Top Banner
Edisi Majalah September-Oktober 2010 1 Terbit 52 Halaman No. 260 Tahun XXVII Edisi September-Oktober 2010
52

Edisi September - Oktober 2010

Apr 06, 2016

Download

Documents

Edisi kali ini, kru Bahana berjuang merekonstruksi cerita di balik pemilihan Dekan Faperika, yang menyebabkan Bustari, Dekan terpilih saat, hingga kini belum dilantik. Rekonstruksi bagaimana lobi-lobi jabatan terjadi.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 2010 1

Terbit 52 Halaman No. 260 Tahun XXVII Edisi September-Oktober 2010

Page 2: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 20102

Page 3: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 2010 3

Harapan FaisalSaya Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Koperasi Mahasiswa (Kopma)

UR. Beberapa waktu lalu sekretariat Kopma di UR Gobah terbakar. Mengingatkebutuhan para anggota Kopma, saya mohon kepada Pembantu Rektor IIIsupaya mencarikan tempat untuk sekretariat dan tempat usaha Kopma. Sayamohon juga kepada pihak rektorat untuk mencarikan jalan keluar akibatkebakaran yang menelan kerugian lumayan banyak ini. Saya pikir sebaiknyaKopma juga dilibatkan dalam menindak lanjuti musibah ini. Terima kasih.

Muhammad FaisalMahasiswa Faperika ‘08

Ketua Kopma UR

Redaksi Yth

Universitas RisetTak Akan Terwujud

Pak Rektor Universitas Riauyang terhormat. Saya sangat kagumdengan cita-cita Pak Rektor inginmewujudkan UR dalam taman.Lanjutkan saja terus pembangunantaman. Bila Bapak ingin wujudkancita-cita itu, maka tujuan URmenjadi universitas riset tidak akanterwujud. Karena Bapak sibukmembangun taman dan taman saja.

Ari AnggoroKadis Penelitian Pengembangan dan

Sosial BEM Faperika

Kapan DekanDilantik?

Salam mahasiswa! Terima kasihpada BM yang bersedia memuataspirasi kami. Kami ingin menyua-rakan harapan masyarakat kampusFakultas Perikanan dan IlmuKelautan. Sudah hampir satu tahunpemilihan dekan, namun sampaisekarang belum ada kabar yang jelaskapan dekan dilantik. Ini membuatsistem pendidikan terganggu. Kapandekan kami dilantik? Kami tidak inginpunya dekan plt. Jika harapanmahasiswa tidak diindahkan, jangansalahkan jika kemarahan mahasiswasemakin bertambah.

Febri MayokaKetua BEM Faperika UR

Keputusan pihak rektoratmenutup akses jalan Bina Kridadan Bangau Sakti merupakankebijakan yang boleh-boleh sajadiambil . Mereka katakanpenutupan pagar bertujuanmenjaga keamanan di sekitarkampus. Tapi itu cacat proses.Mestinya ada dialog dulu antaraUR dengan warga, mahasiswa, stafpengajar, atau karyawan.

Dari kelemahan itu, wajar bilakemudian muncul reaksi kerasberupa penolakan dari wargamasyarakat Bina Krida danBangau Sakti, serta mahasiswa.Pertimbangan mereka, UR punya

banyak fasilitas umum, sepertimasjid, balai kesehatan, TK, danakan dibangun hospital akademik.Tentu harus ada akses jalanalternatif yang memungkinkanmahasiswa dan masyarakat sebagaipengguna sarana tersebut.

Salah satu alternatif solusiyang bisa diberikan, yaknimembuka akses kedua jalan ituuntuk pejalan kaki dan sepedamotor. Karena saat ini banyakmahasiswa yang menggunakansepeda motor. Terima kasih.

Adi HamdaniKetua BEM UR

Dilema Tutupnya Dua Pagar

Redaksi menerima tulisan,asal sesuai dengan misi persmahasiswa. Tulisan berupanaskah asli, karya orisinil,belum pernah dipublikasikandi media massa manapun, dandiketik rapi dua spasi. Redaksiberhak melakukan pe-nyuntingan sepanjang tidakmengubah hakikat dan maknatulisan. Bagi tulisan yangtidak dimuat akan menjadimilik redaksi

STT: Surat Keputusan Menteri Penerangan RI No.1031/SK/Ditjen PPG/STT/1983. ISSN:0215 -7667 Penerbit: LembagaPers Mahasiswa Bahana Mahasiswa UR. Penasehat: Prof.Dr Ashaluddin Jalil, M.S (Rektor Universitas Riau). Drs.Rahmat, MT (Pembantu Rektor III Universitas Riau).Pemimpin Umum: Made Ali Pemimpin Redaksi:Aang AnandaSuherman Pemimpin Perusahaan: Lovina BendaharaUmum: Lovina Sekretaris Umum: Lovina Litbang: ErlianaRedaktur: Lovina Reporter: Erliana Fotografer: Aang AnandaSuherman Artistik/Lay Out/Ilustrator: Ari Mashuri MSAlamat Redaksi/Tata Usaha/Iklan: Kampus Universitas RiauJl. Pattimura No.9 Pekanbaru 28131 Telp.(0761) 47577 Fax(0761) 36078. Dicetak pada: PT. Riau Pos GraindoPekanbaru. Isi di luar tanggung jawab percetakan.

email: [email protected]. facebook: bahana mahasiswa

Page 4: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 20104

Sempena

Pernyataan tamunegara buat Dafit ingin

belajar keroncong.

DAFIT MARPAUNG. Mahasiswa‘08 Bahasa Inggris Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan (FKIP) UR.Awal Agustus 2010. Riau Televisi(Rtv), peringati ulang tahun Riau ke-53 di Gedung Juang 45 Pekanbaru.Dafit salah satu penyanyinya.

Ia tampil bersama grup musikorkestra. Mereka nyanyikan tembang-tembang Melayu. Dafit bawakan laguberirama keroncong saat itu.

“Aku sangat sukakeroncong,” kata

Dafit. Bahkan, iabisa masuk ke

UniversitasRiau (UR),berkat keron-cong. Ia ma-suk UR me-lalui jalur

PMP (Penelusuran Minat danPrestasi).

lll

Dafit mulai tertarik dengankeroncong saat ikut lomba di istananegara. “Lomba paduan suara.”Lomba itu se-Indonesia, antar pelajardan mahasiswa. Ia masih SMA kala itu.Di grup paduan suara, ia ‘pegang’suara bass. “Kadang-kadang bantutenor juga.”

Dafit salah satu perwakilan terbaikdari Riau. Beberapa tamu mancanegarapuji penampilannya. “Orang Indonesiapandai bernyanyi keroncong, pasti kamujuga bisa,” ujar seorang tamu negara.Tapi ia tak bisa. “Kalau seriosa saya bisa,”kata Dafit saat itu.

Pernyataan itu buat Dafittertantang. Masih di istana, ia mintadiajarkan nyanyi keroncong. “Agaksusah. Tapi saya suka tantangan. Lagipula keroncong musik asal Indonesia,”kata Dafit.

Di istana pula ia dapat informasi,dalam waktu dekat, ada seleksipenyanyi. Yang bikin Radio RepublikIndonesia (RRI) pusat. Seleksi ini takkhusus buat penyanyi keroncong.“Saya bertekad ikut dan membawakanlagu keroncong.” Tiba di Pekanbaru,Dafit langsung mencari pelatihkeroncong.

Tukijo Harjo Prawiro. Ia pelatihkeroncong Dafit. “Guruseriosa aku yang kenalkan.”

Dafit tak lama belajarkeroncong dengan Tukijo.

Hanya dua bulan.Saat kontes tiba. Dafit ikut

seleksi di Pekanbaru. Lolos. Ikutlagi seleksi tingkat Riau. Lolos juga.

Ia pun mewakili Riau ikut seleksitingkat nasional. Seleksi dilakukan Juni2008 di Istana Bogor. Umurnya 17tahun saat itu.

Ada 22 peserta ikut kontes. Dafiturutan 8. Saat tampil, ia bawakan

lagunya Gesang berjudul Bumi EmasTanah Air. Selain Gesang, Dafit jugaidolakan Sundari Sukoco dan TotoSalmon.

Tiba pengumuman juara. Juaratiga, dua, dan satu. “Saat juara satumau diumumkan, aku malah sibuk carinomor pesertaku yang lepas.” Dannama Dafit terpanggil. “Kaget. Taknyangka. Tak ada feeling bisa juara.”

Ya, Dafit Marpaung meraih juarapertama di kontes tingkat nasional itu.Dan ia bawakan lagu keroncong.Aliran musik yang belum lamadipelajarinya. Begitu namanya disebutsebagai juara pertama, semua tamulangsung menyalaminya. “Mulai daritamu negara, para menteri, danundangan lainnya,” ujarnya bangga.

lll

Selain seriosa dan keroncong, jazz,Dafit bisa balad, pop, R&B, melayu,dangdut, sampai khasidah. “Tapikeroncong tersulit.” Bagi Dafit,bernyanyi keroncong perlu teknikvokal yang baik, instrumen musiklengkap dan bersatu, serta butuhketelitian, kecermatan, danpenghayatan tinggi dari penyanyinya.

Meski tersulit—dari sekian banyakaliran musik yang dikuasai—Dafitpaling suka keroncong. “Syairnya unik,iramanya klasik, lagunya khas dantradisional.” Yang paling susah darikeroncong, “Cengkoknya.”

Berbagai prestasi ia raih. Diantaranya Peringkat lima Peksiminas(Pekan seni mahasiswa nasional),pemeran terbaik lomba teater se-In-donesia, juara dua lomba syair se-Riau,dan juara satu paduan suara gerajawinasional di Samarinda.

lll

Dafit sungguh suka keroncong—aliran musik yang jarang disukai anakmuda. “Di Malaysia, keroncong sangatdigemari. Selalu jadi pengiring disetiap acara kerajaan. Sungguhsayang, di negeri keroncongberasal, responnya sangatminim.”

Keinginan terbesarDafit, buat grup paduansuara dan komunitasseni tradisional diFKIP UR. ***

Oleh Ahlul Fadli

Ilustrasi: Ari MS

Page 5: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 2010 5

Seulas Pinang

PEMILIHAN dekan telah usai.Bahkan sudah sepuluh bulan berlalu.Soalannya, sampai kini Prof. BustariHasan, dekan terpilih, belum jugadilantik. Sudah lama memang. Duabulan lagi genap setahun. Apa pasal?

Pasal utama karena munculnyasurat Inspektorat JenderalKementerian Pendidikan Nasional,Jakarta. Surat yang dikirim melaluiRektor UR, Prof Ashaluddin Jalil,memaparkan hasil audit khususdugaan penyimpangan prosespemilihan Dekan Faperika URperiode 2010-2014. Kesimpulannya,inspektorat merekomendasikanFaperika lakukan pemilihan ulang.

Ada empat pertimbanganinspektorat—berdasarkan temuanyang didapatnya. Pertama, soal Jasrilsebagai anggota senat utusan pegawai,pemilihannya tak melalui rapatpegawai. Soal status Deni Elfizon ikutpemilihan saat tugas belajar. Soal lobi-lobi selama pemilihan. Soal suratperjanjian antara Prof. Bustari danProf. Dewita Bukhari.

Bustari selaku dekan Faperikagelar rapat senat guna menjawab suratrekomendasi inspektorat. Hasilnya,senat sepakat tolak pemilihan ulang.Hasil lainnya, desak rektor lakukanpelantikan dekan.

Namun sampai kini, ProfAshaluddin belum juga melantikdekan Faperika. Ia katakan semuasedang dalam proses. “Kita sedangbicarakan dengan kementerian. Kita

kan tidak sendiri, institusi ini beradadi bawah kementerian,” katanya.

Yang jadi soal, mengapa suratinspektorat bisa muncul? Dari manaia tahu, ada ketidak beresan dalampemilihan dekan Faperika? Jawabnyakarena datang surat kaleng yangdikirim ke inspektorat. Berbekal suratkaleng, mereka turun ke Faperika.Hasilnya, dua dari empat dugaan ituterbukti. Yang terbukti soal DeniElfizon dan surat perjanjian.

Surat perjanjian ada karena terjadilobi sana-sini selama jeda antarapemilihan putaran pertama dan kedua.Jeda hingga 1,5 jam. Itu membuat paracalon dekan dan tim pendukungnyaleluasa lakukan lobi. Ketua pemilihandekan salah dalam hal ini. Namun iamengaku hanya beri jeda 15 menitsambil siapkan surat suara. “Merekalangsung bilang 1 jam dan keluarruangan. Saya akui ketidak tegasansaya,” aku Ridwan Manda Putra, ketuapemilihan. Dari masa jeda itulah terjadilobi hingga muncul surat perjanjian.

Rupanya, selain surat perjanjian,ada kejanggalan lain. Itu tergambarsaat rapat senat 22 September tentangpenolakan pemilihan ulang DekanFaperika. Rapat itu tak mengundangProf. Yusni dan Prof. Bintal di rapatsenat, padahal mereka anggota senataktif. Rapat itu malah undang Prof.Adnan yang ‘abu-abu’ sebagai PNS.Trik lain, empat wakil dosen sudahhabis masa jabatannya sebagai wakilsenat, tapi ikut rapat.

Kejanggalan lain; empat ketuajurusan sudah dua bulan dipilih,namun belum di-SK-kan. EniSumiarsih diangkat jadi Kajur ProdiMSP tak melalui pemilihan, langsungditunjuk dekan. Ternyata Eni danBustari sama-sama orang Kampar.Ada pula pemilihan kajur BDP sampaidua kali. Kajur yang terpilih dipemilihan pertama dianulir dekan.

Bagaimanapun, jika ini intrikuntuk merebut kekuasaan, tentu tidakdibenarkan di ranah pendidikan.Namun mengatasi masalah yangterlanjur basah ini, diperlukanketegasan rektor. Karena semuamemang tergantung rektor.

Husnu Abadi, pakar Hukum TataNegara menilai, ini otoritas kampus.Inspektorat hanya merekomen-dasikan, tak berhak membatalkan.Konsekuensi yang harus ditanggungrektor, bila ia melantik, lalu ada yangprotes melalui pengadilan tata usahanegara, ia akan kena gugat. Namun bilarektor tak juga melantik dalam waktuempat bulan, dan pihak Bustarimenyatakan rektor menolak meng-SK-kan dekan terpilih, maka rektorakan dianggap melanggar aturan yangada. Ia juga bisa dituntut. Di sini,rektor harus tegas mengambil sikap.Bila tidak, mahasiswa akan kenadampaknya.

Ayo Prof. Ashaluddin, tunjukkansikapmu! ***

Menanti Sikap Rektor

Internet

Page 6: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 20106

HARI ke dua puluh bulan Januari.Pagi sebelum berangkat ke

kampus, Thamrin menghubungiRifardi via telepon. “Kalau pemilihannanti hasilnya draw, situ kemanalarinya? Seandainya saya draw denganincumbent, saya minta tolong lahdipilih,” pinta Thamrin. “Ok,” jawabRifardi.

Thamrin sudah bisa menebakjumlah suara yang akan didapatnyananti. Satu hari sebelum pemilihan, iasudah lihat peta kekuatan. “Saya akandapat 11 suara. Suara yang akanberubah suara incumbent. Suara saya takakan berubah,” kata Thamrin.

Tak hanya Thamrin, AprizalTanjung, pendukung Dewita Bukhari,juga sudah memperkirakan suaraDewita. Sebelum berangkat kekampus untuk memberikan hak suara,semua sudah diperkirakannya. “Suarasetelah pemilihan 11-11-8. Bustari danThamrin imbang, Dewita 8 suara,”ujarnya.

lll

Di Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan (Faperika) Universitas Riau(UR). Pukul 09.00, semua anggotasenat Faperika sudah berkumpul diruang Atlantik, Gedung DekanatLantai Dua. Jumlahnya pas 30 orang.Di ruang itu akan diadakan rapat senatterbuka dalam rangka pemilihan dekanFaperika periode 2010-2014. Tiga or-ang maju; Bustari Hasan, Thamrin,dan Dewita Bukhari.

Para anggota senat duduk sesuainomor urut yang telah disediakan.Guru besar di deretan terdepan.Ketiga panitia pemilihan dekan;Ridwan Manda Putra (ketua), Jasril(sekretaris), dan Syahrul (anggota)duduk berhadapan dengan guru besarderetan terdepan itu. Di depan sebelahkanan, duduk Ketua Senat, BustariHasan.

Aprizal Tanjung, anggota senatdari wakil dosen Ilmu Kelautan dudukbersebelahan dengan Usman Tang.“Kalian menang,” bisik Tanjung ditelinga Usman. “Masak iya?” tanyaUsman tak percaya. “Iya, tapi berduasama incumbent. Suaranya 11-11-8.”

Ridwan Manda mengawali prosespemilihan dengan membacakan tatatertib pemilihan. Kotak suara

dikosongkan dan diletakkan ke depanruangan. Lembar suara berada di atasmeja. Satu per satu anggota senatmulai maju setelah dipanggil panitia.Bustari mengawali pencontrengan.Disusul Ridwan Manda, SekretarisSenat. Berikutnya Pembantu Dekan(PD) I, II, III, dan IV. Dilanjutkan paraguru besar. Terakhir giliran anggotasenat utusan mahasiswa.

Setelah semua selesai mencontreng,acara berlanjut ke penghitungan suara.Jasril menuliskan hasilnya di papan tulis.Ia memberi turus di setiap nama yangkeluar dari surat suara. Ridwan Mandamembuka dan membacakan namayang dicontreng pada surat suara.Sambil membaca, surat suara diangkatdan dilihatkan ke seluruh hadirin. Adapula dua orang yang jadi saksi jalannyapenghitungan suara. 

Sekitar pukul 11.00, suara selesaidihitung. Hasilnya, 11 suara untukBustari, 11 suara untuk Thamrin, dan8 suara untuk Dewita—sesuai prediksiTanjung. Usai itu, Ridwan Mandalangsung ambil alih forum. Ia tawarkanjeda 15 menit sembari menyiapkankertas suara baru. Namun munculusulan jeda satu jam. Banyak suara lainberi usulan sama. Belum sempatdiputuskan, mereka sudahmembubarkan diri. “Ok ya, satu jam,”kata mereka serempak sembariberjalan keluar ruangan.

“Maksud saya jeda di dalam

Lobi-Lobi ProfesorHasil pemilihan Dekan Faperika

sempat draw. Lobi-lobi jabatan jadisolusi.

Oleh Giovani Gabreli

Laporan Utama

Jurusan PSP--di ruangan initerjadi lobi-lobi saat pemilihanDekan Faperika berlansung.

foto: Aang BM

Page 7: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 2010 7

ruangan saja sembari panitia siapkansurat suara,” kata Ridwan Manda.“Memang saya tak tegas di situ. Sayaberada pada posisi sulit,” akunya.

Sekitar pukul 13.00, ketua panitiapanggil para anggota senat kembali keruangan pemilihan. Segala keperluanpemilihan sudah disiapkan. Kertassuara baru sudah ada, terpampang duacalon, Bustari Hasan dan Thamrin.          Pemilihan putaran kedua dila-kukan. Diawali dari utusan mahasiswa,terus berlanjut hingga ketua senat.Setelah semua sudah dapat giliranmemilih, dilakukan penghitungansuara. Bustari berhasil ungguliThamrin. Selisihnya 4 suara; BustariHasan 17 suara dan Thamrin 13 suara.

Sidang senat terbuka dalam rangkapemilihan dekan usai. Bustarimenutup sidang. Dalam pidatonya, iakatakan agar yang menang dan yangkalah saling mendukung.

lll

Saat jeda. Di depan ruang Atlantik,Thamrin berpapasan dengan Rifardi.Ia kembali minta dukungan. “Kamiakan bantu sampean,” jawab Rifardi. 

Masing-masing tim pendukungcalon berkumpul. Tim Dewitaberkumpul di ruangan JurusanPengelolaan Sumberdaya Perairan(PSP). Tim Thamrin berkumpul diruangan Jurusan Sosial EkonomiPerikanan (SEP). Tim Bustari Hasanberkumpul di ruangan dekan.

Proses lobi dimulai. Diawali olehAprizal Tanjung dan Rifardi—pendukung Dewita. Mereka menda-tangi Bustari di ruangan dekan.Mereka bernegosiasi di sana. Tanjungdan Rifardi beri syarat bila Bustariingin mereka pilih. Syaratnya, kalau

Bustari menang, semua pembantudekan (PD) harus dari tim Dewita.Bustari minta waktu berpikir danberunding dengan timnya.

Sembari menunggu, Tanjung danRifardi mendatangi Thamrin diruangan SEP. Mereka bernegosiasipula. Tanjung dan Rifardi ajukan syaratyang sama. Bila Thamrin menang,semua PD harus dari kelompokDewita. Beda dengan Bustari yangpikir-pikir dulu, Thamrin langsungmenolak. “Kami sudah punyakabinet,” kata Thamrin.

Karena ditolak, Tanjung danRifardi kembali ke ruangan dekan,menjumpai Bustari. Tawaran keduatim Dewita ini sama, semua jabatanPD dari kelompok mereka. AkhirnyaBustari minta satu jabatan PD sajauntuknya, PD IV. Mendapat tawaranitu, Tanjung dan Rifardi kembali keruang PSP, berembuk bersama timnya.

Sedang asyik berembuk, Thamrindatang ke ruang PSP. Thamrin ajukansyarat berbeda. Dua PD dari kelom-pok dia dan dua PD lagi dari kelom-pok Dewita, namun dia yang memilih.Kelompok Dewita keberatan. SetelahThamrin pergi, Bustari datang keruang PSP. Ia menanyakan jawabandari syarat yang diajukannya. TimDewita akhirnya sepakat dengantawaran Bustari, tiga PD dari timnyadan satu PD dari tim Bustari. Usaididapat kesepakatan, Bustari keluardari ruangan PSP.

Sementara di samping gedungdekanat Faperika, terpampang balihoberukuran besar. Di sana dipajangwajah Thamrin sebagai DekanFaperika, Sofyan Husin Siregar sebagaiPD I, Firman Nugroho sebagai PD

II, Ridwan Manda Putra sebagai PDIII, dan Pareng Rengi sebagai PD IV.

Semua calon dipilih berdasarkapasitasnya masing-masing. Thamrinmengaku sudah melihat kompetensicalon-calon yang diusungnya. Sofyanberhasil membawa Jurusan IlmuKelautan meraih predikat jurusan terbaikse-Indonesia. Firman berhasil membuatJurusan SEP berakreditasi A. RidwanManda sudah terbukti kualitasnyadengan berpuluh tahun membantuLembaga Pengabdian Masyarakat UR.Sedangkan Pareng Rengi, keaktifannyadi bidang kerjasama tak diragukan lagi.“Saya yakin saat mengusung mereka,”kata Thamrin. “Baliho itu hanya inginmenunjukkan konsistensi kami,” tegasSofyan.

Kembali ke tim pendukungDewita. Mereka berjalan beriringandari ruang SEP, kembali ke ruangpemilihan. Tanjung berjalan di posisidepan. Tanjung mengaku, saat itubanyak tim-nya ke Thamrin. “Kaliantak pikirkan aku,” kata Tanjung. Semuakaget mendengar ucapan Tanjung. 

Mereka berembuk kembali dansepakat pilih Bustari. Untukmeyakinkan Bustari akan pakai calonyang mereka usung, mereka sepakatbikin surat perjanjian. Isinya, bilaBustari terpilih, ia akan pakai tiga calonPD dari tim Dewita. Surat ditandatangani Bustari, Deni Elfizon sebagaisaksi pihak Bustari, dan SoeardiLoekman, saksi Dewita. SedangkanDewita tak ada tanda tangan. “Sayasaja tak pernah lihat suratnya,bagaimana mau tanda tangan,”ujarnya. Akhirnya dari 8 suara Dewita,6 suara pilih Bustari dan 2 suara pilihThamrin. lovina

Prof. Dewita Bukhari.Prof. Thamrin.Prof. Bustari Hasan.

Tiga calon padapemilihan Dekan Faperika.

foto:

Aang

BM

foto:

Aang

BM

Istim

ewa

Page 8: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 20108

SEPUCUK surat terletak di mejakerja Sofyan Husin Siregar,Ketua Jurusan (Kajur) Ilmu

Kelautan (IK) Fakultas Perikanan danIlmu Kelautan (Faperika) UniversitasRiau (UR). Rabu, 22 September 2010.Surat bernomor 04/H19.1.27/Senat/2010 itu berbunyi pembahasan suratrektor Nomor 1379/H19/KP/2010.Surat rektor tentang pemilihan ulangdekan Faperika.

Keluarnya surat rektor, terkaitsurat dari wakil sementara InspektoratJenderal Kementerian PendidikanNasional Nomor R.817/B.Inv/WS/2010 tanggal 23 Juni 2010 tentanghasil audit khusus atas dugaanpenyimpangan proses pemilihandekan Faperika UR periode 2010-2014.

“Tapi tak ada dilampirkan suratinspektorat,” kata Sofyan sambilmelihatkan surat undangannya.“Harusnya ada, kan rektor keluarkansurat sehubungan dengan datangnyasurat inspektorat,” logika Sofyanbermain. Karena itu Sofyan tak tahuhal apa saja yang diaudit inspektoratdan apa hasil auditnya.

Dalam suratnya, inspektoratmerekomendasikan pembatalan hasilpemilihan dekan Faperika dan segeralakukan pemilihan ulang. Kedua,panitia pemilihan calon dekan me-nyempurnakan tata tertib pemilihankhususnya tentang keabsahan anggotasenat yang dapat memilih dan waktujeda antara pemilihan putaran pertamadengan putaran kedua. Ketiga,meminta Bustari Hasan bikin suratpernyataan secara tertulis tak akanmengulangi perbuatan di luarkewenangannya.

Tanggal 22 September tiba. Pagiitu, setelah semua anggota senatfakultas hadir, rapat dibuka olehBustari Hasan, dekan Faperika terpilih.Rektor juga hadir. Tiba-tiba Sofyanacungkan tangan. “Mengapa takdibagikan surat inspektoratnya,” tanyaSofyan. Rektor heran, lalu bertanya keBustari. “Sudah saya suruh Jasrilfotokopi,” kata Bustari. Jasril adalahanggota senat utusan pegawai. LaluJasril pergi fotokopi surat inspektoratitu. Lima belas menit kemudiandiedarkan ke seluruh anggota senat.

Rapat dilanjutkan kembali.Sekitar 15 menit, rektor bicara soal

datangnya surat inspektorat. Daribeberapa narasumber yang BMwawancarai, saat itu rektor jugamenanggapi soal surat kaleng yang

direspon inspektorat. Menurutnya, takmungkin inspektorat menanggapisurat kaleng itu jika tak ada muatankasusnya. Soal putusan pemilihanulang, ia serahkan sepenuhnya padasenat fakultas. Setelah rektor pergi,

Oleh Lovina

Bustari Hasan, pemenang pemilihan DekanFaperika belum juga dilantik. Empat kejanggalandiusut inspektorat. Masih ada masalah lain.

Tersandung MasalahUsai Juara

Laporan Utama

Page 9: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 2010 9

rapat dilanjutkan. “Jadi bagaimana soalpemilihan ulang ini?” tanya Bustarimemimpin rapat.

Muncul beberapa argumen paraanggota senat. Muchtar Ahmadmempertanyakan dasar hukum in-spektorat minta pemilihan diulang.Beberapa senator lain menanyakanberapa besar kekuatan senat fakultasbila rekomendasi pemilihan ulangditolak. Sekitar 10 menit para senatorsaling beri argumen. Suasana rapatagak riuh. Bustari langsung bicara,“Jadi pemilihan ulang ini kita terimaatau tolak?” tanyanya. Suasana kembalihening. Semua diam. “Tolak,” satusuara. “Tolak,” suara kedua. “Ok,pemilihan ulang ditolak,” kata Bustari,sambil mengetuk palu ke meja tiga

kali. Menurut Bustari, saat itu pesertatak ada yang bicara.

Firman Nugroho, Kajur SosialEkonomi Perikanan (SEP) acungkantangan, ingin berkomentar. Namun takdiizinkan Bustari. Sofyan yang hendakacungkan tangan pun mengurungkanniatnya. “Sebetulnya saya ingin tanyaapakah dengan ditolak masalahnyaselesai? Tapi tak sempat ngomong, yasudah,” tutur Sofyan.

Setelah itu ketua senat usul bentuktim khusus guna menjawab suratrektor. Usulan diterima. Tim lima or-ang. Meliputi; Feliatra sebagai ketuatim, serta Adnan Kasry, Bustari Hasan,Rusliadi (wakil dosen Jurusan BDP—Budidaya Perairan), dan RidwanManda Putra (wakil dosen JurusanMSP—Manajemen SumberdayaPerairan) sebagai anggota. Lalu rapatyang berlangsung sekitar 1,5 jam ituditutup. Semua anggota senat bubar,kecuali tim khusus tadi. Merekadiskusi mengonsep jawaban untukrektor.

Tim menuliskan tiga poin untukmenjawab surat rektor. Intinya,anggota senat sepakat dekan terpilihtetap Bustari Hasan, anggota senatsepakat menolak pemilihan ulang, dananggota senat sepakat meminta rektorsegera melantik dekan terpilih.Jawaban tim ini juga ditembuskan keInspektorat Jenderal KementerianPendidikan Nasional.

“Itulah hasil rembukan tim, sesuairapat,” kata Adnan Kasry. “Ya, kira-kira intinya seperti itu,” sebut RidwanManda. Namun, menurut Thamrin,salah satu calon saat pemilihan,“Karena tim itu dibentuk senat,harusnya hasil itu dibicarakan lagi dirapat senat.” Tapi Bustari berpendapatlain. “Tim itu kan bentukan senat,artinya sudah representatif dari senat,”kata Bustari.

Mendengar tiga poin jawaban tim,Usman Tang tak terima. “Tak ada itu.Hasil rapat hanya menyepakatimenolak pemilihan ulang, itu saja,”kata guru besar Budidaya Perairan(BDP) itu. “Memang tak ada, tapikalau dilogikakan kan seperti itujadinya. Sudah otomatis,” ujar Syahrul,wakil dosen Teknologi HasilPerikanan (THP). Ketika ditanya,Dewita Bukhari mengaku lupa.

“Nggak ingat lagi, udah lama. Tapiintinya memang menolak (pemilihanulang, red),” kata calon dekan Fsprtikaitu. Namun mereka mengakui belumdapat dan belum baca isi jawaban timyang sudah dikirim Bustari ke rektortanggal 27 September 2010.

lll

“Saya pikir rapat 22 September ituada intervensi. Keputusan yangdiambil terkesan buru-buru. Sepertidigiring untuk menolak pemilihanulang,” kata Sofyan yang dijumpai diruangannya, 18 Oktober. “Seharusnyarapat yang dewasa tidak seperti itu.Dijelaskan dulu poin per poin darisurat inspektorat itu, apa masalahnya.Biar semua jelas dan orang pun takbingung. Jujur saya sendiri bingungmau ambil keputusan apa waktu itu.Ditambah lagi surat inspektorat barudibagikan saat rapat. Gimana maudipelajari,” terangnya.

Surat Inspektorat dibuat berda-sarkan adanya dugaan penyimpanganproses pemilihan dekan Faperika URperiode 2010-2014. Juga berdasarkanpada surat tugas Inspektorat JenderalKemendiknas Nomor 59/R/Inv-Itjen/V/2010 tanggal 3 Mei 2010.Berikut hasil auditnya.

Dugaan dekan Faperika menya-lahgunakan kewenangannya dalammenetapkan anggota senat Faperikadari unsur pegawai tidak terbuktikebenarannya. Pengangkatan Jasrilmengacu pada SK Rektor UR soalketentuan keanggotaan senat fakultasdan wakil tenaga administrasi. “Diasaya tunjuk jadi wakil senat unsurpegawai, tapi atas persetujuan parakasubag. Mawardi (Kepala Tata Usaha)juga mendukung. Golongannya jugamemenuhi syarat, apa lagi? Karenaitulah di surat inspektorat kasus Jasriltak terbukti kebenarannya. Memangsudah atas persetujuan para kasubag,”jelas Bustari.

Waktu itu, cerita Bustari, anggotasenat dari unsur pegawai, Syaifullah,sudah pensiun. Belum ada pengganti.Akhirnya Bustari tunjuk Jasril. Setelahitu ia panggil para kasubag (kepala subbagian) ke ruangannya. YuslinarKasubag Kepegawaian, NurbainiZainal Kasubag Umum danPerlengkapan, serta T. Yudi Hadi-wandra Kasubag Akademis. “Mereka

foto: Aang BM

Prof. BustariHasan saatdiwawancari kruBM beberapawaktu lalu.

Laporan Utama

Page 10: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 201010

setuju. Saya panggil juga Mawardi. Diasetuju juga. Ya sudah,” kata Bustari.Yuslinar membenarkan cerita Bustari.“Biasanya memang melalui pemilihanpara pegawai. Tapi waktu dekanpanggil kami ke ruangannya, dia bilangsudah tunjuk Jasril. SK-nya juga sudahada. Ya mau gimana lagi,” kata Yuslinar.SK Jasril sebagai anggota senat dariunsur pegawai berlaku sejak Januari2009.

Dugaan kapasitas Deni Elfizonsebagai anggota senat Faperika dalamproses pemilihan dekan menyalahiketentuan yang berlaku, terbuktikebenarannya. Deni sedangmenjalani program S-3 diUniversitas Padjajaran,Bandung. Ia juga sudahterima surat tugas belajarberdasarkan SK RektorUnri Nomor 3623/H19/AK/2009 tanggal 3Agustus 2009. Isinya,selama proses pembelajaranDeni dibebaskan dari tugas-tugas akademis danstruktural.

Keikut sertaannya saatpemilihan dekan Faperikatelah melanggar PeraturanMenteri Pendidikan Nasio-nal Nomor 67 tahun 2008pasal 13 poin (i). Bunyinya,“Pimpinan perguruan tinggi danpimpinan fakultas diberhentikan darijabatannya karena sedang menjalanitugas belajar atau tugas lain lebih dari6 bulan.” Ia juga melanggarPermendiknas Nomor 48 tahun 2009pasal 1 ayat 20, “Pembebasan semen-tara dari tugas-tugas jabatan fungsionaladalah pembebasan sementara PNSdari tugas-tugas jabatan fungsionalnyakarena melaksanakan tugas belajarlebih dari 6 bulan.” Dan ayat 21,”Pemberhentian dari jabatan strukturaladalah pemberhentian PNS darijabatan strukturalnya karenamelaksanakan tugas belajar lebih dari6 bulan.”

Ketika dikonfirmasi, Deni Elfizonmengakui statusnya dalam masa tugasbelajar. “Tapi saya ambil program byriset.” Artinya, ia hanya meneliti untukmenyelesaikan S-3, tak banyak teori.“Teori hanya satu mata kuliah, kan bisa

sambil jalan. Penelitiannya pun di sini.Jadi saya tak perlu pergi ke sana(Bandung, red). Sambil meneliti sayajuga bisa selesaikan kerjaan dikampus,” aku Deni. Jadi, anggapannya,tak jadi soal bila dirinya ikut memilihsaat pemilihan dekan. Sebagian besaranggota senat Faperika juga berpikiransama saat itu.

“Mereka tidak keberatan waktusaya mengusulkan Deni ikutpemilihan,” kata Bustari. Pertim-bangan utama Bustari karena Deniikut memilih saat pemilihan rektor UR20 November 2009. Deni wakil

Faperika di senat universitas. “Saat ituia juga sudah tugas belajar. Mengapatak ada yang mempermasalahkan?Kenapa justru di pemilihan dekan inidipermasalahkan?” tanya Bustari takterima. Namun karena keikut sartaanDeni, inspektorat, melalui surat yangdikirimnya berpendapat, “Hasilpemilihan calon dekan Faperikaperiode 2010-2014 dianggap cacatdemi hukum.”

Dugaan calon dekan nomor urutsatu (Bustari Hasan) sengaja mengulurwaktu jeda antara pemilihan putaranpertama dengan putaran kedua untukmendapat keuntungan di pihaknyatidak didukung bukti yang kuat. Alasanutama, tata tertib pemilihan calondekan Faperika tak mengatur waktujeda antara pemilihan putaran pertamadengan putaran kedua. Ia hanyamengatur waktu jeda antara pemilihanputaran kedua dengan putaran ketiga.

“Ya, itu betul,” tegas Ridwan MandaPutra, Ketua Panitia pemilihan dekanFaperika.

Namun Ridwan mengakui ketidaktegasan sikapnya dalam hal ini.“Memang saya tidak tegas saat itu. Sayaakui,” katanya. “Saya hanya beri waktu15 menit untuk siapkan surat suara.Tapi peserta sepakat satu jam. Untukmenyiapkan surat suara.”Kenyataannya, sidang senat dalamrangka pemilihan dekan Faperika itumolor hingga 1,5 jam. “Wajarlah. Or-ang mau istirahat dulu. Ada yang maumakan siang, mau sholat,” kata Adnan

Kasry.Dugaan adanya politik

dagang sapi antara calondekan nomor urut satu(Bustari Hasan) dengannomor urut tiga (DewitaBukhari) yang dituangkandalam perjanjian tertulisbermaterai terbukti kebe-narannya. Surat perjanjiantertulis itu dipegangSoeardi Loekman, dosenTHP Faperika. Ia diper-caya menyimpan surat itu.Namun saat inspektoratdatang, memeriksanya, danmenanyakan soal suratperjanjian, “Saya kasihkansama inspektorat.”

Surat itu berisi janji Bustari akanmengangkat tiga orang pendukungDewita Bukhari sebagai pembantudekan I, II, dan III bila yangbersangkutan menjadi dekan FaperikaUR periode 2010-2014 serta kesediaanyang bersangkutan dituntut sesuaiketentuan yang berlaku bila tidakmemenuhi janjinya.

Isi surat itu tak sesuai denganPermendiknas Nomor 67 tahun 2008pasal 6 ayat 1, “Bakal calon dekan pal-ing sedikit 3 nama calon dan bakalcalon pembantu dekan paling sedikit2 nama calon.” Juga ayat 2,“Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara pemilihan bakal calon seba-gaimana dimaksud pada ayat 1ditetapkan oleh senat fakultas.”

“Dekan terpilih cuma berhakmemberi usulan nama pembantudekan atas pertimbangan senatfakultas dan yang menetapkan itu

“Saat itu (pemilihanRektor) ia juga sudah

tugas belajar.Mengapa tak ada yangmempermasalahkan?

Kenapa justru dipemilihan dekan inidipermasalahkan?”

Laporan Utama

Page 11: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 2010 11

rektor. Takutnya jadi masalah kalaupembantu dekan yang terpilih taksesuai dengan surat pernyataan itu,”kata Usman Tang.

Soal surat perjanjian, Bustariberkomentar, “Itu sudah biasa dalamdunia politik.” Ia justru protes soalrektor minta ia harus buat suratpernyataan tertulis yang isinya tak akanulangi perbuatan menanda tanganisurat pernyataan di luarkewenangannya. “Di luar kewenanganbagaimana? Posisi saya waktu itu kansebagai calon dekan. Jadi sah-sah saja.Itu kan bagian dari politik. Samadengan pihak Thamrin yang bikinbaliho besar-besar, memampangkankabinetnya, tapi tak ada yang protesmenyalahi aturan,” ujar Bustari.

Atas dasar itu para pendukungBustari menolak pemilihan ulangdekan Faperika. Itu mereka sampaikanke rektor lewat jawaban tim khususyang dibentuk saat rapat senat 22 Sep-tember. Namun hingga kini, rektorbelum juga melantik Bustari sebagaidekan terpilih—sesuai kesepakatananggota senat Faperika. “Sedangdibicarakan dengan kementerian.Institusi ini kan berada di bawahkementerian,” tegas Ashaluddin Jalil,Rektor UR.

lll

Polemik pemilihan dekan Faperikatak sampai di situ. Ada lagi kejanggalanyang dirasakan para anggota senatfakultas. Salah satunya, saat rapat senat22 September—penolakan pemilihanulang dekan Faperika. Ada yangmempertanyakan mengapa YusniIkhwan Siregar dan Bintal Amin takdiundang saat rapat, padahal gurubesar. Ada yang protes soal AdnanKasry yang berstatus abu-abu sebagaiPNS, namun hadir di rapat itu, bahkanbersuara lantang menolak pemilihanulang. Ada yang protes soal masajabatan beberapa wakil dosen di senatfakultas sudah habis, tapi masih aktifdan hadir di rapat senat 22 Septem-ber.

Ada juga yang protes soal masajabatan beberapa kajur yang mestinyasudah habis. Kajur baru sudah terpilih,namun belum di-SK-kan dekanhingga kini. Ada pula yang protes soalpemilihan Kajur MSP yang tak melalui

proses pemilihan di jurusan, tapilangsung ditunjuk dekan. Bahkan adayang protes soal pemilihan Kajur BDPsampai dua kali. Kajur terpilih pertamadianulir dekan. Terpaksa dilakukanpemilihan ulang. “Mungkin saja diatur.Tapi saya tak mau berprasangkaburuk,” kata Sofyan Husin Siregar.“Bisa jadi,” kata Firman Nugrohosingkat. “Itu saya nggak berani duga.Tapi kesan buru-buru waktu rapat ituada,” kata Ridwan Manda Putra.

Yusni dan Bintal tak hadir saatrapat 22 September. “Tak diundang,”kata mereka kompak. Merekadikukuhkan sebagai guru besar olehrektor pada 24 Juli. “Rapat senat direktorat kami sudah diundang,” kataYusni. “Anehnya,” sambung Bintal,“Tunjangan sebagai guru besar sudahdikasih, tapi saat rapat senat fakultastidak diundang.” Bustari punmenjawab, “SK mereka sebagaianggota senat fakultas belum keluar.”SK mereka baru dikeluarkan tanggal14 Oktober 2010.

Soal status PNS Adnan Kasry.Batas usia pensiunnya tercatat 30Agustus 2010. “Jadi statusnya abu-abu,” kata Aprizal Tanjung, anggotasenat dari wakil dosen Jurusan IK.Maksudnya, SK perpanjangan Adnansebagai PNS sedang diurus dan belumkeluar. “Harusnya tak diikutkan rapatkarena abu-abu,” terang Yusni.Namun Adnan berkata lain. “MemangSK perpanjangan saya belum keluar.Karena itu saya masih bisa aktifsampai SK yang baru keluar, apakahperpanjangan saya disetujui atau tidak.Kalau tidak, ya saya pensiun. Sayasudah senior di sini, jadi pahamlah soalaturan-aturan begini,” tegasnya.

Lalu soal masa jabatan wakildosen. Di SK kolektif anggota senatfakultas bernomor 313/J19.1.27/KP/

2007 tanggal 14 Maret 2007,tercantum nama Ridwan Manda Putra(wakil dosen Jurusan MSP), Syaifuddin(wakil dosen Jurusan PSP—Pengelolaan Sumberdaya Perairan),Syahrul (wakil dosen Jurusan THP),dan Rusliadi (wakil dosen JurusanBDP) sebagai anggota senat. Merekapun mengaku masih aktif sebagaianggota senat. “Habisnya samadengan kajur,” kata Syaifuddin.“Sampai 2011,” timpal Syahrul.“Nggak tau saya kapan habisnya, nggakingat saya. Yang jelas sampai sekarangsaya masih aktif sebagai anggotasenat,” ujar Rusliadi via ponsel.

Padahal masa jabatan wakil dosentingkat fakultas maupun universitasdiatur dalam SK Rektor Unri Nomor254/PT22.H/Q/1991 tanggal 24 Juli1991 tentang keanggotaan senat.Tepatnya di poin 5. Bunyinya, “Masajabatan anggota senat yang mewakilidosen adalah tiga tahun dan dapatdiangkat kembali.” Artinya, masajabatan Ridwan Manda, Syaifuddin,Syahrul, dan Rusliadi, seharusnya,sudah habis sejak 14 Maret 2010.

Kemudian masalah kajur. Adaempat kajur yang sudah habis masajabatannya pada 2 Juni 2010; SofyanHusin Siregar Kajur IK, FirmanNugroho Kajur SEP, Suparmi KajurTHP, dan Nuraini Kajur BDP. Sofyanmengaku sudah dua kali dapat suratperintah pemilihan kajur baru daridekanat. Surat pertama, mengingatkanpara kajur yang sudah habis masajabatannya pada bulan Juni untukmelakukan pemilihan kajur baru.“Tapi kami yang sudah habis masajabatan ini berunding dan sepakattidak melakukan pemilihan dulu,” kataSofyan. Ini diamini Firman. “Situasitidak memungkinkan waktu itu,”katanya dengan logat Jawa yang kental.

“Saya hanya beri waktu 15 menituntuk siapkan surat suara. Tapipeserta sepakat satu jam.”

Ridwan MandaKetua panitia pemilihan Dekan Faperika

foto:

Aang

BM

Laporan Utama

Page 12: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 201012

Minggu kedua Agustus, suratperintah pemilihan kajur baru datanglagi. Kali ini diberi deadline hingga 30Agustus. “Buru-buru lah kamimemilih. Makanya di tanggal 30 iturata-rata hampir semua jurusanmelakukan pemilihan kajur,” ujarSofyan.

Untuk Jurusan IK terpilih IrvinaNurachmi, Jurusan BDP terpilihMuliadi, Jurusan SEP terpilih EniYulinda, sementara Jurusan THP,Suparmi terpilih kembali. “Sudahterpilih sampai sekarang belumdilantik,” kata Sofyan. “Gak tau sayakenapa,” timpal Firman. MenurutYuslinar, Kasubag Kepegawaian,berkas pengajuan SK untuk para kajuryang baru terpilih sudah diusulkan kedekan. “Sudah di atas (di tangandekan, red), belum turun,” katanya.

Ada kejanggalan lain yangdijumpai Sofyan terkait masa jabatankajur. Surat tugas sebagai bukti dirinyamasih menjabat Kajur IK baruditerima awal Oktober. “Anehnyasurat dibuat tanggal 2 Juni. Mengapabegitu lama sampai ke saya?” tanyanyaheran. Sofyan lalu menghubungi Ita,staf bagian administrasi di jurusannya.Ita mengaku tak pernah menahansetiap surat masuk. “Katanya semuasurat-surat untuk saya langsungdiletakkan di meja saya. Saya tahubiasanya dia juga begitu,” ujar Sofyan.Tak hanya Sofyan, Firman punmenerima surat tugasnya setelah rapatsenat 22 September. “Rasanya baru-baru ini saya terima. Pokoknya setelahrapat itu,” jelasnya.

Soal pemilihan Eni Sumiarsih

sebagai Kajur MSP. “Sayamenggantikan Pak Toni Aprizal waktuitu. Ia pindah tugas ke Tanjung Pinang.Saya sekretarisnya, jadi menggantikan.Hanya pengganti antar waktu. Waktuitu juga sudah ada SK dekan baru.Karena ditugaskan dekan, sayajalankan. Toh dosen lain juga tak adayang protes.” Ketika ditanya lebih jauh,ia tak mau berkomentar. “Apa maksudkamu tanya-tanya tentang itu? Saya takmau lah kalau bahas soal itu. Sayabanyak keperluan lain. Mau ngajar danke lab. Sudah ya.” Ia pun keluar dariruangannya.

Adnan Kasry dan Ridwan MandaPutra, dosen MSP mengakuipemilihan Eni Sumiarsih sebagaiKajur MSP, pada 19 Oktober 2009,tak melalui pemilihan. “Kalau dari segiaturan ya salah,” tegas Adnan. “Sayasudah ingatkan juga waktu itu. Tapidia (dekan, red) tak mau dengar. SK-nya juga sudah dibuat, mau diapakanlagi,” kata Ridwan. Bustari, dekanFaperika mengatakan, “Tak ada itu(ditunjuk langsung dekan, red). Semuasudah melalui proses,” katanya.Begitupun komentar Deni Elfizon,dosen MSP. “Siapa bilang ditunjukdekan, melalui pemilihan kok,”katanya.

Soal pemilihan Kajur BDP.Tanggal 30 Agustus pemilihandilakukan. Ada tiga calon; Nuraini,Sukendi, dan Indra Suharman.Sukendi memenangkan pemilihan.“Karena dipercaya teman-teman, sayabersedia,” kata Sukendi. Namunsetelah pemilihan, Sukendi dipanggildekan. “Bagaimana dengan jabatan

PD I? Kamu kan masihmenjabat PD I?” kataSukendi menirukan per-kataan Bustari. Sukendi punberpikir ulang. “Saya pikiria juga. Waktu itu saya lupa.Mungkin itu kesalahan saya.Saking tak mau kecewakanteman-teman yang sudahmemilih saya,” ujar Sukendilagi. Karena itu, pemilihanulang dilakukan. CalonnyaMuliadi dan Indra Suha-rman. Akhirnya Muliaditerpilih sebagai Kajur BDP.

Firman Nugroho juga mendugaada intervensi Bustari dalam pemilihankajur baru, terutama Kajur SEP, EniYulinda. “Dia berpihak pada Bustari,”kata Firman. Karena itu pula, lanjutFirman, Bustari mendesak agar buru-buru lakukan pemilihan kajur baru—sebelum rapat senat 22 September.“Apalagi saya terang-terangan tak ber-pihak padanya (Bustari, red),” kataFirman. “Eni Yulinda itu yangdipanggil dekan sebelum pemilihan,”kata Febri Mayoka, anggota senatfakultas perwakilan mahasiswa.

Firman juga bilang Kajur THP,Suparmi, yang terpilih lagi, jugaberpihak pada Bustari. “Yang tidak keBustari itu Kajur IK, Irvina,” katanya.Sedangkan Kajur BDP, Muliadi,Firman tak tahu pasti. “Yang jelasposisinya fifty-fifty. Mugkin karena ituBustari belum juga keluarkan SKmereka,” analisa Firman.

Menurut Aprizal Tanjung, Bustariada ambisi untuk mempertahankankekuasaan. “Bustari ingin pertahankankekuasaannya, itu pasti. Dia kan incum-bent,” kata dosen IK itu. Tanjung, yangmengaku sering terlibat di beberapapemilihan kepala daerah sebagai timpemenangan, mengatakan telahmengetahui masalah ini akan terjadi.Telah memprediksi. “Saya sudah biasamemprediksi suara ratusan ribu orang.Masak cuma segini saja tak bisa.Apalagi hampir tiap hari kita bergauldengan mereka. Pasti kenal lah luar-dalam siapa mereka,” jelas Tanjung.“Eni Sumiarsih tu orang Bustari, sama-sama dari Kampar. Yusni dan Bintaltu dekat sama Thamrin. Bustari nggakmau ambil resiko,” terangnya. aang,*22

Laporan Utama

Suasana rapat senat Faperika, 22 September 2010

foto: Aang BM

Page 13: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 2010 13

Oleh Aang Ananda Suherman

Kartu Truf Sang RektorKasus pemilihan Dekan Faperika belum juga

tuntas. Rektor pegang kendali.

RUANG Dekan Fakultas Perikanandan Ilmu Kelautan (Faperika) Univer-sitas Riau (UR). Sabtu, 23 Oktober2010. Mesin pendingin udara bikinruangan dingin pagi itu. Alat tulis dimeja kerja tersusun rapi. Berkemejamotif kotak, Bustari santai mengutak-atik laptopnya.

Sepuluh bulan sejak terpilihnyaBustari sebagai dekan, 20 Januari 2010,Faperika belum punya dekan definitif.“Sekarang status saya penjabat dekan,”kata Bustari. “Jadi ya seperti dekanbiasa aktifitas saya.”

Menurut Ali Yusri, DekanFakultas Sosial dan Ilmu Politik(Fisipol), persoalan ini akan gangguproses belajar mengajar tingkatfakultas. Akan jadi polemik dikalanganmahasiswa, dosen, dan strukturalfakultas. “Ada bagian waktu yangterbuang bicarakan hal ini. Terciptakondisi yang tak kondusif. Jadimemang harus diselesaikan cepat,”kata Ali Yusri.

Melihat persoalan ini, AshaluddinJalil, Rektor UR, mengatakan semua

dalam proses. “Kita sedang bicarakandengan kementerian. Kita kan tidaksendiri, institusi ini berada di bawahkementerian.” Soal belum dilantiknyaDekan definitif, “Kita tunggulah, sayakan juga lama sebelum dilantik jadiRektor definitif.”

lll

Belum definitifnya Bustari sebagaiDekan Faperika, sehubungankeluarnya surat inspektorat nomorR.817/B.INV/WS/2010. Isinyaberupa hasil audit khusus dugaanpenyimpangan proses pemilihanDekan Faperika UR periode 2010-2014. (Lengkap; baca TersandungMasalah Usai Juara).

Lewat surat itu, inspektoratrekomendasikan beberapa poin padaRektor UR. Salah satunyamembatalkan hasil pemilihan DekanFaperika periode 2010-2014 dansegera lakukanp e m i l i h a nu l a n g .Berdasarkans u r a ttersebut,r e k t o r

melalui surat nomor 1379/H19/KP/2010 meminta pemilihan DekanFaperika diulang.

Bagaimana kekuatan suratinspektorat? Menurut Husnu Abadi,pakar Hukum Tata Negara (HTN),“Kita harus dudukkan dulu fungsiinspektorat,” kata dosen Pasca SarjanaHukum UIR itu. Inspektorat, lanjutHusnu, memang punya wewenangmengawasi seluruh pelaksanaan tugasdari jajaran Departemen PendidikanNasional (Depdiknas). “Apakahmenyangkut administrasi, peraturan,atau keuangan.”

Menarik dalam kasus ini, kataHusnu, apakah inspektorat memanggilsemua pihak dalam mengeluarkansurat ini. “Artinya pihak pengadu danteradu. Dalam hukum acara peradilan,karena ini sebenarnya peradilan juga,semua pihak harus didengarketerangannya, baik pemohon dantermohon.”

“Saya tidak tahu mekanismeinspektorat memeriksa kasus ini. Jikaini benar adanya, dan beginikesimpulannya, dilaksanakan atau tidak,utuh kewenangan rektor.” Maka timbulpertanyaan, kata Husnu, apakah harusdilaksanakan? Kita lihat dulu seberapajauh substansi dari prosedur yangdikoreksi itu. “Apakah pelanggarannyacukup berat melanggar aturan dasar,melanggar asas administasi yang baik,”kata Husnu.

Tapi, kata Husnu, kasus initergolong rendah. “Seharusnya rektortegas saja untuk meng-SK-kan, tentu

dengan resikonya. Jika rektor sudahmeng-SK-kan, itu harus

dianggap sah secara hukum.”Dalam hukum perdata,disebut praduga benar

Laporan Utama

“Kita tunggulah, sayakan juga lama sebe-lum dilantik jadiRektor definitif.”

Ashaluddin Jalil, Rektor UR

Page 14: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 201014

adanya. “Walaupun menurut kita adaprosedur yang salah, harus dianggapbenar sampai ada gugatan diPengadilan Tata Usaha Negara(PTUN) dan hakim memutuskansalah. Baru bisa dibilang tidak sah.”

Sekarang rektor menunda meng-SK-kan Bustari. Artinya, lanjut Husnu,rektor mem-follow up hasil temuaninspektorat, dan menyuruh pemilihanulang. “Ya sah juga, itu otonomikampus, karena memang tergantungrektor. Inspektorat hanya merekomen-dasikan, tak bisa membatalkan,” kataHusnu.

Dodi Haryono, dosen HTN UR,mengatakan ketika seorang dekansudah di-SK-kan rektor, ternyata adamasalah dalam proses pemilihannya,itu bisa memberi ruang gugatan padapihak yang tidak senang,” kata Dodi.“Jadi rektor yang kena gugatan.”

“Kalaupun tidak di-SK-kan, jugabisa digugat. Nama gugatannya fiktifnegatif,” sambung Dodi. Artinya, jikarektor tak menerbitkan SK, pihakBustari bisa melakukan gugatan fiktifnegatif di PTUN sesuaimekanismenya. Menurut Husnu,gugatan fiktif negatif bisadilaksanakan jika dalam waktu empatbulan, terhitung sejak Bustari mintarektor terbitkan SK.

Menurut penelusuran BM ,Bustari telah meminta rektor untuksegera melantik dekan terpilih padarapat senat 20 Januari 2010, lewatsurat tanggal 24 September 2010,nomor 06/H19.1.27/Senat/2010.

Artinya, jelas Husnu, dalamwaktu empat bulan sejak surat itudisampaikan, pihak yang dirugikanmemvonis rektor sudahmengeluarkan SK dan bunyinyamenolak menerbitkan SK. “SK itufiktif, dan bunyinya negatif,” kataHusnu.

Jika ini terjadi, kata Husnu, pihakBustari harus punya jawaban dipengadilan, bahwa dengan rektortidak menerbitkan SK, rektor sudahmelanggar aturan yang ada. Dan,lanjut Husnu, rektor juga haruspunya alasan jelas kenapa melakukanpenundaan seperti ini,” kata Husnu.“Ada dua pilihan dan keduanya

beresiko. Di sinilah rektor harusmengambil sikap,” kata Dodi.

Menyoal Deni ElfizonDalam surat yang dikeluarkan

isnpektorat, sebuah poinnyamemperkarakan keiikutsertaan DeniElfizon memilih pada pemilihandekan Faperika. “Deni kan jugamemilih saat pemilihan rektor.Artinya pemilihan juga bermasalah,dan bisa diulang juga,” kata Bustari.

Menurut Dodi, jika persoalan inidihubungkan dengan pemilihanrektor, dan ada pihak yangmenggugat ke PTUN, “Seberapasignifikan suara Deni mempengaruhihasil pemilihan. Jika tidak mengubahhasil, biasanya hakim tidak akanmempermasalahkan,” kata Dodi.“Tapi celah gugatan itu tetap ada,silahkan saja, semua orang punya hakuntuk itu.”

Melihat persoalan ini, AslimRasyad, senator UR, punya pendapatlain. “Sekarang kita harus jernihmelihat. Berapa banyak pejabat se-lingkungan UR yang sekolah danmemilih pada pemilihan rektor.Padahal dilarang aturan, toh takdipermasalahkan. Artinya ini adapolitik kepentingan,” kata Aslim.“Kalau sudah masuk di wilayahpolitik perguruan tinggi memangsusah.”

lll

UR, kata Dodi, memang perluberbenah dari segi aturan.Seharusnya, jelas Dodi, kita susunkembali aturan terkait pemilihanrektor, pemilihan dekan, lebih rinci.Aturan itu, kata Dodi, harus bisamemperkirakan atau solusi apayang akan diambil j ika adapersoalan begini.

Lihat saja, jelas Dodi, persoalantentang dosen yang tugas belajarkita lalai. “Ketika buat kebijakanpenting, ada kesan dipaksakan.Maka yang terjadi, jika ada yangmempermasalahkan, jadi masalahdia. Itu sah-sah saja. Kadang olehkalangan atas aturan seperti inidianggap sepele, kalau sudah terjadimasalah ya kayak gini jadinya,” kataDodi.

Melihat kondisi sekarang,menurut Dodi, harus dilakukanpendekatan non hukum. “Kalaubicara sisi hukum untuk mengetahuisalah atau benarnya silahkan kepengadilan. Namun yang terbaik itupenyelesaian di luar hukum, karenadi pengadilan tak ada solusi win win,tapi win lose.”

Solusi Dodi diamini Husnu.“Memang perlu pendekatan nonhukum di sini. Misal tetap dilakukanpemilihan ulang, tapi hasilnyadikondisikan tetap yang lama. Atau,diangkat Plt baru, adakan pemilihanulang dan yang lama tak boleh lagi,”kata Husnu.

Aprizal Tanjung, punya pikiransama. “Di sini dibutuhkan ketegasanrektor,” kata senator Faperika itu.Menurut Tanjung, rektor harusmenunjuk Plt baru, gelar pemilihanulang, dan calon lama tak boleh lagimencalonkan.

Kalau tak definit if , lanjutHusnu, tidak jelas kewenangannya.“Kalau ini berlarut-larut, akanmemelihara bom waktu,pendekatan ke semua pihak harusdilakukan.”

Pasti akan ada yang dirugikan.Implikasinya adalah mahasiswa.“Kasihan mahasiswa, sudah dapatgelar sarjana, ijazahnya tak ditandatangani dekan definitif hanya gara-gara yang diatas bertengkar,” kataHusnu. “Manajemen konflik rektorharus baik.”

lll

Kembali ke ruangan Bustari.Menurutnya, diadakannya pemilihanulang tak jadi soal. “Tapi sekarangserba terlanjur, senat sudahmenyatakan menolak. Tak mungkinpemilihan ulang, ini menyangkutmarwah senat Faperika,” kataBustari. “Hanya dua opsi, melantiksaya atau Thamrin. Tentu dengansegala resiko.”

Menurut Thamrin, jika memangada masalah dan harus pemilihanulang, “Ya kita jalankan. Kita jugatak mau ada masalah kemudianhari.”

Sekarang, semua tergantungrektor. Kartu truf ada padanya.***

Laporan Utama

Page 15: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 2010 15

MENDATAR1. Penutup kepala3. Baru (Ing.)4. Suku di Jambi5. Takut (Ing.)10. Negara dekat Syiria12. Nama pohon13. Keinginan14. Tanya16. Indonesia18. Kapal19. Garam (Ing.)21. Ilmu tentang bumi

MENURUN2. Permohonan3. Inti sel6. Asam7. Kegunaan8. Gas9. Langit10. Isyarat11. Tokoh kartun14. Budaya15. Lebih tinggi17. Original20. Sambung

Page 16: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 201016

PUKUL 14.25, gerimis pagi masihturun di jalan Banglas di hari ke-12bulan Ramadhan. Tak banyakkendaraan lalu-lalang. Suasana pun

Tebing Tinggi dan Tebing TinggiBarat mencapai 23.000 hektar.

Dari Pekanbaru ke Merantiditempuh dengan kendaraan laut.Saya bersama dua kru Bahana, 19Agustus 2010, menumpang spead boatPorti Ekspress di Pelabuhan TanjungRhu. Sejam melaju, Porti berhentidi pelabuhan Perawang. Perjalanandilanjutkan dengan bus. Dipelabuhan Tanjung Button Siak,kembali Porti yang mengantar kamimenuju kabupaten termuda diPropinsi Riau itu. Hamparan kebunsagu mulai tampak sejak Portimemasuki Meranti. Total perjalanansekitar enam jam.

lll

Kembali ke suasana siang di JalanBanglas. Saya bergerak ke arahtelunjuk pemuda di tempat pangkastadi. Kedai harian berukuran 4 x 5meter sepi. Tak lama, pria pemilikkedai datang. Ia pakai sarung.“Kebetulan hari ini saya tak buat miesagu,” katanya.

Industrirumahan

pengolahan serbukputih (sagu) masih

jadi matapencaharian

sebagianmasyarakat.

Harapan yang takkunjung

berkembang.Oleh Aang Ananda Suherman

hening. Di tepi jalan, ada tempatpangkas rambut. Seorang pemudamenunjuk sebuah rumah. “Iturumah yang mengolah sagu jadibahan makanan.”

lll

Jalan Banglas terletak Di desaAlah Air, Kecematan Tebing Tinggi,Kepulauan Meranti. Pulauberjulukan Tanah Jantan ini, resmiterbentuk usai penanda tangananUndang-undang Nomor 12 Tahun2009 oleh Presiden Republik Indo-nesia.

Sejak lama, Meranti dikenaldengan potensi sagu. Data BappedaRiau tahun 2008, dari 110.359 hektarareal perkebunan di Meranti, 60.042hektar adalah lahan sagu. Totalproduksi sagu Meranti mencapai87.720,38 ton dengan jumlah petani5.335 kepala keluarga.

Areal terbesar ada di KecamatanTebing Tinggi, meliputi areal sagurakyat dan swasta. Hingga 2008, luasareal sagu swasta di Kecamatan

KHASANAH

foto: Made BM

Page 17: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 2010 17

Ia Sufri, 38 tahun. Salah satupelaku industri rumahan pengolahansagu. Ia mengolahnya jadi mie. Sagubasah, bahan pembuat mie sagu,dibelinya dari kilang sagu. “Bukankita yang jemput ke kilang, ada or-ang yang bawa ke sini,” kata Sufri.Per kilonya dibeli seharga Rp 1.400.“Satu bulan bisa habis satu ton sagubasah.”

Per hari, Sufri bisa hasilkanseratus kilogram mie sagu. “Kalaudipaksa, saya bisa hasilkan 150 kilo.Tapi kadang saya hanya buat 10 kilo,tergantung pesanan,” aku Sufri.“Kalau mau lebaran banyak yangpesan. Saya jual per kilo Rp 2000.”

Sekitar 15 menit bercakap-cakap,Sufri melihatkan tempat kerjanya.Tempatnya di belakang rumah Sufri.Di sana ada ruang khususpengolahan sagu. Bermacam alatpembuat mie sagu tersedia. Limabaskom masing-masing berdiamatersetengah meter dan tinggi satumeter. “Ini tempat merendam sagubasah yang dibeli dari kilang,” kataSufri. Sebelahnya dua tungku batuuntuk merebus sagu. Ada pula mesinpengaduk adonan. Meja tempat buatlempeng sagu sebelum dicetak. Disampingnya berjejer kayu tempatpengeringan lempengan adonansagu. Ada juga mesin pencetak miesagu.

Sufri cerita, buat mie sagu butuhwaktu sehari semalam. Awalnya, kataSufri, sagu basah diendap(direndam) dengan air bersih. “Kamipakai air hujan. Air bawah tanahkotor. Di sini memang susah air.”

Pengendapan dilakukan dua kali.“Setelah pengendapan pertamasekitar tiga jam, diendap lagi. Supayakotorannya betul-betul terangkat,”ujar Sufri. Usai diendap, sagudimasukkan ke goni. “Biar kering.Goninya harus berpori,” lanjut Sufri.

Usai itu, sagu dibentuk bulatsebesar bola takraw. Lalu direbus.“Barulah dibuat adonan dan diampai(dijemur). Esoknya dicetak jadi mie,”kata Sufri. “Untuk per bulan bisalahmenutupi kebutuhan hidup danuntuk anak sekolah.”

Selain air, pemasaran miemerupakan kendala lainnya.

“Masyarakat kurangmengenal mie sagu, hanyasuku Melayu asli yangkenal. Jadi susah juga,”keluh Sufri. Sedangkanuntuk pengembanganindustri, “Banyak yangbisa dikembangkan.Selain makanan, bisa juga kosmetik,bahkan obat. Penderita kencingmanis sebaiknya makan sagu.”

Nuraini, tetangga Sufri, jugapegiat industri rumahan sagu. Iapembuat sagu rendang. Sekali buat,sagu basah yang terpakai sekitar 60kilogram. “Sagu rendang dibuatbulat-bulat kecil. Ada ayakankhusus,” cerita Nuraini.

Sejak usia 15 tahun, Nurainisudah bikin sagu rendang. “Turuntemurun dari ibu saya. Sayang anak-anak saya tak mau buat. Capekkatanya.” Butuh waktu tiga harimengolah sagu basah jadi sagurendang. “Nyuci sagunya satu hari,buat bulat-bulat satu hari, gongsengsatu hari.”

Menurut Sufri, di Alah Air,hanya ada empat Kepala Keluarga(KK) yang bergiat di industrirumahan sagu. “Tiga sagu rendang,saya sendiri yang mie sagu. Memangsagu banyak diekspor keluar, sayajuga tak tahu kenapa.”

lll

Kurang berkembangnya industrihilir di Meranti, kata Fachri Yasin,Dosen Pasca Sarjana ManajemenAgribisnis Universitas Islam Riau,karena per mintaan konsumenterbatas. Selain itu, promosi jadifaktor lainnya. “Serta keragamanproduk sedikit.”

Karena itu, menurut Fachri,peranan pengusaha besar dan

pemerintah daerah sangat pentingdalam meningkatkan kemampuanmasyarakat berwirausaha komoditassagu. “Ini bukan kerja mudah. Perluwaktu pembinaan.”

Dalam mengolah sagu, teknologipenjernihan air rawa, kata Fachri,sangat dibutuhkan. “Sehingga dapatmenghasilkan olahan lebihbermutu.” Prof. Aslim Rasyad, gurubesar asal Fakultas Pertanian URmengatakan, penelitian ke arahteknologi penjernihan air sudahpernah dilakukan beberapa dosenFaperta UR. “Tapi belum bisadiaplikasikan ke masyarakat. Rumitdan kemampuan ekonomi industrirumahan sagu terbatas.”

Mengenai masuknya PT.Sampoerna Agro yang telahmenguasai kebun sagu sekitar 20.000hektar, bagi Fachri, harus adakerjasama saling menguntungkanantara pemerintah daerah,masyarakat, dengan perusahaan itu.“Terutama menyangkut kesejah-teraan masyarakat.”

Sufri juga tahu perihal masuknyaPT. Sampoerna Agro ke Meranti.“Bagus asal bisa meningkatkankesejahteraan masyarakat. Janganmalah mematikan industri kecilrumahan seperti saya,” ujar Sufri.“Selagi masih hidup, saya akan tetapusaha ini.” llovina

KHASANAHfoto: Made BM

Internet

“Selagi masihhidup, saya akantetap usaha ini.”

Sufri

Page 18: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 201018

BERITA & PERCA

SELAMA dua hari (20-21/9)Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan (Faperika) Universitas Riau(UR) menyewa Hotel Pangeran.Mereka bikin acara seminar antarbangsa. Faperika menggandengInstitut Alam dan Tamadun Melayu(ATMA) Universitas KebangsaanMalaysia (UKM) jadi partner. DeniElfizon, Pembantu Dekan IVFaperika ditunjuk jadi ketua panitiaseminar level internasional itu.

Seminar antar bangsa diadakantiap tahun. “Ini tahun ketiga,” kataDeni. Pertama kali diadakan di In-donesia. Tahun berikutnya gantian diMalaysia. “Sekarang di Indonesialagi,” lanjutnya. Tahun ini, tema yangdiangkat seputar isu lingkungan.Spesifiknya soal ekologi, habitatmanusia, sumber daya alam, danlingkungan.

Total 83 paper disajikan. Duadari pemakalah utama, 75 paperdipaparkan peserta, dan 6 paperberbentuk poster. “Pesertanya dariberbagai universitas di Malaysia dan

Indonesia,” kata Deni. Berbagaitopik dibahas peserta. Ada soalekologi dan perubahan iklim, habi-tat manusia dan dampak terhadaplingkungan, dampak pencemaranterhadap ekologi dan habitatmanusia, perubahan lingkungan danekosistem, serta berbagai langkahmitigasi dan adaptasi bencanaterhadap lingkungan.

Pukul 09.00, acara dibuka olehRektor UR, Prof. Ashaluddin Jalil.Ia berharap seminar begini bisa terusdigalakkan. “Ini poin tertinggi darikegiatan akademis,” ujarnya saatberpidato. Pukul 10.15, Prof.Muchtar Ahmad, dosen FaperikaUR menyampaikan makalahnya.

Topik bahasannya soal ekosistempemukiman di kawasan pesisir SelatMalaka. Ia sedikit cerita sejarah.“Perubahan pemukiman ini sudahlama terjadi. Diawali adanya SelatMalaka itu sendiri.” Perubahanmencolok, kata Muchtar, terjadi saatteknologi berkembang pesat.“Timbullah pencemaran dari limbah

kota maupun tumpahan minyakberulang kali.” Solusinya, lanjutMuchtar, perlu dilakukanpenekanan pegkajian ke arah sosialekologi dan ekologi ekonomi.Keduanya merupakan ilmu baruyang sedang berkembang.

Berikutnya giliran JamaluddinMd. Jahi dari UKM yangmenyampaikan makalahnya. Iamembahas soal perubahanlingkungan terhadap keselamatanmanusia. Menurut pendapatnya,lingkungan banyak mengalamiperubahan fisikal. “Penyebab utamakarena pertumbuhan ekonomi. Danitu berkaitan erat dengan hal lainnya.”

Siang hari sajian dari pemakalahutama usai. Setelah makan siang,dilanjutkan pemaparan dari parapeserta. Ini berlanjut hingga hariberikutnya. Sedangkan makalahdalam bentuk poster, dipajang disekeliling ruangan selama duahari—dari pembukaan pagi harihingga penutupan di hariberikutnya. l*22

Talk Show Spirit 48 Tahun Universitas Riau. Kegiatan pembuka helat UR Collaboration selama lima hari, 26-30 Oktober 2010.UR Collaboration adalah agenda tahunan BEM UR yang dulu bernama Pekan Kreatifitas Mahasiswa (PKM).

Seminar Lingkungan Internasional

foto: Aang BM

Page 19: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 2010 19

SABTU (02/10), Fakultas Pertanian(Faperta) Jurusan Agroteknologi tajaseminar Program PengenalanPertanian (P3). Pukul 16.00 Armaini,Ketua Jurusan Agroteknologimembuka acara. Ia juga jadipemateri dalam seminar. Programkhusus mahasiswa baru ini dihadirisekitar 150 orang dari 170mahasiswa baru.

Tujuan P3 untuk mengenalkanseluk-beluk ilmu pertanian kemahasiswa baru jurusanAgroteknologi. “Supaya merekacinta pertanian,” ujar Yunandra,Direktur P3. Selain itu, untukmemanfaatkan lahan yang ada.Setiap minggu sore mahasiswa yangterlibat mengunjungi lahan. Mereka,sekitar 235 mahasiswa Agrotek-nologi, diberi jatah lahan 20x20meter, lalu diolah sendiri. “Ini tidakmengganggu kuliah. Sambilpraktikum bisa tinjau lahan,” lanjutYunandra. Kendala utama mereka,peralatan minim. “Dana juga,”sambung Armaini.

Armaini menjelaskan, sebe-lumnya program sejenis sudah per-nah ada. “Namun tak terkoordinirdengan baik, jadi tak jalan.” Kedepannya, Armaini berjanji akanmembantu P3. “Kalau butuh dosen

P3 Agroteknologi

SEMPENA Dies Natalis ke-48, Uni-versitas Riau (UR) taja dialog bertajuk;UR Masa Kini dan Masa Mendatang.Hadir jadi pembicara, Saleh Djasit,Mantan Gubernur Riau. Azaly Johan,Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM)Riau. Mereka juga sebagai DewanPenyantun UR. Ashaluddin Jalil,Rektor UR juga didaulat jadipembicara. Acara dimulai pukul 13.30.

“Di umur 48 tahun ini, kitamenginginkan kritikan agar UR jadilebih baik,” kata Ashaluddin Jalil,sebagai pembicara pertama. Ia jugamenjelaskan soal grand desain URmencapai Research University. “Kita akanterus meningkatkan pelayanan berbasisteknolgi, menggenjot penelitian, dan

Dialog 48 Tahun URmemperbaiki kualitas.”

Saleh Djasit menyampaikanperlunya UR membentuk jiwa-jiwa en-trepreneur terhadap diri mahasiswa.“Sekarang daerah kita butuh wirausahamuda, diharapkan UR berperanpenting dalam mewujudkan ini,mengingat umurnya 48 tahun,” kataSaleh.

Azaly Johan dalam ac-ara itu,lebih mene-kankan padapeningkatan kualitas lulusan. “Kitamenginginkan lulusan universitasyang mengelola kekayaan bumi Riauini,” kata Azaly. Acara berlangsungsatu jam. Pukul 14.25 dialog usai.laang

pembimbing akan kita carikan.” Lagipula, sambungnya, program inipenting untuk melatih kompetensimahasiswa sebagai pelaku di bidangpertanian. “Bisa juga untukberwirausaha.”

lll

Juli 2010. Rafi Merbamas, danbeberapa mahasiswa Agroteknologiberencana bikin sebuah programyang bisa melatih softskill mahasiswasoal pertanian. Ini mereka bicarakandengan Pembantu Dekan III,Ahmad Rifai. Ahmad sambut positif.

Mereka buat proposal. Programmereka beri nama Program Penge-nalan Pertanian (P3). Sistemnyaseperti perusahaan, langsung dibawah jurusan. Ada komisaris utama,direktur, manajer, asisten manajer,dan petani pemula. “Petani pemulaitu mahasiswa baru,” kata Rafi.

Setelah proposal jadi, merekabawa ke Ketua Jurusan Agro-teknologi. “Sementara ini di bawahAgrotek dulu. Untuk jangka panjangkita akan buat tingkat fakultas,” ujarRafi. Sekarang, kegiatan merekamenanam bayam dan kangkung.Setelah panen akan dipasarkan.“Kalau sudah sukses, kita akan bikinpupuk kompos produk FapertaUR,” tutup Rafi. llovina, *22

SABTU (16/10) Badan EksekutifMahasiswa (BEM) Universitas Riau(UR) bidang Sosial dan Politik (Sospol)taja kajian soal enam tahunkepemimpinan Susilo BambangYudhoyono (SBY).Kajian dilihat dariperspektif ekonomi. Hadir La OdeKalimin, dosen Fakultas Ekonomisebagai pembicara.

Kajian ditaja di aula PerpustakaanUR. Sekitar 25 peserta dari berbagailembaga se-fakultas hadir mengikutikajian. La Ode mengkritik sistemnegara yang harus ditata ulang. “Bukandasar negara,” ujarnya ketika seorangpeserta bertanya.

Tiga hari sebelumnya (13/10),bidang Sospol juga adakan kajian darisisi politik. Ishak, dosen FISIP jadipembicara. Ia menyentil soal kebijakanSBY yang terkesan lambat dalammengambil keputusan.

“Kita akan adakan aksi 20 Oktobernanti,” ujar Nofri Andri Yulan, MenteriSospol BEM UR. Itu bertepatandengan setahun kepemimpinan SBY-Boediono dan enam tahunkepemimpinan SBY.

“Kita tak mau terprovokasi. Kitaharus pahami persoalan dulu,” jelas Yulan.Tepat 20 Oktober, aksi digelar.

Mereka beri enam ultimatum soalkegagalan SBY. Gagal wujudkan pen-didikan dan pelayanan kesejahteraanyang terjangkau pada masyarakat.Mewujudkan reformasi birokrasi.Melakukan pemberantasan mafia hu-kum dan mafia peradilan. Menye-lamatkan lingkungan dan penuntasankasus Lapindo. Menasionalisasi asetstrategis bangsa. Terakhir SBY gagalwujudkan kedaulatan bangsa dalampertahanan keamanan.

Aksi itu tergabung dalam GerakanMahasiswa Peduli Riau (GEMPAR).Anggotanya; BEM UR, BEM UIN,BEM UMRI, BEM STIKES HTP, danHMI cabang Pekanbaru. GEMPARjuga meminta Radio Rakyat Indonesia(RRI) menyiarkan ultimatum. “Inilahmonumen 20 Oktober. KegagalanSBY,” kata seorang massa aksi.lerliana*22

SBY Gagal

Page 20: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 201020

EMPAT BUS dan puluhan sepedamotor beriringan datangi gedungRektorat Universitas Riau (UR).Sebagian menggunakan pakaian putihhitam. Hari itu (29/9), seratusanmahasiswa Fakultas Hukum (FH) URlakukan aksi di depan gedung Rektorat.

Pukul 10.30 Heriyanto, mantanketua Badan Legislatif Mahasiswa(BLM) UR melakukan orasi. “Kamiingin menuntut janji dari Rektoratuntuk memberhentikan Sukanda Husinsebagai Dekan Fakultas Hukum dandikembalikan ke Universitas Andalas,Padang,” teriaknya menggunakan toa.Orasi disusul beberapa mahasiswa lain.

Lantai dua gedung Rektorat. Parasenator UR melakukan rapat senattertutup. Bahasannya soal statusSukanda Husin. “Masalahnya, ijazahmahasiswa Hukum tak bisa ditandatangani oleh pelaksana tugas. HarusSukanda yang tanda tangan,” terangUsman Tang, salah satu senator UR.

Di tengah perdebatan anggotasenat, para mahasiswa FH tetapmelakukan aksi. Sekitar pukul 12.00,Rektor UR, Prof. Ashaluddin Jalil turunmenemui mahasiswa. “Kita sepakatmemberhentikan Sukanda danmengembalikan ke universitas asalnya,”kata Ashaluddin.

Mahasiswa mendesak senatmengeluarkan Surat Keputusan (SK)

pemberhentian Sukanda, saat itu juga.“Tak semudah itu. Kalian juga harusmemikirkan nasib abang dan kakakkalian yang mau wisuda tapi ijazahnyamasih tertahan,” jawab Ashaluddindengan nada agak tinggi.

Mahasiswa diam sejenak. Merekaterima penjelasan rektor. Namunmereka sepakat tetap menindak lanjutikasus ini sampai SK pemberhentianSukanda keluar.

Menilik Peraturan Menteri Pendi-dikan Nasional Republik IndonesiaNomor 67 Tahun 2008 tentang Pe-ngangkatan Dosen dan Pember-hentian Dosen sebagai PimpinanPerguruan Tinggi dan PimpinanFakultas pasal 13, “Tak semudah itumemberhentikan Sukanda,” jelasUsman Tang.

Menurutnya, senator UR sepakatmemberhentikan Sukanda. Namun,mereka tak menemukan alasan yangtepat. Dalam Permen 67, alasanpemberhentikan pimpinan fakultas;permohonan sendiri, telah berusia 65tahun, masa jabatannya berakhir,diangkat dalam jabatan negeri yang lain,dikenakan hukuman disiplin tingkatberat sesuai peraturan perundang-undangan, diberhentikan sementaradari pegawai negeri sipil, diberhentikandari jabatan dosen, berhalangan tetap,sedang menjalani tugas belajar atau

Sukanda Mundurtugas lain lebih dari 6 bulan, cuti di luartanggungan negara, hal lain yangditentukan dalam peraturan perun-dang-undangan. “Dari semua alasan itutak ada yang pas dengan Sukanda,” kataUsman Tang.

Jalan paling mudah, lanjutnya,Sukanda mengundurkan diri. “Ma-salahnya, apakah Sukanda mau?” kataUsman Tang. Akhirnya, alasan pem-berhentian Sukanda diserahkan ke senatfakultas. “Nanti diserahkan ke fakultasuntuk memilih Dekan,” kataAshaluddin Jalil.

Kamis (21/10), civitas akademikaFH kembali lakukan aksi. Mahasiswadan dosen silih ganti berorasi. Dalamorasi itu, mereka menolak Sukandakembali ke FH.

Aksi ini dipicu, munculnya state-ment Rektor di koran daerah, Riau Pos,akan diaktifkan kembali Sukanda diFH.

Akhirnya, 22 Oktober 2010,Sukanda ajukan surat pengunduran dirisebagai Dekan FH. Surat iniditindaklanjuti Rektor, denganmengeluarkan surat nomor 576/H.19/KP/2010 tanggal 23 Oktober 2010.Beberapa isinya menyebutkanmemberhentikan dengan hormatSukanda Husin sebagai Dekan danmengangkat Gusliana HB, jadi PenjabatDekan FH.laang

Oleh Giovani Gabreli

BERITA & PERCA

Unjuk rasa civitas akademika FH menuntut Sukanda Husin mundur

foto: Made BM

Page 21: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 2010 21

KAMIS (30/9), pukul 14.00. Dalamruang DPH Rektorat UR sudahberkumpul perwakilan lembaga se-UR. Hadir pula beberapa masyarakatyang tinggal di sekitar lingkunganUR. Hari itu ada dialog denganRektor UR, Prof. Ashaluddin Jalil.Pembahasannya soal beberapa ruasjalan akses masuk ke UR yangditutup.

Dialog difasilitasi oleh BadanEksekutif Mahasiswa (BEM) UR.“Dialog ini sebagai tindak lanjut darikeluarnya surat edaran rektor,” ujarmoderator.

Dua minggu sebelum dialog(15/9), rektor mengeluarkan suratedaran nomor 599/H19/R/2010soal penertiban jalan masuk UR.

Surat itu ditempel di setiap poskosecurity se-lingkungan UR. Suratditujukan kepada seluruh civitasakademika dan masyarakat di sekitarlingkungan kampus UR.

Isi surat, akses masuk kampushanya melalui tiga gerbang utama:gerbang masuk Jalan SM. Amin,gerbang masuk Jalan Soebrantas, dangerbang masuk Jalan Bina Krida.Perbaikan kembali pagar yang jeboldan penutupan jalan kecil yang biasa

Protes Soal Jalan Masuk URdigunakan selama ini. Pintu masukuntuk pejalan kaki dibuka di gerbangFakultas Ekonomi dan dekatMusholla Fakultas Teknik.

Sayang rektor tak hadir saat dia-log. Sebagai perwakilan, dihadirkanPembantu Rektor III, Rahmat, MT.Dialog diawali dengan penjelasanRahmat soal alasan dikeluarkannyasurat edaran. “Pertama untukmembedakan batas lahan UR, keduauntuk keamanan kampus,” tegasnya.Rahmat juga menjelaskan beberapakecurian yang dialami UR akibatpintu masuk terlalu banyak.“Terakhir kecurian di Pertanian.”

Penjelasan Rahmat menimbulkanreaksi, terutama dari perwakilanmasyarakat. Zahirman, Ketua RT 5

RW 4 Simpang Baru mengeluhperekonomian Bangau Sakti mandeksejak ditutupnya gerbang FakultasEkonomi. Agusman Rahim, KetuaRW 4, mengatakan banyaknyakehilangan motor juga disebabkanparkir yang tak teratur. “Ada pulakarena kelalaian mahasiswameninggalkan kunci motor,” timpalAdi Hamdani, Ketua BEM UR.

Tanya jawab tak putus-putus.Pukul 15.30, Rahmat membacakan

beberapa solusi dari masyarakat danmahasiswa. Pertama, untuk gerbangFakultas Ekonomi dibuka untuksepeda motor dan pejalan kaki dandiberi batas waktu. Kedua, securityditambah. Ketiga, tutup semua jalanmasuk, kecuali Jalan SM. Amin danSoebrantas. “Untuk menutup semuajalan masuk, pasti akan kita lakukan.Tapi mungkin tak sekarang,” jelasRahmat. “Semua usulan ini akan sayabawa dulu ke pimpinan,” lanjutnya.

Rapat usai. Adi Hamdani berjanjiakan menindak lanjuti pertemuan itudan akan mengkomunikasikan lagihal ini dengan Rahmat. “Yang jelaskami lihat penutupan jalan ini banyakmerugikan mahasiswa,” papar Adi.

lll

Rabu (3/11), warga RW 03kelurahan Simpang Baru,Kecamatan Tampan kembalilakukan aksi. Pasalnya, UR kembalimenutup pintu gerbang Bina Krida,dan diperbolehkan hanya untukpejalan kaki. Ini sesuai surat edaranRektor nomor 4564/H19/TU/2010. Dialog kembali diadakan diruang DPH UR bahas kasus ini.

Agus Yoni, pengurus BEM UR,jadi moderator. Dalam tuntutannya,warga meminta pihak UR membukasepenuhnya gerbang Bina Krida.menurut mereka, penutupan bisamematikan perekonomian warga disekitar Bina Krida.

Menanggapi itu, Rahmat MT--PRIII UR--menjelaskan penutupan iniuntuk menjaga keamanan dankenyamanan. “Kita tidak melarangwarga masuk ke kampus UR. Tapiuntuk kendaraan memang dipusatkan di satu pintu gerbang.”Ketua RT setempat disuruh bikinsurat ke Rektor perihal penutupangerbang. “Kalau nanti di surat,alasannya bagus, kenapa tidak diubah,yang tak bisa diubah kan Al-Quran,”kata Yanuar Hamzah, PR II.

“Permintaan bapak-bapak akankami bicarakan sama rektor dan akandibawa ke rapat senat,” kata Rahmat.Dalam proses itu, warga mintagerbang dibuka kembali, sembarimenunggu surat dan pembahasan disenat.laang, *24

Istimewa

BERITA & PERCA

Protes warga soal aturan UR menutup beberapa pintu gerbang

Page 22: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 201022

SERATUSAN lebih mahasiswaSekolah Tinggi Ilmu Farmasi(Stifar)—sekolah milik Yayasan Uni-versitas Riau—menuntut Prof. Jasril,pelaksana tugas (Plt) Ketua Stifar,mundur dari jabatannya. Tuntutanitu mereka sampaikan melalui aksiyang digelar Senin (27/9) pagi.

Lima alasan utama paramahasiswa menuntut Prof. Jasrilmundur. Persoalan listrik kampus,infrastruktur kampus, penggunaanfasilitas kampus, pembohonganabsen, dan Plt ketua rangkap jabatan.“Kami sudah selidiki dan kumpul-kan data sejak tiga bulan lalu,” akuBeni Iskandar, Ketua BadanLegislatif Mahasiswa (BLM) Stifar.

Beni bersama Heri Febrian,Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa(BEM) Stifar menjelaskan satu persatu alasan itu.

Listrik kampus. “Kapasitasruangan kampus kami seharusnyadipasang AC. Tapi sampai sekarangmasih kipas angin,” aku Beni. Itu takjadi masalah bagi mereka.“Persoalannya, Pak Jasril bilang dayalistrik Stifar tak mencukupi untukpasang AC, tapi malah mengalirkandaya ke perumahan warga,” timpalHeri.

Masalah infrastruktur kampus.Mereka menyatakan jalan,pekarangan, dan laboratoriumkurang diperhatikan. “Jalan buruk,pekarangan kampus tak jalas,” laporHeri. Untuk laboratorium, Beniyakin jadwalnya akan bentrok.“Sekarang mahasiswa baru tambahbanyak, sementara pengaturanjadwalnya tak jelas. Ini bisamenyebabkan bentrok,” jelas Beni.

Soal penggunaan fasilitaskampus. “Mobil dinas digunakanuntuk kepentingan pribadi,” kata

Prof. JasrilDiminta Mundur

Heri. Beni membenarkan. “Untukpulang kampung saat lebaran.”Mereka mengaku ada yangmemberikan informasi ini. “Diamelihat langsung,” lanjut Heri.

Keempat, pembohongan absen.“Pak Jasril menulis jam kuliah tidakbetul. Dia keluar dari kelas pukul09.00, ditulisnya sampai pukul 09.40.Itu pembohongan publik. Itupengalaman pribadi saya,” kata Beni.

Terakhir, rangkap jabatan. “PakJasril menjadi ketua di salah satulaboratorium di FakultasMatematika dan Ilmu PengetahuanAlam (FMIPA) dan juga Plt Stifar,”papar Heri. “Lagi pula, ia seringsibuk di luar dan jarang berada dikampus,” timpal Beni lagi.

Ditemui di Jurusan KimiaFMIPA, Prof. Jasril membantahsemua tuduhan itu. “Kalaumahasiswa minta saya mundur, sayamau saja. Tapi saya mengembanamanah dari atasan untuk menjadiPlt Stifar. Jadi saya hanyamelaksanakan tanggung jawab,”tuturnya. “Saya tak sedihmeninggalkan Stifar, tapi sayakasihan dengan mahasiswa, dosen,dan pegawai yang masihmenginginkan Stifar maju,”tambahnya.

Jasril, Sekretaris Yayasan URturut berkomentar. Soal aliran listrikke perumahan warga, setahunyamemang ada dan berizin. “Tigarumah dan mereka kerja di URsemua. Rahmi—staf rektor, Eki, danUcok. Itu pun mereka bayar Rp 350ribu setiap bulan.” Tuntutan lain, iamengaku belum membuktikankebenarannya. “Yang jelas, takmungkin seorang pimpinanmengarahkan ke jalan yang buruk,”tutupnya. l*24

DUA BELAS pengurus HimpunanMahasiswa Teknik Sipil (HMTS)Fakultas Teknik (FT) sedang rapat disekretariat HMTS, Minggu (26/9).Agendanya bahas acara engineeringday—acara perkenalan seluk-belukfakultas ke mahasiswa baru. Di tengahrapat, tiba-tiba ketua HMTS, M. AkbarMuttaqin, menyatakan mundur darikepengurusan. Padahal ia sudahsepuluh bulan menjabat.

Alasannya, ingin cepat selesaikankuliah. “Selama di himpunan, sulitfokus kuliah. IP (indeks prestasi) jugamenurun,” ungkapnya.

Rupanya keinginan untuk mundursudah disampaikan ke Ketua JurusanTeknik Sipil, Siswanto. “Waktu ituketua jurusan menolak,” aku Akbar.Namun tekadnya sudah bulat.“Ditambah lagi orang tua minta cepatselesaikan kuliah,” kata mahasiswaangkatan ’07 ini.

Siswanto yang dijumpai Kamis (7/10) menyerahkan sepenuhnya masalahini kepada himpunan. “Saya tak bisaterlalu intervensi. Ini masalah lembaga,biar diselesaikan sesuai AD/ARTorganisasi.”

Untuk mengisi kekosongan posisiketua, Tengku Dedi Sukma, WakilKetua HMTS, ditunjuk jadi pelaksanatugas. Dedi mengaku bingung denganpengunduran diri Akbar. “Saya lihatselama ini ia agak lambat bergerak. Jugatak mau mendengar saran orang lain.”

Dedi sering mengingatkan Akbaruntuk buat acara. Nyatanya, selamamenjabat, Akbar baru bikin satukegiatan. Kemah Bakti Mahasiswa.

Ali Thamrin, Ketua BadanEksekutif Mahasiswa (BEM) FTsudah terima surat pengunduran diriAkbar. “Saya pikir mereka kurangsepaham. Banyak anggota kurangsetuju dengan kebijakan yang dibuatketua,” kata Ali. “Mungkin merekakurang kompak,” sambung Siswanto.

Pemilihan Raya HMTS akandigelar dua bulan lagi. Dedimenyatakan akan tetap melanjutkanprogram kerja yang sudah dirancangHMTS. l*22

Akbar Mundurdari HMTS

BERITA & PERCA

Page 23: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 2010 23

JUMAT (22/10) di Ruang DPHLantai Dua Rektorat, Badan EksekutifMahasiswa (BEM) Universitas Riau(UR) taja diskusi soal dana Potma.Pembantu Rektor (PR) III, RahmadMT, jadi pembicara utama. Iadidampingi Pembantu Dekan (PD) IIIFakultas Keguruan dan IlmuPendidikan (FKIP), Zulkarnain, PDIII Fakultas Pertanian (Faperta),Ahmad Rifai, dan PD III FakultasIlmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP),Syafri Harto. Hadir pula beberapakelembagaan tingkat fakultas dan uni-versitas.

“Dana Potma tahun 2009 masihbanyak yang belum mengambil,” kataRahmad mengawali diskusi. Rata-ratalembaga mahasiswa menanyakanprosedur pengambilan Potma.

Tak Sulit Ambil PotmaDijawab Rahmad, pertama bikinlaporan pertanggung jawabankegiatan, lalu mengisi kuitansipencairan Potma, baru dananya bisacair. “Untuk semester ini terakhirpengajuan tanggal 15 Desember2010,” ujar Rahmad.

Tak hanya soal Potma, diskusi jugamembahas soal banyaknya lembagayang tak punya sekretariat. “Ibaratsekre berjalan,” ujar moderator. KetuaBEM FKIP, Suyatno, menyarankansebaiknya sekre lembaga dibuat satutempat. Namun Rahmad hanyaberkomentar, “Ada lembaga yangdiberi sekre, namun selalu tutup.”Kalau begitu, tambah Ahmad Rifai,sekre yang tak buka gantikan sajadengan lembaga yang aktif tapi takpunya sekretariat.” lerliana

Tambah EmpatGuru Besar

DI RUANG Serba Guna Rektorat,Sabtu (25/9). Empat guru besardikukuhkan. Prof. Dr. H. Sujianto,M.Si, Prof. Dr. Zulfan Saam, MS,Prof. Dr. Harlen, SE, MM, dan Prof.Dr. Kirmizi, SE, MBA., Ak.

Sujianto, dosen Fakultas IlmuSosial Ilmu Politik (FISIP) meraihpredikat guru besar di bidangKebijakan Publik. Ia dapat giliranpertama berpidato. Pidatonyaberjudul Kebijakan Pemekaran Daerahdi Provinsi Riau. Kenyataannya,pembentukan daerah otonombanyak menimbulkan masalah.“Baik hubungan antar daerahdengan pusat maupun hubunganmasyarakat satu dengan masyarakatlainnya.”

Berikutnya Zulfan Saam. Gurubesar Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan (FKIP) bidang IlmuPsikologi. Orasinya berjudulPenerapan Psikologi dalam BidangPendidikan . Ia menekankanpentingnya prinsip psikologi dalampendidikan. Tujuannya agarperkembangan peserta didik opti-mal.

Harlen dari Fakultas Ekonomi(FE) mendapat giliran ketiga. Gurubesar bidang Ilmu Ekonomi inimenyampaikan pidato berjudulPembangunan Ekonomi dan KesempatanKerja di Daerah Riau. Menurutnya,pertumbuhan ekonomi Riau kurunwaktu 2004-2008 berfluktuasi.

“Riau akan memasuki era the win-dow of opportunity (jendela peluang).Jika peluang itu tak dimanfaatkan,akan berubah jadi ledakanpengangguran.” Kesimpulannya,kebijakan peningkatan penyerapantenaga kerja oleh sektor industriperlu diambil untuk mengatasinya.Cara lain, “Belajar dari negara-negara yang berhasil menghadapitekanan angkatan kerja.”

Satu lagi dosen FE yangdikukuhkan, Kirmizi. Bidang

ilmunya Akuntansi Manajemen. Iadapat kesempatan terakhirberpidato. Judul pidatonya Tinjauanterhadap Perkembangan Penerapan Cor-porate Governance di Indonesia.

Indonesia merupakan negaradengan perekonomian relatif kuat.Salah satu bukti, banyaknya BadanUsaha Milik Negara (BUMN).“Namun yang selalu jadi bahasanberkaitan dengan eksistensi BUMN

adalah perhubungan dengankepemilikan perusahaan-perusahaanmilik negara.”

Acara ditutup dengan pidatorektor UR. Dalam pidatonya, Prof.Ashaluddin Jalil menyampaikansetelah dilantik, para guru besarharus hadir dalam rapat senat. “DiUR saat ini sudah ada 44 guru besar.Tahun 2006 hanya ada 16 gurubesar,” katanya. l*22

SELASA (12/10), DepartemenPemberdayaan Perempuan BadanEksekutif Mahasiswa (BEM) Univer-sitas Riau (UR) dan Forum MahasiswaIndragiri Hulu (Formasi Inhu), tajadiskusi. Acara dikhususkan untukperempuan. Diadakan di halamangedung Rektorat UR, BEMmendatangkan Asih DerajadLumingkuh, aktifis perempuan,sebagai pemateri.

 Acara dimulai sejak pukul 13.00dan baru usai saat masuk waktu Ashar.Diskusi membahas soal kesetaraangender dari perspektif budaya Riau,Indonesia, dan Islam.

Diskusi Kesetaraan GenderMenurut Fara Nelfina, Menteri

Depertemen PemberdayaanPerempuan, perempuan bolehmenggali potensi masing-masing, tapitetap mengikuti fitrahnya sebagaiperempuan, juga dikomunikasikandengan keluarga.

“Acara ini merupakan programkerja Departemen PemberdayaanPerempuan,” kata Fara. Pembahasankesetaraan gender, menurut Fara,karena tema itu sedang trenddibicarakan. “Sudah banyak wanitayang terpengaruh budaya luar,”tutupnya. l*22

BERITA & PERCA

Page 24: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 201024

BERTEPATAN dengan DiesNatalis Universitas Riau (UR) ke-48,Sabtu (30/10), di aula gedung rektoratlantai empat, Bank Negara Indonesia(BNI) dan UR lakukanpenandatanganan nota kesepakatan(MoU) pembentukan Smart CardRFID. Penandatanganan dilakukanProf Ashaluddin Jalil, Rektor UR, danMulyono, Pemimpin Cabang BNIPekanbaru.

Menurut Mulyono, UR dan BNIsebelumnya telah bekerjasama sejak9 Maret 2010 dalam hal penerimaanSPP mahasiswa melalui Student Pay-ment Centre (SPC). Sejak itu, kataMulyono, proses pembayaran SPPberjalan baik. “Sekitar 20.400mahasiswa bisa malakukanpembayaran dalam waktu duaminggu di kantor-kantor BNI,” kataMulyono.

Smart Card, lanjut Mulyono,adalah fasilitas turunan SPC untukmempermudah seluruh aktivitasperbankan mahasiswa. Smart Cardjuga berguna untuk Kartu TandaMahasiswa (KTM). “Smart Card bisamempermudah mahasiswa. Merekabisa melakukan pembayaran lewatATM dan internet banking,” kataMulyono.

MoU Smart Card Mahasiswa UR

Mulyono juga menjelaskan soalteknologi Radio Frequency Identifi-cation (RFID) atau identifikasifrekuensi radio. RFID adalah metodeidentifikasi menggunakan sarana yangdisebut label RFID, atau transporderuntuk menyimpan dan mengambildata jarak jauh. Telah banyak, kataMulyono, universitas di Indonesiagunakan fasilitas smart card BNI. “Tapiuntuk fasilitas RFID baru UR dan

BERITA & PERCAfoto: Aang BM

Kamis (14/10). Di RuangPertemuan Balai Bahasa depanFakultas Keguruan dan IlmuPendidikan (FKIP) Universitas Riau(UR) digelar sosialisasi dan diskusisastra Satelite Event of Ubud Writters& Readers Festival 2010 . TemanyaSastra Multikultur. Duduk di ataskursi dengan posisi melingkarberhadapan, dua sastrawan asalAmerika dan Australia serta seorangpenerjemah asal Bali. Chris seorangnovelis, Ezra seorang pemilik clubteater dan penulis puisi, serta Zunkoordinator Ubud.

Sastra MultikulturChris dan Ezra punya cara

berbeda dalam menulis. “Buat novelpasti ingin cepat selesai,” kata Chris.Sedangkan Ezra cenderungmenuangkan semua kejadian atauperjalanan dalam bentuk puisi.

Timbul pertanyaan dari peserta.Mulai menulis biasanya sulit. Kalausudah macet menulis, apa yangdilakukan? “Ngapain dilakukan kalausulit,” jawab Chris. “Masuk lebihdalam lagi ke dalamnya,” tambahnya.

Menurut Chris, kalau karya inginbagus harus mau dikritik. Setiappenulis harus punya teman dekat

yang bisa mengoreksi hasil karya.“Saya sendiri punya lima temandekat. Setelah selesai nulis, langsungminta pendapat mereka.”

Chris juga beri trik bagaimanamenemukan karakter dalam diritokoh yang ditulis. “Manusia akanterlihat karakternya jika gembira,sedih, atau sedang membutuhkan.”

Bagi Amy, anggota komunitasParagraf, acaranya menarik. “Tapikarena tak terlalu ngerti bahasaInggris jadi kurang paham.” Namunsetidaknya ia tahu perbandinganbudaya antara dalam dan luar negeri.lerliana

ITB,” kata Mulyono. “Semoga UR jaditujuan percontohan kampus laindalam hal Smart Card RFID.”

Menurut Ashaluddin Jalil, inikomitmen UR dalam membentukkampus berbasis teknologi. “Ke depankita maunya satu kartu mahasiswa, jadiidentitas mereka untuk akses dikampus. Mau ke pustaka, rumah sakit,atau mengurus apapun gunakan satukartu itu,” kata Rektor UR itu. laang

Ashaluddin Jalil, Rektor UR dan Mulyono, Pimpinan Cabang BNI Pekanbaru

foto: Aang BM

Page 25: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 2010 25

Tek... Tek...TEK... TEK... Bunyi jam dindingruang rapat Sekretariat Bahanamalam itu. Kru kelelahan dengan‘makanan sehari-hari’—riset,wawancara, analisis dan menulis.Rabu, 13 Oktober 2010, pukul23.45. Made, Aang, dan Giomembaringkan badan. Kamitertidur.

Tidur cepat malam itu emangdisengaja. Esok, Kamis, 14 Oktober2010, tepat pukul 10.00 pagi, adajanji wawancara dengan Suayatno,Wakil Bupati Bengkalis, di Bengkalis.Ia juga alumni FKIP UniversitasRiau. Tepat waktu adalah standarkami di Bahana.  

Tengah malam berlalu. Jamdinding ruang rapat menunjuk angka02.10 subuh. Amoy bangunkan kami.“Udah jam dua, ayo berangkat,” kataAmoy. Cuci muka. Ambil tas pakaian,termos nasi, galon air, serta lauk paukyang kami masak tadi sore. “Iritpengeluaran,” alasan Amoy.  

Semua siap. Aang ambil kemudiAvanza silver yang kami sewa selamadua hari. Kami tinggalkan sekretariatBahana tepat pukul 02.30. Kantukkami lawan.  

Beragam genre musik sengajakami stel temani perjalanan. Mulaislow rock, disco, sampai dangdut.“Gile-gile kerja kite ni,” kata Made. Jikaberpikir lazim, emang gila. Tapi inibagian dari perjuangan. Tanggungjawab tetap sebuah hal yang harusditunaikan.

Sembari bermusik, diskusi ngalor-ngidul pun hadir. Hilangkan ngantuk, itupasti. Mulai soal Bahana, kampus,politik, ekonomi, budaya, bahkangosip seputar selebritis pun dibahas.  

Tak terasa, 45 menit berlalu. Kamitiba di Kabupaten Pelalawan. Mobilterus melaju ke arah Siak. “Ah… jelekkali jalannya.” Semua mengeluh.Kecepatan mobil terpaksa dikurangi.“Masa memperbaiki jalan sajapemerintah gak bisa. Padahal Riaudaerah kaya,” kata Made. “Ya

begitulah,” balas Gio.Pukul 04.30, kesunyian kota Siak

menyapa. Mobil melintasi jembatanSultanah Agung Latifah. SultanahLatifah, istri Sultan Siak ke-12. Kamisempat tersesat sejauh 500 metersebelum tiba di Bunga Raya, desapertama setelah Siak menuju SungaiPakning.

Tiba di sebuah mesjid desa BungaRaya. Bersihkan muka, sholat, lalubremm… Udara segar bersemilirmasuk ke dalam mobil. Pukul 07.15kami tiba di Sungai Pakning, Bengkalis.Cari mesjid lalu mandi. Usai mandi,hasil riset tentang Suayatnodidiskusikan kembali. “Jangan sampaimengulang pertanyaan yang udah ada.Itu gunanya riset,” kata Made. Bagi kruBahana, riset sangat penting.Mengulang apa yang sudah dimuat dikoran, itu dilarang. “Kita harusmenemukan cerita yang belum dimuatdi koran, dan mendapatkan angle baru,”lanjut Made.

Pukul 09.00 mobil masuk antriankapal Roro. Sembari antri, perut kamiisi. “Enak juga masakan kita, bisa lah

buka catering,” kata Amoy.Setengah jam, tiba di Kota

Bengkalis. Pukul 09.50, mobil masukparkiran kantor Bupati. “Bapak lagiada acara pelepasan jemaah calon hajidi Balai Cik Puan,” kata satpam yangbertugas di pintu masuk. Kamimenyusul ke Balai Cik Puan. “Ayo kekantor aja,” kata Suayatno.

Satu jam wawancara. Perjuanganhidup Suayatno jadi bahan renungan dibenak kami. Ia seorang anak petani diPematang Siantar dan jadi Wakil Bupatidi Bengkalis. Sepuluh tahun jadi kepalasekolah dan akhirnya terjun ke duniapolitik. “Hidup itu memang penuhperjuangan.” Kami memaknai itu.

Sesuai tradisi. Pergi ke suatudaerah, harus bawa liputan menarik.Desa Meskom jadi tujuan. Jaraknyasekitar 20 kilometer ke arah selatanKota Bengkalis. Desa itu kentaldengan seni Zapin. Yazid, sang mae-stro Zapin, lahir di sana.

Tapi, Septemeber 2010 lalu, desaitu ditinggalkan oleh sang maestrountuk selamanya. Satu pertanyaanmenggelayuti otak kami. Seberapakehilangan warga Meskom sejak

foto: Aang BM

Suasana diskusi di kedai kopi Kimteng, Pustaka Wliyah (Puswil) Riau. Salah satu cara menghilangkan rasa jenuh beraktifitas.

Page 26: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 201026

kepergian Yazid? “Sangat kehillanganlah kami. Die tu kan guru kami, tempatkami mengadu soal Zapin. Kini nakkemane lagi,” kata Zainuddin, saudaraYazid, juga pengajar Zapin Meskom.Selain Zainuddin, beberapa wargaMeskom juga diwawancarai. Kamimenemukan semangat warga Meskomkembangkan seni tari Zapin.

Gelap mulai merayap di kotaBengkalis. Lelah, pasti. Kami singgahdi warung kaki lima di pinggir jalankota Bengkalis. Bandrek dan martabakcukup mengembalikan kondisi tubuh. 

Kembali ke pelabuhan. Kapalberangkat pukul 19.45. Pukul 20.30,kembali tiba di Sungai Pakning. Mobilterus melaju. Di tengah perjalanan,rasa kantuk benar-benar tak bisaditahan. Kami tertidur. Termasuk

Aang. Setengah jam, Made tersentak.“Eh dimana ini?” tanya Made.Semua bangun. Suasana gelap dan

hening. Kira-kanan semak ilalang.“Gak tau, aku dah ngantuk kali tadi,

makanya aku berhentikan aja mobil,”kata Aang.

“Sie sie kerje kau Ang, sempat adaperampok, digorok lah leher kite ni,”kata Made.

Mobil jalan dengan musik yanghampir lima kali diulang. Pukul 22.00,tiba di Siak. Kami istirahat di MesjidRaya. Mesjid jadi tempat favorit kruBahana jika sedang liputan ke luardaerah.

Kembali ke jalan. Kedaipersinggahan di Pelalawan, kamiistirahat kembali. Baru pukul 05.00subuh kami lanjutkan perjalanan.Pukul 07.00 kami tiba di Pekanbaru.Pagi itu, ruang rapat sekretariat Bahanajadi tempat ternyaman istirahat. Kamitidur hingga adzan shalat Jumatbergema. Siangnya, ‘makanan rutin’kembali dilahap; riset, wawancara,analisis dan menulis.   

lll

Beragam cerita, jika menilik tugaskeredaksian kru Bahana. Edisi kali ini,kru Bahana berjuang merekonstruksicerita di balik pemilihan DekanFaperika, yang menyebabkan Bustari,

Dekan terpilih saat, hingga kini belumdilantik. Rekonstruksi bagaimana lobi-lobi jabatan terjadi. Ini butuh kerjakeras, “Kroscek sana-kroscek sini,capek juga,” kata Amoy. Benar,verifikasi berguna untuk dapatkanfakta yang ‘suci’.

Kendala muncul. Ada yang takmau ngomong, sulitnya dapatkandokumen, sampai ada kru yangdicemeeh. “Ngapain lah kalian ngurushal beginian, banyak lagi hal lain.” Tapikami sadar, ini harus diberitakan. Civi-tas akademika harus tahu, politikseperti ini tak etis hidup di kampus.  

Bahan tulisan siap. Editan tuntas.Lalu? Ya... layout. Urusan ini, Ari jadi‘tumbal’. Duduk berlama-lama dikursi, membelalak ke monitor. “Adakunci aman untuk duduk lama,” kataAri. “Bantal harus diletakkan di ataskursi dan banyak minum air putih.Agar tak ambeyen, he…”

Juli 2010. Bahana terbitkanLaporan Utama (Laput); BerebutKekuasaan Himagrotek. Konflik politikini terjadi di Faperta. Aang, yang jugamahasiswa Pertanian terlibat di kasusitu. Tentu hasil terbitan akanterpengaruh, mengingat Aang juga kruBahana? Bahana punya mekanismeuntuk kasus beginian. Aang, khusus dirubrik Laput, dinon-aktifkan daritugas keredaksian. Ini terkaitindependensi.

Independensi dari etnis juga jadikekayaan Bahana. Pluralitas bikinBahana berwarna. Made berasal dari

J a d i

wartawan sejak

aktif di Bahana

Oktober 2004.

Pria kelahiran 7

November 1984 ini, hobi

membaca dan bertualang,

kemana saja. Kini, ia mahasiswa

Fakultas Hukum, semester akhir.

Ia ambil hukum pidana. Cita-

citanya jadi advokat, dosen, dan

wartawan. Ia suka dengan kalimat

ini; berzikir, berpikir dan bercinta. Aang Lahir diKoto Cengar,K u a n t a nS i n g i n g i , 4November 1988.Tiga semesterjadi mahasiswa ‘kupu-kupu’—kuliah pulang, kuliah pulang—iaputuskan masuk Bahana. MelaluiBahana, ia yakin ucapan born towin—hidup untuk menang.“Semakin nyata menghampirisaya,” kata mahasiswaAgroteknologi ‘06 Faperta UR ini.

Lovina, artinya,cinta Indonesia. DiBahana, biasadipanggil amoy. Iaketurunan Chinese.“Tapi aku asli

Indonesia. Lahir di Pekanbaru, 30

Maret 1988.”Di Bahana, ia belajar menulis

nyastra. Dituntut berkata apa

adanya—benar bila benar, salah bila

salah.Kini ia dipercaya juga sebagai

Sekretaris Umum dan Redaktur

Pelaksana.

Page 27: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 2010 27

suku Bugis, Sulawesi. Amoy keturunanetnis Tionghoa. Ari asal Tembilahan,keturunan suku Banjar. Erlianacampuran Batak dan Jawa. Gio dariranah Minang. Fadli orang Melayu asalKampar, dan Aang Melayu asalKuansing. “Perbedaan itu indah lho,”kata Fadli.

Meski suku beragam, komitmenBahana terhadap budaya melayu terushidup. Ada rubrik Khasanah dan KilasBalik di tiap terbitan. Ada juga SajianBudaya, khusus edisi majalah.Kekayaan budaya dan sejarahkemelayuan setia kami buru. Satu yangpasti, jangan sampai Melayu hilang dibumi.

Melahirkan terbitan, jadi indikatoreksistensi. Sepuluh tabloid dan satumajalah bukti eksistensi Bahana ditahun 2010. Bicara eksistensi, takcukup terbitan. Hari ke hari, kreatifitasuntuk melahirkan sebuah karya terusdipacu. Ini pembuktian; Bahana takmelulu urusan cetak.

Akhir Mei 2010, Bahana berhasiltaja Diklat Jurnalistik MahasiswaTingkat Lanjut (DJMTL) se-Sumatera.Beberapa aktivis pers mahasiswa, dariAceh hingga Lampung kamikumpulkan. Budi Setiyono danBasilius Triharyanto, wartawan PantauJakarta, jadi pemateri.

Sebelumnya, Maret 2010, Bahanajuga laksanakan workshop menulis.Kegiatan ini kerjasama Eka TjiptaFoundation (ETF) dan Bahana.

Kegiatan diampu Andreas Harsonodan Chik Rini. Mereka juga wartawanPantau. Ada yang kami senangi darimetode Pantau. Mereka kenalkangenre baru; menulis narasi. Gayapenulisan yang panjang, dalam danterasa. Pantau patuh pada kaidahjurnalisme sesungguhnya, yangtertuang dalam buku Sembilan ElemenJurnalisme, karya Bill Kovach dan TomRosenstiel.

Ini pemicu semangat, bahwaBahana harus melahirkan karyajurnalistik bermutu sesuai kaidahjurnalisme sesungguhnya. “Kamiingin semua pers mahasiswa mengikutihal serupa.”

Eksistensi kembali ditunjukkan.Lahirnya buku Secuil Kisah 26 AlumniBahana jadi bukti. Kurun enam bulanpengerjaan, kami sadar sudahselayaknya ini diterbitkan. Merekasudah berkiprah di bidangnya.Dipetiknya nilai tauladan dari apa yangkami tulis, tujuan diterbitkannya bukuini.

Eksisnya Bahana hingga 27 tahun,tak lepas dari tempaan-tempaan ‘keras’berproses di Bahana. Nilai-nilaiintegritas; kejujuran, loyalitas danmilitansi selalu dikedepankan. KruBahana harus bisa bagi waktu, antaratugas kuliah dan Bahana. Harus bisaselalu berpikir kreatif dan kritis. Nilai-nilai itu kami asah selama di Bahana;

bangun tidur hingga tidur lagi.Pentingnya pengembangan

sumber daya kru, selalu jadi perhatian.Erli dikirim ikut pelatihan jurnalistiklanjutan di Unit Kegiatan PersMahasiswa (UKPM) Teknokra, Uni-versitas Lampung. “Tanpa Bahanamungkin aku tak bisa seperti ini,” kataErli. Kesadaran mendapatkan ilmu,harus ditransformasikan pada tiap kru.Curahan kreatifitas selalu dituntut.Itulah pengabdian.

Suatu malam bulan Oktober 2010.Tek… Lampu padam. Seluruh krukumpul di meja depan sekretariatBahana. Bunyi gitar petikan Fadli iringipembicaraan ringan kami. Senda gurauakrab malam itu. Sampai pada bahasancita-cita. Ada yang ingin jadi wartawan,pengusaha, penulis, dosen, advokat,dan sukses dunia akhirat. Akankah dariBahana cita-cita mulia itu akanterwujud? Tek… lampu kembali nyala.Rutinitas menulis kembali dilakoni.*** 

Ari Mashuri MS.

Biasa dipanggil

MS. Ia lahir di

Sungai Empat,

Indragiri Hilir, 15

Februari 1987. Ia

layouter Bahana.

Ia paham Bahana bukan organisasi

biasa. “Tapi lebeh dari pade tu,

Bahana adalah rumah kedue. ”

Alamaaak... dalam betool lah

maknenye tu... lebeh dalam pulak

dari sumur belakang Bahana.”

Kini ia masih kuliah semester

sebelas di Fakultas Hukum UR.

N a m a

l e n g k a p n y a

Erliana, hanya

tujuh huruf. Ia

kuliah di

Fakultas Hukum UR

semester tiga. Gadis

berdarah batak ini lahir di

Bukit Damar, Rokan Hilir, 7

September 1990.

Cita-cita Erli sukses dunia

akhirat. “Yang penting tetap

berpikir merdeka,” katanya

Gio, panggilanakrabnya, lahir diSolok, SumateraBarat, 10 April 1990.Sehari-hari kuliah diJurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,Universitas Riau. Masuk Bahana sejakNovember 2009.Cita-citanya jadi pengusaha.Sedangkan hobinya, berenang. “Halpaling menyenangkan saat bisamakan gratis dari hotel ke hotel.” Jadi,hobinya berenang atau makan yaa???

Ahlul Fadli lahir di

Kampar, 26 Juli

1991. Tekadnya

selalu ingin berbuat

untuk orang

banyak. “Makanya

saya ikut organisasi,” kata Fadli.

Kini ia tercatat sebagai mahasiswa

Pendidikan Luar Sekolah (PLS)

FKIP UR, semester tiga. Fadli hobi

main musik. Kelak, ia bercita-cita

ingin mendirikan sekolah gratis.

Soal Bahana ada yang selalu

diingatnya, “Makan nasi bungkus

bersama,” kata Fadli.

Page 28: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 201028

TANGGAL 23 September 2010.Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasanterbang di atas hutan Riau. Ia mengakumiris lihat kondisi hutan yang terbakar,rusak, dan hancur. Zulkifli cerita soalnegeri Ginseng Korea yang pandaimemelihara lingkungan dan negeriKanguru Australia yang beri denda bilamasyarakatnya mematahkan rantingpohon.

Selama Zulkifli bicara, pikiranZamzami melayang. Ingatannya tertujupada 17 izin penebangan hutan kayakarbon dan bernilai tinggi konservasiyang dikeluarkan Zulkifli Maret silam.Zamzami berontak, meski hanya dalamhati. “Apa gunanya Anda bicara soalpenanaman sementara Anda memberiizin penebangan hutan?”

Akhirnya Zamzami ambilkesimpulan, cerita Zulkifli hanyapepesan kosong. “Ibarat tangan kananmenanam, tapi tangan kiri menebang,”tulisnya di situs kompasiana.com.

lll

Tamat pesantren Darunnajah tahun

1999. Zamzami masuk Universitas Riau(UR) Fakultas Ekonomi (FE) JurusanManajemen. “Saya bukan tak mausekolah agama. Itu pilihan kedua.”Pilihan masuk perguruan tinggi negeritermotivasi perkataan Kiai pondoktempat ia sekolah. “Di jidat kalian masihtertempel Darunnajah. Bertebaranlahkalian ke seluruh penjuru dunia,” ujarnyamenirukan perkataan kiai itu.

Sejak semester satu, Zamzami sudahsering ikut aksi. Ia pernah aksi soaltempat maksiat. Saat itu terjadi bentrokdengan aparat keamanan. “Saya kenatangkap. Celana jins robek. Difoto-fotosama polisi,” katanya.

Organisasi pertama yang ia kenalBKIM (Badan Kerohanian IslamMahasiswa) FE. Namun ia tak masukBKIM. Zamzami masuk HMI(Himpunan Mahasiswa Islam). Empattahun di sana, ia putuskan keluar darikeanggotaan HMI. “Biasanya orang lainkalau keluar dari kepengurusan, sayalangsung dari keanggotaan.” Alasannya,tak sesuai dengan beberapa carapendekatan organisasi.

Selama berproses di HMI, ilmuorganisasi Zamzami makin terasah. Iasering berdiskusi dengan siapa saja.Selain diskusi, ia belajar berorganisasi

dengan membaca buku. Terutamabuku-buku para pemikir luar negeri.“Hebatnya, apa yang ada di pikiranmereka sekarang, betul-betul terjadi dimasa depan.”

Tak hanya aksi, selama kuliah,Zamzami juga aktif bikin kelompokstudi. “Walaupun isinya cuma tiga or-ang.” Mereka bikin newsletter Suara Koma.Mereka kritisi berbagai ketimpangan diFE. Mereka pernah protes soal kampusyang tiap ujian sarjana mewajibkanmahasiswa beli makanan dari Vanhollano.

Protesnya, mengapa mesti beli diVanhollano? Mengapa tidak beli darimasyarakat kecil yang memang butuhperputaran modal? “Fakultas Ekonomiyang di luar berbicara tentang ekonomikerakyatan, mestinya juga bisamengimplementasikannya,” tulis merekadi newsletter itu.

Sejak semester dua, ia aktif menulis.Tulisannya sering dimuat di Riau Pos. “Itujadi nilai tambah buat kita,” terangZamzami. Saat jabat Ketua BadanEksekutif Mahasiswa (BEM) FE, BEMberhasil mengelola beasiswa sendiri.“Lembaga mahasiswa jauh lebih tahusiapa saja yang lebih membutuhkanbeasiswa,” ujarnya dihadapan EdyanusHerman Halim—saat itu PembantuDekan III dan Kennedy—saat itumenjabat Dekan FE. “Edyanus danKennedy setuju,” kata Zamzami.

Oleh Lovina

ALUMNI

Page 29: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 2010 29

Januari 2007. Niatnya daftaryudisium. “Itu yudisium terakhir. Harusdaftar. Kalau tidak, DO,” ceritanya.“Mau ngapain, Zam,” tanya orang biro.“Daftar yudisium, Kak,” jawabnya.“Apalah kau ni, itu yudisium udah selesaitadi pagi,” balas orang biro. “Haa???”Zamzami kaget. Ia panik. Langsungpergi ke ruang dekan, melapor. Setelahdiurus sana-sini, “Alhamdulillah, akhirnyabisa juga yudisium, walaupun sendiriandi ruang dekan.” Baginya, semua itu adahubungannya dengan aktif di organisasikampus.

lll

Tahun 2004. Zamzami masih kuliah.Ia bekerja jadi news anchor di radio SmartFM. Ia juga sempat kerja di TribunPekanbaru. “Perbanyak pengalamankerja,” katanya.

Zamzami senang jadi jurnalis.Banyak pengalaman berharga selama diTribun ia dapat. Awal masuk, masihpelatihan, dikirim meliput gempa diSolok, Sumatera Barat. Lalu bertugas diDuri selama setahun. Tahun 2008,dipromosikan ke Tribun Pontianak. Darisana diopor ke Singkawang. Kemudiandiangkat jadi redaktur. Saatdipromosikan itulah, ia pilih keluar. “Adamasalah internal. Saya putuskan resign.”

Meliput tempat persembunyianNurdin M Toop di Rokan Hilir. Itupengalaman paling menarik Zamzamiselama jadi jurnalis. Saat itu ia bertugasdi Duri. “Perginya nekad, betul-betultanpa persiapan.” Ia hanya bawa uangRp 25 ribu. Tak tahu menginap di mana.Untung narasumbernya jumpa danpulang dengan selamat. Tulisannya pundimuat di halaman pertama Tribun. Iabangga.

Sampai akhirnya memilih keluar dariTribun, ia tak menyesal. “Beri saya waktusetidaknya enam bulan untuk tidakbekerja,” ujar Zamzami pada kedua or-ang tuanya. Namun satu hal yangdiyakininya, “Anda bekerjalah maksimal.Fokus maksimal. Sibuklah denganpekerjaan. Jangan sibuk dengan konflikdi lingkungan kantor. Kalau Andabersinar dan kalau kantor tidak melihatsinar Anda. Maka yakinlah sinar itu akanmenembus kantor. Menembus keluar.”Itu kata-kata dari seorang narasumberyang diingat Zamzami hingga sekarang.

Zamzami merasa kata-kata itu

terbukti kebenarannya. Tak sampai 24jam ia keluar dari Tribun, tiga tawarankerja menghampiri. Ketiganya datangdari media. Akhirnya ia pilih tawaranketiga. “Itu di radio tempat dulu sayabekerja, posisinya juga sama.” Hanyaempat bulan ia di sana. Lalu dapattawaran—melalui seorang temannya—bekerja di Greenpeace.

Awalnya Zamzami sempat ragu.Ragu karena Greenpeace menerapkansistem kontrak. “Banyak orang taknyaman dengan kontrak.” Setelahdiskusi dengan kawan-kawan, ia punterima tawaran itu. “Walaupun awalnyasaya tak tahu sama sekali Greenpeace ituapaan.” Sejak April 2009, Zamzami punresmi aktif di Greenpeace. Jabatannya,media campaigner Riau Greenpeace AsiaTenggara. Fokusnya mengkampanyekansoal kerusakan hutan dan lingkungan.

lll

Zamzami lahir di Padang, 4 Januari1981. Enam tahun sekolah dasardilaluinya di empat sekolah berbeda.Kelas 1 di Padang, kelas 2 pindah keBatu Sangkar, kelas 3 dan 4 kembali kePadang tapi di sekolah yang beda dariyang lama. Kelas 5 dan 6 pindah keJakarta.

Selain sibuk sekolah, Zamzamihabiskan sisa waktunya untuk berjualan.Menjajakan gorengan keliling kampung.Walau temannya sering menyindir, “Woi,goreng goreng goreng,” namun ia takmalu. “Malah senang, dapat duit.”

SMP dan SMA dilaluinya diPesantren Darunnajah Jakarta. “Waktuitu kami teman satu geng di SD sama-sama sepakat masuk pesantren. Ujung-ujungnya cuma saya yang pesantren,”akunya. Namun Zamzami senangsekolah di pondok. “Dalam bayangansaya, kalau di pesantren, sebelum tidurpasti ada ngobrol dulu.” Zamzami sangatsuka ngobrol, diskusi, dan cerita.

Selama sekolah, cukup banyakaktifitas kesenian ditekuninya. Tari

daerah, puisi, pidato. Yang palingberkesan, “Waktu SD juara 2 lombapidato se-kecamatan, karena pesertanyacuma dua orang,” kata Zamzami serayatertawa. Menulis puisi masih dilakoninyahingga sekarang, bila ada waktusenggang.

lll

Tepat setahun lalu. Greenpeace turunke Semenanjung Kampar. Merekakampanye. Mendesak pemerintah Indo-nesia komitmen menurunkanpemanasan global, menyoroti tingginyalaju deforestasi hutan, mempertahankansumberdaya kehidupan masyarakat dikawasan gambut yang hancur akibatrusaknya hutan.

Zamzami turut kampanye. Ia jugamembangun dam. Pekerjaan bikindam dilakukan tiga minggu. “Kita buatdua dam di kanal yang sama.” Dampertama menghambat ombak bonomasuk ke kanal. Dam kedua untukmenghambat aliran air gambut kesungai.

Total 40 hari Zamzami di campGreenpeace, empat hari dalam seminggu.“Kebagian piket jaga malam, piket nyapu-nyapu camp, dan sebagainya,” ceritanya.Itu merupakan pengalaman palingmenarik selama bergabung di Greenpeace.

“Lingkungan yang palingdikerdilkan itu masyarakat kecil. Merekatak punya kekuatan untuk berontak,menyampaikan aspirasi. Tugas kitalahmenyambungnya,” pesannya.

Idealisme selama berkecimpung dibidang lingkungan dibandingkan saatmahasiswa dan jurnalis, menurutnya, takjauh beda. “Sama saja. Sama-sama belarakyat kecil. Itu yang saya suka.”

Ia komitmen berjihad di bidanglingkungan. Meski orang tua selalubilang, “Kalau ada pekerjaan yang lebihbaik, resikonya lebih kecil, gajinya cukup,meski tak sebesar yang sekarang, lebihbaik pindah.” ***

“Lingkungan yang paling dikerdilkan itumasyarakat kecil. Mereka tak punya kekuatan

untuk berontak, menyampaikan aspirasi.Tugas kitalah menyambungnya.”

Page 30: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 201030

Bincang-bincang

PUSAT TAK ADIL menggelon-torkan dana untuk Riau, padahal Riaupenyumbang terbesar AnggaranPendapatan Belanja Negara (APBN).Kalimat inilah yang sering jadi dasarpergerakan masyarakat Riau menuntutkeadilan pusat.

Beberapa gerakan pernah lahir.Bahkan ekstrim. Setelah keranreformasi dibuka, Riau pekikkanMerdeka. Tapi tak lama, Riau Merdekareda. Opsi ini berlanjut pada KongresRakyat Riau (KRR) II. Merdekakembali disepakati. Namun hari ini takterdengar lagi. Tak hanya itu, ada lagiForum Nasional Perjuangan RakyatRiau untuk Otonomi Khusus (FornasOtsus), serta Tim DBH besutanpemerintah Propinsi Riau.

Ada juga Kongres Pemuda Riauyang ditaja LSM Majelis Anak Melayu(MAM), 19 April 2008. Ada presedensaat kongres dihelat. Panitia menyebarpamflet dan note book bergambarSutiyoso. Deklarasi dirinya sebagaiPresiden 2009. Kongres deadlock. Pre-sidium dan badan pekerja (BP)dibentuk. Mempersiapkan kongresberikutnya.

“Kalau tak terjadi insiden itu,mungkin sebuah resolusi besar sudahdilahirkan,” kata Ir. H. BurhanuddinM.Si, Ketua Presidium terpilih saat itu,kepada kru BM, Aang AnandaSuherman dan Giovani Gabreli diWisma Ikatan Warga Kepulauan Riau,Minggu (10/10). “Kita akan adakan2011 ini, insyaallah keputusan besarakan lahir.”

Mengapa disebut keputusanbesar?

Kalau bicara keputusan besar, or-ang pasti bertanya apa dasarnya. Inikeputusan yang diambil 19 April 2008lalu secara musyawarah. Kongres iniingin mengakomodir pemikiranseluruh elemen masyarakat Riau. Jadiini amanah, untuk memecahkansemua masalah yang dibicarakan.

Tahun 2011 kongres akan digelar,apakah ini juga amanah?

Amanah kongres hanya menyuruhsecepatnya. Target kita Juli 2011. Kitacari momen sebelum sumpah pemuda.Karena sumpah pemuda tahun 2011nasional akan dipusatkan di Riau. Jikasemua komponen masyarakatmendukung gerakan ini dan bersatupadu, kita akan laksanakan bulan Mei.

Jadi kita harus cermat dan arif. Jikaditanya pusat harus bisa jawab. Apayang kalian tuntut? DBH (Dana BagiHasil). Berapa? 70 pusat 30 Riau. Kamikasih 30 persen, apa yang kaliansiapkan? Harus bisa jawab. Artinya kitaharus berpikir konsep. Pergerakan dantuntutan ini harus dimodifikasi dengankoridor tepat. Bila kita utus delegasike pusat, sudah siap berdialog.

Persiapan sudah sejauh mana?Sekarang kami sedang susun

tahapan ke sana. Media center sudahterbentuk, OC sudah persiapkanpanitia, SC sedang menyiapkannaskah. Kalau naskah siap, akan kitalokakaryakan, kita presentasikan,undang para pakar. Setelah itudeklarasi. Lalu semua kabupaten kamiminta angkat isu yang sama.

Selain amanah, seberapa pentingkongres dilaksanakan?

Hari ini pemimpin sudahkehilangan kepercayaan. Banyakketidak adilan di seluruh daerah. Inipergerakan moral. Perlu diberikan agarpusat berpikir lebih jernih dalammenjalankan amanah pembangunan.Kita minta mereka betul-betul adil.Tujuannya mengangkat harkat danmartabat masyarakat Riau.

Sebelumnya banyak gerakanserupa, tapi tak ada hasilsignifikan?

Soal itu, pusat sebetulnya melihatada kekosongan dalam pergerakanyang sudah-sudah. Tuntutan kita

belum matang. Kita belum kompak.Kini kita kelompok-kelompok,makanya lemah. Kalau terus begini,kita tak akan dapat apa-apa.

Bila ada kelompok lain lagi bikinperjuangan serupa?

Semakin banyak, semakin bagus.Tapi gerakan itu harus diakomodirdengan baik. Itu bisa semakinmeyakinkan pusat bahwa pergerakanini murni untuk kepentinganmasyarakat. Justru itu yang kitaharapkan, simpul-simpul gerakan.Termasuk semua tokoh harusberpartisipasi.

Apa lagi yang dikeluhkan daerahke pusat?

Dari sudut pandang luas,sebetulnya kita masih dizalimi. Tak adalagi transparansi pusat soal bagi hasil.Kedua, tak ada itikad baik pusatmemberi perhatian lebih ke Riau.Padahal Riau penyumbang devisasektor migas terbesar.

Kita ambil contoh daerah lain.Mengapa Aceh bisa 70, 30 persen,Papua 80, 20 persen? Kenapa Riau 85,15 persen? Itu pertanyaan yang harusterjawab. Kenapa pusat tak bisamenitipkan 10 persen saja untukdaerah penghasil? Katakan produksiminyak nasional 1 juta barel. Sekitar50 persen lebih berasal dari bumi Riau.

Kalau bicara ke hal lebih teknis.Saat penghitungan ada istilah liftingmigas, per triwulan satu, dua, tiga. Riauhanya diundang membahas,mengkroscek dokumen yang sudahjadi, yang dibuat oleh BP Migas dandepartemen keuangan.

Saat mereka menghitung dari titiknol, saat loading jual minyak, tak pernahkita dilibatkan. Bagaimana DMO (do-mestic market obligation), kita tak pernahtahu. Jadi mereka tidak transparan.Dan saya rasa, rata-rata ini dialamidaerah penghasil lainnya.

Lihat lagi CPO, 6 sampai 7 ton per

Pusat Perlu Berpikir Jernih

Page 31: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 2010 31

Bincang-bincangtahun. Sekian puluh triliun pajak hasilekspor berasal dari bumi Riau, tapiseperak pun tak sampai ke Riau.

Jadi?Itu satu. Kalau kita bicara lebih

dalam lagi di sektor oil and gas ini. Lihatundang-undang migas nomor 28tahun 2001. Tak ada satu pun pasalyang memberi celah pada daerahuntuk mengelola. Sifatnya masihsentralistik. Padahal hari ini kita bicaraotonom.

Bagaimana opsi Riau Merdeka?Tidak. Kita tak masuk ke sana.

Artinya, kita dalam koridorkonstitusional. Pergerakan iniberlandaskan konsep yang dibenarkanperaturan perundangan yang berlaku.Kita bicara dalam koridor NKRI,bukan inkonstitusional. Kalau adayang berpikir Riau Merdeka, itumungkin pandangan pribadi ataukelompok. Tapi saya tegaskan dalamkongres ini tak akan ada anarkisme.Saya tak mau membawa mahasiswa,masyarakat berpikir anarkis. Kitaberpikir konstruktif, begerak dengansemangat dan idealisme mereka. Bilaini dikombinasikan, akan hebat. Tapiini upaya. Segala sesuatu kita mohondari Allah, mohon doa dari semua.

Langkah strategis untuk kongresini?

Saya ingin tegaskan. Apapunbentuk keputusannya, harus melaluimusyawarah mufakat. Harus adakonsep matang. Misal kita bicaraparlemen, ada usaha ke sana, tapi taktotal memberi support. Kelemahan iniyang buat pergerakan lambat.

Setelah ada konsep matang, barukita bicarakan bentuk kongres. Kalausudah siap, baru dibahas perlu tidakini dilakukan. Kita lakukan dulu prakongres di kabupaten atau kota. Lalu,lokakarya di sini (Pekanbaru, red).Kalau lokakarya sudah melibatkan

seluruh pelaku pemimpin, alim ulama,cerdik pandai, pemangku kepentingan,mahasiswa, dan dinyatakan sepakat,final sudah sebuah konsep. Barupancangkan untuk laksanakankongres. Ini tahapan yang harusdilakukan.

Jadi 2011 betul-betul siap dihelat?Insyaallah, saya akan berupaya

segala daya upaya. Dan ini akan jadirepresentasi seluruh masyarakat Riau.Satu pemikiran saya, kongres nanti atasnama rakyat, pemuda, dan seluruhmasyarakat Riau.

Bukan pemuda saja?Bukan. Kita akan libatkan seluruh

elemen masyarakat. Dalam waktudekat akan kita adendumkan itu. Jadi,namanya kongres pemuda danmasyarakat Riau. Karena beberapakomponen tokoh masyarakat, sepertiFKPMR, lembaga adat minta kongresini juga melibatkan komponenmasyarakat.

Harapan terbesar dari kongres?

Sebetulnya kita menghormatikoridor hukum. UU bicara 85 persenpusat, 15 persen Riau, silahkan. Tapiyang kita inginkan, misal, produksiRiau 400 ribu barel, kita minta 10persen dari 400 ribu barel untuk Riau.Artinya, kita tidak anarkis, tapi rasional.

Tak ada yang bilang Riau belumsanggup. Persoalannya karena takdiberi kesempatan. Buktinya, dikasihblok Langgak, BSP, jalan. Soalkekurangan produksi ok, tapi hargaikita dalam bentuk proses.

Katanya semangat otonomi,macam apa? Seribu triliun APBN, 700triliun parkir di pusat, 300 triliundibagikan ke masyarakat Indonesia.Untuk apa? Sudahlah Riau mengemis,menjolok-jolok, kecil pula yangdidapat. Sedih betul. Kalah puladengan Sumatera Barat. Mereka tidakmenjolok, dapat besar. Awak sudahbawa galah pun dapatnya kecil.

Jadi saya harapkan petinggi negeriini membuka minda, agar melihat Riausecara jernih dan arif sebagaipenyumbang devisa terbesar di Indo-nesia. Itu yang kita tuntut. ***

foto: Aang BM

Page 32: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 201032

JUMAT PAGI, 1 Oktober 2010.Puluhan mahasiswa FakultasPertanian (Faperta) Universitas Riau(UR) kumpul di pelataran gedungdekanat. Bukan sedang kuliah. Tapi,unjuk rasa. Aksi pagi itu digelar Fo-rum Solidaritas Mahsiswa FakultasPertanian. “Kami minta penjelasandekan,” kata Rahmad, Ketua Forum.

Forum itu menuntut peninjauankembali (PK) dan mencabut suratkeputusan (SK) soal sanksi akademispada empat mahasiswa Faperta URkurun waktu 14 hari. “Jika tidakdipenuhi, kami minta dekan FapertaUR untuk mundur dari jabatannya,”kata Rahmad.

Hari itu, mereka tak berhasiltemui Dekan. Hanya PembantuDekan (PD) II, Raswen Effendi danPD III, Ahmad Rifai. “KarenaDekan tak ada dan kami sepakatbuat surat banding, kami bubar,” ujarRahmad, Ketua Forum.

Esoknya, Sabtu, 2 Oktober 2010.Rahmad dan kawan-kawanmelanjutkan aksi. Dekan ada.Namun sekitar satu jam berorasi, iatak juga turun. Setelah itu, Dekanminta perwakilan massa aksi, 10 or-ang, berdialog dengannya. Merekasepakat. Dialog berlangsung diruang rapat senat Faperta. Rapatdihadiri Dekan, seluruh PD, kecualiPD I, Rusli Rustam.

lll

Munculnya aksi-aksi tersebut,usai turunnya SK Dekan nomor1381/H19.1.23/AK/2010, tanggal28 September 2010. Ini jadipenyelesaian akhir kasus 3 Juni 2010ruang Kakao (BM edisi Juli 2010;Berebut Kekuasaan Himagrotek). Isinyapemberian sanksi akademis padaempat mahasiswa. Rafi Merbamas,Afrinando, Bobi Irtanto, dan BobiMiswanda. Sanksi akademis berupaskorsing selama semester ganjil 2010/2011. Artinya, mereka tak diizinkankuliah ataupun ikut ekstra kurikulerdi Faperta.

Ada beberapa pertimbangankeluarnya SK itu. Seperti SK RektorUnri Nomor 55/J19/AK/2003 danSK Rektor Unri Nomor 109/J19/AK/2003. SK 55 menerangkan adasanksi administratif dan sanksiakademis, sedangkan SK 109 bab VIpasal 10 ayat 3 poin (c) menerangkansanksi untuk mahasiswa bisa berupatidak diikutsertakan dalam kegiatanakademis atau ekstra kurikuler dilingkungan fakultas atau universitasuntuk jangka waktu 12 bulan.

Namun, kata Usman Pato, rapatsenat istimewa 2 Juli 2010 jadi alasanutama. Rapat bahas soal pertikaianmahasiswa pada tanggal 3 Juni 2010.Ada 6 keputusan diambil pada rapatyang dihadiri 15 anggota senatFaperta dan 7 undangan itu. Empatdari tujuh undangan merupakannama-nama yang diberi sanksiakademis.

Beberapa hasilnya, tiap yangbersalah dikenai sanksi sesuai aturanyang berlaku di Faperta. Sanksiberupa skorsing minimal 1 semesterdan maksimal 2 semester yangberlaku efektif pada semester ganjil2010/2011. Selanjutnya dibentukTPF untuk menyelidiki pihak yangbersalah sebelum diberi sanksi.Artinya, sanksi skorsing telahdisepakati saat rapat itu.

Lewat surat banding, ForumMahasiswa Peduli FakultasPertanian balas penjelasan Dekan.Mereka mengatakan SK Rektor UnriNomor 55/J19/AK/2003 dan SKRektor Unri Nomor 109/J19/AK/2003 itu memberikan sanksi pada

Penyelesaiankasus 3 Juni ruang

Kakao usai. Rafijadi ‘tumbal’.

Oleh Lovina

Tumbal Ruang Kakao

REPORTASE

Aksi forum solidaritas mahasiswa pertanian tuntut Dekan cabut SK skorsing pada empat mahasiswa Faperta.

foto: Aang BM

Page 33: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 2010 33

mahasiswa yang telah menggangguketertiban. “Artinya dua belah pihaktelah membuat keributan, dua belahpihak harusnya dikenai sanksi.”

Soal rapat senat 2 Juli 2010, suratbanding menyatakan ada kekeliruandi rapat. Yakni peserta rapatlangsung menetapkan sanksi skorsing.“Kok vonis hukuman sudahditetapkan? Padahal siapa yangbenar-benar salah belum tahu,” kataRahmad.

Lalu rekomendasi TPF. Menurutmereka, rekomendasi TPF takmemvonis siapa yang benar-benarbersalah. Ada empat poinrekomendasi. Pertama sanksidiberikan pada terlapor dan korban.Pertimbangannya, pemukulandisebabkan ada pemicu. Kedua,sanksi pembinaan. Mereka wajiblapor pada program studi (prodi)masing-masing dan prodi melakukanpembinaan selama 3 bulan. Ketiga,sanksi peringatan. Bila merekakembali mengganggu ketertiban dankenyamanan akan dikeluarkan dariFaperta. Rekomendasi terakhir,sanksi organisasi kemahasiswaan.Tak boleh menduduki jabatan dalamorganisasi.

“Tak ada bahasa skorsing,” tulismereka. TPF hanya paparkan hasiltemuan dan merekomendasikansanksi yang layak dikenakan.“Kenapa dekan menjatuhkanskorsing? Jadi untuk apa TPF bekerjakalau satupun sanksi yangdirekomendasikan tak dipakai?”

Forum itu juga menulis, harusmempertimbangkan rasa kema-nusiaan dan sikap kooperatifkeempat mahasiswa dalam prosespenyelesaian. Mengganti semuakerugian, menghadiri semua prosespenyelesaian tepat waktu dan tidakmangkir, serta ikhlas minta maafpada korban pemukulan. Merekamenyimpulkan, bahwa empatmahasiswa itu tak layak diberi sanksiskorsing.

lll

Kembali ke dialog di ruang rapatsenat. Setengah jam berlalu,dihasilkan kesepakatan. Dekanbersedia meninjau kembali SK 28September, dan meminta waktu

sepuluh hari. Usman Pato jugamengatakan akan ada pembicaraankembali dengan empat mahasiswayang diberi sanksi. Dialog usai.

Tak lama, sepuluh perwakilanmassa yang berdialog dengan dekanturun. “Nanti akan ada pertemuanlagi antara pimpinan dengan merekaberempat. Kalau mereka bersedia di-skors, tentu kita tidak bisa berbuatapa-apa. Yang jelas kita ingin solusiterbaik,” jelas Aang AnandaSuher man, salah seorang darisepuluh perwakilan menyampaikanhasil pertemuan itu kepada massaaksi yang sedang berorasi. Usaipenjelasan, mereka membubarkandiri.

lll

Kamis, 14 Oktober 2010. DekanFaperta, Prof. Usman Pato—melaluirapat pimpinan tanggal 2 Oktober2010 bersama empat mahasiswayang kena sanksi skorsing—kembalimengeluarkan SK nomor 1446/H19.1.23/AK/2010. Isinya, hanyaRafi yang dikenai sanksi. Rafi di-skorsselama semester ganjil 2010/2011.

“Berdasarkan keputusan senat 2Juli 2010, tetap harus ada yang di-skors,” ujar Prof. Usman. Lantasmengapa hanya satu pihak?“Sudahlah, tak usah bahas itu lagi.Sekarang masalahnya kan sudahselesai. Yang jelas setelah gugatandicabut, mereka (pelaku pemukulan,red) harus diberi sanksi skorsing.”

Bobi Irtanto dan Afrinandomenduga keputusan sepihak itu adakaitan dengan perjanjian yangditanda tangani dekan dan Suwito—korban pemukulan—di atas materai.“Bisa jadi. Nampaknya ini keputusanterjepit,” kata Bobi. “Semuakeputusan ada di tangan Dekan,”tambah Afrinando.

Soal Rafi sendiri yang kenaskorsing, mereka berdua belum tahupasti alasan Dekan. “Aku belumdapat SK yang baru itu,” aku BobiIrtanto dan Afrinando bersamaan.Ternyata hingga Minggu (24/10),Rafi pun belum terima SK skors-nya.“Tapi kalau itu keputusannya, akuterima.”

Isu yang beredar, saat massa aksiberorasi, Rafi menjumpai dekan di

ruangannya. Waktu pertemuanempat mata itu, Rafi minta dekanmencabut SK skorsing pada ketigatemannya—Afrinando, Bobi Irtanto,dan Bobi Miswanda. Sebagaigantinya, ia bersedia di-skors seorangdiri. Dekan sepakat denganperjanjian itu.

Afrinando juga mendengar isuserupa. Yang aku dengar, ujarnya,Rafi main tunggal. Katanya diasudah jumpa Dekan sebelumnya.“Tapi hanya kabar burung.Istilahnya suara ada, orangnya nggaknampak.” Saat pertemuan antaraempat mahasiswa dengan pimpinanpun, tak ada keputusan siapa sajayang akan di-skors. “Yang nentuin itusemua dekan. Jadi keluar pun namaketika rapat berempat itu, kanbelum menjadi keputusan,” jelasAfrinando.

Ketika ditanya, Rafi berko-mentar, “Kata siapa? Yang jelasDekan tak salah.” Mahasiswaangkatan 2005 ini pun menolakberkomentar lebih. “Tak usah lagiyang itu dibahas. Yang jelas aku tahupasti Dekan tak salah. Aku kenalbaik siapa dia,” sebut Rafi berulangkali. Sementara Prof. Usman hanyamenyebutkan, keputusan yang telahdiambil adalah keputusanterbaik.***

Rafi Merbamas

Istim

ewa

Page 34: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 201034

PUAK Melayu di Indonesiakini hanya dipandang sebagaibagian kecil dalam konsep

nusantara. Padahal, di masa jayakerajaan Sriwijaya dengan wilayahtakluk yang begitu luas, sebenarnya

konsep ke-Melayuan itu sempatmenaungi sebagian besar wilayahIndonesia di masa silam. Namun,jejak-rekam keperkasaan Melayu(baca juga: Melayu Nusantara) kiniberbekas dalam wujud wilayahgeografis yang sempit denganindikasi-indikasi masih adanyapeninggalan adat-tradisi dan nilai-nilai budaya.

Menoleh ke latar belakangsejarah yang panjang, orang-orangMelayu Nusantara yang menghunisebagian wilayah teritorial di Indo-nesia berasal dari ras Weddoide yangkini direpresentasikan melalui suku-suku asli yang ada di Riau,Palembang dan Jambi, seperti sukuSakai, Kubu dan Orang Hutan.Setelah itu, antara tahun 2500-1500SM datanglah golongan pertama rasMelayu dari bangsa Proto-Melayuyang menyeberang dari benua Asiake Semenanjung Tanah Melayu teruske bagian Barat Nusantara termasukSumatera. Di Riau, keturunan Proto-Melayu ini dapat dijumpai melaluisuku asli Talang Mamak dan SukuLaut.

Gelombang kedua kedatanganras rumpun Melayu ini sekitar tahun300 SM yang disebut Deutro-Melayu. Kedatangan bangsa Deutro-Melayu ini memaksa bangsa ProtoMelayu menyingkir sehingga adayang menyingkir ke pedalaman danada pula yang berbaur denganpendatang. Bangsa Deutro Melayuinilah yang menjadi cikal-bakalrumpun Melayu yang ada disebagian wilayah nusantara.

Sementara Prof. S. Husin Ali,Guru Besar dari Universiti Malayamenngatakan bahwa pendatangpertama di Semenanjung diper-

kirakan berasal dari kelompokMesolitik dan Neolitik (seringdisebut Proto-Melayu) yang berasaldari daerah Hoabinh di Indocina.Perpindahan ke arah selatan itudimulai kira-kira 3000-5000 tahunyang lalu dan kebudayaan merekasering disebut kebudayaanHoabinhiano. Kelompok orang-or-ang ini terdiri dari orang-orangbertubuh kecil dan kuat, berkulithitam dan berambut lebat. Merekamenyebar ke arah selatanSemenanjung dan beberapa di antaramereka menyeberang ke PulauSumatera, sedangkan lainnya teruske Selatan sampai ke KepulauanMelanesia di Lautan Pasifik.

Antara abad VII-XIII pada masajaya kerajaan Sriwijaya yang padamulanya berpusat di Muaratakus(Kampar, Riau) kemudian berpindahke Palembang (Sumsel), wilayahkekuasaannya menyebar di seluruhSumatera, Selat Melaka danSemenajung Tanah Melayu. Diujung kekuasaan Sriwijaya yang kianmelemah, salah seorang DinastiSyailendra bernama Sang Sapurbameninggalkan kerajaan Sriwijayauntuk melakukan perjalanan sambilmembangun pengaruh di kerajaan-kerajaan yang sudah ada. SangSapurba sampai di KerajaanTanjungpura (Kalimantan), Bintan(Riau Kepulauan), Kuantan (RiauDaratan) dan membina hubunganbaik dengan mengawinkan putra-putranya dengan putri kerajaan yangdikunjunginya. Selanjutnya, SangSapurba mulai membangun DinastiMelayu melalui kerajaan-kerajaanyang ada seperti Kerajaan Bintan,Tumasik (Singapura), Melaka,Kandis, Kuantan, Gasib, Rokan,

Pluralitas MelayuDalam Bentangan Sejarah

Sajian Budaya

SPN. Ir. Fakhrunnas MA Jabbar, kolomnis, budayawan,

sastrawan,Program S2 KomunikasiUMJ/ UMRI, tinggal di

Pekanbaru.

Page 35: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 2010 35

Segati, Pekantua dan Kampar.Di Kerajaan Bintan, seorang

anak Sang Sapurba yang bernamaSang Nila Utama dikawinkan denganputri Kerajaan Bintan yangkemudian dinobatkan menjadi raja.Sang Nila Utama pula yangmembangun kerajaan Tumasik.Kerajaan Tumasik dengan rajaterakhir, Prameswara saat diserangKerajaan Majapahit, selanjutnyamendirikan Kerajaan Melaka.

Kerajaan Melaka akhirnyaditaklukkan Portugis. Muncullahkemudian Kemaharajaan Melayudibawah kepemimpinan SultanMahmud Syah I yang berkedudukandi Bintan kembali merebut bekas-bekas taklukan Kerajaan Melaka.

Tak Melayu Hilang di BumiBentangan sejarah masa silam

itu, memberikan gambaranbagaimana perkembangan puakMelayu di kawasan Nusantara yangdominan berada di kawasanSemenanjung Tanah Melayu danpesisir Timur Sumatera. Di masajaya Kerajaan Melaka, seorangPanglima Angkatan Lautnya yangsangat termasyhur, Laksemana HangTuah mengikrarkan semboyan yangsangat memuja kejayaan bangsaMelayu. Ikrar Hang Tuah ituberbunyi:

Esa hilang dua terbilangTak Melayu hilang di bumiTuah sakti hamba negeri

Perkembangan puak Melayusetelah masa jaya kerajaan-kerajaanMelayu senantiasa memberikanpeluang bagi kaum pendatang untukberasimilasi. Di abad ke-18, limaorang putera Upu Tenderi BurangRelaka dari Luwe mengembara diKepulauan Riau. Kelima orang ituadalah Daeng Perani, DaengMenambun, Daeng Marewa, DaengCelak dan Daeng Kemasi yangbergabung dengan para putera Sul-tan Abdul Jalil Riayat Syah IImenggulingkan Raja Kecil yangmemerintah Kemaharajaan Melayudi Bintan. Inilah awal mulanya parapendatang Bugis secara turun-temurun ikut memerintah ataumenjadi pembesar kerajaan Bintan.

Melayu BaruProses migrasi dari para

pendatang yang ada di sekitarkawasan Melayu Riau baik di masabermunculannya kerajaan-kerajaanMelayu maupun setelah masakemerdekaan, makin terbuka bagipara pendatang. Proses perbauranatau asimilasi tak terhindarkans e b a g a i

proses alamiah terbentuknya puakMelayu Baru. Proses yang samaberlangsung pula di kawasan Melayuterutama di Sumatera danKalimantan seperti Palembang, Deli(Medan), Jambi, dan Pontianak.Puak Melayu Baru inilah yangmembentuk pluralitas(kemajemukan) Melayu sehinggaorisinalitas Melayu sangat sulitditemukan sejak dulu.

Bila pemahaman ‘putra daerah’Melayu dimaksudkan asal-usul orangMelayu yang pertama mendiamibumi Nusantara ini, tentulah dari rasWeddoide, Proto-Melayu danDeutro Melayu yang kini tersisasebagai suku-suku asli. Tapi padagenerasi Melayu Baru, amat sulitmencari orisinalitas Melayu karenapengaruh perbancuhan ras dan sukuyang datang silih-berganti dikawasan-kawasan bersempadan(perbatasan).

Bila daerah Melayu-Riaudijadikan studi kasus perbancuhanorang tempatan (penduduk yangmenetap lebih awal di suatukawasan) dengan orang-orangpendatang, maka sebenarnya orang-orang Melayu Riau tersebar dandipengaruhi sekurang-kurangnya 5sub-kultur dari hasil asimilasi budaya

tersebut.Kelima sub-kultur yang

berbancuh dengan kultur Melayuitu adalah: Pengaruh Bugisdengan wilayah sebaran di RiauKepulauan dan Indragiri Hilir,Pengaruh Minangkabau(wilayah Kampar dan TalukKuantan, Kuantan-Singingi),Pengaruh Banjar (wilayahIndragiri Hilir), PengaruhMandahiling (wilayah PasirPangarayan, Rokan Hulu),Pengaruh Arab (wilayahSiak Sriindrapura,Pelalawan, IndragiriHulu).

Dalam wacana ‘putradaerah’ di era Otoda,pluralitas Melayu dapatd i j a d i k a npertimbangan untuk

Page 36: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 201036

variasi suku dan ras yang adadipandang sebagai orang-orangMelayu. Apalagi sebagian di antaramereka juga sudah terbiasaberbahasa Melayu atau logat dandialek Melayu baik akibat pergaulansehari-hari atau proses nikah-kawindengan orang-orang tempatan.

Kesulitan dalam membuatpengakuan sebagai orang Melayu ini,pernah dilansir Prof. S. Husin Ali,seorang Guru Besar pada UniversitiMalaya dalam bukunya, RakyatMelayu: Nasib dan Masa Depannya.Prof. Husin Ali memberi tamsilan,sebuah pertanyaan dapat diajukan,dapatkah seorang Cina Melaka(baba) yang berbicara dalam bahasaMelayu, menyanyikan lagu-laguMelayu (dondang sayang),mengenakan sehelai sarung dirumah, makan dengan tangan (tanpasendok atau sumpit), serta dudukbersila di atas lantai dan menikahkananaknya menurut adat Melayu,dianggap sebagai orang Melayu?

Selanjutnya, Husein Alimenambahkan, dan bagaimanadengan seorang perwira Melayuyang memperistri seorang gadisberkebangsaan Inggris, di rumahberbicara dalam bahasa Inggris,makan di atas meja denganmenggunakan sendok dan garpu,

minum bir, mengenakan piyamawaktu tidur dan mengawinkananaknya menurut cara Barat danmengadakan resepsi di Hilton?Bukankah ini bertentangan denganBaba Melaka tadi? Tak seorang punmeragukan bahwa ia seorang Melayuatau mempersoalkan asal-usulnyajika pada masa pensiunnya iamenjadi seorang politisi yangmemperjuangkan hak-hak Melayu,tetapi memanfaatkan posisinya yangpenting itu untuk memperoleh suratizin untuk dirinya sendiri atau untukditunjuk sebagai dewan pengurusdari suatu perusahaan asing dan padaakhirnya diangkat sebagai seorangDatuk atau Tan Sri. Semuanya itubisa dicapai, meskipun denganpergaulan dan cara hidup non-Melayu.

Prof. Husin Ali jugamempertanyakan bagaimana denganimigran yang berasal dari berbagaidaerah di persada Nusantara Melayuini yang karena latar belakang sejarahdan sosial budaya menjadi orangMelayu? Minangkabau, Aceh, Bugis,Banjar dan sebagainya. Kebanyakandari mereka tinggal di negeri ini (Ma-laysia) semenjak kecil tetapi jugaterdapat pendatang-pendatang baru.Banyak di antara mereka yang hanyamenggunakan dialek bahasanyasendiri dan bukan bahasa Melayu.Dengan kata lain, persyaratan bahasatidak mereka penuhi. Apakahdengan ipsio facto ini mereka bukanorang Melayu dan karenanya tidakberhak atas hak istimewa yang

Sajian Budayadiperuntukkan bagi orang Melayu?Kelompok mereka dapat dianggapsebagai bagian dari rumpun besarMelayu Indonesia. Jika kitaberbicara mengenai kebudayaan,mereka harus dianggap sebagai or-ang Melayu. Tetapi ini menurutdefinisi sosial-budaya dan bukanmenurut definisi hukum yang sah.Dalam konstitusi (Malaysia) tidakada pengakuan bahwa bahasa Jawa,Minangkabau dan Aceh masihberhubungan dengan bahasaMelayu.

Barangkali, konsep pluralitasMelayu menjadi penting untukmemperkecil penyempitan wawasankebangsaan menurut ras atau sukusecara mikro yang selaluditumpangkan atas nama ‘putradaerah’. Bisa jadi, arogansi ras yangpernah diagung-agungkan Hitlerdengan bangsa Aria di masa lalujustru makin memecah belah rasakesatuan dan persatuan antarbangsa-bangsa dunia. Lebih-lebihlagi, tak ada sebenarnya dominasisuatu ras atas ras lain karenasesungguhnya semua bangsa-bangsadunia pada mulanya adalah satu: weare the world. ***

Istimewa

Page 37: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 2010 37

Sabtu, minggu keempat Septem-ber 2010. Unit Kegiatan Mahasiswa(UKM) Koperasi Mahasiswa (Kopma)Universitas Riau (UR) adakan rapatanggota. Mereka bahas rencanaKopma buka butik, jual aksesoris, danusaha laundry. “Sekalian susun arsipdari tahun 1990 hingga 2009,” kataMuhammad Faisal, Ketua Kopma. Ituhari pertama mereka kumpul usai liburLebaran.

Bulan Ramadhan lalu, merekasibuk renovasi kantin. Ruangan diubahlayaknya kafe. Meja dibeli baru. Mejausang dicat ulang. Lantai diberikeramik. Barang-barang jualan punditambah.

lll

Dua hari usai rapat anggotaKopma. Pukul 03.00 dini hari. Bunyisirine pemadam kebakaran memecahkesunyian. Hujan rintik-rintik. Suarasirine masih meraung. Semakin lamasemakin ramai terdengar.

Api besar membumbung dari areaKampus UR Gobah. Tepat di atasGedung Pasca Sarjana Fakultas IlmuSosial dan Ilmu Politik (FISIP).Puluhan orang berlari menuju gedung

yang—dengan cepat—dilahap si jagomerah.

Tim pemadam kebakaran sibukmenyemprot air dengan slangnya dariberbagai sisi gedung. Depan, belakang,samping kiri-kanan. Mobil pemadamsilih berganti datang dan pergi. Mobilyang kehabisan air pergi. Datang mobillainnya. Begitu seterusnya.

Angin yang berhembus kencangmembuat api semakin besar danmenyebar. Tim pemadam masih terusbekerja, menyemprot air ke arah api.Ada pula yang melempari kaca jendeladengan batu, agar air lebih mudahmasuk.

Beberapa saat kemudian, hujanturun. Warga yang menyaksikankejadian agak lega. Namun ternyatahujan tak cukup membantu. Api terusmenyebar. Sekitar tiga wargamembantu tim pemadam. Walauhanya meluruskan slang yangbergulung.

Puluhan warga lainnya berdiri diberanda gedung DIII FakultasEkonomi, persis di depan gedung yangterbakar. Mereka bergerombol melihatapi yang terus membakar gedung sertakesibukan tim pemadam kebakaranmemadamkan api. “Tak ada yangmembantu,” ujar Maksum, SatpamProgram Studi Ilmu Keperawatan(PSIK). Gedung PSIK berada dibelakang gedung FISIP yang terbakar.

Di belakang gedung juga banyakwarga. Mereka keluarkan barang-barang yang masih bisa diselamatkan.Ada lemari, kipas angin, dispenser,komputer. Namun satpam tetapmengawasi. “Takut terjadi

penjarahan,” kata Maksum.

lll

Pukul 02.30. Maksum duduk diruangannya sambil menonton televisi.Sedang asyik menonton, tiba-tiba iamendengar bunyi letupan. “Berulangkali.” Saat itu juga ia beranjak dariruangan, mencari tahu apa yangterjadi.

Tak hanya Maksum. Suryadi,penjaga gedung Pasca Sarjana FISIP,juga mendengar sesuatu. “Sepertisuara ranting patah.” Ia cari tahu darimana sumber bunyi itu. “Saya pikirada maling.” Namun setelah diselidiki,Suryadi tak menemukan apa-apa. Iamasuk lagi ke ruangan danmerebahkan diri.

Sementara Maksum masihpenasaran dengan bunyi letupan tadi.Ia lalu menguak tirai jendela danmelihat ke gedung belakang. Daridalam ruangan gedung itu, terlihatsekilas warna merah. “Tapi tak terlalujelas, terhalang oleh pohon manggayang rindang.”

Maksum sontak kaget begitumenyadari warna merah itu adalah api.Ia langsung lari menuju ruangan yangterbakar itu, menggedor jendelanyasekuat tenaga. “Sampai rusak grendeljendelanya.”

“In… In...” Maksum memanggilIrwansyah, salah seorang penjagagedung. Ada dua penjaga di gedungitu. Irwansyah dan Suryadi. Suryadikeluar. Ia melihat api membakar ruangekstensi.

Tanpa buang waktu, Maksum

Gedung Pasca SarjanaFISIP dan Sekre Kopma

terbakar. Tak bersisa.

Oleh Giovani Gabreli

FEATURE

Page 38: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 201038

ambil racun api 5 kilogram. SementaraSuryadi masuk ke dalam ruangan,membangunkan Iin—panggilanIrwansyah. “In, bangun! Adakebakaran,” teriak Suryadi. “Sayalangsung berdiri mengambil racunapi,” ujar Iin. “Saking paniknya, sayapecahkan kaca jendela dengan kerikil,padahal ada kayu di sana,” kenangnya.Berdua—Maksum dan Iin—menyemprotkan racun api.

Maksum sempat bingung caramenggunakan racun api. “Barupertama kali.” Setelah bisa, ia langsungsemprotkan racun itu ke arah api.“Baru sebentar sudah habis,” tambahMaksum. Sementara Iin terusmenyemprot racun api yangdipegangnya.

Api mulai mengecil. Setelah racunhabis, Iin berlari ambil air ke kamarmandi. “Baru siram dua ember, api

membesar lagi.” Iin lalu cobamendobrak pintu ruang depan. “Tigakali saya dobrak, sampai mental saya,”ceritanya.

Tak berhasil mendobrak pinturuang depan, Iin kembali keruangannya. Plafon ruangannya sudahmengkilat. Asap menghitam. “Sayameraba lantai, dapat kunci danhandphone. Langsung buru-buru keluar.Sampai kepala saya terjedot daun pintu,”lanjutnya.

Api makin menyebar dan takterkendali. Iin buka pintu ruang depan,berlari ke ruang akademis. “Sayaberusaha selamatkan apa yang sayabisa,” katanya. Tiga unit CPU, duaUPS, satu monitor, satu genset, dansatu motor berhasil dikeluarkan.

Suryadi menghubungi pemadamkebakaran. Ditekan 113 dari handphone.Tapi si penerima telepon menyahut,“Bukan ini nomornya, Pak. Ada lagi

digit di belakangnya,” katanya menirujawaban si penerima telepon. “Saya takmau tahu, tolong hubungi pemadamkebakaran sekarang,” jawab Suryadi.

Sementara itu, Maksummemanggil satpam yang berjaga di posdepan kampus UR Gobah. Ialangsung menggas motornya. “Sayahanya pakai singlet. Tak terasa lagidingin.”

Iin menghubungi PerusahaanListrik Negara (PLN). “Tolongmatikan listrik di Ronggowarsitosekarang Pak, ada kebakaran,” kata Iin.Jawaban si penerima telepon—”MaafPak, ada masalah?”—membuat Iinjengkel. “Cepat Pak, api sudahsemakin membesar,” sahut Iin.

Selang 20 menit, mobil pemadamkebakaran datang. Awalnya dua mobil.Lalu menyusul belasan mobil secarabergantian.

Sekitar pukul 05.00, api berhasildipadamkan. Sebanyak 27 ruanganhabis terbakar. Yang tersisa hanyapuing-puing. Semua hangus danberantakan. Atap seng runtuh.Sebagian tembok roboh. Bau asapmasih kental tercium.

lll

Sekretariat Kopma adalah satu dari27 ruangan yang terbakar. Faisal,Ketua Kopma mengaku, baru dikabarisoal kebakaran pukul 06.30. “Begitusaya tiba, semua sudah habis, termasuksemua arsip dan kantin yang barudirenovasi.”

Rencana selanjutnya, kata Faisal,sekretariat Kopma dipindahkan kekampus Panam. Pembantu Rektor IIIsudah menjanjikan tempat di StadionUR. “Soal kerugian, akan ditanggungpihak universitas,” kata Faisal. Untukkantin, rencananya akan dibuka dirumah kos salah seorang pengurusKopma.

Sama dengan Kopma, segalakegiatan perkuliahan di Pasca SarjanaFISIP juga pindah ke kampus Panam.“Untuk sementara terpaksabersempit-sempit dulu,” kata Ali Yusri,Dekan FISIP.

Gedung itu kini telah ludes dilahapapi. “Tentu saja banyak kenangan disana,” kata Iin lirih. “Berakhir di 27September,” tutupnya. ***

FEATURE

foto: Aang BM

foto: Aang BM

Page 39: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 2010 39

bunuh diri profesi alias meng-gadaikan kejujuran akademiknyauntuk meraih kenyamanan.

Kedua, keberanian (courage).Untuk meraih kecemerlanganakademik, Achiever University mestilahberani bermimpi besar, beraniberpikir dan tampil beda, beraniuntuk melakukan penemuan, beranimenemukan sesuatu yang dikatakantidak mungkin, berani mengambilresiko, dan berani pula untuk suksesdalam menjalankan semua misiakademik. Tanpa itu, universitasakan miskin terobosan (breakthrough). Jadilah dia universitas rata-rata alias biasa-biasa saja yang

Achiever UniversityKontemplasi Sempena Dies Natalis ke-48 Universitas Riau

ALHAMDULILLAH, UniversitasRiau (UR) masih tetap eksis sampaidi usianya yang ke-48; 1 Oktober2010. Sebab itu patutlah kitasemua—Civitas Academikamensyukuri atas semua limpahanrahmat dan karunia-Nya ini.Seberapa dahsyat kecemerlanganakademik yang telah dicapai olehUR sampai di tapak kehidupan 48?Jawabannya bisa Anda simak dalampublikasi khusus Edisi Lux versiRektor bertajuk “Wajah Cerah Uni-versitas Riau: Periode I (2006-2010)”yang telah dibagikan kepada semuaanggota senat dalam Rapat SenatUR Rabu, 28 September 2010.Memaknai sebuah pencapaian ini,saya jadi teringat dengan ungkapanPaul Arden, “It is not how good youare, It is how good you want to be!”; yangpenting bukanlah seberapa ‘baik’capaian Anda, namun seberapa baikAnda hendak ‘menjadi’! Inilahagaknya yang patut dijadikanrujukan kontemplasi kita bersamauntuk mengembangkan diri meraihkecemerlangan sebagai never endinggoals—sebuah pencapaian yang tidakmengenal akhir.

Soal seberapa baik kita hendak‘menjadi’ adalah sebuah pertanyaanfundamental yang berkaitan dengankarakter atau potret diri kita yangsesungguhnya. Setiap universitasmemiliki karakter dan diamenggambarkan diri universitasyang sebenarnya bukan semu(Pseudo-University), apakah baik atauburuk. Yang pasti adalah sebuahpencapaian tanpa karakter tidakakan bertahan lama. Ralph E.Emerson menandaskan bahwa

KOLOM

Fidaus LNGuru Besar FKIP Universitas Riau

“Kemampuan bisa dapatmengantarkanmu ke puncak, tapidibutuhkan karakter untuk menjagamubertahan di sana”. Pencapaian sejatiadalah meraih impian dan sekaligusmempertahankan karakter Anda.Orang bijak berkata, “When characteris lost, Everything is lost”; hilangkarakter, hilanglah semuanya.

Kecemerlangan Achiever Univer-si ty mestilah ditentukan olehkeunggulan sejumlah karakterpenggapai (achiever) para civitasacademica unversitas tersebut, antaralain:

Pertama , kejujuran (honesty).“Tidak ada satu pun harta di dunia iniyang begitu kaya selain kejujuran”, ujarWilliam Shakespeare. Achiever Uni-versity sebagai penjana ilmupengetahuan berteraskan metodekeilmuan sudah sepatutnyamenempatkan kejujuran akademik(academic honesty) sebagai fondasiMenara Gading yang hendakditegakkan dalam taman akademis.Tanpa Menara Gading niscaya takbermaya, kusam dan lapuk ditelanmasa. Jujur merupakan suatukeselarasan antara pikiran,perkataan, dan tindakan yangmenunjukkan kebenaran. Kejujuranberarti menjadi asli apa adanya diriAnda tanpa ada kepalsuan.

Namun perilaku anak bangsa(termasuk sebagian besar akademisi)saat ini penuh paradoks. Kalau bisaberbohong, berbohonglah demijabatan dan kekuasaan. Hargasebuah kejujuran saat ini sangatlahmurah dibandingkan dengankebohongan. Maka tidak heranramai akademisi yang melakukan

Page 40: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 201040

mempraktikkan bussiness as usual.Ketiga, Kedisiplinan (discipline).

Disiplin adalah kemampuanmengarahkan diri sendiri untukmelakukan apa yang seharusnya danbukan hanya pada apa yang ingindilakukan. Disiplin adalah syaratmutlak untuk mencapai kehidupanyang diimpikan.

Tanpa budaya disiplin, tak adamasa depan, tak adarespek, dan tak adakemajuan. Tanpa budayadisiplin, tak ada myelin,apalagi intangibles yangdapat dimobilisasi untukmerakit perubahan. Takada rencana besar yangdapat terwujud tanpadisiplin. Disiplin adalahlatihan yang mengha-silkan pola perilaku yangdiinginkan, kebiasaanyang diharapkan, dansikap atau karakter yangmembawa kepada kesuk-sesan dalam kehidupan.Jadi, disipl in adalahsesuatu yang kita butu-hkan untuk membawakita sampai pada tujuan.

Keempat, kebaikan (kindness).Kebaikan adalah suatu kualitas sikapdan tindakan yang menunjukkankepedulian besar kepada orang laindengan mengorbankan kepentingandiri sendiri. Ketika Anda melakukankebaikan kepada seseorang, Andatelah berbuat baik pada diri Andasendiri. Hidup itu seperti bumerang,apa pun yang Anda lepaskan akankembali pada Anda sendiri. Itu bisaberupa pikiran, perkataan, ataupunperilaku. Cepat atau lambat semuaakan kembali kepada Anda.Kebaikan selalu memiliki jalan untukkembali.

Kelima, ketekunan (persistent).Tidak ada satu pun yang bisa diraihtanpa ketekunan. Ketekunan adalahsuatu upaya terus menerus untukmencapai tujuan tertentu tanpa

mudah menyerah hingga meraihkeberhasilan. Tekun bukan sekedarsabar, pasif, apatis, pasrah, danbertahan. Tekun adalah tekad yangmengandung sikap antusias, gigih,tegar, proaktif, dan pantangmenyerah. Perjalanan untukmenjadi Achiever University tidaklahmudah karena harus menghadapiberbagai rintangan dan kesulitan.

Ini yang membedakannya denganMediocre University ; UniversitasGampangan bermental menerabasyang mengembangkan budayaakademik jalan pintas ( short-cut aca-demic culture).

Keenam, kegigihan (perseverence).Kegigihan adalah kekuatan untukbertahan menghadapi berbagaitekanan, situasi sulit dan tantanganmasalah. Kegigihan merupakansebuah kekuatan jiwa seseorang,khususnya dalam menghadapiberbagai penderitaan hidup akibatketerpurukan, kekalahan, kerugian,kehilangan, atau tantangankehidupan lainnya.

Kegigihan dalam diri seseorangakan menjadikan orang itu tidakmudah menyerah dan tahan banting.Menemukan berbagai cara yang baikdan benar untuk mencapai sesuatu

merupakan suatu faktor yang sangatpenting dalam sebuah pencapaianyang memiliki integritas.

Ketujuh, kerendahan hati (humil-ity). Kerendahan hati adalah suatusikap yang tidak membanggakandiri sendiri, melainkan menyadaribahwa semua pencapaian adalahhasil pertolongan Tuhan.Kerendahan hati tidaklah sama

dengan rendah diri ataurasa minder. Rendah dirimerupakan kelemahan,sedangkan rendah hatimerupakan kekuatan.Salah satu ciri dari orangrendah hati adalahmereka tidak meman-dang rendah orang lain.Orang yang rendah hatibisa mengakui danmenghargai keunggulanorang lain.

D e m i k i a n l a hsejumlah karakter yangpatut kita bentuk dankembangkan untukmenjadi UniversitasPenggapai (Achiever Uni-versity). Pendidikan

karakter kini memang menjadi isuutama pendidikan di Indonesia.Selain menjadi bagian dari prosespembentukan akhlak anak bangsa,pendidikan karakter diharapkanmampu menjadi fondasi utamadalam meraih kejayaan IndonesiaEmas 2025.

Kemajuan dalam Riset danPengembangan Biologi sebagaisa ins masa depan terusmemberikan kontribusi dalampemahaman tentang bagaimanamembangun kekuatan intangiblesuntuk meraih keunggulan dalamkompetisi di dunia yang semakinmempertaruhkan talenta. Karakterapa yang telah kita bentuk dankembangkan di taman akademoshingga di usia kita yang mencapaiempat puluh delapan ini?Wallahualam bil sawaf! ***

Kalau bisa berbohong,berbohonglah demi jabatan dan

kekuasaan. Harga sebuahkejujuran saat ini sangatlahmurah dibandingkan dengan

kebohongan.

KOLOM

Page 41: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 2010 41

Andreas HarsonoSeorang blogger, penulis dan penelitidi Jakarta, beberapa kali menulisuntuk Human Rights Watch,sebuah organisasi hak asasimanusia, di New York.

SELIRAT

Belajar Dari Filep Karma

SATU MALAM, di bulan Juli 2010. AndreasHarsono mengisi diskusi Lembaga PersMahaiswa (LPM) Bahana Mahasiswa (BM)bertajuk; Pesakitan Politik di Indonesia. Ia ceritasoal tahanan politik (tapol) korban kekerasanpemerintahan Indonesia.

Salah satunya Filep Karma. Ia tapol Papuaasal Biak, pegawai negeri berumur 51 tahun.Dia ditahan sejak Desember 2004. Filep Karmasalah seorang yang menolak remisi. Baginya,menerima remisi hukuman, sama denganmengakui kesalahan. Andreas pertama kalimengenal Filep Karma di penjara Abepura,Desember 2008. Sebuah bangunan Belandayang terletak di atas bukit dalam kota PortNumbay, ibukota Papua.

Perkenalan dengan Filep Karma itu, adalahserangkain interview untuk Human Rights Watch(HRW), sebuah organisasi hak asasi manusia,di New York. Andreas juga bikin interview diSentani, Manokwari, Fakfak, Nabire maupunWamena. Selama setahun lebih, iamengumpulkan berkas-berkas para tapol,belakangan juga para tapol Alifuru dariKepulauan Ambon.

Andreas dekat dengan Filep Karma. Ia ikutmenyambut saat Filep Karma tiba di bandaraSoekarno-Hatta untuk keperluan berobat disalah satu rumah sakit di Jakarta. Tulisan inimenggambarkan begitu gamblang pelanggaranhak asasi manusia Papua oleh pemerintah In-donesia.

Page 42: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 201042

Belajardari Filep Karma

Pelanggaran hak asasi manusia Papua oleh pemerintah Indonesia

PADA suatu Minggu Desember2008, saya berkunjung ke penjaraAbepura, sebuah bangunan Belandayang terletak di atas bukit dalam kotaPort Numbay, ibukota Papua. Penjaraini menarik perhatian sesudah adasurat dari beberapa organisasi Papuakepada UN Special Rapporteur on Tor-ture Manfred Nowak dimana merekamenerangkan berbagai macam siksaandalam penjara. Ada tahanan dipukuldengan gembok sehingga kuncimenembus mata kanan si tahanan.Namanya, Ferdinand Pakage, seoranganak muda, tukang parkir. Para pelaku,tiga orang sipir penjara, tampaknya im-mune dari hukuman. Mata Pakage jugatidak diobati. Surat itu cerita berbagaimacam kasus penjara. Tendangan danpukulan terkesan masalah biasa diAbepura. Air minum juga masalah.Makanan bermutu buruk.

Saya melewati tempatpemeriksaan. Anthonius Ayorbaba,kepala penjara Abepura, minta semuabarang ditaruh di tempat penitipan.Saya pun dipersilahkan masuk dalamhall penjara, bergabung dengan sekitar30 pengunjung, yang hendakmerayakan ibadah Minggu. Pendetanaik ke mimbar. Kami bernyanyi, kamiberdoa, kami dengar khotbah.

Seorang lelaki duduk dekat saya.Brewok lebat macam Karl Marx. Sayalangsung kenal. Namanya, FilepKarma, seorang tahanan politik Papua.Saya berbisik-bisik bilang bahwa saya

seorang wartawan, sedang cari bahansoal siksaan dalam penjara. Ibadahselesai. Diam-diam diamemperkenalkan saya kepadabeberapa tahanan politik lain:Ferdinand Pakage dan Luis Gedi.

Pakage berbadan besar, kulithitam, orang Mee. Mata kanan terlihatkempes. Dia tidak bicara banyak. Diahanya cerita kepala sering pusingsesudah mata kanan dia ditusuk kuncioleh seorang sipir penjara pada Sep-tember 2008. Dua sipir lainmenendang dan memukul dengantongkat karet. Pakage dipenjara karenadinyatakan bersalah bunuh polisibernama Rahman Arizona dalamdemonstrasi depan kampus Universi-tas Cendrawasih pada 15 Maret 2006.Pakage bilang dia ada di rumah saatkejadian. Polisi menangkap dia padapetang hari 15 Maret. Polisi menyiramair panas ke badan Pakage. Merekamemukul dia hingga berdarah darikepala, bibir, kaki, tangan dan badan.

Pakage berpendapat kesaksian daridua orang, yang dihadirkan jaksaterhadap dirinya—terdiri dari LuisGedi (teman Pakage) dan Alia MustafaSamori (seorang polisi)—tak bisadipercaya. Polisi menangkap danmenyiksa Gedi ketika dia pulang daritoko siang itu. Gedi seorang penjagatoko. Petang itu dia mengantar seorangkawan perempuan, etnik Minahasa,pulang ke rumah karena keadaantegang. Gedi bilang pada saya dia

terpaksa mengaku bunuh polisiRahman Arizona. Polisi mendesaknyakasih nama tersangka lain. Gedi asalbicara dan sebut nama kawan dia:tukang parkir Ferdinand Pakage.

“Dong polisi ada lebih 20 pukul sa.Sa bilang sa buang pisau depan kampus.Trada tahan dipukul.”

Ketika polisi membawa Pakage kekampus, tentu saja, mereka takmenemukan pisau. Seorang perwirapolisi menembak kaki Pakage. Dialantas mengarang cerita pisau ada dirumah. Maka polisi pun mencari pisau.Dapat pisau Kiwi milik mama Pakage.

Papa Ferdinand, Petrus Pakage,mengatakan kasus anak dia, “Semuaitu tipu-tipu. Saya menandatanganidokumen itu dan menyerahkan kaosdan pisau dapur. Tapi pisau itu dipakaibuat potong sayur. “Dorang pu mamaselalu simpan di rumah.”

Di pengadilan Abepura,Ferdinand Pakage dihukum 20 tahunpenjara. Tanpa ada satu pun saksi daripihak Pakage.

“Dorang pengacara trada bela,”katanya.

Filep Karma sendiri orang Biak,pegawai negeri berumur 51 tahun. Diaditahan sejak Desember 2004. Karmaadalah keluarga elite di Papua.Ayahnya, Andreas Karma, termasukbupati paling populer di Papua. Diamenjabat bupati Wamena pada 1970-an serta Serui pada 1980-an. Pada1979, Filep Karma studi ilmu politik

Page 43: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 2010 43

Selirat Selamatkan Papuadi Universitas Sebelas Maret, Solo,Pulau Jawa. Dia lulus 1987 dan mulaibekerja sebagai pegawai negeri di PortNumbay. Dia menikah dengan RatuKarel Lina, seorang perempuanMelayu-Jawa, kelahiran 1960 diTanjung Pinang, Kepulauan Riau.Pada 1997, Karma menerima beasiswauntuk mengikuti kursus 11 bulan diAsian Institute of Management, Manila.Ketika terbang ke Jakarta pada 1998,dia berkeliling Jawa dan mempelajariprotes mahasiswa Indonesia terhadappemerintahan diktator Soeharto.

“Kalau terus ikut Indonesia,penduduk asli Papua akan terusdianiaya. Mungkin 20 hingga 30 tahunlagi sudah habis kebudayaan Papua.Artinya, orang Papua juga sudahhabis,” katanya.

Sekembali ke Papua, Karma mulaimendukung secara terbuka kemerde-kaan Papua. Pada 2 Juli 1998, dia ikutmengorganisasi aksi pro-kemerdekaandan mengibarkan bendera BintangKejora di kota Biak. Human RightsWatch dalam laporan Human Rights andPro-Independence Actions in Irian Jayamelaporkan bahwa seorang sersanpolisi masuk ke kalangan demonstran.Dia dianggap hendak memprovokasi.Dia dipukul dan beberapa gigi patah.Ini menciptakan bentrok. Polisiberusaha membubarkan demonstrasi,selama empat hari.

Pada 6 Juli 1998, militer Indone-sia mengambil-alih Pulau Biak,mendatangkan bantuan dari Batalion733 Ambon dan menembaki parapengunjuk rasa dari empat sisi. Jumlahkorban tewas belum diketahui. Banyakmayat dilaporkan dimuat ke dalamtruk dan diduga dibuang ke laut daridua kapal TNI Angkatan Laut. Karmamenduga banyak mayat dikuburseadanya di pulau-pulau kecil dekatBiak. Dia memperkirakan lebih dari100 orang terbunuh. Pemerintah In-donesia tak lakukan penyelidikanserius atas insiden itu.

Karma terluka di kaki oleh pelurukaret. Polisi menangkap 150 orang.Hanya 19 diadili termasuk Karma.Mereka menahan Karma dari 6 Julisampai 3 Oktober 1998. Pada 25Januari 1999, pengadilan negeri Biak

menyatakan dia bersalah dengantuduhan makar karena memimpin aksidan pidato. Pengadilan Biak jatuhkanhukuman penjara 6,5 tahun. Karmaajukan banding. Dia bebas demihukum pada 20 November 1999.

Dia kembali bekerja sebagaipegawai negeri. Pekerjaan Karmaterutama melatih calon pegawai negeridi Papua. Dia banyak bicara padamahasiswa. Dia mengatur programpelatihan dimana orang muda belajarsoal sistem administrasi, hukumm a u p u nbirokrasi Indo-nesia.

Pada 1D e s e m b e r2004, sesudahyakin programotonomi Papuadisabot olehpemerintah In-donesia, antaralain lewatp e m e c a h a nPapua dalamb a n y a kk a b u p a t e n ,K a r m amengorganisirsebuah upacaraperingatan 1D e s e m b e r2004—untuk menandakan ulangtahun kedaulatan Papua pada 1Desember 1961. Peristiwa ini dihadiriratusan pelajar dan mahasiswa Papua,yang berteriak “merdeka!” sertamemasang bendera Bintang Kejora.Mereka juga menyerukan penolakanterhadap otonomi yang dinilai gagal.

Polisi membubarkan paksa unjukrasa itu. Bentrokan pecah dankerumunan orang menyerang polisidengan balok kayu, batu dan botol.Polisi merespon dengan tembakan kearah kerumunan. Karma segeraditahan dan dituduh makar. Pada 27Oktober 2005, pengadilan negeriAbepura menghukum 15 tahunpenjara. Rekannya, Yusak Pakage,divonis 10 tahun penjara.

Kini Filep Karma mungkin satudari pemimpin Papua yang palingpopuler. Dia diterima di kalangan or-

ang Pegunungan Tengah dan kaumpesisir. Dia tak pernah menganjurkankekerasan untuk mencapai tujuan itu.Dia berkata, “Kami ingin membukasuatu dialog yang bermartabat denganpemerintah Indonesia, suatu dialogantara dua orang bermartabat, danbermartabat berarti kami tidak pakaicara-cara kekerasan.”

Karma menganjurkan saya besukYusak Pakage di rumah sakitAbepura. Ketika keluar dari penjara,saya naik taksi menuju rumah sakit,

untuk bertemu Yusak Pakage. Diacerita bagaimana dia dipukul dalampenjara. Pakage bilang sejakAnthonius Ayorbaba menjadi kepalapenjara, dua bulan lalu, dia mintawaktu bisa bicara dengan Ayorbaba.Kami cerita panjang dan lebar. Takkami sangka, tiba-tiba Ayorbabadatang ke kamar Yusak Pakage, tanyakesehatan lantas mengajak baca Bibledan berdoa. Saya mohon undur diri.Pakage sempat mengeryitkan matapada saya.

Perkenalan ini merupakan awaldari serangkaian interview sayaterhadap para tahanan politik diPapua untuk Human Rights Watch.Saya juga bikin interview di Sentani,Manokwari, Fakfak, Nabire maupunWamena. Selama setahun lebih, sayamengumpulkan berkas-berkas paratapol, belakangan juga para tapol

“Dong polisi ada lebih20 pukul sa. Sa bilangsa buang pisau depankampus. Trada tahandipukul.”

Page 44: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 201044

Selirat Selamatkan PapuaAlifuru dari Kepulauan Ambon.Menurut antropolog George J.Aditjondro, etnik Papua dan Alifurudisebut “Melanesia Barat.” NamaMelanesia berasal dari kata Latin“melano” (hitam) dan “nesos”(kepulauan). Artinya, kepulauan milikorang-orang berkulit hitam. Saya sukaistilah itu: tahanan politik Melanesia.Saya wawancara lebih dari 50 tapolMelanesia di Indonesia, antara 2008hingga 2010, selama setahun lebih.

Human Rights Watch menerbit-kan penelitian ini pada Juni 2010dengan judul, Prosecuting Criminal As-piration: Indonesia’s Political Prisoners.Laporan ini minta pemerintah Indo-nesia membebaskan lebih dari 100tahanan politik di Papua maupunkepulauan Maluku. Pada 16 Agustus2010, 25 organisasi hak asasi manusiadari Amerika Serikat, Australia,Eropa, Indonesia dan Timor Lestemengirim surat dan minta PresidenSusilo Bambang Yudhoyonomembebaskan para tapol Melanesia.Mereka termasuk Aliansi NasionalTimor Leste Ba TribunalInternasional, Australia West PapuaAssociation Melbourne, Free WestPapua Campaign UK, Freunde derNaturvolker e.V., Human RightsWatch, Kontras, Land is Life, La’oHamutuk (Timor Leste),Perkumpulan HAK, Tapol dan WestPapua Advocacy Team.

Namun pemerintahan PresidenYudhoyono tak menganggap pentinguntuk membebaskan orang-orangyang tak bersalah ini. Di Jakarta, diamalah dapat kontroversi karenamemberikan remisi kepada 300-ankoruptor, termasuk besan dia sendiri,Aulia Pohan, yang langsung bebasdari penjara. Tampaknya, Yudhoyonolebih suka membebaskan koruptorIndonesia daripada tapol Melanesia.

lll

Suatu hari pertengahan Juli 2010,sebulan sesudah peluncuran laporanHuman Rights Watch, IzumiKurimoto dan saya mengunjungiSeichi Okawa di daerahTakadanobaba, Tokyo. Okawa-sanadalah direktur Graha Budaya Indo-nesia (Indonesian Culture Plaza) atau

sebuah bangunan tiga tingkat, yangbekerja soal kebudayaan di Indonesia.Lantai satu dijadikan toko dimana dijualmacam-macam batik Jawa, tenun ikatSunda Kecil maupun berbagai barangkerajinan Papua. Ada lukisan Sentani,ada ukiran Asmat. Kami mengobrolsambil minum kopi Wamena. Enaksekali. Kurimoto, seorang mahasiswa,sibuk memotret.

Okawa cerita riset dia soal 40 ributentara Jepang, yang meninggal diPapua, pada zaman Perang Dunia II.Dia mengatakan sekitar 15 ribukerangka serdadu ada di Pulau Biak.Kebanyakan mereka meninggal karenaterkena penyakit atau kelaparan dalamperang menghadapi Sekutu.

Menurut buku An Act of FreeChoice: Decolonisation and the Right to Self-Determination in West Papua karya P. J.Drooglever, satu divisi Angkatan DaratJepang dipusatkan di Manokwari pada1942. Mereka terutama ditugaskanmencegah serangan udara Sekutu.Pasukan Jepang tak masuk kepedalaman Papua karena ada pasukan-pasukan kecil Belanda yang gerilya dipedalaman. Namun mereka dikalahkanpasukan Sekutu, yang lompat katak, dariAustralia, Papua New Guinea, Papua,kepulauan utara Maluku dan Filipina,sebelum masuk ke Okinawa, kepulauanJepang, pada April-Juni 1945. Gerakanlompat katak ini membuat ribuanpasukan Jepang terlantar di Papua dankepulauan Maluku karena markas-markas mereka dihancurkan. Merekamelarikan diri sambil kelaparan dankena malaria.

Saya pernah tahu ada gua di Biakdimana orang bilang kerangka-kerangka serdadu Jepang berserakan.Warga Biak tidak mengutak-atik guaitu. Okawa juga pernah berkunjung kegua itu.

Sekutu menjatuhkan bom atom keHiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9Agustus 1945. Jepang menyerah kalah.Di Pulau Jawa, para pejuangkemerdekaan memanfaatkankekalahan Jepang dari Sekutu untukmenyatakan merdeka pada 17 Agustus1945. Namun ia perlu waktu empattahun guna diplomasi antara Indone-sia, dipimpin oleh Sutan Sjahrir, dengan

Kerajaan Belanda.Belanda mengakui kedaulatan In-

donesia pada 27 Desember 1949.Namun Papua masih di bawahadministrasi Kerajaan Belanda.Belanda mempersiapkan sekelompokelite Papua untuk bisa mengatur dirimereka sendiri. Asumsinya, Papuaakan diakui kedaulatan pada 1970.Pada 1 Desember 1961, Papua Raad,sebuah lembaga yang disponsorikerajaan Belanda, menyatakanmasyarakat Papua siap mendirikansebuah negara berdaulat, danmengibarkan bendera nasional baruyang dinamakan Bintang Kejora.

Keputusan itu membuat PresidenSoekarno marah besar. Diaberpendapat Papua harus menjadibagian dari Indonesia dan menuduhKerajaan Belanda berusahamenciptakan “negara boneka” diPapua. Pada 19 Desember 1961, darikota Jogjakarta, Soekarnomemerintahkan pasukan Indonesiauntuk menyerbu Papua. Dia memakaislogan “dari Sabang sampaiMerauke”–sebuah slogan yangsebenarnya ciptaan perwira BelandaJ.B. van Heutsz, yang menaklukkanAceh pada 1904, dengan sadis 2.900orang dibunuh, termasuk 1.100perempuan dan anak-anak. Pada awal1962, pasukan Indonesia mulaimenyusup ke Papua. Ini menciptakangelombang pengungsi ke Papua NewGuinea. Pemerintah Amerika Serikatturun tangan. Setelah negosiasi, Indo-nesia dan Belanda pun setujumenunjuk PBB mengadakan sebuahreferendum bagi Papua. Indonesiaminta bukan referendum tapi“musyawarah” ala Indonesia.

Eni Faleomavaega, anggotaKongres Amerika Serikat, dalam hear-ing soal Papua pada 22 September2010, mengutip data CongressionalResearch Service, “… declassified docu-ments released in July 2004 indicate thatthe United States supported Indonesia’s take-over of Papua in the lead up to the 1969Act of Free Choice even as it was under-stood that such a move was likely unpopularwith Papuans. The documents reportedly in-dicate that the United States estimated thatbetween 85% and 90% of Papuans were

Page 45: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 2010 45

Seliratopposed to Indonesian rule and that as aresult the Indonesians were incapable of win-ning an open referendum at the time ofPapua’s transition from Dutch colonial rule.Such steps were evidently considered neces-sary to maintain the support of Suharto’sIndonesia during the Cold War.”

Penentuan Pendapat Rakyat, yangdisponsori PBB dan direkayasaAmerika Serikat serta Indonesia,berlangsung dari 14 Juli hingga 2Agustus 1969 di delapan kota:Merauke, Jayawijaya, Paniai, Fak-fak,Sorong, Manokwari, Biak dan PortNumbay. Ia hanya diwakili sekitar1.025 warga Papua, termasuk sebagianorang Indonesia yang dikirim kePapua. Semua ditentukan pemerintahIndonesia. Mereka dikumpulkanterlebih dahulu oleh tentara Indone-

sia dalam barak-barak selama enamminggu. Mereka diminta memilih In-donesia … atau dibunuh. Makamereka bulat-bulat 100 persenmemilih integrasi dengan Indonesia.Banyak penduduk Papua memandangPenentuan Pendapat Rakyatmerupakan manipulasi Indonesiauntuk menduduki Papua.

Dua minggu sesudah kejadian, 16Agustus 1969, dalam sidang denganMajelis Permusyawaratan Rakyat diJakarta, Presiden Soeharto, yangmenggantikan Soekarno, menjanjikanotonomi kepada warga Papua. Dalampidato Soeharto mengatakan, “Saat ini,dengan selesainya Pepera kita semua

telah menunjukkan kepada duniabahwa seluruh rakyat Indonesia yangberdiam di wilayah-wilayah dariSabang sampai Merauke, merupakansuatu keluarga bangsa yang tak dapatdipisahkan lagi, Bangsa Indonesia.Tetapi Pepera bukan tujuan akhir kita.… Masalah yang paling pentingadalah PEMBANGUNAN daerahIrian Barat secara serentak ... IrianBarat pun segera akan menerimakedudukannya sebagai DAERAHTINGKAT I dengan OTONOMIyang riil dan luas.”

Ternyata pembangunan praktis takdijalankan untuk warga Papua.Kekerasan mewarnai tahun-tahunpemerintahan Soeharto di Papua. Pada1970-an, rezim Soehartomemberlakukan policy represif

t e r h a d a pOrgan i s a s iP a p u aMerdeka. Diam e n u n j u kp e r w i r a -p e r w i r amiliter untukmemerintahPapua. Setiapkali ada protesd i j a w a bd e n g a nkekerasan.

Perusahaan-perusahaaninternasionalmasuk danm e l a k u k a n

eksplorasi alam dalam ukuran raksasa.Freeport McMoran, sebuahperusahaan New Orleans,membangun tambang emas palingbesar dunia di Grasberg, Timika.Ironis, Freeport tanda tangan kontraktambang dengan Indonesia pada 1967ketika Papua masih belum resmi jadiwilayah Indonesia. Menurut data 2008dari Nindja, sebuah NGO Tokyo, tigaperusahaan Jepang memegang 75persen saham di kilang tembagaGresik. Kebanyakan tembaga untukGresik berasal dari tambang Freeportdi Papua. Mitsubishi Materialsmemiliki saham 60,5 persen, NikkoMetal 5 persen, dan Mitsubishi 9,5

persen. Sekitar 50 hingga 60 persentembaga dari Grasberg diekspor keJepang. Menurut harian New YorkTimes, Freeport jadi sapi perah operasimiliter Indonesia di Papua. Freeportrutin sumbang dana untuk keperluanmiliter Indonesia di Papua.

Pada November 1983, militer In-donesia menangkap musikus ArnoldAp dari Universitas Cenderawasih diPort Numbay. Kesalahan Ap? Diamengumpulkan dan merekam musik-musik dari berbagai etnik Papua,sekaligus dalam bahasa-bahasa aslimereka. Macam-macam lagu ini lantasdiproduksi dan diedarkan lewat pasarbebas. Lagu-lagu ini dianggapmembantu pembentukan nasionalismePapua. Dia disekap dan dianiaya dalamsebuah bekas toko, yang dijadikanmarkas rahasia militer. Belakangan,militer serahkan Ap pada polisi.

Menurut dokumen pengadilan dankesaksian seorang polisi Papua, padamalam 21 April 1984, seorang penjaga,Pius Wanem, membius dua polisi danmembuka kunci sel. Wanem, ArnoldAp dan empat tahanan lain, naik taksipergi ke pantai Base-G di PortNumbay, menunggu kapal yang akanmembawa mereka ke Papua NewGuinea. Mereka menunggu di sebuahgua. Wanem sendiri kembali ke PortNumbay. Dia belakangan kembali kepantai dengan beberapa tentara. Dalampersidangan, Pius Wanem mengatakanArnold Ap dan seorang tahanan tewasdalam “operasi Kopassandha.”Kopassandha singkatan dari KomandoPasukan Sandi Yudha, sebuah pasukankhusus Indonesia. Arnold Ap matiditembak di perut. Ini menciptakanketakutan. Gelombang pengungsi kePNG mulai lagi.

Pada Juni 1984, Menteri LuarNegeri Indonesia MochtarKusumaatmadja mengatakan dalamkonferensi pers bahwa Ap dicegat dilaut ketika kapal melarikan diri. Patroliminta mereka menyerah. Perahu Aptiba-tiba menembaki kapal patroli,yang menyebabkan kapal patrolimenembak balik, termasuk Arnold Ap.Kusumaatmadja menuduh Arnold Apsebagai “separatis OPM.”

Okawa-san juga mengingatkan

“Secara pribadi, saya melihat, mengalami,merasakan dan menyadari bagaimanaorang Papua terus dipecah-belah dandipermainkan dengan berbagai cara.Misalnya kebijakan pemekaran, danaototonomi khusus, ‘perang suku’, istilahgunung-pantai dan lain-lain. Sa yakin,sodara-sodara yang lain juga mengalamihal yang sama.”

Page 46: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 201046

Selirat Selamatkan Papuasaya pada Teruko Wanggai,perempuan Jepang yang menikahdengan cendekiawan Papua Dr. TomWanggai di prefecture Okayama. Di PortNumbay, Dr. Wanggai mem-perkenalkan bendera pro-kemer-dekaan “Melanesia Barat” pada 14Desember 1988. Bendera ini berbedadari bendera Bintang Kejora versi1961. Wanggai juga memakaiterminologi “Melanesia Barat.” Diameninggalkan Bintang Kejora denganalasan bendera itu bikinan orangBelanda dengan tiga warna Belanda:biru, merah, putih. Orang Papua biasasebut bendera Wanggai sebagai“Bintang 14” karena ada 14 bintang.

Belanda atau bukan, Wanggaiditangkap dan dihukum 20 tahunpenjara. Pada 1995, saat ditahan dalamsel penjara Cipinang, Jakarta, diamengeluh sakit. Namun dia tak segeradiberi bantuan medis. Wanggaimeninggal pada 12 Maret 1996 dirumah sakit Jakarta. Port Numbaydilanda protes besar ketika jenazahWanggai tiba dari Jakarta.

Setelah Presiden Soehartomengundurkan diri pada Mei 1998,pemerintah Indonesia mengizinkanTimor Timur untuk bikin referendum.Pada Januari 1999, Presiden B.J.Habibie bilang lebih baik referendumsekarang daripada ditunda 10 tahunlagi. Sebulan berikutnya, 100 delegasiPapua datang ke Habibie, mereka jugaminta diizinkan bikin referendum.Habibie menolak. Namun Habibiemenjanjikan otonomi khusus kepadaPapua.

Janji Habibie dijawab olehPresiden Megawati Soekarnoputri.Megawati memberikan status daerahOtonomi Khusus kepada Papua padaAgustus 2001. Ia meliputi pelimpahankekuasaan lebih besar secara politikdan keuangan bagi provinsi ini.Undang-undang Otonomi Khususjuga secara eksplisit mengizinkansimbol-simbol identitas Papuaditampilkan terbuka, seperti benderadan lagu kebangsaan rakyat Papua. Iajuga mengizinkan pendirian MajelisRakyat Papua, sebuah organisasiperwakilan penduduk asli Papua, yangmerasa terpinggirkan dengankedatangan migran Indonesia.

Namun salah seorang wakil Papuayang ikut “musyawarah” sertamendengar janji-janji PresidenSoeharto pada Agustus 1969, merasaperlu untuk menyatakan keraguan diasecara terbuka. Kali ini dia merasaperlu mendengar hati nurani dia.Nama politikus tersebut Theys Eluay.Dia mantan politikus binaan Soehartodan kini ketua umum PresidiumDewan Papua, sebuah organisasi yangkuat. Eluaymenolak programotonomi khususdari Jakarta. Diabilang Papua harusmerdeka. Dia takingin Papua tertipulagi. Dia ingin PBBm e m a h a m iketidakpercayaanbangsa Papuaterhadap Indonesia.

Pada 10 No-vember 2001, Ko-mando PasukanKhusus alias Kopa-ssus, nama baruK o p a s s a n d h a ,mengundang TheysEluay ikut perayaanHari Pahlawan In-donesia, yangdiadakan Kopassusdi daerah Hamadi,Port Numbay.Ketika pulang, tujuhprajurit Kopassusmencegat, men-cekik dan mem-bunuh Theys Eluay.Sopirnya, Aris-toteles Masoka,sempat teleponisteri Eluay, YanekeOhee, dan bilangEluay diculik.Namun telepontersebut singkatsekali. Mayat Eluaydan mobil Toyota Kijang dibuang didaerah Koya, luar kota Port Numbay.

Sehari sesudah pembunuhan, LtKol. Hartomo, komandan Kopassusdi Port Numbay, bikin press conference.Dia bilang Kopassus sama sekali takterlibat dengan pembunuhan Eluay.

Masoka sendiri hilang tak tentu rimbahingga hari ini. Namun tekanan duniainternasional memaksa kepolisian In-donesia melakukan penyelidikan. PadaApril 2003, pengadilan di Surabayamenghukum tujuh prajurit Kopassus,termasuk Letnan Kolonel Hartomo,melakukan penganiayaan, yangberakibat kematian Eluay. Namunmereka tak terbukti melakukanpembunuhan. Hukuman penjara tujuh

prajurit itu antara 2 hingga 3,5 tahunpenjara. Hartomo pingsan ketikamendengar dia dipecat dan dihukumpenjara 3,5 tahun.

Namun Kepala Staf AngkatanDarat Jenderal Ryamizard Ryacudumemuji para terhukum sebagai

Filep Karma

Page 47: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 2010 47

Selirat Selamatkan Papua“pahlawan Indonesia” karena berhasilmembunuh “pemberontak”. Tak adainvestigasi lebih lanjut untukmengetahui siapa yang meme-rintahkan pembunuhan itu. Tak adapejabat senior yang dituntutbertangungjawab. Masoka juga hilangtanpa ada upaya pencarian.

Pembunuhan ini secara dramatismeningkatkan ketegangan politik diPapua. Orang Papua makin

meragukan otonomi khusus dimanadikatakan hak-hak asasi manusia akandihargai. Bagaimana bisa percayaotonomi bila Theys Eluay dibunuh?

Pengganti Megawati, PresidenSusilo Bambang Yudhoyono,menciptakan sebuah aturan dimana

menaikkan bendera Bintang Kejoradinyatakan sebagai kegiatan terlaranglewat Peraturan Pemerintah nomor77/2007. Aturan ini, menurut ketuaMajelis Rakyat Papua Agus A. Alua,melanggar UU 21/2001 tentangOtonomi Khusus. NamunYudhoyono diam saja.

Ironisnya, orang-orang Papualantas mengetahui bahwa Hartomo,yang sudah dihukum penjara 3,5 tahun

dan dipecat darimiliter, ternyata naikpangkat menjadikolonel. Hartomobahkan menjadikomandan Group IKopassus di Serang.

Sementara penga-dilan Indonesia terusmengkriminalkanaktivis-aktivis Papua,termasuk FilepKarma, yang menye-barkan sentimenkemerdekaan, lewatpengibaran bendera.Indonesia melarangsegala bentuk pe-ngungkapan ekspresidamai di Papua.

Kami bertigahanya bisa termenungdalam toko GrahaBudaya Indonesia.

Ketika membacaProsecuting CriminalAspiration: Indonesia’sPolitical Prisoners, SeichiOkawa mengatakankasihan begitu banyakorang Papua ditahandi berbagai penjaraIndonesia. Dia me-lihat gambar FilepKarma. FerdinandPakage. Simon Tu-turop. Buchtar Ta-buni. Dia geleng-geleng kepala. Kami

menghabiskan kopi Wamena. Pamitan.Izumi Kurimoto dan saya

meninggalkan kantor Okawa-san sertamenuju stasiun Takadanobaba. Ketikajalan kaki, menelusuri jalan-jalan kecil,saya pikir, selama empat dekadeterakhir, saya heran bahwa dukungan

untuk merdeka tetap bertahan.Ketidakpercayaan orang Papuaterhadap pemerintah Indonesia makinhari makin menyebar. Mungkin karenaorang Papua kehilangan tanah-tanahadat bagi proyek-proyek pem-bangunan, dan gelombang parapendatang dari Indonesia, terutamaPulau Jawa, tetap jalan sesudahPresiden Soeharto mundur. Taktikumum yang dipakai para pendukungkemerdekaan, dengan sederhanamenaikkan bendera Bintang Kejoradalam upacara terbuka, secaraemosional memang matching denganpsikologi orang Papua. Saya tahubahwa isu kemerdekaan bukanmasalah hukum sederhana. Papuasecara legal adalah sah milik negaraIndonesia. Saya tak tahu hingga kapanperbedaan ini bertahan. Dan entahberapa banyak orang Papua lagi akandikorbankan.

lll

Pada 3 Mei 2010, DzulkiflryImadul Bilad, seorang mahasiswaInstitut Teknologi Bandung, salah satuperguruan tinggi paling prestisius diPulau Jawa, menumpahkankemarahan tentang kekalahan klubsepakbola Persib Bandung terhadapPersipura Port Numbay dengan up-date Facebook: “Dasar orang Papua,bisanya tarkam, pake otot bukan pake otakmaen bolanya, ga sekolah, bodo2 semua,udah item idup lai. Sialan lu Papua!”

Status itu menyulut reaksi.Yohanes Okdinon, seorang mahasiswaPapua di Bandung, menyebarkankalimat Bilad, dalam jaringanFacebook. Bilad minta maaf, seharikemudian, juga lewat status Facebook.Sedikitnya muncul 500 kecamanterhadap Bilad. Bahkan dua minggukemudian, Ikatan Mahasiswa PapuaBandung bikin protes depan gedungITB. Sekitar 100 mahasiswa Papuaminta ITB memberhentikan Bilad.Poster mereka berbunyi:

“Rasisme Terhadap OrangPapua=Melanggar HAM orangPapua”

“Tidak Ada Perbedaan DiantaraKita, Kita Satu RI”

“Selama Anak-Anak KandungPertiwi Masih Rasis, Selama Itu PulaBumi Pertiwi Indonesia Berjalan di

Istimewa

Page 48: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 201048

Selamatkan PapuaSeliratTempat”.

Komentar Yohanes Okdinonmuncul di media. “Sebenarnya kitamenyesalkan kenapa pernyataan rasisseperti itu bisa keluar dari mahasiswauniversitas ternama,” kata Okdinon.

ITB memang salah satu perguruan

tinggi paling utama di Indonesia. Iamenghasilkan banyak menteri,pengusaha, insinyur, politisi dansebagainya. Alumnus ITB palingterkenal adalah Presiden Soekarno,seorang insinyur teknik sipil, yang lulusdari ITB ketika masih zaman Belanda.Namun presiden Keluarga MahasiswaITB Herry Dharmawan menolaktuduhan Okdinon. Dia bilangDzulkiflry Imadul Bilad murnikesalahan pribadi. Ia takmencerminkan ITB.

Okdinon mengatakan kasus Biladmenunjukkan sistem pendidikan diIndonesia gagal mendidik muriduntuk tak rasialis terhadap orangPapua. Rektor ITB Akhmalokamemutuskan sanksi skors tiga semes-ter dan kerja sosial pada DzulfikryBilad.

Dzulkiflry Imadul Bilad, tentusaja, bukan satu-satunya kasusrasialisme terhadap Papua lewatFacebook. Pada 9 September 2010,empat bulan sesudah kasus Bandung,seorang mahasiswi Universitas Indo-nesia, Chey Nahumury, menulis: “Or-ang negro dgn papua busuk tuh,,, bedakawan!!!!!!!!!!!! klo dorang wangi, kam tuh

kulit bau, apalagi ketiak, coba... kobuktikan sekarang ko cium ko pu ketiakpasti bau tra enak.”

Nahumury seorang mahasiswaAmbon, lulusan sekolah menengah diAbepura, Papua. Universitas Indone-

sia juga ter-masuk per-guruan ting-gi paling prestisius diPulau Jawa.Ia cukupmengundangkeramaiand a l a mFacebookwalau ia takd i s e r t a id e n g a np r o t e smacam diITB.

S a y apribadi takheran bahwa

ada mahasiswa-mahasiswa dariperguruan tinggi terkemuka di Indo-nesia yang berpandangan rasialisterhadap manusia Papua. Ia samadengan rasialisme terhadap orang kulithitam di Amerika Serikat. RasialismePapua hal umum di Indonesia. Merekadihina sebagai orang hitam, orangbodoh, orang bau dan orang kasar.Pada 1994, Dr. George J. Aditjondro,seorang cendekiawan Indonesia,menulis berbagai kasus rasialismePapua, dalam sebuah paper,“Menerapkan Kerangka AnalisisFrantz Fanon terhadap Pemikirantentang Pembangunan Irian Jaya.”Aditjondro menggunakanargumentasi Fanon, pemikir Aljazair,yang bikin pengamatan di Aljazair danAfrika Selatan, soal warna kulit,kolonialisme dan rasialisme.Rasialisme ini mensyaratkankebudayaan si penjajah lebih tinggidari kebudayaan si kulit hitam. Fanonmengatakan bahwa kolonialisme selaludisertai rasialisme.

Saya kira penjelasan ini pentinguntuk menerangkan bagaimanamayoritas orang Indonesia melihatPapua. Status Facebook Dzulkiflry

Bilad dan Chey Nahumurymencerminkan superioritas Indonesiaterhadap Papua. Ia mencerminkanrasialisme yang typical dari orang In-donesia terhadap orang Papua. Ia jugamenerangkan mengapa rasialisme inipenting ketika Indonesia mengirimratusan ribu migran ke Papua,termasuk orang tua Chey Nahumury,guna mendirikan koloni-koloni Indo-nesia di Papua. Ini sama dengankolonialisme Eropa di Aljazair danAfrika Selatan.

Heni Lani, mahasiswa Papua diBandung, mengatakan, “Secarapribadi, saya melihat, mengalami,merasakan dan menyadari bagaimanaorang Papua terus dipecah-belah dandipermainkan dengan berbagai cara.Misalnya kebijakan pemekaran, danaotonomi khusus, ‘perang suku’, istilahgunung-pantai dan lain-lain. Sa yakin,sodara-sodara yang lain juga mengalamihal yang sama.”

Rasialisme ini umum terjadi dimedia Indonesia. Dr. Aditjondromenulis, “Betapa populernyapenggambaran tentang orang Danisebagai ‘orang-orang yang nyaristelanjang, yang masih hidup di zamanbatu,’ tanpa menyadari bahwa parapetani di Lembah Balim, misalnya,memiliki budaya pertanian ubi-ubianyang tergolong paling canggih didunia, hasil inovasi dan adaptasi selama400 tahun tanpa bantuan sepotonglogam.” Di Facebook milik “kawan-kawan” saya, ada saja gambar orangPapua pakai koteka sambil pakai mo-bile phone. Ada koteka orang Danidipasangi antena telepon. Ada gambarperempuan Dani, dada telanjang, lagimengetik laptop.

Dalam film dokumenter StrangeBirds in Paradise karya Charlie Hill-Smith, Prof. Arief Budiman, seorangcendekiawan Indonesia di MelbourneUniversity, mengatakan bahwa orangPapua masih “primitif” danmemerlukan “teknologi dari Jawa.”Makin lengkaplah pandanganmerendahkan orang Papua, darimahasiswa macam Bilad hinggaprofesor Arief Budiman.

Pada September 2010, secara acaksaya google dua frasa: Metro TV dan

“Kalau terus ikut Indonesia,penduduk asli Papua akan

terus dianiaya. Mungkin 20hingga 30 tahun lagi sudah

habis kebudayaan Papua.Artinya, orang Papua juga

sudah habis.”

Page 49: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 2010 49

Selirat“perang suku.” Metro TV adalah salahsatu televisi terkemuka di Jakartadengan siaran seluruh Indonesia.Hasilnya, dalam waktu 0,25 detik, sayadapatkan 3.260 referensi terhadap duafrasa itu.

Misalnya dengan berita berjudul,“Perang Suku di Kwamki LamaKembali Pecah” pada 13 Mei 2010:

Metrotvnews.com, Timika: Perangantarkubu kembali pecah di KwamkiLama, Timika, Papua, Kamis (13/5)siang. Dua orang terluka dan dilarikan keRumah Sakit Mitra Masyarakat Timika.Keributan terjadi antara warga Mambrukdengan warga Tunikama. Dua kelompokberseteru setelah warga Mambruk menyeranglawannya. Kejadian berlangsung di hutansejak pagi hingga siang. Kedua kubu sepakattidak ribut di jalan raya.

Heni Lani mengatakan bila adakeributan serupa di Jakarta, mediapakai istilah “kriminalitas” atau“perkelahian antar gang.” Namun bilaterjadi di Papua, media memberitakansebagai “perang suku.” Kesannya, or-ang Papua terbelakang, masih perangantar suku dan bodoh. Pemberitaanini merendahkan orang Papua. Ia takbeda dengan status Bilad danNahumury. Ia membenarkan sikappemerintah Indonesia untukmelakukan “pendidikan yang keras”terhadap orang hitam, orang bodoh,orang kasar dan bau.

Kontributor Metro TV di TimikaAlfian Pakadang mengatakan padasaya, “Itu kesalahan redaksi. Saya tidakmemakai istilah perang suku. Saya pakaiistilah ‘bentrokan antar kelompok’ atau‘antar warga.” Ini ketidaktahuanmereka. Saya selalu jelaskan bahwa initidak jauh beda dengan tawuran-tawuran di mana-mana. Ini bukanperang suku. Ini gabungan-gabunganorang.” Pakadang bilang terminologi“perang suku” adalah istilah yangrasialis. Dia tak mengerti mengaparedaksi Metro TV di Jakarta selalupakai terminologi “perang suku.”

Contoh lain adalah buku terbitanKopassus pada Desember 2009berjudul Kopassus untuk Indonesiakarangan Iwan Santosa dan E.A.Natanegara. Ia menggambarkanKopassus sebagai sebuah organisasi

yang sudah berubah, sudah belajarpenghormatan terhadap hak asasimanusia. Ia juga menyesal Kopassusterlibat dalam penculikan mahasiswapada zaman Presiden Soeharto. Ia jugacerita bahwa sekitar 1.000 dari 5.000prajurit Kopassus ditugaskan di Papua… dan mereka sudah bisa bicara dialekPapua. Namun ada satu kasus besarsama sekali tak disebut buku tersebut:Theys Eluay. Ia mengesankan bahwapembunuhan Eluay tidak penting. Iamengesankan tak ada penyesalan dariKopassus terhadap pembunuhanTheys Eluay.

Lengkaplah sudah. Darimahasiswa hingga profesor, dariwartawan hingga tentara. Saya kuatirFrantz Fanon perlu sedikit revisianalisis dia. Rasialisme-cum-kolonialisme bukan saja terjadi antaraorang kulit putih dan kulit hitam. Tapijuga kulit coklat terhadap hitam.

Benarlah argumentasi ErnestRenan, pemikir nasionalisme dari Brit-tany, bahwa jangan karena warna kulitorang-orang sama maka ia sekaligusmenjamin mereka satu kebangsaan.Kolonialisme dengan beda sedikitwarna kulit lebih sulit dimengertidaripada kolonialisme kulit putih.Nasionalisme sebaiknya takdidasarkan pada kesamaan warna kulit… namun kesamaan nasib dankesamaan cita-cita.

lll

Pada 17 Agustus 2009, ketikahendak berkunjung ke penjaraCipinang di Jakarta, tiba-tiba sayadapat telepon dari Filep Karma. Suaralirih. Dia bilang dia kesakitan, nyaristak bisa kencing selama lima hari.Tampaknya, ada sesuatu yang tidakberes dengan saluran kencing dia.

Saya tanya apakah sudah minta izinberobat? Karma mengatakan kepalasipir penjara Anthonius Ayorbabamemerintahkan Karma dibawa keklinik penjara. Perawat klinik cumamenganjurkan Karma minum banyakair dan tiduran dengan kaki diangkat.Saya kecewa sekali. Saya tahunarapidana berhak mendapatperawatan dalam penjara. Untungnya,hari itu, ada seorang wartawan Bintang

Papua memotret gambar Karmadengan kaki diangkat dalam sel yangberantakan. Keesokan hari, Ayorbabaterpaksa setuju membawa Karma kerumah sakit Dok Dua, Port Numbay.

Dokter Dok Dua mengobatiKarma beberapa waktu antaraAgustus dan Oktober 2009. Dalamsebuah surat bertanggal 5 Oktober2009, Dr. Mauritz Okosera dan JhonSambara, masing-masing kepala unitpemindahan pasien dan kepalaadministrasi rumah sakit Dok Dua,menulis kepada PT AsuransiKesehatan Indonesia, sebuahperusahaan asuransi, menyatakanbahwa pasien Filep Karma harusdibawa ke Rumah Sakit PGI Cikini diJakarta guna operasi urologi. Pada 11November 2009, Dr. DonaldArronggear dari rumah sakit Dok Duamemerinci hasil tes medis Karma yangdilakukan di rumah sakit dari Agustushingga Oktober 2009. Akhirnyamereka merekomendasikan Karmasecepatnya dibawa ke unit pengobatanurologi modern di Jakarta.

Karma membuat surat, mintakepada Ayorbaba agar bisa dibawa keJakarta guna menjalani operasi.Ayorbaba mengatakan kepadaanggota keluarga Karma bahwa diatak punya wewenang memerintahkanpemindahan semacam ini. Dia jugamenambahkan pemerintah Indonesiatak punya uang guna mengobatiKarma ke Jakarta.

Aryorbaba mengatakan agarKarma minta izin pemindahan keNazarudin Bunas, kepala DepartemenHukum dan Hak Asasi Manusia diPort Numbay. Pendek kata, selamabeberapa bulan, Filep Karmadipingpong dari sana ke sini, dari sinike sana. Uang selalu jadi masalah.

Sekelompok aktivis mulaimenggalang dukungan pada 8 Maret2010, minta sumbangan terbuka dijalan-jalan, guna membantupengobatan Filep Karma danFerdinand Pakage. Merekamengumpulkan Rp 25 juta dalam duahari pertama penggalangan dana.Namun Departemen Hukum danHak Asasi Manusia dan Ayorbabatetap menolak untuk proses izin itu.

Selamatkan Papua

Page 50: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 201050

Selamatkan PapuaSeliratPada awal Mei 2010, pemerintah

Indonesia mengirim kepala penjarabaru, Liberty Sitinjak, menggantikanAyorbaba sebagai kepala penjaraAbepura. Sitinjak terkaget-kaget ketikatahu bahwa tak ada berkas FilepKarma dalam file peninggalanAyorbaba. Pergantian ini, dariAyorbaba, yang orang Papua, kepadaSitinjak, yang orang Batak, membukajalan untuk pengobatan Filep Karmake Jakarta. Sitinjak mengurus prosedurpengobatan.

Karma sendiri menolak berangkatke Jakarta bila Ferdinand Pakage takikut diberangkatkan. Dia bilangPakage sakit lebih lama daripada dia.Beberapa aktivis dan keluarga Pakagemembujuk Karma berangkat lebihdulu karena dia sudah lebih berumurdaripada Pakage. Ferdinand Pakagejuga perlu diperiksa lebih dulu dirumah sakit Dok Dua. Akhirnya,Karma bersedia berangkat ke Jakarta.

Saya ikut menyambut kedatanganFilep Karma di airport Jakarta pada 19Juli 2010. Dia datang bersama ibunya,Eklefina Noriwari, seorang paman,seorang sepupu, asisten dan asistenKarma, Cyntia Warwe, serta duapetugas penjara Abepura dan polisi PortNumbay. Serah terima dari petugasAbepura kepada petugas penjaraCipinang, yang secara resmi mengampuKarma selama di Jakarta, dilakukanlangsung di rumah sakit Cikini.

Dokter David Manuputty, seorang

spesialis urologi, yang sudah bikinpencangkokan ginjal lebih dari 400kali, langsung melakukan pemeriksaandi Cikini. Karma dapat cek darah,tekanan jantung, rontgen, CT Scan,USG dan sebagainya. Menurut CyntiaWarwe, dokter Manuputtymengatakan Karma ternyata dietdengan ketat, selalu minum air dan takmakan daging merah (hanya ikan).Diet ini menyelamatkan nyawaKarma. Biasanya orang dengan pros-tate acute sudah stroke. Manuputtymulanya kuatir prostate ini sudahmempengaruhi ginjal.

Pada 22 Juli, Manuputtymelakukan bedah laser prostate selamadua jam. Manuputty tak pakai pisaubedah. Dia memasukkan sebuah alatke dalam prostate Karma. Adabenjolan daging dalam prostate, yangmenutup saluran kencing, dipotongdan dibelah-belah lewat bantuankamera kecil dan laser. Dia perlu tigahari lagi untuk recovery. Kencing masihberdarah dan keluar potongan daginglewat saluran kencing. Karma sempatminta seseorang menunjukkan fotoprostate kepada saya.

Empat hari kemudian, Manuputtymenyatakan operasi berjalan lancardan berhasil. Air kencing Karmasudah jernih. Dari hasil rontgen,dokter juga menemukan bekas patahtulang tetapi sudah sembuh walau taksempurna, tampaknya dampak dariKarma terjatuh di penjara Abepura.

Operasi prostate selesai. Namun,rombongan perlu empat hari lagimenunggu penerbangan pulangsekaligus mengurus pengawalan daripihak Cipinang. Beberapa kawan lamadia datang besuk ke rumah sakit. Sayajuga datang membawa makanan danbacaan. Karma terlihat gembira. Diasering tertawa dan bergurau.

Penjagaan di rumah sakit, tentusaja, cukup ketat. Selain dijaga duapetugas Cipinang, Filep Karma jugadijaga polisi Jakarta Pusat serta BadanIntelijen Negara. Keluarga Karmajuga menjaga dengan bantuanmahasiswa Papua di Jakarta. Diakembali ke penjara Abepura pada 30Juli 2010.

Saya senang Filep Karma dapatpelayanan bermutu di Jakarta. Dia legakarena dia diperlakukan beda dari Dr.Tom Wanggai. Namun Karma hanyasatu dari banyak orang Papua yang jadikorban pelanggaran oleh Indonesia.Dan Karma juga masih tetap beradadi penjara hingga tahun 2019. Diakonsisten menolak remisi karenasecara tersirat berarti dia mengakuibersalah. Karma memang tidakbersalah. Dia dipenjara secara tidakadil. Saya kira perlu lebih banyak lagikampanye dan kerja untuk mendesakpemerintah Indonesia membebaskantapol macam Filep Karma. Dan tentuperlu ada perbaikan cara berpikir diIndonesia dalam memandang Papua.***

Istimewa

Page 51: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 2010 51

Page 52: Edisi September - Oktober 2010

Edisi Majalah September-Oktober 201052