Top Banner
Gambar 3.1 Drainase alami dan buatan yang ada dilapangan Gambar 3.2 jalan yang tidak memiliki drainase
108

drainase perkotaan

Sep 26, 2015

Download

Documents

NaowangWoeland

tugas2 drainase perkotaan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Gambar 3.1Drainase alami dan buatan yang ada dilapangan

Gambar 3.2

jalan yang tidak memiliki drainase

Gambar 3.3jalan yang tidak memiliki drainase

pengamatan di lapangan masih terdapat Jalan dan pemukiman penduduk yang tidak memiliki saluran drainase, sehingga terdapat genangan air diarea pemukiman tersebut.saluran drainase pemukiman penduduk bukan hanya untuk menampung air hujan tetapi juga menampung air limbah rumah tanggga. Karena masih menyatunya saluran air limbah domestik dengan saluran drainase, sehingga lingkungan menjadi kotor dan menggangu kesehatan masyarakat, dan juga tampak bahwa saluran drainase tidak pernah diperhatikan akan kebersihanya akibatnya banyak sendimen menumpuk yang menyebabkan saluran tersebut tersumbat sehingga air tidak menggalir dengan lancar.

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk yang cepat menimbulkan tekanan terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan kawasan jasa/industry yang selanjutnya menjadi kawasan terbangun. Kawasan perkotaan yang terbangun memerlukan adanya dukungan prasarana dan sarana yang baik yang menjangkau kepada masyarakat berpenghasilan menengah dan rendah.Kerugian yang ditimbulkan oleh genangan dan luapan air permukaan tidak hanya berakibat pada aspek kenyamanan lingkungan (terutama pada pasca banjir) atau terganggunya aktifitas kehidupan penduduk dan perkotaan secara umum, tetapi juga berpotensi menimbulkan penyakit bagi masyarakat.Masalah genangan dan luapan yang terjadi di sebelah utara dari jalan hayam wuruk kota Jambi khususnya RT 58,59,60 Kelurahan Jelutung dan sekitarnya lebih didominasi oleh faktor penyebab yang alamiah, meskipun demikian kontribusi aktifitas masyarakat juga ikut mempengaruhi seperti adanya kegiatan pemukiman, pembuangan sampah yang bermuara didalam saluran drainase dan lain-lain. Selain itu, genangan dan luapan juga bisa disebabkan belum terciptanya sistem drainase yang tertata dengan baik atau desain drainase yang ada tidak lagi sesuai dengan kondisi dan potensi luapan dan genangan yang terjadi (volume air genangan dan luapan sudah lebih besar dibandingkan dengan kapasitas saluran drainase).Permasalahan Drainase Perkotaan yaitu banjir. Banjir merupakan kata yang sangat popular di kota-kota besar, khususnya pada musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami bencana banjir.Peristiwa banjir hampir setiap tahun berulang, namun permasalahan ini sampai sekarang belum terselesaikan bahkan cenderung meningkat, baik frekuensinya, kedalamannya maupun durasinya.Masalah-masalah tersebut diatas memerlukan pemecahan pengelolaan yang diantaranya mencakup bagaimana merencanakan suatu sistem drainase yang baik, membuat perencanaan terinci. melakukan restrukturisasi institusi dan peraturan terkait, dan membina partisipasi masyarakat untuk ikut memecahkan masalah drainase.Dikarenakan permasalahan yang cukup komplek maka itulah penulis mengambil judul: KAJIAN DRAINASE DAERAH JELUTUNG KOTA JAMBI PROVINSI JAMBI1.2 Kondisi Drainase Dan Permasalahan Yang Ada1.2.1 Saluran Drainase Yang AdaSepertinya sistem drainase di kota-kota lainnya di Indonesia pada umumnya, semua sistem drainase di Kecamatan Jelutung berasal dari beberapa sumber antara lain :a. Buangan dari rumah tanggab. Buangan dari perdaganganc. Buangan dari industry sedang maupun ringand. Buangan dari pendidikane. Buangan dari kesehatanf. Buangan dari tempat peribadatang. Buangan dari sarana rekreasi Jenis drainase yang ada di lokasi kajian sekarang merupakan jenis drainase alamiah dan buatan, dimana jaringan drainase buatan terdapat pada lokasi perumahan, kawasan industry, taman, jalan raya dan sarana umum lainnya. Struktur Jaringan drainase buatan merupakan struktur dari beton atau pasangan bata merah dan plesteran,sedangkan jaringan drainase alamiah merupakan jaringan drainase yang telah ada. hasil dari run off air pada saat hujan pada daerah-daerah atau lahan kosong yang lebih rendah, secara umum jaringan ini merupakan parit parit atau anak sungai yang telah ada di lokasi .Aliran pembuangan dari drainase buatan yang bersumber dari pemukiman, kawasan industry, jalan raya dan lainnya, menuju ke saluran drainase alamiah yang terdekat dengan aliran pembuangan tersebut.Dilokasi telah ada saluran sekunder yang dibuat permanen diantaranya:a. Saluran drainase sekunder di kiri kanan Jalan Prof. Muh. Yamin, Jalan Soemantri Brojonegoro, Jalan Sultan Agung dan Jalan MH. Thamrin.1. Saluran Drainase Jalan Prof. Muh. Yamin hulunya berada di perbatasan Kecamatan Jelutung dan Kecamatan Kota Baru di Sebelah Selatan, sedangkan hilirnya berada di perbatasan antara Kecamatan Jelutung dan Kecamatan Pasar Jambi di dekat pertigaan Jalan Sri Kuning.2. Saluran Drainase Jalan Soematri Brojonegoro hulunya berada di perbatasan Kecamatan Jelutung dan Kecamatan Telanai Pura di Sebelah Barat Daya, sedangkan hilirnya menuju ke saluran drainase Jalan Soematri Brojonegoro di simpang tiga dekat Apotek Beradat.b. Saluran drainase sekunder di kiri kanan Jalan Jendral Sudirman dan Jalan Gatot Subroto.1. Saluran Drainase Jalan Jenderal Sudirman hulunya berada di perbatasan Kecamatan Jelutung dan Kecamatan Jambi Selatan di Sebelah Tenggara, sedangkan hilirnya berada di perempatan lampu merah Jelutung.2. Dari saluran diatas aliran berlanjut ke Drainase Jalan Gatot Subroto yang berakhir di pertigaan jalan Makalam dekat Bank Mandiri Pasar.Di lokasi kajian juga terdapat dua saluran drainase alamiah yang merupakan Saluran Drainase Primer, yaitu :1. Sungai Sialang Arah aliran Sungai Sialang mulai dari hulu yang berada di perbatasan Kecamatan Jelutung dan kota Baru di sebelah Selatan dan berakhir atau bermuara di Sungai Asam 2. Sungai AsamArah aliran Sungai Asam mulai dari hulu yang berada di Perumahan Permadani Asri di Kelurahan Kebon Handil Kecamatan Jelutung di sebelah Selatan dan berakhir atau bermuara di Sungai Batanghari yang sebelumnya melewati Kecamatan Pasar .Air buangan dari beberapa sumber tersebut pada akhirnya bermuara di sungai besar yaitu Sungai Batanghari. Sebelum aliran drainase masuk ke sungai Batanghari, terlebih dahulu mengalir melalui saluran drainase yang berada di setiap kawasan dan menuju ke satu drainase primer salah satunya yaitu Sungai Asam yang menampung air buangan dari seluruh kota sebelum bermuara ke sungai.

1.2.2Bangunan PelengkapSelain saluran drainase, di lokasi kajian juga ditemukan bangunan-bangunan pelengkapan yang terdapat pada saluran drainase baik saluran tersier, sekunder dan drainase primer, yaitu Gorong-gorong, jembatan dan bangunan pelengkap lainnya.Untuk lebih jelasnya jaringan saluran drainase yang ada ditampilkan pada peta halaman berikut :

Gambar 1.1Jaringan Saluran Drainase Jelutung

Sumber : RTRW kota jambi

Kondisi saluran drainase yang telah disebut diatas pada umumnya secara struktur masih kuat dan mampu mengalirkan aliran pembuangan.Tetapi daya tampungnya sudah tidak memadai akibat dari sedimentasi dan pembuangan sampah ke saluran.Kondisi tersebut dapat mengakibatkan meluapnya saluran drainase pada saat hujan turun, karena tidak mampu menampung run off atau aliran permukaan akibat hujan dan tambahan pembuangan dari saluran drainase sebelumnya.Sehingga akan mengakibatkan terjadinya banjir di lokasi saluran yang tidak dapat menampung aliran pembuangan tersebut.1.3.Maksud Dan TujuanMaksud dari penulis tentang kajian Sistem drainase ini adalah mendesain daerah tangkapan (catchment area) sehingga tidak mengalir kedaerah banjir.Tujuannya untuk merencanakan bagaimana Sistem drainase yang baik agar tidak menggangu aktifitas Masyarakat, dan merencanakan pembangunan dan mengoptimalisasikan fungsi Drainase di Kota Jambi yang rawan banjir khususnya di Kecamatan Jelutung RT 58.59.60 dan sekitarnya.1.4 Manfaat KajianAdapun Manfaat kajian tersebut adalah :1.Pengembangan Ilmu Pengetahuan tentang Perencanaan saluran drainase pada sebuah pemukiman baik bagi mahasiswa UNBARI maupun Pribadi.2. Menambah referensi pustaka dan wawasan sebagai bahan bacaan tentang Sistem drainase , yang bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa Fakultas Teknik 3.Upaya memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat khususnya yang bermukim dilokasi tersebut.

1.5. Batasan Masalah Dalam Penulisan tugas akhir ini permasalahan dibatasi berdasarkan data yang diperoleh sebagaimana hal dibawah ini :1. Jaringan Drainase direncanakan mencakup daerah tangkapan (cacthment Area) 2. Seluruh daerah tangkapan di asumsikan memiliki karesteristik yang sama.3. Penulis membatasi perhitungan sesuai dengan data yang didapat dari BMKG, (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) dan BPS, (Badan Pusat Statistik) tentang lokasi yang ditinjau.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1Uraian UmumKota merupakan pusat budaya, dan perjuangan keras manusia. Selain dapat merefleksikan vitalitas dari berbagai umat manusia, juga melambangkan kemajuan sosial dan ekonomi. Dikota ribuan orang bahkan jutaan orang menikmati berbagai fasilitas umum, pelayanan kesehatan dan kesejahteraan, rekreasi, pekerjaan, pendidikan, dan berpartisipasi dalam menegakan demokrasi kota juga merupakan tempat pemusatan atau cabang kekuatan politik dan ekonomi serta menjadi motor pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Pola-pola sosial ekonomi yang berkembang telah mengakibatkan terjadinya peningkatan terpusat pada wilayah perkotaan.Menurut perkiraan, lebih dari setengah umat manusia akan tinggal diwilayah perkotaan.(Eko Budihardjo,2003)Sementara kota-kota di Indonesia pada umumnya berkembang secara bebas, tanpa dilandasi perencanaan kota menyeluruh, kecuali pada kota-kota baru yang memang direncanakan sejak awal, kota-kota tidak betul-betul dipersiapkan atau direncanakan untuk dapat menampung pertumbuhan penduduk yang besar dalam kurun waktu yang sangat singkat. Oleh karena itu, bukanlah suatu pemandangan yang aneh bila kota-kota besar di Indonesia menampilkan rekontruksi yang timpang. Di suatu sisi terlihat perkembangan pembangunan yang serba mengesankan disepanjang tepi jalan utama kota. Namun dibalik semua keagungan itu, nampak menjamurnya lingkungan kumuh. Dengan sarana dan prasarana yang sangat tidak memadai untuk mendukung kelangsungan kehidupan manusia yang berbudaya.(Eko Budihardjo, 1993)2.2 Drainase 2.2.1 Pengertian Drainase Menurut Suripin, (2004) ada beberapa pendekatan konsep-konsep drainase perkotaan yang dapat dijelaskan sebagai berikut .1. Sistem drainase adalah suatu bentuk jaringan saluran berikut bangunan pelengkapnya yang berfungsi menyalurkan air hujan pada suatu kawasan hingga kebadan air penerima .2. Drainase perkotaan adalah suatu bentuk jaringan saluran yang mengaliri air hujan dan air buangan masyarakat dikawasan perkotaan .3. Genangan adalah istilah praktis dilapangan untuk mengambarkan air hujan pada suatu kawasan yang melimpah dari saluran yang tidak dapat menampung dan menggenangi areal-areal tertentu.4. Banjir adalah air yang melimpah dari badan air / sarana pengendali banjir yang tidak mampu mengalirkannya sehingga menggenangi kawasan tertentu.Menurut Chay Asdak (1995) banjir dalam bahasa populernya adalah sebagai aliran atau genangan air yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi bahkan menyebabkan kehilangan korban jiwa. Sedangkandalam istilah teknis banjir adalah aliran air sungai yang mengalir melampaui kapasitas tampungan air sungai dan menggenangi daerah sekitarnya, drainase Pemukiman merupakan sarana dan prasarana di pemukiman untuk mengalirkan air hujan, dari suatu tempat ke tempat lain.Menurut Sinulingga (1999) saluran drainase merupakan prasarana yang melekat dengan lingkungan pemukiman, yang digunakan untuk menjaga agar Lingkungan tidak digenangi oleh air hujan. Kalau kita mengikuti air hujan yang hendak dibuang sebelum sampai ke laut maka kita akan meneliti sistem drainase yang agak kompleks. Maka dari itu akan ditinjau juga sistem drainase secara keseluruhan .2.2.2.Jenis Drainase Drainase menurut sejarah terbentuknya, dibagi menjadi dua, yaitu :1. Drainase Alamiah Drainase AlamiahAdalah drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan-bangunan batu atau beton, gorong-gorong. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena gravitasi yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti sungai.

2. Drainase Buatan Adalah drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan batu atau beton gorong-gorong dan pipa .2.3 Drainase Perkotaan semua kota besar mempunyai sistem drainase untuk pembuangan air hujan dimana itu memerlukan biaya yang cukup besar. Aliran permukaan yang terkumpul dijalan dialirkan melalui lobang-lobang pemasukan (Inlet) kedalaman saluran riool air hujan dibawah permukaan jalan, untuk kemudian di buang kedalam sungai, danau atau laut. Pembuangan sedapat mungkin dilakukan secara gravitasional, apabila tidak mungkin maka digunakan sistim pemompaan.Untuk perencanaan proyek drainase kota, diperlukan peta-peta detail dari kota dengan skala cukup besar (1 : 1000) dan sedang (1 : 5000) dengan Interval Kontur yang cukup kecil, agar batas-batas antara berbagai sistem drainase bawah tanah (subdrainage) dapat dilihat dengan jelas. Ketinggian perkerasan jalan dipersilangan-persilangan jalan harus dinyatakan selisih ketinggian 3 cm .Desain akhir memerlukan peta rinci dari daerah perkotaan yang memuat semua sarana dibawah tanah yang telah ada saluran gas, air, listrik, telepon dan air kotor, juga lokasi bangunan gedung, saluran air, jalan kereta api dan lain lain .2.4. Drainase lahanDrainaselahan bertujuan membuang kelebihan air permukaan dari suatu daerah atau menurunkan muka air tanah sampai dibawah daerah akar, untuk memperbaiki tumbuhnya tanaman atau mengurangi akumulasi garam-garam tanah. Diterapkan untuk pertanian dan perkebunan. Dalam banyak hal mirip dengan drainase air hujan untuk daerah pedesaan, saluran terbuka digunakan sebagai saluran drainase, baik untuk aliran permukaan maupun untuk aliran bawah tanah.Drainase lahan biasanya diterapkan di daerah yang sangat datar, misalnya di daerah pasang surut atau daerah rawa. Oleh karena itu sarana pembuangan air biasanya dilengkapi dengan pintu-pintu pengendalian pasang surut atau peralatan pompa.2.5 Drainase JalanPerencanaan dan pelaksanaan pembuatan jalan telah lama menyadari bahwa kehadiran air didalam disekitar badan perkerasan jalan akan mempercepat turunnya kekuatan/kehancuran jalan. Meskipun demikian, jarang terdapat jalan yang dilengkapi dengan drainase yang baik. Hal ini disebabkan oleh adanya anggapan bahwa metode perencanaan yang didasarkan pada hasil eksperimen terhadap subgrede, subbese yang jenuh air, sudah otomatis memperhitungkan pengaruh- pengaruh akibat air yang ada didalam/disekitar perkerasan jalan. Pengamatan dan penelitian mutakhir menyimpulkan bahwa perkerasan jalan lebih cepat rusak akibat pengaruh air disekitar struktur jalan, ketimbang akibat bertambahnya volume lalu lintas. Dengan demikian, maka didalam perencanaan pembuatan/pemeliharaan jalan, hendaknya sarana drainase diberi perhatian yang sama besarnya seperti perkerasan jalan dan sarana-sarana jalan lainya .

2.5.1 Macam - macam Sistem Saluran Drainase1. Sistem Drainase Permukaan Pada sistem ini, limpahan air dari daerah yang diperkeras dari daerah yang tidak diperkeras ditampung dan dibawa keluar oleh saluran drainase permukaan. aliran pada permukaan akan tersaring oleh limpasan vegetatif (Jenis Rerumputan) kecepatanlimpasanaliransungai,pengurangankecepatanini sangat menguntungkan, tapi pada kondisi tertentu permukaan saluran harus diperkeras untuk mencegah erosi didalam saluran.2. Sistem Drainase Bawah Tanah TertutupSistem drainase bawah tanah tertutup menerima limpasan daerah yang diperkeras maupun daerah yang tidak diperkeras dan membawanya kesebuah pipa/roil keluar dari posisi tapak (saluran permukaan atau sungai) kesistem drainase kota.Keuntungan utama sistem drainase ini adalah bahwa volume dan kecepatan limpasan menimbulkan erosi pada tapak. keterbatasan utama sistem ini adalah bahwa kecepatan limpasan meningkat dan biasa tidak tersaring dari limpasan. akibat dari hal tersebut limpasan yang dikeluarkan dari sistem dapat mengakibatkan sistem akan rentan terhadap erosi dan sedimen.3. Sistem drainase bawah tanah tertutup dengan tempat penampungan pada tapak.Sistem drainase memiliki keuntungan seperti sistem drainase tertutup. bahwa tanah yang menggunakan pengendalian erosi pada tapak, tetapi kerusakan dalam tapak dapat dihindari. Selain sekedar memperlambat dampak erosi dan sendimentasi dari sistem drainase tertutup.Maka sistem pelepasan limpasan yang dikendalikan oleh tempat penampungan didalam tapak sangat mengurangi dampak tersebut.

4. Sistem kombinasi drainase tutup untuk daerah yang diperkeras dan drainase untuk daerah yang tidak diperkeras. Pada sistem ini limpasan ruang terbuka dikumpulkan didalam saluran drainase tertutup. Karena sistem drainase tertutup menerima limpasan dari daerah yang luasnya terbatas, maka resiko erosi dan sedimentasi pada titik pelepasan akan cenderung kurang dibandingkan dengan sistem tertutup untuk menyalurkan air dari sebuah tapak. Limpasan dan saluran tertutup dapat dialirkan ke sistem drainase permukaan. Sistem drainase yang dipilih berpengaruh langsung terhadap pengendalian erosi dan sendimentasi.

2.5.2 . Fungsi Drainase Ada beberapa fungsi dari saluran drainase, diantaranya :1. Membebaskan suatu wilayah (terutama yang padat pemukiman) dari genangan air, erosi dan banjir. 2. Kegunaan tanah pemukiman padat akan menjadi lebih baik karena terhindar dan kelembaban .3. Dengan sistem yang baik, tata guna lahan akan dapat dioptimalkan dan juga memperkecil kerusakan-kerusakan struktur tanah untuk jalan dan bangunan.2.6BanjirBanjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam jumlah yang begitu besar. Banjir merupakan salah satu masalah yang seriusbagi sebagian kota Indonesia. Khususnya pada musim hujan. Terutama hujan-hujan besar sehingga kota menjadi tergenang yang sangat mengganggu aktivitas sosial dan pemerintahan serta menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi masyarakat dan pemerintah kota.

2.6.1 Penyebab Banjir Banjir dan genangan yang terjadi di suatu lokasi di akibatkan antara lain oleh sebab-sebab berikut ini (kodoatie dan sugiyanto, 2002) :1. Perubahan tata guna lahan (land-use) di daerah aliran sugai (DAS).2. Pembuangan sampah.3. Erosi dan sendimentasi.4. Kawasan kumuh di sepanjang sungai/drainase.5. Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat.6. Curah hujan.7. Pengaruh Fisiografi/geofisik sungai.8. Kapasitas sungai dan drainaseyang tidak memadai.9. Pengaruh air pasang.10. Penurunan tanahdan rob(genangan akibat pasang air laut).11. Drainae lahan.12. Bendung dan bangunan air.13. Kerusakan bangunan pengendalian banjir.Bilamana diklasifikasikan oleh tindakan manusia dan oleh alam maka penyebab banjir dapat disusun antara lain:A.Penyebab Banjir akibat ManusiaYang termasuk sebab-sebab banjir karena antara lain :1. Perubahan tata guna lahan2. Pembuangan sampah.3. Kawasan kumuh di sepanjang sungai/drainase.4. Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat.5. Penurunan tanah dan rob (genangan akibat pasang air laut).6. Tidak berfungsinya Drainae lahan7. Bendung dan bangunan air.8. Kerusakan bangunan pengendalian banjir.B.Penyebab Banjir akibat AlamMeliputi semua kegiatan yang menghambat aliran maupun memperbesar limpasan permukaan berikut. :

1. Erosi dan sendimentasi.2. Curah hujan.3. Pengaruh Fisiografi/geofisik sungai.4. Kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai.5. Pengaruh air pasang.6. Penurunan tanah dan rob 7. Drainae lahan.Ada 4 strategi dasar untuk pengelolaan daerah banjir yang meliputi (Grigg, 1996):1. Modivikasi kerentanan dan kerugian banjir(penentuan zona atau pengaturan tata guna lahan)2. Pengaturan peningkatan kapasitas alam untuk di jaga kelestariannya seperti penghijauan3. Modifikasi dampak banjir dengan penggunaan teknik mitigasi seperti asuransi,penghindaran banjir (Flood Proofing)4. Modifikasi banjir yang terjadi (pengurangan) dengan bangunan pengontrol (waduk) atau perbaikan sungai.Penyebab banjir dan prioritasnya dapat di lihat pada table 2.1 pada halaman berikut ini:

Tabel 2.1Penyebab Banjir Dan PrioritasnyaNoPenyebabBanjirAlasan Mengapa PrioritasPenyebab Oleh alam Atau aktifitas manusia

1Perubahan tata guna lahan Debit puncak naik dari 5 sampai 35 kali karena di DAS tidak ada yang menahan maka aliran air permukaan (run off) menjadi besar sehingga berakibat debit di sungai menjadi besar dan terjadi erosi lahan yang berakibat sedimentasi di sungai sehingga kapasitas sungai menjadi turun.Manusia

2Sampah Sungai /drainase tersumbat sampah, jika air melimpah akan keluar dari sungai karena ada daya tampung saluran berkurangManusia

3Erosi dan sedimentasiAkibat perubah tata guna lahan, terjadi erosiyang berakibat sedimentasi ,masuk kesungai sehingga daya tampungsungai berkurang, penutup lahan vegetatip yang rapat (misalnya semak-semak, rumput) merupakan penahan laju erosi paling tinggi. Manusia dan alam

4Kawasan kumuh di sepanjang sungai/drainase

Dapat merupakan penghambat aliran , maupun daya tampung sungai, masalah kawasan kumuh dikenal sebagai faktor penting terhadap masalah banjir daerah perkotaan.Manusia

5Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepatSitem pengedalian banjir memang dapat mengurangi kerusakan akibat banjir kecil sampai sedang, tapi mungkin dapat menambah kerusakan selama banjir yang besar. Misalnya bangunan tanggul sungai yang tinggi. Limpasan pada tanggulwaktu banjir melebihi banjir rencana menyebabkan keruntuhan tanggul,kecepatan air sangat besaryang melalui bobolnya tanggul sehingga menimbulkn banjir yang besar. Manusia

6Curah hujanPada musim penghujan, curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan banjir disungaidan bilamana melebihi tebing sungai maka akan timbul banjir atau genangan termasuk bobolnya tanggul.Data curah hujan menunjukaan maksimum kenaikan debit puncak antara 2 sampai 3 kali.

Alam

7Pengaruh FisiografiFisiografi atau geografi fisik sungai bentuk,fungsi dan kemiringan sungai daerah DAS, kemiringan sungai ,geometrik hidrolik (bentuk penampang seperti lebar,kedalaman,potongan memanjng,material dasar sungai), lokasi sungai dll.Alam dan Manusia

No PenyebabBanjirAlasan Mengapa PrioritasPenyebab Oleh alam Atau aktifitas manusia

8Kapasitas sungaiPengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh pengendapan bersal dari erosi DAS dan erosi tanggul sungai yang berlebihan dan sedimentasi di sungai itu karena tidak adanya vegetasi penutup dan adanya penggunan lahan yang tidak tepatManusia dan Alam

9Kapasitas Drainase yang tidak memadaiKarena Perubahan tata guna lahan maupun berkurangnya tanaman/vegetasi serta tindakan manusia mengakibatkan pengurangan kapasitas saluran/sungai sesuai perencanaanyang dibuatManusia

10Drainase lahanDrainase perkotaan dan pengembangan pertanian pada daerah bantaran dalam menampung debit air yang tinggiManusia

11Bendung dan bangunan airBendung dan bangunan lain seperti pilar jembatan dapat meningkatkan elevasi muka air banjir karena efek aliran balik (backwater)Manusia

12Kerusakan Bangunan pengendali banjirPemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan pengendali banjir sehingga menimbulkan kerusakan dan akhirnya tidak berfungsi dapat meningkatkan kuantitas banjir.Manusiadan Alam

13Pengaruh air pasangair pasang memperlambat aliran sungai kelaut. Waktu banjir bersamaan dengan air pasang tinggi maka tinggi genangan atau banjir menjadi besar karena terjadi aliran balik (backwater). Hanya pada daerah pantai seperti pantura.jakarta dan semarang.Alam

Sumber : Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Edisi 2 Penerbit : andi yogyakarta (2008)

Gambar 2.1Ilustrasi Perubahan Debit Akibat Perubahan Tata Guna Lahan.

Sumber : Pengolaan Sumber Daya Air Terpadu Edisi

2.6.2 Upaya Penanggulangan dan Pengendalian Banjir 1. Penanggulangan Banjir Penanggulangan banjir bertujuan untuk mengurangi dan memperkecil resiko kerugian yang timbul akibat peristiwa banjir. Upaya Penanggulangan banjir dibutuhkan dukung biaya besar. Karena itu setiap sistem pengendalian yang direncanakan mempunyai keterbatasan pada tingkat banjir tertentu berdasarkan kelayakan pertimbangan teknis, ekonomi dan lingkungan2. Pengendalian Banjir Upaya pengendalian banjir yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan membuat dan merencanakan bangunan pengendalian banjir atau dengan melengkapi bangunan pengendalian banjir sedemikian rupa sehingga dapat mengantisipasi apabila debit air melebihi target desainnya.2.6.3Rencana Tindak Pengendalian Banjir Dalam tabel 2.2 pada halaman sebelah ini menunjukan aktifitas pengendalian banjir dikaitkan dengan instansi yang menangani.

Tabel 2.2Instansi,Rencana Tindak (Action Plan) Dan Jangka WaktuInstansiAction planJangaka waktu

Badan penelitian dan pengembangan (balitbang) kajian pola pengelolaan sumber daya air(PSDA) kajian kelebagaan POLa PSDA Kajian finansial pola PSDA Kajian pengendalian banjir sebagai bagian PSDAMenengah, panjangMenengah, panjangMenengah, panjangpendek, menengah

Badan perencanaandan pembangunandaerah(Bappeda) perencanaan menyeluruh yang komprehensip(a master lingking or integrated plan) Rencana induk untuk setiap pembangunan dan pengembangan sistem (master palans for the development of each servis infrasructure system) Perkiraan biaya (assessment that tie to the budgeting prosess) Perencanaan organisasi dan institusi Perencanaan peningkatan sistemyang ada (palns to improve operation servis)Panjang

panjang

Menengah

Pendekpendek

Dinas pengelolaan sumber daya Air (PSDA)/dinas pengairan Evaluasi dan review WS dan DAS Pengelolaan Sumber Daya air dan pengendalian banjir Evaluasi & review sistem pengendalian banjir tiap DAS Pemetaan daerah-daerah banjir Pemetaan daerah-daerah rawan longsor Upaya perbaikan daerah banjir dan longsor Pelaksanaan pembangunan yang di prioritaskan Flod Warning SystemMenengah, panjangMenengah, panjangPendek, menengahPendek Pendek Pendek menengahPendek

Kehutanan Review sistem pengelolaan hutan di hulu DAS Perubahan Kebijakan pengelolaan hutan Masterpalan eksploitas sumber daya hutanPendekMenengah, panjangMenengah, panjang

InstansiAction planJangaka waktu

pertambangan Review kebijakan penambangan galian C Pemetaan daerah penambangan galian C Pemetaan daerah rawan longsorPendekpendek,Menengahpendek

Kab/kota termasuk Institusi& dinas terkait Evaluasi dan Review Sistem DAS di wilayah Kab/kota Koordinasi dan Review sistem DAS antas Kab/kota Evaluasi RTRW KOTA atau RTRW Kompensasi kawasan-kawasan terbangun untuk mengembalikan resapan air sebelum di rubah Perkiraan biaya Perencanaan organisasi dan institusi Pemetaan daerah banjir Pemetaan daerah-daerah rawan longsor Pelaksanaan pembangunan yang di prioritaskan.PendekPendek, MenengahPendekPendek, MenengahPendekPendekPendekPendekPendek, menengahPendek

Sumber : Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Edisi 2

2.7 Sistem Drainase 2.7.1 Sistem Drainase Kota Menurut Sinulingga (1999) sistem drainase kota sering disebut sistem tulang daun, yaitu terdiri dari saluran utama (sungai atau kanal) sebagai saluran pembawa air hujan ke laut, saluran pengumpul dan saluran lokal. Jenis-jenisnya hampir serupa dengan jaringan jalan.Saluran utama terdiri dari sungai-sungai yang melewati kota, dan apabila tidak ada sungai atau jumlah tidak mencakupi maka harus dibuat kanal buatan yang biasanya hampir menyerupai sungai untuk membawa air hujan itu kelaut, saluran utama fungsi melayani hampir seluruh bagian wilayah kota sehingga kekurangan pada saluran ini akan berdampak sangat luas dari bagian wilayah kota.Selanjutnya saluran yang membawa air menuju sungai (saluran utama) dinamakan saluran pengumpul,yang biasa terdiri dari anak sungai atau saluran buatan yang dapat terbuka dan tertutup.Saluran pengumpul ini melayani lingkungan.pemukiman dan diameternya dapat besar sekali. Untuk saluran tertutup. diameternya dapat berkisar 1,5-2,5m,berdasarkan luasnya kota.Terkadang saluran pengumpul ini di bagi dua macam yaitu saluran pengumpul besar yang langsung menuju sungai dan saluran pengumpul kecil yang mengalirkan airnya menuju pengumpul yang besar. Saluran yang melayani lingkungan permukiman pada tiap persil .Yang dimaksud dengan persil adalah saluran lokal yang dapat berbentuk terbuka dan tertutup agar tidak menggangu aktipitas manusia yang sangat pesat.Untuk merencanakan dimensi saluran drainase masing-masing sistem memerlukan debit rencana banjir yang akan terjadi, karakteristik daerah aliran dan koefisien aliran permukaan.2.7.2.Sistem Drainase Pemukiman Drainase pemukiman merupakan sarana dan prasarana di pemukiman untuk mengalirkan air hujan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Pengembangan pemukiman diperkotaan yang demikian pesatnya, mengakibatkan makin berkurangnya daerah resapan air hujan. Karena meningkatnya luas daerah yang ditutupi oleh perkerasan dan mengakibatkan waktu berkumpulnya air hujan lebih pendek, sehingga akumulasi air hujan yang terkumpul malampaui bataskapasitas drainase yang ada. Hal ini sering ditunjukan dengan terjadi air yang meluap dari saluran drainase baik perkotaan maupun pemukiman secara khusus sehingga terjadinya genangan air .Permasalahan yang timbul berkaitan dengan drainase pemukiman antara lain sebagai berikut :1Berkurang atau tidak mempunyai saluran drainase yang ada mengalirkan agar limpasan air permukaan. Karena berubahnya fungsi atau guna lahan dan pesatnya pertumbuhan daerah pemukiman.2Saluran drainase yang ada tidak berfungsi sebagaimana mestinya karena ada bagian saluran yang tertutup atau saluran yang menyepit .3Timbul genangan air di bawah permukaan .

2.8 Analisa Curah Hujan Hujan terjadi karena adanya perpindahan massa air basah ketempat yang lebih tinggi sebagai respon adanya beda tekanan udara antara dua tempat yang berbeda tingginya.Menurut Suripin (2004) karakteristik hujan termasuk paling penting untuk diketahui dalam analisis dan perencanaan hydrologi meliputi itensitas hujan yang biasanya dinyatakan dalam mm / jam. Jumlah hujan dalam satuan waktu misalnya harian, mingguan, bulanan maupun tahunan. Demikian juga distribusi hujan dalam ruangan dan waktu memerlukan hal penting yang perlu dipahami. Perhitungan dan hujan maksimum harian rata-rata DAS harus dilakukan secara benar untuk analisis frekwensi data hujan. Dalam praktek sering kita jumpai perhitungan yang kurang pas, yaitu dengan mencari hujan maksimum dalam setiap pos hujan selama satu tahun, kemudian dirata-ratakan untuk mendapatkan hujan DAS, cara ini tidak logis karena rata-rata hujan dilakukan atas hujan dari masing-masing pos hujan yang terjadi pada hari yang berlainan.2.8.1 Intensitas Hujan Intensitas curah hujan adalah derasnya hujan yang jatuh pada luas daerah tadah hujan tertentu yang juga merupakan laju rata-rata yang lamanya sesuai dengan besarnya waktu kosentrasi dan frekwensi kejadiannya. Ukuran deras hujan jatuh adalah akumulasi tinggi hujan pada jangka waktu (menit) tertentu yang dinyatakan dalam satuan mm / menit.Ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu periode waktu dimana air hujan tersebut berkonsentrasi, mencapai ketinggian maksimum kemudian menurun Besarnya ketinggian hujan tersebut diperoleh berdasarkan periode ulang tertentu dengan hasil curah hujan harian maksimum.dengan merubah curah hujan harian maksimum.

Tabel .2.2.Derajat Curah Hujan dan Itensitas Curah HujanDerajat CurahHujan Itensitas Curah Hujan (mm / jam) Kondisi

Hujan sangat lemah Hujan lemah

Hujan normal

Hujan deras

Hujan sangat deras < 1,201,20-3,00

3,00-18,0

18,0-60,0

> 60,0Tanah agak basah atau dibasahi sedikit Tanah menjadi basah semuanya, tetapi sulit membuat punddelDapat dibuat puddel dan bunyi hujan kedengaran Air tergenang diseluruh permukaan tanah dan bunyi hujan keras, hujan berasal dari genangan Hujan seperti ditumpuhkan, sehingga saluran dan drainase meluap.

Sumber : Drainase Perkotaan, 19972.9Perencanaan Saluran Drainase Pemukiman2.9.1.Debit Rencana Langkah Pertama yang dilakukan adalah mendapatkan volume air hujan, dan informasi tentang kondisi tanah serta perkiraan kemungkinan pengembangan yang akan datang. Aliran air hujan ini akan tergantung kepada Intensitas hujan, jenis tanah,permukaan tanah dimana air hujan akan lewat, kemiringan tanah, besarnya kelembaban tanah, dan besarnya wilayah tangkapan.2.9.2.Koefesien Pengaliran Koefesien Pengaliran merupakan nilai banding antara bagian hujan yang berbentuk limpasan langsung dengan hujan lokal yang terjadi.Besarnya ini dipengaruhi oleh tata guna lahan, kemiringan lahan, jenis dan kondisi tanah. Pemilihan koefesien pengaliran harus memperhatikan kemungkinan adanya perubahan tata guna lahan di kemudian hariTabel 2.3.Koefesien Pengaliran Berdasarkan Tata Guna LahanKarakteristik DaerahKoefesien aliran (C)

- Perumahan tidak begitu rapat (20 rumah /Ha)- Perumahan kerapatan sedang ( 20-60 rumah / Ha- Perumahan rapat (60-60 rumah /Ha)- Tanaman dan daerah rekreasi - Daerah Industry- Daerah Perniagaan 0.25-0.400.40-0.700.70-0.800.20-0.300.80-0.900.90-0.95

Sumber : Drainase Perkotaan, 19972.9.3.Kemiringan Dinding SaluranKemiringan dasar saluran adalah kemiringan dasar saluran arah memanjang dimana umumnya dipengaruhi oleh kondisi topografi serta tinggi tekanan yang diperlukan untuk adanya pengaliran sesuai dengan kecepatan yang diinginkan .Kemiringan Dasar saluran maksimum yang diperbolehkan adalah 0,005-0,008 tergantung pada bahan saluran yang digunakan.

Tabel 2.4.Kemiringan Dinding Saluran Sesuai BahanBahan SaluranKemiringan Dinding

Batuan / cadas Tanah lumpurLempung Keras / Tanah Tanah dengan pasangan batuLempung Tanah berpasir Lumpur berpasir 00.250.5-111.523

Sumber : Drainase Perkotaan, 19972.9.4.Kecepatan Aliran Kecepatan minimum yang diizinkan adalah kecepatan terkecil yang tidak menimbulkan pengendapan dan tidak merangsangnya pertumbuhan tanaman .Pada umumnya dalam praktek, kecepatan sebesar 0,60-0,90 m/det. dapat digunakan dengan aman apabila lumpur yang ada di air cukup kecil. Kecepatan 0.75 m/det bisa mencegah tumbuhnya tanaman dan memperkecil daya angkut saluran.2.9.5 Koefisien Kekasaran ManningDari bermacam macam saluran, besarnya koefisien manning dapat mengacu pada tabel halaman berikut ini :

Tabel 2.5Koefisien Kekasaran meanning Berdasarkan Jenis SaluranKondisi

Tipe SaluranBaikCukupSedang

- Saluran tanah, lurus beraturan0.0200.0230.025

- Saluran tanah, digali biasanya0.028 0.030 0.025

- Saluran Batuan, tidak lurus dan tidak beraturan0.0400.0450.045

- Saluran batuan, lerus dan beraturan 0.0300.0330.035

- Saluran batuan , vegetasi pada sisinya0.0300.0330.040

- Dasar Tanah, sisi batuan koral 0.0300.0300.045

- Saluran berliku-liku kecepatan rendah0.0250.0280.030

Sumber : Drainase Perkotaan , 1997

2.9.6.Bentuk-Bentuk Saluran

1. Trapesium Saluran drainase bentuk trapesium pada umumnya saluran dari tanah tapi dimungkinkan juga bentuk ini dari pasangan saluran ini membutuhkan ruang yang cukup dan berfungsi untuk pengalir air hujan, air rumah tangga maupun air irigasi.2. Empat Persegi PanjangSaluran drainase bentuk ini tidak banyak membutuhkan ruang, saluran ini di pasangpasangan batu ataupun beton, saluran ini berfungsi sebagai air hujan air rumah tangga maupun air irigasi.

3. Lingkaran, Parabola dan Bulat Telur Saluran drainase bentuk ini berupa saluran dari pasangan atau kombinasi pasangan dan pipa beton. Bentuk dasar saluran yang bulat memudahkan pengangkutan bahan endapan/limbah.4. Tersusun Saluran drainase bentuk tersusun dapat berupa saluran dari tanah. Tapak saluran yang bawah berfungsi mengalirkan air rumah tangga pada kondisi tidak hujan, apabila terjadi hujan maka kelebihan air dapat ditampung pada saluran bagian atas. Tampang saluran ini membutuhkan ruangan yang cukup dan dapat untuk saluran air hujan, saluran air rumah tangga maupun saluran irigasi .2.10Bangunan-Bangunan Sistem Saluran DrainaseBangunan- bangunan pada sistem saluran drainase adalah bangunan-bangunan struktur dan bangunan-bangunan non struktur .Bangunan Struktur adalah bangunan pasangan disertai dengan perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu, Contoh : 1. Bangunan rumah pompa adalah suatu kawasan bangunan yang berfungsi untuk menaikan air.2. Bangunan tembok penahan adalah suatu bangunan yang berfungsi untuk mencegah terjadinya erosi oleh arus air tersebut.3. Bangunan terjun adalah suatu bangunan yang berfungsi untuk menghindari kecepatan terlalu tinggi, sehingga kemiringan dasar saluran dapat dibuat lebih landai.4. Jembatan adalah suatu fasilitas-fasilitas umum yang sering dijumpai dilapangan dan perlu disesuaikan pada saat pelaksanaan kontruksi saluran drainase.Bangunan non strukturadalah bangunan pasangan atau tanpa pasangan yang tidak disertai dengan perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu yang biasanya berbentuk siap pisang, Contoh nya pada halaman berikut :1. Saluran Kecil tertutup adalah saluran yang tertutup misalnya terowongan, pipa, siphon dan gorong-gorong.2. Tembok talud saluran adalah suatu tembok yang diperlukan untuk memperkuat dan menjamin supaya dinding tidak longsor.3. Man-hole/bak kontrol ukuran kecil adalah suatu alat yang digunakan untuk memeriksa saluran dan pembersih apabila terjadi penyumbatan 4. Steetn Inlet adalah suatu pengaliran air dalam gorong-gorong yang memerlukan energi untuk mendorong air melewatinya.2.11 Dasar Rumus Yang Digunakan2.11.1. Menentukan Intensitas Hujan Untuk menentukan Itensitas hujan selama waktu kosentrasi dapat digunakan rumus :

I = Dimana : I : Itensitas Hujan selama waktu kosentrasi (mm/jam) t : Lama hujan(jam) R : Curah Hujan (mm)

2.11.2. Pengolahan Data Hujan Untuk mencari hujan rata-rata daerah aliran dipakai rumus : a.Cara rata-rata aljabar

R = Dimana :D = R: Curah Hujan daerah n : Jumlah Pos Pengamat

: Curah Hujan Tiap Pos pengamat

b. Cara rata-rata Thiessen

Dimana : R: Curah Hujan Daerah

: Curah Hujan di tiap pos pengamat

: Luas daerah Tiap pos pengamat

c. Cara rata-rata isohyet

Dimana :

: Curah Hujan rata-rata pada area

: Luas area antara garis isohyet(topografi)

2.11.3. Analisis Frekwensi2.11.3.1. Metode Gumbel Persamaam yang digunakan dalam analisis statistic Gumbel dapat di lihat di bawah ini:

. (Suwarno, 1995)Keterangan :RT = curah hujan dengan priode ulang T tahun (mm)

= curah hujan rata-rata (mm) Sx = Standar deviasiSn = Reduced standar deviasi Yt= Reduced variated

(Suwarno, 1995) Yn = Reduced mean T = Kala ulang (Tahun)

Keterangan :N = Jumlah data Pengamatan

2.11.3.2 Metode Log Person Tipe III

Persamaan yang digunakan dalam analisa dengan metode log person Tipe III adalah sebagai berikut :Log Xi = log X + K ( Slog X ) Keterangan :Log Xi = harga logaritma curah hujan dengan priode ulang T tahunLog X = harga logaritma rata-rata curah hujan

cs

Dimana :N = Jumlah data pengamatan K = Faktor FrekuensiT = Priode ulang Cs = Koefisien Skewness Sumber :Suwarno, (1995)2.11.4Perencanaan Saluran DrainaseUntuk perencanaan luas, kedalaman air, kemiringan dinding, lebar dan keliling basah, saluran dianggap sebagai aliran tetap, maka dipakai rumus dibawah ini :

R =

A =P = b + 2h m + iQ = V . AB= n .hDimana : A : Luas penampang melintang (m) P: Keliling basah saluran (m) b: lebar dan saluran (m) h: Kedalam air (m) i: kemiringan dinding Q: Debit pengaliran (m / det)V: Kecepatan aliran ( m/det ) R : Jari-jari hidrolik (m)

2.11.5. Menentukan Debit Rencana Debit puncak merupakan debit yang akan diberikan banjir rencana, untuk debit puncak tersebut digunakan metode rasional dan sesuai untuk areal dengan luas daerah pengairan sampai 1300 Ha, sedangkan untuk areal yang lebih luas menggunakan metode SCS (Soil Conservation Service).Rumus metode rasional : Q = 0,00278 . C . Cs .A . IDimana :Q= Debit banjir rencana (m/detik)Cs= Koefesien tampungan C= Koefesien pengaliran I= Itensitas curah hujan berdasarkan time consentration (Tc) mm / jam.A= Luas catchment area (Ha)

Dari data curah hujan dari itensitasnya maka besar debit puncak dapat diketahui. Oleh karena setiap areal yang dihitung. Oleh karena setiap areal yang dihitung kurang dari batasan (lebih kecil dari 1399 Ha) maka yang digunakan adalah metode rasional.

Waktu kosentrasi (Tc) adalah waktu yang diperlukan oleh air mengalir dari titik yang paling jauh dari catchment area menuju ke suatu titik yang ditinjau besarnya.Untuk konsentrasi dihitung dengan rumus : Tc = To + TdTo. = waktu pengaliran air pada permulaan dapat dianalisis dengan gambar Td= waktu pengaliran pada saluran yang besarnya dapat ditentukan denganrumus

Td = L/V

L = Jarak aliran air dari tempat mulai masuknya air sampai ketempat yang ditinjau (m)V = kecepatan aliran air m/detik.

2.11.6Menentukan Koefesien Pengaliran Harga koefesien penggaliran sangat dipengaruhi oleh karakteristik daerah penangkapan hujan dan tata guna lahan. Harga koefisien penggaliran dapat dilihat pada tabel 2.3.

2.11.7Menentukan Kecepatan Pengaliran Kecepatan aliran didalam saluran ditentukan berdasarkan kecepatan maksimum dan minimum yang diperbolehkan sesuai dengan bahan saluran yang digunakan.Pada umumnya dalam praktek, kecepatan sebesar 0,60- 0,90 ada di air cukup kecil. Kecepatan 0,9 m/det bisa mencegah tumbuhnya tumbuh-tumbuhan yang dapat diperkecil daya angkut saluran. Maka kecepatan yang digunakan dalam perencanaan ini adalah 0,9 m/det.

2.11.8Menentukan Dimensi Saluran DrainaseMaksud dari dimensi saluran drainase ini adalah untuk menentukan dimensi saluran, baik saluran terbuka maupun saluran tertutup, maka digunakan rumus (clarkson H. 1999)sebagai berikut :

Dimana : V: Kecepatan aliran rata-rata (m/det) N : Koefesien kekasaran manningR : jari-jari hidrolik (m) S : Kemiringan (Slope) saluran.

2.12Daerah Tangkapan Dan Daerah Pelepasan/PengeluaranAir tanah mengalir dari daerah yang lebih tinggi menuju ke daerah yang lebih rendah dan dengan akhir perjalanantya menuju laut.Proses aliran air tanah dalam bentuk sederhana di tunjukkan dalam gambar 2.2 pada halaman berikut ini :

Gambar 2.2Ilustrasi Daerah Tangkapan Dan Daerah Pelepasan /Pengeluaran pada suatu daerah

Sumber : Pengolaan Sumber Daya Air Terpadu Edisi (Toth, 1990: Freeze & Cherry, 1979).

Dalam gambar 2.2 daerah yang lebih tinggi merupakan daerah tangkapan atau pengisan (recharge Area) dan daerah yang lebih rendah merupakan daerah pelepasan atau pengeluaran (discharge area).dalam ilustrasi di atas di tunjukkan daerah pelepasan berupa daerah pantai. Bisa saja terjadi daerah pelepasan ini bukan daerah pantai tapi (misalnya berupa lembah dengan suatu sistem aliran sungai.Secara lebih spesifik daerah tangkapan di definisikan sebagian dari suatu daerah aliran (watershed/catchment area) dimana aliran air tanah (yang saturated) menjauhi muka air tanah. Sedangkan daerah pengeluaran di definisikan sebagai bagian dari suatu daerah aliran (watershed/catchment area)dimana aliran air tanah (yang saturate) menuju muka air tanah (freezee dan cherry,1979)Biasanya di daerah tangkapan ,muka air tanah terletak pada suatu kedalaman tertentu sedangkan muka air tanah daerah pengeluaran umumnya mendekati permukaan tanah, salah satu contohnya adalah pantai.

BAB IIIMETODOLOGI

3.1 Gambaran UmumPerencanaan Saluran Drainase Kecamatan JelutungKota Jambi dimaksudkan untuk menghasilkan suatu dokumen perencanaan penanggulangan banjir/genangan di lokasi perencanaan. untuk menghasilkan suatu perencanaan yang lengkap maka diperlukan data-data sebagai berikut :3.1.1Secara GeografisSecara geografis Kecamatan Jelutung lokasi kajian berada di :Lintang Selatan:9,818,816.33-9,823,418.37mBujur Timur :343,979.59- 347,040.82m3.1.2Secara AdministrasiKecamatan Jelutung terdiri dari 7 (tujuh) desa/kelurahan, yaitu :1. Kelurahan Talang Jauh2. Kelurahan Cempaka Putih3. Kelurahan Lebak Bandung4. Kelurahan Payo Lebar5. Kelurahan Jelutung6. Kelurahan Kebon Handil7. Kelurahan HandilWilayah kecamatan Jelutung berbatas dengan :1. Sebelah Utara: Kecamatan Pasar Jambi dan Jambi Timur2. Sebelah Timur: Kecamatan Jambi Selatan3. Sebelah Selatan: Kecamatan Kota Baru4. Sebelah Barat: Kecamatan Kota Baru dan Telanai Pura.

Gambar 3.1Peta Wilayah Kecamatan Jelutung

Sumber :DINAS TATA KOTA KOTA JAMBI Tahun 20113.1.2 Kondisi TopografiDaerah jelutung merupakan dataran rendah, karena Topografi daerah ini bercirikan dataran dan daerah rendah, dengan ketinggian maksimum tidak melebihi 30.00 m dpl.Secara morfologi lokasi dapat dibagi menjadi 2 (dua) satuan : dataran sedang dan dataran rendah.Dataran sedang bergelombang meliputi sebagian besar bagian sisi utara,timur,selatan dan barat dengan ketinggian antara 15.00 sampai 25.00 m dpl, daerah ini didominasi oleh perumahan, perkebunan dan lapangan.Dataran rendah merupakan satuan morfologi terletak di tengah wilayah daerah ini, pada umumnya merupakan daerah dipinggiran sungai, hutan, kebun,ladangdan sawah dengan ketinggian antara 5.00 m sampai 15.00 m dpl. Satuan ini dibentuk di atas Aluvium dan Endapan Rawa, dan banyak dipergunakan untuk daerah pertanian dan pemukiman.Kemiringan sungai di daerah ini rendah dan sungai-sungai tersebut dipengaruhi oleh pasang surut dari Sungai Batanghari.Pola aliran umumnya berkelok - kelok bermuara pada Sungai Batanghari, dan adanya meander yang menunjukkan bahwa erosi lateral dan pengendapan ulang berlangsung aktif dan terdapat beberapa anak sungai yang masuk ke sungai utama.3.2 Kondisi Geologi

Secara geologi daerah jelutung adalah bagian dari dataran rendah hingga sedang didalamnya terdapat urutan sediment Quarter dan Tersier.3.4Kepadatan PendudukKepadatan penduduk rata-rata di Kecamatan Jelutung pada daerah studi tersebut untuk penduduk sebesar 9.816 jiwa /km.

Tabel 3.1Jumlah Penduduk, Luas Kecamatan & Tingkat Kepadatan Tahun 2011 KecamatanJumlah Penduduk(jiwa) Luas Wilayah(km2) Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

Jambi Selatan122.67534,073.601

Kota Baru142.23777,781.829

Jambi Timur79.79820,213.948

Telanaipura77.93130,392.564

Jelutung77.7407,929.816 (terpadat)

Pasar Jambi13.4804,023.353

Pelayangan12.82415,29839(terjarang)

Danau Teluk13.57315,70864

T O T A L540.258 jiwa205,38 km22.630 jiwa/km2

Sumber Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Jambi, 2010 / 2011http://www.kotajambi.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=171&Itemid=1173.2.1 Aspek KependudukanLuas wilayah kecamatan Jelutung 7.9 km.Jumlahpenduduk di Kecamatan Jelutung pada tahun 2011 adalah berkisar 77.740 jiwa.3.4.2.Kemiringan Tanah Berdasarkan kemiringan tanah, wilayah Kecamatan jelutung Jambi termasuk wilayah datar. Wilayah ini umumnya berbentuk dataran rendah hampir dan banyak terdapat di setiap kelurahannya.Penggunaan lahan merupakan keadaan yang dinamis dan mengalami perubahan sesuai dengan tingkat kebutuhan manusia dan pertambahan penduduk dengan melihat pola penggunaan lahan pada suatu daerah, maka akan dapat diperkirakan keadaan sosial ekonomi daerah tersebut. Pada umumnya jenis penggunaan lahan di wilayah Kelurahan jelutung meliputi : perumahan, sawah, ladang, tanaman kayu, lahan yang diusahakan, dan lain lain.

3.4.3 Karekteristik Meteorologi 3.4.3.1. Data KlimatologiKeadaan iklim di Kelurahan jelutung beriklim tropis basah yang dipengaruhi oleh pergantian angin muson laut dan tenggara. Terdapat dua musim yang berbeda di wilayah Kelurahan jelutung yaitu musim penghujan dan musim kemarau.Kelurahan jelutung temperaturnya berkisar antara 22C pada bulan Mai dan suhu yang terendah 32C terjadi pada bulan Februari.

3.2.4.2. Data Curah Hujan. Data curah hujan sebagai salah satu data yang sangat penting dalam analisa hidrologi dimana data tersebut diambil dari stasiun pengamatan.

Untuk menunjukan analisa hidrologi dari lokasi penelitian ini, telah dikumpulkan data curah hujan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2005, yang terdiri dari data data mengenai distribusi curah hujan. Data distribusi curah hujan ini digunakan untuk menetapkan nilai hujan efektif yang akan dipakai untuk analisa curah hujan.

Tabel 3.2 TahunJanFebMarAprMeiJunJulAugSepOctNovDes

198680.2209.9340128.7458317235174626340.6249.1313.3

1987

1988468205.7475.842.414.424.15.4113.5100.1300.3472.3161.9

1989393.5122.3153.679.9194.811.3108.897136.8425.4123.2176.1

1990233.9124326.9251.4174.3122225.440.1112.6212.7247.1255.5

1991175.6174.521214599.2142.729.934.351.838.8333.8461.2

19923.96.49.78.85.418.58.995.6130.7133.5138.5189.5

1993255.6160.3252.5214.1270.5123.3164.383131.7140.8221.41141.3

1994164.272.3140.391.6143.9117.8121.9116.8115.5150275183.8

1995166.1230.2160.2292.234924.117.416.468.265.646.262.4

199672.547.452.125.213.26.810.87.752.28256.678.7

19979824.625.820.324.411.4127.211.831.869.246.299.2

199852.3137.8145.115253.494.532.676.192.468.444

199989.6277.6

200020.119.378.539.596.912.2250.3

2001162.648.74246.251.6126.767.976.193.7

2002118.162.2126.8128.472.465.759.124.146.238.5184.1170.7

200395.299.2288.2170.48.871101.5232.3235.8179204284.2

2004387.5123.5235.8235132.58169.1669.5143198.5228.5

2005262.6187155.5144186171.511730.5130

Data Perkembangan Curah Hujan dan Hari Hujan Kota JambiSumber :Sumber : BWS Sumatra IV Jambi

Gambar 3.1Jalan yang tidak memiliki drainaseGambar 3.2Genangan air yang ada didepan rumah warga

pengamatan di lapangan masih terdapat Jalan dan pemukiman penduduk yang tidak memiliki saluran drainase, sehingga terdapat genangan air diarea pemukiman tersebut.saluran drainase pemukiman penduduk bukan hanya untuk menampung air hujan tetapi juga menampung air limbah rumah tanggga. Karena masih menyatunya saluran air limbah domestik dengan saluran drainase, sehingga lingkungan menjadi kotor dan menggangu kesehatan masyarakat, dan juga tampak bahwa saluran drainase tidak pernah diperhatikan akan kebersihanya akibatnya banyak sendimen menumpuk yang menyebabkan saluran tersebut tersumbat sehingga air tidak menggalir dengan lancar. BAB IV

4.1Perhitungan Curah hujan 4.1.1Perhitungan Curah Hujan Harian Rencana Dengan Metode GombelTabel 4.1Data Curah Hujan NoTahunXi (Curah hujan)

11986289.32

21987-

31988198.66

41989168.56

51990193.83

61991158.23

7199262.45

81993179.90

91994141.09

101995124.83

11199642.10

12199749.16

13199879.05

14199910.35

15200043.07

16200159.63

17200291.36

182003164.13

192004161.41

202005115.34

Jumlah 2,332.46

116.62

Sumber : BWS Sumatra IV Jambi

Tabel 4.2 Perhitungan Metode Gumbel

11986289.32116.62172.693729,823.12

21987-116.62-116.623013,600.91

31988198.66116.6282.03546,729.80

41989168.56116.6251.93542,697.28

51990193.83116.6277.20205,960.16

61991158.23116.6241.61041,731.42

7199262.45116.62-54.17302,934.71

81993179.90116.6263.27794,004.09

91994141.09116.6224.4687598.72

101995124.83116.628.210467.41

11199642.10116.62-74.52305,553.67

12199749.16116.62-67.46464,551.48

13199879.05116.62-37.57301,411.73

14199910.35116.62-106.273011,293.94

15200043.07116.62-73.55635,410.53

16200159.63116.62-56.99803,248.77

17200291.36116.62-25.2646638.30

182003164.13116.6247.51042,257.24

192004161.41116.6244.78542,005.73

202005115.34116.62-1.28131.64

2,332.46104,520.64

Xi=2,332.46

=104.520.64N=20

=Xi / N=2,332.46 / 20 =116.62

Yn=0.52..Tabel Reduced MeanSn=1.06.Tabel Reduced Standard Deviation

SD=

==74.17

Keterangan :X= Curah hujan maksimum rata-rata selama pengamatan N tahunXi= Nilai rata-rata curah hujan pertahunN= Pengamatan N pertahunSD= Standar DeviasiSumber : Hasil perhitungan

35

Tabel 4.3 Nilai Reduced Mean Ynn0123456789

100,4952 0,4996 0,50350,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5202 0,5220

200,5236 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5300 0,5820 0,5882 0,5343 0,5353

300,5362 0,5371 0,5380 0,5388 0,5396 0,5400 0,5410 0,5418 0,5424 0,5430

400,5436 0,5442 0,5448 0,5453 0,5458 0,5468 0,5468 0,5473 0,5477 0,5481

500,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5515 0,5518

600,5521 0,5524 0,5527 0,5530 0,5533 0,5535 0,5538 0,5540 0,5543 0,5545

700,5548 0,5550 0,5552 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565 0,5567

800,5569 0,5570 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,5580 0,5581 0,5583 0,5585

900,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5599

1000,5600 0.56010.56030.56040.56060.56070.56080.56090.56100.5611

Sumber : Joesron Loebis, Banjir Rencana untuk Bangunan Air, Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta, 1992

Tabel 4.4Nilai Reduced Standart Deviation Snn0123456789

100,94960,96760,98330,99711,00951,02061,03161,04111,04931,0565

201,06281,06961,07541,08111,08641,09151,09611,10041,10471,1080

301,11241,11591,11931,12261,12551,12851,13131,13391,13631,1388

401,14131,14361,14581,14801,14991,15191,15381,15571,15741,1590

501,16071,16231,16381,16581,16671,16811,16961,17081,17211,1734

601,17471,17591,17701,17821,17931,18031,18141,18241,18341,1844

701,18541,18631,18731,18811,18901,18981,19061,19151,19231,1930

801,19381,19451,19531,19591,19671,19731,19801,19871,19941,2001

901,20071,20131,20261,20321,20381,20441,20441,20491,20551,2060

1001,20651.20691.20731.20771.20811.20841.20871.20901.20931.2096

Sumber : Joesron Loebis, Banjir Rencana untuk Bangunan Air, Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta, 1992

table 4.5perhitungan curah hujan dengan Metode Gumbel

N0

curah hujan Rata-Rata Maksimum

Periode Ulang

T

Yt

Yn

Sn

curah hujan Rencana(Rt)(mm)

1289.32172.6929,823.1220.36650.49520.9496106.57

2--116.623013,600.91

3198.6682.03546,729.8051.50040.49520.9496195.13

4168.5651.93542,697.28

5193.8377.20205,960.16102.2510.49520.9496253.76

6158.2341.61041,731.42

762.45-54.17302,934.71

8179.963.27794,004.09202.97090.52361.0628287.41

9141.0924.4687598.72

10124.838.210467.41

1142.10-74.52305,553.67253.19930.53091.0915297.95

1249.16-67.46464,551.48

1379.05-37.57301,411.73

1410.35-106.273011,293.94503.90280.54851.1607330.96

1543.07-73.55635,410.53

1659.63-56.99803,248.77

1791.36-25.2646638.30754.31170.55591.1898350.75

18164.1347.51042,257.24

19161.4144.78542,005.731004.60120.561.2065365.05

20115.34-1.28131.64

Total2,332.46104,520.64

Rata-rata116.62

SX 74.17

Pengolahan Data di atas diperoleh parameter-parameter sebagai berikut :

1) Curah hujan rata-rata :

=

==116.62 mm2)Standard Deviasi :

= 74.17 mm3)Perhitungan Curah hujan rencana (RT)

= 287.41 m

Tabel 4.6Regresi Gumbel

PERIODEREDUCEXTP60 ( T )

ULANGVARIATE (Yt)

20.3662178.7250.29

51.4994257.8072.55

102.2496310.1687.28

202.9693360.38101.41

253.1975376.31105.90

503.9008425.38119.71

1004.5988474.10133.4146

=2.9693

=360.38 mm/hari

==101.41 mm/hari

Pi = 0.21. ln T + 0.52) (0.54t 0.25-0.50) (P60(T))= 64.4660 mm/ t menitKeterangan :Xt=Curah Hujan Untuk periode UlangYn=Redunced MeanSn=Reduced Standard DeviationYt=Reduced VariedP60(T)=Perkiraan curah hujan jangka waktu 60 menit dengan periode ulang T (mm/tmenit)Pi=Prestasi/Intensitas curah hujan T menit dalam periode ulangT (mm/tmenit)t=Lama hujan (jam)

Hasil perhitungan untuk periode selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama sesuai dengan tahun priode ulangnya masing-masing.dapat di lihat di halaman sebelah.Tabel 4.7Hasil Analisis FrekuensiDURASIPRIODE ULANG

(menit)2510202550

5123.5124229.6709323.1929429.9942467.3129592.5510

1092.4412171.8940241.8893321.8233349.7539443.4867

2064.4660119.8743168.6870224.4309243.9090309.2756

3051.133295.0821133.7995178.0145193.4641245.3118

4043.081880.1104112.7313149.9842163.0011206.6848

6033.570762.424687.8439116.8726127.0158161.0556

8027.991652.050373.245297.4495105.9071134.2898

12021.544640.062156.375475.005181.5147103.3603

4.1.2Perhitungan curah hujan rencana dengan Metode Log person Tipe IIITabel 4.8Perhitungan curah hujan rencana dengan Metode Log person Tipe IIIIcurah hujan rata-ratalog Xlog X-log (log X-log)2(log X-log)3

289.31672.46140.56870.32340.1839

0.00000.0000-1.89273.5822-6.7800

198.65832.29810.40540.16440.0666

168.55832.22680.33410.11160.0373

193.82502.28740.39470.15580.0615

158.23332.19930.30660.09400.0288

62.45001.7955-0.09710.0094-0.0009

179.90082.25500.36240.13130.0476

141.09172.14950.25680.06600.0169

124.83332.09630.20370.04150.0084

42.10001.6243-0.26840.0720-0.0193

49.15831.6916-0.20110.0404-0.0081

79.05001.89790.00520.00000.0000

10.35001.0149-0.87770.7704-0.6762

43.06671.6341-0.25850.0668-0.0173

59.62501.7754-0.11720.0137-0.0016

91.35831.96070.06810.00460.0003

164.13332.21520.32250.10400.0335

161.40832.20790.31530.09940.0313

115.34172.06200.16930.02870.0049

Total37.85355.8798-6.9823

Rata-rata ()1.8927

S log

Cs-0.6105

Curah hujan rata- rata :

Standar deviasi :

Koefesien Kemencengan :

Hasil perhitungan curah hujan rencana untuk tiap-tiap periode ulang di sajikan pada table 4.9 berikut ini :Periode ulang(T)K (T Cs)logaritma Curah Hujan (Log )(mm)Curah Hujan Rencana (RT)(mm)

10.1011.9240318.5830

20.8572.1578641.7508

31.1982.2634880.5683

41.5232.36421190.8744

51.7112.42221417.0281

61.8732.47231646.3730

=1.8927 + 0.101. (0.3095)=1.9240

= 318.5830Hasil perhitugan dari kedua metode tersebut yaitu : metode Gumbel,dan metode log person III disimpulkan dalam table 4.10 berikut ini Tabel 4.10Hasil perhitungn curah hujan dengan dua metodeNo MetodePeriode Ulang

2510202550

1log person318.58641.75880.561190.871417.031646.37

2Gumbel

106.57193.13253.76287.41297.95330.96

Dari kedua metode tersebut akan dilakukan perhitungan uji kecocokan metode smirnov kologorof untuk memilih curah hujan rencana yang akan di gunakan . perhitungan uji kecocokan selengkapnya terlampir

TABEL 4.11PERHITUNGA KONSTANTALAMANYA HUJAN

PRIODE ULANG 20 TAHUN

tILog tLog ILog t X Log I( Log t )2I X ti2i2X tVtI x Vti2x Vt

5429.99420.69902.63351.84070.48862149.9712184895.0454924475.22722.2361961.4963413437.8903

10321.82331.00002.50762.50761.00003218.2330103570.23801035702.38033.16231017.7018327520.1637

20224.43091.30102.35113.05881.69274488.617650369.21981007384.39574.47211003.6773225256.1878

30178.01451.47712.25053.32422.18195340.434131689.1519950674.55755.4772975.0209173567.8229

40149.98421.60212.17603.48622.56665999.368022495.2600899810.39936.3246948.5901142273.5213

60116.87261.77822.06773.67673.16187012.354313659.1978819551.86917.7460905.2949105804.1463

8097.44951.90311.98883.78483.62187795.96319496.4125759712.99898.9443871.617984938.7622

12075.00512.07921.87513.89874.32309000.61365625.7670675092.036010.9545821.643561627.4642

1593.574311.839617.850225.577719.036345005.5548421800.29247072403.864149.31717505.04281534425.9587

TABEL 4.11Hasil perhitungan konstanta lamanya hujan (a,b,n)PERIODETALBOTSHERMANISHIGURO

ULANGabanab

22653.519218.13396041323.806760.555974.487-0.377961851

54644.807316.58975049601.268370.5631747.68-0.510903451

106943.418918.13396041847.299680.5552735.2-0.377986463

209237.92118.133960411127.29590.5553676.93-0.377956012

5012730.26218.133960411553.46340.5555110.3-0.377986463

4.2 Analisa AliranUntuk menentukan limpasan permukiman (Run off) dibutuhkan data intensitas curah hujan dalam jangka pendek (durasi 5 sampai 120 menit atau lebih besar dari itu dalam bentuk grafik tensitas durasi frekwensi (IDF) oleh karena hasil yang diperoleh oleh rumus jelasnya intensitas curah hujan jangka pendek tersebut memakai rumus.1 Metode Talbot

2. Metode Sherman

3.Metode Isighuro

Tabel 4.12Perhitungan Intensitas Durasi1. METODE TALBOTNoDURASII N T E N S I T A S (MM/ JAM)

(Menit)Return PriodeReturn PriodeReturn PriodeReturn PriodeReturn Priode

2 Tahun5 Tahun10 Tahun20 Tahun50 Tahun

15114.7023315215.1394595300.1396548399.3229378550.2845965

21094.31730041174.6841233246.798488328.3548032452.4873812

32069.58414933126.9428512182.0796691242.2491904333.8300542

43055.1277969599.69590313144.2519758191.9210669264.4756833

54045.6449066482.07859571119.4382568158.907478218.9815037

66033.9611505960.6452850688.86556953118.2318288162.9286677

78027.0397646748.0879930670.7544958294.13582205129.723309

2. Metode SuhermanNoDURASII N T E N S I T A S (MM/ JAM)

(Menit)Return PriodeReturn PriodeReturn PriodeReturn PriodeReturn Priode

2 Tahun5 Tahun10 Tahun20 Tahun50 Tahun

15132.6319711242.8424057347.05584461.74291636.3020674

21090.30291292164.3418939236.294108314.3791762433.2283516

32061.48303473111.2172235160.8816192214.0460942294.9649455

43049.1018521888.50673255128.4839878170.9424352235.5662048

54041.8609260475.26547552109.5367786145.733986200.8278515

66033.4311572659.8963101787.47874491116.3867182160.3860239

78028.5011489350.9353823974.5784753399.22346279136.734302

812022.7617131740.5344075959.5601906779.24227917109.1993509

3. metode IshiguruNoDURASII N T E N S I T A S (MM/ JAM)

(Menit)Return PriodeReturn PriodeReturn PriodeReturn PriodeReturn Priode

2 Tahun5 Tahun10 Tahun20 Tahun50 Tahun

15453.2723676824.86401191272.2518641710.2822232377.007316

210314.1539105567.3478278881.77081561185.3624071647.453416

320219.9905114395.8822005617.4714998830.06613551153.650715

430179.0476143321.8333867502.552473675.580814938.9421532

540154.8130623278.1142426434.5306662584.1392393811.8538488

660126.2038484226.5912538354.2300358476.1912252661.8244471

780109.2092343196.0234591306.5293924412.0673052572.7031171

812089.09850323159.8813072250.0824113336.185679467.2405976

4.3Perhitungan debit rencana 4.3.1Perhitungan debit air hujan Berdasarkan gambar yang ada dan analisa hujan yang ada maka akan di coba menganalisa lebih lanjut besarnya debit hujan rencana ,dalam perhitungan akan di gunakan rumus rasional untuk DAS yaitu :Q = 0.278 (IT) AiCi)Dimana Ci= Koefesien limpasan sub daerah pengaliran KeiAi= Luas sub daerah pengaliran ke iN=Jumlah sub daerah pengaliranI=Intensitas curah hujanSuatu daerah pengaliran sungai mempunyai

Suatu daerah pengaliran sungai mempunyai luas daerah 263 Ha yang terdiri dari 35% hutan bergelombang dan 65% hutan berbukitPanjjang sungai utama yang telah di ukur adalah 2.7 km dengan kemiringan rata-rata 0.85%.Intensitas curah hujan rencana 20 tahun adalah maka debit rencana untuk periode 20 tahun waktu kosesntrasi pada sungai utamaDiketahuiLuas daerah pengaliran (DAS)= 263 HANilai c untuk hutan bergelombang = 0.50Nilai c untuk lahan berbukit= 0.80Intensitas curaah hujan (I20)= 118 mm/jam

AiCi) = (35% x 263 km2x0.50) + (65%x263km2x0.80)= 1.83 km2

Dengan memasukkan nilai AiCi)dan nilai (I20) maka di peroleh debit rencana 20 tahun = (Q20) adalah sebagai berikut :(Q20)= 0.278 (I20) Ai Ci)=0.278x x 118 mm/jam x 1.83

=60.03 m3/detik

Panjang sungai utama yang telah diukur (L) = 2.7 kmKemiringan rata-rata (S) = 0.85%

= 0.9Kesimpulan :Jadi debit (Q) rencana dengan periode 20 tahun dengan intensitas curah hujan118 mm/jam adalah : 60.03 m3/detikDan waktu kosentrasi pada sungai utama adalah : 0.9 jam

Hasil perhitungan debit perencanaan sungaiTabel dimensi saluraN

4.4 Analisis perhitungan limbah buangan rumah tangga4.4.1 Proyeksi pendudukBerikut ini adalah perhitungan proyeksi jumlah penduduk daerah Jelutung kota jambi. Perhitungan jumlah penduduk daerah Jelutung merupakan variabel untuk mendapakan jumlah buangan limbah rumah tangga, dimana pendekatan perhitungan dibawah ini mempergunakan asumsi pendekatan satuan buangan rumah tangga untuk kebutuhan akan air bersih terhadap penggunaan MCK (Mandi, Cuci, Kakus) dengan standar pembuangan adalah 1 jiwa = 20 liter/hari.KecamatanJumlah Penduduk(jiwa) Luas Wilayah(km2) Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

Jambi Selatan122.67534,073.601

Kota Baru142.23777,781.829

Jambi Timur79.79820,213.948

Telanaipura77.93130,392.564

Jelutung77.7407,929.816

Pasar Jambi13.4804,023.353

Pelayangan12.82415,29839

Danau Teluk13.57315,70864

T O T A L540.258 jiwa205,38 km22.630 jiwa/km2

Maka variabel proyeksi penduduk akan diasumsikan sebagai salah satu faktor yang terkait terhadap limbah buangan rumah tangga, sebagaimana dimaksud sebagai berikut :

Jumlah penduduk diasumsikan 1 KK = 5 Jiwa1 KK = Menghasilkan Limbah buangan sebesar 20 Liter/Hari

Maka :Jumlah Penduduk Pada Tahun Proyeksi x 20 Liter/HariJumlah Jiwa (KK)

Ditemukan : Limbah Buangan x 1 Blok Lingkungan (20 Unit Rumah) = Limbah Liter/Hari Dimensi SaluranPerhitungan= 77.740jiwa x 20 liter/hari5 Jiwa = 310.960 liter/hari

4.4.2Menentukan koefisien pengaliranPenentuan besarnya koefisien pengaliran () :Perkerasan 1= 0,95Bahu2= 0,95Saluran3= 0,85Rumija4= 0,70

Sehingga rata-rata =

= =

Perhitungan debitQ = f x x I x A

Debit Q = ( x x 310.960 x = m3/det

Dimensi SaluranAnalisa dimensi saluran direncanakan berdasarkan beberapa variabel, untuk bentuk saluran : segi empat (saluran dengan material pasangan beton/mortar - lined ditch) trapesium (saluran dengan material tanah - unlined ditch) Kemiringan saluranKonstruksi saluran direncanakan dengan bentuk lurus dan teratur serta dalam kondisi baik. Kemiringan saluran lebih diinginkan mengikuti kondisi topografi yang ada di lapangan, dihitung dengan mengikuti rumus :

i lapangan = x 100%i lapangan akan diperbandingkan terhadap i perhitungan yang dirumuskan :

i perhitungan = Jika i lapangan i perhitungan maka saluran dibuat sesuai i perhitunganJika i lapangan> i perhitungan maka dibuatkan pematah arus

Kecepatan aliranKecepatan aliran yang diizinkan (v izin) disesuaikan terhadap material saluran, hal ini untuk menghindari faktor agrasi dan degradasi yang dapat merusak konstruksi saluran. Penggunaan variabel kecepatan dapat menggunakan tabel berikut :

Tabel 3.18Kecepatan Aliran Berdasarkan Material SaluranJenis Materialv - izin (m3/det)

Pasir halus0,45

Lempung kepasiran0,50

Lanau aluvial0,60

Kerikil halus0,75

Lempung kokoh0,75

Lempung padat1,10

Kerikil kasar1,20

Batu-batu besar1,50

Pasangan batu1,50

Beton1,50

Beton bertulang1,50

Dewan Standarisasi Nasional :Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan, Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta, 1994

Luas penampang saluranLuas penampang saluran (A) dirumuskan :

A = = = 0,089 m2 Lebar saluranLebar saluran (b) untuk saluran segi empat digunakan formula : b = 2 h Lebar saluran (b) untuk saluran trapesium digunakan formula :

m= kemiringan horizontal dinding saluran = 1 (tergantung dari kestabilan jenis tanah)Sehingga :

b= 0,828 h Dalam air saluranCara perhitungan untuk mendapatkan dalam air (h) saluran segi empat/tipe UA = b x h= 2 h2Untuk mendapatkan nilai ekonomis maka digunakan penampang ekonomis (Ae)Ae= AAe= 2 h2 = 0,089 m2h2 = 0,045 m2h= 0,212 m sehingga didapat :b= 2 h= 2 x 0,212= 0,424 m 0,40 mJalan perhitungan untuk mendapatkan dalam air (h) saluran trapesiumA = h ( b + m h)= h ( 0,828 h + 1 h)= 1,828 h2Untuk mendapatkan nilai ekonomis maka digunakan penampang ekonomis (Ae)Ae= AAe= 1,828 h2 = 0,089 m2h2 = 0,049 m2h= 0,22 m 0,20 msehingga didapatb= 0,828 h= 0,828 x 0,22= 0,18 m 0,20 m Tinggi jagaanTinggi jagaan (w) dirumuskan :

w=

= = 0,316 m (segi empat) pembulatan = 30 cm

= = 0,316 m (trapesium) pembulatan = 30 cmAtau dapat menggunakan tabel berikut :

Tabel 3.19Standar Tinggi JagaanQ (m3/det)< 0,750,75 ~ 1,501,50 ~ 85,0> 85,0

w (m)0,450,600,750,90

Sumber :KG. Rangga Raju : Aliran Melalui Saluran Terbuka, Erlangga, Jakarta, 1986

h = 0,20 m w = 0,30 mb = 0,40 mb = 0,20 ma = 0,40 mh = 0,20 mw = 0,30 m

c) Koefisien PengaliranHarga koefisien pengaliran sangat dipengaruhi oleh kondisi karakteristik daerah tangkapan hujan dan tata guna tanah dari catchments area. Harga koefisien pengaliran dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut :BEBERAPA HARGA KOEFISIEN PENGALIRANNOTYPE DAERAH PENGALIRANKONDISIHARGA C

1.RerumputanTanah Pasir Datar, 2 %0,05 - 0,10

Tanah Pasir Rata-rata, 2-7%0,10 - 0,15

Tanah Pasir Curam, 7 %0,15 - 0,20

Tanah Gemuk Datar, 2 %0,13 - 0,17

Tanah Gemuk Rata-rata 2-7%0,18 - 0,22

Tanah Gemuk Curam, 7 %0,25 - 0,35

2.Bisnis/KomersialDaerah Kota Lama0,75 - 0,95

Daerah Pinggiran0,50 - 0,70

3.PerumahanDaerah Single Family0,30 - 0,50

Multi Unit (terpisah-pisah)0,40 - 0,60

Multi Unit (tertutup)0,60 - 0,75

Sub Urban0,25 - 0,40

Daerah Rumah Apartemen0,20 - 0,70

4.IndustriDaerah Ringan0,60 - 0,80

Daerah Berat0,60 - 0,90

5.Pertamanan, Kuburan0,10 - 0,25

6.Tempat Bermain0,20 - 0,35

7.Halaman Kereta Api0,20 - 0,40

8.Daerah yang tidak dikerjakan0,10 - 0,30

9.JalanBeraspal0,70 - 0,95

Beton0,80 - 0,95

Batu0,70 - 0,95

10.Untuk bermain kuda0,75 - 0,95

11.Atap0,75 - 0,95