RANCANGANPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGINOMOR... TAHUN
2015
TENTANGPERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN
BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN,
PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA
DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BANYUWANGI,Menimbang:a.bahwa dalam rangka mewujudkan
kepastian hukum penyelenggaraan Peraturan Daerah Kabupaten
Banyuwangi Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pemilihan,
Pencalonan, Pengangkatan, Pelantikan Dan Pemberhentian Kepala Desa,
agar mampu melahirkan kepemimpinan kapala desa dengan mengedepankan
prinsip rekognisi, subsidiatitas, keberagaman, kebersamaan,
kegotongroyongan, kekeluargaan, musyawarah, demokratis,
kemandirian, partisispasi, kesetaraan, pemberdayaan, dan
keberlanjutan dalam sistim Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b.bahwa penyelenggaraan Tata Cara Pemilihan, Pencalonan,
Pengangkatan, Pelantikan Dan Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah
daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
telah terjadi perubahan terutama setelah ditetapkannya
Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa, Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Kepala Desa.;
c.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf
a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang perubahan
kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 7 Tahun 2006
Tentang Tata Cara Pemilihan, Pencalonan, Pengangkatan, Pelantikan
Dan Pemberhentian Kepala Desa
Mengingat:1.Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa
Timur (Berita Negara Tahun l950 Nomor 4l);
2.Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);
3.Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5234);
4.Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5495)
5Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 24, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5657);
6Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4593);
7Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Tentang Desa. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539)
8Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5588)
9Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa Yang
bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. (Lembaran
Negara Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Nomor
5558);
10.Peraturan Presiden No 1 Tahun 2007 tentang pengesahan,
pengundangan, dan penyebarluasan peraturan perundang-undangan.
11.Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 112 Tahun 2014 tentang
Pemilihan Kepala Desa ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 2092).
12Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 7 Tahun 2006
tentang Tata Cara Pemilihan, Pencalonan, Pengangkatan, Pelantikan
dan Pemberhentian Kepala Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2007 Nomor I/E) sebagaimana yang telah diubah dengan
Peraturan Derah Kabupaten Banyuwangi Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Tata
Cara Pemilihan, Pencalonan, Pengangkatan, Pelantikan dan
pemberhentian Kepala Desa;
13Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 9 Tahun 2006
tentang Badan Permusyawaratan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2007 Nomor 3/E).
Dengan Persetujuan BersamaDEWAN PERWAKILAN RAKYAT
DAERAHKABUPATEN BANYUWANGIDanBUPATI BANYUWANGIMEMUTUSKAN
Menetapkan:PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN
BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN,
PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA
DESA
Pasal IBeberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun
2006 tentang Tata Cara Pemilihan, Pencalonan, Pengangkatan,
Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa (Lembaran Daerah Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2007 Nomor I/E), sebagaimana yang telah diubah
dengan Peraturan Derah Kabupaten Banyuwangi Nomor 5 Tahun 2010
tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2006 Tentang
Tata Cara Pemilihan, Pencalonan, Pengangkatan, Pelantikan dan
pemberhentian Kepala Desa, diubah sebagi berikut: 1. Ketentuan
Pasal 1 angka 2, angka 4, angka 5, angka 6, angka 7, angka 9, angka
11, angka 12, angka 16, angka 18 diubah dan ditambah 9 (sembilan)
angka, yakni angka 20, angka 21, angka 22, angka 23, angka 24,
angka 25, angka 26, angka 27, angka 28, sehingga Pasal 1 berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 1Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :1.
Bupati adalah Bupati Banyuwangi;2. Pemerintah daerah adalah
Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi.3. Kecamatan adalah wilayah
kerja camat sebagai perangkat daerah kabupaten.4. Desa adalah desa
dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. 5. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 6. Pemerintah Desa
adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu
perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 7.
Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain
adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang
anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan
keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. 8. Lembaga
kemasyarakatan atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga
yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan
mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat.9. Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa, adalah
rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa 10. Calon kepala desa
adalah warga masyarakat desa setempat yang berdasarkan penjaringan
dan penyaringan Panitia Pemilihan Kepala Desa ditetapkan sebagai
Calon Kepala Desa.11. Calon Kepala Desa adalah bakal calon Kepala
Desa yang telah ditetapkan oleh panitia pemilihan sebagai calon
yang berhak dipilih menjadi Kepala Desa;12. Calon Kepala Desa
Terpilih adalah calon Kepala Desa yang memperoleh suara terbanyak
dalam pelaksanaan pemilihan Kepala Desa.13. Penjaringan adalah
suatu upaya yang dilakukan oleh Panitia Pemilihan untuk mendapatkan
bakal Kepala Desa dari warga masyarakat yang bersangkutan.14.
penjaringan adalah seleksi yang dilakukan oleh panitia
pemilihanbaik dari segi administrasi, kemampuan dan kepemimpinan
para bakal calon.15. Tim Pemantau adalah Pemantau Pemilihan Kepala
desa yang dibentuk oleh Bupati Banyuwangi yang melakukan pengawasan
terhadap seluruh tahapan pelaksanaan pemilihan.16. Pemilih adalah
penduduk desa yang bersangkutan dan telah memenuhi persyaratanuntuk
menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan kepala desa.17. Hak pilih
adalah hak yang dimiliki untuk menentukan sikap pilihannya.18.
Penjabat Kepala Desa adalah seorang pejabat yang diangkat oleh
pejabat yang berwenang untuk melaksanakan tugas, hak dan wewenang
serta kewajiban Kepala Desa dalam kurun waktu tertentu;19. Pejabat
yang berwenang adalah pejabat yang berhak mengesahkan pengangkatan
dan pemberhentian kepala desa.20. Pembinaan adalah pemberian
pedoman, standar pelaksanaan, perencanaan, pengembangan, bimbingan,
pendidikan dan pelatihan, konsultasi, supervisi, dan evaluasi
pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan desa.21. Musyawarah Desa
adalah musyawarah yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan
Desa khusus untuk pemilihan Kepala Desa antar waktu.22. Panitia
pemilihan Kepala Desa tingkat desa yang selanjutnya disebut
PanitiaPemilihan adalah Panitia yang dibentuk oleh BPD untuk
menyelenggarakan proses Pemilihan Kepala Desa;23. Panitia pemilihan
Kepala Desa tingkat kabupaten yang selanjutnya disebut Panitia
Pemilihan Kabupaten adalah panitia yang dibentuk Bupatipada tingkat
Kabupaten dalam mendukung pelaksanaan pemilihan Kepala Desa.24.
Daftar Pemilih Sementara yang selanjutnya disebut DPS adalah daftar
pemilih yang disusun berdasarkan data Daftar Pemilih Tetap
Pemilihan Umumterakhir yang telah diperbaharui dan dicek kembali
atas kebenarannya serta ditambah dengan pemilih baru;25. Daftar
Pemilih Tambahan adalah daftar pemilih yang disusun berdasarkan
usulan dari pemilih karena yang bersangkutan belum terdaftar dalam
Daftar Pemilih Sementara;26. Daftar Pemilih Tetap yang selanjutnya
disebut DPT adalah daftar pemilih yang telah ditetapkan oleh
Panitia Pemilihan sebagai dasar penentuan identitas pemilih dan
jumlah pemilih dalam pemilihan Kepala Desa;27. Kampanye adalah
suatu kegiatan yang dilakukan oleh Calon Kepala Desa untuk
meyakinkan para pemilih dalam rangka mendapatkan dukungan.28.
Tempat Pemungutan Suara, selanjutnya disingkat TPS, adalah tempat
dilaksanakannya pemungutan suara.
2. Diantara Pasal 1 dan Pasal 2, disisipkan 4 (empat) pasal,
yakni Pasal 1A, Pasal 1B, Pasal 1C, dan Pasal 1D sehingga berbunyi
sebagai berikut:Pasal 1APemilihan Kepala Desa dilakukan secara
serentak satu kali atau dapat bergelombang.
Pasal 1BPemilihan Kepala Desa satu kali sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1A dilaksanakan pada hari yang sama di seluruh desa
pada wilayah Kabupaten.
Pasal 1C(1) Pemilihan Kepala Desa secara bergelombang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1A dapat dilaksanakan dengan
mempertimbangkan:a. pengelompokan waktu berakhirnya masa jabatan
Kepala Desa di wilayah Kabupaten;b. kemampuan keuangan daerah;
dan/atauc. ketersediaan PNS di lingkungan Kabupaten yang memenuhi
persyaratan sebagai penjabat Kepala Desa.(2) Pemilihan Kepala Desa
secara bergelombang sebagai mana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 6
(enam) tahun.(3) Pemilihan Kepala Desa bergelombang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan interval waktu paling lama
2 (dua) tahun.
Pasal 1D(1) Bupati membentuk panitia pemilihan di Kabupaten.(2)
Panitia pemilihan di Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai tugas meliputi:a. merencanakan, mengkoordinasikan dan
menyelenggarakan semua tahapan pelaksanaan pemilihan tingkat
kabupaten;b. melakukan bimbingan teknis pelaksanaan pemilihan
kepala desa terhadap panitia pemilihan kepala desa tingkat desa;c.
menetapkan jumlah surat suara dan kotak suara;d. memfasilitasi
pencetakan surat suara dan pembuatan kotak suara serta perlengkapan
pemilihan lainnya;e. menyampaikan surat suara dan kotak suara dan
perlengkapan pemilihan lainnya kepada panitia pemilihan;f.
memfasilitasi penyelesaian permasalahan pemilihan kepala desa
tingkat kabupaten;g. melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
pemilihan; danh. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang
ditetapkan dengan keputusan Bupati.
3. Ketentuan Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3) diubah, dan ditambah
5 (lima) ayat yakni ayat (6), ayat (7), ayat (8), ayat (9), dan
ayat (10) sehingga Pasal 2 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 2(1) BPD memberitahukan kepada kepala desa mengenai akan
berakhirnya masa jabatan kepala desa secara tertulis paling singkat
6 (enam Bulan) sebelum berakir masa jabatan.(2) Laporan akhir masa
jabatan kepala Desa kepada bupati disampaikan dalam jangka waktu 30
(tiga puluh) Hari setelah pemberitahuan akhir masa jabatan;(3)
Pembentukan panitia pemilihan kepala Desa yang bersifat mandiri dan
tidak memihak oleh Badan Permusyawaratan Desa ditetapkan dalam
jangka waktu 10 (sepuluh) Hari setelah pemberitahuan akhir masa
jabatan; (4) Panitia Pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3) terdiri dari unsur Perangkat Desa, pengurus lembaga
kemasyarakatan, dan tokoh masyarakat;(5) Pemimpin dan Anggota BPD
tidak boleh menjadi panitia pemilihan kepala desa;(6) Pembentukan
panitia pemilihan kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
disampaikan secara tertulis oleh BPD kepada Bupati melalui
camat.(7) Perencanaan biaya pemilihan diajukan oleh panitia kepada
bupati melalui camat atau sebutan lain dalam jangka waktu 30 (tiga
puluh) Hari setelah terbentuknya panitia pemilihan;(8) persetujuan
biaya pemilihan dari bupati dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari
sejak diajukan oleh panitia;(9) Biaya pemilihan Kepala Desa
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten;(10) Dana bantuan dari Angaran Pendapatan dan Belanja
Desa untuk kebutuhan pada pelaksanaan pemungutan suara.
4. Ketentuan Pasal 5 huruf f diubah, dan ditambah 5 (lima) huruf
yakni huruf j, huruf k, huruf l, huruf m, huruf n, sehingga Pasal 5
berbunyi sebagai berikut:Pasal 5Panitia pemilihan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) mempunyai tugas dan wewenang untuk
:a. Menerima pendaftaran Bakal Calon Kepala desa;b. Melakukan
pemeriksaan persyaratan Bakal Calon Kepala Desa;c. Melakukan
penjaringan dan penyaringan Bakal Calon Kepala desa;d. Menetapkan
Calon Kepala Desa;e. Melaksanakan pendaftara pemilih dan pengesahan
daftar pemilih sementara dan daftara pemilih tetap;f. merencanakan
dan mengajukan biaya pemilihan kepada Bupati melalui camat;g.
Melaksanakan pemungutan dan penghitungan suara dalam pemilihan
calon Kepala Desa;h. Membuat berita acara penghitungan suara hasil
pemilihan dan melaporkan pelaksanaan pemilihan kepala desa kepada
BPD;i. menetapkan peraturan tata tertib pemilihan;j. menetapkan
tata cara pelaksanaan kampanye;k. memfasilitasi penyediaan
peralatan, perlengkapan dan tempat pemungutan suara;l. menetapkan
hasil rekapitulasi penghitungan suara dan mengumumkan hasil
pemilihan;m. menetapkan calon Kepala Desa terpilih; dann. melakukan
evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilihan.
5. Ketentuan Pasal 8 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:Pasal 8(1) Pemilih yang menggunakan hak pilih, harus
terdaftar sebagai pemilih. (2) Pemilih sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus memenuhi syarat:a. penduduk Desa yang pada hari
pemungutan suara pemilihan Kades sudah berumur 17 (tujuh belas)
tahun atau sudah/pernah menikah ditetapkan sebagai pemilih.b. tidak
sedang terganggu jiwa/ingatannya;c. tidak sedang dicabut hak
pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap; dand. berdomisili di desa sekurang-kurangnya
6 (enam) bulan sebelum disahkannya daftar pemilih sementara yang
dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk atau surat keterangan
penduduk.
(3) Pemilih yang telah terdaftar dalam daftar pemilih ternyata
tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
tidak dapat menggunakan hak memilih.
6. Diantara Pasal 8 dan Pasal 9 , ditambah 10 (sepuluh) pasal,
yakni Pasal 8A, Pasal 8B, Pasal 8C, Pasal 8D, Pasal 8E, Pasal 8F,
Pasal 8G, Pasal 8H, Pasal 8I, dan Pasal 8J, sehingga berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 8A(1) Daftar pemilih dimutakhirkan dan divalidasi sesuai
data penduduk di desa.(2) Pemutakhiran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dilakukan karena:a. memenuhi syarat usia pemilih, yang
sampai dengan hari dan tanggal pemungutan suara pemilihan sudah
berumur 17 (tujuh belas) tahun;b. belum berumur 17 (tujuh belas)
tahun, tetapi sudah/pernah menikah;c. telah meninggal dunia;d.
pindah domisili ke desa lain; atau e. belum terdaftar.(3)
Berdasarkan daftar pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Panitia pemilihan menyusun dan menetapkan daftar pemilih
sementara.
Pasal 8B(1) Daftar pemilih sementara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8A ayat (3), diumumkan oleh panitia pemilihan pada tempat
yang mudah dijangkau masyarakat.(2) Jangka waktu pengumuman
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selama 3 (tiga) hari.Pasal 8C(1)
Dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8B ayat (2),
pemilih atau anggota keluarga dapat mengajukan usul perbaikan
mengenai penulisan nama dan/atau identitas lainnya.(2) Selain usul
perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemilih atau anggota
keluarga dapat memberikan informasi yang meliputi:a. Pemilih yang
terdaftar sudah meninggal dunia;b. Pemilih sudah tidak berdomisili
di desa tersebut;c. Pemilih yang sudah nikah di bawah umur 17
tahun; ataud. Pemilih yang sudah terdaftar tetapi sudah tidak
memenuhi syarat sebagai pemilih.(3) Apabila usul perbaikan dan
informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diterima,
panitia pemilihan segera mengadakan perbaikan daftar pemilih
sementara.
Pasal 8D(1) Pemilih yang belum terdaftar, secara aktif
melaporkan kepada Panitia Pemilihan melalui pengurus Rukun
Tetangga/Rukun Warga.(2) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didaftar sebagai pemilih tambahan.(3) Pencatatan data pemilih
tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan paling
lambat 3 (tiga) hari.
Pasal 8E(1) Daftar pemilih tambahan diumumkan oleh Panitia
Pemilihan pada tempat- tempat yang mudah dijangkau oleh
masyarakat.(2) Jangka waktu pengumuman daftar pemilih tambahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan selama 3 (tiga)
hari terhitung sejak berakhirnya jangka waktu penyusunan
tambahan.
Pasal 8FPanitia pemilihan menetapkan dan mengumumkan Daftar
pemilih sementara yang sudah diperbaiki dan daftar pemilih tambahan
sebagai daftar pemilih tetap.
Pasal 8G(1) Daftar pemilih tetap sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8F, diumumkan di tempat yang strategis di desa untuk
diketahui oleh masyarakat.(2) Jangka waktu pengumuman daftar
pemilih tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1), selama 3 (tiga)
hari terhitung sejak berakhirnya jangka waktu penyusunan daftar
pemilih tetap.
Pasal 8HUntuk keperluan pemungutan suara di TPS, Panitia
menyusun salinan daftar pemilih tetap untuk TPS.
Pasal 8IRekapitulasi jumlah pemilih tetap, digunakan sebagai
bahan penyusunan kebutuhan surat suara dan alat perlengkapan
pemilihan.
Pasal 8JDaftar pemilih tetap yang sudah disahkan oleh panitia
pemilihan tidak dapat diubah, kecuali ada pemilih yang meninggal
dunia, panitia pemilihan membubuhkan catatan dalam daftar pemilih
tetap pada kolom keterangan "meninggal dunia".
7. Ketentuan Pasal 9 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:Pasal 9(1) Calon Kepala Desa wajib memenuhi persyaratan:a.
warga negara Republik Indonesia; b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa; c. berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama
atau sederajat; d. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun
pada saat mendaftar; e. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila,
melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika; f. tidak pernah
dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau
lebih, kecuali 5 (lima) tahun setelah selesai menjalani pidana
penjara dan mengumumkan secara jujur dan terbuka kepada publik
bahwa yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan sebagai pelaku
kejahatan berulang-ulang; g. tidak sedang dicabut hak pilihnya
sesuai dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap; h. tidak pernah sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga)
kali masa jabatan; i. terdaftar sebagai penduduk dan bertempat
tinggal di Desa setempat paling kurang 1 (satu) tahun sebelum
pendaftaran; j. tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara; k.
bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa; l. Sehat jasmani dan
rohani yang dinyatakan dengan surat keterangan dokter pemerintah;
m. membuat surat pernyataan tidak akan mengundurkan diri hingga
proses pelantikan berakhir; dann. terdaftar dalam daftar pemilih
tetap;(2) Pegawai negeri sipil yang mencalonkan diri dalam
pemilihan Kepala Desa harus mendapatkan izin tertulis dari pejabat
pembina kepegawaian;(3) Dalam hal pegawai negeri sipil sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) terpilih dan diangkat menjadi Kepala Desa,
yang bersangkutan dibebaskan sementara dari jabatannya selama
menjadi Kepala Desa tanpa kehilangan hak sebagai pegawai negeri
sipil.(4) Bagi pengurus partai politik yang mencalonkan diri
sebagai Calon Kepala Desa harus non aktif dari keanggotaan dan atau
kepengurusan partai politik yang bersangkutan yang dibuktikan
dengan surat keterangan dari pimpinannya yang lebih tinggi;
8. Ketentuan Pasal 11B ayat (1), dan ayat (2) diubah sehingga
Pasal 11B berbunyi sebagai berikut:Pasal 11B(1) Kepala Desa dapat
mencalonkan diri sebagai bakal calon Kepala Desa periode berikutnya
apabila yang bersangkutan baru menjabat 1 (satu) dan/atau 2 (dua)
periode sebagaimana yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan.(2) Kepala Desa yang akan mencalonkan diri
kembali diberi cuti sejak ditetapkan sebagai calon sampai dengan
selesainya pelaksanaan penetapan calon terpilih. (3) Cuti
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus mendapat izin dari Bupati
atau pejabat yang ditunjuk;(4) Selama masa cuti sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Kepala Desa dilarangmenggunakan fasilitas
pemerintah desa untuk kepentingan sebagai calon Kepala Desa;(5)
Berdasarkan cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (3), camat
menetapkan Sekretaris Desa sebagai Pelaksanan Tugas Kepala Desa;(6)
Apabila sekretaris desa berhalangan tetap maka dapat ditunjuk
pejabat lain;(7) Wewenang tugas dan kewajiban Penjabat Kepala Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) adalah sama dengan wewenang,
tugas dan kewajiban Kepala Desa.
9. Diantara Pasal 11C dan Pasal 12 ditambah 1 (satu) pasal yaitu
Pasal 11D, sehingga berbunyi sebagai berikut:Pasal 11D(1) Perangkat
Desa yang mencalonkan diri dalam pemilihan kepala Desa diberi cuti
terhitung sejak yang bersangkutan terdaftar sebagai bakal calon
kepala Desa sampai dengan selesainya pelaksanaan penetapan calon
terpilih. (2) Tugas perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dirangkap oleh perangkat Desa lainnya yang ditetapkan dengan
keputusan kepala Desa.
10. Ketentuan Pasal 13 ayat (3), diubah sehingga Pasal 13
berbunyi sebagai berikut:Pasal 13(1) Panitia Pemilihan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) melakukan pendaftaran bakal calon
kepala desa maupun calon pemilih;(2) Bersamaan dengan pelaksanaan
pendaftaran sebagaimana dimaksud ayat (1), Panitia Pemilihan
melakukan Penjaringan Bakal Calon Kepala Desa;(3) Pengumuman dan
pendaftaran bakal calon dalam jangka waktu 9 (sembilan) Hari;
11. Ketentuan Pasal 14 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut
:Pasal 14(1) Panitia pemilihan melakukan penjaringan dan
penyaringan Bakal Calon Kepala Desa;(2) Penjaringan dan Penyaringan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi penelitian kelengkapan
dan keabsahan persyaratan administrasi bakal calon Kepala Desa;(3)
Hasil Penelitian sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilaporkan
kepada BPD dan Tim Pemantau Pemilihan Kepala Desa Kabupaten melalui
Camat;
12. Ketentuan Pasal 15 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:Pasal 15(1) Penelitian kelengkapan dan keabsahan
persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 ayat
(1) disertai klarifikasi pada instansi yang berwenang yang
dilengkapi dengan surat keterangan dari yang berwenang.(2) Panitia
pemilihan mengumumkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada
Pasal 14 ayat (1), kepada masyarakat untuk memperoleh masukan.(3)
Masukan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib
diproses dan ditindak lanjuti panitia pemilihan.
13. Ketentuan Pasal 16 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:Pasal 16(1) Dalam hal bakal calon kepala desa yang memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 berjumlah paling
sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak 5 (lima) orang, Panitia
pemilihan kepala desa menetapkan bakal calon kepala desa menjadi
calon kepala desa.(2) Calon kepala desa yang ditetapkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diumumkan kepada masyarakat.
14. Ketentuan Pasal 17 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:Pasal 17(1) Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 kurang dari 2 (dua) orang,
panitia pemilihan memperpanjang waktu pendaftaran selama 20 (dua
puluh) hari.(2) Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan
tetap kurang dari 2 (dua) setelah perpanjangan waktu pendaftaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati menunda pelaksanaan
pemilihan Kepala Desa sampai dengan waktu yang ditetapkan
kemudian.(3) Apabila dalam tenggang waktu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) masa jabatan Kepala Desa berakhir, Bupati mengangkat
penjabat Kepala Desa dari pegawai Negeri Sipil dilingkungan
pemerintah Kabupaten.
15. Ketentuan Pasal 18 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:Pasal 18Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 lebih dari 5 (lima) orang,
panitia melakukan seleksi tambahan dengan menggunakan kriteria
pengalaman bekerja di lembaga pemerintahan, tingkat pendidikan,
usia dan persyaratan lain yang ditetapkan dengan peraturan
Bupati.
16. Ketentuan Pasal 19 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:Pasal 19(1) Penetapan calon kepala desa disertai dengan
penentuan nomor urut melalui undian secara terbuka oleh Panitia
pemilihan.(2) Undian nomor urut calon sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dihadiri oleh para calon.(3) Nomor urut dan nama calon
yang telah ditetapkan disusun dalam daftar calon dan dituangkan
dalam berita acara penetapan calon Kepala Desa.(4) Panitia
pemilihan mengumumkan melalui media masa dan/atau papan pengumuman
tentang nama calon yang telah ditetapkan, paling lambat 7 (tujuh)
hari sejak tanggal ditetapkan.(5) Pengumuman sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) bersifat final dan mengikat.
17. Ketentuan Pasal 20 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) diubah
dan ditambah 1 (satu) ayat, yakni ayat (5), sehingga Pasal 20
berbunyi sebagai berikut:Pasal 20(1) Bentuk, tata cara dan tata
tertib kampanye Calon Kepala Desa diatur lebih lanjut oleh panitia
pemilihan;(2) Pelaksana Kampanye dilarang:a. mempersoalkan dasar
negara Pancasila, Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dan bentuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia;b. melakukan kegiatan yang membahayakan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia;c. menghina seseorang, agama, suku,
ras, golongan, calon dan/atau Calon yang lain;d. menghasut dan
mengadu-domba perseorangan atau masyarakat;e. mengganggu ketertiban
umum;f. mengancam untuk melakukan kekerasan, atau menganjurkan
penggunaan kekerasan kepada seseorang, sekelompok anggota
masyarakat, dan/atau calon yang lain;g. merusak dan/atau
menghilangkan alat peraga Kampanye Calon;h. menggunakan fasilitas
pemerintah, tempat ibadah, dan tempat pendidikan;i. membawa atau
menggunakan gambar dan/atau atribut Calon lain selain dari gambar
dan/atau atribut Calon yang bersangkutan; danj. menjanjikan atau
memberikan uang atau materi lainnya kepada pesertaKampanye.(3)
Pelaksanaan kampanye calon kepala Desa dalam jangka waktu 3 (tiga)
hari sebelum dimulainya masa tenang; (4) Masa tenang selama 3
(tiga) hari sebelum hari dan tanggal pemungutan suara; dan(5) Hari
dan tanggal pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
ditetapkan oleh bupati.
18. Ketentuan Pasal 23 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:Pasal 23(1) Pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (5), dilakukan dengan memberikan suara melalui surat
suara yang berisi nomor, foto, dan nama calon atau berdasarkan
kebiasaan masyarakat desa setempat.(2) Pemberian suara untuk
pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
mencoblos salah satu calon dalam surat suara.
19. Ketentuan Pasal 24 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:Pasal 24Pengadaan bahan, jumlah, bentuk, ukuran, dan warna
surat suara, kotak suara, kelengkapan peralatan lain serta
pendistribusiannya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.
20. Ketentuan Pasal 25 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:Pasal 25(1) Jumlah pemilih di TPS ditentukan panitia
pemilihan.(2) TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditentukan
lokasinya di tempat yang mudah dijangkau, termasuk oleh penyandang
cacat, serta menjamin setiap pemilih dapat memberikan suaranya
secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.(3) Jumlah,
lokasi, bentuk, dan tata letak TPS ditetapkan oleh panitia
pemilihan.
21. Ketentuan Pasal 26 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:Pasal 26(1) Pemilih tunanetra, tunadaksa, atau yang
mempunyai halangan fisik lain pada saat memberikan suaranya di TPS
dapat dibantu oleh panitia atau orang lain atas permintaan
pemilih.(2) Anggota panitia atau orang lain yang membantu pemilih
sebagaimana dimaksudpada ayat (2), wajib merahasiakan pilihan
pemilih yang bersangkutan.
22. Ketentuan Pasal 27 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:Pasal 27Pemilih yang menjalani rawat inap di rumah sakit
atau sejenisnya, yang sedang menjalani hukuman penjara, pemilih
yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap, yang tinggal di perahu
atau pekerja lepas pantai, dan tempat-tempat lain memberikan suara
di TPS khusus.
23. Ketentuan Pasal 28 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:Pasal 28(1) Sebelum melaksanakan pemungutan suara, panitia
pemilihan melakukan kegiatan:a. pembukaan kotak suara;b.
pengeluaran seluruh isi kotak suara;c. pengidentifikasian jenis
dokumen dan peralatan; dand. penghitungan jumlah setiap jenis
dokumen dan peralatan.(2) Kegiatan panitia sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dihadiri oleh saksi dari calon, BPD, pengawas,
dan warga masyarakat.(3) Kegiatan panitia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dibuatkan berita acara yang ditandatangani oleh Ketua
panitia, dan sekurang-kurangnya 2 (dua) anggota panitia serta dapat
ditandatangani oleh saksi dari calon.
24. Ketentuan Pasal 29 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:Pasal 29(1) Setelah melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (1), panitia memberikan penjelasan mengenai
tata cara pemungutan suara.(2) Dalam pemberian suara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), pemilih diberi kesempatan oleh panitia
berdasarkan prinsip urutan kehadiran pemilih.(3) Apabila menerima
surat suara yang ternyata rusak, pemilih dapat meminta surat suara
pengganti kepada panitia, kemudian panitia memberikan surat suara
pengganti hanya satu kali.(4) Apabila terdapat kekeliruan dalam
cara memberikan suara, pemilih dapat meminta surat suara pengganti
kepada panitia, panitia memberikan surat suara pengganti hanya satu
kali.
25. Ketentuan Pasal 30 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:Pasal 30(1) Pencoblosan surat suara oleh pemilih
dilaksanakan dalam bilik suara dengan menggunakan alat yang telah
disediakan oleh panitia pemilihan;(2) Pemilih yang telah mencoblos
surat suara, wajib memberi tanda pada salah satu jari tangannya
dengan tinta yang telah disediakan oleh panitia pemilih.
26. Ketentuan Pasal 31 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:Pasal 31(1) Calon Kepala Desa dapat menugaskan saksi dalam
perhitungan suara ditempat pemungutan suara;(2) Panitia pemilihan
membuka kotak suara dan menghitung setiap lembar surat suara dengan
menyebutkan nomor, foto, dan nama calon yang sah atau tidak sah
kemudian dicatat di papan penghitungan suara yang ditempatkan
sedemikian rupa sehingga dapat dilihat dengan jelas oleh warga
masyarakat.
27. Ketentuan Pasal 32 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:Pasal 32Suara untuk pemilihan Kepala Desa dinyatakan sah
apabila:a. surat suara ditandatangani oleh ketua panitia; danb.
tanda coblos hanya terdapat pada 1 (satu) kotak segi empat yang
memuat satu calon; atauc. tanda coblos terdapat dalam salah satu
kotak segi empat yang memuat nomor, foto dan nama calon yang telah
ditentukan; ataud. tanda coblos lebih dari satu, tetapi masih di
dalam salah satu kotak segi empat yang memuat nomor, foto, dan nama
calon; ataue. tanda coblos terdapat pada salah satu garis kotak
segi empat yang memuat nomor, foto, dan nama calon.
28. Ketentuan Pasal 33 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:Pasal 33(1) Penghitungan suara di TPS dilakukan oleh
panitia setelah pemungutan suara berakhir.(2) Sebelum penghitungan
suara dimulai sebagaimana dimaksud pada ayat (1), panitia pemilihan
menghitung:a. jumlah pemilih yang memberikan suara berdasarkan
salinan daftar pemilih tetap untuk TPS;b. jumlah pemilih dari TPS
lain;c. jumlah surat suara yang tidak terpakai; dand. jumlah surat
suara yang dikembalikan oleh pemilih karena rusak atau keliru
dicoblos.(3) Penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dilakukan dan selesai di TPS oleh panitia pemilihan dan dapat
dihadiri dan disaksikan oleh saksi calon, BPD, pengawas, dan warga
masyarakat.(4) Saksi calon dalam penghitungan suara sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), harus membawa surat mandat dari calon yang
bersangkutan dan menyerahkannya kepada Ketua panitia.(5) Panitia
membuat berita acara hasil penghitungan suara yang ditandatangani
oleh ketua dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota panitia
serta dapat ditandatangani oleh saksi calon.(6) Panitia memberikan
salinan Berita Acara hasil penghitungan suara sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) kepada masing-masing saksi calon yang hadir sebanyak
1 (satu) eksemplar dan menempelkan 1 (satu) eksemplar sertifikat
hasil penghitungan suara di tempat umum.(7) Berita acara beserta
kelengkapannya sebagaimana dimaksud pada ayat (6), dimasukkan dalam
sampul khusus yang disediakan dan dimasukkan ke dalam kotak suara
yang pada bagian luar ditempel label atau segel.(8) Panitia
menyerahkan berita acara hasil penghitungan suara, surat suara, dan
alat kelengkapan administrasi pemungutan dan penghitungan suara
kepada BPD segera setelah selesai penghitungan suara.
29. Ketentuan Pasal 34 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:Pasal 34Perlengkapan pemungutan suara dan penghitungan
suara ditempat pemungutan suara, disimpan di kantor desa atau di
tempat lain yang terjamin keamanannya.
30. Ketentuan Pasal 36 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:Pasal 36(1) Calon Kepala Desa yang memperoleh suara
terbanyak dari jumlah suara sah ditetapkan sebagai calon Kepala
Desa terpilih.(2) Dalam hal jumlah calon Kepala Desa terpilih yang
memperoleh suara terbanyak yang sama lebih dari 1 (satu) calon pada
desa dengan tempat pemungutan suara lebih dari 1 (satu), calon
terpilih ditetapkan berdasarkan suara terbanyak pada tempat
pemungutan suara dengan jumlah pemilih terbanyak.(3) Dalam hal
jumlah calon terpilih yang memperoleh suara terbanyak yang sama
lebih dari 1 (satu) calon pada desa dengan tempat pemungutan suara
hanya 1 (satu), calon terpilih ditetapkan berdasarkan wilayah
tempat tinggal dengan jumlah pemilih terbesar.(4) Panitia pemilihan
kepala desa menyampaikan laporan hasil pemilihan kepala desa kepada
BPD.
31. Ketentuan Pasal 39 ayat (1) diubah sehingga Pasal 39
berbunyi sebagai berikut :Pasal 39(1) BPD berdasarkan laporan hasil
pemilihan kepala desa sebagaimana dimaksud pada Pasal 36 ayat (4)
menyampaikan calon kepala desa terpilih berdasarkan suara terbanyak
kepada Bupati melalui camat dengan tembusan kepada kepala desa.(2)
Bupati menetapkan pengesahan dan pengangkatan kepala desa terpilih
dengan keputusan Bupati
32. Ketentuan Pasal 40 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:Pasal 40(1) Badan Permusyawaratan Desa melaporkan mengenai
calon kepala desa terpilih kepada bupati paling lambat 7 (tujuh)
Hari setelah menerima laporan panitia; (2) Dalam hal terjadi
perselisihan hasil pemilihan kepala Desa, bupati wajib
menyelesaikan perselisihan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari.
(3) Apabila tidak ada keberatan dari calon kepala desa yang tidak
terpilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Bupati menerbitkan
keputusan mengenai pengesahan dan pengangkatan kepala Desa terpilih
paling lambat 30 (tiga puluh) Hari sejak diterima laporan dari
Badan Permusyawaratan Desa; (4) Bupati atau pejabat lain yang
ditunjuk melantik calon kepala Desa terpilih paling lambat 30 (tiga
puluh) Hari sejak diterbitkan keputusan pengesahan dan pengangkatan
kepala Desa dengan tata cara sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. (5) Pejabat lain yang ditunjuk sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) adalah wakil Bupati atau camat atau sebutan
lain. (6) Keputusan Bupati atau pejabat lain yang ditunjuk mengenai
pengesahan dan pengangkatan kepala Desa terpilih sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3), berlaku sejak pelantikan.
33. Ketentuan Pasal 43 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:Pasal 43(1) Kepala Desa memegang jabatan selama 6 (enam)
tahun terhitung sejak tanggal pelantikan. (2) Kepala Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling banyak 3
(tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara
berturut-turut. 34. Ketentuan Pasal 47 diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut:Pasal 47Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak,
dan kewajibannya, kepala Desa wajib membuat dan menyampaikan
laporan sebagai berikut: a. menyampaikan laporan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa setiap akhir tahun anggaran kepada bupati; b.
menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada akhir
masa jabatan kepada bupati; c. menyampaikan laporan keterangan
penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada Badan
Permusyawaratan Desa setiap akhir tahun anggaran. d.
Menginformasikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Kepada
Masyarakat.
35. Diantara Pasal 47 dan Pasal 48, disisipkan 4 (empat) pasal
yakni Pasal 47A, Pasal 47B, Pasal 47C, dan Pasal 47D sehingga
berbunyi sebagai berikut:Pasal 47A(1) Laporan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf a
disampaikan kepada bupati melalui camat paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah berakhirnya tahun anggaran. (2) Laporan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling sedikit memuat: a. pertanggungjawaban penyelenggaraan
Pemerintahan Desa; b. pertanggungjawaban pelaksanaan pembangunan;
c. pelaksanaan pembinaan kemasyarakatan; dan d. pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat. (3) Laporan penyelenggaraan Pemerintahan
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai bahan
evaluasi oleh bupati untuk dasar pembinaan dan pengawasan. Pasal
47B(1) Kepala Desa wajib menyampaikan laporan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa pada akhir masa jabatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 47 huruf b kepada bupati melalui camat.(2) Laporan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disampaikan dalam jangka waktu 5 (lima) bulan sebelum
berakhirnya masa jabatan. (3) Laporan penyelenggaraan Pemerintahan
Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat: a.
ringkasan laporan tahun-tahun sebelumnya; b. rencana
penyelenggaraan Pemerintahan Desa dalam jangka waktu untuk 5 (lima)
bulan sisa masa jabatan; c. hasil yang dicapai dan yang belum
dicapai; dan d. hal yang dianggap perlu perbaikan. (4) Pelaksanaan
atas rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf b dilaporkan oleh kepala Desa kepada bupati
dalam memori serah terima jabatan. Pasal 47C(1) Kepala Desa
menyampaikan laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf c setiap akhir tahun
anggaran kepada Badan Permusyawaratan Desa secara tertulis paling
lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran. (2)
Laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat pelaksanaan peraturan
Desa. (3) Laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan oleh Badan
Permusyawaratan Desa dalam melaksanakan fungsi pengawasan kinerja
kepala Desa. Pasal 47D(1) Kepala Desa menyampaikan laporan
keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 47 huruf d setiap akhir tahun anggaran kepada
Masyarakat secara tertulis dan atau lisan paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah berakhirnya tahun anggaran. (2) Laporan keterangan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling sedikit memuat pelaksanaan peraturan Desa. (3) Laporan
keterangan penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dilakukan dengan menempelkan pada papan
pengumuman berupa baliho, selebaran dan atau menginformasikan pada
pertemuan masyarakat desa.36. Ketentuan Pasal 49 ayat (2), ditambah
1 (satu) huruf yakni huruf g, sehingga Pasal 49 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 49(1) Kepala Desa berhenti, karena:a. meninggal dunia;b.
mengundurkan diri atas permintaan sendiri;c. diberhentikan.(2)
Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf
c, karena :a. berakhir masa jabatannya atau telah dilantik pejabat
yang baru;b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan
atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam)
bulan;c. tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9;d. dinyatakan melanggar sumpah /janji jabatan;e. Tidak
melaksanakan kewajiban Kepala Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
45;f. melanggar larangan bagi kepala desa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 46.g. Adanya perubahan status desa menjadi kelurahan,
penggabungan 2 (dua) desa atau lebih menjadi 1 (satu) Desa Baru,
atau penghapusan desa.(3) Usul pemberhentian Kepala Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b dan ayat (2)
huruf a, huruf b, diusulkan oleh Pimpinan BPD kepada Bupati melalui
Camat berdasarkan keputusan musyawarah BPD yang dihadiri oleh
paling sedikit (satu perdua) ditambah satu dari jumlah anggota
BPD;(4) Usuh pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c dan ayat (2) huruf c, d, e dan f disampaikan oleh
BPD kepada Bupati melalui camat berdasarkan keputusan musyawarah
BPD yang dihadiri oleh 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota
BPD;(5) Pengesahan pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dan ayat (4) ditetapkan dengan keputusan Bupati
paling lama 30 (tigapuluh ) hari sejak usul diterima.
37. Ketentuan Pasal 56 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:Pasal 56(1) Dalam Hal kepala desa berhenti dan atau
diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 maka : a. Dalam
hal sisa masa jabatan kepala Desa yang berhenti tidak lebih dari 1
(satu) tahun karena diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
49 ayat (1) huruf a dan huruf b serta ayat (2) huruf b, huruf c,
huruf d, huruf e, dan pasal 51 ayat (3), bupati mengangkat pegawai
negeri sipil dari pemerintah daerah kabupaten sebagai penjabat
kepala Desa sampai terpilihnya kepala Desa yang baru.b. Dalam hal
sisa masa jabatan kepala Desa yang berhenti lebih dari 1 (satu)
tahun karena diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat
(1) huruf a dan huruf b serta ayat (2) huruf b, huruf c, huruf d,
huruf e, dan pasal 51 ayat (3), bupati mengangkat pegawai negeri
sipil dari pemerintah daerah kabupaten sebagai penjabat kepala Desa
sampai terpilihnya kepala Desa yang baru melalui hasil musyawarah
Desa.(2)Pegawai negeri sipil yang diangkat sebagai penjabat kepala
Desa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), wajib :a. paling sedikit
harus memahami bidang kepemimpinan dan teknis pemerintahan;b.
melaksanakan tugas, wewenang, dan kewajiban kepala desa, dan;c.
memperoleh hak yang sama dengan kepala Desa. (3) Kepala desa yang
berstatus pagawai negeri sipil apabila berhenti sebagai kepala Desa
dikembalikan kepada instansi induknya.(4) Kepala Desa yang
berstatus pegawai negeri sipil apabila telah mencapai batas usia
pensiun sebagai pegawai negeri sipil diberhentikan dengan hormat
sebagai pegawai negeri sipil dengan memperoleh hak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. (5) Pejabat Kepala desa
diambil sumpahnya oleh bupati atau pejabat yang ditunjuk.
38. Diantara BAB XA dan BAB XI, disisipkan 1 (satu) BAB yakni
BAB XB, dan diantara Pasal 56A dan Pasal 57 disisipi 2 (dua) pasal
yakni Pasal 56 B dan Pasal 56 C, sehingga berbunyi sebagai
berikut:BAB XBPemilihan Kepala Desa Antar Waktu Melalui Musyawarah
DesaPasal 56BMusyawarah Desa yang diselenggarakan khusus untuk
pelaksanaan pemilihan kepala Desa antarwaktu dilaksanakan paling
lama dalam jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak kepala Desa
diberhentikan dengan mekanisme sebagai berikut: A. Sebelum
penyelenggaraan musyawarah Desa, dilakukan kegiatan yang meliputi:
1. pembentukan panitia pemilihan kepala Desa antar waktu oleh Badan
Permusyawaratan Desa paling lama dalam jangka waktu 15 (lima belas)
Hari terhitung sejak kepala Desa diberhentikan; 2. pengajuan biaya
pemilihan dengan beban APB Desa oleh panitia pemilihan kepada
penjabat kepala Desa paling lambat dalam jangka waktu 30 (tiga
puluh) Hari terhitung sejak panitia terbentuk; 3. pemberian
persetujuan biaya pemilihan oleh penjabat kepala Desa paling lama
dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) Hari terhitung sejak diajukan
oleh panitia pemilihan; 4. pengumuman dan pendaftaran bakal calon
kepala Desa oleh panitia pemilihan dalam jangka waktu 15 (lima
belas) Hari; 5. penelitian kelengkapan persyaratan administrasi
bakal calon oleh panitia pemilihan dalam jangka waktu 7 (tujuh)
Hari; dan 6. penetapan calon kepala Desa antarwaktu oleh panitia
pemilihan paling sedikit 2 (dua) orang calon dan paling banyak 3
(tiga) orang calon yang dimintakan pengesahan musyawarah Desa untuk
ditetapkan sebagai calon yang berhak dipilih dalam musyawarah Desa.
B. Badan Permusyawaratan Desa menyelenggarakan musyawarah Desa yang
meliputi kegiatan: 1. penyelenggaraan musyawarah Desa dipimpin oleh
Ketua Badan Permusyawaratan Desa yang teknis pelaksanaan
pemilihannya dilakukan oleh panitia pemilihan; 2. pengesahan calon
kepala Desa yang berhak dipilih oleh musyawarah Desa melalui
musyawarah mufakat atau melalui pemungutan suara; 3. pelaksanaan
pemilihan calon kepala Desa oleh panitia pemilihan melalui
mekanisme musyawarah mufakat atau melalui pemungutan suara yang
telah disepakati oleh musyawarah Desa; 4. pelaporan hasil pemilihan
calon kepala Desa oleh panitia pemilihan kepada musyawarah Desa; 5.
pengesahan calon terpilih oleh musyawarah Desa; 6. pelaporan hasil
pemilihan kepala Desa melalui musyawarah Desa kepada Badan
Permusyawaratan Desa dalam jangka waktu 7 (tujuh) Hari setelah
musyawarah Desa mengesahkan calon kepala Desa terpilih; 7.
pelaporan calon kepala Desa terpilih hasil musyawarah Desa oleh
ketua Badan Permusyawaratan Desa kepada bupati paling lambat 7
(tujuh) Hari setelah menerima laporan dari panitia pemilihan; 8.
penerbitan keputusan bupati tentang pengesahan pengangkatan calon
kepala Desa terpilih paling lambat 30 (tiga puluh) Hari sejak
diterimanya laporan dari Badan Permusyawaratan Desa; dan 9.
pelantikan kepala Desa oleh bupati paling lama 30 (tiga puluh) Hari
sejak diterbitkan keputusan pengesahan pengangkatan Calon Kepala
Desa terpilih dengan urutan acara pelantikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.10. Ketentuan lebih lanjut
mengenai pemilihan kepala Desa antar waktu diatur dengan Peraturan
Bupati.Pasal 56C(1) Musyawarah desa diselenggarakan oleh Badan
Permusyawaratan Desa yang difasilitasi oleh Pemerintah Desa.(2)
Musyawarah desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diikuti oleh
Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan desa, dan unsur
masyarakat.(3) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud ada ayat (2)
terdiri atas :a. Tokoh Adat;b. tokoh agama;c. tokoh masyarakat;d.
tokoh pendidikan;e. perwakilan kelompok tani;f. perwakilan kelompok
nelayan;g. perwakilan kelompok perajin;h. perwakilan kelompok
perempuan;i. perwakilan kelompok pemerhati dan perlindungan anak;
danj. perwakilan kelompok masyarakat miskin.(4) selain unsur
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), musyawarah desa dapat
melibatkan unsur masyarakat lain sesuai dengan kondisi sosial
budaya masyarakat.
39. Ketentuan Pasal 60 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:Pasal 60(1) Dalam hal terjadi kebijakan penundaan
pelaksanaan pemilihan kepala Desa, kepala Desa yang habis masa
jabatannya tetap diberhentikan dan selanjutnya bupati mengangkat
penjabat kepala Desa. (2) Bupati mengangkat penjabat kepala Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dari pegawai negeri sipil dari
pemerintah daerah kabupaten. 40. Ketentuan Pasal 62 ayat (1a)
dihapus, sehingga berbunyi sebagai berikut :Pasal 62(1) Pada saat
Peraturan daerah ini berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi
Nomor 8 tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan daerah
Kabupaten Banyuwangi Nomor 2 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 8 Tahun 2000 tentang
Tata Cara Pencalonan , Pemilihan, Pelantikan, dan Pemberhentian
Kepala Desa dicabut dan dinyatakan tidak berlaku;(2) Hal-hal lain
yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai
teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan peraturan
Bupati. Pasal IIPeraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam
Lembaran Daerah Kabupaten Banyuwangi.
Ditetapkan di BanyuwangiPada tanggal
............................... 2015BUPATI BANYUWANGI,
H. ABDULLAH AZWAR ANASDiundangkan di BanyuwangiPada tanggal
................................2015Sekretaris Daerah Kabupaten
Banyuwangi
.............................................Pembina Utama
MadyaNIP. ......................................
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN ... NOMOR ...
PENJELASANATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGINOMOR... TAHUN 2015
Tentang PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN
BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN,
PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA
DESA
I.UMUMPerwujudan kepastian hukum dan kelancaran pencalonan,
pemilihan, dan pelantikan kepala desa di Kabupaten Banyuwangi perlu
diatur dalam tata cara pencalonan, pemilihan, dan pelantikan kepala
desa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengaturan pencalonan, pemilihan, pelantikan, dan pemberhentian
kepala desa merupakan pedoman bagi desa dalam memilih seorang
pimpinan dalam pemerintahan desa.Berdasarkan Undang-Undang No 6
tahun 2014 tentang Desa sebagai upaya untuk menyempurnakan asas,
norma dan aturan agar tidak tumpang tindih memberikan kejelasan
kewenangan kepala desa dalam mengatur dan menjalankan pemerintahan
desa secara otonom. Keberadaan undang-Undang No 6 tahun 2014
tentang desa, menghapuskan Pasal 200 sampai dengan Pasal 216 dalam
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah,
namun peraturan pelaksanaan tentang Desa yang selama ini ada tetap
berlaku berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang
tentang desa.Pasal 158 Bab XIII ketentuan penutup Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa menyatakan
bahwa pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan
Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku. Undang-Undang No 6 tahun 2014 tentang Desa dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa
selanjutnya dijabarkan lebih lanjut pada Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa.Atas dasar
pertimbangan dimaksud, perlu menetapkan Peraturan daerah Kabupaten
Banyuwangi tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten
Banyuwangi Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pemilihan,
Pencalonan, Pengangkatan, Pelantikan Dan Pemberhentian Kepala
Desa.
II.PASAL DEMI PASALPasal IAngka 1Pasal ICukup jelasAngka 2Pasal
2 ACukup jelasPasal 2 BCukup jelasPasal 2 CCukup jelasPasal 2
DCukup jelasAngka 3Pasal 2Cukup jelasAngka 4Pasal 5Cukup jelasAngka
5Pasal 8Cukup jelasAngka 6Pasal 8 ACukup jelasPasal 8 BCukup
jelasPasal 8 CCukup jelasPasal 8 DCukup jelasPasal 8 ECukup
jelasPasal 8 FCukup jelasPasal 8 GCukup jelasPasal 8 HCukup
jelasPasal 8 ICukup jelasPasal 8 J Cukup jelasAngka 7Pasal 9Cukup
jelas
Angka 8Pasal 11BCukup jelasAngka 9Pasal 11DCukup jelasAngka
10Pasal 13Cukup jelasAngka 11Pasal 14Ayat (1)Cukup jelasAyat
(2)Yang dimaksud dengan persyaratan administrasi adalah dokumen
mengenai persyaratan administrasi bakal calon, antara lain, terdiri
atas: 1. surat keterangan sebagai bukti sebagai warga negara
Indonesia dari pejabat tingkat kabupaten; 2. surat pernyataan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dibuat oleh yang
bersangkutan di atas kertas segel atau bermeterai cukup; 3. surat
pernyataan memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, mempertahankan dan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka
Tunggal Ika, yang dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas
segel atau bermeterai cukup; 4. ijazah pendidikan formal dari
tingkat dasar sampai dengan ijazah terakhir yang dilegalisasi oleh
pejabat berwenang atau surat pernyataan dari pejabat yang
berwenang; 5. akta kelahiran atau surat keterangan kenal lahir; 6.
surat pernyataan bersedia dicalonkan menjadi kepala Desa yang
dibuat oleh yang bersangkutan di atas kertas segel atau bermeterai
cukup; 7. kartu tanda penduduk dan surat keterangan bertempat
tinggal paling kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran dari rukun
tetangga/rukun warga dan kepala Desa setempat; 8. surat keterangan
dari ketua pengadilan bahwa tidak pernah dijatuhi pidana penjara
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih; 9. surat
keterangan dari ketua pengadilan negeri bahwa tidak sedang dicabut
hak pilihnya sesuai dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai
hukum tetap; 10. surat keterangan berbadan sehat dari rumah sakit
umum daerah; dan 11. surat keterangan dari pemerintah daerah
kabupaten dan surat pernyataan dari yang bersangkutan bahwa tidak
pernah menjadi kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa jabatan. Ayat
(3)Cukup jelasAngka 12Pasal 15Cukup jelasAngka 13Pasal 16Cukup
jelasAngka 14Pasal 17Cukup jelasAngka 15Pasal 18Cukup jelasAngka
16Pasal 19Cukup jelasAngka 17Pasal 20Cukup jelasAngka 18Pasal
23Cukup jelasAngka 19Pasal 24Cukup jelasAngka 20Pasal 25Cukup
jelasAngka 21Pasal 26Cukup jelasAngka 22Pasal 27Cukup jelasAngka
23Pasal 28Cukup jelasAngka 24Pasal 29Cukup jelasAngka 25Pasal
30Cukup jelasAngka 26Pasal 31Cukup jelasAngka 27Pasal 32Cukup
jelasAngka 28Pasal 33Cukup jelasAngka 29Pasal 34Cukup jelasAngka
30Pasal 36Cukup jelasAngka 31Pasal 39Cukup jelasAngka 32Pasal
40Cukup jelasAngka 33Pasal 43Ayat (1)Yang dimaksud dengan terhitung
sejak tanggal pelantikan adalah seseorang yang telah dilantik
sebagai Kepala Desa maka apabila yang bersangkutan mengundurkan
diri sebelum habis masa jabatannya dianggap telah menjabat satu
periode masa jabatan 6 (enam) tahun.Ayat (2)Kepala Desa yang telah
menjabat satu kali masa jabatan berdasarkan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 diberi kesempatan untuk mencalonkan kembali paling lama
2 (dua) kali masa jabatan. Sementara itu, Kepala Desa yang telah
menjabat 2 (dua) kali masa jabatan berdasarkan Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 diberi kesempatan untuk mencalonkan kembali hanya 1
(satu) kali masa jabatan.Angka 34Pasal 47Cukup jelasAngka 35Pasal
47ACukup jelasPasal 47BCukup jelasPasal 47CCukup jelasPasal
47DCukup jelasAngka 36Pasal 49Ayat (1)Cukup JelasAyat (2)Huruf a
Yang dimaksud dengan berakhir masa jabatannya adalah apabila
seorang Kepala Desa yang telah berakhir masa jabatannya 6 (enam)
tahun terhitung tanggal pelantikan harus diberhentikan. Dalam hal
belum ada calon terpilih dan belum dapat dilaksanakan pemilihan,
diangkat penjabat. Huruf bYang dimaksud dengan tidak dapat
melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap
adalah apabila Kepala Desa menderita sakit yang mengakibatkan, baik
fisik maupun mental, tidak berfungsi secara normal yang dibuktikan
dengan surat keterangan dokter yang berwenang dan/atau tidak
diketahui keberadaannya.Huruf c. Cukup jelasHuruf d. Cukup
jelasHuruf e. Cukup jelasHuruf f. Cukup jelasHuruf g. Cukup
jelasAngka 37Pasal 56Cukup jelasAngka 38Cukup jelasAngka 39Pasal
56BCukup jelasPasal 56CCukup jelasAngka 40Pasal 60Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR ....
44