Top Banner
Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012 Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012 ISI NOMOR INI 12 20 26 30 Mengembalikan Wisman ke Toraja Pemikiran Up-to-Date Berkembang di Toraja Resor dan Even Menarik Wisman dan Wisnus Tengoklah Orangutan itu Menjadi Destinasi Wisata Dunia Mendengarkan Pramuwisata www.newsletter-pariwisataindonesia.com 22 24 Sinkronisasi Gerak Pemasaran D ua ratusan orang peserta aktif di Rakor Sinkronisasi Pemasaran Pariwisata tanggal 3 Oktober 2012 di Jakarta. Hadirin itu terdiri dari jajaran Kemenparekraf bersama wakil-wakil instansi serta asosiasi-asosiasi dan pelaku industri pariwisata, plus stakeholders lainnya. Di hari sebelum- nya, jajaran pemasaran pariwisata Kementerian ‘mensikronkan’ rencana kegiatan tahun 2013, khususnya dengan 13 pemimpin VITO (Visit Indonesia Tourism Officer) dari 12 Negara. Dan dua minggu sebelum itu, FGD (Focus Group Discussion) digelar untuk ‘menciptakan’ gerak pemasaran-penjualan Indonesia’s Year End Festive Season, demi menutup tahun 2012 dengan pencapaian target delapan juta wisman. Sebaliknya, sebelum forum-forum itu, para pelaku bisnis pariwisata ‘diapresiasi’ oleh Kemenparekraf dengan penganugerahan ‘Awards’.
36

Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

Mar 07, 2016

Download

Documents

Muhammad Muslih

Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Vol. 3 lNo. 34 lOktober 2012

ISI NOMOR INI

1220

2630

MengembalikanWisman ke Toraja Pemikiran Up-to-Date Berkembang di Toraja

Resor dan Even MenarikWisman dan Wisnus

TengoklahOrangutan itu

Menjadi DestinasiWisata Dunia

Mendengarkan Pramuwisata

www.newsletter-pariwisataindonesia.com

2224

SinkronisasiGerak Pemasaran

Dua ratusan orang peserta aktif di Rakor Sinkronisasi Pemasaran Pariwisata tanggal 3 Oktober 2012 di Jakarta. Hadirin itu terdiri dari jajaran Kemenparekraf bersama wakil-wakil instansi serta asosiasi-asosiasi dan pelaku industri pariwisata, plus stakeholders lainnya. Di hari sebelum-nya, jajaran pemasaran pariwisata Kementerian ‘mensikronkan’ rencana kegiat an tahun 2013,

khususnya dengan 13 pemimpin VITO (Visit Indonesia Tourism Officer) dari 12 Negara. Dan dua minggu sebelum itu, FGD (Focus Group Discussion) digelar untuk ‘menciptakan’ gerak pemasaran-penjualan

Indonesia’s Year End Festive Season, demi menutup tahun 2012 dengan pencapaian target delapan juta wisman.

Sebaliknya, sebelum forum-forum itu, para pelaku bisnis pariwisata ‘diapresiasi’ oleh Kemenparekraf dengan penganugerahan ‘Awards’.

Page 2: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

2 Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

VISI, MISI, DAN TUJUAN ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENDAHULUAN PENUTUP

Keterkaitan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Penguatan kualitas kepariwisataan Kualitas kepariwisataan seringkali diukur dari lama tinggal dan besaran pengeluaran wisatawan. Penciptaan daya tarik wisata Produk dan jasa ekonomi kreatif, dapat menjadi daya tarik utama di suatu daerah destinasi wisata. Promosi Produk dan jasa ekonomi kreatif merupakan media promosi yang efektif bagi suatu destinasi wisata, dan sebaliknya.

1

2

Ekonomi Kreatif Kepariwisataan

Penguatan Kualitas kepariwisataan

Penciptaan daya tarik wisata

Promosi

Promosi

3

4

KETERKAITAN Kondisi Global

Perkembangan Kepariwisataan

Perkembangan Ekonomi Kreatif SDM Reformasi

Birokrasi Potensi Permasalahan

Penanggung jawab :Sapta NirwandarPenerbit/Pemimpin Redaksi :Arifin HutabaratDewan Redaksi :Sadar Pakarti BudiFaried Moertolo T. BurhanuddinWisnu B. SulaemanReporter : Benito LopulalanAlamat :Direktorat Jenderal Pemasaran PariwisataKementerian Pariwisata dan Ekonomi KreatifJl. Medan Merdeka Barat No.17Lantai 3 Jakarta 10110Telp : 021 383 8220Fax : 021 380 8612,Email : [email protected]

www.newsletter-pariwisataindonesia.com

Jika Anda mempunyai informasi danpendapat untuk Newsletter ini, silakankirim ke alamat tersebut di atas.

Utama

Sinkronisasi, ditambah sikap ‘konsis-ten’, kini dijadikan dasar dalam mensuk-seskan lebih cepat pengembangan pema-saran pariwisata kita.

Tahun-tahun yang lalu forum-forum tersebut biasa berfokus dengan tema Koor-dinasi, sekarang Kemenparekraf semakin menitikberatkan pada penekanan Sinkro-nisasi gerak langkah antar pemangku ke-pentingan dalam pemasaran pariwisata kita. Jika rencana kebijakan dan kegiatan yang berkaitan dengan pariwisata, efek-tif disinkronkan antara instansi lintas sektoral dan antara pemerintah pusat dan daerah,—dapat terselenggara,—dan diteruskan dengan sifat konsiten, maka kepariwisataan kian kuat memiliki alasan optimisme yang besar. Optimisme itu, dari kaca mata pelaku pariwisata di luar negeri, melihat Indonesia seperti a sleeping giant yang sedang bangkit.

Kata Kunci dan Pemikiran Dasar

Menparekraf Mari Elka Pangestu mengingatkan kembali apa yang sesung-guhnya akan dicapai dengan pengemban-gan pariwisata. Pengembangan kepari-wisataan bahkan kini diperkuat dengan pengembangan ekonomi kreatif.

Memang, industri pariwisata dan in-dustri kreatif telah bagaikan dua sisi dari satu mata uang, sudah tak terpisahkan dan justru saling memberikan nilai.

Menteri menyajikan kembali pokok-pokok Rencana Strategis (Renstra) Kemen-parekraf untuk periode hingga 2014. Apa yang hendak dicapai ?

Pencapaian yang ingin diraih ialah :1. Quality of life (kualitas hidup), tidak

terbatas pada kekayaan/kemakmuran (wealth) dan ketenagakerjaan, tetapi juga terkait dengan menjaga lingkungan, kesehatan jasmani dan rohani, pendidi-kan, rekreasi dan waktu senggang, serta kepedulian sosial (social belonging);

2. Kesejahteraan, peningkatan pendapa-tan dan penyerapan tenaga kerja.Fokus Bidang Pembangunan yang di-

perankan oleh Kemenparekraf haruslah sebagai penggerak utama khususnya di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Apa pengertiannya?1. Kepariwisataan adalah keseluruhan ke-

giatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multi disiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat se-

tempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.

2. Ekonomi Kreatif adalah era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan stock of knowledge dari sumber daya manusianya sebagai faktor produk-si utama dalam kegiatan ekonominya.Final goals itu akan menjadi kenyataan

dari pelaksanaan visi dan misi yang di-bawakan oleh Kemenparekraf.

Dalam pelaksanaan di lapangan, di bi-dang pemasaran pariwisata, strategi yang diterapkan Ditjen Pemasaran Pariwisata te-lah tampak menginspirasi dan mendo rong pemda dan unsur pelaku pariwi sata di daerah-daerah menyelenggarakan ke giat-an-kegiatan berbagai format dan isi. Dan itulah kini memerlukan singlronisasi agar kian produktif, sebagaimana ditekan kan oleh Wamenparekraf Sapta Nirwandar.

Menparekraf Mari Elka Pangestu melancarkan diplomasi Kemenpare-kraf ke Jepang, Korea dan

RRC. Selama kunjungan kerja 20–27 September 2012 itu, ia bertemu dengan lembaga yang berperan pen ting dalam pengembang an pariwisata dan ekono-mi kreatif di ketiga negara tersebut.

Antara lain di Jepang diadakan per-temuan bilateral dengan Yukio Edano, Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (Ministry of Economy, Trade and Industry–METI) Jepang, menjajaki kerja sama di bidang ekonomi kreatif.

Di Korea Selatan, bertemu dengan

sejumlah lembaga pemerintah dan non-pe-merintah yang menangani pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif, di antara-nya Korea Content Creative Agency (KOCCA), Korea Film Council (KOFIC), Korea Tourism Organization (KTO), CheilJedang Entertaint­

DiplomasiPariwisata Kita

Keterkaitan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif

Menteri Parekraf dan Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang Yukio Edano.

Page 3: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

3Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Utama

Wamen Parekraf Sapta Nirwan-dar (Plt Dirjen Pemasaran Pari-wisata) memimpin jalannya ke-tiga forum tersebut di setiap hari

pelaksanaannya.“Pak Sapta, dengan gembira saya

beritahukan,” ujar satu peserta forum, “Kementerian Luar Negeri, ingin berbagi program internasional. Hal yang saya in-gin sampaikan juga bahwa setidaknya kita memiliki dua program, 2 konferensi internasional. Pertama adalah Forum Demokrasi dan yang kedua adalah per-temuan senior informal pada APEC. Harapannya dua konferensi ini akan meng undang lebih banyak orang datang ke Indo-nesia. Pada Forum Demokrasi akan berpartisipasi sekitar 200 delegasi. Untuk pertemuan APEC yang akan diseleng-garakan di Jakarta dan Bali, kami perkirakan sekitar 2.000 orang datang tetapi terutama untuk pertemuan APEC ta-hun depan.”

Yanti Sukamdani dari Ba-dan Promosi Pariwisata In-donesia (BPPI) menerangkan, untuk pasar Cina di Guang-zhou, telah diprogramkan pada Oktober ini promosi ber-

sama dengan maskapai penerbangan dan hotel. Maka diharapkannya dengan VITO kerja sama sinkronisasi dalam rangka upaya 3 bulan akhir 2012 ini untuk mem-buat bertambahnya jumlah wisatawan Cina yang datang.

Untuk pasar Malaysia, kata Yanti, “Kami ingin melakukan promosi destinasi di luar Bali. Indonesia begitu besar. Bagai-mana Karimun Jawa, Kepulauan Riau, ada banyak pantai yang indah untuk dipasar-kan ke Malaysia.”

Dari VITO Malaysia, mengiakan, na-mun melihat juga risiko baru untuk daerah

baru, untuk mempromosikan daerah baru operator tur harus lebih kreatif. Mengapa kita bicara tentang Karimun Jawa, itu ten-tu karena kita dapat menggunakan pener-bangan Air Asia yang melewati Semarang. “Kami membutuhkan pemasok dari Indo-nesia sebagai kelanjutan dari permintaan tur operator kami di Malaysia,” kata dia.

Lalu, Yohanes, dari Air Asia pun me-nyambut: Itu merupakan wacana yang sa-ngat baik bahwa kita dapat menjual berba-gai tujuan lainnya. Selain tujuan Bali, kita juga perlu dukungan untuk menjual desti-nasi Makassar, Solo dan tujuan lainnya.

Hasiyana dari ASITA Jakarta dan ope-rator Marintur: Dengan kita fokus kepada apa yang harus kita perbuat periode Sep-tember–Desember ini, travel agent yang harus mulai duluan, mengirim langsung via internet pemasaran dan penjualan ke kota-kota yang punya direct flight ke Indo-nesia. Sambil itu berjalan kemudian kalau

ada dana kita bisa melaku-kan direct sales ke kantong-kantong asal dari turis dan langsung ke consumer.

Mereka umumnya tentu sudah mempunyai rencana libur hendak ke mana, maka kita harus bisa pecahkan perhatian mereka supaya ke Indonesia dan itu harus direct. “Maaf,” katanya, “Da-lam waktu dekat ini kita tidak bisa menjual daerah-daerah yang tidak ada direct flight-nya.”

Apa kata Kadis Pari-wisata Jateng? “Kami sebe-narnya menunggu penulis

Link-Match Industri, Vito,Instansi, Organisasi dan Destinasi

ment and Media (CJ E&M), perusahaan ani-masi Wonderworld Korea, Dongseo Univer-sity dan Korean Polytech University.

Di Shanghai, RRC, Menteri menghadiri Seatreade All Asia Cruise Convention, dan menegaskan cita-cita Indonesia untuk

menjadi destinasi kapal pesiar yang ber-kelanjutan dan berkelas dunia.

Pasar wisman Jepang masih tetap lucra­tive. Diharapkan payung kerja sama dan program kolaborasi beberapa sektor dapat disepakati tak lama lagi. Itu agar terealisasi

kerja sama saling menguntungkan bis-nis-bisnis, komunitas-komunitas dan insan-insan kreatif antara kedua negara.

Sementara pasar Korea sedang tum-buh pesat dan Cina sudah menjadi nomor satu terbanyak di dunia menghasilkan

Menparekraf bersama Presiden/CEO KOCCA, Hong Sang-Pyo. Di Tokyo, berbicara dengan pelaku bisnis pariwisata.

VISI, MISI, DAN TUJUAN ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENDAHULUAN PENUTUP

VISI “TERWUJUDNYA KESEJAHTERAAN DAN KUALITAS HIDUP

MASYARAKAT INDONESIA DENGAN MENGGERAKKAN KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIF”

MISI 1. Mengembangkan kepariwisataan berkelas dunia, berdaya saing, dan

berkelanjutan serta mampu mendorong pembangunan daerah; 2. Mengembangkan ekonomi kreatif yang dapat menciptakan nilai

tambah, mengembangkan potensi seni dan budaya Indonesia, serta mendorong pembangunan daerah;

3. Mengembangkan sumberdaya pariwisata dan ekonomi kreatif secara berkualitas;

4. Menciptakan tata pemerintahan yang responsif, transparan dan akuntabel. 34

Visi dan Misi Kemenparekraf

Tujuan Sasaran VISI MISI

Page 4: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

4 Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Pro-aktif dari Danau Toba

Utama

dari dalam negeri maupun luar negeri, agar datang dan menulis. Ada beberapa paket yang dijual, dan memang Karimun Jawa signifikan naik terus pengunjungnya. Ada beberapa paket Diving, Snorkeling. Tersedia untuk charter flight berkapasitas enam orang, tersedia tiga kapal pengang-kut wisatawan dari Jepara dan Semarang. Tapi, problemnya saat ini kapalnya sedang rusak. Untuk jangka panjang pemerintah mengalokasikan dana untuk perpanjangan landasan air strip nya sepanjang 890 meter.

Garuda Indonesia diwakili Helmi Kurniawan menerangkan: Besar juga sup­port Garuda selama ini untuk mendukung kunjungan turis. Beberapa waktu sebelum-nya bekerja sama dengan salah satu brand international, kegiatannya memperkenal-kan destinasi-destinasi baru di Indonesia. Ternyata responnya sangat baik. Kalau tadinya yang dikenal hanya Bali, kini lebih dari itu.

Kemudian, lebih praktis lagi sudah melakukan beberapa kali pertemuan den-gan Kementerian Pariwisata dan kepala perwakilan di China, untuk menyeleng-garakan Garuda Indonesia Travel Fair. Ajang ini sebelumnya diselenggarakan di Jakarta, maka yang akan datang adalah melakukannya di luar negeri.

Ter akhir bulan lalu dilaksanakan di

Shanghai, menjual berbagai destinasi Indonesia. Yang perlu kita tingkatkan, kata nya, kerja sama dengan VITO, dengan perwa kilan Garuda di China, itu bisa ditingkatkan lagi, karena promosinya bisa kian digencarkan.

Roadshow ke mal juga efektif dan itu yang akan dilakukan. Untuk jangka panjang ba-nyak kesempatan memperkenalkan Indo-nesia, terkait kerja sama Garuda melalui salah satu merk global international. Tentu sambutannya akan sangat baik mengang-kat brand Indonesa di mata internasional.

Ahli pemasaran, Hermawan Kartajaya: Kita harus menciptakan kata seksi, kata indah, agar menarik orang-orang datang. Destinasi baru membutuhkan tindakan untuk mempromosikan. Kami berbicara tentang segmen baru. Kita sulit menda-patkan segmen planned tourist, karena me reka sudah ada rencana. Kita harus menuju ke segmen impulsif. Orang muda sering pergi dengan tiba-tiba, wanita pun

kadang-kadang melakukan hal-hal im-pulsif. Indonesia telah terkenal di seluruh dunia, Indonesia telah menjadi terkenal karena trending topic di tweeter, dan lain-lain media sosial.

Jadi karena kita punya waktu dan ang-garan terbatas kita harus manfaatkan waktu sesuai dengan segmen yang tepat. Pemuda, perempuan adalah target pasar yang baik.

Adapun Bali; tidak hanya pulau bu-daya, tidak hanya pulau dewa, selain itu sangat tepat untuk pesta remaja, artinya akan sukses pada segmentasi ini. Jadi Bali bisa menjadi pulau pesta, ‘Island of Party’. Jadi dalam waktu yang sempit ini kita hendaknya tidak hanya menggunakan cara tradisional, mari lakukan hal cerdas dengan anggaran rendah, nilai ekonomi-nya tinggi. Kita tidak perlu menghabiskan banyak uang. Jadi kita harus memilih seg-men yang tepat, itu adalah pemuda, de-ngan positioning yang tepat. Kita bisa men-jual pesta untuk pemuda, dan cinta bagi perempuan. Kita bisa membayar broker, kita dapat menggunakan pemuda untuk menarik pemuda.

Pembicaraan di atas merupakan bagian dari cross discussion yang berlangsung da-lam FGD, 13 September 2012 di Jakarta. Tak kurang 85 orang hadir yang terdiri dari :

outbound tourists, meninggalkan Amerika Serikat dan Jerman di peringkat dua dan tiga terbanyak outbound traveler.

Apresiasi dan kerjasama BPSDi dalam negeri, praktisi terpilih di

bidang pariwisata dianugerahi penghar-gaan oleh Kemenpa rekraf. Ini mencer-minkan apresiasi peme rintah terhadap upaya-upaya kalangan praktisi yang me-ningkatkan pengembang an pariwisata. Selain itu, ditandatangani komitmen oleh wakil-wakil para pelaku pariwisata untuk pelaksanaan kode etik pariwisata. Dan Menteri menandatangani MoU dengan

Badan Pusat Statistik.“BPS mencatat kedatangan wisman ke

Indonesia mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibanding tahun sebelum-nya,” kata Kepala Badan Pusat Statistik

(BPS), Suryamin. Menparekraf dan Kepala BPS menandatangani MoU di Jakarta, Rabu (19/9/2012).

“Dengan kerja sama ini, kita jadi bisa tahu berapa lama wisman menginap, dan kegiatan yang bisa dilakukan,” kata Men-teri. Juga akan bisa mengetahui minat wisatawan domestik, berbagai fasilitas pun bisa ditingkatkan untuk kenyamanan turis, agar mau datang ke destinasi wisata.

“Misalnya Sulsel, penduduk sana bia-sa nya senang wisata keluar daerah, tapi mungkin tidak demikian halnya dengan penduduk daerah lain. Nah, dengan statis-tik, kita bisa mencarikan strategi agar me-reka mau wisata keluar,” kata Menteri. n

Menteri menyerahkan ‘Award’.

Menparekraf dan Kepala BPS.

Penandatanganan komitmen disaksikan Menteri.

Kita hendaknya tidak hanya menggunakan cara tradisional, mari lakukan hal cerdas dengan anggaran rendah, nilai ekonomi nya tinggi.

Page 5: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

5Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Wamen Parekraf menerima audensi untuk jumpa pers para finalis di Balairung Soesilo Sudarman, Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Rabu (19/9/2012).

Putri Pariwisata

4 Direktorat: Pengembangan Pasar dan In-formasi Pariwisata; Promosi Pariwisata Luar Negeri; Promosi Pariwisata Dalam Negeri; Promosi Citra Indonesia; Kon-vensi, Insentif, Even dan Minat Khusus.

4Dirjen Asia Pacific dan Afrika Ratu Sylvi Gayatri.

4Imigrasi Bali, I Wayan Sudana, (Kabid Pengawasan dan Penindakan). Imigrasi Soetta, Bea Cukai, Deni Sudrajat.

4Kasi Penyuluhan layanan & informasi.4Dirjen Kerjasama ASEAN, Amir Rajab

Harahap (Kasubdit Kerjasama ASEAN).4Dirjen Imigrasi, Kiemas Zamsazain

(Kasubdit Ijin masuk bertolak & tempat pemeriksaan Imigrasi).

4Disparbud DKI Jakarta, Rohim (Pengka-jian Pemasaran).

4Disparbud Jawa Tengah Prastyo (Kadis-parda).

4Disparbud Jawa Timur Handoyo (Kabid Pemasaran).

4Dispar Jogjakarta Tazbir (Kadisparda).4Kadispar Kep Riau Guntur Sakti (Kadis-

parda).4Dinas Par Kota Batam: Acmad Artas

Yaswir (Sekertaris Kadin Kasubdit Pro-gram).

4Angkasapura II, T Priyanto (Ketua).4ASITA Hasiana (Ketua).4PHRI Carla Parengkuan.

4INTI Untung (Ketua).4VITO Singapura: Sulaiman Shehdek

(Country Manager/CM).4VITO Jepang: Tadahito Narita (CM).4VITO Beijing: Yu Zhou (Cynthia)-CM.4VITO Malaysia: Muhammad Shafie

Obet (CM).4VITO Korea: Cherry Kim (CM).4VITO Australia: Craig Gibbons (CM).4VITO Guangzhou: Ms. Jingyi Hu (CM).4TO Korea: Kyung Hae kim (Garuda

Seoul Office).4TO Guangzhou: Ms Jinhang Kuang

(Women Inter Travel Service) dan Ms Jinghong Xian (Manager CITIC Inter Travel Service).

4TO Beijing: Mr. Jixin Zhen (Ben)–Travel Trade Manager.

4TO Malaysia: Mr Josep Kok Kee Meng (MP Travel & Tour SdnBhd), Mr Moh Hisham bin Saharudin (Rakyat Travel Sdn Bhd).

4TO Singapura Mr Bhajan Sing (A+B Edu T&T Pte,Ltd), Mr Haffidz Abdul Hamid (GM Hajilah Travel PTE LTD).

4TO Australia: Monica Baker (Marketing Manager for Flight Center).

4TA/TO (Travel Agent/Tour Operator) Indo-nesia: Bhiva Tours, Ati Chandrasari (Mgr Jakarta). Pacto Ltd Mr Rachmadi (Product Manager) Pacto Ltd, Bali Kami

Tour, Rama Tours, Taman Puyera Wisata, Vaya Tour, Aero Wisata Exotic Java Trails. Jetstar Airways, Helmy Zulsar (Mgr. Merpati Nusantara), Mohamad Hatta Ch (CEO Merpati Archipelago), RA Junaidi (VP Marketing Nusantara Airlines). Garuda Indonesia, Batavia Air: Ely, Irvan (PR Mgr), Humas Qatar Airways.

Kegiatan Taktis DinamisApa yang datang dari VITO? Untuk

FGD itu, yang didatangkan memang khusus dari Vito kawasan dekat, yakni dari Singapura, Malaysia, China, Jepang, Korea dan Australia. Itu sejalan dengan topik dan tujuan utama, yakni untuk mengisi kegiat an khusus menjelang tutup tahun 2012, agar target 8 juta wisman ta-hun ini bisa tercapai.

Dinamisme kegiatan pemasaran me-mang dicerminkan dari kegiatan taktis yang dilaksanakan oleh Ditjen Pemasaran Pariwisata ini. Dan di situ berproses link and match antara kebijakan, strategi dan

Ini pula merupakan landasan dan se-mangat cara kerja sinkronisasi pemikiran, rencana dan program, yang kemudian dibawakan ketika dua minggu sesudah-nya, pada tanggal 2 dan 3 Oktober 2012 diselenggarakan Rakor Sinkronisasi Pe-masaran Pariwisata Indonesia. n

Putri Pariwisata Indonesia

Tampak cantik dan gemulai, tentu juga cerdas, mereka, 35 finalis dari 33 provinsi hasil audisi di seluruh

Indonesia, memasuki masa karan-tina di Merlyn Park Hotel Jakarta, dari tanggal 17 hingga 27 Septem-ber 2012.

Mereka berkompetisi pada Ma­lam Penobatan Putri Pariwisata Indo­nesia 2012di Grand Ballroom hotel itu pada Jumat malam (28/9-2012). Kemenparekraf mendukung kegiat-an pemilihan Putri P ariwisata Indo-nesia 2012 yang tahun ini mengang-kat tema Green & Creative Tourism.

Para finalis ini kemudian men-jadi duta wisata bagi daerah masing-masing serta mewakili Indo nesia dalam even pariwisata di mancanegara.

Sapta Nirwandar mengetuai Dewan Juri yang antara lain terdiri dari Prita Kemal Gani (Founder The London School Public Relations), dr Lula Kamal, Prof Dr Budiarto Subroto, DEA, dan Prof Dr Hj

Sylviana Murni, SH, Msi.Wamen Parekraf Sapta Nirwandar

mengharapkan para finalis ini terus me-ningkatkan pengetahuan bidang pari-wisata dan ekonomi kreatif.

Ya, mereka kini berperan sebagai duta wisata untuk mempromosikan potensi pariwisata dan ekonomi kreatif Indone-sia kepada masyarakat dan wisatawan di dalam dan luar negeri. n

Page 6: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

6 Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Kementerian selama periode Januari– Agustus melaksanakan rangkaian Below The Line Pro mo­tion antara lain dengan aktivitas Pameran: se perti bergabung di Vakantiebeurs, MATTA Fair,

ITB Berlin, COTTM, Floriade, KOTFA, dan lain-lain. Dan Misi Penjualan (sales mission), se perti ke China, ASEAN, Australia, dan lain-lain.

Adapun famtrip: Travel Agent/Tour Operator (TA/TO), wartawan, tokoh atau prominent figures. Melancarkan Above The Line Promotion adalah dengan iklan cetak, iklan elektronik, iklan luar ruang, juga pemasaran online dengan facebook, twitter dan web indonesia.travel.

Dengan terjadinya penurunan jumlah kedatangan wisatawan bulan Juli 2012 itu, kementerian akan melaku-kan beberapa tindakan pada enam pasar utama dalam tiga bulan terakhir 2012 ini.

“Kami ingin dapat masukan dari semua peserta supaya kita tetap bisa mencapai target delapan juta. Diharapkan tentunya praktek dari Pemerintah daerah dan kalangan swasta,” kata Sadar Pakarti Budi, Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Pariwisata.

Kemudian Nia Niscaya, Direktur Promosi Luar Negeri Pariwisata, mengumumkan ketua kelompok diskusi un-tuk setiap pasar, dan mengundang agen VITO dan agen wisata dari luar negeri dan Indonesia yang tertarik di pasar tersebut.

Pasar Malaysia diketuai Tazbir, Kadisparda Yogya karta. Pasar Australia oleh Nia Niscaya. Untuk pasar China oleh Esthy Rekso Astuty, Direktur Promosi Citra Indonesia, untuk pasar Korea diketuai oleh Sadar Pakarti Budi, Singapura oleh Fathul Bachri, dan untuk pasar Jepang oleh Rizki Handayani.

“Dalam diskusi kita ingin meminta komitmen Anda. Apa komitmen Anda misalnya dari maskapai penerbangan, berkomitmen untuk mendukung paket melalui promosi dalam majalah penerbangan. VITO telah memilih agen perjalanan yang menjual Indonesia,” Nia menjelaskan.

Usai diskusi, pada forum dijelaskan kesimpulan demi kesimpulan dari setiap fokus pasar.

Aksi DinamisAkhir Tahun ini

Utama

Pengunjung mengantri di stand Indonesia untuk menikmati cita rasa kuliner Indonesia, ketika event MATTA Fair beberapa waktu lalu.

INDONESIA’S END YEAR FESTIVE SEASONS

Page 7: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

7Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Utama

Dari Kelompok Pasar SingapuraTelah dibahas secara fokus tentang pemasaran produk.

Ketika melakukan ‘positioning’ kita harus fokus pada produk. Sebaiknya tidak hanya mempromosikan Indo-nesia secara umum, tetapi spesifik misal menyebutkan Batam, agar pengunjung datang ke Batam, menyebutkan apa yang dimiliki di Batam.

Yang berikutnya adalah menyebutkan Bandung. Di Bandung kita sebutkan Trans Studio, ada factory outlet. Maka iklan pun menonjolkan produk dan destinasinya. Selain itu, melakukan road show di mal.

Untuk itu, Pemda, industri, dapat bergabung dan melakukan road show mempromosikan apa yang dimiliki, budaya, makanan, misalnya membawa koki yang bisa me-masak Serabi Bandung, orang Singapura suka berbelanja dan makanan. Jadi tugas mendesak yang harus dilakukan adalah mendukung promosi para agen perjalanan melalui elektronik, iklan, dan media.

Misalnya, untuk macam-macam iklan perlu biaya seki-tar US$ 20.000 untuk periode tiga bulan. Jumlah itu akan dibagi. Mereka akan menjual produk tidak sendiri-sendiri. Mereka akan menjual Jakarta–Bandung–Bali, misalnya. Diharapkan setidaknya setelah iklan akan lebih banyak wisatawan datang.

Memang baiknya dibuatkan tagline yang tepat untuk mendukung promosi ini. Apa tagline-nya? Saran kami ada-lah: ’Year­end sales mega campaign’.

Mungkin anggota ASITA dapat memberi dukungan misalnya dengan memberikan kartu yang dapat mereka gunakan untuk memperoleh diskon saat membeli paket.

Dukungan juga diharap dari maskapai penerbangan seperti Lion Air dan AirAsia agar mempromosikannya di web mereka. Yang terakhir dibahas adalah dalam waktu dekat apa yang bisa dilakukan segera, agar grup langsung datang di luar kondisi normal.

Akan diundang seperti band Wali, karena orang Singapura cenderung ingin tahu tentang artis. Artis sinetron Cinta Fitri atau artis sinetron Tukang Bubur Naik Haji, itu digemari. Dan acara Natal, di sarankan pada bulan Oktober mulai dipromosikan karena di Singapura seperti juga Malaysia ada enam minggu liburan sejak Desember hingga tanggal 2 Januari. Perlu dilakukan promosi sece-patnya.

Pasar Malaysia Diskusi bersama agen perjalanan, ope rator tur, dalam

kelompok ini memandang tiga bulan ke depan perlu fokus pada destinasi. Agen perjalanan setuju mencari paket di luar Jakarta. Bandung dan Bali sudah terbentuk pasarnya.

Kini perlu menciptakan fokus baru di luar Jakarta. Telah diidentifikasi untuk susun paket, di Jakarta kemu-

INDONESIA’S END YEAR FESTIVE SEASONS

Page 8: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

8 Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Utama

dian Bandung lewat darat ke Yogyakarta, dan terbang dari Yogyakarta. Juga diidentifikasi kombinasi Bandung dengan Surabaya, dan kombinasi dengan Lombok dan Bali.

Mengidentifikasi biaya land arrangement­nya untuk me-nekan biaya. Operator tur yang ingin bergabung memasar-kannya, bersama Vito, sebagai langkah awal yang cepat. Dukungan dari Kementerian diharapkan dengan berbagi biaya kampanye yang berarti iklan dibagi antara grup dan kementerian 50 : 50 cost sharing.

Namun sebelum meluncurkan paket akan ada media famtrip di bulan Oktober, diharapkan media menulis dan menciptakan keinginan masyarakat untuk berwisata. Itu untuk perencanaan dalam waktu singkat.

Pasar Cina Dibahas tentang ‘Golden Week’ yang merupakan pro-

gram yang akan fokus pada bulan Oktober, November, dan Desember. Bagusnya, mulai Oktober beroperasi pe-nerbangan langsung oleh Southern China Airlines.

BPPI punya program sales mission ke China, diharapkan program ini dapat dikerjasamakan dengan VITO Guang-zou. Mereka memiliki data pariwisata dari Guang Zhou ke Denpasar.

VITO Guang Zhou juga meminta dukungan dari Kementerian untuk famtrip bagi operator tur dan media sekitar 20 peserta, dan meminta Kementerian untuk mem-berikan hadiah bagi konsumen, gimmick. GOH (Garuda Orient Holidays) Guangzhou juga meminta dukungan un-tuk lucky draw, dan dukung an pencetakan media promosi.

VITO Guangzhou meminta industri yang bisa men-jadi partner untuk menjual produk tujuan selain Bali, dari Yogyakarta, Surabaya, Manado dan Jakarta. Adapun VITO Beijing, memerlukan dukungan mempromosikan paket low season, setelah usai Golden Week. Vito sudah mempro-mosikan paket ini di web.

Ada juga penawaran harga khusus dari maskapai Ga­ruda, SQ, Air Asia, dan maskapai penerbangan lainnya, kini sudah terdaftar. Dan sudah diprogramkan adanya famtrip untuk operator tur dari Guangzhou dan VITO Beijing.

Pasar Jepang Kelompok diskusi untuk pasar Jepang ini menyatakan,

menemukan bahwa ma salah utama bagi konsumen Jepang datang ke Indonesia adalah kepercayaan. Maka perlu

fokus pada nilai kompetitif selain faktor destinasi yang di-gandrungi pasar Jepang.

Biaya terbesar dalam paket adalah tiket penerbangan. Maka perlu disambut promosi fokus dari Garuda, yang periode tiga bulan ini menawarkan promosi seribu tiket, untuk datang ke Bali dengan tagline baru: Promoting, Congratulation, to New World Heritage Subak in Bali.

Jadi, Garuda mendukung dengan memberikan harga khusus dan agen perjalanan akan membuat paket. Jika setuju maka akan dapat memperbaiki paket ke Bali dari Jepang dengan harga baru yang kompetitif.

Dan yang kedua adalah dukungan dari Air Asia, yang akan mempromosikan juga di website mereka, World Heri­tage Subak in Bali. Pada airlines LCC ini, wisatawan individu membeli tiket melalui internet. Juga akan melakukan pro-mosi dengan harga promo khusus ke Bali dari Jepang via Kuala Lumpur.

Pasar KoreaPada diskusi kelompok pasar Korea, rencana aksi yang

diusulkan, pertama, akan menginformasikan bagi yang menjual Indonesia untuk mendorong on line booking, on line tour, tour web.

Yang kedua, apa yang dapat dilakukan dalam waktu singkat. Pembuatan pamflet tentang Jakarta, Bali, Lombok, Batam, Bintan, dan Yogyakarta.

Kemudian yang ketiga, mendorong Korea untuk mem-promosikan Jakarta, dan Yogyakarta. Ditargetkan sekitar 1.150 pax tambahan kunjungan selama bulan Oktober sam-pai Desember.

Keempat, akan dibuatkan website untuk program no-mor tiga disebut tadi. Kelima, promosi di beberapa kota yang dibagi setahun dalam beberapa kuartal, selama pe-riode tertentu. Kemudian, akan dipilih 5 agen dan 5 me-dia untuk famtrip ke Jakarta, Bandung dan Yogyakarta.

Pasar AustraliaSebagian besar orang Australia pergi dengan peme-

sanan secara online, 70% mereka pergi menggunakan agen perja lanan. Jadi perlu kerja sama dengan kalangan agen. Ada agen perjalanan yang siap untuk paket lengkap harga hotel dan penerbangan, selain dari GOH.

Agen Flight Center fokusnya pada destinasi Bali, Lom-bok dan Gili, alasannya ka rena orang Australia sangat akrab dengan tujuan ini.

Diutarakan, karena saat ini waktunya singkat, paket dari agen perjalanan bisa siap, tetapi jika hendak menda-patkan respon besar dari pasar, mereka meminta kampanye melalui TV, spanduk. Diperkirakannya biaya 300 ribu dolar untuk periode November–Desember, bisa dengan patung-an, misalnya investasi dari Kementerian 50% dan untuk investasi ini Flight Center menjanjikan hasil feed back 20–70% peningkatan kedatangan wisman Australia dibandingkan pencapaian tahun lalu pada periode yang sama.

Selain itu harus dipastikan ketersediaan kursi. Dari GOH, untuk tujuan di luar Jakarta, yakni Yogyakarta, Bandung, Surabaya, Lombok juga menyatakan tiga bulan yang sama perlu promosi di televisi berkisar US $ 50.000.

Setelah kesimpulan-kesimpulan dari kelompok itu, pimpinan sidang menyatakan : “Kita harus memilih kegiatan yang sangat tinggi impact­nya.”

Program-program itu terlihat pada beberapa tabel yang dimuat di halaman 6–7. Kese luruhannya dinamai program Indonesia’s End Year Festive Seasons. n

Pengunjung mengamati

berbagai paket dan

promosi wisata yang ditawarkan

oleh seorangtur operator.

Page 9: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

9Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Di dalam Balairung gedung Sapta Pesona, Kemenparekraf, dua ratusan orang peserta aktif di Rakor Sinkronisasi Pemasaran Pariwisata tanggal 3 Oktober 2012. Para pe-serta rakor itu terdiri dari jajaran Kemenparekraf bersa-

ma wakil-wakil instansi serta asosiasi-asosiasi dan pelaku industri pariwisata, plus stakeholders pariwisata lainnya.

Kebijakan, strategi dan program pemasaran untuk tahun 2013 dipaparkan, kemudian peserta dibagi dalam kelompok-kelompok pembahasan berdasarkan fokus pasar.

Menparekraf Mari Elka Pangestu mem buka Rakor dengan menguraikan kembali Rencana Strategis (Renstra) Ke-menparekraf untuk dilaksanakan hingga tahun 2014.

Tentu saja digambarkan juga proyeksi situasi kondisi kepariwisataan melam-paui tahun 2014, sebagai suatu gambaran global yang perlu diperhatikan.

Wamen Parekraf Sapta Nirwandar kemudian memimpin keseluruhan Rakor. Dibukanya dengan menyajikan gambaran situasi pemasaran pariwisata Indonesia, yang mengandung strategi dan program-program yang hendak dilaksanakan un-tuk tahun 2013.

Tak diragukan lagi the forseeable future berdasarkan data menunjukkan abad ke-21 seakan miliknya Asia- Pasifik.

Pertumbuhan di bidang pariwisata demikian tinggi di mana jumlah pengun-jung diproyeksikan mengambil 30% dari total di dunia.

Utama

Sinkronisasi ProgramPemasaran 2013

Pimpinan dari 13 kantor VITO di 12 Negara bersama Wamen Parekraf berseru semangatbersama menyongsong pemasaran pariwisata 2013.

Page 10: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

10 Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Utama

Program pemasaran di daerah-daerah

seharusnya disesuaikan dengan

program di tingkat nasional, sehingga

sinergis, efisien dan efektif.

Baik dari dimensi kuantitatif maupun

kualitatif.

Lebih fokus lagi, demikian pula ekonomi negara-negara ASEAN akan ber-tumbuh relatif tinggi. Maka ini pun akan mendorong pertumbuhan pariwisata relatif tinggi di tengah kancah dunia, ten-tunya outbound maupun inbound tourism.

Setidaknya tujuh gejala yang mempe-ngaruhi naik turunnya perjalanan wisata di dunia dewasa ini. Semua itu diperhi-tungkan dalam menentukan strategi dan program pemasaran pariwisata.

Menuju 10 Juta WismanRakor itu sendiri semakin menguatkan

perlunya sinkronisasi, di mana kebijakan, strategi dan program yang diproyek-sikan oleh Kemenparekraf, diharap-kan diikuti dan disinkronkan oleh para pelaku pariwisata di daerah-daerah, baik dari pemerintahan apalagi dari kalangan pelaku bisnis.

Program pemasaran di daerah-daerah seharusnya disesuaikan dengan program

di tingkat nasional, sehingga sinergis, efisien dan efektif. Baik dari dimensi kuan-titatif maupun kualitatif.

Menteri dan Wakil Menteri mem-bawakan suasana pembahasan yang mencair, namun dengan fakta dan data serta ‘ menyemangati’ peserta agar ketika kembali ke tempat masing-masing, dapat segera menerapkan langkah dan gerak pema saran yang efektif dan efisien.

“Kita arahkan mencapai jumlah

Philippines 315.000Taiwan 255.000

United States 225.000United Kingdom 220.000

Page 11: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

11Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

kunju ngan wisman tahun depan seba-nyak sembilan juta,” kata Menteri, dan melanjutkan, tahun 2014 agar bisa men-capai 10 juta.

Program dari Pusat dan sinkronisas-inya dengan daerah-daerah serta asosiasi dan praktisi bisnis, dan VITO, pemba-hasan pasar demi pasarnya dilaksanakan terbagi dalam 7 kelompok. Enam kelom-pok untuk pasar mancanegara, dan satu kelompok untuk pasar pariwisata dalam negeri atau Wisnus.

Dapatlah dilihat target-target pasar dan jumlah wisman yang hendak dituju, beberapa even utama untuk dilaksana-kan selama tahun 2013, target wisman diarahkan pada segmen demografis ter-tentu, dan memperhatikan aspek atau motif tujuan atau minat spesifik wisatawan masa kini.

Target-target tersebut sebagai hasil analisis mutakhir dipandang sesuai dengan karakter destinasi dan produk pariwisata yang dimiliki di Indonesia. n

Suasana rapat-rapat kelompok menurut target pasar dalam Rakor Sinkronisasi Pemasaran Pariwisata 2013.

Utama

Page 12: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

12 Vol. 3 l No. 34 l Oktober 201212

Mengembalikan Wisman ke TorajaBisnis

Agustinus Lamba

Ony Alolinggi

Tahun 1991–1996 dicatat masa booming pariwisata di Toraja. Ke-mudian tahun 1997–1999 mulai menurun. Tahun 2000–2006 grafik

pariwisata di Toraja berada di lembah, arti nya kedatang an wisatawan minus.

Tapi keadaan ini mulai berubah sejak ta-hun 2007 hingga sekarang. Angka kunjung-an wisatawan sudah mulai naik lagi.

Berikut tabel Kunjungan Wisman Ke Sulsel dan DTOW Toraja 2007–2011 :

Agustinus Lamba dari ope rator tur Indo’sella’ Expe­disi mengatakan, “Itu saya catat dari praktek bisnis di lapangan.“

Ony Alolinggi, Ketua Ba-dan Pimpinan Cabang (BPC) PHRI Toraja mengatakan hal serupa, “Memang dari ta-hun sebelumnya, wisatawan asing sudah mulai naik meskipun sedikit sekali. Tapi ada tren kenaikan, mu-lai kembali pelan-pelan.”

Sedangkan biro perjalanan dari Ma kas-sar Iramasuka melihat jumlah kedatangan wisman jatuh lebih dari 50% di sebabkan isu keamanan, terutama setelah peristiwa bom Bali dan terorisme.

Bachtiar Manaba, Managing Director Iramasuka Tours and Travel, menjelaskan, ”Dulu kami masih bisa mendapatkan 35 grup setahun dari 1 agen. Dari Jerman

kami bisa mendapatkan 25 grup per agen. Jadi dengan 2 operator saja sudah cukup untuk membiayai perusa-haan. Saat ini Iramasuka masih menerima grup dari Belanda saja.”

Luther Barrung, Ketua Destination Mana gement Or­ganization (DMO) Toraja, menjelaskannya seperti ini: ketika peristiwa bom Bali pertama terjadi, kunjungan wisatawan ke Toraja tidak terpengaruh. Tapi setelah peristiwa di Poso, itu sangat mempengaruhi kunjungan wisman ke Toraja.

Pasar utama Toraja adalah Eropa. Ke-tika peristiwa Poso terjadi, mereka berpikir pe ristiwa tersebut ada di Toraja. Pa-dahal sebenarnya letak Poso itu jauh, sekitar delapan jam perjalanan dari Toraja.

Sekarang ini sudah mem baik dan tidak ada lagi masalah k e a m a n a n . K e r u k u n a n antar umat ber-agama di Tora-

ja sangat baik. Dalam se buah rumah bisa ada 3–4 keper-cayaan berbeda yang dianut oleh anggota keluarga. Tapi waspada tetap dilakukan. Setelah itu datang krisis di Eropa. Serial grup biasanya dipegang oleh perusahaan asuransi. Nasabah life insu­rance yang sudah memasuki

usia pensiun bisa memilih destinasi wisata apapun di seluruh dunia. Itu banyak di-lakukan di negara-negara di Eropa, terutama di Perancis dan Jerman. Pihak asuransi akan membayar ke agen di sana, dan agen tersebut akan membayar kepada agen lokal di Indonesia. Yang masih berjalan hingga saat ini ada-lah serial grup dari Belanda meskipun volumenya sudah

jauh berkurang. Serial grup seperti ini dari Perancis dan Jerman nyaris tidak ada.

Bagaimanapun, kota Makassar men-jadi pintu gerbang utama menuju Toraja hingga saat ini. Namun perjalanan darat menuju Toraja menghabiskan waktu tem-puh yang panjang karena perbaikan jalan dari Makassar ke Toraja di beberapa ruas belum rampung. Perjalanan di malam hari waktu tempuhnya sudah hampir mendekati sebelumnya, sekitar delapan jam. Tapi perjalanan di siang hari bertam-bah 2–2,5 jam. Kenda raan semakin banyak

di jalan seiring kese jahteraan rakyat Sulsel meningkat de-ngan pertumbuhan ekonomi relatif tinggi.

Yakin Tandirerung, Ke-pala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Toraja Utara, me-ng a kui bahwa salah satu ken-dala Toraja adalah jarak nya terlalu jauh dari Makassar.

“Kita sudah mengusulkan agar bisa memotong jalur itu secepatnya dengan meng-ope rasikan sebuah ban dara. Rencananya bandara itu

Bachtiar Manaba

TAHUN 2007 2008 2009 2010 2011 SULSEL 24,531 31,215 35,712 42,371 51,749 TORAJA 12,266 15,608 17,856 21,186 25,875

Sumber: Data kunjungan wisman Disbudpar Provinsi Sulsel. Data wis-man ke Toraja dengan asumsi rata-rata 50% dari wisman ke Sulsel.

Page 13: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

13Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Bisnis

nanti akan dibangun di Makale. Pemba-ngunannya akan dimulai tahun 2014. Ban-dara yang ada sekarang masih dianggap kecil sehingga tidak bisa didarati pesawat-pesawat besar,” katanya.

Ketika penerbangan pernah beroperasi ke Toraja menggunakan bandara yang seka-rang, masalahnya bukan pada landasannya, tapi pada kapasitas pesawat yang dianggap tidak compatible. Kapasitas tempat duduknya terbatas. Ke depannya diharapkan bandara bisa menampung pesawat yang bisa mem-bawa 50–60 penum pang. Sekarang ini moda angkutan udara terlihat tidak menjanjikan karena jadwal pesawatnya tidak pasti. Itu tidak menguntungkan.

Penerbangan internasional ke Makassar dari Kuala Lumpur oleh Airasia misalnya, masih tetap berjalan. Tapi sistem pembe-lian tiket melaui LCC tidak memungkin-kan untuk dipakai serial booking.

Penerbangan dari Singa-pura ke Makassar sekarang melalui Balikpapan. Tadinya sampai dengan tahun 2011 lalu, penerbangan beropera-si langsung dari Singapura ke Makassar. Masalahnya kemudian load factor yang ditargetkan airlines tidak ter-penuhi maka rutenya lalu diubah.

Bachtiar Manaba dari Iramasuka memang meng-akui, ”Tadinya agen-agen kami sangat senang saat diberitahukan ada direct flight dari Singapura ke Makassar sehingga dibuatkan program-program paket tur. Begitu diubah, itu menjadi tidak efektif lagi.” Wah, mungkin terlambat menawar-kannya?

Dia juga mencatat wisman yang datang ke Toraja kebanyakan merupakan extension dari Bali. Yang melalui Jakarta jumlahnya tidak seberapa. Jadi menurutnya, Sulsel harus berani mempromosikan jembatan udara ke Toraja dari Bali untuk merang-sang mereka terbang langsung. Maklum, Bali itu tempat berkumpulnya wisman dari seluruh dunia.

Sekarang ini tersedia direct flight dari Bali ke Makassar dilayani oleh Garuda sehari sekali. Jadwalnya berangkat dari Denpasar pukul 7.00 dan tiba di Makassar pukul 8.20 pagi.

Terbetik kabar bahwa Garuda berencana akan menambah penerbangan ke Makassar dari Bali menjadi dua kali sehari. Fenomena di lapangan hingga akhir September ini, para backpacker dari Eropa antara lain Pe-rancis dan Jerman menggunakan maska-pai pe nerbangan dari negara-negara Teluk se perti Etihad atau Qatar Airways karena harga tiketnya lebih murah, terutama jika

memesan satu bulan di muka. Setelah tran-sit di Abu Dhabi, mereka menuju Kuala Lumpur untuk connecting dengan Airasia yang langsung menuju ke Makassar. Me-reka akan melakukan rute yang sama saat pulang.

Wisman yang da-tang ke Toraja seka-rang sudah sangat berbeda dengan wis-man yang datang di masa puncak pari-wisata Toraja tahun 1995–2000.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pari-wisata Toraja Utara mengatakan bahwa angka-angka dalam data menunjukkan kenaikan signifikan sejak tahun 2009. Ke-naikan dirasakan itu dari wisman mau-pun wisnus.

Di tahun 2010 sempat naik sampai 60%. Memang kenaikan wisman tidak ter-lalu mencolok dan kenaikan wisnus sangat signifikan ter-utama di tahun 2011 lalu.

Even Lovely December menjadi salah satu pendong-krak kunjungan wisnus. Meskipun even itu ditujukan terutama bagi orang Toraja yang pulang kampung tapi ternyata itu juga merangsang

wisnus dari daerah lain untuk datang.Dulu, wisman yang berkunjung

terorga nisasi dengan mengambil paket-paket dari biro perjalanan, ketika itu FIT (free individual tourist) masih sedikit. Seka-rang kondisinya terbalik. Yang melalui biro perjalanan lebih sedikit ketimbang FIT. Bisa jadi disebabkan perkembangan teknologi informasi via in-ternet di mana wisatawan bisa mengatur sendiri per-jalanannya.

“Selama peak season ta-hun ini, terutama di bulan Juli–Agustus 2012, terasa kenaikan wisatawan diban-dingkan tahun lalu. Di bulan September mulai turun tapi masih termasuk high season. Masih lumayan wisatawan yang datang,” kata Agustinus Lamba.

“PHRI Toraja mempunyai data seperti ini: tahun 2010–2011 tingkat okupansi wis-man di hotel bintang 3 ke atas meningkat sekitar 3% daripada periode sebelumnya. Okupansi wisman di hotel bintang 1 dan 2 juga tumbuh sekitar 3%. Tapi pertumbuh-an okupansi wisman di hotel melati sela-ma setahun lalu sampai memasuki tahun

2012, atau selama 2010-2011, kenaikannya sekitar 26%. Di hotel-hotel melati inilah yang me nerima wisman backpacker,” kata Ketua BPC PHRI Toraja Ony Alolinggi.

Ini mestinya menjadi perhatian pemda di Toraja. Hotel-hotel berbintang akan memberikan pendapatan lebih banyak ke-pada daerah karena wisatawan akan mem-bayar lebih tinggi yang berarti pajak yang dibayarkan juga lebih tinggi. Tapi tetaplah kontribusi hotel melati dan backpacker tidak bisa diabaikan. Hotel-hotel tersebut memang jumlah kamar dan karyawannya lebih sedikit dibandingkan dengan hotel besar yang memiliki jumlah kamar dan mempekerjakan karyawan lebih banyak.

“Harapan kita tentunya wisman akan menginap di hotel-hotel berbintang. Masalah nya, orang berbujet relatif tinggi tidak mau pergi jika tidak tersedia sa-rana dan prasarana aksesibilitas yang menyenang kan. Jadi, tidak ada masalah di kelas hotel melati, tapi bermasalah di kelas hotel berbintang,” lanjut Ony Alolinggi.

Manakala dialami musim paceklik wis-man hingga sekarang, wisnuslah yang mengisi kamar di hotel, berbintang mau-pun non-bintang, dan memberikan pe-masukan di obyek-obyek wisata. Jumlah wisnus di Toraja bisa dikatakan stabil,

trennya cende rung menaik.“Tapi yang kami harap-

kan tentunya devisa. Benar yang dikatakan oleh Ibu Mari Pangestu (maksudnya Menparekraf), yang terjadi di Toraja, bahwa kami di-hidupi oleh wisnus,” kata-nya kemudian.

Bisa saja data di hotel be-sar terjadi penurunan ting-kat okupansi. Itu berkait wisman yang datang ke-banyakan backpacker yang

menginap di hotel-hotel kecil. Sedangkan biro perjalanan tidak menyukainya karena margin profit-nya kecil.

“Tetapi bagi saya, tidak masalah yang mana saja, karena kami butuh tamu datang ke sini. Yang penting, mereka menginap di sini. Jadi tidak soal apakah backpacker, itu ber arti akan terjadi peme-rataan pendapatan. Yang saya lihat, tidak semuanya tinggal di homestay atau wisma

Bintang 3 & 4 6 514 27,948 26,979 54,588 53,074 Bintang 1 & 2 8 225 15,193 14,709 29,817 28,136 Melati 22 270 9,467 11,980 20,091 24,958 JUMLAH 36 1009 52,608 53,668 104,496 106,168

Klasifikasi JumlahHotel

Jmh KamarTersedia Kamar Terisi Tamu Menginap

Jumlah

2010 2011 2010 2011

Luther Barrung

Yakin Tandirerung

Jumlah Hotel/Kamar Anggota PHRI Toraja :

Page 14: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

14 Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Bisnis

tapi masih ada juga yang tinggal di hotel berbintang baik di Rantepao maupun di Makale. Keduanya, backpacker maupun high expenditure, bisa kami garap di sini,” kata Yakin Tandirerung.

Wisatawan dari kapal pesiar juga berkunjung ke Toraja. Di akhir bulan Sep-tember dan bulan Oktober ini, dua kapal pesiar akan menurunkan tamu-tamunya ke Toraja.

Indo’sella’ menangani dua kali tamu dari kapal pesiar di tahun 2011, di bulan Februari dan September. Tahun ini akan menangani tiga kali. Pertama bulan Feb-ruari lalu, kemudian di akhir September dan bulan Oktober.

Periode tahun depan rencananya akan berkunjung lagi. Untuk meningkatkan vo lume turis, “Ditentukan oleh kinerja pela yanan travel, pelayanan di lapangan, dan penyambutan dari pemda setempat,” kata Agustinus Lamba.

Dari pengalaman melayani kapal pe-siar sejak tahun 2011, wisman ke Toraja, antara FIT dan grup, jumlahnya hampir seimbang. Yang ditangani oleh Indo’sella’ lebih banyak FIT, sekitar 60% dari tamu yang turun dari kapal dan sisa 40%-nya dalam grup.

Pasar TorajaPasar utama Toraja tetaplah Eropa, dan

ingin dipertahankan. Segmen pasar domi-nannya berganti terus di antara Perancis, Italia, Jerman, Spanyol, atau Belanda. Menurut Ony Alolinggi, wisman Belanda dan Perancis tercatat paling banyak. Ke-tika peak season tahun ini, terbanyak dari Perancis. Sekarang ini kunjungan wisman Belanda dan Jerman paling stabil.

Belakangan ini mulai terjadi diversifikasi pasar. Dari Rusia sudah mulai masuk. Me-mang masih dalam grup kecil tapi bisa mencapai 15 grup setahun.

Mereka datang di musim summer holiday, umumnya merupakan extension dari kunjungan ke Bali. Jika melalui Ja-karta, mereka menginap semalam dulu baru connecting dengan penerbangan esok paginya untuk melanjutkan perjalanan langsung ke Toraja tanpa menginap di Makassar. Saat perjalanan pulang mereka menginap semalam, melakukan city tour, keesokan harinya melanjutkan perjalanan ke Bali.

Bagaimana menarik pasar wisman dari Jepang, Cina, Korea dan Taiwan? Ada beberapa kendala. Mereka kurang suka de ngan tampilan yang berkaitan dengan dukacita atau kematian.

Sedangkan pasar di ASEAN, Singapu-ra masih memungkinkan, tapi Malaysia tidak mungkin karena berkait dengan aspek makanan halal.

Alasan wisatawanDua upacara adat utama di Toraja,

Rambu Tuka dan Rambu Solo. Warga Toraja menyebutnya pesta. Selama upacara tidak ada tamu yang datang tanpa disuguhi makan dan minum. Tamu pun ada yang membawa rokok, gula, atau tuak (minu-man alkohol dari aren).

Rambu Tuka artinya asap yang naik ke atas, sifatnya bergembira. Rambu Solok artinya asap yang turun, sifatnya berduka. Pesta untuk merayakan rumah adat, panen padi itu namanya Rambu Tuka karena asap-nya naik.

Orang yang meninggal, orang yang berduka asapnya turun makanya disebut Rambu Solo. Sebenarnya memang tidak ada asap mengepul, itu hanya penamaan saja. Meskipun tidak dipromosikan, se-sungguhnya setiap bulan Juli–September dipastikan ada Rambu Tuka dan Rambu Solo.

Rambu Tuka semacam syukuran atas ha-sil panen biasanya dilaksanakan terlebih dulu. Pesta ini dipengaruhi musim tanam di Toraja, 2 kali setahun. Rambu Tuka baru akan dilaksanakan setelah semua orang di kampung selesai memanen padi.

Masalahnya sekarang, dengan adanya sistem tanam 3 kali, waktu-waktu pesta itu menjadi tentatif. Biro perjalanan pun tidak bisa membuat jadwal upacara adat yang pasti. Inilah yang ‘sulit’ bagi biro perjalanan dalam hal menjual paket-pa-ket wisata Toraja. Syukurnya, masukan berupa keluhan ini disampaikan ke kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Toraja Utara, maka kini, jadwal upacara-upacara adat yang sudah pasti hendak diselengga-rakan oleh warga, di umumkan di papan tulis Tourist Information Center yang be-

rada di halaman depan kantor Dinas Ke-budayaan dan Pariwisata Toraja Utara di jalan A. Yani, Rantepao.

Bachtiar Manaba menggambarkan rute yang biasa dijalankan wisman yang di organisasi oleh perusahaannya: Setidaknya dalam sehari wisatawan bisa masuk ke dua obyek di Toraja.

Obyek-obyek wisata utama terdiri dari Ketekesu, Lemo, Londa dan Pallawa. Di Ketekesu bisa melihat Tongkonan dan kuburan keluarga berupa kuburan liang dan kuburan rumah (house grave). Di Lemo bisa melihat kuburan batu yang dipahat untuk membuat liang di dinding tebing batu, lalu dibuatkan pintu untuk me-masukkan mayatnya. Di bagian luarnya berdiameter sekitar 1 meter untuk pintu, tapi ke dalamnya dipahat hingga bisa me-nyimpan mayat mulai dari nenek sampai cucu-cucunya.

Di Londa bisa melihat kuburan gua atau liang besar dimana banyak jenazah disimpan, ada pula kuburan bayi (baby grave) ditempatkan dalam lubang di po-hon yang tumbuh di atas batu. Di Pallawa, melihat kampung adat dengan tongkonan- tongkonan asli yang masih bagus.

Menikmati pemandangan indah di Batutumonga. Dalam perjalanan menuju Rantepao dari Batutumonga, melewati Bori Parinding untuk melihat batu sim-buang, sebutan orang Toraja untuk batu megalitik, yang dipahat dari sebuah batu besar, didirikan tegak, dan berfungsi seba-gai batu peringatan.

Toraja–Togian (ToTo)

Sekarang ini lumayan banyak biro per-jalanan online yang menawarkan paket diving mulai dari Makassar, ke Toraja, lalu

Londa Grave

Page 15: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

15Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Bisnis

bersambung ke Ampanan dan Togian, dan berakhir di Manado.

Paket-paket ini tidak melalui biro per-jalanan tapi dijalankan sendiri. Rata-rata hanya terdiri dari 1–3 orang per grup. Toraja sebagai transit point saja.

Kepulauan Togian termasuk wilayah Sulawesi Tengah. Toraja–Togian lewat Tentena–Ampanan, memerlukan waktu sekitar 8–10 jam perjalanan. Jaraknya seki-tar 600 km dari Toraja. Masalahnya jalan yang dilalui masih sempit sehingga belum bisa dilalui bis besar. Jalur Toraja–Togian telah dimulai sejak tahun 2005. Tapi mulai ramainya sekitar setahun terakhir.

Togian Island berpantai indah, tem-pat diving. Ditambah kebudayaan Su-lawesi Tengah itu sifatnya meriah, ber-beda dengan kebudayaan di Toraja yang sifatnya sedih. Kebudayaan di Tentena, Sulawesi Tengah banyak dipengaruhi ke-budayaan Manado, Sulawesi Utara yang menyukai pesta meriah. Meskipun de-mikian, budaya di Toraja sa ngat menarik dan kebudayaan itulah yang menghidupi masyarakatnya. Itulah kekuatannya. Ini sama seperti Bali.

Tantangan-tantanganDengan lama perjalanan 8–10 jam,

tempat-tempat persinggahan di sepanjang jalur Makassar–Toraja dirasa perlu meng-up grade restoran lokal, sajian makannya hingga sanitasinya. Di setiap kabupaten perlu punya rumah makan dan punya toilet umum yang baik.

Yakin Tandirerung mengatakan bahwa kelemahan di Toraja adalah amat kurang-nya aktivitas pendukung di obyek wisata. “Kami sedang membenahi obyek wisata dan apa yang bisa kami tawarkan kepada

wisatawan,” kata dia.Rantepao sebagai kota wisata internasio-

nal di Toraja Utara dan menjadi starting point untuk tur setempat, sudah saatnya dibenahi dan dipercantik. Yang sebaiknya dilakukan Destination Management Organi­zation (DMO) dibentuk sebagai mitra pen-damping pemda untuk mengembangkan pariwisata di dae rahnya. DMO akan mer-ancang program dan me masarkannya.

DMO Toraja baru dilantik pada 13 Mei 2012. DMO ini mengelola dari sudut etnis-nya, bukan wilayah administratifnya. Jadi meliputi semua wilayah etnis Toraja.

Saat ini baru berjalan dengan dua kabu-paten, Tana Toraja dan Toraja Utara. Ini wadah bagi masyarakat peduli pariwisata terdiri dari tokoh masyarakat, ketua adat, tokoh pendidikan, tokoh agama, tokoh industri pariwisata (ASITA, PHRI, HPI, PUTRI).

Untuk mempromosikan dan menjual destinasi yang harus lebih dulu disiapkan adalah masyarakatnya, obyeknya, aktivi-tasnya, dan industrinya. Industri harus menyiapkan akomodasi dan sumber daya manusianya, menyiapkan restoran dan sumber daya manusianya.

Obyek-obyek di Toraja hampir sama satu sama lain oleh karena itu yang harus disiapkan ialah obyeknya. Meskipun tu-juan utama hendak melihat obyek kuburan di Ketekesu, Londa dan sebagainya, di obyek itu juga baik dipersiapkan rumah adatnya, cenderamatanya dan seterusnya.

Pemerintah daerah bersama pelaku in-dustri harus memikirkan secara kreatif pe-ngemasannya. Setelah itu siap, akses inter-nasional melalui bandara akan mengikuti dengan sendirinya. Artinya, jika obyek su-dah siap otomatis orang akan datang dan

permin taan aksesibilitas akan semakin meningkat.

Toraja Utara (Torut)Sebagian besar obyek di Toraja be-

rada di Kabu-paten Toraja Utara. Kota Rantepao perlu membenahi kotanya seka-rang, mempersiapkan kembali hotel-ho-telnya, restorannya dengan meningkatkan mutu produknya yaitu pelayanan.

Obyek-obyek wisata yang sudah be-rada di sana sejak berabad atau beratus tahun lalu harus bisa mempertahankan orisinalitasnya sekaligus menciptakan in-ovasi-inovasi baru.

Seperti kata Ketua DMO Toraja, Luther Barrung, “Di Toraja Utara, sebagai wisata budaya obyeknya sudah siap, fasilitasnya juga sudah siap. Tapi, kualitas pelayanan-nya yang masih harus ditingkatkan.”

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pari-wisata Toraja Utara, Yakin Tandirerung, mengemukakan bahwa ke depannya akan diadakan pertunjukan hidup kes-enian, tempat kulinari, karena itulah yang menghidupkan tempat pariwisata.

Tana Toraja (Tator)Berbeda yang dihadapi Kabupaten

Tana Toraja. Daerah ini masih harus me-nentukan fokus pariwisatanya.

Cruise ship touristWisatawan dari kapal pesiar ke Toraja

masih terbatas. Sudah bisa mencapai 100-an orang wisatawan turun dari satu kapal. Kendalanya, kendaraan bis atau minibus yang dipakai untuk menjemput dan men-gantar wisatawan tersebut pada umumnya berusia tua. Itu malah akan mengurangi citra Toraja sebagai destinasi wisata.

Agustinus Lamba menggambarkan rute tur saat menangani tamu dari kapal pesiar seperti ini: kapal datang dengan rute Kalimantan–Polewali, Sulawesi Barat, menginap sehari di sana. Kemudian dilan-jutkan ke Pare-pare, menginap semalam di atas kapal lalu dijemput keesokan paginya pukul 6.30 atau 7.00 dan langsung dibawa menuju Toraja. Dari Pare-pare ke Toraja memerlukan waktu 4 jam perjalanan, tiba sekitar pukul 12.00, langsung dilanjutkan tur setengah hari, bermalam di Toraja, biasanya di Hotel Heritage. Keesokannya tur sete ngah hari lagi hingga pukul 13.00 atau 14.00 kembali ke Pare-pare, naik ka-pal lalu ber layar menuju Makassar.

“Kami menyusul mereka ke Makassar melalui jalur darat,” katanya. Kapal pe-siar yang datang ke Toraja biasanya buang sauh di Pare-pare atau Pallopo. Jika dari Pallopo ke Toraja bisa ditempuh dalam waktu 1,5–2 jam. Pemandangan sepan-jang jalan pun bagus. n

Togian Island berpantai indah, tempat yang menyenangkan untuk diving.

Page 16: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

16 Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Dari kejauhan Noviendi Makalam menyapa: ”Hai, Michael.” Dijawab: “Hallo Novi”. Dan kedua nya lalu terlibat dialog tentang perkemba-

ngan bisnis cruiseship di Indonesia. Bukan itu saja. Antara peserta yang da-

tang dari berbagai negara di pameran dan ‘business meeting’ pada even Cruise Ship­ping Asia­Pacific di Singapura itu, umum-nya mereka sudah saling kenal. Tentulah berkat pertemuan-pertemuan sebelumnya di ajang serupa, di Amerika dan di Singa-pura itu.

Kebanyakan di antara mereka selalu hadir pada kegiatan-kegiatan internasio-nal meeting and seminar dunia bisnis cruise ship. Konsistensi kehadiran, saling menge-nal lebih jauh, dan melancarkan promosi hingga business talk di antara para delegasi merupakan bobot dari pertemuan semacam ini. Kali ini di Singapura, tanggal 17–18 Sep-tember 2012, bertema Optimizing Oportuni­ties in the Asia­Pacific Cruise Industry.

Dari delegasi Indonesia, Noviendi Makalam memberikan satu presentasi di hadapan para operator dan pebisnis cruise ship. Ringkasnya, di Bali, pelabuhan untuk cruise ship tersedia di Benoa, Padang Bay, Tana Ampo, dan Celukan Bawang.

Untuk mengunjungi Candi Borobudur, kapal-kapal wisata mewah itu berlabuh di pelabuhan Tanjung Mas, Semarang. Untuk ke desitinasi Pulau Komodo, fasilitas jetties digunakan bagi cruise ship yang berkun-jung, dan para penumpang wisman dari

kapal turun mengunjungi Komodo National Park and Pink Beach.

Sesuai dengan tema pameran dan per-temuan bisnis itu, Indonesia mengurai-kan ‘opportunities’ yang terbuka, antara lain dengan contoh menawarkan New Itinerary & Destination Development, seperti pelabuh an Probolinggo bagi cruise ship un-tuk menurunkan wisatawan mengunjungi Gunung Bromo.

Noviendi antara lain mengusulkan cruise ship dari Singapura beroperasi kembali ke Bali, memasukkan itinerary berkunjung menikmati volcano experience ke Gunung Bromo bagi para wisatawan.

Diuraikannya dalam kaitan itu kapal yang sudah pernah berkunjung, dan pro ses pengembangan pelabuhan Probo-linggo, seperti ini :

Wisata Cruise

Noviendi Makalam (kedua dari kanan) bersama beberapa peserta.

Jumlah calls atau keseluruhan kunjun-gan cruise ship ke Indonesia bertumbuh dari 50 kunjungan di tahun 2001 telah mencapai 214 pada tahun 2012 dan di-harapkan meningkat lagi tahun 2013 men-jadi 228 calls.

Adapun jumlah wisatawan penum-pangnya meningkat dari tadinya 24.484 tahun 2001, menjadi 113.661 wisman di 2012, dan akan mencapai jumlah 128.378 tahun depan 2013.

Presentasi dari Indonesia Cruise Tourism Development Team, Ministry of Tourism and Creative Economy, Republic of Indonesia, di-sampaikannya dalam salah satu sesi busi­ness seminar yang bertema Itinerary Plan­ning and Destination Development.

Di Benoa Bali kami sudah membangun pelabuhan cruise, sekarang kapal berukur-an panjang pun sudah bisa diterima mera-pat ke pantai, itu antara lain dipertegas oleh Noviendi.

Tekad IndonesiaKetetapan Indonesia hendak menjadi-

kan negeri ini sebagai destinasi wisata ka-pal pesiar dunia, dicanangkan oleh Dirjen Pemasaran Pariwisata Sapta Nirwandar (kini Wamen Parekraf).

Indonesia menyusun langkah- langkah ke arah menjadikan Benoa sebagai pela-buh an turning point bagi kapal- kapal wisa-ta dunia.

Kapal-kapal wisata internasional yang telah berkunjung ke Indonesia berkapasi-tas hingga 2.000 orang lebih.

Dewasa ini kapal-kapal dari maska-pai cruise ship besar malahan telah meng-operasikan kapal dengan kapasitas hingga 6.000 penumpang. Indonesia meng-antisipasi menerima kapal besar dan kecil, mengingat potensi tempat berkunjung yang banyak, dan variasi daya tarik wisata

yang beragam. Lokasi-lokasi berpotensi itu tersebar dari Sa-

bang sampai Merauke. Sehubungan itu, sedari

awal dibentuk satu tim kerja di Kementerian. Sekarang tim kita semakin kuat, kata Novi, kontak berada di Ibu Kiki dan

Pak Achyaruddin, yang mem-bidangi MICE.

Kedua di Asia PacificEven Cruise Shipping Asia­Pacific (CSAP)

ini diadakan untuk kedua kali, sejak yang pertama tahun lalu, di Singapura. Ini merupakan ajang Tradeshow, Conference,

Pemasaran dan Pembangunannya Konsisten Maju Terus

Page 17: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

17Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Networking, dan dinyatakan sebagai gate­way to tomorrow’s marketplace. Boleh dikata-kan hampir semua unsur stakeholders uta-ma kegiatan cruise ship di dunia ikut serta.

Sebelumnya, sebagai pusat kegiatan dunia di bidang industri kapal pesiar, even Cruise Shipping Miami (CSM) di Miami, Amerika Serikat, yang juga di-selenggarakan tiap tahun, sudah 28 ta-hun memainkan peran pen ting dalam memajukan bisnis berskala dunia ini. Indonesia telah beberapa tahun kon-sisten mengikuti even tersebut.

Kini, diakui bahwa the Asia­Pacific region, potentially the largest Cruise market in the world. Penye-lenggara CSM itu kemudian me-nyelenggarakan CSAP dengan mengambil tempat di Marina Bay Cruise Center, pelabuhan khusus cruise yang besar dan baru dibangun, tampak kali ini hadir 34 exhibitors ter-masuk Indonesia, ditambah delapan me-dia internasional bidang cruise ship.

Delegasi Indonesia di bawah pimpinan Kemenparekraf, diikuti oleh Pertamina, Pelindo, dan Pacto.

Selama dua hari pameran dan seminar, peluang networking dan business talk terbu-ka selain di masing-masing booth peserta, juga pada sesi-sesi yang memang diatur sebagai ‘networking break’, dijadwalkan di setiap sela berlangsungnya seminar.

Di samping kegiatan itu, para Travel Agent dapat mengikuti sesi-sesi pelatihan yang diprogram khusus untuk Travel Agent, dengan materi Beginner Track di hari perta-ma, dan di hari kedua Intermediate Track.

Even di Singapura ini akan diselengga-rakan kembali di tempat yang sama tahun depan bulan September. Adapun CSM di Miami, akan dilaksanakan pada 11–14 Maret 2013.

Indonesia menempat-kan pro mosi destinasi pada kesempat an ini meng-ekspos potensi kunjung an wisatawan cruise ke Danau Toba, Sumatera Utara.

Di majalah Cruise Industry News Asia Pacific Spe­

cial Report, satu halaman iklan menampil-kan Indonesia, the Most Diverse Cruise Desti­nation, menawarkan Danau Toba, dengan obyek-obyek daya tarik wisatanya.

Pada halaman full back cover katalog even, ditawarkan betapa beragamnya des-tinasi Indonesia: 17.504 pulau-pulau, 1.128 etnik, 583 bahasa lokal. Dan itulah alasan mengapa negeri ini perlu dikunjungi. It’s simply wonderful. It’s Indonesia.

Pasar UtamaDalam hal pengembangan wisata cruise

ini Indonesia sungguh serius. Para stake­holders pariwisata perlu memperhatikan dan mengantisipasi peluang bisnisnya. Ketika Menparekraf Mari Elka Pangestu berkunjung ke Shanghai, RRC, menghadiri Seatreade All Asia Cruise Convention, ambisi Indonesia untuk menjadi destinasi kapal pesiar yang berkelanjutan dan berkelas

dunia ditegaskan kembali. “Wisata kapal pesiar di Indonesia

prospeknya cerah karena pesatnya pertumbuhan kelas menengah di Asia dan Australia sebagai pasar utama wisata cruise Indonesia.

Hal ini dapat dilihat dari ting-ginya permintaan akan kapal pesiar ke Indonesia dengan per-encanaan pertumbuh an jumlah penumpang kapal pesiar ke

Indonesia yang mencapai 160.000 penum-pang dengan cruise calls sebanyak 300 calls di 2013 atau meningkat 40% dibandingkan dengan tahun 2012,” ungkapnya.

Mari Pangestu juga menekankan empat hal utama dalam pengembangan destinasi wisata kapal pesiar, yaitu pengembangan produk dan aktivitas wisata, peningkatan infrastruktur, terutama konektivitas dan peningkatan standar pelabuhan, melesta-rikan identitas budaya, serta memberdaya-kan masyarakat lokal dalam mengem-bangkan destinasi wisata kapal pesiar.

Wamenparekraf Sapta Nirwandar me-nunjuk pelabuhan Benoa di Bali sedang ditujukan menjadi salah satu turning point utama cruise line dunia.

Maka daerah-daerah destinasi di Indo-nesia perlu bersiap terus mengefektifkan peluang yang terbuka, dan yang sedang dibuka. n

Wisata Cruise

Pemasaran dan Pembangunannya Konsisten Maju Terus

Passenger calls in Indonesia per calendar yearCalls operated in Indonesia per calendar year

140,000250

200

150

100

50

0

120,000

100,000

80,000

60,000

40,000

20,000

0

113,661

Source: Indonesia Cruise Tourism Development Team, Kemenparekraf

Page 18: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

18 Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Pemeliharaan dan Pengembangan

Penghargaan Desa Wisata

Wamenparekraf Sapta Nirwandar menyerahkan kepada 10 desa wisata piala, piagam, dan hadiah uang Rp 20 juta (juara I), Rp 15 juta (juara II), Rp 10 juta (juara III), dan

penghargaan pembinaan 7 desa masing-masing Rp 5 juta. Penghargaan Desa Wisata 2012 ini merupakan pertama kali da-

lam rangka mengapresiasi keberhasilan desa wisata penerima PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) Mandiri Pariwisata.

“Semula ada 72 desa wisata usulan Dinas Pariwisata dari 20 provinsi di Indonesia sebagai calon penerima penghargaan. Sete-lah melalui proses pentahapan penilaian administratif, kunjungan lapangan, dan peninjauan potensi wisata desa akhirnya Dewan Juri menetapkan 3 desa wisata sebagai penerima penghargaan utama, 6 desa penerima penghargaan harapan, dan 1 desa penerima penghar-gaan khusus,” kata Firmansyah Rachim, Direktur Jenderal Pengem-bangan Destinasi.

Ini diharapkan akan mendorong meningkatnya pergerakan eko-nomi dan kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan kunjungan wisatawan, di desa wisata tersebut, kata Wamenparekraf. n

Pengakuan dari Unesco

UNESCO, Badan PBB bidang Pen-didikan, Sosial dan Budaya, me-netapkan kawasan Kaldera Batur

Bangli, Bali sebagai Global Geopark Net­work (GGN) dalam konferensi geopark di Portugal (20/9).

“Kami berjuang selama empat tahun, dan akhirnya UNESCO menetapkan” kata Achyaruddin, Direktur Pengembangan Wisata Minat Khusus, Konvensi, Insentif dan Event Kemenparekraf.

Indonesia telah mengajukan usulan ditetapkannya dua geopark, yakni Kaldera Batur dan Karst Pacitan, Jawa Timur ke UNESCO.

Dengan pe netapan itu diharapkan taman bumi tersebut akan menjadi salah satu yang akan dipromosikan oleh GGN secara internasional. n

Festival Toraja dan Erau

Kemenparekraf mengambil inisiatif guna mempersiapkan lang-kah-langkah untuk mengembangkan even-even budaya yang selama ini sudah pernah diselenggarakan di daerah-daerah

Toraja, Sulawesi Selatan dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Untuk itu diajak para ahli dan akademisi termasuk Institut Kese-

nian Jakarta, yang memiliki kompetensi bidang seni budaya daerah, membahas dan merancang konsep-konsep yang akan dapat mem-bangun festival-festival budaya di kabupaten-kabupaten tersebut, berdimensi jangka pendek, menengah dan panjang.

Wamenparekraf Sapta Nirwandar memandang kedua kawasan tersebut dengan sumber daya etnisiti yang kuat, berpotensi besar un-tuk menjadi ‘perhatian’ dari wisman, disamping bagi wisnus sendi-ri. Maka Festival Budaya yang ‘lebih ter-expose’ untuk pemasaran ke mancanegara dan di dalam negeri, untuk tahun depan, dipandang perlu dipersiapkan sedari dini dengan didukung oleh kompetensi keahlian dan kepiawaian.

Salah satu rapat pembahasan di Kemenparekraf dialksanakan pada 19 September 2012 dipimpin oleh Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri, Faried Moertolo. n

Dan Desa di Flores

Mbaru Niang, sebuah desa penuh dengan bangunan rumah tradisional, di Pulau Flores, NTT, dianugerahi Award of Ex­cellence dalam rangka penghargaan Unesco tahun 2012 ini

untuk Konservasi Warisan Budaya Asia Pasifik. Desa tersebut berada di kampung Wae Rebo, masyarakatnya te-

lah berhasil dibimbing oleh sebuah yayasan sukarela membangun kembali rumah-rumah tradisional, seraya menerapkan pemeli-haraan lingkungan degan cara yang dinyatakan luar biasa.

Mereka menerapkan kembali cara-cara membangun dan meme-lihara artsitektur tradisional. Itu juga memelihara konservasi ling-kungan lokal seraya membangkitkan kebanggaan dan semangat kebersamaan masyarakat setempat. n

Perda Resor Wisata

Pemda Kabupaten Bintan, menerbitkan Perda (Peraturan Daer-ah) yang mengatur larangan melakukan penyampaian penda-pat di muka umum, di dalam kawasan pariwisata terpadu,

Lagoi Bintan. Larangan tersebut mencakup unjuk rasa atau demonstrasi,

pawai, rapat umum, mimbar bebas dan lain-lainnya. Pelanggar di-ancam dengan pidana kurungan atau denda. Perda itu diumumkan di tempat-tempat strategis untuk dipahami masyarakat. n

Kaldera Batur Bangli, Bali.

Page 19: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

19Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

lumnya. Annemieke van der Graaf ternyata namanya. Dia nyatakan amat menikmati alam sekitar situ dengan menyaksikan bagaimana gajah-gajah dilatih, dipelihara, ber-main, bersama pawang masing-masing. Di Way Kam-bas itu, sekitar tiga jam berkendara dari kota Bandar Lampung, kini ada 65 ekor gajah yang dipelihara. Semua pintar-pintar.

Annemieke, manager produk operator tur dari Belanda bernama 333 Travel and Tours, sudah tiba di situ tiga hari sebelum dibukanya ajang TIME tanggal 9 Oktober malam. Pertama kali ikut TIME. Perusahaannya sudah 12 tahun beroperasi, utamanya ke destinasi Thailand, dan sejak lima tahun terakhir juga berhasil menjual destinasi In-donesia. Sengaja datang tiga hari dimuka TIME dengan insiatifnya sendiri melakukan observasi di Way Kambas itu.

“Sekarang saya mau bikin paket tur ke Lampung, akan mulai saya jual,” katanya. Dia sudah menjual tur destinasi Bohorok, Sumatera Utara, selain paket overland Jawa-Bali, dan Kalimantan dan beberapa ke Sulawesi. Dia yakin bisa menjual Way Kambas Lampung.

TIME 2012 berlangsung tgl 9–11 Oktober 2012 di Bandar Lampung, diselenggarakan oleh Kemenparekraf bekerjasama dengan Prov Lampung, serta berbagai unsur industri pariwisata. Menurut Ketua Steering Committee TIME 2012, Meity Robot, direncanakan tahun depan ajang ini akan dilaksanakan di Sumatera Barat. n

Sumpit Internasional

“Peserta IBoST tahun ini lumayan banyak, yakni 200 peserta, dari Malaysia, Brunei Darussalam, Kalimantan Timur, Kaliman-

tan Selatan, Yogyakarta dan Kalbar sebagai tuan rumah,” kata Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri, M Faried, dalam sam butannya pada pem-bukaan IBoST II di Pontianak, Jumat. IBoST singka-tan International Borneo Sumpit Tournament.

Dari Kalbar, terdiri atas Kabupaten Sambas, Kota Singkawang, Pontianak, Kabupaten Kapuas Hulu, Sekadau, Sintang, Kayong Utara dan Kubu Raya, katanya.

Turnamen IBoST diselengarakan guna mema-syarakatkan olahraga sumpit yang merupakan kebudayaan masyarakat Dayak, dan seka-ligus mempromosikan event pariwisata Kalbar, dari tadinya skala nasional ki ni semakin diluaskan ke internasional.

“Saya melihat turnamen IBoST yang kedua ini lebih meriah dan menarik dibanding sebelumnya, sehingga bisa menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Pontianak, karena dikemas dengan berbagai kegiatan pembukaan tarian khas Melayu Pontianak, dan Dayak,” ujarnya.

Kegiatan juga diisi pameran produk pariwisata khas Kalimantan termasuk pernak-pernik sumpit dan perlengkapannya, kesenian dan hiburan, dan kuliner khas Kalimantan. Tahun 2011 diselenggarakan di Kota Singkawang dan tahun 2012 ini di Kota Pontianak. n

Events

Pesta Teluk Ambon

Pesta Teluk Ambon di Kota Ambon, Provinsi Maluku tanggal 27–29 September 2012 diselenggarakan oleh Kemparekraf bekerja sama dengan Pemprov Maluku. Wakil Menteri Parekraf Sapta Nirwandar, meresmikan pembukaan Pesta tersebut.

Dia menyatakan, penyelenggaraan ini diharapkan mampu meningkatkan citra Maluku dan Ambon sebagai destinasi pariwisata yang aman dan nyaman untuk dikun-jungi wisatawan. “Dengan mengangkat tema Mari Mangente Dolo, masyarakat Maluku ingin mengajak wisatawan untuk datang dan melihat keindahan alam, keragaman bu-daya, serta keramah-tamahan masyarakat Maluku,” kata Sapta Nirwandar.

Isi kegiatannya ialah lomba Arumbae Manggurebe, foto bawah laut, lomba perahu semang wanita, lomba renang estafet, lomba mancing tradisional, serta hiburan Hawa-ian Band, lomba mewarnai gambar dan mozaik oleh Museum Negeri Siwalima Ambon yang diikuti para pelajar dan lomba cerita rakyat Batu Badaong.

Tahun ini berbeda dengan sebelumnya dengan menggelar festival kuliner dan gelar budaya yang didukung oleh ILO perwakillan Ambon, selain itu kegiatan tambahan baru Lomba foto bawah laut akan diikuti oleh 14 peserta dari Bali, Makassar dan Ambon. n

Yang Travel Writer

Ms Chigusa Takashima dari Jepang (tengah) sudah keempat kalinya datang meliput even TIME. Ketika TIME 2012 diikutinya pula, dan bercengkerama den-gan travel writer dari Italia, Mario Masciullo (kiri), berkenalan di gala dinner

pembukaan TIME 9 Oktober malam.

Para penulis pariwisata dari mancanegara serta juga dalam negeri, tentu saja menulis jalannya TIME. Lebih dari itu, perkembangan tentang destinasi di mana TIME dilaksanakan, dalam hal ini Provinsi Lampung, mendapat liputan dan siaran ke man-canegara. Antara lain datang juga dari Australia, Singapura, Malaysia, Thailand, India, dan lain-lain. n

TIME 2012

Di ambang sore Sabtu 6 Oktober itu dia duduk santai di sisi kolam,

memandangi gajah-gajah sedang dimandikan. Kolam luas itu memang tempat gajah mandi, setiap sore, ketika berangsur binatang gemuk buntel itu pelan-pelan melangkah digiring atau dipandu oleh pawangnya.

Udara sore Way Kambas, nama tempat ini, sejuk. Pemandangan hutan lepas sekeli-lingnya menyenangkan. Rupanya sudah dua hari di situ, dia wisata trekking sehari sebe-

Business talk di dalam TIME.

Wamen Parekraf meresmikan pembukaan.

Page 20: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

20 Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Event

Pemikiran Up-to-Date Berkembang di TorajaBaik pemda maupun industri sepakat even

paling cocok dilakukan di Toraja adalah yang berhubungan dengan alam, budaya dan ber-bau petualang an. Contoh kegiatan yang su-

dah berjalan adalah even yang dinamai Lovely Decem­ber. Ini ditujukan terutama bagi warga Toraja untuk pulang kampung dari perantauan. Lovely December sudah terlaksana empat kali sejak tahun 2009.

Satu even yang prinsipnya sudah mendapat dukung an dari Kementerian Parekraf adalah Festival Toraja yang hendak diselenggarakan di bulan Juli 2013. Ini memang prakarsa dari Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar.

Festival diproyeksikan akan berlangsung di Makale, Tana Toraja dan Rantepao, Toraja Utara. Itu digagas akan menjadi puncak kegiatan pariwisata di Toraja dan akan dijadikan program tahunan.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Toraja Utara, tengah mengajukan beberapa ide acara yang hendak dipertunjukkan dalam festival nanti. Di antaranya, festival lagu-lagu dae rah, festival musik bambu, lomba lari 10 km, fun bike, lalu ada thanksgiving day. Ini berbeda dengan Rambu Tuka, ada acara khusus yang akan disiapkan. Beberapa tarian daerah. Selain itu akan diekspos cara minum kopi ala Toraja secara massal. Yang menjadi sasaran pengunjung tentulah wisman dan wisnus.

Menurut koordinator DMO (Destination Manage­ment Organization) Toraja, diwacana kan pula niat hen-dak mengadakan pertemu an diaspora khusus etnis Toraja. Para pe ngusaha etnis Toraja yang berdomisili di Mamuju, Enrekang dan sebagainya, akan bertemu saat festival nanti.

Selain itu, kegiat an penunjang lainnya seperti

festival etnik Toraja, pameran hasil kerajinan dan pamer an kulinari khas Toraja. Festival ini digagas berdurasi lima hari.

Potensi dan JadwalItu akan menampilkan kembali seni budaya yang

pernah hilang, misalnya festival musik dengan alat musik kuno Toraja.

Agustinus Lamba, adalah yang memiliki usaha tur arung jeram, bersama teman- teman sedang me-rancang kompetisi arung jeram internasional.

Menurut dia, sungai-sungai di Toraja besar dan standarnya bagus. “Kita rencanakan even besar itu 3-4 tahun sebelum pelaksa naannya. Menyiapkan kepani-tiaannya, promosinya dan seterusnya,” katanya.

Pernah klub-klub dari Makassar menyelenggara-kan kegiatan interhash di Toraja ini; mengambil tem-pat finish di obyek-obyek wisata seperti di Ketekesu, Maranna, dan lain-lain.

Kelompok ekspatriat Perancis di Indonesia juga beberapa kali melakukan lari lintas alam memasuki kampung-kampung penduduk. Rute yang pernah mereka lalui mengikuti aliran Sungai Sa’dan. Semua titik pemberhentian dipastikan berada di tengah gu-nung, di mana lembahnya menyajikan panorama yang cantik.

Ony Alolinggi yang juga manajer operasional sebuah hotel pernah membantu ke lompok ekspatriat Perancis itu, dan, respon dari semua peserta seolah serentak berbunyi “Fantastic”. Implikasinya, lomba lari 10 Km pun berpotensi baik dilaksanakan di sini.

Agustinus Lamba melihat kegiatan fun bike akan lebih banyak diikuti oleh wisnus.Tapi jika ingin menyasar wisman, akan le bih baik menyelenggara-

Sejumlah wisatawan asing mengunjungi kegiatan

upacara adat Pemakaman Rambu Solo di Tongkonan

Siguntu, Toraja Utara, Sulawesi Selatan.

Upacara adat ini menjadi salah satu daya tarik

wisatawan asing untuk berkunjung ke Toraja.

Page 21: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

21Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Event

Pemikiran Up-to-Date Berkembang di Torajakan mountain bike.

Menurut standar even ini, lahan di Toraja bisa masuk level profesional. Dia optimis jika itu diadakan di sini, maka para penggemar atau profesional dari Jerman, Australia, Amerika tentu akan datang.

Terdapat beberapa pilihan lokasi. Di antaranya Sa’dan dan Batutumonga yang memiliki pemandang-an alam indah, terdapat 5 kelas dalam klasifikasi mountain bike, dan lokasinya dinyatakan termasuk grade 5 atau advance.

“Ada dua tipe tamu yang datang ke Toraja, menu-rut Agustinus. Pertama, yang menyukai budaya. Kedua, yang menyukai pe tualangan. Mempertemu-kan keduanya tentu ideal untuk menarik wisatawan datang.

Ketua BPC PHRI Toraja mengingatkan gejala ter-jadi pergeseran pelaksanaan Rambu Tuka dan Rambu Solok. Selain di bulan Juni–Agustus, juga dilaksanakan di bulan Desember saat musim libur akhir tahun. Saat-saat itu pasti akan banyak upacara-upacara besar di-laksanakan. Di luar periode tersebut, pesta umumnya relatif kecil.

Diakuinya jika ingin menarik wisman yang tepat, tentulah di high season, Juni–September. Tapi jika di-laksanakan di bulan Desember, tidak akan berhasil banyak, karena sebagian besar warga sibuk memper-siapkan perayaan Natal.

Tapi, ada pertimbangan lain. Lebih baik jadwal di-jatuhkan pada bulan-bulan Januari, Februari, Maret, April, atau Mei sehingga tak berdekatan dengan bulan Juni ketika musim puncak wisman mulai berdatangan. Itu menghindarkan kekurangan kamar pe nginapan. Anggota PHRI Toraja hanya terdiri dari 36 akomodasi (hotel dan penginapan) dengan jumlah kamar 900

lebih. Di antara nya 14 hotel berbintang, sisanya hotel melati.

Menurutnya, ”Kalau itu dilakukan di high season, malah akan mengganggu kami. Padahal kegiatan itu kan hendak membantu dan mempromosikan kami. Untuk membantu Toraja, maka waktu pelaksanaan even pen ting diperhatikan. Apapun event-nya, asal-kan orang luar bisa datang. Supaya se telah mereka pulang, Toraja akan memperoleh sorotan dan menja-di promosi gratis. Dan waktu pelaksanaannya harus fix, tidak berubah tiba-tiba.”

Harapan-harapan Yakin Tandirerung, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Toraja Utara, me-nyebut target dua tahun ke depan, Toraja ingin meng-gaet 175 ribu wisatawan, wisman dan wisnus.

Luther Barrung koordinator DMO Toraja mengata-kan bahwa targetnya adalah bagaimana masyarakat Toraja menjadi pelaku pariwisatanya sendiri, tidak hanya menjadi obyek tapi juga selaku subyek, agar cepat maju. Yang bisa menikmatinya seakan seba-tas orang-orang di hotel dan restoran. Masyarakat harus diberdayakan untuk membuat produk yang layak dijual, apakah kerajinannya, tariannya, ataukah kopinya.

Sebagai Ketua BPC PHRI Toraja, Ony Alolinggi, sangat berharap semua hotel di Toraja berbasis internet. Dengan demikian, wisman yang datang dan menginap di sini akan berbicara bahwa akses internet di Toraja tidak ada masalah.

Ketua ASITA Sulsel, Didi Manaba, mengharapkan segera terbentuk Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Sulawesi Selatan. ASITA dan PHRI ingin memberikan masuk an dan saran. Kesadaran dan pe-mikiran up to date sedang berkembang di Toraja. n

Etnisiti menarik perhatian wisman, direpresentasikan antara lain dengan pakaian adat seperti di Toraja ini.

Page 22: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

22 Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

ASEANJazz

Festival

Bisnis

Resor dan Even Menarik Wisman dan Wisnus

Ini rasanya satu model bagus untuk pengembangan bisnis resor demi me-narik wisman sekaligus wisnus. Se-tiap tiga bulan diadakannya satu even.

Mulai dari even lomba profesional dan re-kreasi bersepeda, bicycle race dari PCI, Peran-cis, tria tlon, dan satu even baru dinamakan Meta Man, even terbaru. Sebenarnya sudah cukup banyak di beberapa daerah even water activities seperti jet ski. Ini untuk kegiatan olahraganya. Tapi kalau kegiatan di hotelnya sendiri setiap minggu ada aktivitas in­house. Kendati tidak berskala besar, namun sudah 8 tahun, dan 8 kali dilaksanakan.

Lomba triathlon seperti even ironman. Yang namanya lomba Ironman dan Metaman merupakan kegiatan triatlon berskala besar. Memang, para peserta dan pengunjungnya hampir 90% dari mancanegara. Nah, yang terbaru dikenalkan di Bintan oleh Hotel Nir-wana Garden, itu Metaman, pesertanya da-tang dari 35 negara termasuk dari Indonesia sejumlah 18 orang. Peserta wisman paling banyak dari Australia, Jepang, Korea. Kali ini ada 17 orang profesional yang ikut. Di antara mereka ada yang juara dunia. Usai lomba olahraga itu, esoknya digelar pesta seni budaya lokal.

Hotel Nirwana Garden di kawasan Lagoi pulau Bintan itu menjalankan bisnis seba-gai resor. Sudah masuk tahun ke-16. Total

kamarnya sejak awal 368. Telah dicapainya rata-rata okupansi 70% all year round. Kalau weekdays okupansi rata-rata terisi 55%. Tapi di weekend terpaksa menolak sebagian pemesanan kamar. Maka Bupati Bintan pun meng umumkan pulau itu kini membutuhkan penam-bahan hotel.

Sekarang di Bintan dioperasikan total 1200 kamar hotel ditambah beberapa cottage. Tamunya terutama datang dari Singapura dan Malaysia, “Tapi kami kini ingin menda-patkan tamu dari orang Indonesia sendiri, itu yang paling bagus,” kata Abdul Wahab, general manager Nirwana Garden.

Setiap tiga bulan diselenggarakannya even yang menjadi kalender tetap. Pertama adalah water activities/water sport dilaksana-kan di bulan Maret, bulan Mei lomba Bintan Triatlon, dan yang baru di September lomba Metaman. Lomba Metaman ini merupakan long distance dengan full marathon 42,2 km. Di bulan November bicycle race seperti Tour de Singkarak. Nama evennya Tour de Bintan.

Untuk triatlon, para pesertanya menginap di berbagai hotel, lantaran memang di Nirwa-na saja pasti tidak akan cukup. Untuk booking pada Bintan Triatlon 2013, kini sudah ditutup.

Para calon peserta dan tamu kini sudah memulai booking untuk tahun 2014.

Abdul Wahab meng-akui sport tourism mempu-nyai potensi yang besar. Dia muilai dari komuni-tas orang Perancis tapi base-nya di Singapura. Mereka meng organisasi even itu di Bali, pernah juga di Lombok, di Viet-nam. Ada kah ide dan po-tensi lain?

“Kita sebenarnya bisa me ngadakan F1 tapi di laut. Atau motocross,” itu menurut Abdul Wahab. Di Asia sudah banyak ke giatan se perti itu. Kita tidak perlulah menjalan-kan F1 karena Si ngapura

sudah punya. Tapi yang lainnya, niscaya akan ramai. Itu pasti ada organi sasi interna-sionalnya.

Dia sendiri sejak awal ditugaskan untuk membina resor ini. Dengan punya dermaga dan terminal ferry sendiri untuk aksesibilitas ke Singapura, sekarang te ngah membangun bandara. Targetnya, tahun 2015 rampung.

Di kawasan Lagoi Bintan itu hampir sepenuhnya diisi oleh wisman. Tapi di ka-wasan lain bernama Pantai Trikora, kini se-dang berkembang untuk pasar domestik. Jadi, akan semakin bervariasi tipe dan harga kamar hotel di pulau ini.

Tak heran average room rate di resor Nirwana itu mencapai Sin$ 150 (sekitar Rp 1 juta lebih) belum termasuk tax dan service. Memang, ini lebih tinggi daripada harga rata-rata per kamar di Bali dan Jakarta de-ngan rating bintang yang sama.

Harganya yang tinggi itu karena biaya ope-rasional yang tinggi. Untuk ketersedia an lis-trik di Bali, 1 kw hours hanya Sin$ 10 sen atau sekitar Rp 1.000. Tapi di Bintan katanya harus mengeluarkan Sin$ 58 sen atau 5 kali lebih tinggi daripada di Bali. Itu salah satu sebab-nya. Resornya menggunakan genset sendiri.

Adapun berkenaan harga makanan, be lan-ja nya harus pergi ke Tanjung Pinang. Di sana, bahan-bahannya didatangkan dari Si ngapura atau Malaysia. Sebenarnya, menurut Abdul Wahab, bahan makanan yang dibelinya di Tanjung Pinang itupun aslinya berasal dari Sumatera. Dari Sumatera, ke Singapura dulu, baru ke Tanjung Pinang, kemudiaan baru sam-pai ke Jalur Lagoi Bintan. Jaklur pasar itu tak bisa dipotongnya lantar an memang begitulah jalur distribusi yang sedang berlaku.

Nah, menurut general manager ini, kata-kanlah hotelnya memperoleh pendapatan USD 1 juta, tingkat keuntungannya berkisar 30% net profit. Tapi kalau di Bali, bisa 50%.

Itulah tadi, di kawasan Bintan itu harga relatif lebih mahal, minyak, nasi, air. Nah, gaji karyawan pun tidak murah. Di samping itu, perusahaan menyediakan menanggung perumahan untuk seluruh karyawan, makan tiga kali sehari, menanggung biaya kesehat-an pula. Perawatan di rumah sakit dibantu

Kawasan Lagoi itu sedang ditawarkan untuk penambahan resor, akomodasi

dan perumahan.

Abdul Wahab

Page 23: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

23Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Bisnis

sampai selesai pengobatan, tanpa pemotong-an gaji. Itulah rupanya komitmen mereka untuk daerah ini.

Kawasan ini sejatinya termasuk dalam bounded zone atau FT (free trade) zone. Tapi cost-nya tinggi. Jadi, strategi bisnis haruslah menghemat cost. Salah satunya melalui pe-ngelolaan penggunaan listrik, hanya menye-diakan AC kalau ada permintaan.

Ada saja tamu berkomentar, apalagi me-reka yang telah pernah berkeliling Indone-sia, kenapa di Bintan harga sepiring nasi goreng bisa Sin$ 15 ditambah pajak? Maka diadakann pula food court, di mana mereka bisa pesan, dimasakkan, dan tamu akan mengambil sendiri, tanpa pelayan. Untuk ini harga makanannya relatif lebih murah.

Tampaknya Bintan ini akan kian banyak dikunjungi wisman, dan, wisnus. Nirwana itu saja punya lahan seluas 342 ha, yang sudah dibangun baru sekitar 20%. Jadi, akan diba-ngun lagi. Karyawannya saat ini berjumlah 700 orang. Kalau hotel di Jakarta cende rung rasio 1 kamar berbanding 1 karya wan, di sini rasio 2 karyawan untuk satu kamar. Itu me-mang lazim untuk suatu resor. Bagusnya, dia ternyata butuh rata-rata okupansi 38% saja untuk mencapai BEP (Break Even Point). n

Menggarap Singapura dengan ‘Jitu’

Pasar wisman di Singapura me-mang ‘patut’ digarap habis-habisan. Cukup lama Kemen-terian Parekraf melancarkan

promosi dan menempatkan Singapura salah satu pasar utama. Dan hasilnya jumlah kunjungan dari Singapura dan Malaysia menempati angka tertinggi.

Tapi sesungguhnyalah tak cukup sampai di situ. Maka terasa giliran unsur-unsur industri kita perlu menerap-kan link and match, dari promosi yang te-lah dilancarkan terus, diefektifkan lebih optimal oleh para operator tur, hotel, dengan memasuki pasar dalam prak-tek. Salah satunya jelas dengan taktik co­marketing, dan menciptakan kegiatan dengan menyasar target-target spesifik.

Demikianlah misalnya, di Bali, di-kabarkan seakan banyak makanan yang tidak halal. Maka beberapa agen di Si-nga pura mau diajak meninjau, seperti famtrip. Ternyata mereka sungguh ter-

insipriasi, mene mukan ba-nyak ‘makan an halal’, dicip-takanlah paket wisata ke Bali dengan acara yang dipan-dang se suai dengan sasaran minat masyarakat Melayu atau Muslim Singapura.

Sebagai bisnis, mereka bergotong royong memben-tuk semacam konsorsium. Mereka lancarkan promosi de ngan iklan di media

cetak, dan, mereka urunan membiayai. Tentu saja selain itu promosi melalui email blast yang biaya nya relatif lebih

murah lagi. Terciptalah produk bernama Mesra Hol­idays. Di terapkan strategi co­marketing, dengan pihak penerbangan, dan akhirnya tak hanya destinasi Bali, dikombinasikanlah dengan destinasi lain: Yogyakarta, Ujungpandang, lantaran co­marketing yang diajak ialah Garuda Indonesia.

Selain itu ada juga kerja samanya de ngan airlines lain. “Jadi paket itu khusus bagi orang muslim. Dan 5 agent yang kita dapat itu memang agent Islam. Jadi spesi fic mar­ket. Ini sudah berjalan seta-hun lebih,” menerangkan Sulaiman Shehdek, coun­

try manager untuk kantor Visit Indonesia Tourism Officer (Vito) di Singapura.

Kemudian ada konsorsium lain ter-bentuk. Perhatikanlah contoh iklan-iklan mereka yang ditampilkan di sini. Ada yang membuat paket tur khusus ke Bandung–Jakarta–Batam for Singapo­rean. “Ini co­marketing kita dengan agent, mereka jual paket ke Medan, Bandung, Surabaya, dan untuk ini kami hanya keluar uang 2.000 dollar (Singapore), selebihnya mereka yang keluar uang. Lihatlah paketnya ada yang Sin$ 338 su-dah termasuk penginapan, tiket, makan, jalan-jalan. Hanya tambah airport tax,” ungkap Suleiman Shehdek.

Ini bisa menjadi contoh untuk sasar-an komunitas lain yang beragam di Sin-gapura (sebagaimana juga di Malaysia); selain Melayu Muslim, juga sama po-tensinya dengan masyarakat keturunan India, China, dan expatriates.

Siapakah agen di Indonesia, airlines atau hotel dan pemda di daerah-daerah, yang ‘tertarik’ mengambil inisiatif se-perti itu? nBrosure paket wisata di konter travel agent

di Singapura, menawarkan destinasi saingan kita.

Salah satu travel agent di China Town Singapura yang menjual paket-paket wisata ke Asia termasuk ke Indonesia.

Beberapa agen di Singapura bergabung ‘gotong royong’ alias konsorsium menjual paket wisata, khusus ‘menggarap’ komunitas Melayu/Muslim Singapura.

Satu konsorsium agen lainnya menjual paket wisata Indonesia ke masyarakat umum,

kuncinya, co-markeng dengan airlines.

Page 24: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

24 Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Eko Wisata

Tengoklah Orangutan itu

Membaca laporan ini, kita tergelitik untuk ingin secepatnya berkesempatan menengok. Maka dari sudut pariwisata, ini sungguh bisa menjadi inovasi dan diversifikasi produk wisata. Bahkan baiknya dimulai memperbanyak kunjungan oleh wisnus. Kalau standar kunjungan wisnus mantap, tentulah wisman pun akan semakin tertarik. Memang, niche market dari perspektif pemasaran. Namun dari seantero pelosok dunia akan bisa diharapkan datang, sehingga jumlah akhirnya, sedikit demi sedikit, akhirnya menjadi bukit, bukan?

Awalnya bernama Pusat Rehabilitasi Orangutan Kalteng tapi kemudian diubah menjadi Pusat Reintro-duksi Orangutan Nyaru Menteng.

Pusat rehabilitasi orangutan Nyaru Menteng dikelola oleh Yayasan (Borneo Orangutan Survival) BOS yang didirikan di bulan November 1999 di Kalteng. Tugas utama BOS di sini adalah membuat orang-utan menjadi liar kembali.

Kebakaran lahan gambut tahun 1997–1999 bukan hanya berdampak pada dege nerasi lahan tapi juga penghuni kawasan tersebut termasuk orangutan Kalimantan (pongo pygmaueus), satwa lang-ka endemik di Kalimantan dan sebagian Sumatera (orangutan Sumatera/pongo abelli). Selain di Yayasan BOS, orangutan juga ada di bebe rapa tempat di Kalteng.

BOS juga memiliki beberapa fasilitas lain di Palangkaraya dan sekitarnya,

yakni Pulau Hapapak, Bapalas, Kaja, dan Bangamat, selain fasilitas karantina yang ada di Nyaru Menteng.

Pulau-pulau tersebut menjadi bagian untuk membuat suasana seperti habitat asli orangutan dan mengatasi kapasitas kandang, yang sebenarnya untuk menam-pung sekitar 400 ekor, tapi saat ini ada sekitar 600-an ekor orangutan.

Empat kegiatan sebagai fokus BOS. Pertama. karantina, pengelompokan ber-dasarkan kelamin dan usia lalu sekolah hutan. Sekolah itu bagian dari karantina. Di situ diobservasi kemudian dilihat apa-kah mereka sudah bisa dikelompokkan dalam tingkat di atasnya.

Tahap kedua, sosialisasi. Orangutan ini makhluk soliter, penyendiri. Dia berke-lompok hanya terdiri dari induk dan anak yang akan hidup bersama selama 7 tahun. Dalam tahap ini diobservasi perkemba-

ngannya. Jika sudah memenuhi syarat, mereka akan dimasukkan ke dalam tahap ketiga, pra-pelepasliaran.

Orangutan yang terlihat di Pulau Ha-papak adalah orangutan dalam tahap pra-pelepasliaran. Begitupun yang terlihat di ketiga pulau lainnya. Yayasan BOS tidak bertugas untuk mengembangbiakkan karena itu selama di dalam fasilitas Nyaru Menteng mereka ini dipisahkan, tetapi ke-tika sudah di pulau mereka akan bercam-pur. Beberapa sudah melahirkan di sana.

Umumnya, yang ditangani di pusat rein-troduksi adalah bayi-bayi orangutan yang ditangkap lalu dipelihara oleh masyarakat. Untuk memelihara orangutan harus dari bayi, sedangkan untuk mengambil bayi-nya, harus membunuh induknya dulu. Jadi tidak mungkin memeliharanya saat dia sudah besar karena pada dasarnya makhlukl ini satwa liar.

Mengingat orangutan yang berada di pulau-pulau tersebut berawal dari hewan peliharaan sehingga mereka terbiasa de-ngan perilaku manusia seperti menonton TV, mendengar musik dan lain-lain.

Mereka memiliki memori yang kuat, cepat sekali belajar meniru dan mengikuti perilaku manusia. Pulau-pulau tempat pra-pelepasliaran merupakan tempat re-habilitasi sehingga mereka harus dijauh-kan dari hal-hal semacam itu agar bisa liar kembali. Jika mereka melihat manusia ber-pakaian kurang sopan dan saat itu musim kawin, itu bisa mempengaruhi perilaku pejantannya.

Alasan lainnya, pusat reintroduksi ini pernah menerima orangutan yang diman-faatkan menjadi pekerja seks komersial di kawasan pelacuran. Jadi rehabilitasi ada-lah untuk mengorangutankan kembali, bu kan memanusiakan mereka.

Syarat-syarat pulau-pulau pra-pelepas-liaran, pertama pulau tersebut harus ter-isolasi dari pemukiman penduduk. Kedua, di sana harus tersedia pakan alami orang-utan yaitu buah-buahan. Memang selama masih di area pra-pelepasliaran, orang-utan masih sesekali disuplai makanannya. Orangutan di pulau-pulau ter sebut sudah memiliki sifat-sifat ke liarannya kembali sekitar 80–90%. Mereka akan dilepasliar-kan dari pulau-pulau pra-pelepasliaran setelah mereka benar-benar menunjukan kesiapannya.

Pulau-pulau itu semacam sarana mem-perkenalkan mereka pada lingkungan ala-miahnya meskipun itu bukan lingkungan alamiah yang sebenarnya.

Page 25: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

25Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Eko Wisata

Anton Nurcahyo

Kaitan ke EkowisataJika melihat kembali pada

Keputusan Menteri Kehutanan No. 280/Kpts/1995, lokasi-lokasi dan fasilitas-fasilitas rehabili tasi bukan-lah daerah yang ditujukan untuk wisata. Namun posisi pulau-pulau tempat pra-pelepasliaran itu me-mang berada di sungai jalur umum transportasi air.

BOS sebagai pengelola pulau-pulau itu juga menyadari tidak bisa melarang orang melewati sungai dan pulau-pulau tersebut. Tidak terelakkan pulau-pulau tempat rehabilita-si itu akhirnya menjadi tujuan ekowisata.

Kemudian BOS mencoba menyusun draft panduan ekowisata dan menawar-kannya kepada pelaku pariwisata dan pemda, sehingga baik proses rehabilitasi maupun konservasi yang dijalankan, dan kegiatan pariwisata, bisa berjalan lancar. Mengingat orangutan yang berada di pulau-pulau tersebut masih dalam proses pra-pelepasliaran.

Poin-poin panduan ekowisata di kawas-an reintroduksi orangutan di pulau-pulau pra-pelepasliaran yang dikelola BOS: di-larang bersuara keras yang mengundang perhatian orangutan keluar dari pulau, mengabaikan jarak aman (minimal 15 m) pada saat melihat orangutan, dilarang me-nekan kepada pemandu untuk lebih dekat kepada orangutan demi kepuasan/kepen-tingan sendiri, dilarang memberi makan-an dan minuman, dilarang berpakaian tidak sopan dan menunjukkan perilaku berlebihan seperti melambaikan tangan, dan dilarang memutar musik keras-keras.

Salah satu fungsi tempat rehabilitasi adalah meminimalkan kontak, baik fisik maupun visual terhadap orangutan yang sedang direhabilitasi dengan manusia. Yang bisa dilakukan saat ini adalah memini-malisasikan gangguan-gangguan tersebut.

Mari kita coba bayangkan, orangutan hidup bebas saat bersama manusia. Manakala direhabilitasi mereka harus me-nempati kandang yang terbatas luasnya. Setelah dilepaskan ke sebuah pulau kecil yang lebih luas daripada kandangnya un-tuk beberapa waktu, besar kemungkinan mereka akan merasa bosan.

Hal inilah yang dilihat bisa menimbul-kan potensi membahayakan bagi manu-sia. Jika pengunjung terlalu dekat dengan pulau-pulau itu, orangutan dewasa bisa saja melompat ke perahu dan melakukan sesuatu yang berbahaya.

Pengertian dari Operator TurAnton Nurcahyo, Manager Program Re-

introduksi Orangutan Kalimantan Te ngah Nyaru Menteng mangatakan, “Kami ber-

harap kepada para operator tur juga me-mahami fungsinya. Kami sangat berharap orangutan yang ada di pulau-pulau itu tidak mengalami perubahan perilaku atau mengalami stres karena adanya kecende-rungan wisatawan membuat kega duhan, menyetel musik yang keras, bersikap atrak tif seperti memanggil-manggil orang-utan dan sebagainya. Kami sangat ber-harap tidak dilakukan hal-hal seperti itu ter utama di lokasi-lokasi yang kami jadi-kan sebagai tempat pra-pelepasliaran.”

Lanjutnya, “Kami berharap guidance atau petunjuk yang kami berikan untuk keamanan susur sungai menjadi perha-tian para pelaku bisnis ekowisata yang memanfaatkan pulau-pulau yang kami jadikan lokasi pra-pelepasliaran.”

Orangutan bisa dilepasliarkan, sebagai tahap keempat atau tahap terakhir, jika mereka sehat. Artinya, mereka tidak me-miliki dan membawa penyakit-penyakit ber bahaya yang ada pada manusia. Misal-nya, HIV AIDS, Hepatitis A-B-C, atau TBC.

Kemudian orangutan tersebut mampu tinggal di hutan secara normal. Mereka mampu bergerak bebas dan nyaman di hutan. Orangutan yang buta dan lumpuh tidak akan dilepasliarkan.

Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng juga menjadi salah satu obyek wisata di kota Palangkaraya. Lokasinya berada di kawasan arboretum Nyaru Menteng. Di sini pengunjung yang datang hanya bisa melihat orangutan dari ruang auditorium. Kaca-kaca di auditorium yang menghadap ke kandang-kandang besar diberi filter sebagai upaya untuk mengurangi kontak fisik dan visual antara orangutan dan manusia.

Meskipun begitu, pendengaran orang-

utan sangat kuat. Pengunjung tidak bisa masuk lebih ke dalam karena sudah masuk wilayah karantina.

Di auditorium pengunjung juga diperlihatkan film pendek tentang proses rehabilitasi hingga pelepas-liaran orangutan.

Mengenai lokasinya yang me-nempati area arboretum, Anton menjelaskan, “ Tanah ini punya pemerintah, kita ini hanya diberi kewenangan menggunakan lo-kasi ini untuk melakukan reha-

bilitasi orangutan. Kalau pulau-pulau itu memang kita membayar ganti rugi dan mengurus perisinan kepada pemerintah. Jadi yang dikelola oleh BOS adalah yang dipagari ini, bukan yang ada di luar pagar. BOS juga tidak mengambil karcis retri-busi. Kami pun diberi wewenang untuk mendirikan sekolah hutan oleh BKSDA di area arboretum.”

Dia menegaskan bahwa BOS tidak per-nah melarang siapapun masuk ke dalam area arboretum termasuk memanfaatkan jalur trekking yang ada di sana. Memang, sebagian dari jalur trekking tersebut mele-wati kawasan sekolah hutan yang dikelola BOS. Jalur tersebut juga diluar kewenang-an dan tanggung jawab pengelolaannya.

Sudah lebih dari tiga tahun draft pe-tunjuk mengenai wisata susur sungai, terutama yang melewati pulau-pulau yang menjadi tempat pra-pelepasliaran, belum difinalisasi dan ditandatangani. Jika ini sudah diratifikasi, fungsi pulau-pulau pra-pelepasliaran tidak terganggu dan ekowisata juga tidak kehilangan arah dan tetap berjalan.

Banyak pihak yang berkepentingan pada orangutan berharap, pemerintah kota melalui Disbudpar Kota Palangkaraya agar mengatur juga mendukung eko-wisata berkelanjutan.

Menurut Anton, “Konservasi orang-utan bisa saja sejalan dengan ekowisata asalkan tidak melampaui batas. Tidak mengganggu keseimbangan yang sudah ada. Jadi ekowisata yang ideal di Kalteng, ya yang tidak melampaui batas.”

Ada baiknya jika kita juga melihat pada wisata susur sungai melihat orangutan liar di Sabah, Malaysia. Untuk melihat orangutan di sana juga ditentukan batasan jarak. Para pengunjung berada di perahu, orangutannya berada di atas pohon.

Operator tur selalu mengingatkan wisa tawan tetap tenang, karena memang sifatnya hanya untuk melihat dan merasa-kan keindahan alam, bukan mengganggu ketenangan alam itu sendiri. Kita tidak boleh berteriak untuk menarik perhatian orangutannya. n

Orangutan bisa dilepasliarkan, jika mereka sehat. Artinya,

mereka tidak me miliki dan membawa penyakit-penyakit ber bahaya yang ada pada manusia.

Page 26: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

26 Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Wisata Nusantara

Menjadi Destinasi Wisata Dunia

Kali ini ucapan salut patut disam-paikan pada maskapai penerbang-an nasional. Di dalam negeri tampak mulai mempromosikan

atau tepatnya mengkampanyekan Destinasi Wisata Nusantara atau Wisnus. Lihatlah iklan di media nasional ini, muncul mulai medio September 2012.

Kalangan luar negeri pun melihat Indo-nesia, di bidang pariwisata di Asia, seperti raksasa yang masih sedang tidur, a sleeping giant. Berdasarkan luas dan kayanya Tanah Air di bidang kepariwisataan. Merujuk pada perkembangan mutakhir, besarnya potensi pariwisata Indonesia di Asia menempati urutan nomor dua setelah Cina. Dan ‘kita’ se-dang menggeliat hendak bangkit berdiri dan, berlari. Termasuk dan terutama di sektor pariwisata domestik atau wisata nusantara.

Selama ini pemasar pariwisata nusantara barulah berani beriklan di halaman iklan baris suratkabar. Itu pun kebanyakan men-jual fixed departure, yaitu paket wisata de ngan tanggal-tanggal keberangkatan yang sudah ditentukan, kebanyakan jalan darat alias over land Jawa–Bali. Dalam bisnis itu berarti bah-wa ‘penyelenggara tur’ mengharapkan ter-kumpul sejumlah tertentu wisatawan dalam satu grup pemberangkatan, biasanya harus mencapai jumlah minimal, misal 15 orang atau 20 orang. Sebab, jumlah itu menentukan tingi rendahnya ongkos tiket, ongkos kamar hotel, dan tur lokal di tempat tujuan.

Tapi iklan contoh Citilink dan AirAsia dikutip di atas memunculkan pemasaran pariwisata sesuai dengan feno mena baru bisnis pariwisata di dunia. Yaitu retail busi­ness. Wisatawan dapat membeli sendiri tiket penerbangan, lalu membeli atau memesan sendiri kamar hotel, sampai juga membeli

sendiri tur atau transportasi di tempat tujuan wisata. Masing-masing di bidangnya pelaku bisnis itu pun sudah sejak lama menerapkan penjualan ‘eceran’ produk pariwisata.

Citilink memperkuat fenomena baru itu. Pemasarannya menonjolkan produk wisata destinasi, dan tampilan pesannya mengan-dung motivasi terhadap masyarakat untuk berwisata di dalam negeri. Itu berbeda de-ngan apa yang sudah berjalan sebelumnya. Selama ini maskapai penerbangan nasional, menerapkan pemasaran dan penjualan cende-ung sebagai produk airlines yakni menjual seat belaka. Kaitannya pada menjual produk destinasi wisata nyaris belum disentuh.

Iklan Citilink yang memilih judul memasar-kan destinasi, itu memang berkaitan dengan momentum pembukaan rute destinasi terse-but. Karenanya diharapkan, menonjolkan pe-masaran destinasi itu tak berhenti sampai di situ, melainkan dilanjutkan seterusnya juga dengan nama-nama destinasi lainnya yang sudah dihubungkan secara reguler.

Kondisi objektif kini dan tahun-tahun mendatang ‘mengharuskan’ para operator penerbangan untuk ‘membangkitkan’ pasar wisatawan di dalam negeri. Cara berpro-mosi dan beriklan yang dilaksanakan oleh Citilink tersebut, diyakini akan kian ramai diikuti oleh para operator penerbangan da-lam negeri. Sebab, mereka tidak lagi semata-mata bisa bergantung pada pemasaran dan penjualan tempat duduk di pesawat saja, mengingat supply akan semakin membesar dibandingkan demand. Maka to generate the consumers antara lain terbuka dengan po-tensi pariwisata di dalam negeri.

Dalam konteks itu tampak strategi dan program pemasaran pariwisata kita semakin berbuah banyak. Telah berkembang Commu­

nity based marketing, co­marketing, mencipta dan mengelola even-even, semua itu terwu-jud antara lain bermunculannya even-even dan kegiatan seperti konvensi para vegeta-rian, konvensi-konvensi komunitas sales people atau semacam MLM, kegiatan komu-nitas sepeda yang membahana berkat kerja samanya dengan media menyelenggarakan jelajah sepeda di Sumatra, Bali–Komodo, even olahraga di Batam–Bintan, even komu-nitas musik termasuk jazz, dan beberapa lain-nya. Berbagai pemda ramai dan konsisten menyelenggarakan festival-festival budaya.

Kemenparekraf memberikan dukungan pada kegiatan-kegiatan tersebut, di samping menginisiasi sendiri dan menyelenggara-kan even di dalam negeri. Even dan ke-giatan masyarakat tersebut, pada dirinya me ngandung dampak promosi destinasi wisata, bersamaan secara langsung menarik dan menggerakkan kunjungan wisatawan, maka memberikan bisnis secara langsung pada para pelaku usaha pariwisata, dan, masyarakat lokal.

Di luar aspek bisnis komersial itu, terjadi dampak lain: proses pendidikan dan pelati-han dalam pelayanan pariwisata, yang tentu akan menambah pengalaman, meningkatkan keterampilan, dan kualitas dalam pelayan-an pariwisata di kalangan SDM lokal. Itulah momen-momen di mana para pemangku kepentingan pariwisata lokal terlibat lang-sung dalam praktek koordinasi, sinergi, dan efisiensi sumber-sumber daya dan elemen-elemen produk pariwisata.

Dalam konteks itu dicatat, selain mem-promosikan pariwisata internasional, Ke-menparekraf juga mendorong pariwisata domestik. Ini mengingat jumlah penduduk Indonesia yang besar. Dengan kelas mene-

Dan lihat pula iklan-iklan yang dilancarkan oleh airlines di pasar luar negeri, seperti di Malaysia dan Singapura ini. Selain menyebut Indonesia, bahkan lebih spesifik lagi menyebut daerah destinasinya, seperti Medan, Makassar, Bandung dan lain sebagainya. Ini mengindikasikan kepercayaan penerbangan terhadap nama destinasi sebagai selling point. Jadi, tidak semata mengandalkan produk dan layanan penerbangan sendiri.

Page 27: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

27Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Wisata Nusantara

Menjadi Destinasi Wisata Dunia

ngah yang sedang berkembang, infrastruk-tur mulai membaik dan sejumlah maskapai penerbangan murah yang besar sekarang menyediakan penerbangan murah ke lebih banyak kota dan tujuan, pariwisata domestik diperkirakan akan tumbuh dengan pesat.

Menteri Parekraf Mari Elka Pangestu me ngatakan: ”Seiring dengan peningkatan pendapatan, meningkatnya jumlah masya-rakat kelas menengah, meningkatkan infra-struktur, dan meningkatnya jumlah maska-pai pener bangan hemat, perjalanan domestik akan menjadi andalan pariwisata nasional.”

Badan Pusat Statistik mengindikasikana sumber wisatawan domestik terbesar ber-gerak dari pulau berpenduduk padat Pulau Jawa, dari daerah Jawa Timur, Banten, Jawa Tengah, Jakarta, dan Jawa Barat, sedangkan tujuan paling populer bagi wisatawan do-mestik adalah: Bali, Lombok, Wakatobi, Yog-yakarta, Sumatera Utara, Jakarta, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan.

Pemasaran Destinasi DaerahTerhadap wisatawan nusantara maupun

wisatawan mancanegara, untuk pemasaran destinasi wisata daerah, baik juga memper-hatikan apa yang belum lama ini di-’advis’-kan oleh ILO (Intertnational Labor Organi­zation). Organisasi di bawah PBB ini pun, kendati ranahnya di bidang lain, namun memberi perhatian banyak terhadap pari-wisata. Itu sejalan dengan pengakuan betapa pariwisata berperan besar dalam mencipta-kan lapangan kerja khususnya, terhadap kegiatan ekonomi pada umumnya.

ILO di konferensi pariwisata berkelanjut-an di Bali, menyuarakan pula wacana yang mendemonstrasikan perhatian itu pada pari-wisata Indonesia.

Direktur ILO Indonesia Peter Van Rooij: “Kami usulkan Indonesia menjadi tujuan

pariwisata dunia untuk menyukseskan pro-gram Milenium Development Goals (MDGs),” katanya di sela Konferensi Pariwisata Berkelanjutan di Holiday Inn Hotel, Kuta, Bali, Kamis (13/9/2012).

Sejumlah alasannya, pertama pariwisata Indonesia mampu menyerap 7 juta peker-jaan di sektor ekonomi. “Pariwisata sangat penting untuk perekonomian Indonesia,” tegasnya. Menurutnya, industri pariwisata berkontribusi sangat besar dalam mendo-rong roda ekonomi Indonesia. Karenanya, usulan Indonesia menjadi tujuan pariwisata internasional setelah Inggris, Liberia, dan Tunisia, dinilai sudah tepat.

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar menyambutnya dengan mengatakan arah pengembangan pariwisata ke depan adalah berkelanjutan. Makanya, prinsip-prinsip pariwisata berke-lanjutan harus tetap dijaga, dimulai dari lingkungan terdekatnya.

Penting dilakukan adalah pemerataan pembangunan destinasi pariwisata di dae-rah-daerah lain. Dia mengambil contoh pem-bangunan industri pariwisata di Bali. Saat ini, katanya, sarana pendukung pariwisata Bali dan obyek wisata bertumpuk di Bali selatan.

“Ke depan, mesti ada pemerataan. Maka perlu ada insentif bagi pembangunan di daerah lain selain Bali selatan sehingga pari-wisata Bali menyebar. Ada pembagian yang proporsional, itu akan memberi kebahagiaan yang merata,” katanya mencontohkan.

Salah satu publikasi ILO dari kantor pusat-nya di Genewa, menyebutkan, destinasi pari-wisata adalah ‘produk’ yang paling me libatkan sejumlah besar pemangku kepenting an dan citra merek. Organisasi pemasaran tujuannya adalah setiap organisasi, di tingkat manapun, bertanggung jawab untuk memasarkan dae-rah tujuan wisata. Itu bersamaan dengan

kementerian pemerintah yang bertanggung jawab atas perencanaan dan kebijakan.

Tujuan organisasi pemasaran desti-nasi (Destination Marketing Organizations) berkaitan dengan penjualan tempat-tempat atau lokasi tertentu.

Branding daerah tujuan wisataDikemukakan bahwa masa depan pe-

masaran akan menjadi pertempuran antara merek–branding, dan bidang pariwisata muncul sebagai arena pertempuran merek terbesar di dunia. Tujuan dari merek adalah untuk membentuk identitas yang berbeda dan mengesankan di pasar yang merupa-kan sumber nilai bagi konsumen. Branding mungkin adalah senjata pemasaran yang paling kuat yang tersedia untuk pemasaran kontemporer daerah tujuan wisata, dihadap-kan pada wisatawan yang semakin mencari gaya hidup dan pengalaman baru.

Di Indonesia, seperti berulang kali di-contohkan oleh Wamenparekeraf, Sapta Nirwandar, Indonesia sebagai salah satu negara penghasil kopi terbesar dunia terke-nal dengan cita rasa kopi dan aromanya, selain juga keunikan dalam mengolah dan menyajikannya.

“Keunikan itu menjadi kebanggaan Indonesia di mata dunia. Untuk ini kita ha-rus gencar mempromosikan termasuk mem-populerkan branding kopi Indonesia seperti ‘kopi Luwak’ dan ‘kopi Tubruk’ agar lebih dikenal masyarakat dunia,” katanya.

Diberitakan, merek Toraja Coffee, misal-nya, sudah popular di masyarakat Jepang sejak dua dasawarsa terakhir. Luwak Coffee sedang menggejala di dunia sebagai merek yang mengasosiasikannya dengan nama ‘Indonesia’, bersamaan ‘gengsi’ yang dibawanya sebagai ‘kopi termahal’. Maka giliran semacam branding ‘Kopi Tubruk’ boleh jadi akan sungguh membuat wisman mencari-carinya ketika sedang berkunjung di destinasi-destinasi Indonesia. Hanya me-reka yang memiliki tujuan posisi pasar yang jelas dan atraksi menarik akan tetap berada di dalam benak konsumen ketika mereka memesan liburan.

Sangat kompetitifnya dan dinamisnya lingkungan pariwisata global, mendorong kebutuhan untuk mengembangkan identitas yang jelas, atau ‘brand’, yang didasarkan pada kenyataan, sementara juga mencerminkan kekuatan inti dan ‘kepribadian’ produk.

Dalam pasar yang ramai, membangun dan memelihara nilai merek adalah kunci keberhasilan bisnis dan, sebagai akibatnya, mengelola merek dengan cepat bergeser dari pemikiran pemasaran yang periferal dengan strategi bisnis inti itu sendiri.

Ya, branding atau merek tentulah antara lain diwakili melalui suatu logo yang ditampilkan.

Seiring dengan pe ning katan pen-dapatan, me ningkatnya jumlah

masya rakat kelas menengah, mening-katkan infra struktur, dan me ningkatnya jumlah maskapai pener bangan hemat, perjalanan domestik akan menjadi andalan pariwisata nasional.

Mari Elka PangestuMenteri Parekraf

Page 28: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

28 Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Wisata Nusantara

BrandingTantangan mendasar adalah bagaimana

mengembangkan identitas merek yang merangkum esensi atau spirit dari multi tu-juan—dikaitkan, dengan keinginan per wa-kilan dari kelompok penjual serta masyarakat sebagai tuan rumah di destinasi.

Pemasaran pariwisata umumnya ber kait-an dengan penjualan mimpi, seperti harapan akan layanan pariwisata dapat berwujud dan hanya dapat direalisasikan setelah dilak-sanakannya perjalanan wisata sesuai dengan gambar-gambar yang dipromosikan.

Oleh karena itu konsumen memainkan peran penting, lantaran merekalah yang melakukan pengambilan keputusan. Seba-gian besar daerah tujuan wisata pada kelas ‘luar biasa’ atau kelas five­star resort dan atrak-si, setiap negaranya mengklaim keunikan budaya, lanskap dan warisan, setiap tempat menggambarkan dirinya sebagai memiliki penduduk yang ramah, dan tinggi standar pelayanannya, dan fasilitas-fasilitasnya.

Akibatnya, kebutuhan untuk tujuan men-ciptakan identitas yang unik—untuk mem-bedakan diri dari pesaing—kini lebih dipen-tingkan daripada tahun-tahun sebelumnya. Dikutipnya Sepuluh Kunci Tindakan Kebijakan untuk Sukses (dari Sumber: Goodwin: Strategi Bertanggung Jawab pariwisata di Gambia (n/d, 2011). Yaitu : 1. Bersaing berdasarkan kekayaan produk

dan kualitas, bukan hanya pada harga. 2. Memilih untuk menargetkan segmen

pasar yang tertarik dengan keragaman alam dan warisan budaya dan kekuatan dan keberagaman.

3. Mendorong pengembangan dan pemasar-an produk komplementer.

4. Membangun kapasitas lokal untuk mem-perkaya Produk yang ditawarkan.

5. Pemasaran yang memainkan peran pen-ting dalam mendidik wisatawan tentang budaya lokal/desa dan memastikan bah-wa mereka bisa mendapatkan hasil mak-simal dari liburan mereka.

6. Memastikan kesehatan, keselamatan dan keamanan pengunjung.

7. Menggunakan konsep tanggung jawab dalam kaitan produk dan layanan di des-tinasi, ke pasar-pasar (di dalam dan luar negeri), dengan tren ke arah yang lebih eksperimental dan produk yang bertang-gung jawab.

8. Memastikan bahwa produk pariwisata kita dapat diakses oleh semua.

9. Bekerja dengan industri nasional dan internasional untuk memastikan bahwa gambar-gambar yang kita gunakan untuk mempromosikan destinasi secara sosial dapat diterima baik.

10. Mengidentifikasi dan mempromosikan praktik terbaik dalam membangun keber-hasilan.

“Jika tujuan tidak tercapai bagaimana pariwisata pro­poor akan bisa berkembang?”

Tujuan pemasaran dan pemasaran pro duk secara nasional di tingkat lokal/ masyarakat bukanlah proses yang tidak berhubungan. Tujuan pemasaran menciptakan kondisi dasar yang memungkinkan pemasar an yang efektif, dari mendesain produk dan jasa pariwisata, khususnya yang terkait dengan strategi pengentasan kemiskinan. Pada saat yang sama, tujuan pemasaran didasarkan pada pengalaman konkret, layanan dan pilih an yang merupakan bagian dari ide global dan branding ‘tujuan’.

Dengan demikian, kebijakan multi stake­holder yang luas dan kerangka stra tegis yang mengartikulasikan aktor yang berbeda, tingkat dan tujuan ‘komponen’ dengan cara sedemikian rupa, sehingga benefits didistri-busikan secara merata dan berkontribusi pada pengurangan kemiskinan, itu merupa-kan hal yang fundamental.

Strategi Pertumbuhan Pariwisata memi-liki banyak peluang bagi perusahaan ke-cil, menengah dan mikro (SMMEs). Tujuan ‘Meningkatkan Distribusi’ dan ‘Promosikan Transformasi’ berarti bahwa SMMEs yang tidak berada di pusat-pusat wisata besar sekarang memiliki kesempatan nyata untuk mengembangkan produk dan jasa yang me-reka dapat jual kepada turis.

Pemerintah tentunya akan memberikan SMMEs dukungan yang mereka butuhkan untuk tumbuh. SMMEs, pada gilirannya, harus memanfaatkan kesempatan ini de ngan meningkatkan volume mengembangkan pe-nawaran unik yang menarik wisatawan.

KomponenSebuah rencana pemasaran pariwisata

merupakan strategi dan merupakan kombi-nasi dari teknik, alat dan sumber daya yang dirancang untuk mencapai tujuan komer-sial dan sosial, yang akan tercermin dalam bauran pemasaran: produk, harga, tempat, promosi dan orang-orang (five Ps: product, price, places, promotion, people): produk wisata

yang akan ditawarkan dan faktor-faktor yang membentuk itu; tempat distribusi, bagaimana produk/jasa akan mendapat-kan klien; harga jual produk dan kebijakan harga yang akan diterapkan; promosi untuk menginformasikan konsumen potensial ten-tang produk dan mutunya, dan orang yang keahliannya, keterampilan dan sikap meru-pakan elemen kunci dari merek.

ProdukSecara umum, produk pariwisata ada lah

seperangkat aset dan jasa yang diseleng-garakan sekitar satu atau lebih atraksi untuk memenuhi kebutuhan pengunjung. Spesi-fiknya, produk pariwisata berkelanjutan yang ‘dipahami secara luas’ yang berarti mereka yang menggunakan sumber daya dalam lingkungan yang bertanggung jawab, adil secara sosial dan cara ekonomis sehing-ga pengguna dari produk dapat memenuhi kebutuhan mereka tanpa mengorbankan generasi masa depan untuk dapat menggu-nakan sumber daya yang sama.

Mengukur keberlanjutan adalah ma salah kompleks dan kriterianya bervariasi sesuai dengan jenis produk dan kondisi setem-pat. Memutuskan apa pada akhirnya yang berkelanjutan bagi komunitas tertentu ada-lah keseimbangan antara kondisi setempat dan harapan dan praktek terbaik dalam teknologi dan manajemen lingkung an. (Sum-ber: United Nations Environment Programme dan Regione Toscana: Pemasaran produk pari-wisata berkelanjut an (Nairobi, UNEP, 2005).

Pengembangan dan Latihan Pengembangan produk bertujuan jang-

ka panjang, pembangunan berkelanjutan melalui eksekusi sejumlah strategi. Strategi ini membawa ke ide fokus yang generik un-tuk meningkatkan daya saing, membangun industri inklusif dengan mempromosikan integrasi masyarakat mengembangkan dan memelihara lingkungan.

Pengembangan produk dirancang untuk meningkatkan pendapatan di sektor Pari-

Pengunjung memadati berbagai gerai perjalanan wisata dalam suatu pameran di Jakarta. Even ini berhasil menggaet 50 ribu pengunjung dan perolehan transaksi luar biasa.

Page 29: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

29Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012 29

Wisata Nusantara

wisata, melibatkan pelaksanaan rencana komprehensif dan tindakan yang akan mem-bimbing ke arah peningkatan bisnis jangka pendek, menengah dan panjang.

Strategi tindakan untuk pengembangan dan pengelolaan tujuan wisata harus mem-pertimbangkan kebutuhan dan kepentingan semua pemangku kepentingan dalam sistem pariwisata: lokal/pedesaan masyarakat, pe-ngusaha, investor, pemerintah, turis dan pe-mangku kepentingan lainnya.

Sebuah produk pariwisata yang sukses harus mencakupi tiga faktor dasar secara bersamaan: tempat wisata; fasilitas dan layanan yang ditawarkan, dan aksesibilitas fisik bagi wisatawan.

Faktor-faktor yang merumuskan produk pariwisata tersebut ialah : Atraksi: Ini merupakan ‘bahan baku’ dari produk pariwisata dan dengan demikian merupakan bagian dari wilayah di mana kegiatan bisnisnya terletak. Yaitu terdiri dari sumber daya alam dan budaya, tempat dan peristiwa yang, oleh karakteristik sumber-sumber dan konteks lokasinya, membang-kitkan minat pengunjung dan memotivasi tindakannya. Akomodasi dan Fasilitas: Fasilitas wisa-tawan mengacu pada peralatan, infrastruk-tur dan layanan yang membuat kegiatan pariwisata yang mungkin: turis menikmati atraksi dan melakukannya dalam lingkung-an yang aman.Aksesibilitas: ini adalah alat yang mem-fasilitasi akses pengunjung ke tujuan wisata, termasuk infrastruktur, transportasi dan layanan komunikasi.

Nah, tak ada salahnya kalau kita terapkan semacam ‘latihan’ alias exercise: Sekarang, silahkan menjelaskan unsur-unsur dari produk pariwisata di destinasi Anda. Uraikan elemen-elemen dari produk pariwisata Anda, yaitu: Atraksi, Fasilitas, Aksesibilitas.

Bagaimana mengkombinasikanya, dan menjadi ‘layak jual’. Lalu, dirinci lagi, yang layak jual ke wisnus, dan yang ke wisman? n

Pengunjung memadati berbagai gerai perjalanan wisata dalam suatu pameran di Jakarta. Even ini berhasil menggaet 50 ribu pengunjung dan perolehan transaksi luar biasa.

Aktivitas wisata di dalam negeri atau wisata nusan-tara kini kian kuat mengalami proses moderni-sasi. Maksudnya, semakin cenderung masyarakat melaksanakan perjalanan wisata dengan meng-

gunakan jasa biro perjalanan atau operator tur.Selama ini diketahui jumlah perjalanan wisnus

selalu meningkat terus menerus, dan BPS mencatat tahun lalu saja mencapai sekitar 239 juta perjalanan. Tahun 2012 ini diperkirakan mencapai 245 juta per-jalanan wisnus, yang merupakan angka target yang hendak dicapai oleh Kemenparekraf.

Adalah Kamis 4 Oktober 2012 ketika sekitar 50 biro perjalanan di Surabaya dan sekitarnya menjadi seller dan berkisar 30 biro perjalanan menjadi buyers yang didatangkan dari beberapa daerah: Jakarta, Jawa Ba-rat, Jawa Tengah, Yogya, dan NTB. Dua pihak sellers dan buyers ini dipertemukan di ajang yang diselenggara-kan oleh Direktorat Promosi Pariwisata Dalam Negeri, Kemenparekraf. Ajang itu berjudul Promosi Won-derful Indonesia Melalui Wisata Ziarah, bertempat di hotel Oval, Surabaya.

Acaranya lokakarya, business meeting, dan peninjauan on the spot obyek daya tarik wisa-tanya. Selama tiga jam mereka mengikuti lokakarya di mana penceramah ahli Prof Moh Ali Azis mengu-raikan mengenai perkembangan wisata ziarah. Kadis-parda Provinsi Jatim menyajikan Kebijakan Pembangu-nan Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Timur. Beberapa pembicara meng uraikan obyek daya tarik wisata ziarah seperti kawasan Makam Sunan Giri, Gersik. Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri, M Faried membuka kegiatan tersebut dengan juga memberikan ‘key notes’.

Sekitar 80 peserta hadir, tampak antusias bertanya jawab, memperdalam pemahaman tentang wisata ziarah. Aspek pemahaman itu pun kini berkembang. Kalau selama ini wisata ziarah dipersepsikan sebagai wisata yang mengunjungi makam saja, dan seakan dilakukan oleh kalangan muslim saja, dalam lokakarya itu terbuka pemahaman lebih luas.

Wisata ziarah, yang secara harfiah artinya ‘me-ngunjungi’, sesungguhnya mempunyai obyek yang be-ragam. Yakni rumah orang, makam orang muslim atau non-muslim, tempat ibadah Islam dan non Islam, lem-

Modernisasi dengan Wisata Ziarah

Suasana table top pada ajang wisata ziarah.

baga pendidikan, musium, upacara keagamaan, dan se-bagainya. Di Indonesia selama ini memang wisata ziarah lebih banyak diartikan sebagai kunjungan ke makam.

Table TopUsai lokakarya, dilanjutkan table top meeting. Pe-

serta 40-an orang sebagai seller bergantian didatangi oleh 30-an buyer. Berlangsunglah rundingan bisnis selama sekitar dua jam. Di ujung pertemuan, diketahui telah terjadi transaksi bisnis, dalam hal ini antara agen penjual dan pembeli tercapai kesepakatan pemesanan tur yang akan dilaksanakan kemudiannya.

Menurut Kepala Wilayah Promosi Dalam Negeri NTB-NTT, Ni Putu Gayatri, Warena Tour dari Depok, misalnya, memberi komitmen senilai Rp 200 juta untuk men datangkan wisnus ziarah, Manunggal Tour dari Yogyakarta membuat komitmen bernilai Rp 150 juta, sebuah perusahaan perjalanan dari Bandung menan-

datangani komitmen men datangkan sekitar 100 orang wisnus.

Jadi, model perte-mu an bisnis Table Top yang selama ini lazim berlangsung dalam ajang pariwisata internasional, yakni pertemuan antara

agen-agen luar negeri sebagai ‘buyer’ dengan agen da-lam negeri selaku ‘seller’, kini model itu pun kian popu-ler dalam promosi pariwisata dalam negeri.

Itu indikasi para wisnus semakin cenderung meng-gunakan jasa biro perjalanan, tidak lagi mengurus sendiri saja rencana dan pelaksanaan kegiatan wisata di dalam negeri, misal dengan menyewa sendiri alat transportasi, membuking akomodasi hotel, mengun-jungi obyek wisata. Tetapi mau kini membeli paket-paket wisata yang diorganisir oleh para agen wisata.

Adapun para buyer tadi, esok harinya tanggal 5 Okto-ber, dibawa berkeliling meninjau tempat-tempat wisata ziarah. Untuk program itu dikunjungi kawasan Pondok Pesantren Jombang di mana terletak makam Gus Dur, lalu meninjau makam Sunan Giri dan Sunan Ampel.

Penggunaan biro perjalanan oleh wisnus, dan per-temuan Table Top antara agen penjual dan agen pem-beli, ini boleh dibilang modernisasi. Direktorat Promosi Pariwisata Dalam Negeri sedang mengembangkan pola promosi tersebut. n

Page 30: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

30 Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Sang Putu Subaya

Pemasaran Destinasi

Ketua Himpunan Pramuwisata Indo-nesia (HPI) Provinsi Bali, Sang Putu Subaya, melihat Pulau Bali yang terbatas kapasitasnya sudah

over louded dan terjebak dalam mass tourism sekarang ini. Apakah Bali memang masih membutuhkan mass tourism?

Dia mencatat tiga hal pokok yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan di Bali seba-gai daerah tujuan wisata internasional dan nasional. Pertama, pelayanan di bandara.

Bandara menjadi tempat bertugas ber-bagai pihak dengan masing-masing kebijak-sanaan. Namun sampai saat ini terlihat kola-borasi belum harmonis antara tempat, sistem dan sumber daya manusia.

Kedua, kemacetan lalu lintas. Ini ter-jadi bukan hanya disebabkan kedatangan wisatawan semata tapi juga laju migrasi, urbanisasi dan antarpulau, serta laju per-tumbuhan penduduk. Kemacetan lalin cu-kup berat terutama di kantong-kantong wisatawan di selatan Bali. Dan ketiga adalah masalah sampah.

Basic instinct semua orang yang berlibur ialah berharap mendapat kenyamanan, keindahan dan kesenangan. Bayangkan ba-gaimana perasaan jika dari bandara ke hotel sudah terjebak macet, lalu saat tur dari ho-tel ke obyek wisata lagi-lagi berada dalam kemacetan. Lalu saat berada di obyek wisata Anda melihat sampah berserak, toilet umum pun lumayan tak sedap.

Dipahami, bahwa pariwisata bukan ter-batas mengenai kapital, dengan membangun hotel-hotel berkapasitas besar, restoran mewah, tempat berbelanja yang modern, tapi mengesampingkan hal-hal lain seperti transportasi, pedestrian, toilet umum, pusat informasi gratis dan perkara-perkara remeh-temeh lainnya.

“Pariwisata di Bali adalah pionir, yang pa-ling depan,” kata Sang Putu Subaya. Tentu saja HPI, ASITA dan PHRI masing-masing be-rada pada posisi berbeda sehingga tak jarang melihat pariwisata dari sudut pandang yang berbeda. Jika ASITA dan PHRI melihat pari-wisata dari sudut pandang bisnis maka HPI melihatnya dari sisi praktek lapangannya.

“Kami ini frontliner di pariwisata. Kami menjalani prakteknya di lapangan dan meng-hubungkannya dengan keberlangsung an pari wisata,” lanjutnya.

Destinasi lain mungkin masih menekan-kan pada jumlah kedatangan wisatawan. Tapi di Bali sudah harus mewacanakan qual­ity tourism. Tentu Bali tidak mengharapkan

stingy tourist yang lebih banyak untuk da-tang. Stingy tourist maksudnya yang datang ba nyak tapi pengeluarannya sedikit sekali.

Tercatat 5.265 orang pramuwisata terga-bung dalam HPI di Bali. Dari 5.000-an orang itu dibagi lagi ke dalam 11 divisi bahasa: Indo-nesia untuk wisnus, Inggris tentunya, Jepang, Korea, Mandarin, Jerman, Belanda, Perancis, Italia, Spanyol, dan Rusia. Ada satu lagi yang belum terdivisi yakni bahasa-bahasa asing yang masih ‘sedikit’ seperti bahasa Ceko, Yu-nani dan beberapa lainnya. Dengan anggota sebanyak itu diperlukan aturan-aturan tegas.

Pada kenyataannya, cukup banyak pramu-wisata tidak berlisensi namun beroperasi di lapangan. Guna menyeimbangkan supply and demand, dengan jumlah sekian banyak ang-gota, Bali sejatinya masih kekurangan pra-muwisata. Itupun terkadang sudah dibantu dengan pramuwisata yang belum berlisensi,

terutama untuk bahasa-bahasa tertentu.Wisman dari negara-negara Eropa yang

ekonominya kuat, kalau terjadi penurunan pun relatif sedikit saja. Bagi wisatawan dari Australia, dengan nilai tukar mata uang yang kuat, berlibur ke Bali menjadi lebih murah. Ini berhubungan juga dengan promosi.

“Kebetulan saya dari divisi Perancis, yang saya tahu promosi mengenai Bali di Perancis gencar. Kita datang ke sana, kru-kru televisi dari Perancis juga datang ke Bali untuk meli-put, Bali menjadi tempat lokasi syuting Julia Roberts, itu juga menjadi daya penarik dan pendorongnya.

Yang masih khawatir adalah teman-te-man dari divisi Jepang. Wisman dari negara ini masih belum meningkat jumlahnya ke sini, belum pulih benar,” itulah kesannya.

Di tahun 1980 sampai 1990-an bisnis pari-wisata di Bali belum sempurna benar. Tapi dengan presentasi yang baik dari para pra-muwisata, turis tetap merasa senang setelah pulang dari Bali. Patut diperhatikan, bela-kangan ini cukup lumayan rasanya jumlah wisman yang mengatakan kemungkinan tidak datang kembali. Begitulah yang dicatat oleh sebagian pramuwisata ini.

Wamenparekraf Sapta Nirwandar selalu menganjurkan pimpinan dan staf di jajaran direktorat pemasaran pariwisata agar senan-tiasa meng-up­date informasi dan pengeta-huan mengenai perkembangan mutakhir dari produk-produk wisata yang tersebar di se-antero destinasi pariwisata di dalam negeri.

Pembekalan UjungtombakSaat tamu tiba, orang lokal pertama

yang ditemui tentulah pramuwisata sebagai frontliners. Bagaimana seorang pramuwisata me nunjukkan kemampuannya saat berinter-aksi dengan tamu, di situlah sebuah bangsa, dan suatu destinasi pariwisata sedang dire-presentasikan. Pramuwisata rasanya men-jadi gambaran besar sumber daya manusia dari sebuah destinasi pariwisata.

Marketing start from the kitchen, kata sebuah pemeo. Jadi, pemasaran yang berorientasi keluar, outward looking, juga harus dimulai sejak persiapan produknya sendiri di tempat. There is no detail is too small for a good manager, lanjut kata-kata mutiara manajemen itu.

Suasana sunset di Kuta, Bali.

Mendengarkan Pramuwisata

Page 31: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

31Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Pemasaran Destinasi

Sebagai ujung tombak, pramuwisata akan langsung kontak dengan turis, langsung memberikan informasi, dan perilakunya me-wakili ciri dan karakter suatu bangsa.

Seorang pemandu akan memberikan penga ruh terhadap citra sebuah negara. Jika pemandu mem berikan informasi yang kurang bagus me ngenai negara atau dae-rahnya, ya akan memberikan kesan kurang bagus juga terhadap negara atau daerah tersebut. Begitupun sebaliknya, jika peman-du memberikan sesuatu yang baik maka akan memberikan sesuatu yang baik pula.

Karena itu sangat diperlukan pelatihan berupa pembekalan materi secara berkala ke-pada para pramuwisata. Ini untuk menam-bah kapabilitas dan kemampuan mereka.

Pembekalannya terutama berupa materi-materi ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan guiding seperti guiding technique yang benar, bahasa, sejarah, budaya, pengetahuan tentang alam, pemasaran pariwisata dan sebagainya. Kemampuan bahasa pun harus dimutakhirkan. Meskipun pramuwisata meng gunakan bahasa Inggris setiap hari misalnya, tapi up­grading teknik penyampai-an dalam bahasa guide-nya juga perlu agar lebih menarik.

Pembekalan kegiatan pemasaran pari-wisata yang biasa diberikan lebih banyak menekankan pada bahan-bahan yang akan menarik untuk dipromosikan. Maka kun-jungan ke obyek wisata di lapangan, akan menyegarkan kembali pengetahuan pramu-wisata. Jika kita harus mempromosikan dan menjual sebuah produk tapi tidak mengeta-hui produknya, tentu akan kesulitan mene-rangkan kepada calon pembeli bukan?

Contoh, Museum Sangiran. HPI Solo berkunjung ke sana sebelum peresmian dan setelah peresmiannya pada bulan Oktober 2011. Dengan berkunjung ke sana, dibantu oleh petugas dan ahli dari museum, pramu-wisata akan bisa lebih dalam lagi menge-tahui tentang Museum Sangiran sehingga

bisa menceritakannya kembali kepada para tamu. Meskipun di obyek wisata tersedia local guide tapi pengetahuan mengenai sebuah obyek saat menemani tamu ke sana juga sama pentingnya.

Fungsi pramuwisata itu mewakili desti-nasi dan juga berperan sebagai direct seller. Mereka ikut menciptakan citra. Misalnya, berita mengenai tertangkapnya lagi teroris di Solo akhir-akhir ini, tapi dengan seorang pe-mandu yang bisa menerangkannya dengan baik sehingga membentuk persepsi pada tamu bahwa di sini teroris tidaklah ‘gawat’ sehingga akhirnya mereka bisa merasakan kota ini aman. Jadi jika pramuwisata tidak bisa mengemasnya dengan baik dan menarik, bisa jadi citra kota Solo akan tetap seperti itu dan mungkin saja akan dicoret dari guide book dan dari rencana perjalanan wisatawan.

Sebagai corong pariwisata, pramuwisata membuat turis dari tidak tahu menjadi tahu. Lihatlah bagaimana seorang pramuwisata di Borobudur mengajak tamu-tamunya untuk membayangkan dirinya berada di abad VIII saat Candi Borobudur sedang dibangun, ketika belum ada peralatan crane, semen dan lain-lain. Kemudian dia ceritakan teknis pembuatannya. Dia menceritakannya seolah kita sedang berada di lokasi pembangunan candi saat itu. Sehingga tamu yang mende-ngarnya terhanyut dan mengenali obyek yang dilihatnya serta bisa menikmatinya.

Menurut Ketua HPI Provinsi Bali ini, dari keseluruhan anggotanya, —3000 di antara-nya tergolong senior,— misalnya masing-masing rata-rata menangani 2 orang tamu per bulan berarti 6.000 orang wisman yang ditangani, yang puas dengan pelayanan guide. Keenamribu orang tamu itu akan menceritakan kembali pengalamannya yang berkesan kepada keluarganya, teman-temannya dan seterusnya. Atau, jika Anda berwisata ke NTT, di sana merasa puas, tentu yang pertama kali Anda lakukan di daerah asal adalah menceritakan penga lam-

an yang memuaskan itu kepada keluarga, saudara dan teman-teman. Akhirnya suatu saat Anda akan mengajak orang lain untuk datang ke destinasi itu.

Produk yang dijualEtalase pariwisata dimulai dari pintu

gerbangnya, baik di bandara, pelabuhan laut, stasiun kereta dan terminal bis. Bagi wisatawan mancanegara, mayoritas gerbang itu ada di bandara. Betapapun megah dan bagusnya bandara di daerah Anda, tapi jika belum terlaksana kolaborasi harmonis antara tempat, sistem dan sumber daya manusia di sana, itulah kesan pertama tamu terhadap daerah Anda.

Sudah tentu, kita pergi ke suatu daerah untuk melihat obyek wisata. Originality, itu menjadi penting bagi produk pariwisata. Seperti rumah-rumah betang di pedalaman Pulau Kalimantan yang usianya sudah 200 tahun lebih. Bangunan yang telah dimakan usia tentu perlu dipugar, tapi bukan berarti menghilangkan semua keasliannya.

Jadi seperti sambungan-sambungan kayu yang memperlihatkan teknik keterampilan bangunan yang tinggi dengan peralatan sangat sederhana di masyarakat Dayak, itu harus tetap dipertahankan. Jikapun perlu di-ganti, tentu dengan bentuk yang sama. Jadi rumahnya sendiri sudah bercerita, keterang-an pramuwisata sebagai pelengkapnya.

Bangunan baru seperti Tugu Khatulistiwa tidak bisa menceritakan apapun jika tidak ditopang pemandu yang memberitahukan fe-nomena alam dimana setiap tanggal 23 Maret dan 23 September matahari tepat ber ada di garis khatulistiwa, sehingga tidak ada bayang-an apapun saat waktu menunjukkan pukul 12.00 siang di tanggal tersebut. Atau menun-jukkan kepada wisatawan bahwa benar kota Pontianak dilalui garis khatulistiwa dengan menggelar pertunjukan air di lokasi tugu tersebut yang akan memperlihatkan bayang-an belahan bumi utara dan selatan. Dan garis khatulistiwa bukan lagi sekedar ‘katanya’.

Kepulauan nusantara memiliki sejarah panjang. Peninggalan seperti keraton atau istana berada dalam konteks warisan budaya. Keraton itu harus dilestarikan agar nilai-nilai orisinalitasnya tetap tampil. Ini juga merupakan aset budaya sebuah desti-nasi. Kalau keluarga keraton, pariwisata dan pemerintah menganggap ini penting, tentu itu akan menjadi tanggung jawab bersama.

Begitupun dengan obyek wisata alam. Inovasi berbasis kegiatan menjaga dan me-melihara ekosistem sangat diperlukan agar wisatawan tidak pernah merasa bosan. Con-toh wisata menyusuri sungai di Kalimantan. Masih ada yang menganggap menyusuri sungai di pulau ini belum bisa dikatakan se-bagai river cruise seperti yang sudah berkem-bang dan maju di Eropa atau negara-negara Asia lain seperti Thailand, Vietnam, Kamboja dan Malaysia.

Wisata alam menyusuri sungai-sungai di Kalimantan memerlukan lebih banyak der-maga dan bersama-sama dengan pen duduk mengembangkan kampung-kampung di

Mendengarkan Pramuwisata

Pemandu wisata menjelaskan benda-benda purbakala di situs cagar budaya Pura Goa Gajah, Gianyar, Bali.

Page 32: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

32 Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Pemasaran Destinasi

sepanjang aliran sungai. Masyarakat bisa dibina untuk mencip-

takan dan me ngembangkan obyek wisata se perti menjual aneka kulinari yang me-manfaatkan kekayaan tumbuh-tumbuhan setempat, memproduksi ba rang kerajinan khas, memandu wisatawan menyusuri kanal-kanal alami yang membelah hutan tropis di daerahnya dengan menggunakan perahu tra-disional atau menyediakan sebidang ruangan di rumah untuk disewakan sebagai homestay kepada wisatawan.

Dorongan dan dukungan dari pemerintah akan men-dorong masyarakat untuk tetap menjaga dan memeli-hara lingkungan sekitar se-hingga bukan mustahil akan mengurangi illegal mining dan illegal logging. Baik obyek wisata yang sedang dalam tahap memba ngun maupun yang sudah jadi, fasilitas umum di dalam obyek wisata me-minta perhatian.

Berangkatlah dengan pertanyaan kepada diri sendiri, apakah kita akan menikmati tem-pat wisata yang tidak bersih, atau akankah merasa nyaman menggunakan toilet umum yang tak ‘representative’. Bagaimana jika merasa haus dan lapar di obyek wisata, se-dangkan tempat untuk makan dan minum-nya jauh dari standar kebersihan yang baik? Ini antara lain terasa manakala sekarang berkunjung ke Danau Kelimutu di Flores.

Maka pembenahan management obyek wisata dilakukan dengan tingkat kepenting-an bahwa tamu akan datang sekarang, bu-kan beberapa waktu yang akan datang.

Aspek lain lagi? “Bagaimanapun kesela-matan turis tanggungjawabnya di tangan kita. Kita sebagai guide di sini menanggung semua risiko termasuk kehilangan sandal jepit,” kata Ketua HPI Kalimantan Tengah, Berdodi Martin Samuel.

Pernah barang bawaan wisatawan hi-lang ketika berkunjung ke rumah pan-jang yang bagus di hulu Sungai Katingan. “Orang di kampung juga mesti kita bangun pengertiannya. Kita harus bisa memberita-hukan kepada mereka bahwa dengan kita membawa tamu itu bisa meningkatkan per-ekonomian mereka,” lanjutnya.

Obyek Pasar Baru di kota Bandung, tempat belanja murah favorit terutama bagi wisatawan dari Malaysia, tidak luput dari keluhan men-genai masalah keamanan. Betapa pun sedikit atau banyak, dikeluhkan pen copetan dan pengamen dan pedagang asongan yang me-maksa masuk ke dalam bis wisata. Tercatat keluhan keamanan di obyek Tangkuban Pe-rahu lantaran ba nyaknya pedagang asongan yang menawarkan jasa memandu wisatawan, memaksa mereka untuk membeli barang da-gangannya sebagai imbal jasa.

Pada obyek wisata alam seperti menyu-suri sungai-sungai di Kalimantan, tentu memerlukan seperangkat regulasi untuk menjamin keamanan pengunjung dan ope-

rator kapal penyusur sungai. Regulasi dan peraturan tersebut bisa dibicarakan antara pelaku industri pariwisata dengan lembaga atau institusi yang menangani konservasi dan rehabilitasi alam, bersama pemda selaku pemilik wewenang dan kuasa atas daerah sebagai mediatornya.

Sedangkan obyek pusat perbelanjaan se-perti di Pasar Baru ( Bandung) pengguna an alat keamanan semacam CCTV sudah sangat diperlukan agar wisatawan yang berbelanja di sana bu-kan hanya menikmati harga murah tapi juga perasaan aman saat berbelanja.

Kadisparda Kota Ban-dung dan Polisi Pariwisata sudah mencoba membuat kese pakatan dua bulan lalu. Jika masih terjadi pengamen berusaha naik ke dalam bis wisata, maka akan disedia-kan tempat seluas 3 m2 di tepi jalan di depan Pasar

Baru untuk me reka mengamen.Membina masyarakat di destinasi wisata

bukan hanya sebatas masyarakat yang ber-tempat tinggal di obyek wisata atau seki-tarnya. Itu mestilah dilakukan bersama-sama oleh pemerintah daerah, ASITA, PHRI, HPI, dan MPI (Masyarakat Pariwisata Indonesia). Itu berhubungan dengan mengubah pola pikir masyarakat yang men-jadi tanggung jawab terinte-grasi mulai dari masyarakat sendiri sampai pemerintah.

Pramuwisata kita meng-ingat Thailand, di mana te-lah berhasil mengubah pola pikir masyarakatnya sehing-ga menjadikan sungai seba-gai sarana pariwisata. Itulah yang diperlukan, misalnya untuk membina masyarakat di Kampung Beting di sekitar keraton Kadariyah di Kalbar agar menjadikan kompleks keraton dan mesjidnya men-jadi obyek wisata yang elok di tepi Sungai Kapuas, yang tidak kalah de-ngan Wat Arun di tepi Sungai Chao Phraya.

Sebagus apapun obyek wisata dan pe-layanannya, jika tidak diinformasikan pun tidak akan menjadi apa-apa. Di sinilah pen-tingnya pusat informasi baik dalam bentuk media maupun kesiagaan petugas di tem-pat. Pusat-pusat informasi yang ditempat-kan di lokasi obyek wisata dan area publik yang strategis seperti di bandara, pelabuhan, stasiun kereta, terminal, pusat perbelanjaan, pos-pos polisi di persimpangan jalan-jalan utama dan seterusnya. Keberadaan local guide di obyek wisata sebaiknya juga diper-siapkan meskipun belum wajib.

Contoh di kuburan Nemu di Toraja. Di sana belum bekerja pemandu khusus aktif seperti ditemui di keraton-keraton di Solo dan Yogyakarta. Ketika wisatawan membu-tuhkan pemandu ya dia harus mencarinya sendiri. Di sana belum dipersiapkan misal-

nya buku tamu, pemandu dari warga lokal dan seterusnya.

Pada akhhirnya, mengkampanyekan dan mensosialisasikan Sapta Pesona untuk menumbuhkan sadar wisata, itulah harapan yang digaungkan kembali oleh pelaku industri pariwisata. Masyarakat di destinasi wisata sebaiknya, melalui beberapa cara--, dibekali pengetahuan bagaimana menjadi tuan rumah yang baik, memberikan pela-yanan yang baik, dan seterusnya.

Kolaborasi tanpa batasMembangun pariwisata berarti menipis-

kan batasan-batasan administratif wilayah daerah karena pariwisata itu sifatnya borderless. Secara administratif, bolehlah batasan-batasan itu berlaku. Artinya, jika antarpemda mau bergabung, saling berkoor-dinasi, dan mau bersama-sama membangun pariwisata lintas daerah, pariwisata di Indo-nesia akan menjadi lebih kuat.

Jika kerja sama ini diwujudkan, daerah-daerah ini akan menjadi lebih hidup, masyarakat juga akan lebih bisa merasakan dampak dari adanya pariwisata. Direktur Promosi Pariwisata Dalam Negeri Kemen-parekraf, Faried Moertolo, selalu menekan-kan hal itu pada setiap kesempatan dialog di daerah-daerah destinasi.

Andaikan kerja sama dan kolaborasi an-tardaerah itu sudah terwujud, tidak ada alas-an untuk tidak bekerja sama dengan negara-

negara tetangga. Termasuk, provinsi-provinsi di Kalim-antan yang berbatasan lang-sung de ngan Malaysia dan Brunei bisa memanfaatkan joint promotion dalam perjan-jian Sosek Malindo. Paling tidak bisa dimaksimalkan un-tuk menarik 10% wisatawan mancanegara yang sedang berkunjung di sana.

Banyak negara kembali sungguh-sungguh memba-ngun industri pariwisata adalah demi multiplier effect-nya. Alex Afdhal, Ketua HPI Kalimantan Barat me-

mahaminya dengan gambaran seperti ini: seseorang membeli paket tur ke Singapura seharga Rp 4,5 juta, itu di luar yang harus dia keluarkan lagi untuk keperluan pribadi, un-tuk membeli suvenir dan sebagainya. Begitu pun dengan wisman yang membeli paket wisata petualangan di Kalimantan seharga sekitar USD 2.500 per orang.

Harga paket tersebut digunakan untuk membayar tempat menginap apakah di hotel atau homestay, biaya makan, biaya transportasi, porter dan seterusnya. Biaya tersebut tentu saja di luar biaya pribadi dan lainnya yang harus ditanggung sendiri oleh wisatawan.

Meskipun multiplier effect-nya relatif be-lum luas benar, tapi masyarakat kampung di sekitar persinggahan kapal-kapal wisata menyusuri sungai di Kalimantan Tengah te-lah merasakan dampaknya. Bagi wisatawan, semakin banyak tempat singgah di sepan-

Berdodi Martin Samuel

Alex Afdhal

Page 33: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

33Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Pemasaran Destinasi

jang tepian sungai membuat tur semakin asyik diikuti.

Menjelang ASEAN 2015Jika di Eropa membentuk Uni Eropa,

ASEAN di tahun 2015 juga akan seperti itu. Jadi diharapkan sesama negara anggota ASEAN saling mengunjungi. Apalagi ini diperkuat dengan pertumbuhan maskapai penerbangan LCC (low cost carrier).

Kita sudah sangat mudah, dan bisa dika-takan lebih murah, berwisata ke Singapura, Malaysia dan Thailand dengan mengguna-kan LCC dan bebas visa. Itulah sebabnya kota semacam Bandung bisa menerima ke-datangan 1.000 orang wisatawan dari negeri jiran setiap hari. Perkembangan seperti ini tentu disambut baik oleh konsumen.

Dalam UU Pariwisata nomor 10 tahun 2009, di dalamnya dicantumkan kewajiban sertifikasi profesi. Kita maklumi pula, kini ada azas perjanjian antarnegara, Mutual Recognition Agreement (MRA antara Negara ASEAN), dalam kerangka ide besar men-jadikan ASEAN sebagai satu masyarakat ekonomi. Konsekuensinya, di tahun 2015 para pramuwisata bisa bekerja lintas negara. Pramuwisata Indonesia bisa bekerja di Thai-land dan pramuwisata Thailand juga bisa bekerja di Indonesia, misalnya.

Secara prosedural, seorang pramuwisata harus memiliki lisensi. Seperti halnya Surat Izin Mengendarai kendaraan bermotor (SIM), kalau tidak memiliki itu berarti tidak punya izin untuk mengendarai kendaraan. Demiki-

an pula fungsi sertifikasi pramuwisata.Setiap orang yang telah diberikan lisensi

oleh pemerintah itu harus bergabung dalam sebuah wadah. Wadah itu berfungsi untuk membina dan mengawasi para anggotanya. Selain itu, di antara anggota HPI juga sudah terjalin hubungan kerja saling menghormati. Oknum pramuwisata yang melanggar kode etik profesi berhadapan dengan himpunan dan sanksi.

Diberikan juga contoh kasus. Di Bali, su-dah punya peraturan daerah yang mengatur khusus pramuwisata dalam Perda Nomor 5 tahun 2008 Tentang Pramuwisata. Namun karena di dalam UU Pariwisata Nomor 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan tidak ada aturan khusus mengenai hal itu, sangat memungkinkan perda ini akan gugur ketika nanti ada peraturan baru.

Apalagi anggota HPI di Bali mencapai lebih dari 5.000 orang, di luarnya sejumlah lagi pramuwisata belum berlisensi tetap beroperasi, dan terdapat pula warga asing yang bekerja sebagai pramuwisata dan biro perjalanan dengan visa turis.

“Sepertinya kita sebagai pramuwisata kurang terproteksi di sini,” kata Sang Putu Subaya khawatir.

Mempertegas syarat dan ketentuan un-tuk menjadi pramuwisata dan menjalankan peraturan dengan penuh komitmen, itulah yang bisa dilakukan saat ini. Bagaimanapun seperangkat regulasi untuk melindungi lapangan kerja domestik bagi pramuwisata Indonesia sangat diperlukan. Itu sama arti-

nya dengan melindungi keunggulan keka-yaan potensi pariwisata dalam negeri, me-lindungi wisatawan dari risiko bahaya yang dihadapi wisatawan selama berkunjung di Indonesia, dan menyadari bahwa orang lokal yang paling tahu persis spirit destinasi dan obyek wisatanya.

Promosi dan menjualMempromosikan sebuah destinasi wisata

berarti kita memberikan informasi yang aku-rat mengenainya. Daya tarik ini kemudian dikemas menjadi sebuah informasi yang riil.

Sedikit ada yang tidak benar maka sulit untuk meyakinkan calon wisatawan lain untuk berkunjung kembali. Mempersiapkan promosi, melibatkan pelaku industri pari-wisata dan frontliner seperti pramuwisata adakalanya diperlukan mengingat mereka yang berhubungan langsung dengan obyek wisata.

Tidak perlu terjadi, ketika di negaranya calon wisatawan melihat promosi obyek wisata dari suatu daerah destinasi Indonesia, namun kemudian tidak menemukan hal-hal yang dipromosikan itu saat dia berkunjung ke destinasi tersebut. Atau, apa yang diharap-kan oleh wisatawan dari informasi wisata yang diperolehnya jauh dari kenyataan ke-tika dia mengunjungi destinasi dimaksud.

Pemda yang ingin mempromosikan dae-rahnya sebagai destinasi wisata juga harus memilih sasaran pasar. Misalnya Kalimantan yang cocok untuk wisata petualangan dan memiliki pasar tersendiri. Wisata ini me-mang berbiaya relatif mahal.

Namun impresi wisatawan yang pernah mengalami dan merasakannya bisa berkata “It is extremely good”. Meskipun banyak yang datang ke sini adalah para backpacker, wisatawan dengan high budget pun nyatanya datang. Mereka ini benar-benar ingin mera-sakan petualangan. Sama halnya dengan alasan orang datang ke Bali untuk melihat sawah, tarian Bali, tampilan seni budaya dan keindahan alam; keindahan dan kemegahan Candi Borobudur dan Prambanan, atau in-dahnya matahari terbit di Bromo.

Semua destinasi pariwisata membutuh-kan orang-orang dengan pelayanan yang baik agar wisatawan mau datang kembali lagi. Meskipun obyeknya bagus, pelayanan akomodasi baik, tapi pemandunya tampak tidak peduli, itu pun tidak akan menjadi apa-apa. Tetapi jika pemandu berbicara dan piawai menunjukkannya kepada para tamu, mereka niscaya menikmatinya.

Jadi yang harus ditingkatkan adalah sum-ber daya manusianya. Destinasi pariwisata harus bisa menyiapkan pemandu yang baik, hotel yang bersih dan bagus, transportasi da-lam kondisi baik dan siap dipakai, di dalam-nya telah disiapkan sebotol kecil air minum, atau handuk segar. Sesuatu seperti inilah yang akan dihargai oleh para tamu.

Jadi, menurut para pramuwisata yang berbicara ini, profesi sebagai pramuwisata bukan hanya asal cuap, karena mereka repre-sentasi dari destinasi. Sehingga saat kembali ke negara asal, wisatawan akan merasa puas dan membawa kenangan tak terlupakan. n

Keraton Kadariyah (atas) dan Masjid Kadariyah(bawah) di Pontianak,Kalimantan Barat.

Page 34: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

34 Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Indikator

Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Menurut Pintu Masuk dan Kebangsaan (Periode Januari–Agustus 2012)

1. Singapura SPO 108,490 68,326 7,309 435,286 10,892 1,361 139 106 669 537 1,658 1,834 1,468 - 46,500 3,547 14,729 62,328 23,070 788,249 796,273 -1.01 2. Malaysia MLS 183,444 105,800 86,382 106,574 26,115 384 13,404 16,676 6,008 4,124 206 2,494 8,582 3 9,262 11,599 70,825 8,759 44,003 704,644 659,180 6.90 3. Jepang JEP 125,942 118,615 976 13,781 4,454 876 24 85 200 103 153 324 76 1 194 551 493 16,953 42 283,843 270,513 4.93 4. Korea Selatan KS 64,251 82,130 849 37,097 2,278 222 122 19 85 38 296 130 106 8 316 198 328 18,626 63 207,162 200,565 3.29 5. Taiwan TWN 37,474 70,695 1,565 2,514 5,117 49 171 12 11 34 5 29 130 - 135 73 76 4,258 134 122,482 138,194 -11.37 6. China RRC 130,051 219,760 3,814 17,229 8,193 509 679 313 90 99 89 1,309 309 8 2,161 384 320 27,099 282 412,698 328,743 25.54 7. India IND 39,973 31,892 1,197 21,206 2,045 69 51 42 161 48 131 584 321 66 1,369 438 545 14,245 836 115,219 106,541 8.15 8. Philippina PHI 23,670 11,752 720 25,216 1,179 265 243 47 21 85 61 268 111 24 1,350 263 270 8,500 447 74,492 66,499 12.02 9. Hong Kong HKG 19,145 17,071 1,055 1,524 2,661 373 116 38 27 30 93 44 78 - 200 87 101 6,688 101 49,432 46,553 6.18 10. Thailand TAI 22,722 22,968 1,770 2,682 2,477 178 24 63 193 47 15 167 94 1 158 595 461 920 312 55,847 50,364 10.89 11. Australia ALI 54,255 501,212 2,803 6,621 1,569 653 224 868 158 139 399 907 162 10 416 550 564 8,989 103 580,602 565,232 2.72 12. Amerika Serikat AS 51,952 59,358 2,109 7,425 3,849 1,118 82 171 235 175 365 480 313 3 352 798 662 5,680 131 135,258 125,891 7.44 13. Inggris ING 33,220 70,702 1,897 9,514 1,544 568 81 145 240 173 1,115 429 122 6 533 814 388 10,175 75 131,741 128,098 2.84 14. Belanda BLD 40,668 45,064 4,844 2,437 1,743 739 114 125 325 179 532 117 47 2 191 634 391 1,416 33 99,601 105,570 -5.65 15. Jerman JB+JT 25,370 57,269 2,361 2,829 1,886 1,129 68 116 378 231 655 267 90 4 216 747 245 4,508 58 98,427 91,069 8.08 16. Perancis FRA 25,636 78,942 1,444 2,282 1,402 511 19 305 3,221 363 806 502 47 1 378 1,609 264 5,261 82 123,075 118,536 3.83 17. Rusia RUS 6,094 50,291 201 309 146 154 6 32 11 13 204 63 14 1 32 144 27 1,540 12 59,294 56,053 5.78 18. Saudi Arabia SAU 54,548 2,174 84 184 185 - - 7 7 3 37 4 4 - 6 1 97 60 62 57,463 54,322 5.78 19. Mesir MES 1,542 1,072 21 100 30 - 2 3 17 1 1 5 3 - 3 3 12 14 - 2,829 2,132 32.69 20. Uni Emirat Arab UEA 3,263 257 8 25 24 - - - - - - - - - - - 11 20 - 3,608 3,378 6.81 21. Bahrain BRN 327 198 9 28 2 - - - - - - - - - - - 11 4 - 579 486 19.14 22. Lainnya - 272,258 275,904 9,746 87,822 49,576 3,432 1,430 1,402 5,519 2,480 2,651 1,655 959 42,265 6,154 11,764 1,927 20,716 1,498 799,158 774,888 3.13 Jumlah 2012 1,324,295 1,891,452 131,164 782,685 127,367 12,590 16,999 20,575 17,576 8,902 9,472 11,612 13,036 42,403 69,926 34,799 92,747 226,759 71,344 4,905,703 4,689,080 4.62 Jumlah 2011 1,254,175 1,822,753 120,538 745,200 120,612 13,015 16,340 19,889 15,753 9,025 12,022 10,452 14,637 42,722 68,691 33,323 75,708 225,413 68,812 Pertumbuhan 5.59 3.77 8.82 5.03 5.60 -3.27 4.03 3.45 11.57 -1.36 -21.21 11.10 -10.94 -0.75 1.80 4.43 22.51 0.60 3.68 Kunjungan Wisman melalui Pintu Masuk Lainnya 306,001 275,087 11.24 Total Kunjungan Wisman melalui seluruh Pintu Masuk 5,211,704 4,964,167 4.99

P i n t u M a s u k U t a m aNo. Kebangsaan Soekarno-

HattaKode

NegaraNgurah

Rai Polonia Batam Juanda Sam Ratulangi Entikong Minang-

kabauAdi

Sumarmo

Perkembangan Transportasi NasionalJanuari–Agustus 2012 (Dalam Ribuan Orang)

Page 35: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

35Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

Indikator

Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Menurut Pintu Masuk dan Kebangsaan (Periode Januari–Agustus 2012)

1. Singapura SPO 108,490 68,326 7,309 435,286 10,892 1,361 139 106 669 537 1,658 1,834 1,468 - 46,500 3,547 14,729 62,328 23,070 788,249 796,273 -1.01 2. Malaysia MLS 183,444 105,800 86,382 106,574 26,115 384 13,404 16,676 6,008 4,124 206 2,494 8,582 3 9,262 11,599 70,825 8,759 44,003 704,644 659,180 6.90 3. Jepang JEP 125,942 118,615 976 13,781 4,454 876 24 85 200 103 153 324 76 1 194 551 493 16,953 42 283,843 270,513 4.93 4. Korea Selatan KS 64,251 82,130 849 37,097 2,278 222 122 19 85 38 296 130 106 8 316 198 328 18,626 63 207,162 200,565 3.29 5. Taiwan TWN 37,474 70,695 1,565 2,514 5,117 49 171 12 11 34 5 29 130 - 135 73 76 4,258 134 122,482 138,194 -11.37 6. China RRC 130,051 219,760 3,814 17,229 8,193 509 679 313 90 99 89 1,309 309 8 2,161 384 320 27,099 282 412,698 328,743 25.54 7. India IND 39,973 31,892 1,197 21,206 2,045 69 51 42 161 48 131 584 321 66 1,369 438 545 14,245 836 115,219 106,541 8.15 8. Philippina PHI 23,670 11,752 720 25,216 1,179 265 243 47 21 85 61 268 111 24 1,350 263 270 8,500 447 74,492 66,499 12.02 9. Hong Kong HKG 19,145 17,071 1,055 1,524 2,661 373 116 38 27 30 93 44 78 - 200 87 101 6,688 101 49,432 46,553 6.18 10. Thailand TAI 22,722 22,968 1,770 2,682 2,477 178 24 63 193 47 15 167 94 1 158 595 461 920 312 55,847 50,364 10.89 11. Australia ALI 54,255 501,212 2,803 6,621 1,569 653 224 868 158 139 399 907 162 10 416 550 564 8,989 103 580,602 565,232 2.72 12. Amerika Serikat AS 51,952 59,358 2,109 7,425 3,849 1,118 82 171 235 175 365 480 313 3 352 798 662 5,680 131 135,258 125,891 7.44 13. Inggris ING 33,220 70,702 1,897 9,514 1,544 568 81 145 240 173 1,115 429 122 6 533 814 388 10,175 75 131,741 128,098 2.84 14. Belanda BLD 40,668 45,064 4,844 2,437 1,743 739 114 125 325 179 532 117 47 2 191 634 391 1,416 33 99,601 105,570 -5.65 15. Jerman JB+JT 25,370 57,269 2,361 2,829 1,886 1,129 68 116 378 231 655 267 90 4 216 747 245 4,508 58 98,427 91,069 8.08 16. Perancis FRA 25,636 78,942 1,444 2,282 1,402 511 19 305 3,221 363 806 502 47 1 378 1,609 264 5,261 82 123,075 118,536 3.83 17. Rusia RUS 6,094 50,291 201 309 146 154 6 32 11 13 204 63 14 1 32 144 27 1,540 12 59,294 56,053 5.78 18. Saudi Arabia SAU 54,548 2,174 84 184 185 - - 7 7 3 37 4 4 - 6 1 97 60 62 57,463 54,322 5.78 19. Mesir MES 1,542 1,072 21 100 30 - 2 3 17 1 1 5 3 - 3 3 12 14 - 2,829 2,132 32.69 20. Uni Emirat Arab UEA 3,263 257 8 25 24 - - - - - - - - - - - 11 20 - 3,608 3,378 6.81 21. Bahrain BRN 327 198 9 28 2 - - - - - - - - - - - 11 4 - 579 486 19.14 22. Lainnya - 272,258 275,904 9,746 87,822 49,576 3,432 1,430 1,402 5,519 2,480 2,651 1,655 959 42,265 6,154 11,764 1,927 20,716 1,498 799,158 774,888 3.13 Jumlah 2012 1,324,295 1,891,452 131,164 782,685 127,367 12,590 16,999 20,575 17,576 8,902 9,472 11,612 13,036 42,403 69,926 34,799 92,747 226,759 71,344 4,905,703 4,689,080 4.62 Jumlah 2011 1,254,175 1,822,753 120,538 745,200 120,612 13,015 16,340 19,889 15,753 9,025 12,022 10,452 14,637 42,722 68,691 33,323 75,708 225,413 68,812 Pertumbuhan 5.59 3.77 8.82 5.03 5.60 -3.27 4.03 3.45 11.57 -1.36 -21.21 11.10 -10.94 -0.75 1.80 4.43 22.51 0.60 3.68 Kunjungan Wisman melalui Pintu Masuk Lainnya 306,001 275,087 11.24 Total Kunjungan Wisman melalui seluruh Pintu Masuk 5,211,704 4,964,167 4.99

P i n t u M a s u k U t a m a

Makas-sar

Mata-ram

Seping-gan

St Syarif Q-IIPknbaru

Tanjung Priok

Tanjung Pinang

Adi Sucipto

Husein Sas-tranegara

Tanjung Uban

Balai Karimun

J u m l a h

2012 2011

Pertum-buhan

(%)

Sumber : BPS

Sumber : Renstra Kemenparekraf 2012–2014.

Page 36: Edisi 34 - Newsletter Pariwisata Indonesia Edisi Terbaru September 2012

36 Vol. 3 l No. 34 l Oktober 2012

ahun 2012, kegiatan menyelenggarakan even akan ber-langsung di seluruh Indonesia, mencapai jumlah sekitar 100 even, di antaranya disponsori oleh Kemenparekraf. Obyek daya tarik wisata yang paling banyak diminati

masyarakat, berlokasi di pulau Jawa. Uniknya, pulau ini merupakan pasar sekaligus juga destinasi wisata nusantara. Maka, jika penduduk dari Jawa berwisata ke pulau-pulau lain, dan sebaliknya, terjadilah pergerakan wisata yang dinamis.

29 Juni-1 Juli 2012

22–23 Juni 2012

Nopember 201219–21 Oktober 2012

18–21 Oktober 2012

4–10 Juni 2012

www.indonesia.travel

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi KreatifDirektorat Jenderal Pemasaran Pariwisata

www.parekraf.go.id

Kemenparekraf menciptakan dan mendukung Tourism Event untuk pemasaran pariwisata di dalam negeri dan di luar negeri.

T

9–12 Oktober 2012BANDAR LAMPUNG

Festival BudayaLembah Baliem

7–12 November 2012

36 Vol. 3 No. 34 Oktober 2012

Pertama di dunia kombinasi 3 Lomba:

Triboatton di Sungai Musi,25 November–2 Desember 2012.

Kunjungi dan saksikanlah. Kita sedang memasarkan produk baru destinasi pariwisata dengan salah satu kekayaan Tanah Air

yang hebat : sungai-sungai besar dan keunikan alam dan budaya nan mengesankan. Untuk wisman dan wisnus.

29 Juni-1 Juli 2012

22–23 Juni 2012

Nopember 201219–21 Oktober 2012

18–21 Oktober 2012

4–10 Juni 2012

www.indonesia.travel

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi KreatifDirektorat Jenderal Pemasaran Pariwisata

www.parekraf.go.id

Kemenparekraf menciptakan dan mendukung Tourism Event untuk pemasaran pariwisata di dalam negeri dan di luar negeri.

9–12 Oktober 2012BANDAR LAMPUNG

Festival BudayaLembah Baliem

25 November–2 Desember 2012