan ketuntasan siswa sebesar

0%. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara

deskriptif kemampuan awal siswa sebelum

penerapan model pembelajaran Learning

Cycle 7E termasuk kategori belum tuntas.

Page 14: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL RESITA.pdf · Dosen Pendidikan Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau 2 3 EFEKTIVITAS MODEL

14

Data Kemampuan Akhir Siswa (post-test).

Setelah kemampuan awal siswa

diketahui, dilanjutkan kegiatan pembelajaran

dengan model pembelajaran Learning Cycle

7E. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan

sebanyak empat kali pertemuan. Pada akhir

penelitian dilakukan tes akhir untuk

mengetahui kemampuan akhir siswa.

Kemampuan akhir siswa adalah kemampuan

siswa dalam penguasaan materi muatan arus

listrik yang merupakan hasil belajar siswa

setelah proses pembelajaran. Berdasarkan

hasil perhitungan rekapitulasi data tes akhir

dapat diketahui bahwa rata-rata ( ) nilai

secara keseluruhan sebesar 81,97. Jadi secara

deskriptif dapat dikatakan bahwa kemampuan

akhir siswa setelah penerapan model

pembelajaran Learning Cycle 7E termasuk

dalam kategori tuntas.

Dari hasil analisis diperoleh bahwa

rata-rata nilai tes awal adalah 42,88 dan untuk

rata-rata nilai tes akhir adalah 81,97. Ini dapat

dilihat bahwa terjadi peningkatan rata-rata

nilai dari pre-test ke post-test sebesar 50%.

Sedangkan persentase jumlah siswa yang

tuntas pada pre-test sebesar 0% dan pada

post-test sebesar 70%. Untuk ketuntasan

belajar mengalami peningkatan sebesar 70%.

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk

mengetahui apakah data hasil tes siswa

berdistribusi normal atau tidak. Untuk

mengetahui kenormalan data, digunakan uji

normalitas data dengan uji kecocokan (chi-

kuadrat). Berdasarkan ketentuan perhitungan

statistik mengenai uji normalitas data dengan

taraf kepercayaanα = 0,05, jika

<

, maka data berdistribusi

normaldan jika >

, maka

distribusi data dinyatakan tidak normal.

Dari hasil perhitungan menunjukan

bahwa nilai x2

hitung data tes akhir (post-test)

lebih kecil x2

tabel (10,66 11,070).

Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas

dengan menggunakan uji kecocokan X (Chi-

kuadrat) dapat disimpulkan bahwa data Post-

test berdistribusi normal pada taraf signifikan

α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = (k-1) =

(6-1) = 5.

Uji Hipotesis

Hasil uji hipotesis untuk data post-test

yang menggunakan uji-t mengenai

kemampuan akhir (post-test) siswa

menunjukkan thitung dibandingkan

dengan ttabel dengan derajat kebebasan (dk) =

n-1 = 36 -1 = 35, = 5% diperoleh ttabel 2,042.

Jika thitung ttabel berarti Ha diterima dan Ho

ditolak. Dengan demikian berdasarkan

perhitungan hasil belajar siswa, maka

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

dapat diterima kebenarannya, sehingga dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar fisika siswa

kelas X SMA Negeri Tugunulyo tahun

pelajaran 2018/2019 setelah menerapkan

model pembelajaran Learning Cycle 7E

secara signifikan tuntas.

Hasil Aktivitas Belajar Siswa

Observasi dalam penelitian ini

digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa

dalam kelompok saat mengikuti pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran

Learning Cycle 7E. Dalam mengikuti

pembelajaran siswa terdiri dari 35 orang yang

dibagi menjadi 6 kelompok. Pada pertemuan

ketiga kelompok satu mendapatkan nilai 78

kategori sangat aktif. Kelompok dua

mendapatkan nilai 75 kategori aktif.

Kelompok tiga mendapatkan nilai 78 kategori

sangat aktif. Kelompok empat mendapatkan

nilai keaktifan 79 kategori kurang aktif,

kelompok lima mendapatkan nilai 65

kategori sangat aktif, dan kelompok enam

mendapatkan nilai 78 kategori sangat aktif.

Jadi dari ke enam kelompok tersebut pada

pertemuan ketiga rata-ratakeaktifan siswa

kategori aktif. Dan pada pertemuan keempat

kelompok satu mendapatkan nilai 84 kategori

sangat aktif. Kelompok dua mendapatkannilai

82kategori sangat aktif. Kelompok tiga

mendapatkannilai 85 kategori sangat aktif.

Kelompok empat mendapatkan nilai 88

kategori sangat aktif, kelompok lima

mendapatkan nilai 80 kategori sangat aktif.

Dan mendapatkan nilai 87 kategori sangat

aktif. Jadi dari keenam kelompok tersebut

Page 15: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL RESITA.pdf · Dosen Pendidikan Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau 2 3 EFEKTIVITAS MODEL

15

pada pertemuan keempat rata-rata keaktifan

siswa kategori sangat aktif. Dengan demikian

kegiatan siswa pada pertemuan keempat

bertambah baik.

Tabel 4.5

Rekapitulasi Hasil Analisis Data Observasi

Pertemuan I Pertemuan II Interp

retasi Ketera

ngan

% Ketera

ngan

%

Cukup

aktif

61,7

8%

Sanga

t

Aktif

63,9

1%

Menin

gkat

Hasil Respon Belajar Siswa

Berdasarkan hasil analisis data angket

respon siswa terhadap pelajaran fisika

menunjukkan minat yang baik, begitupun

respon siswa terhadap cara guru mengajar

mereka sangat antusias dan menghargai serta

memberikan sikap yang begitu positif

terhadap pembelajaran fisika menggunakan

model Learning Cycle 7E .

Setelah seluruh indikator penilaian

dijumlahkan maka rata-rata presentase respon

siswa terhadap pembelajaran fisika dengan

model Learning Cycle 7E sebesar 85,00%,

sehingga dapat disimpulkan bahwa secara

umum tanggapan atau respon siswa dapat

dikategorikan baik terhadap pembelajaran

fisika dengan menggunakan model Learning

Cycle 7E .

Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah

yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu

apakah hasil belajar fisika siswa kelas X SMA

Negeri Tugumulyo setelah menggunakan

model pembelajaran Learning Cycle 7Esecara

signifikan tuntas.

Setelah dilakukan perbandingan hasil

tes awal dan tes akhir maka dapat diketahui

bahwa terdapat peningkatan hasil belajar.

Pada tes awal nilai rata-rata siswa ( ) sebesar

42,88dan setelah penerapan model

pembelajaran Learning Cycle 7Erata-rata

hasil belajar siswa ( ) meningkat menjadi

79,11. Peningkatan yang terjadi sebesar

81,97. Jika dibandingkan dengan data tes

awal, terdapat pula peningkatan jumlah siswa

yang tuntas. Jika pada tes awal ketuntasan

siswa 0% setelah menggunakan siswa yang

tuntas mencapai 7o%. Jadi terdapat

peningkatan persentase jumlah siswa yang

tuntas belajar sebesar 70%.

Berdasarkan hasil analisis pengujian

hipotesis diperoleh thitung>ttabel dengan

demikian hipotesis yang diajukan dapat

diterima kebenarannya, artinya hasil belajar

siswa setelah menggunakan model

pembelajaran Learning Cycle 7Esecara

signifikan tuntas.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Izzah

Imaniyah,dkk (2015) dalam jurnal

pendidikan, Fakultas MIPA, Universitas

Negeri Jakarta, melakukan penelitian tentang

“Pengaruh Model Pembelajaran Learning

Cycle 7E terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa

SMA” memberikan hasil bahwa berdasarkan

hasil analisis menunjukkan bahwa hasil

belajar kognitif siswa yang diberi perlakuan

dengan model pembelajaran Learning Cycle

7E tinggi daripada hasil belajar fisika siswa

yang diberi perlakuan dengan siklus 5E.

Kemudian setelah dilakukan pembelajaran

diberikan posttest untuk mengetahui hasil

belajar siswa. Berdasarkan hasil uji hipotesis

menggunakan uji-t, dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh positif model pembelajaran

Learning Cycle 7E.

Hasil penelitian ini didukung oleh temuan

peneliti di lapangan selama proses belajar

mengajar menggunakan model pembelajaran

Learning Cycle 7E, siswa terlihat lebih aktif,

siswa cenderung siap mengikuti kegiatan

pembelajaran dengan mempelajari terlebih

dahulu materi yang akan dibahas di kelas.

Dengan model pembelajaran Learning Cycle

7eini kecenderungan guru menjelaskan materi

hanya dengan ceramah dapat dikurangi,

sehingga siswa lebih bisa mengembangkan

pengetahuannya sendiri sedangkan guru lebih

banyak berfungsi sebagai fasilitator daripada

mengajar.

Pertemuan ketiga, dilaksanakan pada

tanggal 4 Agustus 2018 di kelas X MIPA 1,

pada pertemuan ketiga siswa disusun ke

dalam kelompok yang telah disiapkan dan

diberikan lembar kerja siswa (LKS) sebagai

bahan pembelajaran yang akan diselesaikan

Page 16: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL RESITA.pdf · Dosen Pendidikan Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau 2 3 EFEKTIVITAS MODEL

16

dengan melakukan eksperimen oleh setiap

kelompok. Sebelum melakukan eksperimen

peneliti menjelaskan kembali langkah-

langkah dari model pembelajaran Learning

Cycle 7E yang digunakan agar siswa bisa

mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

Siswa diminta untuk membaca permasalahan

yang ada dan memperoleh informasi yang lain

dari buku atau sumber lain sehingga

memudahkan siswa memeproleh informasi

jawaban yang tepat. Dalam pertemuan ini

diharapkan siswa untuk aktif dan bisa

bekerjasama dengan anggotanya. Model

siklus belajar bila diterapkan dalam

pembelajaran akan meningkatkan prestasi dan

pemahaman sains. Hal ini berdasarkan

penelitian Brenda dan Andrea (dalam

Imaniyah, 2015:18), mengatakan bahwa

siklus belajar bila diterapkan akan

meningkatkan prestasi sains dan

meningkatkan sikap dan proses saintifik serta

berpengaruh positif terhadap pemahaman

sains. Adapun nilai kelompok (LKS) yang

diperoleh dapat dilihat pada tabel.

Berdasarkan evaluasi dari pertemuan

ketiga, peneliti menemukan beberapa kendala

selama mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Learning

Cycle 7E yaitu terdapat kelompok yang

anggotanya cenderung pasif, hal tersebut

kemungkinan karena kurangnya kerjasama

anggota kelompok yang mengakibatkan

anggota kelompok yang pasif tersebut tidak

mampu menyesuaikan diri dengan anggota

kelompok lainnya. Dan penyelesaian

pertanyaan-pertanyaan pada LKS kurang

optimal, nilainya lebih kecil dari kelompok

lainnya.

Pertemuan keempat, dilaksanakan pada

tanggal 9 Agustus 2018 di kelas X MIPA 1,

pada pertemuan keempatsebelum kegiatan

pembelajaran dimulai peneliti menjelaskan

kembali langkah-langkah pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran

Learning Cycle 7E. Hal tersebut bertujuan

memberikan pemahaman kepada siswa

tentang apa-apa yang harus mereka kerjakan

saat mengikuti proses pembelajaran. Sehingga

pada setiap pokok permasalahan yang mereka

temui di LKS dapat terselesaikan dengan baik

dan tepat. Berdasarkan hasil penelitian,

kegiatan pembelajaran menggunakan model

Learning Cycle 7E dapat meningkatkan hasil

belajar kognitif, afektif dan psikomotorik

siswa. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Kanli & Yagbasan (dalam Aziz, 2013:38),

yang menyimpulkan bahwa terjadi

peningkatan keterampilan proses dan

pengguasaan konsep siswa, serta senang

terhadap pengelolaan laboraturium dengan

model Learning Cycle 7E.

Keterbatasan penelitian adalah

kelemahan-kelemahan yang dialami peneliti

dalam melaksanakan penelitian ini. Adapun

keterbatasan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Pada penelitian ini hanya dilakukan pada

materi Pengukuran (panjang, massa dan

waktu), dalam waktu yang relatif singkat,

maka diharapkan pada penelitian

selanjutnya untuk dapat melaksanakan

penelitian pada materi lainnya dan dalam

ruang lingkup yang lebih luas serta waktu

yang lebih lama.

2. Tidak semua kegiatan siswa teramati

dengan baik. Hal ini dikarenakan jumlah

siswa yang banyak dalam kelas dan

kegiatan siswa tidak dapat diamati dalam

waktu yang singkat.

3. Terbatasnya waktu peneliti dalam

membagi waktu untuk memberikan

bimbingan kepada kelompok-kelompok

yang mengalami kesulitan dalam mencari

solusi mengerjakan LKS.

4. Keterbatasan waktu, karena siswa belum

terbiasa dalam pembelajaran

menggunakan model pembelajaran

Learning Cycle 7E dan jumlah pertemuan

lebih singkat. Diharapkan pada penelitian

selanjutnya untuk dapat menambah

jumlah pertemuan yang lebih banyak lagi.

5. Ruang lingkup penelitian, karena peneliti

membatasi penelitian pada model

pembelajaran Learning Cycle 7E dalam

materi besaran dan

pengukuran.Diharapkan pada peneliti

selanjutnya untuk dapat melaksanakan

Page 17: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL RESITA.pdf · Dosen Pendidikan Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau 2 3 EFEKTIVITAS MODEL

17

penelitian pada materi lain dan dengan

ruang lingkup yang lebih luas.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya

maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis uji-t diperoleh

dan

karena tabelhitung tt dengan demikian

Ha diterima dan H0 ditolak. Nilai rata-rata

hasil belajar yaitu 81,97maka dapat

disimpulkan bahwa penggunaan model

pembelajaran Learning Cycle 7E tuntas

terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X

SMA Negeri Tugumulyo Tahun Pelajaran

2018/2019.

2. Berdasarkan analisis hasil observasi pada

pertemuan ketiga dengan nilai persentase

rata-rata 61,78% kategori aktif dan pada

pertemuan keempat dengan nilai

persentase rata-rata 63,91% kategori aktif.

Maka dapat disimpulkan bahwa aktifitas

belajar siswa pada proses pembelajaran

fisika selama diterapkan menggunakan

model pembelajaran Learning Cycle 7E di

kelas X SMA Negeri Tugumulyo Tahun

Pelajaran 2018/2019 meningkat.

3. Hasil analisis data angket yang diisi oleh

35 orang siswa menunjukkan bahwa nilai

persentase rata-rata angketnya yaitu

76,28% dengan kategori sangat baik.

Dengan demikian maka dapat disimpulkan

bahwa tanggapan siswa pada saat proses

pembelajaran fisika dengan menggunakan

model pembelajaran Learning Cycle 7E di

kelas X SMA Negeri Tugumulyo Tahun

Pelajaran 2018/2019 sangat baik.

DAFTAR PUSTAKA

Adilah, dkk. 2015. Model Learning Cycle 7E

Dalam Pembelajaran Ipa Terpadu.

Prosiding Seminar Nasional Fisika dan

Pendidikan Fisika (SNFPF), 6 (1).

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta

Febriana, Arief. 2013. Efektivitas Penerapan

Model Pembelajaran Learning Cycle

(Siklus Belajar) 7e Terhadap Hasil

Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan

Listrik Dinamis Kelas X Semester 2

MAN BANGKALAN. Jurnal Inovasi

Pendidikan Fisika, 2 (3).

Imaniyah, dkk. 2015. Pengaruh Model

Pembelajaran Learning Cycle 7e

terhadapHasil Belajar Fisika Siswa

SMA. Jurnal penelitian &

Pengembangan

Pendidikan Fisika,1(1).

Kasmadi, dkk. 2016. Model Pembelajaran

Learning Cycle 7e Berbantu ICT

Untuk Meningkatkan Penguasaan

Konsep Dan Keterampilan Berpikir

Kritis Siswa Pada Materi Larutan

Penyangga. Jurnal Pendidikan Sains

Indonesia, 4 (2).

Kenan . 2014. Upaya Peningkatan Aktivitas

Belajar Siswa Melalui Penerapan

Metode Penugasan Pada Materi

Pokok Menulis Di Kelas IV SD Negeri

050649 Simpangan Pulau Rambung.

Jurnal SainTech, 6(2).

Lovisia E. 2017. Penerapan Model Make A

Match Pada Pembelajaran Fisika

Kelas X Sma Negeri 2 Lubuklinggau.

Science and Physics Education Journal

1 (1).

Makmur A. 2015. Efektivitas Penggunaan

Metode Base Method Dalam

Meningkatkan Kreativitas Dan

Motivasi Belajar Matematika Siswa

SMP N 10 Padang Sidimpuan. Jurnal

EduTech, 1(1).

Ngalimun. 2014. Strategi Dan Model

Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja

Pressindo.

Ngalimun, dkk. 2016. Strategi dan Model

Pembelajaran.Yogyakarta: Aswaja

Pressindo.

Ngalimun. 2017. Strategi Pendidikan.

Yogyakarta: Paranama Ilmu.

Rohmawati . 2015. Efektivitas Pembelajaran.

Jurnal Pendidikan Usia Dini, 9(1).

Setiawan, Ikhsan Budi. 2017. Respon

Masyarakat Terhadap Pembangunan

Jalan Kereta Api Di Desa Bagan

Page 18: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/JURNAL RESITA.pdf · Dosen Pendidikan Fisika STKIP PGRI Lubuklinggau 2 3 EFEKTIVITAS MODEL

18

Sinembah Kota Kecamatan Bagan

Sinembah Kabupaten Rokan Hilir.

Jurnal JOM FISIP 4(2).

Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian.

Bandung: Alfabeta.

Trianto. 2011. Mendesain Model – Model

Pembelajaran Inovatif-Progresif.

Jakarta: Kencana

Triyono. 2012. Metodologi Penelitian

Pendidikan. Yogyakarta: Ombak.