I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati yang meliputi keragaman jenis, ekosistem dan genetik merupakan permasalahan yang hangat dibicarakan pada akhir-akhir ini. Permasalahan tersebut muncul akibat hilangnya keanekaragaman genetik, jenis dan ekosistem dunia pada akhir abad ke-20. Diperkirakan rata-rata sekitar 100000 jenis telah punah setiap tahunnya, bahkan dalam kurun waktu dua setengah abad yang akan datang diperkirakan sebanyak 25% kehidupan akan hilang dari permukaan bumi ini. Maka dari itu diperlukan pangkalan data yang merekam semua data tentang keanekaragaman hayatai yang ada saat ini. Informasi dasar yang dikumpulkan adalah nama dan nomor kolektor, nama ilmiah, lokasi serta catatan lapangan. Informasi tersebut dapat diperoleh dengan melakukan kegiatan eksplorasi dan inventarisasi. Seorang taksonomiwan mempunyai target membuat daftar jenis (checklist), flora atau revisi takson tertentu di suatu lokasi (Rugayah, 2004).
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keanekaragaman hayati yang meliputi keragaman jenis, ekosistem
dan genetik merupakan permasalahan yang hangat dibicarakan pada akhir-akhir
ini. Permasalahan tersebut muncul akibat hilangnya keanekaragaman genetik,
jenis dan ekosistem dunia pada akhir abad ke-20. Diperkirakan rata-rata sekitar
100000 jenis telah punah setiap tahunnya, bahkan dalam kurun waktu dua
setengah abad yang akan datang diperkirakan sebanyak 25% kehidupan akan
hilang dari permukaan bumi ini. Maka dari itu diperlukan pangkalan data yang
merekam semua data tentang keanekaragaman hayatai yang ada saat ini. Informasi
dasar yang dikumpulkan adalah nama dan nomor kolektor, nama ilmiah, lokasi
serta catatan lapangan. Informasi tersebut dapat diperoleh dengan melakukan
kegiatan eksplorasi dan inventarisasi. Seorang taksonomiwan mempunyai target
membuat daftar jenis (checklist), flora atau revisi takson tertentu di suatu lokasi
(Rugayah, 2004).
Studi taksonomi tumbuhan didasarkan pada bahan nyata yang harus
ada yang lazimnya disebut sebagai spesimen. Suatu spesimen dapat berupa tubuh
tumbuhan yang lengkap. Spesimen yang digunakan untuk studi taksonomi bisa
berupa tumbuhan segar yang masih hidup, tapi biasanya berupa bahan tumbuhan
yang telah dimatikan lalu diawetkan dengan metode tertentu yang lazimnya
berupa bahan yang disebut herbarium (Tjitrosoepomo, 1998).
Herbarium merupakan tempat penyimpanan contoh (spesimen)
tumbuhan yang telah diawetkan, baik secara kering maupun basah, dan disebut
material herbarium. Material herbarium yang paling baik selalu disertai identitas
pengumpul (nama pengumpul atau kolektor dan nomor koleksi) serta dilengkapi
keterangan lokasi aal material dan keterangan tumbuhan tersebut dari lapangan.
Para pakar botani kehutanan dan pertanian yang hampir setiap waktu berurusan
dengan tumbuh-tumbuhan yang suatu saat dianggapnya akan bermanfaat bagi
ilmu pengetahuan. Tumbuhan yang dikumpulkan berbeda menurut tujuan
pengumpulannya. Pakar botani yang menekuni bidang taksonomi, misalnya,
mengumpulkan tumbuhan secara lengkap (daun, bunga, dan buah) sedangkan
yang menekuni bidang ekologi hanya mengumpulkan tumbuhan sebagai spesimen
bukti atau voucher spesimen (Djarwaningsih, 2002).
Herbarium dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan untuk
mentakrifkan takson tumbuhan. Herbarium juga dapat digunakan sebagai bahan
penelitian untuk para ahli bunga atau ahli taksonomi. Kebermanfaatan herbarium
yang sangat besar ini menuntut perawatan dan pengelolaan spesimen yang harus
dilakukan denghan baik dan benar (Wibowo, 2007).
Herbarium Bogoriense merupakan Lembaga yang dirintis sejak
tahun 1841. Namun, koleksinya sudah ada sejak berdirinya Kebun Raya Bogor
pada tahun 1817. Pada tahun 1987 namanya berubah menjadi Balitbang Botani
yang berada di bawah naungan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia).
Pendirian Herbarium ini berfungsi untuk inventarisasi dan eksplorasi flora
khususnya Flora Malesiana (Dewangga, 2010).
Suku kamfer - kamferan atau Lauraceae adalah salah satu suku
anggota tumbuhan berbunga. Menurut sistem klasifikasi APG II suku ini termasuk
ke dalam bangsa Laurales, klad magnoliids. Ke dalam suku ini termasuk berbagai
tumbuhan rempah-rempah berwujud pohon. Kayu beraroma yang dikenal sebagai
kayu kamfer/kamper (C. camphora) telah dikenal sejak ribuan tahun sebagai
produk ekspor dari Sumatera. Namanya diambil dari nama pelabuhan utama
pengirimnya, Barus atau Pancur (orang Arab menyebutnya Fansur). Jenis kayu
aromatik lainnya yang diperdagangkan sejak dulu adalah mesoyi, yang serutan
kayunya dipakai sebagai campuran ratus. Lauraceae banyak menghasilkan pohon
dengan kualitas kayu yang baik (Wikipedia, 2013).
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan di Herbarium
Bogoriense – Bidang Botani Puslit Biologi LIPI adalah :
1. Mengetahui teknik-teknik pengolahan herbarium dan penelitian
taksonomi tumbuhan di Herbarium Bogoriense LIPI.
2. Melakukan kegiatan pengelolaan dan pengolahan material herbarium.
3. Melakukan dan mengetahui tata cara reorganisasi.
1.3 Manfaat
Manfaat dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan di Herbarium
Bogoriense – Bidang Botani Puslit Biologi LIPI adalah :
1. Menambah wawasan, pengetahuan serta tahapan pengelolaan koleksi spesimen
2. Memperoleh pengetahuan mengenai jenis, manfaat dan cara mengidentifikasi
tanaman Lauracea.
3. Terciptanya hubungan yang baik antara pihak akademis (Universitas) dan
pihak Instansi
1.4 Waktu dan Lokasi
Kerja praktek dilakukan di Herbarium Bogoriense - Bidang Botani Puslit
Biologi LIPI di wilayah Cibinong Science Center Jalan Raya Bogor-Jakarta km
46 16911 Cibinong. Pelaksanaan kerja praktek dilakukan dari tanggal 28 Januari –
15 Februari 2013.
II. MATERI DAN METODE
2.1 Materi
2.1.1 Koleksi tumbuhan
Dalam pengoleksian tumbuhan terdapat tiga tahapan, diantaranya:
Pengambilan sampel tumbuhan
Alat dan bahan yang digunakan adalah gunting stek, galah, ketapel,
parang, peta lokasi, GPS, teropong, kompas.
Pemrosesan dilapangan
Alat dan bahan yang digunakan adalah jangka sorong, kantong
plastik berbagai ukuran, penggaris, sasag, alumunium bergelombang, tali
pengikat, koran, alkohol 70% atau spirtus.
Dikirim ke herbarium
Alat dan bahan yang digunakan adalah kantong plastik berbagai
ukuran, label gantung, data lapangan.
Kegiatan koleksi spesimen bertujuan untuk mengumpulkan contoh
yang nantinya dipakai spesimen bukti bagi penelitiannya sendiri maupun
penelitian orang lain. Koleksi herbarium dikenal beberapa macam koleksi yaitu
koleksi kering dan basah. Koleksi kering terdiri atas koleksi spesimen yang
berupa ranting berdaun dengan bunga atau buah. Yang termasuk dalam koleksi
kering terdiri atas koleksi spesimen yang berupa ranting berdaun dengan bunga
atau buah. Yang termasuk dalam golongan koleksi kering antara lain koleksi
spesimen herbarium, koleksi karpologi, koleksi kayu dan koleksi biji.
Untuk koleksi basah, spesimen yang dikoleksi umumnya adalah
bunga atau buah yang mudah berubah bentuknya karena lunak atau tipis, ranting
berdaun dengan bunga atau buah, dapat juga jamur yang besar atau jamur yang
berlendir. Adapun cara menyimpan koleksi basah adalah dengan merendam
spesimen tersebut dalam larutan alkohol 70%, sedangkan untuk orchidaceae dan
zingiberaceae ditambah dengan gliserin.
2.1.2 Proses pengepresan
Alat dan bahan yang digunakan adalah Sasag kayu, alumunium
bergelombang, karton (bagian dalam) bergelombang, kertas koran, tali pengikat
atau semacam ikat pinggang yang terbuat dari bahan katun agar tidak mudah
terbakar, label / etiket gantung.
Proses pengeringan dan pengepresan yaitu aktivitas yang dilakukan
untuk menyusun ulang material tumbuhan yang dikoleksi dari lapangan untuk
dipres dan dikeringkan. Adapun penyusunan contoh tumbuhan yang akan dipres
dalam kertas koran adalah sebagai berikut:
1. Siapkan tanaman yang lengkap yang sudah diberi alkohol.
2. Pasang gantungan (Kertas bertali) untuk memberi data pada tanaman yang
terdiri atas; nama (inisial), tanggal pengambilan, dan nomor.
3. Pada permukaan atas dan bawah daun pada suatu ranting harus ditempel
dan ujung daun atau pangkal daun yang terlipat harus diluruskan.
4. Potong bagian batang, dan daun buah yang besar, sehingga semua bagian
tumbuhan tidak melebihi ukuran kertas koran.
5. Letakkan selembar koran diantara daun besar yang dilipat sehingga daun-
daun tersebut tidak saling melekat.
6. Lipatan koran diletakkan disekitar daun agar daunnya rata ketika kering.
7. Tambahkan sisipan lipatan koran dan karton bergelombang sehingga
ketebalannya sama dengan tumbuhan yang tebal
8. Buah dan bunga yang lepas dapat dimasukkan ke dalam kertas tersendiri,
harus diberi label gantung dan kemudian disimpan di dalam koleksi basah
atau karpologi.
9. Setelah tumbuhan ditata rapi, tutup dengan koran, di atasnya diberi karton
bergelombang dan alumunium bergelombang.
10. Demikian seterusnya, sampai tinggi tumpukan 30-40 cm.
11. Pada bagian teratas dan terbawah ditutup dengan sasag kayu, kemudian
bagian dekat ujung sasag diikat dengan tali atau dengan sabuk pengikat.
12. Berilah label gantungan pada sasag yang telah berisi tumbuhan yang siap
dikeringkan dan dilengkapi nama dan tanggal pengepresan.
13. Sasag yang berisi tumbuhan disusun tegak lurus atau vertical di atas rak
dalam oven agar panas yang diterima oleh material dari bawah dapat
merata.
14. Setelah di oven 3-4 hari, tumbuhan biasanya sudah kering kecuali
tumbuhan berair (sekulen) dan buah yang berkulit tebal.
2.1.3 Pengeplakan material herbarium
Alat dan bahan yang digunakan adalah pinset dengan ujung pipih,
jarum layar, jarum preparat, scalpel, gunting, kuas, stempel BO dan alat pembuat
nomor 7 digit, dispenser selotip, kertas plak dari bahan kertas bebas asam
berukuran 43x30 cm, dengan berat kertas 300 g/m2 dan 600 g/m2, sampul jenis dari
bahan bebas asam, kantung material dibuat dari sisa sisa hasil potongan sampul
jenis untuk menempatkan sisa material yang berjatuhan, selotip 3M dalam
gulungan panjang yang mengandung film polyester jernih dan perekat acrylic
untuk merekatkan material. Ada dua ukuran selotip yang sering digunakan yaitu
4,5 mm dan 6 mm, benang goodyear digunakan untuk menjahit material batang
dan buah besar yang gembung pada kertas plak sehingga kencang, perekat yang
digunakan untuk merekatkan label utama dan kantung-kantung material adalah
perekat bebas asam yang diencerkan dengan air, tinta hitam permanen untuk
menulis informasi mengenai suku, marga dan jenis pada label di sampul marga
dan label susulan. Pensil digunakan untuk menulis di kertas plak dan sampul jenis.
Pengeplakan material baru (Mounting)
Proses pengeplakan merupakan lanjutan dari proses pengepresan dan
pengeringan koleksi tumbuhan dari oven. Proses ini berguna agar spesimen
dapat tahan lama dalam penyimpanan dan mudah ditata di ruang koleksi serta
memudahkan dalam penggunaan selanjutnya. Tahapan proses ini yaitu :
1. Pada masing-masing kertas diberi nomor tunggal
2. Stempel nomor BO ditempel pada sisi sudut kanan dari kertas plak,
kemudian label dilekatkan dengan perekat pada sisi kanan bawah dan
letaknya kurang lebih 1 cm dari tepi kiri kertas.
3. Susunlah meterial berada dalam satu halaman kertas plak.
4. Jahitlah bagian batang, buah dan bunga agar tumbuhan tidak lepas.
5. Material yang lepas harus disimpan dalam kantung yang terbuat dari kertas
bebas asam.
6. Berilah nama kolektor dan nomor kolektor ditulis dengan pensil pada tutup
bagian kantung dan nomor koleksi BO pada tutup bagian dalam kantung.
7. Tempelkan kantung tersebut dimana saja disepanjang tepi kertas plak dan
disesuaikan dengan letak material.
8. Tempelkan selotip di sepanjang batang dan daun dengan solder di dekat
kedua sisi kiri dan kanan material, agar material tidak goyah
9. Berikan label pada setiap lembaran ganda dan ditulis sheet 1 of 3, sheet 2
of 3, sheet 3 of 3, dan seterusnya.
Pengeplakan ulang material lama (remounting)
Remounting merupakan proses pengeplakan ulang spesimen yang
sudah lama dan mulai rusak guna memperbaharui kertas plak agar specimen tidak
rusak dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Tahapan remounting
adalah :
1. Selotip dipotong dengan hati – hati dengan menggunakan pisau bedah dan
material dipindahkan ke kertas plak baru yang telah diberi nomor BO.
2. Potonglah semua label dengan hati-hati dan dipindahkan ke kertas plak
baru.
3. Material yang rontok dipindahkan dari kantung lama dan dimasukkan
kedalam kantung baru termasuk material material yang lepas pada saat
pemotongan/pemindahan.
4. Gunting kertas plak lama berdasarkan polanya, kemudian semua label
dipotong dan dipindahkan ke kertas plak baru.
5. Material yang lepas dari kantung lama dipindahkan dan dimasukan
kedalam kantung baru termasuk material-material yang lepas pada saat
pemotongan/pemindahan.
6. Sekeliling gambar yang sudah tertempel pada kertas plak dipotong hati-
hati dengan gunting atau pisau bedah, agar tidak sampai merusaknya.
7. Semua label dipotong dan dipindahkan ke kertas plak baru.
8. Bagian belakang gambar atau disekeliling permukaan belakang gambar
direkatkan dengan lem pada kertas plak baru yang sudah diberi nomor BO.
9. Susunlah material berada dalam satu halaman kertas plak, kemudian jahit
bagian batang, buah dan bunga agar tumbuhan tidak lepas.
10. Jika sebagian besar daun material herbarium rontok, maka daun tersebut
dengan posisi bagian atas dan bawah daun terlihat dan sisanya dimasukkan
kedalam kantung.
11. Jika daun yang lepas berukuran besar, maka dapat diplak pada kertas.
12. Tempelkan kantung tersebut dimana saja di sepanjang tepi kertas plak dan
disesuaikan dengan letak material.
13. Tempel selotip di sepanjang batang dan daun dengan solder di dekat kedua
sisi kiri dan kanan material, agar material tidak goyah.
2.1.4 Proses database
Alat dan bahan yang digunakan yaitu material yang sudah di