EFEKTIVITAS ATURAN HUKUM PENGGUNAAN MASKER DALAM PENANGGULANGAN KESEHATAN (Studi Pelaksanaan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penanggulangan Coronavirus Disease 2019) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: SIGIT PRAYOGO 11170480000082 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/2021 M
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EFEKTIVITAS ATURAN HUKUM PENGGUNAAN MASKER
DALAM PENANGGULANGAN KESEHATAN
(Studi Pelaksanaan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2021
tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020
tentang Penanggulangan Coronavirus Disease 2019)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
SIGIT PRAYOGO
11170480000082
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/2021 M
i
EFEKTIVITAS ATURAN HUKUM PENGGUNAAN MASKER
DALAM PENANGGULANGAN KESEHATAN
(Studi Pelaksanaan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2021
tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020
tentang Penanggulangan Coronavirus Disease 2019)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
SIGIT PRAYOGO
11170480000082
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/2021 M
ii
EFEKTIVITAS ATURAN HUKUM PENGGUNAAN MASKER DALAM
PENANGGULANGAN KESEHATAN
(Studi Pelaksanaan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2021
tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020
tentang Penanggulangan Coronavirus Disease 2019)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
SIGIT PRAYOGO
NIM: 11170480000082
Pembimbing 1 Pembimbing 2
DR. SYAHRUL A’DAM, M.Ag.
NIP. 19730504 200003 1 002
INDRA RAHMATULLAH, S.H.I., M.H.
NIDN. 2021088601
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1443 H/2021 M
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di dawah ini :
Nama : Sigit Prayogo
NIM : 11170480000082
Program Studi : Ilmu Hukum
Alamat : Jl. Pabrik Gula Gempol No.08, Kabupaten Cirebon
g) Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2021 tentang
Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020
Tentang Penanggulangan Coronavirus Disease 2019 (Covid
19).
2) Bahan Hukum Sekunder
Bahan berupa pendapat hukum/ doktrin/ teori-teori yang
diperoleh dari literatur hukum, hasil penelitian, artikel ilmiah, maupun
website yang terkait dengan penelitian. Termasuk pula dalam bahan
hukum sekunder adalah wawancara dengan narasumber.18 Pada
penelitian hukum normatif, wawancara dengan narasumber dapat
dilakukan dan digunakan sebagai salah satu data sekunder yang
termasuk sebagai bahan hukum sekunder. Hal tersebut karena
18 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum ,.... h. 51.
14
wawancara dengan narasumber digunakan sebagai pendukung untuk
memperjelas bahan hukum primer.
3) Bahan Hukum Tersier (non hukum)
Yaitu bahan hukum yang mendukung bahan hukum yang
memberikan penjelasan dan petunjuk bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder dengan memberikan pengalaman dan pengertian
serta penjelasan atas bahan hukum lainnya. Bahan-bahan hukum
tersier yang digunakan peneliti adalah kamus kesehatan, ilmu
pengetahuan politik, ensiklopedia, koran, internet, jurnal tentang covid
19, artikel-artikel, dan sebagainya. Dalam hal ini peneliti menggunaka
beberapa media yang khususnya berkaitan dengan penggunaan
masker dalam penanggulangan Coronavirus Disease 2019.
4. Metode Pengumpulan Data
Dalam mengolah data, penulis menggunakan studi pustaka dan
studi lapangan. Studi ini digunakan dalam rangka pengumpulan data
sekunder.
Dalam penelitian hukum untuk keperluan akademik, bahan hukum primer
yang pertama kali dikumpulkan adalah peraturan perundang-undangan
berkaitan dengan isu hukum yang akan dipecahkan. Kemudian, pada
pendekatan konseptual, pengumpulan-pengumpulan buku atau literatur-
literatur Peneliti dalam peneltian ini akan menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data yaitu, library research (Penelitian Kepustakaan), dan
field research (Studi Lapangan) atau observasi dan metode komunikasi
dengan menggunakan teknik wawancara serta studi dokumentasi. tersebut
banyak mengandung konsep hukum yang berhubungan dengan isu yang
akan dibahas sehingga nantinya dapat menjawab isu hukum yang ada.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengolah data, penulis menggunakan studi pustaka dan
studi lapangan. Studi ini digunakan dalam rangka pengumpulan data
sekunder.
15
Dalam penelitian hukum untuk keperluan akademik, bahan hukum
primer yang pertama kali dikumpulkan adalah peraturan perundang-
undangan berkaitan dengan isu hukum yang akan dipecahkan. Kemudian,
pada pendekatan konseptual, pengumpulan-pengumpulan buku atau
literatur-literatur Peneliti dalam peneltian ini akan menggunakan beberapa
teknik pengumpulan data yaitu, library research (Penelitian
Kepustakaan), dan field research (Studi Lapangan) atau observasi dan
metode komunikasi dengan menggunakan teknik wawancara serta studi
dokumentasi. tersebut banyak mengandung konsep hukum yang
berhubungan dengan isu yang akan dibahas sehingga nantinya dapat
menjawab isu hukum yang ada.
6. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
a. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan bahan hukum, adalah cara yang digunakan
untuk membuat data tersebut menjadi mudah untuk disajikan sehingga
mudah untuk dipahami. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan
teknik yang terdiri dari:
1) Mentraskrip data
Data yang didapatkan dari peneliti dari hasil wawancara dengan
narasumber berupa rekaman serta hasil pengamatan (observasi)
peneliti dilapangan ke dalam bentuk narasi kualitatif.
2) Reduksi data
Reduksi data adalah proses memilah dan menelaah data untuk
mendapatkan data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Reduksi data dilakukan dengan kategorisasi dan memilah data.
3) Penyajian data
Setelah data yang dibutuhkan dalam penelitian didapatkan melalui
proses reduksi data maka, peneliti akan menyajikan data
berdasarkan kategori dan sub bab serta akan dituangkan dalam
bentuk narasi kualitatif.
16
b. Analisis Bahan Hukum
Data-data yang telah terkumpul dari hasil penelitian, kemudian
akan dianalisis. Penelitian ini menggunakan deskriptif analisis yaitu
dengan cara penulisan yang menggambarkan permasalahan yang
didasarkan pada data-data yang ada seperti peraturan perundang-
undangan, lalu dianalisa lebih lanjut untuk kemudian diambil sebuah
kesimpulan. Tujuan dari deskritif kualitatif ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki.19
Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dianalisis
dengan teknik analisis kualitatif atau wawancara untuk memberikan
solusi terhadap rumusan masalah yang tersusun secara sistematis
sehingga diberikan penafsiran dan gambaran yang jelas sesuai dengan
rumusan masalah untuk kemudian ditarik kesimpulan.
7. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini mengacu pada Buku Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017.
E. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah peneliti dalam mengkaji dan menelaah
penelitian yang berjudul “Efektivitas Aturan Hukum Penggunaan Masker
Dalam Penanggulangan Kesehatan (Studi Pelaksanaan Pergub DKI Jakarta
Nomor 3 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor
2 Tahun 2020 tentang Penanggulangan Coronavirus Disease 2019)”. maka,
dirasa perlu untuk memaparkan terlebih dahulu sistematika penulisan sebagai
gambaran singkat penelitian ini. Penelitian ini mengacu pada Buku “Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017 dengan sistematika yang terdiri dari
19 Moh Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003), h. 16.
17
lima Bab”. Masing-masing bab terdiri atas beberapa sub bab sesuai
pembahasan dan materi yang diteliti. Berikut sistematika yang akan digunakan
dalam penelitian ini:
Bab Pertama membahas pendahulan yaitu meliputi latar belakang
permasalahan; identifikasi, pembatasan, dan perumusan masalah; tujuan
penelitian dan manfaat penelitian, metode penelitian; dan sistematika
penelitian..
Bab Kedua menguraikan dua pokok pembahasan yang mendukung
penulisan skripsi seperti pembahasan terkait kajian teoritis, yakni teori-teori
yang berkaitan dengan pembahasan yang tertuang dalam tulisan ini, kerangka
konseptual yakni teori efektivitas, teori kemanfaatan hukum, dan selanjutnya
akan dijelaskan terkait tinjauan (review) / kajian studi terdahulu, agar tidak
ada persaman terhadap materi muatan dan pembahasan dalam skripsi ini
dengan apa yang ditulis oleh pihak lain.
Bab Ketiga memfokuskan untuk menguraikan yang berhubungan erat
dengan apa yang menjadi fokus penelitian ini seperti aturan hukum
penggunaan masker, ganjaran yang tidak memakai masker. Data yang di
analisis oleh peneliti terkait dengan Penggunaan Masker dalam
penanggulanagan kesehatan berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta
Nomor 3 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor
2 Tahun 2020 tentang Penanggulangan Coronavirus Disease 2019.
Bab Keempat membahas dan menjawab permasalahan pada penelitian
penerapan aturan hukum Pergub DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2021 tentang
penggunaan masker protokol kesehatan dalam penanggulangan virus corona di
masyarakat dan faktor-faktor apa yang menyebabkan efektif atau tidaknya
penggunaan masker protokol kesehatan saat pandemi covid 19.
Bab Kelima penutup, bab tersebut akan memuat dua sub bab yaitu,
kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian nanti dan rekomendasi peneliti
dari penelitian yang dikerjakan dan juga saran yang ingin disampaikan.
18
BAB II
KAJIAN TEORI
TENTANG EFEKTIVITAS PENERAPAN HUKUM
A. Kerangka Konseptual
Menurut Soerjono Soekanto, kerangka konseptual adalah suatu
kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang
merupakan kumpulan arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang ingin diteliti,
baik dalam penelitian normatif maupun empiris.1
Bagi Mayer dan Greenwood, kerangka konseptual merupakan suatu
orientasi kausal terhadap studi yang direnungkan, merumuskan suatu model
terperinci dari masalah kebijakan yang diberikan dan pemecahan yang
diusulkan. Kerangka konseptual dapat difikirkan sebagai peta yang
menghubungkan konsep-konsep atau sebuah alat untuk menentukan
bagaimana konsep yang akan digunakan dalam penelitian itu saling sesuai,
oleh karena itu kerangka konseptual merupakan deskripsi dan penjelasan dari
ahli analisis tentang peta konsep.2
Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami bahwa, kerangka
koseptual adalah keterkaitan antara teori-teori atau konsep yang mendukung
dalam penelitian yang digunakan sebagai pendoman dalam menyusun
sistematis penelitian. Kerangka konseptual menjadi pendoman peneliti untuk
menjelaskan secara sistematis teori yang digunakan dalam penelitian.
1. Konsep Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian
dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan
dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Efektivitas dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang (view point) dan dapat dinilai dengan berbagai
cara dan mempunyai kaitan yang erat dengan efisiensi. Seperti yang
1 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2007), h. 24. 2 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), h. 94.
19
dikemukakan oleh Arthur G. Gedeian dkk mendefinisikan efektivitas,
sebagai berikut: “That is, the greater the extent it which an organization’s
goals are met or surpassed, the greater its effectiveness” (Semakin besar
pencapaian tujuan-tujuan organisasi semakin besar efektivitas).3
Menurut ahli Sosiologi Soerjono Soekanto berpendapat bahwa
efektivitas dapat didefinisikan yaitu efektivitas merupakan taraf sampai
sejauh mana peningkatan kesejahteraan manusia dengan adanya suatu
program tertentu, karena kesejahteraan manusia merupakan tujuan dari
proses pembangunan. Adapun untuk mengetahui tingkat kesejahteraan
tersebut dapat pula dilakukan dengan mengukur beberapa indikator spesial
misalnya: pendapatan, pendidikan, ataupun rasa aman dalam mengadakan
pergaulan.4
Menurut para ahli sebagaimana dikutip oleh Samodra Wibawa5,
efektivitas adalah:
a. Richard M Steers, keberhasilan kepemimpinan dan organisasi diukur
dengan konsep efektivitas. Efektivitas itu paling baik dapat
dimengerti jika dilihat dari sudut sejauh mana suatu organisasi
berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam
usahanya mengerjakan tujuan organisasi.
b. J.L. Gibson, konsep efektivitas dapat didekati dari dua segi, yaitu
tujuan dari teori sistem. Pendekatan tujuan memandang bahwa
organisasi itu dibentuk dengan suatu tujuan dan oleh karena itu
orang-orang di dalamnya berusaha secara rasional agar tujuan
tercapai. Dengan demikian, efektivitas diartikan sebagai pencapaian
yang telah disepakati bersama. Namun, pendekatan sistem
memandang bahwa organisasi mendapatkan sumber dari
lingkungannya. Dalam hal ini, efektivitas menggambarkan seluruh
3 Nasution, Sosiologi Pendidikan, Edisi 2, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 56. 4 Soerjono Soekanto, Efektivikasi Hukum dan Peranan Saksi, (Bandung: Remaja Karya
CV, 1989), h. 48. 5 Samodra Wibawa, Evaluasi Kebijakan Publik, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1992),
h. 32.
20
siklus input-proses output dan hubungan timbal-balik antara
organisasi dan lingkungannya.
c. Bernard mendefinisikan efektivitas organisasi sebagai pencapaian
tujuan-tujuan organisasi.
d. Etzioni mendefinisikan efektivitas sebagai tingkat terwujudnya
sasaran dan tujuan organisasi.
e. Sampson memberikan definisi yang agak berbeda, menurutnya
dimensi-dimensi efektivitas adalah sebagai berikut:
1) Goal attainment, yakni kemampuan manajer untuk mewujudkan
kebutuhan ekonomi bagi para anggotanya.
2) Adaptation, yakni usaha untuk mencangkokkan diri pada
lingkungan.
3) Integration, yakni sejauhmana manajer mampu menyatukan
berbagai departemen dan fungsi di dalam organisasinya. Contoh:
berapa jumlah pegawai yang keluar setiap tahun?
4) Latency, yakni langkah yang diambil untuk menjaga komitmen
dan partisipasi para.
Menurut Soewarno efektivitas adalah pengukuran dalam arti
tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.6 Pendapat yang
sama juga dikemukakan oleh Caster I. Bernard, efektivitas adalah
tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama.7 Sedangkan Robbins
memebrikan definisi efektivitas sebagai tingkat pencapaian organisasi
adalah konsep tentang efektif dimana sebuah organisasi bertujuan untuk
menghasilkan. Martoyo memberikan definisi efektivitas yaitu dapat
diartikan sebagai kondisi atau keadaan, dimana dalam memilih tujuan
yang hendak dicapai dan sarana yang digunakan, serta kemampuan yang
dimiliki adalah tepat, sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai
6 Soewarno Handajadiningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen,
(Jakarta: Gunung Agung, 1982), h. 2. 7 Soewarno Handajadiningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen......., h.
4.
21
dengan hasil yang memuaskan.8 Sama halnya menurut Komaruddin
efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan
kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih
dahulu.9
Jadi disini dapat diketahui bahwa efektivitas itu sebagai gambaran
ataupun taraf kondisi manusia untuk melihat kesejahteraan, berjalan nya
suatu program tertentu dengan apa yang diharapkan oleh masyarakatnya
itu sendiri. Efektivitas juga bisa dikategorikan sebagai tujuan untuk
mencapai sesuatu, seperti hal nya pemerintah mengeluarkan sebuah
kebijakan atau aturan. Disitu dapat dilihat tujuan dibuatkan kebijakan
tersebut sejalan dengan keinginan dan kondisi masyarakatnya itu sendiri.
Dalam hal nya efektivitas kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
diharapkan dapat sesuai dengan norma dan tujuan yang dibangun oleh
masyarakat. Regulasi tersebut bisa menjadikan tolak ukur yang kuat
bagaimana setiap rumusan yang diterapkan oleh pemerintah kepada
masyarakat berjalan sebagaimana mestinya. Karena nya negara sebagai
alat yang digunakan sebagai penjamin bagaimana kesejahteraan dan
kedamaian dalam masyarakat itu dapat tumbuh sesuai dengan Undang-
undang Dasar 1945.
2. Konsep Masker dalam konteks Covid 19
Masker medis didefinisikan sebagai masker bedah atau prosedur
yang datar atau memiliki lipatan; masker jenis ini dikencangkan pada
kepala dengan tali yang mengitari telinga atau kepala atau keduanya.
Karakteristik kinerjanya diuji menurut serangkaian metode uji terstandar
(ASTM F2100, EN 14683, atau yang setara) yang bertujuan untuk
menyeimbangkan filtrasi yang tinggi, kemudahan bernapas yang memadai,
dan (opsional) resistansi penetrasi cairan.10
8 Martoyo, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi ke-5, (Yogyakarta: BPFE, 2000), h.
4. 9 Komaruddin, Ensiklopedia Managemen, cet ke-1, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 294. 10 https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/anjuran-
mengenai-penggunaan-masker-dalam-konteks-covid-19-june-20.pdf?sfvrsn=d1327a85_2 (diakses pada tanggal 30-11-2020, pukul: 13:25 wib)
Teori yang ditulis oleh peneliti untuk menjelaskan masalah atau hubungan
antara masalah yang menjadi perhatian. Jadi, kerangka teoritis disusun melalui
telaah pustaka atau literatur (review literature) atau survei pustaka (literature
survey) yang didefinisikan sebagai satu model konseptual tentang bagaimana
teorisasi dari satu hubungan antara masing-masing faktor yang telah
diidentifikasikan sebagai suatu kumpulan teori dan model dari literatur yang
menjelaskan hubungan dalam masalah tertentu.
1. Teori Efektivitas Hukum
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu (effective) yang
berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus
ilmiah populer mendefinisikan efektivitas sebagai ketepatan penggunaan,
hasil guna atau menunjang tujuan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, efektif adalah sesuatu yang ada efeknya (akibatnya,
pengaruhnya, kesannya) dimulai berlakunya suatu undang-undang atau
peraturan. Efektivitas itu sendiri adalah keadaan dimana dia diperankan
untuk memantau.15
Dari teori ini dapat dijelaskan bahwa teori efektivitas ialah
bagaimana suatu aturan hukum yang lahir dari peraturan-peraturan baru ini
dapat berjalan dengan baik dan efisien karena dilihat dari segi hasil tujuan
yang hendak dicapai atau dikehendaki dari perbuatan itu. Tetapi, dalam hal
ini apakah aturan yang digunakan dalam penggunaan masker dalam ranah
privat itu adil di tengah masyarakat dan dampaknya bagi masyarakat
ketika aturan tersebut di terapkan khususnya warga Ibukota.
Dalam menentukan sebuah sistem hukum itu efektif atau tidak,
ditentukan lima syarat, yaitu16:
1. Mudah tidaknya makna atau isi aturan hukum itu dipahami
15 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus versi online/Dalam Jaringan.
https://kbbi.web.id/efektivitas/ (diakses pada tanggal 17-11-2020 pukul : 09.30 wib). 16 Rony Hanitijo Soemitro, Studi Hukum dan kemiskinan, (Semarang: Penerbit Tugu
2. Luas tidaknya kalangan dalam masyarakat yang mengetahui isi aturan
hukum yang bersangkutan
3. Efesien dan tidak efisien nya mobilisasi aturan hukum yang dicapai
dengan bantuan aparat administrasi dan warga masyarakat yang harus
berpartisipasi dalam memobilisasi hukum
4. Tersedianya mekanisme penyelesaian sengketa yang mudah dihubungi
dan dimasuki warga masyarakat serta efektif untuk menyelesaikan
sengketa itu
5. Adanya anggapan dan pengakuan di anggota masyarakat bahwa aturan
dan pranata hukum memang memiliki daya kemampuan yang efektif.
Menurut Soerjono Soekanto Salah satu fungsi hukum, baik sebagai
kaidah maupun sebagai sikap atau perilaku adalah membimbing perilaku
manusia. Masalah pengaruh hukum tidak hanya terbatas pada timbulnya
ketaatan atau kepatuhan pada hukum, tapi mencakup efek total dari hukum
terhadap sikap tindak atau perilaku baik yang bersifat positif maupun
negatif. Efektivitas penegakan hukum sangat berkaitan erat dengan
efektivitas hukum. Agar hukum itu efektif, maka diperlukan aparat
penegak hukum untuk menegakkan sanksi tersebut. Suatu sanksi dapat
diaktualisasikan kepada masyarakat dalam bentuk ketaatan (compliance),
dengan kondisi tersebut menunjukkan adanya indikator bahwa hukum
tersebut adalah efektif.17
Efektif dan berhasil tidaknya sebuah penegakan hukum tergantung
dari tiga unsur sistem hukum, yakni struktur hukum (structure of law),
substansi hukum (substance of law), dan budaya hukum (legal culture).18
Struktur hukum mrnyangkut aparat penegak hukum, substansi hukum
meliputi peraturan hukum itu sendiri seperti undang-undang, dan budaya
hukum merupakan hukum yang hidup dianut dan dijalankan oleh suatu
masyarakat. Struktur adalah pola yang menunjukkan tentang bagaimana
17 Soerjono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2007), h. 110. 18 Abdullah Mustafa, Soerjono Soekanto. Sosiologi Hukum dalam Masyarakat, (Jakarta:
CV. Rajawali, 1982), h. 14.
29
hukum dijalankan menurut ketentuan-ketentuan formalnya. Struktur ini
menjukkan bagaimana pengadilan, pembuat hukum dan badan serta proses
hukum itu berjalan dan dijalankan.19
Substansi hukum itu menyangkut tentang peraturan perundang-
undangan yang berlaku yang mempunyai kekuatan untuk mengikat dan
menjadi pedoman bagi aparat penegak hukum dalam menjalankan aturan
nya. Kultur hukum itu menyangkut budaya hukum yang merupakan sikap
manusia terhadap hukum dan sistem hukum itu. Sebaik apapun penataan
strukutur hukum secara formal untuk mematuhi, menjalankan aturan
hukum yang ditetapkan dan sebaik apapun kualitas substansi hukum nya
tanpa didukung budaya hukum oleh orang-orang yang terlibat dalam
sistem dan masyarakat maka penegakan aturan hukum tersebut menjadi
tidak berguna dan tidak dapat berjalan secara efektif sebagaimana
mestinya.
Soerjono Soekanto (1942), ada faktor-faktor yang mempengaruhi
efektivitas hukum antara lain20:
a) Hukum dan undang-undang serta perangkatnya.
b) Penegak hukum (pembentuk hukum maupun penataan hukum).
c) Sarana / fasilitas pendukung yang memadai.
d) Masyarakat itu sendiri.
e) Budaya hukum (legal culture).
Menurut Soerjono Soekanto, ada lima faktor yang mempengaruhi
sebuah peraturan itu apa efektif apa tidak. Faktor-faktor tersebut, sebagai
berikut21 :
1. Faktor hukum itu sendiri
Soerjono Soekanto menjelaskan dengan menggunakan Undang-
undang, dimana undang-undang dapat diartikan sebagai materil,
19 Abdullah Mustafa, Soerjono Soekanto. Sosiologi Hukum dalam Masyarakat, .... h. 14. 20 Abdullah Mustafa, Soerjono Soekanto. Sosiologi Hukum dalam Masyarakat, (Jakarta:
CV. Rajawali, 1982), h. 5. 21 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, cet.14
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Pustaka, 2016), h. 8.
30
artinya peraturan tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh penguasa
Pusat maupun Daerah.
Berlaku sebuah peraturan Soerjono menjelaskan adanya beberapa
asa yang tujuannya agar Undang-undang tersebut mempunyai dampak
yang positif, maksudnya agar peraturan tersebut mencapai tujuannya
dan menjadi efektif. Asas-asas tersebut antara lain:
a. Peraturan tidak berlaku surut, artinya peraturan hanya boleh
diterapkan terhadap peristiwa yang disebut didalam undang-
undang itu dinyatakan berlaku
b. Undang-Undang yang dibuat oleh Penguasa yang lebih tinggi,
mempunyai kedudukanyang lebih tinggi pula
c. Undang-Undang yang bersifat khusus menyamoingkan Undang-
Undang yang bersifat umum (lex specialis derogat legi generalis)
d. Undang-Undang yang berlaku sekarang, membatalkan Undang-
Undang yang berlaku terdahulu (lex posteriori derogat legi priori)
e. Undang-Undang tidak dapat diganggu gugat
f. Undang-Undang merupakan saran untuk mencapai kesejahteraan
spiritual dan materil bagi masyarakat maupun pribadi, melalui
pelestarian ataupun pembaharuan (inovasi).
2. Faktor penegak hukum
Penegak hukum disini bukan membahas bagaimana ketentuan
pidana atau administratif. Ruang lingkup dan istilah penegak hukum
adalah luas sekali, oleh karena itu mencakup instansi yang
berkecimpung secara langsung atau tidak dala penegakan hukum.
Soerjono membatasi penegakan hukum pada kalangan yang secara
langsung berkecimpung dalam bidang penegakan hukum yang tidak
hanya mencakup law enfroncment.
3. Faktor sarana atau fasilitas
Sarana dan fasilitas yang dimaksud Soerjono mempunyai peran
yang sangat pentin didalam penegakan hukum. Tanpa adanya sarana
atau fasilitas tersebut, tidak akan mungkin penegak hukum
31
menyerasikan peran yang seharusnya dengan peran yang aktual.
Khususnya untuk sarana dan fasilitas tersebut, ada beberapa jalan
pikiran sebagai berikut:
a. Yang tidak ada – diadakan yang baru betul
b. Yang rusak atau salah – diperbaiki atau dibetulkan
c. Yang kurang – ditambahkan
d. Yang macet – dilancarkan
e. Yang mundur atau merosot – dimajukan atau ditingkatkan.
4. Faktor masyarakat
Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan tujuannya untuk
mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang
dalam sudut tertentu, maka masyarakat dapat mempengaruhi
penegakan hukum tersebut.
5. Faktor kebudayaan
Sebenarnya faktor kebudayaan dengan faktor masyarakat tidak
dapat dibedakan. Tetapi menurut Soerjono, faktor masyarakat dengan
faktor kebudayaan dibedakan karena untuk membahas masalah sistem
nilai-nilai yang menjadi inti dari kebudayaan spiritual atau non materil.
Sebagai suatu sistem, maka hukum mencakup struktur, substansi, dan
kebudayaan (Pemikiran ini dikutip dari Lawrence M. Friedman).
Kebudayaan (system) hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai
yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan
konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang
dianggap buruk. Nilai tersebut lain merupakan pasangan nilai-nilai
yang mencerminkan dua keadaan ekstrim yang harus di serasikan. Hal
itulah yang menjadi pokok pembicaraan di dalam bagian mengenai
faktor kebudayaan ini.
2. Teori Kemanfaatan Hukum
Eksistensi hukum bertujuan untuk memberikan keamanan dan
ketertiban serta menjamin adanya kesejahteraan yang diperoleh
masyarakat dari Negara sebagai payung bermasyarakat. Kaidah hukum di
32
samping kepentingan manusia terhadap bahaya yang mengancamnya, juga
mengatur hubungan di antara manusia.22 Identifikasi setiap permasalahan
merupakan tugas dari hukum untuk memberikan jaminan adanya kepastian
hukum. Masyarakat berkembang secara pesat di dunia komunitasnya atau
dalam bernegara, hal ini dipengaruhi oleh perkembangan zaman sehingga
kebutuhan harus dipenuhi sesuai zamanya. Keberlakuan ini secara
langsung tidak memiliki relevansi dengan kepastian hukum, karenannya
hukum akan bersifat statis tanpa adanya penyesuaian antara hukum dan
perilaku masyarakat kekinian atau terjadi kekacuan hukum.
Untuk itu perlu hukum yang kontekstual, dalam arti dapat
mengakomodir praktik-praktik sosial di masyarakat dengan diatur oleh
norma hukum. Ajaran-ajaran hukum yang dapat diterapkan, menurut
Johnson, agar tercipta korelasi antara hukum dan masyarakatnya, yaitu
hukum sosial yang lebih kuat dan lebih maju daripada ajaran-ajaran yang
diciptakan oleh hukum perseorangan.23 Artikulasi hukum ini akan
menciptakan hukum yang sesuai cita-cita masyarakat. Karenanya muara
hukum tidak hanya keadilan dan kepastian hukum, akan tetapi aspek
kemanfaatan juga harus terpenuhi. Penganut mazhab utilitarianisme
memperkenalkan tujuan hukum yang ketiga, disamping keadilan dan
kepastian hukum. Dilanjutkannya, tujuan hukum itu adalah untuk
kemanfaatan bagi seluruh orang.24
Aliran Utilitarianisme mempunyai pandangan bahwa tujuan hukum
adalah memberikan kemanfaatan kepada sebanyak-banyaknya orang.
Kemanfaatan di sini diartikan sebagai kebahagiaan (happines), sehingga
penilaian terhadap baik-buruk atau adil-tidaknya suatu hukum bergantung
kepada apakah hukum itu memberikan kebahagiaan kepada manusia atau
tidak. Dengan demikian berarti bahwa setiap penyusunan produk hukum
22 Sudikno Mertokusumo, Teori Hukum, Cetakan ke 1 (Yogyakarta: Universitas Atma
Jaya, 2011), h. 16. 23 Alvin S. Johnson, Sosiologi Hukum, Cetakan ke 3 (Jakarta: Asdi Mahastya, 2006), h.
penggunaan masker protokol kesehatan dalam penanggulangan kesehatan
tinjauan yuridis Pergub DKI Jakarta nomor 3 Tahun 2021.
C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
Tinjauan (review) kajian terdahulu terdiri dari tinjauan yang berisi terkait
penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh orang lain, baik
dalam bentuk buku, skripsi, tesis, maupun jurnal. Hal tersebut diperlukan
untuk membuktikan originalitas dari penelitian ini, peneliti perlu untuk
melakukan tinjauan kajian studi terdahulu. Berikut ini beberapa penelitian
tentang diversi dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya,
diantara nya penelitian yang berasal dari Skripsi, Tesis, Jurnal sebelumnya
yakni:
Pertama, skripsi yang disusun oleh Yuniati Nuraini.26 Skripsi ini
membahas tentang analisa efektivitas kebijakan hukum yang dikeluarkan oleh
pemerintah kota Tangerang Selatan dalam upaya pencegahan korupsi
khususnya gratifikasi. Pembeda dari skripsi ini adalah menganalisis kebijakan
hukum pemerintah kota Tangerang Selatan berupa Peraturan Walikota
Tangerang Selatan Nomor 17 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengendalian
Gratifikasi. Persamaan penelitian peneliti dengan skripsi ini adalah sama-sama
meneliti efektivitas kebijakan hukum yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah.
Perbedaan nya dengan penelitian peneliti ialah peneliti fokus pada
pembahasan masker yang diatur oleh Pergub DKI Jakarta Nomor 3 Tahun
2021.
Kedua, skripsi yang disusun oleh Dian Eko Prakoso.27 Skripsi ini
membahas tentang pengguna parkir untuk memanfaatkan tempat parkir yang
bukan semestinya seperti, bahu jalan yang dapat menggangu kepentingan
umum. Hal ini menjadi kesempatan bagi para juru parkir tidak resmi untuk
mengambil keuntungan dari hal ini. Adanya oknum yang tidak bertanggung
26 Yuniati Nuraini, Skripsi: “Efektivitas Kebijakan Hukum Pemerintah Kota Tangerang
Selatan Dalam Upaya Pencegahan Korupsi”, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2018). 27 Dian Eko Prakoso, Skripsi : “Efektivitas Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2006
tentang Pengelolaan Parkir Tepi Jalan Umum dalam Daerah Kota Makassar (Suatu Tinjauan
Sosiologi Hukum)” (Makassar: Unhas, 2014).
35
jawab dan berusaha memanfaatkan demi kepentingan pribadi itulah yang
menyebabkan adanya parkir tidak resmi. Persamaannya dengan penelitian ini
adalah sama-sama membahas tentang efektivitas Paeraturan Daerah atau
aturan hukum yang diterapkan di dalam masyarakat. Perbedaannya adalah
penelitian ini berfokus pada Perda Nomor 17 Tahun 2006 tentang tentang
Pengelolaan Parkir. Sedangkan peneliti yang akan dibahas oleh peneliti ialah
tentang Pergub DKI Nomor 3 Tahun 2021.
Ketiga, skripsi yang disusun oleh Sandra Fitriyana.28 Skripsi ini membahas
tentang perlindungan disabilitas berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10
Tahun 2011 Tentang Perlindungan Disabilitas berjalan efektif pada
perwujudan aksebilitas fisik yang ada di Ibu Kota DKI Jakarta. Persamaannya
dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang efektivitas aturan
hukum yang dibuat oleh Pemerintah. Perbedaannya adalah penelitian ini
berfokus pada perlindungan disabilitas sesuai dengan Perda DKI Jakarta.
Sedangkan yang akan dibahas oleh peneliti ialah tentang penggunaan masker
protokol kesehatan yang diatur oleh Pergub DKI Jakarta..
Keempat, Artikel yang ditulis oleh Theresia Louize Pesulima dan Yosia
Hetharine29, dari Univesritas Pattimura dengan judul Perlindungan Hukum
Terhadap Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Kesehatan Akibat Pandemi Covid-
19. Jurnal ini membahas perlindungan hukum manusia yang berkaitan dengan
profesi tenaga kesehatan yang menjadi garda terdepan dalam penanganan
pasien positif infeksi virus corona atau Covid 19, yang perlindungan hukum
itu berarti hukum memberikan perlindungan terhadap hak-hak tenaga
kesehatan akibat efek dari pandemi Covid 19. Persamaannya dengan
penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang pandemi covid 19 beserta
efek hukum nya bagi masyarakat luas. Perbedaannya adalah penelitian ini
berfokus pada perlindungan hukum tenaga kesehatan di masa pandemi.
28 Sandra Fitriyana, Skripsi : “Efektivitas Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2011
Tentang Perlindungan Penyandang Disabilitas Untuk Penyediaan Aksebilitas Fisik Di Kota DKI
Jakarta” (Jakarta: UIN, 2018). 29 Theresia Louize Pesulima, Yosia Hetharie, Jurnal: “Perlindungan Hukum Terhadap
Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Kesehatan Akibat Pandemi Covid-19” (Ambon: FH Universitas
Pattimura, 2020), Vol.26 No. 2.
36
Sedangkan, yang menjadi fokus peneliti ialah penerapan hukum penggunaan
masker bagi masyarakat.
Kelima, Artikel yang ditulis oleh Aprista Ristyawati30, dari Universitas
Diponegoro dengan judul Efektifitas Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala
Besar Dalam Masa Pandemi Coronavirus 2019 oleh Pemerintah Sesuai
Amanat UUD NRI Tahun 1945. Jurnal yang membahas Efektifitas Kebijakan
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Masa Pandemi Coronavirus 2019
oleh Pemerintah khususnya yang berada di DKI Jakarta, dan upaya-upaya
yang dilakukan agar kebijakan PSBB yang diberikan selama masa pandemi
efektif sesuai UUD NRI Tahun 1945. Persamaannya dengan penelitian ini
adalah sama-sama membahas tentang pembatasan sosial berskala besar oleh
Pemerintah. Perbedaannya adalah penelitian ini sangat umum dan tidak
spesifik pembahasan tentang PSBB. Sedangkan yang akan dibahas oleh
peneliti ialah tentang penggunaan masker protokol kesehatan dalam masa
PSBB.
Keenam, Jurnal yang ditulis oleh Fahmi Ramadhan Firdaus dan Anna
Erliyana31, dari Universitas Indonesia dengan judul Perlindungan Kebijakan
Diskersi dalam Penanganan Covid-19 menurut Undang-Undang No. 2 Tahun
2020. Persamaannya dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas
tentang pandemi covid 19 beserta kebijakan diskersi. Perbedaannya adalah
penelitian ini berfokus pada kebijakan diskersi yang dilakukan oleh
Pemerintah. Sedangkan, yang menjadi fokus peneliti adalah penggunaan
masker protokol kesehatan dalam penanggulangan virus corona 2019.
30 Aprista Ristyawati, Skripsi : “Efektifitas Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
Dalam Masa Pandemi Corona Virus 2019 oleh Pemerintah Sesuai Amanat UUD NRI Tahun
h. 14. 9 Pembatasan peranan negara dan pemerintah dalam bidang politik yang bertumpu pada
dalil “the least government is the best government”. 10 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara...., h. 15. 11 Yudi Latif, Negara Paripurna: HIstoritas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011), h. 533.
46
dilaksanakan menurut hukum yang beradasarkan pada
ketentuanketentuan umum, bukan hukum yang dibuat secara
sewenang-wenang yang menyampingkan konvensi dan konstitusi;
ketiga, pemerintahan berkonstitusi berarti pemerintahan yang
dilaksanakan atas kehendak rakyat, bukan berupa paksaan-paksaan
yang dilaksanakan pemerintah.12
Setiap produk hukum daerah yang dibuat dikatakan mempunyai
landasan sosiologis apabila ketentuan-ketentuannya sesuai dengan
keyakinan umum atau kesadaran hukum masyarakat. Terbentuknya
norma hukum tersebut merupakan langkah dalam melakukan
pembaharuan masyarakat yang melibatkan seluruh komponen guna
mewujudkan ketertiban, keadilan, dan kepastian yang pada akhirnya
semuanya harus mengarah pada kesejahteraan masyarakat. Pemerintah
daerah dalam menetapkan peraturan tentang penanggulangan
kemiskinan harus benar-benar memperhatikan kebutuhan dan nilai-
nilai yang hidup dalam masyarakat daerahnya untuk menjamin
terpenuhinya pelayanan kebutuhan masyarakat khususnya di bidang
kesehatan, sehingga dibutuhkan adanya komunikasi yang baik antara
pemerintah daerah dengan masyarakat dalam menetapkan kebijakan
dan atau peraturan penanggulangan virus corona 2019 yang akan
dibuat.
Titik tolak dari penyusunan peraturan daerah tentang
penangggulangan corona virus disease 2019 adalah efektivitas dan
efisiensi pada masyarakat. Tujuan dasar dari peran serta masyarakat
adalah untuk menghasilkan masukan dan persepsi yang berguna dari
masyarakat yang berkepentingan (public interest) dalam rangka
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, karena dengan
melibatkan masyarakat yang terkena dampak akibat kebijakan dan
kelompok kepentingan (interest groups), para pengambil keputusan
12 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007),
h. 9-10.
47
dapat menangkap pandangan, kebutuhan dan penghargaan dari
masyarakat dan kelompok tersebut, untuk kemudian menuangkannya
ke dalam satu konsep.13
Berkaitan dengan persoalan penanggulangan corona virus diesease
2019 di Provinsi DKI Jakarta, ditetapkan bahwa persoalan pandemi
merupakan salah satu permasalahan utama kesehatan pada saat ini
yang juga masuk dalam penyusunan RPJMD DKI Jakarta 2020-2022.
Adapun Data Kemiskinan Terkonfirmasi Positif, Sembuh, Dirawat,
Meninggal dan Isolasi Mandiri di Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat
dalam tabel sebagai berikut:
Periode 21 Januari 2020 s.d. 30 November 2020
Berdasarkan data di atas, maka kehadiran Perda penanggulangan
Coronavirus Disease 2019 menemukan relevansinya. Perda ini
diharapkan dapat menanggulangi pandemi Covid 19 di DKI Jakarta.
Setidaknya perda tersebut diharapkan dapat mewujudkan: Pemenuhan
layanan dasar masyarakat yang terdampak ataupun terpapar;
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 326);
Terdapatnya beberapa peraturan perundang-undangan di atas
dapat dijadikan pijakan yuridis bagi Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta untuk membentuk Peraturan Daerah tentang
Penanggulangan Coronavirus Disease 2019. Dengan demikian,
pembentukan Peraturan Daerah tentang Penanggulangan Covid 19
di Provinsi DKI Jakarta menjadi hal yang urgen mengingat belum
adanya regulasi yang secara spesifik mengatur terkait
penanggulangan pandemi covid 19 di DKI Jakarta.
51
C. Data Pelanggaran Penggunaaan Masker Protokol Covid 19 Provinsi DKI
Jakarta
Data pelanggaran penggunaan masker protokol kesehatan sebelum
diberlakukan Peraturan Gubernur Nomor 3 Tahun 2021 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Penanggulangan
Coronavirus Disease 2019.
Pelanggaran tidak menggunakan masker protokol kesehatan dalam
pencegahan virus corona 2019 di Provinsi DKI Jakarta berdasarkan
penindakan Satgas Covid 19 unsur Satpol PP periode 2 Agustus-30 Desember
2020,14 yaitu:
a. Data pelanggaran pada Kota Jakarta Pusat15
Rekapitulasi operasi penertiban masker protokol kesehatan di wilayah
Jakarta Pusat dengan rinciannya yaitu: di Tingkat Kota jumlah pelanggar
mencapai 979 orang terdiri dari 886 pelanggar prokes yang melaksanakan
kerja sosial, denda sebanyak 93 orang, dan jumlah nominal denda
mencapai Rp. 22.300.000 (Dua Puluh Dua Juta Tiga Ratus Ribu). Untuk
Kecamatan Gambir jumlah pelanggar prokes mencapai 2845 orang terdiri
dari 2737 orang yang melaksanakan kerja sosial, denda sebanyak 108
orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp. 12.450.000 (Dua Belas
Juta Empat Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Untuk Kecamatan Menteng
jumlah pelanggar prokes mencapai 3542 orang dengan rincian 3417 orang
melaksanakan sanksi kerja sosial, sanksi denda sebanyak 125 orang, dan
jumlah nominal denda mencapai Rp. 29.150.000 (Dua Puluh Sembilan
Juta Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Untuk Kecamatan Senen jumlah
pelanggar protokol kesehatan mencapai 3375 orang dengan rincian 3206
orang melaksanakan sanksi kerja sosial, sanksi denda sebanyak 169 orang,
dan jumlah nominal denda mencapai 16.850.000 (Enam Belas Juta
Delapan Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Untuk Kecamatan Sawah Besar
jumlah pelanggar protokol kesehatan mencapai 4533 orang dengan rincian
14 Data diambil langsung dari Satgas Covid 19 unsur Satpol PP DKI Jakarta pada tanggal
8 Maret 2021 pada pukul 15.30 Wib. 15 Dapat dilihat pada tabel 1, h. 115.
52
4445 orang melaksanakan sanksi kerja sosial, sanksi denda sebanyak 88
orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp. 16.000.000 (Enam Belas
Juta Rupiah).
Kemudian, untuk Kecamatan Tanah Abang jumlah pelanggar
mencapai 8308 orang dengan rincian 8109 orang melakukan sanksi kerja
sosial, sanksi denda berjumlah 199 orang, dan jumlah nominal denda Rp.
49.750.000 (Empat Puluh Sembilan Juta Tujuh Ratus Lima Puluh Ribu
Rupiah), kecamatan Tanah Abang ini merupakan jumlah pelanggar
tertinggi dan jumlah nominal denda terbanyak dari kecamatan lainnya di
Kota Jakarta Pusat. Untuk Kecamatan Kemayoran jumlah pelanggar
mencapai 1940 orang dengan rincian 1783 orang melakukan sanksi kerja
sosial, sanksi denda sebanyak 157 orang, dan jumlah nominal denda
mencapai Rp. 24.000.000 (Dua Puluh Empat Juta Rupiah). Untuk
selanjutnya Kecamatan Cempaka Putih jumlah pelanggar mencapai 2968
orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 2864 orang,
sanksi denda berjumlah 104 orang, dan jumlah nominal denda mencapai
Rp. 18.400.000 (Delapan Belas Juta Empat Ratus Ribu Rupiah). Terakhir
yaitu Kecamatan Johar Baru dengan jumlah pelanggar mencapai 4167
orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 4123 orang,
sanksi denda sebanyak 44 orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp.
9.100.000 (Sembilan Juta Seratus Ribu Rupiah).
Jadi total keseluruhan jumlah pelanggar di Kota Jakarta Pusat
mencapai 32657 orang dan jumlah nominal denda sebanyak Rp.
198.000.000 (Seratus Sembilan Puluh Delapan Juta Rupiah).
b. Data Rekapitulasi pada Kota Jakarta Barat16
Rekapitulasi operasi penertiban masker protokol kesehatan di wilayah
Kota Jakarta Barat pada periode 2 Agustus s.d. 30 Desember 2020 dengan
rinciannya seperti berikut: di Tingkat Kota dengan jumlah pelanggar
mencapai 2345 orang, yang melakukan sanksi sosial sebanyak 2045 orang,
sanksi denda sebanyak 300 orang, dan dengan jumlah nominal denda
16 Dapat dilihat pada tabel 2, h. 115.
53
sebanyak Rp. 35.550.000 (Tiga Puluh Juta Lima Ratus Lima Puluh Ribu
Rupiah). Selanjutnya, ada Kecamatan Cengkareng dengan jumlah
pelanggar prokes mencapai 4468 orang, rincian yang melakukan sanksi
kerja sosial berjumlah 4100 orang, sanksi denda berjumlah 368 orang, dan
jumlah nominal denda sebanyak Rp. 39.850.000 (Tiga Puluh Sembilan
Juta Delapan Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Kemudian, ada Kecamatan
Grogol Petamburan dengan jumlah pelanggar mencapai 2043 orang,
rincian dengan yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 1893 orang,
sanksi denda sebanyak 150 orang, dan jumlah nominal denda sebesar Rp.
31.000.000 (Tiga Puluh Juta Rupiah). Ada Kecamatan Tambora dengan
jumlah pelanggar mencapai angka 6499 orang, dengan rincian yang
melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 6122 orang, sanksi denda
sebanyak 377 orang, dan jumlah nominal denda sebesar Rp. 37.600.000
(Tiga Puluh Juta Enam Ratus Ribu Rupiah), kecamatan Tambora ini
merupakan kecamatan dengan jumlah pelanggar yang tertinggi di Jakarta
Barat. Ada Kecamatan Kebon Jeruk dengan jumlah pelanggar sebanyak
2836 orang, rinciannya dengan pelanggar yang melakukan sanksi kerja
sosial sebanyak 2803 orang, sanksi denda sebanyak 33 orang, dan jumlah
nominal denda sebesar Rp. 5.800.000 (Lima Juta Delapan Ratus Ribu
Rupiah).
Ada Kecamatan Palmerah dengan jumlah pelanggar penertiban masker
sebanyak 3813 orang, dengan rincian yang melaksankan sanksi kerja
sosial sebanyak 3568 orang, sanksi denda sebanyak 245 orang, dan jumlah
nominal denda mencapai Rp. 15.500.000 (Lima Belas Juta Lima Ratus
Ribu Rupiah). Ada Kecamatan Kalideres dengan jumlah pelanggar
penertiban masker sebanyak 3251 orang, dengan rincian yang telah
melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 2540 orang, sanksi denda
sebanyak 711 orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp. 98.150.000
(Sembilan Puluh Delapan Juta Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah),
kecamatan ini menjadi jumlah dengan sanksi denda terbanyak dan nominal
denda terbesar di Jakarta Barat. Selanjutnya, ada Kecamatan Kembangan
54
yang jumlah pelanggaran penertiban masker mencapai 3053 orang, dengan
rincian yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 3031 orang, sanksi
denda sebanyak 22 orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp.
6.200.000 (Enam Juta Dua Ratus Ribu Rupiah). Terakhir, yaitu ada
Kecamatan Tamansari dengan jumlah pelanggaran penertiban masker
sebanyak 3282 orang, dengan rincian yang melaksanakan sanksi kerja
sosial sebanyak 3129 orang, sanksi denda sebanyak 153 orang, dan jumlah
nominal denda mencapai Rp. 25.500.000 (Dua Puluh Lima Juta Lima
Ratus Ribu Rupiah).
Jadi, total keseluruhan pelanggar di Jakarta Barat mencapai 31590
orang dengan jumlah nominal denda sebesar Rp. 295.150.000 (Dua Ratus
Sembilan Puluh Lima Juta Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah).
c. Data Rekapitulasi pada Kota Jakarta Selatan17
Rekapitulasi operasi penertiban masker protokol kesehatan di wilayah
Kota Jakarta Selatan pada periode 2 Agustus s.d. 30 Desember 2020
dengan rinciannya seperti berikut: di Tingkat Kota jumlah pelanggaran
penertiban masker mencapai 1746 orang, dengan rincian yang melakukan
sanksi kerja sosial sebanyak 1645 orang, sanksi denda sebanyak 101
orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp. 8.200.000 (Delapan Juta
Dua Ratus Ribu Rupiah). Kemudian pada Kecamatan Kebayoran Lama
jumlah pelanggaran mencapai 1943 orang, dengan rincian yang melakukan
sanksi kerja sosial sebanyak 1867 orang, sanksi denda sebanyak 76 orang,
dan jumlah nominal denda mencapai Rp. 6.550.000 (Enam Juta Lima
Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Ada Kecamatan Kebayoran Baru dengan
jumlah pelamggar mencapai 1600 orang, dengan rincian yang melakukan
sanksi kerja sosial sebanyak 1588 orang, sanksi denda sebanyak 12 orang,
dan jumlah nominal denda mencapai Rp. 2.600.000 (Dua Juta Enam Ratus
Ribu Rupiah). Selanjutnya ada Kecamatan Pancoran jumlah pelanggar
sebanyak 616 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak
607 orang, sanksi denda sebanyak 9 orang, dan jumlah nominal denda
17 Dapat dilihat pada tabel 3, h. 116.
55
mencapai 1.950.000 (Satu Juta Sembilan Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah).
Kemudian Kecamatan Pasar Minggu pelanggaran mencapai 1786 orang,
dengan yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 1732 orang, sanksi
denda sebanyak 54 orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp.
5.550.000 (Lima Juta Lima Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Kemudian
ada Kecamatan Jagakarsa jumlah pelanggar mencapai 2691 orang, dengan
yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 2668 orang, sanksi denda
sebanyak 23 orang, dan jumlah nominal pelanggaran mencapai Rp.
6.400.000 (Enam Juta Empat Rtus Ribu Rupiah).
Ada Kecamatan Pesanggrahan dengan jumlah pelanggaran sebanyak
2507 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 2501
orang, dan jumlah nominal denda Rp. 750.000 (Tujuh Rtus Ribu Rupiah).
Kemudian, ada Kecamatan Mampang Prapatan dengan jumlah
pelanggaran mencapai 1339 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja
sosial sebanyak 1300 orang, sanksi denda 39 orang, dan jumlah nominal
denda Rp. 5.000.000 (Lima Juta rupiah). Selanjutnya, ada Kecamatan
Cilandak dengan jumlah pelanggar mencapai 3432 orang, yang melakukan
sanksi kerja sosial sebanyak 3421 orang, sanksi denda sebanyak 11 orang
dan jumlah nominal denda mencapai Rp. 850.000 (Delapan Ratus Lima
Puluh Ribu Rupiah). Kecamatan Setiabudi dengan jumlah pelanggaran
mencapai 1450 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial
sebanyak 1429 orang, sanksi denda sebanyak 21 orang, dan jumlah
nominal denda mencapai Rp. 5.950.000 (Lima Juta Sembilan Ratus Lima
Puluh Ribu Rupiah). Terakhir, ada Kecamatan Tebet dengan jumlah
pelanggaran mencapai 1576 orang, yang melakukan sanksi kerja sosial
sebanyak 1567 orang, sanksi denda sebanyak 9 orang, dan jumlah nominal
denda mencapai Rp. 1.200.000 (Satu Juta Dua Ratus Ribu Rupiah).
Jadi jumlah pelanggar seluruhnya pada Kota Jakarta Selatan mencapai
20686 orang dengan jumlah nominal denda mencapai Rp. 45.000.000
(Empat Puluh Lima Juta Rupiah).
56
d. Data Rekapitulasi Kota Jakarta Timur18
Rekapitulasi operasi penertiban masker protokol kesehatan di wilayah
Kota Jakarta Timur pada periode 2 Agustus s.d. 30 Desember 2020 dengan
rinciannya seperti berikut: di Tingkat Kota jumlah pelanggaran penertiban
masker mencapai 965 orang, dengan rincian yang melakukan sanksi kerja
sosial sebanyak 924 orang, sanksi denda sebanyak 41 orang, dan jumlah
nominal denda mencapai Rp. 7.550.000 (Tujuh Juta Lima Ratus Lima
Puluh Ribu Rupiah). Kemudian pada Kecamatan Matraman jumlah
pelanggaran mencapai 1831 orang, dengan rincian yang melakukan sanksi
kerja sosial sebanyak 1822 orang, sanksi denda sebanyak 9 orang, dan
jumlah nominal denda mencapai Rp. 2.550.000 (Dua Juta Lima Ratus
Lima Puluh Ribu Rupiah). Selanjutnya, ada Kecamatan Pulo Gadung
dengan jumlah pelanggar mencapai 2190 orang, dengan rincian yang
melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 2167 orang, sanksi denda
sebanyak 23 orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp. 4.600.000
(Empat Juta Enam Ratus Ribu Rupiah). Selanjutnya ada Kecamatan
Jatinegara jumlah pelanggar sebanyak 1972 orang, dengan yang
melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 1955 orang, sanksi denda
sebanyak 17 orang, dan jumlah nominal denda mencapai 6.030.000 (Enam
Juta Tiga Puluh Ribu Rupiah). Kecamatan Kramat Jati pelanggaran
mencapai 3755 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial
sebanyak 3688 orang, sanksi denda sebanyak 67 orang, dan jumlah
nominal denda mencapai Rp. 21.500.000 (Dua Puluh Satu Juta Lima Ratus
Ribu Rupiah). Kemudian ada Kecamatan Pasar Rebo jumlah pelanggar
mencapai 2263 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial
sebanyak 2210 orang, sanksi denda sebanyak 53 orang, dan jumlah
nominal pelanggaran mencapai Rp. 2.950.000 (Dua Juta Sembilan Ratus
Lima Puluh Ribu Rupiah). Kemudian, ada Kecamatan Cakung dengan
jumlah pelanggaran sebanyak 2547 orang, dengan yang melakukan sanksi
kerja sosial sebanyak 2513 orang, dan jumlah nominal denda Rp.
18 Dapat dilihat pada tabel 4, h. 117.
57
7.200.000 (Tujuh Juta Dua Ratus Ribu Rupiah). Kemudian, ada
Kecamatan Duren Sawit dengan jumlah pelanggaran mencapai 1812
orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 1789 orang,
sanksi denda 23 orang, dan jumlah nominal denda Rp. 4.625.000 (Empat
Juta Enam Ratus Dua Puluh Lima Ribu Rupiah). Ada Kecamatan Ciracas
dengan jumlah pelanggar mencapai 1669 orang, yang melakukan sanksi
kerja sosial sebanyak 1654 orang, sanksi denda sebanyak 15 orang, dan
jumlah nominal denda mencapai Rp. 2.900.000 (Dua Juta Sembilan Ratus
Lima Puluh Ribu Rupiah). Ada Kecamatan Makasar dengan jumlah
pelanggaran mencapai 3818 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja
sosial sebanyak 3772 orang, sanksi denda sebanyak 46 orang, dan jumlah
nominal denda mencapai Rp. 5.850.000 (Lima Juta Delapan Ratus Lima
Puluh Ribu Rupiah). Terakhir, ada Kecamatan Cipayung dengan jumlah
pelanggaran mencapai 2665 orang, yang melakukan sanksi kerja sosial
sebanyak 2658 orang, sanksi denda sebanyak 7 orang, dan jumlah nominal
denda mencapai Rp. 1.200.000 (Satu Juta Dua Ratus Ribu Rupiah).
Jadi jumlah pelanggar seluruhnya pada Kota Jakarta Timur mencapai
25847 orang dengan jumlah nominal denda mencapai Rp. 66.955.000
(Enam Puluh Enam Juta Sembilan Ratus Lima Puluh Lima Ribu Rupiah).
e. Data Rekapitulasi Kota Jakarta Utara19
Rekapitulasi operasi penertiban masker protokol kesehatan di wilayah
Kota Jakarta Utara pada periode 2 Agustus s.d. 30 Desember 2020 dengan
rinciannya seperti berikut: di Tingkat Kota dengan jumlah pelanggar
mencapai 966 orang, yang melakukan sanksi sosial sebanyak 812 orang,
sanksi denda sebanyak 154 orang, dan dengan jumlah nominal denda
sebanyak Rp. 18.800.000 (Delapan Belas Juta Delapan Ratus Ribu
Rupiah). Selanjutnya, ada Kecamatan Kelapa Gading dengan jumlah
pelanggar prokes mencapai 779 orang, rincian yang melakukan sanksi
kerja sosial berjumlah 732 orang, sanksi denda berjumlah 47 orang, dan
jumlah nominal denda sebanyak Rp. 5.650.000 (Lima Juta Enam Ratus
19 Data dapat dilihat pada tabel 5, h. 117.
58
Lima Puluh Ribu Rupiah). Kemudian, ada Kecamatan Tanjung Priok
dengan jumlah pelanggar mencapai 1502 orang, rincian dengan yang
melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 1482 orang, sanksi denda
sebanyak 19 orang, dan jumlah nominal denda sebesar Rp. 2.450.000 (Dua
Juta Empat Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Kemudian, ada Kecamatan
Koja dengan jumlah pelanggar mencapai angka 2412 orang, dengan
rincian yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 2348 orang, sanksi
denda sebanyak 64 orang, dan jumlah nominal denda sebesar Rp.
6.350.000 (Enam Juta Tiga Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Selanjutnya
ada Kecamatan Cilincing dengan jumlah pelanggar sebanyak 1667 orang,
rinciannya dengan pelanggar yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak
1579 orang, sanksi denda sebanyak 88 orang, dan jumlah nominal denda
sebesar Rp. 9.250.000 (Sembilan Juta Dua Ratus Lima Puluh Ribu
Rupiah).
Ada Kecamatan Pademangan dengan jumlah pelanggar penertiban
masker sebanyak 1465 orang, dengan rincian yang melaksankan sanksi
kerja sosial sebanyak 1448 orang, sanksi denda sebanyak 17 orang, dan
jumlah nominal denda mencapai Rp. 1.000.000 (Satu Juta Rupiah).
Terakhir, ada Kecamatan Penjaringan dengan jumlah pelanggaran
mencapai 2024 orang, yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 2002
orang, sanksi denda sebanyak 22 orang, dan jumlah nominal denda
mencapai Rp. 4.750.000 (Empat Juta Tujuh Ratus Lima Puluh Ribu
Rupiah).
Jadi jumlah pelanggar seluruhnya pada Kota Jakarta Utara mencapai
10815 orang dengan jumlah nominal denda mencapai Rp. 48.250.000
(Empat Puluh Delapan Juta Dua Ratus Lima Puluh Lima Ribu Rupiah).
f. Data Rekapitulasi Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu20
Rekapitulasi operasi penertiban masker protokol kesehatan di wilayah
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu pada periode 2 Agustus s.d. 30
Desember 2020 dengan rinciannya seperti berikut: hanya terdiri dari 2
20 Data dapat dilihat pada tabel 6, h. 118.
59
kecamatan dan 1 tingkat kota. Di Tingkat Kota jumlah pelanggar
penertiban masker mencapai 142 orang, dengan yang melakukan sanksi
kerja sosial sebanyak 140 orang, sanksi denda hanya berjumlah 2 orang,
dan nominal denda hanya mencapai Rp. 100.000 (Seratus Ribu Rupiah).
Di Kecamatan Seribu Utara jumlah pelanggaran mencapai 130 orang,
dengan rincian yang melakukan sanksi kerja sosial mencapai 126 orang,
sanksi denda sebanyak 4 orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp.
200.000 (Dua Ratus Ribu Rupiah). Terakhir di Kecamatan Seribu Selatan
jumlah pelanggaran mencapai 149 orang, dengan yang melakukan sanksi
sosial sebanyak 147 orang, sanksi denda hanya sebanyak 2 orang, dan total
nominal denda hanya Rp. 100.000 (Seratus Ribu Rupiah).
Jadi jumlah pelanggar seluruhnya pada Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu mencapai 421 orang dengan jumlah nominal denda
mencapai Rp. 400.000 (Empat Ratus Ribu Rupiah).
Pelanggaran tidak mengenakan masker protokol kesehatan dalam
pencegahan virus corona 2019 di Provinsi DKI Jakarta berdasarkan
penindakan Satgas Covid 19 unsur Satpol PP setelah diberlakukan nya Pergub
DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2021 Tentang Peraturan Pelaksanaan Perda
Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Penanggulangan Corona Virus Disease 2019
pada periode 1 Januari-8 Maret 202121, yaitu:
a. Data pelanggaran pada Kota Jakarta Pusat22
Rekapitulasi operasi penertiban masker protokol kesehatan di
wilayah Jakarta Pusat dengan rinciannya yaitu: di Tingkat Kota jumlah
pelanggar mencapai 1267 orang terdiri dari 1252 pelanggar prokes
yang melaksanakan kerja sosial, denda sebanyak 15 orang, dan jumlah
nominal denda mencapai Rp. 3.350.000 (Tiga Juta Tiga Ratus Lima
Puluh Ribu Rupiah). Untuk Kecamatan Gambir jumlah pelanggar
prokes mencapai 5138 orang terdiri dari 5103 orang yang
melaksanakan kerja sosial, denda sebanyak 35 orang, dan jumlah
21 Data diambil langsung dari Satgas Covid 19 unsur Satpol PP DKI Jakarta pada tanggal
8 Maret 2021 pada pukul 15.30 Wib. 22 Data dapat dilihat pada tabel 7, h. 118.
60
nominal denda mencapai Rp. 4.200.000 (Empat Dua Ratus Ribu
Rupiah). Untuk Kecamatan Menteng jumlah pelanggar prokes
mencapai 5548 orang dengan rincian 5545 orang melaksanakan sanksi
kerja sosial, sanksi denda sebanyak 3 orang, dan jumlah nominal denda
mencapai Rp. 750.000 (Tujuh Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Untuk
Kecamatan Senen jumlah pelanggar protokol kesehatan mencapai
5239 orang dengan rincian 5225 orang melaksanakan sanksi kerja
sosial, sanksi denda sebanyak 14 orang, dan jumlah nominal denda
mencapai 1.950.000 (Satu Juta Sembilan Ratus Lima Puluh Ribu
Rupiah). Untuk Kecamatan Sawah Besar jumlah pelanggar protokol
kesehatan mencapai 4254 orang dengan rincian 4246 orang
melaksanakan sanksi kerja sosial, sanksi denda sebanyak 8 orang, dan
jumlah nominal denda mencapai Rp. 1.550.000 (Satu Juta Lima Ratus
Lima Puluh Ribu Rupiah).
Untuk Kecamatan Tanah Abang jumlah pelanggar mencapai 6934
orang dengan rincian 6896 orang melakukan sanksi kerja sosial, sanksi
denda berjumlah 38 orang, dan jumlah nominal denda Rp. 9.500.000
(Sembilan Juta Lima Ratus Ribu Rupiah), kecamatan Tanah Abang ini
merupakan jumlah pelanggar tertinggi dan jumlah nominal denda
terbanyak dari kecamatan lainnya di Kota Jakarta Pusat. Untuk
Kecamatan Kemayoran jumlah pelanggar mencapai 3860 orang
dengan rincian 3812 orang melakukan sanksi kerja sosial, sanksi denda
sebanyak 48 orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp.
8.950.000 (Delapan Juta Sembilan Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah).
Untuk selanjutnya Kecamatan Cempaka Putih jumlah pelanggar
mencapai 4661 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial
sebanyak 4657 orang, sanksi denda berjumlah 4 orang, dan jumlah
nominal denda mencapai Rp. 1.000.000 (Satu Juta Rupiah). Terakhir
yaitu Kecamatan Johar Baru dengan jumlah pelanggar mencapai 3942
orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 3917
61
orang, sanksi denda sebanyak 25 orang, dan jumlah nominal denda
mencapai Rp. 5.000.000 (Lima Juta Rupiah).
Jadi total keseluruhan jumlah pelanggar di Kota Jakarta Pusat
mencapai 40843 orang dan jumlah nominal denda turun menjadi
sebanyak Rp. 36.250.000 (Tiga Puluh Enam Juta Dua Ratus Lima
Puluh Ribu Rupiah).
b. Data Rekapitulasi pada Kota Jakarta Barat23
Rekapitulasi operasi penertiban masker protokol kesehatan di
wilayah Kota Jakarta Barat pada periode 1 Januari s.d. 8 Maret 2021
dengan rinciannya seperti berikut: di Tingkat Kota dengan jumlah
pelanggar mencapai 2106 orang, yang melakukan sanksi sosial
sebanyak 1905 orang, sanksi denda sebanyak 201 orang, dan dengan
jumlah nominal denda sebanyak Rp. 33.200.000 (Tiga Puluh Tiga Juta
Dua Ratus Ribu Rupiah). Selanjutnya, ada Kecamatan Cengkareng
dengan jumlah pelanggar prokes mencapai 3517 orang, rincian yang
melakukan sanksi kerja sosial berjumlah 3204 orang, sanksi denda
berjumlah 313 orang, dan jumlah nominal denda sebanyak Rp.
37.650.000 (Tiga Puluh Tujuh Juta Enam Ratus Lima Puluh Ribu
Rupiah). Kemudian, ada Kecamatan Grogol Petamburan dengan
jumlah pelanggar mencapai 1908 orang, rincian dengan yang
melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 1766 orang, sanksi denda
sebanyak 142 orang, dan jumlah nominal denda sebesar Rp.
33.050.000 (Tiga Puluh Tiga Juta Lima Puluh Ribu Rupiah).
Kemudian, ada Kecamatan Tambora dengan jumlah pelanggar
mencapai angka 5683 orang, dengan rincian yang melakukan sanksi
kerja sosial sebanyak 5367 orang, sanksi denda sebanyak 316 orang,
dan jumlah nominal denda sebesar Rp. 34.200.000 (Tiga Puluh Empat
Juta Dua Ratus Ribu Rupiah), kecamatan Tambora ini merupakan
kecamatan dengan jumlah pelanggar yang tertinggi di Jakarta Barat.
23 Data dapat dilihat pada tabel 8, h. 119.
62
Selanjutnya ada Kecamatan Kebon Jeruk dengan jumlah pelanggar
sebanyak 2475 orang, rinciannya dengan pelanggar yang melakukan
sanksi kerja sosial sebanyak 2454 orang, sanksi denda sebanyak 21
orang, dan jumlah nominal denda sebesar Rp. 4.950.000 (Empat Juta
Sembilan Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah).
Ada Kecamatan Palmerah dengan jumlah pelanggar penertiban
masker sebanyak 2572 orang, dengan rincian yang melaksankan sanksi
kerja sosial sebanyak 2462 orang, sanksi denda sebanyak 110 orang,
dan jumlah nominal denda mencapai Rp. 11.150.000 (Sebelas Juta
Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Kemudian, ada Kecamatan
Kalideres dengan jumlah pelanggar penertiban masker sebanyak 2706
orang, dengan rincian yang telah melakukan sanksi kerja sosial
sebanyak 2049 orang, sanksi denda sebanyak 657 orang, dan jumlah
nominal denda mencapai Rp. 85.050.000 (Delapan Puluh Lima Juta
Lima Puluh Ribu Rupiah), kecamatan ini menjadi jumlah dengan
sanksi denda terbanyak dan nominal denda terbesar di Jakarta Barat.
Selanjutnya, ada Kecamatan Kembangan yang jumlah pelanggaran
penertiban masker mencapai 2590 orang, dengan rincian yang
melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 2557 orang, sanksi denda
sebanyak 33 orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp.
5.150.000 (Lima Juta Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Terakhir,
yaitu ada Kecamatan Tamansari dengan jumlah pelanggaran
penertiban masker sebanyak 3155 orang, dengan rincian yang
melaksanakan sanksi kerja sosial sebanyak 3035 orang, sanksi denda
sebanyak 120 orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp.
23.400.000 (Dua Puluh Tiga Juta Empat Ratus Ribu Rupiah).
Jadi, total keseluruhan pelanggar di Jakarta Barat di periode ini
mencapai 26712 orang dengan jumlah nominal denda sebesar Rp.
267.800.000 (Dua Ratus Enam Puluh Tujuh Juta Delapan Ratus Ribu
Rupiah).
63
c. Data Rekapitulasi pada Kota Jakarta Selatan24
Rekapitulasi operasi penertiban masker protokol kesehatan di
wilayah Kota Jakarta Selatan pada periode 1 Januari s.d. 8 Maret 2021
dengan rinciannya seperti berikut: di Tingkat Kota jumlah pelanggaran
penertiban masker mencapai 1472 orang, dengan rincian yang
melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 1411 orang, sanksi denda
sebanyak 61 orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp.
6.700.000 (Enam Juta Tujuh Ratus Ribu Rupiah). Kemudian pada
Kecamatan Kebayoran Lama jumlah pelanggaran mencapai 1365
orang, dengan rincian yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak
1289 orang, sanksi denda sebanyak 76 orang, dan jumlah nominal
denda mencapai Rp. 7.850.000 (Tujuh Juta Delapan Ratus Lima Puluh
Ribu Rupiah). Selanjutnya, ada Kecamatan Kebayoran Baru dengan
jumlah pelamggar mencapai 1534 orang, dengan rincian yang
melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 1532 orang, sanksi denda
sebanyak 2 orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp. 500.000
(Lima Ratus Ribu Rupiah). Selanjutnya ada Kecamatan Pancoran
jumlah pelanggar sebanyak 570 orang, dengan yang melakukan sanksi
kerja sosial sebanyak 564 orang, sanksi denda sebanyak 6 orang, dan
jumlah nominal denda mencapai 1.300.000 (Satu Juta Tiga Ratus Ribu
Rupiah). Kemudian Kecamatan Pasar Minggu pelanggaran mencapai
1891 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 1853
orang, sanksi denda sebanyak 38 orang, dan jumlah nominal denda
mencapai Rp. 6.150.000 (Enam Juta Seratus Lima Puluh Ribu
Rupiah). Kemudian ada Kecamatan Jagakarsa jumlah pelanggar
mencapai 2712 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial
sebanyak 2693 orang, sanksi denda sebanyak 19 orang, dan jumlah
nominal pelanggaran mencapai Rp. 4.750.000 (Empat Juta Tujuh
Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah).
24 Data dapat dilihat pada tabel 9, h. 119.
64
Ada Kecamatan Pesanggrahan dengan jumlah pelanggaran
sebanyak 2484 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial
sebanyak 2479 orang, sanksi denda sebanyak 5 orang dan jumlah
nominal denda Rp. 250.000 (Dua Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah).
Kemudian, ada Kecamatan Mampang Prapatan dengan jumlah
pelanggaran mencapai 1316 orang, dengan yang melakukan sanksi
kerja sosial sebanyak 1288 orang, sanksi denda sebanyak 28 orang,
dan jumlah nominal denda Rp. 7.000.000 (Tujuh Juta rupiah).
Selanjutnya, ada Kecamatan Cilandak dengan jumlah pelanggar
mencapai 3365 orang, yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak
3362 orang, sanksi denda sebanyak 3 orang, dan jumlah nominal denda
mencapai Rp. 550.000 (Lima Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah).
Kemudian ada Kecamatan Setiabudi dengan jumlah pelanggaran
mencapai 1415 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial
sebanyak 1396 orang, sanksi denda sebanyak 19 orang, dan jumlah
nominal denda mencapai Rp. 4.350.000 (Empat Juta Tiga Ratus Lima
Puluh Ribu Rupiah). Terakhir, ada Kecamatan Tebet dengan jumlah
pelanggaran mencapai 1519 orang, yang melakukan sanksi kerja sosial
sebanyak 1514 orang, sanksi denda sebanyak 5 orang, dan jumlah
nominal denda mencapai Rp. 950.000 (Sembilan Ratus Lima Puluh
Ribu Rupiah).
Jadi jumlah pelanggar seluruhnya pada Kota Jakarta Selatan
mencapai 19643 orang dengan jumlah nominal denda mencapai Rp.
40.350.000 (Empat Puluh Juta Tiga Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah).
d. Data Rekapitulasi Kota Jakarta Timur25
Rekapitulasi operasi penertiban masker protokol kesehatan di
wilayah Kota Jakarta Timur pada periode 1 Januari s.d. 8 Marer 2021
dengan rinciannya seperti berikut: di Tingkat Kota jumlah pelanggaran
penertiban masker mencapai 905 orang, dengan rincian yang
melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 880 orang, sanksi denda
25 Data dapat dilihat pada tabel 10, h. 120.
65
sebanyak 25 orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp.
5.350.000 (Lima Juta Tiga Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Kemudian
pada Kecamatan Matraman jumlah pelanggaran mencapai 1760 orang,
dengan rincian yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 1754
orang, sanksi denda sebanyak 6 orang, dan jumlah nominal denda
mencapai Rp. 1.500.000 (Satu Juta Lima Ratus Ribu Rupiah).
Selanjutnya, ada Kecamatan Pulo Gadung dengan jumlah pelanggar
mencapai 2031 orang, dengan rincian yang melakukan sanksi kerja
sosial sebanyak 2017 orang, sanksi denda sebanyak 14 orang, dan
jumlah nominal denda mencapai Rp. 3.050.000 (Tiga Juta Lima Puluh
Ribu Rupiah). Selanjutnya ada Kecamatan Jatinegara jumlah pelanggar
sebanyak 1945 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial
sebanyak 1935 orang, sanksi denda sebanyak 10 orang, dan jumlah
nominal denda mencapai 2.025.000 (Dua Juta Dua Puluh Lima Ribu
Rupiah). Kemudian Kecamatan Kramat Jati pelanggaran mencapai
3889 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 3796
orang, sanksi denda sebanyak 93 orang, dan jumlah nominal denda
mencapai Rp. 18.850.000 (Delapan Belas Juta Delapan Ratus Lima
Puluh Ribu Rupiah). Kemudian ada Kecamatan Pasar Rebo jumlah
pelanggar mencapai 2382 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja
sosial sebanyak 2374 orang, sanksi denda sebanyak 8 orang, dan
jumlah nominal pelanggaran mencapai Rp. 1.750.000 (Satu Juta Tujuh
Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Kemudian, ada Kecamatan Cakung
dengan jumlah pelanggaran sebanyak 2465 orang, dengan yang
melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 2437 orang, dan jumlah
nominal denda Rp. 5.950.000 (Lima Juta Sembilan Ratus Lima Puluh
Ribu Rupiah).
Kemudian, ada Kecamatan Duren Sawit dengan jumlah
pelanggaran mencapai 1703 orang, dengan yang melakukan sanksi
kerja sosial sebanyak 1692 orang, sanksi denda 11 orang, dan jumlah
nominal denda Rp. 2.600.000 (Dua Juta Enam Ratus Ribu Rupiah).
66
Selanjutnya, ada Kecamatan Ciracas dengan jumlah pelanggar
mencapai 1756 orang, yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak
1749 orang, sanksi denda sebanyak 7 orang, dan jumlah nominal denda
mencapai Rp. 1.600.000 (Satu Juta Enam Ratus Ribu Rupiah).
Kemudian ada Kecamatan Makasar dengan jumlah pelanggaran
mencapai 3356 orang, dengan yang melakukan sanksi kerja sosial
sebanyak 3322 orang, sanksi denda sebanyak 34 orang, dan jumlah
nominal denda mencapai Rp. 4.750.000 (Empat Juta Tujuh Ratus Lima
Puluh Ribu Rupiah). Terakhir, ada Kecamatan Cipayung dengan
jumlah pelanggaran mencapai 2573 orang, yang melakukan sanksi
kerja sosial sebanyak 2569 orang, sanksi denda sebanyak 4 orang, dan
jumlah nominal denda mencapai Rp. 850.000 (Dealpan Ratus Lima
Puluh Ribu Rupiah).
Jadi jumlah pelanggar seluruhnya pada Kota Jakarta Timur
mencapai 24765 orang dengan jumlah nominal denda mencapai Rp.
48.275.000 (Empat Puluh Delapan Juta Dua Ratus Tujuh Puluh Lima
Ribu Rupiah).
e. Data Rekapitulasi Kota Jakarta Utara26
Rekapitulasi operasi penertiban masker protokol kesehatan di
wilayah Kota Jakarta Utara pada periode 1 Januari s.d. 8 Maret 2021
dengan rinciannya seperti berikut: di Tingkat Kota dengan jumlah
pelanggar mencapai 838 orang, yang melakukan sanksi sosial
sebanyak 755 orang, sanksi denda sebanyak 83 orang, dan dengan
jumlah nominal denda sebanyak Rp. 12.700.000 (Dua Belas Juta Tujuh
Ratus Ribu Rupiah). Selanjutnya, ada Kecamatan Kelapa Gading
dengan jumlah pelanggar prokes mencapai 647 orang, rincian yang
melakukan sanksi kerja sosial berjumlah 620 orang, sanksi denda
berjumlah 27 orang, dan jumlah nominal denda sebanyak Rp.
3.350.000 (Tiga Juta Tiga Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Kemudian,
ada Kecamatan Tanjung Priok dengan jumlah pelanggar mencapai
26 Data dapat dilihat pada tabel 11, h.121.
67
1208 orang, rincian dengan yang melakukan sanksi kerja sosial
sebanyak 1205 orang, sanksi denda sebanyak 3 orang, dan jumlah
nominal denda sebesar Rp. 650.000 (Enam Ratus Lima Puluh Ribu
Rupiah). Kemudian, ada Kecamatan Koja dengan jumlah pelanggar
mencapai angka 1850 orang, dengan rincian yang melakukan sanksi
kerja sosial sebanyak 1820 orang, sanksi denda sebanyak 30 orang,
dan jumlah nominal denda sebesar Rp. 4.150.000 (Empat Juta Seratus
Lima Puluh Ribu Rupiah). Selanjutnya ada Kecamatan Cilincing
dengan jumlah pelanggar sebanyak 1275 orang, rinciannya dengan
pelanggar yang melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 1225 orang,
sanksi denda sebanyak 50 orang, dan jumlah nominal denda sebesar
Rp. 7.150.000 (Tujuh Juta Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah).
Kemudian, ada Kecamatan Pademangan dengan jumlah pelanggar
penertiban masker sebanyak 1421 orang, dengan rincian yang
melaksankan sanksi kerja sosial sebanyak 1416 orang, sanksi denda
sebanyak 5 orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp. 800.000
(Delapan Ratus Ribu Rupiah). Terakhir, ada Kecamatan Penjaringan
dengan jumlah pelanggaran mencapai 1040 orang, yang melakukan
sanksi kerja sosial sebanyak 1018 orang, sanksi denda sebanyak 22
orang, dan jumlah nominal denda mencapai Rp. 2.550.000 (Dua Juta
Lima Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah).
Jadi jumlah pelanggar seluruhnya pada Kota Jakarta Utara
mencapai 8279 orang dengan jumlah nominal denda mencapai Rp.
31.350.000 (Tiga Puluh Satu Juta Tiga Ratus Lima Puluh Lima Ribu
Rupiah).
f. Data Rekapitulasi Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu27
Rekapitulasi operasi penertiban masker protokol kesehatan di
wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu pada periode 1
Januari s.d. 8 Maret 2021 dengan rinciannya seperti berikut: hanya
27 Data dapat dilihat pada tabel 12, h.121.
68
terdiri dari 2 kecamatan dan 1 tingkat kota. Di Tingkat Kabupaten
jumlah pelanggar penertiban masker mencapai 102 orang, dengan yang
melakukan sanksi kerja sosial sebanyak 102 orang, sanksi denda tidak
ada alias 0 orang, dan nominal denda tidak ada alias hanya mencapai
Rp. 0 . Kemudian, di Kecamatan Seribu Utara jumlah pelanggaran
mencapai 113 orang, dengan rincian yang melakukan sanksi kerja
sosial mencapai 113 orang, sanksi denda sebanyak 0 orang, dan jumlah
nominal denda mencapai Rp. 0 alias tidak ada denda. Terakhir di
Kecamatan Seribu Selatan jumlah pelanggaran mencapai 127 orang,
dengan yang melakukan sanksi sosial sebanyak 126 orang, sanksi
denda hanya sebanyak 1 orang, dan total nominal denda hanya Rp.
100.000 (Seratus Ribu Rupiah).
Jadi jumlah pelanggar seluruhnya pada Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu mencapai 342 orang dengan jumlah nominal denda
mencapai Rp. 100.000 (Seratus Ribu Rupiah).
69
BAB IV
EFEKTIVITAS ATURAN HUKUM PENGGUNAAN MASKER DALAM
PENANGGULANGAN KESEHATAN
A. Penerapan Aturan Tentang Penggunaan Masker Dalam Peraturan
Gubernur Nomor 3 Tahun 2021 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Penanggulangan
Coronavirus Disease 2019
Peraturan Gubernur Nomor 3 Tahun 2021 tentang Peraturan
Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Penanggulangan
Coronavirus Disease 2019 sejatinya merupakan peraturan pelaksana peraturan
daerah nomor 2 tahun 2020 yang disahkan pada tanggal 7 Januari 2021 silam.
Dalam penerepan atau pengimplikasikan di lapangan peraturan gubernur ini
memberikan dampak yang sangat signifikan dan berpengaruh besar yang
dirasa cukup efektif untuk mengatur masyarakat tentang pentingnya
penggunaan masker dalam penegakan protokol kesehatan di lapangan.
Penerapan peraturan gubernur DKI Jakarta nomor 3 tahun 2021 tentang
peraturan pelaksanaan peraturan daerah nomor 2 tahun 2020 tentang
penanggulangan coronavirus disease 2019 ini mengharuskan atau mewajibkan
masyarakat khususnya yang berada di wilayah Provinsi DKI Jakarta untuk
memakai masker sesuai dengan protokol pencegahan pandemi ini. Masyarakat
yang kedapatan melanggar akan ditindak sesuai dengan ketentuan Pergub ini
dimulai dengan sanksi kerja sosial maupun penerapan denda administratif .
Pada awal tahun 2021, Satpol PP DKI Jakarta menindak pelanggaran
yang tidak menggunakan masker protokol kesehatan pada periode 1 Januari
s.d. 8 Maret 2021 paling banyak tersebar di Jakarta Pusat yang pelanggaran
nya mencapai angka 40.843 orang dan yang paling rendah ada pada
Kepulauan Seribu yang angka nya 342 orang pelanggar. Bila dilihat di tabel
pada halaman 1201, jumlah pelanggar penggunaan masker protokol kesehatan
Kota Jakarta Pusat menjadi kota pertama yang memiliki banyak pelanggaran,
capaian angka sampai dengan 40.843 orang. Kedua adalah Kota Jakarta Barat
1 Dapat dilihat pada tabel 6, h. 118.
70
yang jumlah pelanggarnya lumayan banyak, capaian angka sampai dengan
26.712 orang. Ketiga adalah Kota Jakarta Timur yang jumlah pelanggarnya
dibawah Kota Jakarta Barat, dengan capaian angka pelanggarnya adalah
24.765 orang. Keempat disusul oleh Kota Jakarta Selatan, yang jumlah
pelanggarnya mencapai 19.643 orang. Kelima ialah Kota Jakarta Utara yang
jumlah pelanggarnya berjumlah 8.279 orang. Dan yang terendah atau terakhir
adalah Kab. Adm Kepulauan Seribu, yang nilainya tidak sampai ribuan yaitu
hanya berjumlah 342 orang.2
Data di atas dapat dibandingkan, Kota Jakarta Pusat menjadi tertinggi
jumlah pelanggarnya karena Kota Jakarta Pusat sebagai barometer Provinsi
DKI Jakarta.
Dalam regulasi atau aturan hukum dalam Pergub DKI Nomor 3 Tahun
2021 yang diterapkan khususnya di Provinsi DKI Jakarta membawa dampak
positif dari segi kesehatan dan segi ketertiban dalam penggunaan masker
protokol kesehatan. Menurut salah satu Satgas Covid 19 DKI Jakarta dari
unsur Satpol PP, bahwa Pergub ini setelah diundangkan dan diterapkan di
masyarakat membawa banyak perubahan khususnya patuh pada protokol
kesehatan utamanya penggunaan masker.3 Penggunaan masker ini efektif
dalam upaya pencegahan virus corona yang terjadi pada masa sekarang ini dan
masker juga diharapkan dapat menjaga kesehatan pernafasan manusia
mungkin karena penyakit ispa, debu jalanan, atau udara yang terkena polusi.
Semenjak penerapan digaungkan menurut beliau masyarakat semakin sadar
akan pentingnya kesehatan dan menjaga diri dari virus yang sedang
menjangkit negeri ini.
Data juga bisa dilihat penurunan jumlah pelanggaran tidak
menggunakan masker protokol kesehatan periode antara Agustus-Desember
2020 dengan periode antara Januari-Maret 2021.
2 Data diambil langsung dari Satgas Covid 19 unsur Satpol PP DKI Jakarta pada tanggal 8
Maret 2021 pada pukul 15.30 Wib. 3 Wawancara dilakukan pada 8 Maret 2021, pukul 15.44 wib di Gedung Satpol PP Balai
Kota DKI – Jakarta Pusat.
71
Tabel 1 ada pada halaman 1154
Tabel 7 ada pada halaman 1185
Tabel 1 dan tabel 7 pada lampiran menunjukkan bahwa ada penurunan
drastis tingkat pelanggaran penggunaan masker protokol kesehatan di Kota
Jakarta Pusat pada khususnya, jumlah pelanggar, sanksi kerja sosial, dan
denda administratif menurun dari periode sebelum pergub nomor 3 tahun 2021
dibuat dan periode setelah aturan tersebut dibuat dan diundangkan. Ini ada
upaya yang cukup serius dari Pemerintah untuk membuat sebuah regulasi
dalam penanggulangan pandemi negeri dan Masyarakat itu sendiri semakin
sadar akan hukum supaya terciptanya kondisi kesehatan yang sehat dan prima
sehingga pandemi covid 19 ini segera berakhir.
Hal ini juga disampaikan oleh Satgas Covid 19 dari unsur Kepolisian6,
bahwa masa sekarang agak berkurang terjadinya pelanggaran yang tidak
memakai masker, karena masyarakat udah pada sadar akan pentingnya
penggunaan masker. Selain itu, masyarakat enggan untuk mendapatkan sanksi
sosial ataupun denda administratif karena sangat merugikan. “kadang
masyarakat suka dirugikan dengan kebijakan sanksi ini, pendapatannya lagi
merosot malah disuruh bayar denda. Makannya sekarang banyak yang patuh
pada penggunaan masker protokol kesehatan.” Dampak positif nya untuk
Pergub ini juga dirasakan oleh anggota Satgas karena makin sedikit yang
ditindak akibat pelanggaran, sehingga meringankan tugas Satgas khususnya
unsur Kepolisian dalam hal ini yang diperbantukan kepada Pemda DKI untuk
menegakkan aturan hukum protokol kesehatan di masyarakat.
Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2021 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020 Tentang
Penanggulangan Coronavirus Disease 2019 adalah regulasi baru yang terbit
pada awal tahun 2021 sekitar Bulan Januari. Ini sudah menunjukkan bahwa
regulasi ini dibentuk sesuai, karena kebutuhan dalam rangka menanggulangi
4 Dapat dilihat pada tabel 1, h. 115. 5 Dapat dilihat pada tabel 7, h. 118. 6 Wawancara dilakukan di Posko pada 10 Maret 2021, Pukul 10.33 Wib di Posko Satgas
Covid 19 Kawasan Silang Monas Jakarta Pusat.
72
pandemi virus corona 19 yang terjadi ditengah masyarakat. Dan aturan ini pun
menjadi aturan turunan dari peraturan yang ada diatasnya, selain itu sebagai
aturan pelaksana secara teknis bagaimana upaya penanggulangan virus corona
dilapangan dan upaya yang harus dilakukan oleh penegak hukum dalam
menindak-menindak yang melanggar aturan ini.
Menurut penuturan dari Bapak Budi Agung Pradjojo, bahwa Peraturan
hukum ini, Pergub DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2021 dibentuk karena
menghapus denda progresif yang diatur sebelumnya oleh Pergub Nomor 101
tentang perubahan atas Peraturan Gubernur Nomor 79 Tahun 2020 tentang
penerapan disiplin dan penegakan hukum protokol kesehatan sebagai upaya
pencegahan dan pengendalian Coronavirus Disease 2019. Pergub ini
merupakan peraturan pelaksana dari Perda DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2020
yang isi nya memuat hak dan kewajiban individu serta masyarakat dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan coronavirus disease 2019, selain itu
memuat perlindungan kesehatan individu dan masyarakat yang didalamnya
terdapat kriteria atau standar penggunaan masker yang baik dan benar. Pergub
ini sudah lebih cukup karena memuat beberapa hal teknis mengenai upaya
pencegahan dan penanggulangan virus corona yang dilakukan oleh
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta termasuk didalamnya terdapat PSBB pada
masa transisi, penyelidikan epidemiologi, serta upaya pemulihan ekonomi dan
pemulihan sosial.
Dari segi penegakan hukumnya, instansi atau dinas yang turut serta
berkecimpung dalam peraturan gubernur ini sudah sangat baik dalam
penerapannya sesuai dengan porsinya, artinya setiap instansi sudah saling
bahu membahu bekerja untuk menanggulangi dan menegakan aturan yang
tidak menggunakan masker protokol kesehatan. Kemudian juga membuktikan
bahwa instansi yang bekerja ini saling integrasi dan konsolidasi yang
membuktikan tidak terjadi pertengkaran ataupun saling menunjukkan instansi
mana yang baik melainkan sama-sama menunjukkan ada dan bersatu dalam
Satgas Covid 19 untuk melayani masyarakat di tengah pandemi virus corona
2019.
73
Sarana dan fasilitas yang tersedia sekarang sudah cukup untuk
melakukan tugas dan tanggung jawab untuk penanggulangan virus corona
2019. Fasilitas ini digunakan kesehariannya oleh Satgas covid 19 yang
terdapat di jalan-jalan ialah dibuatkan nya posko penanggulangan virus corona
2019 di beberapa titik yang menjadi fokus tempat berkumpulnya masyarakat
atau tempat masyarakat beraktivitas serta berkumpulnya masyarakat seperti:
pasar, bandara, lampu merah, balaikota, kantor kelurahan atau kecamatan.
Selain itu penggunaan kendaraan roda dua maupun empat yang digunakan
petugas dalam melaksanakan razia dan penindakan bagi yang tidak
menggunakan masker di titik tertentu atau menuju tempat-tempat padat
penduduk seluruh Provinsi DKI Jakarta menjadi faktor sarana dan fasilitas
lainnya yang mendukung efektifnya peraturan gubernur ini.
Yang telah disebutkan dan dijabarkan selanjutnya pada pasal 15 ayat 1
dan 2 Peraturan Gubernur DKI Nomor 3 Tahun 2021 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Upaya
Penanggulangan Coronavirus Disease 2019 mengenai kewajiban bagi para
pelaku industri dan pelaku usaha sebagaimana disebutkan bahwa pada ayat 1 :
“Pelaku usaha, pengelola, penyelenggara, atau penanggung jawab tempat
usaha dan/atau tempat industri, dalam menyelenggarakan aktivitas usaha
wajib melaksanakan pelindungan kesehatan masyarakat, yang meliputi:
melakukan edukasi dan protokol pencegahan Covid-19; dan melakukan
pembatasan interaksi fisik pada setiap aktivitas kerja”. Pada ayat dijelaksan
juga kewajiban bahwa: “Edukasi dan protokol pencegahan Covid-19
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas: menyediakan
sarana cuci tangan dengan air mengalir dan sabun yang ditempatkan pada
area keluar-masuk perkantoran, menyediakan hand sanitizer di setiap lantai,
area lift, dan mesin absensi, melakukan pengukuran suhu kepada pekerja
maupun tamu yang akan memasuki tempat usaha dan/atau tempat industri,
mewajibkan penggunaan Masker di tempat usaha dan/atau industri, secara
tertulis dalam bentuk poster atau banner”.
74
Maksudnya setiap pelaku usaha wajib memasang iklan atau himbauan
mengenai pengajuan penggunaan masker dalam berinteraksi diluar ruangan
ataupun didalam ruangan kecuali bagi mereka yang sedang melakukan
makan/minum. Himbauan ini menjadi kewajiban bagi para pelaku usaha untuk
mematuhi aturan ini.
Selain itu jika para pelaku yang tidak mematuhi anjuran atau peraturan
ini maka akan diberikan sanksi yang tegas bagi pelaku industri atau pelaku
usaha dimulai dari denda adminidtratif terlebih dahulu, jika tidak
mengindahkan maka akan diberikan sanksi yang disebutkan dalam pasal 16
ayat 1 dan 2 Peraturan Gubernur DKI Nomor 3 Tahun 2021 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Upaya