Top Banner
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Resiko perilaku kekerasan/ mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan” tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini juga merupakan penugasan dari mata kuliah keperawatan jiwa. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dalam pembuatan makalah ini dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam pembuatan makalah ini, serta rekan-rekan lain yang membantu pembuatan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memberikan sifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna mengingat penulis masih tahap belajar dan oleh karna itu mohon maaf apabila masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan makalah ini. Depok, oktober 2013 Kelompok 5 1
49

editan jiwa.doc.docx

Nov 29, 2015

Download

Documents

rintulrina

tentang keperawatan jiwa dan mombilisasi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: editan jiwa.doc.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-

Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Resiko perilaku kekerasan/

mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan” tepat pada waktunya.

            Penulisan makalah ini juga merupakan penugasan dari mata kuliah keperawatan jiwa.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dalam pembuatan makalah ini

dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam pembuatan

makalah ini, serta rekan-rekan lain yang membantu pembuatan makalah ini.

            Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna memberikan sifat membangun demi

kesempurnaan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna

mengingat penulis masih tahap belajar dan oleh karna itu mohon maaf apabila masih banyak

kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan makalah ini.

Depok, oktober 2013

Kelompok 5

1

Page 2: editan jiwa.doc.docx

DAFTAR ISI

KATA

PENGANTAR .................................................................................................................. 1

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN                                                                           

1.      Latar Belakang ................................................................................................................... 3

2.      Tujuan................................................................................................................................. 5

3. Metode Penulisan................................................................................................................ 5

4. Sistematika penulisan.......................................................................................................... 5

BAB II KONSEP DASAR TEORI

A.       Konsep Perilaku Kekerasan............................................................................................... 7

1.    Definisi................... ..................................................................................................... 7

2.    Faktor-faktor yang menyebabkan perilaku kekerasan...............................................  7

3.   Proses kemarahan......................................................................................................... 9

4.    Rentang respon marah............................................................................................... 11

5.    Pengkajian Perilaku Asertif, Pasif, dan Agresif/Kekerasan......................................... 12

6.   Mekanisme Koping Klien.......................................................................................... 13

7.    Fungsi Positif Marah................................................................................................. 13

8.   Pohon Masalah........................................................................................................... 14

9.   Peran Perawat dalam Perilaku Kekerasan................................................................ 14

10. Peran perawat dalam perilaku kekerasan ................................................................. 16

B. Asuhan Keperawatan pada Perilaku Kekerasan.............................................................. 17

BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 34

DAFTAR PUSTAKA ...........................................,......................................................... 35

                                                                                       

2

Page 3: editan jiwa.doc.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-

negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang

menyebabkan kematian secara langsung, Namun gangguan tersebut dapat menimbulkan

ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidaktepatan individu dalam berperilaku

yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat menghambat pembangunan

karena mereka tidak produktif (Hawari, 2007)

Gangguan jiwa dapat memengaruhi fungsi kehidupan seseorang. Aktivitas penderita,

kehidupan sosial, ritme pekerjaan, serta hubungan dengan keluarga jadi terganggu karena

gejala ansietas, depresi, dan psikosis. Seseorang dengan gangguan jiwa apa pun harus

segera mendapatkan pengobatan. Keterlambatan pengobatan akan semakin merugikan

penderita keluarga, dan masyarakat (http://lkpkindonesia. blogspot.com, di ambil tanggal 4

november 2010)

Menurut Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan (Depkes), dr HSyafii Ahmad MPH,

kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap Negara

termasuk Indonesia. Proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi

memberikan dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya pada masyarakat.

Menurut WHO, jika prevelensi gangguan jiwa diatas 100 jiwa per 1000 penduduk dunia,

maka berarti di Indonesia mencapai 264 per 1000 penduduk yang merupakan anggota

keluarga, data hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, artinya 2,6 kali

lebih tinggi dari ketentuan WHO. Ini sesuatu yang sangat serius dan World Bank

menyimpulkan bahwa gangguan jiwa dapat mengakibatkan penurunan produktivitas

sampai dengan 8,5 % saat ini. Saat ini gangguan jiwa menempati urutan kedua setelah

penyakit infeksi dengan 11,5 %.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menyebutkan 14,1% penduduk mengalami

gangguan jiwa dari yang ringan hingga berat, kondisi ini diperberat melalui aneka bencana

alam yang terjadi di hampir seluruh wilayah indonesia. Data jumlah pasien gangguan jiwa

3

Page 4: editan jiwa.doc.docx

di Indonesia terus bertambah, data dari 33 rumah sakit jiwa (RSJ) diseluruh indonesia

menyebutkan hingga kini jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang,

kenaikan jumlah penderita gangguan jiwa terjadi di sejumlah kota besar.

Pada umumnya gambaran utama individu yang mengalami perilaku kekerasan yaitu

individu kurang mengerti akan arti dan tujuan hidup, serta gagal menerima tanggung

jawab untuk dirinya sendiri. Ia akan tergantung pada orang lain dan gagal

mengembangkan kemampuan sendiri. Selain itu ia juga banyak menuntut diri sendiri

karena ideal diri yang ditetapkan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dicapai.

Pada daerah jawa tengah sendiri menurut Direktur RSJD Amino Gondohutomo,

Semarang, dr.Sri Widiya Yati SPPK Mkes mengatakan angka kejadian penderita

gangguan jiwa di jawa tengah berkisar 3300 orang hingga 9300 orang angka kejadian ini

merupakan penderita yang sudah terdiagnosa. Diantara penderita gangguan jiwa tersebut

salah satunya adalah perilaku kekerasan.

Rata–rata perilaku kekerasan dialami oleh pasien usia 25-60 tahun dengan permasalahan

umumnya adalah masalah perekonomian keluarga dan masalah rumah tangga dengan

prosentase 90%. Perawat akan mengetahui jika perilaku seperti ini tidak segera

ditanggulangi sudah tentu berdampak pada gangguan jiwa yang lebih berat sepserti bunuh

diri dan mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Menurut studi pendahuluan pada bulan Desember 2010 di ruang VI (Gatotkoco) RSJD Dr.

Amino gondohutomo dari 25 klien, yang mengalami halusinasi 10 atau 40%, perilaku

kekerasan orang 7 atau 28%, harga diri rendah mencapai 5 orang atau 20%, menarik diri 3

orang atau 12%. Rata-rata dari mereka berkisar antara usia 25-40 tahun. Tanda-tanda

perilaku kekerasan yang ditemukan pada klien diantaranya rasa khawatir pada diri sendiri,

menarik diri dari realitas serta gangguan berhubungan yang disebabkan oleh perasaan

tidak berharga.

Dalam hal ini kenapa penulis mengambil kasus perilaku kekerasan di karenakan masalah-

masalah kejiwaan bisa muncul lebih serius dimulai dari resiko perilaku kekerasan.

Perilaku kekerasan juga dapat memberi gambaran bagaimana seseorang mengalami

gangguan resiko perilaku kekerasan dan dampaknya yang komplek seperti resiko

mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, resiko bunuh diri.

4

Page 5: editan jiwa.doc.docx

Atas dasar fenomena diatas penulis tertarik menganggkat judul asuhan keperawatan jiwa

dengan perilaku kekerasan.

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum

Untuk menggambarkan asuhan keperawatan dengan perilaku kekerasan, serta penulis

dapat memberikan asuhan keperwatan jiwa secara optimal.

2. Tujuan khusus

a) Penulis dapat mendiskripsikan konsep perilaku kekerasan atau amuk

b) Penulis dapat mendiskripsikan masalah keperawatan pada klien dengan resiko

perilaku kekerasan

c) Penulis dapat mendiskripsikan perencanaan keperawatan untuk mengatasi

masalah resiko perilaku kekerasan.

d) Penulis dapat mendiskripsikan implementasi pada klien dengan resiko perilaku

kekerasan.

e) Penulis dapat mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan resiko

perilaku kekerasan.

C. Metode Penulisan

Dalam penulisan Makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

proses keperawatan jiwa yang terdiri dari: pengkajian, diagnosa keperawatan, pelaksanaan

dan evaluasi, Deskriptif merupakan gambaran kasus yang dikelola dengan cara

pengumpulan data serta penulis juga menggunakan metode studi kepustakaan,

Menggunakan dan mempelajari literatur-literatur medis maupun perawatan yang

menunjang sebagai pedoman toritis untuk menegakkan diagnosa dan perencanaan yang

berhubungan dengan perilaku kekeasan.

D. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan makalah ini ditulis dalam tiga bab, dan tiap-tiap bab terdiri dari

beberapa sub bab yaitu :5

Page 6: editan jiwa.doc.docx

BAB I Berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode

penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan teori meliputi pengertian, rentang respon, penyebab, tanda dan gejala,

mekanisme koping, pohon masalah serta asuhan keperawatan pada perilaku

kekerasan

BAB III Berisi tentang kesimpulan serta saran

6

Page 7: editan jiwa.doc.docx

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Perilaku Kekerasan

1. Definisi

Marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktivitas sistem saraf parasimpatik yang

tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat biasanya ada kesalahan, yang

mungkin nyata-nyata kesalahannya atau mungkin juga tidak. Pada saat marah ada

perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan atau melempar sesuatu dan

biasanya timbul pikiran yang kejam. Bila hal ini disalurkan maka akan terjadi perilaku

agresif (Purba dkk, 2008).

Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrem dari marah atau

ketakutan/panik. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan sering dipandang sebagai

rentang dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang

lain. Suatu keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan frustasi, benci atau marah. Hal

ini akan mempengaruhi perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara

mendalam tersebut terkadang perilaku menjadi agresif atau melukai karena penggunaan

koping yang kurang bagus.

Periaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan

yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain,

disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol. (Yose,2011)

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau

mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut

(Purba dkk, 2008).

2. Faktor-faktor yang menyebabkan perilaku kekerasan

A. Faktor Predisposisi

1. Faktor psikologis

a. Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami

hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotivasi PK7

Page 8: editan jiwa.doc.docx

b. Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang tidak

menyenangkan.

c. Frustasi

d. Kekerasan dalam rumah tangga atau keluarga.

2. Faktor sosial budaya

Seseorang akan berespon terhadap peningkatan emosionalnya secara agresif sesuai

dengan respon yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori menurut bandura bahwa

agresif tidak berbeda dengan respons-respons yang lain. Faktor ini dapat dipelajari

melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan maka

semakin besar kemungkinan terjadi. Budaya juga dapat mempengaruhi perilaku

kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi marah yang

dapat diterima dan yang tidak dapat diterima.

1. Faktor biologis

Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya pemberian stimulus elektris

ringan pada hipothalamus (pada sistem limbik) ternyata menimbulkan perilaku

agresif, dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk emosi dan perilaku),

lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk interpretasi

indra penciuman dan memori) akan menimbulkan mata terbuka lebar, pupil

berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada disekitarnya.

B. Faktor Presipitasi

Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan

(Yosep, 2009):

1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti

dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan

sebagainya.

2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.

8

Page 9: editan jiwa.doc.docx

3. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak

membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan

dalam menyelesaikan konflik.

4. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya

sebagai seorang yang dewasa.

5. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan

alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa

frustasi.

6. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan

tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

3. Proses Kemarahan

Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh

setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak

menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan.

Respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara yaitu:

1. mengungkapkan secara verbal

2. menekan

3. menantang

Dari ketiga cara ini yang pertama adalah konstruktif sedang dua cara lainnya adalah

destruktif. Dengan melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan,

dan bila cara ini dipakai terus-menerus, maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri

sendiri atau lingkungan dan akan tampak sebagai depresi psikomatik atau agresif dan

ngamuk.

Secara skematis perawat penting sekali memahami proses kemarahn dapat digambarkan

pada skema dibawah ini.

9

Page 10: editan jiwa.doc.docx

Kemarahan diawali oleh adanya stressor yang berasal dari internal atau eksternal. Stressor

internal seperti penyakit, hormonal, dendam, kesal sedangkan stressor eksternal bila

berasal dari ledekan, cacian, makian, hilangnya benda berhargam tertipu,

penggusuran,bencana dan sebagainya. Hal tersebut akan mengakibatkan kehilangan atau

gangguan pada sistem individu (distruption and loss). Hal yang terpenting adalah

bagaimana seorang individu memaknai setiap kejadian yang menyedihkan atau

menjengkelkan tersebut (personal meaning).

Bila seseorang memberi makna positif, misalnya macet adalah waktu untuk istirahat,

penyakit adalah sarana penggugur dosa, suasana bising adalah melatih persyarafan telinga

( nervus audiotorius) maka ia akan dapat melakukan kegiatan secara positif

(compensatory act) dan tercapai perasaan lega (resolution). Bila ia gagal dalam

memberikan makna menganggap segala sesuatunya sebagai ancaman dan tidak mampu

melakukan kegiatan positif (olahraga, menyapu, atau baca puisi saat dia marah) maka akan

10

STRESSOR INT & EKS

DISRUPTION & LOSS

PERSONAL MEANING

COMPENSAT ORY ACT.

RESOLUTION

GUILTHELPLESSNESS

ANGER &AGRESSION

EXPRESSED OTWARD

DESTRUCTIVEEXPRESSED INWARD

CONSTRUCTIVE ACTION

PAINFULL SYMPTOM

RESOLUTION

Page 11: editan jiwa.doc.docx

Adaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/ kekerasan

Maladaptive

muncul perasaan tidak berdaya dan sengsara (helplessness). Perasaan itu akan memicu

timbulnya kemarahan (anger). Kemarahan yang diekspresikan keluar (expressed toward)

dengan kegiatan yang konstruktif (constructive action) dapat menyelesaikan masalah.

Kemarahan yang diekspresikan keluar (expressed toward) dengan kegiatan yang

destruktif (destructive action) dapat menimbulkan perasaan bersalah dan menyesal

(gulit). Kemarahan yang dipendam akan menimbulkan gejala psikosomatis (painful

symptom)

4. Rentang Respon Marah

Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan ungkapan kemarahan yang

dimanifestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan tersebut merupakan suatu bentuk

kounikasi dan proses penyampaian pesan dari individu. Orang yang mengalami kemarahan

sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa ia “tidak setuju, tersinggung, merasa tidak

dianggap, merasa tidak diturut atau diremehkan”. Rentang respon kemarahan individu

dimulai dari respon normal (asertif) sampai pada respons sangat tidak normal (maladaptif).

Asertif Frustasi Pasif agresif Kekerasan

Klien mampu

mengungkapkan

marah tanpa

menyalahkan

orang lain dan

memberikan

kelegaan

Klien gagal

mencapai

tujuan

kepuasan/saat

marah dan

tidak dapat

menemukan

alternatif

Klien merasa

tidak dapat

mengungkapkan

perasaannya,

tidak berdaya

dan menyerah

Klien

mengekspresikan

secara fisik, tapi

masih terkontrol,

mendorong

orang lain

dengan ancaman

Perasaan

marah dan

bermusuhan

yang kuat dan

hilang

kontrol,disertai

amuk, merusak

lingkungan.

(Yosep ,2009)

11

Page 12: editan jiwa.doc.docx

5. Pengkajian Perilaku Asertif, Pasif, dan Agresif/Kekerasan

Perawat perlu memahami dan membedakan berbagai perilaku yang ditampilkan klien. Hal

ini dapat dianalisa dari perbandingan berikut:

Aspek Pasif Asertif Agresif

Isi pembicaraan Negatif,

merendahkan diri,

misalnya : “bisakah

saya melakukan hal

itu? Bisakah anda

melakukannya”

Positif menawarkan

diri, misalnya :

“saya mampu, saya

bisa, anda boleh,

anda dapat”

Menyombongkan

diri, merendahkan

orang lain, misalnya:

“ kamu pasti tidak

bisa, kamu selalu

melanggar, kamu

tidak pernah

menurut, kamu tidak

akan bisa”

Tekanan suara Lambat, mengeluh Sedang Keras ngotot

Posisi badan Menundukkan

kepala

Tegap dan santai Kaku, condong

Jarak Menjaga jarak

dengan sikap

mengabaikan

Memperthankan

jarak yang nyaman

kedepansikap

dengan jarak akan

menyerang orang

lain

Penampilan Loyo, tidak dapat

tenang

Sikap tenang Mengancam, posisi

menyerang

Kontak mata Sedikit/sama sekali

tidak

Memperthankan

kontak mata sesuai

dengan hubungan

Mata melotot dan

dipertahankan

6. Mekanisme Koping Klien

Perawat perlu mengidentifikasi mekanime koping pasien, sehingga dapat membantu

pasien untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam

mengekspresikan masalahnya. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah

mekanisme pertahanan ego seperti displacement (dapat menggungkapkan kemarahan pada

12

Page 13: editan jiwa.doc.docx

objek yang salah, misalnya pada saat marah pada dosen, mahasiswa mengungkapkan

kemarahan dengan memukul tembok). Proyeksi yaitu kemarahan dimana secara verbal

mengalihkan kesalahan diri sendiri pada orang lain yang dianggap berkaitan, misalnya

pada saat nilai buruk seorang mahasiswa menyalahkan dosennya atau menyalahkan sarana

kampus atau menyalahkan administrasi yang tidak becus mengurus nilai. Mekanisme

koping yang lainnya adalah represi, dimana individu merasa seolah-olah tidak marah atau

tidak kesal, ia tidak mencoba menyampaikannnya kepada orang terdekat atau ekpress

feeling, sehingga rasa marahnya tidak terungkap dan ditekan sampai ia melupakannya.

Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang berkepanjangan dari

seseorang karena ditinggal oleh seseorang yang dianggap sangat berpengaruh dalam

hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak berakhir dapat menyebabkan perasaan harga diri

rendah sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain.

Bila ketidakmampuan bergaul dengan orang lain ini tidak diatasi akan timbul

halusinasi yang menyuruh untuk melakukan tindakan kekerasan dan ini berdampak

terhadap resiko tinggi menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.

Selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan keluarga yang

kurang baik untuk menghadapi keadaan pasien mempengaruhi perkembangan pasien

(koping keluarga tidak efektif), hal ini tentunya menyebabkan pasien akan sering keluar

masuk rumah sakit dan timbulnya kekambuhan pasien karena dukungan keluarga tidak

maksimal (Fitria, 2009).

7. Fungsi Positif Marah

Menurut NOVACO, fungsi positif rasa marah tersebut adalah sebagai berikut:

-   Energizing function: dimana rasa marah tersebut dapat menambah/meningkatkan tenaga

seseorang, contoh : orang mengamuk tenaganya sangat kuat.

-   Expressive function: yaitu untuk mengekspresikan perasaan kecewa atau tidak puas.

-   Self Promotional function: yaitu untuk meningkatkan harga diri, contoh : seseorang

marah karena merasa dihina.

-   Defensive function: rasa marah sebagai mekenisme koping, contoh : seseorang

melampiaskan kemarahannya, kemudian akan merasa lega.13

Page 14: editan jiwa.doc.docx

-   Pitentiating function: yaitu untuk meningkatkan kemampuan. Orang yang merasa

dihina, kemudian berusaha meningkatkan kemampuannya dalam berbagai segi. Contoh:

orang yang bersaing secara tidak sehat.

-   Discriminative function: yaitu untuk membedakan seseorang dalam berbagai keadaan

alam perasaan. Contoh : gembira, sedih, jengkel dan sebagainya.

8. Pohon Masalah

Stuart dan Sundeen 1997, dalam Yosep 2011 mengidentifikasi pohon masalah perilaku

kekerasan sebagai berikut :

9. Tanda dan Gejala

Yosep (2011) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sebagai

berikut:

1. Fisik

a. Muka merah dan tegang

b. Mata melotot/ pandangan tajam

c. Tangan mengepal

14

Resiko tinggi menciderai orang lain

Inefektif proses terapi

Perilaku kekerasan

Gangguan harga diri kronis

Berduka disfungsional

Isolasi sosial

Perubahan persepsi sensori Halusinasi

Koping keluarga tidak efektif

Page 15: editan jiwa.doc.docx

d. Rahang mengatup

e. Postur tubuh kaku

f. Jalan mondar-mandir

2. Verbal

a. Bicara kasar

b. Suara tinggi, membentak atau berteriak

c. Mengancam secara verbal atau fisik

d. Mengumpat dengan kata-kata kotor

e. Suara keras

f. Ketus

3. Perilaku

a. Melempar atau memukul benda/orang lain

b. Menyerang orang lain

c. Melukai diri sendiri/orang lain

d. Merusak lingkungan

e. Amuk/agresif

4. Emosi

Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak

berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.

5. Intelektual

Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.

6. Spiritual

Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,

menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.

7. Sosial

15

Page 16: editan jiwa.doc.docx

Kesadaran diriPendidikan klienLatihan asertif

KomunikasiPerubahan lingkunganTindakan psikofarmakologi

Manajemen krisisSeclusionrestrain

Strategi antisipasifStrategi preventif Strategi pengurungan

Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.

8. Perhatian

Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan

10. Peran Perawat dalam Perilaku Kekerasan

Perawat dapat mengimplementasikan berbagai ntervensi untuk mencegah dan

memanajemen perilaku agresif, intervensi tersebut dapat melalui rentang intervensi

keperawatan. (Yose,2011)

Keterangan gambar :

1. Kesadaran diri : perawat harus meningakatkan kesadaran dirinya dan melakukan

supervisi dengan memisahkan masalah pribadi dan masalah klien.

2. Pendidikan klien : pendidikan yang di berikan pada klien mengenai cara komunikasi

dan cara mengekspresikan marah yang tepat, serta respons adaptif dan maladaptif.

3. Latihan asertif : kemampuan dasar perawat yang harus dimiliki adalah berkomunikasi

langsung dengan setiap orang, mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak beralasan,

sanggup melakukan komplain, dan mengekspresikan penghargaan yang tepat.

4. Komunikasi : strategi komunikasi terapeutik

5. Perubahan lingkungan : perawat mampu menyediakan beragam aktivitas untuk

meminimalkan/ mengurangi perilaku klien yang tidak sesuai.

6. Tindakan perilaku : kontrak dengan klien untuk membicarakan mengenai perilaku

yang dapat di terima dan yang tidak.

7. Psikofarmakologi : pemberian obat sesuai kolaborasi dan mampu menjelaskan

manfaat obat pada pasien dan keluarga.

8. Manajemen krisis : bila pada waktu intervensi tidak berhasil, maka perlu intervensi

yang lebih aktif.

16

Page 17: editan jiwa.doc.docx

B. Asuhan Keperawatan pada Perilaku Kekerasan

Proses Keperawatan

1. Pengkajian.

Faktor predisposisi dan presipitasi, serta kondisi klien sekarang. Kaji riwayat keluarga

dan masalah yang dihadapi klien.

2. Tanda dan gejala.

Jelaskan tanda gejala klien pada tahap marah, krisis atau perilaku kekerasan, dan

kemungkinan bunuh diri. Muka merah, tegang, pandangan mata tajam, mondar-

mandir,memukul, memaksa, iritable, sensitif dan agresif.

3. Diagnosis keperawatan

a. Perilaku Kekerasan diri sendiri, orang lain dan lingkungan

b. Isolasi Sosial

c. Koping individu inefektif.

4. Intervensi Keperawatan

a. Diagnosa perilaku kekerasan

Tujuan (NOC)

1)      Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

2)      Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

3)      Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah

dilakukannya

4)      Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang

dilakukannya

5)      Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku

kekerasannya

6)      Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,

spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.

Intervensi (NIC)

1)      Bina hubungan saling percaya

Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar

pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara.

17

Page 18: editan jiwa.doc.docx

Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan

saling percaya adalah:

a)      Mengucapkan salam terapeutik

b)      Berjabat tangan

c)      Menjelaskan tujuan interaksi

d)     Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien

2)      Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan  yang

lalu

3)      Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan

a)      Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik

b)      Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis

c)      Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial

d)     Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual

e)      Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual

4)      Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada

saat  marah   secara:

a)      verbal

b)      terhadap orang lain

c)      terhadap diri sendiri

d)     terhadap lingkungan

5)      Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya

6)      Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:

a)      Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam

b)      Obat

c)      Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya

d)     Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien

7)      Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:

a)      Latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal

b)      Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal

8)      Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal

a)      Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan

baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik

18

Page 19: editan jiwa.doc.docx

b)      Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.

9)      Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:

a)      Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa

b)      Buat jadwal latihan sholat, berdoa

10)   Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat:

a)      Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar

(benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar

waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat

dan akibat berhenti minum obat

b)      Susun jadwal minum obat secara teratur

11)  Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok  Stimulasi Persepsi

mengontrol Perilaku Kekerasan

b. diagnosa Isolasi Sosial

Tujuan (NOC)

a. Pasien dapat memulai interaksi dengan orang lain

b. Pasien dapat mengungkapkan perasaannya

c. Pasien dapat mengembangkan hubungan/interaksi sosial

d. Pasien mampu meningkatkan sosial secara mandiri

Intervensi (NIC)

1.      Tingkatkan sosialisasi

a.       BHSP

Prinsip komunikasi terapeutik

Pertahankan konsistensi sikap (terbuka, tepati janji, hindari

kesan negatif)

Gunakan tahap-tahap interaksi dengan tepat

b.     Observasi perilaku menarik diri klien

c.     Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik dirinya

d.      Diskusikan dengan klien hal-hal yang menyebabkan klien menarik

diri

e.     Beri kesempatan kepada klien untuk menceritakan perasaannya terkait

dengan isolasi diri

f.     Dorong klien untuk membagi masalah yang dihadapinya

19

Page 20: editan jiwa.doc.docx

g.      Dukung klien untuk jujur dan menunjukkan identitas dirinya dengan

orang lain

h.     Libatkan dalam TAKS

2.      Manajemen kestabilan Mood serta perasaan aman dan nyaman

a.       observasi kesesuaian antara afek dan ungkapan secara verbal klien

b.      beriakn perasan aman dan nyaman pada klien

c.       dorong klien menggungkapkan perasaan dan ekspresikannya secara

tepat

d.      bantu klien mengidentifikasi perasaan yang mendasari keinginan untuk

tidak melakukan interaksi dengan orang lain

e.      dorong klien untuk mengungkapkan hambatan dan kesulitan dalam

berinteraksi dengan orang lain

f.      diskusikan dengan klien manfaat berinteraksi dengan orang lain

g.      diskusikan dengan klien kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.

h.     Kelola pemberian obat sesuai program

i.      Monitor efek samping obat

j.      libatkan klien dalam TAK SS, SP Umum

k.      lakukan kolaborasi dengan psikiater bila diperlukan (misalnya : ECT)

3.      Tingkatkan sosialisasi

a.       Bantu klien mengidentifikasi kelebihan, hambatan, dan kesulitan dalam

berkomunikasi dengan orang lain.

b.      Tingkatkan kesadaran klien terhadap kelebihan dan keterbatasan dalam

berkomunikasi.

c.       Dukung klien mengembangkan hubungan yang telah terbina.

d.      Dukung klien dalam kegiatan/aktivitas diruangan

e.       Berikan reinforcement atas keberhasilan yang dicapai klien

f.       Libatkan klien TAKS

4.      Modifikasi perilaku : keterampilan sosial

a.    Bantu klien mengidentifikasi masalah-masalah interpersonal yang

menyebabkan kurangnya berinteraksi dengan orang lain.

20

Page 21: editan jiwa.doc.docx

b.   Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya terkait dengan

masalah lnterpersonal yang dihadapi.

c.    Identifikasi ketrampilan/kemampuan sosial yang ingin difokuskan pada

latihan berinteraksi dengan orang lain.

d.    Bantu klien menetapkan tahapan dan hal-hal yang ingin dicapai dalam

melatih hubungan interaksi dengan orang lain.

e.    Dorong klien meningkatkan interaksi dengan orang lain disekitarnya.

f.    Dorong klien mengikuti aktifitas diruangan

g.    Libatkan klien dalam TAKS

h.    Rujuk klien untuk mengikuti aktifitas diruang rehabilitasi

5.      Tingkatkan keterlibatan keluarga

a.    Identifikasi kemampuan dan keterlibatan anggota keluarga dalam

perawatan klien

b.   Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang hal-hal dan situasi yang

berpengaruh terhadap perawatan klien.

c.    Berikan informasi yang tepat tentang kondisi klien kepada keluarga

d.    Jelaskan kepada keluarga cara merawat klien dengan isolasi sosial

e.    Jelaskan pentingnya keterlibatan keluarga dalam perawatan klien

f.    Dorong keluarga untuk terlibat aktif dalam upaya perawatan klien

g.    Fasilitasi pertemuan klien dengan keluarga secara priodik selam klien

dirawat

c. Diagnosa koping keluarga tidak efektif

Tujuan (NOC)

a. Mengatasi masalah keluarga

b. Mengexpresikan perasaan diantara anggota keluarga

c. Menentukan prioritas

d. Memutuskan perawatan

e. Membantu perawatan

f. Memberikan dukungan sosial

21

Page 22: editan jiwa.doc.docx

Intervensi (NIC)

a. Identifikasi peran, kultur, dan situasi keluarga dalam pengaruhnya teryadap

perilaku klien

b. Berikan informasi yang tepat tentang penanganan klien dengan perilaku

marah/kekerasan

c. Ajarkan ketrampilan koping efektif yang digunakan untuk pengangan klien

marah/perilaku kekerasan

d. Bantu keluarga memilih/menentukan bantuan dalam menghadapi klien

marah/perilaku kekerasan

e. Berikan konseling pada keluarga

f. Fasilitasi pertemuan keluarga dengan career/pemberi perawatan

g. Beri kesempatan pada keluarga untuk mendiskusikan cara yang dipilih

h. Anjurkan kepada keluarga untuk menerapkan cara yang dipilih

5. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengukur tujuan dan kriteria yang sudah tercapai dan yang

belum sehingga dapat menentukan intervensi lebih lanjut. Bentuk evaluasi yang

positif adalah sebagai berikut.

a. Identifikasi situasi yang dapat membangkitkan kemarahan.

b. Bagaimana keadaan klien saat marah dan benci pada orang tersebut.

c. Sudahkah klien menyadari akibat dari marah dan pengaruhnya pada orang

lain.

d. Buatlah komentar yang kritikal.

e. Apakah klien sudah mampu mengekspresikan sesuatu yang berbeda.

f. Klien mampu menggunakan aktivitas secara fisik untuk mengurangi perasaan

marahnya.

g. Konsep diri klien sudah meningkat.

h. Kemandirian berpikir dan aktivitas meningkat.22

Page 23: editan jiwa.doc.docx

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

PERILAKU KEKERASAN

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan

marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan,

akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I

ORIENTASI:

Salam Terapeutik

“Selamat pagi  pak, perkenalkan nama saya nurhakim yudhi wibowo, panggil saya yudi,

saya perawat yang dinas di ruangan 9 ini, Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?”

Evaluas/Validasi

“Bagaimana perasaan bapak saat  ini?,

Masih ada perasaan kesal atau marah?”

Kontrak

- Topik

“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang  tentang perasaan marah bapak”

- Waktu

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit?

- Tempat

“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di ruang

tamu?”

- Tujuan

“Agar Bapak dapat mengontrol marah dengan kegiatan yang positif yaitu dengan latihan 23

Page 24: editan jiwa.doc.docx

fisik 1 : teknik nafas dalam dan tidak menimbulkan kerugian untuk diri sendiri maupun

orang lain.”

KERJA:

“Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah marah?

Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya, apakah ada penyebab

lain yang membuat bapak  marah”

“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak stress karena pekerjaan atau masalah

uang(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak rasakan?” (tunggu respons

pasien)

“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot,

rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”

“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak marah-marah, membanting

pintu dan memecahkan barang-barang, apakah dengan cara ini stress bapak hilang? Iya,

tentu tidak. Apakerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi takut barang-barang

pecah. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara

mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”

”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalahlah

dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”

”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”

”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri, lalu

tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui

mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan,

dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak  sudah bisa

melakukannya. Bagaimana perasaannya?”

“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu

24

Page 25: editan jiwa.doc.docx

rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”

TERMINASI

- Evaluasi

a. Subjektif

“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan

bapak?”

b. Objektif

”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak

rasakan ........(sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta

akibatnya ......... (sebutkan)

- Rencana Tindak Lanjut

“Bagaimana kalau kegiatan ini rutin dilakukan 5 kali dalam 1 hari dan di tulis

dalam jadwal kegiatan harian Bapak.

- Kontrak yang akan datang

• Topik :

“ Nah, Pak. Cara yang kita praktikkan tadi baru salah 1 nya saja. Masih ada cara

yang bisa digunakan untuk mengatasi marah Bapak. Cara yang ke-2 yaitu dengan

teknik memukul bantal .

• Waktu :

“Bagaimana kalau kita latihan cara yang ke-2 ini besok, Bagaimana kalau 15

menit lagi saja?

• Tempat :

“Kita latihannya dimana, Pak? Di teras ruangan ini saja lagi , Pak”. “ok, Pak

25

Page 26: editan jiwa.doc.docx

SP 2  Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2

a.    Evaluasi latihan nafas dalam

b.    Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal

c.    Susun jadwal kegiatan harian cara kedua

 ORIENTASI

“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya tiga jam yang lalu sekarang saya datang lagi”

“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?”

“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik

untuk cara yang kedua”

“sesuai janji kita tadi kita akan berbincang-bincang sekitar 20 menit dan tempatnya disini di

ruang tamu,bagaimana bapak setuju?”

KERJA

“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar,

mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.

 “Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti

bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan

memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus

sekali bapak melakukannya”.

“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”

“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan

lupa merapikan tempat tidurnya

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”

“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!”

26

Page 27: editan jiwa.doc.docx

 “Mari kita masukkan  kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur bantal mau

jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur?  Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan jam jam

15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya

pak. Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan memukul

kasur dan bantal serta tarik nafas dalam ini?”

 “Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar bicara

yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa&istirahat y pak”

 SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:

a.       Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik

b.      Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta

dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.

c.       Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

ORIENTASI

“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi”

“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?, apa

yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”

“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”

“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau

diingatkan suster  baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak

dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan

“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang sama?”

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”

KERJA

27

Page 28: editan jiwa.doc.docx

“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah

dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita

perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak:

1.      Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak

menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya larena minta uang

sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik:”Bu, saya perlu uang untuk

membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain.

Coba bapak praktekkan. Bagus pak.”

2.      Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya,

katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak

praktekkan. Bagus pak”

3.      Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal

bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan.

Bagus”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah

dengan bicara yang baik?”

“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”

“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari bapak mau

latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”

Coba  masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll. Bagus

nanti dicoba ya Pak!”

 “Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”

“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu dengan

cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti ya”

28

Page 29: editan jiwa.doc.docx

SP 4  Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual  

a.  Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik

      dan sosial/verbal

b.  Latihan sholat/berdoa

c.  Buat jadual latihan sholat/berdoa

ORIENTASI

“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya dua jam  yang lalu sekarang saya datang

lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?”

“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah

melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya”

“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu

dengan ibadah?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?”

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?

KERJA

“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, yang

mana mau dicoba?

“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas dalam.

Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air

wudhu kemudian sholat”.

“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”

“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan

caranya (untuk yang muslim).”

29

Page 30: editan jiwa.doc.docx

TERMINASI

Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?”

“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.

“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa kali

bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)

“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa

marah”

 “Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat  sesuai jadual yang telah kita buat tadi”

“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa

marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja,

jam 10 ya?”

 “Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol

rasa marah bapak, setuju pak?”

SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat   

a.       Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah dilatih.

b.      Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien,

benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat)

disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.

c.       Susun jadual minum obat secara teratur

 

ORIENTASI

“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi” “Bagaimana

pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal,  bicara yang baik serta

30

Page 31: editan jiwa.doc.docx

sholat?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?. Coba kita lihat cek

kegiatannya”.

“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar

untuk mengontrol rasa marah?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?”

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit”

FASEKERJA (perawat membawa obat pasien)

“Bapak sudah dapat obat dari dokter?”

Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa Bapak

minum? Bagus!

 “Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye  namanya CPZ gunanya agar pikiran

tenang,  yang putih ini namanya THP agar rileks, dan yang  merah jambu ini namanya HLP

agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus bapak   minum 3 kali

sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7  malam”.

“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering,  untuk membantu mengatasinya

bapak bisa minum air putih yang tersedia di ruangan”.

“Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu”

“Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat  apakah benar

nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum.

Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada suster kemudian

cek lagi apakah benar obatnya!”

“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak,

karena dapat terjadi kekambuhan.”

“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak.”

TERMINASI

31

Page 32: editan jiwa.doc.docx

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang

benar?”

“Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat yang

benar?”

“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita

tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan

teratur ya”.

“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhma ana bapak melaksanakan kegiatan

dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa”

BAB III

PENUTUP

32

Page 33: editan jiwa.doc.docx

1. KESIMPULAN

Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama. gangguan

tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta

ketidaktepatan individu dalam berperilaku yang dapat mengganggu kelompok dan

masyarakat serta dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. Salah

satu masalah gangguan jiwa adalah Resiko perilaku kekerasan/ mencederai diri

sendiri, orang lain, dan lingkungan, perilaku tersebut merupakan Suatu keadaan

yang menimbulkan emosi, perasaan frustasi, benci atau marah. Hal ini akan

mempengaruhi perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam

tersebut terkadang perilaku menjadi agresif atau melukai karena penggunaan koping

yang kurang bagus.

DAFTAR PUSTAKA

33

Page 34: editan jiwa.doc.docx

34