Top Banner
Sistem Pemilu E-Voting Harus Open Source Hak Cipta © Rusmanto Maryanto 2012 Rusmanto @ gmail.com Dokumen ini dilisensikan sebagai FDL (Free Documentation License) dari GNU atau CC BY Share Alike dari Creative Commons “Bebas dibaca, diedit, dan disebarluaskan”
24

E-Voting Harusnya Open Source

Dec 18, 2014

Download

Technology

Mengenal pemanfaatan TIK atau ICT dalam proses pemilu dan pilkada, serta potensi kecurangannya. Apakah Indonesia sudah menggunakan TI untuk pemilu? Apa dan bagaimana e-voting itu? Mengapa harus Open Source? Penjelasan tentang Open Source dan FOSS dapat dibaca pada presentasi lain.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: E-Voting Harusnya Open Source

Sistem Pemilu E-Voting Harus Open Source

Hak Cipta © Rusmanto Maryanto 2012Rusmanto @ gmail.com

Dokumen ini dilisensikan sebagai FDL (Free Documentation License) dari GNU

atau CC BY Share Alike dari Creative Commons“Bebas dibaca, diedit, dan disebarluaskan”

Page 2: E-Voting Harusnya Open Source

Garis Besar

• Pendahuluan

• Sistem Pemilu: TI vs Manual

• TI pada Pemilu di Indonesia

• TI Offline dan Online

• TI dengan SMS

• Potensi Kecurangan Pemilu Melalui TI

• Rangkuman

Page 3: E-Voting Harusnya Open Source

Pendahuluan

• Berbagai riset dan pengalaman membuktikan sistem TI membantu pemilu jadi lebih lancar, luber & jurdil. Namun, peluang atau potensi kecurangan pemilu dengan bantuan TI tetap ada.

• Contoh pemilu yang berjalan cepat dan tidak menimbulkan masalah setelah menggunakan TI adalah Amerika Serikat (2008) dan India (2009).

• Pemilu di Indonesia 1999, 2004, dan 2009 juga menggunakan TI tapi baru sebatas “alat hitung”.

Page 4: E-Voting Harusnya Open Source

Sistem Pemilu: TI vs Manual

Tabulasi Hasil Pemilu(Pusat/Daerah)

Tempat Pemungutan Suara(TPS)

Pemungutan suara: • Manual: coblos, centang, dll.• TI: pencet, sentuh, klik, dll.

Penghitungan:Sekarang umumnya

menggunakan TI.

Pemindahan data:(dari TPS ke pusat)

• Manual: kertas diangkut.• TI: internet, sms, dll.

Page 5: E-Voting Harusnya Open Source

Beberapa jenis Pemungutan Suara (Voting): Manual: Mencoblos, mencontreng/centang, dll. Pemungutan Suara Elektronik Offline dengan

EVM (Electronic Voting Machine). Data di EVM tidak langsung dikirim secara online, misal India.

Pemungutan Suara Elektronik Online dengan EVM: data dikirim online ke pusat, misal AS.

Pemungutan Suara SMS: pemilih menggunakan hp, pc, atau mesin voting dan kirim via sms.

Jenis Pemungutan Suara

Page 6: E-Voting Harusnya Open Source

DataPemilih

Pengiriman Data: TI vs Manual (1)

TPS / Keluarahan

Kecamatan

Kabupaten/Kota

Provinsi

Pusat

Online: Data dari TPS bisa langsung dikirim ke Pusat

Manual=tanpa IT

Offline: Entry datadi kec/kab/kota, lalu

dikirim online ke Pusat

Page 7: E-Voting Harusnya Open Source

Beberapa jenis Pengiriman Data: Manual: kertas atau EVM diangkut secara fisik.

Di Indonesia, pengiriman berjenjang sangat lambat dan mudah dimanipulasi / jual-beli suara.

Pengiriman secara Offline dan Online: data dari kertas atau EVM diangkut dan dipindahkan ke komputer lalu dikirim online, misal di India.

Pengiriman secara Online: data dikirim langsung dari TPS ke pusat, misal di AS.

Pengiriman Data: TI vs Manual (2)

Page 8: E-Voting Harusnya Open Source

TI pada 4 bagian proses Pemilu: Pendataan Pemilih: TI belum digunakan untuk

pendataan di Indonesia. Belum ada data tunggal. Pemungutan Suara: TI belum resmi digunakan

untuk pemungutan suara Indonesia hingga 2009. Pengiriman Data: TI belum digunakan secara

resmi di Indonesia hingga 2009. Pada 1999-2009 TI digunakan untuk pengiriman “data sementara”.

Penghitungan Suara: TI telah lama digunakan.

TI pada Pemilu di Indonesia (1)

Page 9: E-Voting Harusnya Open Source

TI pada Pemilu di Indonesia (2)

Pemungutan suara manual dengan mencoblos (s.d. 2004) atau mencontreng (2009).

Pengiriman data manual berjenjang dari TPS ke Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi, dan Pusat, kemudian dihitung/ditabulasi dengan TI.

TI digunakan tidak resmi untuk memasukkan data di Kecamatan (2004) / di Kabupaten (2009), kemudian dikirim ke Pusat untuk ditabulasi.

Page 10: E-Voting Harusnya Open Source

TI Elektronik Offline

Pemungutan Suara dilakukan dengan 2 alat elektronik untuk pemilih dan panitia.

Panitia menekan tombol kontrol untuk membuka kesempatan pemilih menekan tombol, menutup pemungutan suara, dan melihat hasilnya.

Alat dikirim Offline ke distrik (kecamatan), data dipindahkan ke komputer dan dikirim ke pusat.

Biaya sangat murah (harga EVM Rp 2 juta/TPS).

Page 11: E-Voting Harusnya Open Source

EVM India

Page 12: E-Voting Harusnya Open Source

TI Elektronik Online

Pemungutan Suara dilakukan dengan komputer di setiap TPS. Pemilih memiliki KTP smart card atau SIN (Single Identification Number).

Smart card dimasukkan ke komputer, lalu pemilih menyentuh layar komputer untuk memilih.

Data disimpan di server dan dikirim langsung (Online) via kabel atau wireless ke pusat.

EVM mahal (Rp 30 juta/TPS), tapi cepat & aman.

Page 13: E-Voting Harusnya Open Source

EVM Amerika

Page 14: E-Voting Harusnya Open Source

Perbandingan Dua Sistem EVM

- Harga seperangkat EVM buatan India sekitar 10 ribu Rs atau sekitar 230 dollar AS atau sekitar Rp 2 juta. Harga tersebut mencakup satu control unit dan satu voting unit. Seperangkat EVM tersebut memiliki kapasitas 3.840 pemilih.

- EVM buatan Amerika Serikat yakni Diebold harganya US $ 3.300 (sekitar Rp 30 juta) dengan kapasitas 35.000 pemilih.

- Keduanya telah mendapatkan sertifikasi dan standardisasi internasional dengan sistem keamanan yang dirancang baik.

Page 15: E-Voting Harusnya Open Source

Sistem TI dengan SMS

Pemungutan Suara dilakukan dengan manual (coblos, contreng) atau elektronik (EVM SMS).

Data dari TPS dikirim via SMS ke Server (kabupaten/kota atau langsung ke pusat).

Biaya lebih murah dari sistem non SMS. Perlu pengamanan lebih ketat dari sisi peralatan

pengirim SMS dan pengiriman data karena menggunakan saluran radio (wireless).

Dicoba pada Pemilu Indonesia 2009 (SERIS).

Page 16: E-Voting Harusnya Open Source

Kecurangan Pendataan Pemilih

Data pemilih tidak diambil, disimpan, dan diumumkan secara transparan (terbuka), sehingga sangat berpeluang dicurangi oleh pelaksana pendata dengan memasukkan data palsu seperti pemilih ganda / tidak ada orangnya.

Tidak menggunakan data terbaru, sehingga ada orang mati masih terdaftar, atau sebagian calon pemilih baru atau pindahan tidak terdaftar.

Penyimpanan data kurang aman sehingga mudah diubah oleh orang yang tidak berwenang.

Page 17: E-Voting Harusnya Open Source

Saran Pendataan Pemilih

Sistem TI yang baik pada pendataan pemilih: Menggunakan KTP elektronik dengan SIN

(Single Identification Number) dengan sistem data terdistribusi di daerah (prov/kab/kota/kec) yang dapat disinkronkan di sistem data pusat.

Sistem data bersifat terbuka menggunakan program open source untuk memudahkan proses audit, namun tetap dijaga kerahasiannya dengan sistem enkripsi dsb. sehingga tidak mudah diakses oleh orang yang tidak berwenang.

Page 18: E-Voting Harusnya Open Source

Kecurangan Pemungutan Suara (1)

EVM Offiline seperti yang digunakan India relatif aman, namun ada potensi kecurangan dengan membongkar alat EVM, lalu diubah datanya sebelum dikirim ke distrik (kecamatan/kab/kota).

EVM Online seperti yang digunakan AS juga memungkinkan terjadinya hacking untuk mengakses data komputer EVM secara tidak legal (cracking) melalui jaringan pada saat pemungutan suara, terutama EVM dengan jaringan wireless, meskipun sangat sulit.

Page 19: E-Voting Harusnya Open Source

• Computer scientists have demonstrated how criminals could hack an electronic voting machine (EVM) and 'steal' votes using a malicious programming approach that had not been invented when the voting machine was designed. www.highbeam.com/doc/1P3-1826355041.html

• Sistem SMS Manual: curang pada saat penulisan SMS di HP, atau memalsukan data HP.

• Sistem SMS Otomatis: curang pada program atau data di mesin SMS yang digunakan pemilih, atau mengakses wireless mesin tersebut (EVM SMS).

Kecurangan Pemungutan Suara (2)

Page 20: E-Voting Harusnya Open Source

Kecurangan Pengiriman Data (1)

Pengiriman data dari EVM Online ke pusat melalui jaringan internet publik dapat dicurangi, misal dengan pembobolan password di jaringan, terutama yang menggunakan wireless, atau pembobolan server penerima data di KPU/KPUD (pusat/prov/kab/kota).

Pengiriman EVM Offline dari TPS ke kecamatan (kecurangan dengan mengakses perangkat).

Sistem pengiriman EVM Online dari komputer ke server di TPS juga berpeluang dicurangi (crack).

Page 21: E-Voting Harusnya Open Source

Kecurangan Pengiriman Data (2)

Pengiriman dengan SMS juga memiliki peluang dicurangi pada alat SMS dan jaringan operator maupun di server penerima SMS.

Pengiriman manual (Indonesia s.d. 2009) dan Offline (India) sangat mudah dicurangi di kec/kab/kota sebelum atau pada saat entry data.

Mengakses dan mengubah data yang telah dimasukkan ke komputer kec/kab/kota atau saat dikirim ke pusat, dan dari komputer satu ke komputer lain di pusat data (kec/kab/kota/pusat).

Page 22: E-Voting Harusnya Open Source

Saran untuk Pengiriman Data

Sistem TI yang baik pada pengiriman data: Menggunakan jaringan komputer yang dijaga

oleh ahli keamanan jaringan yang netral. Sistem jaringan bersifat terbuka menggunakan

program open source untuk memudahkan proses audit, atau perbaikan kelemahan yang baru ditemukan (tidak tergantung ke pihak luar KPU).

Pengamanan sistem SMS dilakukan mulai dari nomor HP KPPS, sistem pengiriman, dan server penerima SMS di kabupaten/kota/prov/pusat.

Page 23: E-Voting Harusnya Open Source

Kecurangan & Saran Penghitungan

• Penghitungan di pusat/prov/kab/kota: manipulasi data (tanpa cek kembali ke bawah) atau manipulasi sistem/program penghitungan pusat yang disingkronisasi dengan data di bawah (TPS/kelurahan/kecamatan/kabupaten/kota) sehingga kecurangan tak terlihat pihak lain.

• Sistem penghitungan (seperti juga pendataan, pemungutan, dan pengiriman data) harus dapat diaudit secara transparan oleh tim auditor yang ahli, netral, dan dapat dipercaya, termasuk dapat memahami cara kerja semua program, sehingga sistem TI harus sepenuhnya Open Source.

Page 24: E-Voting Harusnya Open Source

Rangkuman

TI sangat berguna sebagai alat bantu dalam pemilu/pilkada, terutama untuk memperlancar proses, mengurangi potensi kecurangan, dan pemilu/pilkada berlangsung luber dan jurdil.

TI dapat diterapkan pada semua proses pemilu mulai pendataan pemilih, pemungutan suara, pengiriman data, hingga penghitungan suara di pusat tabulasi nasional/provinsi/kabupaten/kota.

Potensi kecurangan Pemilu dengan TI dapat dicegah antara lain menggunakan Open Source.