Top Banner
www.ajpmr.com American Journal of Physical Medicine & Rehabilitation Copyright * 2015 Wolters Kluwer Health, Inc. All rights reserved EFEK LATIHAN ABDUKSI PANGGUL DENGAN FIKSASI MANUAL PELVIS UNTUK PENYEMBUHAN OTOT-OTOT DALAM TRUNKUS ABSTRAK Kim EH, Lim TH, Park SH, Kim CS, Jang SH, Cho YW, Kim KJ, Choi HS, Ahn SH: Efek latihan abduksi panggul dengan fiksasi manual pelvis untuk penyembuhan otot-otot dalam trunkus. Am J Phys Med Rehabil 2015; 94 : 201-210. Objektif : Tujuan dari studi ini adalah untuk menentukan apakah melakukan latihan abduksi panggul sambil disertai fiksasi manual pelvis lebih efektif dibandingkan melakukan latihan abduksi panggul tanpa disertai fiksasi manual pelvis untuk meningkatkan akifitas otot-otot dalam trunkus. Rancangan : Studi cross-sectional ini membandingkan aktifasi otot dalam trunkus antara latihan abduksi panggul yang disertai dengan fiksasi manual pelvis dengan yang tanpa disertai fiksasi manual pelvis pada sepuluh orang partisipan. Hasil : Abduksi panggul dengan fiksasi manual pelvis terlihat memberi hasil penyembuhan yang lebih signifikan pada keseluruhan otot-otot dalam trunkus yang dipelajari, terkecuali pada obliquus externus sisi ipsilateral, dibandingkan dengan abduksi panggul yang tanpa disertai Kim et al. Am. J. Phys. Med. Rehabil. ● Vol. 94, No. 3, March 2015 1
22

Efek Latihan Abduksi Hip Edit

Jul 10, 2016

Download

Documents

Terjemahan Jurnal
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Efek Latihan Abduksi Hip Edit

www.ajpmr.com American Journal of Physical Medicine & Rehabilitation

Copyright * 2015 Wolters Kluwer Health, Inc. All rights reserved

EFEK LATIHAN ABDUKSI PANGGUL DENGAN FIKSASI MANUAL PELVIS UNTUK PENYEMBUHAN OTOT-OTOT DALAM TRUNKUS

ABSTRAK

Kim EH, Lim TH, Park SH, Kim CS, Jang SH, Cho YW, Kim KJ, Choi HS, Ahn SH: Efek latihan abduksi panggul dengan fiksasi manual pelvis untuk penyembuhan otot-otot dalam trunkus. Am J Phys Med Rehabil 2015; 94 : 201-210.

Objektif : Tujuan dari studi ini adalah untuk menentukan apakah melakukan latihan abduksi panggul sambil disertai fiksasi manual pelvis lebih efektif dibandingkan melakukan latihan abduksi panggul tanpa disertai fiksasi manual pelvis untuk meningkatkan akifitas otot-otot dalam trunkus.

Rancangan : Studi cross-sectional ini membandingkan aktifasi otot dalam trunkus antara latihan abduksi panggul yang disertai dengan fiksasi manual pelvis dengan yang tanpa disertai fiksasi manual pelvis pada sepuluh orang partisipan.

Hasil : Abduksi panggul dengan fiksasi manual pelvis terlihat memberi hasil penyembuhan yang lebih signifikan pada keseluruhan otot-otot dalam trunkus yang dipelajari, terkecuali pada obliquus externus sisi ipsilateral, dibandingkan dengan abduksi panggul yang tanpa disertai fiksasi manual pelvis (P < 0.05). Peningkatan aktifasi yang paling besar terlihat pada multifidus dalam dan superfisial di sisi ipsilateral. Peningkatan persentase dari kontraksi volunter maksimal pada multifidus dalam adalah yang paling besar dibandingkan dengan otot-otot rectus abdominis, obliquus externus, transversuus abdominis/obliquus externus, lumbar erector spinae, superfisial multifidus, dan gluteus medius (P < 0.05). Persentase kontraksi volunter maksimal pada multifidus superfisial meningkat secara signifikan melebihi otot-otot rectus abdominis dan obliquus externus (P < 0.05). Korelasi yang moderat antara aktifasi multifidus dalam dengan superfisial (Pearson correlation coefficient, 0.537).

Kim et al. Am. J. Phys. Med. Rehabil. ● Vol. 94, No. 3, March 20151

Page 2: Efek Latihan Abduksi Hip Edit

www.ajpmr.com American Journal of Physical Medicine & Rehabilitation

Copyright * 2015 Wolters Kluwer Health, Inc. All rights reserved

Kesimpulan : Latihan abduksi panggul pada posisi berbaring di satu sisi sambil melakukan fiksasi manual pelvis tampaknya lebih efektif untuk penyembuhan otot-otot trunkus dalam pada stabilisasi tulang belakang lumbal secara dinamik.

Kata Kunci : Nyeri punggung bawah, latihan stabilisasi lumbal, elektromiografi, aktifasi otot, abduksi panggul, fiksasi manual pelvis.

Kim et al. Am. J. Phys. Med. Rehabil. ● Vol. 94, No. 3, March 20152

Page 3: Efek Latihan Abduksi Hip Edit

www.ajpmr.com American Journal of Physical Medicine & Rehabilitation

Copyright * 2015 Wolters Kluwer Health, Inc. All rights reserved

Telah diketahui bahwa rehabilitasi fisik yang dilakukan setelah operasi tulang belakang lumbal ternyata memberikan hasil yang baik. Latihan stabilisasi lumbal (LSL) berperan penting dalam memperbaiki stabilitas spinal dan secara umum digunakan untuk mengobati low back pain (LBP) yang diakibatkan oleh berbagai macam penyebab. Kehilangan fungsi stabilisasi baik secara akut ataupun kronik pada rentang waktu perioperatif yang luas dapat berdampak pada kestabilan dari tulang belakang dan selanjutnya mempengaruhi kapasitas fungsional dan seringkali juga berhubungan dengan nyeri. LSL mungkin lebih efektif dibandingkan terapi konservatif seperti panas, terapi pijat, dan ultrasound atau latihan umum sehari-hari seperti berjalan, berenang, dan latihan di gym untuk pasien-pasien yang berhubungan dengan gangguan stabilitas tulang belakang lumbal. Sebaliknya pada atlet yang sehat, LSL meningkatkan kemampuan atletik mereka.

LSL termasuk didalamnya abdominal hollowing (kontraksi volunter otot transversus abdominis [TrA]), bridge, latihan abduksi panggul, dan latihan lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dan fungsi otot-otot yang bertanggung jawab untuk stabilisasi tulang belakang. LSL mengoptimalkan atau memperbaiki kontrol gerakan segmental, stabilitas tulang belakang, dan orientasi tulang belakang dengan meningkatkan aktivitas otot-otot trunkus. Tujuan dasar dari latihan-latihan tersebut adalah untuk membantu mengembalikan fungsi koordinasi dari otot-otot trunkus, yang penting dalam mengontrol gerakan yang stabil dari tulang belakang lumbal. Peran dari fungsi otot-otot tersebut dalam proses ini harus dikembalikan, dioptimalkan dan ditingkatkan saat menangani LBP. Lebih jauh lagi, latihan-latihan ini telah secara luas digunakan untuk berbagai macam tujuan selama rehabilitasi klinik dan atletik. Latihan-latihan untuk otot-otot setempat dan keseluruhan yang berguna untuk stabilitas tulang belakang akan mengurangi nyeri, disabilitas, dan kekambuhan setelah LBP akut dan kronik. Beberapa peneliti menekankan perlunya latihan-latihan yang dirancang untuk mengaktifkan keseluruhan kelompok otot paraspinal untuk memperbaiki kontrol gerakan tulang belakang, sementara yang lainnya menganjurkan bahwa tujuan LSL pada LBP adalah untuk meningkatkan fungsi otot-otot trunkus setempat karena cocok untuk stabilisasi lumbal. Aktifasi yang selektif dari otot-otot untuk stabilisasi lumbar berlawanan dengan otot-otot paraspinal lainnya telah lebih jauh disaring, dan secara luas telah disepakati bahwa otot multifidus dalam berkontribusi secara signifikan untuk stabilisasi dan kontrol tulang belakang pada manusia. Model biomekanikal dan studi in vitro, mengindikasikan bahwa otot multifidus berperan dalam kekakuan tulang belakang dan kontrol pergerakan intervertebral. Lebih lanjut lagi, data in vivo dari model porcine mengkonfirmasi bahwa gerakan tulang belakang dikontrol oleh bangkitan

Kim et al. Am. J. Phys. Med. Rehabil. ● Vol. 94, No. 3, March 20153

Page 4: Efek Latihan Abduksi Hip Edit

www.ajpmr.com American Journal of Physical Medicine & Rehabilitation

Copyright * 2015 Wolters Kluwer Health, Inc. All rights reserved

aktivitas elektrik dari multifidus setelah instabilitas diinduksi oleh gangguan pada ligament.

Latihan abduksi panggul adalah komponen yang fundamental dari LSL. Otot-otot abduktor panggul berperan penting dalam pergerakan bipedal manusia yaitu yaitu pada pengisian transfer melalui sendi panggul. Kelemahan otot abduktor panggul mengganggu mekanisme penutupan dengan tenaga yang optimal melalui sendi sacroiliaci, yang menyebabkan disfungsi otot-otot inti dalam, seperti multifidus dalam. Individu dengan kelemahan abduktor panggul sering mengadopsi gerakan tertentu untuk mengakomodasi kelemahan yang dia miliki, yang menimbulkan gerakan-gerakan kompensasi dari punggung bawah, panggul dan lutut. Karena keuntungan mekanik dan fungsional dari latihan-latihan abduksi panggul pada posisi menyamping, maka latihan ini sering digunakan untuk rehabilitasi pada individu-individu dengan gangguan di punggung bawah dan panggul yang dapat mengakibatkan kelemahan otot-otot abduktor panggul.

Walaupun latihan stabilisasi lumbal (LSL) telah menjadi komponen penting pada manajemen low back pain (LBP) dan untuk rehabilitasi sesudah operasi, dasar pemikiran dari banyak protokol latihan yang masih belum jelas. Banyak protokol latihan yang telah dianjurkan dan digunakan sebagai komponen dari LSL, tetapi telah juga ditetapkan bahwa perbedaan dalam protokol latihan, seperti dalam hal lingkup gerak dan tipe gerakan (isometrik vs isokinetic), dan pembatasan pada gerakan bagian tubuh (fiksasi pelvis dan lainnya) dapat mengubah hasil secara signifikan. Sebagai tambahan, latihan abduksi panggul dapat berakibat pada dua kerugian klinis. Pertama, dapat mengakibatkan aktifasi berlebihan dari otot-otot superfisial dari punggung dan abdomen, walaupun aktifasi yang kurang dari otot-otot dalam seperti multifidus dan transversus abdominis. Kedua, abduksi panggul yang kuat tanpa fiksasi pelvis dapat mempengaruhi kurvatura lateral tulang belakang lumbal yang diakibatkan oleh pelvic lateral tilting. Karena itu, foramen pada satu sisi dapat menyempit, dan selanjutnya, dapat mempengaruhi akar saraf, dan akhirnya pasien merasakan nyeri yang lebih hebat atau ketidaknyamanan. Dengan demikian, saat ini dibutuhkan untuk menentukan bagaimana postur yang ideal selama dilakukannya latihan abduksi panggul untuk meningkatkan aktivitas otot-otot setempat tanpa menimbulkan efek negatif yang tidak diinginkan. Tujuan dari LSL adalah untuk secara khusus melatih otot-otot dalam trunkus (otot-otot setempat). Akan tetapi, sejauh ini, belum ada penjelasan besarnya aktifasi otot-otot setempat dalam latihan abduksi panggul, dan masih sedikit studi yang dilakukan untuk memeriksa aktifitas otot-otot dalam trunkus selama dilakukannya latihan ini dengan menggunakan intramuskular electromyography (EMG) electrodes.

Kim et al. Am. J. Phys. Med. Rehabil. ● Vol. 94, No. 3, March 20154

Page 5: Efek Latihan Abduksi Hip Edit

www.ajpmr.com American Journal of Physical Medicine & Rehabilitation

Copyright * 2015 Wolters Kluwer Health, Inc. All rights reserved

Tujuan studi ini adalah untuk meneliti apakah abduksi panggul pada posisi berbaring di satu sisi dengan fiksasi manual pelvis lebih efektif dibandingkan abduksi panggul tanpa fiksasi manual pelvis untuk meningkatkan aktifitas otot-otot dalam trunkus denga menggunakan fine-wire dan surface EMG.

METODE

Partisipan

Sepuluh subjek laki-laki (rata-rata ± umur SE, 31 ± 4.2 tahun; tinggi, 176.8 ± 8.3 cm; berat, 76.7 ± 8.1 kg; indeks massa tubuh, 24.6 ± 2.4 kg/m2) berpartisipasi dalam studi ini. Yang termasuk kriteria eksklusi yang digunakan adalah semua riwayat nyeri servikal, toraks, atau punggung bawah yang memerlukan penanganan atau yang memerlukan pembatasan aktifitas kehidupan sehari-hari; semua kondisi neurologic; dan berpartisipasi di tingkat kompetitif dalam asymmetric sport. Dewan peninjau Rumah sakit di tempat para penulis bekerja telah menyetujui penelitian ini dan semua subjek telah mengisi informed consent.

Rekaman EMG dan Analisis Data

EMG pada otot multifidus dalam direkam dengan menggunakan fine-wire elektroda (kawat stainless steel yang dilapisi Teflon berdiameter 75µm dengan 1 mm isolasi telah dilepaskan dari ujungnya dan kawatnya dibengkokkan ke belakang sejauh 2 atau 5 mm; Care fusion, Jerman). Sepasang fine-wire elektroda dimasukkan ke dalam tiap otot multifidus dalam yang berdampingan dengan processus spinosus L4 pada kedua sisi lewat sebuah jarum dibawah kulit dengan tuntunan ultrasound. Untuk Multifidus dalam, sebuah jarum dimasukkan ~ 40 mm lateral dari prosesus spinosus L4 hingga mencapai aspek paling medial dari lamina L4. Lokasi jarum dikonfirmasi dengan ultrasound pada semua subjek untuk meminimalisir variasi antara subjek dalam hal lokasi jarum.

Setelah mencukur dan menggosok kulit dengan alkohol, sepasang elektroda permukaan (lempeng elektroda Ag/AgCl; 3M 2232, Jerman) ditempatkan di atas lokasi enam otot (rektus abdominis [RA], obliquus externus abdominis [OE], transversus abdominis [TrA]/Obliquus internus abdominis [OI], multifidus superfisial (MS), lumbar erector spinae [LES], dan gluteus medius [GM]) (Tabel 1). Karena peran dari kontraksi TrA untuk rekaman OI yang tidak terelakkan namun tak dapat diukur, maka rekaman OI tercatat sebagai rekaman TrA/OI pada table 1. Elektroda aktif dan acuan ditempatkan terpisah 20 mm searah dengan serat otot untuk setiap ototnya.

Kim et al. Am. J. Phys. Med. Rehabil. ● Vol. 94, No. 3, March 20155

Page 6: Efek Latihan Abduksi Hip Edit

www.ajpmr.com American Journal of Physical Medicine & Rehabilitation

Copyright * 2015 Wolters Kluwer Health, Inc. All rights reserved

Data surface dan fine-wire EMG diperoleh pada nilai sampel 1500 Hz dengan system pengukuran menggunakan sebuah Telemyo 2400T G2 (Noraxon USA Inc, Scottsdale, AZ) dan keseluruhannya untuk setiap channel ditetapkan mendapat penambahan sejumlah 500. Sebelum dianalisis, semua data EMG yang masih kasar tersebut disaring dengan menggunakan 30- sampai 50-Hz band pass filter selanjutnya diperbaiki dan dihaluskan menggunakan (100-msec) moving window. Untuk pemrosesan dan analisis data menggunakan software MyoResearch versi 1.07 (Noraxon USA Inc).

Tabel 1 Penempatan elektroda permukaanOtot Penempatan elektroda permukaanAbdomen

Punggung

Ekstremitas bawah

Ground electrode

RAOE

TrA/OI

SMLES

GM

20 mm lateral dari umbilicusInferior dari sudut kosta sejajar secara inferomedial ke arah pubisMedial dari spina iliaka anterior superior sejajar secara enferomedial ke arah pubis

~ 20 mm lateral dari prosesus spinosus L450 mm lateral dari prosesus spinosus L2

Sepertiga jarak antara puncak iliaka dan trokanter besar di atas muscle belly dari GM

Bagian tengah dari sendi lumbosacralPengukuran EMG dilakukan dengan posisi menyamping dan diulangi

sebanyak tiga kali pada masing-masing sisi, dan nilai rata-ratanya digunakan untuk analisis. Nilai EMG kasar dikonversi menjadi nilai root mean square. Untuk menormalisasi signal EMG yang direkam untuk setiap otot, dikalkulasikan persentase nilai root mean square dari kontraksi volunteer maksimal (%MVC) untuk tiga kali percobaan.

Kim et al. Am. J. Phys. Med. Rehabil. ● Vol. 94, No. 3, March 20156

Page 7: Efek Latihan Abduksi Hip Edit

www.ajpmr.com American Journal of Physical Medicine & Rehabilitation

Copyright * 2015 Wolters Kluwer Health, Inc. All rights reserved

Prosedur

Pada studi ini, data EMG untuk setiap otot dikumpulkan selama dilakukan abduksi panggul pada posisi berbaring menyamping karena posisi ini memfasilitasi tenaga yang paling baik selama dilakukannya test. Subjek yang telah memakai fine-wire dan surface EMG elektroda selama melakukan latihan abduksi panggul pada posisi berbaring menyamping dengan atau tanpa dilakukan fiksasi manual pelvis.

Kim et al. Am. J. Phys. Med. Rehabil. ● Vol. 94, No. 3, March 20157

Gambar 1

Posisi istirahat pada posisi berbaring di satu sisi (A). Tungkai kontralateral difleksikan pada panggul dan sendi lutut untuk kenyamanan dan stabilitas, dan trunkus bagian atas, pelvis, dan ekstremitas bagian bawah sejajar dalam sat ugaris lurus. Abduksi panggul tanpa fiksasi pelvis (B), dengan sedikit kurvatura lateral. Abduksi panggul dengan fiksasi pelvis (C). Tangan dari terapis diletakkan pada bahu subjek yang diperiksa dan panggul didorong ke arah kaudal

Page 8: Efek Latihan Abduksi Hip Edit

www.ajpmr.com American Journal of Physical Medicine & Rehabilitation

Copyright * 2015 Wolters Kluwer Health, Inc. All rights reserved

Selanjutnya, dilakukan latihan isometrik abduksi panggul dan latihan isometrik fleksi-ekstensi trunkus. Latihan isometrik dilakukan untuk mendapat nilai kontraksi volunteer maksimal, yang diperlukan untuk menghitung %MVC.

Kim et al. Am. J. Phys. Med. Rehabil. ● Vol. 94, No. 3, March 20158

Gambar 2. Rekaman EMG dari subjek yang melakukan abduksi panggul dengan atau tanpa fiksasi pelvis

Page 9: Efek Latihan Abduksi Hip Edit

www.ajpmr.com American Journal of Physical Medicine & Rehabilitation

Copyright * 2015 Wolters Kluwer Health, Inc. All rights reserved

Abduksi panggul pada posisi berbaring menyamping dilakukan di atas permukaan matras yang keras di atas meja terapeutik dengan tungkai yang berada di bawah fleksi hingga 90O dan tungkai yang di atas dalam keadaan ekstensi penuh (gambar 1A). Trunkus bagian atas, pelvis, dan tungkai yang ekstensi lurus pada bidang koronal. Setelah melakukan posisi tersebut, diperlukan waktu 5 menit untuk signal EMG kembali ke baseline. Pada subjek dilakukan tes abduksi panggul secara volunteer hingga 5 derajat dan diukur dengan menggunakan goniometer elektronik (Dualer IQ Inclinometer; J-Tech Medical, Utah) (gambar 1B, C). Seperti pada gambar 1C, terapis mendorong panggul ke arah kaudal (fiksasi manual pelvis) sementara terapis menahan bahu subjek saat melakukan abduksi panggul. Selama tes, informasi yang berhubungan dengan postur diberikan kepada subjek secara verbal, dan semua subjek diminta untuk mempertahankan setiap postur selama 5 detik untuk supaya dapat dikumpulkan data EMG secara simultan dari 14 grup otot (DM, SM, LES, TrA/OI, OE, RA, dan GM). Di antara setiap percobaan diberikan waktu istirahat selama 30 detik. Seorang terapis fisik yang berpengalaman melakukan seluruh percobaan latihan mulai dari awal seorang subjek melakukan latihan sampai pada akhir dari tes.

Pada latihan-latihan yang digunakan untuk mendapatkan data EMG untuk kalkulasi MVC, subjek duduk di atas dinamometer Biodex 2000 (Biodex Medical Systems, New York). Setelah beberapa percobaan latihan, dengan jeda istirahat 5 menit, asisten studi mendorong subjek untuk melakukan isometrik untuk fleksi, ekstensi, dan rotasi pada kedua sisi secara maksimal sesuai sikap yang telah dibakukan. Partisipan mengulangi setiap latihan pada fleksi panggul 100 derajat sebanyak tiga kali. Sebagai tambahan, abduksi isometrik dilakukan di atas terapeutik bed guna mendapatkan data EMG untuk MVC dari abduksi panggul pada posisi berbaring menyamping dengan tungkai abduksi sebesar 5 derajat. Data EMG untuk MVC dari TrA diukur sementara subjek melakukan batuk sekuat mungkin pada posisi duduk.

Analisis Statistikal

Analisis statistikal dilakukan menggunakan software Predictive Analytics versi 18.0. Analisis dilakukan pada data EMG yang telah dinormalisasi, dan untuk membandingkan perbedaan antara abduksi panggul dengan atau tanpa dilakukan fiksasi manual pelvis, digunakan Wilcoxon’s signed-rank test. Tes Kruskal-Wallis digunakan untuk menganalisis seberapa signifikan perbedaan diantara aktifitas ipsilateral LES, ipsilateral SM, ipsilateral DM, ipsilateral RA, ipsilateral OE, ipsilateral TrA/OI, dan ipsilateral GM. Pearson correlation analysis dan linear

Kim et al. Am. J. Phys. Med. Rehabil. ● Vol. 94, No. 3, March 20159

Page 10: Efek Latihan Abduksi Hip Edit

www.ajpmr.com American Journal of Physical Medicine & Rehabilitation

Copyright * 2015 Wolters Kluwer Health, Inc. All rights reserved

regression analysis digunakan untuk memeriksa hubungan antara aktifitas DM dengan SM. Statistikal significance disetujui senilai P < 0.05.

Hasil

Signal kasar EMG yang didapatkan dari subjek yang khas ditunjukkan pada gambar 2, dan rata-rata nilai %MVC dari ketujuh kelompok otot ditunjukkan pada gambar 3 dan table 2. Keseluruhan tujuh kelompok otot bilateral yang diukur diperkuat selama dilakukannya abduksi panggul, dengan atau tanpa fiksasi pelvis. Otot-otot ipsilateral berkontraksi lebih besar dibandingkan otot-otot kontralateral. Perbandingan nilai %MVC menunjukkan bahwa abduksi panggul dengan fiksasi pelvis memerlukan aktifitas yang lebih besar secara signifikan untuk semua otot terkecuali OE ipsilateral. Otot DM dan SM ipsilateral menunjukkan peningkatan paling besar dari %MVC selama dilakukan fiksasi manual pelvis (gambar 4). Peningkatan rata-rata pada DM %MVC selama dilakukan fiksasi manual pelvis secara signifikan lebih besar dibandingkan dengan peningkatan RA, OE, TrA/OI, LES, SM, dan GM %MVC (P < 0.05), dan rata-rata SM %MVC meningkat selama dilakukan fiksasi manual pelvis secara signifikan lebih besar dibandingkan dengan peningkatan RA dan OE %MVC (P < 0.05). Sebagai tambahan, ditemukan hubungan antara DM dan SM %MVC selama latihan abduksi dengan atau tanpa fiksasi manual pelvis (Pearson correlation coefficient, 0.537; P < 0.001; coefficient of determination [modified R2], 0.678; P < 0.001), seperti ditunjukkan pada gambar 5. Fiksasi manual pelvis ditemukan mempunyai efek yang serupa pada nilai %MVC untuk kelompok otot kontralateral. Hasil ini mengindikasikan bahwa abduksi panggul dengan fiksasi manual pelvis adalah lebih efektif dibandingkan abduksi panggul tanpa fiksasi

Kim et al. Am. J. Phys. Med. Rehabil. ● Vol. 94, No. 3, March 201510

Gambar 3. Aktifitas otot trunkus (mean ± standard error) selama abduksi panggul dengan atau tanpa fiksasi pelvis pada sisi (A) ipsilateral dan (B) kontralateral

Page 11: Efek Latihan Abduksi Hip Edit

www.ajpmr.com American Journal of Physical Medicine & Rehabilitation

Copyright * 2015 Wolters Kluwer Health, Inc. All rights reserved

manual pelvis dalam meningkatkan aktifitas otot-otot tulang belakang, terutama otot-otot DM dan SM.

Kim et al. Am. J. Phys. Med. Rehabil. ● Vol. 94, No. 3, March 201511

Nilai ditunjukkan sebagai mean (standard error)/median (range) untuk variabel kontinyu dan nilai P dari median kontralateral dan ipsilateral dari RA, OE, TrA/OI, LES, SM, DM, dan GM

Page 12: Efek Latihan Abduksi Hip Edit

www.ajpmr.com American Journal of Physical Medicine & Rehabilitation

Copyright * 2015 Wolters Kluwer Health, Inc. All rights reserved

DISKUSI

Aktifitas otot trunkus diukur menggunakan elektroda intramuskular dan permukaan selama dilakukan abduksi panggul pada posisi berbaring menyamping dengan atau tanpa fiksasi manual pelvis, untuk meneliti latihan mana yang lebih efektif dalam mengaktifkan otot-otot trunkus dalam, khususnya otot DM. Dari hasil ini menunjukkan bahwa abduksi panggul pada posisi berbaring menyamping dengan namual pelvic fixation mungkin lebih efektif daripada abduksi panggul tanpa fiksasi manual pelvis untuk penyembuhan otot-otot trunkus dalam.

Walaupun otot-otot trunkus dalam dianggap krusial dalam stabilisasi dinamis tulang belakang, hanya sedikit laporan mengenai efek fiksasi manual pelvis selama latihan abduksi panggul pada aktifitas otot trunkus, khususnya pada otot-otot tulang belakang dalam, menggunakan elektroda permukaan. Pada studi ini, aktifitas otot trunkus diukur menggunakan elektroda inramuskular dan permukaan selama dilakukannya abduksi panggul pada posisi berbaring miring dengan atau tanpa fiksasi manual pelvis. Aktifitas seluruh otot-otot kecuali otot ipsilateral OE ditemukan meningkat secara signifikan dengan fiksasi manual pelvis selama dilakukannya latihan abduksi panggul, sementara peningkatan terbesar dalam %MVC ditemukan pada otot ipsilateral DM. Studi ini menunjukkan bahwa melakukan fiksasi manual pelvis selama abduksi panggul pada posisi berbaring miring secara signifikan meningkatkan aktifitas otot-otot dalam trunkus. Peran aktifitas otot DM dalam mengurangi nyeri punggung bawah (LBP) dan perbaikan fungsional dengan meningkatkan stabilitas spinal belum terbukti tapi secara aktif sedang diteliti.

Kim et al. Am. J. Phys. Med. Rehabil. ● Vol. 94, No. 3, March 201512

Gambar 4.

Perbedaan dalam penyembuhan dari otot-otot ipsilateral selama dilakukannya abduksi panggul dengan atau tanpa fiksasi pelvis

Page 13: Efek Latihan Abduksi Hip Edit

www.ajpmr.com American Journal of Physical Medicine & Rehabilitation

Copyright * 2015 Wolters Kluwer Health, Inc. All rights reserved

Turut menunjang hasil dari studi ini, beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menemukan bahwa fiksasi pelvis meningkatkan aktifitas multifidus. Park dan kawan-kawan melaporkan bahwa abduksi panggul dengan sabuk kompresi pelvis lebih efektif mengaktifkan multifidus lumbal. Cynn dan kawan-kawan menunjukkan bahwa penggunaan pressure biofeedback unit selama abduksi panggul pada saat berbaring menyamping menurunkan lateral pelvic tilt dan meningkatkan aktifitas OL, yang dianggap penting untuk meningkatkan stabilitas tulang belakang. Penelitian-penelitian tersebut yang dilakukan sebelumnya tidak menggunakan wire elektroda untuk mengkoreksi data EMG otot dalam, dan tidak secara langsung menunjukkan kesalahan pengukuran aktifitas multifidus menggunakan elektroda permukaan. Pada studi saat ini, signal EMG dari elektroda permukaan dan wire elektroda yang ditanamkan tidak berhubungan dengan baik. Akan tetapi, ditemukan hubungan yang signifikan antara otot DM dan SM (Pearson correlation coefficient, 0.537; artinya ada hubungan positif yang moderat). Keterbatasan yang lain dari penelitian-penelitian sebelumnya adalah bahwa alat-alat khusus, seperti sabuk kompresi pelvis atau pressure biofeedback unit, digunakan untuk mengoptimalkan latihan. Peralatan ini digunakan selama aktifitas, termasuk saat latihan abduksi dengan fiksasi pelvis, untuk meningkatkan stabilitas lumbosacral pada latihan otot-otot dalam trunkus. Pada protokol yang digunakan penulis, tidak satupun peralatan yang digunakan dan hanya sedikit waktu latihan yang diperlukan bagi terapis fisik untuk mengajarkan pasien bagaimana melakukan abduksi panggul dengan fiksasi manual pelvis. Selanjutnya pasien dapat melakukan latihan yang optimal untuk mengaktifkan otot-otot dalam tanpa bantuan.

Dalam pengamatan mengenai batasan rentang abduksi panggul pada pasien LBP, rentang maksimum dari abduksi panggul dibatasi sampai 5 derajat pada studi ini. Lebih lanjut, abduksi panggul yang lebih besar meningkatkan bending lateral dari tulang belakang, yang dapat menyebabkan penyempitan dari foramen intervertebral dan recruitment yang tidak diperlukan dari otot-otot permukaan paraspinal. Walaupun rentang abduksi panggul pada studi ini lebih rendah daripada yang digunakan pada studi lainnya, namun fiksasi manual pelvis ternyata mempunyai efek yang signifikan pada aktifasi DM.

Kerugian dari digunakannya fine-wire elektroda untuk pengukuran EMG adalah bahwa elektroda hanya mengambil sampel dari sedikit jumlah unit motor, dan data EMG tidak sepenuhnya merepresentasikan aktifitas dari keseluruhan otot. Pada studi ini, seorang fisiatrist yang berpengalaman menusukkan jarum (jarum ditusuk pada interseksi dari prosesus spinosus L4 dengan prosesus transversus sampai jarumnya mencapai tulang), dan posisi jarumnya dikonfirmasi dengan ultrasonografi pada semua subjek.

Kim et al. Am. J. Phys. Med. Rehabil. ● Vol. 94, No. 3, March 201513

Page 14: Efek Latihan Abduksi Hip Edit

www.ajpmr.com American Journal of Physical Medicine & Rehabilitation

Copyright * 2015 Wolters Kluwer Health, Inc. All rights reserved

Pola keseluruhan dari perbaikan otot secara umum saat diukur dengan elektroda permukaan dan intramuskular adalah konsisten; akan tetapi, rekaman EMG permukaan dipengaruhi oleh extraneous myoelectric content atau “cross talk”. Telah dianjurkan untuk otot-otot dalam, seperti DM dan TrA, sebaiknya diukur menggunakan fine-wire elektroda untuk mengurangi cross talk. Dikarenakan focus utama pada studi ini adalah pada aktifitas DM selama latihan yang telah diresepkan, hanya aktifitas DM yang diukur menggunakan fine-wire elektroda. Lebih lanjut, karena tidak mungkin untuk menyisihkan peran dari OI terhadap TrA, maka pada studi ini TrA juga merujuk sebagai TrA/OI. Akan tetapi, walaupun dengan segala keterbatasan tersebut, penulis menemukan bahwa aktifitas rata-rata pada ipsilateral TrA/OI lebih meningkat dengan fiksasi pelvis dibandingkan aktifitas rata-rata pada ipsilateral RA dan OE. Menurut pendapat penulis, hasil studi ini akan lebih menunjukkan perubahan yang lebih signifikan jika mereka menggunakan wire elektroda untuk TrA.

Kim et al. Am. J. Phys. Med. Rehabil. ● Vol. 94, No. 3, March 201514

Gambar 5.

Hubungan antara DM yang direkam dengan -EMG wire dan SM yang direkam dengan EMG permukaan

Page 15: Efek Latihan Abduksi Hip Edit

www.ajpmr.com American Journal of Physical Medicine & Rehabilitation

Copyright * 2015 Wolters Kluwer Health, Inc. All rights reserved

Dalam beberapa studi, elektroda permukaan telah digunakan untuk menguji aktifitas otot-otot dalam seperti multifidus karena keinvasifan dari fine-wire EMG. Namun, tidak jelas apakah aktifitas multifidus yang diukur dengan elektroda permukaan menggambarkan aktifitas yang sama jika diukur dengan menggunakan fine-wire elektroda. Ada terlihat korelasi moderat antara aktifitas DM dan SM, yang menunjukkan bahwa aktifitas DM yang direkam dengan fine-wire elektroda dapat dipakai untuk menggantikan rekaman aktifitas SM dengan elektroda permukaan, walaupun korelasinya tidaklah benar-benar sempurna.

Yang menarik adalah, ditemukannya lebih banyak aktfitas secara signifikan pada otot DM kontralateral selama dilakukannya abduksi panggul dengan fiksasi manual pelvis. Fenomena ini mungkin dihubungkan dengan usaha untuk menjaga alignment dari tulang belakang karena bantuan kontraksi dari otot-otot local bilateral kelihatannya mencegah bending lateral dari tulang belakang. Lebih lanjut, perbandingan dari peningkatan pada DM, SM, dan LES %MVCs sebagai hasil dari fiksasi manual pelvis menunjukkan penyembuhan pada DM lebih besar daripada penyembuhan pada SM, yang lebih besar daripada perbaikan pada LES. Hasil ini mengindikasikan bahwa fiksasi manual pelvis selama dilakukan abduksi panggul efektif untuk menguatkan DM, yang dianggap sebagai kumpulan otot utama dalam hal stabilisasi tulang belakang.

Kesimpulan

Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa abduksi panggul pada posisi berbaring pada satu sisi dengan fiksasi manual pelvis mengaktifasi otot-otot local dalam, seperti DM, lebih efektif daripada abduksi panggul tanpa fiksasi manual pelvis. Penemuan ini muncul tanpa penyembuhan yang signifikan dari otot-otot trunkus lainnya. Karena itu, penulis menyimpulkan bahwa fiksasi manual pelvis dapat menjadi alternatif pilihan untuk latihan meningkatkan otot-otot dalam dengan latihan abduksi panggul.

Kim et al. Am. J. Phys. Med. Rehabil. ● Vol. 94, No. 3, March 201515