Chart Pattern Satu lagi aspek yang harus Anda kenali dalam analisa teknikal, yaitu: “Chart Pattern”. Sebelumnya, Saya sarankan Anda untuk memahami bacaan pada bab Trendline dan Support & Resistance terlebih dahulu sebelum melanjutkan bab ini. Alasannya adalah karena Chart Patterns pada dasarnya dibentuk oleh sekumpulan konsep yang terdapat pada Trendline dan Support & Resistance. Sifat-sifat yang dimiliki Chart Patterns pun tidak akan jauh berbeda dengan apa yang sudah dibahas pada bab-bab tersebut. Maka dari itu, demi menghindari “miss” dalam pembahasan kali ini, silahkan dengan lapang dada Anda mengulang bacaan pada bab Trendline dan Support & Resistance. Untuk yang merasa sudah memahami, silahkan lanjutkan bab ini. Sempat disinggung di atas, bahwa Chart Pattern adalah pola grafik yang terbentuk dari sekumpulan konsep yang terdapat pada Trendline dan Support & Resistance. Pola ini pun pada dasarnya terbentuk oleh adanya kesepahaman trader di seluruh penjuru dalam mengidentifikasi dan merespons situasi maupun kondisi yang terjadi. Sama seperti yang sudah kita bahas pada bab Support & Resistance, kan? Sehingga, bisa dibilang yang menjadi konsep dasar pada bahasan kita kali ini adalah Support dan Resistance. Jadi, bagi yang belum paham akan konsep tadi dan ngeyel kepingin terus lanjut bab ini, tanggung sendiri ya resikonya! Awalnya, Chart Patterns tidaklah menjadi satu hal yang diperhitungkan dalam analisa teknikal. Sampai pada tahun 1920-an, seorang akuntan bernama Ralph Nelson Elliot mengemukakan hasil pengamatannya tentang hubungan antara konsep dasar pada Support dan Resistace dengan kecenderungan harga membentuk suatu pola. Apa yang dikemukannya tadi secara tidak langsung memperkuat anggapan yang telah ada sebelumnya bahwa manusia mempunyai perasaan atau emosi yang sama terhadap suatu situasi maupun kondisi. Dengan dasar anggapan itu Elliot memperkirakan reaksi manusia (baca: trader) akan selalu sama sampai kapanpun. Hal inilah yang membuat suatu pola cenderung berulang sehingga sangat dimungkinkan untuk diprediksi atau—paling tidak—dipahami kebiasaannya. Sebetulnya Chart Patterns hanyalah bentuk yang lebih spesifik dari suatu fase pada sebuah trend. Chart Patterns merangkum seluruh aktivitas perdagangan yang ada secara perspektif dan formatif. Dikatakan perspektif karena pola yang terbentuk akan sangat bergantung pada sudut pandang yang melihatnya. Dan, dikatakan formatif karena Chart Pattern terdiri dari formasi-formasi khusus yang terbentuk oleh pergerakan harga. Berbicara mengenai perspektivitas, pada dasarnya Chart Pattern dapat ditemukan dari sudut pandang yang bagaimanapun dan seperti apapun. Namun memang, apa yang diangkat dalam hal ini bukanlah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Chart Pattern
Satu lagi aspek yang harus Anda kenali dalam analisa teknikal, yaitu: “Chart Pattern”. Sebelumnya, Saya
sarankan Anda untuk memahami bacaan pada bab Trendline dan Support & Resistance terlebih dahulu
sebelum melanjutkan bab ini. Alasannya adalah karena Chart Patterns pada dasarnya dibentuk oleh
sekumpulan konsep yang terdapat pada Trendline dan Support & Resistance. Sifat-sifat yang dimiliki
Chart Patterns pun tidak akan jauh berbeda dengan apa yang sudah dibahas pada bab-bab tersebut.
Maka dari itu, demi menghindari “miss” dalam pembahasan kali ini, silahkan dengan lapang dada Anda
mengulang bacaan pada bab Trendline dan Support & Resistance. Untuk yang merasa sudah memahami,
silahkan lanjutkan bab ini.
Sempat disinggung di atas, bahwa Chart Pattern adalah pola grafik yang terbentuk dari sekumpulan
konsep yang terdapat pada Trendline dan Support & Resistance. Pola ini pun pada dasarnya terbentuk
oleh adanya kesepahaman trader di seluruh penjuru dalam mengidentifikasi dan merespons situasi
maupun kondisi yang terjadi. Sama seperti yang sudah kita bahas pada bab Support & Resistance, kan?
Sehingga, bisa dibilang yang menjadi konsep dasar pada bahasan kita kali ini adalah Support dan
Resistance. Jadi, bagi yang belum paham akan konsep tadi dan ngeyel kepingin terus lanjut bab ini,
tanggung sendiri ya resikonya!
Awalnya, Chart Patterns tidaklah menjadi satu hal yang diperhitungkan dalam analisa teknikal. Sampai
pada tahun 1920-an, seorang akuntan bernama Ralph Nelson Elliot mengemukakan hasil pengamatannya
tentang hubungan antara konsep dasar pada Support dan Resistace dengan kecenderungan harga
membentuk suatu pola. Apa yang dikemukannya tadi secara tidak langsung memperkuat anggapan yang
telah ada sebelumnya bahwa manusia mempunyai perasaan atau emosi yang sama terhadap suatu
situasi maupun kondisi. Dengan dasar anggapan itu Elliot memperkirakan reaksi manusia (baca: trader)
akan selalu sama sampai kapanpun. Hal inilah yang membuat suatu pola cenderung berulang sehingga
sangat dimungkinkan untuk diprediksi atau—paling tidak—dipahami kebiasaannya.
Sebetulnya Chart Patterns hanyalah bentuk yang lebih spesifik dari suatu fase pada sebuah trend. Chart
Patterns merangkum seluruh aktivitas perdagangan yang ada secara perspektif dan formatif. Dikatakan
perspektif karena pola yang terbentuk akan sangat bergantung pada sudut pandang yang melihatnya.
Dan, dikatakan formatif karena Chart Pattern terdiri dari formasi-formasi khusus yang terbentuk oleh
pergerakan harga.
Berbicara mengenai perspektivitas, pada dasarnya Chart Pattern dapat ditemukan dari sudut pandang
yang bagaimanapun dan seperti apapun. Namun memang, apa yang diangkat dalam hal ini bukanlah
semata-mata perspektivitasnya saja melainkan pula validitasnya. Tingkat validasi (validitas) Chart
Patterns yang dilihat dari sudut pandang (timeframe) yang luas tentu akan lebih tinggi daripada validitas
Chart Patterns yang terlihat di sudut pandang yang sempit. Validitas Daily Charts akan lebih tinggi
daripada Hourly Charts dan validitas Weekly Charts akan lebih tinggi daripada Daily Charts. Begitu
seterusnya.
Dari segi formasinya Chart Patterns terbagi ke dalam dua kategori, yaitu: pola pembalikan arah (Reversal
Patterns) dan pola berkesinambungan/berkelanjutan (Continuation Patterns). Seperti apa yang sudah
dibahas pada bab TREND, reversal adalah situasi dimana pergerakan harga mulai berganti arah. Dengan
kata lain Reversal Patterns adalah pola yang mengindikasikan pembalikan arah trend yang sedang
berlangsung. Sedangkan Continuation Patterns, sesuai dengan namanya, adalah pola yang
mengindikasikan terjadinya keberlanjutan sebuah trend yang sedang berlangsung walaupun pada
nyatanya mungkin akan didahului dengan koreksi yang wajar. Pesan terselubung yang dapat Anda ambil
dalam hal ini adalah bagaimana pada nantinya Anda bisa mengindentifikasi dan memanfaatkan secepat
mungkin informasi yang ada dengan pemahaman kedua kategori Chart Patterns tersebut. Lagi-lagi, hal
ini bertujuan bukan hanya demi keuntungan semata, melainkan keuntungan yang optimal.
Dua kategori Chart Patterns tadi memiliki bentuk-bentuknya masing-masing. Dan, bentuk-bentuk yang
terdapat pada charts tentu sangat banyak jumlahnya. Namun pada umumnya, ada beberapa bentuk yang
terkenal dikalangan trader. Berikut bentuk-bentuk yang dimaksud berdasarkan kategorinya:
1. Reversal Chart Patterns:
Head and Shoulders
Inverted Head and Shoulders
Triple Tops
Triple Bottoms
Double Tops
Double Bottoms
2. Continuation Chart Patterns:
Triangles
Flags
Pennants
Rectangles
Cup and Handle
REVERSAL CHART PATTERNS
Head and Shoulders
OK! Kita awali dengan Head and Shoulders. Pola yang sering disingkat “HAS” ini merupakan pola yang
paling populer di kalangan trader. Sesuai dengan namanya, pola ini memiliki bentuk yang menyerupai
bagian tubuh manusia, yaitu “kepala” dan “bahu”.
sangat populer karena sangat mudah ditemui pada pergerakan harga.
Head and Shoulders, dikatakan oleh para pakar analisa teknikal, sebagai pola terkuat dan memiliki
tingkat akurasi yang tinggi. Mengutip p
berjudul Encyclopedia of Chart Patterns
penelitiannya terhadap pergerakan 500 jenis saham selama periode 1991
pola Head and Shoulders yang validasinya cukup meyakinkan. 25 di antaranya merupakan sinyal
konsolidasi sedangkan 406 lainnya merupakan sinyal reversal. Itu artinya tingkat kegagalan yang
terdapat pada pola Head and Shoulders ini hanyalah sebesar 6
Gambar di atas adalah ilustrasi pola Head and Shoulders yang di awali dengan trend naik (bullish/up
trending). Oh ya, sangat penting untuk kita sebelum mengidentifikasi suatu pola, selalulah perhatikan
trend yang mengiringinya.
REVERSAL CHART PATTERNS
OK! Kita awali dengan Head and Shoulders. Pola yang sering disingkat “HAS” ini merupakan pola yang
paling populer di kalangan trader. Sesuai dengan namanya, pola ini memiliki bentuk yang menyerupai
bagian tubuh manusia, yaitu “kepala” dan “bahu”. Selain karena bentuknya yang khas, pola ini menjadi
sangat populer karena sangat mudah ditemui pada pergerakan harga.
Head and Shoulders, dikatakan oleh para pakar analisa teknikal, sebagai pola terkuat dan memiliki
tingkat akurasi yang tinggi. Mengutip pernyataan Thomas N. Bulkowski (dari karyanya yang
Encyclopedia of Chart Patterns) yang juga menguatkan pendapat di atas, Ia menyebutkan dalam
penelitiannya terhadap pergerakan 500 jenis saham selama periode 1991-1996 (lima tahun) terdapat 431
Head and Shoulders yang validasinya cukup meyakinkan. 25 di antaranya merupakan sinyal
konsolidasi sedangkan 406 lainnya merupakan sinyal reversal. Itu artinya tingkat kegagalan yang
terdapat pada pola Head and Shoulders ini hanyalah sebesar 6-7%.
r di atas adalah ilustrasi pola Head and Shoulders yang di awali dengan trend naik (bullish/up
trending). Oh ya, sangat penting untuk kita sebelum mengidentifikasi suatu pola, selalulah perhatikan
OK! Kita awali dengan Head and Shoulders. Pola yang sering disingkat “HAS” ini merupakan pola yang
paling populer di kalangan trader. Sesuai dengan namanya, pola ini memiliki bentuk yang menyerupai
Selain karena bentuknya yang khas, pola ini menjadi
Head and Shoulders, dikatakan oleh para pakar analisa teknikal, sebagai pola terkuat dan memiliki
ernyataan Thomas N. Bulkowski (dari karyanya yang
) yang juga menguatkan pendapat di atas, Ia menyebutkan dalam
1996 (lima tahun) terdapat 431
Head and Shoulders yang validasinya cukup meyakinkan. 25 di antaranya merupakan sinyal
konsolidasi sedangkan 406 lainnya merupakan sinyal reversal. Itu artinya tingkat kegagalan yang
r di atas adalah ilustrasi pola Head and Shoulders yang di awali dengan trend naik (bullish/up-
trending). Oh ya, sangat penting untuk kita sebelum mengidentifikasi suatu pola, selalulah perhatikan
Seperti yang sudah di bahas pada bab Trendline, pergerakan up-trending chart bisa dilihat dari “lembah-
lembah” (A – C – E) dan “puncak-puncak” (Titik B – D) yang semakin lama semakin tinggi (Gambar 1).
Atau istilahnya memiliki Higher Lows & Higher Highs. Pola seperti yang diilustrasikan di atas
menggambarkan situasi suatu trend naik yang masih normal (titik A – D). Namun, kemudian menjadi
kehilangan momentumnya; yang juga mengindikasikan adanya pelemahan dari trend yang sedang
berlangsung, yaitu up-trend. Hal tersebut ditunjukkan dengan ketidakmampuan harga membentuk titik
puncak baru (F) yang lebih tinggi (new higher highs) dari puncak sebelumnya (D). Ketika mendapati hal
seperti ini, biasanya kebanyakan dari trader akan lebih memilih untuk wait and see ketimbang ikut
bertransaksi. Sehingga mengakibatkan harga semakin kehilangan kekuatannya untuk terus bergerak
naik. Lembah yang terbentuk sebelum puncak tertinggi (C) dan lembah yang terbentuk sebelum puncak
terakhir (E) nantinya dapat dijadikan konfirmasi lanjutan untuk kepastian pola ini. Lembah ‘C’ dan lembah
‘E’ tersebut jika kita tarik garis lurus bisa kita manfaatkan sebagai suatu support yang disebut garis leher
(neckline). Dan, jika neckline tersebut berhasil ditembus, bisa dikatakan harga sudah mulai berpaling dari
trend bullish menuju trend bearish.
Lalu bagaimana dengan targetnya? Setelah neckline terkonfirmasi telah tertembus, yang menjadi target
pergerakan harga selanjutnya tentu saja support yang sudah ada sebelumnya. Seperti yang sudah kita
pelajari, menentukan support salah satunya bisa dengan cara manual, yaitu dengan melihat support yang
ada pada riwayat harga dalam chart lalu menghubungkannya dengan garis. Namun, ada metode yang
cukup menarik dalam hal ini dan dirasa cukup efektif, yaitu dengan mengukur jarak vertikal antara head
(D) pada pola dengan garis leher (neckline) yang terbentuk untuk nantinya dijadikan sebagai proyeksi
target (lihat Gambar 2). Lebih menariknya, ini berlaku tidak hanya pada pola Head and Shoulders,
melainkan juga pada pola Chart Pattern lainnya.
Ingat! Ini hanya berlaku untuk pola Head and Shoulder pada trend bullish yang pergerakannya jelas.
Artinya, perspektivitas sangat berpengaruh dalam hal ini. Sedangkan untuk melihat trend pergerakan
harga yang jelas, Anda harus menggunakan sudut pandang yan
hanya bisa Anda peroleh dengan menggunakan timeframe berskala besar (Daily
seringkali suatu pola khususnya pola Head and Shoulders ini diidentifikasi dengan menggunakan
timeframe tersebut. Walaupun memang suatu pola dapat ditemukan pada timeframe berapapun, namun
tetap yang harus Anda utamakan adalah validitasnya.
Sebagai contoh, Saya akan menunjukkan grafik pergerakan harga pada bursa Dow Jones Averages
Industrial. Silahkan simak gambar di bawah:
Gambar 3. Pola Head and Shoulders yang terbentuk pada indeks Dow Jones akhir tahun 2007
tahun 2008 dilihat dari timeframe mingguan (weekly charts).
Ingat! Ini hanya berlaku untuk pola Head and Shoulder pada trend bullish yang pergerakannya jelas.
Artinya, perspektivitas sangat berpengaruh dalam hal ini. Sedangkan untuk melihat trend pergerakan
harga yang jelas, Anda harus menggunakan sudut pandang yang luas pula. Sudut pandang yang luas
hanya bisa Anda peroleh dengan menggunakan timeframe berskala besar (Daily – Monthly). Sehingga
seringkali suatu pola khususnya pola Head and Shoulders ini diidentifikasi dengan menggunakan
memang suatu pola dapat ditemukan pada timeframe berapapun, namun
tetap yang harus Anda utamakan adalah validitasnya.
Sebagai contoh, Saya akan menunjukkan grafik pergerakan harga pada bursa Dow Jones Averages
Industrial. Silahkan simak gambar di bawah:
Pola Head and Shoulders yang terbentuk pada indeks Dow Jones akhir tahun 2007
tahun 2008 dilihat dari timeframe mingguan (weekly charts).
Ingat! Ini hanya berlaku untuk pola Head and Shoulder pada trend bullish yang pergerakannya jelas.
Artinya, perspektivitas sangat berpengaruh dalam hal ini. Sedangkan untuk melihat trend pergerakan
g luas pula. Sudut pandang yang luas
Monthly). Sehingga
seringkali suatu pola khususnya pola Head and Shoulders ini diidentifikasi dengan menggunakan
memang suatu pola dapat ditemukan pada timeframe berapapun, namun
Sebagai contoh, Saya akan menunjukkan grafik pergerakan harga pada bursa Dow Jones Averages
Pola Head and Shoulders yang terbentuk pada indeks Dow Jones akhir tahun 2007 – awal
Terbukti, setelah pola Head
and Shoulders terkonfirmasi (neckline tertembus), harga merosot secara signifikan bahkan melebihi
target yang berdasarkan proyeksi jarak Head dan Neckline-nya.
Sekadar info (bisa dibuktikan sendiri), pada gambar di atas, setelah pola tersebut terbentuk, indeks Dow
Jones mengalami penurunan hebat. Entah memang kebetulan atau bagaimana, pada pergerakan Dow
Jones tersebut, pola Head and Shoulders muncul bertepatan dengan resesi yang mendera Amerika
Serikat pada tahun 2008 hingga akhir tahun 2009.
Inverted Head and Shoulders
Ini adalah versi lain dari pola Head and Shoulders. Bentuknya sama percis dengan pola yang sudah kita
pelajari sebelumnya, namun dengan posisi yang terbalik. Jika pada Head and Shoulders sebelumnya si
“kepala” menghadap ke atas, pada pola ini “kepala” atau head-nya akan menghadap ke bawah. (Seperti
orang yang sedang melakukan handstand).
Sama halnya dengan Normal Head and Shoulders, pola ini pun merupakan pola terkuat dan memiliki
tingkat akurasi yang tinggi. Masih mengutip keterangan Thomas, bahwa statistik menunjukkan dalam
periode yang sama (tahun 1991-1996) terjadi sebanyak 330 kali pola Inverted Head and Shoulders (lebih
sedikit jika dibandingkan dengan Head and Shoulders) dan di antaranya terdapat hanya 5% tingkat
kegagalan. Itu artinya, hanya terjadi sebanyak 16-17 kali sinyal konsolidasi, dan sisanya merupakan
sinyal reversal.
Di atas adalah ilustrasi pola Inverted Head and Shoulders. Pola ini selalu diawali dengan pergerakan
trend turun (bearish/down-trend).
Sama seperti mengidentifikasi trend pada umumnya, mengidentifikasi down-trending charts pun dapat
dilihat pada “puncak-puncak” (A – C – E) dan “lembah-lembah” (B – D) yang semakin lama semakin
turun. Istilahnya: Lower Highs & Lower Lows. Diilustrasikan pada gambar di atas, pergerakan down-
trending yang masih normal dari titik A hingga titik D. Namun, perlahan kehilangan momentumnya yang
mengindikasikan adanya pelemahan trend yang sedang berlangsung, yaitu down-trend. Hal tersebut
ditunjukkan dengan ketidakmampuan harga membentuk titik lembah baru (F) yang lebih rendah (new
lower lows) dari lembah sebelumnya (D). Puncak yang terbentuk sebelum lembah tercuram (C) dan
puncak yang terbentuk sebelum lembah terakhir (E) nantinya dapat dijadikan sebagai konfirmasi lanjutan
atas pembentukan pola ini. Pada puncak C dan E tersebut, jika kita tarik garis lurus dapat kita jadikan
sebagai suatu resistance yang pula disebut sebagai neckline. Dan, jika neckline tersebut berhasil
ditembus, bisa dikatakan harga sudah mulai berpaling dari trend bearish menuju trend bullish.
Untuk penentuan targetnya pun tidak berbeda dengan pola Head and Shoulders. Target bisa ditentukan
secara manual dengan melihat riwayat harga yang mengandung resistance untuk dijadikan target atas
pergerakan harga mendatang. Namun, bisa pula dengan memproyeksikan jarak “Head” (D) dan neckline
untuk dijadikan target terdekat yang akan disentuh oleh harga. Seperti pada gambar berikut:
Dan berikut adalah contoh terbentuknya pola Inverted Head and Shoulders yang Saya ambil dari
pergerakan harga mata uang euro terhadap dolar:
Dan berikut adalah contoh terbentuknya pola Inverted Head and Shoulders yang Saya ambil dari
pergerakan harga mata uang euro terhadap dolar:
Dan berikut adalah contoh terbentuknya pola Inverted Head and Shoulders yang Saya ambil dari
Gambar 6. Pola Inverted Head and Shoulders pada mata uang EUR/USD pertengahan tahun
2010 dilihat dengan timeframe harian (daily charts).
Di atas adalah contoh empiris terbentuknya pola Inverted Head and Shoulders. Mata uang euro
melambung tinggi terhadap dolar setelah neckline pada
pada gambar di bawah ini:
ad and Shoulders pada mata uang EUR/USD pertengahan tahun
2010 dilihat dengan timeframe harian (daily charts).
Di atas adalah contoh empiris terbentuknya pola Inverted Head and Shoulders. Mata uang euro
melambung tinggi terhadap dolar setelah neckline pada pola tersebut tertembus. Seperti yang terlihat
ad and Shoulders pada mata uang EUR/USD pertengahan tahun
Di atas adalah contoh empiris terbentuknya pola Inverted Head and Shoulders. Mata uang euro
pola tersebut tertembus. Seperti yang terlihat
Gambar 7. Euro melambung terhadap dolar setelah pola Inverted Head and Shoulders
terkonfirmasi (yang dilingkari). $EURUSD mencapai nilai tertingginya pasca pembentukan
pola ini pada 5 April 2011 (seperti yang ditunjukkan tanda panah).
Sekali lagi, terbukti pola ini, baik Inverted Head and Shoulders maupun yang normal, memiliki tingkat
akurasi yang tinggi. Yang jika pola terkonfirmasi, akan ada pembalikan arah trend yang disebut reve
Target yang telah diproyeksikan pun
jauh melampaui target yang telah ditentukan berdasarkan metode proyeksi.
Triple Tops
Selanjutnya adalah Triple Tops. Berbicara mengenai jenis
penamaannya, sebenarnya pola-pola tersebut hanyalah bentuk dari adanya pergerakan harga yang stuck
/ tertahan pada suatu level resistance. Dan, pada pola Triple Tops ini, pergerakan harga membentuk tiga
puncak yang bisa dibilang memiliki tinggi (top) yang sama karena adanya resistance di area tersebut.
Walaupun memang pada kenyataannya seringkali tops atau “puncak
sama percis (tingginya), namun seperti yang dikemukakan Elaine Yager, Direktur
investasi di Amerika, bahwasannya jika ketiga puncak yang terbentuk masih dalam area yang
berdekatan, maka keadaan seperti itu dapat dikatakan memenuhi kriteria sebuah pola Triple Tops. Pola
Euro melambung terhadap dolar setelah pola Inverted Head and Shoulders
terkonfirmasi (yang dilingkari). $EURUSD mencapai nilai tertingginya pasca pembentukan
a 5 April 2011 (seperti yang ditunjukkan tanda panah).
Sekali lagi, terbukti pola ini, baik Inverted Head and Shoulders maupun yang normal, memiliki tingkat
akurasi yang tinggi. Yang jika pola terkonfirmasi, akan ada pembalikan arah trend yang disebut reve
Target yang telah diproyeksikan pun—tanpa perlu diurai dalam gambar—terlihat telah tercapai bahkan
jauh melampaui target yang telah ditentukan berdasarkan metode proyeksi.
. Berbicara mengenai jenis-jenis pola yang mengandung “Top” pada
pola tersebut hanyalah bentuk dari adanya pergerakan harga yang stuck
/ tertahan pada suatu level resistance. Dan, pada pola Triple Tops ini, pergerakan harga membentuk tiga
ng memiliki tinggi (top) yang sama karena adanya resistance di area tersebut.
Walaupun memang pada kenyataannya seringkali tops atau “puncak-puncak” yang terbentuk tidak selalu
sama percis (tingginya), namun seperti yang dikemukakan Elaine Yager, Direktur sebuah perusahaan
investasi di Amerika, bahwasannya jika ketiga puncak yang terbentuk masih dalam area yang
berdekatan, maka keadaan seperti itu dapat dikatakan memenuhi kriteria sebuah pola Triple Tops. Pola
Euro melambung terhadap dolar setelah pola Inverted Head and Shoulders
terkonfirmasi (yang dilingkari). $EURUSD mencapai nilai tertingginya pasca pembentukan
Sekali lagi, terbukti pola ini, baik Inverted Head and Shoulders maupun yang normal, memiliki tingkat
akurasi yang tinggi. Yang jika pola terkonfirmasi, akan ada pembalikan arah trend yang disebut reversal.
terlihat telah tercapai bahkan
la yang mengandung “Top” pada
pola tersebut hanyalah bentuk dari adanya pergerakan harga yang stuck
/ tertahan pada suatu level resistance. Dan, pada pola Triple Tops ini, pergerakan harga membentuk tiga
ng memiliki tinggi (top) yang sama karena adanya resistance di area tersebut.
puncak” yang terbentuk tidak selalu
sebuah perusahaan
investasi di Amerika, bahwasannya jika ketiga puncak yang terbentuk masih dalam area yang
berdekatan, maka keadaan seperti itu dapat dikatakan memenuhi kriteria sebuah pola Triple Tops. Pola
yang satu ini merupakan turunan dari pola Head
yang langka. Dengan kata lain pola ini sangat jarang ditemui di dalam charts pergerakan harga.
Gambar di atas adalah gambaran umum tentang pola Triple Tops. Terlihat bagaimana besarnya upaya
harga dalam menguji level resistance pada gambar tersebut. Gagalnya upaya harga yang pertama kali
(A) akan mengakibatkan terjadinya pergerakan korektif dan akan menciptakan sebuah support (dapat
juga disebut neckline) ketika pergerakan korektif tersebut berakhir (B). H
atas pasca berakhirnya pergerakan korektif tadi kemungkinan besar akan tertahan kembali dan
dipantulkan lagi oleh resistance (C). Setelah gagal pada upayanya yang kedua tersebut, harga akan mulai
menguji level support yang terbentuk berdasarkan lembah sebelumnya, yaitu titik B. Jika support gagal
ditembus, harga dipastikan akan mendekat kembali ke level resistance (E). Namun, jika support tadi
tertembus, maka yang terjadi adalah harga hanya membentuk dua buah puncak atau disebu
pola Double Tops (akan dibahas pada bahasan selanjutnya). Seperti yang kita ketahui bahwa resistance
yang sering diuji dan gagal ditembus merupakan resistance dengan katagori strong (strong resistance).
Pada contoh ini harga telah menguji resistan
membentuk top 3 (E). Sebagaimana mestinya, ketika berhadapan dengan sebuah strong resistance harga
cenderung akan tertahan dan kembali memantul ke level support, seperti yang digambarkan pada
puncak E. Ketika telah tercipta tiga puncak yang tingginya (relatif) sama, support yang ada akan menjadi
ujian terakhir bagi harga. Pada kondisi ini harga memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menembus
yang satu ini merupakan turunan dari pola Head and Shoulders dan termasuk ke dalam golongan pola
yang langka. Dengan kata lain pola ini sangat jarang ditemui di dalam charts pergerakan harga.
Gambar di atas adalah gambaran umum tentang pola Triple Tops. Terlihat bagaimana besarnya upaya
enguji level resistance pada gambar tersebut. Gagalnya upaya harga yang pertama kali
(A) akan mengakibatkan terjadinya pergerakan korektif dan akan menciptakan sebuah support (dapat
juga disebut neckline) ketika pergerakan korektif tersebut berakhir (B). Harga yang kembali memantul ke
atas pasca berakhirnya pergerakan korektif tadi kemungkinan besar akan tertahan kembali dan
dipantulkan lagi oleh resistance (C). Setelah gagal pada upayanya yang kedua tersebut, harga akan mulai
bentuk berdasarkan lembah sebelumnya, yaitu titik B. Jika support gagal
ditembus, harga dipastikan akan mendekat kembali ke level resistance (E). Namun, jika support tadi
tertembus, maka yang terjadi adalah harga hanya membentuk dua buah puncak atau disebu
pola Double Tops (akan dibahas pada bahasan selanjutnya). Seperti yang kita ketahui bahwa resistance
yang sering diuji dan gagal ditembus merupakan resistance dengan katagori strong (strong resistance).
Pada contoh ini harga telah menguji resistance sebanyak dua kali dan gagal menembus sebelum
membentuk top 3 (E). Sebagaimana mestinya, ketika berhadapan dengan sebuah strong resistance harga
cenderung akan tertahan dan kembali memantul ke level support, seperti yang digambarkan pada
telah tercipta tiga puncak yang tingginya (relatif) sama, support yang ada akan menjadi
ujian terakhir bagi harga. Pada kondisi ini harga memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menembus
and Shoulders dan termasuk ke dalam golongan pola
yang langka. Dengan kata lain pola ini sangat jarang ditemui di dalam charts pergerakan harga.
Gambar di atas adalah gambaran umum tentang pola Triple Tops. Terlihat bagaimana besarnya upaya
enguji level resistance pada gambar tersebut. Gagalnya upaya harga yang pertama kali
(A) akan mengakibatkan terjadinya pergerakan korektif dan akan menciptakan sebuah support (dapat
arga yang kembali memantul ke
atas pasca berakhirnya pergerakan korektif tadi kemungkinan besar akan tertahan kembali dan
dipantulkan lagi oleh resistance (C). Setelah gagal pada upayanya yang kedua tersebut, harga akan mulai
bentuk berdasarkan lembah sebelumnya, yaitu titik B. Jika support gagal
ditembus, harga dipastikan akan mendekat kembali ke level resistance (E). Namun, jika support tadi
tertembus, maka yang terjadi adalah harga hanya membentuk dua buah puncak atau disebut dengan
pola Double Tops (akan dibahas pada bahasan selanjutnya). Seperti yang kita ketahui bahwa resistance
yang sering diuji dan gagal ditembus merupakan resistance dengan katagori strong (strong resistance).
ce sebanyak dua kali dan gagal menembus sebelum
membentuk top 3 (E). Sebagaimana mestinya, ketika berhadapan dengan sebuah strong resistance harga
cenderung akan tertahan dan kembali memantul ke level support, seperti yang digambarkan pada
telah tercipta tiga puncak yang tingginya (relatif) sama, support yang ada akan menjadi
ujian terakhir bagi harga. Pada kondisi ini harga memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menembus
support tersebut karena memang pada kenyataannya jarang sekali (bah
menunjukkan harga membentuk suatu puncak hingga sebanyak empat kali. Artinya, dapat dipastikan
atau paling tidak sangat besar kemungkinannya
neckline tersebut.
Sesuai dengan kategorinya sebagai Reversal Chart Pattern, Triple Tops memiliki akurasi yang cukup
tinggi atas sinyal reversal. Harga dipastikan akan berpaling dari trend bullish menjadi bearish selama
beberapa waktu. Kisaran waktunya memang tidak bisa dipastikan, namun
trend bisa berlangsung paling singkat dua minggu sampai dengan enam minggu. Mengenai targetannya
pun Triple Tops dapat mengadopsi metode proyeksi seperti yang sudah dibahas sebelumnya. Berikut
contohnya:
Dan berikut contoh empiris dari pola Triple Tops pada mata uang USDCHF (
support tersebut karena memang pada kenyataannya jarang sekali (bahkan tidak ada) statistik yang
menunjukkan harga membentuk suatu puncak hingga sebanyak empat kali. Artinya, dapat dipastikan
atau paling tidak sangat besar kemungkinannya—harga akan menembus level support yang juga sebagai
kategorinya sebagai Reversal Chart Pattern, Triple Tops memiliki akurasi yang cukup
tinggi atas sinyal reversal. Harga dipastikan akan berpaling dari trend bullish menjadi bearish selama
beberapa waktu. Kisaran waktunya memang tidak bisa dipastikan, namun seperti yang kita tahu sebuah
trend bisa berlangsung paling singkat dua minggu sampai dengan enam minggu. Mengenai targetannya
pun Triple Tops dapat mengadopsi metode proyeksi seperti yang sudah dibahas sebelumnya. Berikut
empiris dari pola Triple Tops pada mata uang USDCHF (US$ vs Swiss Franc
kan tidak ada) statistik yang
menunjukkan harga membentuk suatu puncak hingga sebanyak empat kali. Artinya, dapat dipastikan—
harga akan menembus level support yang juga sebagai
kategorinya sebagai Reversal Chart Pattern, Triple Tops memiliki akurasi yang cukup
tinggi atas sinyal reversal. Harga dipastikan akan berpaling dari trend bullish menjadi bearish selama
seperti yang kita tahu sebuah
trend bisa berlangsung paling singkat dua minggu sampai dengan enam minggu. Mengenai targetannya
pun Triple Tops dapat mengadopsi metode proyeksi seperti yang sudah dibahas sebelumnya. Berikut
US$ vs Swiss Franc):
Gambar 10. Pola Triple Tops pada pasangan mata uang US dollar – Swiss franc.
Perlu saya perjelas bahwa penarikan garis leher (neckline) pada pola ini sangat bergantung pada
subjektivitas seseorang. Namun, beberapa pakar menyarankan untuk lebih mengutamakan menarik garis
horizontal dari lembah yang terbentuk setelah “top 1″ (titik B pada Gambar 9.) sebagai neckline. Hal ini
berlaku tidak hanya pada pola Triple Tops, melainkan pula pada pola “Tops” lainnya dan bahkan pada
pola “Bottoms”. Meskipun demikian, tak jarang trader yang menarik neckline berdasarkan lembah-lembah
yang terbentuk. Saya tidak bisa menyarankan untuk memilih salah satunya. Tapi, lagi-lagi, silahkan Anda
kenali karakter diri terlebih dahulu. Jam terbang akan secara otomatis mengajari Anda.
Triple Bottoms
Triple Bottoms adalah kebalikan dari Triple Tops. Bedanya adalah pada pola ini trend yang mengawalinya
haruslah selalu bearish. Jika tidak, maka patut untuk diragukan validitasnya. Kebalikan dari Triple Tops,
Triple Bottoms membentuk tiga buah lembah yang posisinya berada di dasar sebuah trend bearish. Sama
seperti Triple Tops, pola ini mengindikasikan adanya sinyal reversal dari bearish menjadi bullish. Pola
yang merupakan turunan dari Inverted Head and Shoulders ini pun termasuk ke dalam golongan pola
langka yang sangat jarang ditemui dalam charts.
Cara menentukan garis resistance pada pola ini pun beraneka ragam, namun secara umum resistance
ditentukan dengan menarik garis mendatar (horizontal) pada titik tertinggi di antara lembah A dan C.
Target pada pola ini juga dapat ditentukan dengan memproyeksikan jarak vertikal pada titik terendah
pada lembah dengan resistance / neckline.
Cara menentukan garis resistance pada pola ini pun beraneka ragam, namun secara umum resistance
an menarik garis mendatar (horizontal) pada titik tertinggi di antara lembah A dan C.
Target pada pola ini juga dapat ditentukan dengan memproyeksikan jarak vertikal pada titik terendah
pada lembah dengan resistance / neckline.
Cara menentukan garis resistance pada pola ini pun beraneka ragam, namun secara umum resistance
an menarik garis mendatar (horizontal) pada titik tertinggi di antara lembah A dan C.
Target pada pola ini juga dapat ditentukan dengan memproyeksikan jarak vertikal pada titik terendah
Berikut contoh Triple Bottoms yang terlihat pada mata uang USD/CAD (
Gambar 13. Pola Triple Bottoms terlihat pada $USDCAD dilihat dari timeframe satu jaman
(hourly).
oms yang terlihat pada mata uang USD/CAD (US dollar vs Canada dollar
Pola Triple Bottoms terlihat pada $USDCAD dilihat dari timeframe satu jaman
US dollar vs Canada dollar):
Pola Triple Bottoms terlihat pada $USDCAD dilihat dari timeframe satu jaman
Double Tops
Pola turunan dari Pola Triple Tops ini adalah pola yang memiliki dua buah puncak (top) pada
pembentukannya dan mengindikasikan sinyal reversal dari bullish menjadi bearish. Idealnya, puncak-
puncak yang terbentuk pada pola ini memiliki ketinggian yang sama. Namun, seperti yang dikatakan
Elaine Yager, meskipun memiliki ketinggian yang berbeda, asalkan masih pada area yang berdekatan,
suatu pola dapat dikatakan terbentuk. Meskipun demikian, seperti yang sudah dibahas sebelumnya,
konfirmasi lebih lanjut atas validasi suatu pola—khususnya Double Tops—adalah pada penembusan area
support dan resistancenya yang dalam hal ini tidak bukan adalah neckline*.
*Ditegaskan dengan kata “dalam hal ini” karena tidak semua pola dalam Chart Patterns memiliki
neckline. Beberapa pola hanya mengacu pada support dan resistance yang terbentuk dengan khasnya
masing-masing.
Sama halnya dengan pola “Tops” lainnya, Double Tops haruslah diawali dengan pergerakan up-trending
baru bisa dikatakan valid. Jika dibandingkan dengan pola-pola “Triple”, statistik untuk pola-pola “Double”
lebih banyak jumlahnya. Dengan kata lain, pola-pola Double lebih sering ditemui dalam charts. Masih
menurut Thomas N. Bulkowski, terdapat 454 formasi Double Tops yang terbentuk dalam periode tahun
1991-1996. Sebanyak 341 merupakan sinyal reversal, dan 113 lainnya adalah sinyal konsolidasi. Itu
artinya, Double Tops pun dapat dikatakan pola dengan tingkat kegagalan (failure rate) yang cukup
rendah, yaitu sekitar 16-17%. (Sedikit lebih tinggi dibandingkan pola-pola Triple yang memiliki failure
rate hanya sebesar 6-7%).
Namun, dikarenakan intensitasnya yang cukup sering ditemui dalam charts, pola “Double”
Double Tops—seringkali mengecoh para trader; bukannya reversal, yang terjadi malah harga
melanjutkan trend sebelumnya (seperti pada Gambar 15.). Maka dari itu, untuk menghindari
(traps) semacam ini, jangan sekali-kali Anda masuk dalam posisi yang prematur atau posisi yang belum
meyakinkan validasinya.
intensitasnya yang cukup sering ditemui dalam charts, pola “Double”
seringkali mengecoh para trader; bukannya reversal, yang terjadi malah harga
melanjutkan trend sebelumnya (seperti pada Gambar 15.). Maka dari itu, untuk menghindari
kali Anda masuk dalam posisi yang prematur atau posisi yang belum
intensitasnya yang cukup sering ditemui dalam charts, pola “Double”—khususnya
seringkali mengecoh para trader; bukannya reversal, yang terjadi malah harga
melanjutkan trend sebelumnya (seperti pada Gambar 15.). Maka dari itu, untuk menghindari jebakan
kali Anda masuk dalam posisi yang prematur atau posisi yang belum
Konfirmasi validasi pada Double Tops haruslah menunggu support yang terbentuk dari lembah (B)
tertembus. Ini dapat meminimalisir resiko yang ada seperti kejadian di paragraf sebelumnya. Target yang
dapat dicapai pun dapat kita perkirakan dengan metode proyeksi, yaitu dengan memproyeksikan jarak
vertikal titik puncak dengan support / neckline.
Konfirmasi validasi pada Double Tops haruslah menunggu support yang terbentuk dari lembah (B)
malisir resiko yang ada seperti kejadian di paragraf sebelumnya. Target yang
dapat dicapai pun dapat kita perkirakan dengan metode proyeksi, yaitu dengan memproyeksikan jarak
vertikal titik puncak dengan support / neckline.
Konfirmasi validasi pada Double Tops haruslah menunggu support yang terbentuk dari lembah (B)
malisir resiko yang ada seperti kejadian di paragraf sebelumnya. Target yang
dapat dicapai pun dapat kita perkirakan dengan metode proyeksi, yaitu dengan memproyeksikan jarak
Berikut saya paparkan contoh pola Double Tops yang terlihat pada mata uang USD/CAD:
Gambar 17. Pola Double Tops pada USDCAD dilihat dari
pola Double Tops yang terlihat pada mata uang USD/CAD:
Pola Double Tops pada USDCAD dilihat dari timeframe H1 (hourly
pola Double Tops yang terlihat pada mata uang USD/CAD:
hourly).
Selain pada $USDCAD, pola Double Tops juga sering ditemui pada “Major Pair“, seperti $EURUSD:
Gambar 18. Double Tops pada EUR/USD pertengahan tahun 2008 dilihat
dengan timeframe D1 (harian/daily).
Double Bottoms
Double Bottoms adalah turunan dari pola Triple Bottoms. Pola ini termasuk ke dalam katagori pola
reversal karena mengindikasikan adanya perubahan arah trend dari bearish menjadi bullish. Sesuai
dengan namanya, pola ini membentuk dua buah lembah pada “dasarnya” dan menggunakan resistance
sebagai neckline untuk acuan validasinya. Mengenai hal lainnya, rasanya tidak perlu lagi Saya jabarkan
karena apa yang ada pada Double Bottoms kurang lebih sama dengan Double Tops. Yang membedakan
hanyalah posisinya yang menghadap ke bawah karena didahului oleh pergerakan down-trending. Ingat!
Selalulah perhatikan trend yang mengawalinya. Perhatikan gambar di bawah:
Seperti biasa, mengenai targetnya pun pola Double Bottoms dapat mengadopsi metode proyeksi jarak
vertikal antara head dengan neckline yang ada. Seperti pada gambar di bawah ini:
ngenai targetnya pun pola Double Bottoms dapat mengadopsi metode proyeksi jarak
vertikal antara head dengan neckline yang ada. Seperti pada gambar di bawah ini:
ngenai targetnya pun pola Double Bottoms dapat mengadopsi metode proyeksi jarak
Dan berikut salah satu contoh pola Double Bottoms yang terlihat pada
Gambar 21. Double Bottoms yang terlihat di charts $EURUSD pertengahan tahun 2001,
dilihat dari timeframe D1 (daily charts
Dan berikut salah satu contoh pola Double Bottoms yang terlihat pada chart:
le Bottoms yang terlihat di charts $EURUSD pertengahan tahun 2001,
daily charts).
le Bottoms yang terlihat di charts $EURUSD pertengahan tahun 2001,
CONTINUATION CHART PATTERNS
Triangles
Oke, beralihlah kita pada kategori pola-pola keberlanjutan (Continuation Chart Patterns). Kita awali
dengan pola Triangles. Sesuai artinya, pola ini memiliki bentuk menyerupai segitiga yang jika didiktekan
semakin lama semakin menyempit pergerakannya. Sisi atas dan sisi bawah pada pola ini nantinya dapat
digunakan sebagai titik acuan (resistance dan support). Pola Triangles terbagi lagi ke dalam tiga sub-