ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI (Studi Kasus pada Perusahaan-perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI dan Membagikan Dividen pada tahun 2005-2007) SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : IPTAKHUR ROMADLONI NIM F0205011 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
74
Embed
DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN …/Analisis...Dari sisi emiten, sangat penting untuk menentukan apakah sebagian keuntungan yang dimiliki oleh perusahaan akan lebih banyak digunakan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BEI
(Studi Kasus pada Perusahaan-perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI dan Membagikan Dividen pada tahun 2005-2007)
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Oleh :
IPTAKHUR ROMADLONI
NIM F0205011
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kebijakan bidang keuangan yang dijalankan perusahaan harus
selaras dan serasi dengan tujuan maksimalisasi keuntungan yang merupakan
tujuan utama dari perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk
memaksimalisasi keuntungan perusahaan adalah kegiatan investasi. Dalam
kegiatan investasi manajer harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk
investasi yang dapat menghasilkan keuntungan di masa depan. Dalam
kegiatan investasi tersebut perlu mempertimbangkan sumber pendanaan
investasi tersebut apakah dari sumber internal atau dari sumber eksternal
sehingga keuntungan yang dihasilkan bisa maksimal.
Kebijakan investasi berhubungan dengan pendanaan apabila
investasi sebagian besar didanai dengan internal equity maka akan
mempengaruhi besarnya dividen yang dibagikan. Semakin besar investasi
maka semakin berkurang dividen yang dibagikan. Dan apabila dana internal
equity kurang mencukupi dari dana yang dibutuhkan untuk investasi maka
bisa dipenuhi dari eksternal khususnya dari utang.
Perusahaan yang cenderung menggunakan sumber dana eksternal
untuk mendanai tambahan investasi akan membagikan dividen yang lebih
besar. Untuk itulah manajer harus dapat menentukan kebijakan dividen yang
memberikan keuntungan kepada investor, di sisi lain harus menjalankan
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang diharapkan. Pembagian dividen
bertujuan untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau nilai
perusahaan yang ditunjukkan dengan nilai saham. Untuk mencapai tujuan
tersebut melibatkan dua pihak yang berkepentingan dalam pembagian dividen
yaitu investor dan emiten.
Dari sisi investor, dividen merupakan salah satu penyebab timbulnya
motivasi investor menanamkan dananya di pasar modal. Investor lebih
menyukai dividen daripada capital gain, alasannya adalah dividen merupakan
penerimaan yang lebih pasti dibanding dengan capital gain. Mereka
menganggap bahwa dividen sekarang lebih berharga daripada capital gain
yang diterima di kemudian hari. Kerena informasi yang dimiliki investor di
pasar modal sangat terbatas, maka perubahan dividenlah yang akan dijadikan
sebagai sinyal untuk mengetahui performance perusahaan. Sehingga
perusahaan sering menggunakan pengumuman dividen untuk menaikkan
harga saham.
Dari sisi emiten, sangat penting untuk menentukan apakah sebagian
keuntungan yang dimiliki oleh perusahaan akan lebih banyak digunakan
untuk membayar dividen dibandingkan dengan retained earning atau justru
sebaliknya. Apabila proporsi keuntungan yang dibagikan sebagai dividen
lebih besar dari laba ditahan, akibatnya adalah dana internal yang dimiliki
perusahaan turun, dan perusahaan perlu mencari dana dari luar perusahaan
bila perusahaan ingin melakukan ekspansi. Penentuan pembagian pendapatan
antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang
saham sebagai dividen atau untuk digunakan di dalam perusahaan disebut
dengan politik dividen atau kebijakan dividen.
Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan
keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen menentukan
jumlah laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba
ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran
dividen. Aspek utama dalam kebijakan dividen adalah alokasi penentuan laba
sebagai dividen dan laba ditahan.
Laba sebaiknya tidak dibagikan sebagai dividen seluruhnya dan
sebagian harus disisihkan untuk diinvestasikan kembali. Laba ditahan
(retained earning) merupakan salah satu dari sumber dana yang berasal dari
modal sendiri dan merupakan modal yang paling penting untuk membiayai
pertumbuhan perusahaan.
Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi
perusahaan tersebut di satu pihak dan juga dapat membayarkan dividen
kepada para pemegang saham di lain pihak, tetapi kedua tujuan tersebut
selalu bertentangan. Sebab kalau makin tinggi tingkat dividen yang
dibayarkan, berarti semakin sedikit laba yang ditahan, dan sebagai akibatnya
ialah menghambat tingkat pertumbuhan (rate of growth) dalam pendapatan
dan harga sahamnya. Kalau perusahaan ingin menahan sebagian besar dari
pendapatannya tetap di dalam perusahaan, berarti bahwa bagian dari
pendapatan yang tersedia untuk pembayaran dividen adalah semakin kecil.
Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham
sebagai “cash dividend” disebut dividend payout ratio. Dengan demikian
dapatlah dikatakan bahwa makin tingginya dividend payout ratio yang
ditetapkan oleh perusahaan berarti makin kecil dana yang tersedia untuk
ditanamkan kembali di dalam perusahaan yang ini berarti akan menghambat
pertumbuhan perusahaan (Riyanto, 2001).
Kebijakan dividen yang optimal (optimal dividend policy) ialah
kebijakan dividen yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini
dan pertumbuhan di masa mendatang sehingga memaksimumkan harga
saham perusahaan (Brigham, 2006).
Brigham (2006) menyebutkan terdapat dua teori mengenai kebijakan
dividen yaitu:
1. Dividend irrelevance theory.
Dividend irrelevance theory adalah suatu teori yang menyatakan
bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh baik
terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Teori ini mengikuti
pendapat Modigliani dan Miller (MM) yang menyatakan bahwa nilai suatu
perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya dividend payout ratio,
tetapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak (EBIT) dan risiko bisnis.
Dengan demikian kebijakan dividen tidak relevan untuk dipersoalkan.
2. Bird in the hand-Theory
Bird in the hand-Theory di ungkapkan oleh Gordon dan Lintner
menyatakan bahwa biaya modal sendiri akan naik jika dividend payout
ratio rendah. Hal ini dikarenakan investor lebih suka menerima dividen
daripada capital gain.
Dari kedua teori diatas dapat diketahui bahwa kebijakan dividen
merupakan kebijakan yang masih mengundang kontroversi untuk itulah
sangat bervariasi kebijakan dividen yang dijalankan dalam perusahaan. Rasio
dividen yang dibagikan oleh perusahaan sangat bervariatif, banyak
perusahaan yang membagikan dividen dengan proporsi yang sangat kecil dan
sebaliknya ada pula yang membagikan dengan proporsi yang sangat besar.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi rasio pembayaran dividen,
antara lain yang dikemukakan oleh Riyanto (2001), bahwa kebijakan dividen
itu dipengaruhi oleh likuiditas, kebutuhan dana untuk membayar hutang,
tingkat pertumbuhan, dan pengawasan terhadap perusahaan. Sedangkan yang
dikemukakan oleh Hanafi (2004), bahwa rasio pembayaran dividen itu
dipengaruhi oleh kesempatan investasi, profitabilitas, likuiditas, akses ke
pasar uang, stabilitas pendapatan dan pembatasan-pembatasan.
Dari teori yang diungkapkan di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang dividen. Peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian ini pada perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur adalah
perusahaan yang menjual produknya yang dimulai dengan proses produksi
yang tidak terputus nilai dari pembelian bahan baku dilanjutkan dengan
proses pengolahan bahan baku serta menjadi produk yang siap dijual
dilakukan sendiri oleh perusahaan tersebut sehingga sumber dana yang ada
akan terikat lama pada aktiva tetap. Perusahaan manufaktur lebih
membutuhkan sumber dana jangka panjang untuk membiayai operasi
perusahaan mereka salah satunya dengan investasi saham yang tentunya
berhubungan dengan pembagian dividen.
Penelitian ini menggunakan variabel penelitian dividend payout ratio
sebagai variabel dependen dan cash position, profitability, firm size dan debt
to equity ratio sebagai variabel independen, dengan judul “ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DIVIDEND PAYOUT
RATIO PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BEI” (Studi Kasus pada Perusahaan-perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI dan Membagikan Dividen pada tahun 2005-2007). Dari
penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan kontribusi baru tentang
kebijakan dividen sehingga dapat memberikan tambahan referensi dalam
menentukan kebijakan dividen yang optimal.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini dapat diformulasikan sebagai berikut :
1. Apakah cash position berpengaruh terhadap dividend payout ratio ?
2. Apakah profitability berpengaruh terhadap dividend payout ratio ?
3. Apakah firm size berpengaruh terhadap dividend payout ratio ?
4. Apakah debt to equity ratio berpengaruh terhadap dividend payout ratio ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh cash position terhadap dividend payout ratio.
2. Mengetahui pengaruh profitability terhadap dividend payout ratio.
3. Mengetahui pengaruh firm size terhadap dividend payout ratio.
4. Mengetahui pengaruh debt to equity ratio terhadap dividend payout ratio.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan. Secara terperinci manfaat penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Secara Praktis
a. Bagi manajemen perusahaan, dapat dijadikan pertimbangan dalam
dalam jutaan Rupiah) 42.145 61.166.666 3.863.893 8.581.907,189
Debt to Equity Ratio 57,7 % 728,2 % 119,1 % 107,6 % Dividend Payout Ratio 7,8 % 68,7 % 30 % 13,7 % Sumber: data sekunder diolah, 2010
Cash Position merupakan rasio kas akhir tahun dengan earnings after
tax. Faktor ini merupakan faktor internal yang dapat dikendalikan oleh
manajemen sehingga pengaruhnya dapat dirasakan secara langsung bagi
kebijakan dividen (Sudarsi, 2002). Berdasarkan tabel IV.1 diketahui nilai
minimum untuk cash position pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia tahun 2005-2007 sebesar 1,7% yaitu nilai cash position PT.
Mandom Indonesia Tbk pada tahun 2005, sedangkan nilai maksimum untuk
cash position pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun
2005-2007 sebesar 782,9% yaitu nilai cash position PT. Indofood Suksrs
Makmur Tbk pada tahun 2005. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui
bahwa rata-rata cash position perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia
tahun 2005-2007 adalah 142,9%, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai
kas akhir tahun perusahaan manufaktur selama tahun 2005-2007 adalah
sebesar 142,9% dari keuntungan perusahaan.
Profitability adalah keuntungan bersih yang mampu diraih oleh
perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Profitability yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu ukuran return on investment (ROI). Berdasarkan
tabel IV.1 diketahui nilai minimum untuk return on investment pada
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2007 sebesar 3%
yaitu nilai return on investment PT. Indorama Syntetics Tbk pada tahun 2006,
sedangkan nilai maksimum untuk return on investment pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2007 sebesar 39,8% yaitu
nilai return on investment PT. Unilever Tbk pada tahun 2006. Berdasarkan
hasil perhitungan diketahui bahwa rata-rata return on investment perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2007 adalah 8,7% hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata besarnya keuntungan yang diperoleh perusahaan
manufaktur selama tahun 2005-2007 adalah 8,7% dari seluruh total assets
perusahaan.
Firm size merupakan simbol ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan
diwakili dari total assets tiap tahun. Berdasarkan tabel IV.1 diketahui nilai
minimum untuk firm size pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia tahun 2005-2007 sebesar Rp 42.145.000.000,- yaitu nilai firm size
PT. Lion Mesh Prima Tbk pada tahun 2005, sedangkan nilai maksimum untuk
firm size pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-
2007 sebesar Rp 61.166.666.000.000,- yaitu nilai firm size PT. Astra
International Tbk pada tahun 2005. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui
bahwa rata-rata total assets perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia
tahun 2005-2007 adalah sebesar Rp 3.863.893.000.000,-.
Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat leverage (penggunaan utang) terhadap total shareholders’ equity yang
dimiliki perusahaan (Ang, 1997). Berdasarkan tabel IV.1 diketahui nilai
minimum untuk debt to equity ratio pada perusahaan manufaktur di Bursa
Efek Indonesia tahun 2005-2007 sebesar 57,7% yaitu nilai debt to equity ratio
PT. Jaya Pari Steel Tbk pada tahun 2006, sedangkan nilai maksimum untuk
debt to equity ratio pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia
tahun 2005-2007 sebesar 728,2% yaitu nilai debt to equity ratio PT. Tembaga
Mulia Semanan Tbk pada tahun 2006. Berdasarkan hasil perhitungan
diketahui bahwa rata-rata debt to equity ratio perusahaan manufaktur di Bursa
Efek Indonesia tahun 2005-2007 adalah 1,191% hal ini menunjukkan bahwa
rata-rata total utang perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun
2005-2007 adalah sebesar 119,1% dari total ekuitas perusahaan.
Dividend payout ratio merupakan persentase dari pendapatan yang
akan dibayarkan kepada pemegang saham (Riyanto, 2001). Berdasarkan tabel
IV.1 diketahui nilai minimum untuk dividend payout ratio pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2007 sebesar 7,8% yaitu nilai
dividend payout ratio PT. Sepatu Bata Tbk pada tahun 2005, sedangkan nilai
maksimum untuk dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur di Bursa
Efek Indonesia tahun 2005-2007 sebesar 68,7% yaitu nilai dividend payout
ratio PT. Citra Tubindo Tbk pada tahun 2007. Berdasarkan hasil perhitungan
diketahui bahwa rata-rata dividend payout ratio perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2007 adalah 30% hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata besarnya nilai setiap lembar dividen perusahaan manufaktur
selama tahun 2005-2007 adalah 30% dari nilai keuntungan per lembar saham
perusahaan.
B. PENGUJIAN ASUMSI KLASIK
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah hasil analisis
regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian
ini terbebas dari penyimpangan asumsi klasik yang meliputi uji normalitas,
multikolonieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Adapun masing-
masing pengujian tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
(Ghozali, 2006). Penelitian ini untuk menguji normalitas residual
menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).
Kriteria yang digunakan dalam uji statistik Kolmogorov Smirnov
adalah dengan membandingkan nilai yang signifikansinya telah ditentukan
yaitu sebesar 5% (0,05). Jika nilai probabilitas yang diperoleh lebih besar
dari 0,05 maka data berdistribusi normal. Berikut adalah hasil pengujian
normalitas:
Tabel IV.2 Hasil Pengujian Normalitas
Variabel Kolmogorov
Smirnov Z pvalue Keterangan
Unstandardized Residual 0,738 0,647 Normal Sumber: data sekunder diolah, 2010
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan
program komputer SPSS for windows diperoleh nilai kolmogorov smirnov
z untuk residual (µi) sebesar 0,738 dengan probability 0,647. Perbandingan
antara probability dengan standar signifikansi yang sudah ditentukan
diketahui bahwa nilai probaility sebesar 0,647 lebih besar dari 0,05.
Sehingga menunjukkan bahwa distribusi data dalam penelitian normal.
2. Uji Multikolonieritas
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas didalam model
regresi adalah dengan menganalisis matrik korelasi variabel-variabel
bebas. Jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya
diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonearitas.
Ada tidaknya multikolonieritas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan
nilai variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap
varibel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainya. Nilai
cutoff yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan
nilai VIF diatas 10 (Ghozali, 2006).
Berikut ini adalah tabel coefficient correlations dan tabel
colliniarity statistic:
Tabel IV.3 Hasil Perhitungan Korelasi Antar Variabel Bebas
Correlation CP ROI Size DER
CP 1,000 0,279 0,000 -0,072 ROI 0,279 1,000 -0,063 0,327 Size 0,000 -0,063 1,000 -0,188 DER -0,072 0,327 -0,188 1,000
Sumber: data sekunder diolah, 2010
Tabel IV.4 Hasil Pengujian Multikolonieritas
No Variabel Tolerance VIF Keterangan
1. CP (X1) 0,892 1,121 Tidak Terjadi Multikolonieritas 2. ROI (X2) 0,801 1,249 Tidak Terjadi Multikolonieritas 3. Size (X3) 0,964 1,037 Tidak Terjadi Multikolonieritas 4. DER (X4) 0,837 1,195 Tidak Terjadi Multikolonieritas
Sumber: data sekunder diolah, 2010
Dengan melihat hasil perhitungan korelasi antar variabel bebas di
atas, diketahui hasil besaran korelasi antar variabel bebas tampak masih
jauh daari 90%, maka dapat disimpulkan tidak terdapat indikasi
multikolonieritas. Dari hasil pengujian multikolonieritas tidak ada satupun
dari variabel bebas yang mempunyai nilai tolerance lebih kecil dari 0,1.
Begitu juga nilai VIF masing-masing variabel tidak ada yang lebih besar
dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi
yang sempurna antara variabel bebas (independent), sehingga model
regresi ini tidak ada masalah multikolinearitas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastitas bertujuan untuk mengetahui adanya
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke penggamatan
yang lain. Ghozali (2006) menjelaskan bahwa model regresi yang baik
bersifat homoskedastitas atau tidak bersifat heteroskedastitas. Berikut ini
adalah tabel hasil dari uji glejser:
Tabel IV.5 Hasil Uji Glejser
No Variabel thitung Sig Keterangan
1. CP (X1) -1,246 0,215 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas 2. ROI (X2) 0,337 0,737 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas 3. Size (X3) 1,864 0,389 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas 4. DER (X4) -0,426 0,671 Tidak Terjadi Heteroskedastisitas
Sumber: data sekunder diolah, 2010
Dari tabel IV.5 menunjukan bahwa tidak ada satupun variabel
bebas yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat nilai
Absolut Ut (AbsUt). Hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikannya di
atas tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak
mengandung adanya heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena kesalahan
pengganggu (residual) tidak bebas dari satu observasi ke observasi
lainnya. Uji yang dilakukan untuk mendeteksi adanya autokorelasi ini
adalah uji Durbin Watson, yaitu dengan membandingkan nilai Durbin
Watson hitung (d) dengan nilai kritisnya atau nilai tabel. Jika nilai (d)
terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du), maka koefisien
autokorelasi sama dengan nol, berarti tak ada autokorelasi.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai Durbin Watson
sebesar 1,862. Pada jumlah sampel (n) = 121 dan jumlah variabel bebas
(k) = 4, maka besarnya nilai tabel Durbin-Watson Test adalah du = 1,772
dan 4-du = 2,227. Hasil analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa
nilai du 1,772 < DW 2,046 < 2,228, maka tidak terjadi adanya autokorelasi
antar variabel independen.
C. ANALISIS DATA PENELITIAN
1. Pengujian regresi linier berganda
Regresi merupakan alat yang mengukur kekuatan pengaruh antara
dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah pengaruh antara variabel
dependent dengan variabel independent. Adapun berdasarkan perhitungan
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel IV.6 Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda
Sig t Beta Coefficient Variabel
0,630 -0,483 -0,0520 (Constant) 0,036 2,121 0,182 0,01922 Cash Position 0,000 5,027 0,456 0,845 Return on Investment 0,018 2,406 0,199 0,01831 Size (Ln Total Assets) 0,683 -0,410 -0,036 -0,00463 Debt to Equity Ratio
Ajd R2 = 0,209 F = 9,123 Sig = 0,000
Sumber: Data sekunder diolah, 2010
Dari tabel IV.6 yang merupakan hasil pengujian regresi linier
berganda dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut:
Berdasarkan persamaan regresi di atas, dapat dibuat interpretasi
sebagai berikut:
a = -0,0520
Nilai konstan untuk persamaan regresi adalah -0,0520 dengan parameter
negatif. Hal ini berarti bahwa tanpa adanya cash position, profitability
(ROI), firm size (LN Total Assets), dan debt to equity ratio maka dividend
payout ratio perusahaan tetap mengalami penurunan.
b1 = 0,01922
Besar nilai koefisien regresi untuk variabel cash position (X1) adalah
0,01922 dengan parameter positif. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi
peningkatan cash position sebesar 1%, maka akan meningkatkan dividend
payout ratio sebesar 0,019 %.
b2 = 0,845
Besar nilai koefisien regresi untuk variabel profitability (ROI) (X2) adalah
0,845 dengan parameter positif. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi
peningkatan profitability (ROI) sebesar 1%, maka akan semakin
meningkatkan dividend payout ratio sebesar 0,845%.
b3 = 0,01831
Besar nilai koefisien regresi untuk variabel firm size (LN Total Assets)
(X3) adalah 0,01831 dengan parameter positif. Hal ini berarti bahwa setiap
terjadi peningkatan firm size (LN Total Assets) sebesar 1%, maka akan
semakin meningkatkan dividend payout ratio sebesar 0,018%.
b4 = -0,00463
Besar nilai koefisien regresi untuk variabel debt to equity ratio (X6) adalah
-0,00463 dengan parameter negatif. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi
peningkatan debt to equity ratio sebesar 1%; maka akan menurunkan
dividend payout ratio sebesar 0,005%.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa return on investment
mempunyai nilai koefieisen beta lebih besar dibandingkan dengan
variabel-variabel lainnya yaitu sebesar 0,456. Hal ini menunjukkan bahwa
return on investment merupakan variabel yang paling dominan
berpengaruh terhadap dividend payout ratio perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2007.
2. Uji F
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara bersama-sama
variabel bebas terhadap variabel terikat dilakukan uji F atau uji anova.
Dari Tabel IV.6 dapat dilihat probabilitas value dalam penelitian
ini yaitu sebesar 0,000. Karena angka tersebut lebih kecil dari angka 0,05
yang merupakan angka derajat kepercayaan (0,000 < 0,05) maka
kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa cash position, profitability,
firm size dan debt to equity ratio secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap dividend payout ratio.
3. Uji t
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat, yaitu antara cash position
terhadap dividend payout ratio, profitability terhadap dividend payout
ratio, firm size terhadap dividend payout ratio, debt to equity ratio
terhadap dividend payout ratio. Berikut ini hasil uji parsial dari masing-
masing variabel:
(1). Pengujian parsial terhadap cash position (CP)
Dari Tabel IV.6 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas
signifikansi sebesar 0,036. Karena angka tersebut lebih kecil dari
angka 0,05 yang merupakan angka derajat kepercayaan (0,036 <
0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan dari cash position terhadap dividend payout ratio.
(2). Pengujian parsial terhadap profitability (PR)
Dari Tabel IV.6 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas
signifikansi sebesar 0,000. Karena angka tersebut lebih kecil dari 0,05
yang merupakan angka derajat kepercayaan (0,000 < 0,05), maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari
profitability terhadap dividend payout ratio.
(3). Pengujian parsial terhadap firm size (Size)
Dari Tabel IV.6 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas
signifikansi sebesar 0,018. Karena angka tersebut lebih kecil dari 0,05
yang merupakan angka derajat kepercayaan (0,018 < 0,05), maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari firm
size terhadap dividend payout ratio.
(4). Pengujian parsial terhadap debt to equity ratio (DER)
Dari Tabel IV.6 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas
signifikansi sebesar 0,683. Karena angka tersebut lebih besar dari 0,05
yang merupakan angka tingkat kepercayaan (0,05 < 0,683), maka
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari
debt to equity ratio terhadap dividend payout ratio.
4. Koefisien Determinasi (R2)
Pengujian ini dipergunakan untuk menghitung seberapa besar
varian dari variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel
independen. R2 yang digunakan adalah R2 yang telah mempertimbangkan
jumlah variabel independen dalam suatu model regresi atau disebut R2
yang telah disesuaikan (Adjusted-R2).
Hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien determinasi (Adjusted
R2) sebesar 0,210. Hal ini berarti bahwa cash position, profitability, firm
size, dan debt to equity ratio memberikan sumbangan sebesar 21%,
terhadap dividend payout ratio perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia tahun 2005-2007, sedangkan sisanya sebesar 79% dapat
dijelaskan oleh variabel yang lain di luar model.
D. INTERPRETASI HASIL PENELITIAN
Dalam bagian ini, peneliti akan membahas analisis hasil penelitian
yang telah dilakukan. Pembahasan hasil penelitian ini akan menjelaskan
apakah hipotesis yang dikemukakan dapat diterima atau tidak dapat diterima
secara empirik.
1. Pengaruh cash position terhadap dividend payout ratio.
H1 : Cash position berpengaruh positif secara signifikan terhadap
dividend payout ratio.
Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah cash position
mempunyai pengaruh positif secara signifikan terhadap dividend payout
ratio. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.6 dimana nilai
probabilitas signifikansi cash position terhadap dividend payout ratio
sebesar 0,036. Nilai tersebut lebih kecil dari angka 0,05 yang merupakan
angka derajat kepercayaan (0,036 < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa
cash position dalam penelitian ini berpengaruh signifikan pada dividend
payout ratio. Nilai koefisien regresi yang positif untuk variabel cash
position sebesar 0,01922. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa cash
position dalam penelitian ini berpengaruh positif secara signifikan
terhadap dividend payout ratio.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sudarsi (2002) yang mempunyai hasil cash position tidak
berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Dengan demikian
teori yang dinyatakan oleh Riyanto (2001) terbukti bahwa posisi kas atau
likuiditas perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus
dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan
bearnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh
karena dividen merupakan “cash outflow”, maka makin kuat posisi kas
perusahaan, berarti makin besar kemampuan perusahaan untuk membayar
dividen.
2. Pengaruh profitability terhadap dividend payout ratio.
H2 : Profitability berpengaruh positif secara signifikan terhadap dividend
payout ratio.
Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah profitability
mempunyai pengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Berdasarkan
hasil perhitungan pada tabel IV.6 dimana nilai probabilitas signifikansi
profitability terhadap dividend payout ratio sebesar 0,000. Nilai tersebut
lebih kecil dari angka 0,05 yang merupakan angka derajat kepercayaan
(0,000 < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa profitability dalam
penelitian ini berpengaruh signifikan pada dividend payout ratio. Nilai
koefisien regresi yang positif untuk variabel profitability sebesar 0,845
maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Artinya, secara statistik dapat
ditunjukkan bahwa profitability dalam penelitian ini berpengaruh positif
secara signifikan terhadap dividend payout ratio.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Yuniningsih (2002) dan Anil dan Kapoor (2008) yang
menyatakan variabel profitability tidak berpengaruh signifikan terhadap
dividend payout ratio. Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kania dan Bacon (2005) yang menyatakan
variabel profitability berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio.
Hasil penelitian ini konsisten dengan teori yang dikemukakan
oleh Hanafi (2004) bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap
kebijakan dividen. Profitabilitas adalah keuntungan bersih yang mampu
diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Keuntungan
yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah
perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga dan
pajak. Oleh karena itu dividen yang diambilkan dari keuntungan bersih
akan mempengaruhi dividend payout ratio. Perusahaan yang semakin
besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin
besar sebagai dividen.
3. Pengaruh firm size terhadap dividend payout ratio.
H3 : Firm size berpengaruh positif secara signifikan terhadap dividend
payout ratio.
Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah firm size
mempunyai pengaruh positif secara signifikan terhadap dividend payout
ratio. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.6 dimana nilai
probabilitas signifikansi firm size terhadap dividend payout ratio sebesar
0,018. Nilai tersebut lebih kecil dari angka 0,05 yang merupakan angka
derajat kepercayaan (0,018 < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa firm
size dalam penelitian ini berpengaruh signifikan pada dividend payout
ratio. Nilai koefisien regresi yang positif untuk variabel firm size sebesar
0,01831 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Artinya, secara
statistik dapat ditunjukkan bahwa firm size dalam penelitian ini
berpengaruh positif secara signifikan terhadap dividend payout ratio.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Susilawati
(2000) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh
signifikan terhadap kebijakan dividen. Namun hasil ini konsisten tidak
sejalan dengan penelitian Sudarsi (2002) yang menyatakan bahwa firm size
tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap rasio pembayaran dividen.
Suatu perusahaan yang mapan dan besar memiliki akses yang
lebih mudah ke pasar modal dibandingkan dengan perusahaan kecil. Akses
yang baik bisa membantu perusahaan memenuhi kebutuhan likuiditasnya.
Kemudahan aksesbilitas ke pasar modal dapat diartikan adanya
fleksibilitas dan kemampuan bank untuk memunculkan dana yang lebih
besar, dengan catatan perusahaan tersebut memiliki rasio pembayaran
yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil. Hasil penelitian ini konsisten
teori yang dikemukakan Hanafi (2004) bahwa jika perusahaan mempunyai
akses ke pasar keuangan yang baik, perusahaan bisa membayarkan dividen
lebih tinggi. Akses yang baik bisa membantu perusahaan memenuhi
kebutuhan likuiditasnya.
4. Pengaruh debt to equity ratio terhadap dividend payout ratio.
H4 : Debt to equity ratio berpengaruh negatif secara signifikan terhadap
dividend payout ratio.
Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah debt to equity ratio
mempunyai pengaruh negatif secara signifikan terhadap dividend payout
ratio. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel IV.6 dimana nilai
probabilitas signifikansi debt to equity ratio terhadap dividend payout ratio
sebesar 0,683. Nilai tersebut lebih besar dari angka 0,05 yang merupakan
angka derajat kepercayaan (0,05 < 0,683) maka dapat disimpulkan bahwa
debt to equity ratio dalam penelitian ini tidak berpengaruh signifikan pada
dividend payout ratio. Nilai koefisien regresi yang negatif untuk variabel
debt to equity ratio sebesar -0,00463 maka dapat disimpulkan bahwa H0
diterima. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa debt to equity
ratio dalam penelitian ini tidak berpengaruh negatif secara signifikan
terhadap dividend payout ratio.
Hasil dari penelitian ini konsisten dengan penelitian yang telah
dilakukan Sudarsi (2002) bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh
signifikan terhadap dividend payout ratio. Namun hasil ini berbeda dengan
teori yang dikemukakan Gitosudarmo (2001) bahwa besar kecilnya
dividend payout ratio dipengaruhi oleh kebutuhan dana untuk melunasi
utang. Dari hasil penelitian ini, debt to equity ratio berpengaruh negatif
terhadap dividend payout ratio tetapi tidak berpengaruh secara signifikan,
jadi dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio tidak dijadikan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan dividen pada perusahaan
manufaktur yang membagikan dividen dan terdaftar di BEI tahun 2005-
2007.
Hal ini disebabkan karena adanya signal theory yang berpendapat
bahwa dividen sebagai signal oleh perusahaan yang merupakan indikasi
prospek perusahaan di masa yang akan datang. Ada kecenderungan harga
saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen, dan harga saham
akan turun jika ada pengumuman penurunan dividen. Jika perusahaan
merasa bahwa prospek di masa mendatang baik, pendapatan, aliran kas
diharapkan meningkat atau diperoleh pada tingkat dimana dividen yang
meningkat tersebut dibayarkan, maka perusahaan akan meningkatkan
dividen. Pasar akan merespon positif pengumuman kenaikan dividen
tersebut. Walaupun besarnya debt to equity ratio tinggi perusahaan bisa
jadi tetap membayarkan dividen yang tinggi kepada pemegang saham agar
perusahaan dianggap masih mempunyai prospek yang bagus, sehingga
pemegang saham tetap menanamkan investasinya.
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi dividend payout ratio suatu perusahaan yaitu cash position,
profitability, firm size, dan debt to equity ratio. Hasil pengujian yang
diperoleh mengindikasi beberapa variabel yang mempunyai hubungan
signifikan dan tidak signifikan. Penjelasannya sebagai berikut:
1. Cash position terhadap dividend payout ratio
Nilai probabilitas signifikansi cash position terhadap dividend
payout ratio sebesar 0,036 di bawah angka derajat kepercayaan (0,036 <
0,05) menunjukkan bahwa cash position berpengaruh signifikan pada
dividend payout ratio. Nilai koefisien regresi yang positif untuk variabel
cash position sebesar 5,20 x 10-2 sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa terdapat pengaruh positif secara signifikan cash position terhadap
dividend payout ratio.
2. Profitability terhadap dividend payout ratio
Nilai probabilitas signifikansi profitability terhadap dividend
payout ratio sebesar 0,000 di bawah angka derajat kepercayaan (0,000 <
0,05) menunjukkan bahwa profitability berpengaruh signifikan pada
dividend payout ratio. Nilai koefisien regresi yang positif untuk variabel
profitability sebesar 0,845 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
terdapat pengaruh positif secara signifikan profitability terhadap dividend
payout ratio.
3. Firm size terhadap dividend payout ratio
Nilai probabilitas signifikansi firm size terhadap dividend payout
ratio sebesar 0,018 di bawah angka derajat kepercayaan (0,018 < 0,05)
menunjukkan bahwa firm size berpengaruh signifikan pada dividend
payout ratio. Nilai koefisien regresi untuk variabel firm size positif sebesar
0,01831 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh
positif secara signifikan firm size terhadap dividend payout ratio.
4. Debt to equity ratio terhadap dividend payout ratio
Nilai probabilitas signifikansi debt to equity ratio terhadap
dividend payout ratio sebesar 0,683 di atas angka derajat kepercayaan
(0,05 < 0,683) menunjukkan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh
signifikan pada dividend payout ratio. Nilai koefisien regresi yang negatif
untuk variabel debt to equity ratio sebesar -0,00463sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh negatif secara signifikan debt
to equity ratio terhadap dividend payout ratio.
B. KETERBATASAN PENELITIAN
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari
keterbatasan, antara lain:
1. Pemilihan variabel yang diduga berpengaruh terhadap kebijakan dividen
hanya terdiri dari empat aspek saja (cash position, profitability, firm size
dan debt to equity ratio). Hal ini memungkinkan terabaikannya faktor lain
yang justru dapat mempunyai lebih pengaruh terhadap kebijakan dividen.
2. Periode pengamatan yang hanya tiga tahun yaitu dari tahun 2005 sampai
dengan 2007, sehingga data tidak dapat menjelaskan proyeksi kebijakan
jangka panjang dan sampel yang diperoleh adalah jumlahnya terbatas.
C. SARAN
Adanya berbagai keterbatasan dalam penelitian ini, maka penulis
memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi manajemen perusahaan emiten, lebih memperhatikan faktor cash
position, profitability dan firm size dalam menentukan kebijakan dividen.
Sehingga dapat membantu manajemen untuk menentukan kebijakan
dividen yang optimal.
2. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan lebih meningkatkan jangkauan
penelitian dengan semakin meningkatkan periode penelitian dan faktor-
faktor lain yang dapat mempengaruhi dividend payout ratio perusahaan.
Misalkan dengan periode penelitian lebih dari tiga tahun supaya hasil yang
didapatkan lebih akurat, serta faktor lain misalnya seperti sales growth,
total assets growth, capital spending dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar: Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediesoft Indonesia.
Anil, Kanwal dan Sujata Kapoor. 2008. “Determinants of Dividend Payout Ratios-A Study of Indian Information Technology Sector”. International Research Journal of Finance and Economics. Iss 15 (2008). pp 63-71.
Brigham, Eugene F., dan Joel F. Houston. 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Buku II. Jakarta: Salemba Empat..
ECFIN. 2008. Indonesian Capital Market Directory. Jakarta : Indonesian Stock Exchange.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Sekaran, U. 2006. Research Methods For Business: Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta : Salemba Empat.
Sudarsi, Sri. 2002. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Divident Payout Ratio pada Industri Perbankan yang Listed Di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol.9, No.1, Maret. Hal. 76-88.
Sunarto dan Andi Kartika. 2003. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividen Kas di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol.10, No.1, Maret. Hal. 67-82.
Susilawati, C. Erna. 2000. “Dampak Faktor-faktor Keagenan dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Biaya Transaksi Terhadap Rasio Pembayaran Dividen”. Jurnal Siasat Bisnis. Vol.2. No.5, Maret. Hal.111-125.
Wasis. 1983. Pembelanjaan Perusahaan. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
Yuniningsih. 2002. “Interpendensi Antara Kebijakan Dividend Payout Ratio, Financial Leverage, dan Investasi pada Perusahaan Manufaktur yang Listed di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol.9, No.2, September: Hal. 164-182.