-
BAB II
LANDASAN TEORI
1. KONSENTRASI BELAJAR
1.1 Defenisi Konsentrasi Belajar
Konsentrasi adalah pemusatan atau pengerahan (perhatiannya
ke
pekerjaannya atau aktivitasnya) (Hornby dan Siswoyo, 1993).
Menurut Slameto
(2003) konsentrasi merupakan pemusatan pikiran terhadap suatu
hal dengan
mengenyampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan.
Dimana dalam
belajar konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap mata
pelajaran dengan
mengenyampingkan semua hal yang tidak berhubungan dengan
pelajaran.
Hendrata (2007) berpendapat konsentrasi adalah sumber kekuatan
pikiran
dan bekerja berdasarkan daya ingat dan lupa dimana pikiran tidak
dapat bekerja
untuk lupa dan ingat dalam waktu bersamaan. Apabila konsentrasi
seseorang
mulai lemah maka akan cenderung mudah melupakan suatu hal dan
sebaliknya
apabila konsentrasi masih cukup kuat maka akan dapat mengingat
dalam waktu
yang lama.
Djamarah (2008) mengungkapkan bahwa konsentrasi adalah
pemusatan
fungsi jiwa terhadap suatu objek seperti konsentrasi pikiran,
perhatian dan
sebagainya. Dalam belajar dibutuhkan konsentrasi dalam bentuk
perhatian yang
terpusat pada suatu pelajaran. Maka dari itu konsentrasi
merupakan salah satu
aspek yang mendukung siswa untuk mencapai prestasi yang baik dan
apabila
Universitas Sumatera Utara
-
konsentrasi ini berkurang maka dalam mengikuti pelajaran di
kelas maupun
belajar secara pribadi akan terganggu.
Berdasarkan beberapa pengertian konsentrasi belajar diatas
dapat
disimpulkan bahwa konsentrasi belajar adalah pemusatan fungsi
jiwa dan
pemikiran seseorang terhadap objek yang berkaitan dengan belajar
(penerimaan
informasi tentang pelajaran) dimana konsentrasi belajar ini
sangat penting dalam
proses pembelajaran karena merupakan usaha dasar untuk dapat
mencapai prestasi
belajar yang lebih baik.
1.2 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Konsentrasi Belajar
Menurut Tonienase (2007) konsentrasi belajar siswa dapat
dipengaruhi
oleh berbagai faktor, seperti di bawah ini:
a. Lingkungan
Lingkungan dapat mempengaruhi kemampuan dalam
berkonsentrasi,
siswa akan dapat memaksimalkan kemampuan konsentrasi. Jika siswa
dapat
mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap
konsentrasi, siswa mampu
menggunakan kemampuan siswa pada saat dan suasana yang tepat.
Faktor
lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi belajar adalah suara,
pencahayaan,
temperatur, dan desain belajar.
1. Suara. Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda terhadap
suara, ada yang
menyukai belajar sambil mendengarkan musik, belajar ditempat
ramai,
dan bersama teman. Tetapi ada yang hanya dapat belajar ditempat
yang
Universitas Sumatera Utara
-
tenang tanpa suara, atau ada juga yang dapat belajar ditempat
dalam
keadaan apapun.
2. Pencahayaan. Pencahayaan merupakan salah satu faktor yang
pengaruhnya
kurang begitu dirasakan dibandingkan pengaruh suara, tetapi
terdapat juga
seseorang yang senang belajar ditempat terang, atau senang
belajar
ditempat yang gelap, tetapi kenyamanan visual dapat juga
digolongkan
sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kenyamanan
di
dalam ruangan maupun bangunan.
3. Temperatur. Temperatur sama seperti faktor pencahayaan,
merupakan
faktor yang pengaruhnya kurang begitu dirasakan dibandingkan
pengaruh
suara, tetapi terdapat juga seseorang yang senang belajar
ditempat dingin,
atau senang belajar ditempat yang hangat, dan juga senang
belajar
ditempat dingin maupun hangat.
4. Desain Belajar. Desain belajar merupakan salah satu faktor
yang memiliki
pengaruh juga, yaitu sebagai media atau sarana dalam belajar,
misalnya
terdapat seseorang yang senang belajar ditempat santai sambil
duduk di
kursi, sofa, tempat tidur, maupun di karpet. Cara mendesain
media dan
sarana belajar merupakan salah satu cara yang dapat membuat kita
lebih
dapat berkonsentrasi.
b. Modalitas Belajar
Modalitas belajar yang menentukan siswa dapat memproses
setiap
informasi yang diterima. Konsentrasi dalam belajar dan
kreativitas guru dalam
Universitas Sumatera Utara
-
mengembangkan strategi dan metode pembelajaran di kelas akan
meningkatkan
konsentrasi belajar siswa sehingga hasil belajarnya pun akan
meningkat pula.
Semakin banyak informasi yang diterima dan diserap oleh siswa,
maka
kemampuan berkonsentrasi pun harus semakin baik dan fokus dalam
mengikuti
setiap proses pembelajaran. Banyak cara yang ditawarkan oleh
para ahli dalam
meningkatkan konsentrasi belajar siswa, misalnya dengan cara
meningkatkan
gelombang alfa agar setiap siswa dapat berkonsentrasi dengan
baik (Depoter,dkk
dalam Susanto, 2006), kemudian dapat juga dengan mengatur posisi
tubuh pada
saat belajar, dan mempelajari materi (informasi) sesuai dengan
karakteristik siswa
itu sendiri.
c. Pergaulan
Pergaulan juga dapat mempengaruhi siswa dalam menerima
pelajaran,
perilaku dan pergaulan mereka, dapat mempengaruhi konsentrasi
belajar yang
dipengaruhi juga oleh beberapa faktor, seperti faktor teknologi
yang berkembang
saat ini contohnya televisi, internet, dll hal ini sangat
berpengaruh pada sikap dan
prilaku siswa.
d. Psikologi
Faktor psikologi juga dapat mempengaruhi bagaimana sikap dan
perilaku
siswa dalam berkonsentrasi, misalnya karena adanya masalah dalam
lingkungan
sekitar dan keluarga. Hal ini tentunya akan mempengaruhi
kedadaan psikologis
siswa, karena siswa akan kehilangan semangat dan motivasi
belajar mereka,
Universitas Sumatera Utara
-
tentunya akan berpengaruh juga terhadap tingkat konsentrasi
siswa yang akan
semakin menurun.
Selain itu Nugroho (2007) juga mengungkapkan beberapa faktor
yang
menyebabkan gangguan konsentrasi dalam belajar yaitu :
a. Tidak memiliki motivasi diri : Motivasi kuat yang timbul
dalam diri seorang
siswa dapat mendorongnya belajar sangat diperlukan. Ada siswa
yang
membutuhkan rangsangan seperti hadiah yang baik dari orangtua
ketika mereka
berprestasi. Namun orangtua juga harus hati-hati dalam
memberikan rangsangan
berupa hadiah agar anak tetap mau belajar meskipun tidak
diberikan hadiah.
b. Suasana lingkungan belajar yang tidak kondusif : suasana yang
ramai dan
bising tentu saja dapat mengganggu siswa yang ingin belajar
dalam situasi yang
tenang. Namun, ada juga tipe siswa yang dapat belajar dengan
mendengarkan
musik.
c. Kondisi kesehatan siswa : bila siswa terlihat tidak serius
pada materi pelajaran
yang sedang dialaminya, sebaiknya tidak tergesa-gesa untuk
menghakimi bahwa
ia malas belajar karena bisa jadi kondisi kesehatannya yang
sedang bermasalah.
d. Siswa merasa jenuh : beban pelajaran yang ditanggung oleh
siswa sangat
banyak, apalagi mereka harus mengikuti kegiatan belajar
dilembaga pendidikan
formal (kursus). Oleh karena itu sebaiknya siswa diberikan waktu
istirahat sejenak
untuk membuat diri mereka menjadi relaks.
Universitas Sumatera Utara
-
Menurut Slameto (2010) seseorang sering mengalami kesulitan
berkonsentrasi, yang disebabkan karena: kurang berminat terhadap
mata
pelajaran yang dipelajari, terganggu oleh keadaan lingkungan
(bising, keadaan
yang semrawut dan lain-lain), pikiran kacau/masalah-masalah
kesehatan yang
terganggu (badan lemah), bosan terhadap pelajaran/sekolah dan
lain-lain.
1.3 Aspek Aspek Konsentrasi Belajar
Nugroho (2007) mengungkapkan aspek aspek konsentrasi belajar
sebagai berikut :
a. Pemusatan pikiran : Suatu keadaan belajar yang membutuhkan
ketenangan,
nyaman, perhatian seseorang dalam memahami isi pelajaran yang
dihadapi.
b. Motivasi : Keinginan atau dorongan yang terdapat dalam diri
individu untuk
berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam
memenuhi
kebutuhannya.
c. Rasa kuatir : Perasaan yang tidak tenang karena seseorang
merasa tidak optimal
dalam melakukan pekerjaannya.
d. Perasaan tertekan : Perasaan seseorang yang bkan dari
individu melainkan
dorongan / tuntutan dari orang lain maupun lingkungan.
e. Gangguan pemikiran : Hambatan seseorang yang berasal dari
dalam individu
maupun orang sekitar. Misalnya : masalah ekonomi, keluarga,
masalah pribadi
individu.
Universitas Sumatera Utara
-
f. Gangguan kepanikan : Hambatan untuk berkonsentrasi dalam
bentuk rasa was-
was menunggu hasil yang akan dilakuakan maupun yang sudah
dilakukan oleh
orang tersebut.
g. Kesiapan belajar : Keadaan seseorang yang sudah siap akan
menerima
pelajaran, sehingga individu dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya.
1.4 Ciri Ciri Konsentrasi belajar
Engkoswara (2012) menjelaskan klasifikasi perilaku belajar yang
dapat
digunakan untuk mengetahui ciri-ciri siswa yang dapat
berkonsentrasi adalah
sebagai berikut:
1. Perilaku kognitif, yaitu perilaku yang menyangkut masalah
pengetahuan,
informasi, dan masalah kecakapan intelektual. Pada perilaku
kognitif ini, siswa
yang memiliki konsentrasi belajar dapat dilihat melalui :
a. Kesiapan pengetahuan yang dapat segera muncul bila
diperlukan,
b. Komprehensif dalam penafsiran informasi,
c. Mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh,
d. Mampu mengadakan analisis dan sintesis pengetahuan yang
diperoleh.
2. Perilaku afektif, yaitu perilaku yang berupa sikap dan
apersepsi. Pada perilaku
ini, siswa yang memiliki konsentrasi belajar dapat dilihat dari
:
a. Adanya penerimaan, yaitu tingkat perhatian tertentu.
b. Respon, yaitu keinginan untuk mereaksi bahan yang
diajarkan.
Universitas Sumatera Utara
-
c. Mengemukakan suatu pandangan atau keputusan sebagai integrasi
dari
suatu keyakinan, ide dan sikap seseorang.
3. Perilaku psikomotor. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki
konsentrasi belajar
dapat dilihat dari adanya :
a. Adanya gerakan anggota badan yang tepat atau sesuai dengan
petunjuk
guru,
b. Komunikasi non verbal seperti ekspresi muka dan
gerakan-gerakan yang
penuh arti.
c. Perilaku berbahasa. Pada perilaku ini, siswa yang memiliki
konsentrasi
belajar dapat ditengarai adanya aktivitas berbahasa yang
terkoordinasi
dengan baik dan benar.
2. PENGATURAN TEMPAT DUDUK
2.1 Defenisi Pengaturan Tempat duduk
Djamarah dan Zain (2010) menyatakan tempat duduk
mempengaruhi
siswa dalam belajar. Apabila tempat duduknya bagus tidak terlalu
rendah, tidak
terlalu besar, bundar, persegi empat panjang sesuai dengan
kebutuhan siswa dan
dapat diubah-ubah formasinya, maka akan dapat membuat siswa
belajar dengan
tenang.
Hal ini juga sejalan dengan yang dikemukakan oleh Moh. Sholeh
Hamid,
S.Pd. (2012), dimana pengaturan tempat duduk mempunyai peran
penting dalam
Universitas Sumatera Utara
-
konsentrasi belajar siswa dimana pengaturan tempat duduk dapat
dilakukan secara
fleksibel dengan memosisikan sedemikian rupa, sesuai dengan
kebutuhan
pengajaran yang efektif dan efisien.
Selain itu Wiyani (2013) juga mengungkapkan hal yang serupa
dimana
pengaturan tempat duduk dapat mempengaruhi keberhasilan belajar
peserta didik
dimana tempat duduk yang digunakan harus sesuai dengan postur
tubuh siswa dan
dapat diubah posisinya sesuai dengan kebutuhan dalam kegiatan
belajar mengajar.
Berdasarkan beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan
bahwa
pengaturan tempat duduk merupakan pengaturan tata letak tempat
duduk yang
dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam kegiatan belajar
mengajar dengan
mempertimbangkan bentuk dan ukuran yang sesuai dengan peserta
didik.
2.2 Manfaat Pengaturan Tempat Duduk
Menurut Novan Ardi Wiyani, M.Pd.I. (2013) perubahan posisi
tempat
duduk memiliki banyak manfaat dalam mencapai keberhasilan
belajar. Beberapa
manfaat dari pengaturan tempat duduk adalah :
a. menghindari kejenuhan pada peserta didik dalam belajar.
b. menjadikan fokus belajar peserta didik tetap terjaga.
c. meningkatkan konsentrasi belajar peserta didik.
d. memudahkan guru dan peserta didik bergerak dan berinteraksi
saat kegiatan
belajar-mengajar didalam kelas.
Universitas Sumatera Utara
-
2.3 Tujuan Pengaturan Tempat Duduk
Menurut Moh. Sholeh Hamid, S.Pd. (2012) pengaturan tempat
duduk
dilakukan untuk memenuhi empat tujuan pembelajaran yaitu :
a. aksesibilitas yang membuat siswa mudah menjangkau alat atau
sumber belajar
yang tersedia.
b. mobilitas yang membuat siswa dan guru mudah bergerak dari
satu bagian ke
bagian lain dalam kelas
c. interaksi yang memudahkan terjadinya komunikasi antara guru
dengan siswa
maupun antar siswa.
d. memungkinkan siswa untuk bekerjasama secara perorangan,
berpasangan dan
berkelompok.
2.4 Hal yang Harus Diperhatikan dalam Mengatur Tempat Duduk
Ada 6 hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam mengatur
tempat
duduk (Wiyani, 2013) :
a. ukuran dan bentuk kelas
b. bentuk serta ukuran tempat duduk dan meja siswa
c. banyaknya siswa di kelas
d. jumlah kelompok kelas
e. jumlah peserta didik dalam setiap kelompok kelas
Universitas Sumatera Utara
-
f. komposisi peserta didik dalam kelompok
2.5 Jenis Jenis Formasi Pengaturan Tempat Duduk
Menurut Wiyani (2013) ada beberapa jenis formasi pengaturan
tempat
duduk yaitu:
a. Formasi tradisional : pada formasi ini peserta didik duduk
berpasangan-
pasangan dalam satu meja dengan satu kursi panjang atau dua
kursi dimana
tempat duduk pada formasi ini berderet memanjang ke
belakang.
b. Formasi auditorium : formasi ini hampir sama dengan formasi
tradisional
bedanya, pada formasi ini posisi tempat duduk peserta didik
sederet memanjang
ke samping bukan ke belakang seperti pada formasi
tradisional.
c. Formasu chevron : pada formasi ini tempat duduk disusun
memanjang
kesamping (dua kolom saja) dengan posisi sedikit miring dari
dalam keluar
sehingga hal ini memperkecil jarak antara peserta didik dan
guru.
d. Formasi kelas U Shape : formasi dimana tempat duduk disusun
menjadi bentuk
huruf U yang terdiri dari dua kolom kursi yang disusun berbaris
dari depan
kebelakang dan dibelakang kedua kolom dihubungkan dengan sebaris
kursi yang
telah disusun dari kiri ke kanan.
e. Formasi meja pertemuan : formasi ini umumnya digunakan
ditempat-tempat
pertemuan atau seminar dimana formasi ini dapat digunakan dengan
cara
membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok dan setiap
kelompok
mempunyai meja pertemuannya masing-masing.
Universitas Sumatera Utara
-
f. Formasi konfrensi : formasi ini menggunakan meja panjang yang
didekatkan
saru per satu dalam bentuk memanjang sehingga membentuk kumpulan
meja
berbentuk persegi panjang. Selanjutnya, peserta didik duduk di
kursi yang
mengelilingi meja-meja persegi panjang tersebut.
g. Formasi pengelompokkan terpisah : formasi ini membentuk
kelompok-
kelompok terpisah dengan meletekkan kelompok yang satu berjauhan
dengan
kelompok yang lain dimana ada satu kelompok yang berada ditengah
dalam
formasi huruf U yang sedang dibimbing oleh guru.
h. Formasi tempat kerja : formasi ini cocok untuk di
laboratorium karena peserta
didik duduk pada satu tempat untuk mengerjakan tugasnya
masing-masing.
i. Formasi kelompok untuk kelompok : formasi yang terdapat dalam
beberapa
kelompok yang duduk dalam satu meja persegi berukuran besar
(bisa juga dengan
membuat beberapa meja menjadi persegi besar) sehingga setiap
kelompok dapat
saling berhadapan.
j. Formasi lingkaran : pengaturan tempat duduk yang disusun
melingkar tanpa
menggunakan meja dan kursi.
k. Formasi peripheral : pengaturan tempat duduk dimana meja
berada dibelakang
siswa dalam keadaan hampir melingkar dengan tujuan agar siswa
dapat memutar
kursinya mengahadap guru saat ingin berdiskusi.
3. Pengaturan Tempat Duduk U Shape
Universitas Sumatera Utara
-
Wiyani (2013) mengungkapkan bahwa formasi tempat duduk /
formasi
kelas U Shape dapat ditemukan pada acara diktat maupun workshop
khususnya
workshop kepemimpinan, namun bukan berarti formasi ini tidak
dapat diterapkan
didalam sebuah kelas. Formasi ini justru sangat ideal, efektif,
dan efesien untuk
diterapkan di dalam sebuah kelas.
Formasi tempat duduk U Shape ini sangat menarik dan mampu
mengaktifkan para siswa atau peserta didik sehingga mampu
membuat mereka
antusias dalam belajar sehingga harapan keberhasilan kegiatan
belajar-mengajar
dapat tercapai. Pada formasi ini, guru merupakan yang paling
aktif bergerak
dinamis ke segala arah serta langsung berinteraksi dengan secara
berhadap-
hadapan dengan peserta didiknya.
Gerakkan yang dapat dilakukan seperti gerakan maju ke tengah
dan
kembali lagi ke tempat semula serta gerakan menyamping ke kanan
dan ke kiri
kemudian melakukan gerakan maju-mundur. Hal yang harus
diperhatikan adalah
pada saat melakukan gerakan mundur (kembali ke tempat semula)
guru/ pengajar
tidak boleh berbalik kebelakang, tetapi harus berjalan mundur
dan tetap
memfokuskan pandangannya ke peserta didik.
Formasi ini tepat dilakukan dalam kegiatan belajar yang
dilakukan dengan
diskusi, presentasi dan kerja tim. Pada formasi ini guru dapat
memindahkan siswa
yang ada di deretan bangku kanan ke deretan bangku kiri, dan
sebaliknya. Dengan
begitu, para siswa dapat lebih memaksimalkan potensi alat indra
yang dimilikinya
Universitas Sumatera Utara
-
dalam kegiatan belajar mengajar dan mampu berinteraksi secara
langsung
sehingga akan mendapatkan respon dari guru secara langusng.
Berdasarkan penejelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
pengaturan
tempat duduk U Shape memiliki beberapa kelebihan yaitu :
1. Guru dapat melakukan gerakan kesegala arah (mobilitas) :
Komunikasi merupakan hal penting yang harus diperhatikan
dalam
menyampaikan informasi kepada siswa. Ada 3 jenis komunikasi yang
digunakan
untuk mengembangkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa
(Sudjana,
2010) yaitu :
a. Komunikasi satu arah : dalam komunikasi ini guru berperan
sebagai
pemberi aksi dan siswa penerima aksi.
b. Komunikasi dua arah : dalam komunikasi ini guru dan siswa
memiliki
peran yang sama yaitu pemberi dan penerima informasi.
c. Komunikasi sebagai transaksi : komunikasi yang melibatkan
interaksi
dinamis antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa
sehingga
dapat menjadikan kegiatan belajar optimal sehingga terbentuk
pembelajaran aktif.
Wiyani (2013) menyatakan tempat duduk U Shape memungkinkan
guru
bergerak ke segala arah dan tepat digunakan untuk kegiatan
diskusi, presentasi
dan kerja tim. Oleh karena itu dapat disimpulkan, dengan desain
tempat duduk U
Shape guru memiliki kebebasan untuk bergerak kesegala arah
untuk
Universitas Sumatera Utara
-
berkomunikasi dan berinterasksi dengan siswanya begitu juga
dengan siswa
memiliki kesempatan yang sama serta guru dapat menjangkau siswa
agar tetap
fokus dan tidak menimbulkan kebisingan sehingga kegiatan belajar
mengajar
menjadi lebih aktif dan efektif.
2. Memaksimalkan potensi alat indera yang dimiliki siswa
Menurut Wiyani (2013) pengaturan tempat duduk U Shape dapat
mengoptimalkan alat indra siswa serta guru dapat berhadapan
langsung dengan
siswa, sehingga dapat disimpulkan dengan pengaturan tempat duduk
U Shape
dapat mengoptimalkan siswa dalam menjangkau informasi secara
visual dan
auditori dengan baik dan tidak ada penghalang terhadap pandangan
siswa baik ke
guru yang memberikan pengajaran berupa suara ataupun peragaan
dan ke papan
tulis berupa informasi visual.
Hal ini didukung oleh Margaret (2005) dimana dalam memproses
informasi, hal utama yang diperlukan adalah fungsi alat indera
yang optimal. Hal
ini ditunjukkan dari tiga tahap dalam memproses informasi yaitu
sensory short
term memory long term memory. Alat indera merupakan pintu
masuknya
informasi dan alat indera yang utama digunakan dalam memproses
informasi ialah
alat penglihatan (Visual) dan pendengaran (Auditory).
Ketika informasi berupa stimulus dari penglihatan maupun suara
dikenali
oleh alat indera maka proses sensori mentransformasikan dan
mengorganisasikan
informasi mentah tersebut dengan menggunakan sensory reseptor.
Informasi yang
ditangkap melalui alat indera diproses oleh sensory receptor
yang berupa saraf-
Universitas Sumatera Utara
-
saraf yang menghantarkan informasi tersebut ke bagian otak yaitu
temporal lobe
(hearing, advanced visual processing) dan occipetal lobe
(vision).
Selain itu, menurut Moh. Sholeh Hamid (2011), formasi kelas
dengan
tempat duduk U Shape ini sangat ideal untuk memberikan materi
pelajaran dalam
bentuk apapun sehingga formasi ini menjadi formasi yang
multifungsi.
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pengaturan tempat duduk U Shape merupakan penataan tempat duduk
berbentuk
huruf U yang terdiri dari baris kiri yang menghadap ke kanan,
baris kanan yang
menghadap ke kiri dan baris tengah ke depan sehingga seluruh
siswa dapat
memiliki porsi yang sama untuk melihat ketengah ruangan, yang
dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Sketsa Pengaturan Tempat Duduk U Shape
Melihat guru dan papan tulis secara langsung, mendengar dan
berkomunikasi secara
langsung
Interaksi antar siswa
Interaksi antar siswa
Papan Tulis
Guru
Universitas Sumatera Utara
-
4. DINAMIKA PENGATURAN TEMPAT DUDUK U SHAPE DAN
KONSENTRASI BELAJAR
Sumber daya manusia merupakan faktor pusat di lingkungan
organisasi
yang mencari laba (perusahaan dan industri), voluntir
(organisasi/perkumpulan
berdasarkan kemanusiaan dan pengabdian) dan nir laba (instansi
pemerintah)
(Nawawi, 2008). Organisasi pendidikan sebagai organisasi nir
laba juga harus
memperhatikan kualitas siswa/siswinya agar nantinya akan menjadi
sumber daya
manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, siswa dan siswi harus
memiliki
prestasi yang baik dalam kegiatan belajar mengajar dimana salah
satu aspek
pentingnya ialah konsentrasi belajar (Surya, 2009).
Menurut Djamarah (2008), konsentrasi adalah pemusatan fungsi
jiwa
terhadap suatu objek seperti pikiran dan perasaan dimana hal ini
dibutuhkan
dalam belajar sebagai perwujudan perhatian yang tepusat dan
merupakan salah
satu aspek yang mendukung siswa memperoleh prestasi yang baik.
Selanjutnya,
Tonienase (2007) menyatakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi
konsentrasi belajar dimana salah satunya adalah lingkungan yang
terdiri dari
suara, pencahayaan, temperatur, dan desain belajar. Desain
belajar merupakan
media atau sarana yang dibuat untuk meningkatkan konsentrasi
belajar, yaitu
dengan cara memilih dan mendesain ruang belajar sesuai dengan
kebutuhan
misalnya memasang gambar, mengatur posisi duduk dan memilih
tempat duduk
baik bersifat formal maupun informal (Tonienase, 2007).
Universitas Sumatera Utara
-
Selain itu Nugroho (2007) menyatakan bahwa lingkungan yang ramai
dan
bising dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa. Hal ini juga
sejalan dengan
yang diungkapkan oleh Slameto (2010) dimana keadaan lingkungan
yang
semerawut dan berisik dapat mengganggu konsenterasi belajar
individu.
Pengaruh lingkungan dalam belajar harus diperhatikan karena
kondisi
lingkungan yang buruk dapat mengganggu konsentrasi belajar
siswa. Hal ini
dibuktikan dari penelitian yang dilakukan oleh Alex Justian
(2012) dengan judul
Analisis Pengaruh Kebisingan terhadap Performa Siswa Sekolah
Dasar di Ruang
Kelas membuktikan bahwa kebisingan dengan tingkat kebisingan 53
dbA keatas
mempengaruhi ketanggapan siswa dalam belajar sehingga peneliti
menyimpulkan
bahwa kebisingan harus dihindarai karena dapat mengganggu proses
belajar di
kelas.
Selain itu penelitian yang dilakuakan oleh Herlina (2007) yang
berjudul
Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa
dimana
dilakukannya perlakuan berupa pengelolaan kelas yang terdiri
dari pengaturan
perabot, sarana belajar, alat peraga, panjangan kelas,
pengaturan tempat duduk,
pengelompokkan siswa, sampai pembuatan laporan. Hasil dari
penelitian ini
menunjukkan terjadinya peningkatan nilai pada kelas ekpserimen
setelah
mendapatkan perlakuan.
Pengaturan tempat duduk merupakan salah satu faktor lingkungan
yang
mendukung konsentrasi belajar (Moh. Sholeh, 2012). Pengaturan
tempat duduk
tidak hanya dilihat dari bagus tidaknya, tinggi atau rendahnya
tempat duduk serta
Universitas Sumatera Utara
-
bentuk dan ukurannya, namun pengaturan tempat duduk juga
meliputi formasi
tempat duduk yang tepat untuk digunakan oleh siswa (Djamrah
&Aswan, 2010).
Salah satu formasi tempat duduk yang dapat digunakan adalah
pengaturan
tempat duduk U Shape. Menurut Wiyani (2013) pengaturan tempat
duduk U
Shape sangat ideal, efektif dan efesien untuk diterapkan di
dalam kelas. Hal yang
serupa juga diungkapkan oleh Scivener (1994) penggunan pola
penyusunan
tempat duduk U Shape dapat membentuk eye-contact dan
berinteraksi secara
alami, selain itu ia juga mengatakan bahwa siswa yang lemah
kemampuannya
tidak mempunyai kesempatan untuk bersembunyi dan siswa yang
lebih baik
kemampuannya juga tidak dapat mendominasi kelas sehingga
pemberian
informasi akan merata.
Selain itu Menurut Jeremy Harmer (1998), pola penyusunan tempat
duduk
U Shape membuat posisi siswa, guru dan jangkauan ke papan tulis
menjadi sama
rata dan ini memberikan kesempatan kepada guru untuk lebih dekat
berinteraksi
kepada siswa dan siswa juga dapat saling berinteraksi satu sama
lain. Hal ini
sangat mendukung dalam pemrosesan informasi yang berkaitan
dengan atensi
atau perhatian yang fokus pada siswa/siswi dimana menurut
Margaret (2005)
dalam memproses informasi, hal utama yang diperlukan adalah
fungsi alat indera
yang optimal terutama alat indera merupakan pintu masuknya
informasi.
Hal ini ditunjukkan dari tiga tahap dalam memproses informasi
yaitu
sensory short term memory long term memory. Alat indera
merupakan pintu
masuknya informasi dan alat indera yang utama digunakan dalam
memproses
Universitas Sumatera Utara
-
informasi ialah alat penglihatan (Visual) dan pendengaran
(Auditory). Ketika
informasi berupa stimulus dari penglihatan maupun suara dikenali
oleh alat indera
maka proses sensori mentransformasikan dan mengorganisasikan
informasi
mentah tersebut dengan menggunakan sensory reseptor. Informasi
yang ditangkap
melalui alat indera diproses oleh sensory receptor yang berupa
saraf-saraf yang
menghantarkan informasi tersebut ke bagian otak yaitu temporal
lobe (hearing,
advanced visual processing) dan occipetal lobe (vision)
(Margaret, 2005). Oleh
karena itu, pengaturan tempat duduk U Shape dapat mengoptimalkan
alat indera
siswa dalam hal ini secara visual dan auditory.
Selain itu, Menurut Wiyani (2013) pengaturan tempat duduk U
Shape
dapat memberikan keleluasaan pada guru untuk bergerak kesegala
arah sehingga
siswa dapat dijangkau dan diawasi sehingga dapat menghindari
kelas dari
kebisingan.
Menurut Mohhamad Sholeh Hamid, S.Pd (2012) pengaturan tempat
duduk
U Shape sangat menarik dan dapat mengaktifkan para siswa,
sehingga mampu
membuat mereka antusias untuk mengikuti pelajaran serta guru
adalah orang yang
paling aktif dengan bergerak dinamis ke segala arah dan langsung
berinteraksi
secara langsung, sehinga akan mendapatkan respon dari pendidik
secara langsung.
Universitas Sumatera Utara
-
5. HIPOTESA
Oleh karena itu, hipotesa dalam penelitian ini ialah :
Hipotesa alternatif (Ha) : ada pengaruh positif dari pengaturan
tempat duduk U
Shape terhadap peningkatan konsentrasi belajar siswa.
Universitas Sumatera Utara